KTI DURSIH SETIAWATI.doc

75
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan KB yang berkualitas belum sepenuhnya menjangkau seluruh wilayah nusantara. Pada saat sekarang ini paradigma program KB telah mempunyai visi dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan keluarga berencana yang berkualitas tahun 2015. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab dan harmonis. Visi tersebut dijabarkan dalam 6 visi yaitu memberdayakan masyarakat, menggalang kemitraan, dalam peningkatan kesejahteraan, kemandirian dan ketahanan keluarga. Meningkatkan kegiatan khusus kualitas KB dan kesehatan reproduksi, meningkatkan promosi, perlindungan dan upaya mewujudkan hak-hak reproduksi dan meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan untuk

Transcript of KTI DURSIH SETIAWATI.doc

Page 1: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan KB yang berkualitas belum sepenuhnya menjangkau seluruh

wilayah nusantara. Pada saat sekarang ini paradigma program KB telah

mempunyai visi dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera

(NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan keluarga berencana yang berkualitas

tahun 2015. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat,

maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan,

bertanggung jawab dan harmonis. Visi tersebut dijabarkan dalam 6 visi yaitu

memberdayakan masyarakat, menggalang kemitraan, dalam peningkatan

kesejahteraan, kemandirian dan ketahanan keluarga. Meningkatkan kegiatan

khusus kualitas KB dan kesehatan reproduksi, meningkatkan promosi,

perlindungan dan upaya mewujudkan hak-hak reproduksi dan meningkatkan

upaya pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan

gender melalui program KB serta mempersiapkan sumber daya manusia yang

berkualitas sejak pembuahan dan kandungan sampai pada usia lanjut (Hanafi,

2005:125).

Banyak perempuan yang mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan

jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia,

tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode

kontrasepsi tersebut. Berbagai faktor harus dipertimbangkan termasuk status

Page 2: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

2

kesehatan, efek samping, potensial, konsekwensi kegagalan/kehamilan yang

tidak diinginkan. Besar keluarga yang direncanakan, persetujuan pasangan

bahkan norma budaya lingkungan integral yang sangat tinggi dalam pelayanan

KB (Saifuddin, 2006: 134).

Pemerintah terus menekan laju pertambahan jumlah penduduk melalui

program Keluarga Berencana (KB). Sebab jika tidak meningkatkan peserta KB

maka jumlah penduduk Indonesia akan mengalami peningkatan, apabila

kesetaraan ber KB, pertahun, angkanya tetap sama (60,3%) maka jumlah

penduduk Indonesia tahun 2015 menjadi sekitar 2555,5 juta (Depkes RI, 2008:

120).

Terkait program KB nasional menurut kepala BKKBN pusat ternyata

cukup menggembirakan yaitu kesetaraan ber KB berdasarkan SDKI 2002,

tercatat 61,4% dari Pasangan Usia Subur (PUS) yang ada naik menjadi 65,97%

(Susenas, 2005). Demikian juga angka kelahiran total dari 2,7 (SDKI 2005)

turun menjadi 2,5 (Susenas, 2004). Sedangkan laju pertambahan penduduk

menunjukan angka penurunan dari 2,86% menjadi 1,17% (Sarwono

Prawirohardjo, 2000) (http: //situs kespro-info/kb/aju/ 2006/kb 01 html).

Meskipun program KB dinyatakan cukup berhasil di Indonesia, namun

dalam pelaksanaanya hingga saat ini juga masih mengalami hambatan-hambatan

yang dirasakan antara lain adalah masih banyak Pasangan Usia Subur (PUS)

yang masih belum menjadi peserta KB. Disinyalir ada beberapa faktor penyebab

mengapa wanita PUS enggan menggunakan alat maupun kontrasepsi. Faktor-

faktor tersebut dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu: segi pelayanan KB, segi

Page 3: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

3

kesediaan alat kontrasepsi, segi penyampaian konseling maupun KIE dan

hambatan budaya (BKKBN, 2006 : 25). Dari hasil SDKI (2007) diketahui

banyak alasan yang dikemukakan oleh wanita yang tidak menggunakan

kontrasepsi adalah karena alasan fertilitas. Selain alasan fertilitas, alasan lain

yang banyak disebut adalah berkaitan dengan alat/cara KB yaitu: masalah

kesehatan, takut efek samping, alasan karena pasangannya menolak dan alasan

yang berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi yaitu biaya terlalu mahal.

Berdasarkan data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN) menyatakan bahwa jumlah peserta KB ditetapkan sekitar 6,5 juta, di

mana IUD 338.183 peserta, MOP/vasektomi 21.286 peserta, MOW/tubektomi

89.180, implan 567.150 peserta, suntikan 2,5 juta lebih peserta, pil 2 juta dan

kondom 904.300 peserta. Sedangkan jumlah akseptor KB di Jawa Barat periode

Pebruari 2009, diperkirakan ada 100.483 peserta, dimana IUD berjumlah 7.233

peserta, MOW berjumlah 1.152 peserta, MOP berjumlah 97 peserta, Kondom

berjumlah 1.702 peserta, implan berjumlah 3.478 peserta, Suntikan berjumlah

56.414 peserta, dan pil berjumlah 30.404 peserta (www.bkkbn.jbr.go.id, 2009).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Koordinasi Keluarga

Berencana Nasional (BKKBN) Kabupaten Indramayu pada tahun 2009 terdapat

337.398 PUS dengan akseptor Intra Uterine Device (IUD) sebanyak 4.433

peserta, Medis Operasi Wanita (MOW) sebanyak 7.953 peserta, Medis Operasi

Pria (MOP) sebanyak 58.673 peserta, Kondom sebanyak 1.247 peserta, Implant

sebanyak 4.992 peserta, Suntik sebanyak 90.789 peserta dan Pil sebanyak 85.169

peserta. Meskipun pembangunan di bidang kependudukan telah menunjukkan

Page 4: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

4

hasil-hasil yang menggembirakan, namun kondisi kependudukan di Kabupaten

Indramayu masih perlu ditingkatkan kualitasnya. Dengan laju pertumbuhan

penduduk 1,87% (tahun 2009), maka jumlah penduduk Kabupaten Indramayu

mencapai 1.691.329, demikian pula angka kelahiran total atau Total Fertility

Rate (TFR) berkisar 2,5 % dan rata-rata usia kawin pertama wanita berkisar 18

tahun (Dinas BKKBN Kabupaten Indramayu, 2009).

Di Puskesmas Kerticala Kabupaten Indramayu tahun 2009 jumlah

Wanita Usia Subur berjumlah 1656 orang dengan sebaran penggunaan

kontrasepsi sebagai berikut:

Tabel 1.1Jumlah Wanita Usia Subur Yang Menjadi Akseptor KB Aktif Implant

Di Wilayah Kerja Puskesmas Kerticala Kabupaten IndramayuTahun 2009

No. Desa Jumlah WUS Akseptor KB Implant

%

1. Kerticala 275 10 3,642. Sukamulya 203 12 5,913. Bodas 223 11 4,934. Gadel 269 5 1,865. Rancajawat 194 9 4,646. Cangko 234 13 5,567. Pagedangan 258 14 5,43

Jumlah 1656 74 4,47

Berdasarakan data tabel 1.1 di atas, menunjukkan bahwa jumlah Wanita

Usia Subur (WUS) sebanyak 1656 orang dan yang menjadi akseptor KB aktif

implant di wilayah kerja Puskesmas Kerticala sebanyak 74 orang atau (4,47%).

