KTI BARU SEKALI
-
Upload
jennifer-flores -
Category
Documents
-
view
229 -
download
2
Transcript of KTI BARU SEKALI
1
PROPOSAL PENELITIAN
“HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN DISMENORE PRIMER
PADA MAHASISWI ANGKATAN 2011, 2012, DAN 2013
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA”
OLEH
1. Fakhrun Nisa 110 211 0038
2. Oktafira Eka A 110 211 0058
PEMBIMBING :
1. dr. Moch. Erwin Rachman, Sp. S
2. dr. Rahmawati
FAKULTAS KEDOKTERAN
2
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2014
Halaman Sampul
Halaman Judul …………………………………………….
Daftar isi …………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………….
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………….
1.3 Tujuan Peneltian …………………………………………….
1.3.1 Tujuan Umum …………………………………………….
1.3.2 Tujuan Khusus……………………………………………
1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………….
1.4.1 Manfaat bagi Peneliti……………………………………..
1.4.2 Manfaat bagi Akademik………………………………….
1.4.3 Manfaat bagi Responden………………………………...
1.5 Hipotesa ……………………………………………
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Status gizi …………………………………………….
2.1.1 ……………………………………………
2.1.2 Farmakodinamik Kafein…………………………………
1
2
4
6
6
6
6
6
6
7
7
7
8
8
9
3
2.1.3 Farmakokinetik Kafein………………………………….
2.2 Palpitasi …………………………………………….
2.2.1 Pengertian Palpitasi……………………………………….
2.2.2 Patogenesis Palpitasi………………………………………
2.2.3 Penyebab Palpitasi………………………………………...
2.2.4 Penanganan Palpitasi……………………………………...
BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DEFINISI
OPERASIONAL DAN KRITERIA OBJEKTIF
3.1 Kerangka Teori …………………………………………...
3.2 Kerangka Konsep ……………………………………………
3.3 Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif ……………………………..
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
…………………………………………….
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
…………………………………………….
4.3 Bahan dan Alat ……………………………………………
4.4 Populasi dan Sampel
……………………………………………
4.5 Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………
4.6 Pengolahan Data ……………………………………………
4.7 Analisa Data ……………………………………………
4.8 Etika Penelitian ……………………………………………
11
12
12
14
15
15
17
17
18
18
20
20
20
21
21
22
22
24
24
25
4
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Setiap wanita memiliki pengalaman menstruasi yang berbeda-beda.
Sebagian wanita mendapatkan menstruasi tanpa keluhan, namun tidak
sedikit dari mereka yang mendapatkan menstruasi disertai keluhan sehingga
mengakibatkan rasa ketidaknyamanan berupa dismenore. Dismenore
merupakan nyeri perut bagian bawah yang terkadang rasa nyeri tersebut
meluas hingga ke pinggang, punggung bagian bawah dan paha.1
Dismenore adalah kejang perut bagian bawah yang hebat dan sangat
sakit terjadi sebelum atau selama menstruasi. Lebih mungkin terjadi pada
wanita yang mempunyai saudara satu generasi di atasnya yang mengalami
dismenore dan lebih jarang terjadi pada mereka yang sudah pernah
melahirkan anak atau minum pil pengendali kelahiran.1
Angka kejadian dismenore di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari
50% perempuan di setiap negara mengalami dismenore. Di Amerika angka
persentasenya sekitar 60% dan di Swedia sekitar 72%. Sementara di
Indonesia sekitar 64.25 % yang terdiri dari 54,89% dismenorea primer dan
9,36 % dismenorea sekunder. Angka kejadian dismenorea tipe primer di
5
Indonesia adalah sekitar 54,89%, sedangkan sisanya adalah penderita
dengan tipe sekunder.2
Penyebab dismenore primer yaitu peningkatan kontraksi rahim yang
dirangsang oleh prostaglandin (salah satu hormon di dalam tubuh yang
menyebabkan terjadinya kontraksi pembuluh – pembuluh darah dan
penurunan aliran darah sehingga menyebabkan terjadinya proses iskhemia
dan nekrosis pada sel – sel dan jaringan. Sedangkan penyebab dismenore
sekunder yaitu endometriosis, penyakit peradangan rongga dalam daerah
kemaluan, peradangan tuba fallopi, perlengketan abnormal antara organ
dalam perut, pemakaian IUD.2
Angka kejadian dismenore berkisar 45-95% di kalangan wanita usia
produktif. Walaupun pada umumnya tidak berbahaya, namun seringkali
dirasa mengganggu bagi wanita yang mengalaminya. Derajat nyeri dan
kadar gangguan tentu tidak sama untuk setiap wanita. Ada yang masih bisa
bekerja (sesekali sambil meringis), adapula yang tidak kuasa beraktifitas
karena nyerinya.2
Dismenore akan meningkat pada wanita yang mengalami kegemukan,
kurang nutrisi, peminum kopi dan alkohol, perokok, tidak aktif secara seksual
dan tidak pernah melahirkan juga dialami oleh wanita yang dalam keluarga
mempunyai riwayat dismenore dan olahraga dapat mengurangi nyeri
dismenore dapat segera menghilang setelah perkawinan dan jarang
menetap setelah melahirkan.1,2
6
Status Gizi merupakan faktor risiko terjadinya dismenore. Pada wanita
yang memilki kelebihan berat badan terjadi hyperplasia pembuluh darah
pada organ reproduksi sehingga dapat mengakibatkan dismenore. Selain itu,
menurut Jeffcoate wanita dengan indeks massa tubuh lebih dari normal
memiliki kadar prostaglandin yang tinggi dapat memicu terjadinya dismenore.
