Kuliah Memorial dr.Amino Gondohutomo, Selasa 21...

98
Skenario pelaksanaan Kebijakan JKN: Bagaimana mencegah kemungkinan terjadinya kegagalan dan menghadapi era MEA ? Prof. Dr. Laksono Trisnantoro MSc. PhD Magister Manajemen Rumahsakit (MMR) Fakultas Kedokteran UGM Kuliah Memorial dr.Amino Gondohutomo, Selasa 21 Oktober 2015 www.kebijakankesehatanindonesia.net

Transcript of Kuliah Memorial dr.Amino Gondohutomo, Selasa 21...

Skenario pelaksanaanKebijakan

JKN: Bagaimana mencegah

kemungkinan terjadinyakegagalan dan menghadapi

era MEA ?

Prof. Dr. Laksono Trisnantoro MSc. PhD

Magister Manajemen Rumahsakit (MMR)

Fakultas Kedokteran UGM

Kuliah Memorial dr.Amino Gondohutomo, Selasa 21 Oktober 2015

www.kebijakankesehatanindonesia.net

PembukaanAssalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua.

Yang terhormat:• Ibu Menteri Kesehatan dan Pimpinan Kementerian Kesehatan serta instansi

pemerintah lainnya• Pimpinan Pusat PERSI dan Pimpinan Cabang PERSI• Pimpinan berbagai Asosiasi Rumah Sakit dalam naungan PERSI• Para peserta semua

Pertama-tama perkenankanlah saya memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga kita berada dalam keadaansehat wal’afiat untuk mengikuti Kuliah Memorial dr. Amino Gondohutomo

Saya mengucapkan terimakasih kepada Ketua Umum PERSI yang telah memberikankehormatan untuk menyampaikan kuliah ini dengan judul:

Skenario pelaksanaan KebijakanJaminan Kesehatan Nasional:

Bagaimana mencegah kemungkinan terjadinya kegagalan dan menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ?

Hadirin yang saya muliakan

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan sebuahkebijakan pembiayaan yang meningkatkan permintaan akanpelayanan kesehatan:• Dalam pelaksanaan kebijakan JKN, jumlah pasien

meningkat, bahkan boleh dikata membludak. • Di tahun 2014 dan 2015, berbagai laporan menunjukkan

bahwa BPJS sebagai badan pelaksanaan JKN mengalamikekurangan dana.

• DI berbagai rumahsakit dilaporkan adanya antrian pasien, termasuk di RS-RS rujukan tertier di Jakarta.

• Banyak keluhan mengenai ketersediaan spesialis dan sub-spesialis.

Ada masalah-masalah serius di 2 front: JKN dan MEA.

Mengapa terjadi?

Adanya Hukum Ekonomi Demand and Supply

• Permintaan akan pelayanankesehatan (demand for health care)akan meningkat dengan adanyasystem asuransi kesehatan.

• Supply (penyedia jasa) terbatas.

Dalam Road Map pemerintah Kebijakan JKN diharapkanmengkover seluruh rakyat Indonesia pada tahun 2019.

1. Penduduk yang tercakup

2. Pelayanan kesehatan yang

dicakup,

3. Proporsi biaya pelayanan

kesehatan yang

ditanggung.

Apakahmampu

tercapai?

Apa yang terjadi di tahun 2015?

• Ketersediaan RS

• Ketersediaan dan distribusi DokterSpesialis

Ketersediaan Supply RS

• Ketersediaan RS masih timpang. Propinsi-propinsi di NTT, Papua, Sulawesi masih sulitakses

• Sebagian besar RS Kelas A dan Kelas B di Regional 1.

• Pembayaran dari BPJS menggunakan tarifberbasis INA-CBG

1. Regionalisasi menjadi 5 regional berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK)

2. Top up untuk kasus tertentu.

3. Tidak ada perbedaan tarif untuk rumah sakit umum dan khusus

4. Tarif INA-CBG’s merupakan tarif paket meliputi pelayanan medis maupun non medis.

Prinsip tarif INA-CBG’s

Jumlah RS Berdasar Kelas

No Keterangan A B C D Non Kelas

Per Oct 20151 Region 1 38 206 433 220 3542 Region 2 8 31 135 65 793 Region 3 8 76 206 84 1874 Region 4 2 6 25 10 115 Region 5 2 15 67 66 65

