Kumpulan Novel (Buku Umum)

20
29 Novel Memahami Melalui Unsur Intrinsik Bab 4

description

Memahami Novel Melalui Unsur Intrinsik

Transcript of Kumpulan Novel (Buku Umum)

Page 1: Kumpulan Novel (Buku Umum)

29

NovelMemahami

Melalui Unsur Intrinsik

Bab 4

Page 2: Kumpulan Novel (Buku Umum)

30

M e m a h a m i N o v e l

Tentu kamu pernah belajar menentukan tema, karakter tokoh, atau alur dalam sebuah cerita. Masih ingat pelajaran yang diberikan oleh gurumu itu? Nah, pada hakikatnya kamu sedang belajar menelaah karya sastra dengan pendekatan unsur intrinsik. Tema, latar (setting), sudut pandang (point of view), alur, penokohan, gaya bahasa, dan amanat merupakan unsur-unsur intrinsik sebuah cerita.

Apa yang dimaksud dengan unsur intrinsik itu? Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun cerita tersebut. Berikut penjelasan mengenai unsur-unsur tersebut.

A. Tema1. Pengertian

Tema adalah pokok permasalahan sebuah cerita, makna cerita, gagasan pokok, atau dasar cerita. Istilah tema sering disamakan pengertiannya dengan topik, padahal kedua istilah ini memiliki pengertian yang berbeda. Topik dalam suatu karya adalah pokok pem bica raan, sedangkan tema adalah gagasan sentral, yakni sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam dan melalui karya fiksi. Tema suatu cerita biasanya bersifat tersirat (tersembunyi) dan dapat dipahami setelah membaca keseluruhan cerita.

2. Jenis Tema

Tema fiksi umumnya diklasifikasikan ke dalam lima jenis, yakni:

a) Tema jasmaniah merupakan tema yang cen-derung berkaitan dengan keadaan jasmani se orang manusia. Tema jenis ini terfokus pada kenyataan diri manusia sebagai molekul, zat, dan jasad. Oleh karena itu, tema percintaan termasuk ke dalam kelompok tema ini.

Page 3: Kumpulan Novel (Buku Umum)

M e m a h a m i N o v e l M e l a l u i U n s u r I n t r i n s i k

31

b) Tema organik diterjemahkan sebagai tema tentang ‘moral’ karena kelompok tema ini mencakup hal-hal yang berhubungan dengan moral manusia yang wujudnya tentang hubungan antar manusia, antar pria-wanita.

c) Tema sosial meliputi hal-hal yang berada di luar masalah pribadi, misalnya masalah politik, pen didikan, dan propaganda.

d) Tema egoik merupakan tema yang me-nyangkut reaksi-reaksi pribadi yang pada umumnya menen tang pengaruh sosial.

e) Tema ketuhanan merupakan tema yang ber-kaitan dengan kondisi dan situasi manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan.

3. Fungsi Tema

Tema sebuah cerita sering juga dianggap sebagai visi pengarang. Oleh karena itu, tema berfungsi melayani visi. Yang dimaksud visi dalam hal ini ialah tanggapan pengarang terhadap pengalaman dan hubungannya kehidupan. Tema pun berfungsi sebagai media menyampaikan pesan cerita.

B. Tokoh/Penokohan1. Hakikat Tokoh

Aspek tokoh dalam fiksi pada dasarnya merupakan aspek yang lebih menarik perhatian. Dalam membaca atau memahami suatu karya sastra, kita sering tidak mempertanyakan apa yang kemudian

Page 4: Kumpulan Novel (Buku Umum)

32

M e m a h a m i N o v e l

terjadi, tetapi kita sering mempertanyakan “peristiwa yang terjadi kemudian itu menimpa siapa”.

