Kromatografi Eksklusi
description
Transcript of Kromatografi Eksklusi
EXCLUSION CHROMATOGRAPHY
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kimia Pemisahan
Dosen : Dr. Sumar Hendayana, M.Sc.
Disusun Oleh :
Irma Rahmawati, S.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
EXCLUSION CHROMATOGRAPHY
A. Prinsip Dasar Kromatografi Eksklusi
Exclusion Chromatography (EC) yang bisa disebut juga Size Exclusion Chromatography
(SEC), Gel Permeation Chromatography (GPC), atau Gel Filtration Chromatography (GFC),
merupakan metode kromatografi yang menggunakan partikel berpori untuk memisahkan
molekul dengan ukuran yang berbeda. Teknik SEC pertama kali ditemukan oleh Grant Henry
Lathe dan Colin R. Ruthven. Teknik ini unik karena proses pemisahannya didasarkan pada
ukuran molekul dari sampel. Molekul besar pada sampel akan dipisahkan dengan molekul yang
kecil dalam sampel.
Pada teknik ini, pengepak adalah suatu gel dengan permukaan berlubang-lubang sangat
kecil (porous) yang inert. Molekul-rnolekul kecil dapat masuk dalam jaringan dan ditahan dalam
fase gerak yang menggenang (stagnat mobile phase). Molekul- molekul yang lebih besar, tidak
dapat masuk kedalam jaringan dan lewat melalui kolom tanpa ditahan. Akibatnya, molekul yang
lebih besar terelusi dari kolom molekul cepat dan lebih kecil kemudian, yang secara efektif
macam molekul berdasarkan ukuran. Ini adalah prinsip pemisahan kromatografi eksklusi
ukuran1.
Gambar A.1 Ilustrasi prinsip dasar kromatografi eksklusi2
Fase diam yang digunakan dapat berupa silica atau polimer yang bersifat berpori (porus),
sehingga solut dapat melewati porus tersebut (lewat diantara partikel), atau berdifusi melalui fase
1 Size Exclusion Chromatography. 2011. http://www.shimadzu.com/an/hplc/support/lib/lctalk/55/55intro.html2 http://en.wikipedia.org/wiki/Size-exclusion_chromatography
1
diam. Sedangkan fase gerak pada kromatografi ini tidak berpengaruh, sehingga pelarut yang
berlainan yang mempunyai daya mensolvasi yang sama menghasilkan hasil yang sama. Sedikit
banyak fase gerak pada kromatografi ekslusi ini serupa dengan gas pada kromatografi gas dalam
hal fungsinya yang hanya sebagai medium netral yang memungkinkan molekul solut memasuki
fase diam3.
1. Pemilihan Kolom
Pemilihan ukuran pori kemasan pada umumnya bergantung pada molekul solut yang
akan dipisahkan. Sering sampel ukurannya sangat beragam (berat molekul berbeda-beda) dan
dengan satu ukuran pori saja tidak memadai untuk memisahkan semua jenis molekul. Beberapa
mungkin dieksklusi seluruhnya dari pori (K=0) dan terelusi sebagai satu puncak dengan volum
mati (V0), sedangkan yang lain berpermeasi ke semua pori (K=1) dan terelusi sebagai satu
puncak dengan volum permeasi total (V0 + Vp). Sedangkan molekul yang lainnya lagi
berpermeasi ke pori secara selektif, bergantung pada ukuran relative dan terelusi dengan volum
retensi (VR) yang dinyatakan oleh persamaan4 ;
VR = V0 + KVp
Oleh karena itu, prinsip kromatografi eksklusi lainnya adalah terjadinya pemisahan molekul
polimer sesuai dengan volume hidrodinamiknya ketika sampel diinjeksikan ke dalam kolom.
