KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I - mnj.my.id · Misalnya akad perkawinan yang sah karena telah mncukupi...

37
Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I 1. Sebutkan 5 (lima) alasan mata kuliah Hukum Islam ada di dalam kurikulum Fakultas Hukum! Jawab: Alasan di Fakultas Hukum di Indonesia terdapat mata kuliah Hukum Islam adalah karena: a. Alasan Sejarah Pada masa pemerintahan Belanda di Semua sekolah tinggi fakultas Hukum diajarkan hukum Islam atau yang disebut Mohammedaansch recht. b. Alasan Jumlah Penduduk Mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Sejak dulu, para pegawai, para pejabat pemerintahan dan atau para pemimpin yang akan bekerja di Indonesia selalu dibekali dengan pengetahuan keislaman, baik mengenai lembaganya maupun mengenai hukumnya yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat Muslim Indonesia. c. Alasan Yuridis Di Indonesia hukum Islam berlaku secara normatif dan yuridis. Undang-undang dalam hukum positif yang mengadopsi Hukum Islam, diantaranya: 1) UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan 2) UU No. 7 Tahun 1989 Jo. UU No. 3 Tahun 2006 Tentang Peradilan Agama d. Alasan Konstitusional Pasal 29 ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Adapun tafsir dari Pasal 29 ayat (1) UUD 1945, yaitu: 1) Dalam Negara Republik Indonesia tidak boleh terjadi atau berlaku suatu kaidah yang bertentangan dengan kaidah-kaidah Islam bagi umat Islam, kaidah Nasrani bagi umat nasrani, kaidah Hindu bagi umat Hindu, kaidah Budha bagi umat Budha. 2) Negara Indonesia Wajib menjalankan (menyediakan fasilitas) agar hukum yang berasal dari agama yang dipeluk masyarakat Indonesia dapat terlaksana, sepanjang pelaksanaan hukum agama itu memerlukan bantuan alat kekuasaan negara. 3) Syariat yang tidak memerlukan bantuan kekuasaan negara untuk melaksanakannya menjadi kewajiban pribadi pemeluk agama itu sendiri e. Alasan ilmiah Hukum Islam sebagai bidang ilmu telah lama dipelajari dan telah mendapat pengakuan dunia hal ini dapat dibuktikan dengan masuknya hukum Islam ke dalam daftar kode bidang atau disiplin ilmu dan teknologi UNESCO dengan judul Islamic Law.

Transcript of KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I - mnj.my.id · Misalnya akad perkawinan yang sah karena telah mncukupi...

Page 1: KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I - mnj.my.id · Misalnya akad perkawinan yang sah karena telah mncukupi syarat dan rukunnya adalah sebagai sebab waris-mewarisi. Tetapi masalah waris mewarisi

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I

1. Sebutkan 5 (lima) alasan mata kuliah Hukum Islam ada di dalam kurikulum Fakultas Hukum!

Jawab:

Alasan di Fakultas Hukum di Indonesia terdapat mata kuliah Hukum Islam adalah karena:

a. Alasan Sejarah

Pada masa pemerintahan Belanda di Semua sekolah tinggi fakultas Hukum diajarkan

hukum Islam atau yang disebut Mohammedaansch recht.

b. Alasan Jumlah Penduduk

Mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Sejak dulu, para pegawai, para pejabat

pemerintahan dan atau para pemimpin yang akan bekerja di Indonesia selalu dibekali

dengan pengetahuan keislaman, baik mengenai lembaganya maupun mengenai

hukumnya yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat Muslim Indonesia.

c. Alasan Yuridis

Di Indonesia hukum Islam berlaku secara normatif dan yuridis. Undang-undang dalam

hukum positif yang mengadopsi Hukum Islam, diantaranya:

1) UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

2) UU No. 7 Tahun 1989 Jo. UU No. 3 Tahun 2006 Tentang Peradilan Agama

d. Alasan Konstitusional

Pasal 29 ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa Negara berdasar atas Ketuhanan Yang

Maha Esa. Adapun tafsir dari Pasal 29 ayat (1) UUD 1945, yaitu:

1) Dalam Negara Republik Indonesia tidak boleh terjadi atau berlaku suatu kaidah

yang bertentangan dengan kaidah-kaidah Islam bagi umat Islam, kaidah Nasrani

bagi umat nasrani, kaidah Hindu bagi umat Hindu, kaidah Budha bagi umat Budha.

2) Negara Indonesia Wajib menjalankan (menyediakan fasilitas) agar hukum yang

berasal dari agama yang dipeluk masyarakat Indonesia dapat terlaksana, sepanjang

pelaksanaan hukum agama itu memerlukan bantuan alat kekuasaan negara.

3) Syariat yang tidak memerlukan bantuan kekuasaan negara untuk melaksanakannya

menjadi kewajiban pribadi pemeluk agama itu sendiri

e. Alasan ilmiah

Hukum Islam sebagai bidang ilmu telah lama dipelajari dan telah mendapat pengakuan

dunia hal ini dapat dibuktikan dengan masuknya hukum Islam ke dalam daftar kode

bidang atau disiplin ilmu dan teknologi UNESCO dengan judul Islamic Law.

Page 2: KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I - mnj.my.id · Misalnya akad perkawinan yang sah karena telah mncukupi syarat dan rukunnya adalah sebagai sebab waris-mewarisi. Tetapi masalah waris mewarisi

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

2. Sebutkan pengertian, ruang lingkup, ciri-ciri, sumber dan asas dari Hukum Islam!

Jawab:

a. Pengertian Hukum Islam

Hukum Islam adalah kerangka (seperangkat) hukum yang ditetapkan oleh Allah, yang

tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia

dengan manusia lain dan hubungan manusia dengan benda dalam masyarakat, serta

alam sekitarnya tetapi juga hubungan manusia dengan Tuhan.

b. Ruang Lingkup Hukum Islam

Berbeda dengan hukum Barat yang membedakan bidang mu’amalat dalam hukum

privat (hukum perdata) dan hukum publik, maka dalam hukum Islam tidak

membedakan dengan tajam antara hukum perdata dengan hukum publik.

Ruang Lingkup Hukum Islam menurut Zainuddin Ali, sebagai berikut :

1) Ibadah Sebagai Ruang Lingkup Hukum Islam

Ibadah adalah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan langsung dengan

Allah SWT (ritual) yang terdiri atas:

a) Rukun Islam yaitu mengucapkan syahadatin, mengerjakan shalat,

mengeluarkan zakat, melaksanakan puasa di bulan Ramadhan dan menunaikan

haji bila mempunyai kemampuan (mampu fisik dan nonfisik).

b) Ibadah yang berhubungan dengan rukun islam dan ibadah lainnya, yaitu badani

dan mali. Badani (bersifat fisik), yaitu bersuci, azan, iqamat, itikad, doa,

shalawat, umrah dan lain-lain. Mali (bersifat harta) yaitu zakat, infak, sedekah,

kurban dan lain-lain.

2) Muamalah Sebagai Ruang Lingkup Hukum Islam

Muamalah adalah peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan orang

lainnya dalam hal tukar-menukar harta (termasuk jual beli), di antaranya : dagang,

pinjam-meminjam, sewa-menyewa, kerja sama dagang, simpanan barang atau

uang, penemuan, pengupahan, warisan, wasiat dan lain-lain.

3) Jinayah Sebagai Ruang Lingkup Hukum Islam

Jinayah ialah peraturan yang menyangkup pidana Islam, di antaranya: qishash,

diyat, kifarat, pembunuhan, zina, minuman memabukkan, murtad dan lain-lain.

Page 3: KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I - mnj.my.id · Misalnya akad perkawinan yang sah karena telah mncukupi syarat dan rukunnya adalah sebagai sebab waris-mewarisi. Tetapi masalah waris mewarisi

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

4) Siyasah Sebagai Ruang Lingkup Hukum Islam

Siyasah yaitu menyangkut masalah-masalah kemasyarakatan, di antaranya:

persaudaraan, tanggung jawab sosial, kepemimpinan, pemerintahan dan lain-lain.

5) Akhlak sebagai Ruang Lingkup Hukum Islam

Akhlak yaitu sebagai pengatur sikap hidup pribadi, di antaranya : syukur, sabar,

rendah hati, pemaaf, tawakal, berbuat baik kepada ayah dan ibu dan lain-lain.

6) Peraturan lainnya di antaranya : makanan, minuman, sembelihan, berbutu, nazar,

pemeliharaan anak yatim, mesjid, dakwah, perang dan lain-lain.

c. Ciri-ciri Hukum Islam

Ciri-ciri utama hukum Islam didasarkan pada ruang lingkup hukum Islam. Adapun

ciri-ciri hukum Islam, yaitu:

1) Bagian dan bersumber dari ajaran Islam

2) Berkaitan erat dengan akidah dan akhlak

3) Mempunyai 2 istilah kunci, yaitu syari’ah dan fiqh

4) Terdiri dari ibadah dan mu’amalah

5) Sumbernya terdiri dari Al-quran, Sunnah Nabi Muhammad, dan ijtihad

6) Mendahulukan kewajiban daripada hak

7) Terdiri dari hukum taklifi dan hukum wadh’i

8) Bersifat universal dan abadi

9) Menghormati martabat manusia

10) Pelaksanaan hukum Islam digerakkan atas dasar iman dan akhlak manusia

(menurut TM. Hasby Ash Shiddieqy)

d. Sumber Hukum Islam

Sumber hukum Islam dapat dibagi dalam 2 (dua) kelompok, yaitu:

1) Sumber hukum Islam yang utama (Asliqah), yang terdiri atas:

a) Al-quran

b) Sunnah Nabi (hadits)

2) Sumber hukum Islam tambahan (Tabaiyah), berdasarkan ijtihad, dengan

mempergunakan metode/cara/jalan ijtihad, sebagai berikut:

a) Ijma

b) Qiyas

c) Istidlal

d) Marsalih al Mursalah (marslahah al-mursalah)

e) Istihsan

f) Istishab

g) Urf

Page 4: KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I - mnj.my.id · Misalnya akad perkawinan yang sah karena telah mncukupi syarat dan rukunnya adalah sebagai sebab waris-mewarisi. Tetapi masalah waris mewarisi

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

e. Asas Hukum Islam

1) Asas hukum Islam bersumber pada Al-quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW,

baik yang bersifat rinci maupun yang bersifat umum.

2) Asas hukum Islam dimaksud, antara lain:

a) Asas umum yang menyangkut asas keadilan, asas kepastian hukum, asas

kemanfaatan.

b) Asas Hukum Pidana

c) Asas Hukum Perdata

3) Asas Penerapan Hukum Islam berdasarkan:

a) Hukum Islam tidak memberatkan dan tidak mempersempit

b) Hukum Islam tidak memperbanyak tuntutan

c) Hukum Islam dilaksanakan secara bertahap

3. Jelaskan bagaimana pengertian hukum taklifi dan hukum wad’i! Kemudian berikan

contohnya!

