Kualitas Perairan Teluk Banten Pada Musim Timur Ditinjau Dari Kosentrasi Klorofil a Dan Indeks...

16
339 Oseanologi dan Limnologi di Indonesia (2007) 33: 339–354 ISSN 0125 – 9830 KUALITAS PERAIRAN TELUK BANTEN PADA MUSIM TIMUR DITINJAU DARI KONSENTRASI KLOROFIL-a DAN INDEKS AUTOTROPIK oleh AFDAL DAN SUMIJO HADI RIYONO Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI Received 2 May 2007, Accepted 9 October 2007 ABSTRAK Perairan Teluk Banten dalam beberapa tahun terakhir telah mendapat tekanan serius dari daratan dan perairan sekitarnya yaitu dengan meningkatnya aktivitas industri, kawasan pemukiman penduduk dan adanya penambangan pasir secara besar-besaran didalam perairan Teluk. Penelitian tentang kualitas perairan Teluk Banten dan keramba jala apung di perairan Teluk Banten telah dilakukan pada bulan Juni 2005 (musim timur). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas perairan Teluk Banten berdasarkan konsentrasi klorofil-a fitoplankton dan indeks autotropik. Pengambilan sampel dilakukan di 10 stasiun yang tersebar di perairan Teluk Banten dan 2 stasiun di dalam keramba jala apung. Parameter yang diukur adalah klorofil-a, karbon organik, seston dan beberapa parameter fisika kimia (suhu, salinitas dan oksigen terlarut) sebagai faktor pendukung. Pengukuran konsentrasi klorofil-a dilakukan dengan metode fluorometrik, seston secara gravimetrik dan karbon organik dengan metode pengabuan. Konsentrasi rata-rata klorofil-a yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebesar 0,17 ± 0,12 mg/m 3 dengan kisaran 0,13 – 0,52 mg/m 3 . Konsentrasi seston berkisar antara 3,17 – 9,00 mg/l dengan rata-rata 4,61 ± 1,74 mg/l, karbon organik tersuspensi berkisar antara 0,63 – 1,88 mg/l dengan rata-rata 1,18 ± 0,39 mg/l, dan konsentrasi karbon dalam sedimen berkisar antara 3,89 – 9,40 % dengan rata-rata 6,83 ± 1,88 %. Indeks autotropik berkisar antara 2,88 – 14,46 dengan rata-rata 8,20 ± 3,45. Hasil analisis menunjukkan bahwa perairan Teluk Banten masih dalam kondisi normal. Kata kunci: Teluk Banten, keramba jala apung, klorofil-a, karbon organik, indeks autotropik. ABSTRACT THE QUALITY OF BANTEN BAYWATERSAT EAST MONSOON SEASON BASED ON CHLOROPHYLL-A CONCENTRATION AND AUTOTROPHIC INDEX. Banten Bay waters have got serious pressure in the last few years, that come from the land and surrounding waters with increasing of industries and urban activity, and sand mining exploitation in Bay waters. Investigation on the quality of Banten Bay waters and floating net cage in Banten Bay waters has been conducted on June 2005 (east monsoon). The aim of the study was to see the quality of Banten Bay waters at east monsoon season evaluated from chlorophyll-a sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (3), 2007

description

Jurnal

Transcript of Kualitas Perairan Teluk Banten Pada Musim Timur Ditinjau Dari Kosentrasi Klorofil a Dan Indeks...