Sementara jumlah peserta KB aktif implant yang paling rendah di Desa Gadel

dengan persentase sebesar 1,86%. Rendahnya penggunaan alat kontrasepsi

Page 5: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

5

implant dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor misalnya faktor tingkat

pengetahuan dan sikap WUS terhadap minat pemakaian kontrasepsi.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka penulis merasa tertarik

untuk mengadakan penelitian mengenai pengetahuan dan sikap WUS terhadap

minat pemakaian kontrasepsi implant di Desa Gadel wilayah kerja Puskesmas

Kerticala Kabupaten Indramayu 2010.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka rumusan masalah

penelitian yang diambil adalah “bagaimana gambaran pengetahuan dan sikap

WUS terhadap minat pemakaian kontrasepsi implant di Desa Gadel wilayah

kerja Puskesmas Kerticala Kabupaten Indramayu Tahun 2010?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap WUS terhadap minat

pemakaian kontrasepsi implant di Desa Gadel wilayah kerja Puskesmas

Kerticala Kabupaten Indramayu Tahun 2010.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan WUS tentang pemakaian

kontrasepsi implant di Desa Gadel wilayah kerja Puskesmas Kerticala

Kabupaten Indramayu.

Page 6: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

6

b. Untuk mengetahui gambaran sikap WUS terhadap minat pemakaian

kontrasepsi implant di Desa Gadel wilayah kerja Puskesmas Kerticala

Kabupaten Indramayu.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut :

1. Bagi peneliti

Sebagai sarana untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu yang

telah diberikan dan diterima dalam rangka pengembangan kemampuan diri

dan sebagai syarat dalam menyelesaikan studi di STIKes Indramayu.

2. Bagi instansi pendidikan

Dapat menambah bahan kepustakaan di Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan (STIKes) Indramayu.

3. Bagi instansi kesehatan

Dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi instansi kesehatan

dalam pelayanan kesehatan, khususnya di wilayah kerja Puskesmas

Kerticala Kabupaten Indramayu tahun 2010.

4. Bagi WUS

Dapat menjadi saran dan masukan bagi WUS dalam rangka

peningkatan pengetahuan mengenai kontrasepsi implant.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian pada

gambaran pengetahuan dan sikap WUS terhadap peminatan pemakaian

Page 7: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

7

kontrasepsi implant. Jenis penelitian menggunakan metode deskriptif. Populasi

dan sampel penelitian adalah seluruh WUS yang menjadi akseptor KB di Desa

Gadel sebanyak 269 orang yang diambil secara random sampling atau acak

sederhana. Lokasi dan waktu penelitian dilakukan di Desa Gadel wilayah kerja

Puskesmas Kerticala Kabupaten Indramayu pada tanggal 25 April sampai

dengan 1 Mei 2010. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner.

Page 8: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

Pengetahuan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah segala

sesuatu yang diketahui karena kepandaian.

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2005: 36).

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses

sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu (Sunaryo, 2005:

14).

Pengetahuan adalah berawal dari kekaguman manusia akan alam

yang dihadapinya baik alam besar (makrokosmos) maupun alam kecil

(mikrokosmos) manusia sebagai animal dibekali hasrat ingin tahu, manusia

telah disaksikan sejak masih anak-anak (Suryabrata, 2005:123).

Berdasarkan beberapa definisi di atas tentang pengetahuan, maka

dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui

oleh seseorang melalui suatu proses sensoris yaitu mata dan pendengaran

terhadap suatu objek yang dapat mengarah pada pembentukan perilaku.

Page 9: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

9

2. Pengetahuan Kesehatan (health knowledge)

Menurut Notoatmodjo (2005: 49), pengetahuan tentang kesehatan

adalah mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara

memelihara kesehatan. Pengetahuan tentang cara-cara memelihara

kesehatan meliputi:

a. Pengetahuan tentang penyakit menular dan tidak menular (jenis penyakit

dan tanda-tandanya atau gejalanya, penyebabnya, cara penularannya, cara

pencegahannya, cara mengatasi atau menangani sementara).

b. Pengetahuan faktor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi kesehatan

antara lain: gizi makanan, sarana air bersih, pembuangan air limbah,

pembuangan kotoran manusia, pembuangan sampah, perumahan sehat,

polusi udara, dan sebagainya.

c. Pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang profesional

maupun yang tradisional.

d. Pengetahuan untuk menghindari kecelakaan baik kecelakaan rumah

tangga, maupun kecelakaan lalu lintas, dan tempat-tempat umum.

3. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2005: 53) menyatakan bahwa pengetahuan

yang merupakan domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu tahu (know),

memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis),

sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation). Tingkatan pengetahuan secara

rinci diuraikan sebagai berikut:

Page 10: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

10

a. Tahu (know)

Tingkatan tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja

untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara

lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan

sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Tingkatan memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan

untuk menjelaskan secara benar obyek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap suatu obyek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya.

c. Aplikasi (application)

Tingkatan aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan metode yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi

real (sebenarnya). Misalnya petugas kesehatan memberikan penyuluhan

tentang keuntungan dan kerugian pemakaian kontrasepsi implant.

d. Analisis (analysis)

Tingkatan analisis diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen,

tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya

Page 11: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

11

satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan

kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan).

e. Sintesis (synthesis)

Tingkatan sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru. Misalnya, dapat

menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat

menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-

rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Tingkatan evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.

Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan

sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan.

Menurut Notoatmodjo (2005: 114), beberapa faktor yang

mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang yaitu umur, pendidikan, dan

sosial ekonomi yang diuraikan sebagai berikut:

a. Umur

Umur berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan karena

kemampuan mental yang diperlukan untuk mempelajari dan menyusun

diri pada situasi-situasi baru, seperti mengingat hal-hal yang dulu yang

Page 12: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

12

pernah dipelajari, penalaran analogi, dan berpikir kreatif dan bisa

mencapai puncaknya.

b. Pendidikan

Pendidikan merupakan faktor lain yang mempengaruhi

pengetahuan seperti sumber informasi, dan pengalaman. Menurut

Notoatmodjo (2005:115) bahwa pendidikan memberikan suatu nilai-

nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membukakan pikirannya

serta menerima hal-hal baru. Pengetahuan juga diperoleh melalui

kenyataan (fakta) dengan melihat dan mendengar radio, melihat televisi.

Selain itu pengetahuan diperoleh sebagai akibat pengaruh dari

hubungan orang tua, kakak-adik, tetangga, kawan-kawan dan lain-lain.

c. Sosial ekonomi

Sosial ekonomi mempengaruhi tingkat pengetahuan dan perilaku

seseorang di bidang kesehatan, sehubungan dengan kesempatan

memperoleh informasi karena adanya fasilitas atau media informasi.

Banyak wanita menengah dan golongan atas yang walaupun menjadi

ibu dan pengatur rumah tangga tetapi tidak mau pasif, tergantung, dan

tidak berkorban diri secara tradisional Notoatmodjo (2005:116)

5. Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Pengukuran tingkat pengetahuan dapat dilakukan secara langsung

dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan dengan mengajukan

beberapa pertanyaan terhadap suatu obyek kepada responden. Secara tidak

langsung dengan cara menyebarkan beberapa pertanyaan atau kuesioner

Page 13: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

13

tentang materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden

dengan pilihan benar dan salah (Notoatmodjo, 2005: 118).

