KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK...

130
KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAKKARYA ELZA PELDI TAHER DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh: Naila Mufidah NIM 109013000054 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

Transcript of KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK...

Page 1: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

KRITIK SOSIAL

DALAM PUISI ESAI “MANUSIA GEROBAK”

KARYA ELZA PELDI TAHER

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN

BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

Naila Mufidah

NIM 109013000054

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

Page 2: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun
Page 3: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun
Page 4: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun
Page 5: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

i

ABSTRAK

Naila Mufidah, 109013000054, “Kritik Sosial dalam Puisi Esai “Manusia

Gerobak” karya Elza Peldi Taher dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa

dan Sastra Indonesia di SMA”, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dosen

Pembimbing: Drs. Jamal D. Rahman, M.Hum.

Penelitian ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana

unsur yang membangun puisi esai “Manusia Gerobak?” 2. Bagaimana kritik sosial

dalam puisi esai “Manusia Gerobak”? 3. Bagaimana implikasi kritik sosial dalam

puisi esai “Manusia Gerobak” terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia

di SMA? Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan unsur yang membangun

puisi esai “Manusia Gerobak”, menjelaskan kritik sosial dalam puisi esai

“Manusia Gerobak”, dan menjelaskan implikasi kritik sosial dalam puisi esai

“Manusia Gerobak” terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif

untuk mendeskripsikan data berupa unsur-unsur pembangun puisi esai dan kritik

sosial yang terkandung dalam puisi esai “Manusia Gerobak” karya Elza Peldi

Taher. Teknik penelitian yang digunakan adalah analisis dokumen yaitu puisi esai

“Manusia Gerobak” karya Elza Peldi Taher dan studi pustaka untuk mencari dan

mengumpulkan literatur yang mendukung penelitian mengenai kritik sosial dalam

puisi esai “Manusia Gerobak” karya Elza Peldi Taher dan implikasinya terhadap

pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA.

Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun puisi esai

“Manusia Gerobak” terdiri dari tema, rasa, nada, amanat, diksi, imajeri, gaya

bahasa, rima, ritme, dan pusat pengisahan. Kritik sosial yang diperoleh berupa

kritik terhadap ketidakpedulian sosial yang dilakukan oleh pemerintah,

masyarakat, dan para pihak pengonversi lahan pertanian. Dari ketiga sasaran kritik

tersebut, pemerintah dipandang sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas

terciptanya permasalahan sosial sebagaimana yang ditampilkan dalam puisi esai

“Manusia Gerobak” karya Elza Peldi Taher. Kritik sosial yang terdapat dalam

puisi esai “Manusia Gerobak” karya Elza Peldi Taher dapat diimplikasikan dalam

pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) di tingkat SMA kelas X semester 2 dalam aspek berbicara

dengan standar kompetensi mengungkapkan pendapat terhadap puisi melalui

diskusi dan kompetensi dasar menghubungkan isi puisi dengan realitas alam,

sosial budaya, dan masyarakat melalui diskusi.

Kata Kunci: Kritik Sosial, Puisi Esai, Manusia Gerobak

Page 6: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

ii

ABSTRACT

Naila Mufidah, 109013000054, “Social Critic of Essay Poem “Manusia Gerobak”

by Elza Peldi Taher and Its Implications to Indonesian Language and Literature

Learning at High Schools”. Supervisor: Drs. Jamal D. Rahman, M. Hum.

The research of this essay poem has research questions: 1. How about the

building elements of essay poem “Manusia Gerobak”? 2. How about social critic

of essay poem “Manusia Gerobak?” 3. How about its implications to Indonesian

language and literature learning at high school? The purposes of this research to

explain the building elements of essay poem “Manusia Gerobak”, to explain

social critic of essay poem “Manusia Gerobak”, and to explain about its

implication to Indonesian language and literature learning at high school.

This research using qualitative method to describe things consist of the

building elements of essay poem and social critic of essay poem “Manusia

Gerobak” by Elza Peldi Taher. This technical research using analyting document

of essay poem “Manusia Gerobak” by Elza Peldi Taher and library study to

collect the supporting literature of this research.

The results of this research are essay poem “Manusia Gerobak” was

building of theme, feel, tone, message, diction, imagery, style, sound, rhythm, and

point of view. Result of social critic can be explainable from critic for goverment,

society, and the conversioner of villages areas. From the three targets of social

critic, goverment is the most responsibilities of the social problems message in

essay poem “Manusia Gerobak” by Elza Peldi Taher. This social critic is relevant

for Indonesian language and literature learning at high school grade X semester 2

based Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) in the sounding aspect with

the standard of competence: explain the argument about poem through class

discussion, and the base competence: related the message of poems with universal

reality, culture, and social through discussion.

Keywords: Social Critic, Essay poem, Manusia Gerobak

Page 7: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

iii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb.

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

memberikan rezeki dan karunia sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi

berjudul Kritik Sosial dalam Puisi Esai “Manusia Gerobak” karya Elza Peldi

Taher dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di

SMA. Selawat serta salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW

beserta kerabat, keluarga, dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Proses penulisan skripsi ini tidak luput dari berbagai hambatan, namun

dapat dilalui berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Nurlena Rifa’i, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;

2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta;

3. Dra. Hindun, M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;

4. Drs. Jamal D. Rahman, M.Hum., selaku dosen pembimbing skripsi

penulis;

5. Rosida Erowati, M.Hum., selaku dosen penguji I skripsi penulis;

6. Novi Diah Haryanti, M.Hum., selaku dosen penguji II skripsi penulis;

7. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah

memberikan ilmu pengetahuan selama perkuliahan;

Page 8: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

iv

8. Keluarga penulis yakni Ayahanda Eman Priyatna, Ibunda Saadaturoja

Irian Ningsih, Zulham Huda, Mutia Muthmainnah, Rino Santosa, dan

Syifa Maulida yang senantiasa mendukung dan memotivasi penulis dalam

proses penulisan skripsi ini;

9. Elza Peldi Taher, penulis puisi esai Manusia Gerobak yang telah

memberikan informasi dan dukungan terhadap penulis;

10. Ihda Auliaunnisa, Nurfayerni Hasan, dan Rahma Zul Prihatini Madrais

yang telah menjadi keluarga penulis selama menetap di Ciputat dan

banyak memberikan bantuan kepada penulis; Anti (Siti Hodijah Haeranti),

Aya (Siti Rokayah), Ochi (Rossita Sevtiyani), dan Dio Mohamad

Nurdiansah yang menjadi orang-orang terdekat bagi penulis dalam berbagi

cerita, pengalaman, dan pengetahuan yang berarti selama ini dan selama

penulisan skripsi ini;

11. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas

partisipasi dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga semua bantuan, bimbingan, ilmu, dan doa yang telah diberikan

mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat dan memberi sumbangsih bagi penelitian di bidang sastra serta bagi

pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Penulis juga berharap adanya saran dan

kritik membangun terhadap karya tulis ini.

Wassalamualaikum wr.wb.

Jakarta, Maret 2014

Penulis

Page 9: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................. i

ABSTRACT ............................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ........................................................................... iii

DAFTAR ISI .......................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................ 4

C. Pembatasan Masalah ....................................................... 4

D. Rumusan Masalah ........................................................... 4

E. Tujuan Penelitian ............................................................ 5

F. Manfaat Penelitian .......................................................... 5

G. Metodologi Penelitian ..................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................... 9

A. Puisi ................................................................................. 9

B. Puisi Esai ......................................................................... 10

C. Unsur-unsur Pembangun Puisi ........................................ 13

D. Pendekatan Mimetik........................................................ 20

E. Kritik Sosial .................................................................... 22

F. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA....... 26

G. Penelitian Yang Relevan ................................................. 28

BAB III PEMBAHASAN PUISI ESAI “MANUSIA GEROBAK” KARYA

ELZA PELDI TAHER ......................................................................... 31

A. Biografi Penulis ............................................................... 31

B. Sinopsis Puisi Esai “Manusia Gerobak” ......................... 32

Page 10: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

vi

C. Unsur-unsur Pembangun Puisi Esai “Manusia Gerobak”

1. Tema .......................................................................... 35

2. Rasa ........................................................................... 35

3. Nada .......................................................................... 37

4. Amanat ...................................................................... 38

5. Diksi .......................................................................... 40

6. Imajeri ....................................................................... 43

7. Gaya Bahasa .............................................................. 48

8. Rima dan Ritme ........................................................ 58

9. Pusat Pengisahan ....................................................... 62

BAB IV KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI “MANUSIA GEROBAK”

KARYA ELZA PELDI TAHER DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA ............ 65

A. Kritik Sosial dalam Puisi Esai “Manusia Gerobak” karya Elza

Peldi Taher ...................................................................... 66

1. Kritik terhadap Pemerintah ....................................... 66

2. Kritik terhadap Masyarakat ....................................... 75

3. Kritik terhadap Pengonversi Lahan Pertanian........... 79

B. Implikasi Kritik Sosial dalam Puisi Esai “Manusia Gerobak”

terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA

......................................................................................... 82

BAB V PENUTUP ............................................................................ 84

A. Simpulan ......................................................................... 84

B. Saran ................................................................................ 86

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ viii

Page 11: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

vii

LAMPIRAN

Lampiran 1: RPP

Lampiran 2: Puisi Esai “Manusia Gerobak” karya Elza Peldi Taher

Lampiran 3: Hasil Wawancara Peneliti dengan Elza Peldi Taher

Gambar 1 : Elza Peldi Taher

Page 12: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sastra sebagai bentuk karya seni tulis yang indah terdiri dari tiga genre

yakni puisi, prosa, dan drama. Tiap genre tersebut memiliki kekhasan tersendiri

yang membuat ketiganya memiliki perbedaan yang signifikan. Prosa misalnya,

memiliki ciri khas adanya bentuk penarasian peristiwa dengan ragam-ragam

instrinsik yang membangunnya seperti penokohan, alur, dan sebagainya. Ada pula

genre puisi yang memiliki kekhasan lain, yakni struktur kata yang digunakan

cenderung padat namun menghasilkan nilai estetika dengan makna yang

mendalam. Terakhir, genre drama yang memiliki ciri khas adanya penaskahan

berupa dialog dan penanda gerak serta berkaitan pula dengan seni pertunjukkan

apabila dipentaskan.

Ketiga genre tersebut tentunya mengalami perkembangan. Perkembangan

puisi misalnya, dapat diamati dengan hadirnya perubahan dari puisi lama menuju

puisi baru. Hal ini bisa dilihat pada perkembangan syair, gurindam, soneta,

maupun puisi baru—yang pada kenyataannya masih belum membebaskan diri

dari nuansa puisi lama. Perkembangan yang bisa dilihat dari puisi-puisi karya

Chairil Anwar misalnya, mendobrak kebaruan puisi Indonesia yang sebelumnya

sarat dengan aturan-aturan mengikat yang ditandai dengan penggunaan rima

teratur, sedangkan apa yang diciptakan oleh Chairil pada saat itu, berusaha

membebaskan kata dari keterikatan bentuk.

Setelah era puisi baru di awal abad 20-an, berkembang berbagai subgenre

puisi di Indonesia seperti puisi pamflet maupun balada oleh WS Rendra, puisi

mantra oleh Sutardji Colzoum Bachri, serta ragam puisi naratif lainnya. Selain itu,

beberapa waktu ke belakang muncul sebuah penamaan baru pada jenis puisi di

Indonesia yakni puisi esai. Puisi esai ini disebut oleh pencetusnya, Denny JA,

sebagai jenis puisi yang memadukan aspek estetik dan juga kognitif—yang mana

Page 13: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

2

penyebutannya terhadap aspek kognitif tersebut ditandai dengan adanya catatan

kaki. Aspek estetik tentu berhubungan dengan karaketeristik yang ada dalam

sebuah puisi, sedangkan dalam puisi esai diwajibkan adanya penambahan catatan

kaki. Penempatan catatan kaki sebenarnya bukanlah hal yang baru dalam

perpuisian Indonesia. Beberapa penyair di Indonesia pernah menghadirkan atau

memanfaatkan catatan kaki dalam puisi yang mereka ciptakan. Catatan kaki pada

puisi esai sengaja ditulis sebagai penjelas realitas kehidupan atau fakta sosial yang

terkait dengan kisah dalam puisi esai tersebut. Realitas yang dihadirkan lewat

catatan kaki itulah yang dimaksud dengan aspek kognitif oleh Denny JA. Kedua

aspek tersebut diakuinya sebagai dua hal penting dalam puisi esai. Tidak ada satu

yang mendominasi atau yang memiliki nilai lebih.

Tujuan dari puisi esai yakni menyampaikan gagasan ataupun tanggapan

terhadap fakta sosial yang terjadi di dalam kehidupan. Salah satu gagasan yang

dihadirkan lewat puisi esai yakni kritik sosial. Kritik sosial tersebut misalnya

ditujukan terhadap permasalahan sosial yang ada seperti ketidakadilan,

penindasan, dan lain sebagainya yang benar-benar terjadi di tengah kehidupan

kita.

Salah satu puisi esai yang hadir setelah puisi esai karya Denny JA berjudul

Atas Nama Cinta adalah puisi esai berjudul “Manusia Gerobak” karya Elza Peldi

Taher. Puisi esai tersebut merupakan salah satu puisi esai karya Elza Peldi Taher

yang dibukukan dengan judul buku yang sama yakni Manusia Gerobak.

Kumpulan puisi esai Manusia Gerobak terdiri dari lima buah puisi esai. Kelima

puisi esai tersebut masing-masing berjudul “Manusia Gerobak”, “Asih Bakar

Diri”, “Catatan Harian Ivon”, “Toga Hakim dan Kotak Amal”, serta “Zaka dan

Tato Gajah”.

Puisi esai “Manusia Gerobak” menggambarkan fenomena sosial di

Indonesia yang didominasi oleh sikap marjinalisasi dan ketidakadilan sebagian

pihak terhadap rakyat miskin. Ketidakadilan tersebut terjadi di berbagai wilayah,

baik pedesaan maupun perkotaan. Dengan pelataran baik tempat, suasana,

maupun waktu yang ada dalam puisi tersebut, menunjukkan bahwa kinerja

Page 14: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

3

pemerintah semakin dipertanyakan dan rasa ketidakpedulian sosial pada

kenyataannya semakin tinggi.

Elza Peldi Taher berusaha mengangkat kisah nyata yang menjadi cerminan

dari kondisi masyarakat pinggiran. Sebutan manusia gerobak yang dipakai

olehnya ditujukan pada para tunawisma yang tetap berjuang untuk bertahan hidup

dengan bermodalkan gerobak. Fenomena manusia gerobak ini dapat ditemukan di

kota-kota besar dengan tingkat ketimpangan sosial yang tinggi. Elza Peldi Taher

ingin menyampaikan kritisisasinya terhadap beberapa pihak melalui satu tragedi

yang menimpa tokoh dalam puisi esainya ini. Puisi esai “Manusia Gerobak”

menyampaikan kritik sosial dengan tambahan informasi yang bisa diperoleh

pembaca lewat catatan kaki yang ditulisnya. Catatan kaki tersebut memberikan

manfaat lain, yakni kesadaran bahwa puisi esai yang diciptakannya tidak hanya

sekadar karya semata, tetapi juga gambaran mengenai kenyataan yang benar-

benar terjadi di tengah kehidupan kita.

Kemunculan puisi esai yang masih terbilang baru membuat jumlah

penelitian terhadap karya-karya berjenis puisi esai belum terlampau banyak.

Beberapa penelitian terhadap puisi esai muncul dalam artikel-artikel di media

massa baik elektronik maupun cetak. Penelitian berupa skripsi dapat menjadi

sumbangsih karya tulis ilmiah dalam mengkaji puisi esai.

Oleh karena itu, akan sangat menarik apabila diadakan penelitian lebih

mendalam terhadap kritik-kritik sosial yang ingin disampaikan lewat puisi esai

“Manusia Gerobak”. Tentu saja pengkajian terhadap kritik-kritik sosial ini

dilakukan setelah memahami terlebih dahulu unsur-unsur yang membangun puisi

esai “Manusia Gerobak”, sehingga bukan hanya pesan kritik sosial yang bisa

diperoleh, melainkan juga menambah pemahaman terhadap apa, bagaimana, dan

tujuan apa yang dimaksudkan dalam puisi esai “Manusia Gerobak”.

Puisi esai dengan pesan-pesan fakta sosialnya seperti kritik sosial tentunya

akan membuka kesadaran bahwa permasalahan sosial yang banyak muncul di

negeri ini perlu mendapat perhatian lebih dan juga tindakan nyata dalam

menanganinya. Tindakan nyata untuk perubahan yang lebih baik tersebut tentunya

diawali oleh kesadaran. Kesadaran inilah yang perlu ditanamkan dan dilatih pada

Page 15: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

4

putra-putri bangsa sejak dini, salah satunya lewat jalur pendidikan. Maka dari itu,

pengkajian terhadap kritik sosial akan memberi sumbangsih penting terhadap

pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dengan menggambarkan realitas

kehidupan sebagai pengalaman yang bisa ditemui sehari-hari. Para pendidik bisa

memberikan warna baru untuk mengembangkan kreativitas pengajaran dalam

memaknai hidup melalui sastra.

Pesan kritik sosial dalam puisi esai “Manusia Gerobak” dapat menjadi

salah satu pilihan bagi siswa untuk mengembangkan pemikiran kritis mereka.

Pembelajaran yang dapat mengembangkan pemikiran kritis tentu mampu

membentuk karakter-karakter unggul pada diri siswa di antaranya sikap toleransi,

peduli, komunikatif, kreatif, dan sebagainya. Hal ini sejalan dengan tujuan

pendidikan di Indonesia yang selalu berusaha dikembangkan agar lebih baik.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang peneliti paparkan sebelumnya,

maka identifikasi masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kurangnya pemahaman terhadap puisi esai.

2. Kurangnya penelitian karya ilmiah terhadap puisi esai.

3. Kurangnya penelitian kritik sosial yang terkandung dalam puisi esai

serta pengimplikasiannya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra

Indonesia di SMA.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah peneliti, maka penelitian ini dibatasi

pada pengkajian terhadap kritik sosial dalam puisi esai “Manusia Gerobak” dan

implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah peneliti, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

Page 16: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

5

1. Bagaimana unsur-unsur yang membangun puisi esai “Manusia Gerobak”?

2. Bagaimana kritik sosial dalam puisi esai “Manusia Gerobak”?

3. Bagaimana implikasi kritik sosial dalam puisi esai “Manusia Gerobak”

terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah peneliti, maka tujuan yang ingin dicapai

dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan unsur yang membangun puisi esai “Manusia Gerobak”.

2. Menjelaskan kritik sosial dalam puisi esai “Manusia Gerobak”.

3. Menjelaskan implikasi kritik sosial dalam puisi esai “Manusia Gerobak”

terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoretis maupun praktis.

1. Manfaat teoretis dimaksudkan bahwa hasil penelitian dapat dijadikan

sebagai pengembangan di bidang sastra dalam mengkaji kritik sosial.

Selain itu, diharapkan dapat memberikan sumbangsih penelitian ilmiah

terhadap kehadiran puisi esai.

2. Manfaat praktis dimaksudkan bahwa hasil penelitian dapat dijadikan

sebagai pengembangan ilmu bahasa dan sastra Indonesia di bidang

pendidikan baik bagi para pendidik dan mahasiswa kependidikan. Hal

tersebut dapat dilihat dari implikasi penelitian ini terhadap pembelajaran

bahasa dan sastra Indonesia di sekolah.

Page 17: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

6

G. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipakai oleh peneliti adalah metode kualitatif.

Metode kualitatif dilakukan dengan cara memanfaatkan cara-cara penafsiran

dengan menyajikannya dalam bentuk deskripsi.1 Tujuan dari penelitian kualitatif

ini adalah untuk menyajikan penafsiran secara sistematis, faktual, dan akurat

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.

Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller pada mulanya

bersumber pada pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan

pengamatan kuantitatif. Pengamatan kuantitatif melibatkan pengukuran

tingkatan suatu ciri tertentu. Untuk menemukan sesuatu dalam

pengamatan, pengamat harus mengetahui apa yang menjadi ciri sesuatu

itu. Untuk itu pengamat mulai mencatat atau menghitung dari satu, dua,

tiga, dan seterusnya. Dengan kata lain, penelitian kuantitatif melibatkan

diri pada perhitungan angka atau kuantitas.

Di pihak lain, kualitas menunjuk segi alamiah yang dipertentangkan

dengan kuantum atau jumlah tersebut. Atas dasar pertimbangan itulah

maka penelitian kualitatif tampaknya diartikan sebagai penelitian yang

tidak mengadakan perhitungan. Secara lebih jelas, penelitian kualitatif

adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara

fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam

kawasannya maupun dalam peristilahannya.2

Dari kajian tentang definisi penelitian kualitatif tersebut, dapat

disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh objek penelitian, misalnya

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara utuh dengan cara

pendeskripsian dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus

yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.3

2. Sumber Data

Sumber data untuk penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah puisi

esai berjudul “Manusia Gerobak” yang menjadi salah satu puisi dalam buku

1Prof. Dr. Nyoman Kutha Ratna, S.U., Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), Cet. 3, h. 46. 2Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda

Karya, 2011), Cet. 29, h.3. 3Ibid., h. 4.

Page 18: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

7

kumpulan puisi esai dengan judul yang sama. Buku kumpulan puisi esai berjudul

Manusia Gerobak ini merupakan karya Elza Peldi Taher yang diterbitkan pada

Januari 2013 oleh PT Jurnal Sajak, Depok, Indonesia.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah:

1. Teknik inventarisasi

Dalam teknik ini peneliti mengumpulkan beberapa judul puisi esai.

2. Teknik baca simak

Dalam teknik ini peneliti membaca, menelaah, memahami puisi-puisi

tersebut, dan mengidentifikasikan pesan dari setiap puisi tersebut.

3. Teknik pencatatan

Dalam teknik ini peneliti mencatat hal-hal penting yang mendukung

pesan dari setiap puisi tersebut dan menentukan satu pesan yang diteliti

dalam puisi esai yang terpilih, yakni kritik sosial dalam puisi esai

“Manusia Gerobak” karya Elza Peldi Taher.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dilakukan peneliti adalah:

1. Data dibaca

Peneliti melakukan pembacaan teks sastra secara terus menerus dan

bolak balik dari awal hingga akhir hingga memahami isi puisi esai

dalam puisi esai “Manusia Gerobak” karya Elza Peldi Taher.

2. Data ditandai

Setelah melakukan pembacaan, peneliti menandai hal-hal yang

berhubungan langsung dengan penelitian yang dipilih, yakni mengenai

unsur pembangun puisi esai dan kritik sosial yang terkandung dalam

puisi esai “Manusia Gerobak” karya Elza Peldi Taher.

Page 19: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

8

3. Data dikelompokkan

Setelah melakukan penandaan, peneliti mengelompokkan data

berdasarkan unsur pembangun puisi esai dan kritik sosial dalam puisi

esai “Manusia Gerobak” karya Elza Peldi Taher.

4. Data dianalisis

Setelah melakukan pengelompokkan, peneliti menganalisis data terkait

kritik sosial yang terkandung dalam puisi esai “Manusia Gerobak”

karya Elza Peldi Taher. Setelah menganalisis kritik sosial tersebut,

peneliti menjabarkan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan

sastra Indonesia di SMA.

5. Penyajian

Setelah data dianalisis, peneliti menyajikan uraian mengenai unsur

pembangun puisi esai dan kritik sosial dalam puisi esai “Manusia

Gerobak” karya Elza Peldi Taher dan implikasinya terhadap

pembelajaran bahasa dan sastra di SMA.

6. Data disimpulkan

Setelah melakukan penyajian, peneliti menyimpulkan hasil penelitian

mengenai unsur pembangun puisi esai dan kritik sosial dalam puisi

esai “Manusia Gerobak” karya Elza Peldi Taher dan implikasinya

terhadap pembelajaran bahasa dan sastra di SMA.

Page 20: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

9

BAB II

LANDASAN TEORI

Pemaparan mengenai landasan teori yang menjadi fondasi dalam

menganalisis penelitian tentu amat diperlukan. Landasan teori berguna agar

penelitian tetap berada pada jalur sistematika ilmiah dan terhindar dari kekeliruan

dalam pembuatan karya ilmiah. Maka dari itu, sangat penting untuk memaparkan

terlebih dahulu teori-teori yang menjadi landasan sebelum isi penelitian disajikan.

Teori-teori yang menjadi landasan dalam penelitian terhadap kumpulan puisi esai

“Manusia Gerobak” ini dapat dipaparkan sebagai berikut.

A. Puisi

Sebagai salah satu genre sastra, puisi merupakan suatu karya yang

memiliki nilai estetika yang tinggi. Melalui puisi, ekspresi pengalaman batin

(jiwa) penyair mengenai kehidupan manusia, alam, dan Tuhan sang pencipta

disampaikan dengan media bahasa yang estetik secara padat dan utuh.1 Meskipun

bermain dengan kata, puisi tetaplah berbeda dengan prosa, sebagaimana

penjelasan berikut ini, poetry squeezes meaning into a small number of words and

lines, while prose is often longer and looser.2 Dari pernyataan tersebut, dapat

dijelaskan bahwa puisi merupakan bangunan kata-kata yang padat. Hal tersebut

tentu saja berbeda dengan prosa yang memanfaatkan banyak kata dalam

penarasiannya.

Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poeima

„membuat‟ atau poeisis „pembuatan‟, dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau

poetry. Puisi diartikan „membuat‟ dan „pembuatan‟ karena lewat puisi pada

dasarnya seseorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri, yang mungkin berisi

1Widjojoko dan Endang Hidayat, Teori dan Sejarah Sastra, (Bandung: UPI Press, 2006),

h. 51. 2Cosmo F. Ferrara dkk., Introducing Literature, (New York: Glencoe/ McGraw-Hill

Educational Division, 1991), h. 73.

Page 21: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

10

pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah.3

Sedangkan dalam Kamus Istilah Sastra, puisi diartikan sebagai (1) ragam sastra

yang bahasanya terikat oleh rima dan tata puitika yang lain; (2) gubahan dalam

bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam

kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat

penataan bunyi, irama, dan makna khusus; (3) sajak.4

Teori lain mengenai puisi yakni teori yang dipaparkan oleh Hudson

sebagaimana berikut ini.

...puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-

kata sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi,

seperti halnya lukisan yang menggunakan garis dan warna dalam

menggambarkan gagasan pelukisnya.5

Selain itu, Slamet Mulyana menyebutkan bahwa puisi adalah,

...sintesis dari berbagai peristiwa bahasa yang tersaring semurni-

murninya dan berbagai proses jiwa yang mencari hakikat pengalamannya,

tersusun dengan sistem korespondensi dalam salah satu bentuk.6

Waluyo mengemukakan pendapatnya mengenai puisi sebagai berikut.

...bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan

penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan struktur

fisik dan struktur batinnya.7

Dari beberapa penjelasan diatas, disimpulkan bahwa puisi merupakan

susunan kata-kata pilihan yang tajam dan murni sehingga tercipta padanan kata

yang padat serta indah sebagai gambaran dari perasaan yang kuat dan bersifat

imajinatif bahkan mewakili pengalaman kehidupan.

B. Puisi Esai

Denny JA yang tampil dengan karyanya Atas Nama Cinta,

memperkenalkan puisi esai sebagaimana yang diakuinya sebagai medium yang

tak lazim dari ekspresi kisah yang berangkat dari fakta sosial. Ia bukan esai dalam

format biasa, seperti kolom, editorial, atau paper ilmiah. Namun, ia bukan juga

3Drs. Aminuddin, M.Pd., Pengantar Apresiasi Sastra, (Yogyakarta: Sinar Baru, 1987), h.

134. 4Abd. Zaidan dkk, Kamus Istilah Sastra, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Cet. 3, h. 160.

5Aminuddin, op. cit., h. 134.

6Atar Semi, Anatomi Sastra, (Padang: Angkasa Raya, 1988), h. 93.

7Dr. Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: Grassindo, 2008), h. 108.

