Kualitas Hidup Quality of Life

8
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bia ya pel aya nan kes ehatan, khus usnya bia ya oba t, tel ah meningkat taj am bebera pa deka de ter akhi r dan ke ende rungan ini tampaknya aka n ter us ber lanjut ! Hal ini antara lai n disebabkan populasi pasien usia lanjut yang semakin banyak dengan konsekuensi meningkatnya  penggunaan obat, adanya obat obat baru yang lebih mahal, dan perubahan pola pengobatan! Disisi lain, sumber daya yang dapat digunakan terbatas, sehingga harus diari ara agar pelayan keseha tan menja di lebih e"isien dan ekonomis! Perkembangan "armakoepi demiol ogi saat ini tidak hanya meneliti penggunaan e"ek obat dalam hal khasiat dan keamanan saja, tetapi juga menganalisis dari segi ekonominya juga untuk meningkatkan kualitas hidup si pasien #$uality o" Li" e%! $ua lit y o" Li" e #$&L% sendir i dapa t dij adi kan ind ika si kes eja hte raa n suatu nega ra  berdasarkan persepsi subjek dalam konteks budaya dan sistem nilai, serta bahan  pertimbangan'standar untuk tujuan tertentu! Penelitian tentang $&L yang telah dilakukan selama sepuluh tahun terakhir, sebagian  besar mendeskripsikan kondisi pasien yang berhubungan dengan penyakit berikut tingkatannya serta e"eki"i tas untuk pengobatan kesehatan! Pada bebera pa peneli tian sebelumny a terka it  pengobatan dilakukan beberapa pengukuran $&L dengan menggunakan kuesioner! Namun,  penelitian akhir(akhir ini menunjukan bah)a pengukuran $&L digunakan pula untuk men unj ukka n kes eha tan indi*i du ses uai dengan "aktor sos io( demogr a"i s di mas yar akat ! +lari"ikasi status $&L dapat digunakan tidak hanya untuk mengetahui kondisi indi*idu, tapi  juga untuk mengenali hasil pembangunan kesehatan sebagai akibat dari p enetapan prioritas yang memadai dalam kebijakan kesehatan! Pengetahuan ara pengukuran $&L pada masyarakat atau  pasien sangat penting untuk dipahami dan sebagai bahan masukan untuk membuat kebijakan kesehatan dan penetapan langkah prioritas untuk pembangunan kesehatan! Quality of Life

description

ghjkjkk

Transcript of Kualitas Hidup Quality of Life

9

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Biaya pelayanan kesehatan, khususnya biaya obat, telah meningkat tajam beberapa dekade terakhir dan kecenderungan ini tampaknya akan terus berlanjut. Hal ini antara lain disebabkan populasi pasien usia lanjut yang semakin banyak dengan konsekuensi meningkatnya penggunaan obat, adanya obat obat baru yang lebih mahal, dan perubahan pola pengobatan. Disisi lain, sumber daya yang dapat digunakan terbatas, sehingga harus dicari cara agar pelayan kesehatan menjadi lebih efisien dan ekonomis. Perkembangan farmakoepidemiologi saat ini tidak hanya meneliti penggunaan efek obat dalam hal khasiat dan keamanan saja, tetapi juga menganalisis dari segi ekonominya juga untuk meningkatkan kualitas hidup si pasien (Quality of Life). Quality of Life (QOL) sendiri dapat dijadikan indikasi kesejahteraan suatu negara berdasarkan persepsi subjek dalam konteks budaya dan sistem nilai, serta bahan pertimbangan/standar untuk tujuan tertentu. Penelitian tentang QOL yang telah dilakukan selama sepuluh tahun terakhir, sebagian besar mendeskripsikan kondisi pasien yang berhubungan dengan penyakit berikut tingkatannya serta efekifitas untuk pengobatan kesehatan. Pada beberapa penelitian sebelumnya terkait pengobatan dilakukan beberapa pengukuran QOL dengan menggunakan kuesioner. Namun, penelitian akhir-akhir ini menunjukan bahwa pengukuran QOL digunakan pula untuk menunjukkan kesehatan individu sesuai dengan faktor sosio-demografis di masyarakat. Klarifikasi status QOL dapat digunakan tidak hanya untuk mengetahui kondisi individu, tapi juga untuk mengenali hasil pembangunan kesehatan sebagai akibat dari penetapan prioritas yang memadai dalam kebijakan kesehatan. Pengetahuan cara pengukuran QOL pada masyarakat atau pasien sangat penting untuk dipahami dan sebagai bahan masukan untuk membuat kebijakan kesehatan dan penetapan langkah prioritas untuk pembangunan kesehatan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Definisi QOL (Quality of Life)Quality of life merupakan konsep yang meliputi berbagai dimensi. Quality of life kemudian diukur dengan multidimensi. Quality of life didefinisikan sebagai penilaian individu atas kepuasan pada keadaan yang dialami yang kemudian dibandingkan dengan persepsi ideal yang mungkin dapat dicapai. Persepsi keadaan yang dialami dapat bervariasi dan faktor yang mempengaruhi keterbatasan seseorang dapat berbeda-beda (Cella, dikutip dalam Halim, 2003)