Jawab:

a. Hukum Taklifi, disebut juga al Ahkam al Khamsah yaitu lima macam kaidah atau lima

kategori penilaian mengenai benda dan tingkah laku manusia dalam Islam. Lima

penilaian hukum yang dimaksud, antara lain:

1) Wajib (Fardhu/perintah yang mutlak), yang terdiri atas:

a) Fardhu’ain

b) Fardhu kifayah

2) Sunnat (perintah tidak mutlak)

3) Haram (larangan mutlak)

4) Makruh (larangan tidak mutlak)

5) Ja’iz/mubah (kebolehan)

Misalnya, hukum taklifi menjelaskan bahwa salat wajib dilaksanakan umat Islam, dan

hukum wadh’i menjelaskan bahwa waktu matahari tergalincir di tengah hari menjadi

sebab tanda bagi wajibnya seseorang menunaikan salat Duhur.

Page 5: KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I - mnj.my.id · Misalnya akad perkawinan yang sah karena telah mncukupi syarat dan rukunnya adalah sebagai sebab waris-mewarisi. Tetapi masalah waris mewarisi

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

b. Hukum Wadh’i, adalah hukum yang mengandung sebab (illat), syarat, dan halangan

terjadinya hukum dan hubungan hukum.

Misalya, tindakan perzinahan menjadi sebab (alasan) bagi wajib dilaksanakan

hukuman atas pelakunya, tindakan perampokan sebagai sebab bagi kewajibannya

mengembalikan benda yang dirampok kepada pemiliknya, melihat anak bulan

Ramadan menyebabkan wajibnya berpuasa.

Seperti: wudhu adalah syarat bagi sahnya sholat apabila ada wudhu maka sholatnya

sah, namun adanya wudhu belom pasti adanya sholat, adanya pernikahan merupakan

syarat adanya talaq, jika tidak ada pernikahan maka tentu saja talaq tidak akan terjadi.

Misalnya akad perkawinan yang sah karena telah mncukupi syarat dan rukunnya

adalah sebagai sebab waris-mewarisi. Tetapi masalah waris mewarisi itu bisa jadi

terhalang jika suami membunuh istrinya atau sebaliknya. Di dalam sebauah hadist

dijelaskan bahwa tidak ada waris-mewarisi antara pembunuh dan terbunuh.

4. Jelaskan teori receptio in complexu, teori receptie, teori receptie exit atau receptie a

contrario!

Jawab:

a. Teori Receptio in Complexu

Teori Receptio in Complexu ini, dipelopori oleh Lodewijk Willem Christian van den Berg

tahun 1845-1925. Teori receptio in Complexu menyatakan bahwa bagi setiap

penduduk berlaku hukum agamanya masing-masing. Bagi orang Islam berlaku penuh

hukum Islam sebab ia telah memeluk agama Islam. Teori Receptio in Complexu ini telah

diberlakukan di zaman VOC sebagaimana terbukti dengan dibuatnya berbagai

kumpulan hukum untuk pedoman pejabat dalam menyeleaikan urusan-urusan hukum

rakyat pribumi yang tinggal di dalam wilayah kekuasaan VOC yang kemudian dikenal

sebagai Nederlandsch Indie. Cotohnya, Statuta Batavia yang saat ini desebut Jakarta

1642 pada menyebutkan bahwa sengketa warisan antara pribumi yang beragama islam

harus diselesaikan dengan mempergunakan hukum islam, yakni hukum yang

dipergunakan oleh rakyat sehari-hari. Untuk keperluan ini, D.W Freijer menyusun

buku yang memuat hukum perkawinan dan hukum kewarisan Islam.

Page 6: KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I - mnj.my.id · Misalnya akad perkawinan yang sah karena telah mncukupi syarat dan rukunnya adalah sebagai sebab waris-mewarisi. Tetapi masalah waris mewarisi

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

b. Teori Receptie

Teori Receptie dipelopori oleh Christian Snouck Hurgronje dan Cornelis van

Volenhoven pada tahun 1857-1936. Teori ini dijadikan alat oleh Snouck Hurgronye

agar orang-orang pribumi jangan sampai kuat memegang ajaran Islam dan hukum

Islam. Jika mereka berpegang terhadap ajaran dan hukum Islam, dikhawatirkan mereka

akan sulit menerima dan dipengaruhi dengan mudah oleh budaya barat. Teori ini

bertentangan dengan Teori Reception in Complexu. Menurut teori recptie, hukum islam

tidak secara otomatis berlaku bagi orang islam. Hukum islam berlaku bagi orang islam

jika sudah diterima atau diresepsi oleh hukum adat mereka. Oleh karena itu, hukum

adatlah yang menentukan berlaku tidaknya hukum islam. Sebagai contoh teori recptie

saat ini di Indonesia diungkapkan sebagai berikut.

Hukum Islam yang bersumber dari Al-quran dan hadits hanya sebagian kecil yang

mmpu dilaksanakan oleh orang islamdi Indonesia. Hukum pidana islam yang

bersumber dari Al-quran dan hadits tidak mempunya tempat eksekusi bila hukum yang

dimaksud tidak diundangkan di Indonesia. Oleh karena itu, hukum pidana islam belum

pernah berlaku kepada pemeluknya secara hukum ketatanegaraan di Indonesia sejak

merdeka sampai saat ini. Selain itu, hukum islam baru dapat berlaku bagi pemeluknya

secara yuridis formal bila telah diundangkan di Indonesia.Teori ini berlaku hingga tiba

di zaman kemerdekaan Indonesia.

c. Teori Receptie Exit

Teori Receptie Exit diperkenalkan oleh Prof. Dr. Hazairin, S.H. Menurutnya setelah

Indonesia merdeka, tepatnya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan Undang-

Undang Dasar 1945 dijadikan Undang-Undang Negara Republik Indonesia, semua

peraturan perundang-undangan Hindia Belanda yang berdasarkan teori receptie

bertentangan dengan jiwa UUD 1945. Dengan demikian, teori receptie itu harus exit

alias keluar dari tata hukum Indonesia merdeka.

Teori Receptie bertentangan dengan al-Qur’an dan Sunnah. Secara tegas UUD ’45

menyatakan bahwa “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa” dan “Negara

menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing

dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.” Demikian

dinyatakan dalam pasal 29 (1) dan (2). Menurut teori recptie exit, pemberlakuan

hukum islam tidak harus didasarkan pada hukum adat. Pemahaman demikian kebih

dipertegas lagi, antara lain dengan berlakunya UU No. 1 tahun 1974tentang

perkawinan, yang memberlakukan hukum islam bagi orang islam (pasal 2 ayat 1), UU

No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama,Instruksi presiden No. 1 tahun 1991

tentang Kompulasi Hukum Islam di Indonesia (KHI).

Page 7: KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I - mnj.my.id · Misalnya akad perkawinan yang sah karena telah mncukupi syarat dan rukunnya adalah sebagai sebab waris-mewarisi. Tetapi masalah waris mewarisi

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

d. Teori Receptie A Contrario

Teori Receptie Exit yang diperkenalkan oleh Hazairin dikembangkan oleh Sayuti Thalib,

S.H. dengan memperkenalkan Teori Receptie A Contrario. Teori Receptie A Contrario

yang secara harfiah berarti lawan dari Teori Receptie menyatakan bahwa hukum adat

berlaku bagi orang Islam kalau hukum adat itu tidak bertentangan dengan agama Islam

dan hukum Islam. Sebagai contoh, umpamanya di Aceh, masyarakatnya menghendaki

agar soal-soal perkawinan dan soal warisan diatur berdasarkan hukum islam. Apabila

ada ketentuan adat boleh saja dipakai Selma itu tidak bertentangan dengan hukum

islam. Dengan demikian, dalam Teori Receptie A Contrario, hukum adat itu baru

berlaku kalau tidak bertentangan dengan hukum Islam. Inilah Sayuti Thalib dengan

teori reception a contrario.

5. Jelaskan bagaimana proses perumusan kompilasi hukum Islam!

Jawab:

Gagasan untuk mengadakan Kompilasi Hukum Islam di Indonesia untuk pertama kali

diumumkan oleh Menteri Agama R.I. Munawir Sadzali, MA pada bulan Februari 1985

dalam ceramahnya didepan para mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya, semenjak itu ide

ini menggelinding dan mendapat sambutan hangat dari berbagai pihak.

Menurut Abdul Chalim Mohammad gagasan untuk melakukan Kompilasi Hukum Islam ini

pada mulanya setelah 2,5 tahun lebih Mahkamah Agung terlibat dalam kegiatan

pembinaan Badan-badan Peradilan Agama dan dalam penataran-penataran keterampilan

teknis justisial para hakim agama baik ditingkat nasional maupun regional.

Berdasarkan keterangan tersebut tampak kepada kita bahwa ide untuk mengadakan

Kompilasi Hukum Islam ini memang baru muncul sekitar tahun 1985 dan kemunculannya

ini adalah merupakan hasil kompromi antara pihak MA dengan Depertemen Agama.

Langkah untuk mewujudkan kegiatan ini mendapat dukungan banyak pihak.

6. Apa arti perkawinan menurut UU perkawinan dan INPRES No.1 tahun 1991?

Jawab:

Menurut UU No. 1 Tentang Perkwainan bahwa perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara

seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk

keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Selanjutnya menurut Instruksi Presiden No. 1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam

disebutkan bahwa pernikahan adalah akad yang sangat kuat atau Mitsaqon Gholidhon

untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakanya adalah ibadah.

Page 8: KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I - mnj.my.id · Misalnya akad perkawinan yang sah karena telah mncukupi syarat dan rukunnya adalah sebagai sebab waris-mewarisi. Tetapi masalah waris mewarisi

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

7. Sebutkan 5 asas perkawinan!

Jawab:

Asas-asas perkawinan menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, yaitu:

a. Asas Kesepakatan (Bab II Pasal 6 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974), yaitu harus ada kata

sepakat antara calon suami dan istri.

b. Asas monogami (Pasal 3 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974)

Pada asasnya, seorang pria hanya boleh memiliki satu istri dan seorang wanita hanya

boleh memiliki satu suami, namun ada perkecualian (Pasal 3 ayat (2) UU No. 1 Tahun

1974), dengan syarat-syarat yang diatur dalam Pasal 4-5.

c. Perkawinan bukan semata ikatan lahiriah melainkan juga batiniah.

d. Supaya sah perkawinan harus memenuhi syarat yang ditentukan undang-undang

(Pasal 2 UU No. 1 Tahun 1974).

e. Perkawinan mempunyai akibat terhadap pribadi suami dan istri.

f. Perkawinan mempunyai akibat terhadap anak/keturunan dari perkawinan tersebut.

g. Perkawinan mempunyai akibat terhadap harta suami dan istri tersebut.

8. Bagaimana caranya seorang suami akan beristri lebih dari satu orang?

Jawab:

Dalam hal seorang suami akan beristri lebih dari seorang, maka si suami wajib mengajukan

permohonan kepada Pengadilan di daerah tempat tinggalnya (Pasal 4 ayat [1] UU

Perkawinan). Dalam Pasal 4 ayat (2) UU Perkawinan dijelaskan lebih lanjut bahwa

Pengadilan hanya akan memberikan izin kepada si suami untuk beristri lebih dari satu jika:

a. istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri;

b. istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan;

c. istri tidak dapat melahirkan keturunan.

