Kualitas Pengungkapan
-
Upload
eva-rosyida -
Category
Documents
-
view
10 -
download
1
description
Transcript of Kualitas Pengungkapan
Kualitas Pengungkapan (Disclosure Quality) dalam Hubungannya dengan Kualitas
Laba Akuntansi pada Perusahaan yang Tercatat dalam Indeks LQ 45
Perkembangan pasar modal yang semakin baik memiliki peran penting dalam
meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasional. Hal ini dikarenakan pasar modal
mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan (Husnan, 1995).
Dalam melaksanakan fungsi ekonomi, pasar modal menyediakan fasilitas untuk
memindahkan dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana (investor) ke pihak
yang memerlukan dana. Sementara dalam melaksanakan fungsi keuangan, pasar modal
menyediakan dana yang diperlukan oleh pihak–pihak yang memerlukan dana, dan pihak
yang mempunyai kelebihan dana menyediakan dana tanpa harus terlibat langsung dalam
aktiva riil yang diperlukan untuk investasi.
Pengungkapan informasi perusahaan (corporate disclosure) merupakan satu
hal yang sangat berperan penting dalam rangka mencapai pasar modal yang efisien.
Perusahaan melakukan pengungkapan informasi (disclosure) tersebut untuk memenuhi
peraturan dalam pelaporan keuangan perusahaan, yaitu meliputi pernyataan keuangan
(financial statements), catatan (footnotes), diskusi manajemen dan analisis kinerja
perusahaan (management discussion and analysis), dan lain-lainnya. Selain beberapa
pengungkapan tersebut, tidak menutup kemungkinan apabila ada beberapa perusahaan
yang melakukan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) terhadap beberapa
informasi perusahaannya, seperti peramalan manajemen mengenai prospek perusahaan
di masa mendatang (management forecasts), presentasi analis perusahaan dan rapat
perusahaan (analysts presentations and conference calls), press releases, situs
perusahaan di internet (corporate internet sites), dan beberapa laporan perusahaan
lainnya.
Perkembangan aktivitas pasar modal yang pesat pada akhirnya akan membawa
perubahan besar pada tuntutan kualitas informasi yang harus disediakan oleh
perusahaan. Keterbukaan kepada pasar modal menjadi dasar yang penting bagi
perusahaan dalam mengungkapkan informasi. Pengujian kandungan informasi dan
pengujian efisiensi pasar merupakan dua pengujian yang berbeda. Pengujian kandungan
informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi pasar dari suatu pengumuman yang
dilakukan oleh perusahaan. Apabila pengumuman mengandung informasi maka
diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima pasar.
Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga sekuritas tersebut. Reaksi ini
dapat diukur dengan menggunakan return dan abnormal return sebagai akibat perubahan
harga (Hartono, 1998). Efisiensi pasar yang setengah kuat (semi strong form) terjadi
pada saat harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang
dipublikasikan, termasuk informasi laporan-laporan keuangan yang dipublikasikan oleh
perusahaan emiten. Informasi yang dipublikasikan tersebut merupakan informasi dalam
bentuk pengumuman oleh perusahaan emiten (corporate event).
Pengungkapan (disclosure) dalam laporan keuangan akan membantu pengguna
laporan keuangan untuk memahami isi dan angka yang dilaporkan dalam laporan
keuangan. Kegagalan dalam memahami laporan keuangan mengakibatkan beberapa
perusahaan mengalami kesalahan penilaian (misvalued), baik undervalued maupun
overvalued, seperti kasus Enron, Worldcom, dan Kimia Farma. Sehingga muncul
pertanyaan mengenai transparansi, pengungkapan informasi, dan peran akuntansi dalam
menghasilkan informasi keuangan yang relevan dan dapat dipercaya, sehingga pemakai
informasi akuntansi menerima sinyal tentang kondisi perusahaan yang
sebenarnya.menghasilkan informasi keuangan yang relevan dan dapat dipercaya,
sehingga pemakai informasi akuntansi menerima sinyal tentang kondisi perusahaan
yang sebenarnya.