Page 22: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

11

puisi panjang atau prosa liris.8 Denny JA menjelaskan bahwa puisi esai bukan

puisi yang lazim karena terdapat catatan kaki mengenai data dan fakta di sana dan

di sini, serta panjang dan berbabak. Ia juga bukan esai yang lazim karena

dituliskan dengan larik, puitik, dan lebih mengeksplor sisi batin.9

Penjelasan lebih lanjut mengenai puisi esai oleh Denny JA adalah sebagai

berikut. Pertama, puisi esai mengeksplor sisi batin individu yang sedang berada

dalam sebuah konflik sosial. Jika Budi jatuh cinta kepada Ani, itu saja belum

cukup untuk menjadi sebuah puisi esai. Topik itu hanya menjadi puisi esai, jika

kondisinya diubah menjadi: Budi jatuh kepada Ani, tapi mereka berbeda agama,

atau berbeda kasta, atau berbeda kelas sosialnya sehingga menimbulkan satu

problema dalam komunitas tertentu. Ayah dan anak yang saling bertengkar saja

tak cukup untuk menjadi bahan sebuah puisi esai. Untuk menjadi puisi esai, kasus

ayah dan anak itu harus masuk dalam sebuah setting sosial. Misalnya sang ayah

pembela Orde Baru, sementara anaknya pembela Orde Reformasi. Mereka saling

menyayangi namun harus berhadapan frontal karena memilih jalan politik yang

saling bertentangan.10

Kedua, puisi esai menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Semua

perangkat bahasa seperti metafor, analogi, dan sebagainya justru bagus untuk

dipilih. Namun, diupayakan anak SMA sekalipun cepat memahami pesan yang

hendak disampaikan puisi. Puisi Chairil Anwar atau Rendra dapat dijadikan

referensi dalam berbahasa. Puisi juga adalah medium komunikasi. Prinsip puisi

esai, semakin sulit puisi itu dipahami publik luas, semakin buruk puisi itu sebagai

medium komunikasi penyair dan dunia di luarnya. Jika kisah itu ditulis dalam

bahasa yang sulit, walaupun dengan atas nama “pencapaian estetik bahasa”, ia

melawan spirit puisi esai. Sejak awal puisi esai justru ingin mengembalikan puisi

agar mudah dipahami publik luas. Pencapaian estetik tidak harus dengan bahasa

8Denny Januar Ali, Atas Nama Cinta, (Jakarta: Renebook, Cet-1, 2012), h. 11.

9Ibid, h. 12.

10Ibid, h. 12.

Page 23: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

12

yang sulit. Jika bahasanya sulit dipahami itu bukan pencapaian estetik tapi

ketidakmampuan penyair berkomunikasi dengan baik.11

Ketiga, puisi esai adalah fiksi. Boleh saja puisi esai itu memotret tokoh riel

yang hidup dalam sejarah. Namun realitas itu diperkaya dengan aneka tokoh fiktif

dan dramatisasi. Yang dipentingkan oleh puisi esai adalah renungan dan

kandungan moral yang disampaikan lewat sebuah kisah, bukan semata potret

akurat sebuah sejarah. Puisi esai memang bukan biografi atau potongan sejarah

objektif.12

Keempat, puisi esai tidak hanya lahir dari imajinasi penyair tapi hasil riset

minimal realitas sosial. Ia merespon isu sosial yang sedang bergetar di sebuah

komunitas, apapun itu. Isu sosial yang direkam bisa soal diskriminasi,

pembaharuan agama, kemiskinan, huru hara, dan seribu isu lainnya. Walau puisi

esai itu fiksi, tapi ia diletakan dalam setting sosial yang benar. Catatan kaki

menjadi sentral dalam puisi esai. Catatan kaki itu menunjukkan bahwa fiksi ini

berangkat dari fakta sosial. Jika pembaca ingin tahu lebih detail soal fakta sosial

itu bisa mengeksplor lebih detail melalui catatan kaki. Fungsi catatan kaki tidak

sekedar asesori atau gaya saja, tapi bagian sentral puisi esai. Sejak awal puisi esai

ini memang menggabungkan fiksi dan fakta. Unsur fakta dalam puisi esai itu

diwakili oleh catatan kaki tersebut.13

Kelima, puisi esai berbabak dan panjang. Pada dasarnya puisi esai itu

adalah drama atau cerpen yang dipuisikan. Dalam sebuah puisi esai, selayaknya

tergambar dinamika karakter pelaku utama atau perubahan sebuah realitas

sosial.14

Jika dikuantifikasi, puisi esai ini harus diwujudkan minimal dengan

tulisan 10.000 karakter.15

Namun tentu saja kelima kriteria itu bukanlah sejenis

hukum agama yang berdosa jika seseorang membuat sebuah puisi esai. Ketika

11

Denny Januar Ali. “Puisi Esai: Apa dan Mengapa?” dalam Acep Zamzam Noor (ed),

Puisi Esai: Kemungkinan Baru Puisi Indonesia (Depok: Jurnal Sajak, 2013), h. 40. 12

Ibid, h. 41. 13

Ibid, h. 41. 14

Ibid, h. 42. 15

Ibid, h. 43.

Page 24: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

13

sebuah “movement” dan genre ingin dikemas, tak terhindari harus ada garis batas

yang memisahkan “what is” dengan “what is not”. Kelima kriteria itu adalah

“what is”.16

Puisi esai hanya satu variasi saja dari aneka bentuk puisi yang sudah

ada dan yang akan ada. Ia tidak diklaim lebih superior atau inferior. Ia juga tidak

dimaksudkan untuk mendominasi apalagi menyeragamkannya.17

Dari penjelasan

Denny JA tersebut, disimpulkan bahwa puisi esai adalah bentuk pengekspresian

suatu kisah fiksi yang bersumber dari realitas sosial yang disusun secara

komunikatif, panjang, berbabak, serta memiliki catatan kaki sebagai penjelas

realitas sosial.

C. Unsur-unsur Pembangun Puisi

Bangun struktur puisi menurut Aminuddin adalah unsur pembentuk puisi

yang dapat diamati secara visual. Unsur tersebut meliputi (1) bunyi, (2) kata, (3)

larik atau baris, (4) bait, dan (5) tipografi. Bangun struktur disebut sebagai salah

satu unsur yang dapat diamati secara visual karena dalam puisi juga terdapat

unsur-unsur yang hanya dapat ditangkap lewat kepekaan batin dan daya kritis

pikiran pembaca. Unsur tersebut pada dasarnya merupakan unsur yang

tersembunyi di balik apa yang diamati secara visual. Unsur yang tersembunyi di

balik bangun struktur disebut dengan istilah lapis makna.18

Lapis makna yang

disebut oleh Aminuddin tersebut berorientasi pada pembagian lapis makna dari

I.A. Richards, dengan pertimbangan bahwa pengidentifiksian pembagian lapis

makna menurut I.A. Richards tersebut lebih mudah.19

Paparan lebih lanjut tentang

pembagian lapis makna menurut I.A. Richards itu adalah sense, subject matter,

feeling, tone, totalitas makna, dan tema.20

Pendapat lain mengenai unsur pembangun puisi yakni sebagaimana yang

disampaikan oleh Marjorie Boulton berikut ini.

...tidak mungkin untuk membedakan bentuk fisik dengan bentuk

mental secara komplit karena kedua bentuk itu berinterrelasi satu dengan

yang lain. Bentuk fisik puisi mencakup penampilannya di atas kertas

16Ibid, h. 43.

17Ibid, h. 43.

18Aminuddin, op. cit., h. 136.

19Aminuddin, op.cit., h. 150.

20Aminuddin, op.cit., h. 150.

Page 25: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

14

dalam bentuk nada dan larik puisi: termasuk ke dalamnya irama, sajak,

intonasi, pengulangan, dan perangkat kebahasaan lainnya. Bentul mental

terdiri dari tema, urutan logis, pola asosiasi, satuan arti yang

dilambangkan, dan pola-pola citra dan emosi.21

Bentuk fisik dan mental

sebuah puisi pada dasarnya dapat pula dilihat sebagai satu kesatuan yang

terdiri dari tiga lapisan. Pertama, lapisan bunyi, yakni lapisan lambang-

lambang bahasa sastra. Lapisan pertama inilah yang kita sebut sebagai

bentuk fisik puisi. Kedua, lapisan arti, yakni sejumlah arti yang

dilambangkan. Ketiga, lapisan tema, yakni suatu “dunia” pengucapan

karya sastra, sesuatu yang menjadi tujuan penyair, atau suatu efek tertentu

yang didambakan penyair. Lapisan arti dan tema inilah yang dapat

dianggap sebagai bentuk mental sebuah puisi.22

Menurut Widjojoko dan Endang Hidayat, puisi sebagai salah satu karya

kreatif yang diwujudkan dalam bentuk bahasa, mempunyai unsur-unsur yang

dapat ditelusuri. Unsur yang tergolong unsur intrinsik puisi itu adalah: (1) tema,

(2) rasa, (3) nada, (4) amanat, (5) diksi, (6) imajeri, (7) pusat pengisahan, (8) gaya

bahasa, (9) ritme, dan (10) rima.23

Menurut Siswanto, unsur pembangun puisi terdiri dari bentuk struktur fisik

puisi dan struktur batin puisi. Bentuk dan struktur fisik puisi sering disebut

metode puisi. Bentuk dan struktur fisik puisi mencakup (1) perwajahan puisi

(tipografi), (2) diksi, (3) pengimajian, (4) kata konkret, (5) majas atau bahasa

figuratif, dan versifikasi (rima, ritme, dan metrum).24

Terkait dengan struktur

batin puisi, Siswanto seperti halnya Aminuddin memaparkan teori yang

dikemukakan oleh I. A. Richards.

...struktur batin puisi terdiri atas empat unsur: (1) tema; makna (sense), (2)

rasa (feeling), (3) nada (tone), dan (4) amanat; tujuan; maksud

(intention).25

Dari beberapa teori yang dibangun untuk menentukan unsur-unsur

pembangun sebuah puisi, terdapat penjelasan dari Widjojoko dan Endang Hidayat

mengenai sepuluh unsur pembangun puisi yakni tema, rasa, nada, amanat, diksi,

imajeri, pusat pengisahan, gaya bahasa, ritme, dan rima. Adanya pusat pengisahan

sebagai salah satu unsur pembangun puisi tersebut dapat mempermudah penelitian

21

Semi, op. cit., h. 107. 22

Semi, op. cit., h. 108. 23

Widjojoko, op. cit., h. 61. 24

Siswanto, op. cit., h. 113. 25

Siswanto, op. cit., h. 124.

Page 26: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

15

terhadap unsur pembangun puisi esai, sehingga penjelasan Widjojoko dan Endang

Hidayat tersebut dapat dijadikan sebagai landasan teori dalam penelitian ini.

Penjelasan lebih mendalam mengenai kesepuluh unsur tersebut dapat

dipaparkan sebagai berikut.

1) Tema

Tema adalah ide atau gagasan yang menduduki tempat utama di dalam

cerita. Penyair mengemukakan pokok persoalan di dalam puisinya. Pokok

persoalan itu mungkin disampaikan secara langsung mungkin juga secara

tidak langsung. Tema atau pokok persoalan hanya terdapat pada satu puisi.

jadi tidak bisa ada satu puisi mengandung dua tema betapa pun

panjangnya puisi tersebut.26

2) Rasa

Rasa disebut juga arti emosional. Dalam menghadapi suatu persoalan,

seorang penyair selain tersentuh secara rasional ia tersentuh dan terlibat

secara emosional. Ketika ia melihat suatu obyek, ia bisa saja merasa sedih

atau merasa heran. Makna emosional seperti itulah yang disebut dengan

rasa.27

3) Nada

Nada dalam puisi dapat ditangkap dari sikap penyair lewat intonasi puisi

tersebut. Penyair dapat terlihat menggurui, mencaci, merayu, merengek,

menyindir, mengajak, dan sebagainya terhadap pembaca atau

pendengarnya.28

4) Amanat

Amanat merupakan pesan-pesan yang ingin disampaikan pengarang

kepada pembaca, pendengar, atau penonton. Di dalam satu puisi bisa

terdapat beberapa amanat. Amanat ada yang diungkapkan secara langsung

ada juga yang terselubung. Melalui amanat inilah, penyair menyampaikan

sesuatu kepada pembaca. Mungkin ia mengharapkan pembaca marah,

benci, menyenangi sesuatu atau berontak dan berbuat sesuatu. Barangkali

26

Widjojoko, op.cit., h. 61. 27

Widjojoko, op.cit., h. 61. 28

Widjojoko, op.cit., h. 61.

Page 27: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

16

juga penyair mengharapkan kita merenung dan menjadi bijak setelah

membaca puisi. itulah yang disebut amanat yang kadang-kadang juga

disebut pemecahan persoalan yang dikemukakan dalam tema.29

5) Diksi (Pilihan Kata)

Diksi atau pilihan kata di dalam puisi merupakan hal yang penting karena

keberhasilan puisi dicapai dengan mengintensifkan pilihan kata. Puisi-

puisi modern mencari kekuatan pada diksi yang tepat karena makna dan

keindahan puisi dibangun oleh seni kata. Seni kata merupakan pengalaman

batin atau jiwa ke dalam kata-kata yang indah. Setiap kata yang digunakan

dalam cipta sastra mengandung napas penciptanya, berisi jiwa dan

perasaan pikiran penyairnya. Kata merupakan unsur integral dan esensial

dalam puisi. Penggunaan kata-kata yang tepat oleh penyair akan

menunjukkan kemampuan intelektualnya dalam melukiskan sesuatu.30

Contoh diksi dapat dilihat dalam puisi esai “Toga Hakim dan Kotak

Amal” karya Elza Peldi Taher seperti berikut ini.

Kakek telah berpindah tinggal

Jauh dari rumah majikannya yang pengusaha permata

Bahkan, melintas batas kota

Menikmati hari tua

Bercengkerama bersama anak-cucu31

Diksi „batas‟ menunjukkan wilayah paling luar dari sebuah kota. Diksi

„batas‟ yang diawali dengan kata „melintas‟ menunjukkan tokoh „kakek‟

berpindah ke luar kota.

6) Imajeri

Imajeri atau daya bayang ialah suatu kata atau kelompok kata yang

digunakan utnuk mengungkapkan kembali kesan-kesan pancaindra dalam

jiwa kita. Berdasarkan indra yang dikenai rangsang, maka imajeri dapat

dikelompokkan menjadi imajeri pandang, imajeri dengar, dan imajeri

kecap.32

29

Widjojoko, op.cit., h. 61. 30

Widjojoko, op.cit., h. 61. 31

Elza Peldi Taher, Manusia Gerobak, (Depok: Jurnal Sajak, 2013), h. 125. 32

Widjojoko, op.cit., h. 62.

Page 28: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

17

Contoh imajeri yang berasal dari kesan pancaindra tersebut dapat dilihat

pada puisi esai “Zaka dan Tato Gajah” karya Elza Peldi Taher dengan

penjabaran seperti berikut ini.

a. Imajeri pandang:

Tiba-tiba mata Zaka membelalak33

b. Imajeri dengar:

Hanya ada nyinyir dan cibir34

7) Pusat Pengisahan

Pusat pengisahan atau titik pandang (point of view) yaitu cara

penyampaian cerita, ide, gagasan, atau kisahan cerita. Puisi yang

mencakup siapa yang berbicara dan kepada siapa ditujukan (ia

berbicara).35

Contoh penggunaan sudut pandang dapat ditunjukkan dalam puisi esai

“Toga Hakim dan Kotak Amal” karya Elza Peldi Taher berikut ini.

Lega hatiku

Kembali ke rumah mungil

Di kaki bukit Ciragil

Dalam kehangatan anak-istri

Tiada bara kayu bakar

Tiada darah hitam pekat.36

Bait tersebut menunjukkan penggunaan sudut pandang orang pertama

(aku) sebagai pelaku utama dalam cerita dan kisahan berpusat pada tokoh

„aku‟ tersebut.

8) Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara

khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis atau pemakai

bahasa. Gaya bahasa digunakan oleh penyair untuk mencapai efek tertentu

misalnya mengintensifkan makna. Gaya bahasa umpamanya repetisi,

33

Taher, op. cit., h. 140. 34

Taher, op. cit., h. 139. 35

Widjojoko, op.cit., h. 62. 36

Taher, op. cit., h. 134.

Page 29: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

18

pararelisme, perumpamaan, metafora, personifikasi, dan sebagainya.

Gaya-gaya bahasa itu sering digunakan oleh penyair.37

Penjelasan mengenai macam-macam gaya bahasa tersebut sebagai berikut.

a. Repetisi merupakan cara yang ditempuh dengan menunggunakan gaya

perulangan. Dengan mengulang bagian-bagian tertentu, diharapkan

bagian tersebut lebih mendapat perhatian, lebih ditekankan, dan lebih

jelas maknanya. Bermacam-macam ragam pengulangan: ada

pengulangan penuh, arti, kata, frasa, atau kalimat itu diulang

sepenuhnya, tanpa ada bagian yang hilang atau ditambah; ada pula

pengulangan sebagian, artinya frasa, ungkapan, atau kalimat yang

diulang itu hanya sebagian saja. Ditinjau dari posisi atau letak bagian

yang diulang itu pun bermacam-macam: ada pengulangan yang

terletak dalam satu baris, ada yang terletak pada baris yang berlainan,

ada yang terletak dalam satu bait, dan ada pula perulangan yang

beruntun, dan sebagainya. Contoh repetisi sebagai berikut.

KUPANGGILI NAMAMU

(Rendra)

...

Apakah engkau juga menjadi masa silamku?

Kupanggili namamu

Kupanggili namamu38

b. Paralelisme (penjajaran) merupakan penggunaan kata yang sama

artinya, seperti: halus lembut

Dapat pula menggunakan penjajaran kata-kata yang bebeda artinya

atau berlainan sifatnya, misalnya:

“Kujelajahi bumi dan alis kekasih” (Sitor Situmorang)

Penjajaran kata-kata semacam ini untuk mendapatkan efek puitis dan

intensitas makna.39

37

Widjojoko, op.cit., h. 62. 38

Semi, op.cit., h. 129. 39

Semi, op.cit., h. 124.

Page 30: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

19

c. Perumpamaan merupakan perbandingan biasa yang menggunakan

kombinasi kata-kata yang menunjukkan benda-benda, perbuatan,

keadaan, dan sebagainya yang senapas, selingkungan, atau sejenis,

serta mempunyai sifat yang sama sebagai perbandingan.40

Perbedaan

perumpamaan dengan metafora hanyalah ditentukan oleh ada tidaknya

penggunaan kata-kata yang secara langsung berfungsi membandingkan

antara satu objek dengan objek yang lain. Perkataan yang berfungsi

demikian adalah bagai, seperti, laksana, macam, bak, seumpama.

“Wajahnya seperti bulan purnama” adalah perumpamaan. Bila kata

„seperti‟ dihilangkan, maka ungkapan itu menjadi:

“Wajahnya bulan purnama” ungkapan ini merupakan metafora.41

d. Metafora yakni pengucapan yang berhubungan dengan perbandingan

langsung, atau memindahkan sifat benda yang satu menjadi sifat benda

yang lain, misalnya:

TANAH AIR

(Ajip Rosidi)

Seorang putri cantik tidur

Rambutnya indah sepanjang katulistiwa membujur

...42

e. Personifikasi yaitu suatu cara pengimajian dengan memberikan sifat-

sifat manusia kepada benda mati, misal:

LAHIR SAJAK

(Subagio Sastrowardojo)

Malam yang hamil oleh benihku

Mencampakkan anak sembilan bulan

ke lantai bumi.

...43

9) Rima atau sajak

40

Semi, op.cit., h. 127. 41

Semi, op.cit., h. 128. 42

Semi, op.cit., h. 125. 43

Semi, op.cit., h. 126.

Page 31: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

20

Rima atau sajak adalah persamaan bunyi. Persamaan bunyi bisa terjadi di

awal, tengah, atau akhir. Pada puisi lama, rima akhir sangat teratur,

misalnya dalam pantun (a-b-a-b), syair (a-a-a-a). Di dalam puisi modern,

rima tidak seteratur puisi lama. Walaupun demikian, bukan berarti tidak

berirama. Puisi modern pun menggunakan rima, hanya tidak berpola

seperti dahulu. Rima digunakan secara bebas sesuai dengan ekspresi yang

diinginkan penyair.44

Contoh rima dengan persamaan bunyi akhir a-a-a-a dapat ditunjukkan

dalam puisi esai “Toga Hakim dan Kotak Amal” karya Elza Peldi Taher

berikut ini.

Rasa keadilan terkoyak

Ingin rasanya berontak

Pada sistem yang retak

Nurani yang nihil watak45

10) Ritme

Ritme atau irama adalah totalitas tinggi rendahnya suara, panjang pendek,

dan cepat lambatnya suara saat membaca puisi. Ritme di dalam puisi

dibentuk oleh pengaturan larik, jumlah suku kata, dan pengaturan bunyi.

Di dalam puisi yang baik, ritme itu dapat memberi gambaran yang intensif

tentang nada, rasa, dan tema.46

D. Pendekatan Mimetik

Penelitian dalam skripsi ini menggunakan pendekatan mimetik untuk

melihat bagaimana kaitan karya dengan kenyataan yang ada. Pendekatan ini akan

sangat relevan dengan penelitian terhadap kritik sosial yang dapat dilihat pada

puisi esai “Manusia Gerobak”. Pendekatan mimetik itu sendiri dapat dijelaskan

berdasarkan pendapat Abrams sebagaimana penjelasan berikut ini.

Pendekatan mimetik adalah pendekatan kajian sastra yang

menitikberatkan kajiannya terhadap hubungan karya sastra dengan

44

Wijojoko, op.cit., h. 62. 45

Taher, op. cit., h. 129. 46

Widjojoko, op.cit., h. 62.

Page 32: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

21

kenyataan di luar karya sastra. Pendekatan ini memandang karya sastra

sebagai imitasi dari realitas.47

Kajian semacam ini dimulai dari pendapat Plato tentang seni. Plato

berpendapat bahwa seni hanya dapat meniru dan membayangkan hal-hal yang ada

dalam kenyataan yang tampak. Ia berdiri di bawah kenyataan itu sendiri. Wujud

yang ideal tidak bisa terjelma langsung dalam karya seni. Ini ada kaitannya

dengan pandangan Plato mengenai tataran tentang Ada. Yang nyata secara mutlak

hanya yang Baik. Derajat kenyataan semesta tergantung pada derajat

kedekatannya terhadap Ada yang abadi. Dunia empirik tidak mewakili kenyataan

yang sungguh-sungguh, hanya dapat mendekatinya lewat mimetik, peneladanan,

pembayangan, atau peniruan. Bagi Plato tidak ada pertentangan antara realisme

dan idealisme dalam seni. Seni yang terbaik lewat mimetik. Seni yang baik harus

truthful, benar. Seniman harus modest, rendah hati. Bagi Aristoteles, seniman

tidak meniru kenyataan, manusia, dan peristiwa sebagaimana adanya. Seniman

menciptakan dunianya sendiri. Apa yang terjadi dalam ciptaan seniman masuk

akal dalam keseluruhan dunia ciptaan itu. Pada Abad Pertengahan, pendapat

bahwa seni harus seperti alam menjadi pandangan umum. Hal ini ada kaitannya

dengan anggapan tentang hubungan manusia dengan Tuhan. Ciptaan manusia

hanya meneladani ciptaan Tuhan yang mutlak dan indah.48

Pandangan bahwa setiap karya sastra itu mencerminkan masyarakat dan

zamannya pada umumnya dianut oleh kritikus akademik. Pandangan ini, semata-

mata sering muncul dalam penelitian berupa skripsi, tesis, disertasi, dan sejumlah

penelitian kecil. Penelitian tersebut berusaha mengungkap karya sastra tertentu,

terutama novel karya penulis terkenal, untuk melihat refleksi masyarakat di

dalamnya. Bahkan, kadang-kadang ada yang mencoba merelevansikan dengan

zaman yang sedang berjalan.49

Karya sastra cenderung memantulkan keadaan masyarakat sehingga mau

tidak mau akan menjadi saksi zaman. Dalam kaitan ini, sebenarnya pengarang

ingin berupaya untuk mendokumentasikan zaman dan sekaligus sebagai alat

47

Siswanto, op. cit., h. 188. 48

Siswanto, op .cit., h. 189. 49

Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Pustaka Widyatama,

2003), h. 87.

Page 33: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

22

komunikasi antara pengarang dengan pembacanya.50

Fungsi sastra dapat berbeda-

beda dari zaman ke zaman di belbagai masyarakat. Di suatu zaman dan

masyarakat tertentu, sastra mungkin berfungsi sebagai alat menyebarluaskan

ideologi, di zaman lain dan masyarakat lain, sastra mungkin sekali dianggap

sebagai tempat pelarian yang aman dari kenyataan sehari-hari yang tak

tertahankan. Bahkan mungkin saja bagi mereka—sastra dianggap mampu

memberikan pengalaman hidup dan nilai-nilai kemanusiaan yang luhur bagi

pembacanya.51

E. Kritik Sosial

Pengertian kritik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kecaman

atau tanggapan untuk menilai baik buruknya suatu pendapat, hasil karya, dan

sebagainya.52

Berdasarkan Kamus Istilah Sastra, kritik adalah evaluasi dan

analisis dari segi bentuk dan isi melalui proses menimbang, menilai, dan

memutuskan. Kritik yang ilmiah mempertimbangkan keburukan dan kebaikan,

kebenaran dan kesalahan, serta memberikan penilaian yang masak dan tidak

mengobral pujian atau cacian.53

Kemudian menurut Adinegoro, kritik adalah salah

satu ciri dan sifat penting dari peristiwa otak manusia sehingga kritik dapat

dijadikan dasar untuk berpikir dan mengembangkan pikiran. Kritik tidak

dimaksudkan untuk meruntuhkan sesuatu, tetapi untuk memperbaiki hal yang

dianggap tidak sesuai dan akhirnya untuk mendapatkan kemajuan.54

Pengertian sosial dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti berkenaan

dengan masyarakat, suka memperhatikan kepentingan umum.55

Dari beberapa

penjabaran mengenai pengertian kritik dan sosial tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa kritik sosial merupakan penilaian yang masak dengan

mempertimbangkan baik buruknya peristiwa yang terjadi di masyarakat.

50

Endraswara, op.cit., h. 89. 51

Endraswara, op.cit., h. 91. 52

Tim Pusat Bahasa, op. cit., h. 742. 53

Zaidan, op.cit., h. 109. 54

Djamaludin Adinegoro, Tata Kritik. (Djakarta: Nusantara, 1958), h. 10. 55

Tim Pusat Bahasa, op.cit., h. 1331.

Page 34: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

23

Kritik sosial adalah salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang

bertujuan atau berfungsi sebagai kontrol terhadap jalannya sebuah sistem sosial

atau proses bermasyarakat. Dalam konteks inilah, kritik sosial merupakan salah

satu variabel penting dalam memelihara sistem sosial. Berbagai tindakan sosial

ataupun individual yang menyimpang dari orde sosial maupun orde nilai moral

dalam masyarakat dapat dicegah dengan memfungsikan kritik sosial. Dengan kata

lain, kritik sosial dalam hal ini berfungsi sebagai wahana untuk konservasi dan

reproduksi sebuah sistem sosial atau masyarakat.56

Kritik sosial juga dapat berarti

sebuah inovasi sosial. Artinya, kritik sosial menjadi sarana komunikasi gagasan-

gagasan baru—sembari menilai gagasan-gagasan lama—untuk suatu perubahan

sosial. Kritik sosial dalam kerangka yang demikian berfungsi untuk membongkar

berbagi sikap konservatif, status quo, dan vested interest dalam masyarakat untuk

perubahan sosial.57

Perspektif kritik sosial yang demikian lebih banyak dianut

oleh kaum kritis dan strukturalis. Mereka melihat bahwa kritik sosial adalah

wahana komunikatif untuk suatu tujuan perubahan sosial.58

Kritik sosial dapat disampaikan melalui beberapa wahana, mulai dari cara

yang paling tradisional, ungkapan-ungkapan sindiran melalui komunikasi

antarpersonal dan komunikasi sosial, melalui berbagai pertunjukkan sosial dan

kesenian dalam komunikasi publik, seni sastra, dan melalui media massa.59

Menurut Astrid Susanto, kritik sosial itu sebenarnya merupakan

ssuatu yang positif karena ia mendorong sesuatu yang terjadi di dalam

masyarakat untuk kembali ke kriteria. Kritik sosial adalah penilaian ilmiah

atau pengujian terhadap keadaan masyarakat pada suatu saat. Dalam

bidang politik, istilah kritik sosial seringkali memperoleh konotasi negatif

karena diartikan mencari kelemahan-kelemahan pihak lain dalam

pertarungan politik sehingga arti yang substansial dari kritik sosial itu

menjadi kabur. Astrid menulis tentang arti kritik sosial ini lebih lanjut

sebagai:....penjabaran megenai suatu masyarakat, anggota atau elitenya

56

Akhmad Zaini Abar, “Kritik Sosial, Pers, dan Politik Indonesia” dalam Moh. Mahfud

MD, dkk (editor), Kritik Sosial dalam Wacana Pembangunan, (Yogyakarta: UII Press, 1999), Cet.

2, h. 47. 57

Ibid., h. 49. 58

Ibid., h. 49. 59

Ibid., h. 49.