Region 1: DKI, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, BantenRegion 2: Sumbar, Riau, Sumsel, Lampung, Bali, NTBRegion 3: NAD, Sumut, Jambi, Bengkulu, Kepri, Kalbar, Sulut, Sulteng, Sulsel, Sultra, Gorontalo, SulbarRegion 4: Kalteng, KalselRegion 5: Kep. Babel, NTT, Kaltim, Maluku, Malut, Papua Barat, Papua

Region 1: Tempat RS-RS Kelas A danKelas B

No Region 1 A B C D Non Kelas

Per Oct 20151 DKI Jakarta 13 50 46 8 432 Jawa Barat 8 50 127 40 763 Jawa Tengah 8 33 103 78 554 DI Jogjakarta 3 12 11 26 205 Jawa Timur 5 42 111 61 1356 Banten 1 19 35 7 25

Total 38 206 433 220 354

Gambaran buruk pada Regional 5

Region 5: Buruk situasinyaNo Region 5 A B C D Non

KelasPer Oct 2015

1 Kepulauan Bangka Belitung

0 1 10 4 2

2 Nusa Tenggara Timur

0 1 15 18 10

3 Kalimantan Timur

2 7 21 9 14

4 Maluku 0 3 5 13 65 Maluku Utara 0 1 3 9 66 Papua Barat 0 0 4 4 87 Papua 0 2 9 9 19

Total 2 15 67 66 65

Apa akibatnya?

• Klaim INA-CBG banyakdipergunakan di Propinsi-propinsi padatRS dan pendudukseperti DIY, JawaTengah, DKI

• Propinsi NTT (misalnya) tidak mampumelakukan klaim karenakekurangan dokter danRS kelas A dan B.

• Pemerataantidak berjalan

Hadirin yang saya muliakan

Ketersediaan Suppy Tenaga DokterSpesialis

• Sampai akhir tahun 2015 belum adanyapeningkatan tenaga kesehatan khususnyadokter spesialis dan dokter sub-spesialis. sia, karena keterbatasan jumlah fasilitas danSumber Daya Manusia khususnya dokterspesialis.

Jumlah Spesialis5

,75

1

6,7

85

5,3

88

4,5

03

2,3

61

82

2

3,7

45

1,2

89

2,6

22

2,5

06

1,0

29

1,1

95

2,1

56

1,2

67

56

8

JUMLAH SPESIALIS (NASIONAL)

Per Oct…

Jumlah Spesialis 4 Dasar per Provinsi

-

200

400

600

800

1,000

1,200Spesialis 4 Dasar per Provinsi

SpA SpOG SpD SpB

Ketersediaan spesialis di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Banten lebih banyakdibanding di provinsi lain, di NTT hanya 0.2% dari total jumlah spesialis 4 dasar tersebut.

Per Oct 2015

Jumlah Spesialis per Provinsi5

,92

9

6,0

32

4,8

53

1,2

38

5,4

24

2,1

43

80

9

94

6

1,1

10

61

2 1,4

32

41

9

1,0

45

2,7

14

50

2

12

7

28

4

42

5

56

9

33

5 1

,71

4

15

5

67

19

4

58

8

17

3

32

1

68

5

11

7

10

7

10

2

25

2

DK

I JA

KA

RTA

JAW

A B

AR

AT

JAW

A T

EN

GA

H

DIY

JAW

A T

IMU

R

BA

NT

EN

SU

MA

TE

RA

BA

RA

T

RIA

U

SU

MA

TE

RA

SE

LA

TAN

LA

MP

UN

G

BA

LI

NT

B

NA

D

SU

MA

TE

RA

UTA

RA

JAM

BI

BE

NG

KU

LU

KE

PR

I

KA

LIM

AN

TAN

BA

RA

T

SU

LA

WE

SI

UTA

RA

SU

LA

WE

SI

TE

NG

AH

SU

LA

WE

SI

SE

LA

TAN

SU

LA

WE

SI …

SU

LA

WE

SI

BA

RA

T

KA

LIM

AN

TAN

KA

LIM

AN

TAN

KE

P. B

AB

EL

NT

T

KA

LIM

AN

TAN

TIM

UR

MA

LUK

U

MA

LUK

U U

TAR

A

PA

PU

A B

AR

AT

PA

PU

A

TOTAL SPESIALIS PER PROVINSI

Per Oct 2015

Ketersediaan spesialis di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Banten lebihbanyak dibanding di provinsi lain, di NTT hanya 1 % dari total jumlah spesialis tersebut.