  • 339

    Oseanologi dan Limnologi di Indonesia (2007) 33: 339354 ISSN 0125 9830

    KUALITAS PERAIRAN TELUK BANTEN PADA MUSIM TIMURDITINJAU DARI KONSENTRASI KLOROFIL-a

    DAN INDEKS AUTOTROPIK

    oleh

    AFDAL DAN SUMIJO HADI RIYONOPusat Penelitian OseanografiLIPI

    Received 2 May 2007, Accepted 9 October 2007

    ABSTRAK

    Perairan Teluk Banten dalam beberapa tahun terakhir telah mendapat tekanan seriusdari daratan dan perairan sekitarnya yaitu dengan meningkatnya aktivitas industri, kawasanpemukiman penduduk dan adanya penambangan pasir secara besar-besaran didalam perairanTeluk. Penelitian tentang kualitas perairan Teluk Banten dan keramba jala apung di perairanTeluk Banten telah dilakukan pada bulan Juni 2005 (musim timur). Penelitian ini bertujuan untukmengetahui kualitas perairan Teluk Banten berdasarkan konsentrasi klorofil-a fitoplankton danindeks autotropik. Pengambilan sampel dilakukan di 10 stasiun yang tersebar di perairan TelukBanten dan 2 stasiun di dalam keramba jala apung. Parameter yang diukur adalah klorofil-a,karbon organik, seston dan beberapa parameter fisika kimia (suhu, salinitas dan oksigen terlarut)sebagai faktor pendukung. Pengukuran konsentrasi klorofil-a dilakukan dengan metodefluorometrik, seston secara gravimetrik dan karbon organik dengan metode pengabuan.Konsentrasi rata-rata klorofil-a yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebesar 0,17 0,12mg/m3 dengan kisaran 0,13 0,52 mg/m3. Konsentrasi seston berkisar antara 3,17 9,00 mg/ldengan rata-rata 4,61 1,74 mg/l, karbon organik tersuspensi berkisar antara 0,63 1,88 mg/ldengan rata-rata 1,18 0,39 mg/l, dan konsentrasi karbon dalam sedimen berkisar antara 3,89 9,40 % dengan rata-rata 6,83 1,88 %. Indeks autotropik berkisar antara 2,88 14,46 denganrata-rata 8,20 3,45. Hasil analisis menunjukkan bahwa perairan Teluk Banten masih dalamkondisi normal.

    Kata kunci: Teluk Banten, keramba jala apung, klorofil-a, karbon organik, indeks autotropik.

    ABSTRACT

    THE QUALITY OF BANTEN BAY WATERS AT EAST MONSOON SEASON BASEDON CHLOROPHYLL-A CONCENTRATION AND AUTOTROPHIC INDEX. Banten Baywaters have got serious pressure in the last few years, that come from the land and surroundingwaters with increasing of industries and urban activity, and sand mining exploitation in Baywaters. Investigation on the quality of Banten Bay waters and floating net cage in BantenBay waters has been conducted on June 2005 (east monsoon). The aim of the study was to seethe quality of Banten Bay waters at east monsoon season evaluated from chlorophyll-a

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (3), 2007

  • concentration and autotrophic index. Samples were taken from ten different stations inBanten Bay and two stations in floating net cage. The parameters measured were chlorophyll-a, organic carbon, seston and as well as physicochemical parameters(DO, temperature andsalinity) as supporting factors. Determination of chlorophyll-a concentration was performedby fluorometric method, seston by gravimetric method, whereas the organic carbon wasdetermined as the ash content of the samples. In this research, average of chlorophyll-aconcentration is 0.17 0.12 mg.m-3 with a range 0.13 0.52 mg m-3. Seston concentrationvaried from 3.17 9.00 mg.l-1 with the mean 4.61 1.74 mg.l-1, dissolve organic carbonranged from 0.63 1.88 mg.l-1 with the mean 1.18 0.39 mg.l-1, and carbon concentration insediment varied from 3.89 9.40 % with the mean 6.83 1.88 %. Autotrophic index variedfrom 2.88 14.46 with the mean 8.20 3.45. The result showed that the Banten Bay waterwas still in good condition.

    Key words: Banten Bay, floating net cage, chlorophyll-a, organic carbon, autotrophic index.

    PENDAHULUAN

    Perairan Teluk Banten terletak di sebelah utara kota Cilegon yang berjarak 60 km sebelah barat kota Jakarta. Teluk ini mempunyai luas 150 km2 dan merupakanperairan yang relatif dangkal dengan rata-rata kedalaman 7 m (LINDEBOOM et al.2001). Beberapa tahun terakhir ini di perairan Teluk Banten telah dikembangkanbudidaya ikan kerapu dengan sistem keramba jala apung. Ikan kerapu telah banyakdibudidayakan karena merupakan salah satu ikan laut ekonomis penting yangmerupakan komoditas ekspor (DARWISITO 2002). Sejalan dengan dampak positifadanya budidaya ikan kerapu, kawasan Teluk Banten juga mendapatkan tekananserius dari lingkungan sekitarnya akibat pertambahan penduduk yang cukup pesatdan dijadikannya kawasan pantai sebagai tempat pemukiman. Berdirinya beberapaindustri dan adanya penambangan pasir secara besar-besaran di perairan telukmenambah tekanan terhadap perairan Teluk Banten. Suatu konsekwensi yang terjadipada suatu ekosistem pantai (termasuk estuari dan teluk) adalah terjadinya perubahankualitas lingkungan akibat penyuburan perairan (CLOERN et al. dalam WANG etal. 1999). Salah satu dampak dari penyuburan perairan ini adalah meningkatnyapertumbuhan fitoplankton dan tingkat kekeruhan perairan (turbiditas).