Page 35: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

24

pada suatu saat, merupakan suatu analisa yang berbobot ilmiah dan

disertai pertanggungjawaban ilmiah pula.60

Hampir semua karya sastra Indonesia sejak awal pertumbuhannya hingga

dewasa ini, boleh dikatakan, mengandung unsur pesan kritik sosial walau dengan

tingkat intensitas yang berbeda. Wujud kehidupan sosial yang dikritik dapat

bermacam-macam seluas lingkup kehidupan sosial itu sendiri. Banyak karya

sastra yang bernilai tinggi yang di dalamnya menampilkan pesan-pesan kritik

sosial. Namun, perlu ditegaskan bahwa karya-karya tersebut menjadi bernilai

bukan lantaran pesan itu, melainkan lebih ditentukan oleh koherensi semua unsur

intrinsiknya. Pesan moral hanya merupakan salah satu unsur pembangun karya

fiksi saja, yang sebenarnya justru tidak mungkin terlihat dipaksakan dalam karya

yang baik, walau hal itu mungkin sekali sebagai salah satu pendorong ditulisnya

sebuah karya. Selain itu, pesan moral pun, khususnya yang berupa kritik sosial,

dapat memengaruhi aktualisasi karya yang bersangkutan.61

Wujud kritik sosial karya-karya sastra masa Balai Pustaka misalnya, lebih

banyak berkaitan dengan adat-istiadat dan dominasi golongan tua yang tampak

“tak lekang oleh panas, tak lapuk oleh hujan”, khususnya dalam hal mengatur dan

menentukan jodoh bagi anak-anak muda. Masalah tersebut memang aktual pada

waktu itu, namun tentunya tidak untuk masa sekarang. Ada berbagai aspek

kehidupan sosial yang lebih menarik, aktual, relevan untuk diceritakan dan

diamanatkan sesuai dengan derap kehidupan modern. Namun demikian,

sebenarnya terdapat berbagai aspek kehidupan sosial yang besifat hakiki, dan itu

bersifat langgeng dan universal, tidak hanya berlaku dan tidak terikat oleh batas

waktu dan tempat.62

Sastra yang mengandung pesan kritik—dapat juga disebut sebagai sastra

kritik—biasanya akan lahir di tengah masyarakat jika terjadi hal-hal yang kurang

beres dalam kehidupan sosial dan masyarakat. Paling tidak, hal itu ada dalam

penglihatan dan dapat dirasakan oleh pengarang yang berperasaan peka.

60

Moh. Mahfud MD, “Perspektif Politik dan Hukum tentang Kebebasan Akademik dan

Kritik Sosial” dalam Moh. Mahfud MD, dkk (editor), Kritik Sosial dalam Wacana Pembangunan,

(Yogyakarta: UII Press, 1999), Cet. 2, h. 73. 61

Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada University

Press, 2005), Cet. 5, h. 331. 62

Ibid., h. 331.

Page 36: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

25

Pengarang umumnya tampil sebagai pembela kebenaran dan keadilan, ataupun

sifat-sifat luhur kemanusian yang lain. Ia tidak akan diam dan lewat karangannya

itu akan memperjuangkan hal-hal yang diyakini kebenarannya. Hal-hal yang

memang salah dan bertentangan dengan sifat-sifat kemanusian tidak akan ditutup-

tutupinya, sebab terhadap nilai seni ia hanya bertanggung jawab kepada dirinya

sendiri. Sebaliknya, jika pengarang menerima paksaan dari luar (baca: mau

menulis tidak sesuai dengan keyakinan dan kata hatinya sendiri), padahal itu

diketahuinya tidak benar, misalnya sastra yang dipakai sebagai ajang main politik-

politikan seperti pada masa Lekra, ia akan menghasilkan karya seni yang rendah.

Menulis sebentuk karya yang tidak didukung oleh unsur isi yang sesuai dengan

keyakinan sendiri, atau yang diketahuinya palsu, adalah kosong. Hal itu juga

berarti pengarang telah membohongi dirinya sendiri.

Banyak karya sastra, jadi tidak hanya fiksi saja, yang memperjuangkan

nasib rakyat kecil yang menderita, nasib rakyat kecil yang memang perlu dibela,

rakyat kecil yang seperti dipermainkan oleh tangan-tangan kekuasaan, kekuasaan

yang kini lebih berupa menjadi korban kesewenangan, penipuan, atau yang selalu

dipandang, diperlakukan, dan diputuskan sebagai pihak yang selalu di bawah,

kalah, dan dikalahkan. Namun, apakah dengan adanya berbagai bentuk pembelaan

yang dilakukan oleh pengarang lewat karya-karya kreatifnya itu nasib rakyat

menjadi lebih baik, atau pihak yang dikritik menjadi menyadari kekeliruannya, itu

adalah masalah lain. Paling tidak mereka, para pengarang itu, telah merasa terlibat

dengan nasib rakyat, dan itu pantas menjadi bahan perenungan kita.63

Keterlibatan penulis puisi dalam kegiatan masyarakat secara otomatis akan

memberikan pengalaman sosial dan kepekaan terhadap isi-isu sosial yang terjadi.

Seperti yang dipaparkan Ajip Rosidi bahwa pada setiap masa, sejak awal

kebangkitannya, para penulis puisi (dan sastra umumnya) kita, selalu terlibat

dalam kegiatan kemasyarakatan. Yamin, Rustam Effendi, Sanusi Pane dan

Asmara Hadi, terlibat dalam gerakan kebangsaan yang bersifat politik. Chairil

Anwar, Asrul Sani, Rivai Apin dan umumnya para penyair Angkatan 45 ikut serta

mengangkat senjata dalam perjuangan mengusir penjajah setelah proklamasi

63

Ibid., h. 334

Page 37: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

26

kemerdekaan. Para penyair yang lain seperti Rendra, Taufiq Ismail, Mansur

Samin, Wahid Situmeang, Slamet Kirnanto dan lain-lain, terlibat dalam

perjuangan menumbangkan Orde Lama atau gerakan-gerakan kemasyarakatan

lainnya. Ada pula di antaranya yang pernah menduduki jabatan tinggi negara, baik

dalam bidang eksekutif maupun legislatif.64

Puisi semakin menyuarakan kritikan sosial tatkala berakhirnya Orde Lama

dan kemunculan Orde Baru. Seperti yang dijelaskan oleh Ajip Rosidi, sejak itu

puisi seakan-akan tidak terpisahkan dari perjuangan para mahasiswa yang bersifat

sosial-politik. Hampir dalam tiap demonstrasi mahasiswa, baik terhadap pimpinan

Orde Lama, maupun terhadap sementara pejabat Orde Baru, lahir sajak-sajak yang

ditulis dengan spontan, baik oleh para mahasiswa itu sendiri maupun oleh para

penyair yang sudah mempunyai nama.65

F. Pembelajaran Bahasa dan Sastra di SMA

Pembelajaran sastra Indonesia di sekolah hingga saat ini masih menjadi

kesatuan dalam satu mata pelajaran yaitu pelajaran bahasa Indonesia. Program

pembelajaran apresiasi sastra Indonesia yang dipadukan dalam mata pelajaran

bahasa dan sastra Indonesia ini pada kenyataannya memang masih kurang

menarik bagi siswa. Penyebab kurang menariknya apresiasi sastra Indonesia

adalah kurang dapat dipahaminya karya sastra oleh mereka. Hal ini bisa

disebabkan oleh cara mengajar yang tidak memotivasi siswa dan kurang akrabnya

mereka dengan karya sastra. Ini membuktikan kurang terbinanya pengajaran

apresiasi sastra dengan baik.66

Ketidakberhasilan pengajaran apresiasi sastra juga disebabkan belum

ditetapkannnya alokasi waktu untuk pengajaran apresiasi sastra Indonesia sebagai

mata ajar yang mandiri. Sampai kini, sastra diajarkan sebagai sambilan dalam

mengajarkan bahasa Indonesia. Berdasarkan kenyataan di lapangan, tidak semua

guru bahasa Indonesia mampu menyajikan pengajaran apresiasi sastra dengan

64

Ajip Rosidi, Puisi Indonesia Modern, (Jakarta: Pustaka Jaya, 2010), Cet. 5, h. 119. 65

Rosidi, op.cit., h. 107. 66

Widjojoko, op.cit., h, 98.

Page 38: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

27

baik. Guru yang mahir mengajarkan bahasa Indonesia belum tentu mampu

memikat saat mengajar sastra. Misalnya saat menyajikan puisi, selain dituntut

menguasai materi ajar, guru harus memberikan contoh yang memikat dan sugestif.

Hal ini sulit dilakukan oleh guru bahasa Indonesia yang kurang memiliki minat

serius yang cukup tentang sastra67

.

Dalam pembelajaran sastra pada khususnya, siswa bukan hanya dituntut

memahami teori-teori sastra saja, tetapi juga lebih dituntut untuk memiliki

kemampuan dalam mengapresiasi karya sastra. Keterampilan proses komunikasi

diharapkan hadir dari hasil pemahaman membaca karya sastra yang baik yaitu

kemampuan merekonstruksi struktur bangun sastra secara faktual yang berwujud

pengalaman-pengalaman hidup yang berharga.68

Berlandaskan pada pengalaman

hidup inilah siswa akan menyadari pentingnya mempelajari dan mengapresiasi

karya sastra.

Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran apresiasi sastra ini, kehadiran

buku-buku sastra mutlak harus dipenuhi. Pengalaman membaca sastra merupakan

penentu dalam mengapresiasi karya sastra. Sehingga, lewat pembelajaran

apresiasi sastra Indonesia, siswa diperkenalkan pada nilai-nilai yang terkandung

dalam karya sastra serta mengajak siswa menghayati pengalaman-pengalaman

yang disajikan. Pembelajaran apresiasi sastra Indonesia bertujuan

mengembangkan nilai-nilai indrawi, nilai akali, nilai afektif, nilai keagamaan, dan

nilai sosial, secara sendiri-sendiri, atau gabungan keseluruhan, seperti yang

tercermin dalam karya sastra.69

Penyampaian bahan ajar yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari

merupakan strategi pengajaran yang paling tepat. Strategi ini memerlukan cara

mengajar yang bervariasi. Strategi mengajar tersebut bukanlah strategi bagaimana

mengajar dengan mudah, praktis, dan dapat menyelesaikan bahan pembelajaran

secara tepat waktu, tetapi perlu dipikirkan pula bahwa strategi mengajar harus

67

Widjojoko, op.cit., h, 98. 68

Widjojoko, op.cit., h, 98. 69

Widjojoko, op.cit., h, 98.

Page 39: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

28

berorientasi kepada tingkat keterpahaman dan pengalaman siswa terhadap bahan

pembelajaran yang dipersiapkan secara terencana.70

G. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan skripsi ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh Prima Yulia Nugraha (NIM 106013000311) Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011 yang berjudul Kritik Sosial dengan

Pendekatan Mimetik pada Kumpulan Puisi Potret Pembangunan dalam Puisi

karya W.S. Rendra. Penelitian tersebut menggunakan penelitian kualitatif dengan

pendekatan analisis deskriptif. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui

kritik sosial yang terdapat dalam Sajak Seorang Tua di Bawah Pohon dan Sajak

Sebotol Bir. Metode yang digunakan adalah metode dokumentasi, yaitu teknik

pengumpulan data atau dokumen untuk memperkuat informasi, seperti terdapat

dalam bacaan maupun internet, lalu dilanjutkan dengan menganalisis data sejarah

yakni pada dua puisi tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Pengkajian yang

dilakukan yakni pengkajian terhadap struktur batin dan fisik dalam puisi serta

pengaitan peristiwa sosial yang berlangsung di sekitar tahun penciptaan puisi

dengan peristiwa yang digambarkan oleh Rendra di dalam puisinya. Adapun

kesamaan penelitian ini dengan penelitian tersebut yakni pendekatan mimetik

yang digunakan dalam menganalisis, pengkajian terhadap unsur pembangun puisi,

dan pengaitan fakta sosial yang terkandung dalam puisi. Perbedaan antara

penelitian ini dengan penelitian tersebut yakni puisi yang digunakan dalam

penelitian. Penelitian tersebut menggunakan puisi berjudul Sajak Seorang Tua di

Bawah Pohon dan Sajak Sebotol Bir karya WS Rendra, sedangkan penelitian ini

menggunakan puisi esai berjudul “Manusia Gerobak” karya Elza Peldi Taher.

Penelitian lainnya yang relevan dengan penelitian ini adalah skripsi

berjudul Kritik Sosial dalam Kumpulan Puisi Aku Ingin Jadi Peluru karya Wiji

Thukul (Kajian Resepsi Sastra), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakatya, tahun 2010. Adapun kesamaan penelitian

70

Widjojoko, op.cit., h. 97.

Page 40: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

29

ini dengan penelitian tersebut adalah penelitian terhadap kritik sosial dalam puisi,

sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah data yang

digunakan serta pendekatan yang digunakan. Penelitian ini menggunakan

pendekatan mimetik sastra sedangkan penelitian tersebut menggunakan

pendekatan kajian terhadap resepsi sastra. Kritik sosial dalam penelitian tersebut

meliputi: 1) kritik terhadap kesewenang-wenangan pemerintah, b) kritik terhadap

penderitaan kaum miskin, c) kritik terhadap perlawanan kaum miskin, d) kritik

terhadap perlindungan hak buruh, e) kritik terhadap fakta atau kenyataan sosial

yang dialami masyarakat.71

Penelitian selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini adalah skripsi

berjudul Kritik Sosial dalam Kumpulan Puisi Refrein di Sudut Dam karya D.

Zawawi Imron: Tinjauan Semiotik oleh Alexa Grevey A 310 040 079 Jurusan

Bahasa dan Sastra Indoensia Universitas Kristen Maranatha tahun 2011. Adapun

kesamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah kesamaan penelitian

terhadap kritik sosial dalam puisi. Sementara itu, perbedaan penelitian tersebut

dengan penelitian ini adalah pendekatan yang digunakan. Penelitian Alexa Grevey

A tersebut menggunakan pendekatan semiotik sastra, sedangkan penelitian ini

menggunakan pendekatan mimetik sastra. Selain itu, perbedaan lainnya yakni

penggunaan data yang berbeda. Alexa Grevey A dalam penelitian tersebut

menggunakan kumpulan puisi Refrein di Sudut Dam karya D. Zawawi Imron,

sedangkan penelitian ini menggunakan puisi esai “Manusia Gerobak” karya Elza

Peldi Taher. Penelitian ini mengemukakan pertama, kumpulan puisi Refrein di

Sudut Dam merupakan catatan perjalanan hidup yang mengungkapkan sikap kritis

terhadap masyarakat di sekelilingnya. Kedua, puisi Refrein di Sudut Dam

mengungkapkan perasaan penyair terhadap peristiwa sejarah akibat penjajahan

kolonialisme Belanda.

Penelitian lainnya yang relevan dengan penelitian ini adalah skripsi

berjudul Kritik Sosial dalam Kumpulan Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia

karya Taufiq Ismail oleh Nila Mega Marahayu Fakultas ISIP, UNSOED tahun

2011. Adapun kesamaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah

71

www.digilib.fkip.uns.ac.id

Page 41: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

30

penelitian terhadap kritik sosial dalam puisi. Sedangkan perbedaan penelitian ini

dengan penelitian tersebut adalah data yang digunakan. Nila Mega Marahayu

menggunakan puisi berjudul Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia, sedangkan

penelitian ini menggunakan puisi esai “Manusia Gerobak” karya Elza Peldi Taher.

Page 42: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

31

BAB III

PEMBAHASAN PUISI ESAI “MANUSIA GEROBAK”

KARYA ELZA PELDI TAHER

A. Biografi

Elza Peldi Taher lahir di Muara Labuh, 18 Desember 1962. Dia

menempuh studi di FISIP Universitas Indonesia. Elza sudah mulai menulis artikel

sejak tahun pertama duduk di bangku perkuliahan. Artikel pertamanya yang

dimuat adalah artikel berjudul ―Modernisme Islam‖ di media cetak Panji

Masyarakat. Selain itu, Elza aktif menulis di berbagai media massa antara lain

Kompas, Media Indonesia, Matra, Femina, dan Republika. Selain berkecimpung

di dunia tulis-menulis, kepeduliannya terhadap kebudayaan dan isu-isu sosial

diwujudkan dengan mendirikan Kelompok Studi Proklamasi pada 1983—1988

bersama beberapa rekan-rekannya. Ia juga mendirikan Lembaga Kajian

Masyarakat Indonesia pada tahun 1988. Kemudian, pada tahun 1996, Elza Peldi

Taher bersama Komaruddin Hidayat dan Nurcholis Madjid mendirikan SMU

Madania.

Pekerjaan tetap pria yang bertempat tinggal di Pondok Cabe, Tangerang

Selatan ini adalah General Manager PT Duo Rajawali Proraga, FutsalCamp,

Ciputat, Tangerang Selatan. Elza juga menjadi editor beberapa buku, antara lain

Reaktualisasi Hukum Islam: 70 Tahun Munawir Sjadzali (Paramadina, 1993),

Mahasiswa dalam Sorotan, Indonesia dan Masalah Pembangunan, Agama dan

Kekerasan (Kelompok Studi Proklamasi, 1984), Pintu-pintu Menuju Tuhan

(Paramadina, 1994), Demokrasi dan Proses Demokratisasi Indonesia

(Paramadina, 1993), dan Soen‘an Hadi Poernomo, Birokrat Unik (LKMI, 2011).

Elza juga menyusun kutipan-kutipan Cak Nur yang dibukukan bersama rekannya

Budi Munawar-Rachman dengan judul Satu Menit Pencerahan Cak Nur.

Elza Peldi Taher menulis lima buah puisi esai yang disusun dalam

kumpulan puisi esai Manusia Gerobak. Puisi esainya tersebut sudah

Page 43: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

32

.

diperbincangkan salah satunya lewat media televisi. Beberapa stasiun televisi

seperti TVRI dan SCTV pernah menjadikan isu sosial yang dihadirkan dalam

puisi esai tersebut sebagai topik utama talkshow mereka. TVRI mengangkat

perbincangan mengenai puisi esai ―Manusia Gerobak‖ dengan judul ―Manusia

Gerobak vs Pasal 34 UUD 1945‖. Pada Ramadhan tahun 2013 silam, SCTV

pernah mengangkat kisah dalam puisi esai ―Manusia Gerobak‖ menjadi empat

buah film seri. Pria beralamat email [email protected] ini memiliki 5 buah

akun twitter, yakni @elzataher, @motivasiilmu, @tweetbijak, @filecaknur, dan

@kamu_perlutahu.

B. Sinopsis Puisi Esai “Manusia Gerobak”

Puisi esai berjudul ―Manusia Gerobak‖ mengisahkan kehidupan Atmo,

seorang petani yang terpaksa melakukan urbanisasi. Atmo hidup bersama istri dan

dua orang anaknya. Atmo tinggal di sepetak bangunan milik orang lain dengan

penghasilannya yang hanya cukup untuk makan sekadarnya.

Namun masa telah berubah, sawah garapan kini menjadi pabrik-pabrik

industri dan perumahan. Pembangunan semena-mena, sawah tergerus, buruh tani

kehilangan pekerjaan, dan para pemilik tanah ikut bimbang sehingga memutuskan

untuk menjual tanah mereka. Saat itulah, Atmo terpengaruh kabar dari orang lain

untuk pergi berurbanisasi. Mereka beranggapan bahwa di kota besar uang bisa

mengalir dengan derasnya, namun sayang Atmo tak pernah mendengar bahwa

aliran uang tersebut bukan untuk orang-orang sepertinya yang pergi berurbanisasi

tanpa bekal. Atmo tak punya pilihan, pekerjaan sebagai buruh tani bahkan kini

menjadi persaingan, karena itulah Atmo memutuskan untuk pergi ke Jakarta

beserta istri dan anak-anaknya.

Setibanya di Jakarta, Atmo hanya mampu menyewa kamar di tepi kali

Ciliwung. Dia lalu memutuskan untuk menjadi pemulung sampah karena

menyadari tidak ada keahlian yang dia miliki untuk bisa bekerja secara layak.

Dengan pekerjaan seperti itu, setidaknya Atmo mampu mengisi perut istri dan

anak-anaknya meskipun tak pernah ada uang yang tersisa untuk keperluan lain.

Page 44: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

33

.

Keadaan ini akhirnya harus berubah menjadi lebih tragis tatkala Atmo

tidak mampu membayar sewa kontrak kamar dan akhirnya hidup menggelandang

bersama keluarganya. Gerobak sampahnya lalu menjadi tempat bernaung dan

mencari rezeki. Tidak ada alamat tepat, mereka berpindah-pindah, menyusuri

jalanan Jakarta, mengumpulkan sampah dan rongsokan.

Atmo tidak menyerah dalam menjalani kehidupan yang semakin sulit. Dia

harus tetap berjuang meskipun hanya makan dua hari sekali. Anak-anaknya masih

belum mengerti tentang sulitnya kehidupan, mereka masih bisa tertawa riang

asalkan kedua orangtuanya tetap bersama mereka. Namun, kesetiaan istri Atmo

ternyata goyah, dia meminta untuk berpisah. Atmo jelas tidak ingin berpisah,

hidup sulit dan senang ingin dijalaninya bersama-sama.

Istri Atmo kemudian memutuskan untuk kabur, meninggalkan suami dan

anak-anak yang masih membutuhkannya. Atmo terpukul, namun dia harus tetap

bertahan, entah ke mana harus mencari istrinya, anak-anaknya lebih penting.

Kondisi putri kecilnya yang masih membutuhkan ASI pun semakin mengenaskan.

Atmo lalu memberikan susu formula tak layak pakai yang dia temukan kepada

putrinya. Atmo tak paham susu itu berbakteri. Putrinya langsung jatuh sakit

terkena bakteri penyebab diare.

Atmo hilir mudik ke Puskesmas dan rumah sakit bermodalkan uang

sepuluh ribu rupiah. Dia berharap pihak Puskesmas atau rumah sakit mau

menerima dan menolong putrinya. Namun kenyataan yang dihadapi berbeda,

besar usahanya ternyata tidak membuahkan hasil, pihak Puskesmas atau pun

rumah sakit dengan tegas menolaknya.

Pertolongan yang tidak kunjung datang membantu malaikat maut

mencabut nyawa putri kecilnya. Atmo sangat terpukul. Ujian demi ujian

dijalaninya dengan tabah. Dia tidak ingin mengeluh, maka dari itu dia putuskan

untuk mengurus jenazah putrinya dengan layak di kampung halaman. Di tengah

keramaian Jakarta, ia memutuskan untuk pergi ke stasiun, menumpang kereta

ekonomi menuju kampung halamannya.

Perjuangan Atmo tidak berhenti di situ, sesampainya di stasiun, Atmo

memutar otak bagaimana caranya menumpang kereta secara gratis. Saat tekadnya

Page 45: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

34

.

sudah bulat untuk menumpang duduk di atas gerbong kereta, petugas kereta api

menyadari keanehan gelagat Atmo. Petugas itu dengan penuh kecurigaan mulai

menginterogasi Atmo. Bentakan demi bentakan ditujukan pada Atmo. Kecurigaan

petugas bertambah tatkala mengetahui bahwa yang dibawa Atmo adalah jenazah

seorang balita. Petugas tetap tidak percaya meskipun Atmo telah menjelaskan

seterang-terangnya bahwa dia hanya ingin pulang kampung untuk menguburkan

jenazah putrinya. Akhirnya, Atmo dibawa ke kantor polisi.

Kesulitan tidak berakhir di situ saja, di kantor polisi petugas kepolisian

memerintahkan agar putri Atmo diautopsi. Atmo berusaha setegar mungkin untuk

kembali menjelaskan bahwa dia hanya ingin menguburkan putrinya karena tak

ada tanah pekuburan yang mampu disewanya di Jakarta. Kabar tentang seorang

pria gelandangan yang membawa jenazah putrinya ke mana-mana kemudian

menyebar di kalangan orang papa. Seorang tukang bajaj yang iba dengan nasib

Atmo lalu membantunya untuk menumpang bajaj. Dia bersedia mengantarkan

Atmo ke mana saja dia butuhkan.

Atmo kemudian pergi ke rumah pemilik kontrakannya yang dulu.

Setibanya di sana, dia menceritakan nasib yang menimpanya. Ibu Sri, sang

pemilik kontrakan tersebut tidak mampu menahan rasa ibanya. Sejurus kemudian,

lewat mulut Ibu Sri tersebarlah kabar tentang kemalangan Atmo kepada para

tetangganya. Mereka sepakat untuk mengumpulkan dana dan tenaga untuk

membantu Atmo. Jenazah putri kecilnya harus segera dikuburkan. Pada akhirnya,

warga bantaran sungai Ciliwung daerah Manggarai bahu membahu mengurusi

jenazah putri Atmo.

Page 46: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

35

.

C. Unsur-unsur Pembangun Puisi Esai “Manusia Gerobak”

1. Tema

Tema dari puisi esai ini adalah ketidakpedulian sosial yang dilakukan oleh

beberapa pihak terhadap kaum papa. Beberapa kutipan puisi esai ―Manusia

Gerobak‖ yang menggambarkan ketidakpedulian tersebut dapat dijabarkan

sebagai berikut ini.

Dibawanya anaknya berobat

Ke Rumah sakit dan Puskesmas

Dengan selembar sepuluh ribu

Baik dokter maupun perawat

Tak menggubris wajahnya yang memelas

Menolak Atmo tanpa ragu1

Dihelanya gerobak menyusur Jakarta

Orang sibuk sendiri-sendiri

Padatnya jalanan tiada terhingga

Tapi tak ada yang peduli2

Sawah ladang kian menyempit

Kehidupan petani bertambah sulit

Perumahan dan pabrik industri

Mengusir petani setiap hari3

Kondisi ketidakpedulian sosial ditampilkan secara jelas sebagaimana

kutipan di atas. Kejelasan tersebut yakni dengan memanfaatkan kata ‗tak

menggubris wajahnya yang memelas‘; ‗menolak Atmo tanpa ragu‘; ‗orang sibuk

sendiri-sendiri‘; ‗tapi tak ada yang peduli‘; ‗mengusir petani setiap hari‘.

Ketidakpedulian sosial yang ditampilkan tersebut merujuk pada pemerintah,

sebagian masyarakat perkotaan, serta pengonversi lahan pertanian.

2. Rasa

Rasa yang muncul dalam puisi esai ―Manusia Gerobak‖ adalah rasa tidak

adil atau diskriminasi yang diakibatkan oleh tingginya ketimpangan sosial yang

1Elza Peldi Taher, Manusia Gerobak, Depok: PT Jurnal Sajak Indonesia, h. 68.

2Ibid, h. 48.

3Ibid, h. 55.

Page 47: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

36

.

terjadi di kota metropolitan dan di zaman industrialisasi seperti sekarang. Rasa

tersebut tercermin dari beberapa kutipan berikut ini.

Jenazah mungil dimasukkan gerobak

Hendak dikubur di mana anak tersayang

Bukankah kuburan telah penuh sesak

Yang sisa hanya buat yang beruang4

Atmo tahu mahalnya biaya pemakaman

Biaya ini dan itu tidak sedikit

Atmo tak punya apa-apa, tak ada simpanan

Di Jakarta orang melarat jangan sakit5

Mencari kerja ternyata susah

Buruh bangunan dia tak bisa

Tanpa ilmu tanpa ijazah

Kerja kantoran, siapa mau terima?6

Terdapat beberapa kata yang mengandung rasa tidak adil atau diskriminasi

dalam kutipan-kutipan di atas. Hal tersebut bisa diamati pada larik ‗bukankah

kuburan telah penuh sesak‘; ‗yang sisa hanya buat yang beruang‘. Ketimpangan

sosial dalam larik-larik tersebut menunjukkan kondisi adanya diskriminasi

pelayanan publik. Hanya orang-orang mampu saja yang dapat menikmati fasilitas

publik sebagaimana larik tersebut yang menyebut tentang pemakaman umum.

Larik lainnya yakni ‗di Jakarta orang melarat jangan sakit‘ menampilkan

realitas hidup yang jarang berpihak pada rakyat miskin. Realitas tersebut

diperparah dengan adanya ketidakpedulian sosial. Larik selanjutnya yakni ‗tanpa

ilmu tanpa ijazah‘, ‗kerja kantoran, siapa mau terima?‘ menampilkan bukan

hanya sulitnya mendapatkan lapangan pekerjaan melainkan juga menampilkan

akar dari permasalahan tersebut yakni pendidikan masyarakat miskin yang masih

kurang tersentuh oleh pemerintah. Rendahnya perhatian pemerintah terhadap hak

memperoleh pendidikan bagi rakyat miskin berujung pada kurangnya

keterampilan, keahlian, maupun bekal akademis lainnya.

4Ibid, h. 48.

5Ibid, h. 52.

6Ibid, h. 58.

Page 48: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

37

.

3. Nada

Puisi esai ―Manusia Gerobak‖ menampilkan nada kesedihan, perjuangan,

dan ketabahan seorang tokoh bernama Atmo yang disertai sindiran narator dalam

menampilkan dan menyikapi ketidakpedulian masyarakat terhadap kaum papa

yang semakin besar.

Ingin hatinya menangis

Tapi air mata terkuras habis

Tak ada satu pun yang peduli

Hanya anak lakinya yang menemani7

Larik-larik di atas menunjukkan kesedihan yang dialami oleh tokoh.

Kesedihan tersebut berkenaan dengan meninggalnya anak dari tokoh tersebut

yang diwarnai dengan ketidakberdayaannya untuk mengurus pemakaman sang

putri di kota Jakarta. Hal ini terlihat dengan adanya larik yang menyebutkan

bahwa ‗hanya anak lakinya yang menemani‘.