6. Proses Adopsi Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif, merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang. Menurut Penelitian Rogers (1974)

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi pengetahuan, di dalam

diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : Awareness

(kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus

(obyek) terlebih dahulu; Interest, yakni orang mulai tertarik kepada

stimulus; Evaluation,(menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya); Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru;

Adaption, subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2005:128).

B. Sikap (Attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau objek.

1. Pengertian Sikap

Berdasarkan berbagai batasan tentang sikap dapat disimpulkan bahwa

manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat

ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu.

Newcomb (dalam Notoatmodjo, 2005: 142) salah seorang ahli psikologi

Page 14: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

14

sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk

bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu.

2. Sikap terhadap kesehatan (health attitude)

Menurut Notoatmodjo (2005:152) Sikap terhadap kesehatan adalah

pendapat atau penilaian orang terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

pemeliharaan kesehatan yang mencakup sekurang-kurangnya 4 variabel

sebagai berikut:

a. Sikap terhadap penyakit menular dan tidak menular (jenis penyakit dan

tanda-tandanya atau gejalanya, penyebabnya, cara penularannya, cara

pencegahannya, cara mengatasi atau menanganinya sementara).

b. Sikap terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi

kesehatan, antara lain: gizi makanan, sarana air bersih, pembuangan air

limbah, pembuangan kotoran manusia, pembuangan sampah, perumahan

sehat, polusi udara dan sebagainya.

c. Sikap terhadap fasilitas pelayanan kesehatan yang profesional maupun

tradisional.

d. Sikap untuk menghindari kecelakaan, baik kecelakaan rumah tangga,

maupun kecelakaan lalu lintas, dan kecelakaan di tempat-tempat umum.

3. Komponen Sikap

Menurut Allport dalam Notoatmodjo (2005: 156), bahwa sikap itu

mempunyai 3 komponen pokok, yaitu :

a. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh

individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe

Page 15: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

15

yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan

(opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang

kontroversial.

b. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek

emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam

sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan

terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap

seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki

seseorang terhadap sesuatu.

c. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu

sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi

atau kecenderungan untuk bertindak /bereaksi terhadap sesuatu dengan

cara-cara tertentu.

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

(total attitude). Dalam penentuan sikap ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan,

dan emosi memegang peranan penting. Suatu contoh misalnya, seorang perawat

telah mendengar adanya bahaya tentang penyakit yang ditimbulkan dari

lingkungan ruang rawat yang tidak bersih. Pengetahuan ini akan membawa

perawat untuk berpikir dan berusaha supaya lingkungan ruang rawat pasien tetap

bersih dan sehat. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja

sehingga perawat tersebut berniat akan memberikan contoh yang baik dalam

menjaga kesehatan lingkungan ruang, rawat pasien sehingga proses

penyembuhan pasien dapat lebih cepat (Notoatmodjo, 2005:160).

Page 16: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

16

4. Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmodjo (2005: 164), beberapa tingkatan sikap

berdasarkan intensitasnya sebagai berikut:

a. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima

stimulus yang diberikan (objek). Misalnya, sikap seseorang terhadap

pemakaian kontrasepsi implant.

b. Menanggapi (Responding)

Menanggapi di sini diartikan memberikan jawaban atau

tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. Misalnya,

seorang ibu yang mengikuti penyuluhan tentang kontrasepsi implant atau

diminta menanggapi oleh penyuluh, kemudian ia menjawab atau

menanggapinya.

c. Menghargai (Valuing)

Menghargai diartikan sebagai subjek, atau seseorang memberikan

nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya

dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau

menganjurkan orang lain merespons. Contoh pada butir a di atas, ibu

mendiskusikan terhadap pemilihan alat kontrasepsi atau bahkan

mengajak tentangganya untuk mendengarkan penyuluhan tentang

kontrasepsi implant.

Page 17: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

17

d. Bertanggung Jawab (Responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab

terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil

sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil

resiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya resiko lain.

Contoh tersebut di atas, ibu yang sudah mengikuti penyuluhan antenatal

care, ia harus berani untuk mengorbankan waktunya, atau mungkin

kehilangan penghasilannya, atau diomeli oleh mertuanya karena

meninggalkan rumah, dan sebagainya.

5. Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung.

Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan

responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan

dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat

responden (Sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju)

(Notoatmodjo, 2005: 170).

C. Keluarga Berencana

1. Pola Dasar Kebijakan Program Keluarga Berencana

Pola dasar kebijakan program KB pada saat ini adalah :

a. Menunda perkawinan dan kehamilan sekurang-kurangnya sampai berusia

20 tahun

b. Menjarangkan kelahiran dan menganjurkan

Page 18: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

18

1) Catur warga yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan 2 orang

anak

2) Panca warga yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan 3 orang

anak

c. Hendaknya besarnya keluarga dicapai selama di dalam usia reproduksi

sehat waktu umur ibu 20 sampai 30 tahun

d. Mengakhiri kesuburan pada usia 30 sampai 35 tahun (Mochtar, 2008: 13).

2. Definisi Keluarga Berencana

Definisi KB menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 35)

adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sejahtera dengan membatasi

kelahiran. Sedangkan definisi keluarga berencana menurut World Health

Organization (WHO) Expert Commite 1970, adalah suatu tindakan yang

membantu individu atau pasangan suami untuk :

a. Mendapatkan objektif-objektif tertentu

b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan

c. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan

d. Mengatur interval diantara kelahiran

e. Mengontrol waktu kelahiran dalam hubungan dalam unsur suami istri

f. Menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hanafi, 2005: 126).

3. Akseptor KB

Akseptor KB adalah peserta keluarga berencana (Family Planning

Participant yaitu pasangan usia subur di mana salah seorang menggunakan

Page 19: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

19

salah satu cara alat kontrasepsi untuk tujuan pencegahan kehamilan, baik

melalui program maupun non program (BKKBN, 2006: 18).

Akseptor KB Aktif (Current user/CU) adalah akseptor yang pada saat

ini memakai kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau yang

mengakhiri kesuburan (BKKBN, 2006: 21).

Akseptor baru adalah pasangan usia subur yang baru pertama kali

menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi dan/atau pasangan usia subur

yang menggunakan kembali salah satu cara/alat kontrasepsi setelah mereka

berakhir masa kehamilannya (baik kehamilan yang berakhir dengan

keguguran, lahir mati ataupun lahir hidup) (BKKBN, 2006: 167).

D. Kontrasepsi Implant

Kontrasepsi atau antikonsepsi (conception control) adalah mencegah

terjadinya pembuahan (konsepsi) dengan cara alat atau obat-obatan (Mochtar,

2008: 116).

Syarat-syarat Kontrasepsi antara lain aman pemakaiannya dan dipercaya,

efek samping yang tidak merugikan, lama kerjanya dapat diatur sesuai dengan

keinginan, tidak mengganggu hubungan seksual, tidak memerlukan bantuan

medik atau control yang ketat selama pemakaiannya, cara penggunaannya

sederhana, harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas, dan

dapat diterima oleh pasangan suami istri (Mochtar, 2008: 124).

Page 20: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

20

1. Pengertian Alat Kontrasepsi Implant

Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang berjangka waktu lima

tahun yang terdiri dari enam batang susuk lembut terbuat dari sejenis karet

elastis yang mengandung hormon (Hanafi, 2005: 132).

2. Mekanisme kerja

Setiap kapsul susuk KB mengandung 36 gr levonogestrel yang akan

dikeluarkan setiap harinya sebanyak 80 gr. Konsep mekanisme kerjanya

sebagai progesteron yang dapat menghalangi pengeluaran lendir, servik dan

menghalangi migrasi spermatozoa dan menyebabkan situasi endometrium

tidak siap menjadi tempat nidasi (Manuaba, 2006: 112).

