Kuljar Acara IV
-
Upload
dicky-endrianto-saputro -
Category
Documents
-
view
57 -
download
3
description
Transcript of Kuljar Acara IV
ACARA IV
KULTUR JARINGAN BUAH NAGA (Hylocereus undatus)
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Buah naga atau sering disebut kaktus manis atau kaktus madu
merupakan buah yang baru dikenal di Indonesia. Buah naga termasuk
dalam keluarga tanaman kaktus dengan karakteristik memiliki duri pada
setiap ruas batangnya. Prospek buah naga di pasar domestik cukup baik
karena penggemarnya semakin meningkat. Hal tersebut dapat dilihat
dengan semakin banyaknya buah naga di supermarket atau pasar swalayan
di beberapa kota di Indonesia.
Untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin meningkat
perlu diadakan perbanyakan tanaman buah naga. Metode kultur jaringan
merupakan salah satu alternatif perbanyakan tanaman yang tepat. Karena
dengan teknik kultur jaringan, dapat menghasilkan dalam jumlah yang
banyak dan dalam waktu yang singkat. Buah naga rentan terhadap
penyakit. Salah satunya adalah cacat batang. Hal ini akan memperngaruhi
produktivitas tanaman.
Untuk dapat bersaing dengan produk dari luar negeri, petani harus
mampu memproduksi buah naga dengan kualitas baik. Untuk
mendapatkan kualitas yang baik tanaman induk harus sehat dan bebas dari
penyakit. Dengan teknik perbanyakan kultur jaringan selain menghasilkan
tanaman dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang singkat juga dapat
menghasilkan bibit buah naga yang bebas dari penyakit. Sehingga akan
menghasilkan varietas tanaman buah naga baru dengan sifat-sifat yang
unggul.
Pada praktikum kultur jaringan buah naga (Hylocereus undatus)
bagian yang digunakan sebagai eksplan berupa ruas-ruas batang muda
tanaman buah naga. Penggunaan ruas batang muda buah naga bertujuan
untuk mendapatkan organ yang masih juvenile sehingga bersifat
29
30
meristematik, artinya organ tersebut masih aktif membelah. Organ tersebut
akan berdeferensiasi menjadi kalus. Sehingga keberhasilan kultur jaringan
buah naga cukup tinggi.
2. Tujuan
a. Mengetahui teknik kultur jaringan buah naga.
b. Mengetahui pengaruh BAP dan Paclobutrazol terhadap pertumbuhan
dan perkembangan eksplan buah naga.
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Acara Kultur Jaringan Buah Naga dilaksanakan pada
hari Selasa, tanggal 1 Mei 2012 pada pukul 10.00 WIB – selesai,
bertempat di Laboratorium Bioteknologi Kultur Jaringan Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
B. Tinjauan Pustaka
Tanaman buah naga paling baik ditanam di dataran rendah, pada
ketinggian 20 - 500 m diatas permukaan laut. Kondisi tanah yang gembur,
porous, banyak mengandung bahan organik dan banyak mengandung unsur
hara, pH tanah 5 – 7 sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman buah naga.
Tanaman ini peka terhadap kekeringan dan akan membusuk bila kelebihan air.
Untuk mempercepat proses pembungaan dibutuhkan penyinaran cahaya
matahari penuh (Maruli, 2009).
Keberhasilan teknik kultur jaringan dipengaruhi antara lain oleh jenis
eksplan, yaitu bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan untuk inisiasi
suatu kultur, dan komposisi media yang digunakan. Pada dasarnya, semua
tanaman dapat diregenerasikan menjadi tanaman sempurna bila ditumbuhkan
pada media yang sesuai. Salah satu komponen media yang menentukan
keberhasilan kultur jaringan adalah jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh
yang digunakan (Nina dan Euis, 2009).
Pertumbuhan pucuk, inisiasi, dan perbanyakan tunas aksilar yang
dihasilkan umumnya dirangsang dengan cara menambahkan hormon
pertumbuhan (umumnya sitokinin) ke dalam media pertumbuhannya.
Perlakuan ini dapat merangsang pertumbuhan tunas samping dan
31
mematahkan dominasi apikal dari pucuk yang dikulturkan. Selain itu,
dominasi apikal juga dapat dihilangkan dengan perlakuan-perlakuan lain
misalnya pemangkasan daun-daun yang terdapat pada buku-buku tunas atau
meletakkan eskpan dalam posisi horizontal (Dodds, 1993).
Eksplan adalah bagian tanaman yang dipergunakan sebagai bahan
awal untuk perbanyakan tanaman. Faktor eksplan yang penting adalah
genotipe/varietas, umur eksplan, letak pada cabang, dan seks (jantan/betina).