Gambar A.2 Kolom Kromatografi Eksklusi Ukuran
Setiap kemasan ekslusi-ruang yang berbeda ukuran porinya mempunyai kurva
kalibrasi sendiri. Batas eksklusi dan rentang kerja berat molekul pada gambar dibawah ini tidak
didefinisikan secara tajam karena distribusi pori kemasan kolom tidak sempit. Distribusi pori
3 Edward L. Johnson dan Robert Stevenson. 1991. Dasar Kromatografi Cair. Jakarta : Penerbit ITB.4 Idem no 3
2
pada kemasan menentukan kemiringan kurva kalibrasi. Jika distribusi pori besar, kurva
mempunyai kemiringan yang tajam. Jadi, rentang kerja berat molekul besar, tetapi akan
menghasilkan daya pisah rendah pada senyawa-senyawanya yang ukuran molekulnya hampir
sama. Jika distribusinya sempit, kurva lebih mendatar, jadi rentang kerja berat molekul akan
lebih kecil, tetapi daya pisah molekul yang ukurannya hampir sama akan meningkat5.
Gambar A3 (a) Kurva kalibrasi dan (b) kromatogramnya untuk kromatografi eksklusi6
Kemasan untuk kromatografi eksklusi dapat dikelompokkan menjadi 3 golongan :
a. Gel Setengah Kaku
Bahan ini biasanya berupa gel yang dipakai dalam pelarut organic, seperti aseton,
tetrahidrofluran, dan sebagainya. Contoh dari golongan ini adalah gel TSK dan gel Styragel
yang digunakan untuk memisahkan cuplikan polimer rumit, seperti karet dan plastic.
Kekurangan utama kemasan partikel besar ini (dp = 35-75 mikrometer) adalah alih massanya
yang rendah. Untuk memperoleh kemasan yang memadai, harus dipakai laju alir yang
rendah, akan tetapi hal ini mengakibatkan waktu analisis yang panjang. Kemasan eksklusi
partikel (dp = 10 mikrometer) telah dikembangkan, sehingga bisa mendorong alih massa
yang cepat dan memungkinkan pemakaian laju alir yang tinggi, sehingga waktu analisis yang
lebih pendek. Partikel kecil dengan pori berukuran kecil meghasilkan daya pisah tinggi, I ni
berarti bahwa berat mokelul yang lebih rendah (1000-100) dapat dipisahkan.7
5 Edward L. Johnson dan Robert Stevenson. 1991. Dasar Kromatografi Cair. Jakarta : Penerbit ITB6 Lloyd R. Snyder, Joseph J. Kirkland. 2010. Introduction To Modern Liquid Chromatography, third Edition. Canada : John Wiley & Sons, Inc.7 Edward L. Johnson dan Robert Stevenson. 1991. Dasar Kromatografi Cair. Jakarta : Penerbit ITB
3
b. Gel Kemasan Kaku
Kemasan ini hampir selalu dibuat dari kaca atau silica. Keuntungan dari kemasan
ini adalah kekuatannya menghilangkan pembatasan laju aliran karena dapat dipakai pada
tekanan tinggi. Pelarut yang digunakan adalah air dan pelarut organic. Kekurangannya adalah
adanya pengaruh absorban yang sering menyulitkan. Namun, harus diperhatikan bahwa
larutan basa dengan pH > 7,5 harus dihindari, karena dapat melarutkan kaca dan silica. 8
c. Gel Lunak
Bahan kemasan ini contohnya adalah dekstran sambung silang dan sephadex.
Kemasan gel lunak menggembung dalam pelarut air, gel ini berguna untuk memisahkan
senyawa yang larut dalam air, yang rentang berat molekulnya 102 – 2,5.107. Fungsi utama
dari gel lunak adalah untuk memisahkan polimer yang larut dalam air. Gel ini banyak dipakai
dalam pencirian atau pengkarakterisasian protein dan enzim. Kekurangan bahan ini dapat
diuraikan oleh bakteri yang dapat menyebabkan hilangnya kinerja kolom, gel lunak tidak
dapat menahan tekanan > 150 psi dan sangat rapuh.9
2. Pemilihan Fase Gerak
Fasa gerak dipilih untuk meminimalisir interaksi solute dengan permukaan
penyangga, memiliki kemurnian yang tinggi, tidak bereaksi dengan fase diam, tercampurkan
dengan komponen system, pelarutnya baik untuk cuplikan, dapat membasahi permukaan
kemasan dan viskositasnya rendah.