Namun di sisi lain ternyata seseorang dengan underweight juga dapat
mengalami dismenorea primer.2
Berdasarkan uraian dan fenomena diatas, penulis merasa tertarik
untuk meneliti tentang “Hubungan status gizi dengan dismenore primer pada
mahasiswi angkatan 2011, 2012, dan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas
Muslim Indonesia”
1.2Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara status gizi dengan dismenore primer pada
mahasiswi angkatan 2011, 2012, dan 2013 Fakultas Kedokteran
Universitas Muslim Indonesia ?
1.3Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan peneliti baik dari segi pengetahuan
maupun dalam melatih pemikiran ilmiah
1.4.2 Bagi Akademik
7
Dapat dijadikan referensi atau contoh dalam melakukan penelitian
ke depannya
1.4.3 Bagi Responden
Dapat dijadikan bahan masukan bagi responden mengenai status
gizi dan dismenore
1.5 Hipotesa
Hipotesa adalah jawaban sementara yang diajukan oleh peneliti, bahwa
ada hubungan antara status gizi dengan dismenore primer
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dismenore Primer
2.1.1 Definisi Dismenore Primer
Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan
pada alat-alat genital yang nyata. Dismenore primer terjadi beberapa waktu
setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, pleh karena siklus-
siklus haid pada bulan-bulan pertama setelah menarche umumnya
anovulator yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak
lama sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan haid dan
berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus dapat
berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit,
biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah
pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual,
muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas, dan sebagainya.3
2.1.2 Epidemiologi
Dismenore dapat dialami lebih dari setengah wanita yang sedang
menstruasi, dan prevalensinya sangat bervariasi. Berdasarkan data dari
9
berbagai negara, angka kejadian dismenorea di dunia cukup tinggi.
Diperkirakan 50% dari seluruh wanita di dunia menderita dismenorea dalam
sebuah siklus menstruasi. Pasien melaporkan nyeri saat haid, dimana
sebanyak 12% nyeri haid sudah parah, 37% nyeri haid sedang, dan 49%
nyeri haid masih ringan.1
Di Amerika Serikat diperkirakan hampir 90% wanita mengalami
dismenore dan 10-15% diantaranya mengalami dismenore berat, yang
menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun dan ini
akan menurunkan kualitas hidup pada individu masing-masing. Bahkan di
perkirakan para perempuan di Amerika kehilangan 1,7 juta hari kerja setiap
bulan akibat dismenorea. Di Pakistan diperkirakan 57% pelajar yang
mengalami dismenore mempunyai efek terhadap pekerjaan mereka.2
Di Indonesia angka kejadian dismenore primer sebesar 54,89%
sedangkan sisanya adalah penderita tipe sekunder. Dismenore
menyebabkan 14% dari pasien remaja sering tidak hadir di sekolah dan tidak
menjalani kegiatan sehari-hari.2
Kejadian dismenore di dunia sangat besar. Berbagai penelitian di
seluruh dunia telah menunjukkan bahwa angka kejadian dismenore cukup
tinggi, yaitu 43-93% wanita mengalami dismenore 5-10% dari mereka
mengalami dismenore yang sangat berat dan meninggalkan kegiatan mereka
1-3 hari dalam sebulan. 2
2.1.3 Etiologi
10
Banyak teori telah dikemukakan untuk menerangkan penyebab
dismenore primer, tetapi patofisiologinya belum jelas dimengerti. Rupanya
beberapa faktor memegang peranan sebagai penyebab dismenore primer,
antara lain:3
a. Faktor kejiwaan : pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil,
apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses
haid, mudah timbul dismenore.
b. Faktor konstitusi : faktor ini, yang erat hubungannya dengan faktor
tersebut di atas, dapat juga menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri.