Data di tahun 2015 menunjukkan:

• Supply pelayanankesehatan RS danjumlah dokter terbatas

• Tidak seimbangdistribusinya

• Menghasilkan dampakburuk untukpelaksanaan kebijakanJKN

• Kurang siap untukmenghadapi era MEA

Dampak kegagalan, antara lain:

• Jumlah Masyarakat yang dikover secara praktis, tidaksama dengan yang di atas kertas. Pernyataan bahwaadalah 90 juta yang terkover oleh PBI perlu diluruskan.

• Pemerataaan pelayanan kesehatan memburuk. Dana BPJS akan dinikmati oleh penduduk di perkotaan, khususnya di Regional 1.

• Mutu pelayanan kesehatan yang tidak baik karenakekurangan dokter dan antrean.

• Warga Negara Indonesia masih berobat ke luar negerikarena kekurangan spesialis dan sub-spesialis.

• Mengundang masuknya spesialis dan subspesialisasing.

Hasil Penelitian Monitoring KebijakanJKN oleh 12 Universitas di tahun 2014

Pencapaian Universal Coverage di tahun 2019 diproyeksikan ada di:

• DKI,

• DIY,

• Sumatera Selatan,

• Sumatera Barat,

• sebagian Kabupaten/Kota di Jawa Barat,

• sebagian kabupaten/kota di Jawa Tengah dan

• sebagian di Sulawesi Selatan.

Kemungkinan Pesimis

untuk tercapainya UHC melalui JKN pada tahun2019 ada di:

- NTT,

- Kalimantan Timur,

- sebagian Kab/Kota di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,

- Bengkulu, dan

- Sulawesi Tenggara.

Perbandingan antara DIY dan NTT:Pencapaian Universal Coverage

2014 2015 2016 2017 2018 2019

I: Maret

II: Nov maret Nov Maret Nov Maret Nov Maret Nov

DIY

NTT

Zero

SkenarioPesimis 2

Hasil Penelitian UGM dan UniversitasNusa Cendana (2015)

• Dana PBI di PropinsiNTT tidak terpakaisepenuhnya.

• Hal ini disebabkan olehkurangnya akses akibatjumlah RS yang sedikitdan jumlah tenagakesehatan yang terbatas

• Dana tidak terpakai inidapat dipergunakanoleh Propinsi lain

• Mencerminkan logikayang tidak tepat

BPJS Kekurangan Dana

• Pardede, 2015 25

Sumber: Data klaim Bulan Pelayanan Jan s/d Des 2014 (Bulan Pembebanan s/d Jan 2015) dari BPJS, Maret 2015.

Di tahun 2015, dilaporkanmengalamikekurangandana (Kompas, Oktober 2015)

Catatan kritis:JKN mempunyai tujuan untuk keadilan

Sosial

UU SJSN 20014 Pasal 2 mempunyai tujuan untuk:

• Meningkatkan keadilansosial bagi rakyatIndonesia

• Apakah tujuankebijakan JKN ini dapattercapai?

Hadirin yang saya muliakan

• Dengan adanyakemungkinan kegagalanJKN pada data 2015

Tujuan Kuliah Memorial iniuntuk

• Membahaskemungkinan kegagalankebijakan JKN

• Memaparkan usulanpencegahan

Metode

• Menggunakan pendekatan deskriptis dengandata Kementerian Kesehatan untukmengamati trend perkembangan supply RS dan tempat pendidikan spesialis

• Analisis Kebijakan Retrospektif

• Analisis Kebijakan Prospektif denganmenggunakan pendekatan skenario

Hasil

Trend Perkembangan Supply RS:

Trend 1. Perkembangan RS selama 4 tahun terakhir

Trend 2. Perkembangan tempatpendidikan tenaga spesialis dan sub-spesialis

Trend 1:

PerkembanganRS selama 4 tahun terakhir

Trend Perkembangan RS berdasarkankepemilikan

32

85

41

1

86

3

10

5

29

65

4

23

7

77

32

89

44

7

88

3

11

5

39

72

7

46

8

75

33

96

45

5

92

3

11

8

41

72

4

59

9

67

36

11

2

46

7

94

7

12

5

42

70

6

80

4

63

RS

TREND JUMLAH RS DI INDONESIA BERDASAR KEPEMILIKAN

2012 2013 2014 Updated (Oct 2015)