8 Edward L. Johnson dan Robert Stevenson. 1991. Dasar Kromatografi Cair. Jakarta : Penerbit ITB9 Idem No 8
4
B. Mekanisme Kromatografi Eksklusi
Buffer dipompa melewati kolom oleh alat yang diatur oleh komputer. Saat campuran
molekul dan ion-ion yang terlarut dalam pelarut diaplikasikan pada ujung atas kolom, molekul-
molekul yang lebih kecil (dan ion) didistribusikan melalui volume pelarut yang lebih besar
daripada yang tersedia untuk molekul besar. Molekul yang lebih kecil dari ukuran pori dapat
masuk ke dalam pori dan karenanya memiliki jalur yang lebih panjang serta waktu transit yang
lebih panjang dibandingkan molekul besar yang tidak dapat memasuki pori. Seluruh molekul
yang lebih besar ukurannya dibandingkan ukuran pori, tidak tertahan dan akan dielusi
bersamaan. Molekul yang dapat masuk ke dalam pori akan memiliki waktu tinggal rata-rata
dalam partikel, yang bergantung dari bentuk serta ukuran molekulnya. Karena itu, molekul besar
bergerak lebih cepat melewati kolom, dan dengan inilah campuran tersebut dapat dipisahkan
menjadi komponen-komponennya. Berikut gambar ilustrasi proses pemisahan dengan
kromatografi ekslusi ukuran ;
Gambar B.1 Ilustrasi Proses Pemisahan dengan menggunakan Kromatografi Eksklusi
5
C. Kekurangan dan Kelebihan Kromatografi Eksklusi
Kromatografi eksklusi memiliki beberapa keuntungan dalam penggunaannya:
1. Pita-pita sempit.
2. Waktu pemisahan pendek, mudah diramalkan.
3. Waktu pemisahan yang cepat dan hasil yang baik.
4. Tidak terjadi kehilangan cuplikan selama reaksi pemisahan.
5. Hanya terjadi sedikit masalah dalam deaktivasi kolom.
6. Frekuensi tajam dan sensitivitas baik.
7. Bebas dari kehilangan sampel, pelarut tidak berinteraksi dengan fase stasioner.
8. Variasi larutan dapat diaplikasikan tanpa menganggu proses filtrasi
Kromatografi eksklusi juga memiliki kelemahan, yaitu :
1. Kapasitas terbatas
2. Tidak dapat digunakan untuk cuplikan yang mempunyai ukuran hampir sama.
3. Prinsip pemisahan tidak seperti kromatografi lain.
Kekurangan yang paling menonjol adalah kapasitas puncak yang terbatas. Ini berarti
hanya ada sedikit pita yang dapat dihubungkan dengan kromatogramtotal, karena kromatogram
cukup pendek semua senyawa terelusi sebelum total. Pada kromatografi eksklusi jarang terlihat
lebih dari enam pita pada satu kromatogram. Ini berarti bahwa kromatografi eksklusi biasanya
tidak dapat memisahkan secara sempurna suatu cuplikan kompleks, tanpa pemisahan lebih lanjut
dengan metode lain.
Kekurangan kedua adalah tidak dapat memisahkan senyawa-senyawa yang mempunyai
ukuran hampir sama. Perbedaan pada kromatografi eksklusi adalah prinsip pemisahan yang
berbeda dengan yang digunakan metode kromatografi lain. Konsep faktor pemisahan α, dan
factor kapasitas k’ tidak bisa digunakan. Susunan fasa gerak juga relative tidak penting pada
kromatografi eksklusi. Pengelompokkan berbagai penggunaan kromatografi eksklusi biasanya
dibagi dalam dua teknik yaitu teknik filtrasi gel (pelarut air) dan kromatografi permeasi gel
(pelarut organik).
