KTI DIAN

139
TINJAUAN TERHADAP IMPLEMENTASI HAK-HAK PASIEN BEDAH DALAM PEMBERIAN INFORMASI MEDIS DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2015 DIAN SARI 12D30012 PROGRAM STUDI PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA BORNEO BANJARBARU 2015

description

kti

Transcript of KTI DIAN

Page 1: KTI DIAN

TINJAUAN TERHADAP IMPLEMENTASI HAK-HAK PASIEN BEDAHDALAM PEMBERIAN INFORMASI MEDIS DI RSUD

DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASINTAHUN 2015

DIAN SARI12D30012

PROGRAM STUDI PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

HUSADA BORNEO BANJARBARU2015

Page 2: KTI DIAN

TINJAUAN TERHADAP IMPLEMENTASI HAK-HAK PASIEN BEDAHDALAM PEMBERIAN INFORMASI MEDIS DI RSUD

DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASINTAHUN 2015

Karya Tulis IlmiahDiajukan Untuk Melengkapi Sebagai Persyaratan

Guna Mencapai Gelar Ahli MadyaPerekam dan Informasi Kesehatan (A.Md. RMIK)

DIAN SARI12D30012

PROGRAM STUDI PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

HUSADA BORNEO BANJARBARU2015

Page 3: KTI DIAN

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama

NIM

Program Studi

Judul

: Dian Sari

: 12030012

: 0111 Perekam dan Informasi Kesehatan

: Tinjauan Terhadap Implementasi Hak-Hak Pasien

Bedah dalam memberikan Informasi Medis di

RSUO Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin

Tahun 2015

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya ilmiah ini belum diajukan ke

perguruan tinggi manapun dan dalam bentuk apapun, sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkn maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain terlah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka

di bagian akhir karya i1miahini.

Penulis,

SARI)

iii

Page 4: KTI DIAN

LEMBAR PERSETUJUAN

Nama

NIM

: Dian Sari

: 12030012

Karya Tulis IImiah ini telah disetujui untuk disidangkan

Banjarbaru. 23 Juni 2015

Pembimbing Utarna,

Rizana Mirza, SH, M.Kes

Pembimbing Pendamping.

iah, Amd. RMIK

iv

Page 5: KTI DIAN

LEMBAR PERSETUJUAN

Nama

NIM: Dian Sari

: 12030012

Karya Tulis IImiah ini telah disetujui untuk disidangkan

Banjarbaru, 26 Aqustus 2015

Pembimbing Utama,

.-.-yRizana Mirza. SH. M.Kes

Pembimbing Pendamping,

v

Page 6: KTI DIAN

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Dian Sari

NIM : 12D30012

Karya Tulis IImiah ini telah dipertahankan di depan dewan penguji dan disetujui

Pada tanggal : 29 Agustus 2015

Penguji 1 (Ketua)

Rizana Mirza, SH, M.Kes

Penguji 2 (Anggota), Pe~uji 3 (Anggota),

Armiati,'A.Md. RMIK, S.PdNIK: 113071872032

Diketahui:

Ketua Sekolah Tinggi IImu PLH. Ketua Program Studi

Perekam dan Informasi

Tanggal Lulus :..!1.9 ... SEP..... 2015'

vi

Page 7: KTI DIAN

MOTTO

# Berusahalah jangan sampai terlengah

Walau sedetik sajaKarena atas kelengahan,

kita tak akan bisa dikembalikan seperti semula

# Bersabar, Berusaha, dan Bersyukur

- Bersabar dalam berusaha

- Berusaha dengan tekun dan pantang menyerah

- Bersyukur atas apa yang diperoleh

Page 8: KTI DIAN

vii

Page 9: KTI DIAN

PERSEMBAHAN

Tiada yang maha pengasih dan maha penyayang selain engkau YA ALLAH.

Syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan karunia-Mu, saya bisa menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah. Karya Tulis Ilmiah ini kupersembahkan untuk :

1. Kedua orang tuaku tercinta Ayahanda Alm. Usman Kiki dan Ibunda Hajijah.

Anakmu mencoba untuk memberikan terbaik untukmu. Semoga ini menjadi

langkah awal untuk membuatmu bahagia. Betapa diri ini ingin melihat kalian

bangga padaku. Tak ternilai kasih sayang dan pengorbanan kalian. Terima

kasih atas dukungan moril dan materil untukku selama ini. Meskipun Alm.

Ayah tidak bisa melihat bangga secara langsung semoga disana bisa melihat

ku tersenyum bangga karena sudah membuktikan apa yang Alm. Ayah

inginkan.

2. Kakak dan adik-adikku, Fitria usman, Chairul Ihsan, dan Chairunnisa terima

kasih sudah menjadi saudaraku yang terbaik. Semoga kita semua bisa

bahagiakan mama dan Alm. Ayah bisa tersenyum bahagia di alam sana.

3. Dosen-dosen ku yang telah menjadi orang tua keduaku, yang tidak bisa

disebutkan satu persatu selalu member motivasi untukku, ucapan terima

kasih yang tak terhingga atas ilmu yang telah kalian berikan sangat

bermanfaat untukku.

4. Dosen pembimbingku Bapak Rizana Mirza, SH, M.Kes dan Ibu Mariatul

Qiftiah, A.Md. RMIK yang sudah memberikan bimbingan, dan saran dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

5. Kampusku terima kasih untuk selama ini, semoga kampus kita lebih maju lagi

kedepanny.

6. Buat orang yang tersayang terima kasih kasih sayang, perhatian, dan

semangatnya untukku.

7. Sahabat-sahabatku tersayang Devi, Anjar, Fitriani, Juwita, Raizatul, Putri,

Ernia, Husna, Fitri Hardiana. Terima kasih karena kalian selalu siap

menampung air mata, tawa, dan tempat bertukar pikiran. Persahabatan ini

takkan terlupakan sampai akhir hayat memisahkan kita.

8. Untuk teman-taman seperjuanganku kampus STIKES Husada Borneo

angkatan 2012. Mari kita lanjutkan perjuangan kita diluar sana.

viii

Page 10: KTI DIAN

ABSTRAK

DIAN SARI, 12D30012

TINJAUAN TERHADAP IMPLEMENTASI HAK-HAK PASIEN BEDAH DALAM PEMBERIAN INFORMASI MEDIS DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN 2015

KTI. Program Studi DIII Perekam dan Informasi Kesehatan. 2015 (xviii+43+lampiran)

Hak atas informasi dan hak memberikan persetujuan tindakan medis terwujud dalam bentuk informed consent. Dari hasil observasi yang dilakukan ditemukan belum sepenuhnya informasi medis tersebut diinformasikan oleh dokter kepada pasien dengan jelas dan lengkap, padahal pasien mempunyai hak untuk mendapatkan informasi medis seperti diagnosis, tata cara tindakan medis, resiko, komplikasi yang mungkin terjadi, prognosis dan perkiraan biaya. Informasi medis tersebut harus dijelaskan agar pasien mengerti dan memahami sebelum mengambil keputusan persetujuan tindakan tersebut. Penelitian ini bertujuan mengetahui implementasi hak-hak pasien bedah dalam pemberian informasi medis di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin tahun 2015. Penelitian ini menggunakan metode desktiptif. Penelitian ini menggunakan 30 responden pasien bedah. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terdapat 10 pasien (33%) memahami, 20 pasien (67%) kurang memahami. Terdapat mengenai informasi medis tentang diagnosa sebanyak 30 pasien (100%) dijelaskan, tujuan tindakan medis sebanyak 30 pasien (100%) dijelaskan, Resiko sebanyak 13 pasien (43%) dijelaskan dan tidak dijelaskan 17 pasien (57%), komplikasi sebanyak pasien 13 (43%) dijelaskan dan 17 (57%) tidak dijelaskan, Pragnosis sebanyak 18 pasien (60%) dijelaskan dan 12 pasien (40%) tidak dijelaskan, perkiraan biaya sebanyak 5 pasien (17%) dan 25 pasien (83%) tidak dijelaskan. Dapat disimpulkan bahwa ada beberapa tidak terpenuhinya hak-hak pasien bedah dalam pemberian informasi medis di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin tahun 2015.

Daftar Pustaka : 15 (2005-2014)Kata Kunci : Hak, pasien, informed consent

ix

Page 11: KTI DIAN

ABSTRACT

DIAN SARI, 12D30012

REVIEW OF IMPLEMENTATION OF SURGERY PATIENTS 'RIGHTS IN RENDERING MEDICAL INFORMATION IN L DR . H. MOCH . ANSARI SALEH HOSPITAL BANJARMASIN 2015

KTI . Scientific Writing DIII Recorder and Health Information. 2015 (xviii+43+ attachments)

The right to information and the right to approve medical action materialized in the form of informed consent . From the results of observation conducted found that medical information is not yet fully informed by the physician to the patient with clear and complete, even though the patient has the right to obtain medical information such as diagnoses, procedures for medical action, risks, possible complication, prognosis and cost estimates. The medical information should be explained so that pastients know and understand before taking such action the approval decision. This study aims to determine the implementation of the rights of surgical patients in the provision of medical information in Hospital Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin 2015. This research uses descriptive method . This study uses 30 respondents surgical patients. Based on observations and interviews there were 10 patients ( 33 % ) understand , 20 patients ( 67 % ) are less understood . There are about medical information on diagnosis by 30 patients ( 100 % ) explained , the purpose of medical action of 30 patients ( 100% ) is explained , Risk as many as 13 patients ( 43 % ) described and not dijelasakan 17 patients ( 57 % ) , complications of as many as 13 patients ( 43 %) described and 17 ( 57 % ) are not described , Pragnosis total of 18 patients ( 60% ) described and 12 patients ( 40 % ) is not described , the estimated cost of as much as 5 patients ( 17 % ) and 25 patients ( 83 % ) did not explained . It can be concluded that there are some surgical patients ' rights in the provision of medical information in Hospital Dr. H. Moch . Ansari Saleh Banjarmasin 2015 .

Bibliography : 15 (2005-2014)Keyword : Rights, patient, informed consent

x

Page 12: KTI DIAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dimudahkan

dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Tinjauan implementasi

terhadap hak-hak pasien bedah dalam pemberian informasi medis di RSUD Dr.

H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin tahun 2015”. Karya Tulis ilmiah ini disusun

dan dibuat dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan tugas akhir untuk

menyelesaikan pendidikan pada program pendidikan DIII Perekam dan Informasi

Kesehatan di Stikes Husada Borneo Banjarbaru.

Dalam pelaksanaan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis pendapat

banyak bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Dengan ini saya

ucapkan terimakasih yang tiada terhingga kepada Bapak Rizana Mirza, SH.

M.Kes selaku pembimbing utama dan Ibu Mariatul Qiftiah A.Md. RMIK selaku

pembimbing pendamping yang telah banyak membimbing saya dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Dan kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada;

1. Ketua Yayasan Stikes Husada Borneo, Bapak H. DR. Suharto, SE. MM

2. Ketua Stikes Husada Borneo, Bapak Rusman Efendi, SKM. M.Si yang telah

mendukung dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Kepala RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin yang telah menyetujui

peneliti untuk mengadakan penelitian di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh

Banjarmasin.