3. Jenis-jenis implant

a. Norplant

Noplant adalah suatu alat kontrasepsi hormonal jangka panjang

yang dapat melindungi pemakai selama 5 tahun. Bahan aktif yang

digunakan oleh norplant adalah bahan progestational levonogestrel.

Setiap kapsul mini sebesar kira-kira korek api mengandung 36 ≠ 2 mg

levonogesterel. Kapsul pembungkus yang digunakan pada norplant

adalah polydimethylsiloxane silastic yang diproduksi oleh Dow Corning

Midland Michigan USA. Kapsul silatik seperti ini adalah bahan yang

sama yang telah banyak dipakai untuk pemasangan implant pada manusia

sejak tahun 1950.

Page 21: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

21

b. Implanon

Implanon adalah suatu alat kontrasepsi hormonal jangka panjang

yang dapat melindungi pemakai selama 3 tahun. Terdiri dari satu batang

putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm dan diameter 2 mm yang

diisi dengan 68 mg 3-ketodesogestrel.

c. Jadena dan Indoplant

Jadena dan indoplant adalah suatu alat kontrasepsi hormonal yang

melindungi pemakai selama 3 tahun. Jadena dan indoplant ini terdiri dari

2 batang yang diisi dengan 75 mg levonogestrel.

4. Indikasi dan kontra indikasi KB implant

a. Indikasi metode KB implant

Setiap ibu yang sehat dan tidak ingin hamil dalam waktu 1 – 5 tahun

b. Kontra indikasi metode KB implant

1) Kehamilan atau diduga hamil

2) Perdarahan traktus genetalia yang tidak diketahui penyebabnya

3) Trombofeblitis aktif atau penyulit trombo emboli

4) Penyakit hati akut

5) Tumor hati jinak atau ganas

6) Karsinoma payudara atau tersangka karsinoma payudara

7) Tumor atau neoplasma ginekologik

8) Penyakit jantung, hipertensi, dan diabetes mellitus (Hanafi, 2005: 143).

5. Keuntungan dan Kerugian KB Implant

a. Keuntungan Metode KB Implant yaitu :

1) Efektivitas tinggi

Page 22: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

22

2) Setelah dipasang tidak melakukan apa-apa lagi sampai saat

pengeluaran implantnya

3) Sistem 6 kapsul memberikan perlindungan selama 5 tahun

4) Tidak mengandung estrogen, sehingga tidak mengandung efek

samping yang disebabkan oleh estrogen

5) Efek kontrasepsinya segera berakhir setelah implantnya dikeluarkan.

b. Kerugian Metode KB implant

1) Insersi dan pengeluaran harus dilakukan oleh petugas yang terlatih

2) Petugas medis memerlukan latihan dan praktek untuk insersi dan

pengangkatan implant

3) Lebih mahal

4) Sering timbul perubahan pola haid

5) Akseptor tidak dapat menentukan implant sekehendak sendiri

6) Implant kadang-kadang bisa terlihat oleh orang lain (Hanafi, 2006:

152)

6. Waktu Pemasangan KB Implant

Waktu terbaik untuk insersi atau pemasangan KB implant adalah

pada saat haid atau jangan melebihi 5-7 hari setelah haid.

7. Efek samping KB implant

a. Pengertian efek samping

Efek samping adalah suatu kelainan yang terjadi akibat suatu

pemakaian alat kontrasepsi atau obat kontrasepsi. Jadi yang dimaksud

Page 23: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

23

dengan efek samping KB implant adalah semua kelainan yang terjadi

akibat pemakaian alat kontrasepsi KB implant (Wiknjosastro, 2008: 19).

b. Bentuk Efek Samping KB implant

Efek samping yang paling sering ditimbulkan adalah gangguan

menstruasi atau perubahan pola haid, terutama selama 3-6 bulan pertama

dari pemakaian yang terjadi kira-kira 60% akseptor dalam tahun pertama

setelah insersi (Mochtar, 2008: 145).

Yang paling sering terjadi karena efek samping KB implant ini

adalah:

1) Bertambahan hari-hari perdarahan dalam 1 siklus.

2) Perdarahan bercak (spotting)

3) Berkurangnya panjang siklus haid

4) Amenore, meskipun lebih jarang terjadi dibandingkan perdarahan

lama atau perdarahan bercak.

Umumnya perubahan-perubahan haid tidak mempunyai efek yang

membahayakan akseptor, meskipun terjadi perdarahan lebih sering dari

pada biasanya. Volume darah yang hilang tetap tidak berubah,

perdarahan hebat jarang terjadi, dan efek samping lainnya dari pemakaian

implant ini adalah sedikit peningkatan berat badan (Hanafi, 2005: 157).

8. Teknik Insersi/Pemasangan KB implant

Pemasangan dilakukan pada bagian dalam lengan atas atau lengan

bawah, kira-kira 6 – 8 cm di atas atau di bawah siku melalui insersi tunggal,

dalam bentuk kipas dan dimasukkan tepat di bawah kulit (Hanafi, 2005:

Page 24: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

24

167). Menurut Manuaba (2006: 131) prinsip pemasangan susuk KB adalah

“dipasang pada lengan kiri atau pemasangan seperti kipas mekar dengan

enam kapsul”. Sebelum tehnik insersi KB implant dilakukan maka harus

dipersiapkan misalnya : kontrasepsi implant yang terdiri dari enam kapsul

silastik dengan panjang masing-masing 34 mm dan lebar 2,4 mm serta lebih

kurang 36 mg levonogestrel.

Alat dan bahan yang dibutuhkan adalah sabun antiseptic, kasa steril,

cairan antiseptic, anastesi local, kain steril, sebuah trokar, sepasang sarung

tangan steril, satu set kapsul implant (6 buah), dan sebuah skalpel dengan

ujung yang tajam. Adapun teknik pemasangan implant yaitu :

a. Cuci daerah insersi, lakukan tindakan antiseptic dan tutup sekitar daerah

insersi dengan kain steril.

b. Lakukan anastesi lokal (lidocain 1%) pada daerah insersi, mula-mula

lakukan suntikan anastesi pada daerah insisi, kemudian anastesi

diperluas sampai keenam atau dua daerah sepanjang 4 – 4,4 cm

c. Daerah pisau scapel dibuat insisi 2 mm sejajar dengan lengkung siku.

d. Masukan ujung trokar melalui insisi, terdapat dua garis tanda batas pada

trokar, satu dekat ujung trokar, lainnya dekat pangkal trokar. Dengan

perlahan-lahan trokar dimasukkan sampai mencapai garis batas dekat

pangkal trokar, kurang lebih 4 – 4,5 cm. trokar dimasukkan sambil

melakukan tekanan di atas dan tanpa merubah sudut pemasukan.

e. Masukan implant ke dalam trokarnya. Dengan batang pendorong

implant di dorong perlahan-lahan ke ujung trokar sampai terasa adanya

Page 25: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

25

tahanan, dengan batang pendorong tetap stasioner, trocar perlahan-lahan

ditarik kembali sampai garis batas dekat ujung trokar terlihat pada insisi

dan terasa implantnya “meloncat keluar” dari trokarnya. Jangan

dikeluarkan trokarnya, raba lengan dengan jari untuk memastikan

implant sudah berada pada tempatnya dengan baik.

f. Mengubah arah trokar sehingga implant berikutnya berada 150 dari

implant sebelumnya. Letakkan jari tangan pada implant sebelumnya.