Faktor-faktor seperti anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat
mempengaruhi timbulnya dismenore.
c. Faktor obstruksi kanalis servikalis : salah satu teori yang paling tua untuk
menerangkan terjadinya dismenore primer ialah stenosis kanalis servikalis.
Pada wanita dengan uterus dalam hiperantefleksi mungkin dapat terjadi
stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap
sebagai sebagai faktor yang penting sebagai penyebab dismenore. Banyak
wanita menderita dismenore tanpa stenosis servikalis dan tanpa uterus
dalam hiperantefleksi. Sebaliknya terdapat banyak wanita tanpa keluhan
dismenore, walaupun ada stenosis servikalis da uterus terletak dalam
hiperantefleksi atau hiperretrofleksi. Mioma submukosum bertangkai atau
polip endometrium dapat menyebabkan dismenore karena otot-otot uterus
berkontraksi keras dalam usaha untuk mengeluarkan kelainan tersebut.
11
d. Faktor endokrin, pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi
pada dismenore primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan.
Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan soal tonus dan kontraktilitas
otot usus. Novak dan Reynolds yang melakukan penelitian pada uterus
kelinci berkesimpulan bahwa hormon estrogen merangsang kontraktilitas
uterus, sedangkan hormon progesteron menghambat atau mencegahnya.
Tetapi, teori ini tidak dapat menerangkan fakta mengapa tidak timbul rasa
nyeri pada perdarahan disfungsional anovulatoar, yang biasanya bersamaan
dengan kadar estrogen yang berlebihan tanpa adanya progesteron.
e. Faktor alergi, teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya
asosiasi antara dismenore dengan urtikaria, migraine atau asma bronkhiale.
Smith menduga bahwa sebab alergi ialah toksin haid.
2.1.4 Tanda dan Gejala
Dismenore merupakan nyeri siklis pada panggul atau abdomen
bagian bawah nyeri dapat menjalar ke arah punggung dan paha bagian
depan, terjadi sebelum atau selama periode haid. Nyeri dirasakan sebagai
kram yang hilang timbul. Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau
selama menstruasi, mencapai puncak dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari
akan menghilang. Dismenore juga sering disertai oleh sakit kepala, mual,
sembelit atau diare dan sering berkemih.1[
Dismenore primer muncul berupa serangan ringan, kram pada bagian
tengah, bersifat spasmodik yang dapat menyebar ke punggung atau paha
bagian dalam. Umumnya ketidaknyamanan dimulai 1-2 hari sebelum
12
menstruasi, namun nyeri paling berat selama 24 jam pertama menstruasi
dan mulai berkurang pada hari kedua, dimulai 1-3 tahun setelah menstruasi
dan bertambah berat setelah beberapa tahun sampai usia 23-27 tahun, lalu
mulai mereda, umumnya terjadi pada wanita nulipara, kasus ini kerap
menurun signifkasi setelah kelahiran anak, lebih sering terjadi pada wanita
obesitas. Gejala-gejalanya kram pada perut bagian bawah terutama selama
2 hari pertama haid, dan yang bisa menjalar ke punggung. Rasa mual,
muntah, diare, lesu, dan sakit kepala adalah gejala-gejala yang
menyertainya.1,2
2.1.5 Derajat Nyeri Dismenore
Nyeri yang dirasakan pada dismenore dapat diderajatkan menjadi :4
0 : Tidak dismenore
1 : Nyeri dirasa ringan, aktifitas sedikit terganggu, jarang membutuhkan
obat namun jika obat dikonsumsi maka dapat efektif untuk
mengurangi nyeri
2 : Nyeri dirasa sedang, aktifitas terganggu, membutuhkan obat dan
obat tersebut sering efektif dalam mengurangi nyeri jika dikonsumsi
3 : Nyeri dirasa hebat, mengganggu sebagian besar aktivitas,
membutuhkan obat namun obat tersebut jarang efektif dalam
mengurangi nyeri
13
No Derajat Gejala
1 0 Tidak ada gejala dismenore
2 1 Nyeri dirasa ringan, aktifitas sedikit terganggu,
jarang membutuhkan obat namun jika obat
dikonsumsi maka dapat efektif untuk mengurangi
nyeri
3 2 Nyeri dirasa sedang, aktifitas terganggu,
membutuhkan obat dan obat tersebut sering efektif
dalam mengurangi nyeri jika dikonsumsi
4 3 Nyeri dirasa hebat, mengganggu sebagian besar
aktivitas, membutuhkan obat namun obat tersebut
jarang efektif dalam mengurangi nyeri
2.1.6 Faktor Resiko Dismenore Primer
Faktor resiko terjadinya dismenore primer adalah :
1. Siklus menstruasi ovulasi
Dismenore primer hanya dapat terjadi pada siklus menstruasi ovulatorik.