Sebagian besar pembaca mengharapkan adanya tokoh-tokoh cerita yang bersifat alamiah (natural). Artinya, bahwa tokoh-tokoh itu memiliki “kehidupan” atau berciri “hidup” seperti halnya kehidupan sehari-hari. Meskipun cerita itu bersifat fiksi (khayalan), tetapi bisa menggambarkan keadaan sehari-hari yang kita alami. Pesan-pesan yang disampaikan pun akan bermanfaat bagi kita dalam menjalani kehidupan.

2. Penggambaran Watak Tokoh

Setiap pengarang mempunyai cara berbeda dalam menggambarkan watak tokohnya. Ada yang digambarkan secara langsung, melalui perbuatan tokoh, atau melalui dialog antartokoh.a) Melalui apa yang diperbuat tokoh

Hal ini berkaitan dengan bagaimana sang tokoh bersikap dalam situasi ketika tokoh harus mengambil keputusan.Contoh:

b) Melalui ucapan-ucapan tokoh (dramatik)Dari apa yang diucapkan tokoh, kita dapat mengetahui karakternya.

Doni tidak tahan kalau terus diejek. Meskipun

badan Tito lebih gendut dari Doni, tapi

sakit hatinya membuat dia merasa lebih

kuat. Akhirnya, Doni bangkit melawan dan

melayangkan bogem mentah di muka Tito.

Melihat Doni sangat marah, Tito pun menyerah

dan meminta ampun.

Page 5: Kumpulan Novel (Buku Umum)

M e m a h a m i N o v e l M e l a l u i U n s u r I n t r i n s i k

33

Mang Jana adalah orang yang sangat jujur.

Dia tidak mau mengkhianati sedikit pun

kepercayaan yang telah diberikan kepadanya.

Kehidupannya yang serba sederhana tidak

membuat Mang Jana putus asa. Sebab Ia yakin

bahwa segala sesuatu telah ditakdirkan Tuhan.

c) Melalui penjelasan langsung (analitik)Dalam hal ini pengarang menjelaskan secara langsung karakter tokohnya.Contoh:

Oh ... jadi Om Sambas sering menyuruh Mang

Jana membuang uang receh itu?”

“Iya...”

“Terus Mang Jana menurutinya?”

“Tidak juga non, kan sayang kalau dibuang ... ya

mang Jana kumpulkan saja uang itu,lumayan

sedikit-demi sedikit lama-lama menjadi bukit”

“Memangnya uang itu bisa beranak ya mang

Jana?”

“Maksud non kecil?”

“Berarti anak uangnya ada yang sebesar bukit!”

“Non kecil ini memang lucu sekali, lugu lagi!”

Contoh:

Page 6: Kumpulan Novel (Buku Umum)

34

M e m a h a m i N o v e l

3. Jenis Tokoh

Ditinjau dari segi keterlibatannya dalam keseluruhan cerita, tokoh fiksi dibedakan menjadi dua, yakni tokoh sentral (tokoh utama) dan tokoh tambahan (bawahan).

Tokoh sentral merupakan tokoh yang mengambil bagian terbesar dalam peristiwa cerita. Tokoh utama dapat ditentukan paling tidak dengan tiga cara. Pertama, tokoh itu yang paling terlibat tema. Kedua, tokoh itu yang paling banyak berhubungan dengan tokoh lain. Ketiga, tokoh itu yang paling banyak memerlukan waktu penceritaan.

Berdasarkan watak atau karakternya, tokoh dapat dibedakan menjadi tokoh sederhana (simple) dan tokoh kompleks (complex).

Tokoh yang sederhana atau datar yaitu tokoh yang kurang mewakili keutuhan diri manusia dan hanya ditonjolkan satu sisinya saja. Yang termasuk dalam kategori tokoh sederhana atau datar adalah semua tipe tokoh yang sudah biasa atau yang sudah familiar. Ciri bahwa seorang tokoh dapat dikategorikan ke dalam stereotip tertentu ialah bahwa watak tokoh tersebut dapat dirumuskan dalam suatu formula (pernyataan) yang sederhana, misalnya “tokoh ibu tiri yang selalu digambarkan berwatak kejam”, “gadis pekerja yang miskin tetapi jujur”.

