Kritik Seni

3
Kritik Seni a) Penciptanya : Diela Maharani Wanita kelahiran Jakarta, 8 Oktober 1983 ini pertama kali mulai menggambar sejak tahun 2005 dan belajar secara otodidak. Sejak saat itu, Diela mengembangkan kemampuannya dan berhasil mengikut berbagai pameran baik di dalam maupun luar negeri. Seperti pada tahun 2009 dimana karya-karyanya ditampilkan di Perancis, Hong Kong, Roma, Meksiko dan Spanyol. Beberapa seniman yang turut menginspirasi dirinya, antara lain Gustav Klimt dan Frida Katlo yang masing-masing memiliki ciri khas kuat pada setiap karyanya. Karya-karyanya selalu terlihat bebas, dinamis, inspiratif dan ceria. Kadang ada juga karyanya yang nampak sedih, satu warna, tapi tetap dengan detailing yang ceria. Dalam setiap gambarnya selalu bisa menyampaikan pesan yang berbeda dan dengan detail yang no kidding. b) Aliran : Aliran Fauvisme, Karena pelukis mengagungkan berekspresi, sehingga banyak objek lukisan yang dibuat kontras dengan aslinya. Lukisan- lukisan fauvis betul-betul membebaskan diri dari batasan-batasan aliran sebelumnya. c) Warna : Warna yang digunakan pelukis meriah, warna yang dominan ungu. Warnanya terang dan menimbulkan efek ceria bagi penikmat seni. d) Proporsi : Perbandingan ukuran atau proporsinya pas karena besar kecilnya, tinggi rendahnya, panjang pendeknya, serta

description

Kritik Seni

Transcript of Kritik Seni

Page 1: Kritik Seni

Kritik Senia) Penciptanya : Diela Maharani

Wanita kelahiran Jakarta, 8 Oktober 1983 ini pertama kali mulai menggambar sejak tahun 2005 dan belajar secara otodidak. Sejak saat itu, Diela mengembangkan kemampuannya dan berhasil mengikut berbagai pameran baik di dalam maupun luar negeri. Seperti pada tahun 2009 dimana karya-karyanya ditampilkan di Perancis, Hong Kong, Roma, Meksiko dan Spanyol. Beberapa seniman yang turut menginspirasi dirinya, antara lain Gustav Klimt dan Frida Katlo yang masing-masing memiliki ciri khas kuat pada setiap karyanya.

Karya-karyanya selalu terlihat bebas, dinamis, inspiratif dan ceria. Kadang ada juga karyanya yang nampak sedih, satu warna, tapi tetap dengan detailing yang ceria. Dalam setiap gambarnya selalu bisa menyampaikan pesan yang berbeda dan dengan detail yang no kidding.

b) Aliran : Aliran Fauvisme, Karena pelukis mengagungkan berekspresi, sehingga banyak objek lukisan yang dibuat kontras dengan

aslinya. Lukisan- lukisan fauvis betul-betul membebaskan diri dari batasan-batasan aliran sebelumnya.

c) Warna : Warna yang digunakan pelukis meriah, warna yang dominan ungu. Warnanya terang dan menimbulkan efek ceria bagi penikmat seni.

d) Proporsi : Perbandingan ukuran atau proporsinya pas karena besar kecilnya, tinggi rendahnya, panjang pendeknya, serta luas sempitnya seimbang

e) Bentuk : Bentuk yang digunakan pelukis yaitu non geometris, dapat dibuktikkan dengan adanya lukisan zebra, tanaman, planet,

dan lain-lainf) Tekstur : Tekstur ada dua yaitu, tekstur nyata dan tekstur semu.

pada lukisan ini teksturnya adalah tekstur semu, karena tekstur yang diwujudkan berbeda antara apa yang dilihat

dengan kenyataannya.g) Gelap Terang : Pada lukisan kesan gelap terang memberikan efek cahaya

yang dapat memperkuat sifat trimatra atau tiga dimensi.h) Keseimbangan : Menurut saya, keseimbangan lukisan pas karena tidak

terkesan berat di salah satu sisi dan ringan di sisi yang lain.i) Bahan : Bahan-bahan yang dimanfaatkan pelukis meliputi, kanvas

dengan kualitas baik, cat akrilik serta berbagai jenis dan ukuran kuas.

j) Tehnik Pembuatan : Untuk pembuatan setiap karyanya, Diela mengaku membutuhkan waktu sekitar 2-3 minggu. Teknik yang dilakukan pelukis itu adalah dengan cara menggoreskan cat dengan kuas secara teratur dan mendetail.

Page 2: Kritik Seni

k) Makna : Menurut saya, makna dari lukisan tersebut adalah “ bahwa Kehidupan di dunia ini penuh dengan warna. Karena pasti ada Sesuatu yang gelap dan terang, namun dengan adanya Perbedaan itu akan timbul suatu keharmonisan.”

l) Kritik dan Saran : Menurut saya,pelukis ini memiliki daya imajinasi yang sangat kuat. Dia bisa memadukan warna dengan baik. Namun, ada beberapa warna yang seharusnya tidak dijadikan satu karena dapat menimbulkan efek yang tidak begitu baik. Seperti warna biru dengan kuning dan ada juga yang lainnya.

Nur Ummama Sofyana

XII IPA 6 / 04