Trend Perkembangan Jumlah TempatTidur RS berdasarkan kepemilikan

13

,67

8

19

,18

3

38

,36

8

16

,19

1

24

4 1

0,1

26

2,1

81

47

,06

0

13

,66

7

1,3

79

19

5 8

,30

5

15

,78

2

22

,29

2

61

,95

7

16

,87

9

24

4

16

,65

4

3,6

04

60

,65

6

21

,79

1

8,3

08

2,2

36

7,9

70

17

,07

1

25

,69

6

67

,24

2

19

,62

2

26

8

16

,42

0

4,4

80

75

,72

3

28

,12

7

13

,35

6

3,2

49

7,1

96

17

,45

2 27

,83

7

73

,91

8

21

,74

7

50

5

17

,02

8

4,8

92

71

,71

1

38

,71

8

20

,64

0

4,1

46

7,1

79

TT

Trend Jumlah TT di Indonesia Berdasarkan Kepemilikan RS

2012 2013 2014 Updated

Perkembangan Jumlah RS Per Regional BPJS

Pertumbuhan RS per Regional

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

2012 2013 2014 Updated (Oct 2015)

Ru

mah

Sak

it

Pertumbuhan RS per Regional

Region 1

Region 2

Region 3

Region 4

Region 5

Keterangan:Region 1: DKI, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, BantenRegion 2: Sumbar, Riau, Sumsel, Lampung, Bali, NTBRegion 3: NAD, Sumut, Jambi, Bengkulu, Kepri, Kalbar, Sulut, Sulteng, Sulsel, Sultra, Gorontalo, SulbarRegion 4: Kalteng, KalselRegion 5: Kep. Babel, NTT, Kaltim, Maluku, Malut, Papua Barat, Papua

Regional 11

32

20

0 22

5

51

18

7

46

14

2

24

3

24

7

66

28

6

73

14

3

27

3

27

5

69

31

9

77

16

0

30

1

27

7

72

35

4

87

DKI JAKARTA JAWA BARAT JAWA TENGAH DI JOGJAKARTA

JAWA TIMUR BANTEN

TREND JUMLAH RS DI REGIONAL 1

2012 2013 2014 Updated (Oct 2015)

Regional 24

5

40 41

36

43

17

59

53

42 4

6

54

22

61

54

51

49

57

23

63

60

58

58

54

25

TREND JUMLAH RS DI REGIONAL 2

2012 2013 2014 Updated (Oct 2015)

Regional 34

5

15

3

22

18 22 3

3

32

23

67

22

9 7

51

17

4

27

18 2

5 38

35

25

76

23

11

8

53

15

6

29

19 25

44

40

26

82

25

12

9

62

17

7

33

19 24

44

42

31

79

28

12

10

TREND JUMLAH RS DI REGIONAL 3

2012 2013 2014 Updated (Oct 2015)

Regional 41

5

29

16

29

17

31

19

35

KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN SELATAN

TREND JUMLAH RS DI REGIONAL 4

2012 2013 2014 Updated (Oct 2015)

Regional 5

11

34 36

24

15

11

28

13

41

50

26

17

13

34

14

41

54

27

18

16

35

17

44

53

27

19

16

39

TREND JUMLAH RS DI REGIONAL 5

2012 2013 2014 Updated (Oct 2015)

Pertumbuhan Tempat Tidur

Pertumbuhan TT per Regional

-

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

160,000

180,000

2012 2013 2014 Updated (Oct2015)

TT

Pertumbuhan TT per Regional

Region 1

Region 2

Region 3

Region 4

Region 5

Keterangan:Region 1: DKI, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, BantenRegion 2: Sumbar, Riau, Sumsel, Lampung, Bali, NTBRegion 3: NAD, Sumut, Jambi, Bengkulu, Kepri, Kalbar, Sulut, Sulteng, Sulsel, Sultra, Gorontalo, SulbarRegion 4: Kalteng, KalselRegion 5: Kep. Babel, NTT, Kaltim, Maluku, Malut, Papua Barat, Papua

Catatan

• Jumlah TT RS PemerintahKabupaten meningkat

• Pertumbuhan RS Swasta Publik(non-Profit) dan RS Swasta for Private berkembang pesat

• Yang sangat pesat adalah yang Privat

Pertumbuhan RS Swasta Non Profit

0

20

40

60

80

100

120

140

160

Pertumbuhan RS Swasta Non Profit

2012 2013 2014 Updated

Rata-rata trend pertumbuhan Jatim : 13%

Pertumbuhan RS Swasta Non Profit

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

Regional 1 Regional 2 Regional 3 Regional 4 Regional 5

Pertumbuhan RS Swasta Non Profit

2012 2013 2014 Updated

Pertumbuhan RS Privat

020406080

100120140160180

Pertumbuhan RS Privat

2012 2013 2014 Updated

Rata-rata di setiap provinsi terdapat kenaikan jumlah RS Privat, selama +/- 3 tahun terakhirjumlah RS Privat terutama di Jatim naik 5x lipat dan di Jabar naik 2x lipat.

