kritisi artikel

5
Paragraf Ilmiah Nafsu makan yang berubah diakibatkan kesehatan gigi dan mulut yang mulai menurun pada lansia akan berdampak negatif bagi lansia.Penurunan produ saliva dan perubahan gigi lansia mengubah kemampuan untuk mengunyah d menyebabkan perubahan dalam pemilihan makanan.Gangguan pada indera pengecap yang menurun serta adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir aka menghilangkan sensitivitas dari syaraf pengecap di lidah terutama rasa manis d asin, serta hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap tentang rasa asam dan yang berpengaruh terhadap nafsu makan pada lansia. Remaja yang mampu menerima keadaan fisiknya, salah satunya adalah bentuk tubuhnya akan cenderung memiliki citra tubuh yang positif. Sed remaja yang merasa tidak puas dengan kondisi fisiknya akan menyebabkan citra tubuh yang negatif. Citra tubuh yang positif dan negatif ini dapat mempengaruh perilaku diet yang dilakukan oleh remaja. eberapa penelitian mengenai faktor! yang mempengaruhi perilaku diet pada remaja dibagi menjadi faktor internal dan eksternal. "aktor internal yang mempengaruhi perilaku diet pada remaja diantar adalah usia, jenis kelamin, massa tubuh, harga diri, citra tubuh, pe tentang diet. "aktor eksternal yang mempengaruhi perilaku diet yaitu faktor ke teman sebaya dan media massa

description

kritisi arikel "Hipertensi Krisis"

Transcript of kritisi artikel

Paragraf IlmiahNafsu makan yang berubah diakibatkan kesehatan gigi dan mulut yang mulai menurun pada lansia akan berdampak negatif bagi lansia.Penurunan produksi saliva dan perubahan gigi lansia mengubah kemampuan untuk mengunyah dan menyebabkan perubahan dalam pemilihan makanan.Gangguan pada indera pengecap yang menurun serta adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir akan menghilangkan sensitivitas dari syaraf pengecap di lidah terutama rasa manis dan asin, serta hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap tentang rasa asam dan pahit yang berpengaruh terhadap nafsu makan pada lansia.

Remaja yang mampu menerima keadaan fisiknya, salah satunya adalah bentuk tubuhnya akan cenderung memiliki citra tubuh yang positif. Sedangkan remaja yang merasa tidak puas dengan kondisi fisiknya akan menyebabkan citra tubuh yang negatif. Citra tubuh yang positif dan negatif ini dapat mempengaruhi jenis perilaku diet yang dilakukan oleh remaja. Beberapa penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku diet pada remaja dibagi menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi perilaku diet pada remaja diantaranya adalah usia, jenis kelamin, massa tubuh, harga diri, citra tubuh, pengetahuan tentang diet. Faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku diet yaitu faktor keluarga, teman sebaya dan media massa