4. PLH. Ketua Program Studi DIII Perekam dan Informasi Kesehatan, Ibu

Armiati A.Md. RMIK, S.Pd yang banyak memberikan saya ilmu pengetahuan

dan pengalaman di kampus Stikes Husada Borneo.

5. Seluruh pegawai Stikes Husada Borneo Banjarbaru yang telah membantu

dalam pembuatan surat izin Karya Tulis Ilmiah penelitian ini.

6. Seluruh dosen mata kuliah yang telah memberikan materi kuliah kepada saya

dan seluruh teman-teman yang membantu saya dalam pembuatan Karya

Tulis Ilmiah ini.

xi

Page 13: KTI DIAN

7. Orang tua, kakak, dan adik yang telah memberikan doa dan dukungan

dengan tulus ikhlas dan mencurahkan segala kasih sayang dan semangat

tiada hentinya hingga terselesaikan Karya Tulis Ilmiah penelitian ini.

8. Teman-teman mahasiswa Stikes Husada Borneo Banjarbaru yang telah

banyak memberikan bantuan dan memberikan saran untuk kelancaran

penulisan Karya Tulis Ilmiah penelitian ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan dan keterbatasan, sehingga penulis

mengharapkan adanya kritik dan saran demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah

ini agar dapat menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi pembaca.

Banjarbaru, 29 Agustus 2015

Peneliti

xii

Page 14: KTI DIAN

DAFTAR ISI

HALAMAN COVER....................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ....……….……………………………………………………. ii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. iii

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iv

LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................... v

LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………………. . vi

LEMBAR PERSEMBAHAN/MOTTO ............................................................ vii

ABSTRAK..................................................................................................... ix

ABSTRACT .................................................................................................. x

KATA PENGANTAR ..................................................................................... xi

DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... . xv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 4

1.3 Tujuan Peneliti................................................................................... 4

1.3.1 Tujuan Umum.................................................................................... 4

1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................. 4

1.4 Manfaat Bagi Peneliti......................................................................... 5

1.5 Keaslian Penulis ................................................................................ 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 7

2.1 Tinjauan Teori ................................................................................... 7

xiii

Page 15: KTI DIAN

2.2 Landasan Teori ................................................................................. 19

2.3 Kerangka Konsep Penelitian ............................................................. 20

BAB 3 METODE PENELITIAN...................................................................... 21

3.1 Rancangan Peneliti ........................................................................... 21

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 21

3.3 Subyek Penelitian.............................................................................. 21

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .................................... 22

3.5 Instrumen Penelitian.......................................................................... 22

3.6 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 23

3.7 Teknik Analisis Data .......................................................................... 23

3.8 Prosedur Penelitian ........................................................................... 24

3.9 Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian ……………………………... 25

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 26

4.1 Hasil Penelitian.................................................................................. 26

4.2 Pembahasan ..................................................................................... 35

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 38

5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 40

5.2 Saran ................................................................................................ 41

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 42

LAMPIRAN ………………………………………………………………………… 44

xiv

Page 16: KTI DIAN

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ................................................................... 21

Tabel 4.1 Pemahaman pasien dalam menerima penjelasan dokter

sebelum mendapatkan tindakan medis........................................... 30

Tabel 4.2 Pelaksanaan Hak-hak pasien dalam menerima informasi

medis ……………......................................................................... 31

xv

Page 17: KTI DIAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian.................................................. 19

Gambar 4.1 Pemahaman pasien dalam menerima penjelasan dokter

sebelum mendapatkan tindakan medis……………........... 30

Gambar 4.2 Informasi medis tentang diagnosa ........................................ 32

Gambar 4.3 Informasi medis tentang tindakan medis ............................... 33

Gambar 4.4 Informasi medis tentang resiko .............................................. 33

Gambar 4.5 Informasi medis tentang komplikasi ...................................... 34

Gambar 4.6 Informasi medis tentang pragnosis ....................................... 34

Gambar 4.7 Informasi medis tentang perkiraan biaya ............................. 35

xvi

Page 18: KTI DIAN

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Surat Izin Penelitian dari Stikes .............................. 19

Lampiran 2. Lembar Surat Balasan dari Instansi Penelitian....................... 19

Lampiran 3 Lembar Surat Pengantar ke Ruangan Poliklinik Bedah ......... 19

Lampiran 4 Lembar Surat Pengantar ke Ruangan Kumala (Bedah) ........ 19

Lampiran 3. Lembar Konsultasi pembimbing I .......................................... 19

Lampiran 4 Lembar Konsultasi Pembimbing II ........................................ 19

Lampiran 5 Lembar Saran Perbaikan Seminar Hasil Pembimbing I ........ 19

Lampiran 6 Lembar Saran Perbaikan Seminar Hasil Pembimbing II ........ 19

Lampiran 7 Lembar Saran Perbaikan Seminar Hasil Pembimbing III ....... 19

Lampiran 8 Lembar Saran Perbaikan KTI Pembimbing I ......................... 19

Lampiran 9 Lembar Saran Perbaikan KTI Pembimbing II ........................ 19

Lampiran 10 Lembar Saran Perbaikan KTI Pembimbing III ....................... 19

Lampiran 11 Lembar Daftar Hadir Seminar Hasil ...................................... 19

Lampiran 12 Lembar Absensi Mahasiswa Menghadiri Seminar Hasil

Penelitian ............................................................................. 19

Lampiran 13 Lembar Pedoman Observasi ................................................ 19

Lampiran 14 Lembar Pedoman Wawancara ............................................. 19

Lampiran 15 Lembar SPO Informed Consent ............................................ 19

Lampiran 16 Lembar Dokter Spesialis Berdasarkan Jenis Spesialis

Tahun 2014 .......................................................................... 19

xvii

Page 19: KTI DIAN

Lampiran 17 Lembar Sepuluh Diagnosa Terbanyak Pasien Rawat Inap

Tahun 2014 .......................................................................... 19

Lampiran 18 Lembar Rekapitulasi Kegiatan Pembedahan tahun 2014 ..... 19

xviii

Page 20: KTI DIAN

1

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangMenurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah

sakit juga merupakan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan yaitu

setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta

bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi

masyarakat. Upaya kesehatan dilakukan dengan pendekatan pemeliharaan,

peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

penyembuhan penyakit (kuratif, dan pemulihan (rehabilitatif) yang

dilaksanakan secara serasi dan terpadu serta keseimbangan (Siregar, 2004).

Kesehatan sebagai jasa publik adalah hak asasi manusia dibidang

kesehatan yang harus dihormati dan dijunjung tinggi oleh setiap

penyelengaraan pelayanan kesehatan. Penghormatan akan hak asasi

manusia ini tertuang dalam pasal 28H UUD 1945 yang mengatakan bahwa

setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan

mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta berhak memperoleh

pelayanan kesehatan.

Secara sosiologis kedudukan pasien tampaknya lebih rendah dari pada

kedudukan tenaga kesehatan. Kedudukan dokter yang lebih tinggi rupanya

didasarkan atas kepercayaan pasien pada kemampuan dokter, disamping

adanya keawaman pasien terhadap ilmu dan teknologi kedokteran. Hal-hal

inilah yang mempengaruhi terbentuknya hubungan paternalistik antara dokter

dan pasien (Wiradharma, 2013).

Dokter bertanggung jawab selaku profesional dibidang medis yang

memiliki ciri tindakan medis berupa pemberian bantuan atau pertolongan

yang seharusnya selalu berupaya meningkatkan keahlian dan

1

Page 21: KTI DIAN

2

keterampilannya melalui penelitian. Pasien bertanggung jawab atas

kebenaran informasi yang diberikan kepada dokter dan membayar biaya

administrasi pengobatan. Pasien didalam mendapatkan pelayanan

kesehatan sering kali pasien hanya mengikuti kata dokter sehingga pasien

berada pada posisi yang lemah. Hubungan dokter dengan pasien tidaklah

seimbang, dokter sebagai orang yang mempunyai ilmu tentang kesehatan,

semua perkataan dan perintahnya akan diikuti oleh pasien sedangkan hak

pasien kadang terabaikan.

Tindakan dokter secara umum hanyalah menyangkut kewajiban untuk

mencapai tujuan tertentu yang didasarkan pada standar profesi medis.

Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi

standar profesional dan menghormati hak pasien. Kewajiban dokter untuk

memberikan informed consent kepada pasien sebenarnya tidak terlepas dari

kewajiban dokter untuk memperoleh atau mendapatkan informasi yang benar

dari pasien.

Pemberi dan penerima pelayanan kesehatan mempunyai hak dan

kewajiban yang harus dihormati, dalam ikatan demikian maka muncul

masalah persetujuan tindakan medik (informed consent). Disatu pihak, para

pemberi pelayanan kesehatan mempunyai kewajiban untuk melakukan

tindakan medik. Dipihak lain, pasien maupun keluarga mempunyai hak untuk

mendapatkan informasi mengenai tindakan yang akan dilakukan (Rismawan,

2008).

UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 32 tentang hak-

hak pasien, diantaranya adalah hak atas informasi dan hak memberikan

persetujuan tindakan medik. Pelaksanaan kedua hak tersebut diwujudkan

dalam bentuk informed consent sehingga konsekuensinya adalah setiap

tindakan medik yang dilakukan tanpa informed consent merupakan

perbuatan melanggar hukum. Sebelum melakukan tindakan medik, dokter

harus memberikan penjelasan atau informasi kepada pasien atau

keluarganya untuk dimintai persetujuannya mengenai suatu tindakan

Page 22: KTI DIAN

3

sehingga pasien berhak untuk menerima dan menolak tindakan tersebut

(Guwandi, 2006).

Pelaksanaan informed consent terhadap pasien merupakan wewenang

dokter untuk mendapatkan persetujuan tindakan medik yang akan dilakukan.

Pada pasal 56 ayat (1) Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang

kesehatan menyebutkan bahwa setiap orang berhak menerima dan menolak

sebagian atau seluruh tindakan pertolongan yang akan diberikan kepada

pasien setelah menerima dan memahami informasi mengenai tindakan

tersebut secara lengkap.

Kendala dalam memberikan informasi yang mungkin kurang dilakukan

oleh banyak dokter bisa saja karena kesibukan dan rutinitas pekerjaan dokter

kurang mempunyai waktu untuk memberikan seluruh informasi. Banyaknya

pasien yang dihadapi dokter setiap hari mungkin dapat menyebabkan dokter

mengalami kebosanan dan kejenuhan dalam memberikan informasi yang

berlebihan (Wiradharma, 2013).

Oleh karena itu, pasien mempunyai hak untuk mendapatkan informasi

tentang keadaan dirinya, penyakit yang dideritanya, prospek

kesembuhannya, tindakan medis yang akan dilakukan, obat-obatan yang

akan dikonsumsinya, tenaga kesehatan akan merawatnya, dan sebagainya

(Macmud, 2012).

Hak pasien untuk menolak prosedur diagnostik dan terapi yang akan

direncanakan merupakan hak asasi manusia untuk menerima dan menolak

suatu yang ditawarkan. Oleh karena itu pasien memiliki hak dasar untuk

menentukan sendiri, harus diberikan hak untuk memberikan persetujuannya

terhadap tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya. Apabila pasien

menolak tindakan medik yang akan diberikan pelayanan medik, maka dokter

tidak boleh memaksakan kehendaknya, walaupun dokter tahu bahwa

penolakan tersebut dapat berdampak negatif pada kesembuhan pasien

(Machmud, 2012).