Bagai pipit dia mengembara

Mematuki remah-remah orang kota

Meski yang dipungut sampah tersisa

Tetap saja dia ditatap penuh curiga8

Tak tahan didesak tagihan uang

Atmo memilih menggelandang

Istri dan dua anaknya dibawa kerja

Dengan gerobak mengembarai Jakarta9

Nada perjuangan yang muncul dalam puisi esai ―Manusia Gerobak‖

merujuk pada daya juang tokoh untuk tetap berusaha menyambung hidup

meskipun dengan pekerjaan kasar. Halangan apa pun tidak menyurutkan

semangatnya untuk tetap berusaha menghidupi keluarga.

Mereka seolah sepakat dan kuat

Melihat anaknya terbaring sekarat

Akhirnya dengan lesu ia berangkat

Di atas gerobak anaknya coba dirawat10

Nada kecewa dalam bait tersebut akhirnya berubah menjadi ketabahan

tokoh yang tetap merawat anaknya yang sakit. Nada ketabahan ini

7Ibid, h. 53.

8Ibid, h. 60.

9Ibid, h. 61.

10Ibid, h. 68.

Page 49: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

38

.

memperlihatkan watak tokoh yang lebih memilih mencari solusi dengan caranya

sendiri dibanding bersusah payah menuntut keadilan.

Gerobaknya adalah istana

Tempat bermukim sampah semesta

Di puncak tumpukan barang-barang sisa

Kedua anaknya duduk bertahta

Berkuasa penuh dan digjaya

Lambang kemiskinan umat manusia11

Orang-orang yang baru keluar dengan bahagia

Wajahnya kenyang tiada terkira

Dari rumah makan siap saji

Restoran bergambar daging di tengah roti

Bundar dan besar, nikmat tampaknya

Maka mereka semua ceria

...12

Nada sindiran terlihat dalam larik-larik di atas. Larik seperti ‗berkuasa

penuh dan digjaya‘/ ‗lambang kemiskinan umat manusia‘ menyindir adanya

kondisi kemiskinan yang semakin parah dan tidak teratasi oleh pihak yang

berwenang. Larik selanjutnya seperti ‗orang-orang yang baru keluar dengan

bahagia‘/ ‗wajahnya kenyang tiada terkira‘ menyindir pula ketidakpedulian

masyarakat menengah ke atas dengan kondisi di sekitar mereka. Mereka seolah

terlena dengan suka ria sementara banyak kaum papa yang membutuhkan

perhatian.

4. Amanat

Amanat atau pesan yang ingin disampaikan oleh penulis adalah semakin

tingginya ketidakpedulian sosial yang menjadi ciri bahwa bangsa kita tengah

mengalami krisis sosial. Hal ini dapat diwakili oleh beberapa larik dalam puisi

esai ―Manusia Gerobak‖ berikut ini.

Kendaraan melintas pulang pergi

Mobil mulus warna-warni

Di dalamnya orang berbaju rapi

Tak satu pun dari mereka yang peduli

Atmo, anak-anak, dan istri

Termangu-mangu sendiri13

11

Ibid, h. 63. 12

Ibid, h. 65. 13

Ibid, h. 64.

Page 50: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

39

.

Suasana perkotaan yang diwarnai dengan berbagai macam perbedaan taraf

hidup masyarakat tergambar jelas dalam larik-larik tersebut. Larik-larik tersebut

menjelaskan salah satu kondisi masyarakat kota kelas menengah dan atas yang

tidak memedulikan orang-orang yang kesusahan di sekitar mereka. Masyarakat

yang tidak peduli tersebut cenderung semakin individualis.

Selain ketidakpedulian masyarakat tersebut, larik lainnya menunjukkan

pula ketidakpedulian bahkan kesemena-menaan pihak pegawai instansi

pemerintahan terhadap masyarakat miskin.

Dibawanya anaknya berobat

Ke Rumah sakit dan Puskesmas

Dengan selembar sepuluh ribu

Baik dokter maupun perawat

Tak menggubris wajahnya yang memelas

Menolak Atmo tanpa ragu14

Pegawai stasiun mencegatnya

Ada syakwasangka di matanya

Tubuh kecil kaku ditengoknya

Orang mati dibawa kemana-mana

Terpejam diam tak bergerak

Tak bernafas tak bersuara

Si pegawai curiga, membentak

Orang mati dibawa kemana-mana15

Amanat atau pesan ketidakpedulian sosial lainnya yang muncul dalam

puisi esai ―Manusia Gerobak‖ ini adalah ketidakpedulian pemerintah dan pihak-

pihak yang berkepentingan di bidang industri maupun properti yang menggerus

hak-hak hidup di pedesaan.

Sawah ladang kian menyempit

Kehidupan petani bertambah sulit

Perumahan dan pabrik industri

Mengusir petani setiap hari16

Seluruh larik yang disebutkan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa puisi

esai ―Manusia Gerobak‖ ini mengusung pesan ketidakadilan yang dialami rakyat

miskin. Ketidakadilan tersebut beberapa di antaranya dilakukan oleh masyarakat,

14

Ibid, h. 68. 15

Ibid, h. 51. 16

Ibid, h. 55.

Page 51: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

40

.

pemerintah, dan pemegang kepentingan ekonomi seperti para pengonversi lahan

pertanian.

5. Diksi

Diksi yang digunakan penulis didominasi oleh pilihan kata yang

menunjukkan suasana kemiskinan dan ketidakadilan. Banyak pula pemilihan kata

yang menunjukkan nilai keagamaan di antaranya bentuk kerelaan terhadap

ketetapan Tuhan. Hal-hal tersebut dapat ditunjukkan lewat beberapa kutipan

berikut.

Sarung kumal membungkus jenazah

Tubuh mungil diam dan pasrah

Ditutup rapi, diselempangkan menyilang

Di depan dadanya yang datar kerontang17

Diksi ‗datar kerontang‘ memperkuat penokohan salah seorang tokoh

dalam kisahan yakni seseorang yang miskin dan kelaparan. Selain itu, terdapat

banyak diksi lainnya yang menunjukkan kemiskinan seperti berikut ini.

Matahari mulai meninggi

Atmo terkenang kampungnya yang rindang

Tapi sakunya kosong dan sepi

Jenazah tak bisa dibawa pulang18

Penggunaan ‗kata kosong‘ dan ‗sepi‘ menunjukkan tidak sepeser pun uang

yang dimiliki tokoh bernama Atmo tersebut. Hal ini menguatkan situasi

kemiskinan yang dialaminya.

Diksi yang lain menunjukkan pula kurangnya rasa ketidakpedulian

masyarakat terhadap kaum papa yang layak membutuhkan bantuan, misalnya

ditunjukkan dalam bait berikut ini.

Gerobak dan Atmo sekeluarga

Bagaikan etalase belaka

Sekadar pajangan di pinggir jalan

Sesekali ditoleh lalu dilupakan19

Diksi ‗etalase‘ menyindir kecenderungan masyarakat kelas menengah dan

atas yang cenderung memilih gaya hidup hedonis. Kecenderungan ini berimbas

pada rasa ketidakpedulian. Masyarakat umum sebagaimana yang tersirat dalam

17

Ibid., h. 47. 18

Ibid., h. 49. 19

Ibid, h. 64.

Page 52: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

41

.

bait tersebut hanya memandang kaum papa sebagai pajangan di pinggiran jalan

perkotaan.

Rasa ketidakpedulian ditunjukkan pula dengan diksi ‗syakwasangka‘ yang

memadukan Bahasa Arab dan Indonesia, yakni dalam bait berikut ini.

Pegawai stasiun mencegatnya

Ada syakwasangka di matanya

Tubuh kecil kaku ditengoknya

Orang mati dibawa ke mana-mana

...20

Diksi ‗syakwasangka‘ memiliki arti ragu-ragu dan sangka, dengan

penjabaran sebagai berikut: dalam Kamus Bahasa Arab—Indonesia, syak21

شك )

(شكا -يشك – berarti ‗ragu-ragu‘, wa22

(و) berarti ‗dan‘. Kata-kata dari

bahasa Arab itu kemudian digabung dengan kata ‗sangka‘. Diksi ini mewakili

sikap sebagian masyarakat yang banyak menaruh kecurigaan pada pemulung

sampah maupun barang rongsok hingga berdampak pada kurangnya rasa

kepedulian.

Terkait dengan gaya hidup masyarakat perkotaan yang semakin

mencirikan hedonisme, dalam puisi esai ―Manusia Gerobak‖ ini pun secara jelas

menggunakan diksi-diksi sindiran untuk menunjukkan hal tersebut seperti dalam

bait berikut ini.

Orang-orang yang baru keluar dengan bahagia

Wajahnya kenyang tiada terkira

Dari rumah makan siap saji

Restoran bergambar daging di tengah roti

Bundar dan besar, nikmat tampaknya

Maka mereka semua ceria

Tak ada yang peduli pada Atmo sekeluarga

Yang perutnya nyaris tiada isinya23

Pendeskripsian tentang restoran internasional yang menyediakan menu

daging di tengah roti, bundar dan besar tersebut menunjukkan kecenderungan

20

Ibid, h. 51. 21

Prof. Dr. H. Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab—Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya

Agung, 1989), h. 201 22

Ibid., h. 490. 23

Taher, op. cit., h. 65.

Page 53: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

42

.

gaya hidup masyarakat kelas menengah dan atas sebagai sebuah gengsi. Di

tengah-tengah suka ria tersebut mereka lupa bahwa masih banyak kaum papa yang

kelaparan.

Diksi lain yang banyak digunakan terlebih di akhir-akhir pembabakan

adalah diksi yang menunjukkan keagamaan. Di antaranya yakni, banyaknya

pengulangan diksi ‗adzan‘ pada beberapa larik, misalnya dalam bait-bait berikut

ini.

Hari hampir malam

Jenazah dikebumikan

Di liang makam

Dikumandangkan adzan

Adzan bergema

Di kuburan indah syahdu24

Adzan yang mengiring manusia dilahirkan

Adzan berselimut kain kafan

Adzan memanggil ingatan

Akhir manusia di kuburan

Terdengar iqomah

Seruan agar manusia pasrah

Berbaris mendirikan shalat

Dengan tulus dan

Hati tulus doa pekat

Menghadap Ilahi

Bersembahyang

Menyerahkan diri25

Selain diksi ‗adzan‘, pengucapan kalimat bercirikan keagamaan juga

muncul di beberapa bait, seperti bait berikut ini.

―Inna lilahi wa inna ilaihi rojiun‖

Atmo terpekur dalam-dalam

―Inna lilah wa inna ilaihi rojiun‖

Atmo tersedu diam-diam26

Diksi bernilai keagamaan tersebut mencirikan karakteristik tokoh yang

religius. Nilai keagamaan ini erat kaitannya dengan kesadaran mengenai takdir

Tuhan yang hakiki yang disampaikan oleh narator maupun pengucapan oleh

tokoh.

24

Taher, op. cit., h. 73. 25

Taher, op. cit., h. 74 26

Taher, op. cit., h. 74

Page 54: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

43

.

6. Imajeri

Salah satu unsur yang membangun kekhasan puisi adalah adanya

penggunaan imajeri atau pencitraan. Puisi sebagai karya sastra yang padat kata

dan penuh makna tentu saja menggunakan imajeri untuk memperkaya daya

bayang pembaca terhadap puisi. Terdapat beberapa penggunaan imajeri dalam

puisi esai ini. Penjabaran dari penggunaan imajeri tersebut sebagai berikut:

a. Imajeri pandang

Kalbu Atmo luluh lantak

Mulut membisu tidak bicara

Awan di langit berarak-arak

Langit biru alangkah indahnya27

Imajeri pandang yang ada dalam larik ‗Awan di langit berarak-arak‘ dan

‗Langit biru alangkah indahnya‘ menimbulkan daya bayang suasana siang hari

yang cerah. ‗Awan di langit berarak-arak‘ dan ‗Langit biru alangkah indahnya‘

mengibaratkan keironisan yang muncul karena keindahan alam tersebut berbeda

jauh dengan kondisi Atmo yang tengah berduka. Oleh karena itu, daya bayang

yang muncul sengaja bukan sekadar ingin menampilkan keindahan alam semata,

tetapi tampak lebih ingin menampilkan bentuk keironisan nasib tokoh.

Ia mesti waspada, mesti berhati-hati

Menunggu kereta ekonomi, kereta rakyat

Untuk duduk merdeka di atap gerbong28

Imajeri pandang pada larik pertama yakni ‗Ia mesti waspada, mesti

berhati-hati‘ menimbulkan daya bayang seseorang yang tengah mengendap-

endap. Daya bayang ini berkaitan dengan suasana yang timbul yakni suasana

menegangkan yang dialami tokoh. Daya bayang ini menunjukkan maksud lain

yakni, bukan hanya mengenai situasi tokoh yang sedang mengendap-endap,

melainkan juga dimaksudkan untuk membangkitkan sikap kritis pembaca untuk

memahami penyebab dari situasi tersebut. Hal yang tergambar dari bait tersebut

menunjukkan bahwa masih ada orang-orang yang berusaha menumpang kereta

secara gratis. Hal ini tentu saja berhubungan dengan kemiskinan yang masih

melanda di Indonesia.

27

Taher, op. cit., h. 69. 28

Taher, op. cit., h. 50.

Page 55: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

44

.

Pegawai stasiun mencegatnya

Ada syakwasangka di matanya

Tubuh kecil kaku ditengoknya

Orang mati dibawa kemana-mana

Terpejam diam tak bergerak

Tak bernafas tak bersuara

Si pegawai curiga, membentak

Orang mati dibawa kemana-mana29

Imajeri pandang yang terdapat pada larik ‗Ada syakwasangka di matanya‘;

‗Tubuh kecil kaku ditengoknya‘; ‗Orang mati dibawa kemana-mana‘; dan

‗Terpejam diam tak bergerak‘ menciptakan daya bayang kecurigaan saat melihat

hal yang tidak wajar terjadi. Pegawai di stasiun menaruh rasa curiga karena

melihat seseorang menggendong anak kecil yang tubuhnya sudah kaku dan tak

bergerak. Pegawai stasiun tersebut harus sigap dan tegas ketika melihat hal yang

tidak wajar terjadi di area stasiun. Namun demikian, sikap tegas sebagai seorang

pegawai disalahartikan dengan malah membentak orang yang belum tentu

bersalah.

Atmo kini menetap berempat

Di padat Manggarai, milik Ibu Sri

Di tepi Ciliwung berair coklat

Mandi mencuci di tepi kali30

Imajeri pandang pada larik ‗Di padat Manggarai, milik Ibu Sri‘; ‗Di tepi

Ciliwung berair coklat‘; dan ‗Mandi mencuci di tepi kali‘ menciptakan daya

bayang pemukiman padat dan kumuh di tepi Sungai Ciliwung sebagaimana

realitas yang terjadi di Jakarta saat ini. Penggambaran salah satu keadaan Jakarta

ini menegaskan latar kemiskinan dan ketidakpedulian masyarakat terhadap

lingkungan karena telah menyalahgunakan fungsi sungai dan bantarannya.

Saat tiba malam Atmo mencari tempat

Kadang di pinggir jalan Pondok Indah

Gerobak diparkir di trotoar terdekat

Menjadi bagian dari perumahan mewah31

Imajeri pandang pada larik ‗Saat tiba malam Atmo mencari tempat‘ dan

‗Kadang di pinggir jalan Pondok Indah‘ menciptakan daya bayang suasana

malam hari, dan dalam suasana seperti itu ada seseorang yang masih mencari

29

Taher, op. cit., h. 51. 30

Taher, op. cit., h. 58. 31

Taher, op. cit., h. 63.

Page 56: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

45

.

tempat beristirahat. Tokoh tersebut tampak tidak memiliki tempat tinggal karena

memilih untuk beristirahat di pinggir jalan. Larik selanjutnya yakni ‗Gerobak

diparkir di trotoar terdekat‘ dan ‗Menjadi bagian dari perumahan mewah‘

menciptakan daya bayang ketimpangan yang jelas antar kemiskinan dan

kemewahan. Gerobak yang diparkir di dekat deretan rumah mewah menampilkan

keironisan yang terjadi di kota besar seperti Jakarta.

Orang-orang yang baru keluar dengan bahagia

Wajahnya kenyang tiada terkira

Dari rumah makan siap saji

Restoran bergambar daging di tengah roti

Bundar dan besar, nikmat tampaknya

Maka mereka semua ceria

Tak ada yang peduli pada Atmo sekeluarga

Yang perutnya nyaris tiada isinya32

Imajeri pandang yang terdapat pada larik ‗Wajahnya kenyang tiada

terkira‘ menggambarkan ketimpangan yang dialami oleh tokoh. Orang-orang

yang dilihatnya tampak puas dan tidak terlihat sengsara karena kelaparan dan hal

tersebut berbeda jauh dengan kondisinya. Larik ‗Restoran bergambar daging di

tengah roti‘ dan ‗Bundar dan besar, nikmat rasanya‘ menggambarkan kondisi

tokoh yang berada di dekat pusat perbelanjaan. Narator mengungkapkan

pendapatnya seolah-olah sebagai pemikiran tokoh. Pendapat narator yang paling

menonjol adalah kesan nikmat sebagai sebuah penilaian gambar makanan di

restoran tersebut. Namun, di luar pendapat itu bait tersebut menekankan

ketidakpedulian sosial yang ditunjukkan dengan adanya sikap acuh terhadap

orang kelaparan yang ada di sekitar.

b. Imajeri dengar

Kalbu Atmo luluh lantak

Mulut membisu tidak bicara

Awan di langit berarak-arak

Langit biru alangkah indahnya33

Imajeri dengar yang terdapat pada larik ‗Mulut membisu tidak bicara‘

menunjukkan keheningan yang terjadi pada diri tokoh. Larik dengan imaji dengar

ini seolah menciptakan ketegasan sendiri bahwa tokoh utama tak mampu

32

Taher, op. cit., h. 65. 33

Taher, op. cit., h. 47.

Page 57: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

46

.

mengeluarkan lebih banyak daya lagi untuk mengaduh, dia lebih memilih untuk

bertindak langsung dalam menyelesaikan permasalahannya.

Pegawai stasiun mencegatnya

Ada syakwasangka di matanya

Tubuh kecil kaku ditengoknya

Orang mati dibawa ke mana-mana

Terpejam diam tak bergerak

Tak bernafas tak bersuara

Si pegawai curiga, membentak

Orang mati dibawa ke mana-mana34

Imajeri dengar pada larik ‗Si pegawai curiga, membentak‘ mengesankan

ketegasan pegawai stasiun bercampur dengan sikap memandang sebelah mata

terhadap orang yang berpenampilan kumuh, sehingga pegawai stasiun menaruh

curiga pada orang tersebut.

Dua anaknya bermain di dalam gerobak

Atmo duduk istirahat di sebelahnya

Kadang mereka turun dan berteriak

Bercengkerama memanggili ibunya35

Imajeri dengar pada larik ‗Bercengekrama memanggili ibunya‘

mengesankan suasana riang.

Pagi hari Atmo mencari-cari

Hilang lenyap jejak sang istri

Anaknya menangis meraung-raung

Membuat Atmo semakin bingung36

Imajeri dengar pada larik ‗Anaknya menangis meraung-raung‘

mengesankan suasana kesedihan.

Hari hampir malam

Jenazah dikebumikan

Di liang makam

Dikumandangkan adzan

Adzan bergema

Di kuburan

Indah syahdu37

Imajeri dengar pada larik ‗Dikumandangkan adzan‘ dan ‗Adzan bergema‘

yang mengiringi prosesi pemakaman menekankan hadirnya nilai keagamaan.

Nilai keagamaan tersebut menjadikan penggambaran terhadap prosesi pemakaman

34

Taher, op. cit., h. 51. 35

Taher, op. cit., h. 63. 36

Taher, op. cit., h. 67. 37

Taher, op. cit., h. 73.

Page 58: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

47

.

semakin sakral. Penghayatan terhadap iringan suara adzan menambah kesan

suasana haru dan penuh takzim atas prosesi pemakaman yang digambarkan dalam

bait tersebut.

c. Imajeri sentuh

Lengan satunya mengapit jemari mungil

Anak lelakinya yang berbaju lusuh

Tertatih mengejar dengan langkah kecil

Mengiringi bapaknya tanpa mengaduh38

Jenazah mungil dimasukkan gerobak

Hendak dikubur di mana anak tersayang

Bukankah kuburan telah penuh sesak

Yang sisa hanya buat yang beruang39

Atmo meraih jasad putrinya

Diselimuti sarung kumal, lalu pelan dibopongnya

Diraihnya lengan mungil anak lelakinya

Agar selalu ada disampingnya40

Imajeri sentuh pada larik ‗Lengan satunya mengapit jemari mungil‘;

‗Jenazah mungil dimasukkan gerobak‘; ‗Atmo meraih jasad putrinya‘

menimbulkan kesan sentuhan halus namun kuat. Tokoh mengapit jemari anaknya

sebagai upaya agar sang anak tidak tertinggal sementara dia juga tengah risau

mencari cara mengurus jenazah putrinya.

Sampah kotoran kota Jakarta

Diangkut keranjang di punggungnya

Benarkah hanya sampah belaka

Persembahan orang kaya bagi yang papa?41

Imajeri sentuh pada larik ‗Diangkut keranjang di punggungnya‘

mengesankan sentuhan yang kuat dan pasti karena sampah maupun barang

rongsok memiliki nilai berharga bagi tokoh tersebut.

Rezeki pas-pasan

Rela mereka sisihkan

Untuk disisipkan

Di tangan Atmo

Tapi tak cukup

38

Taher, op. cit., h. 47. 39

Taher, op. cit., h. 48. 40

Taher, op. cit., h. 50. 41

Taher, op. cit., h. 59.

Page 59: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

48

.

Untuk menyewa ambulans42

Imajeri sentuh pada larik ‗Untuk disisipkan‘ dan ‗Di tangan Atmo‘

mengesankan sentuhan lembut, kuat, dan pasti. Kesan sentuhan itu muncul atas

pemahaman bahwa para penderma tersebut dengan penuh keikhlasan bersedia

membantu Atmo meskipun sama-sama miskin.

7. Gaya Bahasa

Penggunaan gaya bahasa banyak dimanfaatkan dalam puisi esai ini. Gaya

bahasa tersebut menunjang penggambaran terhadap fakta sosial yang dihadirkan.

Beberapa gaya bahasa yang digunakan adalah sebagai berikut.

a. Repetisi

Gaya repetisi atau pengulangan dalam puisi esai ―Manusia Gerobak‖ ini

beberapa terdiri dari pengulangan kata maupun kalimat yang bertujuan untuk

lebih menekankan pesan. Gaya repetisi yang digunakan dalam puisi ini antara lain

sebagai berikut.

Pegawai stasiun mencegatnya

Ada syakwasangka di matanya

Tubuh kecil kaku ditengoknya

Orang mati dibawa ke mana-mana

Terpejam diam tak bergerak

Tak bernafas tak bersuara

Si pegawai curiga, membentak

Orang mati dibawa ke mana-mana43

Bait tersebut memiliki gaya repetisi dengan bermacam ragam.

Pengulangan kalimat sepenuhnya terjadi pada larik keenam. Kalimat tersebut

sebelumnya pernah hadir pada larik keempat yakni ‗Orang mati dibawa ke mana-

mana‘. Pengulangan ini menekankan pesan dalam bait yakni kecurigaan pegawai

stasiun terhadap ketidakwajaran seseorang yang membawa jenazah dengan tangan

kosong. Bait di atas juga memiliki ragam repetisi dengan pengulangan sebagian

yakni kata ganti –nya pada kata ‗mencegatnya‘; ‗matanya‘; ‗ditengoknya‘ untuk

menegaskan sosok pegawai stasiun yang sangat menaruh curiga.

42

Taher, op. cit., h. 71. 43

Taher, op. cit., h. 51.

Page 60: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

49

.

Atmo tahu mahalnya biaya pemakaman

Biaya ini dan itu tidak sedikit

Atmo tak punya apa-apa, tak ada simpanan

Di Jakarta orang melarat jangan sakit44

Gaya repetisi dalam bait di atas ditunjukkan dengan bentuk pengulangan

kata ‗tak‘ di larik ketiga yakni ‗Atmo tak punya apa-apa, tak ada simpanan‘.

Pengulangan tersebut untuk menegaskan bahwa tokoh bernama Atmo benar-benar

dilanda kemiskinan. Kemiskinan tersebut berimbas pada ketidakberdayaannya

untuk mengurus jenazah putrinya secara layak.

Atmo terdesak Atmo terjepit

Kebutuhan hidup kian meningkat

Anak menangis makan pun sulit

Perut yang kosong makin melekat45

Pengulangan kata Atmo dan awalan ter- yang menyertai kata kerja ‗desak‘

dan ‗jepit‘ memiliki makna ‗tertimpa‘. Pengulangan tersebut bertujuan untuk

menegaskan nasib Atmo yang sudah dilanda kemiskinan dan kemalangan yang

bertubi-tubi.

Lalu kota mulai menggoda

Kata orang di sana lah surga

Semua barang di sana tersedia

Uang datang dengan mudahnya

Di Jakarta, kata orang

Mencari uang lebih gampang

Karena di sana semua uang berdiam

Bertumpuk-tumpuk siang dan malam46

Pengulangan susunan kata ‗Kata orang...‘ pada dua bait tersebut

menegaskan adanya kecenderungan masyarakat Indonesia yang masih mudah

diperdaya oleh suatu hal yang tidak pasti, misalnya meyakini bahwa kehidupan di

perkotaan lebih baik dibanding pedesaan.

Jalanan demi jalanan

Rumah demi rumah

44

Taher, op. cit., h. 52. 45

Taher, op. cit., h. 56. 46

Taher, op. cit., h. 57.

Page 61: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

50

.

Sampah demi sampah

Memulung dengan tabah

Sisa nasib dan remah-remah47

Pengulangan kata ‗demi‘ menegaskan daya juang tokoh dalam mencari nafkah

begitu kerasnya.

Mandi kalau ada air

Makan kalau dapat uang

Dengan gerobak hidup mengalir

Pada langit tiada berhutang48

Pengulangan kata ‗kalau‘ menegaskan keadaan tak menentu yang dialami tokoh.

Kala siang terik menyengat

Pohonan kota tempat berteduh

Kala hujan menetes deras

Pohonan kota tempat berteduh

Kala malam kedinginan

Kepada siapa mesti mengaduh?49

Pengulangan kata ‗Kala‘ menegaskan bahwa di setiap waktu yang dilalui

tokoh penuh dengan kesengsaraan. Pengulangan kata ‗Pohonan‘ menegaskan pula

bahwa tokoh merupakan seorang tunawisma. Dia tidak memiliki tempat

berlindung kecuali apa yang ditemukannya, misalnya bernaung di bawah pohon.

Hari ini makan

Hari ini cara makan lagi

Besok mungkin makan

Besok harus mencari lagi50

Pengulangan kata ‗Hari‘ dan ‗Besok‘ sama seperti pengulangan kata

‗Kala‘ sebelumnya. Pengulangan kata-kata tersebut semakin menegaskan bahwa

setiap waktu yang dihadapi tokoh digambarkan sebagai kehidupan yang keras dan

berat.

Dikenangnya senyum putrinya

Rengekannya

47

Taher, op. cit., h. 59. 48

Taher, op. cit., h. 62. 49

Taher, op. cit., h. 62. 50

Taher, op. cit., h. 66.

Page 62: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

51

.

Tangisannya

Tawanya

Raut wajahnya51

Pengulangan kata ganti –nya yang merujuk pada sang putri menegaskan

bahwa tokoh sangat kehilangan putrinya. Kenangan-kenangan bersama putrinya

mengiri saat-saat di mana tokoh tersebut harus mengurus jenazah putrinya.

―Inna lilah wa inna ilaihi rojiun‖

segenap hatinya tiba-tiba jadi malam

―Inna lilah wa inna ilaihi rojiun‖

hati Atmo seolah karam52

...

Orang-orang miskin

Orang-orang susah

Sama-sama miskin

Sama-sama susah

...53

Adzan yang mengiring manusia dilahirkan

Adzan berselimut kain kafan

Adzan memanggil ingatan

...54

Bentuk pengulangan pada bait-bait di atas menegaskan nilai keagamaan

yang terkandung dalam puisi ―Manusia Gerobak‖.

b. Paralelisme

Penggunaan gaya paralelisme atau kata-kata dengan makna yang sama

juga dimanfaatkan dalam puisi esai ―Manusia Gerobak‖ sebagaimana yang dapat

ditunjukkan dalam bait-bait berikut ini.

Kalbu Atmo luluh lantak

Mulut membisu tidak bicara

Awan di langit berarak-arak

Langit biru alangkah indahnya55

51

Taher, op. cit., h. 69. 52

Taher, op. cit., h. 70. 53

Taher, op. cit., h. 73. 54

Taher, op. cit., h. 74.

Page 63: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

52

.

Paralelisme terlihat dengan adanya penggunaan kata membisu diikuti

dengan tidak bicara. Mulut yang membisu jelas dalam keadan tidak berbicara.

Penggunaan gaya ini untuk menekankan keadaan tokoh yang begitu terpukul

hingga tidak bisa berbicara apa-apa.

