Kt Tht Ototoksik

3
Diagnosis Diagnosa awal dilakkan dengan anamnesa pasien. Lalu melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik dan penunjang berupa audioloi dasar dan audiologi khusus, dan dibantu dengan CT SCAN, !" untu menegakkan diagnosa tuli sensorineural #ang disebabkan oleh tumor. $ntuk membedakan tuli konduktif dan tuli neurisensorik dibutuhkan audiolo dasar. Audiologi dasar ialah pengetahuan mengenai nada murni , bising, ganngguan pendengaran serta %ara pemeriksaann#a &'oeis, ())(*. Diagnosis Banding Tuli konduktif Tes Penala Normal Tuli +onduktif Tuli sensorineural Tes !inne &* hantaran udara masih terdengar &-* hantaran udara tidak terdengar & * hantaran udara masih terdengar Tes eber Tidak ada lateralisasi Lateralisasi ke telinga #ang sakit Lateralisasi ke tel #ang sehat Tes S%hwaba%h Sama dengan pemeriksa memanjang emendek Meniere Diagnosis eniere / 0ertigo #ang hilang timbul, tinitus, tuli sensorineur rendah, adan#a hidrops endolimfa #ang dibuktikan dengan tes gliserin. Penatalaksanaan Tuli #ang diakibatkan oleh obat 1 obatan ototoksik tidak dapat diobati. ' waktu pemberian obat 1 obat ototoksik terjadi gangguan pada telinga dalam &dapat diketahui se%ara audiometrik*, maka pengobatan dengan obat 1 obata tersebut harus segera dihentikan. 'erat ringann#a ketulian tergantung pad obat, jumlah dan laman#a pengobatan. +erentanan pasien termasuk #ang menderita insufisiensi ginjal dan sifat obat itu sendiri &2+ $", ()33*.

description

KT TOK

Transcript of Kt Tht Ototoksik

DiagnosisDiagnosa awal dilakkan dengan anamnesa pasien. Lalu melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik dan penunjang berupa audioloi dasar dan audiologi khusus, dan dibantu dengan CT SCAN, MRI untuk menegakkan diagnosa tuli sensorineural yang disebabkan oleh tumor.Untuk membedakan tuli konduktif dan tuli neurisensorik dibutuhkan audiologi dasar. Audiologi dasar ialah pengetahuan mengenai nada murni , bising, ganngguan pendengaran serta cara pemeriksaannya (Boeis, 2002).

Diagnosis BandingTuli konduktifTes PenalaNormalTuli KonduktifTuli sensorineural

Tes Rinne(+) hantaran udara masih terdengar(-) hantaran udara tidak terdengar(+) hantaran udara masih terdengar

Tes WeberTidak ada lateralisasiLateralisasi ke telinga yang sakitLateralisasi ke telinga yang sehat

Tes SchwabachSama dengan pemeriksamemanjangMemendek

MeniereDiagnosis Meniere : vertigo yang hilang timbul, tinitus, tuli sensorineural nada rendah, adanya hidrops endolimfa yang dibuktikan dengan tes gliserin.

PenatalaksanaanTuli yang diakibatkan oleh obat obatan ototoksik tidak dapat diobati. Bila pada waktu pemberian obat obat ototoksik terjadi gangguan pada telinga dalam (dapat diketahui secara audiometrik), maka pengobatan dengan obat obatan tersebut harus segera dihentikan. Berat ringannya ketulian tergantung pada jenis obat, jumlah dan lamanya pengobatan. Kerentanan pasien termasuk yang menderita insufisiensi ginjal dan sifat obat itu sendiri (FK UI, 2011).Apabila ketulian sudah terjadi dapat di coba melakukan rehabilitasi antara lain dengan alat bantu dengar (ABD), psikoterapi, auditory tranining, termasuk cara menggunakan sisa pendengaran dengan alat bantu dengar, belajar komunikasi total dengan belajar dengan membaca bahasa isyarat. Pada tuli tuotal bilateral mungkin dapat dipertimbangkan pemasangan impian koklea (Cochlear implant) (FK UI, 2011).

PencegahanBerhubung tidak ada pengobatan untuk utli akibat obat ototoksik, maka pencegahan menjadi lebih penting. Dalam melakukan pencegahan ini termasuk mempertimbangkan penggunaan obat obat ototoksik, menilai kerentanan paisen, memonitor efek samping secara dini, yaitu dengan memperhatikan gejala gejala keracunan telinga dalam yang timbul seperto tinitus, kurang pendengaran dan vertigo (FK UI, 2011).Pada pasien yang menunjukkan mulai ada gejala gejala tersebut harus dihentikan evaluasi audiologik dan menghentikan pengobatan (FK UI, 2011).

PrognosisPrognosis sangat tergantung kepada jenis obat, jumlah dan lamanya pengobatan, kerentanan pasien. Pada umumnya prognosisnya buruk (FK UI, 2011).

Boeis Adam. 2002. Buku Ajar Penyakit THT : Edisi 6. Jakarta : EGC

Efiaty Arsyad Soepardi, Nurbaiti Iskandar, Jenny Bashiruddin, Ratna Dwi Restuti. 2011. Buku Ajar Ilmu kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 6. Jakarta. FK UI