Menurut Cella (1990) dalam mengukur quality of life dibutuhkan pengukuran dalam berbagai dimensi yang secara langsung memberikan kontribusi bagi seseorang dalam mendefinisikan quality of life. Aspek-aspek dalam quality of life adalah: (a) Physical well being, (b) functional well being, dan (c) emotional well being (Halim, 2004).

Cella dan Tunsky (1990) mengatakan quality of life menunjukkan perbedaan antara kemampuan sebenarnya dalam menjalani hidup dan standar ideal yang diinginkan seseorang. Quality of life dapat diartikan sebagai penilaian seseorang akan derajat kepuasannya dengan tahap kemampuan seseorang dalam menjalankan kehidupan yang dibandingkan dengan yang dipersepsikan. Hal-hal yang dipersepsikan meliputi hal-hal yang mungkin dicapai dan hal-hal ideal yang diinginkan (Halim, 2004).

Menurut Clinch dan Schipper (1993) quality of life sebagai suatu persepsi pada diri seseorang mengenai pengaruh dari penyakit yang dideritanya. Quality of life dapat dipersepsikan secara subyektif dan dipersepsikan menurut definisi kultural yang menyatu pada keseharian seseorang. Hal ini berarti quality of life menurut masing-masing individu akan berbeda-beda menurut pandangan diri masing-masing dan dipengaruhi oleh ikatan budaya (Sundari, 2005).

Quality of life dapat didefinisikan sebagai suatu penilaian mengenai well-being yang diukur secara multidimensi. Penilaian mengenai quality of life meliputi derajat kepuasan seseorang atas dimensi-dimensi penting dalam hidupnya. Quality of life bersifat abstrak, kompleks, dan dinamis. Quality of life berdasarkan penilaian seseorang akan dimensi- dimensi yang penting dalam hidup individu tersebut (Cella & Tulsky, dikutip dalam Halim, 2003).

Pada awalnya quality of life hanya meliputi pengukuran atas lamanya seseorang dapat bertahan dari penyakit yang dideritanya dan simtom-simtom yang dialami. Konsep mengenai quality of life sebelumnya tidak memasukkan konsep-konsep dimensi psikososial dari sakit dan tindakan yang dijalani (Taylor & Aspinwall, dikutip dalam Taylor, 2003).

Quality of life sekarang ini disepakati sebagai konsep yang diukur melalui berbagai dimensi. Konsep ini kemudian memasukkan komponen-komponen seperti physical functioning, psychological status, social functioning, dan gejala yang terkait dengan penyakit dan kondisi setelah tindakan (Coons & Kaplan, dikutip dalam Taylor, 2003). Para ahli masing-masing memiliki dimensi dan definisi masing-masing dalam melukiskan quality of life. Menurut King dan Cella secara umum quality of life dapat dilukiskan dalam tiga domain utama, yaitu: (a) physical well-being, (b) functional well-being, (c) Emotional/psychological well-being (Halim, 2003). Di antara semua penelitian tentang QOL dan definisinya, World Health Organization (WHO) telah mendefinisikan QOL sebagai kondisi yang berdasarkan persepsi individu dalam kehidupan pada konteks sistem nilai dan budaya di mana mereka tinggal, dan berdasarkan kaitannya dengan tujuan hidup masing-masing individu, harapan, standar dan kepentingannya.2.2 Faktor Faktor yang mempengaruhi QOL (Quality of Life) Menurut beberapa teori sebelumnya, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi QOL.1. Umur / usia