Masukan kembali trokar sepanjang pinggir jari tengah sampai ke garis

batas dekat pangkal trokar. Masukan implant ke dalam trokar,

selanjutnya sampai pada butir kelima, ulangi lagi prosedur tersebut

sampai semua implant telah terpasang.

g. Setelah semua implant terpasang lakukan penekanan pada tempat luka

insisi dengan kasa steril untuk mengurangi perdarahan lalu kedua

pinggir insisi ditekan sampai berdekatan dan ditutup dengan plaster.

h. Luka insisi ditutup dengan kering, lalu lengan dibalut dengan kasa steril

untuk mencegah perdarahan. Daerah insisi dibiarkan kering dan tetap

bersih selama tiga hari.

9. Teknik Pencabutan KB Implant

Alat yang diperlukan sama dengan alat insersi, hanya ditambah

dengan dua pasang forceps, satu model lurus dan satu model bengkok.

Teknik pencabutan KB implant yaitu:

a. Tentukan lokasi insisi yang mempunyai jarak sama dari ujung bawah

semua kapsul (dekat siku) kira-kira 5 mm dari ujung bawah kapsul. Bila

jarak tersebut sama, maka insisi dibuat pada tepat insisi waktu

Page 26: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

26

pemasangan. Sebelum menentukan lokasi pastikan tidak ada ujung

kapsul yang berada di bawah insisi lama (hal ini mencegah terpotongnya

kapsul pada saat insisi).

b. Pada lokasi yang sudah dipilih, buat insisi melintang yang kecil lebih

kurang 4 mm dengan menggunakan scalpel, jangan membuat insisi yang

besar.

c. Mulai dengan mencabut kapsul yang mudah diraba dari luar atau yang

terdekat tempat insisi.

d. Dorong ujung kapsul ke arah insisi dengan jari tangan sampai ujung

kapsul tampak pada luka insisi. Masukan klem lengkung (mosquito atau

crile) dengan kelengkungan jepitan mengarah ke atas, kemudian jepit

ujung kapsul dengan klem tersebut.

e. Masukan klem lengkung melalui luka insisi dengan lingkungan jepitan

mengarah ke kulit teruskan sampai berada di bawah ujung kapsul dekat

siku. Buka dan tutup jepitan klem untuk memotong secara tumpul

jaringan parut yang mengelilinginya.

f. Dorong ujung kapsul pertama sedekat mungkin pada luka insisi, sambil

menekan (fiksasi) kapsul dengan jari telunjuk dan jari tengah. Masukan

lagi klem lengkung (lingkungan jepit mengarah ke kulit) sampai berada

di bawah ujung kapsul di dekat ujungnya (5-10 mm) dan secara hati-hati

tarik keluar melalui luka insisi.

g. Bersihkan dan buka jaringan ikat yang mengelilingi kapsul dengan cara

menggosok-gosok dengan kain steril untuk memaparkan ujung bawah

kapsul. Cara lain bila jaringan ikat tidak bisa dibuka dengan cara

Page 27: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

27

menggosok-gosok pakai kain steril, dapat dengan menggunakan skapel

secara ber hati-hati. Untuk mencegah terpotongnya kapsul, gunakan sisi

yang tidak tajam dari skapel waktu membersihkan jaringan ikat yang

mengelilingi kapsul.

h. Jepit kapsul yang sudah terpapar dengan menggunakan klem kedua,

lepas klem pertama, dan cabut kapsul secara perlahan, dan hati-hati

dengan klem kedua. Kapsul akan mudah dicabut karena jaringan ikat

yang mengelilinginya tidak melekat pada kawat silikon. Bila kapsul sulit

dicabut pisahkan secara hati-hati sisa jaringan ikat yang melekat pada

kapsul dengan menggunakan kasa dan skapel.

i. Pilih kapsul berikutnya yang tampak paling mudah dicabut, gunakan

tehnik yang sama untuk mencabut kapsul berikutnya. Sebelum

mengakhiri tindakan, hitung untuk memastikan keenam kapsul sudah

dicabut, tunjukkan keenam kapsul kepada klien, hal ini sangat penting

untuk menyakinkan klien.

10. Metode pencabutan KB implant tehnik “U” :

Klem yang dipakai mencabut kapsul pada teknik "U", merupakan

modifikasi klem yang digunakan untuk vasektomi tanpa pisau dengan

diameter ujung klem diperkecil dari 3,5 menjadi 2,2 mm.

Gambar 2.1. Klem pemegang implant Norplant

Page 28: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

28

Untuk menggunakan teknik ini, raba tempat pencabutan secara

hati-hati untuk menentukan dan menandai kapsul. Selanjutnya cuci

tangan dan pakai sarung tangan steril atau DTT. Usap lengan dengan

larutan antiseptik dan suntikkan obat anestesi lokal seperti yang telah

diuraikan sebelumnya (Persiapan dan Tindakan sebelum pencabutan).

a. Tentukan lokasi insisi pada kulit di antara kapsul 3 dan 4 lebih kurang

5 mm dari ujung kapsul dekat siku.

Gambar 2.2 Lokasi insisi pada tehnik U

b. Buat insisi kecil (4 mm) memanjang sejajar di antara sumbu panjang

kapsul dengan menggunakan skalpel.

c. Masukkan ujung klem pemegang implant Norplant secara hati-hati

melalui luka insisi. (Dengan teknik ini tidak perlu memisahkan

jaringan secara tumpul seperti pada metode standar).

d. Fiksasi kapsul yang letaknya paling dekat luka insisi dengan jari

telunjuk sejajar panjang kapsul.

Page 29: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

29

Gambar 2.3 Memfiksasi kapsul

e. Masukkan klem lebih dalam sampai ujungnya menyentuh kapsul,

buka klem dan jepit kapsul dengan sudut yang tepat pada sumbu

panjang kapsul lebih kurang 5 mm di atas ujung bawah kapsul

(Gambar 20-39). Setelah kapsul terjepit, tarik ke arah insisi (1) dan

balikkan pegangan klem 180° ke arah bahu klien (2) untuk

memaparkan ujung bawah kapsul.

Gambar 2.4 Menjepit kapsul dan membalik klem

f. Bersihkan kapsul dari jaringan ikat yang mengelilinginya dengan

menggosok-gosok menggunakan kasa steril untuk memaparkan ujung

bawah kapsul sehingga mudah dicabut (Gambar 20-32). Bila tidak

bisa dengan kasa, boleh menggunakan scalpel.

g. Gunakan klem lengkung (Mosquito atau Crile) untuk menjepit kapsul

yang sudah terpapar. Lepaskan klem pemegang Norplant dan cabut

kapsul dengan pelan-pelan dan hati-hati (Gambar 20-35). Taruh

Page 30: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

30

kapsul yang telah dicabut dalam mangkok kecil yang berisi klorin

0,5% untuk dekontaminasi sebelum dibuang.

Kapsul akan keluar dengan mudah karena jaringan ikat tidak

melekat pada kapsul. Bila kapsul tidak bisa ke luar dengan mudah,

bersihkan kembali jaringan ikat yang mengelilinginya dengan

menggosok-gosok pakai kasa atau sisi yang tidak tajam dari scalpel.

h. Pencabutan kapsul berikutnya adalah yang tampak paling mudah

dicabut. Gunakan teknik yang sama untuk mencabut kapsul

berikutnya.