Bagian tanaman yang dapat digunakan sebagi eksplan adalah pucuk muda,
batang muda, daun muda, kotiledon, hipokotil, endosperm, ovari muda,
anther, embrio, dan lain-lain (Anonim, 2008).
Paclobutrazol berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah akar yang
terbentuk. Pemberian paclobutrazol mempunyai peran penting membantu
secara tidak langsung dalam menginduksi terbentuknya akar melalui
penghambatan pembentukan giberelin. Pemberian BAP tidak berpengauh
nyata terhadap jumlah akar. Pada konsentrasi tinggi sitokinin mampu
mendorong proliferasi tunas tetapi menghambat terbentuknya akar
(Yunus dan Dwi H, 2006 ).
Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan
dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur
jaringan adalah tunas. Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan
menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur
jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan
setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk
melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang
terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru
(disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan bakteri) (Anonim, 2011).
32
C. Alat, Bahan dan Cara Kerja
1. Alat
a. LAFC lengkap dengan lampu bunsen
b. Petridish dan botol-botol kultur
c. Peralatan diseksi yaitu pinset besar/kecil dan pisau pemes
2. Bahan
a. Eksplan : buah naga (Hylocereus undatus)
b. Media kultur
c. Alkohol 96%
d. Aquadest steril
e. Spirtus
f. Chlorox (sunclin)
3. Cara Kerja
a. Mempersiapkan eksplan
b. Mensterilkan eksplan (dilakukan di dalam LAFC)
1) Merendam eksplan dalam larutan chlorox 50 % selama 5 menit.
2) Membilas eksplan dengan aquadest steril
c. Menanam eksplan
1) Membuka penutup botol media perlakuan
2) Mengambil eksplan dan menanamnya di media perlakuan dengan
pinset. Setelah digunakan, pinset harus selalu dibakar di atas api.
3) Selama penanaman, mulut botol harus selalu dekat dengan api
untuk menghindari kontaminasi.
d. Memelihara
1) Menempatkan botol-botol media berisi eksplan di rak-rak kultur
2) Menjaga suhu, kelembaban dan cahaya lingkungan di luar botol
3) Menyemprot botol-botol kultur dengan spirtus 2 hari sekali untuk
mencegah kontaminasi
e. Mengamati selama 1 bulan, yaitu :
1) Presentase keberhasilan kultur jaringan buah naga
2) Saat muncul tunas dan akar, mengamati 2 hari sekali
33
3) Jumlah daun dan jumlah akar pada akhir pengamatan
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Kultur Jaringan Eksplan Buah Naga (Hylocereus undatus)
Eksplan TanggalSaat Muncul (HST) Jumlah
Ket.Akar Tunas Daun Kalus Akar Tunas Daun
Buah naga
7 Mei - - - - - - - -10 Mei - - - - - - - -14 Mei - - - - - - - -17 Mei - - - - - - - Jamur21 Mei - - - - - - - Jamur24 Mei - - - - - - - Jamur28 Mei - - - - - - - Jamur31 Mei - - - - - - - Jamur
Sumber : Laporan Sementara
Gambar 4.1 Eksplan Buah Naga Terkontaminasi Jamur
2. Pembahasan
Pada praktikum kultur jaringan acara IV ini kita menggunakan
eksplan berupa daun tanaman buah naga. Asal eksplan akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan eksplan di dalam botol
kultur. Faktor eksplan yang penting adalah genotipe/varietas, umur
eksplan, letak pada cabang, dan seks (jantan/betina). Bagian tanaman yang
dapat digunakan sebagi eksplan adalah pucuk muda, batang muda, daun
muda, kotiledon, hipokotil, endosperm, ovari muda, anther, embrio, dan
lain-lain (Anonim, 2008).
34
ZPT yang digunakan dalam kultur jaringan buah naga adalah BAP
dengan konsentrasi 2 ppm dan Paclobutrazol dengan konsentrasi 0,5 ppm.
Sitokinin (BAP) berfungsi menstimulasi pembelahan sel, proliferasi kalus,
pembentukan tunas. Menurut Rahardja (1993), sitokinin termasuk hormon
yang dapat mempengaruhi pembelahan sel pada jaringan tanaman yang
ditumbuhkan pada media buatan. Paclobutrazol mempunyai peran penting
dalam menginduksi terbentuknya akar melalui penghambatan
pembentukan giberelin.