9. Syarat apakah yang harus dipenuhi jika suami hendak menikah lagi?

Jawab:

Berdasarkan Pasal 5 ayat [1] UU Perkawinan suami hendak menikah lagi harus memenuhi

syarat-syarat sebagai berikut:

a. adanya persetujuan dari istri/istri-istri;

b. adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-keperluan hidup istri-istri

dan anak-anak mereka;

c. adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anak

mereka.

Page 9: KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I - mnj.my.id · Misalnya akad perkawinan yang sah karena telah mncukupi syarat dan rukunnya adalah sebagai sebab waris-mewarisi. Tetapi masalah waris mewarisi

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

Persetujuan istri/istri-istrinya tidak diperlukan jika istri/istri-istrinya tidak mungkin

dimintai persetujuannya dan tidak dapat menjadi pihak dalam perjanjian, atau apabila tidak

ada kabar dari istrinya selama sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun, atau karena sebab-sebab

lainnya yang perlu mendapat penilaian dari Hakim Pengadilan (Pasal 5 ayat [2] UU

Perkawinan).

10. Apakah yang dimaksud dengan jaminan berlaku adil terhadap istri-istrinya dan anak-

anaknya?

Jawab:

Jaminan berlaku adil terhadap istri-istrinya yaitu setiap istri berhak mendapatkan hak

masing-masing dari suaminya, berupa kemesraan hubungan jiwa, nafkah berupa

makanan, pakaian, tempat tinggal dan lain-lain perkara yang diwajibkan Allah kepada

setiap suami. Jaminan berlaku adil terhadap istri-istrinya berupa:

a. Adil memberikan nafkah.

b. Adil dalam menyediakan tempat tinggal.

c. Adil dalam giliran.

Kemudian jaminan berlaku adil terhadap anak-anaknya yaitu disyaratkan agar setiap suami

yang berpoligami tidak membeda-bedakan antara anak si anu dengan anak si anu. Berlaku

adil dalam soal nafkah anak-anak mestilah diperhatikan bahawa nafkah anak yang masih

kecil berbeda dengan anak yang sudah besar. Anak-anak perempuan berbeda pula dengan

anak-anak lelaki. Tidak kira dari ibu yang mana, kesemuanya mereka berhak memiliki

kasih sayang serta perhatian yang seksama dari bapa mereka. Jangan sampai mereka

diterlantarkan kerana kecenderungan si bapa pada salah seorang istri serta anak-anaknya

saja.

Keadilan juga sangat dituntut oleh Islam agar dengan demikian si suami terpelihara dari

sikap curang yang dapat merosakkan rumahtangganya. Seterusnya, diharapkan pula dapat

memelihara dari terjadinya cerai-berai di antara anak-anak serta menghindarkan rasa

dendam di antara sesama istri.

Page 10: KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I - mnj.my.id · Misalnya akad perkawinan yang sah karena telah mncukupi syarat dan rukunnya adalah sebagai sebab waris-mewarisi. Tetapi masalah waris mewarisi

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

11. Apakah syarat-syarat perkawinan?

Jawab:

Syarat-syarat perkawinan diatur dalam pasal 6 s.d. 12 Undang-undang Nomor 1 Tahun

1974 Tentang Perkawinan. Menurut R. Soetojo Prawirohaidjojo, syarat-syarat perkwainan

terbagi menjadi syarat intern (materiil) dan syarat eksteren (formal). Syarat intern

berkaitan dengan para pihak yang akan melangsungkan perkawinan. Kemudian syarat

ekstern berhubungan dengan formalitas-formalitas yang harus dipenuhi dalam

melangsungkan perkawinan. Adapun syarat-syarat intern terdiri atas:

a. Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua belah pihak [Pasal 6 Ayat (1)].

b. Harus mendapatkan izin dari kedua orang tua, bilamana masing-masing calon

mencapai umur 21 tahun [Pasal 6 ayat (2)].

c. Bagi pria harus sudah mencapai usia 19 tahun dan wanita 16 tahun, kecuali ada

dispensasi yang diberikan oleh pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh orang

tua kedua belah pihak [Pasal 7 Ayat (1) dan (2) UU Perkawinan].

d. Bahwa kedua belah dalam keadaan tidak kawin, kecuali bagi mereka yang agamanya

mengizinkan untuk berpoligami [Pasal 9 Jo. Pasal 3 Ayat (2) dan Pasal 4 UU

Perkawinan].

e. Bagi seorang wanita yang akan melakukan perkawinan untuk kedua kali dan

seterusnya, undang-undang mensyaratkan setelah lewatnya masa tunggu, yaitu

sekurang-kurangnya 90 hari bagi yang putus perkawinan karena penceraian, 130 hari

bagi mereka yang putus perkawinannya karena kematian suaminya [Pasal 10 dan 11

UU Perkawinan].

Selanjutnya syarat-syarat eksteren dalam melangsungkan perkawinan terdiri atas:

a. laporan;

b. pengumuman;

c. pencegahan;

d. perlangsungan.

Bandung, 3 Mei 2016

Penulis,

Muhammad Nur Jamaluddin

(MNJ)

Page 11: KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I - mnj.my.id · Misalnya akad perkawinan yang sah karena telah mncukupi syarat dan rukunnya adalah sebagai sebab waris-mewarisi. Tetapi masalah waris mewarisi

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I

12. Untuk bisa kawin bagi pria dan wanita berapakah umur mereka masing-masing?

Jawab:

Berdasarkan Pasal 7 Ayat (1) dan (2) UU Perkawinan, yaitu:

Bagi pria harus sudah mencapai usia 19 tahun dan wanita 16 tahun, kecuali ada dispensasi

yang diberikan oleh pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh orang tua kedua belah

pihak.

13. Adakah hal-hal yang dapat mencegah atau melarang perkawinan, sekalipun kedua calon

mempelai sudah ada persetujuan dan bagaimanakah jika salah satu larangan itu dilanggar?

Jawab:

Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 8, perkawinan

dilarang antara dua orang yang:

a. berhubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah ataupun ke atas;

b. berhubungan darah, dalam garis keturunan menyamping yaitu antar saudara, antara

seorang dengan saudara orang tua dan antara seorang dengan saudara neneknya;

c. sehubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu dan bapak tiri;

d. sehubungan susunan, yaitu orang tua susuan, anak susuan, saudara susuan dan

bibi/paman susuan;

e. sehubungan saudara dengan istri atau sebagai bibi atau kemenekan dari istri, dalam hal

seorang suami beristri lebih dari seorang;

f. mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan yang berlaku, dilarang

kawin.

Jika salah satu larangan tersebut dilanggar, maka perkawinan tersebut hukumnya haram

menurut hukum Islam dan batal menurut hukum positif Indonesia.

14. Siapakah yang dapat mengajukan pencegahan perkawinan dan kemana pencegahan itu

dilakukan?

Jawab:

Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 13 dan 14,

perkawinan dapat dicegah apabila ada pihak yang tidak memenuhi syarat-syarat untuk

melangsungkan perkawinan. Yang dapat mencegah perkawinan adalah:

a. para keluarga dalam garis keturunan ke atas dan ke bawah;

b. apabila calon mempelai berada di bawah pengampuan sehingga dengan perkawinan

tersebut nyata-nyata mengakibatkan kesengsaraan bagi calon mempelai lainnya;

Page 12: KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I - mnj.my.id · Misalnya akad perkawinan yang sah karena telah mncukupi syarat dan rukunnya adalah sebagai sebab waris-mewarisi. Tetapi masalah waris mewarisi

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

c. seseorang karena perkawinan dirinya masih terikat dengan salah satu pihak dan atas

dasar adanya perkawinan;

d. pejabat yang ditunjuk berkewajiban mencegah perkawinan apabila ketentuan larangan

perkawinan dilanggar.

15. Mengapa perkawinan dapat dibatalkan dan siapa yang dapat membatalkan perkawinan?

Jawab:

Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 22 dan 23:

Pasal 22 menyatakan bahwa perkawinan dapat dibatalkan, apabila para pihak tidak

memenuhi, syarat-syarat untuk melangsungkan perkawinan. Kemudian pasal 23

menyatakan bahwa yang dapat mengajukan pembatalan perkawinan, yaitu:

a. para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dari suami atau istri;

b. suami atau istri;

c. pejabat yang berwenang hanya selama perkawinanan belum diputuskan;

d. pejabat yang ditunjuk tersebut ayat (2) Pasal 16 Undang-undang ini dan setiap orang

yang mempunyai kepentingan hukum secara langsung terhadap perkawinan tersebut,

tetapi hanya setelah perkawinan itu putus.

16. Kapan perjanjian perkawinan dapat diselenggarakan, apakah setelah perkawinan berlalu

perjanjian perkawinan dapat diubah dan apa isi perjanjian perkawinan itu?

Jawab:

Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 29 ayat (1) s.d.

ayat (4) bahwa perjanjian perkawinan dapat diselenggarakan:

a. Pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan, kedua pihak atas persetujuan

bersama dapat mengadakan perjanjian tertulis yang disahkan oleh Pegawai pencatat

perkawinan, setelah mana isinya berlaku juga terhadap pihak ketiga sepanjang pihak

ketiga tersangkut.

b. Perjanjian tersebut tidak dapat disahkan bilamana melanggar batas-batas hukum,

agama dan kesusilaan.

c. Perjanjian tersebut mulai berlaku sejak perkawinan dilangsungkan.

d. Selama perkawinan berlangsung tersebut tidak dapat diubah, kecuali bila dari kedua

belah pihak ada persetujuan untuk mengubah dan perubahan tidak merugikan pihak

ketiga.

Kemudian setelah perkawinan berlalu perjanjian perkawinan dapat diubah dan isi

perjanjian perkawinan itu berupa akta nikah.

Page 13: KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I - mnj.my.id · Misalnya akad perkawinan yang sah karena telah mncukupi syarat dan rukunnya adalah sebagai sebab waris-mewarisi. Tetapi masalah waris mewarisi

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

17. Bagaimana hak dan kewajiban suami istri?

Jawab:

Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 30 s.d. Pasal 34

bahwa hak dan kewajiban istri adalah:

Pasal 30

Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang menjadi

sendi dasar dari susunan masyarakat.

Pasal 31

a. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam

kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat.

b. Masing-masing pihak berhak untuk mlelakukan perbuatan hukum.

c. Suami adalah kepala keluarga dan istri ibu rumah tangga.

Pasal 32

a. Suami istri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap.

b. Rumah tempat kediaman yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini ditentukan oleh suami

istri bersama.

Pasal 33

Suami istri wajib saling cinta mencintai, hormat-menghormati setia dan memberi bantuan

lahir bathin yang satu kepada yang lain.

Pasal 34

a. Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup

berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.

b. Istri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya.

c. Jika suami atau istri melalaikan kewajibannya masing-masi dapat mengajukan gugatan

kepada Pengadilan.

18. Apa yang disebut dengan harta bersama, siapa yang mengurus harta bersama dan harta

bawaan dan bagaimana pengaturan harta bersama jika perkawinan putus?

Jawab:

Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 35 s.d. Pasal 37

bahwa mengenai harta bersama adalah:

Pasal 35

a. Harta benda yang diperoleh selama perkawinan, menjadi harta bersama.

b. Harta bawaan dan masing-masing suami dan istri dan harta benda. yang diperoleh

masing-masing sebagai hadiah atau warisan, adal.ah di bawah penguasaan masing-

masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain.