11. Metode pencabutan KB implant tehnik “Pop Out” (Darney, Klaise, dan

Walker):

Cara ini merupakan teknik pilihan bila memungkinkan karena tidak

traumatis, sekalipun tidak terlalu muda untuk mengerjakannya.

a. Raba ujung-ujung kapsul di daerah dekat siku untuk memilih salah

satu kapsul yang lokasinya terletak di tengah-tengah dan mempunyai

jarak yang sama dengan ujung kapsul lainnya. Dorong ujung bagian

atas kapsul (dekat bahu klien) yang telah dipilih tadi dengan menggu-

nakan jari. Pada saat ujung bagian bawah kapsul (dekat siku) tampak

jelas di bawah kulit, buat insisi kecil (2 - 3 mm) di atas ujung kapsul

dengan menggunakan skalpel.

Gambar 2.5 Membuat Insisi

Page 31: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

31

b. Lakukan penekanan dengan menggunakan ibu jari dan jari tangan

lainnya pada ujung bagian bawah kapsul untuk membuat ujung

kapsul tersebut tepat berada di bawah tempat insisi.

Gambar 2.6 Menempatkan posisi ujung bawah kapsul berada di bawah insisi

c. Masukkan ujung tajam skapel ke dalam luka insisi sampai terasa

menyentuh ujung kapsul. Bila perlu, potong jaringan ikat yang

mengelilingi ujung kapsul sambil tetap memegang kapsul dengan ibu

jari dan jari telunjuk.

Gambar 2.7 Memotong jaringan ikat

Page 32: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

32

d. Tekan jaringan ikat yang sudah terpotong tadi dengan kedua ibu jari

sehingga ujung bawah kapsul terpapar keluar.

Gambar 2.8 Memaparkan ujung bawah kapsul

e. Tekan sedikit ujung atas kapsul (dekat bahu) sehingga kapsul muncul

(pop out) pada luka insisi dan dengan mudah dapat dipegang dan

dicabut.

Gambar 2.9 Memunculkan kapsul (popping out)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan

antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang

Page 33: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

33

dilakukan (Notoatmodjo, 2005: 23). Peneliti hanya meneliti variabel

pengetahuan dan sikap WUS terhadap minat pemakaian kontrasepsi implant di

Desa Gadel wilayah kerja Puskesmas Kerticala. Adapun gambar kerangka

konsep penelitian sebagai berikut:

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Berdasarkan Gambar 3.1. kerangka konsep penelitian di atas bahwa

variabel yang akan diteliti adalah pengetahuan dan sikap WUS terhadap minat

pemakaian kontrasepsi implant. Pengetahuan dan sikap WUS tentang

kontrasepsi implant diukur dengan menggunakan instrumen penelitian berupa

kuesioner.

Pengetahuan WUS tentang kontrasepsi Implant yang telah diteliti dapat

diperoleh hasil apakah termasuk dalam kategori baik, cukup baik atau kurang

baik. Sedangkan sikap WUS terhadap minat pemakaian kontrasepsi impalnt

diperoleh hasil apakah positif atau negatif. Pengetahuan dan sikap yang baik

Pengetahuan WUS

Sikap WUS

Minat terhadap pemakaian kontrasepsi

Implant

BaikCukup baikKurang baik

Positif

Negatif

Page 34: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

34

diharapkan dapat membentuk perilaku atau tindakan sebagai upaya untuk

mengantisipasi kenaikan/menekan angka kelahiran melalui pemakaian alat

kontrasepsi Implant.

B. Definisi Operasional Variabel

VariabelDefinisi

OperasionalCara Ukur

Alat Ukur

Hasil UkurSkala Ukur

Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui oleh WUS tentang pengertian Impant, keuntungan Implant, kerugian Implant, syarat menjadi akseptor Implant, dan efek samping Implant.

Melihat hasil jawaban

Kuesioner 1. Baik, jika 76 –

100%.

2. Cukup baik, jika

56%- 75%

3. Kurang baik, jika ≤

55 %

Ordinal

Sikap Sikap adalah pendapat WUS atas pertanyaan yang akan disetujui atau tidak yang mencakup aspek kognitif, afektif dan konatif terhadap KB implant.

Melihat hasil jawaban

Kuesioner Setelah dilakukan penskoran untuk masing-masing pertanyaan:a. Sikap

positif( ≥ score rata-ratab. Sikap

negatif ( < score rata-rata)

Ordinal

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Page 35: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

35

Jenis penelitian dalam hal ini adalah penelitian deskriptif dengan tujuan

utama membuat gambaran tentang suatu keadaan secara obyektif yang

digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan dan situasi yang

sedang dihadapi sekarang (Notoatmodjo, 2005: 122).

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan

diteliti (Notoatmodjo, 2005: 124). Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh WUS yang menjadi akseptor KB di Desa Gadel wilayah kerja

Puskesmas Kerticala sebanyak 269 orang.

2. Sampel

Menurut Notoatmodjo (2005: 130), sampel adalah sebagian yang

diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi. Adapun besarnya sampel diperoleh dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

dimana :n = jumlah sampelN = jumlah populasid2= presisi yang ditetapkan sebesar 10%

Page 36: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

36

Setelah menghitung jumlah sampel maka diperoleh sampel penelitian

sebanyak 73 WUS dengan cara penelitian akan mendatangi responden satu

per satu.

Cara pengambilan sampel dengan random sampling yaitu pada kertas

kecil-kecil ditulis nomor subjek, satu nomor untuk setiap kertas. Kemudian

kertas digulung. Dengan tanpa prasangka, kita mengambil 73 gulungan

kertas, sehingga nomor-nomor yang tertera pada gulungan kertas yang

terambil itulah merupakan nomor subjek sampel penelitian.

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau unsur

yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang konsep penelitian

tertentu (Notoatmodjo, 2005: 132). Variabel dalam penelitian ini yaitu

pengetahuan dan sikap WUS terhadap minat pemakaian kontrasepsi implant.

D. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 25 April sampai dengan 1 Mei 2010

di Desa Gadel wilayah kerja Puskesmas Kerticala Kabupaten Indramayu.

E. Instrumen Penelitian

Alat pengumpul data untuk mengetahui variabel pengetahuan WUS

tentang kontrasepsi implant menggunakan lembar pernyataan, variabel sikap

WUS terhadap minat pemakaian kontrasepsi implant menggunakan

angket/kuesioner dengan skala likert yang disusun dan dikembangkan sendiri

oleh peneliti.

Page 37: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

37

Instrumen pengumpul data mengenai sikap WUS terhadap minat

pemakaian kontrasepsi implant menggunakan skala likert yang menyediakan

alternatif jawaban sebagai berikut:

Pernyataan positif Skor Pernyataan negatif Skor

Sangat Setuju 4 Sangat Setuju 1

Setuju 3 Setuju 2

Tidak Setuju 2 Tidak Setuju 3

Sangat Tidak Setuju 1 Sangat Tidak Setuju 4

Untuk mendapatkan alat pengumpul data yang benar-benar valid atau

dapat diandalkan dalam mengungkap data penelitian, maka instrumen penelitian

disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Membuat kisi-kisi angket yang didalamnya menggunakan masing-masing

variabel menjadi beberapa sub variabel dan indikator. Adapun kisi-kisi

tersebut dapat dilihat dalam lampiran.

b. Berdasarkan kisi-kisi tersebut, langkah selanjutnya adalah menyusun

pernyataan atau butir-butir item.