6
D. Aplikasi Kromatografi Eksklusi
Aplikasi analitik kromatografi eksklusi meliputi estimasi berat molekul, pemantauan atau
karakterisasi pelipatan dan agregasi protein, dan menentukan interaksi reseptor-ligan. Kecepatan
dan kondisi elusi yang lembut membuat kromatografi eksklusi merupakan metode yang nyaman
untuk proses cepat isolasi biopolimer, dengan perolehan kembali massa yang tinggi dan aktivitas
biologis. Kromatografi eksklusi dapat digunakan terhadap suatu cuplikan yang larut dan
penggunaan utama kromatografi gel biasanya dalam salah satu dari tiga hal ini.
Pertama, kromatografi gel sangat berguna untuk untuk pemisahan spesies dengan berat
molekul tinggi (BM >2000), terutama yang tak terionkan. Selain dari resolusi dari setiap makro
molekuler seperti protein dan asam nukleat, kromatografi gel dapat digunakan untuk
mendapatkan distribusi berat molekul dari polimer sintetis. Kedua, campuran sederhana dapat
dipisahkan secara mudah dengan kromatografi gel, terutama jika penyusun campuran itu
memiliki berat molekul yang sangat berbeda. Untuk hal ini dapat dilakukan dalam jumlah besar.
Ketiga, kromatografi gel sangat cocok untuk kerja awal, pemisahan eksplorasi dari cuplikan yang
tak diketahui. Pemisahan ini memberikan gambaran isi cuplikan, sehingga dapat diketahui
dengan cepat apakah cuplikan itu memiliki berat molekul rendah atau berat molekul tinggi.
Kromatografi eksklusi dapat digunakan untuk analisis campuran molekul dengan berat
molekul yang berbeda seperti pemisahaan rafinosa, maltose, dengan menggunakan sephadex
pada pH 7,0, laju aliran 5 ml/jam dengan H2O sebagai eluen. Pemisahan molekul- molekul
dengan berat molekul sama dapat juga dilakukan dengan pemilihan yang tepat tipe gel dan tinggi
kolomnya. Pengeluaran garam (desalting) adalah salah satu pemisahan yang meliputi
pembebasan garam dan senyawa berberat dengan molekul makro.
Gambar C.1 Kromatogram Ekslusi dari Resin Epoxy
7
o Column: 5 m silica 25 cm x 4.9 mmo Mobile phase: tetrahydrofuran + 1% H2Oo Flow rate: 1 cm3min-1
o Detector: UV absorption, 254 nmo Sample: 1 l Epikote 1001 dalam
tetrahydrofuran (Epikote 1001 adalah resin epoxy sintetis dengan massa molekul relatif rata-rata 900)
Gambar. C.2 dibawah ini menunjukkan penentuan residu pestisida dalam sampel lemak
ayam, dan merupakan contoh bagaimana eksklusi dapat digunakan untuk membersihkan sampel
kompleks. Pertama, sampel bebas pestisida lemak dijalankan pada keadaan kosong, kemudian
yang kosong ini dibubuhi dengan pestisida untuk menentukan volume retensi mereka. Ketika
sampel disuntikkan, eluen yang mengandung pestisida dikumpulkan. Pelarut diuapkan, residu
dilarutkan dalam asetonitril dan pestisida kemudian dipisahkan pada kolom fase terbalik
Gambar C.2 (i) sampel Lemak, kosong dan dibubuhi dengan pestisida (ii) sampel mengandung pestisida Lemak (Kolom: 100 A -styragel (stirena-divinil resin benzena microparticulate), 122 cm x 7,8 mm, Fase
gerak: trichloromethane, Laju alir 2 cm3 min-I, Sampel: 100 l lemak ayam dalam trichloromethane). (iii) pemisahan fasa reverse residu pestisida (Kolom: 10 m C-18, 30 cm x 4 mmFase gerak:
CH3CN/H2O 60:40, laju alir 2 cm3 min-I, Detector: UV penyerapan, 254 nm. Peaks: 1 simazine 2 atrazin 3 propazine).10
10 Sandy, Lindsay. 1987. High Performance Liquid Chromatography Analytical Chemistry by Open Learning. London : John Willey and Sons Inc. Hal 130-132
8