KTI BARU SEKALI

26
1 PROPOSAL PENELITIAN “HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN DISMENORE PRIMER PADA MAHASISWI ANGKATAN 2011, 2012, DAN 2013 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA” OLEH 1. Fakhrun Nisa 110 211 0038 2. Oktafira Eka A 110 211 0058 PEMBIMBING : 1. dr. Moch. Erwin Rachman, Sp. S 2. dr. Rahmawati FAKULTAS KEDOKTERAN

Transcript of KTI BARU SEKALI

Page 1: KTI BARU SEKALI

1

PROPOSAL PENELITIAN

“HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN DISMENORE PRIMER

PADA MAHASISWI ANGKATAN 2011, 2012, DAN 2013

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA”

OLEH

1. Fakhrun Nisa 110 211 0038

2. Oktafira Eka A 110 211 0058

PEMBIMBING :

1. dr. Moch. Erwin Rachman, Sp. S

2. dr. Rahmawati

FAKULTAS KEDOKTERAN

Page 2: KTI BARU SEKALI

2

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2014

Halaman Sampul

Halaman Judul …………………………………………….

Daftar isi …………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………….

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………….

1.3 Tujuan Peneltian …………………………………………….

1.3.1 Tujuan Umum …………………………………………….

1.3.2 Tujuan Khusus……………………………………………

1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………….

1.4.1 Manfaat bagi Peneliti……………………………………..

1.4.2 Manfaat bagi Akademik………………………………….

1.4.3 Manfaat bagi Responden………………………………...

1.5 Hipotesa ……………………………………………

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Status gizi …………………………………………….

2.1.1 ……………………………………………

2.1.2 Farmakodinamik Kafein…………………………………

1

2

4

6

6

6

6

6

6

7

7

7

8

8

9

Page 3: KTI BARU SEKALI

3

2.1.3 Farmakokinetik Kafein………………………………….

2.2 Palpitasi …………………………………………….

2.2.1 Pengertian Palpitasi……………………………………….

2.2.2 Patogenesis Palpitasi………………………………………

2.2.3 Penyebab Palpitasi………………………………………...

2.2.4 Penanganan Palpitasi……………………………………...

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DEFINISI

OPERASIONAL DAN KRITERIA OBJEKTIF

3.1 Kerangka Teori …………………………………………...

3.2 Kerangka Konsep ……………………………………………

3.3 Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif ……………………………..

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

…………………………………………….

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

…………………………………………….

4.3 Bahan dan Alat ……………………………………………

4.4 Populasi dan Sampel

……………………………………………

4.5 Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………

4.6 Pengolahan Data ……………………………………………

4.7 Analisa Data ……………………………………………

4.8 Etika Penelitian ……………………………………………

11

12

12

14

15

15

17

17

18

18

20

20

20

21

21

22

22

24

24

25

Page 4: KTI BARU SEKALI

4

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Setiap wanita memiliki pengalaman menstruasi yang berbeda-beda.

Sebagian wanita mendapatkan menstruasi tanpa keluhan, namun tidak

sedikit dari mereka yang mendapatkan menstruasi disertai keluhan sehingga

mengakibatkan rasa ketidaknyamanan berupa dismenore. Dismenore

merupakan nyeri perut bagian bawah yang terkadang rasa nyeri tersebut

meluas hingga ke pinggang, punggung bagian bawah dan paha.1

Dismenore adalah kejang perut bagian bawah yang hebat dan sangat

sakit terjadi sebelum atau selama menstruasi. Lebih mungkin terjadi pada

wanita yang mempunyai saudara satu generasi di atasnya yang mengalami

dismenore dan lebih jarang terjadi pada mereka yang sudah pernah

melahirkan anak atau minum pil pengendali kelahiran.1

Angka kejadian dismenore di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari

50% perempuan di setiap negara mengalami dismenore. Di Amerika angka

persentasenya sekitar 60% dan di Swedia sekitar 72%. Sementara di

Indonesia sekitar 64.25 % yang terdiri dari 54,89% dismenorea primer dan

9,36 % dismenorea sekunder. Angka kejadian dismenorea tipe primer di

Page 5: KTI BARU SEKALI

5

Indonesia adalah sekitar 54,89%, sedangkan sisanya adalah penderita

dengan tipe sekunder.2

Penyebab dismenore primer yaitu peningkatan kontraksi rahim yang

dirangsang oleh prostaglandin (salah satu hormon di dalam tubuh yang

menyebabkan terjadinya kontraksi pembuluh – pembuluh darah dan

penurunan aliran darah sehingga menyebabkan terjadinya proses iskhemia

dan nekrosis pada sel – sel dan jaringan. Sedangkan penyebab dismenore

sekunder yaitu endometriosis, penyakit peradangan rongga dalam daerah

kemaluan, peradangan tuba fallopi, perlengketan abnormal antara organ

dalam perut, pemakaian IUD.2

Angka kejadian dismenore berkisar 45-95% di kalangan wanita usia

produktif. Walaupun pada umumnya tidak berbahaya, namun seringkali

dirasa mengganggu bagi wanita yang mengalaminya. Derajat nyeri dan

kadar gangguan tentu tidak sama untuk setiap wanita. Ada yang masih bisa

bekerja (sesekali sambil meringis), adapula yang tidak kuasa beraktifitas

karena nyerinya.2

Dismenore akan meningkat pada wanita yang mengalami kegemukan,

kurang nutrisi, peminum kopi dan alkohol, perokok, tidak aktif secara seksual

dan tidak pernah melahirkan juga dialami oleh wanita yang dalam keluarga

mempunyai riwayat dismenore dan olahraga dapat mengurangi nyeri

dismenore dapat segera menghilang setelah perkawinan dan jarang

menetap setelah melahirkan.1,2

Page 6: KTI BARU SEKALI

6

Status Gizi merupakan faktor risiko terjadinya dismenore. Pada wanita

yang memilki kelebihan berat badan terjadi hyperplasia pembuluh darah

pada organ reproduksi sehingga dapat mengakibatkan dismenore. Selain itu,

menurut Jeffcoate wanita dengan indeks massa tubuh lebih dari normal

memiliki kadar prostaglandin yang tinggi dapat memicu terjadinya dismenore.

Namun di sisi lain ternyata seseorang dengan underweight juga dapat

mengalami dismenorea primer.2

Berdasarkan uraian dan fenomena diatas, penulis merasa tertarik

untuk meneliti tentang “Hubungan status gizi dengan dismenore primer pada

mahasiswi angkatan 2011, 2012, dan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas

Muslim Indonesia”

1.2Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara status gizi dengan dismenore primer pada

mahasiswi angkatan 2011, 2012, dan 2013 Fakultas Kedokteran

Universitas Muslim Indonesia ?

1.3Tujuan Penelitian

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan peneliti baik dari segi pengetahuan

maupun dalam melatih pemikiran ilmiah

1.4.2 Bagi Akademik

Page 7: KTI BARU SEKALI

7

Dapat dijadikan referensi atau contoh dalam melakukan penelitian

ke depannya

1.4.3 Bagi Responden

Dapat dijadikan bahan masukan bagi responden mengenai status

gizi dan dismenore

1.5 Hipotesa

Hipotesa adalah jawaban sementara yang diajukan oleh peneliti, bahwa

ada hubungan antara status gizi dengan dismenore primer

Page 8: KTI BARU SEKALI

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dismenore Primer

2.1.1 Definisi Dismenore Primer

Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan

pada alat-alat genital yang nyata. Dismenore primer terjadi beberapa waktu

setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, pleh karena siklus-

siklus haid pada bulan-bulan pertama setelah menarche umumnya

anovulator yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak

lama sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan haid dan

berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus dapat

berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit,

biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah

pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual,

muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas, dan sebagainya.3

2.1.2 Epidemiologi

Dismenore dapat dialami lebih dari setengah wanita yang sedang

menstruasi, dan prevalensinya sangat bervariasi. Berdasarkan data dari

Page 9: KTI BARU SEKALI

9

berbagai negara, angka kejadian dismenorea di dunia cukup tinggi.