Page 14: KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I - mnj.my.id · Misalnya akad perkawinan yang sah karena telah mncukupi syarat dan rukunnya adalah sebagai sebab waris-mewarisi. Tetapi masalah waris mewarisi

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

Pasal 36

a. Mengenai harta bersama, suami atau istri dapat bertindak atas persetujuan kedua belah

pihak.

b. Mengenai harta bawaan masing-masing, suami dan istri mempunyai hak sepenuhnya

untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta bendanya.

Pasal 37

Bila perkawinan putus karena perceraian, harta bersama diatur menurut hukumnya

masing-masing.

19. Apakah yang menjadi alasan putusnya perkawinan, bagaimana proses perceraian dan apakah

alasan-alasan perceraian itu?

Jawab:

Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 38 s.d. Pasal 40

bahwa mengenai putusnya perkawinan adalah:

Pasal 38

Perkawinan dapat putus karena: a. kematian, b. perceraian c. atas keputusan Pengadilan.

Pasal 39

a. Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan setelah Pengadilan yang

bersangkutan berusaha dan tidak berhenti mendamaikan kedua belah pihak.

b. Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami istri itu tidak

akan dapat hidup rukun sebagai suami istri.

c. Tata cara perceraian di depan sidang Pengadilan diatur dalam peraturan-perundangan

tersendiri.

Pasal 40

a. Gugatan perceraian diajukan kepada Pengadilan.

b. Tata cara mengajukan gugatan tersebut pada ayat (1) pasal ini diatur dalam peraturan

perundangan tersendiri.

Dalam pasal 39 UU No 1 Tahun 1974 dan pasal 110 komplikasi hukum Islam disebutkan

tentang alasan-alasan yang diajukan oleh suami atau istri untuk menjatuhkan talak atau

gugatan perceraian ke pengadilan. Alasan-alasan itu adalah sebagai berikut:

a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan lain

sebagainya yang sulit disembuhkan.

b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 tahun berturut-berturut tanpa izin

pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemampuannya.

c. Salah satu pihak mendapatkan hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang

lebih berat setelah perkawinan berlangsung.

d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan

pihak lain.

Page 15: KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I - mnj.my.id · Misalnya akad perkawinan yang sah karena telah mncukupi syarat dan rukunnya adalah sebagai sebab waris-mewarisi. Tetapi masalah waris mewarisi

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat

menjalankan kewajibannya sebagai suami istri.

f. Antara suami istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada

harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

g. Suami melanggar Ta’lik Talak.

h. Peralihan Agama atau murtad yang menyebabkan ketidakrukunan dalam rumah

tangga.

Adapun alasan-alasan yang lain yaitu:

a. Karena ketidakmampuan suami memberi nafkah, yaitu mencukupi kebutuhan sandang,

pangan, papan, dan kesehatan yang diperlukan bagi kehidupannya. Jika istri tidak bisa

menerima keadaan ini, maka dia bisa meminta kepada sang suami untuk

menceraikannya, sementara istri benar-benar tidak sanggup menerimanya, pengadilan

yang menceraikannya.

b. Karena suami bertindak kasar, misalnya suka memukul, untuk melindungi kepentingan

dan keselamatan istri, atas permintaan yang bersangkutan pengadilan berhak

menceraikannya.

c. Karena kepergian suami dalam waktu yang relative lama, tidak pernah ada dirumah,

bahkan imam Malik tidak membedakan apakah kepergian itu demi mencari ilmu,

bisnis, atau karena alasan lain. Jika istri tidak bisa menerima keadaan itu dan merasa

dirugikan, pengadilan yang menceraikannya. Berapa ukuran lama masing-masing

masyarakat atau Negara bisa membuat batasan sendiri melalui undang-undang.

c. Suami dalam status tahanan atau dalam kurungan. Jika istri tidak bisa menerima

keadaan itu, maka secara hukum, ia bisa mengajukan masalahnya kepengadilan untuk

diceraikan.

20. Bagaimana akibat putusnya perkawinan karena cerai terhadap anak dan bagaimana jika timbul

perselisihan tentang penguasaan serta biaya penghidupan bagi anak-anak?

Jawab:

Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 38 s.d. Pasal 40

bahwa mengenai akibat putusnya perkawinan adalah:

Pasal 41

Akibat putusnya perkawinan karena perceraian ialah:

a. Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya,

semata-mata berdasarkan kepentingan anak; bilamana ada perselisihan mengenai

penguasaan anak-anak, pengadilan memberi keputusannya.

Page 16: KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I - mnj.my.id · Misalnya akad perkawinan yang sah karena telah mncukupi syarat dan rukunnya adalah sebagai sebab waris-mewarisi. Tetapi masalah waris mewarisi

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

b. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang

diperlukan anak itu; bilamana bapak dalam kenyataan tidak dapat memenuhi

kewajiban tersebut, Pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya

tersebut.

c. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya

penghidupan dan/atau menentukan suatu kewajiban bagi bekas suami.

21. Apakah artinya perwalian, umur berapakah anak dapat dimasukan di bawah kekuasaan wali,

kekuasaan seorang wali itu mencakup apa saja dan bagaimana perwalian dapat diperoleh?

Jawab:

Menurut Subekti bahwa perwalian adalah pengawasan terhadap anak-anak yang di bawah

umur yang tidak berada di bawah kekuasaan orang tua serta pengurusan benda atau

kekayaan anak tersebut sebagaimana diatur oleh undang-undang.

Page 17: KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I - mnj.my.id · Misalnya akad perkawinan yang sah karena telah mncukupi syarat dan rukunnya adalah sebagai sebab waris-mewarisi. Tetapi masalah waris mewarisi

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

22. Bagaimana perkawinan dapat diselenggarakan di luar negeri antara dua orang warga negara

atau antara seorang warga negara dengan orang asing?

Jawab:

Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 56 ayat (1) dan

ayat (2) bahwa:

Pasal 56 di Luar Indonesia

(1) Perkawinan yang dilangsungkan di luar Indonesia antara dua orang warganegara

Indonesia atau seorang warganegara Indonesia dengan warganegara Asing adalah sah

bilamana dilakukan menurut hukum yang berlaku di negara dimana perkawinan itu

dilangsungkan dan bagi warganegara Indonesia tidak melanggar ketentuan-ketentuan

Undang-undang ini.

(2) Dalam waktu 1 (satu) tahun setelah suami istri itu kembali di wilayah Indonesia, surat

bukti perkawinan mereka harus didaftarkan di Kantor Pencatatan Perkawinan tempat

tinggal mereka.

Sebagaimana dikatakan dalam Pasal 56 UU Perkawinan, perkawinan di luar Indonesia

tersebut adalah sah jika dilakukan menurut hukum yang berlaku di negara tempat

perkawinan dilangsungkan. Kemudian, untuk yang berwarga negara Indonesia,

perkawinan tidak boleh melanggar ketentuan-ketentuan dalam UU Perkawinan (seperti

misalnya mengenai larangan perkawinan pada Pasal 8 dan Pasal 9 UU Perkawinan).

Lebih lanjut berdasarkan ketentuan Pasal 73 Peraturan Presiden No. 25 Tahun 2008

tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil (Perpres No.

25/2008), agar perkawinan terdaftar secara sah di Indonesia, setelah kembali ke Indonesia,

a harus mencatatkan perkawinan tersebut ke Instansi Pelaksana atau Unit Pelaksana Teknis

Dinas Instansi Pelaksana di tempat domisili dengan membawa bukti pelaporan/pencatatan

perkawinan di luar negeri dan Kutipan Akta Perkawinan.

Jika pendaftaran perkawinan tersebut melampaui batas waktu yang ditentukan, maka akan

dikenakan denda berdasarkan Pasal 105 ayat (1) Jo. Pasal 105 ayat (2) huruf f Perpres No.

25/2008. Kemudian berdasarkan Pasal 105 Perpres No. 25/2008 menyatakan bahwa:

“Pelaporan peristiwa penting yang melampaui batas waktu dikenai denda administratif

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.”

Bandung, 3 Mei 2016

Penulis,

Muhammad Nur Jamaluddin

(MNJ)

Page 18: KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I - mnj.my.id · Misalnya akad perkawinan yang sah karena telah mncukupi syarat dan rukunnya adalah sebagai sebab waris-mewarisi. Tetapi masalah waris mewarisi

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I

23. Apa arti perkawinan campuran?

Jawab:

Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 57 s.d. Pasal 61

bahwa:

Pasal 57

Perkawinan yang dimaksud dengan perkawinan campuran dalam undang-undang ini ialah

perkawinan antara dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan,

karena perbedaan kewarganegaraan salah satu pihak berkewarganegaraan Indonesia.

Pasal 58

Bagi orang-orang yang berlainan kewarganegaraan yang lakukan perkawinan campuran,

dapat memperoleh kewarganegaraan dari suami/istrinya dan dapat pula kehilangan

kewarganegaraan menurut cara-cara yang telah ditentukan dalam Undang-undang

kewarganegaraan Republik Indonesia yang berlaku.

Pasal 59

1) Kewarganegaraan yang diperoleh sebagai akibat perkawinan putusnya perkawinan

menentukan hukum yang berlaku, mengenai hukum publik maupun mengenai hukum

perdata.

2) Perkawinan campuran yang dilangsungkan di Indonesia dilakukan menurut Undang-

undang Perkawinan ini.

Pasal 60

1) Perkawinan campuran tidak dapat dilangsungkan sebelum terbukti bahwa syarat-

syarat perkawinan yang ditentukan oleh hukum yang berlaku bagi pihak masing-

masing telah dipenuhi.

2) Untuk membuktikan bahwa syarat-syarat tersebut dalam ayat (1) telah dipenuhi dan

karena itu tidak ada rintangan untuk, melangsungkan perkawinan campuran, maka

oleh mereka yang menurut hukum yang berlaku bagi pihak masing-masing berwenang

mencatat perkawinan, diberikan surat keterangan bahwa syarat-syarat telah dipenuhi.

Pasal 61

1) Perkawinan campuran dicatat oleh pegawai pencatat yang berwenang.

2) Barang siapa melangsungkan perkawinan campuran tanpa memperlihatkan lebih

dahulu kepada pegawai pencatat yang berwenang surat keterangan atau keputusan

pengganti keterangan yang disebut dalam Pasal 60 ayat (4) Undang-undang ini

dihukum dengan hukuman kurungan selama-lamanya 1 (satu) bulan.

Page 19: KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I - mnj.my.id · Misalnya akad perkawinan yang sah karena telah mncukupi syarat dan rukunnya adalah sebagai sebab waris-mewarisi. Tetapi masalah waris mewarisi

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

3) Pegawai pencatat perkawinan yang mencatat perkawinan sedangkan ia mengetahui

bahwa keterangan atau keputusan pengganti keterangan tidak ada, dihukum dengan

hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan dan dihukum jabatan. Pasal 62

Dalam perkawinan campuran kedudukan anak diatur sesuai dengan Pasal 59 ayat (1)

Undang-undang ini .

24. Siapakah pencatat perkawinan bagi mereka yang melangsungkan perkawinan menurut agama

Islam dan menurut agama serta kepercayaan selian agama Islam, bagaimana tata cara pencatat

perkawinan?