di Belanda menunjukkan bahwa usia memiliki korelasi negatif dengan kesehatan fisik dan QOL untuk domain hubungan social, tetapi di Lebanon orang tua memiliki QOL yang lebih tinggi dalam hubungan sosial daripada individu yang berusia lebih muda, kecuali untuk fungsi fisik.2. Jenis Kelamin

Pada umumnya perempuan memiliki QOL yang lebih rendah daripada laki-laki3. Status perkawinanmemiliki pasangan hidup, berada dalam suatu hubungan atau menikah merupakan status penting untuk memiliki QOL yang lebih tinggi4. Pendidikantingkat pendidikan yang lebih tinggi mempunyai QOL yang lebih baik. Tingkat pendidikan sangat berhubungan erat dengan QOL.

5. Status ekonomi

status ekonomi rendah memiliki QOL yang rendah, terutama untuk pasien dengan pendapatan tahunan lebih rendah, mereka memiliki QOL yang lebih rendah6. PekerjaanMempunyai pekerjaan sangat berpengaruh terhadap QOL, dimana individu yang bekerja memiliki skor QOL yang lebih tinggi secara signifikan pada kesehatan fisik dan lingkungan

7. Penyakitindividu yang memiliki penyakit kronis mempunyai skor QOL yang lebih rendah. Hipertensi, alergi dan arthritis adalah kondisi yang paling sering dilaporkan.8. MerokokPerilaku merokok yang merupakan bagian dari gaya hidup seseorang, cenderung menimbulkan risiko pada kematian, serangan jantung, stroke dan diabetes. Risiko meningkat sejalan dengan meningkatnya tingkat merokok. Wannamethe et.al (1998) menegaskan bahwa perokok berat yang biasanya merokok lebih dari 21 batang sehari adalah dua setengah kali lebih mungkin untuk meninggal atau mendapatkan serangan jantung, stroke atau diabetes dibandingkan non-perokok. Strine et.al. (2005) menunjukkan perokok saat ini memiliki HRQL signifikan lebih buruk dibandingkan mereka yang tidak pernah merokok, dan lebih mungkin untuk minum banyak, untuk pesta minum, dan melaporkan depresi dan kecemasan gejala. Selain itu, perokok secara signifikan dimungkinkan lebih aktif secara fisik, dan sering memiliki gangguan tidur, sering menderita nyeri, serta kurang menyantap porsi buah dan sayuran per hari dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah merokok.BAB IIIPEMBAHASANQOL (Quality of Life) berhubungan erat dengan CUA (cost utility analysis). CUA sendiri merupakan teknik analisis ekonomi untuk menilai utilitas (daya guna) atau kepuasan atas kualitas hidup yang diperoleh dari suatu intervensi kesehatan. QOL biasanya diukur dalam jumlah tahun dalam keadaan sehat sempurna, bebas dari kecacatan, yang dapat dinikmati umumnya diekspresikan dalam quality adjusted life years (QALY), atau jumlah tahun berkualitas yang disesuaikan. Kualitas hidup dalam AUB (Analisis Utilitas Biaya) diukur dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan kuantitas (duration of life) dan pendekatan kualitas (quality of life). (Bootman et al., 1996). Kualitas hidup merupakan sebuah konsep umum yang mencerminkan keadaan yang terkait dengan modifikasi dan peningkatan aspek-aspek kehidupan, yaitu fisik, politik, moral dan lingkungan sosialPada umum nya cara penilaian QOL (Quality of Life) seorang pasien dilakukan dengan perspektif penilaian individu. Perspektif penilaian merupakan hal penting dalam Kajian Farmakoekonomi, karena perspektif yang dipilih menentukan komponen biaya yang harus disertakan. Perspektif individu (individual perspective) sendiri merupakan Salah satu contoh kajian farmakoekonomi, dari perspektif individu kita dapat menghitung biaya perawatan kesehatan