    Fitoplankton, baik secara langsung maupun tidak langsung merupakan sumbermakanan utama bagi hampir semua hewan yang ada di laut. Konsentrasi dari pigmenhijau fotosintesis (klorofil-a) di perairan estuari, pantai dan laut merupakan indikatorkelimpahan dan biomassa dari tumbuhan mikroskopis (fitoplankton) sebagai algauniseluler. Di samping itu, klorofil-a biasanya juga digunakan sebagai ukuran kualitasperairan yaitu sebagai petunjuk ketersediaan nutrien di perairan (WARD et al. 1998;NLWRA 2002). Peningkatan konsentrasi klorofil-a di perairan teluk selaluberhubungan dengan peningkatan konsentrasi nutrien, berkurangnya kekuatan arus/

    340

    AFDAL DAN SUMIJO HADI RIYONO

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (3), 2007

  • perubahan hidrodinamik (peningkatan residence times) dan penurunan turbiditas(peningkatan penetrasi cahaya) (WARD et al. 1998). Kualitas perairan juga bisadilihat dari indeks autotropik perairan tersebut (CROSSEY & LA POINT dalamFLYNT et al. 2001). Indeks autotropik merupakan rasio atau perbandingan antarakarbon organik dengan konsentrasi klorofil-a.

    Dalam makalah ini dibahas mengenai kualitas perairan Teluk Banten ditinjaudari konsentrasi klorofil-a dan indeks autotropik perairan. Di samping itu dibahaspola sebaran klorofil-a, seston, dan karbon organik di perairan Teluk Banten padamusim timur.

    BAHAN DAN METODE

    Contoh air laut untuk penentuan konsentrasi klorofil-a fitoplankton, sestondan karbon organik diambil pada lapisan permukaan di 10 stasiun yang tersebardiperairan Teluk Banten dan 2 stasiun di dalam keramba jala apung (Gambar 1).Contoh sedimen untuk pengukuran karbon organik diambil pada lapisan dasar denganmenggunakan alat grab pada stasiun yang sama.

    KUALITAS PERAIRAN TELUK BANTEN

    341

    Gambar 1. Lokasi stasiun penelitian di perairan Teluk Banten, Juni 2005.

    Figure 1. Station observation in Banten Bay waters, June 2005.

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (3), 2007

  • Metode untuk pengukuran konsentrasi klorofil-a fitoplankton dilakukan secarafluorometrik mengikuti cara yang dilakukan STRICKLAND & PARSONS (1968)dan ARAR & COLLINS (1997). Contoh air laut sebanyak 0,5 1,0 liter disaringdengan menggunakan kertas saring Whatman CNM berpori 0,45 m dan berdiameter25 mm. Penyaringan dibantu dengan pompa hisap dengan kekuatan < 20 kPa. Filtratdiekstrak dengan larutan aseton 90 % kemudian di-sentrifuge pada putaran 4000rpm selama kurang lebih 30 menit untuk memisahkan cairan yang mengandung klorofil-a. Kemudian cairan tersebut dibaca fluororesensinya dengan menggunakanFluorometer Turner Model 450 pada besaran 50 kali. Setelah diberi larutan HCl 0,1N contoh tersebut kemudian dibaca kembali fluororesensinya pada besaran yangsama. Konsentrasi klorofila fitoplankton dihitung dengan menggunakan rumus sbb:

    ( ) ( )311

    = mmglgVsVexRRx

    rrxFaKlorofil ABs

    Fs = Faktor sensitivitas fluorometerr = RB/RARB = fluororesensi dari ekstraksi sampel sebelum penambahan asamRA = fluororesensi dari ekstraksi sampel setelah penambahan asamVe = volume ekstrak (ml)Vs = volume sampel (L)

    Pengukuran konsentrasi seston (suspended particulate matter) dilakukansecara gravimetrik mengikuti cara yang dilakukan BANSE et al. (1963). Sebanyak1 2 liter contoh air laut disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman GF/C ukuran pori 1,20 m dan berdiameter 25 mm. Sebelum dan sesudah penyaringankertas saring dipanaskan terlebih dahulu pada suhu 60 oC selama 24 jam untukmenghilangkan kadar air dan mendapatkan berat yang konstan. Konsentrasi sestonadalah selisih berat kertas saring sebelum dan sesudah penyaringan dibagi volume airyang tersaring dalam satuan mg/l.