Pertumbuhan RS Privat

0

100

200

300

400

500

600

Regional 1 Regional 2 Regional 3 Regional 4 Regional 5

Pertumbuhan RS Privat per Regional

2012 2013 2014 Updated

Apa yang terjadi?

• Investasi RS banyakdilakukan swasta for profit

• Pemerintah tidakbanyak membangun RS baru

• Pemerintah Kab /kotabanyak menambah TT

• Kebijakan JKN menarikuntuk investasi oleh swasta

• RS baru swasta for profit banyak didirikan di Jawa(Regional 1)

Investor RS Swasta tidak banyak yang mempunyai ideologi ke arah pemerataan

pelayanan.Profit making merupakan dasar bekerja

Trend 2

Perkembangantempatpendidikan

Akreditasi FK-FK

UU Pendidikan Kedokteran. Yang diperbolehkanmenyelenggarakan pendidikan spesialisasi adalah

FK-FK dengan akreditasi A

Tempat pendidikandokter spesialis belumbanyak berubah.

Akreditasi FK-FK

Di tahun 2015:Tidak ada perubahan signifikan fakultas kedokteranyang bisa menyelenggarakan pendidikan Spesialis

dan Sub-Spesialis

Pendidikan Sub-spesialis

Mengalami keterkejutan pascakeluarnya UU Pendidikan Kedokterandi tahun 2013 yang mengamanahkanagar pendidikan ini masuk kekelompok formal.

Catatan:Pertemuan-pertemuan yang dilakukan oleh AIPKI pada tahun 2014 masihmenghadapi masalah dalam regulasi pendidikan sub-spesialis denganketersediaan dosen sesuai dengan aturan pendidikan formal yang university-based.

• Jumlah, penyebarandokter sub-spesialisbelum ada data yang akurat

• Tempat pendidikandokter sub-spesialismasih mengalamiguncangan pasca UU Pendidikan Kedokteran

• Menunjukkanrendahnya perhatianbangsa kepadapendidikan sub-spesialis

• Rentan untuk dimasukisub-spesialis dalamkonteks MasyarakatEkonomi Asean (MEA) yang dimulai tahun2015 ini

Masalah kronis:

Dosen pendidik klinis yang melakukan proses pendidikan residen dan sub-spesialis baru diaturdalam:

Permendikti dan Riset pada akhir tahun 2015 dengan keluarnya jenis dosen baru yang mempunyai Nomor Induk Dosen Khusus (NIDK).

Peserta proses pendidikan Spesialisdan Sub-spesialis

• Masih belum dianggap sebagaipekerja

• UU Pendidikan Kedokteran sudahmenetapkan bahwa mereka bukanmahasiswa biasa

Hadirin yang saya muliakan

Analisis Retrospektif:

• Trend pembangunan RS selama 4 tahunterakhir ini tidak mendukung tujuan kebijakanJKN dalam perspektif pemerataan;

• Situasi perkembangan tempat pendidikandokter spesialis dan sub-spesialis menjadisalahsatu faktor penghambat tercapainyatujuan kebijakan JKN

Bagaimana prospeknya?

Trend 1. Perkembangan RS selama 4 tahun terakhir

Trend 2. Perkembangan tempatpendidikan tenaga spesialis dansub-spesialis

Apakah membaik, ataukah

Memburuk?

Pendekatananalisis prospektif

denganmengggunakan

Skenario

Skenario

pelaksanaanJaminanKesehatanNasional

Skenario manayang mempunyai

probabilitasterbesar untuk

terjadi?

Analisis trend:Menunjukkan ke

Skenario terburuk

Gambaran akibat skenario terburuk

• Kebijakan RS Rujukan Nasional, Propinsi, dan regional akan gagal.

• Pasien-pasien gagal ditangani di daerah masing-masingkarena kekurangan tenaga spesialis dan peralatan. Pasien akan antre di Jakarta dan pasien yang dirujukmerupakan masyarakat yang berpenghasilan tinggi;

• Meningkatnya jumlah pasien akan tidak dapat diatasi. Waktu tunggu semakin lama. Pasien-pasien yang membutuhkan pelayanan tertier dan mampu akanterus ke luar negeri.

• Mutu pelayanan akan memburuk, terutama yang membutuhkan teamwork yang baik.

