Kumpulan Makalah, Kliping, Proposal Dan Skripsi_ Pertanian Dan Proses Pembangunan
-
Upload
habib-setya-waldani -
Category
Documents
-
view
375 -
download
3
Transcript of Kumpulan Makalah, Kliping, Proposal Dan Skripsi_ Pertanian Dan Proses Pembangunan
06/11/13 KUMPULAN MAKALAH, KLIPING, PROPOSAL DAN SKRIPSI: PERTANIAN DAN PROSES PEMBANGUNAN
handikadwipratama.blogspot.com/2012/12/pertanian-dan-proses-pembangunan.html 1/12
KUMPULAN MAKALAH,KLIPING, PROPOSAL DANSKRIPSIAKUNTANSI KEPERILAKUAN (6) AKUNTANSI KEUANGAN (8) AKUNTANSI MANAJEMEN (9)
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (4)
TIK (7)
AKUNTANSI SYARIAH
(1) AUDITING (1) CONTOH LAPORAN (2) DAKWAH (2) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) (1) KESENIAN (1) LEMBAGA KEUANGAN BANK & NON BANK (1) PASAR MODAL (2)
PENDIDIKAN PANCASILA (1) PENGANTAR EKONOMI PEMBANGUNAN (1) PEREKONOMIAN INDONESIA (1) PROPOSAL USAHA (2)
Sabtu, 01 Desember 2012
PERTANIAN DAN PROSESPEMBANGUNAN
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu karakteristik dalam pembangunan ekonomi adalah pergeseran
jangka panjang populasi dan produksi dari sektor pertanian menjadi sektor
industri dan sektor jasa. Hanya sebagian kecil masyarakat dalam negara industri
yang hidup dari sektor pertanian (Lynn, 2003).
Konsep strategi pembangunan berimbang (balanced growth), yaitu
pembangunan di sektor pertanian dan sektor industri secara bersamaan
merupakan tujuan pembangunan yang paling ideal. Pada kenyataannya konsep
strategi pembangunan berimbang tidak dapat dilakukan oleh negara berkembang,
hal ini dikarenakan sumber daya yang tidak mencukupi untuk melakukan
pembangunan di sektor pertanian maupun sektor industri sekaligus (Lynn, 2003).
Kondonassis et al. (1991) menjelaskan bahwa pembangunan pada
sektor pertanian merupakan batu loncatan menuju pembangunan pada sektor
industri. Keberhasilan pembangunan industri di negara Jepang dan Taiwan
merupakan lanjutan keberhasilan pembangunan di sektor pertanian.
Pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah Jepang dan Taiwan
merupakan kontribusi yang sangat penting dalam mendukung pembangunan
pertanian. Pemerintah Jepang dan Taiwan juga berhasil dalam membangun
budaya kerja sehingga rakyat mereka memiliki produktivitas yang tinggi.
Kontribusi Pertanian pada Pembangunan Pertanian memiliki kontribusi yang
sangat besar kepada pembangunan (Lynn, 2003). Kontribusi pertanian tersebut
adalah:
1. Meningkatkan persediaan makanan.
2. Pendapatan dari ekspor.
3. Pertukaran tenaga kerja ke sektor industri.
4. Pembentukan modal.
5. Kebutuhan akan barang-barang pabrikan.
Lynn (2003) mengemukakan bahwa keberhasilan sektor pertanian bukan
hanya alat bagi pembangunan, tetapi keberhasilan di sektor pertanian juga
menjadi tujuan dari pembangunan. Pertanian dapat menjamin penyediaan
kebutuhan milyaran penduduk di masa depan. Hal yang berhubungan dengan
transformasi sektor pertanian:
1. Peningkatan produktivitas pertanian.
2. Penggunaan sumber daya yang dihasilkan untuk pembangunan di luar sektor
pertanian.
3. Integrasi pertanian dengan ekonomi nasional melalui infrastruktur dan pasar.
Handika Pratama
Ikuti 7
Lihat profil lengkapku
Tentang saya
► 2013 (34)
▼ 2012 (18)
► 12/16 - 12/23 (1)
► 12/02 - 12/09 (8)
▼ 11/25 - 12/02 (9)
KEMAJUAN IPTEK
SENI RUPA TERAPAN
PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKANAKTIVITAS
PENGAMBILAN KEPUTUSAN TAKTIS
KONSEP HUKUM DALAM ISLAM
ANALISIS BIAYA VOLUME LABA
GAMBARAN UMUM PEREKONOMIANINDONESIA
PERTANIAN DAN PROSES PEMBANGUNAN
PENCATATAN MUSYARAKAH DANMUDHARABAH
Dokumen Blog
Pilih Bahasa
Diberdayakan oleh Terjemahan
Ubah Bahasa
Statistik Tayangan Blog
2 9 0 6 7
Pengikut 0
Bagikan 0 Lainnya Blog Berikut» Buat Blog Masuk
06/11/13 KUMPULAN MAKALAH, KLIPING, PROPOSAL DAN SKRIPSI: PERTANIAN DAN PROSES PEMBANGUNAN
handikadwipratama.blogspot.com/2012/12/pertanian-dan-proses-pembangunan.html 2/12
Pada tahun 1970-an, produktivitas pertanian di Asia dan Afrika 45
persen di bawah negara barat pada saat awal revolusi industri. Sejak beberapa
dekade, pertumbuhan output pertanian semakin kecil dibandingkan dengan
pertumbuhan output secara keseluruhan (Lynn, 2003).
Pada abad XX, banyak ditemukan perlakuan yang salah kepada petani.
Di Uni Soviet pada tahun 1920-an, Stalin mewajibkan petani menjual hasil
pertaniannya kepada pemerintah dengan harga yang telah ditentukan oleh
pemerintah. Harga beli yang rendah dan harga jual yang tinggi menghasilkan
pendapatan bagi pemerintah. Petani kecil diperintahkan untuk bergabung
(collective farm), sebagai usaha untuk meningkatkan efisiensi dan hasil.
Pemerintah RRC juga mengikuti kebijakan collectivization (Lynn, 2003).
Kekuatan bukanlah alat untuk mengeksploitasi petani. Beberapa negara
berkembang menekan harga pertanian rendah, beberapa negara mengenakan
pajak akan aktivitas pertanian, mencabut modal pada daerah pedesaan, secara
umum dapat dikatakan banyak negara menempatkan industrialisasi di atas
segalanya. Model Lewis hanya membuat beberapa ekonom dan pembuat
kebijakan berpikir bahwa pertanian adalah tempat untuk mempekerjakan
kelebihan tenaga kerja yang tidak terserap oleh industrialisasi (Lynn, 2003).