Karena setelah terjadinya ovulasi, maka sel-sel folikel tua setelah ovulasi
akan membentuk korpus luteum, sewaktu korpus luteum berdegenerasi
karena tidak terjadi pembuahan dan implantasi, maka kadar estrogen dan
14
progesteron di sirkulasi akan menurun drastis. Penarikan kembali kedua
hormon steroid tersebut menyebabkan lapisan endometrium yang kaya akan
nutrisi dan pembuluh darah itu tidak lagi ada yang mendukung secara
hormonal. Penurunan kadar hormon ovarium itu juga merangsang
pengeluaran prostaglandin uterus yang menyebabkan vasokontriksi
pembuluh-pembuluh endometrium, serta menyebabkan kontraksi uterus. Bila
kadar prostaglandin berlebih maka akan memicu dismenore.4
2. Riwayat Ibu atau saudara perempuan kandung yang mengalami
dismenore primer
Adanya riwayat keluarga dan genetik berkaitan dengan terjadinya
dismenore primer yang berat.4
3. Usia menarche kurang dari 12 tahun
Terdapatnya hubungan antara usia menarche terhadap kejadian
dismenore primer dikarenakan saat menarche terjadi lebih awal dari
normal maka alat reproduksi belum siap untuk mengalami perubahan
dan masih terjadi penyempitan pada leher rahim, maka akan timbul rasa
sakit saat menstruasi.4
4. Adanya depresi atau anxietas
Risiko untuk mengalami dismenore meningkat pada wanita yang
mempunyai riwayat dismenore dan stress tinggi sebelumnya
dibandingkan dengan wanita yang tidak mempunyai riwayat stres
sebelumnya.4
5. Merokok dan meminum alkohol
15
Pengaruh rokok terhadap dismenore primer masih dalam perdebatan,
dan pengaruh alkohol meningkatkan keparahan dari dismenore primer.4
6. Seseorang dengan overweight, obese, ataupun underweight
Kelebihan berat badan dapat mengakibatkan dismenore primer, karena
di dalam tubuh orang yang mempunyai kelebihan berat badan terdapat
jaringan lemak yang berlebihan yang dapat mengakibatkan hiperplasia
pembuluh darah (terdesaknya pembuluh darah oleh jaringan lemak)
pada organ reproduksi sehingga darah yang seharusnya mengalir pada
proses menstruasi terganggu dan timbul dismenore primer. Status gizi
underweight dapat diakibatkan karena asupan makanan yang kurang,
menderita suatu penyakit, adanya perilaku yang salah, ataupun karena
ketergantungan obat dan alkohol. Karena asupan makanan yang kurang
dikhawatirkan asupan dari zat besi juga akan kurang, maka dapat tejadi
anemia. Anemia merupakan salah satu faktor konstitusi yang dapat
menyebabkan dismenore.4
2.1.7 Patofisiologi Dismenore Primer
Dismenore primer adalah rasa nyeri yang terjadi selama masa
menstruasi dan selalu berhubungan dengan siklus ovulasi. Hal ini
disebabkan oleh kontraksi dari miometrium yang diinduksi oleh prostaglandin
tanpa adanya kelainan patologis pelvis. Pada remaja dengan dismenore
primer akan dijumpai peningkatan produksi prostaglandin oleh endometrium.