Tokoh yang kompleks atau tokoh bulat ialah tokoh yang dapat dilihat semua isi kehidupannya. Tokoh tersebut menampilkan sisi baik dan buruknya. Ciri tokoh bulat yaitu dia mampu memberikan kejutan kepada kita karena muncul segi wataknya yang tidak terduga.

Dilihat dari fungsi penampilan, tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh protagonis dan antagonis. Tokoh protagonis

Page 7: Kumpulan Novel (Buku Umum)

M e m a h a m i N o v e l M e l a l u i U n s u r I n t r i n s i k

35

adalah tokoh yang mencerminkan norma-norma dan nilai-nilai yang ideal (baik) bagi kita. Tokoh ini biasanya menampilkan sosok jagoan, pahlawan kebenaran, dan pemenang dalam setiap konflik. Sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh yang menyebabkan terjadinya konflik. Biasanya tokoh antagonis adalah tokoh yang melawan atau menentang tokoh protagonis.

C. Latar 1. Hakikat Latar

Dalam sebuah cerita, harus terjadi pada suatu tempat dan waktu. Seperti halnya kehidupan ini yang juga berlangsung dalam ruang dan waktu. Fiksi adalah sebuah “dunia dalam kata” yang di dalamnya terjadi pula kehidupan, yakni kehidupan para tokoh dalam peristiwa-peristiwa tertentu. Jika di dalam cerita lama (klasik) tempat kejadian cerita dan tahun-tahun terjadinya disebutkan secara panjang lebar, tidak demikian halnya dengan cerita modern.

Unsur cerita yang menunjukkan kepada kita di mana dan kapan kejadian-kejadian dalam cerita berlangsung disebut latar (setting). Ada pula yang menyebutnya landas tumpu, yakni lingkungan tempat peristiwa terjadi. Dengan demikian, yang termasuk di dalam latar ini ialah tempat atau ruang yang dapat diamati: di sebuah desa, di kampus, di dalam penjara, di rumah, di kapal, dan seterusnya; dan waktu, hari, tahun, musim, atau periode sejarah, seperti di jaman revolusi fisik, di saat upacara sekaten, di musim kemarau yang panjang, dan sebagainya.

2. Deskripsi Latar

Secara garis besar latar cerita dapat dibagi ke dalam tiga bagian, yakni latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.

Page 8: Kumpulan Novel (Buku Umum)

36

M e m a h a m i N o v e l

a) Latar Tempat Latar tempat adalah hal yang berkaitan dengan masalah geografis. Latar tempat menyangkut deskripsi tempat suatu pe-ristiwa cerita terjadi, misalnya cerita di pedesaan, perkotaan, sekolah, atau ling-kungan rumah.

b) Latar Waktu Latar ini berkaitan dengan masalah sejarah

(historis), mengacu pada saat terjadinya peristiwa. Melalui pemerian waktu kejadian yang jelas, akan tergambar tujuan cerita secara jelas pula. Rangkaian peristiwa tidak mungkin terjadi jika dilepaskan dan perjalanan waktu, yang dapat berupa jam, hari, tanggal, bulan, tahun, bahkan zaman tertentu yang melatarbelakanginya.

c) Latar Sosial Latar sosial berkaitan dengan kehidupan

ke masyara katan. Latar sosial merupa-kan lukisan status yang menunjukkan se-orang atau beberapa orang tokoh dalam masyarakat yang ada di sekelilingnya. Status nya dalam kehidupan sosialnya dapat digolongkan menurut tingkatan nya, seperti kaya-miskin, pegawai negeri-buruh, dan sebagainya.

Page 9: Kumpulan Novel (Buku Umum)

M e m a h a m i N o v e l M e l a l u i U n s u r I n t r i n s i k

37

D. Plot/Alur1. Hakikat Plot

Unsur cerita yang tak kalah pentingnya adalah plot/alur atau jalan cerita. Menarik atau tidaknya cerita ditentukan pula oleh penyajian peristiwa demi peristiwa. Jalinan peristiwa tersebut memiliki hubungan sebab akibat, sehingga jika salah satu bagian dihilangkan maka akan merusak jalannya cerita tersebut.