BAB II
PEMBAHASAN
A. HARGA PERTANIAN: PASAR DAN PEMERINTAH
Salah satu persoalan dalam kebijakan pertanian adalah penetapan harga
dari produk pertanian. Pemerintah pada negara berkembang sering mengambil
alih keputusan penetapan harga. Pernyataan dari Ekonom barat bahwa negara
miskin harus membiarkan pasar bekerja terlihat bohong, terbukti dengan adanya
subsidi kepada pertanian pada negara maju (Lynn, 2003).
Keputusan apa yang akan ditanam, di mana akan dijual, di mana akan
dikerjakan, dan banyak pertanyaan yang harus dijawab oleh petani kecil, suatu
saat harus cepat, untuk merubah harga relatif. Perlawanan terhadap perubahan
adalah fungsi dari ke-tidak-aman-an ekonomi (Lynn, 2003).
a. Konsekuensi Pembatasan Harga (Price Ceiling)
Pandangan yang salah akan perilaku petani membawa pemerintah untuk
mengatur harga pasar terbawah. Banyak pemerintah mempercayai bahwa
pemaksaan akan mempertahankan produksi pertanian, padahal kekurangan
penawaran untuk pasar akan membuat harga menjadi tidak relevan bagi petani.
Kebijakan harga murah (low-price policy) yang mengenakan pajak pertanian dan
subsidi politik kepada masyarakat kota (Lynn, 2003).
Lynn (2003) menjelaskan bahwa pemerintah melakukan penetapan harga
dengan beberapa alasan. Penetapan harga yang rendah disebabkan oleh:
1. Pengertian yang salah akan respon petani terhadap harga, beberapa pejabat
pemerintah mempercayai bahwa dengan harga yang tinggi hanya orang kaya dan
petani besar saja yang diuntungkan.
2. Pemerintah berpendapat bahwa harga pangan yang rendah akan memberikan
dampak yang positif bagi konsumen dan keuntungan bisnis. Melalui marketing
boards, perusahaan yang membayar harga rendah pada petani dan menjual
dengan harga tinggi pada konsumen, terutama konsumen luar negeri
3. Pemerintah berpikir mereka dapat mengumpulkan dana untuk pembangunan.
4. Pemerintah percaya bahwa dengan penetapan harga pertanian yang rendah
dapat mendorong industrialisasi.
Sebagian besar dari asumsi tersebut adalah salah. Walaupun harga pangan dan
bahan baku yang rendah menguntungkan konsumen dan industri, akan tetapi hal
ini membunuh pertanian di banyak negara, terutama di Afrika. Petani yang miskin
dirugikan karena mereka hanya memiliki sedikit pilihan untuk menanami tanah
mereka (Lynn, 2003).
Karena kesalahan ini, pemerintah tetap segan membiarkan pasar untuk
menentukan harga pertanian. Pejabat pemerintah kadang mencurigai bahwa
pasar akan memberi kesempatan kepada tengkulak untuk mengeksploitasi petani
06/11/13 KUMPULAN MAKALAH, KLIPING, PROPOSAL DAN SKRIPSI: PERTANIAN DAN PROSES PEMBANGUNAN
handikadwipratama.blogspot.com/2012/12/pertanian-dan-proses-pembangunan.html 3/12
miskin. Kejadian tak terduga juga menyebabkan fluktuasi yang tinggi untuk
produk pertanian. Fluktuasi membatasi keefektifan dari harga sebagai sinyal
kepada produsen dan menyebabkan ketidakpastian pada konsumen. Produsen
merespon harga lebih dapat dipercaya (Lynn, 2003).
Harga pertanian yang ditentukan pasar mencerminkan keterbukaan pada
perdagangan luar negeri. Resesi dan subsidi pada negara industri dapat menekan
harga pertanian. Negara berkembang sebagai pengekspor produk pertanian akan
menekan pendapatan ekspor, produksi domestik yang bersaing dengan bahan
pertanian hasil subsidi dari negara maju akan rugi. Kemampuan untuk
menyediakan bahan pangan murah kepada rakyat terutama daerah kota akan
menjadikan problem tersendiri. Harga pangan yang tinggi akan menyebabkan
tuntutan gaji yang lebih tinggi, dan akan menstimulasi inflasi (Lynn, 2003).
b. Konsekuensi Lain pada Intervensi Harga
Banyak pemerintah negara berkembang mencoba untuk menjembatani
perbedaan antara harga pertanian yang terlalu tinggi untuk konsumen dan terlalu
rendah untuk produsen dengan melakukan intervensi dalam penetapan harga.
Pemerintah dapat menentukan harga farm-gate, yaitu harga yang diterima oleh
petani dengan tujuan untuk menjaga dan meningkatkan produksi. Proses ini
sangat rumit karena ada sejumlah banyak jenis hasil pertanian, dengan
kemungkinan untuk petani untuk melakukan subtitusi dari hasil pertanian satu ke
hasil pertanian lainnya. Pengendalian harga juga ditempatkan pada bahan
pertanian yang telah diolah pada tingkat harga eceran (Lynn, 2003).
Kesalahan dalam penetapan harga menyebabkan banyak masalah. Harga
farm-gate yang rendah mengakibatkan produksi rendah ataupun penjualan hasil
pertanian di luar jalur resmi. Harga eceran yang terlalu rendah menyebabkan
subisidi pemerintah yang besar (Lynn, 2003).
Pemerintah juga sering mencoba untuk mengimbangi harga farm-gate
yang rendah dengan subsidi harga bahan baku pertanian, akan tetapi hal ini
menimbulkan masalah tersendiri. Subsidi pada pabrik pupuk pemerintah yang
tidak efisien akan menyebabkan biaya produksi tinggi dan pengiriman yang tidak
efisien. Subsidi untuk membeli mesin menyebabkan overmechanization.
Mempromosikan kredit, baik melalui subsidi suku bunga atau mencoba kekuatan
bank untuk meminjamkan dana kepada petani, umumnya gagal mengefisienkan
alokasi dana untuk petani (Lynn, 2003).