    Untuk pengukuran karbon organik tersuspensi, kertas saring hasil pengukuranseston dibakar pada suhu 450 oC selama satu jam. Konsentrasi karbon organikdidapatkan dengan menggunakan rumus di bawah ini:

    )()()()/(

    lsampelVolumemgAbuBeratmgKeringBeratlmgitersuspensOrganikKarbon =

    342

    AFDAL DAN SUMIJO HADI RIYONO

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (3), 2007

  • Untuk pengukuran karbon organik dalam sedimen dilakukan dengan metodepengabuan. Sebelumnya sampel sedimen dipanaskan pada suhu 60 oC selama 24jam, kemudian dibakar pada suhu 450 oC selama satu jam. Penimbangan dilakukansebelum dan sesudah pembakaran sedimen.

    KUALITAS PERAIRAN TELUK BANTEN

    343

    Tabel 1. Nilai rata-rata konsentrasi klorofil-a, seston, karbon organik dan indeks autotropikdi perairan Teluk Banten, Juni 2005.

    Table 1. Mean value of chlorophyll-a concentration, seston, organic carbon and autotrophicindex in Banten Bay waters, June 2005.

    Indeks autotropik didapatkan dengan membandingkan antara konsentrasikarbon organik tersuspensi dengan konsentrasi klorofil-a. Berdasarkan besaran darikisaran indeks autotropiks tersebut dapat diketahui apakah Teluk Banten sudahtercemar atau belum (CROSSEY & LA POINT dalam FLYNT et al. 2001).

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Konsentrasi klorofil-a, seston dan karbon organik di perairan TelukBanten.

    Berdasarkan hasil pengamatan pada bulan Juni 2005 menunjukkan kondisiperairan Teluk Banten relatif heterogen, hal ini ditandai dengan tingginya standar deviasiuntuk setiap parameter sebagaimana yang terlihat dalam Tabel 1.

    Organik karbon dalam sedimen (%) %100xKeringBerat

    AbuBeratKeringBerat =

    Chlorophyll-a(mg.m-3)

    Seston(mg.1-1)

    Suspendedcarbon(mg.1-1)

    Carbon insediment

    (%)Autotrophic

    index

    Mean 0.17 4.61 1.18 6.83 8.20

    Standard deviation 0.12 1.74 0.39 1.88 3.45

    Minimum 0.13 3.17 0.63 3.89 2.88

    Maximum 0.52 9.00 1.88 9.40 14.46

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (3), 2007

  • AFDAL DAN SUMIJO HADI RIYONO

    Pola umum sebaran klorofil-a di perairan Teluk Banten memperlihatkan pola yang sangat jelas, yakni maksimum (> 0,50 mg/m3) ditemukan di bagian barat daya dari lokasi penelitian dan semakin ke Utara dan Timur laut konsentrasinya semakin berkurang hingga mencapai nilai minimum (< 0,20 mg/m3). Klorofil-a yang konsentrasinya < 0,20 mg/m3 menempati areal yang cukup luas dari Utara sampai ke Timur lokasi penelitian (Gambar 2). Hal yang serupa juga terjadi pada penelitian bulan Desember 2001 (musim barat), konsentrasi maksimum juga ditemui di sekitar Stasiun 1 dan semakin ke arah timur dan utara nilainya semakin berkurang hingga mencapai minimum (Gambar 4B). Namun jika dibandingkan dengan musim yang sama pada bulan Juli 1985 terjadi pola yang sebaliknya. Pada pengamatan Juli 1985 konsentrasi maksimum > 5,0 mg/m3 ditemukan di bagian timur laut dari lokasi penelitian dan semakin ke Barat dan Selatan nilainya semakin berkurang hingga mencapai minimum sebesar < 0,5 mg/m3 (Gambar 3). Hal serupa ditemui pada pengamatan bulan Desember 1985, konsentrasi maksimum (> 0,75 mg/m3) juga ditemukan di bagian

    Gambar 2. Sebaran horisontal konsentrasi klorofil-a fitoplankton di perairan Teluk

    Banten, Juni 2005. Figure 2. Horizontal distribution of phytoplankton chlorophyll-a in Banten Bay

    waters, June 2005.

    344

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (3), 2007

  • KUALITAS PERAIRAN TELUK BANTEN

    Gambar 3. Sebaran horisontal konsentrasi klorofil-a fitoplankton di perairan

    Teluk Banten, Juli 1985. Figure 3. Horizontal distribution of phytoplankton chlorophyll-a in Banten

    Bay waters, July 1985. timur laut (di sekitar Tanjung Pontang) dan semakin ke arah selatan dan barat nilainya semakin menurun, namun terjadi kenaikan di bagian barat daya yakni di sekitar Stasiun 1 (Gambar 4A). Meningkatnya konsentrasi klorofil-a di bagian barat daya lokasi penelitian pada pengamatan tahun 2005 disebabkan oleh semakin meningkatnya aktivitas manusia di perairan tersebut terutama dengan meningkatnya kegiatan budidaya dengan menggunakan keramba jala apung yang mengakibatkan perairan sekitarnya menjadi lebih subur.