F. Prosedur Pengumpulan Data

1. Perizinan Penelitian

Sebagai salah satu persyaratan untuk penelitian ini adalah

diperlakukannya perizinan baik dari tingkat lembaga-lembaga terkait dalam

hal ini adalah instansi dimana peneliti melakukan penelitian.

2. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data diperoleh dari dua jenis data yaitu:

Page 38: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

38

a. Data Primer

Pengumpulan data untuk variabel pengetahuan dan sikap WUS

terhadap minat pemakaian kontrasepsi implant diperoleh secara langsung

dengan menyebarkan kuesioner kepada seluruh responden berupa

jawaban responden terhadap pernyataan-pernyataan di dalam kuesioner.

Prosedur yang ditempuh dalam pelaksanaan pengumpulan data ini adalah

sebagai berikut :

1) Memberikan informed concent kepada responden sebagai bentuk

kesediaan responden dijadikan sampel penelitian.

2) Memberikan informasi berkaitan dengan kepentingan penelitian dan

memberikan petunjuk pengisian alat pengumpul data.

3) Membagikan alat pengumpul data kepada responden yang menjadi

sampel penelitian.

4) Mengumpulkan lembar jawaban sebagai hasil pengumpulan data

primer dari responden dan melakukan cek ulang untuk memeriksa

kelengkapan identitas dan jawaban pada setiap lembar kuesioner.

5) Menghitung hasil jawaban responden serta memberikan skor.

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari Puskesmas Kerticala yaitu jumlah WUS

yang menjadi akseptor KB secara umum dan yang menjadi akseptor KB

Implant yang tinggal di Desa Gadel Kabupaten Indramayu.

G. Pengolahan Data dan Analisis Data

1. Pengolahan data

Page 39: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

39

Data yang telah dikumpulkan akan diolah dengan tahap-tahap sebagai

berikut:

a. Editing, tahap pemeriksaan kelengkapan data dan kesinambungan data

serta keseragaman data. Penulis melakukan pemeriksaan biodata

karakteristik responden, kelengkapan hasil jawaban responden. jika

terdapat kesalahan atau kekurangan maka penulis dapat segera melakukan

perbaikan dengan mengembalikan instrumen penelitian untuk diisi dengan

lengkap.

b. Coding, tahap memberikan simbol-simbol tertentu (biasanya dalam

bentuk angka) untuk setiap jawaban sesuai dengan simbol untuk masing-

masing skor untuk selanjutnya data yang ditetapkan untuk diolah

kemudian diberi skor untuk setiap jawaban sesuai dengan sistem yang

telah ditetapkan.

c. Entry Data, tahap memasukkan data-data hasil penelitian dari masing-

masing skor per item dengan dengan menggunakan Microsoft Excel dan

disajikan dalam bentul tabel distribusi frekuensi.

d. Tabulating Data, tahap mengelompokkan sesuai dengan variabel dan

kategorinya guna memudahkan dalam menganalisisnya.

2. Analisis Data

a. Analisis data variabel pengetahuan

Page 40: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

40

Menurut Arikunto (2006), teknik analisis data menggunakan

rumus sebagai berikut :

Keterangan:

P : Presentase

X : Nilai jawaban benar

N : Jumlah item pertanyaan/soal.

Menurut Arikunto (2006: 145) hasil presentase diperoleh hasil

presentase lalu diinterpretasikan dengan menggunakan standar kriteria

kualitatif sebagai berikut :

1) Kategori baik, jika didapatkan hasil jawaban: 76 % - 100%.

2) Kategori cukup baik, jika didapatkan hasil jawaban: 56 % - 75 %.

3) Kategori kurang baik, jika didapatkan hasil : ≤ 55%.

b. Analisis data variabel sikap

Menurut Arikunto (2006:150), penafsiran sikap WUS terhadap

minat pemakaian kontrasepsi implant secara kualitatif menggunakan nilai

rata-rata, lalu dilakukan tabulasi dan selanjutnya menginterpretasi data

sebagai berikut:

1) Jika memperoleh skor > Mean dikategorikan sikap positif

2) Jika memperoleh skor < Mean dikategorikan sikap negatif.

Menurut Arikunto (2006: 160) dalam menginterpretasikan hasil

perhitungan distribusi frekuensi terhadap pengetahuan, sikap

menggunakan rumus sebagai berikut:

Page 41: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

41

Keterangan :

P : presentase

ƒ : kategori

N : jumlah responden

Hasil perhitungan persentase diinterpretasikan dengan kategori

sebagai berikut:

a) 0% : Tidak ada seorangpun

b) 1 – 5% : Hampir tidak ada

c) 6 – 24% : Sebagian kecil

d) 25 – 49% : Kurang dari setengahnya

e) 50% : Setengahnya

f) 51 – 74% : Lebih dari setengahnya

g) 75 – 94% : Sebagian besar

h) 95 – 99% : Hampir seluruhnya

i) dan 100% : Seluruhnya.

BAB V

HASIL PENELITIAN

Page 42: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

42

Pada bab V ini diuraikan data hasil penelitian dari jawaban responden

sebanyak 73 Wanita Usia Subur atas kuesioner yang diberikan pada tanggal 25 April

sampai dengan 1 Mei 2010 di desa Gadel Wilayah Kerja Puskesmas Kerticala

Kabupaten Indramayu. Selanjutnya dibahas berdasarkan variabel pengetahuan WUS

tentang kontrasepsi implant dan sikap WUS terhadap minat pemakaian kontrasepsi

implant.

A. Karakteristik Wanita Usia Subur (WUS)

Beberapa karakteristik WUS yang didapat dari hasil pengumpulan data

sebagai berikut:

1. Umur

Karakteristik WUS berdasarkan umur didapatkan responden

termuda berumur 23 tahun dan tertua berumur 33 tahun. Hasil penelitian

dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut ini:

Tabel 5.1Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur

Kategori Umur F %

21 – 25 tahun 21 28,77

26 – 30 tahun 45 61,64

31 – 35 tahun 7 9,59

Jumlah 73 100

Berdasarkan tabel 5.1, diketahui bahwa lebih dari setengahnya

(61,64%) WUS berumur 26 – 30 tahun dan sebagian kecil (9,59 %) berumur

31 – 35 tahun.

2. Pendidikan

Page 43: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

43

Hasil penelitian karakteristik WUS berdasarkan pendidikan dapat

dilihat pada tabel 5.2 berikut ini:

Tabel 5.2Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan

Kategori Pendidikan F %

SD 17 23,29

SMP 18 24,66

SMA 38 52,05

Jumlah 73 100

Berdasarkan tabel 5.2, diketahui bahwa lebih dari setengahnya

(52,05%) pendidikan WUS adalah SMA dan sebagian kecil (23,29%) adalah

SD.

3. Pekerjaan

Hasil penelitian karakteristik WUS berdasarkan pekerjaan dapat

dilihat pada tabel 5.3 berikut ini:

Tabel 5.3 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan

Kategori Pekerjaan F %Ibu Rumah Tangga 50 68,49Petani 8 10,96Swasta 15 20,55Jumlah 73 100

Berdasarkan tabel 5.3, diketahui bahwa lebih dari setengahnya

(68,49%) pekerjaan WUS adalah ibu rumah tangga dan sebagian kecil

(10,96%) adalah petani.