Harga Bukan Segalanya Peter Timmer menyarankan bahwa fungsi utama
pemerintah bukan hanya merangsang produksi dalam jangka pendek, akan tetapi
juga dalam menciptakan iklim investasi dan ekspektasi pembuat keputusan pada
ekonomi pedesaan akan keuntungan aktivitas di pedesaan di masa depan. Harga
harus ditempatkan sesuai context (Lynn, 2003).
Sebuah penelitian mengenai kebijakan harga pertanian di Asia
menyimpulkan bahwa keuntungan mendorong produksi, keuntungan bukan hanya
menyangkut harga. Penelitian jangka panjang mengenai kebijakan pertanian oleh
Bank Dunia menyatakan bahwa bila insentif harga yang sesuai berdasarkan
makro ekonomi dan kebijakan sektoral memainkan peran penting dalam
menjelaskan kinerja, kualitas sumber daya alam dan dari teknologi, institusi,
politik, dan investasi manusia dan investasi menentukan kemampuan petani kecil
untuk mengelola tanah dan tenaga kerja, dua faktor penting yang menjelaskan
pertumbuhan (Lynn, 2003).
c. Masalah dari Liberalisasi Pasar Pertanian
Pengendalian pemerintah pada harga dan pemasaran pertanian terlihat
mencolok di beberapa negara Afrika. Penetapan harga masih tersisa di pasar,
pemerintah mengijinkan pendekatan privatisasi lebih besar (Lynn, 2003).
Pendekatan privatisasi telah berhasil dalam hal mengirimkan pangan
untuk daerah kota dan pedesaan, akan tetapi tidak ada peningkatan dalam
penawaran seperti yang diperkirakan oleh pendukung reformasi. Hal ini
menjelaskan bahwa memperoleh harga yang benar hanyalah bagian dari jawaban.
06/11/13 KUMPULAN MAKALAH, KLIPING, PROPOSAL DAN SKRIPSI: PERTANIAN DAN PROSES PEMBANGUNAN
handikadwipratama.blogspot.com/2012/12/pertanian-dan-proses-pembangunan.html 4/12
Kekurangan infrastruktur, penelitian, informasi pasar, dan dukungan legal dan
organisasi telah melemahkan kemampuan petani untuk mencapai harga yang lebih
tinggi (Lynn, 2003).
B. TANAH, TENAGA KERJA DAN MODAL
Faktor produksi seperti tanah (land), tenaga kerja (labor) dan modal
(capital) mengubah bahan baku menjadi barang dan jasa.
a. Tanah (Land)
Lynn (2003) mengemukakan bahwa kebijakan pertanian harus juga
memperhatikan masalah lingkungan. Dua aspek dari tanah sangat penting.Aspek
tersebut adalah:
1. Pengertian fisik dari tanah.
2. Hubungan legal antara tanah dan petani.
Petani harus mengerti mengenai karakteristik tanah sebelum memilih jenis
tanaman yang akan ditanam dan teknik yang akan digunakan. Monocropping
yaitu menanami area yang luas dengan satu jenis tanaman seperti yang pernah
dilakukan di Amerika Utara dan di Asia Tenggara dapat berbahaya. Cuaca
buruk, hama, penyakit, atau penurunan permintaan konsumen dapat merugikan
pada penanaman satu jenis tanaman (Lynn, 2003).
Diversifikasi tanaman yang sesuai memelihara nutrisi tanah dan melindungi
petani dari harga yang rendah pada penanaman jenis tanaman tunggal. Kebutuhan
untuk pengetahuan yang tinggi dan spesifik mengenai geografi dan ekologi berarti
penelitian diperlukan untuk menjamin kecocokan tanah, tanaman, dan teknik.
Teknik di sini termasuk pemilihan dan penggunaan pupuk, mesin yang tepat,
praktik pertanian itu sendiri seperti waktu tanam dan crop rotation (rotasi
tanaman) (Lynn, 2003).
Tekanan populasi dan perubahan pada tanaman atau metode pertanian
mengarah pada degradasi tanah (soil degradation). Studi pada pertanian Kenya
mengevaluasi sejumlah tanaman dari makanan pokok seperti jagung dan kedelai
untuk diekspor, termasuk teh, kopi, sayuran (seperti tomat), dan bunga.
Perlindungan tanah alami digantikan jagung dan kedelai sehingga mengurangi
kekuatan erosi tanah. Sayuran mendorong ekspor ke Eropa, membuat
perlindungan tanah yang jelek, menggunakan pupuk dan pupuk secara besar-
besaran, yang terbawa ke lokasi lain melalui saluran irigasi, dan menggunakan
bibit impor, yang dapat membawa hama asing. Teh yang diekspor selama
beberapa dekade, relatif ramah kecuali sejumlah besar bahan bakar yang
dibutuhkan saat proses pengeringan. Pertimbangan seperti inilah yang dibutuhkan
untuk memutuskan secara berhati-hati apa yang akan ditanam dan di mana akan
ditanam (Lynn, 2003).
Petani lebih produktif apabila mereka memiliki tanah secara langsung.
Akan tetapi karena kepemilikan tanah sangat mahal. Lynn (2003) menjelaskan
bahwa pembagian hasil panen (sharecropping) dapat mengurangi motivasi petani,
akan tetapi pembagian hasil panen memiliki dua keuntungan:
1. Mengurangi risiko bagi petani yang tidak memiliki modal, kecuali risiko cuaca
dan pasar yang tidak baik.
2. Pembagian hasil memberikan petani jalan untuk mendapatkan kredit kepemilikan
tanah.
Pentingnya hubungan antara petani dan pemilik tanah membawa satu isu
politik yang besar dalam pembangunan ekonomi yaitu reformasi tanah (land
reform), yaitu perubahan dalam struktur kepemilikan tanah (Lynn, 2003).
Sepanjang sejarah pembangunan dunia, kolonialisme memberikan bekas
pada tanah. Jepang di Korea dan bangsa Eropa dan Amerika di Afrika, Asia dan
Amerika Latin menghasilkan tanah yang hanya ditanami satu jenis tanaman,
seperti kopi, teh, tebu, pisang, dan lainya yang ditanam untuk ekspor. Penjajah
biasanya memiliki tanah yang paling subur, bahkan setelah kemerdekaan suatu
negara, perkebunan ini tetap dimiliki oleh bangsa asing, oleh karena itu kebutuhan
yang paling sering untuk reformasi tanah adalah untuk menggulingkan perkebunan
06/11/13 KUMPULAN MAKALAH, KLIPING, PROPOSAL DAN SKRIPSI: PERTANIAN DAN PROSES PEMBANGUNAN
handikadwipratama.blogspot.com/2012/12/pertanian-dan-proses-pembangunan.html 5/12
tersebut (Lynn, 2003).