Jawab:

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1975 Tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 2 ayat (2)

bahwa:

Pencatatan perkawinan dari mereka yang melangsungkan perkawinannya menurut

agamanya dan kepercayaannya itu selain agama Islam, dilakukan oleh Pegawai Pencatat

perkawinan pada kantor catatan sipil sebagaimana dimaksud dalam berbagai perundang-

undangan mengenai pencatatan perkawinan.

Kemudian tata cara pencatatan perkawinan terkandung dalam Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 3 s.d. Pasal 9:

Pasal 3

1) Setiap orang yang akan melangsungkan perkawinan memberitahukan kehendaknya itu

kepada Pegawai Pencatat di tempat perkawinan akan dilangsungkan.

2) Pemberitahuan tersebut dalam ayat (1) dilakukan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) hari

kerja sebelum perkawinan dilangsungkan.

3) Pengecualian terhadap jangka waktu tersebut dalam ayat (2) disebabkan sesuatu alasan

yang penting, diberikan oleh Camat atas nama Bupati Kepala Daerah.

Pasal 4

Pemberitahuan dilakukan secara lisan atau tertulis oleh calon mempelai, atau oleh orang tua atau

wakilnya.

Page 20: KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I - mnj.my.id · Misalnya akad perkawinan yang sah karena telah mncukupi syarat dan rukunnya adalah sebagai sebab waris-mewarisi. Tetapi masalah waris mewarisi

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

Pasal 5

Pemberitahuan memuat nama, umur, agama/kepercayaan, pekerjaan, tempat kediaman calon

mempelai dan apabila salah seorang atau keduanya pernah kawin, disebutkan juga nama istri atau

suaminya terdahulu.

Pasal 6

1) Pegawai Pencatat yang menerima pemberitahuan kehendak melangsungkan perkawinan,

meneliti apakah syarat-syarat perkawinan telah dipenuhi dan apakah tidak terdapat

halangan perkawinan menurut Undang-undang.

2) Selain penelitian terhadap hal sebagai dimaksud dalam ayat (1) Pegawai Pencatat meneliti

pula:

a) Kutipan akta kelahiran atau surat kenal lahir calon mempelai. Dalam hal tidak ada akta

kelahiran atau surat kenal lahir, dapat dipergunakan surat keterangan yang

menyatakan umur dan asal-usul calon mempelai yang diberikan oleh Kepala Desa atau

yang setingkat dengan itu;

b) Keterangan mengenai nama, agama/kepercayaan, pekerjaan dan tempat tinggal orang

tua calon mempelai;

c) Izin tertulis/izin Pengadilan sebagai dimaksud dalam Pasal 6 ayat(2),(3),(4) dan (5)

Undang-undang, apabila salah seorang calon mempelai atau keduanya belum mencapai

umur 21 (dua puluh satu) tahun;

d) Izin Pengadilan sebagai dimaksud Pasal 4 Undang-undang; dalam hal calon mempelai

adalah seorang suami yang masih mempunya istri;

e) Dispensasi Pengadilan/Pejabat sebagai dimaksud Pasal 7 ayat (2) Undang-undang;

f) Surat kematian istri atau suami yang terdahulu atau dalam hal perceraian surat

keterangan perceraian, bagi perkawinan untuk kedua kalinya atau lebih;

g) Izin tertulis dari Pejabat yang ditunjuk oleh Menteri HANKAM/PANGAB, apabila salah

seorang calon mempelai atau keduanya anggota Angkatan Bersenjata ;

h) Surat kuasa otentik atau di bawah tangan yang disahkan oleh Pegawai Pencatat, apabila

salah seorang calon mempelai atau keduanya tidak dapat hadir sendiri karena sesuatu

alasan yang penting, sehingga mewakilkan kepada orang lain.

Pasal 7

1) Hasil penelitian sebagai dimaksud Pasal 6, oleh Pegawai Pencatat ditulis dalam sebuah

daftar yang diperuntukkan untuk itu.

2) Apabila ternyata dari hasil penelitian terdapat halangan perkawinan sebagai dimaksud

Undang-undang dan atau belum dipenuhinya persyaratan tersebut dalam Pasal 6 ayat (2)

Peraturan Pemerintah ini, keadaan itu segera diberitahukan kepada calon mempelai atau

kepada orang tua atau kepada wakilnya.

Page 21: KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I - mnj.my.id · Misalnya akad perkawinan yang sah karena telah mncukupi syarat dan rukunnya adalah sebagai sebab waris-mewarisi. Tetapi masalah waris mewarisi

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

Pasal 8

Setelah dipenuhinya tatacara dan syarat-syarat pemberitahuan serta tiada sesuatu halangan

perkawinan, Pegawai Pencatat menyelenggarakan pengumuman tentang pemberitahuan

kehendak melangsungkan perkawinan dengan cara menempelkan surat pengumuman menurut

formulir yang ditetapkan pada kantor Pencatatan Perkawinan pada suatu tempat yang sudah

ditentukan dan mudah dibaca oleh umum.

Pasal 9

Pengumuman ditandatangani oleh Pegawai Pencatat dan memuat:

1) Nama, umur, agama/kepercayaan, pekerjaan, tempat kediaman dari calon mempelai dan

dari orang tua calon mempelai; apabila salah seorang atau keduanya pernah kawin

disebutkan nama istri dan atau suami mereka terdahulu;

2) Hari, tanggal, jam dan tempat perkawinan akan dilangsungkan.

25. Apakah arti akta perkawinan?

Jawab:

Akta perkawinan adalah akta yang dibuat oleh pejabat pencatat nikah, yang membuktikan

telah terjadi pernikahan.

26. Bagaimana cara perceraian diajukan dan apakah yang menjadi alasan-alasan dapat terjadinya

perceraian?

Jawab:

Berdasarkan Pasal 73 UU No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama bahwa:

Bila anda yang mengajukan gugatan perceraian, berarti anda adalah pihak Penggugat dan

suami adalah Tergugat. Untuk mengajukan gugatan perceraian, anda atau kuasa hukum

anda (bila anda menggunakan kuasa hukum) mendatangi Pengadilan Agama (PA) di

wilayah tempat tinggal anda. Bila anda tinggal di Luar Negeri, gugatan diajukan di PA

wilayah tempat tinggal suami. Bila anda dan suami anda tinggal di luar negeri, maka

gugatan diajukan kepada Pengadilan Agama di wilayah tempat anda berdua menikah dulu,

atau kepada Pengadilan Agama Jakarta Pusat.

Berdasarkan Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam Jo Pasal 19 PP No 9 tahun 1975 alasan yang

dapat dijadikan dasar gugatan perceraian anda di Pengadilan Agama antara lain:

a. suami berbuat zina, pemabuk, pemadat, penjudi dan sebagainya;

b. suami meninggalkan anda selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa ada ijin atau

alasan yang jelas dan benar, artinya: suami dengan sadar dan sengaja meninggalkan

anda;

c. suami dihukum penjara selama (lima) 5 tahun atau lebih setelah perkawinan

dilangsungkan;

Page 22: KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I - mnj.my.id · Misalnya akad perkawinan yang sah karena telah mncukupi syarat dan rukunnya adalah sebagai sebab waris-mewarisi. Tetapi masalah waris mewarisi

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

d. suami bertindak kejam dan suka menganiaya anda;

e. suami tak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami karena cacat badan atau

penyakit yang dideritanya;

f. terjadi perselisihan dan pertengkaran terus menerus tanpa kemungkinan untuk rukun

kembali;

g. suami melanggar taklik-talak yang dia ucapkan saat ijab-kabul;

h. suami beralih agama atau murtad yang mengakibatkan ketidaakharmonisan dalam

keluarga.

27. Ada kasus masalah perceraian:

Istri menggugat cerai suami kepengadilan Agama setempat, dengan alasan KDRT yang

dilakukan suami. Pengadilan telah memanggil suami sebagai tergugat untuk hadir di

persidangan, namun si suami tidak hadir. Usut punya usut, ketidakhadiran suami tersebut

karena ia berkeyakinan bahwa talak hanya dapat jatuh jika suami berniat dan menjatuhkan

talak kepada istri dan pengadilan tidak punya kewenangan itu.

a. Menurut Anda bagaimana? Apakah talak tersebut layak jatuh atau tidak?

Jawab:

Tidak layak. Mesti menunggu kedatangan dari suami yang harus memberikan kepastian

lebih lanjut akan hal talak tersebut.

b. Beri analisa menurut UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dan UU No. 3 tahun 2006

tentang pengadilan agama?

Jawab:

Berdasarkan Pasal 38 sampai dengan pasal 41 UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan Jo. UU No. 3 tahun 2006 Pasal 73 bahwa perkara gugat cerai bisa dilakukan

oleh suami atau istri yang menyelesaikan secara damai di Pengadilan dan dihari oleh

keduanya. Jelaslah, jika suami tidak hadir, maka talak tidak layak dijatuhkan.

28. Bagaimana pendapatmu bila terjadi PERKAWINAN ANTAR AGAMA. Bagaimana solusi

hukumnya? (Gunakan hukum agama dan hukum nasional)!

Jawab:

Adanya tiga prinsip pokok pandangan agama Islam terhadap masalah perkawinan antar

pemeluk agama Islam dengan orang-orang yang bukan agama Islam, yaitu:

a. Melarang perkawinan umat Islam dengan orang-orang yang beragama menyembah

berhala, polytheisme, agama-agama yang tidak mempunyai kitab suci, dan dengan

kaum atheis.

b. Melarang perkawinan antara wanita Islam dengan pria bukan Islam.

Page 23: KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I - mnj.my.id · Misalnya akad perkawinan yang sah karena telah mncukupi syarat dan rukunnya adalah sebagai sebab waris-mewarisi. Tetapi masalah waris mewarisi

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

c. Mengenai perkawinan antara laki-laki muslim dengan wanita bukan muslim yang ahli

kitab, terdapat tiga macam pendapat yaitu:

1) Melarang secara mutlak.

2) Memperkenankan secara mutlak.

3) Memperkenenkan dengan syarat yaitu apabila pria muslim itu kuat imannya serta

rajin ibadahnya.

Kemudian ketentuan UU Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, dapat disimpulkan

bahwa untuk menentukan diperbolehkan atau tidaknya perkawinan antar agama

tergantung kepada hukum agama itu sendiri. Oleh karena itu didalam UU Nomor 1 tahun

1974 tentang Perkawinan tidak ada ketentuan yang mengatur secara tegas mengenai

masalah perkawinan antar agama tersebut, disamping itu apabila kita teliti maka kita hanya

dapat menyimpulkan bahwa tidak ada satu pasal pun baik secara tersurat maupun tersirat

yang melarang dilakukannya perkawinan antar agama, maka tahap terakhir yang

menentukan ada tidaknya larangan terhadap perkawinan antar agama tersebut adalah

hukum agama itu sendiri.

29. Bagaimana bila terjadi PERKAWINAN DI LUAR NEGERI. Menurut Anda apakah

perkawinan tersebut diakui secara hukum di Indonesia?

Jawab:

Di Indonesia, berdasarkan Undang-undang No. 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan di

nyatakan bahwa syarat untuk sahnya suatu perkawinan harus berdasarkan hukum agama

dan harus dilakukan pendaftaran perkawinan di lembaga pencatatan perkawinan setempat.