Pohon-pohon segar menghijau

Bunga mekar kuning dan jingga

Kalbu Atmo sangatlah kacau

Pedih jiwa tiada terhingga56

Kata ‗menghijau‘ sama maknanya dengan ‗segar‘. Larik ‗Pohon-pohon

segar menghijau‘ tetap dapat dibayangkan dalam kondisi segar tanpa harus

menggunakan kata ‗menghijau‘, begitu pula sebaliknya tanpa menggunakan kata

‗segar‘ pun larik tersebut tetap dapat dibayangkan dalam kondisi segar karena

adanya penggunaan kata ‗menghijau‘. Hal ini dapat dibandingkan, misalnya

dengan penggunaan kata ‗menguning‘ untuk menunjukkan keadaan daun yang

akan gugur.

Sarung kumal membungkus jenazah

Tubuh mungil diam dan pasrah

Ditutup rapi, diselempangkan menyilang

Di depan dadanya yang datar kerontang57

Kata ‗diselempangkan‘ dipertegas dengan kata ‗menyilang‘ dalam larik

‗Ditutup rapi, diselempangkan menyilang‘. Benda yang diselempangkan tentu

dalam posisi menyilang. Penggunaan gaya ini untuk menekankan kenyataan

bahwa tokoh hanya mampu mengandalkan dirinya sendiri untuk mengurus

jenazah sang putri.

Matahari mulai meninggi

Atmo terkenang kampungnya yang rindang

Tapi sakunya kosong dan sepi

Jenazah tak bisa dibawa pulang58

55

Taher, op. cit., h. 47. 56

Taher, op. cit., h. 47. 57

Taher, op. cit., h. 47. 58

Taher, op. cit., h. 49.

Page 64: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

53

.

Kata ‗kosong‘ yang diikuti dengan sertaan ‗sepi‘ memiliki makna yang

sama yaitu ‗tak ada apa-apa‘. Dua kata yang sama maknanya sebagaimana bait di

atas muncul pula dalam dua bait di bawah ini.

Mereka ikut iba

Meski mereka semua

Miskin dan papa

Tiada berlimpah harta59

Kata ‗miskin‘ disejajarkan dengan kata ‗papa‘. Penggunaan kata-kata

tersebut bertujuan untuk menekankan keadaan yang menimpa tokoh yakni

kemiskinan.

c. Perumpamaan

Penggunaan gaya perumpamaan dalam puisi esai ―Manusia Gerobak‖ ini

menggambarkan perbandingan suatu keadaan maupun benda dengan hal lain yang

memiliki sifat yang sama. Gaya perumpamaan ini ditampilkan untuk memperkuat

penggambaran tentang kondisi yang dialami tokoh utama. Penggambaran tersebut

dapat ditujukan seperti berikut.

Anak mungil, lincah, dan lucu

Diremas lapar setiap hari

Tak ada nasi, tempe, dan tahu

Wajahnya kering sepucat jerami60

Perumpamaan dalam larik ‗Wajahnya kering sepucat jerami‘

menggambarkan kemiskinan yang dialami tokoh utama yang mewakili kenyataan

masyarakat miskin di sekitar kita. Bait lainnya yang menunjukkan perumpamaan

yakni sebagaimana berikut ini.

Kini sawahnya seluas kota

Dengan gancok mencangkul sawah

Panennya plastik, bukannya padi61

Bait tersebut menggambarkan kegagalan tokoh utama dalam berurbanisasi.

Perumpamaan ‗Kini sawahnya seluas kota‘ menampilkan tidak sepadannya

kemampuan tokoh yang hanya bisa mengolah sawah dengan realitas hidup di

59

Taher, op. cit., h. 71. 60

Taher, op. cit., h. 56. 61

Taher, op. cit., h. 60.

Page 65: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

54

.

perkotaan, sehingga mau tidak mau tokoh tersebut menjadi pekerja kasar sebagai

pemulung barang-barang bekas. Bait yang lain juga menunjukkan perumpamaan

sebagai berikut.

Bagai pipit dia mengembara

Mematuki remah-remah orang kota

Meski yang dipungut sampah tersisa

Tetap saja dia ditatap penuh curiga62

Bait tersebut menggambarkan kedukaan dalam menjalankan kewajiban

mencari nafkah sebagai seorang pemulung. Pekerjaan memulung sampah

meskipun ditujukan untuk mencari barang rongsok yang masih dapat

dimanfaatkan tetap membawa kecurigaan segolongan orang yang menganggap

para pemulung dapat melakukan hal menyimpang seperti mencuri barang-barang.

Gaya mengumpamakan kerasnya pekerjaan memulung digambarkan dengan

penggunaan kata ‗Bagai pipit mengembara‘. Pekerjaan memulung sampah tentu

saja harus melewati banyak tempat di antaranya adalah jalanan, sehingga tidak

ubahnya seperti sebuah pengembaraan.

Sampai tibalah suatu malam

Kala Atmo dan dua anaknya terlelap

Sang istri pergi diam-diam

Lantas menghilang bagai sulap63

Bait tersebut menggambarkan tragedi saat istri Atmo mengkhianati

keluarganya dengan cara kabur di tengah kemiskinan yang melanda mereka.

Kepergian sang istri tersebut diperbandingkan dengan sulap karena caranya yang

begitu tiba-tiba sebagaimana larik ‗Sang istri pergi diam-diam/ Lantas

menghilang bagai sulap‘.

Gerobak dan Atmo sekeluarga

Bagaikan etalase belaka

Sekadar pajangan di pinggir jalan

Sesekali ditoleh lalu dilupakan64

62

Taher, op. cit., h. 60. 63

Taher, op. cit., h. 67. 64

Taher, op. cit., h. 64.

Page 66: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

55

.

Gaya perumpamaan yang ditunjukkan larik ‗Gerobak dan Atmo

sekeluarga/ Bagaikan etalase belaka‘ memperbandingkan nasib Atmo yang tak

ubahnya seperti pajangan. Pengibaratan dengan pajangan tersebut bukan

dimaksudkan seperti barang-barang mewah yang dipajang dalam etalase,

melainkan dimaksudkan untuk menekankan kecenderungan barang-barang

pajangan yang hanya dilihat sesekali dan kadang dilupakan begitu saja.

d. Metafora

Metafora dalam puisi esai ―Manusia Gerobak‖ ini misalnya dapat

ditunjukkan dalam bait-bait seperti berikut.

Bertiga mereka memendam duka

Sirnanya kasih ibu memang terasa

Hilang sudah sang payudara

Tempat menyusu putri bungsunya65

Bait tersebut menunjukkan adanya pengibaratan secara langsung makna

‗ibu‘ dengan menggunakan kata ‗sang payudara‘.

Semuanya ia nikmati

Dua buah hati dan cinta istri

Anak-anaknya bermain riang

Meski segalanya serbalah kurang66

Penggunaan kata ‗buah hati´ menjadi perbandingan langsung untuk

menunjukkan makna ‗anak‘.

e. Personifikasi

Personifikasi banyak dimaanfaatkan untuk menggambarkan latar baik

tempat, waktu, maupun suasana. Personifikasi untuk menggambarkan latar waktu

misalnya ada dalam bait berikut ini.

Petang datang

Malam menjelang

Tak mungkin lagi

65

Taher, op. cit., h. 68. 66

Taher, op. cit., h. 54.

Page 67: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

56

.

Atmo berjalan jauh67

Kata ‗Petang datang‘ mengimajinasikan latar waktu yakni petang. Bait

tersebut menggambarkan pula suasana di petang hari yang pada umumnya

digunakan oleh sebagian orang untuk beristirahat dari pekerjaannya.

Selain gaya personifikasi yang menggambarkan latar waktu seperti di atas,

penggunaan yang lain dimanfaatkan pula untuk menciptakan latar tempat di

antaranya seperti bait berikut ini.

Sawah ladang kian menyempit

Kehidupan petani bertambah sulit

Perumahan dan pabrik industri

Mengusir petani setiap hari68

Larik-larik tersebut menggunakan personifikasi untuk menggambarkan

kondisi pedesaan yang sudah tidak berpihak kepada petani. Larik ‗Perumahan

dan pabrik industri/ Mengusir petani setiap hari‘ menunjukkan semakin

maraknya pendirian bangunan permanen di bidang industri maupun properti

mengubah fungsi lahan pedesaan yang umumnya digunakan untuk pengolahan

sawah. Bait selanjutnya menegaskan akibat dari kondisi tersebut yakni

kecenderungan untuk berurbanisasi.

Lalu kota mulai menggoda

Kata orang di sanalah surga

Semua barang di sana tersedia

Uang datang dengan mudahnya69

Larik ‗Lalu kota mulai menggoda‘ menggambarkan jalan pikiran sebagian

masyarakat yang hingga kini masih menganggap bahwa kesempatan kerja di

perkotaan terbuka lebar tanpa mereka sadari perlu bekal yang banyak sebagai

persiapan bekerja di perkotaan.

Di Jakarta, kata orang

Mencari uang lebih gampang

Karena di sana semua uang berdiam

Bertumpuk-tumpuk siang dan malam70

67

Taher, op. cit., h. 71. 68

Taher, op. cit., h. 55. 69

Taher, op. cit., h. 57. 70

Taher, op. cit., h. 57.

Page 68: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

57

.

Larik ‗Karena di sana semua uang berdiam‘ seolah-olah menunjukkan

bahwa perputaran uang maupun kegiatan yang menghasilkan harta yang

melimpah banyak terjadi di daerah perkotaan.

Lalu mereka berempat bersama-sama

Menikmati nasi bungkus berlauk sekadarnya

Tak ada kerat daging atau ayam

Untuk mengusir lapar semalaman71

Larik ‗Tak ada kerat daging atau ayam/ Untuk mengusir lapar

semalaman‘ menggambarkan ‗daging atau ayam‘ mampu ‗mengusir lapar‘. Larik

tersebut juga menyampaikan pesan bahwa mereka sulit untuk memperoleh

kenikmatan dari hal yang lebih dari sederhana.

Hari sudah jauh petang

Kendaraan masih berderet panjang

Orang-orang yang bergegas pulang

Suara klakson berteriak lantang

Di pinggir jalan Atmo duduk memandang72

Larik ‗Suara klakson berteriak lantang‘ menggambarkan suasana riuh

dengan personifikasi ‗klakson‘ yang mampu ‗berteriak lantang‘. Larik tersebut

juga bermakna arogansi orang-orang perkotaan yang semakin bersikap egois,

sehingga kurang memiliki rasa ketidakpedulian sosial.

Berbagai gaya bahasa yang digunakan tersebut memperkuat kesan suasana

ironis dari ketidakpedulian sosial, ketimpangan keadaan hidup antarmasyarakat,

serta sikap diskriminatif yang tergambar dalam puisi esai ―Manusia Gerobak‖.

Penggunaan repetisi dan paralelisme menjadi penting untuk menekankan

peristiwa kesengsaraan yang seolah hadir bertubi-tubi. Penggunaan

perumpamaan, metafora, dan personifikasi sengaja dipakai pula sebagai bentuk

perbandingan antara kenyataan yang ada dengan hal lain yang akhirnya

memunculkan keironisan bahkan sindiran.

71

Taher, op. cit., h. 64. 72

Taher, op. cit., h. 64.

Page 69: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

58

.

8. Rima dan Ritme

Puisi esai ―Manusia Gerobak‖ menggunakan beragam bentuk rima.

Adanya rima beraturan dan tidak beraturan menjadi ciri dari keberagaman

tersebut. Penggunaan jumlah larik dalam satu bait pun beragam, dapat berupa

empat larik dalam satu bait, tiga larik, delapan larik, dan lain-lain. Penggunaan

rima dalam setiap puisi termasuk puisi esai ―Manusia Gerobak‖ erat kaitannya

dengan ritme yang muncul dalam puisi.

Ritme tersebut menciptakan totalitas bunyi baik cepat lambat, pendek

panjang, dan tinggi rendahnya suara saat membaca puisi esai ―Manusia Gerobak‖.

Ritme menciptakan pula gambaran tersendiri tentang nada, rasa, dan tema yang

terkandung di dalam puisi esai ―Manusia Gerobak‖. Beragam rima dan ritme

dalam puisi esai ―Manusia Gerobak‖ diantaranya adalah sebagai berikut.

Kalbu Atmo luluh lantak a

Mulut membisu tidak bicara b

Awan di langit berarak-arak a

Langit biru alangkah indahnya73

b

a. Pengaturan larik

Pengaturan larik pada bait tersebut terdiri dari 4 larik dalam satu bait. Tiap

larik dalam bait ditulis sejajar dan tampak menggunakan jumlah kata maupun

frasa yang hampir sama pada setiap larik, sehingga kecepatan dalam membaca

setiap larik cenderung akan sama.

b. Jumlah suku kata

Jumlah suku kata dalam bait tersebut yakni larik pertama terdiri dari 7

suku kata: Kal/bu// At/mo// lu/luh// lan/tak// dengan penjedaan pada suku kata

terakhir yakni –tak. Larik kedua terdiri dari 10 suku kata: Mu/lut// mem/bi/su//

ti/dak// bi/ca/ra// dengan penjedaan suku kata terakhir yakni –ra. Larik ketiga

terdiri dari 10 suku kata: A/wan// di// la/ngit// ber/a/rak/a/rak// dengan penjedaan

pada suku kata terakhir yakni –rak. Larik keempat terdiri dari 10 suku kata:

73

Taher, op. cit., h. 47.

Page 70: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

59

.

La/ngit// bi/ru// a/lang/kah// in/dah/nya// dengan penjedaan pada suku kata

terakhir yakni -nya.

c. Pengaturan bunyi

Pengaturan bunyi dalam bait tersebut menggunakan rima akhir berpola a-

b-a-b yakni pada suku kata –tak, -ra, -rak, -nya. Pengulangan bunyi terjadi di larik

kedua yakni suku kata Mu-, lut- pada kata Mulut dan –su pada kata membisu.

Pengulangan bunyi juga terjadi di larik keempat yakni suku kata -kah pada kata

alangkah dan -nya pada kata indahnya.

Totalitas suara yang dihasilkan dari pengaturan larik tersebut yakni

penggunaan suara yang lambat dan pendek karena jumlah suku kata yang sedikit

pada tiap larik serta pengulangan rima akhir yang berulang. Selain itu, rendahnya

suara berhubungan pula dengan pilihan kata yang yang menampilkan kesedihan

seperti ‗Kalbu luluh Atmo luluh lantak‘. Pilihan kata yang menunjukkan

kesedihan tersebut memang dapat menggunakan ritme-ritme dengan suara tinggi,

tetapi dengan pilihan kata selanjutnya yakni ‗Mulut membisu tidak bicara‘

menegaskan bahwa adanya penggunaan suara rendah sebagai bentuk penghayatan

terhadap pesan dalam puisi. Kemudian, pilihan kata ‗Awan di langit berarak-

arak‘ dan ‗Langit biru alangkah indahnya‘ menegaskan pula bahwa nada yang

hadir adalah kesedihan yang ada di tengah-tengah ketenangan latar waktu dan

suasana, sehingga dari nada tersebut tercipta ritme dengan penggunaan suara

rendah dan lambat.

Pengkajian rima dan ritme lainnya dalam puisi esai ―Manusia Gerobak‖

dapat dilihat pada bait berikut ini.

Pegawai stasiun mencegatnya

Ada syakwasangka di matanya

Tubuh kecil kaku ditengoknya

Orang mati dibawa ke mana-mana

Terpejam diam tak bergerak

Tak bernafas tak bersuara

Si pegawai curiga, membentak

Page 71: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

60

.

Orang mati dibawa ke mana-mana74

a. Pengaturan larik

Pengaturan larik dari puisi tersebut terdiri dari 8 larik dalam satu bait. Tiap

larik dalam bait tersebut ditulis secara sejajar dengan penggunaan gaya repetisi di

beberapa larik. Sama seperti pembahasan terhadap bait sebelumnya, jumlah kata

maupun frasa yang digunakan dalam setiap larik pada bait di atas hampir sama,

sehingga kecepatan dalam membaca setiap larik tersebut pun cenderung akan

sama.

b. Jumlah suku kata

Jumlah suku kata dalam bait tersebut yakni larik pertama terdiri dari 10

suku kata: Pe/ga/wai/ sta/si/un// men/ce/gat/nya// dengan penjedaan pada suku

kata –nya. Larik kedua terdiri dari 10 suku kata: A/da/ syak/wa/sang/ka// di/

ma/ta/nya// dengan penjedaan pada suku kata –nya. Larik ketiga terdiri dari 10

suku kata: Tu/buh/ ke/cil// ka/ku// di/te/ngok/nya// dengan penjedaan pada suku

kata -cil, -ku, dan –nya. Larik keempat terdiri dari 12 suku kata: O/rang/ ma/ti//

di/ba/wa/ ke/ ma/na/ma/na// dengan penjedaan pada suku kata -na. Larik kelima

terdiri dari 9 suku kata: Ter/pe/jam// di/am// tak/ ber/ge/rak// dengan penjedaan

pada suku kata –jam, -am, dan –rak. Larik keenam terdiri dari 9 suku kata: Tak/

ber/na/fas// tak/ ber/su/a/ra// dengan penjedaan pada suku kata –fas dan –ra.

Larik ketujuh terdiri dari 10 suku kata: Si/ pe/ga/wai/ cu/ri/ga// mem/ben/tak//

dengan penjedaan pada suku kata –ga dan –tak. Larik kedelapan terdiri dari 12

suku kata: O/rang/ ma/ti// di/ba/wa/ ke/ ma/na/ma/na// dengan penjedaan pada

suku kata -na.

c. Pengaturan bunyi

Pengaturan bunyi dalam bait tersebut menggunakan rima akhir a-a-a-a-a-a-

a-a yakni pada suku kata –nya, -nya, -nya, -na, -rak, -ra, -tak, -na. Bait tersebut

juga memiliki beberapa pengulangan bunyi. Pengulangan bunyi yang terjadi

74

Taher, op. cit., h. 51.

Page 72: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

61

.

dalam satu larik misalnya pada larik keenam yakni suku kata tak- pada frasa ‗Tak

bernafas‘ dan ‗tak bersuara‘. Pengulangan bunyi yang terjadi dalam larik yang

berbeda misalnya pada larik keempat dan kedelapan yakni pengulangan penuh

susunan kata ‗Orang mati dibawa ke mana-mana‘.

Totalitas suara yang dihasilkan dari pengaturan larik tersebut yakni

penggunaan suara yang tinggi, cepat, dan pendek. Pada bait tersebut, ritme yang

muncul adalah tingginya suara dengan menggunakan pilihan kata yang yang

menampilkan kecurigaan dan kemarahan seperti ‗Ada syakwasangka di matanya‘;

‗Orang mati dibawa ke mana-mana‘; ‗Si pegawai curiga, membentak‘. Pilihan

kata mati menunjukkan nada kasar sehingga ritme yang muncul yakni dengan

suara tinggi. Jumlah suku kata yang sedikit pada tiap larik serta pengulangan

bunyi untuk penegasan sehingga menghasilkan suara yang pendek dan cepat.

Bait selanjutnya,

Atmo di depan menghela gerobak

Istri di belakang mengawasi

Beriringan di tengah deru kendaraan

Pagi

Siang

Malam75

a. Pengaturan larik

Pengaturan larik dari puisi tersebut terdiri dari 6 larik dalam satu bait. Tiap

larik dalam bait tersebut ditulis sejajar. Larik keempat, kelima, dan keenam hanya

terdiri dari dua satu kata. Perbedaan jumlah kata dalam tiap larik menciptakan

totalitas suara yang berbeda dari awal larik menuju akhir.

b. Jumlah suku kata

Jumlah suku kata dalam bait tersebut yakni larik pertama terdiri dari 11

suku kata: At/mo/ di/ de/pan/ meng/he/la/ ge/ro/bak// dengan penjedaan pada suku

kata terakhir yakni –bak. Larik kedua terdiri dari 10 suku kata: Is/tri/ di

be/la/kang/ me/nga/wa/si// dengan penjedaan pada suku kata terakhir yakni –si.

75

Taher, op. cit., h. 63.

Page 73: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

62

.

Larik ketiga terdiri dari 13 suku kata: Ber/i/ri/ngan/ di/ te/ngah/ de/ru/

ken/da/ra/an// dengan penjedaan pada suku kata terakhir yakni -an. Larik keempat

terdiri dari 2 suku kata: Pa/gi// dengan penjedaan pada suku kata terakhir -gi.

Larik kelima terdiri dari 2 suku kata: Si/ang// dengan penjedaan pada suku kata

terakhir -ang. Larik keenam terdiri dari 2 suku kata: Ma/lam// dengan penjedaan

pada suku kata terakhir -lam.

c. Pengaturan bunyi

Pengaturan bunyi dalam bait tersebut menggunakan rima awal a-b-c-a-b-a

yakni pada suku kata awal at-, is-, ber-, pa-, si-, ma-, dan rima akhir a-b-a-b-a-a

yakni pada suku kata –bak, -si, -an, -gi, -ang, -lam. Totalitas suara yang

dihasilkan dari pengaturan larik, jumlah suku kata, dan pengaturan bunyi tersebut

yakni penggunaan nada panjang menuju pendek. Nada-nada pendek pada larik-

larik akhir ini mengesankan suasana yang dramatis.

9. Pusat Pengisahan

Pusat pengisahan dalam puisi esai ―Manusia Gerobak‖ ini menggunakan

pengamatan orang ketiga di luar cerita. Pengisah ini mampu menjelaskan

peristiwa, suasana, dan pikiran para tokoh. Pengisah sekaligus sebagai pengamat

ini memiliki sudut pandang serba tahu terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam

pengisahan. Penggunaan pusat pengisah tersebut dapat ditunjukkan sebagaimana

bait di bawah ini.

Jalanan demi jalanan

Rumah demi rumah

Sampah demi sampah

Memulung dengan tabah

Sisa nasib dan remah-remah76

Daya juang tokoh untuk bisa bertahan hidup di kota besar seperti Jakarta

dikisahkan melalui pengamatan terhadap aktivitas tokoh. Pembaca dapat

mengimajinasikan penggambaran dalam bait tersebut, misalnya upaya tokoh yang

begitu keras mengumpulkan barang-barang yang sebagian besar tidak dianggap

berharga oleh pihak lain.

76

Taher, op.cit., h. 59.

Page 74: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

63

.

Pengisah dalam puisi ini juga menggambarkan perasaan serta pemikiran

tokoh sebagai masyarakat yang tertindas. Hal tersebut dapat ditunjukkan lewat

larik-larik berikut ini.

Kini desa tak seperti dulu

Sawah luas hijau membentang

Alam yang tenteram sudah berlalu

Pabrik datang sawah menghilang77

Larik ‗Kini desa tak seperti dulu/ .../ Alam yang tenteram sudah berlalu‘

menunjukkan kondisi para petani yang sudah tidak mungkin melanjutkan

pekerjaan dalam mengolah sawah. Keadaan tersebut menjadikan hilangnya

ketenteraman kehidupan di desa. Hal ini lah yang mendorong tokoh utama dalam

puisi esai ―Manusia Gerobak‖ ini pergi berurbanisasi.

Sawah ladang kian menyempit

Kehidupan petani bertambah sulit

Perumahan dan pabrik industri

Mengusir petani setiap hari78

Petani sawah kian terjepit

Lebih baik menjual sawah

Lalu pergi untuk berdagang

Buat Atmo semuanya rumit

Tanpa sawah hidupnya susah

Mau berdagang tak punya uang79

Bait-bait di atas menunjukkan pengisah serba mengetahui karakteristik

tokoh berupa sikap dan cara berpikir sebagai seorang petani. Hal seperti ini dapat

pula dilihat pada bait berikut ini.

Sampah kotoran kota Jakarta

Diangkut keranjang di punggungnya

Benarkah hanya sampah belaka

Persembahan orang kaya bagi yang papa?80

Larik-larik tersebut menggambarkan situasi yang dihadapi tokoh lengkap

dengan cara berpikirnya. Dua larik pertama mengilustrasikan kegiatan tokoh dan

dua larik terakhir menyampaikan cara berpikir dan perasaan tokoh tersebut.

77

Taher, op. cit., h. 55. 78

Taher, op. cit., h. 55. 79

Taher, op. cit., h. 56. 80

Taher, op. cit., h. 59.

Page 75: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

64

.

Kisah ironis dalam puisi esai ―Manusia Gerobak‖ ini dengan sangat jelas

tergambar dengan memanfaatkan pusat pengisah yang serba tahu. Pembaca dapat

mengetahui perasaan tokoh dan bukan sekadar membayangkan hasil pengamatan

dari pengisah. Pusat pengisah ini berpengaruh terhadap unsur-unsur lain yang

membangun puisi esai ―Manusia Gerobak‖.

Setiap unsur pembangun dalam puisi esai ―Manusia Gerobak‖ pada

dasarnya saling berkaitan dan saling mendukung. Pesan kritik sosial menjadi

terlihat jelas tanpa perlu pemaknaan yang rumit. Hal tersebut terlihat dari

pemilihan kata, imajeri, dan gaya bahasa yang sederhana. Rima serta ritme yang

muncul saat puisi ini dibaca pun menguatkan rasa dan nada dalam menyampaikan

kritik-kritik sosial dalam puisi esai ―Manusia Gerobak‖ ini. Penjabaran mengenai

unsur pembangun ini memperlihatkan bahwa kritik sosial dalam puisi esai

―Manusia Gerobak‖ disampaikan dengan amat nyata yang diwakili oleh

penyampaian ketidakadilan berupa sikap diskriminatif, ketimpangan

kesejahteraan, dan marjinalisasi kaum yang lemah.

Page 76: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

65

BAB IV

KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI

“MANUSIA GEROBAK” KARYA ELZA PELDI TAHER

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN

BAHASA DAN SASTRA DI SMA

Kritik sosial sebagai salah satu bentuk komunikasi mempunyai peran

penting untuk menjadi kontrol sosial proses bermasyarakat. Kritik sosial dapat

diwujudkan dengan mengamati dan membandingkan secara teliti kondisi-kondisi

yang berbeda dalam suatu lingkup masyarakat serta melakukan penilaian terhadap

kondisi tersebut. Tindakan mengkritik dapat dilakukan oleh siapapun, hal ini

karena setiap orang selalu dihadapkan pada kondisi-kondisi tertentu dalam

kehidupan bermasyarakat.

Puisi esai “Manusia Gerobak” karya Elza Peldi Taher menunjukkan kritik

sosial untuk pemerintah, masyarakat, dan para pihak yang terkait dengan konversi

lahan pertanian. Kritik-kritik sosial yang dihadirkan pun beragam sesuai dengan

sasaran kritik. Misalnya, kritik terhadap pemerintah dengan kebijakan yang tidak

sesuai dengan kenyataan yang ada, sikap masyarakat yang tak acuh, serta para

pengonversi lahan pertanian yang bersikap oportunis. Semuanya dihadirkan untuk

menampilkan realitas yang terjadi di tengah masyarakat kita.

Fakta-fakta sosial dalam puisi esai “Manusia Gerobak” tersebut berupa

sikap memarginalisasikan dan mendiskriminasikan sebagian pihak oleh pihak

lain. Fakta-fakta sosial yang menjadi sorotan penting adalah kritik yang sebagian

besar ditujukan kepada pemerintah karena kinerja mereka yang kurang maksimal

dalam menyejahterakan masyarakat. Kinerja dalam menyejahterakan bukan

berarti hanya berkutat di bidang ekonomi, melainkan juga dalam mencerdaskan

masyarakat. Banyaknya kritik terhadap pemerintah tersebut menjadikan

pemerintah sebagai pihak yang dipandang paling bertanggung jawab atas

Page 77: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

66

terciptanya kehidupan masyarakat yang penuh dengan permasalahan sosial seperti

yang ditampilkan dalam puisi esai “Manusia Gerobak” ini.

A. Kritik Sosial dalam Puisi Esai “Manusia Gerobak” karya

Elza Peldi Taher

Puisi esai “Manusia Gerobak” menampilkan kritik-kritik sosial yang

ditujukan kepada beberapa pihak. Penjelasan mengenai pihak-pihak yang menjadi

sasaran kritik sosial sekaligus kritik sosial yang terkandung dalam puisi esai

“Manusia Gerobak” tersebut sebagai berikut.

1. Kritik terhadap Pemerintah

a. Kritik terhadap Sikap Diskriminatif Pemerintah

Kritik terhadap sikap diskriminatif pemerintah salah satunya dapat dilihat

pada bait berikut ini.

Jenazah mungil dimasukkan gerobak

Hendak dikubur di mana anak tersayang

Bukankah kuburan telah penuh sesak

Yang sisa hanya buat yang beruang1

Setelah penolakan yang dilakukan oleh pihak Puskesmas dan rumah sakit,

Atmo harus menerima kenyataan bahwa putrinya meninggal dunia. Di tengah

kedukaannya tersebut, Atmo harus menerima kenyataan bahwa dirinya tidak

mampu untuk menguburkan jenazah putrinya di Jakarta. Biaya pengobatan saja

tidak dapat terpenuhi, apalagi harus membayar sejumlah uang untuk mengurus

jenazah seperti sewa lahan pemakaman.

Peristiwa ini diperkuat dengan realitas mengenai sulitnya menguburkan

jenazah di Jakarta seperti yang ditunjukkan pada catatan kaki kedua dalam puisi

esai “Manusia Gerobak” berikut ini.

