kudusKLA

2
Kkjhjj Menuju Kudus Kabupaten Layak Anak Kudus-Pencanangan Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) di seluruh Indonesia oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar direspon baik oleh aktivias perempuaan dan anak. Berdasar peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan No. 2 Tahun 2009 Tentang Kebijakan Kaupaten/Kota Layak Anak, setiap kabupaten/kota harus mengakomodir seluruh kepentingan dan keterkaitan anak. Ada enam bidang yang harus diintegrasikan dalam program KLA, yakni, bidang kesehatan, pendidikan, sosial, infrastruktur, lingkungan, dan pariwisata. Keberadaan KLA bertujuan untuk melindungi anak dari kekerasan seksual, psikir, dari perdagangan anak, perbudakan, dan eksplotitasi. Ketua Bidang I Perlindungan dan Anak Jaringan Perlindungan Perempuan dan Anak (JPPA) Sri Endang Erowati merespon positif rencana menjadikan Kudus sebagai KLA. Menurut dia, KLA akan membantu mengeliminir kekerasan terhadap anak dan perempuan yang selama ini banyak terjadi. Pihaknya mencatat bahwa kekerasan perempuan dan anak meningkat setiap tahun. Tahun 2008 kekerasan mencapai 24, tahun 2009 ada 30 kasus, dan tahun 2010 sampai bulan Juli ini mencapai 15 kasus. "Setiap tahun trennya meningkat. Komposisinya sama antara kekerasan yang dialami perempuan dan anak," kata Endang. Faktor terpenting yang mendominasi adalah buruknya moral pelaku. Menurut Endang faktor ekonomi mendorong orang untuk melakukan kekerasan. Endang menyontohkan ketika suami di PHK, dampaknya sampai pada psikis, sehingga menyebabkan mudah marah-marah dan berakhir perlakukan kasar dan aniaya terhadap istri dan anak. Untuk, menekan kekerasan dalam keluarga, dibutuhkan peran pemerintah dan masyarakat. Endang menyayangkan jika penanganan anak yang mengemis di pinggir jalan hanya dirazia, lalu diberikan pengertian yang benar."Harus ada program konkrit yang bisa mengalihkan aktivitas itu menjadi produktif.", tambah Endang. Bentuk gugus tugas Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuaan dan Perlindungan Anak pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPKB) Suartatik Agustin akan menindaklanjuti rencana pembentukan KLA di Kudus. Saat ini pihaknya terus melakukan sosialisasi. "Waktu dekat ini akan membentuk gugus tugas untuk mewujudkan KLA yang terdiri dari berbagai dinas terakit," papar Suartatik. Gugus tugas terdiri dari Wakil Pemerintah Daerah, Penegak hukum, Organisasi

description

la

Transcript of kudusKLA

KkjhjjMenuju Kudus Kabupaten Layak Anak

Kudus-Pencanangan Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) di seluruh Indonesia oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar direspon baik oleh aktivias perempuaan dan anak. Berdasar peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan No. 2 Tahun 2009Tentang Kebijakan Kaupaten/Kota Layak Anak, setiap kabupaten/kota harus mengakomodir seluruh kepentingan dan keterkaitan anak. Ada enam bidang yang harus diintegrasikan dalam program KLA, yakni, bidang kesehatan, pendidikan, sosial, infrastruktur, lingkungan, dan pariwisata.

Keberadaan KLA bertujuan untuk melindungi anak dari kekerasan seksual, psikir, dari perdagangan anak, perbudakan, dan eksplotitasi. Ketua Bidang I Perlindungan dan Anak Jaringan Perlindungan Perempuan dan Anak (JPPA) Sri Endang Erowati merespon positif rencana menjadikan Kudus sebagai KLA. Menurut dia, KLA akan membantu mengeliminir kekerasan terhadap anak dan perempuan yang selama ini banyak terjadi.Pihaknya mencatat bahwa kekerasan perempuan dan anak meningkat setiap tahun. Tahun 2008 kekerasan mencapai 24, tahun 2009 ada 30 kasus, dan tahun 2010 sampai bulan Juli ini mencapai 15 kasus. "Setiap tahun trennya meningkat. Komposisinya sama antara kekerasan yang dialami perempuan dan anak," kata Endang.Faktor terpenting yang mendominasi adalah buruknya moral pelaku. Menurut Endang faktor ekonomi mendorong orang untuk melakukan kekerasan. Endang menyontohkan ketika suami di PHK, dampaknya sampai pada psikis, sehingga menyebabkan mudah marah-marah dan berakhir perlakukan kasar dan aniaya terhadap istri dan anak.Untuk, menekan kekerasan dalam keluarga, dibutuhkan peran pemerintah dan masyarakat. Endang menyayangkan jika penanganan anak yang mengemis di pinggir jalan hanya dirazia, lalu diberikan pengertian yang benar."Harus ada programkonkrit yang bisa mengalihkan aktivitas itu menjadi produktif.", tambah Endang.

Bentuk gugus tugas Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuaan dan Perlindungan Anak pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPKB) Suartatik Agustin akan menindaklanjuti rencana pembentukan KLA di Kudus. Saat ini pihaknya terus melakukan sosialisasi. "Waktu dekat ini akan membentuk gugus tugas untuk mewujudkan KLA yang terdiri dari berbagai dinas terakit," papar Suartatik.

Gugus tugas terdiri dari Wakil Pemerintah Daerah, Penegak hukum, Organisasi Masyarakat, Organisasi profesi, dan peneliti/akademis. Tugasnya adalah membentuk program kerja aksi yang akan dilakukan. Meski pihaknya tidak menarget kapan KLA terbentuk, sikap optimis harus terus ada. "Di Solo butuh waktu 10 tahun untuk mewujudkan KL," tambah Suartatik.

Pihaknya mengaku kesulitan untuk menentukan langkah karena tiadanyadata base profil anak. Sampai saat ini kami belum punya data profilanak di Kudus. Oleh karena itu, Suartatik pun menyoal juga angka kenaikan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Menurutnya ada dua kemungkinan, pertama karenaaskes pengaduan semakin terbuka, dan kedua adalah jumlahnya benar-benar naik. Ini berbeda, satunya soal kuantitas, satunya lagi tentang kualitas. Tambah Suartatik. Tentang dua kemungkinan itu saat ini pihak Pemkab Kudus belum bisa menentukan termasuk yang mana. [Zaka/Heory-Portal]