Sehingga perkawinan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia di luar negari dapat

diakui sebagai perkawinan yang sah apabila telah di daftarkan di lembaga pencatatan

setempat dan mendapatsurat bukti perkawinan.

Selain adanya syarat pencatatan di negara setempat, hukum perkawinan kita juga

mensyaratkan kepada setiap warga negara Indonesia yang melangsungkan perkawinan di

luar negeri untuk segera mendaftarkan perkawinannya tersebut di lembaga pemerintah

sekembalinya ke Indonesia.

Bila kita lihat pada pasal 56 (1) UU Perkawinan dinyatakan bahwa apabila terjadi

perkawinan antar warga negara Indonesia atau antar warga negara Indonesia dengan

warga negara asing di mana perkawinan tersebut dilangsungkan diluar negari, maka

perkawinan tersebut dinyatakan sah apabila telah dilakukan berdasarkan hukum

perkawinan negara setempat sepanjang tidak bertentangan dengan hukum perkawinan

Indonesia. Kemudian berdasakan pasal 56 (2) UU Perkawinan menyatakan bahwa dalam

waktu satu tahun setelah suami istri tersebut kembali ke Indonesia, surat bukti perkawinan

mereka harus didaftarkan di kantor Pencatatan Perkawinan tempat tinggal mereka.

Page 24: KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I - mnj.my.id · Misalnya akad perkawinan yang sah karena telah mncukupi syarat dan rukunnya adalah sebagai sebab waris-mewarisi. Tetapi masalah waris mewarisi

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

Jadi untuk dapat diakuinya suatu perkawinan yang dilakukan oleh warga negara

Indonesia di luar negeri, maka berdasarkan hukum perkawinan harus memenuhi dua

persyaratan terlebih dahulu yaitu:

a. perkawinan tersebut harus berdasarkan hukum perkawinan negara setempat dan

perkawinan tersebut harus didaftarkan di lembaga pencatatan untuk

mendapat surat bukti perkawinan;

b. surat bukti perkawinan tersebut harus didaftarkan ke Kantor Pencatatan Perkawinan

setempat selambat-lambatnya satu tahun setelah suami istri tersebut kembali

ke Indonesia.

Setelah kedua syarat tersebut dipenuhi maka perkawinan yang dilakukan oleh warga

negara Indonesia tersebut adalah sah dan sama kedudukannya dengan perkawinan yang

dilakukan di wilayah Indonesia. Sebaliknya, apabila kedua syarat tersebut tidak dipenuhi,

maka perkawinan yang dilangsungkan di luar negeri tidak diakui oleh negara karena tidak

sesuai dengan hukum perkawinan yang berlaku.

30. Bagaimana pendapatmu tentang SAHNYA PERKAWINAN menurut hukum agama (Islam)

dan hukum nasional? Bagaimana mekanisme yang harus ditempuh agar perkawinan tersebut

sah menurut hukum agama dan hukum nasional?

Jawab:

a. Syarat Sah Menikah Menurut Agama Islam

1) Syarat Nikah Untuk Mempelai Pria

a) Memeluk agama islam

b) Laki-laki yang tertentu

c) Bukan lelaki mahram dengan calon istri

d) Calon mempelai pria mengatahui wali nikah asli yang akan menjadi wali di

pernikahan

e) Tidak dalam Ihram umrah atau haji

f) Menikah dengan kerelaan/kemauan sendiri bukan dengan paksaan

g) Tidak memiliki 4 (empat) orang istri pada waktu menikah

h) Mengetahui perempuan yang akan dijadikan dinikahi dan dijadikan istri

2) Syarat Untuk Mempelai Wanita

a) Memeluk agama islam

b) Wanita yang tertentu

c) Bukan wanita mahram dengan calon suami (saudara kandung calon suami)

d) Wanita bukan seorang kuntsa (menyukai sesama jenis)

e) Tidak dalam Ihram umrah atau haji

f) Calon mempelai wanita tidak boleh didalam Iddah

g) Tidak berposisi sebagai istri orang

Page 25: KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I - mnj.my.id · Misalnya akad perkawinan yang sah karena telah mncukupi syarat dan rukunnya adalah sebagai sebab waris-mewarisi. Tetapi masalah waris mewarisi

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

3) Syarat Wali Nikah

a) Beragama islam (bukanlah seoarnag yang kafir)

b) Wali nikah laki-laki bukan wanita

c) Sudah baligh

d) Menjadi wali dengan kerelaan sendiri bukan dengan paksaan

e) Tidak dalam ihram umroh atau haji

f) Tidak Gila atau cacat fikiran, sudah terlalu tua sehingga sulit berfikir

g) Sudah Merdeka

4) Syarat Saksi Nikah

a) saksi harus berjumlah sekurang-kurangnya 2 (dua) orang

b) memeluk ajaran agama islam

c) memiliki akal yang sehat

d) sudah baligh

e) berjenis kelamin laki-laki

f) sudah memahami sepenuhnya kandungan yang ada dalam ijab dan juga qobul

g) saksi harus bisa melihat, berbicara, dan juga mendengar

h) adil (bukanlah orang yang melakukan dosa besar dan juga melakukan berbagai

macam dosa kecil)

i) sudah merdeka

5) Syarat Ijab Nikah

a) Pernikahan Yang akan dilakukan ini harus pernikahan yang tepat

b) Tidak boleh merubah atau menggunakan perkataan yang dikarang sendiri

c) Ijab harus diucapkan oleh wali atau wakil yang ada dalam pernikahan

d) Ijab tidak boleh diikatkan dalam jangka waktu tertentu atau nikah kontrak (

contoh pernikahan ini sah dalam jangka waktu sekian sekian )

e) Ijab Tidak boleh memiliki persyaratan ketika ijab ini di lafazkan

6) Syarat Qobul

a) Perkataan Qobul haruslah sesuai dengan ucapan ijab

b) Tidak mengandung kata-kata sindiran

c) Diucapkan oleh calon suami atau wakilnya ( jika benar-benar calon suami tidak

bisa berbicara atau yang lain )

d) Tidak Dikaitkan dalam waktu tertentu atau nikah kontrak (mutaah)

e) Tidak memiliki persyaratan pada saat Qobul diucapkan

f) Harus Menyebutkan Nama Calon istinya

Page 26: KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I - mnj.my.id · Misalnya akad perkawinan yang sah karena telah mncukupi syarat dan rukunnya adalah sebagai sebab waris-mewarisi. Tetapi masalah waris mewarisi

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

Kemudian syarat-syarat perkawinan menurut hukum nasional diatur dalam pasal 6 s.d. 12

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Menurut R. Soetojo

Prawirohaidjojo, syarat-syarat perkwainan terbagi menjadi syarat intern (materiil) dan

syarat eksteren (formal). Syarat intern berkaitan dengan para pihak yang akan

melangsungkan perkawinan. Kemudian syarat ekstern berhubungan dengan formalitas-

formalitas yang harus dipenuhi dalam melangsungkan perkawinan. Adapun syarat-syarat

intern terdiri atas:

a. Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua belah pihak [Pasal 6 Ayat (1)].

b. Harus mendapatkan izin dari kedua orang tua, bilamana masing-masing calon

mencapai umur 21 tahun [Pasal 6 ayat (2)].

c. Bagi pria harus sudah mencapai usia 19 tahun dan wanita 16 tahun, kecuali ada

dispensasi yang diberikan oleh pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh orang

tua kedua belah pihak [Pasal 7 Ayat (1) dan (2) UU Perkawinan].

d. Bahwa kedua belah dalam keadaan tidak kawin, kecuali bagi mereka yang agamanya

mengizinkan untuk berpoligami [Pasal 9 Jo. Pasal 3 Ayat (2) dan Pasal 4 UU

Perkawinan].

e. Bagi seorang wanita yang akan melakukan perkawinan untuk kedua kali dan

seterusnya, undang-undang mensyaratkan setelah lewatnya masa tunggu, yaitu

sekurang-kurangnya 90 hari bagi yang putus perkawinan karena penceraian, 130 hari

bagi mereka yang putus perkawinannya karena kematian suaminya [Pasal 10 dan 11

UU Perkawinan].

Selanjutnya syarat-syarat eksteren dalam melangsungkan perkawinan terdiri atas:

a. laporan;

b. pengumuman;

c. pencegahan;

d. perlangsungan.

Mekanisme pemohon berkewajiban:

a. Mengajukan permohonan secara tertulis dengan menggunakan formulir pencatatan

perkawinan.

b. Melampirkan persyaratan.

c. Mendaftarkan ke dinas dan menghadirkan dua orang saksi untuk perkawinan Luar

Negeri.

d. Membayar retribusi dan biaya operasional petugas pencatat.

Page 27: KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I - mnj.my.id · Misalnya akad perkawinan yang sah karena telah mncukupi syarat dan rukunnya adalah sebagai sebab waris-mewarisi. Tetapi masalah waris mewarisi

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

31. SARJUDDIN MENIKAH DI INGGRIS dengan istri yang sama-sama Islam dan WNI.

Namun, Ia ingin pernikahannya diakui di Indonesia dan tercatat di Indonesia. Untuk itu ia

melakukan PERNIKAHAN DENGAN TELECONFERENCE dengan mempelai di Inggris,

sedangkan wali nikah, pegawai pencatat perkawinan dan saksi berada di Indonesia.

a. Menurut Anda apakah pernikahan dengan cara teleconference tersebut sah dan

diakui/tidak oleh hukum agama dan hukum nasional?

Jawab:

Menurut Lembaga Fatwa Mesir, pernikahan melalui media teleconference atau nikah

jarak jauh menggunakan teknologi informasi itu tidak sah. Karena tidak memenuhi

persyaratan majelis akad nikah yaitu satu majelis.

Masalah keabsahan perkawinan, negara menyerahkan sepenuhnya pada hukum agama

masing-masing, apabila hukum agamanya telah menyatakan sah maka sah menurut

Undang-Undang. Perkawinan tersebut juga harus dicatatkan ke KUA. Megenai proses

pelaksanaannya dilakukan secara terpisah dengan media teleconference yang

sederhana. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui sah atau tidaknya perkawinan

melalui media telconference dalam sudut pandang hukum Islam dan ditinjau dari

Undang-Undang yang berlaku di Indonesia juga mengetahui proses perkawinan yang

dilangsungkan melalui media teleconfernce sebagai syarat sahnya perkawinan menurut

hukum islam dan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang pelaksanaan

perkawinan melalui media teleconference.

b. Beri analisa secara keagamaan (hukum Islam) dan analisa secara hukum negara atas

masalah tersebut?

Jawab:

Dalam hal ini dapat dilakukan musyawarah antara beberapa tokoh agama Islam yang

tentu saja didasari dengan Hukum Islam yang berlaku. Hal ini

bisa disebut juga ijtihad, karena menghasilkan hukum baru dari dalil-dalil secara rinci

yang bersumber pada Al-quran dan as-sunnah. Sedangkan berhubungan dengan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, mengenai

masalah keabsahan perkawinan, negara menyerahkan sepenuhnya pada hukum agama

masing-masing, apabila hukum agamanya telah menyatakan sah maka sah menurut

Undang-Undang.