untuk mencapai kualitas hidup (Quality of Life) tertentu sehingga pasien dapat menilai suatu intervensi kesehatan cukup bernilai atau tidak dibanding kebutuhan lainnya (termasuk hiburan).Secara umum, salah satu biaya yang terkait dengan perawatan kesehatan yaitu Biaya nirwujud (intangible cost). Biaya nirwujud adalah biaya-biaya yang sulit diukur dalam unit moneter, namun sering kali terlihat dalam pengukuran kualitas hidup atau QOL (Quality of Life), misalnya rasa sakit dan rasa cemas yang diderita pasien dan/atau keluarganya.Beberapa contoh pertanyaan untuk menilai kualitas hidup pasien (Quality of Life), antara lain :

1. Apakah penyakit yang diderita atau pengobatan terhadap penyakit yang diberikan secara kuantitas akan memperpendek usia pasien?2. Apakah kondisi penyakit yang diderita pasien atau pengobatan terhadap penyakit tersebut tidak seperti yang diinginkan? Kalau jawabannya ya, sebesar apa?3. Apakah dampaknya terhadap usia? Berapa banyak berkurangnya usia (kuantitatif) dan kepuasan (kualitas) hidup?

Quality-adjusted life years (QALY) atau Jumlah Tahun yang Disesuaikan (JTKD) adalah suatu hasil yang diharapkan dari suatu intervensi kesehatan yang terkait erat dengan besaran kualitas hidup (Quality of Life). JTKD didasarkan pada keyakinan bahwa intervensi kesehatan dapat meningkatkan survival (kuantitas hidup) ataupun kemampuan untuk menikmati hidup (kualitas hidup). Pada penghitungan besaran utilitas yang paling banyak dipakai ini, dilakukan pembobotan kualitas terhadap setiap tahun pertambahan kuantitas hidup yang dihasilkan suatu intervensi kesehatan. Dengan demikian, JTKD merupakan penggabungan dari kedua elemen tersebut. Secara teknis, JTKD diperoleh dari perkalian antara nilai utilitas dan nilai time preference, dimana nilai utilitas menggambarkan penilaian pasien terhadap kualitas hidupnya saat itu. Penilaian yang dilakukan secara subyektif oleh pasien didasarkan pada berbagai atribut kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan, sementara time preference menggambarkan

perkiraan pertambahan usia (dalam tahun) yang diperoleh karena pengobatan yang diterima.

Terkait teknis perhitungan, pengertian adjusted atau disesuaikan pada JTKD adalah penyesuaian pertambahan usia yang akan diperoleh dengan utilitas. Dengan penyesuaian ini, diperoleh jumlah tahun pertambahan usia dalam kondisi sehat penuh. Nilai utilitas berkisar dari

1 (hidup dalam keadaan sehat sempurna) sampai 0 (mati). Jadi, jika seorang pasien menilai bahwa keadaannya setelah periode terapi yang diperoleh setara dengan 0,8 keadaan sehat sempurnautilitas = 0,8dan pertambahan usianya 10 tahun, pertambahan usia yang berkualitas bukanlah 10 tahun, melainkan 0,8 x 10 tahun = 8 tahun (Drummond et

al., 1987).BAB IVPENUTUPKesimpulan1. Quality of Life atau kualitas hidup merupakan hasil luaran atau aut come dari suatu pengobatan yang dirasakan langsung oleh pasien.2. Penilaian kualitas hidup dinilai dari lama waktu hidup post menderita penyakit kronis (pasien cancer) dikali dengan nilai utilitas

Saran

1. Perlunya penerapan farmakoekonomi dengan baik di unit pelayanan kesehatan khususnya milik pemerintah guna meningkatkan kualitas hidup si pasien.Daftar Pustaka

1. KEMENKES RI. 2013. Pedoman Penerapan Kajian farmakoekonomi. Jakarta.2. Halim, wenny dkk. 2010. Quality Of Life Janda Pasca Kemoterapi Dan Radioterapi. Jakarta3. Winiarti, dea. 2013. Asuransi Kesehatan Sebagai Salah Satu Prediktor Faktor yang Mempengaruhi Quality Of Life. Jakarta.

Quality of Life