Dari survey pendahuluan di RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh

Banjarmasin pada tanggal 14 April 2015 di ruang poli bedah, ditemukan

Page 23: KTI DIAN

4

belum sepenuhnya informasi medis tersebut diinformasikan oleh dokter

kepada pasien dengan jelas dan lengkap, padahal pasien mempunyai hak

untuk mendapatkan informasi medis seperti diagnosis, tata cara tindakan

medis, resiko, komplikasi yang mungkin terjadi, prognosis dan perkiraan

biaya. Informasi medis tersebut harus dijelaskan agar pasien mengerti dan

memahami sebelum mengambil keputusan persetujuan tindakan tersebut.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan dari 5 pasien, semua pasien yang

ingin melakukan tindakan kedokteran belum dijelaskannya informasi medis

tersebut oleh dokter seperti informasi medis mengenai penjelasan perjalanan

penyakit yang diderita dengan jelas, resiko yang mungkin terjadi, dan

mengenai perkiraan biaya pengobatan saat pasien ingin melakukan tindakan

operasi, padahal perkiraan mengenai biaya juga termasuk penting bagi

pasien. Pada saat wawancara dengan pasien, pasien juga mengatakan

perlunya penjelasan informasi medis itu dengan lengkap karena belum

memahami sepenuhnya penyakit yang dideritanya dan pasien juga perlunya

penjelasan masalah rincian biaya yang ditanggungnya untuk bisa

mempersiapkan biayanya tersebut. Berdasarkan hal diatas penelitian

dilakukan untuk melihat implementasi hak-hak pasien dalam pemberian

informasi medis.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, rumusan

masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah bagaimana implementasi

hak-hak pasien bedah dalam pemberian informasi medis di RSUD Dr. H.

Moch Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2015 ?”

1.3 Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui implementasi hak-hak pasien bedah dalam pemberian

informasi medis di RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin Tahun

2015.

Page 24: KTI DIAN

5

1.3.2 Tujuan Khususa. Mengetahui penjelasan informasi apa saja yang disampaikan dokter

kepada pasien.

b. Mengetahui pemahaman pasien dalam menerima penjelasan dokter

sebelum mendapatkan tindakan medis.

c. Mengetahui pelaksanaan pemberian informasi medis.

1.4 Manfaat Penelitian1.4.1 Bagi Rumah Sakit

Dapat dijadikan masukan bagi pihak rumah sakit guna mengambil

keputusan dalam pemberian informasi, persetujuan dan penolakan dari

pasien sebelum bertindak untuk menyusun rencana peningkatan pelayanan

dalam memenuhi hak-hak pasien.

1.4.2 Bagi AkademikDapat digunakan sebagai bahan masukan bagi penelitian lebih lanjut

dengan topik yang sejenis serta untuk memperluas bahan referensi dalam

rangka meningkatkan mutu pendidikan.

1.4.3 Bagi penelitiDapat memperoleh pengetahuan dan menambah wawasan tentang

rekam medis, khususnya dalam hal hak pasien dalam pemberian informasi

medis kemudian dapat dijadikan referensi untuk penelitian-penelitian

selanjutnya.

1.5 Keaslian PenelitianPenelitian dengan topik “ Tinjauan hak-hak pasien bedah dalam

pemberian informasi medis” belum pernah dilakukan sebelumnya. Namun

serupa dengan 2 judul penelitian yakni “Tinjauan implementasi hak pasien

pada layanan di RSUD Banjarbaru (Roni Rizky Anugrah, 2014) dan “Tingkat

Pengetahuan tentang hak dan kewajiban pasien atas informasi medis pasien

rawat inap kelas III di Rumah Sakit PKU Muhamadiyah Karanganyar (Yan.

Sri Dugairsi, dkk, 2008).

Page 25: KTI DIAN

6

Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan

dilakukan adalah judul pertama menekankan pada hak pasien dalam

kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya karena

rekam medis dibawa sendiri ke poliklinik oleh keluarga atau orang yang

mengantarkan pasien dan penelitian dilakukan di RSUD Banjarbaru pada

tahun 2014. Pada judul kedua menekankan pada tingkat pengetahuan

tentang hak dan kewajiban pasien atas informasi medis pasien rawat inap

dan penelitian dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhamadiyah Karanganyar

pada tahun 2008.

Page 26: KTI DIAN

7

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori2.1.1 Pengertian Rekam Medis

Berdasarkan PERMENKES RI Nomor 269/MENKES/PER/III/2008

tentang rekam medis pasal 1, yang dimaksud dengan rekam medis adalah

berkas rekam medis yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas

pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah

diberikan kepada pasien.

2.1.2 Kegunaan Rekam MedisBerdasarkan PERMENKES RI Nomor 269/MENKES/PER/III/2008

tentang rekam medis pasal 13 menyebutkan bahwa rekam medis dapat

digunakan sebagai :

a. Pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien.

b. Alat bukti dalam proses penegakan hukum, disiplin kedokteran dan

kedokteran gigi dan penegakan etika kedokteran dan etika kedokteran

gigi.

c. Keperluan penelitian pendidikan.

d. Dasar pembayar biaya pelayanan kesehatan dan

e. Data statistik kesehatan.;

2.1.3 Hak Dasar atau Hak Asasi Manusia dalam Bidang KesehatanHak dasar atau hak asasi manusia adalah hak yang dimiliki manusia

bukan karena diberikan kepadanya oleh masyarakat atau negara, bukan jadi

berdasarkan hukum positif berlaku, melainkan berdasarkan martabatnya

sebagai manusia (Wiradharma, 2013).

Pada umumnya dikenal 2 jenis hak asasi manusia, yaitu hak dasar

sosial dan hak asasi individual. Batasan antara agak kabur, sehingga

diperlukan suatu landasan pemikiran yang berbeda. Hal tersebut

dikarenakan hak asasi individual mempunyai aspek sosial. Hal ini berarti,

7

Page 27: KTI DIAN

8

kedua kategori hak asasi tesebut dalam keadaannya mengungkapkan

dimensi individual dan sosial dari keberadaan atau eksistensi sesuatu. Hak

atas pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak asasi sosial manusia

(Wiradharma, 2013)

The right to health care akan menimbulkan hak individual lain lain, yaitu

the right to medical care atau hak atas pelayanan medis. Dalam setiap

negara hak atas pelayanan kesehatan akan terwujud secara baik atau tidak.

Ada empat faktor yang berkaitan dalam rangka melaksanakan hak atas

pemeliharaan kesehatan, yaitu faktor sarana, faktor geografis, faktor

finansial, dan faktor kualitas yang terdiri dari kualitas sarana dan kualitas

tenaga kesehatan (Wiradharma, 2013).

Jadi the right of self determinations sebagai hak dasar atau hak primer

individual, merupakan sumber dari hak individual, yaitu :

a. Hak atas ‘privacy’

Hak atas ‘privacy’ sebagai hak sekunder dalam bidang kesehatan,

akan melahirkan hak pasien yang menyangkut segala sesuatu mengenai

keadaan diri sendiri atau badannya sendiri yang tidak ingin diketahui

orang lain, kecuali dokter yang memeriksanya. Hak ini yang dikenal

sebagai hak (pasien) atas kerahasian kedokteran.

b. Hak atas tubuhnya sendiri

Hak atas tubuhnya sendiri akan melahirkan hak pasien yang lain,

misalnya mengenai tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan

terhadap tubuhnya. Tindakan tersebut sebelum dilakukan harus

mendapat persetujuan terlebih dahulu dan sebelumnya lagi, pasien harus

sudah mengerti akan penjelaskan yang diberikan oleh tenaga kesehatan

tersebut.

2.1.4 Pengertian Hak dan PasienHak adalah tuntutan seseorang terhadap sesuatu yang merupakan

kebutuhan pribadinya sesuai dengan keadilan, moralitas dan legalitas

(Ismani, nila, 2001;20)

Page 28: KTI DIAN

9

Pasien adalah orang yang berdasarkan pemeriksaan dokter dinyatakan

menderita mengidap penyakit baik didalam tubuh maupun didalam jiwanya,

termasuk juga orang yang datang kepada dokter hanya untuk check-up,

untuk konsultasi tentang masalah kesehatan dan lain-lain. Dilihat dari cara

perawatannya pasien dibedakan atas:

a. Pasien opname

Pasien opname adalah pasien yang memerlukan perawatan khusus

dan terus menerus secara teratur serta harus terhindar dari gangguan

situasi dan keadaan dari luar yang dapat mempengaruhi dan

menghambat proses penyembuhan penyakit yang diderita pasien.

b. Pasien berobat jalan

Pasien berobat jalan adalah pasien yang tidak memerlukan

perawatan khusus di rumah sakit seperti pasien opname.

2.1.5 Hak dan Kewajiban PasienHak pasien adalah hak asasi yang bersumber dari hak dasar individual

dalam bidang kesehatan. Meskipun sebenarnya sama fundamentalnya, hak

atas pelayanan kesehatan sering dianggap lebih mendasar. Pasien

mempunyai hak dan kewajiban tertentu, demikian pula dokternya. Secara

umum pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi dan perawatan yang

bermutu.

Hak-hak pasien diatur dalam Undang-Undang dalam Nomor 44 Tahun

2009 tentang Rumah Sakit pasal 32 :

a. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku

di Rumah Sakit.

b. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.

c. Memperoleh layanan manusiawi, adil jujur dan tanpa diskriminasi

d. Memperoleh layanan kesehatan yang bemutu sesuai dengan standar

profesi dan standar prosedur operasional.

e. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar

dari kerugian fisik dan materi.

f. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapat.

Page 29: KTI DIAN

10

g. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginan dan

peraturan yang berlaku di Rumah Sakit.

h. Meminta konsultasi tentang penyakit yang diderita kepada dokter lain

yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar

Rumah Sakit.

i. Mendapatkan privasi dan kerahasian penyakit yang diderita termasuk

data-data medisnya.

j. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan

medis, resiko, dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis

terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan.

k. Memberikan persetujuan atau penolakan atas tindakan yang dilakukan

oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang diderita.

l. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.

m. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya

selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.

n. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama perawatan di

Rumah sakit.

o. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit

terhadap dirinya .

p. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama

dan kepercayaan yang dianutnya.

q. Menggugat dan menuntut rumah sakit apabila rumah sakit diduga

memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara

perdata atau pidana .

r. Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan standar

pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan.

Hak-hak pasien ini juga dicantumkan pada KODEKI (Kode Etika

Kedokteran Indonesia yaitu :

a. Hak untuk hidup, atas tubuhnya sendiri dan hak untuk mati secara wajar.