2. Urutan Cerita

Plot atau alur sangat berkaitan dengan tokoh. Peristiwa-peristiwa dalam cerita tercermin melalui perbuatan, tingkah laku, dan sikap tokoh. Penyusunan alur bergerak secara bertahap.

Ada dua cara yang dapat digunakan dalam menyusun bagian-bagian cerita, yakni sebagai berikut.a) Pengarang menyusun peristiwa-peristiwa secara berurutan

mulai dari perke nalan sampai penyelesaian. Susunan yang demikian disebut alur maju. Urutan peristiwa tersebut meliputi:• mulaimelukiskankeadaan;• peristiwa-peristiwamulaibergerak;• keadaanmulaimemuncak;• mencapaititikpuncak;• pemecahanmasalah/penyelesaian.Urutan plot ini dapat digambarkan sebagai berikut.

• Penyelesaian

(ending)

Puncak cerita (klimaks)

Peristiwa mulai memuncak •

Peristiwa bergerak •

Melukiskan •

keadaanBagan: Urutan Plot dalam Cerita

Page 10: Kumpulan Novel (Buku Umum)

38

M e m a h a m i N o v e l

b) Pengarang menyusun peristiwa secara tidak berurutan. Pe ngarang dapat me mulai nya dari peristiwa terakhir atau peristiwa yang ada di tengah, kemudian menengok kembali pada peristiwa-peristiwa yang mendahuluinya. Susunan yang demikian disebut alur sorot balik (flash back).

Selain itu, ada juga istilah alur erat dan alur longgar. Alur erat adalah jalinan peristiwa yang sangat padu sehingga apabila salah satu peristiwa ditiadakan maka dapat mengganggu keutuhan cerita. Adapun alur longgar adalah jalinan peristiwa yang tidak begitu padu sehingga apabila salah satu peristiwa ditiadakan tidak akan mengganggu jalan cerita.

E. Sudut Pandang 1. Hakikat Sudut Pandang

Pernahkah kamu bercerita kepada temanmu? Tentunya, hamper setiap hari kamu berbagi cerita dengan teman. Pada saat menceritakan pengalamanmu sendiri, hakikatnya kamu menjadikan diri kamu sebagai pusat cerita. Pusat pengisahan dalam cerita disebut juga sudut pandang.

Sudut pandang atau pusat pengisahan (point of view) di-pergunakan untuk menentukan arah pandang pengarang terhadap peristiwa-peristiwa di dalam cerita sehingga tercipta suatu kesatuan cerita yang utuh. Oleh karena itu, sudut pandang pada dasarnya adalah visi pengarang, dalam arti bahwa ia merupakan sudut pandangan yang diambil oleh pengarang untuk melihat peristiwa dan kejadian dalam cerita.

2. Jenis Sudut Pandang

Secara garis besar, sudut pandang dibedakan dalam dua macam, yaitu sudut pandang orang pertama atau gaya “aku” dan sudut

Page 11: Kumpulan Novel (Buku Umum)

M e m a h a m i N o v e l M e l a l u i U n s u r I n t r i n s i k

39

a) “Aku” sebagai tokoh utamab) “Aku” sebagai tokoh tambahan

Contoh cerita dengan sudut pandang orang pertama:

pandang orang ketiga atau gaya “dia”. Sudut pandang orang pertama meliputi:

Sehari sebelum menyambut hari kemerdekaan

tiba, aku dan teman-teman sekolahku sibuk

menghiasi kelas. Kami memasang pita-pita

berwarna merah dan putih sesuai dengan

warna bendera negara Indonesia. Dalam rangka

merayakan hari kemerdekaan, sekolahku

mangadakan banyak sekali kegiatan-kegiatan

yang dapat diikuti oleh semua siswa dan siswi

di sekolah. Mulai dari perlombaan tradisional

seperti perlombaan balap karung, makan

kerupuk, panjat pinang dan masih banyak

yang lainnya. Sampai perlombaan yang

membutuhkan kemampuan berpikir seperti

cerdas cermat. Rencananya sekolah kami juga

akan mengadakan lomba menghias sepeda

untuk anak seusiaku.