    Konsentrasi klorofil-a pada penelitian ini relatif lebih rendah dibandingkan dengan pengamatan tahun-tahun sebelumnya pada musim barat. Konsentrasi klorofila pada bulan Desember 1985 berkisar antara 0,25 0,75 mg/m3 (Gambar 4A), sedangkan pada bulan Desember 2001 didapatkan konsentrasi klorofil-a yang cukup tinggi yaitu berkisar antara 1,0 4,0 mg/m3 (Gambar 4B). Perbedaan tersebut disebabkan oleh pengaruh musim yang berkembang pada saat penelitian. Tingginya konsentrasi klorofil-a fitoplankton pada musim barat (Desember 1985 dan 2001), memberikan gambaran adanya pengaruh darat yang cukup besar. Curah hujan yang

    345

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (3), 2007

  • AFDAL DAN SUMIJO HADI RIYONO

    Gambar 4. Sebaran horisontal konsentrasi klorofil-a fitoplankton di perairan Teluk

    Banten, Desember 1985 (A) dan 2001 (B). Figure 4. Horizontal distribution of phytoplankton chlorophyll-a in Banten Bay

    waters, December 1985 (A) and 2001 (B). tinggi pada musim barat akan membantu mengalirkan bahan organik dan anorganik yang berasal dari darat dalam aliran sungai yang bermuara di Teluk Banten sehingga bermanfaat bagi fitoplankton untuk tumbuh dan berkembang. Pada musim timur (Juni 2005) terjadi penurunan konsentrasi klorofil-a sejalan dengan berkurangnya pasokan nutrien yang berasal dari daratan melalui aliran sungai yang bermuara ke perairan Teluk Banten. Pada musim hujan konsentrasi klorofil-a 2 kali lebih tinggi dari pada musim kemarau (LACERDA et al. 2004)

    346

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (3), 2007

  • Konsentrasi klorofil-a di perairan Teluk Banten dibandingkan dengan perairanTeluk Jakarta dan Teluk Klabat (Bangka Belitung) pada musim yang sama relatiflebih rendah. Di perairan Teluk Jakarta pada musim timur (Juli 2003) nilai rata-ratakonsentrasi klorofil-a sebesar 31,37 mg/m3 dan konsentrasi seston 130 mg/l(RIYONO 2004). Sedangkan pada bulan Juli 2004 di perairan Teluk Klabatkonsentrasi klorofil-a rata-rata sebesar 2,5 mg/m3 dan konsentrasi seston 50,16 mg/l. Pada bulan September 2004 (musim peralihan II) di perairan Teluk Kelabat rata-rata konsentrasi klorofil-a sebesar 3,49 mg/m3 dan konsentrasi seston 8,51 mg/l(RIYONO et al. 2006). Rendahnya konsentrasi klorofil-a di perairan Teluk Bantendisebabkan oleh kecilnya runoff yang berasal dari daratan karena sungai-sungai yangbermuara ke perairan teluk relatif kecil dan hanya aktif pada musim hujan. Kecilnyarunoff dari daratan pada bulan Juni 2005 ditandai dengan nilai salinitas dan konsentrasioksigen yang cukup tinggi untuk perairan teluk dan muara masing-masing 31,5 0,8 dan 5,8 0,37 ppm, serta konsentrasi seston yang relatif rendah yaitu 4,82 1,66 mg/l. Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa perairan Teluk Banten lebihdipengaruhi oleh massa air yang berasal dari laut Jawa yang kondisi perairannyarelatif jernih dan nilai salinitasnya relatif tinggi. Salinitas perairan laut Jawa pada musimtimur berkisar antara 32 34 (WYRTKI dalam NONTJI 2002). Sedangkan kedalam perairan Teluk Jakarta bermuara sungai-sungai besar yaitu Sungai Cisadane,Sungai Citarum, Sungai Gembong, Sungai Sunter dan Sungai Ciliwung yangmemberikan kontribusi yang besar terhadap kondisi perairan Teluk Jakarta. Begitujuga halnya dengan perairan Teluk Klabat, ke dalamnya bermuara sungai-sungai yangcukup besar yang selalu mengalir sepanjang tahun.