Page 30: KTI DIAN

11

b. Hak memperoleh pelayanan kedokteran manusiawi sesuai dengan

standar profesi kedokteran.

c. Hak memperoleh penjelasan tentang diagnosis dan terapi kedokteran

yang mengobatinya.

d. Hak memperoleh penjelasan tentang diagnosis dan terapio yang

direncanakan, bahkan dapat menarik diri dari kontrak terapeutik.

e. Hak untuk memperoleh penjelasan tentang riset kedokteran yang akan

diikutinya serta menolak dan menerima keikutsertaannya dalam riset

kedokteran tersebut.

f. Hak untuk rujuk kepada dokter spesialis bila perlu, dan dikembalikan

kepada dokter yang merujuknya setelah selesai konsultasi atau

pengobatan untuk memperoleh perawatan atau tindak lanjut.

g. Hak atas kerahasiaan atau rekam medik bersifat pribadi.

h. Hak untuk memperoleh penjelasan tentang peraturan rumah sakit.

i. Hak untuk berhubungan dengan keluarga, penasehat atau rohaniawan

dan lain-lainnya yang diperlukan selama perawatan di rumah sakit.

j. Hak untuk memperoleh penjelasan tentang rincian biaya rawat inap, obat,

pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan rontgen, ultrasonografi (USG),

CT-Scan, Magnetic Imaging (MRI) dan sebagainya, (kalau dilakukan)

biaya kamar bedah, bersalin, imbalan jasa dokter dan lain-lainnya.

Secara umum memberikan penjelasan tentang hak-hak pasien dalam

pelayanan kesehatan sebagai berikut :

a. Hak pasien atas perawatan dan pengurusan.

b. Hak untuk memilih tenaga kesehatan dan rumah sakit yang akan

merawat pasien.

c. Hak menolak cara perawatan tertentu,

d. Hak atas informasi.

e. Hak atas rasa aman dan tidak terganggu.

f. Hak untuk mengakhiri perjanjian perawatan.

Page 31: KTI DIAN

12

Kewajiban pasien dalam transaksi terapeutik diatur pula secara

normatif dalam pasal 53 Undang-Undang Praktek Kedokteran, menyebutkan

sebagai berikut :

a. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah

kesehatannya.

b. Memenuhi nasehat dan petunjuk dokter atau dokter gigi.

c. Memenuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan, dan

memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

Selain dalam perundang-undangan sebagaimana dalam pasal Undang-

Undang Praktek kedokteran diatas, pasien juga berkewajiban secara moral

dalam bidang kesehatan, yaitu menjaga kesehatannya yang menjalankan

aturan-aturan perawatan sesuai denagn nasehat dokter yang merawatnya.

Beberapa kewajiban pasien yang harus terpenuhinya dalam pelayanan

kesehatan sebagai berikut:

a. Kewajiban memberikan informasi.

b. Kewajiban melaksanakan nasehat dokter atau tenaga kesehatan.

c. Kewajiban untuk berterus terang apabila timbul masalah dalam

hubungannya dengan dokter atau tenaga kesehatan.

d. Kewajiban memberikan imbalan jasa.

e. Kewajiban memberikan ganti rugi, apabila tindakannya merugikan dokter

atau tenaga kesehatan.

2.1.6 Kewajiban DokterMenurut Leenan, kewajiban dokter atau dokter gigi dalam

melaksanakan pelayanan kesehatan. Kewajiban-kewajiban dimaksud dibagi

menjadi 3 (tiga) kelompok (Wiradharma, 2012) yaitu :

a. Kewajiban yang timbul dari sifat perawatan medik dimana dokter harus

bertindak sesuai dengan standar profesi medis atau menjalankan praktik

kedokterannya secara lege artis.

b. Kewajiban untuk menghormati hak-hak pasien yang bersumber dari hak-

hak asasi dalam bidang kesehatan.

Page 32: KTI DIAN

13

c. Kewajiban yang berhubungan dengan fungsi sosial pemeliharaan

kesehatan, misalnya dokter harus mempertimbangkan penulisan resep

obat yang harganya terjangkau dengn khasiat yang kira-kira sama dan

tidak menulis resep obat yang tidak benar-benar diperlukan. Keputusan

untuk merawat pasien di rumah sakit dilakukan dengan melihat keadaan

sosial ekonomi pasien dan kebutuhan pasien lain yang lebih memerlukan

perawatan.

Kewajiban dokter atau dokter gigi terhadap pelayanan kesehatan

sebagaimana tertulis diatas ditulis lebih konkrit dalam pasal 51 Undang-

Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang praktek kedokteran, yang telah

menentukan secara normatif tentang serangkaian kewajiban dokter atau

dokter gigi dalam melakukan pelayanan kesehatan yang harus

dilaksanakannya kepada pasien, yaitu :

a. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar

prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien.

b. Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian

atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu

pemeriksaan atau pengobatan.

c. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien bahkan

juga setelah pasien itu meninggal dunia.

d. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanuasiaan, kecuali

bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya,

dan

e. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu

kedokteran atau kedokteran gigi.

2.1.7 Hubungan Antara Dokter-PasienHubungan antara dokter dan pasien dalam ilmu kedokteran umumnya

berlangsung sebagai hubungan biomedis aktif-pasif. Dalam hubungan

tersebut rupanya hanya terlihat superioritas dokter terhadap pasien dalam

bidang ilmu biomedis; hanya ada kegiatan pihak dokter sedangkan pasien

Page 33: KTI DIAN

14

tetap pasif. Hubungan ini berat sebelah dan tidak sempurna, karena

merupakan suatu pelaksanaan wewenang oleh satu terhadap lainnya. Oleh

karena itu hubungan dokter-pasien merupakan hubungan antarmanusia,

lebih dikehendaki hubungan yang mendekati persamaan hak antarmanusia

(Wiradharma, 2013).

Jadi, hubungan dokter yang semula bersifat paternalistik akan bergeser

menjadi hubungan yang dilaksanakan dengan saling mengisi dan saling

ketergantungan anatara kedua belah pihak yang ditandai dengan suatu

kegiatan aktif yang saling mempengaruhi. Dokter dan pasien akan

berhubungan lebih sempurna sebagai ‘partner’ (Wiradharma, 2013).

Pola dasar hubungan dokter dan pasien terutama bedasarkan keadaan

sosial budaya dan penyakit pasien dapat dibedakan dalam tiga pola

hubungan yaitu:

a. Activity – passivity

Pola hubungan orang tua – anak seperti ini merupakan pola klasik

sejak profesi kedokteran mulai mengenal kode etik, abad ke 5 SM. Di sini

dokter seolah-olah dapat sepenuhnya melaksanakan ilmunya tanpa

campur tangan pasien, dengan suatu motivasi altruistis.

Biasanya hubungan ini berlaku pada pasien yang keselamatan

jiwanya terancam, tidak sadar, dan menderita gangguan mental berat.

b. Guidance cooperation

Hubungan membimbing kerjasama, seperti halnya orang tua

dengan remaja. Pola ini ditemukan bila keadaan pasien tidak terlalu

berat, misalnya pasien penyakit infeksi baru atau penyakit akut lainnya.

Meskipun sakit, pasien tetap sadar dan memiliki perasaan serta kemauan

sendiri. Ia berusaha mencari pertolongan pengobatan dan bersedia

bekerja sama. Walaupun dokter mengetahui lebih banyak, ia tidak

semata-mata menjalankan kekuasaan, tetapi mengharapkan kerja sama

pasien yang diwujudkan dengan menuruti nasihat atau anjuran dokter.

Page 34: KTI DIAN

15

c. Mutual Participation

Filosofi pada pola berdasarkan pemikiran bahwa setiap manusia

memiliki maratabat dan hak yang sama, Pola ini terjadi pada mereka

yang ingin memelihara kesehatannya seperti medical check up atau pada

pasien kronis. Pasien secara sadar dan aktif berperan dalam pengobatan

terhadap dirinya. Hal ini tidak dapat diterapkan pada pasien dengan latar

belakang pendidikan dan sosial yang rendah, juga pada anak atau pasien

dengan gangguan mental tertentu.

Dari ketiga pola hubungan dokter atau dokter gigi dengan pasiennya

tersebut, maka hendaknya pandangan ketigalah yang dikembangkan dalam

hubungan transaksi terapeutik tersebut. Karena terdapat kesamaan

kedudukan hak dan kewajiban antara dokter atau dokter gigi dengan pasien,

sehingga diharapkan tercipta kerjasama yang saling menguntungkan

diantara kedua belah pihak (Machmud, 2012).

Hubungan dokter dan pasien, secara hukum umumnya terjadi melalui

suatu perjanjian dan kontrak. Dimulai dengan Tanya jawab (anamnesis)

antara dokter dan pasien, kemudian diikuti dengan pemeriksaan fisik,

akhirnya dokter menegakkan suatu diagnosa. Diagnosa ini dapat merupakan

suatu ‘working diagnosis’ atau diagnosis sementara, biasa juga merupakan

diagnosis yang definitive. Setelah itu dokter yang biasanya merencanakan

suatu terapi dengan memberikan resep obat, suntikan, atau operasi, atau

tindakan lainnya yang disertai nasihat yang perlu diikuti agar kesembuhan

lebih segera dicapai oleh pasien. Dalam proses pelaksanaan hubungan

dokter-pasien tersebut, sejak tanya jawab sampai dengan perencanaan

terapi, dokter melakukan pencatatan dalam suatu Medical Records (Rekam

Medis). Pembuatan rekam medis ini merupakan kewajiban dokter sesuai

dengan dipenuhinya standar profesi medis (Wiradharma, 2013).

Hubungan hukum antara dua subjek hukum membentuk hak dan

kewajiban. Hubungan dokter-pasien juga membentuk hak dan kewajiban

kedua belah pihak. Dalam melaksanakan kewajiban bagi dokter itulah yang

dapat menimbulkan malpraktik kedokteran dan dapat membebani tanggung

Page 35: KTI DIAN

16

jawab hukum terhadap akibat buruk bagi pasien. Hubungan dokter-pasien

disebut dengan kontrak terapeutik. Kontrak terapeutik merupakan salah satu

bentuk perikatan hukum timbal balik. Kedua belah pihak memiliki hak dan

kewajiban masing-masing. Pelaksanaan kewajiban dokter adalah menjadi

hak pasien. Sebaliknya, kewajiban pasien adalah menjadi hak dokter (Nazir

,2005).

Bagi pihak dokter, prestasi dalam melakukan sesuatu merupakan

kewajiban hukum untuk berbuat dengan sebaik dan semaksimal mungkin

bagi kepentingan kesehatan pasien.Kewajiban hukum untuk tidak berbuat

salah atau keliru dalam perlakuan medis, artinya kewajiban untuk pelayanan

kesehatan pasien dengan sebaik-baiknya (Chazawi, 2007).

2.1.8 Pengertian Informed ConsentDalam suatu perjanjian medis seperti halnya dalam suatu perjanjian

perikatan, syarat terpenting adalah kesepakatan yang terjadi karena adanya

kerja sama antara dokter dan pasien (Wiradharma, 2013).

Istilah informed consent dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia nomor 290/Menkes/Per/III/2008 diterjemahkan menjadi

“Persetujuan Tindakan Kedokteran”, yang terdapat pada Bab I Pasal 1, yaitu

persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah

mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau

kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien serta segala resikonya.

Unsur-unsur yang perlu diinformasikan meliputi prosedur yang akan

dilakukan, resiko yang mungkin terjadi, manfaat dari tindakan yang

dilakukan, alternatif tindakan yang dilakukan. Disamping itu perlu

diinformasikan pula kemungkinan yang dapat timbul apabila tindakan tidak

dilakukan dan ramalan (prognosis) atau perjalanan penyakit yang diderita.

Pasien berhak mendapatkan informasi mengenai perkiraan biaya

pengobatannya (Wiradharma, 2013).