Jakarta mengalami krisis lahan pemakaman. Dari 589,65

hektar luas pemakaman, lahan yang siap pakai untuk pemakaman

baru di seluruh wilayah Jakarta hanya 31,8 hektar. Di atas kertas,

lahan itu diperkirakan cukup hingga 2013. Biaya pemakaman

jenazah baru sebenarnya sangat murah dan sudah diatur secara

1Elza Peldi Taher, Manusia Gerobak, (Depok: Jurnal Sajak, 2013), h.48.

Page 78: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

67

jelas oleh Pemerintah Jakarta. Dalam Peraturan Daerah Nomor 3

Tahun 2007 Tentang Pemakaman, pemerintah menetapkan

retribusi pelayanan pemakaman yang besarnya sesuai Peraturan

Daerah Nomor 1 Tahun 2006. Biaya pemakaian tempat

pemakaman bervariasi dari nol sampai paling mahal seratus ribu

rupiah untuk jangka waktu tiga tahun. Tetapi kenyataannya, biaya

taka resmi pemakaman bisa mencapai Rp2,5 juta.

Pada tahun 2000, Dinas Pemakaman memproyeksikan

penduduk Jakarta berjumlah 8.385.639 jiwa, rata-rata pelayanan

jenazah 100 jiwa per hari atau 36.500 jiwa per tahun. Artinya,

tingkat kematian penduduk pada tahun itu adalah 0,44 persen.

Lima tahun kemudian, jumlah penduduk meningkat menjadi

8.699.600 jiwa dengan rata-rata pelayanan 110 jenazah per hari

atau 40.150 jiwa per tahun. Tingkat kematian juga naik menjadi

0,46 persen. Angka ini kembali naik menjadi 0,50 persen pada

tahun 2007. Proyeksi penduduk Jakarta saat itu berjumlah

8.814.000 jiwa dengan rata-rata pelayanan 120 jenazah per hari

atau 43.800 per tahun.

Dari ketiga data tersebut, Dinas Pemakaman menarik

kesimpulan, persentase tingkat pelayanan kematian di Jakarta

mencapai 0,46 persen per tahun.

Jika diasumsikan tiap tahun tingkat kematian mencapai 40

ribu jiwa dan orang harus mengeluarkan biaya pemakaman sekitar

dua juta per satu jenazah, jumlah uang yang beredar mencapai 80

miliar per tahun. Uang ini berasal dari akumulasi retribusi sewa

lahan, biaya ambulans, penyewaan tenda, pembuatan batu nisan,

pengadaan rumput, pemeliharaan makam, dan upah para

penggali).2

Kebijakan atas biaya sewa lahan yang ditetapkan oleh pemerintah pada

kenyataannya masih disalahgunakan oleh oknum-oknum dalam pemerintahan.

Ketidaktegasan pemerintah terhadap para pegawainya ini tidak mewujudkan tekad

pemerintah untuk bersikap adil. Lahan pemakaman yang memang sudah sangat

terbatas dijadikan lahan komersial sehingga merugikan masyarakat yang kurang

mampu. Larik tersebut mewakili kenyataan perlakuan diskriminatif yang harus

dihadapi oleh masyarakat miskin. Entah disadari atau tidak oleh pemerintah,

masyarakat dengan tingkat finansial tinggi cenderung selalu diutamakan dalam

segi pelayanan. Atmo sebagai salah satu contoh masyarakat miskin

metropolitan—seperti halnya dengan orang-orang yang senasib dengannya—

selalu mendapatkan perlakuan setengah hati.

2Taher, op. cit., h. 51.

Page 79: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

68

Perlakuan seperti inilah yang salah satunya terjadi pada kisah nyata yang

dialami oleh seorang pria bernama Supriono pada tahun 2005 yang lalu. Pada

tanggal 6 Juni 2005 pertama kali muncul di harian Warta Kota dan Kompas,

seorang pria bernama Supriono menggendong jenazah anaknya yang berusia tiga

tahun bernama Khaerunnisa, pria tersebut diperiksa setelah petugas KRL ekonomi

jurusan Jakarta Bogor menuju Citayam, melihat gelagatnya yang membawa

jenazah. Awalnya, petugas KRL mengira jenazah tersebut adalah korban

pembunuhan. Padahal, Supriono hendak pergi ke tempat kerabatnya di Citayam

untuk mengurus jenazah putrinya tersebut.3 Hal tersebut dikarenakan Supriono

yang tidak mampu membiayai pemakaman putrinya, Khaerunisa. Dia hanya

mampu membawa putrinya tersebut dengan gerobak yang dimilikinya.

b. Kritik terhadap Ketidakseriusan Pemerintah dalam Menangani

Pelayanan Fasilitas Publik

Ketegasan pemerintah dalam menangani pelayanan fasilitas publik terlihat

kurang serius. Bait berikut ini mewakili gambaran terhadap kritik tersebut.

Ia mesti waspada, mesti berhati-hati

Menunggu kereta ekonomi, kereta rakyat

Untuk duduk merdeka di atap gerbong4

Tekad Atmo untuk membawa jenazah putrinya ke kampung halaman dia

wujudkan dengan memilih cara menumpang kereta ekonomi secara gratis. Tentu

saja hal ini dikarenakan Atmo tidak mampu untuk membeli karcis. Kondisi seperti

ini membuatnya berinisiatif untuk duduk di atap gerbong seperti yang sering

dilakukan oleh segelintir masyarakat yang tidak tertib maupun yang memang

tidak mampu membeli karcis. Ketersediaan fasilitas umum, dalam hal ini

transportasi massal yang terjangkau dan layak pakai, rupanya tetap menjadi

tantangan bagi pemerintah. Hal ini sejalan dengan keterangan bahwa pertumbuhan

penduduk kota jauh lebih pesat dari kemampuan pemerintah di negara sedang

berkembang seperti Indonesia untuk menyediakan fasilitas pelayanan yang

memadai. Semakin besar suatu kota, masalah yang dihadapinya lebih banyak dan

3 Iskandar Zulkarnaen, Peristiwa Tragis Supriono Itu Sudah Lama Terjadi,

www.kompas.com, 22 Juni 2011. 4Taher, op. cit., h. 50.

Page 80: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

69

lebih sulit. Terbukti bahwa pencemaran udara, kebisingan, kemacetan lalu lintas,

kejahatan, dan kurangnya perhatian terhadap kesehatan tumbuh lebih pesat

daripada perkembangan wilayah kota-kota besar.5 Selain itu, gambaran mengenai

ketidakdisiplinan masyarakat yang ditunjukkan oleh bait tersebut perlu menjadi

perhatian lebih bagi instansi pemerintahan khususnya Dinas Perhubungan.

Ketidakdisiplinan ini merupakan dampak dari ketidaktegasan pemerintah untuk

menertibkan masyarakat pengguna transportasi massal.

Selain itu, catatan kaki pertama dalam puisi esai “Manusia Gerobak” ini

juga menunjukkan beberapa kecenderungan terkait penggunaan kereta ekonomi

yang masih kurang maksimal dalam pelayanan dan juga dalam segi penggunaan,

seperti yang dapat ditunjukkan berikut.

KRL Jabotabek adalah jalur kereta rel listrik yang dioperasikan

oleh PJKA sejak 1976, melayani rute komuter di wilayah Jakarta,

Depok, Bogor, Tangerang, Bekasi, dan Serpong. KRL yang melayani

jalur ini terdiri dari dua kelas, yaitu kelas ekonomi dan kelas ekspress

yang menggunakan pendingin udara. Kereta kelas ekonomi selalu

padat setiap pagi hari dan sore hari. Bahkan sampai di atap gerbong.

Banyak penumpang kelas ekonomi tak memiliki karcis.6

c. Kritik terhadap Sikap Antipati Pemerintah

Sikap pemerintah yang cenderung antipati salah satunya dikarenakan

prasangka buruk terhadap masyarakat kelas bawah sebagaimana ditampilkan

dalam bait beirkut ini.

Pegawai stasiun mencegatnya

Ada syakwasangka di matanya

Tubuh kecil kaku ditengoknya

Orang mati dibawa ke mana-mana

Terpejam diam tak bergerak

Tak bernafas tak bersuara

Si pegawai curiga, membentak

Orang mati dibawa kemana-mana 7

Atmo yang berpenampilan lusuh—dengan gerak-geriknya yang penuh

waspada membawa jenazah putrinya agar bisa duduk di atap gerbong—membuat

pegawai stasiun curiga. Hal ini tentu wajar terjadi, namun perlakuan kasar yang

5Soetomo, Masalah Sosial dan Pembangunan, (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1995), h. 28.

6Taher, op. cit., h. 50.

7Taher, op. cit., h. 51.

Page 81: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

70

dilakukan oleh pegawai stasiun tidak mencerminkan sikap kewibawaan aparatur

pemerintah. Perlakuan seperti ini sangat sering diterima oleh masyarakat kelas

bawah. Pandangan kriminalitas seolah menjadi dugaan awal apabila seseorang

dengan penampilan kumuh bersikap tidak wajar misalnya mengendap-endap

sebagaimana tingkah yang ditampilkan Atmo. Kecurigaan pegawai pemerintahan

dalam puisi esai ini ditampilkan dengan sikap kasar yang mereka berikan pada

masyarakat kelas bawah. Penertiban yang mereka lakukan pun terkesan pandang

bulu. Hal ini diperkuat dalam bait berikut ini.

Jakarta hanya untuk orang berpunya

Tak ada belas kasihan

Pegawai stasiun tak percaya

Ia ditangkap jadi tawanan8

d. Kritik terhadap Kebijakan Pemerintah Yang Merugikan Masyarakat

Pedesaan

Berbagai macam kebijakan yang ditetapkan pemerintah pada

kenyataannya tidak semua berpihak untuk kesejahteraan seluruh rakyat. Hal ini

terlihat bukan hanya dari sistem sentralisasi yang secara implisit masih terjadi di

Indonesia, melainkan juga pembangunan wilayah pedesaan yang disalahartikan

dengan banyaknya pendirian pabrik industri maupun perumahan. Pembangunan

seperti ini tidak cocok dilakukan di wilayah pedesaan sebagai penghasil

komoditas pertanian. Kondisi seperti ini digambarkan dalam beberapa bait dalam

puisi esai “Manusia Gerobak” seperti berikut ini.

Kini desa tak seperti dulu

Sawah luas hijau membentang

Alam yang tenteram sudah berlalu

Pabrik datang sawah menghilang

Sawah ladang kian menyempit

Kehidupan petani bertambah sulit

Perumahan dan pabrik industri

Mengusir petani setiap hari9

Atmo menjadi saksi bahwa kebijakan-kebijakan pemerintah yang bekerja

sama dengan para pengusaha terus menggerus matapencahariannya sebagai

8Taher, op. cit., h. 53.

9Taher, op. cit., h. 55.

Page 82: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

71

petani. Kebijakan-kebijakan pemerintah untuk meloloskan izin pendirian

bangunan malah berimbas pada ketidakstabilan ekonomi di pedesaan. Hal ini

bukan saja merugikan para petani, melainkan juga berdampak pada kemandirian

bangsa yang semakin melemah untuk memproduksi komoditas pertanian dalam

negeri. Kebijakan pemerintah di Indonesia terkesan banyak yang tumpang tindih,

misalnya tekad untuk meningkatkan produksi pertanian dalam negeri terhalang

dengan kebijakan lain di sektor industri besar. Bisa ditemukan dengan mudah

bahwa banyak pihak-pihak yang melakukan proyek pembangun di wilayah

penghasil komoditas pertanian. Proyek tersebut mulai dari pendirian pabrik-pabrik

industri hingga usaha properti. Hal ini ternyata tidak disikapi dengan bijak oleh

pemerintah demi kesejahteraan rakyat. Pemerintah bahkan cenderung membiarkan

pembangunan proyek-proyek tersebut secara sepihak. Kondisi seperti ini jelas

merugikan masyarakat pedesaan.

Masyarakat pedesaan cenderung hanya memiliki keterampilan bercocok

tanam. Umumnya, mereka terbagi menjadi dua pengelompokkan yakni para tuan

tanah dan para petani sewaan/ penyewa yang mengolah lahan pertanian. Situasi

yang tidak stabil jelas akan muncul apabila pembangunan proyek di bidang

industri, properti, dan sebagainya tetap berlangsung. Hal buruk yang terjadi

adalah makin banyak masyarakat pedesaan yang kehilangan matapencaharian.

Kecenderungan masyarakat Asia terutama di negara-negara berkembang

adalah hidup dalam lingkup masyarakat maritim, petani, pedesaan, hutan, dan

lingkungan nonindustrial lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa peran pedesaan

sangat besar bagi sebuah negara berkembang seperti Indonesia. Sebagaimana

pernyataan dalam buku Urban Sociology yang menyebutkan: Asia is a continent

of contradictions. Over 50 percents of the worlds population and one third of its

urban population are in Asia. Yet many Asian countries, Pakistan, Thailand,

Indonesia, and the Philipppines, are only about 10 percent urbanied. In Asia are

located some of the leas affluent countries in the world (Sri Lanka and

Bangladesh) and one of the world’s most affluent countries, Japan. Some

Page 83: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

72

countries in Asia are low jungles and swamps, some are mountainous, and other,

particularly in Asia Minor, are desert.10

.

e. Kritik terhadap Ketidakseriusan Pemerintah dalam Program

Mencerdaskan Rakyat

Kewajiban pemerintah untuk mencerdaskan rakyatnya juga semakin

dipertanyakan dengan melihat pesatnya pertumbuhan migrasi masyarakat

pedesaan ke wilayah kota atau biasa disebut dengan urbanisasi. Kondisi ini

tergambar dalam puisi esai “Manusia Gerobak” pada bait-bait berikut ini.

Lalu kota mulai menggoda

Kata orang di sana lah surga

Semua barang di sana tersedia

Uang datang dengan mudahnya

Di Jakarta, kata orang

Mencari uang lebih gampang

Karena di sana semua uang berdiam

Bertumpuk-tumpuk siang dan malam

Tekad Atmo seteguh karang

Ke Jakarta hendak menjelang

Ia tinggalkan desa yang tenteram

Hijrah ke kota dan ketidakpastian

Membawa uang tak seberapa

Istri dan dua anak dibawa serta

Tekad membatu jiwa membara

Berharap lebih nanti di kota11

Kondisi Atmo yang memilih berurbanisasi pada dasarnya memang dapat

dimaklumi. Hal ini karena pemerintah belum mampu menangani masalah di

pedesaan. Pemerintah malah cenderung membuat permasalahan baru dengan

menggerus wilayah pedesaan dengan industrialisasi yang tidak terkontrol. Apabila

kesempatan bekerja di desa sudah tidak memungkinkan, salah satu pilihan

masyarakat adalah berurbanisasi. Tantangan baru yang sebagian besar dari mereka

belum sadari adalah pentingnya bekal keterampilan yang umumnya diperlukan di

10

John W. Bardo, Urban Sociology, (USA: Peacock Publisher, 1982), h. 300. 11

Taher, op. cit., h. 57.

Page 84: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

73

perkotaan. Iming-iming kesuksesan dan penghasilan besar yang bisa diperoleh di

wilayah kota hanya akan menjadi angan-angan kosong apabila mereka tidak

dibekali dengan keterampilan yang mumpuni. Maka dari itu, penduduk yang

hendak melakukan urbanisasi dengan segala macam latar belakang keterampilan

pedesaannya seharusnya mampu untuk menyiapkan diri sebelum berurbanisasi.

Tentu saja hal ini tidak terlepas dari tanggung jawab pemerintah dalam mendidik

masyarakat. Peran pemerintah amat diperlukan dalam mencerdaskan pola pikir

masyarakat pedesaan.

Kecenderungan untuk berurbanisasi tentu saja terkait dengan kebijakan

yang mementingkan industri dan mengabaikan pertanian, ditambah pula dengan

kecenderungan mementingkan kota atau sentralisasi. Hal ini akan semakin

mendesak dan merangsang kaum miskin di desa untuk pindah ke kota dengan

segala konsekuensi ekonomi dan sosial di kota-kota besar.12

Jalan keluar dari

kemelut ini, menurut Todaro dan Stilkind yakni:

...pembangunan yang lebih mementingkan fasilitas sosial di daerah

pedesaan, mengalokasikan lebih banyak dana untuk pembangunan

pertanian dan khususnya petani kecil, mengadakan pembukaan

lahan, dan mengembangkan industri kecil di desa.13

Ketidaksiapan masyarakat yang melakukan urbanisasi pada akhirnya

hanya akan menjadi permasalahan baru di daerah perkotan. Hal ini ditandai

dengan meningkatnya jumlah tunawisma maupun pekerja yang bersifat parasit

seperti pengemis, pelacur, pencuri, dan sebagainya. Kritik terhadap hal tersebut

diperkuat dengan catatan kaki keempat dalam puisi esai “Manusia Gerobak”

sebagaimana berikut ini:

Pada tahun 2009 diperkirakan Manusia Gerobak mencapai

1.000 orang. Mereka biasanya berada di kawasan Senen, Tanah

Abang, Kemayoran, dan sejumlah pemukiman padat di Jakarta.

Manusia Gerobak mengacu pada kemiskinan yang membawa

orang-orang di desa mencari nafkah di kota. Mereka membawa

keluarganya dalam suatu gerobak. Gerobak inilah yang menjadi

rumah sekaligus alat angkut dan mencari makan dengan memulung

sampah serta barang rongsokan sekaligus mengemis. Manusia

gerobak menjadi alternatif orang miskin mempertahankan hidup di

12

Hans-Dieter Evers dan Rudgiger Korff, Urbanisme di Asia Tenggara, (Jakarta: Yayasan

Obor, 2002), h. 1. 13

Ibid., h. 2.

Page 85: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

74

kota Jakarta. Dengan cara tersebut mereka memiliki risiko kecil

tapi memberikan nilai ekonomis yang lumayan dengan rata-rata

pendapatan per hari Rp 25—30 ribu dari hasil memulung.14

Ini menjadi kritik bagi pemerintah untuk mencerdaskan rakyat agar bisa

hidup mandiri dengan cara misalnya memberikan pengarahan dan fasilitas baik

materi maupun nonmateri untuk mengembangkan keterampilan mereka. Hal ini

karena modernisasi memang akan dan selalu tetap menjadi tantangan zaman.

Kebijakan yang perlu dilakukan oleh pemerintah adalah mendorong orang untuk

tetap tinggal di desa dengan perhatian lebih terhadap wilayah-wilayah tersebut.

Kebijakan yang masih menguntungkan daerah pusat akan semakin membuat

ketimpangan sosial dan permasalahan sosial yang sedikit banyaknya akan

berpengaruh pula pada wilayah perkotaan.

f. Ketidakseriusan Pemerintah dalam Memperhatikan Kesehatan

Masyarakat

Tekad pemerintah untuk menyejahterakan rakyat menjadi hal yang ironis

dengan banyaknya kasus ketidakpedulian pemerintah terutama di bidang

kesehatan. Kurangnya perhatian pemerintah di bidang kesehatan ini dapat dilihat

pada bait dalam puisi esai “Manusia Gerobak” berikut ini.

Dibawanya anaknya berobat

Ke Rumah sakit dan Puskesmas

Dengan selembar sepuluh ribu

Baik dokter maupun perawat

Tak menggubris wajahnya yang memelas

Menolak Atmo tanpa ragu15

Atmo harus menguatkan dirinya setelah menghadapi perlakuan pegawai

Puskesmas dan rumah sakit yang menolak memberikan pertolongan kepada

anaknya. Penolakan ini tak lain karena Atmo tak mampu membiayai pengobatan.

Nurani mereka sebagai pihak yang wajib menolong orang-orang seperti Atmo

selalu saja tertahan karena permasalahan uang. Meskipun pemerintah

menyediakan beragam jenis jaminan kesehatan, pada kenyataannya proses dalam

14

Taher, op. cit., h. 59. 15

Taher, op. cit., h. 68.

Page 86: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

75

mengurus jaminan kesehatan itu pun tetap menyulitkan masyarakat yang kurang

mampu. Ketidakseriusan pemerintah pun ditegaskan kembali pada bait berikut ini.

Rezeki pas-pasan

Rela mereka sisihkan

Untuk disisipkan

Di tangan Atmo

Tapi tak cukup

Untuk menyewa ambulan16

Atmo yang memperoleh pertolongan seadanya dari masyarakat pinggiran

tetap harus menghadapi kenyataan bahwa pertolongan tersebut tidak mencukupi

untuk menyewa fasilitas kesehatan seperti ambulans. Hal ini menunjukkan bahwa

segala bentuk layanan kesehatan pun masih dikomersialkan oleh pemerintah.

2. Kritik terhadap Masyarakat

a. Kurangnya Kepedulian Masyarakat terhadap Kaum Tertindas

Kritik terhadap ketidakpedulian masyarakat beberapa dapat dilihat dalam

bait-bait berikut ini.

Dihelanya gerobak menyusur Jakarta

Orang sibuk sendiri-sendiri

Padatnya jalanan tiada terhingga

Tapi tak ada yang peduli

Mobil dan motor cuma melintas

Tak satu pun yang bertanya

Hidup di kota memanglah keras

Tapi bukankah mereka manusia?17

Larik-larik tersebut menggambarkan Atmo mau tidak mau harus berjalan

di tengah kota dengan gerobak yang ditariknya. Dia berusaha mencari

peruntungan untuk mengurus jenazah putrinya. Jenazah yang tergeletak di dalam

gerobak hanya menjadi pemandangan bagi orang-orang di sekitar Atmo.

Masyarakat kota tetap hilir mudik mengutamakan kepentingan pribadi. Kerasnya

kehidupan Jakarta menjadikan masyarakat semakin bersikap individualis dan

pandangan mereka terbatas hanya pada pemuasan kebutuhan diri sendiri.

16

Taher, op. cit., h. 71. 17

Taher, op. cit., h. 48.

Page 87: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

76

b. Kritik terhadap Sikap Hedonis Masyarakat Perkotaan

Kritik berupa sindiran terhadap gaya hidup masyarakat perkotaan yang

semakin hedonis ditunjukkan pada bait berikut.

Orang-orang yang keluar dengan bahagia

Wajahnya kenyang tiada terkira

Dari rumah makan siap saji

Restoran bergambar daging di tengah roti

Bundar dan besar, nikmat tampaknya

Maka mereka semua ceria

Tak ada yang peduli pada Atmo sekeluarga

Yang perutnya nyaris tiada isinya18

Kecenderungan gaya hidup hedonis mencirikan kepentingan individu telah

menjadi segalanya dibanding dengan kepentingan kelompok. Kepentingan pribadi

dan kelompok ini pada dasarnya harus berjalan beriringan dan saling mendukung,

bukan malah mendiskreditkan. Gaya hidup mewah, bersaing hanya untuk gengsi

semata, serta pandangan yang terlampau bebas telah mengubah tingkah laku

masyarakat yang berdampak pada sikap yang tidak acuh pada sesama. Jelas

terlihat kesenjangan sosial yang sangat memprihatinkan dari larik-larik di atas.

Terjadinya kesenjangan tersebut memang menjadi hal umum di negara-negara

berkembang seperti Indonesia.

Di banyak negara berkembang, struktur sosial masing-masing lapisan

masyarakat berkembang ke arah yang berlawanan. Hal ini mengakibatkan

semakin lebarnya jurang kaya-miskin. Fenomena ini disebut entwicklung der

unterentwicklung (perkembangan negatif). Proses perkembangan negatif ini dapat

terjadi meskipun pertumbuhan ekonominya positif.19

Fenomena tersebut memang ironis. Hal ini bisa dibuktikan dengan

pengakuan pemerintah Indonesia mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia yang

meningkat sebagaimana yang disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat meskipun dalam kondisi krisis

18

Taher, op. cit., h. 65. 19

Rudolf H. Strahm, Kemiskinan Dunia Ketiga, (Jakarta: Cidesindo, 1999), h. 1.

Page 88: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

77

ekonomi global.20

Namun pada kenyataannya, pertumbuhan ekonomi tersebut

tidak tercermin dari kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat.

Bentuk kesenjangan lainnya juga dapat diamati lewat perubahan sosial

yang ditunjukkan dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat kelas

menengah. Kecenderungan masyarakat kelas menengah yang biasanya hanya

mampu mengonsumsi produk ekonomis pada akhirnya dihadapkan dengan sikap

konsumtif mereka sendiri yang semakin tinggi. Ketidaksiapan mental masyarakat

wajar terjadi mengingat adanya perubahan sistem tata kota metropolitan di negara

berkembang seperti Jakarta yang menjadi pusat pemerintahan dan juga pusat

ekonomi negara.

Tipografi kota Jakarta memang mencerminkan kesan kuat globalisasi. Hal

ini bisa dilihat dalam bentuk gedung-gedung tinggi apartemen dan kantor, hotel,

dan pusat perbelanjaan yang dilengkapi dengan gerai-gerai restoran cepat saji

kelas dunia, dengan gaya arsitektur postmodern terbaru. Sehingga mau tidak mau,

masyarakat perkotaan dengan berbagai latar belakang harus mengubah pula gaya

hidup mereka.21

c. Ketidakpedulian Masyarakat terhadap Lingkungan

Ketidakpedulian masyarakat terhadap lingkungan semakin

mengkhawatirkan. Kondisi seperti ini bisa dikaitkan juga dengan ketidakpedulian

sosial. Apabila kelestarian lingkungan tidak menjadi perhatian bagi tiap individu,

jelas kepedulian sosial pun akan dikesampingkan. Kondisi masyarakat Indonesia

yang semakin apatis terhadap lingkungan maupun sosial ini salah satunya dapat

ditunjukkan dalam bait berikut ini.

Atmo kini menetap berempat

Di padat Manggarai, milik Ibu Sri

Di tepi Ciliwung berair coklat

Mandi mencuci di tepi kali22

20

Berdasarkan pidato kenegaraan di gedung MPR/DPR RI dalam rangka HUT ke-68

Proklamasi Indonesia pada tanggal 16 Agustus 2013 yang lalu, Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat di kisaran 5—6

persen meskipun di tengah krisis ekonomi global. (sumber: Humas/DAR, www.setneg.go.id). 21

Evers, op. cit., h. 3. 22

Taher, op. cit., h. 58.

Page 89: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

78

Sikap ketidakpedulian masyarakat kota terhadap lingkungan salah satunya

disebabkan adanya pendirian pemukiman di bantaran sungai. Hal ini dijelaskan

pada catatan kaki keempat dalam puisi esai “Manusia Gerobak”. Catatan kaki

tersebut menyebutkan bahwa banyaknya pemulung sampah yang yang menempati

rumah dengan kondisi semipermanen ataupun permanen di daerah pemukiman

padat.

Pada tahun 2009 diperkirakan Manusia Gerobak mencapai 1.000

orang. Mereka biasanya berada di kawasan Senen, Tanah Abang,

Kemayoran, dan sejumlah pemukiman padat di Jakarta...23

Pemukiman padat baik yang terdiri dari rumah permanen maupun

semipermanen banyak didirikan di bantaran sungai-sungai. Pendirian pemukiman

di daerah seperti itu berimbas pada rusaknya kelestarian sungai. Sungai bahkan

beralih fungsi menjadi bak sampah raksasa di kota besar seperti Jakarta.

d. Pandangan Stereotip Masyarakat terhadap Pemulung

Pandangan stereotip masyarakat terhadap pekerjaan memulung sampah

dan barang bekasmenunjukkan pula sikap individualis yang berdampak pada

ketidakpedulian sosial. Pandangan tersebut ditunjukkan dalam bait berikut ini.

Bagai pipit dia mengembara

Mematuki remah-remah orang kota

Meski yang dipungut sampah tersisa

Tetap saja dia ditatap penuh curiga24

Pandangan sinis seperti ini memang sering dilakukan oleh masyarakat.

Anggapan masyarakat terhadap pemulung pada umumnya adalah bentuk

kewaspadaan agar para pemulung tersebut tidak mengambil barang-barang yang

sebenarnya masih terpakai oleh mereka. Hal yang lebih ekstrem dipandang oleh

masyarakat pada umumnya adalah anggapan bahwa pekerjaan sebagai pemulung

sedikit banyaknya rentan pada aktivitas kriminal seperti pencurian.

23

Taher, op. cit., h. 59. 24

Taher, op. cit., h. 60.

Page 90: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

79

3. Kritik terhadap Pengonversi Lahan Pertanian

a. Kritik atas Proyek Industrialisasi Yang Merugikan Masyarakat

Maraknya industrialisasi dan kegiatan pembangungan di bidang properti

kini tidak bisa dipungkiri lagi telah merambah ke wilayah pedesaan. Namun

demikian, kegiatan konversi lahan seperti ini jelas hanya mementingkan

keuntungan pihak yang terkait dengan menyampingkan kesejahteraan masyarakat

daerah. Pembangunan wilayah yang seyogianya untuk meningkatkan

kemakmuran masyarakat, misalnya di daerah pedesaan pada kenyataannya malah

menggerus kemakmuran itu sendiri. Hal tersebut dapat ditunjukkan kembali

seperti pada bait berikut ini.