    Berdasarkan konsentrasi klorofil-a fitoplankton yang berkisar antara 0,13 0,52 mg/m3, kualitas perairan Teluk Banten dikategorikan masih normal. BOHLEN& BOYNTON (1966) dalam Cheaspeake Bay Program memberikan kriteria untukperairan teluk dan muara berdasarkan konsentrasi klorofil-a nya. Perairan dengankonsentrasi klorofil-a 30 mg/m3 dikategorikan buruk (tercemar).Konsentrasi klorofil-a yang sangat tinggi (>30 mg/m3) mengindikasikan terjadinyaeutrofikasi di suatu perairan. Eutrofikasi adalah proses peningkatan laju input bahanorganik ke dalam perairan, atau penyuburan perairan secara berlebihan yangdisebabkan oleh masukan bahan organik. Salah satu akibat dari peningkatan bahanorganik di suatu perairan pesisir adalah terjadinya fitoplankton bloom, yaitu fenomenapeledakan populasi fitoplankton di perairan secara cepat dan dalam jumlah yangsangat besar disebabkan oleh berlimpahnya unsur hara (BRICKER et al. 1999).Keadaan seperti ini akan berdampak negatif bagi ekosistem perairan, antara lainberkurangnya oksigen di dalam air yang dapat menyebabkan kematian berbagaimakhluk air lainnya.

    KUALITAS PERAIRAN TELUK BANTEN

    347

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (3), 2007

  • AFDAL DAN SUMIJO HADI RIYONO

    Di perairan Teluk Banten rasio antara total karbon organik dengan klorofil-a (indeks autotropik) berkisar antara 2,88 14,46. Suatu perairan dikatakan tercemar apabila indeks autotropiknya >200 (CROSSEY & LA POINT dalam FLYNT et al. 2001). Keadaan ini memberikan indikasi bahwa kondisi perairan Teluk Banten sangat baik (belum tercemar).

    Gambar 5, memperlihatkan sebaran horisontal konsentrasi seston di perairan Teluk Banten pada bulan Juni 2005. Gambar tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi maksimum (> 8,0 mg/l) diperoleh di sekitar Tanjung Pontang dan semakin ke barat konsentrasinya semakin menurun hingga mencapai minimum (

  • KUALITAS PERAIRAN TELUK BANTEN

    349

    Gambar 6 menunjukkan bahwa konsentrasi karbon tersuspensi yang tinggidiperoleh di sekitar pantai, terutama yang berdekatan dengan muara muara sungaidan semakin ke tengah dari teluk nilainya semakin rendah. Keadaan inimenggambarkan bahwa karbon tersuspensi berasal dari darat melalui aliran sungaiyang bermuara di teluk. Hal sebaliknya terjadi pada pola sebaran karbon dalamsedimen, konsentrasi maksimum justru diperoleh di lokasi paling luar dari daerahpengamatan. Perlu diketahui bahwa karbon organik dalam sedimen tidak terbentukdalam waktu yang singkat namun merupakan akumulasi karbon yang berasal daridarat maupun pengendapan dari berbagai jenis bahan organik ataupun biota dalamwaktu yang relatif lama (LOICZ 1996). Selanjutnya NYBAKKEN (1992)menyatakan bahwa jenis substrat dan ukurannya merupakan salah satu faktor ekologiyang mempengaruhi kandungan bahan organik pada sedimen. Semakin halus tekstursubstrat semakin besar kemampuannya menjebak bahan organik.

    B. Konsentrasi klorofil-a, seston dan karbon organik dalam Keramba JalaApung.

    Hasil pengukuran konsentrasi klorofil-a Teluk Banten dalam keramba jalaapung menunjukkan kondisi yang homogen, konsentrasi klorofil-a yang didapatkandi keramba yang dihuni ikan sehat dan keramba yang dihuni ikan sakit nilainya samayaitu 0,13 mg/m3. Rata-rata konsentrasi seston di perairan dalam keramba sebesar5,88 0,53 mg/l dan konsentrasi material karbon organik tersuspensi 1,38 0,18mg/l (Tabel 2 dan Gambar 7). Konsentrasi seston dan material karbon organiktersuspensi juga menunjukkan kondisi yang homogen, hal ini tercermin dari nilai standardeviasi yang relatif kecil. Sedangkan nilai karbon organik yang terdapat dalam sedimenmenunjukkan kondisi yang heterogen atau berbeda nyata antara keramba yang dihuniikan sehat dan keramba yang dihuni ikan sakit, nilai rata-ratanya sebesar 10,28 8,08 %. Di dalam keramba sakit ditemukan nilai karbon organik dalam sedimensebesar 15,99 % atau hampir 4 kali nilai konsentrasi karbon organik yang terdapatdalam keramba sehat (4,56 %). Adanya perbedaan ini disebabkan oleh perbedaandalam jumlah makanan yang terendapkan ke dasar perairan. Dalam keramba yangdihuni ikan sakit, makanan ikan kerapu (rucah/pelet) yang diberikan kemungkinanlebih banyak mengendap di dasar perairan, karena ikan kerapu yang sakit kemampuanmakannya berkurang, sehingga apabila jumlah makanan yang diberikan ke dalamkeramba yang dihuni ikan sehat sama dengan keramba yang dihuni ikan sakit, makamakanan di dalam keramba yang dihuni ikan sakit akan lebih banyak terendapkan.