Pada transaksi terapeutik antara dokter dan dokter gigi dengan pasien,

maka pihak pasien/keluarga pasien harus saling sepakat tentang upaya

Page 36: KTI DIAN

17

pengobatan atau pelayanan kesehatan yang akan diberikan dokter atau

dokter gigi. Oleh karena itu informasi medis itu harus diberikan dengan

bahasa yang dapat dipahami oleh pasien atau keluarganya. Maka wujud dari

transaksi terapeutik ini adalah informed consent yang lazim diterjemahkan

dengan persetujuan medik. Informed consent terjadi setelah hak atas

informasi dan kemudian hak untuk memberikan persetujuan dari pasien

upaya dokter dan dokter gigi dalam melakukan pelayanan kesehatan baginya

telah diberikan secara cukup (Machmud, 2012).

Oleh karena itu sebelum pasien memberikan pesetujuan diperlukan

beberapa masukan sebagai berikut (Machmud, 2012) :

a. Penjelasan lengkap mengenai procedure yang akan digunakan dalam

tindakan medis tertentu yang akan diusulkan oleh dokter serta tujuan

yang akan dicapai.

b. Deskripsi mengenai efek-efek sampingan serta akibat-akibat yang tak

diinginkan yang akan timbul.

c. Deskripsi mengenai keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh

pasien.

d. Penjelasan mengenai perkiraan lamanya procedure berlangsung.

e. Penjelasan mengenai hak pasien untuk menarik kembali persetujuan

tanpa adanya prasangka mengenai hubungannya dengan dokter dan

lembaganya.

f. Prognosis mengenai kondisi medis pasien bila menolak tindakan medis

tertentu tersebut.

2.1.9 Aspek Hukum dari Informed ConsentMenurut pasal 45 Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang

praktek kedokteran, informed consent wajib dibuat dalam bentuk terulis pada

tindakan medis yang mengandung resiko tinggi (misalnya luka, cacar, atau

kematian) yang dilakukan di sarana kesehatan yaitu di rumah sakit atau

klinik, karena erat kaitannya dengan kewajiban membuat rekam medis.

Untuk membuat rasa aman dalam melakukan tindakan medis yang

Page 37: KTI DIAN

18

mengandung resiko sekaligus sebagai alat atau alasan jika pasien berdalih

tidak memberikan persetujuan dalam hal akibat buruk yang benar terjadi.

Informed consent yang dibuat dalam bentuk tertulis tidak dibuat sendiri

oleh pasien secara bebas. Pasien atau keluarganya tinggal mengisi dan

menandatangani blanko yang telah disediakan oleh pihak rumah sakit, jadi

telah diseragamkan. Isinya sudah ditentukan secara sepihak oleh rumah

sakit sebagai standar prosedur operasional. Kadang tulisan yang telah

tersedia sekedar berupa pernyataan dari pasien atau keluarganya. Akan

tetapi, ada juga yang lebih lengkap dengan menyebutkan bahwa pasien atau

keluarganya tidak akan menuntut pihak rumah sakit atau dokter. Juga ada isi

yang sudah merupakan pemberi kuasa pada rumah sakit atau dokter untuk

melakukan tindakan medis tertentu pada diri pasien.

Orang yang berhak memberikan informed consent pada dasarnya

adalah pasien sendiri. Akan tetapi, apabila pasien berada dalam

pengampuan, informed consent dapat diberikan oleh salah satu keluarga

terdekat, suami/istri, ibu/ayah kandung, adik kandung, atau saudara-saudara

kandung. Dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien

tidak diperlukan persetujuan. Namun setelah pasien sadar atau dalam

kondisi yang sudah memungkinkan, segera diberikan persetujuan baru

kemudian dibuat persetujuan ( Pasal 45 ayat (1) UU No. 29/2004).

Dalam keadaan normal pembedahan yang dilakukan oleh dokter tanpa

ada persetujuan pasien atau keluarganya, maka sang dokter terkena

pelanggaran pasal 351 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tentang

penganiayaan.

Leenen menyatakan bahwa dokter dapat terlepas dari ancaman pasal

351 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tersebut, jika :

a. Pasien telah memberikan persetujuan.

b. Tindakan tersebut merupakan tindakan medik berdasarkan indikasi

medik.

c. Tindakan medik tersebut dilakukan menurut kaidah ilmu kedokteran.

Page 38: KTI DIAN

19

Persetujuan dari pasien sebelum dokter dan dokter gigi melakukan

pelayanan medik, atau tindakan medik atas pasiennya merupakan suatu

keharusan atau kewajiban. Hal ini tercermin dari ketentuan pasal 45 ayat

(1 dan 2) Undang-Undang praktek kedokteran menyatakan sebagai berikut:

a. Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan

oleh kedokteran atau dokter gigi tehadap pasien harus mendapatkan

persetujuan.

b. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah

pasien mendapatkan penjelasan secara lengkap.

Sementara penjelasan yang harus diberikan dokter atau dokter gigi

kepada pasien atau keluarga menurut pasal 45 Undang-Undang Nomor 29

tahun 2004 tentang praktek kedokteran, minimal mencangkup tentang:

a. Diagnosa dan tata cara tindakan medis.

b. Tujuan tindakan medis yang dilakukan.

c. Alternatif tindakan lain dan resikonya.

d. Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan

e. Prognosis terhadap tindakan yang mungkin dilakukan.

2.2 Landasan TeoriKetentuan yang mengatur hak pasien dalam pemberian pelayanan

medis yaitu :

a. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran.

b. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Kesehatan.

c. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

d. Peraturan Menteri kesehatan Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 Tentang

Rekam Medis.

e. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/MENKES/PER/III/2008 Tentang

Persetujuan Tindakan Kedokteran.

Page 39: KTI DIAN

20

2.3 Kerangka Konsep

INPUT PROSES OUTPUT

1. Formulir persetujuan tindakan kedokteran

2. Dokter3. Pasien/keluarga

yang mendapatkan tindakan kedokteran

1. Mengetahui penjelasan

informasi medis apa saja

yang disampaikan dokter

kepada pasien.

2. Mengetahui pemahaman

pasien dalam menerima

penjelasan dokter

sebelum mendapatkan

tindakan medis.

3. Mengetahui

pelaksanaan pemberian

informasi medis.

Hak-hak pasien

bedah dalam

pemberian informasi

medis yang harus

dijelaskan oleh

dokter dengan jelas

dan lengkap sesuai

dengan peraturan

yang berlaku

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Input dari penelitian ini adalah formulir persetujuan tindakan kedokteran, dokter

yang menjelaskan dalam persetujuan tindakan kedokteran, dan juga pasien yang

memberikan persetujuan tindakan kedokteran.

Proses dari penelitian ini adalah, mengetahui penjelasan informasi medis yang

disampaikan dokter kepada pasien bedah, mengetahui pemahaman pasien dalam

menerima penjelasan dokter sebelum mendapatkan tindakan medis, mengetahui

pelaksanaan pemberian informasi medis..

Output dari penelitian ini adalah hak-hak pasien bedah dalam pemberian

informasi medis yang harus dijelaskan oleh dokter dengan jelas dan lengkap sesuai

dengan peraturan yang berlaku.

Page 40: KTI DIAN

21

BAB 3METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu menggambarkan

informasi tentang implementasi hak-hak pasien bedah dalam pemberian

informasi medis di RSUD Dr. H. Moch.Ansari Saleh Banjarmasin tahun 2015.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan terhadap sekumpulan

objek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena yang

terjadi di dalam suatu populasi tertentu (Notoatmodjo, 2010).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh

Banjarmasin, yang dikhususkan di poli bedah, ruang Kumala (bedah).

3.2.2 Waktu PenelitianWaktu penelitian dimulai dari bulan Mei-Juni 2015..

3.3 Subjek Penelitian3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh dokter bedah yang berjumlah 6

orang, pasien/keluarga yang mendapatkan tindakan kedokteran yang

berjumlah selama 1 tahun pada tahun 2014 yaitu berjumlah 2005 pasien dan

formulir persetujuan tindakan kedokteran di ruang Kumala yang ada di RSUD

Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2015.

3.3.2 SampelSampel penelitian ini adalah sub bagian dokter bedah, 30

pasien/keluarga yang mendapatkan tindakan kedokteran, dan 30 formulir

persetujuan tindakan kedokteran di ruang Kumala (bedah) yang ada di

RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Teknik sampel yang

21

Page 41: KTI DIAN

22

digunakan adalah non probability sampling yaitu pengambilan sampel

dengan tidak memberikan peluang yang sama dari setiap anggota populasi,

dengan tujuan tidak untuk generalisasi yang berasal dari probabilitas yang

tidak sama. Teknik yang digunakan adalah accidental sampling yaitu cara

yang dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan

ada atau tersedia (Notoatmodjo, 2005).

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi OperasionalVariabel penelitian dalam penelitian ini adalah : Formulir persetujuan

tindakan kedokteran, dokter, pasien/keluarga yang mendapatkan tindakan

kedokteran.

Definisi operasional dari variabel penelitian tersebut adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.1 Tabel Definisi OperasionalNo Variabel Definisi Operasional

1.Persetujuan tindakan

kedokteran

Pasien atau keluarga pasien yang menyepakati

persetujuan tindakan kedokteran dan menandatangani

lembar informed consent yang berikan pihak rumah sakit.

2.Dokter lulusan pendidikan kedokteran yang ahli dalam hal

penyakit dan pengobatannya

3. Pasien Seseorang yang menerima perawatan medis.

4. HakSesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan

penggunaannya tergantung kepada kita sendiri.

3.5 Instrumen PenelitianInstrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo, 2005).Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah observasi dan wawancara.

Page 42: KTI DIAN

23

3.6 Teknik Pengumpulan DataPengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

cara :

3.6.1 ObservasiObservasi digunakan melihat langsung keadaan di tempat tersebut

agar peneliti mendapatkan gambaran implementasi hak-hak pasien dalam

pemberian informasi medis di RSUD Dr. H. Moch.Ansari Saleh Banjarmasin

tahun 2015.

Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah

melengkapi dengan format atau blanko pengamatan secara instrumen.

Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang

digambarkan akan terjadi. Peranan yang paling penting dalam menggunakan

metode observasi adalah pengamat. Pengamat harus jeli dalam mengamati

adalah menatap kejadian, gerak atau proses (Suharto dan Sardjono, 2010).

3.6.2 WawancaraPeneliti melakukan pengumpulan data dalam penelitian ini secara

langsung dengan wawancara agar jawaban yang dihasilkan lebih terstruktur

dalam hak-hak pasien dalam pemberian informasi medis di RSUD Dr. H.

Moch.Ansari Saleh Banjarmasin. Wawancara dilakukan kepada Pasien atau

keluarga terdekat, suami/istri, ibu/ayah kandung, anak kandung, adik

kandung, atau saudara-saudara kandung.

Wawancara adalah suatu metode yang pergunakan untuk

mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau

pendirian secara lisan dari seseorang penelitian (responden), atau bercakap-

cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face) (Notoatmodjo,

2005).