Page 12: Kumpulan Novel (Buku Umum)

40

M e m a h a m i N o v e l

Sedangkan sudut pandang orang ketiga meliputi:

a) “Dia” mahatahu, yaitu cerita dikisahkan dari sudut “dia” (nama tokoh lain)

b) “Dia” terbatas, yaitu pengarang melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh cerita, tetapi terbatas pada seorang tokoh saja.

Contoh cerita dengan sudut pandang orang ketiga:

Aminuddin mengetahui bahwa Mariamin dalam ke-

takutan yang tiada tentu, barangkali disebabkan

hujan yang amat lebat itu serta melihat kilat dan

mendengar guruh yang tiada hentinya. Lalu ia pun

menghibur hati Mariamin, supaya sahabatnya itu

melupakan barang yang ditakutinya itu.

F. Gaya Bahasa Gaya bahasa adalah teknik pengolahan bahasa oleh pengarang dalam upaya menghasilkan karya sastra yang hidup dan indah. Pengolahan bahasa harus di dukung oleh pemilihan kata (diksi) yang tepat.

Gaya merupakan cara pengungkapan seseorang yang khas bagi seorang pengarang. Gaya juga dapat diartikan cara pengarang menggunakan bahasa. Gaya seorang pengarang tidak akan sama apabila dibandingkan dengan gaya pengarang lainnya. Sebab, pengarang tertentu selalu menyajikan hal-hal yang berhubungan erat dengan selera pribadinya dan kepekaannya terhadap segala

Page 13: Kumpulan Novel (Buku Umum)

M e m a h a m i N o v e l M e l a l u i U n s u r I n t r i n s i k

41

sesuatu yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu, sering dikatakan bahwa gaya adalah orangnya. Gaya pengarang adalah suara-suara pribadi pengarang yang terekam dalam karyanya.

Dalam menggunakan bahasanya, pengarang juga menggunakan majas. Peng gunaan majas inilah yang membuat sebuah cerita lebih bermakna atau mempunyai nilai sastra.

Ada beberapa bentuk majas yang sering digunakan dalam penulisan cerita. Berikut penjelasannya.

1. Majas Perbandingan

a. Perumpamaan (Simile)Perumpamaan (simile) adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan dengan sengaja kita anggap sama. Perbandingan itu secara eksplisit dijelaskan dengan pemakaian kata bagai, sebagai, ibarat, seperti, bak, laksana, semisal, seum pama, umpama, dan serupa.Contoh:

Sepuluh meter dari jembatan, terentang pipa

air bersih, menjalar seperti ular di atas kerangka

beton menyeberangi sungai yang sedang banjir.

b. MetaforaMetafora adalah perbandingan yang dilakukan secara tersirat antara dua hal yang berbeda. Metafora hamper sama dengan perumpamaan, hanya saja dalam metafora perbandingan dilakukan secara langsung tanpa menggunakan kata bagai, sebagai, ibarat, seperti, bak, laksana, semisal, seum pama, umpama, dan serupa.

Page 14: Kumpulan Novel (Buku Umum)

42

M e m a h a m i N o v e l

Raja siang mulai menampakkan dirinya diufuk

Timur. Udara yang semalam sangat dingin,

perlahan menjadi hangat.

Potongan kayu yang terseret mengetuk dinding

gubuk dan membangunkan kere-kere yang

tidur di dalamnya.