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (3), 2007

  • AFDAL DAN SUMIJO HADI RIYONO

    Gambar 6.Sebaran horisontal konsentrasi karbon tersuspensi (A) dan karbon dalam

    sedimen (B) di perairan Teluk Banten, Juni 2005.

    Figure 6. Horizontal distribution of suspended carbon (A) and carbon into sediment (B) in Banten Bay waters, June 2005.

    350

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (3), 2007

  • KUALITAS PERAIRAN TELUK BANTEN

    351

    Gambar 7. Perbandingan konsentrasi klorofil-a (mg/m3), seston (mg/ l),karbon tersuspensi (mg/l) dan karbon dalam sedimen (%) didalam keramba dan luar keramba di perairan Teluk Banten,Juni 2005.

    Figure 7. The comparison of chlorophyll-a concentration (mg.m-3), seston(mg.l-1), suspended carbon (mg.l-1) and carbon into sediment(%) among in and out of floating net cage in Banten Bay waters,June 2005.

    Tabel 2. Konsentrasi klorofil-a, seston, dan karbon organik dalam keramba jala apung perairan Teluk Banten Juni 2005.

    Table 2. The concentration of chlorophyll-a, seston, and organic carbon into floating net cage in Banten Bay waters, June 2005.

    0,13

    5,88

    1,38

    10,28

    0,17

    4,61

    1,18

    6,83

    0

    12

    34

    56

    78

    910

    11

    chlorophyll-a seston suspendedcarbon

    carbon intosediment

    parameter

    conc

    entra

    tion

    in floating net cageout of floating net cage

    StasiunChlorophyll-a

    (mg.m-3)Seston(mg.1-1)

    Suspendedorganiccarbon(mg.1-1)

    Organiccarbon insediment

    (%)

    floating net cage wihhealthy fish 0.13 6.25 1.50 4.56

    floating net cage wih illfish 0.13 5.50 1.25 15.99

    Mean 0.13 5.88 1.38 10.28

    Standard deviation 0 0.53 0.18 8.08

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (3), 2007

  • 352

    Makanan yang terendapkan ini akan meningkatkan konsentrasi nutrien di dasarperairan. Apabila proses ini berlangsung terus menerus maka akan terjadi penumpukannutrien di dasar perairan dan suatu saat akan terangkat ke lapisan permukaan akibatturbulensi atau pengaruh pasang surut. Kondisi demikian menyebabkan terjadinyapengayaan nutrien pada lapisan permukaan sehingga mengakibatkan peningkatankonsentrasi klorofil-a dan bakteri di perairan tersebut. Lebih jauh lagi pengayaannutrien pada lapisan permukaan ini akan memicu terjadinya blooming alga yangtentunya akan menurunkan kualitas perairan Teluk Banten sehingga akan berdampakberkurangnya pendapatan pengusaha keramba jala apung.

    Secara umum, nilai rata-rata konsentrasi klorofil-a yang ditemukan di perairanTeluk Banten (0,17 mg/m3) lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata konsentrasiklorofil-a di dalam keramba (0,13 mg/m3). Sedangkan konsentrasi seston, karbonorganik tersuspensi dan karbon organik dalam sedimen relatif lebih tinggi. Hal inimungkin disebabkan oleh banyaknya populasi ikan yang terdapat dalam kerambaapung yang mengkonsumsi fitoplankton dalam jumlah yang lebih besar dibandingkandi luar keramba.

    KESIMPULAN

    Berdasarkan evaluasi konsentrasi klorofil-a dan indeks autotropik disimpulkanbahwa perairan Teluk Banten masih dalam kondisi yang normal (bagus), sehinggaperairan ini masih cocok untuk pengembangan budidaya ikan kerapu.

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Ruyitno, M.Sc. yangtelah memberikan kesempatan untuk mengikuti penelitian ini serta mengijinkanpenggunaan data dalam pembuatan makalah ini. Penelitian ini didanai oleh proyekPengendalian penyakit bakterial pada budidaya ikan kerapu dalam skalalaboratorium (DIPA). Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semuapihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalampenulisan makalah ini.