Page 28: KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I - mnj.my.id · Misalnya akad perkawinan yang sah karena telah mncukupi syarat dan rukunnya adalah sebagai sebab waris-mewarisi. Tetapi masalah waris mewarisi

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

Perkawinan tersebut juga harus dicatatkan ke KUA. Megenai proses pelaksanaannya

dilakukan secara terpisah dengan media teleconference yang sederhana. Tujuan

penelitian ini ialah untuk mengetahui sah atau tidaknya perkawinan melalui media

telconference dalam sudut pandang hukum Islam dan ditinjau dari Undang-Undang

yang berlaku di Indonesia juga mengetahui proses perkawinan yang dilangsungkan

melalui media teleconfernce sebagai syarat sahnya perkawinan menurut hukum islam

dan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang pelaksanaan perkawinan melalui

media teleconference.

32. Bagaimana pendapatmu tentang POLIGAMI. Bagaimana hukum agama dan hukum nasional

menyikapinya?

Jawab:

Poligami tidak perlu dilakukan bagi orang yang belum bisa benar melaksanakannya. Sekali

pun ada ketentuan, lebih baik dipertimbangkan kembali dengan beberapa pertimbagan

yang benar memberikan kemanfaatan bagi pihak istri untuk di dunia dan di akhirat.

Menurut Syaikh Mustafa Al-Adawiy. Beliau menyebutkan bahwa hukum poligami adalah

sunnah. Dalam kitabnya ahkamun nikah waz zafaf, beliau mempersyaratkan 4 hal:

a. Seorang yang mampu berbuat adil

b. Aman dari lalai beribadah kepada Allah

c. Mampu menjaga para istrinya

d. Mampu memberi nafkah lahir

Poligami di Indonesia juga disahkan Sesuai Ketentuan Pasal 3 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan yaitu:

Ayat 1 Pada asasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai

seorang istri. Seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami.

Ketentuan Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

perkawinan tersebut di atas membuka kemungkinan seorang suami dapat melakukan

poligami apabila dikehendaki oleh istri pertama tentunya dengan ijin pengadilan.

a. Ayat 2a Pengadilan, dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristri lebih dari

seorang apabila dikehendaki oleh fihak-fihak yang bersangkutan.

b. Ayat 2b. Persetujuan yang dimaksud pada ayat (1) huruf a pasal ini tidak diperlukan

bagi seorang suami apabila istri/istri-istrinya tidak mungkin dimintai persetujuannya

dan tidak dapat menjadi pihak dalam perjanjian, atau apabila tidak ada kabar dari

istrinya selama sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun, atau karena sebab-sebab lainnya

yang perlu mendapat penilaian dari Hakim Pengadilan.

Page 29: KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I - mnj.my.id · Misalnya akad perkawinan yang sah karena telah mncukupi syarat dan rukunnya adalah sebagai sebab waris-mewarisi. Tetapi masalah waris mewarisi

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

33. Menurut Anda mengapa NEGARA MEMPERSULIT POLIGAMI BAGI PNS (Pegawai

Negeri Sipil)? Apa yang melatarbelakanginya?

Jawab:

Karena PNS merupakan bagian perangkat negara yang memiliki tugas, pokok, fungsi, dan

peranan tersendiri terhadap keluarga, agama, bangsa, dan negara sehingga dengan latar

belakang tersebut negara mempersulit PNS untuk melakukan poligami.

Bandung, 3 Mei 2016

Penulis,

Muhammad Nur Jamaluddin

(MNJ)

Page 30: KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I - mnj.my.id · Misalnya akad perkawinan yang sah karena telah mncukupi syarat dan rukunnya adalah sebagai sebab waris-mewarisi. Tetapi masalah waris mewarisi

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I

34. POLIGAMI

a. Jelaskan kedudukan hukum POLIGAMI menurut hukum Islam dengan hukum positif?

Jawab:

Allah Swt. Berfirman yang artinya: “Nikahilah oleh kalian wanita-wanita (lain) yang

kalian senangi dua, tiga, atau empat. Akan tetapi, jika kalian khawatir tidak akan dapat

berlaku adil maka nikahilah seorang saja…” (QS an-Nisa’ [4]: 3). Berkenaan dengan

ayat ini, ada beberapa hal yang perlu dipahami.

Pertama: ayat ini diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW pada tahun Kedelapan

Hijrah, yaitu untuk membatasi jumlah istri pada batas maksimal empat orang saja.

Kedua: perlu digarisbawahi bahwa keadilan bukanlah syarat bagi kebolehan untuk

melakukan poligami. Hukum ini wajib dimiliki oleh seorang suami dalam kehidupan

berpoligami, di samping merupakan dorongan untuk membatasi jumlah istri pada satu

wanita saja, jika memang ada kekhawatiran tidak dapat berlaku adil.

Ketiga: pengertian adil dalam ayat di atas berbentuk umum, yakni mencakup setiap

bentuk keadilan. Akan tetapi, kata yang bersifat umum ini kemudian di-takhsîs

(diperlakukan secara khusus), yaitu bahwa keadilan yang dimaksud hanya yang berada

dalam batas-batas kemampuan manusia.

Indonesia merupakan salah satu negara yang membolehkan poligami berdasarkan

Undang-undang No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. Yang menyebutkan bahwa

seorang suami boleh melakukan perkawinan dengan wanita lain jika memenuhi syarat-

syarat yang ditentukan. Di samping itu aturan PP No 45 tahun 1990 sebagai revisi dari

PP No. 10 tahun 1983 tentang izin perceraian dan perkawinan bagi Pegawai Negeri

Sipil (PNS).

Meskipun Undang-undang Perkawinan menganut asas monogami, seperti yang

terdapat dalam pasal 3 yang menyatakan, seorang pria hanya boleh mempunyai seorang

istri dan seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami. Namun dalam pasal

berikutnya dikatakan bahwa dalam keadaan tertentu poligami dibenarkan. Dalam pasal

3 ayat 2 disebutkan, Pengadilan dapat memberi izin kepada seorang suami untuk

beristri lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh fihak-fihak yang bersangkutan.

Dengan demikian jelas bahwa asas yang dianut oleh undang-undang perkawinan

bukanlah asas monogami mutlak melainkan asas monogami terbuka, dimana poligami

ditempatkan pada posisi hukum darurat (emergency law), atau dalam keadaan yang

luar biasa (extra ordinary circumtance).

Page 31: KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I - mnj.my.id · Misalnya akad perkawinan yang sah karena telah mncukupi syarat dan rukunnya adalah sebagai sebab waris-mewarisi. Tetapi masalah waris mewarisi

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

b. Apa akibat hukum dari adanya poligami dalam hukum positif? Berikan analisa anda?

Jawab:

Menimbulkan kekeliruan dalam melaksanakan hukum dari adanya poligami dalam

hukum positif, sehingga pelaksanaan poligama lebih banyak bukan berdasar pada tujuan

dan ketentuan hukum tersebut.

35. Anda mengenal istilah KAWIN SIRI? Jelaskan dan bagaimana kedudukan nikah siri tersebut

dalam hukum agama (Islam) dan hukum negara (Nasional)?

Jawab:

Nikah siri atau nikah di bawah tangan adalah sebuah pernikahan yang tidak dicatat

di Kantor Urusan Agama.

Pada prinsipnya, selama pernikahan sirri itu memenuhi rukun dan syarat perkawinan yang

disepakati para ulama sebagaimana disebutkan di atas, maka dapat dipastikan hukum

perkawinan itu ada dasarnya sudah sah, tapi bertentangan dengan perintah Nabi saw., yang

menganjurkan agar perkawinan itu terbuka dan diumumkan kepada orang lain agar tidak

menjadi fitnah-tuduhan buruk dari masyarakat. Bukankah salah satu perbedaan perzinaan

dengan perkawinan itu dalam hal diumumkan dan terang-terangannya. Orang berzina

tentu takut diketahui orang karena perbuatan keji, sedang perkawinan ingin diketahui

orang karena perbuatan mulia

Kemudian kawin siri sendiri bertujuan untuk menghindari perzinaan. Namun pada

pelaksanaan dilapangan, kawin siri banyak disalah gunakan untuk pemuas hasrat sex

belaka, seperti untuk poligami, menikahi gadis dibawah umur, serta memudahkan nikah

beda agama. Lemahnya penegakan hukum tentang nikah siri dan kecilnya hukuman serta

denda bagi pelanggarnya makin membuat maraknya pernikahan siri. Padahal dalam UU

Perkawinan No. 1 Tahun 1974 dan KUHPidana telah diatur untuk mencegah dan

mengurangi pernikahan siri yang tidak sesuai dengan semestinya lagi.

36. Apakah dalam perkawinan memerlukan PERSETUJUAN MEMPELAI (terutama

perempuan)? Bagaimana pendapat hukum agama Islam dengan hukum nasional?

Jawab:

Ketentuan di atas sejalan dengan KHI yang berlaku di Indonesia yang mewajibkan

persetujuan calon mempelai, sebagai pengukuhan adanya persetujuan calon mempelai,

pegawai pencatat nikah (PPN) harus menanyakan kepada mereka sebagaimana diatur

dalam pasal 17 KHI:

Page 32: KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I - mnj.my.id · Misalnya akad perkawinan yang sah karena telah mncukupi syarat dan rukunnya adalah sebagai sebab waris-mewarisi. Tetapi masalah waris mewarisi

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

a. Sebelum berlangsungnya pernikahan, pegawai pencatat nikah harus menanyakan

terlebih dahulu persetujuan mempelai di hadapan dua saksi nikah.

b. Bila ternyata perkawinan tidak disetujui oleh salah seorang calon mempelai maka

perkawinan tidak dapat dilangsungkan.

c. Bagi calon mempelai yang menderita tuna wicara atau tuna rungu, persetujuan dapat

dinyatakan dengan tulisan atau isyarat yang dapat dimengerti.

Kemudian persetujuan mempelai (terutama perempuan) merupakan syarat pelaksanaan

perkawinan menurut UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

37. Syeikh Puji MENIKAHI GADIS DI BAWAH UMUR. Beri analisa anda tentang pernikahan

ini? Pernikahan ini diakui oleh hukum negara kita atau tidak?

Jawab:

Syeikh Puji telah melanggar UU No. 1 Tahun 1974 bahwa usia pernikahan itu pria haru 19

tahun dan perempuan 16 tahun. Pernikahan ini akan diakui oleh negara, jika pernikahan

ini dicatat oleh lembaga negara.

38. Dalam tradisi perkawinan secara agama Islam dikenal istilah TA’LIQ THALAQ. Apakah itu?

Apakah tha’liq thalaq tersebut diperbolehkan dalam hukum Islam dan hukum negara?

Jawab:

Menurut Kompilasi hukum Islam (KHI) pasal 1 poin e menyebutkan, bahwa ta’liq talaq

adalah perjanjian yang diucapkan calon mempelai pria setelah akad nikah yang

dicantumkan dalam akta nikah berupa janji talaq yang digantungkan kepada suatu keadaan

tertentu yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang.

(KHI Pasal 1 huruf e) Sighat ta’liq ini terdapat pada buku nikah bagian belakang. Pada

umumnya, setelah ijab kabul selesai, mempelai laki-laki diminta untuk membacanya.