Lynn (2003) mengemukakan bahwa pihak yang diuntungkan dari adanya
reformasi tanah adalah orang yang tidak memiliki tanah dan bekerja untuk pemilik
tanah dengan upah yang rendah. Beberapa pembenaran ekonomi untuk
menggulingkan perkebunan dan latifύndios (tanah luas) yaitu:
1. Pemilik asing yang pergi biasanya meninggalkan tanah dan dibiarkan
tak tergarap dan tidak memiliki kontribusi kepada pembangunan.
2. Tanaman cenderung untuk ekspor, sehingga adanya kekurangan
pangan untuk rakyat.
3. Kepemilikan tanah bagi petani kecil akan menyediakan insentif dan
akan mendorong metode pertanian yang lebih produktif.
4. Pemerataan pendapatan akan mendorong kebutuhan akan barang
konsumsi.
Pengalaman di Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan menunjukkan bahwa
distribusi tanah yang lebih merata. Bruce Johnston menyebut bentuk unimodal
yaitu tingkat kepemilikan medium sized kebalikan dari bimodal yaitu tingkat
kepemilikan yang sangat besar dan tingkat kepemilikan yang sangat kecil. Setelah
perang dunia kedua, pengusiran Jepang dari Korea menyebabkan distribusi tanah
yang dimiliki oleh Jepang dan orang Korea yang bekerja sama dengan Jepang
(Lynn, 2003).
Bukti empiris menunjukkan bahwa pertanian kecil lebih efisien. Beberapa
penelitian menghitung produktivitas pertanian kecil. Nilai tambah per hektar
menurun dengan meningkatnya ukuran kepemilikan tanah. Di lain pihak nilai
tambah per pekerja naik seiring dengan ukuran tanah, hal ini kemungkinan
adanya penggunaan mesin (mechanization) (Lynn, 2003).
Bila petani untuk dari bekerja lebih intensif sesudah reformasi, output per
hektar dapat meningkat walaupun output per pekerja turun, dan ini akan menjadi
menguntungkan sampai saat marginal product dari pekerja sama dengan gaji.
Mempekerjakan anggota keluarga pada pertanian kecil lebih efisien daripada
mengupah pekerja, hal inilah yang menyebabkan pemilik tanah pertanian yang
luas menyewakan tanahnya ke keluarga petani (Lynn, 2003).
Dari sisi ekologi, reformasi tanah harus bertujuan untuk menyediakan
keamanan yang diperlukan untuk mendorong penggunaan tanah yang
berkelanjutan (sustainable use of the land). Penggunaan tanah baik oleh individu
maupun kelompok dapat merusak kelanjutan dalam jangka panjang (sustainable
in the long run) karena keinginan untuk memperoleh keuntungan yang cepat
(Lynn, 2003).
Banyak penelitian menyimpulkan bahwa reformasi tanah sebagian besar
gagal. Kasus yang paling sukses adalah Jepang setelah perang dunia kedua,
Taiwan setelah menyingkirnya pemerintahan nasionalis dari daratan (mainland)
sejak revolusi komunis, dan Korea Utara setelah perang Korea, hal ini
dikarenakan adanya beberapa perkecualian (Lynn, 2003).
Lynn (2003) menjelaskan bahwa kunci keberhasilan reformasi tanah
seperti di Jepang dan Taiwan yaitu terdapat organisasi politik yang lebih baik dan
birokrasi pemerintahan mampu membawa reformasi. Reformasi yang dicoba di
Amerika Latin, Filipina, Mesir, dan India gagal karena satu dari problem di
bawah ini, problem tersebut adalah:
1. Ketidakmampuan kekuatan politik untuk membawa reformasi
2. Kurangnya kebijakan ekonomi yang tepat untuk mendukung pemilik
tanah yang baru.
b. Tenaga Kerja (Labor)
Lynn (2003) menjelaskan bahwa ada 2 karakteristik penting tenaga kerja pada
pertanian:
1. Orang yang menanam harus memiliki keahlian yang banyak.
2. Perempuan dan anak-anak memiliki bagian yang signifikan dalam tenaga kerja
pertanian.
Lynn (2003) menjelaskan bahwa kegiatan pertanian sangat bermacam-
macam. Kegiatan tersebut adalah:
06/11/13 KUMPULAN MAKALAH, KLIPING, PROPOSAL DAN SKRIPSI: PERTANIAN DAN PROSES PEMBANGUNAN
handikadwipratama.blogspot.com/2012/12/pertanian-dan-proses-pembangunan.html 6/12
1. Persiapan pengadaan alat kerja, tenaga kerja, bibit, pupuk dan hal lain yang
dibutuhkan.
2. Persiapan tanah.
3. Penanaman, penyiangan.
4. Penyemprotan pestisida.
5. Pengusiran burung dan binatang dari sawah.
6. Pengambilan hasil panen.
7. Penyimpanan hasil panen.
8. Penjualan hasil panen.
9. Perawatan peralatan.
Beberapa tanaman ditanam dan dipanen tidak dalam waktu bersamaan,
hal ini sering dilakukan lebih dari sekali setahun. Pertanian melibatkan juga
peternakan, baik skala besar, skala kecil, untuk diperdagangkan maupun
konsumsi sendiri (Lynn, 2003).
Lynn (2003) juga menjelaskan bahwa selain aktivitas di atas, petani juga memiliki
tugas lain. Tugas tersebut adalah:
1. Merawat rumah
2. Merawat anak dan orang tua.
3. Mencari pinjaman.
4. Berurusan dengan pemerintah.
5. Berpartisipasi pada politik desa dan organisasi sosial.
Kegiatan ini memerlukan penjadwalan yang tepat. Anak mungkin
diperlukan untuk bekerja di sawah, opportunity cost dari pendidikan mereka
akan menjadi lebih tinggi saat puncak musim, contohnya saat panen (Lynn,
2003).
Salah satu masalah yang dihadapi dalam mengembangkan produksi
pertanian adalah pembagian kerja berdasarkan gender. Di banyak negara
terutama di Afrika, bisnis pedesaan didominasi oleh wanita. Wanita dan anak-
anak mengemban beban yang paling berat secara fisik. Contohnya adalah jalan
jauh untuk mencari kayu bakar dan air, menyiapkan tanah, menyiangi, dan
memanen. Selain itu wanita sering menggendong anak. Wanita harus menjual
sebagian atau seluruh hasil panen serta mengerjakan pekerjaan rumah (Lynn,
2003).