Kritisi Artikel Hipertensi KrisisAnalisa ArtikelPada artikel ini membahas tentang Hipertensi Krisis yang sering terjadi pada UGD.Hipertensi krisis ialah salah satu kegawat daruratan yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah akut dan sering berhubungan dengan gejala sistemik yang merupakan konsekuensi dari peningkatan darah tersebut. Ini merupakan salah satu komplikasi yang sering terjadi pada penderita dengan hipertensi dan harus segera memnutuhkan penanganan untuk mencegah komplikasi yang mengancam jiwa.Pada Klasifikasinya hipertensi krisi dibagi menjadi 4 yaitu hipertensi refrakter,hipertensi akselerasi, hipertensi maligna, dan Hipertensi ensefalopatiHipertensi refrakter biasanya karena respon pengobatan yang tidak memuaskan dan tekanan darah > 200/100mmH, sedangkan pada hipertensi akselerasi biasanya terjadi peningkatan tekanan darah diastolik > 120mmHg disertai dengan kelainan funduskopi dan bila tidak diobati dapat berlanjut ke proses maligna, dan Hipertensi maligna adalah hipertensi dengan tekanan darah diastolik >120-130 mmHg dengan kelainan fundukopi disertai dengan papil edema, Tik, gagal ginjal hingga kematian bila tidak segera mendapatkan pertolongan pengobatan.Untuk Hipertensi ensefalopati biasanya kenaikan darah dengan tiba-tiba dengan disertai keluhan sakit kepala hebat di kepala dan mengakibatkan penurunan kesadaran.Untuk penyebab terjadinya Hipertinsi krisis intinya terdapat perubahan vascular, berupa disfungsi endotel, remodeling, dan arterial striffness.Pada artikel ini juga telah dijelaskan tentang mekanisme autoregulasi yaitu bila tekanan darah turun akan terjadi vasodilatasi, tapi sedangkan bila tekanan darah naik akan terjadi vasokontriksi, pada individu sendiri untuk MAP sekitar 60-70 mmHg, dan Bila MAP turun di bawah batas autoregulasi , maka otak akan mengeluarakan oksigen lebih banyak dari darah untuk kompensasi dari aliran darah yang menurun.Bila mekanisme ini gagal maka akan terjadi iskemia otak dengan tanda seperti mual,mengua pingsan dan sinkop.Pada artikel ini telah dijelaskan tentang penatalaksanaan tentang maing-masing hipertensi yaitu untuk hipertensi Urgensi dan Hipertensi emergensi Penatalaksanaan umumnya dan pemberian obatnya untuk hipertensi urgensi adalah sebagai berikut : Pemberian obat-obatan oral reaksi cepat akan memberi manfaat untuk menurunkan tekanan darah dalam 24 jam awal Mean Arterial Pressure (MAP) dapat diturunkan tidak lebih dari 25%. Pada fase awal standard goal penurunan tekanan darah dapat diturunkan sampai 160/110 mmHg. Penggunaan obat-obatan anti-hipertensi parenteral maupun oral bukan tanpa risiko dalam menurunkan tekanan darah. Pemberian loadingdose obat oral anti-hipertensi dapat menimbulkan efek akumulasi dan pasien akan mengalami hipotensi saat pulang ke rumah. Optimalisasi penggunaan kombinasi obat oral merupakan pilihan terapi untuk pasien dengan hipertensi urgensi. Obat-obatan spesifik untuk hipertensi urgensiCaptopril adalah golongan angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor dengan onset mulai 15-30 menit. Captopril dapat diberikan 25 mg sebagai dosis awal kemudian tingkatkan dosisnya 50-100 mg setelah 90-120 menit kemudian. Nicardipine adalah golongan calcium channel blocker yang sering digunakan pada pasien dengan hipertensi urgensi. Pada penelitian yang dilakukan pada 53 pasien dengan hipertensi urgensi secara random terhadap penggunaan nicardipine atau placebo. Nicardipine memiliki efektifitas yang mencapai 65% dibandingkan placebo yang mencapai 22% (p=0,002). Penggunaan dosis oral biasanya 30 mg dan dapat diulang setiap 8 jam hingga tercapai tekanan darah yang diinginkan. Clonidine adalah obat-obatan golongan simpatolitik sentral (2-adrenergicreceptor agonist) yang memiliki mula kerja antara 15-30 menit dan puncaknya antara 2-4 jam. Dosis awal bisa diberikan 0,1-0,2 mg kemudian berikan 0,05-0,1 mg setiap jam sampai tercapainya tekanan darah yang diinginkan, dosis maksimal adalah 0,7 mg. Efek samping yang sering terjadi adalah sedasi, mulut kering dan hipotensi ortostatik. Sedangkan untuk Penatalaksanaan umum Hipertesi emergensi dan pengobatanya adalah sebagai berikut : Terapi hipertensi emergensi harus disesuaikan setiap individu tergantung pada kerusakan organ target. Manajemen tekanan darah dilakukan dengan obat-obatan parenteral secara tepat dan cepat. Pasien harus berada di dalam ruangan ICU agar monitoring tekanan darah bisa dikontrol dan dengan pemantauan yang tepat. Tingkat ideal penurunan tekanan darah masih belum jelas, tetapi penurunan Mean Arterial Pressure (MAP) 10% selama 1 jam awal dan 15% pada 2-3 jam berikutnya. Penurunan tekanan darah secara cepat dan berlebihan akan mengakibatkan jantung dan pembuluh darah orak mengalami hipoperfusi.

Pada analisis diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi krisis merupakan salah satu kegawatan di bidang neuro-cardiovaskular yang sering dijumpai di instalasi gawat darurat. Hipertensi krisis terdiri dari hipertensi emergensi dan hipertensi urgensi. Keduanya harus ditangani dengan tepat dan segera sehingga prognosisnya terhadap organ target (otak, ginjal dan jantung) dan sistemik dapat ditanggulangi.

Kelebihan Artikel dan Aplikasi KeperawatanPada artikel yang berjudul Hipertensi Krisis ini telah di buat dengan cukup baik. Ini dibuktikan dengan dipenuhinya komponen komponen pada artikel yaitu Judul artikel, Nama Penulis, Intoduction, pembahasan,Hasil Pembahasan, Kesimpulan, dan daftar Pustaka. Pada penulisanya sendiri artikel ini mudah di pahami untuk orang medical sendiri dan gaya penulisanya sudah sistematis. Pada Poin Patofisiologi emergensi sudah tergambarkan dengan baik dan juga pada penatalaksaan juga dijelaskan dengan baik bagaimana langkah-langkah untuk menangani pasien hipertensi Urgensi dan hipertensi emergensi.Pada dasarnya pengaplikasian penatalaksanan pada hipertensi ini sangat baik untuk perawat,karena perawat sendiri akan melakukan tindakan awal untuk melakukan penatalaksanaan ini.Pada artikel ini juga telah dijelaskan obat-obat mana saja yang harus diberikan untuk hipertensi urgensi ataupun hipertensi emergensi. Hal ini sangat cocok untuk tugas perawat sebagai care giver dan Collaborator yaitu dengan melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan dengan klien hipertensi dan melakukan evalusi berdasarkan respon klien terhadapa tindakan perawat, serta melakukan kolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat obatan hipertensi yang telah di jelaskan pada artikel tersebut.

Kekurangan ArtikelDinilai dari segi penulisan artikel ini sudah cukup baik, namun yang perlu di tambahkan pada artikel ini adalah pada isi artikel tersebut. Pada Isi tidak di jelaskan tentang pemeriksaan diagnostik secara spesifik, pada artikel ini hanya menyebutkan pemeriksaan foto thorax, EKG, CT Scan tanpa mengetahui langkah apa yang akan diambil pada saat menghadapi pasien dengan hipertensi.Padahal Pemeriksaan diagnostik adalah sarana pendukung untuk menegakkan diagnosa. Pada Penatalaksaan sebenarnya sudah dijelaskan dengan baik namun ada beberapa poin yang tertinggal anatara lain penejelasan tentang prinsip ABCD, padahal kita ketahui bahwa prinsip ini pada keadaaan emergency pasti dilakukan untuk mengetahui keadaan klien pada saat pemeriksaan aal, dan sangat membantu untuk menegaakan diagnosa.