(Raja siang merupakan metafora/perbandingan langsung untuk matahari)

c. PersonifikasiPersonifikasi adalah majas yang melekatkan sifat-sifat insani (manusiawi) pada benda-benda yang tidak bernyawa. Penggunaan majas personi fikasi dapat memberi kejelasan dan memberikan bayangan angan (citraan) yang nyata.Contoh:

Contoh:

(Potongan kayu sebagai benda mati seolah-olah hidup dengan mengetuk dinding gubuk)

d. AlegoriAlegori adalah cerita kisahan yang mengiaskan hal lain atau kejadian lain. Alegori dapat dikatakan sebagai metafora yang dilanjutkan. Jadi memahami majas alegori harus dari keseluruhan cerita. Contoh cerita bermajas alegori adalah fabel. Dalam fabel, kisah yang disajikan menyangkut kehidupan manusia tetapi para tokohnya binatang. Jadi tokoh binatang tersebut merupakan bentuk alegori.

Page 15: Kumpulan Novel (Buku Umum)

M e m a h a m i N o v e l M e l a l u i U n s u r I n t r i n s i k

43

2. Majas Pertentangan

a. HiperbolaHiperbola adalah majas yang melebih-lebihkan apa yang sebenarnya dimaksud kan, baik jumlah, ukuran, atau sifat-sifatnya. Tujuan pengarang menggunakan majas hiperbola adalah untuk mendapatkan perhatian yang lebih saksama dari pembaca. Dengan kata lain, pengarang berusaha mencuri perhatian pembaca agar terus tertarik membaca ceritanya.Contoh:

Badannya kurus kering tinggal tulang berbalut kulit.

Sudah beberapa bulan ini, Kusno didera sakit

yang belum terobati.

b. LitotesLitotes sering dikatakan kebalikan dari hiperbola, yaitu majas yang di dalam pengungkapannya menyatakan sesuatu yang positif dengan bentuk yang negatif atau bentuk yang bertentangan. Kalau hiperbola melebih-lebihkan, sedangkan litotes melemahkan atau mengecilkan sesuatu hal, misalnya untuk merendahkan diri. Contoh:

Prestasi yang diraihnya di bidang olahraga saat

ini, belumlah seberapa. Bahkan mungkin itu

hanya kebetulan saja mengingat saingannya

yang tidak terlalu banyak.

Page 16: Kumpulan Novel (Buku Umum)

44

M e m a h a m i N o v e l

(Kalimat tersebut melemahkan dengan maksud untuk merendah. Padahal, dia memang sangat berprestasi di bidang olahraga).

c. IroniIroni adalah majas yang meyatakan makna yang bertentangan dengan maksud berolok-olok atau menyindir. Ironi biasanya disampaikan dalam bentuk humor atau guyonan. Tetapi ada juga yang disampaikan dalam bentuk kasar seperti sarkasme atau satire.Contoh:

Waduh, rajin benar kamu ini! Pukul sepuluh

baru bangun.

(Kata rajin sebetulnya dimaksudkan untuk menyindir orang yang malas bangun pagi)

3. Majas Pertautan

Ada beberapa majas yang termasuk dalam kelompok majas pertautan, yakni sebagai berikut.

a. MetonimiaMetonima adalah sejenis majas yang mempergunakan nama sesuatu barang untuk sesuatu yang lain yang berkaitan erat dengannya. Metonimia diartikan pula sebagai majas yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan orang, barang, atau hal, sebagai penggantinya.Contoh:

Dia pun memulai jamuan kata-kata mengenai

sebilah rencong. Sangat fasih dan terperinci, satu

per satu dari yang tersimpan di ruang itu.

Page 17: Kumpulan Novel (Buku Umum)

M e m a h a m i N o v e l M e l a l u i U n s u r I n t r i n s i k

45

Saya lebih suka Dewa karena lirik lagunya penuh

makna. Tema cinta yang diangkat lebih luas dan

menyentuh.