Kini desa tak seperti dulu

Sawah luas hijau membentang

Alam yang tenteram sudah berlalu

Pabrik datang sawah menghilang

Sawah ladang kian menyempit

Kehidupan petani bertambah sulit

Perumahan dan pabrik industri

Mengusir petani setiap hari25

Seperti pada pembahasan sebelumnya, yakni kritik terhadap pemerintah,

bait tersebut pun ditunjukkan untuk mengkritik pola kerja pihak para pengonversi

lahan pertanian. Lahan-lahan pertanian yang diganti dengan proyek-proyek

pembangunan pabrik industri dan perumahan membuat para petani mau tidak mau

mencari sumber pendapatan lain. Para petani yang cenderung hanya berkompeten

dalam mengolah lahan pertanian pasti mengalami kesulitan untuk beralih profesi.

Jumlah pengangguran di pedesaan akan semakin meningkat apabila hal ini tetap

dibiarkan. Kebijakan pembangunan yang mengabaikan sektor pertanian

menimbulkan kemandekan atau terhambatnya pertumbuhan pendapatan di daerah

pedesaan. Gejala ini menyebabkan mereka berusaha menyelamatkan diri dengan

pindah ke kota, tetapi apa yang diidam-idamkan, yaitu keadaan hidup yang lebih

25

Taher, op. cit., h. 55.

Page 91: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

80

baik, ternyata tidak dapat terwujud.26

Hal inilah yang menjadi realitas seperti yang

dihadirkan dalam puisi esai “Manusia Gerobak”.

Beberapa kritik yang dapat ditemukan dalam puisi esai “Manusia

Gerobak” mengindikasikan bahwa rasa kepedulian sosial semakin tergerus.

Penelitian terhadap karya ini menunjukkan bahwa penulis lewat puisi esainya

banyak menyuarakan kritik terhadap pemerintah. Beberapa kegagalan pemerintah

dalam menjalankan regulasi negara ini ditampilkan dengan beragam bentuk rasa

oleh penulis, misalnya sikap ketidakadilan, marginalisasi, ketidaktegasan dalam

pelayanan publik, serta kebijakan-kebijakan pemerintah yang malah merugikan

masyarakat.

Berkaitan dengan pengisahan “Manusia Gerobak”, dapat dilihat salah satu

fenomena sosial yang menjadi bentuk kegagalan pemerintah dalam menangani

urbanisasi. Fenomena ini jelas memiliki sebab yang mengarah pada kurangnya

usaha pemerintah dalam mencerdaskan rakyat. Hal ini berdampak pada semakin

tingginya tingkat kemiskinan baik di perkotaan maupun pedesaan.

Urbanisasi memang membawa dampak yang beragam. Masyarakat yang

melakukan urbanisasi dihadapkan pada situasi perkotaan yang sangat berbeda

dengan lingkungan asli mereka. Sebagian dari mereka yang beruntung memang

memiliki penghasilan yang lebih besar dibanding penghasilan mereka sebelumnya

di desa. Ini terkait dengan adanya kebijakan UMR ataupun UMP yang diberikan

oleh perusahaan-perusahaan dengan para pekerja yang sedikit banyaknya berasal

dari pedesaan atau pinggiran kota. Tenaga mereka sebagai buruh memang

diperlukan di kota-kota metropolitan seperti Jakarta. Akan tetapi, persaingan

dalam mencari pekerjaan pun jelas sangat besar. Sehingga bagi mereka yang tidak

beruntung atau yang kurang berusaha, tentu mau tidak mau memilih pekerjaan

yang tidak produktif atau malah bersifat parasit, seperti pedagang kaki lima,

tukang parkir, pengamen, pelacur, pengemis, dan lain-lain.

Untuk mengatasi urbanisasi yang pesat, pemerintah di negara sedang

berkembang, salah satunya Indonesia, pertama-tama harus mengubah atau

mengurangi kebijakan-kebijakan yang mendorong pertumbuhan penduduk di kota

26

Evers, op. cit., h. 6.

Page 92: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

81

maupun ke kota. Kebijakan-kebijakan industrialisasi yang tidak

mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat tidak hanya gagal mendorong

masyarakat keluar dari keterbelakangan, tetapi bahkan menyebabkan makin

parahnya masalah pengangguran, kemiskinan, migrasi besar-besaran, dan

pertumbuhan penduduk kota yang tak terkendali.27

Selanjutnya, perlu dirumuskan kebijakan-kebijakan yang mendorong

terciptanya good governance dengan tetap menjunjung tinggi asas keadilan dan

kebenaran.28

Integritas moral dan keprofesionalan aparat penegak hukum harus

ditingkatkan melalui peningkatkan kesejahteraan, dukungan sarana dan prasarana,

hukum, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya.

Sebagai pemegang jalannya pemerintahan, pemerintah juga harus terus

berlandas pada undang-undang, terutama terkait dengan penggunaan lahan.

Keuntungan finansial yang diterima jangan hanya menjadi tujuan utama dalam

bekerjasama dengan para pengusaha maupun investor. Penyejahteraan kehidupan

masyarakat harus menjadi tujuan utama.

Fakta-fakta sosial yang ditampilkan dalam puisi esai “Manusia Gerobak”

menuntut agar diakui dan dihormatinya hak-hak asasi manusia. Pemerintah dalam

hal ini hendaknya secara bijak dan transparan meningkatkan kesejahteraan hidup

masyarakat tanpa kecenderungan sentimen tertentu. Ini semua bertujuan untuk

memulihkan kepercayaan masyarakat dalam hal kesamaan hak untuk memperoleh

kesempatan dalam meningkatkan taraf hidup.

Faktor utama yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah

ketidakpedulian sosial. Hal tersebut jelas merupakan salah satu masalah sosial

terbesar. Rakyat negara berkembang seperti di Indonesia memang semakin

sengsara dan dapat ditunjukkan dengan angka pengangguran yang semakin

menjulang.29

Oleh sebab itu, pemerintah harus mendorong adanya usaha

pemecahan masalah dan perubahan ke arah perbaikan. Namun demikian, dari

paparan tersebut tentu saja berhadapan dengan realitas yang bertolak belakang.

Pemerintah dan masyarakat cenderung belum memaksimalkan usaha pengentasan

27

Evers, op. cit., h. 32. 28

Nugroho, op. cit., h. 135. 29

Evers, op. cit., h. 3.

Page 93: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

82

masalah sosial, sehingga permasalahan sosial seperti kemiskinan tetap menjamur

di kota-kota besar khususnya Jakarta.

Upaya pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan masih perlu

ditingkatkan. Kebijakan-kebijakan dalam mengentaskan kemiskinan tersebut

merupakan komitmen semua bangsa untuk mewujudkan kesejahteraan bagi

masyarakat. Dengan demikian, usaha menghapus kemiskinan dapat dikatakan

sebagai upaya mencapai keadilan sosial.

B. Implikasi Kritik Sosial dalam Puisi Esai “Manusia

Gerobak” terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia di SMA

Dari berbagai macam judul puisi esai yang sudah ada, puisi esai “Manusia

Gerobak” karya Elza Peldi Taher bisa menjadi salah satu pilihan bahan ajar dalam

pembelajaran puisi. Fenomena manusia gerobak atau para tunawisma dengan

pekerjaannya sebagai pemulung—yang semakin banyak muncul akan melatih

siswa untuk mengembangkan pemikiran yang kritis. Fakta sosial tersebut tentu

banyak ditemui oleh siswa di sekitar mereka. Sehingga, tujuan pembelajaran yang

memusatkan pada pengalaman sehari-hari bisa lebih diterapkan.

Selain itu, lewat pesan yang terkandung dalam puisi esai “Manusia

Gerobak”, kesadaran siswa untuk memiliki kepedulian sosial akan semakin

meningkat. Peran guru sangat dibutuhkan untuk menyugesti dan menginspirasi

siswa lewat puisi esai Manusia Gerobak tersebut. Setelah proses pembelajaran

terhadap kesadaran atas kepedulian sosial, melalui puisi esai ini guru bisa melatih

siswa untuk memikirkan penyebab permasalahan sosial yang ada di sekitar

mereka maupun yang lebih luas, yakni mengenai permasalahan sosial di negeri

ini.

Setelah melakukan penelitian terhadap puisi esai “Manusia Gerobak”,

hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik

tentang sastra melalui pengalaman belajar. Tujuan pembelajaran pada kegiatan ini

adalah siswa mampu memahami pembelajaran sastra serta memberikan

pengalaman belajar kepada siswa dengan mengaitkannya dengan kehidupan

Page 94: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

83

sehari-hari. Banyaknya fenomena di kota besar seperti para tunawisma, pemulung,

gaya hidup yang cenderung hedonis, ketimpangan antara si kaya dan si miskin,

serta kurangnya perhatian pemerintah dapat dengan mudah dilihat oleh mereka.

Pendekatan melalui pengalaman akan sangat membantu siswa untuk memahami

bahan ajar yang pada akhirnya tentu saja akan meningkatkan apresiasi mereka

terhadap karya sastra.

Penjabaran mengenai pentingnya mempelajari sastra dan bagaimana

strategi pengajarannya yang baik tentu saja perlu didorong oleh minat guru

sebagai pengajar terhadap sastra. Seorang guru yang mampu menyampaikan

pengajaran sastra dengan komunikatif, sugestif, dan inspiratif tentu akan membuat

siswa semakin mengapresiasi kehadiran sastra. Sehingga, siswa mampu

mengaitkan dan menerapkan pembelajaran bahasa yang baik ke dalam

pembelajaran sastra, begitu pula sebaliknya. Ini semua akan membuat siswa tidak

memandang sebelah mata pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia ataupun

beranggapan bahwa mempelajari bahasa dan sastra Indonesia sekadar untuk

mempersiapkan ujian semata.

Sesuai dengan implikasi yang diharapkan dari penelitian skripsi mengenai

kritik sosial “Manusia Gerobak” karya Elza Peldi Taher ini, hasil penelitian

relevan dengan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di tingkat SMA kelas X semester 2 dalam

aspek berbicara dengan standar kompetensi mengungkapkan pendapat terhadap

puisi melalui diskusi dan kompetensi dasar menghubungkan isi puisi dengan

realitas alam, sosial budaya, dan masyarakat melalui diskusi. Maka dari itu, dapat

dirumuskan sebuah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) mata pelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia tingkat SMA kelas X semester II sebagaimana

terlampir.

Page 95: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

84

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan terhadap puisi esai “Manusia Gerobak” karya

Elza Peldi Taher, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Penelitian terhadap unsur pembangun dalam puisi esai “Manusia Gerobak”

ini menggunakan sepuluh unsur pembangun puisi yang terdiri dari tema,

rasa, nada, amanat, diksi, imajeri, gaya bahasa, rima, ritme, dan pusat

pengisahan. Tema dalam puisi esai ini adalah gambaran tentang semakin

tingginya ketidakpedulian sosial. Rasa yang terkandung dalam puisi ini

yakni rasa tidak adil atau diskriminasi yang diakibatkan oleh tingginya

ketimpangan sosial. Puisi esai ini memiliki nada-nada kesedihan,

perjuangan, ketabahan, dan sindiran dalam menyikapi ketidakpedulian.

Amanat atau pesan yang ditunjukkan yakni rasa ketidakpedulian yang

semakin mengkhawatirkan seolah menjadi ciri bahwa bangsa kita tengah

mengalami krisis sosial. Diksi dalam puisi ini didominasi oleh pemilihan

kata yang berhubungan dengan kemiskinan, kesengsaraan, ketabahan, serta

keagamaan. Imajeri yang menjadi daya bayang dari puisi esai ini adalah

imajeri pandang, imajeri dengar, dan imajeri sentuh. Gaya bahasa yang

digunakan dalam puisi ini yakni repetisi, paralelisme, perumpamaan,

metafora, dan personifikasi. Rima dan ritme dalam puisi esai ini beragam,

keterkaitan rima dan ritme ini diantarnya menghasilkan totalitas suara

yang rendah, tinggi, cepat, lambat, pendek, dan panjang yang berhubungan

dengan rasa, nada, serta tema dalam puisi ini. Pusat pengisahan yang

digunakan dalam puisi ini adalah pengisah di luar cerita yang serba tahu.

2. Kritik sosial merupakan salah satu bentuk komunikasi yang mempunyai

peran penting dalam mengontrol kondisi sosial. Kritik sosial diwujudkan

dengan mengamati, membandingkan, dan menilai kondisi-kondisi sosial

yang terjadi. Kritik sosial yang diperoleh yakni kritik yang ditujukan untuk

pemerintah, masyarakat, dan para pihak pengonversi lahan pertanian. Dari

Page 96: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

85

ketiga sasaran kritik sosial tersebut, pemerintah dipandang sebagai pihak

yang paling bertanggung jawab atas terciptanya kehidupan masyarakat

yang penuh dengan permasalahan sosial. Kritik terhadap pemerintah antara

lain yakni sikap diskriminatif, kurangnya ketegasan, kecenderungan

berprasangka negatif, kebijakan yang merugikan masyarakat, kurangnya

keseriusan dalam mencerdaskan rakyat dalam menghadapi perubahan

sosial, dan kurangnya keseriusan untuk menyejahterakan rakyat.

Sedangkan kritik terhadap masyarakat yakni semakin tingginya rasa

ketidakpedulian sosial, kecenderungan masyarakat kota yang semakin

memilih gaya hidup mewah dan mementingkan diri sendiri,

ketidakpedulian masyarakat terhadap kelestarian lingkungan, dan

pandangan stereotip masyarakat umum terhadap kaum miskin. Selain

kritik yang ditujukan terhadap dua golongan tersebut, sasaran kritik yang

ketiga yakni ditujukan kepada pihak pengonversi lahan pertanian. Pihak ini

memanfaatkan industrialisasi dan pembangunan di bidang properti untuk

mementingkan keuntungan mereka dengan mengenyampingkan

kesejahteraan masyarakat pedesaan. Penelitian ini menunjukkan cerminan

atau gambaran terhadap kehidupan sosial baik pemerintahan, kehidupan

bermasyarakat, maupun pola kerja pihak berkepentingan finansial—yang

terjadi di Indonesia—yang secara keseluruhan belum mengoptimalkan

peran untuk saling berkoordinasi dalam mewujudkan kesejahteraan

bangsa.

3. Penelitian mengenai kritik sosial dalam puisi esai “Manusia Gerobak” ini

dapat diimplikasikan terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia

pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMA kelas X

semester 2. Standar Kompetensi yang sesuai yakni aspek berbicara dengan

mengungkapkan pendapat terhadap puisi melalui diskusi. Kompetensi

Dasar yang sesuai yakni menghubungkan isi puisi dengan realitas alam,

sosial budaya, dan masyarakat melalui diskusi. Kegiatan menganalisis

puisi esai ini di samping menambah pengetahuan terhadap puisi esai, juga

melatih kepekaan siswa terhadap realitas yang terjadi di sekitarnya.

Page 97: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

86

Dengan pengalaman sehari-hari, kesadaran terhadap pentingnya

pembelajaran sastra akan semakin diminati oleh siswa.

B. Saran

1. Khazanah sastra di Indonesia semakin bergeliat dan memunculkan pribadi-

pribadi kreatif yang sesungguhnya.

2. Kehadiran puisi esai semoga bisa mendorong sarana-sarana baru dalam

memperjuangkan nasib orang-orang terpinggirkan yang selama ini menjadi

realitas di negeri ini.

3. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia semakin diminati oleh siswa

karena memiliki banyak manfaat untuk menumbuhkan sikap kemanusian,

menambah wawasan sosial dan budaya, serta mengasah kepekaan mereka

terhadap realitas yang terjadi sehingga sikap kritis siswa dapat semakin

berkembang.

Page 98: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

87

DAFTAR PUSTAKA

Adinegoro, Djamaludin. Tata Kritik. Jakarta: Nusantara. 1958.

Aminuddin. Pengantar Apresiasi Sastra. Yogyakarta: Sinar Baru. 1987.

Ali, Denny Januar. Atas Nama Cinta. Jakarta: Renebook. 2012.

Bardo, John W. Urban Sociology. USA: Peacock Publisher. 1982.

D., Mahfud M. Kritik Sosial dalam Wacana Pembangungan. Yogyakarta: UII

Press. Cet. 2, 1999.

Endraswara, Suwardi. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka

Widyatama. 2003.

Evers, Hans-Dieter dan Korff, Rudgiger. Urbanisme di Asia Tenggara. Jakarta:

Yayasan Obor. 2002.

Ferarra, Cosmo F. Introducing Literary. New York: Glencoe/ McGraw-Hill

Educational Division. 1991.

Humas/ DAR. http://www.setneg.go.id. “Presiden Sampaikan Pidato Kenegaraan

di Depan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI”. 16 Agustus 2013.

Diunduh pada 20 November 2013 pukul 11:12.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya. Cet.

29, 2011.

Noor, Acep Zamzam (ed). Puisi Esai: Kemungkinan Baru Puisi Indonesia.

Depok: PT Jurnal Sajak. 2013.

Nugoroho, Iwan dan Dahuri, Rokhmin. Pembangunan Wilayah. Jakarta: LP3ES.

2012.

Page 99: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

88

Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press. Cet. 5, 2005.

Ratna, Nyoman Kutha. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar. Cet. 3, 2007.

Rosidi, Ajip. Puisi Indonesia Modern. Jakarta: Pustaka Jaya. Cet. 5, 2010.

Semi, Atar. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya. 1988.

Setiadi, Elly M. dkk. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group. 2008.

Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grassindo. 2008.

Soekanto, Suryono. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: CV Rajawali. 1988.

Soetomo. Masalah Sosial dan Pembangunan. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya. 1995.

Strahm, Rudolf H. Kemiskinan Dunia Ketiga. Jakarta: Cidesindo. 1999.

Syafi’ie, Inu Kencana. Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia. Bandung: PT

Refika Aditama. Cet. 2, 2006.

Taher, Elza Peldi. Manusia Gerobak. Depok: PT Jurnal Sajak. 2013.

Tim Penerjemah: Jean Jacques Rousseau, Kontrak Sosial. Jakarta: Dian Rakyat,

Forum Jakarta—Paris & Universitas Padjadjaran. 2010.

Tim Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. Cet. 6,

2008.

Widjojoko dan Hidayat, Endang. Teori dan Sejarah Sastra Indonesia. Bandung:

UPI Press. 2006.

Winarno, Budi. Sistem Politik Indonesia Era Reformasi. Jakarta: PT Buku Kita.

Cet. 2, 2008.

www.digilib.fkip.uns.ac.id

Page 100: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

89

Yunus, Mahmud. Kamus Bahasa Arab—Indonesia. Jakarta: PT Hidakarya Agung.

1989.

Zaidan, Abd. dkk. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka. 2007.

Page 101: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

(Lampiran 1)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

SEKOLAH : SMA.....................

MATA PELAJARAN : Bahasa dan Sastra Indonesia

KELAS : X

SEMESTER : 2

A. STANDAR KOMPETENSI:

Berbicara : 14. Mengungkapkan pendapat terhadap puisi melalui diskusi

B. KOMPETENSI DASAR:

14.2 Menghubungkan isi puisi dengan realitas alam, sosial budaya, dan

masyarakat melalui diskusi

C. MATERI PEMBELAJARAN:

Puisi esai “Manusia Gerobak” karya Elza Peldi Taher (hubungan isi puisi

dengan kondisi masyarakat)

D. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI:

No Indikator Pencapaian Kompetensi Nilai Budaya Dan

Karakter Bangsa

Kewirausahaan/

Ekonomi Kreatif

1 Mengidentifikasi unsur-unsur yang

membangun puisi esai “Manusia Gerobak”

karya Elza Peldi Taher.

Bersahabat/

komunikatif

Kreatif

Kepemimpinan

Keorisinilan

2 Mendiskusikan kritik sosial yang

terkandung dalam puisi esai “Manusia

Gerobak” karya Elza Peldi Taher.

3 Mengaitkan unsur-unsur pembangun puisi

esai “Manusia Gerobak” dengan kritik

sosial yang terkandung dalam puisi esai

tersebut.

Page 102: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

E. TUJUAN PEMBELAJARAN:

Siswa-siswi dapat:

Mengidentifikasi unsur-unsur yang membangun puisi esai “Manusia

Gerobak” karya Elza Peldi Taher.

Mendiskusikan kritik sosial yang terkandung dalam puisi esai “Manusia

Gerobak” karya Elza Peldi Taher

Mengaitkan unsur-unsur pembangun puisi esai “Manusia Gerobak”

dengan kritik sosial yang terkandung dalam puisi esai tersebut.

F. METODE PEMBELAJARAN:

Ceramah

Diskusi

Unjuk Kerja

Tanya Jawab

Penugasan

G. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN:

No. Kegiatan Belajar Nilai Budaya Dan

Karakter Bangsa

1. Kegiatan Awal :

Guru menjelaskan Tujuan Pembelajaran hari ini.

Bersahabat/

komunikatif

2. Kegiatan Inti :

Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi :

Membaca puisi esai

Mengidentifikasi unsur pembangun puisi esai

“Manusia Gerobak” yang telah dibaca

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi,

Mendiskusikan isi puisi esai yang berhubungan

dengan realitas alam, sosial budaya, dan masyarakat.

Di antaranya kritik sosial yang terkandung dalam puisi

esai “Manusia Gerobak” dengan kehidupan sehari-hari

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, Siswa-siswi:

Menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahui

Menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui.

Tanggung jawab

3. Kegiatan Akhir :

Refleksi

Guru menyimpulkan pembelajaran hari ini.

Penugasan

Bersahabat/

komunikatif

Page 103: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

H. ALOKASI WAKTU:

4 x 45 menit

I. SUMBER BELAJAR/ALAT/BAHAN:

Puisi Esai “Manusia Gerobak” karya Elza Peldi Taher

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Kamus Istilah Sastra

J. EVALUASI DAN PENILAIAN :

Jenis Tagihan:

tugas individu

ulangan

Bentuk Instrumen:

uraian

Tangerang Selatan,

Mengetahui,

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

…………………………… ………………………………

NIP. NIP.

Page 104: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

(Lampiran 2)

MANUSIA GEROBAK Karya Elza Peldi Taher

1

Kalbu Atmo luluh lantak

Mulut membisu tidak bicara

Awan di langit berarak-arak

Langit biru alangkah indahnya

Pohon-pohon segar menghijau

Bunga mekar kuning dan jingga

Kalbu Atmo sangatlah kacau

Pedih jiwa tiada terhingga

Atmo terus ayunkan langkah

Susuri Jakarta yang ramai

Hatinya remuk kalbunya gundah

Tiada tentram tiada damai

Sarung kumal membungkus jenazah

Tubuh mungil diam dan pasrah

Ditutup rapi, diselempangkan menyilang

Di depan dadanya yang datar kerontang

Lengan satunya mengapit jemari mungil

Anak lelakinya yang berbaju lusuh

Tertatih mengejar dengan langkah kecil

Mengiringi bapaknya tanpa mengaduh

2

Baru sesaat lalu, Mawar, si putri bungsu

Terbaring bisu untuk selamanya

Jantung Atmo terkapar, termangu

Tersedu-sedu tanpa suara

Tubuh kecil Mawar ditutupnya diam-diam

Terselimut hangat kain rombengan

Kakak laki-laki belum terlalu mengerti

Adiknya, Mawar, terbaring mati

Jenazah mungil dimasukkan gerobak

Hendak dikubur di mana anak tersayang

Bukankah kuburan telah penuh sesak

Yang sisa hanya buat yang beruang

Page 105: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

Dihelanya gerobak menyusur Jakarta

Orang sibuk sendiri-sendiri

Padatnya jalanan tiada terhingga

Tapi tak ada yang peduli

Mobil dan motor cuma melintas

Tak satu pun yang bertanya

Hidup di kota memanglah keras

Tapi bukankah mereka manusia?

Matahari mulai meninggi

Atmo terkenang kampungnya yang rindang

Tapi sakunya kosong dan sepi

Jenazah tak bisa dibawa pulang

Untuk hidup di sini susah

Untuk mati pun ternyata tak mudah

Mesti ada tempat di kampungnya yang indah

Untuk membaringkan satu jenazah

Kampung halaman Atmo yang tentram

Jauh dari hiruk-pikuk Jakarta

Di sana bisa dibuat makam

Berhiaskan pohon kemboja

Di depan stasiun Atmo berhenti

Hatinya resah kepalanya pepat

Tak sepeser pun uang di kantong

Ia mesti waspada, mesti berhati-hati

Menunggu kereta ekonomi, kereta rakyat

Untuk duduk merdeka di atap gerbong1

Ia ingin naik kereta diam-diam

Menuju ke pinggiran kota Citayam

Tanpa karcis tak usah bayar

Kepergok kondektur bisa digampar

3

Atmo meraih jasad putrinya

Diselimuti sarung kumal, lalu pelan dibopongnya

1KRL Jabodetabek adalah jalur kereta listrik yang dioperasikan oleh PJKA sejak 1976,

melayani rute komuter di wilayah Jakarta, Depok, Bogor, Tangerang, Bekasi, dan Serpong. KRL

yang melayani jalur ini terdiri dari dua kelas, yaitu kelas ekonomi dan kelas ekspres yang

menggunakan pendingin udara. Kereta kelas ekonomi selalu padat setiap pagi hari dan sore hari.

Bahkan sampai di atap gerbong. Banyak penumpang kelas ekonomi tak memiliki karcis.

Page 106: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

Diraihnya lengan mungil anak lelakinya

Agar selalu ada di sampingnya

Gerobak yang setia menemaninya

Ditinggalkan begitu saja

Tak ada harta tak ada apa-apa

Barang yang berguna di dalamnya

Pegawai stasiun mencegatnya

Ada syakwasangka di matanya

Tubuh kecil kaku ditengoknya

Orang mati dibawa ke mana-mana

Terpejam diam tak bergerak

Tak bernafas tak bersuara

Si pegawai curiga, membentak

Orang mati dibawa ke mana-mana

Atmo menjawab sembari bingung

Hendak memakamkan anaknya di kampung

Dia tahu betapa sulitnya di kota Jakarta

Untuk menguburkan jasad manusia2

Apalagi tanpa KTP tanpa harta

Tempat tinggal pun tiada menentu

Menggelandang tak punya apa-apa

Sudah untung tak makan batu

2Jakarta mengalami krisis lahan pemakaman. Dari 589,65 hektar luas pemakaman, lahan

yang siap pakai untuk pemakaman baru di seluruh wilayah Jakarta hanya 31,8 hektar. Di atas

kertas, lahan itu diperkirakan cukup hingga 2013. Biaya pemakaman jenazah baru sebenarnya

sangat murah dan sudah diatur secara jelas oleh Pemerintah Jakarta. Dalam Peraturan Daerah

Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman, pemerintah menetapkan retribusi pelayanan

pemakaman yang besarnya sesuai Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2006. Biaya pemakaian

tempat pemakaman bervariasi dari nol sampai paling mahal seratus ribu rupiah untuk jangka waktu

tiga tahun. Tetapi kenyataannya, biaya taka resmi pemakaman bisa mencapai Rp2,5 juta.

Pada tahun 2000, Dinas Pemakaman memproyeksikan penduduk Jakarta berjumlah

8.385.639 jiwa, rata-rata pelayanan jenazah 100 jiwa per hari atau 36.500 jiwa per tahun. Artinya,

tingkat kematian penduduk pada tahun itu adalah 0,44 persen. Lima tahun kemudian, jumlah

penduduk meningkat menjadi 8.699.600 jiwa dengan rata-rata pelayanan 110 jenazah per hari atau

40.150 jiwa per tahun. Tingkat kematian juga naik menjadi 0,46 persen. Angka ini kembali naik

menjadi 0,50 persen pada tahun 2007. Proyeksi penduduk Jakarta saat itu berjumlah 8.814.000

jiwa dengan rata-rata pelayanan 120 jenazah per hari atau 43.800 per tahun.

Dari ketiga data tersebut, Dinas Pemakaman menarik kesimpulan, persentase tingkat

pelayanan kematian di Jakarta mencapai 0,46 persen per tahun.

Jika diasumsikan tiap tahun tingkat kematian mencapai 40 ribu jiwa dan orang harus

mengeluarkan biaya pemakaman sekitar dua juta per satu jenazah, jumlah uang yang beredar

mencapai 80 miliar per tahun. Uang ini berasal dari akumulasi retribusi sewa lahan, biaya

ambulans, penyewaan tenda, pembuatan batu nisan, pengadaan rumput, pemeliharaan makam dan

upah para penggali.