Dampak secara politis

• Kesenjangan antar daerah semakinmeningkat, berlawanan dengan UU SJSN dan UUD serta NawacitaPresiden RI;

• Dalam MEA, Indonesia akan rentanuntuk dimasuki spesialis dan sub-spesialis asing;

Hadirin yang saya muliakan

•Apakah ada solusi untukmencegah masuknyaIndonesia ke skenarioterburuk?

Usulan Strategimencegah terjadinya

skenario terburuk

1. PenambahanRS danfasilitaskesehatan

2. Reformasi tempatpendidikan untukmemperbaiki jumlahdan distribusispesialis dan sub-spesialis

Mencakup:

a. Peningkatan jumlah RS untuk Pemerataan JKN

b. Penguatan RujukanNasional, Propinsi, danRegional

c. Kebijakan Kompensasi BPJS

Strategi 1. PenambahanRS danfasilitaskesehatan

a. Peningkatan jumlah RS dan tenagakesehatan untuk Pemerataan JKN

Dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Propinsi danKabupaten Kota

• Pemerintah Pusat perlu mengembangkan di daerah yang kemampuan fiskalnya rendah

• Pemerintah Kabupaten/Kota dan Propinsiyang kemampuan fiskal tinggi diharapkanmengembangkan fasilitas kesehatannya

b. Penguatan Rujukan Nasional, Propinsi, dan Regional

• Kemenkes diharapkan memicukebijakan ini agar selaras denganperkembangan JKN;

• Perlu membentuk kelompokpengembangan Rujukan yang terdiriatas berbagai pihak

• PERSI, ARSADA dan ARSPI membentuk KelompokKerja Persiapan RS Rujukan Nasional

• Anggota adalah semua RS Rujukan Nasional danRegional

• Setiap Anggota menyiapkan Tim Perubahan yang akan menjadi Unit Pengelola Rujukan

• Tim Perubahan dibentuk, termasuk adanya: Kelompok-kelompok klinis yang menjadi RujukanNasional.

• Tim Klinik ini dipimpin oleh Klinisi yang bergairahuntuk maju

Usulan Operasional di level RS

Tim di setiap RS akan menyusun Rencana Perubahanyang dipakai sebagai dasar untuk Revisi Rencana Stratejik

Bisnis

c. Kebijakan Kompensasi BPJS

• Dana Kompensasi BPJS (berdasar UU SJSN di tahun2004)

• Diatur lebih lanjut denganPermenkes no 71 tahun 2013

Bagian Kedelapan Permenkes 2013Pemberian Kompensasi

Pasal 30

(1) Dalam hal di suatu daerah belum tersedia Fasilitas Kesehatan yang memenuhi syarat guna memenuhi kebutuhan medis sejumlah Peserta, BPJS Kesehatan wajib memberikan kompensasi.

(2) Penentuan daerah belum tersedia Fasilitas Kesehatan yang memenuhi syarat guna memenuhi kebutuhan medis sejumlah Pesertaditetapkan oleh dinas kesehatan setempat atas pertimbangan BPJS Kesehatan dan Asosiasi Fasilitas Kesehatan.

(3) Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalambentuk :

• penggantian uang tunai;

• pengiriman tenaga kesehatan; dan

• penyediaan Fasilitas Kesehatan tertentu.

(4) Kompensasi dalam bentuk penggantian uang tunaisebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a berupapenggantian atas biaya pelayanan kesehatan yang diberikan olehFasilitas Kesehatan yang tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.

(5) Besaran penggantian atas biaya pelayanan kesehatansebagaimana dimaksud pada ayat (4) disetarakan dengan tarifFasilitas Kesehatan di wilayah terdekat dengan memperhatikantenaga kesehatan dan jenis pelayanan yang diberikan.

(6) Kompensasi dalam bentuk pengiriman tenaga kesehatan danpenyediaan Fasilitas Kesehatan tertentu sebagaimana dimaksudpada ayat (3) huruf b dan huruf c dapat bekerja sama dengandinas kesehatan, organisasi profesi kesehatan, dan/atau asosiasifasilitas kesehatan.

Aturan lebih lanjut mengenai kriteria kompensasi ditetapkandengan PKetentuan lebih leraturan BPJS Kesehatan.

Perlu dijalankan segera

Perlu Visi baru:Strategi 2. Reformasi tempatpendidikan untukmemperbaikijumlah dandistribusi spesialisdan sub-spesialis

Sistem PendidikanSpesialis dan Sub-spesialis menjadi

bagian integral sistempelayanan kesehatan.

Perlu Visi baru:Strategi 2. Reformasi tempatpendidikan untukmemperbaikijumlah dandistribusi spesialisdan sub-spesialis

Sistem PendidikanSpesialis dan Sub-spesialis menjadi

bagian integral sistempelayanan kesehatan.