B. Pengetahuan WUS Tentang Kontrasepsi Implant

Page 44: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

44

Pengetahuan WUS tentang kontrasepsi implant didapat dari hasil

jawaban responden terhadap kuesioner nomor 1 sampai dengan 20, maka

diperoleh hasil seperti pada tabel 5.4 berikut ini :

Tabel 5.4Distribusi Pengetahuan WUS Tentang Kontrasepsi Implant

Di Desa Gadel Wilayah Kerja Puskesmas KerticalaKabupaten Indramayu 2010

Kategori Pengetahuan F %

Baik 38 52,05

Cukup baik 18 24,66

Kurang baik 17 23,29

Jumlah 73 100

Berdasarkan tabel 5.4, diketahui bahwa pengetahuan WUS tentang

kontrasepsi implant lebih dari setengahnya (52,05%) responden termasuk

kategori baik dan sebagian kecil (23,29%) responden termasuk kategori kurang

baik.

C. Sikap WUS Terhadap Minat Pemakaian Kontrasepsi Implant

Sikap WUS terhadap minat pemakaian kontrasepsi implant didapat dari

hasil jawaban terhadap kuesioner nomor 1 sampai dengan 15, maka diperoleh

hasil seperti pada tabel 5.5 berikut ini :

Tabel 5.5Distribusi Sikap WUS Tentang Kontrasepsi ImplantDi Desa Gadel Wilayah Kerja Puskesmas Kerticala

Kabupaten Indramayu 2010

Kategori Sikap F %

Page 45: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

45

Positif 55 75,34

Negatif 18 24,66

Jumlah 73 100

Berdasarkan tabel 5.5, diketahui bahwa sikap WUS terhadap minat

pemakaian kontrasepsi implant sebagian besar (75,34%) responden termasuk

kategori positif dan sebagian kecil (24,66%) responden termasuk kategori

negatif.

BAB VI

PEMBAHASAN

Page 46: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

46

Pada bab ini diuraikan pembahasan hasil penelitian tentang pengetahuan dan

sikap WUS terhadap minat pemakaian kontrasepsi implant.

A. Pengetahuan WUS tentang Kontrasepsi Implant

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa lebih dari setengahnya

(52,05%) pengetahuan WUS tentang kontrasepsi implant termasuk kategori baik.

Ini menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya WUS mengetahui dengan baik

tentang kontrasepsi implant. Hal ini ada didukung oleh karakterisk pendidikan

WUS yaitu lebih dari setengahnya (52,05%) pendidikan responden adalah SMA.

Menurut Notoatmodjo (2005: 14), pendidikan merupakan suatu potensi

untuk memanfaatkan pengetahuan dan bahan informasi dari luar untuk mengerti

dan memahami kualitas dari alat kontrasepsi yang dipakai. Pendidikan adalah

suatu upaya untuk menanamkan pengetahuan/pengertian, pendapat dan konsep-

konsep, mengubah sikap dan persepsi serta menanamkan tingkah laku/kebiasaan

yang baru.

Hal ini menunjukkan bahwa WUS dengan latar belakang pendidikan

menengah ke atas mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan

WUS yang mempunyai latar belakang pendidikan lebih rendah (Notoatmodjo,

2005:143) sehingga pengetahuan WUS tentang kontrasepsi implant dari tingkat

pendidikan menengah ke atas adalah baik. Meskipun pengetahuan WUS tentang

kontrasepsi implant dapat diperoleh dari berbagai macam sumber, misalnya

media baik cetak maupun elektronik, dari petugas kesehatan, atau dari kerabat

dekat, akan tetapi pengetahuan sangat berhubungan erat dengan pendidikan.

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat

Page 47: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

47

diperlukan untuk pengembangan diri, semakin tinggi pendidikan maka semakin

mudah menerima serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi sehingga

semakin meningkat produktivitas dan kesejahteraan keluarga (Maulana, 2009:

12)

B. Sikap WUS Terhadap Minat Pemakaian Kontrasepsi Implant

Menurut Notoadmodjo (2005: 141), sikap merupakan reaksi atau respon

yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap yang

menolak terhadap pemakaian KB implant ini dikarenakan tingkat pendidikan

responden yang masih rendah, hanya sampai SMP.

Tingkat pendidikan yang ditempuh dapat dijadikan sebagai landasan dan

pandangan dalam melihat perkembangan dan wawasan berfikir. Perkembangan

wawasan berfikir dapat menentukan seseorang untuk bersikap dan bertingkah

laku, dengan kata lain pendidikan, pengetahuan, dan pengalaman lah yang

membuat individu mudah mencerna setiap fenomena-fenomena sosial yang

terjadi di lingkungan sekitarnya.

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat bahwa sebagian besar

(75,34%) sikap WUS terhadap minat pemakaian kontrasepsi implant termasuk

kategori positif. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar WUS memiliki sikap

yang mendukung terhadap minat pemakaian kontrasepsi implant. Hal ini ada

didukung oleh karakteristik umur WUS dari seluruh responden, lebih dari

setengahnya (61,64%) umur responden antara 26 – 30 tahun.

Umur antara 20 hingga 35 tahun merupakan usia produktif yang dapat

memacu seseorang untuk mencari informasi dan pengetahuan tentang

Page 48: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

48

kontrasepsi implant diantaranya tentang indikasi serta keuntungan dan kerugian

pemakaian kontrasepsi implant yang didapat baik melalui media cetak ataupun

elektronik atau bahkan secara aktif menanyakan secara langsung kepada bidan

desa selama masa kehamilannya (Saifuddin, 2006 dan Notoatmodjo, 2005).

Hal ini didukung oleh karakateristik pekerjaan WUS dimana lebih dari

setengahnya (68,49%) pekerjaan WUS adalah ibu rumah tangga dimana

pekerjaan sebagai ibu rumah tangga mempunyai kesempatan banyak untuk

memperoleh informasi tentang bermacam-macam pengetahuan termasuk

pengetahuan tentang cara menyusui yang benar, misalnya mengikuti pendidikan

kesehatan non formal di sekitar tempat tinggalnya, melihat televisi, membaca

buku-buku kesehatan, majalah dan lain-lain sedangkan ibu yang bekerja

kesempatan ini sangatlah sulit didapatkan (Maulana, 2009: 18).

Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar

WUS memiliki sikap yang positif/mendukung terhadap minat pemakaian

kontrasepsi implant jika dihubungkan dengan pendapat Notoatmodjo (2005:

113) dalam tingkatan sikap yaitu menerima dan menanggapi dimana sebagian

besar WUS memiliki kepercayaan, ide dan konsep terhadap minat pemakaian

kontrasepsi implant, memiliki perasaan dan emosional dalam pemakaian

kontrasepsi implant, dan kecenderungan untuk bertindak dalam memakai

kontrasepsi implant (Hanafi, 2005: 26).

Page 49: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

49

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

Page 50: KTI DURSIH SETIAWATI.doc

50

A. Kesimpulan

1. Lebih dari setengahnya (52,05%), pengetahuan WUS tentang kontrasepsi

implant adalah baik.

2. Sebagian besar (75,34%), WUS bersikap positif terhadap minat pemakaian

kontrasepsi implant.

B. Saran

1. Bagi Puskesmas

Diharapkan petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan dapat

lebih meningkatkan konseling atau bimbingan kepada WUS terutama

kepada WUS yang berpendidikan rendah dan kurang memiliki pengetahuan

yang baik tentang kontrasepsi implant

2. Bagi WUS

Diharapkan WUS dapat meningkatkan pengetahuannya tentang

kontrasepsi implant dengan cara mengikuti penyuluhan-penyuluhan yang

diadakan oleh puskesmas atau tenaga kesehatan sehingga pada pada saat

berminat memakai kontrasepsi implant didasarkan pada pengetahuan yang

baik.