Ringkasan dari 12 penelitian mengenai jam kerja harian di daerah
pedesaan menunjukkan bahwa hanya 2 kasus pria bekerja lebih lama, itupun
tidak signifikan (8,54 jam per hari dibandingkan 8,50 jam kerja wanita).
Sedangkan 10 penelitian lainnya mengungkapkan bahwa wanita bekerja lebih
lama (9,93 jam per hari dibandingkan 7,13 jam kerja pria) (Lynn, 2003).
Penyuluhan pemerintah ke desa biasanya hanya mengundang penduduk
pria saja, walaupun sebenarnya wanita yang mengerjakannya. Jarang ada proyek
pengembangan yang berorientasi kepada wanita (Lynn, 2003).
c. Modal
1. Masalah dengan Mesin
Lynn (2003) mengemukakan bahwa terdapat perbedaan antara
pembangunan pertanian di masa lalu yang terjadi di negara industri dengan yang
sekarang terjadi di negara berkembang. Di negara barat, intensitas modal (rasio
modal dengan pekerja) pertanian meningkat secara perlahan, biasanya
dikarenakan sumber daya tanah yang berlebihan. Penggunaan modal
berhubungan dengan kelangkaan tenaga kerja, hal ini kebalikan dengan padatnya
penduduk di daerah pedesaan saat ini. Keuntungan pertanian di awal negara
maju adalah:
1) Tidak tergantung dengan mesin, spare part, dan bahan bakar impor.
2) Memiliki kemampuan teknologi tanpa tergantung dengan ahli luar negeri.
3) Tidak berkompetisi dengan bahan pangan impor yang murah.
Penggunaan mesin harus dipertimbangkan untung ruginya. Mesin pertanian harus
tepat guna. Dengan penurunan area, alat tangan, mesin kecil, bajak lebih efisien
daripada penggunaan traktor. Pengaturan sosial yang baik dapat membuat
06/11/13 KUMPULAN MAKALAH, KLIPING, PROPOSAL DAN SKRIPSI: PERTANIAN DAN PROSES PEMBANGUNAN
handikadwipratama.blogspot.com/2012/12/pertanian-dan-proses-pembangunan.html 7/12
sekelompok orang untuk berbagi pakai mesin (Lynn, 2003).
2. Pendanaan Pembangunan Pertanian
Kurangnya dana pinjaman sering menghalangi petani dalam mengadopsi
teknologi baru. Institusi keuangan formal jarang didirikan di daerah pedesaan
karena bankir berpikir bahwa di pedesaan tabungan sangat kecil dan jarang ada
investasi yang menguntungkan. Institusi pemerintahan biasanya juga menunjukkan
perilaku yang sama (Lynn, 2003).
Ketika tabungan potensial ada di daerah pedesaan, tabungan individu
cenderung sedikit dan tersebar di antara populasi. Di beberapa daerah khususnya
di Amerika Tengah dan Karibia, berhasil mengumpulkan tabungan di daerah
pedesaan. Bank Grameen di Banglades biasanya menyediakan pinjaman non-
pertanian di daerah pedesaan. Proyek di Malaysia dan Malawi menunjukkan
hasil yang sama yang diperoleh negara lain. Bank Rakyat Indonesia mendirikan
sistem bank pedesaan yang telah mencapai “jutaan” nasabah berpendapatan
rendah di daerah pedesaan tanpa bergantung pada subsidi (Lynn, 2003).
Tujuan utama dari kebijakan kredit harus dapat menciptakan
seperangkat institusi keuangan di daerah pedesaan yang mandiri dan
berkelanjutan (self-sustaining). Tujuan dari institusi ini tidak hanya menyediakan
pinjaman dengan mudah, akan tetapi juga mampu memobilisasi tabungan. Institusi
ini harus menyediakan keuntungan untuk penabung (Lynn, 2003).
Pendanaan informal biasanya terdapat di daerah pedesaan, biasanya
menyediakan pinjaman dengan bunga tinggi dan memiliki kekuatan monopoli,
walaupun tidak semuanya. Pinjaman sudah menjadi kehidupan pada pertanian.
Kebutuhan komunitas diidentifikasi dengan kebutuhan individu. Institusi terbaru
yang mengganti pendanaan informal harus membuat kondisi menjadi lebih baik,
bukan lebih buruk (Lynn, 2003).
3. Adopsi Teknologi: Agricultural Extension
Mesin hanyalah salah satu aspek teknologi. Teknologi pertanian
melibatkan masalah fundamental seperti metode penanaman, pupuk untuk tanah
tertentu, dan cara penanaman bibit jenis baru yang benar. Penelitian sampai
menjadi bibit membutuhkan kondisi tanah dan iklim yang baik. Petani harus
mempertimbangkan hubungan antara pupuk dan ekologi. Efektivitas pupuk harus
seimbang dengan biayanya. Agricultural extension adalah sebuah cara untuk
pegawai pemerintahan yang telah terlatih untuk membantu petani belajar
mengenai dan menggunakan teknologi baru. Sebidang tanah kecil ditanami oleh
agen ekstensi dengan kondisi yang sama dengan yang dihadapi petani dapat
menghasilkan beberapa hasil. Sebaliknya, agen ini harus terbuka kepada teknik
yang digunakan penduduk lokal. Percobaan mengkonfirmasi bahwa petani akan
mengadopsi jenis bibit baru dan teknik baru yang terbukti dapat diandalkan
secara teknik maupun ekonomis. Pengalaman di Turki dan India menunjukkan
bahwa agen harus sering mendatangi pertanian. Sistem pelatihan dan kunjungan
(training and visit system) dari Bank Dunia menunjukkan keuntungan yang
dihasilkan dari kontrak antara agen dan petani (Lynn, 2003).
Inovasi lingkungan menjadi penting sehingga beberapa ekonom secara
eksplisit mengikuti model induced innovation dari pembangunan pertanian. Model
ini menekankan pada insentif untuk menabung dari sumber daya yang langka.