3.7 Teknik Analisa DataPada Penelitian data dianalisa dengan teknik-teknik tertentu. Data yang

digunakan analisis data univariate yang dilakukan terhadap variabel dari hasil

Page 43: KTI DIAN

24

penelitian (Notoatmodjo, 2005). Cara penyajian data penelitian ini dilakukan

dalam bentuk teks (textular) yaitu penyajian data hasil penelitian dalam

bentuk kalimat (Notoatmodjo, 2005).

3.8 Produser Penelitian3.8.1 Tahap Persiapan Penelitian

Tahap persiapan penelitian yang dilakukan ini dimulai dari identifikasi

masalah, masalah tersebut dibuat menjadi judul dalam proposal penelitian.

Judul penelitian diajukan kemudian disetujui oleh pembimbing, kemudian

langsung meminta surat ijin penelitian dari akademik. Surat ijin penelitian

diserahkan ke RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin setelah pihak

Diklat membalas surat dan menyetujui judul penelitian, selanjutnya peneliti

melakukan studi pendahuluan pada bulan Maret 2015. Wawanacara

langsung dengan perawat diruangan poli bedah kemudian dipersilahkan

untuk observasi. Dalam studi pendahuluan serta wawancara dan observasi

tersebut diperoleh beberapa informasi mengenai permasalahan yang terjadi

pada implementasi hak-hak pasien dalam pemberian informasi medis.

3.8.2 Tahap Pelaksanaan PenelitianPada tahap pelaksanaan penelitian ini, peneliti melakukan

pengumpulan data. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan yaitu berupa studi

pendahuluan, observasi dan wawancara kepada pihak yang terkait dalam

pengumpulan data-data informasi penelitian.

3.8.3 Tahap Akhir PenelitianPada tahap akhir ini peneliti melakukan pengolahan data yang telah

didapat. Selanjutnya disusun dan disajikan dalam bentuk sebuah laporan

penelitian.

Page 44: KTI DIAN

25

3.9 Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian3.9.1 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini adalah dimana peneliti tidak dapat

menghasilkan data yang lebih konkrit karena faktor pendidikan responden

saat dilakukan wawancara.

3.9.2 Kelemahan PenelitianAdapun yang menjadi kelemahan dalam penelitian adalah keterbatasan

pengumpulan data yang dibutuhkan karena sampel dalam penelitian ini sulit

untuk ditemui dengan waktu yang sudah ditentukan. Sehingga peneliti tidak

dapat menghasilkan data informasi yang mencukupi dalam penelitian ini.

Page 45: KTI DIAN

26

BAB 4HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian4.1.1 Gambaran Umum RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor : 6

Tahun 2008, Tanggal 15 April 2008, tentang Pembentukan Organisasi dan

Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi Kalimantan Selatan sebagai Satuan

Kerja Perangkat Daerah yang berfungsi sebagai Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD) Provinsi Kalimantan Selatan yang menyelenggarakan upaya

pelayanan kesehatan seperti peningkatan, pencegahan, pengobatan, dan

pemulihan dibidang kesehatan umum dan kesehatan lainnya dan sebagai

Rumah Sakit rujukan Kota Banjarmasin, Kabupaten Batola serta wilayah

sekitarnya mengingat telah ditetapkan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H.

Moch. Ansari Saleh Banjarmasin sebagai Rumah Sakit Daerah Kelas B oleh

Menteri Kesehatan Republik Indonesia melalui surat Keputusan Nomor ;

372/MENKES/IV/2008, pada tanggal 15 April 2008, maka dengan visi “

Terwujudnya Pelayanan Prima (Excellent Service) Bagi Masyarakat Tahun

2005”.

RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin menyelanggarakan

pelayanan dengan :

1. Menyediakan fasilitas terdepan dan terjangkau bagi masyarakat

menengah kebawah. Renovasi yang ditargetkan dapat menampung

pelayanan VIP dan diharapkan akan sedkit menggeser segmen pasar

yang tidak hanya berkutat dikelas menengah bawah, tetapi juga

menengah keatas.

2. Mengutamakan kenyamanan dan keselamatan pasien melalui

keramahan pelayanan, kecepatan/kelancaran serta kebersihan sarana

dan prasarana di lingkungan Rumah Sakit.

RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin yang berlokasi di jalan.

Brigjend H. Hasan Basry No. 1 Banjarmasin ini, berdiri diatas lahan seluas

26

Page 46: KTI DIAN

27

86.240 m2 dengan rencana luas fisik sesuai dengan masterplan yang telah

dibuat untuk pembangunan RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin

berjumlah 27.432,7 m2 (31,81%). Pada kepemimpinan Gubernur Kalimantan

Selatan H. Rudy Ariffin RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin

berkembang demikian pesat, sampai dengan tahun 2011 dan berdasarkan

Keputusan Gubernur Kalimantan selatan Nomor. 188.44/0592/KUM/2011,

tanggal 16 Nopember 2011 telah ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum

Daerah yang menerapkan pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan

Umum Daerah (PKK-BLUD) penuh telah mendapat dukungan terhadap

perkembangan dan peningkatan pembangunannya di Rumah Sakit sebagaii

berikut :

1. Peningkatan dana Operasional Rumah Sakit.

2. Peningkatan fasilitas Rumah Sakit baik fisik/gedung dan alat

kesehatan.

3. Pemenuhan Sumber Daya Manusia (SDM).

4. Pemberlakuan Perda Pola Tarif Pelayanan Kesehatan nomor 5 Tahun

2012, tanggal 16 Maret 2012.

5. Peningkatan dan penetapan kelas Rumah Sakit menjadi Kelas B oleh

DepKes.

6. Akreditasi Rumah Sakit Lulus Penuh 12 kelompok kerja pelayanan.

7. Memberlakukan Perda tugas pokok, Fungsi dan Uraian Tugas Rumah

Sakit.

Hasil yang didapat sebagai berikut :

1. Dana Operasioanal Rumah Sakit meningkat.

2. Bertambah ruang rawat inap dan rawat jalan dan alat kesehatan.

3. Bertambah tenaga (SDM)..

4. Memberlakukan tarif baru.

5. Rumah Sakit menjadi Kelas B.

6. Lulus 12 Akreditasi Penuh.

7. Berlakunya SOTK baru.

Page 47: KTI DIAN

28

Berdasarkan indikator pelayanan untuk tahun 2014 angka BOR

sebesar 80,47%, TOI sebesar 1,21 hari, LOS sebesar 4,85 hari, BTO

sebesar 58,84 kali, NDR sebesar 35,97 ‰, GDR sebesar 66,78 ‰ dan

kepuasan penggunaan pelayanan rumah sakit sebesar 89,71%. Dari

indikator pelayanan tersebut hanya TOI, BOR, dan kepuasaan pengguna

pelayanan rumah sakit yang melebihi batas bawah standar yang telah

ditetapkan.

Selain menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat

umum, rumah sakit juga memberikan pelayanan kesehatan seperti BPJS

maupun Ansuransi lainnya. RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin,

sebagai Rumah Sakit kelas B, juga menyelenggarakan praktek belajar

lapangan bagi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Umum maupun Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan, Poltekes Banjarbaru, Akademi Keperawatan,

Akademi Kebidanan Negeri maupun Swasta.

4.1.2 Visi dan Misi RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin1. Visi

“ Terwujudnya Pelayanan Prima (Excellent Service) Bagi Masyarakat

Tahun 2015”.

2. Misi

a. Mengembangkan pusat rujukan pelayanan kesehatan dengan

unggulan penyakit syaraf, penyakit infeksi dan penyakit tropic di

Provinsi Kalimantan Selatan.

b. Mengembangkan aspek pendidikan dan penelitian bagi tenaga

medik dan tenaga kesehatan lainnya.

c. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya

kesehatan.

Page 48: KTI DIAN

29

Hasil Penelitian4.1.3 Penjelasan informasi apa saja yang disampaikan dokter kepada pasien

Berdasarkan hasil observasi diketahui pelaksanaan penjelasan

informasi medis yang disampaikan dokter kepada pasien dilakukan oleh

dokter yang merawat dan disaksikan oleh perawat secara lisan. Namun

terkadang persetujuan tindakan tersebut hanya dilakukan oleh perawat yang

menjaga ruangan tersebut saja apabila dokter tersebut tidak bisa menemui

pasien untuk melakukan persetujuan tindakan tersebut. Dokter melakukan

persetujuan tindakan medis kepada pasien saat pasien dinyatakan bahwa

pasien harus dilakukan tindakan medis. Dokter menjelaskan informasi medis

mengenai diagnosis yang diderita, tujuan tindakan medis, resiko, komplikasi,

prognosis dan perkiraan biaya namun informasi medis tersebut tidak semua

pasien dijelaskan dengan lengkap dan jelas kepada pasien. Hanya pasien

yang ingin mengetahui bagaimana kelanjutan tindakannya kemudian dokter

menginformasikan medis dengan jelas dan dimengerti pasien atau keluarga

pasien tersebut.

4.1.4 Pemahaman pasien dalam menerima penjelasan dokter sebelum mendapatkan tindakan medis

Pemahaman pasien akan informasi yang diberikan sangat penting

karena terkait dengan keputusan pasien untuk memberikan persetujuan atau

penolakan tindakan kedokteran. Persetujuan sebenarnya lebih mengarah

kepada proses komunikasi dokter dengan pasien. Oleh karena itu seorang

dokter harus lebih pintar memberikan informasi mengenai tindakan yang

dilakukan oleh pasien denggan bahasa yang mudah dipahami. Dokter juga

harus menyakinkan bahwa pasien dan keluarganya telah memahami

informasi yang disampaikan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan bulan Mei-Juni 2015, diketahui

bahwa di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin jumlah sampel

sebanyak 30 pasien mengenai pemahaman pasien dalam menerima

penjelasan dokter sebelum mendapatkan tindakan medis. Data diperoleh dari

Page 49: KTI DIAN

30

hasil wawancara kepada pasien atau keluarga terdekat pasien ( suami/istri,

Ibu/ayah kandung, anak kandung, kakak/adik kandung, saudara-saudara

kandung). Dengan menanyakan apakah anda sudah memahami semua

informasi yang disampaikan oleh dokter. Hasil presentase yang diperoleh

sebagai berikut :

Tabel 4.1 Pemahaman pasien dalam menerima penjelasan dokter sebelum

mendapatkan tindakan medis di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh

Banjarmasin tahun 2015

No Kategori Jumlah PasienPersentase

(%)

1. Memahami 10 33%

2. Kurang memahami 20 67%

Pemahaman pasien dalam menerima penjelasan dokter sebelum mendapatkan tindakan medis

Memahami Kurang Memahami

20

10 67%

33%

Jumlah Persentase

Gambar 4.1 Pemahaman pasien dalam menerima penjelasan dokter sebelum

mendapatkan tindakan medis

Dari tabel dan gambar 4.1 diatas diketahui dari 30 pasien yang sudah

diwawancarai mengenai pemahaman pasien dalam menerima penjelasan

Page 50: KTI DIAN

31

dokter sebelum mendapatkan tindakan medis yaitu ada 20 Pasien (67%)

yang kurang memahami dan 10 pasien (33%) yang sudah memahami

sepenuhnya penjelasan informasi medis tersebut.