Pengamatan pada praktikum ini dilakukan selama 4 minggu. Dari
tabel 4.1 dapat diketahui bahwa eksplan buah naga yang ditanam tidak ada
yang tumbuh dan mati sebelum muncul akar, tunas dan kalus. Eksplan
terkontaminasi oleh jamur yang memenuhi botol kultur. Kegagalan dalam
kultur jaringan buah naga ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Pertama, faktor eksplan. Dalam perbanyakan tanaman secara kutur
jaringan, eksplan merupakan faktor penting penentu keberhasilan. Umur
fisiologis, umur ontogenetik, ukuran eksplan, serta bagian tanaman yang
diambil merupakan hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih
eksplan yang akan digunakan sebagai bahan awal kultur. Sifat totipotensi
sel bahan tanam antara satu tanaman dengan yang lain berbeda, bahkan
pada satu tanaman sejenis. Eksplan yang digunakan untuk kultur jaringan
seharusnya merupakan batang muda, karena pada bagian tersebut
merupakan jaringan meristematik.
Kedua, komposisi media yang kurang mendukung pertumbuhan
eksplan buah naga. Penambahan zat pengatur tumbuh (ZPT) paclobutrazol
secara tidak langsung mempunyai peran penting untuk menginduksi
terbentuknya akar melalui penghambatan pembentukan giberelin. Namun
pemberian BAP dengan konsentrasi yang lebih tinggi, sitokinin mampu
mendorong proliferasi tunas tetapi menghambat terbentuknya akar.
Dengan penambahan BAP inilah akar terhambat untuk terbentuk sehingga
buah naga tidak dapat tumbuh (Yunus dan Dwi H, 2006).
35
Ketiga, eksplan terkontaminasi oleh jamur. Hal ini dapat terjadi
karena kondisi didalam botol kultur yang kurang aseptis, sehingga eksplan
dapat terkontaminasi oleh jamur berwarna putih kecoklatan. Media kultur
jaringan mengandung nutrisi yang lengkap sehingga jamur dapat tumbuh
dengan baik. Kondisi eksplan dan media yang mengalami kontaminasi
menghambat pertumbuhan tunas, akar, dan daun sehingga pemberian ZPT
tidak berpengaruh.
Faktor lain yang mempengaruhi kegagalan dalam kultur jaringan
buah naga adalah pencahayaan dan temperatur udara. Kebutuhan cahaya
untuk eksplan selama kultur jaringan sangat rendah. Sinar matahari
langsung tidak boleh digunakan dalam kultur jaringan. Tanaman induk
harus ditanam dan memperoleh sinar matahari langsung yang optimal.
Cahaya yang digunakan di dalam ruang penyimpanan botol kultur harus
optimal karena akan mempengaruhi pertumbuhan eksplan tanaman yang
dikultur.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat di ambil beberapa kesimpulan
antara lain:
a. Tanaman yang dikulturkan adalah buah naga (Hylocereus undatus)
dengan tujuan mendapatkan bibit bunga buah naga yang dapat
mendukung industri yang menghasilkan produk dengan bahan baku
ekstrak minyak buah naga.
b. Persentase keberhasilan pada eksplan buah naga sebesar 0 %.
c. Botol kultur mengalami kontaminasi jamur, sehingga eksplan tidak
dapat tumbuh.
d. ZPT yang digunakan dalam kultur jaringan buah naga adalah BAP 2
ppm dan Paclobutrazol 0,5 ppm. Konsentrasi BAP yang tinggi
menghambat pertumbuhan akar, sehingga eksplan tidak dapat tumbuh.
2. Saran
36
a. Pengamatan hendaknya dilakukan secara intensif setiap hari untuk
mendapatkan hasil yang lebih optimal.
b. Pemeliharaan eksplan yang ditanam hendaknya lebih intensif untuk
mencegah resiko kontaminasi.
DAFTAR PUSTAKA
37
Anonim. 2008. http://www.situshijau.co.id. Diakses pada 12 Mei 2012 pukul 13.00 WIB.
Anonim. 2011. Perbanyakan Nanas dengan Kultur Jaringan. http://distan.jakarta.go.id/. Diakses pada 8 Juni 2012.
Dodds, B. 1993. Plant tissue culture for horticulture. Queensland University of Technology Printing Unit Garden's Point Campus. Queensland.
Marlina, Nina dan Euis Rohayati. 2009. Teknik Perbanyakan Buah naga dengan Kultur Jaringan. Buletin Teknik Pertanian. Vol 14 (2). Hal.65-67.
Rahardja, P. C. 1993. Kultur Jaringan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Yunus dan Dwi Harjoko. 2006. Pengaruh Konsentrasi Paklobutrazol dan 6-BAP Terhadap Pembentukan Umbi Kentang. Agrosains 8 (1). Hal. 59.