Pada negara yang memiliki keterbatasan sumber daya manusia, seperti Amerika
Serikat dan Kanada, pembangunan teknologi awalnya menekankan
menggunakan mesin yang banyak sehingga hanya diperlukan sedikit pekerja
untuk ladang pertanian yang besar. Pada negara yang memiliki keterbatasan
tanah dan modal, seperti di Asia, induced innovation ditekankan pada alat biologi
dan kimia untuk meningkatkan produktivitas (Lynn, 2003).
4. Karakteristik Sosial dari Teknologi: The Green Revolution
Green Revolution merujuk pada peningkatan produksi dengan kombinasi
dari jenis bibit yang tinggi (high yielding) hasilnya dengan penggunaan air dan
pupuk yang intensive. Aplikasi dari teknologi baru ini memiliki konsekuensi sosial
(Lynn, 2003).
Green Revolution pada tahun 1960-an dan 1970-an adalah tanggapan
06/11/13 KUMPULAN MAKALAH, KLIPING, PROPOSAL DAN SKRIPSI: PERTANIAN DAN PROSES PEMBANGUNAN
handikadwipratama.blogspot.com/2012/12/pertanian-dan-proses-pembangunan.html 8/12
pada keprihatinan global mengenai pertumbuhan yang lambat dari produksi
pangan di negara berkembang. Ini adalah hasil dari penelitian pertanian yang
sebagian besar dilakukan oleh International Rice Research Institute di Filipina dan
International Maize and Wheat Improvement Center (CIMMYT adalah
singkatannya dalam bahasa spanyol) di Mexico. Penelitian ini mengenalkan bibit
yang high yielding varieties (HYVs – kadang disebut juga MVs – modern
varieties), dan dielu-elukan sebagai penyelamat pertanian negara berkembang
(Lynn, 2003).
Kesulitan timbul ketika bibit ini membutuhkan sejumlah tanah, air, pupuk
dan mesin yang sering tidak dimiliki petani kecil. Beberapa orang melihat hal ini
sebagai cara lain dari pemiskinan petani kecil, memperkaya pemilik tanah dan
negara maju yang menyediakan inputs (Lynn, 2003).
Sebuah studi yang dilakukan Inderjit Singh (1990) menunjukkan
beberapa hasil Green Revolution Banglades, India dan Pakistan yang
menghasilkan output per hektar dua kali lipat daripada bibit tradisional.
Walaupun tanpa penggunaan pupuk, beberapa HYVs menghasilkan satu
setengah kali hasil dari padi tradisional dan satu dua per tiga untuk gandum. Singh
(1990) menyimpulkan bahwa banyak penyakit sosial berhubungan dengan paket
HYVs adalah disebabkan kebijakan implementasi bukan teknologinya (Lynn,
2003).
Artikel mengenai analisis Green Revolution di Banglades menyimpulkan
bahwa Green Revolution menghasilkan padi yang lebih banyak dan lebih
konsisten akan tetapi tidak cukup untuk meningkatkan konsumsi per kapita.
Konsumsi padi-padian digantikan oleh konsumsi pangan lainnya seperti buah,
sayuran, dan ikan (Lynn, 2003).
Petani dan para ahli lingkungan prihatin akan dampak dari penggunaan
bibit dan teknologi baru terhadap kerusakan tanah. Bila kesuburan tanah rusak
dan keanekaragaman tanaman berkurang, ini akan menjadi masalah besar bagi
ekologi (Lynn, 2003).
Bagi pemerintah, apabila penyediaan pangan relatif terjamin, maka
pemerintah dapat mengganti perhatian kepada kebutuhan pembangunan yang
lainnya. Berkurangnya subsidi pemerintah dapat membebaskan beberapa sumber
daya untuk penelitian, pendidikan dan infrastruktur (Lynn, 2003).
Bioteknologi menjanjikan dapat mengatasi masalah keterbatasan Green
Revolution. Penelitian rekayasa genetik ditujukan untuk meningkatkan
kemampuan tanaman untuk mengambil nitrogen dari tanah, tahan akan penyakit,
dan meningkatkan nilai nutrisi. Biofertilizers digunakan untuk membantu tanaman
menyerap lebih banyak nitrogen dari atmosfer, dan tanaman hijau dapat
digunakan sebagai pupuk pengganti pupuk kimia (Lynn, 2003).
C. ASPEK TAMBAHAN PADA PEMBANGUNAN PERTANIAN
Pembangunan pertanian adalah bagian utuh dari pembangunan. Industri
harus menyediakan barang untuk petani. Lapangan kerja non pertanian perlu
untuk mempertahankan keluarga di daerah pedesaan. Produksi pangan harus
konsisten dengan selera konsumen (Lynn, 2003).
a. Barang Insentif
Petani tidak memproduksi surplus untuk mendapatkan uang. Uang sangat
berharga jika ada barang yang bisa dibeli, kadang disebut barang insentif
(incentive goods). Apabila barang insentif kurang tersedia, hasil pertanian dapat
turun, atau bisa terjadi penyelundupan bahan baku ke luar negeri untuk
ditukarkan dengan barang konsumsi. Kekurangan barang insentif juga dapat
menyebabkan eksodus populasi (Lynn, 2003).
b. Industri Pedesaan
Pertanian bukan satu-satunya aktivitas yang dilakukan di daerah
pedesaan. Kegiatan lainnya seperti kegiatan jasa yang berhubungan dengan
pertanian, yaitu pemasaran, pendanaan, penyediaan jasa sosial, perawatan mesin,
jasa eceran, pemerintahan dan jasa manajemen dan administrasi. Sebagai
tambahan, pedesaan juga membutuhkan manufakturing, dari bahan baku yang
dihasilkan dari sektor pertanian, yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen dari
06/11/13 KUMPULAN MAKALAH, KLIPING, PROPOSAL DAN SKRIPSI: PERTANIAN DAN PROSES PEMBANGUNAN
handikadwipratama.blogspot.com/2012/12/pertanian-dan-proses-pembangunan.html 9/12
daerah yang jauh. Aktifitas tersebut meliputi pengolahan padi dan pengolahan
makanan lainnya, pakaian, barang kulit, material konstruksi, dan peralatan
pertanian (Lynn, 2003).
Bukti empiris mengindikasikan bahwa kegiatan industri di pedesaan tidak hanya
menyediakan lapangan kerja, akan tetapi juga menyediakan sumber penghasilan
yang penting bagi rumah tangga di pedesaan. Beberapa bukti menunjukkan
industri di pedesaan lebih efisien dan ekonomis daripada industri skala besar di
kota (Lynn, 2003).