Pasien atau keluarga pasien yang kurang memahami penjelasan

informasi dari dokter dikarenakan faktor diantaranya adalah tingkat

pendidikan pasien atau keluarga pasien yang kurang memahami, dokter

yang tidak sabar dan terburu-buru dalam menjelaskan informasi yang

diberikan. Pada pasien atau keluarga pasien yang memahami penjelasan

informasi dari dokter dikarenakan tingkat pendidikannya sudah cukup tinggi

sehingga mudah memahami informasi yang disampaikan oleh dokter dan

pasien/keluarga lebih banyak bertanya mengenai penyakit dan tindakan yang

akan dilakukan oleh dokter tersebut.

4.1.5 Pelaksanaan pemberian informasi medisDari jumlah sampel sebanyak 30 sampel yang melakukan persetujuan

tindakan medis, pelaksanaan pemberian informasi medis sebagai berikut :

Tabel 4.2 Pelaksanaan pemberian informasi medis

No Informasi MedisDijelaskan

(%)

Tidak dijelaskan

(%)

1. Diagnosa 30 pasien

(100%)

0 pasien

0%

2. Tujuan Tindakan Medis 30 pasien

(100%)

0 pasien

0%

3. Resiko 13 pasien

(43%)

17 pasien

(57%)

4. Komplikasi 13 pasien

(43%)

17 pasien

(57%)

5 Pragnosis 18 pasien

(60%)

12 pasien

(40%)

6. Perkiraan Biaya 5 pasien

(17%)

25 pasien

(83%)

Page 51: KTI DIAN

32

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pelaksanaan pemberian

informasi medis terdapat mengenai informasi medis tentang diagnosa

sebanyak 30 pasien (100%) dijelaskan, tujuan tindakan medis sebanyak 30

pasien (100%) dijelaskan, resiko sebanyak 13 pasien (43%) dijelaskan dan

17 pasien (57%) tidak dijelaskan, komplikasi sebanyak 13 pasien (43%)

dijelaskan dan 17 (57%) tidak dijelaskan, prognosis sebanyak 20 pasien

(60%) dijelaskan dan 10 pasien (40%) tidak dijelaskan, perkiraan biaya

sebanyak 5 pasien (17%) dan 25 pasien (83%) tidak dijelaskan.

1. Informasi medis tentang diagnosa

Informasi medis tentang diagnosa

Dijelaskan Tidak dijelaskan

30

00%

100%

JumlahPersentase

Gambar 4.2 Informasi tentang diagnosa

Berdasarkan gambar 4.2 diketahui dari 30 pasien yang

menerima penjelasan dari dokter, terdapat mengenai informasi medis

tentang diagnosa sebanyak 30 pasien (100%) dijelaskan dan 0

pasien (0%) tidak dijelaskan.

Page 52: KTI DIAN

2. Informasi medis tentang tindakan medis

Informasi medis tentang tindakan medis

Dijelaskan Tidak dijelaskan

300

0%

100%

JumlahPersentase

Gambar 4.3 Informasi medis tentang tindakan medis

Berdasarkan gambar 4.3 diketahui dari 30 pasien yang

menerima penjelasan dari dokter, terdapat mengenai informasi medis

tentang tindakan medis sebanyak 30 pasien (100%) dijelaskan dan 0

pasien (0%) tidak dijelaskan.

3. Informasi medis tentang resiko

Informasi medis tentang resiko

Dijelaskan Tidak dijelaskan

17

1357%

43%

JumlahPersentase

Gambar 4.4 Informasi medis tentang resiko

Berdasarkan gambar 4.4 diketahui dari 30 pasien yang

menerima penjelasan dari dokter , terdapat mengenai informasi

medis tentang resiko sebanyak 13 pasien (43%) dijelaskan dan tidak

dijelaskan 17 pasien (57%).

Page 53: KTI DIAN

4. Informasi medis tentang komplikasi

Informasi medis tentang komplikasi

Dijelaskan Tidak dijelaskan

17

1357%

43%

JumlahPersentase

Gambar 4.5 Informasi medis tentang komplikasi

Berdasarkan gambar 4.5 diketahui dari 30 pasien yang

menerima penjelasan dari dokter, terdapat mengenai informasi medis

tentang komplikasi sebanyak 13 pasien (43%) dijelaskan dan tidak

dijelaskan 17 pasien (57%),

5. Informasi medis tentang pragnosis

Informasi medis tentang pragnosis

Dijelaskan Tidak dijelaskan

18 12

40%

60%

JumlahPresentase

Gambar 4.6 Informasi medis tentang prognosis

Berdasarkan gambar 4.6 diketahui dari 30 pasien yang

menerima penjelasan dari dokter, terdapat mengenai informasi medis

tentang resiko sebanyak 12 pasien (40%) dijelaskan dan tidak

dijelaskn 18 pasien (60%),

Page 54: KTI DIAN

6. Informasi medis tentang perkiraan biaya

Informasi medis tentang perkiraan biaya

Dijelaskan Tidak dijelaskn

25

83%5

17%

JumlahPersentase

Gambar 4.7 Informasi medis tentang perkiraan biaya

Berdasarkan gambar 4.7 diketahui dari 30 pasien yang

menerima penjelasan dari dokter, terdapat mengenai informasi medis

tentang perkiraan biaya sebanyak 5 pasien (17%) dan 25 pasien

(83%) tidak dijelaskan.

4.3 Pembahasan Penelitian4.3.1 Penjelasan informasi apa saja yang disampaikan dokter kepada pasien

Kendala dalam memberikan informasi yang mungkin kurang dilakukan

oleh banyak dokter bisa saja karena kesibukan dan rutinitas pekerjaan dokter

yang kurang mempunyai banyak waktu untuk memberikan seluruh informasi.

Banyak pasien yang dihadapi dokter setiap hari mungkin dapat

menyebabkan dokter mengalami kebosanan dan kejenuhan dalam

memberikan informasi yang berlebihan (Wiradharma, 2013).

Dari hasil data yang diperoleh penelitian yang dilakukan dengan

observasi di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin diperoleh

informasi medis yang disampaikan dokter terhadap pasien masih belum

dijalankannya dengan baik karena persetujuan tindakan kedokteran juga

dilakukan oleh perawat dan tidak hanya dilakukan oleh dokter. Hal itu

Page 55: KTI DIAN

disebabkan karena banyaknya jumlah pasien yang ingin dilakukan tindakan

medis dan kesibukan dokter sehingga untuk melakukan pemberian informasi

terlalu singkat untuk dijelaskan kepada pasien. Namun dalam observasi ini

tidak semua dapat lakukan karena kendala waktu yang tidak pasti kapan

dilakukannya persetujuan tindakan medis antara dokter dengan pasien

tersebut.

4.3.2 Pemahaman pasien dalam menerima penjelasan dokter sebelum mendapatkan tindakan medis

Orang yang berhak memberikan informed consent pada dasarnya

adalah pasien sendiri. Akan tetapi, apabila pasien berada dalam

pengampuan, informed consent dapat diberikan oleh salah satu keluarga

terdekat, suami/istri ,ibu/ayah kandung, anak kandung, adik kandung, atau

saudara-saudara kandung. Dalam gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa

pasien tidak diperlukan persetujuan. Namun setelah pasien sadar atau

dalam kondisi sudah memungkinkn, segera diberikan persetujuan baru

kemudian dibuat persetujuan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian ini yang

dilakukakan dengan wawancara di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh

Banjarmasin yang diperoleh 30 pasien yang menerima penjelasan mengenai

persetujuan tindakan medis. Ada 20 Pasien (67%) yang kurang memahami

dan 10 pasien (33%) yang sudah memahami sepenuhnya penjelasan

informasi medis tersebut. Hal ini terlihat bahwa pemahaman pasien dalam

menerima informasi medis kurang mengerti dengan jelas. Hal ini dikarenakan

pasien/keluarga pasien merupakan masyarakat umum, sehingga memiliki

tingkat pengetahuan yang berbeda. Untuk itu penjelasan yang diberikan

harus dengan bahasa dan kata-kata yang dapat dipahami oleh pasien sesuai

dengan tingkat pendidikan serta kemampuan dalam menerima informasi.

Dokter juga harus berusaha mengecek apakah penjelasannya telah dipahami

dan diterima pasien. Jika belum, dokter harus mengulangi lagi uraiannya

sampai pasien benar-benar memahami informasi yang berikan dokter.

Page 56: KTI DIAN

Pemahaman pasien dalam menerima penjelasan dokter dalam

mendapatkan tindakan medis yaitu pasien masih kurang paham mengenai

persetujuan tindakan yang diberikan oleh dokter itu dilatar belakangi karena

faktor pendidikan yang rendah, awam terhadap pendidikan kesehatan, sulit

mengerti tentang tindakan medis yang akan dilakukan. Sehingga dokter

harus memberikan penjelasan yang berulang-ulang sampai pasien tersebut

mengerti akan tindakan yang akan dilakukan. Dengan kurang

pemahamananya pasien sehingga pasien ada yang menyetujui selalu

bersedia apapun yang akan dilakukan oleh dokter dan ada juga yang

menolak tindakan medis tersebut. Adapun pasien atau keluarga pasien yang

sudah memahami tentang persetujuan tindakan medis karena pasien sudah

mengerti dan memahami dengan jelas informasi dari dokter tersebut karena

faktor pendidikan yang tinggi sehingga pasien atau keluarga pasien juga

lebih banyak bertanya tentang diagnosa dan bagaimana kelanjutan tindakan

yang akan dilakukan oleh dokter.

4.3.3 Pelaksanaan pemberian informasi medisBerdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian ini yang dilakukan

dengan wawancara di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin

terdapat mengenai informasi medis sebagai berikut :

1. Hak pasien atas Informasi medis tentang penjelasan diagnosa

Untuk pertanyaan tentang apakah informasi tentang diagnosa

disampaikan oleh dokter sebanyak 30 pasien (100%) menjawab “Ya”

dijelaskan karena pasien banyak bertanya tentang penyakit yang

dialaminya kepada dokter.

2. Hak pasien atas informasi medis tentang tindakan medis

Untuk pertanyaan apakah informasi tentang tata cara tindakan medis

disampaikan oleh dokter, dari jumlah 30 pasien sebanyak 30 pasien

(100%) menjawab “Ya” dijelaskan, karena pasien merasa sudah yakin

apa yang akan dilakukan oleh dokter untuk kesembuhan penyakitnya.

Page 57: KTI DIAN

3. Hak pasien atas informasi medis tentang resiko

Untuk pertanyaan apakah informasi tentang resiko yang mungkin

terjadi disampaikan oleh dokter, dari jumlah 30 pasien sebanyak 13

pasien (43%) “Ya” dijelaskan dan “Tidak” dijelaskan 17 pasien (57%).

Seharusnya informasi mengenai resiko lebih dijelaskan, karena resiko

pada pasien menyangkut tindakan medis yang akan dilakukan terhadap

dirinya.

4. Hak pasien atas informasi medis tentang komplikasi

Untuk pertanyaan apakah informasi tentang komplikasi disampaikan

oleh dokter, dari jumlah 30 pasien sebanyak 13 pasien (43%) dijelaskan

dan 17 (57%) tidak dijelaskan. Seharusnya informasi mengenai

komplikasi lebih dijelaskan karena tindakan medis yang ingin dilakukan

mengalami komplikasi.