Mengapa?

Mengapa?

Setelah JKN hampir 2 tahun berjalan:

Tidak ada hubungan antaratempat pendidikan spesialis dansub-spesialis denganperkembangan pelayanankesehatan

Dua sistem yang terpisah

SistemPendidikanKedokteran

SistemPelayananKesehatan

Dua sistem yang terpisah

SistemPendidikanKedokteran

SistemPelayananKesehatan

Salah satu faktor yang menjadipenentu perkembangan jumlah dan

distribusi spesialis di Indonesia

Dua sistem yang terpisah

SistemPendidikanKedokteran

SistemPelayananKesehatan

Perlu Integrasi dalampendidikan spesialis dan

sub-spesialis

Apa arti Integrasi?

Sebuah proses untuk mencapai koordinasiyang mulus dan dekat antara berbagai

kelompok organisasi atau system.

Integrasi ke dua sistem ini mencakup, antara lain:• Pemahaman akan nilai-nilai dan prinsip yang melandasi

pendidikan spesialis dan subspesialis dalamhubungannya dengan pelayanan kesehatan;

• Perencanaan bersama termasuk perencanaankeuangan;

• Pelaksanaan

1. Nilai-nilai dan Prinsip yang akandiubah dalam integrasi ini.

SistemPendidikanKedokteran

SistemPelayananKesehatan

Residen dan Fellow bukanmahasiswa biasa

Saat ini:

Residen dan Fellow dianggapoleh pelaku di system pendidikan dokter danpelayanan kesehatan

sebagai mahasiswabukan pekerja.

Perubahan yang diharapkan:

• Berdasarkan UU PendidikanKedokteran tahun 2013: Mahasiswa pendidikanspesialis dan sub-spesialis

harus sebagai bukanmahasiswa biasa.

• Mereka berhak mempunyaihak termasuk insentif dankewajiban-kewajibansebagai seorang pekerja.

Landasan Hukum

Sudah Jelas:

Berdasarkan Undang-undang No 20 Tahun 2013 tentang sistem Pendikan Kedokteran Indonesia yang menyatakandalam Pasal 31 Paragraf 3 :

tentang Hak dan Kewajiban Mahasiswa

• 1) Setiap Mahasiswa berhak:

– memperoleh insentif di Rumah Sakit Pendidikan danWahana Pendidikan Kedokteran bagi Mahasiswa program dokter layanan primer, dokter spesialis-subspesialis,dandokter gigi spesialis-subspesialis;

2. Pelaksanaan Pendidikan yang perlulebih diintegrasikan

SistemPendidikanKedokteran

SistemPelayananKesehatan

Residen dan Fellow harus menjadi bagian tidakterpisahkan dari SDM kesehatan yang bekerja

di RS

Landasan Etis dalam perubahan ini:

• Manusia yang sudah bekerja harusmendapatkan kewajiban dan hak (termasukpembayaran).

• Tidak boleh ada ekploitasi oleh manusia kemanusia lainnya.

• Pendidikan harus beretika dan profesionaluntuk menghasilkan lulusan yang etis danprofessional, menghadapi era MEA danglobalisasi.

3. Penggunaan Penggunaan Dana BPJS

SistemPendidikanKedokteran

SistemPelayananKesehatan

Belum ada aturan tentang hubungan BPJS dengan residen

Kondisi Saat ini:

Tidak ada koordinasi antara BPJS sebagai bagian dari system pelayanan kesehatan denganpendidikan kedokteran.

Klaim INA-CBG yang diterima olehrumahsakit masih belum jelashubungannya dengan residen.

Sistem remunerasi RS masihbanyak yang tidakmemperhitungkan residen.

Perubahan yang dilakukan:

• Dana dari klaim INA-CBG BPJS harus diatur sehingga sebagiandapat dipergunakan untukmembayar para residen danfellow di RS pendidikan dan RS jaringan pendidikan.

• Residen perlu masuk sebagaibagian dari pembayaran untuktenaga kesehatan.