Urbanisasi memiliki pengaruh positif dan pengaruh negatif. Penelitian dari Uttar
Pradesh, sebuah daerah di India menunjukkan urbanisasi dapat memberikan
aliran dana ke relasinya di pedesaan (Lynn, 2003).
Sumbangan penting bagi kegiatan non pertanian di daerah pedesaan adalah
pemberdayaan wanita untuk mengelola kegiatan non pertanian di daerah
pedesaan. Sebagai tambahan dalam pengembangan pangan, seperti pemasaran
pangan, atau sebagai pekerja kerajinan atau pekerja pabrik, pendapatan wanita
penting untuk meningkatkan hidup di atas garis kemiskinan. Pendidikan wanita,
status resmi, dan akses kredit akan mendukung posisi wanita di dalam industri
pedesaan (Lynn, 2003).
c. Konsumsi Pangan: Perubahan Pertanian dan Makanan
Kebiasaan makan sangat sulit untuk diubah, bahan pangan jenis baru
akan sulit diterima. Pengembangan teknologi baru di bidang pertanian harus
menyesuaikan keinginan pasar (Lynn, 2003).
Pada sisi sebaliknya, perubahan kebiasaan makan juga menimbulkan
persoalan. Perubahan negara berkembang menjadi negara industri, mereka akan
terpaksa membeli apapun yang ditawarkan, pengenalan akan jenis pangan yang
baru menyebabkan perubahan selera. Hal ini dapat mempengaruhi produksi lokal
kurang bersaing dengan komoditi baru. Pemerintah harus berhati-hati akan hal ini,
pemerintah jangan menggunakan sistem harga buatan yang mendorong makanan
pengganti yang mahal (Lynn, 2003).
D. PERAN PEMERINTAH
Campur tangan pemerintah di bidang pertanian merupakan fenomena
yang telah mendunia. Subsidi pertanian dan dukungan pemerintah pada negara
maju hanya mendorong efisiensi dan merusak negara miskin dengan menurunkan
daya saing hasil pertanian negara miskin (Lynn, 2003).
a. Peran Mikro Ekonomi Pemerintah
Salah satu “rule of thumb” yang baik adalah perusahaan swasta yang independen
memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage) dari badan pemerintah
dalam membawa fungsi komersial, seperti produksi atau pemasaran produk
pertanian dan mendistribusikan kebutuhan pertanian. Di Tanzania, Zambia dan
beberapa negara di Afrika, pemerintah mengambil alih pendanaan, industri
pokok, dan operasi impor ekspor. Dalam 10 sampai 15 tahun, dengan alasan
menghilangkan eksploitasi perusahaan swasta, pemerintah tersebut
mengoperasikan jasa angkutan lokal, mendirikan retail kecil, dan beberapa
perusahaan skala kecil. Dari aktivitas ini dengan cepat membuat buruk
perekomomian karena maraknya ketidakmampuan dan korupsi (Lynn, 2003).
Lynn (2003) menjelaskan bahwa campur tangan pemerintah harus dibatasi,
campur tangan pemerintah di sektor pertanian sangat sulit untuk diidentifikasi.
Beberapa aktivitas sangat penting untuk dilakukan pemerintah karena tidak
terjangkau oleh petani kecil.
1. Infrastruktur
Pemerintah, baik daerah maupun nasional, memiliki peran penting dalam
menyediakan infrastruktur. Beberapa proyek seperti jalan, listrik, komunikasi,
dan irigasi membutuhkan modal yang besar, jangka panjang dan menciptakan
ekonomi eksternal. Infrastruktur ini membuat pertanian lebih produktif dan
menghancurkan rintangan masuk ke pasar, selain itu juga meningkatkan efisiensi
dari alokasi sumber daya.
2. Informasi
Penyediaan informasi sangat bermacam-macam. Petani membutuhkan
06/11/13 KUMPULAN MAKALAH, KLIPING, PROPOSAL DAN SKRIPSI: PERTANIAN DAN PROSES PEMBANGUNAN
handikadwipratama.blogspot.com/2012/12/pertanian-dan-proses-pembangunan.html 10/12
informasi mengenai kondisi pasar, teknologi baru dan cuaca. Penelitian dan
pengembangan menjadi target utama pemerintah, juga jasa tambahan yang
membawa hasil riset ke pertanian. Pendidikan dan pelatihan membantu petani
meningkatkan dan mengolah operasi mereka.
3. Membangun pasar
Pemerintah dapat membantu menciptakan dan meningkatkan pasar
dengan menyediakan pengukuran akurat untuk hasil panen, penyediaan asuransi
kegagalan panen, dan mendorong kredit skala kecil untuk membuat simpan
pinjam lebih mudah bagi petani. Pada beberapa kasus ketika area terisolasi,
pemerintah dapat memulai membuat transportasi, penyimpanan, dan pemasaran
fasilitas, aktivitas ini akan dilakukan oleh sektor swasta dan individu setelah
penghalang antara pasar runtuh.
4. Kebijakan Publik
Pemerintah harus berhati-hati akan efek dari insentif yang diberikan.
Sebagai contoh, pajak sangat penting akan tetapi tidak boleh mengurangi insentif
produksi, karena akan menyebabkan perbandingan harga pedesaan dan
perkotaan turun (rural/urban terms of trade).
b. Peran Makro Ekonomi Pemerintah
Studi mengenai dampak pemerintah pada pertanian sering menunjuk
kepada masalah makro ekonomi yang tidak berhubungan dengan pertanian.
Dampak ini dirasakan melalui 5 harga makro yaitu gaji, tingkat bunga, biaya sewa
tanah, indek harga pertanian, dan nilai tukar mata uang (Lynn, 2003).
Tingkat bunga mempengaruhi ketersediaan dana untuk petani. Bila
tingkat bunga tinggi demi memerangi inflasi, kredit akan terlalu mahal bagi petani
yang tidak memiliki banyak modal (Lynn, 2003). Kenaikan inflasi memiliki
dampak negatif dalam penurunan daya beli. Masyarakat kota dapat menekan
pemerintah untuk menekan harga pangan di bawah harga pasar. Biaya sewa
tanah dapat naik sejalan dengan inflasi, harga tanah kemudian akan menjadi lebih
tinggi, kenaikan ini menyebabkan petani miskin tidak memiliki tanah (Lynn,
2003). Perbandingan nilai tukar petani (agriculture term of trade) akan tidak
dapat diprediksi dengan peningkatan inflasi. Harga biasanya tidak naik secara
sama, pemerintah lebih menekan harga pangan dari pada harga barang industri
yang akan dibeli oleh petani. Inflasi menghambat investasi dan memperlambat
peningkatkan produktivitas pertanian (Lynn, 2003).