5. Hak pasien atas informasi medis tentang prognosis

Untuk pertanyaan apakah informasi tentang prognosis disampaikan

oleh dokter, dari jumlah 30 pasien sebanyak 20 pasien (60%) dijelaskan

dan 10 pasien (40%) tidak dijelaskan. Seharusnya informasi mengenai

prognosis lebih dijelaskan karena informasi tersebut termasuk penting

untuk diterima oleh pasien.

6. Untuk pertanyaan apakah informasi tentang perkiraan biaya disampaikan

oleh dokter perkiraan biaya sebanyak 5 pasien (17%) menjawab “Ya”

dijelaskan karena pasien melakukan tindakan medis tersebut

membayarnya secara umum dan pasien sebanyak 25 (83%) menjawab

“Tidak” dijelaskan karena pasien menggunakan BPJS jadi tidak perlu

dijelaskan lagi oleh dokter.

Hal ini memungkin tidak terpenuhinya hak pasien atas informasi medis

yang seharusnya didapatkan oleh pasien atau keluarga yang ingin

melakukan tindakan medis.

Hak-hak pasien yang diatur dalam Undang-undang dalam Nomor 44

Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 32 yang mengatakan hak pasien

Page 58: KTI DIAN

dalam mendapatkan informasi medis yang meliputi diagnosa, tata cara

tindakan, resiko, komplikasi yang mungkin terjadim prognosis terhadap

tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan harus diberikan

sebelum dilakukannya persetujuan tindakan kedokteran.

Persetujuan tindakan kedokteran adalah yang diberikan oleh pasien

atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap

mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan

terhadap pasien serta segala resikonya.

Persetujuan tindakan kedokteran dibuat tertulis pada tindakan medis

yang mengandung resiko tinggi, karena erat hubunganya dengan kewajiban

membuat rekam medis. Untuk membuat rasa aman dalam melakukan

tindakan medis yang mengandung resiko sekaligus sebagai alat atau alasan

jika pasien berdalih tidak memberikan persetujuan dalam hal akibat buruk

yang benar terjadi.

Adapun Standar Prosedur Operasional Informed Consent di RSUD Dr.

H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin :

1. Panggil pasien/wali, saksi, penterjemah (jika diperlukan) untuk

mendapatkan penjelasan tentang Informed Consent.

2. Jelaskan informasi tentang tindakan medis yang akan dilakukan kepada

pasien.

3. Jelaskan manfaat dan resiko yang dapat menimbulkan jika tindakan

tersebut dilakukan.

4. Berikan formulir Informed Consent untuk dibaca dan dimengerti.

5. Tandatangani formulir Informed Consent oleh pasien/wali. Saksi,

penterjemah (jika diperlukan).

6. Tandatangani dokter, sebagai bukti sudah menjelaskan kepada

pasien/wali, saksi, penterjemah (jika diperlukan).

7. Tulis nama, alamat, dan tanda tangan saksi.

Page 59: KTI DIAN

40

BAB 5PENUTUP

5.1 KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasan setelah dilakukannya

observasi dan wawancara dapat disimpulkan :

1. Pada penjelasan informasi medis pada persetujuan tindakan medis

yang disampaikan dokter kepada pasien tidak semua pasien dijelaskan

dengan lengkap dan jelas kepada pasien. Persetujuan tindakan

tersebut juga dilakukan oleh perawat karena banyaknya jumlah pasien

dan kesibukan dokter sehingga untuk melakukan pemberian informasi

terlalu singkat untuk dijelaskan kepada pasien.

2. Indikator memahami dan tidak memahami pasien dalam menerima

penjelasan dokter sebelum mendapatkan tindakan medis terdapat 20

Pasien (67%) yang kurang memahami dan 10 pasien (33%) sudah

memahami penjelasan informasi medis oleh dokter terhadap pasien.

3. Hak-hak pasien dalam menerima informasi medis terdapat haknya

sebagai pasien untuk mendapatkan informasi medis belum sepenuhnya

didapatkan. Hal ini karena pasien atau keluarga pasien tidak telalu

banyak bertanya masalah penyakit yang dialami karena pasien sudah

sepenuhnya mempercayai tindakan medis yang diberikan oleh dokter

terhadap pasien.

5.2 SaranBerdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti akan mengemukakan

beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat,antara lain :

1. Sebaiknya pada persetujuan tindakan kedokteran sebaiknya dijalankan

dengan baik sesuai dengan SPO informed consent yang sudah ada.

Sehingga akan hak pasien atas informasi medis yang seharusnya

diterima oleh pasien lebih dimengerti dan dipahami oleh pasien.

40

Page 60: KTI DIAN

41

2. Untuk pasien yang tingkat pendidikannya rendah agar lebih dijelaskan

dengan bahasa yang mudah dimengerti untuk mempermudah pasien

dalam menerima informasi medis yang disampaikan oleh dokter

tersebut.

3. Diharapkan tenaga medis lebih mengerti dan memahami tentang

pemberian informed consent pada pasien untuk meningkatkan mutu

kesehatan di masyarakat.

4. Diharapkan pihak RSUD Dr. H. Moch. Ansari. Saleh Banjarmasin lebih

mensosialisasikan mengenai hak dan kewajiban pasien misalnya dalam

bentuk tulisan dan ditempatkan pada setiap ruangan, agar pasien lebih

memperhatikan informasi tersebut.

5. Dengan banyaknya jumlah pasien, sebaiknya lebih ditambahnya tenaga

medis untuk lebih meningkatkan pelayanan di RSUD Dr. H. Moch.

Ansari Saleh Banjarmasin.

Page 61: KTI DIAN

42

DAFTAR PUSTAKA

Chazawi, Adami. 2007. Malpraktek Kedokteran. Malang: Banyumedia Publishing

Hatta, Gemala R. 2008. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana

Pelayanan Kesehatan. Jakarta: UI Press

Kasjono, Subaris, 2009. Teknik Sampling untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta :

Graha Ilmu

Liana, Santi. 2010. Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Informed Consent

antara Dokter dan Pasien Di RSUD Sulthan Thaha SaIfudin Tebo.

ht t p : / / l a w . u ii . ac.i d / i m a g e s / s t o r i es/ d m d o c u m e n t s / F H - U I I - T I N J AUAN - YURID I S

T ERHADA P - PE L AKSA N AAN -I N FOR M E D - C O NSEN T - A N T ARA - D O K T E R -

DA N PAS I E N - D I- RSUD - SU L T HAN - T HAH A - SA I F UD I N - T E B O , - J A M B I. p d f

(Diakses tanggal 15 Maret 2015)

Machmud, Syahrul. 2012. Bagi Dokter Yang diduga Melakukan Medikal Malpraktek.

Bandung: Karya Putra Darwati

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Permenkes Nomor

269/Menkes/Per/2008 tentang Rekam Medis.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Permenkes Nomor

290/Menkes/Per/2008 tentang Persetujuan Tindakan kedokteran.

Nazir, Moch. 2005 Malpraktek Kedokteran. Bogor: Ghalia Indonesia

Notoatmodjo, Soekidjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta

Presiden Repubik indonesia. 2009. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29

Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran. Jakarta

42

Page 62: KTI DIAN

43

Presiden Republik Indonesia. 2009. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36

Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta

Presiden Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44

Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Jakarta

Roni Rizky Anugrah. 2014. Tinjauan implementasi hak pasien pada layanan dii

RSUD Banjarbaru. Banjarbaru

Suharto & Sudjono, Sigit. 2010. Metedeologi Penelitian Kesehatan. Surabaya. Tiga

N. Surabaya

Wiradharma, Danny. 2013. Hukum Kedokteran. Tanggerang Selatan: Binarupa

Aksara

Page 63: KTI DIAN

44

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari Stikes Husada Borneo

Page 64: KTI DIAN

45

Lampiran 2 Surat balasan dari intalasi penelitian

Page 65: KTI DIAN

46

Lampiran 3 Surat pengantar untuk ke Poli Bedah

Page 66: KTI DIAN

47

Lampiran 4 Surat Pengantar untuk ke Ruang Kumala

Page 67: KTI DIAN

48

Lampiran 5 Lembar konsultasi bimbingan I

Page 68: KTI DIAN

49

Lampiran 6 Lembar konsultasi bimbingan II

Page 69: KTI DIAN

50

Lampiran 7 Lembar saran perbaikan KTI bimbingan I

Page 70: KTI DIAN

51

Lampiran 8 Lembar saran perbaikan KTI bimbingan II

Page 71: KTI DIAN

52

Lampiran 9 Lembar saran perbaikan KTI penguji III

Page 72: KTI DIAN

53

Lampiran10 Lembar saran perbaikan KTI bimbingan I

Page 73: KTI DIAN

54

Lampiran 11 Lembar saran perbaikan KTI bimbingan II

Page 74: KTI DIAN

55

Lampiran 12 Lembar saran perbaikan KTI penguji III

Page 75: KTI DIAN

56

Lampiran 13 Lembar Daftar hadir seminar hasil penelitian

Page 76: KTI DIAN

57

Page 77: KTI DIAN

58

Lampiran 14 Lembar Absensi Mahasisiwa yang Mengadiri Seminar Hasil

Page 78: KTI DIAN

59

Lampiran 15 Lembar Persetujuan Berpartisipasi dalam Penelitian

Page 79: KTI DIAN

60

Lampiran 16 Lembar pedoman observasi

Page 80: KTI DIAN

61

Lampiran 17 Lembar Pedoman Wawancara

Page 81: KTI DIAN

62

Page 82: KTI DIAN

63

Lampiran 18 Lembar SPO Informed Consent

Page 83: KTI DIAN

64

Lampiran 19 Lembar Dokter Spesialis berdasarkan Jenis Spesialis tahun 2014

Page 84: KTI DIAN

65

Lampiran 20 Lembar Sepuluh Diagnosa terbanyak Pasien Rawat Inap tahun 2014

No Nama Penyakit ICD xJumlah

TotalLaki-Laki Perempuan

1. Diare A09 432 294 726

2. TB Paru A15.0 338 210 548

3. CHF I50.0 197 210 407

4. SNH I63.9 194 207 401

5. Pneumonia J18.8 206 153 359

6.Fetus and newborn

affected by other malpresentatio

P03.4 183 131 314

7.Delivery bhemergency

caesarean sectionO82.1 0 314 314

8. Typhoid Fever A01.0 153 155 308

9. Hipertensi I10 133 162 295

10.

Diabetes Melitus Non dependen Insulin dengan

komplikasi multiple

E11.7 103 187 290

Page 85: KTI DIAN

66

Lampiran 21 Lembar Rekapitulasi Kegiatan Pembedahan tahun 2014

Page 86: KTI DIAN

67

Lampiran 22 Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Pribadi

Nama Lengkap : Dian Sari

Tempat Tanggal Lahir

Jenis Kelamin

Agama

Alamat

: Pangkal Pinang, 27 Juli 1994

: Perempuan

: Islam

: Jln. Golf Perumahan Wengga Indah IV RT :011/004

Kel. Landasan Ulin Utara Kec. Liang Anggang,

Email

Telpon

Banjarbaru, KalSel

: O i ku.d i a n @ g m a il . c o m

: 085754154992

B. Pendidikan Formal

1999-2000 : TK Al- Inayah Banjarmasin

2000-2006 : SDN Kuin Ceruncuk 1 Banjarmasin

2006-2009 : SMP Negeri 4 Banjarbaru

2009-2012 : SMA Negeri 4 Banjarbaru