Page 107: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

Atmo tahu mahalnya biaya pemakaman

Biaya ini dan itu tidak sedikit

Atmo tak punya apa-apa, tak ada simpanan

Di Jakarta orang melarat jangan sakit

Apalagi kalau sampai mati

Hidup susah tak henti-henti

Semasa hidup begitu pahit

Kembali kepada-Nya pun masih dipersulit

Jakarta hanya untuk orang berpunya

Tak ada belas kasihan

Pegawai stasiun tak percaya

Ia ditangkap jadi tawanan

Atmo digelandang ke pos polisi

Dia ditanya itu dan ini

Jenazah anaknya harus diotopsi

Penyebab matinya mesti diselidiki

4

Atmo tercenung di pintu kamar jenazah

Rumah duka bagi orang yang kehilangan

Hatinya gundah hatinya resah

Tak cukupkah ini kemalangan

Niat Atmo hanya sederhana

Ingin menguburkan anak tercinta

Di tanah gembur kampung sana

Ternyata sulit tiada terkira

Ingin hatinya menangis

Tapi air mata terkuras habis

Tak ada satu pun yang peduli

Hanya anak lelakinya yang menemani

Terkenang ia masa lalunya

Ketika masih bersama sang istri

Keinginan Atmo sangat sederhana

Tak harus bergelimang materi

Cita-citanya hidup di desa

Bersama sang istri yang tercinta

Rukun, damai, bersahaja

Dengan sang anak belahan jiwa

Page 108: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

Anaknya dua lengkaplah sudah

Satu lelaki satu perempuan

Kasih sayangnya selalu tercurah

Setiap pagi, siang, dan malam

Semuanya ia nikmati

Dua buah hati dan cinta istri

Anak-anaknya bermain riang

Meski segalanya serbalah kurang

Tak tamat sekolah dasar

Atmo hanyalah buruh tani

Sawah yang digarap tidaklah besar

Tetapi selalu ia tekuni

Hidup bergantung pemilik sawah

Bekerja keras setengah mati

Meski tekun mengolah tanah

Hasilnya sedikit tiada berarti

Sang istri mengurusi dua anaknya

Berumah sempit bukan miliknya

Dapur dan tempat tidur menyatu

Atmo harus mencukupi keluarga

Mencari nafkah ala kadarnya

Untuk beras, tempe, dan tahu

5

Kini desa tak seperti dulu

Sawah luas hijau membentang

Alam yang tentram sudah berlalu

Pabrik datang sawah menghilang

Sawah ladang kian menyempit

Kehidupan petani bertambah sulit

Perumahan dan pabrik industri

Mengusir petani setiap hari3

Petani sawah kian terjepit

Lebih baik menjual sawah

Lalu pergi untuk berdagang

Buat Atmo semuanya rumit

Tanpa sawah hidupnya susah

3Menurut Kementerian Pertanian, tingkat konversi lahan menjadi peruntukkan lain sudah

mengkhawatirkan. Rata-rata konversi setiap tahun mencapai 140 ribu hektare untuk berbagai

kepentingan seperti perumahan, industri, dan lainnya.

Page 109: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

Mau berdagang tak punya uang

Atmo hanya bisa mencangkul

Menggarap sawah menanam padi

Tanpa tanah hidupnya terpukul

Penghidupannya tak ada lagi

Buruh tani kian bertambah

Persaingan kian tajam

Pemilik tanah semakin pongah

Jalannya nasib semakin kejam

Atmo terdesak Atmo terjepit

Kebutuhan hidup kian meningkat

Anak menangis makan pun sulit

Perut yang kosong makin melekat

Anak mungil, lincah, dan lucu

Diremas lapar setiap hari

Tak ada nasi, tempe, dan tahu

Wajahnya kering sepucat jerami

Lalu kota mulai menggoda

Kata orang di sanalah surga

Semua barang di sana tersedia

Uang datang dengan mudahnya

Di Jakarta, kata orang

Mencari uang lebih gampang

Karena di sana semua uang berdiam

Bertumpuk-tumpuk siang dan malam

Tekad Atmo seteguh karang

Ke Jakarta hendak menjelang

Ia tinggalkan desa yang tenteram

Hijrah ke kota dan ketidakpastian

Membawa uang tak seberapa

Istri dan dua anak dibawa

Tekad membatu jiwa membara

Berharap lebih nanti di kota

6

Satu yang pasti di kota harus ada papan

Sandang tak jadi persoalan

Setelah itu barulah pangan

Page 110: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

Atmo tak punya kerabat

Untuk menumpang barang sejenak

Kamar sepetak untuk berempat

Bersewa murah di tempat sesak

Atmo kini menetap berempat

Di padat Manggarai, milik Ibu Sri

Di tepi Ciliwung berair coklat

Mandi mencuci di tepi kali

Atmo tak punya pilihan

Dia butuh papan untuk berlindung

Ikhtiar siang istirahat malam

Mati-matian mencari untung

Mencari kerja ternyata susah

Buruh bangunan dia tak bisa

Tanpa ilmu tanpa ijazah

Kerja kantoran, siapa mau terima?

Atmo kumpulkan barang rongsokan

Botol dan gelas air mineral

Kata orang, di kota apa saja bisa jadi uang

Barang bekas bisa dijual

Dia berjalan dari rumah ke rumah

Dikoreknya kotak dan tong sampah

Barang-barang yang dibuang orang

Siapa tahu bisa dijadikan uang

Jalanan demi jalanan

Rumah demi rumah

Sampah demi sampah

Memulung dengan tabah

Sisa nasib dan remah-remah

Sampah kotoran kota Jakarta

Diangkut keranjang di punggungnya

Benarkah hanya sampah belaka

Persembahan orang kaya bagi yang papa?

Sampah sedikit sampah yang banyak

Dijualnya segera ke lapak

Orang yang kaya menghitung untung

Page 111: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

Sampahnya jatah si pemulung4

Kadang ia didera kenangan lama

Mengolah tanah mencangkul sawah

Meski bukan sawah sendiri

Kini sawahnya seluas kota

Dengan gancok mencangkul sampah

Panennya plastik, bukannya padi

Dikenangnya burung-burung pipit

Yang mematuki remah-remah padi

Sawah luas terasa sempit

Di tengah kecurigaan para petani

Bagai pipit dia mengembara

Mematuki remah-remah orang kata

Meski yang dipungut sampah tersisa

Tetap saja dia ditatap penuh curiga

7

Sang istri mulai gelisah, nyalinya kuncup

Uang yang dibawa suami tak pernah cukup

Tapi ia tak bisa apa-apa, tak bisa bergerak

Ingin membantu suami terlantarlah anak

Sang istri mulai berkeluh kesah

Sudah datang tagihan kontrakan

Meski di kota berserakan sampah

Sampah tidak bisa jadi simpanan

Hasil sehari hanya cukup untuk makan

Itu pun bukannya makanan idaman

Tagihan datang setiap hari

Sangat mengusik ketenteraman hati

Tak tahan didesak tagihan uang

Atmo memilih menggelandang

4Pada tahun 2009 diperkirakan Manusia Gerobak mencapai 1.000 orang. Mereka

biasanya berada di kawasan Senen, Tanah Abang, Kemayoran, dan sejumlah pemukiman padat di

Jakarta. Manusia Gerobak mengacu pada kemiskinan yang membawa orang-orang di desa mencari

nafkah di kota. Mereka membawa keluarganya dalam suatu gerobak. Gerobak inilah yang menjadi

rumah sekaligus alat angkut dan mencari makan dengan memulung sampah serta barang

rongsokan sekaligus mengemis. Manusia gerobak menjadi alternatif orang miskin

mempertahankan hidup di kota Jakarta. Dengan cara tersebut mereka memiliki risiko kecil tapi

memberikan nilai ekonomis yang lumayan dengan rata-rata pendapatan per hari Rp 25—30 ribu

dari hasil memulung.

Page 112: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

Istri dan dua anaknya dibawa kerja

Dengan gerobak mengembarai Jakarta

Kini gerobaknya menjadi rumah

Tetangganya berubah-ubah

Jangan tanya alamat tepat

Setiap hari berpindah tempat

Saat kantuk menggayut datang

Gerobak menjadi tempat tidur

Beratap langit luas dan lapang

Atmo bisa lelap mendengkur

Mandi kalau ada air

Makan kalau dapat uang

Dengan gerobak hidup mengalir

Pada langit tiada berhutang

Kala terik menyengat

Pohonan kota tempat berteduh

Kala malam kedinginan

Kepada siapa mesti mengaduh?

Setiap hari Atmo menghela gerobak

Jalan beriring anak-beranak

Sambil memulung, memilih sampah

Plastik dan kardus bertumpuk megah

Gerobaknya adalah istana

Tempat bermukim sampah semesta

Di puncak tumpukan barang-barang sisa

Kedua anaknya duduk bertahta

Berkuasa penuh dan digjaya

Lambang kemiskinan umat manusia

8

Atmo di depan menghela gerobak

Istri di belakang sambil mengawasi

Beriringan di tengah deru kendaraan

Pagi

Siang

Malam

Saat tiba malam Atmo mencari tempat

Kadang di pinggir jalan Pondok Indah

Page 113: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

Gerobak di parkir di trotoar terdekat

Menjadi bagian dari perumahan mewah

Dua anaknya bermain di dalam gerobak

Atmo duduk istirahat di sebelahnya

Kadang mereka turun dan berteriak

Bercengkrama memanggil ibunya

Lalu mereka berempat bersama-sama

Menikmati nasi bungkus berlauk sekadarnya

Tak ada kerat daging atau ayam

Untuk mengusir lapar semalaman

Hari sudah jauh petang

Kendaraan masih berderet panjang

Orang-orang yang bergegas pulang

Suara klakson berteriak lantang

Di pinggir jalan Atmo duduk memandang

Kendaraan melintas pulang pergi

Mobil mulus warna-warni

Di dalamnya orang berbaju rapi

Tak satu pun dari mereka yang peduli

Atmo, anak-anak, dan istri

Termangu-mangu sendiri

Gerobak dan Atmo sekeluarga

Bagaikan etalase belaka

Sekedar pajangan di pinggir jalan

Sesekali ditoleh lalu dilupakan

Atmo sekeluarga dan gerobaknya

Sang raja yang bertahta di sampah kota

Sama sekali tak dipedulikan rakyatnya

Yang bermobil mewah, makmur, dan bahagia

Sang raja pucat, lapar, dan termangu

Di samping gerobaknya dia membisu

Ia berharap rakyatnya membuang sisa-sisa

Dari kehidupan mereka barang yang lebih berharga

Orang-orang yang baru keluar dengan bahagia

Wajahnya kenyang tiada terkira

Dari rumah makan siap saji

Restoran bergambar daging di tengah roti

Bundar dan besar, nikmat tampaknya

Page 114: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

Maka mereka semua ceria

Tak ada yang peduli pada Atmo sekeluarga

Yang perutnya nyaris tiada isinya

Manusia gerobak

Anak-beranak

Nasib berderak

Membuat koyak

9

Atmo pasrah jalani hidupnya

Tapi tidak bagi istrinya

Sang istri mulai lelah mendampingi

Kehidupan manusia gerobak yang tak pasti

Di tengah terik diterpa hujan

Disergap dingin angin malam

Hari ini makan

Hari ini cari makan lagi

Besok mungkin makan

Besok harus mencari lagi

Kalau tidak dapat apa-apa?

Lantas harus makan apa?

Kedua anaknya sungguh kasihan

Tumbuh serba kekurangan

Tidak ada masa depan

Sang istri bergelut bimbang

Akhirnya ia pun bilang

Ingin berpisah

Mencari kehidupan lain

Ia telah lelah

Jalani kehidupan rutin

Berjalan seharian

Ia sudah tak tahan

Tapi Atmo masih bertahan

Dengan istri enggan dipisahkan

Atmo masih tetap berkeras

Dengan sang istri tak mau lepas

Sampai tibalah suatu malam

Kala Atmo dan dua anaknya terlelap

Sang istri pergi diam-diam

Lantas menghilang bagaikan sulap

Page 115: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

Pagi hari Atmo mencari-cari

Hilang lenyap jejak sang istri

Anaknya menangis meraung-raung

Membuat Atmo semakin bingung

Di mana sang istri harus dicari

Di tengah belantara kota Jakarta

Bagaimana luka sang anak bisa diobati

Dia sendiri tiada berdaya

10

Atmo pasrah

Hatinya miris

Atmo menelan serapah

Hatinya menangis

Percuma menyesali diri

Dua buah cintanya lebih utama

Istri yang hilang bagaimana dicari

Dua anaknya mau makan apa?

Bertiga mereka memendam duka

Sirnanya kasih ibu memang terasa

Hilang sudah sang payudara

Tempat menyusu putri bungsunya

Susu ibu tiada gantinya

Apalagi di tengah sampah kota

Putri bungsu mulai merana

Susu sisa pun akhirnya terbiasa

Dalam gelimang kotor kehidupan

Diare menyerbu sang putri bungsu

Mati-matian Atmo mencari bantuan

Tak kunjung ada yang datang membantu

Dibawanya anaknya berobat

Ke Rumah sakit dan Puskesmas

Dengan selembar sepuluh ribu

Baik dokter maupun perawat

Tak menggubris wajahnya yang memelas

Menolak Atmo tanpa ragu

Mereka seolah bersepakat dan kuat

Melihat anaknya terbaring sekarat

Page 116: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

Akhirnya dengan lesu ia berangkat

Di atas gerobak anaknya coba dirawat

Putri bungsunya tercinta

Semakin lemah tak berdaya

Di tengah-tengah gemerlap kota

Akhirnya dia meregang nyawa

Putrinya membeku tak lagi bergerak

Matanya terkatup rapat-rapat

Atmo ingin sekuatnya berteriak

Namun seucap pun ia tak dapat

Atmo memeluk putrinya erat-erat

Agaknya telah datang sang malaikat

Mengambil anaknya tersayang

Dari atas gerobaknya yang malang

“Inna lilah wa inna ilaihi rojiun”

Atmo terpekur dalam-dalam

“Inna lillah wa inna ilaihi rojiun”

Atmo tersedu diam-diam

Dikenangnya senyum putrinya

Rengekannya

Tangisnya

Tawanya

Raut wajahnya

“Inna lilah wa inna ilaihi rojiun”

Segenap hatinya tiba-tiba jadi malam

“Inna lilah wa inna ilaihi rojiun”

Hati Atmo seolah karam

11

Di depan kamar jenazah

Atmo menerima kembali jasad putrinya

Seolah seribu gundah

Dia raih dengan kedua tangannya

Dipeluknya jasad itu

Dengan hati tersedu-sedu

Hari sudah petang

Malam segera menjelang

Page 117: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

Atmo tertatih menyeret langkah

Sambil terhuyung menggendong jenazah

Cerita tentang Atmo pun tersebar

Di kalangan pedagang asongan

Tukang parkir

Penjual buah

Pengamen

Anak jalanan:

Ada manusia gerobak

Membawa jasad anaknya

Keliling kota

Mereka ikut iba

Meski mereka semua

Miskin dan papa

Tiada berlimpah harta

Rezeki pas-pasan

Rela mereka sisihkan

Untuk disisipkan

Di tangan Atmo

Tapi tak cukup

Untuk menyewa ambulan

Sopir bajaj mau mengantar

Ke mana pun Atmo mau

Baik lama maupun sebentar

Kan diantar ke tempat tuju

Petang datang

Malam menjelang

Tak mungkin lagi

Atmo berjalan jauh

Mengubur putrinya

Di kampung halamannya

Nun jauh di sana

Jasad anaknya mesti dikubur segera

Dalam bajaj Atmo memeluk jasad putrinya

Sambil menggandeng lengan anak lakinya

Ia kembali ke rumah yang pernah dikontraknya

Kepada Ibu Sri, Atmo bercerita

Membawa jasad putrinya ke mana-mana

Page 118: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

Ibu Sri tak tahan mengurai air mata

Cerita segera tersebar ke tetangga

Sesama orang miskin dan papa

Terguncang hati mereka

Mendengar kisah orang tua

Membawa jasad putrinya ke mana-mana

Tapi mereka peduli

Mereka bersatu hati

Bukankah mengurus jenazah

Menjadi kewajiban orang Islam?5

Jenazah putri Atmo pun lantas dimandikan

Dikafankan

Dishalatkan

Diurus dimakamkan

Bunga-bunga disiapkan

Semerbak

Semarak

Jenazah pun diarak

Beramai-ramai

Orang-orang miskin

Orang-orang susah

Sama-sama miskin

Sama-sama susah

Mengiringi Atmo

Ke pekuburan

12

Hari hampir malam

Jenazah dikebumikan

Di liang makam

Dikumandangkan adzan

Adzan bergema

Di kuburan

Indah syahdu

Adzan yang mengiring manusia dilahirkan

Adzan berselimut kain kafan

Adzan memanggil ingatan

Akhir manusia di kuburan

Terdengar iqomah

Seruan agar manusia pasrah

Berbaris mendirikan shalat

5Kewajiban muslim dalam mengurus jenazah adalah fardhu kifayah.

Page 119: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

Dengan tulus dan

Hati tulus doa pekat

Menghadap ilahi

Bersembahyang

Menyerahkan diri

Mendengar adzan dan iqomah

Mata Atmo berair membasah

Mayat kecil berkain kafan ditutup papan

Tanah-tanah berhamburan

Membentuk sebuah gundukan

Bermahkota nisan:

“Mawar binti Atmo”

Bertaburkan bunga

Mewangi di dada

Seiring gelapnya hari

Satu per satu pengiring pergi

Atmo masih terpaku sendiri

Menyusun doa dalam hati

Penuh harap tak henti-henti

Semoga arwah sang putri

Diasuh oleh bidadari

Dalam sunyi

Adzan Magrib menghampiri

Bunga-bunga bermekaran di hati

Atmo tafakur

Atmo bersyukur

Saat di kalbunya

Ia merasa

Bunga surgawi

Pelan-pelan mekar

Buat sang putri

Di alam sana

Merona

Beribu warna.

Page 120: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

(Lampiran 3)

Wawancara penulis dengan Elza Peldi Taher.

Hari, tanggal : Selasa, 31 Desember 2013

Waktu : 17.00 s.d 18.30 WIB

Tempat : Kantor Futsal Camp, Ciputat

Wawancara dimulai dengan memperkenalkan diri penulis kepada narasumber.

Penulis : Saya sudah membaca riwayat pendidikan Anda di jenjang

perguruan tinggi. Saya rasa pasti di institusi inilah Anda mengasah kepekaan

sosial Anda. Bisa Anda ceritakan riwayat Anda terjun di dunia aktivis sosial?

Elza Peldi Taher : S-1 di FISIP UI dan ikut mendirikan lembaga sosial

bersama Cak Nur. Sejak di tahun pertama kuliah, Alhamdulillah saya sudah mulai

menulis di Panji Masyarakat tentang “Modernisme Islam” kemudian dari batu

loncatan itu saya mulai aktif menulis di KOMPAS, REPUBLIKA. Selain itu saya

juga mulai mengeditori buku. Sejak tahun lalu saya beserta teman mengeditori

rangkaian buku yang berisi kutipan-kutipan pendek dari buku-buku Cak Nur yang

kami beri judul Satu Menit Pencerahan Nurcholis Madjid

Penulis : Total pekerjaan Anda saat ini ada berapa Pak dan apa

sajakah itu?

Elza Peldi Taher : Saya lebih suka berbisnis, itu mungkin karena saya

cenderung memiliki pola kerja yang tidak ingin diatur-atur atasan. Saat ini

pekerjaan saya adalah pengusaha futsal (Futsal Camp, Ciputat)

Penulis : Apa yang mendorong Anda menulis puisi esai “Manusia

Gerobak?”

Page 121: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

Elza Peldi Taher : Obsesi kami terhadap manusia gerobak besar sekali. Pasal

34 UUD ‟45 menyebutkan bahwa rakyat miskin, gelandangan, dan anak-anak

telantar diasuh oleh pemerintah. Akan tetapi, pada kenyataannya kita tidak

menemukan realisasi terhadap undang-undang tersebut. Kejadian kisah nyata di

tahun 2005 ini bahkan sempat menjadi berita hangat beberapa kali di KOMPAS.

Alhamdulillah, puisi “Manusia Gerobak” sudah menjadi pembicaraan di beberapa

media televisi, di antaranya di TVRI selama 1 jam penuh, kemudian di SCTV.

Bahkan, pada Ramadhan kemarin diangkat filmnya sepanjang 4 seri.

Penulis : Banyak karya sastra yang menampilkan permasalahan

sosial apalagi terkait dengan ketidakadilan. Apakah ada karya sastra yang paling

Anda kagumi dengan tema ketidakadilan sosial?

Elza Peldi Taher : Saya suka pada Rendra, Sutardji, ya... sebatas membaca

puisi-puisi mereka dan itu dulu sekali, atau pun sekadar menonton teater dari

Rendra.

Penulis : Fakta sosial yang dihadirkan lewat tokoh Atmo ini tentu

saja dibumbui dengan imajinasi Anda, salah satunya mengenai kehidupan

pedesaan saat ini dan kecenderungan mereka untuk memilih urbanisasi. Apakah

ada pengalaman di daerah pedesaan yang Anda temui terkait masalah-masalah

seperti ini?

Elza Peldi Taher : Iya, tentu. Setiap tahun hampir 100 ribu pendatang baru

dari pedesaan datang ke kota besar seperti Jakarta. Orang-orang pedesaan yang

pergi berurbanisasi ini sebagian pada akhirnya menjadi pengemis atau pun

pemulung. Dua pekerjaan ini memiliki perbedaan yang amat jelas. Para pengemis

yang datang dari luar perkotaan ternyata merupakan tenaga kontrak. Sedangkan,

para „manusia gerobak‟ mereka memiliki daya juang yang kuat, mereka tidak

ingin mengemis. Para manusia gerobak ini tinggal di tempat-tempat yang ilegal,

sebagian besar menjadikan gerobak sebagai tempat tinggalnya. Kecenderungan

mereka yang hidup tidak menetap seperti ini menjadi sasaran empuk para pekerja

dinas sosial. Mereka paling benci pada pekerja dinas sosial, dalam hal ini tantrib.

Page 122: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

Mengapa? Karena setiap kali diamankan dan direhabilitasi mereka tidak bisa

dengan mudah keluar dari tempat rehabilitasi tersebut. Selalu harus ada uang

jaminan. Meskipun keadaan di kota sangat menjepit mereka, bagi mereka itu lebih

baik dibandingkan tinggal di desa.

Penulis : Apa sebenarnya pesan yang ingin Anda sampaikan lewat

puisi esai “Manusia Gerobak” ini?

Elza Peldi Taher : Sudah saatnya ada satu strategi pembangunan yang

memihak orang-orang lemah. Karena realitas yang kita hadapi masih banyak

masyarakat Indonesia yang hanya tamatan SD.

Penulis : Suatu hari, dosen pembimbing saya menyatakan bahwa

tugas peneliti adalah menguak intisari dari objek penelitiannya yang bahkan tidak

disadari oleh sang penyair itu sendiri. Penelitian kritik sosial yang saya peroleh

cenderung lebih banyak ditujukan kepada pemerintah. Menurut Anda siapakah

pihak yang paling bertanggung jawab dengan wajah-wajah kemiskinan yang

diwakili oleh Atmo?

Elza Peldi Taher : Jika dilihat untuk siapa, tentu untuk kita semua. Memang

pemerintah memiliki peran penting untuk menyelesaikan masalah-masalah seperti

ini. Kepada LSM pun, pesan ini mungkin bisa dialamatkan. Ada banyak LSM

yang menangani masalah sosial seperti para pengemis, pengamen, pelacur,

premanisme, tapi belum ada yang memperjuangkan nasib „orang-orang‟ seperti

Atmo. Yang terlunta-lunta namun tetap berjuang menghadapi hidup.

Penulis : Saat menyusun Bab 4, saya mengalami banyak kesulitan

yang terkait dengan keterbatasan pemikiran saya. Dosen pembimbing saya sampai

berkali-kali mengulang koreksian di Bab 4 hingga akhirnya saya menemukan

bentuk yang menurut saya „pas‟. Ini tak lain salah satunya disebabkan oleh

sasaran kritik sosial yang saya hadirkan. Dalam puisi esai ini, saya hanya

menemukan sasaran kritik tersebut kepada beberapa pihak yakni pemerintah,

masyarakat dengan pembagian wilayah dan kelas sosial, pengusaha industri besar,

Page 123: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

dan pengusaha di bidang properti. Sebenarnya adakah pihak lain yang ingin Anda

„tembak‟?

Elza Peldi Taher : Muara utama ada 3, 1) Kebijakan pemerintah yang

melakukan strategi pembangunan, 2) Tingkat pendidikan yang rendah 60%--70%

hanya tamat SD, dengan demikian survive untuk hidup kurang terakomodir, 3)

LSM harus memberikan perhatian. Seharusnya ditumbuhkan LSM yang

menangani manusia gerobak.

Penulis : Saya menyukai penggunaan alur dalam puisi esai ini.

Menurut saya pribadi, Anda memainkan emosi dengan alur yang jika saya teliti

sejak awal telah dibawa pada klimaks dan hampir menyentuh pada titik

penyelesaian. Apakah Anda merumuskan terlebih dahulu penggunaan-

penggunaan alur ini?

Elza Peldi Taher : Saya mengalir sekali dan saya menghindari kronologis

karena tentu jalan cerita akan mudah terbaca.

Penulis : Selain alur, saya juga tertarik dengan perpaduan tipografi

puisi lama dan puisi kontemporer yang Anda gunakan. Menurut saya bentuk puisi

kontemporer Anda letakkan di akhir penceritaan ini sangat menarik karena selain

dalam bentuk yang „bebas‟, rasa yang dihadirkan pun mewakili bentuk katarsis

Atmo. Apakah Anda merencanakan bentuk penulisan ini?

Elza Peldi Taher : Sama seperti yang saya katakan sebelumnya, saat saya

menulis puisi esai tersebut mengalir apa adanya. Bentuk awalnya memang tidak

seperti yang ada sekarang. Saya sengaja „mengendapkan‟nya terlebih dahulu.

Setelah saya baca ulang, saya ubah, tukar, atau kembangkan beberapa bagian.

Penulis : Riset seperti apa saja yang Bapak lakukan untuk

membingkai puisi esai ini dengan fakta-fakta yang ada?

Elza Peldi Taher : Ya, saya mencari data-data yang terkait lewat internet dan

beberapa sumber lainnya selama 4 bulan.

Page 124: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

Penulis : Keluar dari konteks karya Bapak ya... Menurut Bapak,

bagaimana kehadiran puisi esai dipandang lewat kacamata aktivis sosial?

Elza Peldi Taher : Luar biasa menarik minat kami dalam mengekspresikan

hal-hal tentang fenomena sosial. Bagi sastrawan, puisi dianggap berhasil jika sulit

dipahami, sedangkan dalam puisi esai keberhasilan dinilai dari mudahnya

pembaca dalam memahami isi puisi esai tersebut. Beberapa waktu lalu, diadakan

sayembara lagi yang ternyata ada 600 tulisan masuk dan kami menyeleksi 60

tulisan, salah satunya yang menceritakan tentang tragedi tabrakan maut kereta api

yang terjadi beberapa waktu lalu.

Penulis : Oke...terakhir ya Pak wawancara semi formal saya. Apa

yang Anda harapkan dengan hadirnya puisi esai “Manusia Gerobak” ini?

Elza Peldi Taher : Mungkin satu yang bisa saya sebut “Orang yang hanya

punya waktu senggang, dia cenderung ingin membuat peradaban.”

(Gambar 1: Elza Peldi Taher)

Page 125: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun
Page 126: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun
Page 127: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun
Page 128: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun
Page 129: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun
Page 130: KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI MANUSIA GEROBAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24623... · 2014-10-08 · Hasil penelitian yang diperoleh yakni unsur pembangun

BIODATA PENULIS

Naila Mufidah lahir di Bogor pada tanggal 5 bulan 5

tahun 1991. Pendidikan formal pertamanya ditempuh di TK

Tunas Muda IV Kota Bogor, kemudian melanjutkan

pendidikan yang penuh dengan perjuangan di SDN

Cilendek 1 Kota Bogor. Masa-masa remaja dilaluinya di

SMPN 4 Kota Bogor dan SMAN 5 Kota Bogor. Hingga

akhirnya, menjadi mahasiswi S1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia.

Di kala tertentu, penulis merupakan seorang introvert tingkat membahayakan,

meskipun begitu bagi penulis hidup adalah berorganisasi. Oleh karena itulah,

penulis pernah berkecimpung di dunia keorganisasian (beberapa masih digeluti

oleh penulis) yakni Bandung Karate Club, Teater Astina, Peers Conselor Kota

Bogor, Forum Silaturahim Rohis Bogor, D’Journalist, Tim Tari Saman POSTAR,

Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia Se-Indonesia (IMABSII), HMI

(serta KOHATI), hingga Himpunan Mahasiswa Jurusan PBSI.

Cita-citanya adalah menjadi arti namanya sendiri (anugerah yang

bermanfaat). Segala bidang pekerjaan yang bermanfaat serta mampu dilakukan

tentu menjadi daftar target pengabdiannya di masa kini dan di kemudian hari.

Penulis sejak menjadi mahasiswi hingga saat ini pun menimba pengalaman

sebagai Instruktur Smart di lembaga pendidikan Primagama, menjadi pelatih Tari

Ratouh Jaroe, dan beberapa kali menjadi penulis mimbar bebas di surat kabar

Radar Bogor di antaranya berjudul “Memilih untuk Terjajah”. Pengalaman-

pengalaman hidupnya yang berarti dia dapatkan di bangku-bangku pendidikan.

Maka dari itu, salah satu prinsipnya adalah pendidikan bukan hanya kewajiban

pikiran, melainkan juga kewajiban hati, jiwa, dan ruh. (e-mail:

[email protected])