Pemerintah juga dapat mengacaukan ekonomi dengan keputusannya
dengan memanipulasi nilai tukar mata uang. Bila mata uang domestik dihargai di
atas harga pasar, akan menyebabkan kehancuran terbesar di sektor pertanian.
Pertama hal ini akan menghambat ekspor, karena orang asing harus membayar
lebih mahal untuk mendapatkan mata uang untuk membeli barang tersebut.
Padahal pasar dunia sangat kompetitif. Kemudian hal ini mendorong impor
karena mata uang asing relatif lebih murah, impor pangan akan menyebabkan
tekanan bagi produksi, harga dan pendapatan di sektor pertanian. Impor barang
modal dan barang intermediasi menyebabkan bias dalam produksi domestik
menjadi industri dan menjauhi pertanian. Hal ini merusak pertanian di negara
berkembang dan pemerintah perlu mencermati adanya keterkaitan antara makro
ekonomi dan pertanian (Lynn, 2003).
E. PANGAN DAN PERTANIAN: SEBUAH KAJIAN KESEIMBANGAN
Ada sebuah pertanyaan fundamental mengenai tujuan pembangunan
pertanian. Pertanian lebih dari hanya sekedar produksi pangan. Pertanian juga
meliputi industri hasil pertanian seperti kapas, benang, pyrethrum (obat serangga),
dan tembakau. Tidak semua tanaman ditanam untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri melainkan juga untuk ekspor. Ada perdebatan mengenai pilihan yang harus
diambil apakah negara miskin harus berkonsentrasi pada produksi bahan pangan
dasar atau menanam tanaman untuk ekspor untuk mendapatkan devisa. Pilihan
tidak hanya terbatas masalah keuntungan produsen ataupun permintaan
konsumen. Ketergantungan dari banyak negara dalam pertanian berarti bahwa
jenis tanaman memiliki dampak besar bagi pembangunan negara (Lynn, 2003).
a. Politik Kolonial
06/11/13 KUMPULAN MAKALAH, KLIPING, PROPOSAL DAN SKRIPSI: PERTANIAN DAN PROSES PEMBANGUNAN
handikadwipratama.blogspot.com/2012/12/pertanian-dan-proses-pembangunan.html 11/12
Diposkan oleh Handika Pratama di 00.36
Label: PENGANTAR EKONOMI PEMBANGUNAN
Di bawah pemerintahan kolonial, petani tidak dapat selalu memilih
tanaman yang akan ditanam. Kekuatan kolonial mendikte pertanian sesuai
kebutuhan negara penjajah, yang utamanya ditujukan untuk konsumsi langsung
negara penjajah dan perdagangan. Perkebunan gula di Karibia dan Afrika,
Perkebunan sisal di Afrika dan Asia, dan beberapa area lainnya adalah perintah
dari pemerintahan kolonial. Kewajiban membayar pajak kepada petani dalam
bentuk uang tunai memaksa petani untuk menanam tanaman demi uang daripada
melakukan barter dan memaksa petani untuk meninggalkan keluarganya untuk
bekerja di perkebunan yang jauh. Kemerdekaan disertai ketidakpercayaan
kepada kekuatan pemerintah kolonial dan pasar dunia, memunculkan sebuah
pertanyaan baru, haruskah sebuah negara mengubah orientasi produksi untuk
memenuhi kebutuhan sendiri, atau melanjutkan untuk bergantung pada ekspor
hasil pertanian untuk memperoleh devisa yang akan digunakan untuk mengimpor
makanan (Lynn, 2003).
b. Swasembada Pangan dan Ketahanan Pangan
Banyak kerusakan dilakukan pada produksi pertanian. Ketergantungan
pada bahan pangan impor melahirkan kebijakan pemerintah untuk bermaksud
memperoleh swasembada pangan dan ketahanan pangan (Lynn, 2003).
Swasembada pangan (self-sufficiency) penting untuk negara yang enggan
bergantung pada saat kritis atau bergantung pada fluktuasi harga pangan
internasional. Pada tahun 1973 harga beras dunia naik 85%, diikuti 90% pada
tahun selanjutnya, hanya turun sepertiga di tahun 1975 dan 30% di tahun 1976.
Banyak ekonom memilih ketahanan pangan daripada swasembada pangan. Hal
ini melibatkan gabungan dari produksi domestik dan kepercayaan pada pasar
internasional sebagai tambahan penting, dan teori ekonomi lama yaitu keuntungan
komparatif (comparative advantage). Suatu negara memproduksi barang yang
secara biaya relatif lebih unggul dan mengimpor barang lainnya, hal ini akan
mengolah sumber daya lebih efisien serta memproduksi lebih banyak output dan
pendapatan, makanan impor akan lebih murah daripada penggunaan sumber
daya domestik yang tidak efisien (Lynn, 2003).
Swasembada pangan lebih mahal. Bukti menunjukkan bahwa kebijakan
pertanian yang sesuai dapat menyeimbangkan bermacam-macam ekspor dan
bahan pangan (Lynn, 2003).
c. Situasi Pangan
Kelaparan adalah sebuah fenomena setempat. Bank Dunia pada tahun
1986 dalam laporannya mengenai kemiskinan dan kelaparan (poverty and hunger
began by noting) menyatakan dunia memiliki banyak makanan. Pertumbuhan
global pangan lebih cepat daripada pertumbuhan populasi yang buruk pada 40
tahun terakhir.
DAFTAR PUSTAKA
· http://blogs.unpad.ac.id/selviwulandari/2010/06/03/peranan-pertanian-dalam-
pembangunan/
· www.google.com
Rekomendasikan ini di Google
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
06/11/13 KUMPULAN MAKALAH, KLIPING, PROPOSAL DAN SKRIPSI: PERTANIAN DAN PROSES PEMBANGUNAN
handikadwipratama.blogspot.com/2012/12/pertanian-dan-proses-pembangunan.html 12/12
Posting Lebih Baru Posting LamaBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Masukkan komentar Anda...
Beri komentar sebagai: Google Account
Publikasikan
Pratinjau
Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.