Diperkirakan 50% dari seluruh wanita di dunia menderita dismenorea dalam

sebuah siklus menstruasi. Pasien melaporkan nyeri saat haid, dimana

sebanyak 12% nyeri haid sudah parah, 37% nyeri haid sedang, dan 49%

nyeri haid masih ringan.1

Di Amerika Serikat diperkirakan hampir 90% wanita mengalami

dismenore dan 10-15% diantaranya mengalami dismenore berat, yang

menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun dan ini

akan menurunkan kualitas hidup pada individu masing-masing. Bahkan di

perkirakan para perempuan di Amerika kehilangan 1,7 juta hari kerja setiap

bulan akibat dismenorea. Di Pakistan diperkirakan 57% pelajar yang

mengalami dismenore mempunyai efek terhadap pekerjaan mereka.2

Di Indonesia angka kejadian dismenore primer sebesar 54,89%

sedangkan sisanya adalah penderita tipe sekunder. Dismenore

menyebabkan 14% dari pasien remaja sering tidak hadir di sekolah dan tidak

menjalani kegiatan sehari-hari.2

Kejadian dismenore di dunia sangat besar. Berbagai penelitian di

seluruh dunia telah menunjukkan bahwa angka kejadian dismenore cukup

tinggi, yaitu 43-93% wanita mengalami dismenore 5-10% dari mereka

mengalami dismenore yang sangat berat dan meninggalkan kegiatan mereka

1-3 hari dalam sebulan. 2

2.1.3 Etiologi

Page 10: KTI BARU SEKALI

10

Banyak teori telah dikemukakan untuk menerangkan penyebab

dismenore primer, tetapi patofisiologinya belum jelas dimengerti. Rupanya

beberapa faktor memegang peranan sebagai penyebab dismenore primer,

antara lain:3

a. Faktor kejiwaan : pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil,

apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses

haid, mudah timbul dismenore.

b. Faktor konstitusi : faktor ini, yang erat hubungannya dengan faktor

tersebut di atas, dapat juga menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri.

Faktor-faktor seperti anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat

mempengaruhi timbulnya dismenore.

c. Faktor obstruksi kanalis servikalis : salah satu teori yang paling tua untuk

menerangkan terjadinya dismenore primer ialah stenosis kanalis servikalis.

Pada wanita dengan uterus dalam hiperantefleksi mungkin dapat terjadi

stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap

sebagai sebagai faktor yang penting sebagai penyebab dismenore. Banyak

wanita menderita dismenore tanpa stenosis servikalis dan tanpa uterus

dalam hiperantefleksi. Sebaliknya terdapat banyak wanita tanpa keluhan

dismenore, walaupun ada stenosis servikalis da uterus terletak dalam

hiperantefleksi atau hiperretrofleksi. Mioma submukosum bertangkai atau

polip endometrium dapat menyebabkan dismenore karena otot-otot uterus

berkontraksi keras dalam usaha untuk mengeluarkan kelainan tersebut.

Page 11: KTI BARU SEKALI

11

d. Faktor endokrin, pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi

pada dismenore primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan.

Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan soal tonus dan kontraktilitas

otot usus. Novak dan Reynolds yang melakukan penelitian pada uterus

kelinci berkesimpulan bahwa hormon estrogen merangsang kontraktilitas

uterus, sedangkan hormon progesteron menghambat atau mencegahnya.

Tetapi, teori ini tidak dapat menerangkan fakta mengapa tidak timbul rasa

nyeri pada perdarahan disfungsional anovulatoar, yang biasanya bersamaan

dengan kadar estrogen yang berlebihan tanpa adanya progesteron.

e. Faktor alergi, teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya

asosiasi antara dismenore dengan urtikaria, migraine atau asma bronkhiale.

Smith menduga bahwa sebab alergi ialah toksin haid.

2.1.4 Tanda dan Gejala

Dismenore merupakan nyeri siklis pada panggul atau abdomen

bagian bawah nyeri dapat menjalar ke arah punggung dan paha bagian

depan, terjadi sebelum atau selama periode haid. Nyeri dirasakan sebagai

kram yang hilang timbul. Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau

selama menstruasi, mencapai puncak dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari

akan menghilang. Dismenore juga sering disertai oleh sakit kepala, mual,

sembelit atau diare dan sering berkemih.1[

Dismenore primer muncul berupa serangan ringan, kram pada bagian

tengah, bersifat spasmodik yang dapat menyebar ke punggung atau paha

bagian dalam. Umumnya ketidaknyamanan dimulai 1-2 hari sebelum

Page 12: KTI BARU SEKALI

12

menstruasi, namun nyeri paling berat selama 24 jam pertama menstruasi

dan mulai berkurang pada hari kedua, dimulai 1-3 tahun setelah menstruasi

dan bertambah berat setelah beberapa tahun sampai usia 23-27 tahun, lalu

mulai mereda, umumnya terjadi pada wanita nulipara, kasus ini kerap

menurun signifkasi setelah kelahiran anak, lebih sering terjadi pada wanita

obesitas. Gejala-gejalanya kram pada perut bagian bawah terutama selama

2 hari pertama haid, dan yang bisa menjalar ke punggung. Rasa mual,

muntah, diare, lesu, dan sakit kepala adalah gejala-gejala yang

menyertainya.1,2

2.1.5 Derajat Nyeri Dismenore

Nyeri yang dirasakan pada dismenore dapat diderajatkan menjadi :4

0 : Tidak dismenore

1 : Nyeri dirasa ringan, aktifitas sedikit terganggu, jarang membutuhkan

obat namun jika obat dikonsumsi maka dapat efektif untuk

mengurangi nyeri

2 : Nyeri dirasa sedang, aktifitas terganggu, membutuhkan obat dan

obat tersebut sering efektif dalam mengurangi nyeri jika dikonsumsi

3 : Nyeri dirasa hebat, mengganggu sebagian besar aktivitas,

membutuhkan obat namun obat tersebut jarang efektif dalam

mengurangi nyeri

Page 13: KTI BARU SEKALI

13

No Derajat Gejala

1 0 Tidak ada gejala dismenore

2 1 Nyeri dirasa ringan, aktifitas sedikit terganggu,

jarang membutuhkan obat namun jika obat

dikonsumsi maka dapat efektif untuk mengurangi

nyeri

3 2 Nyeri dirasa sedang, aktifitas terganggu,

membutuhkan obat dan obat tersebut sering efektif

dalam mengurangi nyeri jika dikonsumsi

4 3 Nyeri dirasa hebat, mengganggu sebagian besar

aktivitas, membutuhkan obat namun obat tersebut

jarang efektif dalam mengurangi nyeri

2.1.6 Faktor Resiko Dismenore Primer

Faktor resiko terjadinya dismenore primer adalah :

1. Siklus menstruasi ovulasi

Dismenore primer hanya dapat terjadi pada siklus menstruasi ovulatorik.

Karena setelah terjadinya ovulasi, maka sel-sel folikel tua setelah ovulasi

akan membentuk korpus luteum, sewaktu korpus luteum berdegenerasi

karena tidak terjadi pembuahan dan implantasi, maka kadar estrogen dan

Page 14: KTI BARU SEKALI

14

progesteron di sirkulasi akan menurun drastis. Penarikan kembali kedua

hormon steroid tersebut menyebabkan lapisan endometrium yang kaya akan

nutrisi dan pembuluh darah itu tidak lagi ada yang mendukung secara

hormonal. Penurunan kadar hormon ovarium itu juga merangsang

pengeluaran prostaglandin uterus yang menyebabkan vasokontriksi

pembuluh-pembuluh endometrium, serta menyebabkan kontraksi uterus. Bila

kadar prostaglandin berlebih maka akan memicu dismenore.4

2. Riwayat Ibu atau saudara perempuan kandung yang mengalami

dismenore primer

Adanya riwayat keluarga dan genetik berkaitan dengan terjadinya

dismenore primer yang berat.4

3. Usia menarche kurang dari 12 tahun

Terdapatnya hubungan antara usia menarche terhadap kejadian

dismenore primer dikarenakan saat menarche terjadi lebih awal dari

normal maka alat reproduksi belum siap untuk mengalami perubahan

dan masih terjadi penyempitan pada leher rahim, maka akan timbul rasa

sakit saat menstruasi.4

4. Adanya depresi atau anxietas

Risiko untuk mengalami dismenore meningkat pada wanita yang

mempunyai riwayat dismenore dan stress tinggi sebelumnya

dibandingkan dengan wanita yang tidak mempunyai riwayat stres

sebelumnya.4

5. Merokok dan meminum alkohol

Page 15: KTI BARU SEKALI

15

Pengaruh rokok terhadap dismenore primer masih dalam perdebatan,

dan pengaruh alkohol meningkatkan keparahan dari dismenore primer.4

6. Seseorang dengan overweight, obese, ataupun underweight

Kelebihan berat badan dapat mengakibatkan dismenore primer, karena

di dalam tubuh orang yang mempunyai kelebihan berat badan terdapat

jaringan lemak yang berlebihan yang dapat mengakibatkan hiperplasia

pembuluh darah (terdesaknya pembuluh darah oleh jaringan lemak)

pada organ reproduksi sehingga darah yang seharusnya mengalir pada

proses menstruasi terganggu dan timbul dismenore primer. Status gizi

underweight dapat diakibatkan karena asupan makanan yang kurang,

menderita suatu penyakit, adanya perilaku yang salah, ataupun karena

ketergantungan obat dan alkohol. Karena asupan makanan yang kurang

dikhawatirkan asupan dari zat besi juga akan kurang, maka dapat tejadi

anemia. Anemia merupakan salah satu faktor konstitusi yang dapat

menyebabkan dismenore.4

2.1.7 Patofisiologi Dismenore Primer

Dismenore primer adalah rasa nyeri yang terjadi selama masa

menstruasi dan selalu berhubungan dengan siklus ovulasi. Hal ini

disebabkan oleh kontraksi dari miometrium yang diinduksi oleh prostaglandin

tanpa adanya kelainan patologis pelvis. Pada remaja dengan dismenore

primer akan dijumpai peningkatan produksi prostaglandin oleh endometrium.