    AFDAL DAN SUMIJO HADI RIYONO

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (3), 2007

  • DAFTAR PUSTAKA

    ARAR, E. J. and G. B. COLLINS 1997. In Vitro determination of chlorophyll a andphaeophytin a in marine and freshwater algae by fluorescence. NationalExposure Research Laboratory Office of Research and Development U.S.Environmental Protection Agency Cincinnati, Ohio 45268: 22 pp.

    BANSE, K; C.P. FALLS and L.A. HOBSONS 1963. A Gravimetric method fordetermine suspended matter in seawater using millipore filter. Deep Sea.Res. 10 : 639 642.

    BOHLEN and BOYNTON 1966. Chlorophyll in Mid Atlantic Estuaries. CheaspeakeBay Program. US-EPA-MAIA: 10 pp.

    BRICKER, S. B., C.G. CLEMENT, D.E. PIRHALLA, S.P. ORLANDO and D.R.G.FARROW 1999. Effect of nutrient enrichment in the nations estuaries.National Estuarine Eutrophication Assessment. U.S. Department ofCommerce, NOAA: 84 pp.

    DARWISITO, S. 2002. Strategi reproduksi pada ikan kerapu (Epinephelus sp.).Makalah Pengantar Falsafah Sains. Program Pasca Sarjana/S3. InstitutPertanian Bogor. Website: http://ad.acceleratorusa.com (diakses padatanggal 21 Juni 2005).

    FLYNT, A.S., J.G. LEBKUECHER and M.C. BONE 2001. Effect of water qualityon photoautotrophic periphyton production and photochemical efficiencyof a pollution-intolerant alga within Miller Creek, Robertson County,Tennesse. (A. FLOYD SCOTT edt.). Contributed papers session II:Aquatic Biology and Water Quality: 1 11.

    LACERDA, S. R., M. L. KOENING, S. NEUMANN-LEITO, M. J. FLORES-MONTES 2004. Phytoplankton nyctemeral variation at a tropical riverestuary (Itamarac-Pernambuco-Brazil). Braz. J. Biol. 64 (1): 81 94.

    LAND-OCEAN INTERACTION IN THE COASTAL ZONE (LOICZ) 1996.Coastal seas: A net source or sink of atmospheric carbon dioxide?. LOICZreports and studies (1): 27 pp.

    LINDEBOOM, H., J.V. OOIJEN, S.V. SMITH, V. DUPRA and YANAGI 2001.Teluk Banten: Water and salt budget, and implications for the nutrientbudgets. Budget for Estuaries in Indonesia: 100 103.

    353

    KUALITAS PERAIRAN TELUK BANTEN

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (3), 2007

  • NATIONAL LAND and WATER RESOURCES AUDIT (NLWRA) 2002.Australian catchment, river and estuary assessment 2002, NLWRAVol. 1, Commonwealth of Australia, Canberra. Available at http://audit.deh.gov.au/ANRA/coasts/docs/estuary_assessment/Est_Ass_Preface.cfm

    NONTJI, A. 2002. Laut nusantara. edisi - 3. Djambatan, Jakarta: 59 67.

    NYBAKKEN, J.W. 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia,Jakarta. Penerjemah: Eidman dkk. 459 Hal.

    RIYONO, S.H. 2004. Evaluasi pengamatan klorofil-a, produktivitas primerfitoplankton dan seston di perairan Teluk Jakarta periode 1974 2003.Tidak dipublikasikan.

    RIYONO, S.H., AFDAL dan A. ROZAK 2006. Kondisi perairan Teluk Klabatditinjau dari konsentrasi klorofil-a fitoplankton dan faktor-faktor yangmempengaruhinya. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 39: 55 73.

    STRICKLAND, J.D.H. and T.R. PARSONS 1968. A Practical Hand Book ofSeawater Analysis. Fish. Sea. Res. Bull. 167: 1 311.

    WARD, T., E. BUTLER and B. HILL 1998. Environmental indicators for nationalstate of the environment reporting estuaries and the sea, Australia: Stateof the Environment (Environmental Indicator Reports), Department ofthe Environment, Canberra. Available at (www.sa.waterwatch.org.au/programs. htm#manuals) and (www.waterwatch.org.au/)

    WANG, P. F., J. MARTIN and G. MORRISON 1999. Water quality andeuthropication in Tampa Bay Florida. Estuarine, Coastal and ShelfScience 49; 1 20. Article No. ecss. 1999.0490, available online at http://www.idealibrary.com.

    354

    AFDAL DAN SUMIJO HADI RIYONO

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (3), 2007