Hal-hal strategis yang diperlukandalam reformasi ini

1. Penguatan Lembaga Pendidikan Spesialis dan Sub-spesialis menghadapi 2 front: BPJS dan MEA;

2. FK/RS Pendidikan diharapkan melakukan kerjasamadengan RS luarnegeri untuk mendapatkan spesialisasing dan bekerja di Indonesia dalam rangka transfer teknologi

3. Penambahan RS-RS sebagai tempat pendidikan

4. Kementerian Pendidikan Tinggi dan Riset perlu lebihterlibat

5. Dukungan Jaringan Telekomunikasi dan Telematika

+ Catatan akhir:

Visi ini hanya bisa tercapaiapabila dilakukan oleh para:- Pimpinan Fakultas Kedokteran

dan- Direksi RS Pendidikan dan

jaringan,- KaProdi-Kaprodi, Kolegium,

serta- pejabat di Kementerian-

Kementerian

yang reformis dan visioner.

Bukan oleh mereka:- yang terperangkap

dalam sejarah yang gelap,

- yang ketakutan padahambatan danregulasi yang tidaktepat, serta

- yang tidak mampumenggunakan nalar.

Hadirin yang saya muliakan

Sebagai penutup Kuliah Memorial Amino Gondohutomo:

Analisis menunjukkan bahwa:

1. Sistem kesehatan Indonesia mengarah keskenario terburuk untuk tidak tercapainyatujuan JKN dan kurang siapnya menghadapiMEA

2. Perlu ada strategi mencegah ke skenarioterburuk

Strategipencegahan

skenario terburuk

1. PenambahanRS danfasilitaskesehatan

2. Reformasi tempatpendidikan untukmemperbaiki jumlahdan distribusispesialis dan sub-spesialis

Plus

Perlu adaamandemendalam UU SJSN dan UU BPJS serta berbagairegulasi lainnya.

Prinsip amandemen:• Dana PBI yang terbatas, jangan

sampai dipergunakan terlalubanyak oleh masyarakat mampu.

• Negara harus melindungi fakir miskin dulu;

• Membuka sumber danakesehatan dari orang kaya, agar lebih banyak dana untukpelayanan kesehatan

Plus

Saat ini:

- Klaim BPJS banyak dipakai oleh Non-PBI Mandiri- BPJS kesulitan dana

APBN

BPJS

Tax Income

Non-tax Income

Non-PBI Mandiri

Primary Care

Referral Care

Non-PBI exPT Askes

MoH

Out pof pocket

Other Ministries

PBI

Pemda

92Local Gov

Private Insurance

Masyarakatkaya mendapatbanyak darinegara

Saat ini:

- Klaim BPJS banyak dipakai oleh Non-PBI Mandiri- BPJS kesulitan dana

APBN

BPJS

Tax Income

Non-tax Income

Non-PBI Mandiri

Primary Care

Referral Care

Non-PBI exPT Askes

MoH

Out pof pocket

Other Ministries

PBI

Pemda

93Local Gov

Private Insurance

Masyarakatkaya mendapatbanyak darinegara

Claim Ratio <90%

Claim Ratio sekitar1300% di November 2014

Mendatang:

Diharap ada Kompartemen di BPJS.Jangan sampai dana PBI masuk ke Non-PBI

mandiriMasyarakat kaya diharapkan membeli askes

swasta dan tidak menggunakan dana PBI

APBN

BPJS

Tax Income

Non-tax Income

Non-PBI Mandiri

Primary Care

Referral Care

Non-PBI exPT Askes

MoH

Out pof pocket

Other Ministries

PBI

Pemda

95Local Gov

Private Insurance

Masyarakat kaya harus membeliasuransi swastalebih banyak danmengurangipemakaian PBI

Diharapkan:

Ada kebijakan yang mendorong:• Perusahaan asuransi

kesehatan menawarkan paketseperti Kaiser Permananteatau Blue Shield. Mengkoverperorangan dan keluargadengan premi yang masukakal, misal Rp 1 juta per orang per bulan.

• Premi BPJS yang Rp 59.500,-dan dibawahnya dihilangkan. Yang membayar Rp 25 ribu…Tidak boleh naik kelas.

Memberi efek:Tambahan dana kesektor rumahsakit.Mengurangi bebanberat BPJS

Apa peran PERSI pusat dan daerah?

• Menyadarkan bahwa ada masalah-masalah seriusdalam pelaksanaan JKN dalam kontekspemerataaan, kemampuan fiskal pemerintahmembiayai, dan masalah etika politik;

• Melakukan advokasi dan lobby, serta kerjabersama dengan berbagai pihak untuk melakukanberbagai strategi yang disarankan;

• Melakukan persiapan untuk amandemenberbagai pasal dalam UU SJSN dan BPJS sertaberbagai peraturan yang ada.

TERIMAKASIH

Powerpoin dapat didownload dari:www.kebijakankesehatanindonesia.netdanwww.manajemenrumahsakit.net