Pelepasan prostaglandin terbanyak selama menstruasi didapati pada 48 jam
pertama dan berhubungan dengan beratnya gejala yang terjadi.5
16
Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan beratnya gejala
dismenore adalah usia yang lebih muda saat terjadinya menarche, periode
menstruasi yang lebih lama, banyaknya darah yang keluar selama
menstruasi, perokok, riwayat keluarga dengan dismenore. Obesitas dan
penggunaan alkohol juga dihubungkan dengan terjadinya dismenore primer.
Prostaglandin F2α (PGF2α) adalah perantara yang paling berperan dalam
terjadinya dismenore primer. Prostaglandin ini merupakan stimulan kontraksi
miometrium yang kuat serta efek vasokontriksi pembuluh darah. Peningkatan
PGF2α dalam endometrium diikuti dengan penurunan progesteron pada fase
luteal membuat membran lisosomal menjadi tidak stabil sehingga
melepaskan enzim lisosomal. Pelepasan enzim ini menyebabkan pelepasan
enzim phospholipase A2 yang berperan pada konversi fosfolipid menjadi
asam arakidonat. Selanjutnya menjadi PGF2α dan prostaglandin E2 (PGE2)
melalui siklus endoperoxidase dengan perantara prostaglandin G2 (PGG2)
dan prostaglandin H2 (PGH2). Peningkatan kadar prostaglandin ini
mengakibatkan peningkatan tonus miometrium dan kontraksi uterus yang
berlebihan sehingga menyebabkan nyeri pada saat menstruasi.5,6
2.1.8 Penatalaksanaan
a. Penerangan dan nasihat
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenore adalah gangguan
yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan
dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, dan lingkungan
penderita. Kemungkinan salah informasi mengenai haid atau adanya tabu
17
atau takhayul mengenai haid perlu dibicarakan. Nasihat-nasihat
mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga mungkin
berguna. Kadang-kadang diperlukan psikoterapi.3
b. Pemberian obat analgesik
Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat diberikan
sebagai terapi simptomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan isrirahat
di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi
penderitaan. Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat
kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein. Obat-obat paten yang beredar di
pasaran ialah antara lain novalgin, ponstan, acet-aminophen dan
sebagainya.3
c. Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat
sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar-
benar dismenore primer, atau untuk memungkinkan penderita
melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan.
Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi
kontrasepsi.3,5
d. Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin
Memegang peranan yang makin penting terhadap dismenore primer.
Termasuk di sini indometasin, ibuprofen, dan naproksen; dalam kurang
lebih 70% penderita dapat disembuhkan atau mengalami banyak
18
perbaikan. Hendaknya pengobatan diberikan sebelum haid mulai; 1
sampai 3 hari sebelum haid, dan pada hari pertama haid.3,5
e. Dilatasi kanalis servikalis
Dapat memberi keringanan karena memudahkan pengeluaran darah haid
dan prostaglandin di dalamnya. Neuroktomi prasakral (pemotongan urat
saraf sensorik antara uterus dan susunan saraf pusat) ditambah dengan
neuroktomi ovarial (pemotongan urat saraf sensorik yang ada di
ligamentum infundibulum) merupakan tindakan terakhir, apabila usaha-
usaha lain gagal.3
2.2 Status Gizi
DAFTAR PUSTAKA
19
1. Gidul suliawati, 2013. Hubungan umur, paritas dan status gizi dengan
kejadian Dismenore pada wanita usia subur di Gampong Klieng Cot
Aron Kecamatan Baitussalam Aceh besar Tahun 2013
2. Mulastin, 2014. Hubungan status gizi dengan kejadian dismenorea
remaja putri di SMA Islam Al-Hikmah Jepara
3. Hanifa Wiknjosastro, dkk. Buku Ajar Ilmu Kandungan. Edisi II. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2007
4. Batubara, 2013. Hubungan status gizi dan usia menarche dengan
dismenore primer
5. Mansjoer Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Edisi III. Media
Aesculapius : Jakarta. 2001
6. Repository.usu.ac.id (ndak tauka buat daftar pustakanya ini usu)
No Gejala Kriteria
1 Nyeri perut sebelum atau bersamaan
dengan awal haid
Ya/Tidak
2 Rasa nyeri kejang di area perut bawah
dan menjalar ke pinggang dan paha
Ya/Tidak
3 Rasa mual, muntah, sakit kepala, diare,
iritabilitas, atau gejala lainnya
Ya/Tidak