(Kata rencong merujuk pada sejenis senjata tajam khas Aceh yang berbentuk agak melengkung. Bertangkai lengkung, bersarung kayu)

(Yang dimaksud Dewa dalam kalimat tersebut adalah lagu-lagu yang dinyanyikan oleh kelompok band Dewa.)

b. SinekdokeSinekdoke adalah majas yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhannya atau sebaliknya. Sinekdoke digunakan untuk melihat kejadian langsung dari sumber yang menimbulkan peristiwa hingga gambaran lebih konkret.

Ada dua macam sinekdoke, yakni pars pro toto dan totem pro parte.1) Pars pro toto adalah sinekdoke bagian untuk keseluruhan.

Maksudnya untuk menonjolkan suatu hal dengan menye -butkan salah satu bagian yang terpenting dari kese luru han hal, keadaan, atau benda dalam hubungan ter tentu. Misalnya, untuk menggambarkan orang, hanya menyebutkan suara, mata, hidung, atau bagian tubuh yang lain.Contoh:

Sudah seharian ini, Tino tidak kelihatan batang

hidungnya. Mungkin karena dia telah berbuat

salah sehingga malu menemui teman-

temannya.

(Maksud batang hidungnya menyatakan keseluruhan)

Page 18: Kumpulan Novel (Buku Umum)

46

M e m a h a m i N o v e l

2) Totem pro parte adalah sinekdoke yang menyebutkan keseluruhan atau melihat sesuatu secara generalisasi untuk menonjolkan sebagian.Contoh:

Akhirnya, sekolahku menjuarai turnamen bola volli

antarsekolah se-Kabupaten Bandung.

(Yang mengikuti turnamen tentunya bukan satu sekolah, tetapi sebagian saja yang menjadi perwakilan)

c. EufimismeEufimisme adalah ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar atau tidak menyenangkan. Dengan kata lain, eufimisme merupakan penghalusan kata.Contoh:

Masyarakat berharap pemerintah membuka

lapangan pekerjaan seluas-luasnya untuk

memperkerjakan jutaan tunakarya.

(Kata tunakarya merupakan bentuk penghalusan dari kata pengangguran)

d. Alusi/AlisioAlusi adalah majas yang menunjuk secara tidak langsung pada suatu peristiwa atau tokoh yang sudah diketahui bersama memiliki hubungan sejarah.Contoh:

Monumen ini mengingatkan kita pada peristiwa

Bandung Lautan Api.

Page 19: Kumpulan Novel (Buku Umum)

M e m a h a m i N o v e l M e l a l u i U n s u r I n t r i n s i k

47

(Peristiwa Bandung Lautan Api adalah peristiwa pembumi-hangusan Kota Bandung bagian Selatan pada 24 Maret 1946)

4. Majas Perulangan

Salah satu majas yang termasuk majas perulangan adalah repetisi. Repitisi adalah majas yang mengandung pengulangan berkali-kali terhadap kata atau kelompok kata yang sama. Contoh:

Dalam kutipan percakapan cerpen tersebut, terdapat pe-ngulangan kata kecebur beberapa kali.

G. Amanat Unsur terakhir dalam kegiatan memahami cerita adalah amanat. Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan pengarang. Amanat dapat disampaikan secara tersirat (implisit) melalui tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir. Selain itu, amanat dapat pula disampaikan secara tersurat (eksplisit) melalui seruan,

“Apa mereka kecebur?”

“Mereka kecebur!”

“Anak-anak itu?”

“Kecebur!”

“Laki-laki dewasa itu?”

“Kecebur!”

“Gadis remaja itu?”

“Kecebur!”

“Nenek-nenek itu?”

“Kecebur!”

Page 20: Kumpulan Novel (Buku Umum)

48

M e m a h a m i N o v e l

saran, peringatan, anjuran, atau nasihat, yang disampaikan secara langsung di tengah cerita.

Nah, ketujuh unsur intrinsik tersebut dapat digunakan untuk memahami sebuah cerita pendek. Dengan begitu, kegiatan membaca cerpen akan lebih bermakna.