Beberapa model ekonomi mengasumsikan bahwa permintaan untuk regulasi
muncul ketika ada pasar ketidaksempurnaan atau eksternalitas. Beberapa Eksternalitas
yang terkait dengan pengungkapan dibahas dalam beberapa literatur, antara lain
Leftwich (1980), Watts dan Zimmerman (1986), dan Beaver(1998) mencatat bahwa
informasi akuntansi dapat dipandang sebagai barang publik sejak ada pemegang saham
secara implisit membayar untuk produksi, tetapi tidak dapat diisi calon investor untuk
mereka menggunakan itu. Calon investor, oleh karena itu, tumpangan gratis pada
informasi dibayar oleh ada pemegang saham, yang mengarah ke rendahnya potensi
informasi dalam ekonomi.
Pricewaterhouse Coopers melakukan penelitian mengenai adanya information
gap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Indonesia pada urutan yang sangat rendah
untuk bidang pengungkapan dan transparansi. Berikutnya pada tahun 2002 dengan
responden investor institusional di Jakarta menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda.
Indonesia masih berada pada urutan yang rendah dalam persepsian standar
akuntabilitas, pelaksanaan auditing dan ketaatannya, serta pengungkapan dan
transparansi (Khomsiyah, 2005).
Laporan laba dianggap mempunyai informasi yang sangat penting untuk
menganalisis saham yang diterbitkan oleh emiten bagi investor. Kualitas laba penting
bagi mereka yang menggunakan laporan keuangan untuk tujuan kontrak dan
pengambilan keputusan investasi (Schipper dan Vincent, 2003). Laba akuntansi yang
berkualitas adalah laba akuntansi yang mempunyai sedikit atau tidak mengandung
gangguan persepsi (perceived noise) didalamnya dan dapat mencerminkan kinerja
keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Ayres (1994) menyatakan bahwa laba
akuntansi dikatakan berkualitas apabila elemen-elemen yang membentuk laba tersebut
dapat diinterprestasikan dan dipahami secara memuaskan oleh pihak yang
berkepentingan.
Desi (2004) melakukan penelitian terhadap laporan tahunan 90 emiten
manufaktur tahun 1998. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan
sukarela rata-rata sebesar 14,6% sampai 15,6% dari 82 item. Wiwik (2005) meneliti
pengungkapan sukarela untuk perusahaan publik sektor manufaktur rata-rata sebesar
43,65% (skor maksimal 85,98% dan minimal 18,77%) dari 44 item. Sedangkan
Khomsiyah (2005) dalam penelitiannya terhadap perusahaan publik di Indonesia tahun
2003 dengan sampel 41 emiten menemukan bahwa tingkat pengungkapan wajib rata-
rata sebesar 74,97% dan pengungkapan sukarela rata-rata sebesar 47,16% dari 49 item.
Hasil penelitian tersebut cukup bervariasi karena dasar acuan yang dipakai
untuk mengukur tingkat pengungkapan tidak sama dan juga obyek penelitiannya yang
berbeda. Namun hasilnya menunjukkan bahwa praktek pengungkapan wajib relatif
sudah banyak ditaati oleh emiten, sebaliknya kesediaan emiten untuk memberikan
pengungkapan sukarela masih relatif rendah.
Berdasarkan beberapa peneltuan di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian terhadap hubungan antara kualitas pengungkapan yang dilakukan
oleh perusahaan dengan kualitas laba akuntansi perusahaan pada perusahaan yang
tercatat dalam indeksa LQ 45. Pemilihan perusahaan yang berada dalam indeks LQ 45
dilakukan karena perusahaan yang berada dalam indeks LQ 45 mempunyai rasio
likuiditas yang baik dan LQ 45 juga merupakan dasar yang digunakan sebagai tolok
ukur indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia sehingga
diharapkan dapat diketahui bagaimana pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan tersebut memengaruhi kualitas laba akuntansinya.