Pelepasan prostaglandin terbanyak selama menstruasi didapati pada 48 jam

pertama dan berhubungan dengan beratnya gejala yang terjadi.5

Page 16: KTI BARU SEKALI

16

Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan beratnya gejala

dismenore adalah usia yang lebih muda saat terjadinya menarche, periode

menstruasi yang lebih lama, banyaknya darah yang keluar selama

menstruasi, perokok, riwayat keluarga dengan dismenore. Obesitas dan

penggunaan alkohol juga dihubungkan dengan terjadinya dismenore primer.

Prostaglandin F2α (PGF2α) adalah perantara yang paling berperan dalam

terjadinya dismenore primer. Prostaglandin ini merupakan stimulan kontraksi

miometrium yang kuat serta efek vasokontriksi pembuluh darah. Peningkatan

PGF2α dalam endometrium diikuti dengan penurunan progesteron pada fase

luteal membuat membran lisosomal menjadi tidak stabil sehingga

melepaskan enzim lisosomal. Pelepasan enzim ini menyebabkan pelepasan

enzim phospholipase A2 yang berperan pada konversi fosfolipid menjadi

asam arakidonat. Selanjutnya menjadi PGF2α dan prostaglandin E2 (PGE2)

melalui siklus endoperoxidase dengan perantara prostaglandin G2 (PGG2)

dan prostaglandin H2 (PGH2). Peningkatan kadar prostaglandin ini

mengakibatkan peningkatan tonus miometrium dan kontraksi uterus yang

berlebihan sehingga menyebabkan nyeri pada saat menstruasi.5,6

2.1.8 Penatalaksanaan

a. Penerangan dan nasihat

Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenore adalah gangguan

yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan

dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, dan lingkungan

penderita. Kemungkinan salah informasi mengenai haid atau adanya tabu

Page 17: KTI BARU SEKALI

17

atau takhayul mengenai haid perlu dibicarakan. Nasihat-nasihat

mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga mungkin

berguna. Kadang-kadang diperlukan psikoterapi.3

b. Pemberian obat analgesik

Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat diberikan

sebagai terapi simptomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan isrirahat

di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi

penderitaan. Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat

kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein. Obat-obat paten yang beredar di

pasaran ialah antara lain novalgin, ponstan, acet-aminophen dan

sebagainya.3

c. Terapi hormonal

Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat

sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar-

benar dismenore primer, atau untuk memungkinkan penderita

melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan.

Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi

kontrasepsi.3,5

d. Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin

Memegang peranan yang makin penting terhadap dismenore primer.

Termasuk di sini indometasin, ibuprofen, dan naproksen; dalam kurang

lebih 70% penderita dapat disembuhkan atau mengalami banyak

Page 18: KTI BARU SEKALI

18

perbaikan. Hendaknya pengobatan diberikan sebelum haid mulai; 1

sampai 3 hari sebelum haid, dan pada hari pertama haid.3,5

e. Dilatasi kanalis servikalis

Dapat memberi keringanan karena memudahkan pengeluaran darah haid

dan prostaglandin di dalamnya. Neuroktomi prasakral (pemotongan urat

saraf sensorik antara uterus dan susunan saraf pusat) ditambah dengan

neuroktomi ovarial (pemotongan urat saraf sensorik yang ada di

ligamentum infundibulum) merupakan tindakan terakhir, apabila usaha-

usaha lain gagal.3

2.2 Status Gizi

DAFTAR PUSTAKA

Page 19: KTI BARU SEKALI

19

1. Gidul suliawati, 2013. Hubungan umur, paritas dan status gizi dengan

kejadian Dismenore pada wanita usia subur di Gampong Klieng Cot

Aron Kecamatan Baitussalam Aceh besar Tahun 2013

2. Mulastin, 2014. Hubungan status gizi dengan kejadian dismenorea

remaja putri di SMA Islam Al-Hikmah Jepara

3. Hanifa Wiknjosastro, dkk. Buku Ajar Ilmu Kandungan. Edisi II. Jakarta :

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2007

4. Batubara, 2013. Hubungan status gizi dan usia menarche dengan

dismenore primer

5. Mansjoer Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Edisi III. Media

Aesculapius : Jakarta. 2001

6. Repository.usu.ac.id (ndak tauka buat daftar pustakanya ini usu)

No Gejala Kriteria

1 Nyeri perut sebelum atau bersamaan

dengan awal haid

Ya/Tidak

2 Rasa nyeri kejang di area perut bawah

dan menjalar ke pinggang dan paha

Ya/Tidak

3 Rasa mual, muntah, sakit kepala, diare,

iritabilitas, atau gejala lainnya

Ya/Tidak