Sebagian dari masyarakat kita, beranggapan bahwa hal yang demikian (sighat ta’liq talaq)

tidak ada tuntunannya dalam Islam. Tidak ada sunnahnya dalam Islam. Hal tersebut

dianggap sebagai bid’ah (sesuatu yang baru, yang diada-adakan, tidak ada asalnya dalam

Islam, menyerupai syariat, dan dianggap beribadah), dan setiap bid’ah adalah sesat, dan

setiap kesesatan ada di neraka.

Page 33: KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I - mnj.my.id · Misalnya akad perkawinan yang sah karena telah mncukupi syarat dan rukunnya adalah sebagai sebab waris-mewarisi. Tetapi masalah waris mewarisi

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

39. Si Fulan menikah dengan Si Fulanah dan dikaruniai 4 orang putra. Setalah ditelusuri oleh

riwayatnya, ternyata mereka adalah mereka adalah SAUDARA PERSUSUAN.

a. Bagaimana status perkawinan mereka dalam hukum agama (Islam) dan hukum nasional?

Jawab:

b. Langkah apa yang harus ditempuh dalam mengahdapinya?

Jawab:

c. Bagaimana status anak yang dilahirkan dalam perkawinan tersebut?

Jawab:

40. Dalam fiqh terdapat istilah KHUNTSA (banci). Mereka ini bukan gay atau lesbian. Apakah

hukum agama dan negara mengakomodir kepentingan mereka untuk menikah? Bagaimana

solusinya bagi mereka? Apakah kondisi kejiwaan mereka terhalang hukum untuk menikah?

Jawab:

Tidak. Hukum agama dan hukum negara melarang seseorang untuk melakukan pernikahan

sejenis, baik laki-laki dengan laki-laki, maupun perempuan dengan perempuan. Kemudian

solusi bagi mereka hendaknya memberikan pemahaman terhadap meraka akan pentingnya jati

diri dalam kehidupan agar senantiasa hak dan kewajiban di dunia dapat terlaksanakan.

Selanjutnya kondisi kejiwaan mereka yang bergitu, maka akan membuat mereka terhalang

untuk melaksanakan pernikahan, terkhusus untuk di Indonesia.

41. Apabila ada orang yang MEMALSUKAN IDENTITAS DIRI mempelai, dengan motif agar

ia memenuhi syarat-syarat perkawinan, pernikahannya DAPAT DIBATALKAN? Bagaimana

solusi atas masalah tersebut menurut hukum agama dan hukum negara?

Jawab:

Baik analisa dengan menggunakan hukum Islam dan hukum negara, memalsukan identitas

diri mempelai, dengan motif agar ia memenuhi syarat-syarat perkawinan dinyatakan dapat

dibatalkan. Kedua hukum tersebut tidak melarang poligami, hanya saja untuk melakukan

poligamii harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.

a. Analisis Hukum Islam

Dalam analisis Hukum Islam berpedoman pada Al-quran surat An-Nisa surat ke-4 ayat

3, yang menerangkan perihal pembatasan poligami maksimal empat orang istri dan

harus bersikap adil. Pertimbangan perkawinan tersebut dibatalkan karena perkawinan

tersebut dilakukan dengan cara yang tidak maruf, yaitu dengan memalsukan identitas.

Hal tersebut telah menimbulkan kemadaratan bagi istri pertama.

Page 34: KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I - mnj.my.id · Misalnya akad perkawinan yang sah karena telah mncukupi syarat dan rukunnya adalah sebagai sebab waris-mewarisi. Tetapi masalah waris mewarisi

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

Berdasarkan hukum Islam dan sesuai dengan dasar hukum serta pertimbangan hakim

yang digunakan, perkawinan tersebut harus dibatalkan. Akibat dari pembatalan

tersebut tidak memutus seorang ayah untuk memberi nafkah kepada anaknya, karena

anak yang dilahirkan merupakan anak yang sah.

b. Analisis Hukum Negara

Dalam analisis hukum negara, dasar hukum yang digunakan dalam pembatalan

perkawinan ini adalah Pasal 3, 4, 5 dan 24 UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Pertimbangan hakim membatalkan perkawinan tersebut karena suami tidak meminta

izin dari istri dan pengadilan untuk melakukan poligami, bahkan suami melakukan

penipuan untuk melakukan poligami, bahkan suami melakukan penipuan untuk

melangsungkan perkawinan yang kedua dengan cara memalsukan identitas diri. Maka

dari itu, perkawinan tersebut harus dibatalkan. Akibat hukum yang ditimbulkan dari

pembatalan perkawinan tidak berlaku surut terhadap anak yang dilahirkan. Jadi anak

akan tetap menjadi tanggungan orang tua.

42. PENCATATAN PERKAWINAN

a. Bagaimana status hukum perkawinan yang dilakukan tifak di hadapan Pegawai Pencatat

Perkawinan sebagaimana diatur dalam PP No. 9 tahun 1975? Jelaskan! Mengapa?

Jawab:

b. Kalau MEMPELAI BERAGAMA ISLAM, pencatatan perkawinan itu dilakukan oleh

Pegawai pencatatan perkawinan dari instansi mana? Demikian juga bagaimana kalau

MEMPELAI BERAGAMA NON-MUSLIM, di mana instansinya?

Jawab:

Berdasarkan PP Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan UU Nomor 1 Tahun 1974

Tentang Perkawinan

Bab II Pasal 2

Ayat 1:

"Pencatatan Perkawinan dari mereka yang melangsungkan perkawinannya menurut

Agama Islam, dilakukan oleh Pegawai Pencatat sebagaimana dimaksud dalam UU

Nomor 32 tahun 1954 tentang Pencatat Nikah, Talak, dan Rujuk."

Ayat 2:

"Pencatatan Perkawinan dari mereka yang melangsungkan perkawinannya menurut

agamanya dan kepercayaannya itu selain agama Islam dilakukan oleh Pegawai Pencatat

Perkawinan pada Kantor Catatn Sipil sebagaimana dimaksud dalam berbagai

perundang-undangan mengenai pencatatan perkawinan."

Page 35: KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I - mnj.my.id · Misalnya akad perkawinan yang sah karena telah mncukupi syarat dan rukunnya adalah sebagai sebab waris-mewarisi. Tetapi masalah waris mewarisi

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

c. Kalau MEMPELAI BERLAINAN AGAMANYA, bagaimana pencatatan perkawinan

dapat dilakukan?

Jawab:

Dilakukan di kantor pencatatan sipil.

d. Apa saja ITEM YANG HARUS DIPERIKSA oleh pegawai pencatat perkawinan?

Jawab:

1) Foto Copy KTP dan Kartu Keluarga (KK) untuk calon Pengantin (Catin) masing-

masing 1 (satu) lembar.

2) Surat pernyataan belum pernah menikah (masih gadis/jejaka) di atas segel/materai

bernilai minimal Rp.6000,- (enam ribu rupiah) diketahui RT, RW dan Lurah

setempat.

3) Surat keterangan untuk nikah dari Kelurahan setempat yaitu Model N1, N2, N4,

baik calon Suami maupun calon Istri.

4) Pas photo Catin ukuran 2x3 masing-masing 5 (lima) lembar, bagi anggota ABRI

berpakaian dinas.

5) Bagi yang berstatus duda/janda harus melampirkan Surat Talak/Akta Cerai dari

Pengadilan Agama, jika Duda/Janda mati harus ada surat kematian dan surat Model

N6 dari Lurah setempat.

6) Nah untuk poin ini Calon Pengantin harus memiliki surat izin/Dispensasi dari

Pengadilan Agama bagi Catin Laki-laki yang umurnya kurang dari 19 tahun

danCatin Perempuan yang umurnya kurang dari 16 tahun.

e. Apa yang dimaksud dengan akta perkawinan?

Jawab:

Akta perkawinan adalah akta yang dibuat oleh pejabat pencatat nikah, yang

membuktikan telah terjadi pernikahan.

43. Mengapa wanita bila dinikahi harus memerlukan wali nikah? Dan mengapakah wali nikah

harus pria? Jelaskan dengan berbagai persfektif kamu ketahui?

Jawab:

Madhab Maliki dan Syafii sepakat bahwa keberadaan wali adalah rukun dalam pernikahan.

Setiap pernikahan yang terjadi tanpa kehadiran wali atau penggantinya maka

pernikahannya batal.

Page 36: KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I - mnj.my.id · Misalnya akad perkawinan yang sah karena telah mncukupi syarat dan rukunnya adalah sebagai sebab waris-mewarisi. Tetapi masalah waris mewarisi

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

Seorang wanita tidak bisa melaksanakan akad nikahnya sediri dengan alasan apapun, sama

saja apakah ia sudah dewasa atau belum, berakal atau tidak, kecuali dia adalah seorang

janda yang tidaklah sempurna pernikahannya dengan tanpa izin dan kerelaannya.

Madhab Syafii, Maliki dan Hambali sepakat bahwa wali nikah harus laki-laki, maka tidak

sah perwalian seorang perempuan dalam kondisi apapun.

44. Mengapa dan bagaimana pernikahan dapat dilakukan upaya hukum pembatalan? Bagaimana

prosedurnya?

Jawab:

Berdasarkan Pasal 22 UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyebut tegas bahwa

perkawinan dapat dibatalkan apabila para pihak tidak memenuhi syarat-syarat untuk

melangsungkan perkawinan. Permohonan pembatalan dapat diajukan istri atau suami.

Kemudian berkaitan dengan Pasal 27 ayat (2) UU Perkawinan yang menyebutkan: “Seorang

suami atau istri dapat mengajukan permohonan pembatalan perkawinan apabila pada

waktu berlangsungnya perkawinan terjadi salah sangka mengenai diri suami atau istri”.

Pasal 72 ayat (2) Kompilasi Hukum Islam menambahkan frasa penipuan atau salah sangka,

sehingga menjadi:

“Seorang suami atau istri dapat mengajukan permohonan pembatalan perkawinan apabila

pada waktu berlangsungnya perkawinan terjadi penipuan atau salah sangka mengenai diri

suami atau istri”.

Jika merasa ada penipuan yang dilakukan suami, maka UU Perkawinan dan Kompilasi

Hukum Islam memberikan hak kepada untuk mengajukan permohonan pembatalan

pernikahan.

45. Menurut pasal 31 (3) UU No. 1 tahun 1974 bahwa SUAMI adalah kepala rumah tangga dan

istri adalah ibu rumah tangga. Lalu kaitkan dengan kondisi psikologis dalam fenomena yang

lazim terjadi sekarang. Suami nganggur, istri bekerja. Anak di asuh suami. Kebutuhan

keluarga ditanggung istri. Apakah ketentuan dalam pasal 31 (3) tersebut sesuai dalam kondisi

rumah tangga era sekarang?

Jawab:

Tidak karena kondisi tersebut tidak sesuai dengan maskud dari keadaan yang tercantum

dalam pasal 31 ayat (3) UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.

Page 37: KUMPULAN SOAL HUKUM ISLAM I - mnj.my.id · Misalnya akad perkawinan yang sah karena telah mncukupi syarat dan rukunnya adalah sebagai sebab waris-mewarisi. Tetapi masalah waris mewarisi

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id

Bandung, 3 Mei 2016

Penulis,

Muhammad Nur Jamaluddin

(MNJ)