Kriteria lahan PHT

2
Kriteria lahan PHT Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa lahan sawah milik Pak Sutarji termasuk dalam kriteria lahan PHT. Dalam Nurindah (2006) dijelaskan bahwa pengelolaan yang didasarkan pada prinsip ekologi dengan cara melakukan perancangan agar agroekosistem tersebut lebih tahan terhadap peledakan populasi hama, maka agroekosistem tersebut dapat dikakatan menerapkan konsep PHT dalam budidayanya. Selanjutnya, Pimentel dan Goodman 1978; Levins dan Wilson 1979 menyebutkan, pada umumnya yang ditekankan dalam PHT adalah pemanfaatan kekuatan alami dengan pengurangan penggunaan insektisida. Hal ini sesuai dengan yang diterapkan di lahan Pak Sutarji. Tidak hanya mengurangi penggunaan insektisida, beliau memanfaatkan musuh alami dan menggunakan pestisida nabati sebagai komponen dalam pengendalian hamanya. Konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) menurut Departemen Pertanian (2003) dilakukan dengan 3 mempertimbangkan aspek: ekosistem, stabilitas, dan kesinambungan produksi sesuai dengan tuntutan praktek pertanian yang baik. Dari hasil skoring yang telah dilakukan, hasilnya menunjukkan kawasan agroekositem yang ada di desa Sumberngepoh tersebut menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan. Hal ini juga membuktikan bahwa pada lahan Pak Sutarji memang menerapkan konsep dari PHT. Dari aspek ekonomi, pak Sutarji tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli pupuk kimia. Dari segi kestabilan, cukup stabil karena produksinya sendiri dapat mencapai 9-10 ton/ha dan tidak pernah kurang dari angka tersebut..

description

lll

Transcript of Kriteria lahan PHT

Kriteria lahan PHT Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa lahan sawah milik Pak Sutarji termasuk dalam kriteria lahan PHT. Dalam Nurindah (2006) dijelaskan bahwa pengelolaan yang didasarkan pada prinsip ekologi dengan cara melakukan perancangan agar agroekosistem tersebut lebih tahan terhadap peledakan populasi hama, maka agroekosistem tersebut dapat dikakatan menerapkan konsep PHT dalam budidayanya. Selanjutnya, Pimentel dan Goodman 1978; Levins dan Wilson 1979 menyebutkan, pada umumnya yang ditekankan dalam PHT adalah pemanfaatan kekuatan alami dengan pengurangan penggunaan insektisida. Hal ini sesuai dengan yang diterapkan di lahan Pak Sutarji. Tidak hanya mengurangi penggunaan insektisida, beliau memanfaatkan musuh alami dan menggunakan pestisida nabati sebagai komponen dalam pengendalian hamanya. Konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) menurut Departemen Pertanian (2003) dilakukan dengan 3 mempertimbangkan aspek: ekosistem, stabilitas, dan kesinambungan produksi sesuai dengan tuntutan praktek pertanian yang baik. Dari hasil skoring yang telah dilakukan, hasilnya menunjukkan kawasan agroekositem yang ada di desa Sumberngepoh tersebut menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan. Hal ini juga membuktikan bahwa pada lahan Pak Sutarji memang menerapkan konsep dari PHT. Dari aspek ekonomi, pak Sutarji tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli pupuk kimia. Dari segi kestabilan, cukup stabil karena produksinya sendiri dapat mencapai 9-10 ton/ha dan tidak pernah kurang dari angka tersebut..

PUSTAKALas, I., A.K. Makarim, H.M. Toha, A. Gani, H. Pane, dan S. Abdulrachman. 2003. Panduan Teknis Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu Padi Sawah Irigasi. Departemen Pertanian, Jakarta. 30 hlm.Nurindah. 2006. Pengelolaan Agroekosistem dalam Pengendalian Hama.Perspektif: Vol.5 (2): 78 85.Sunarno, -. Pengendalian Hayati ( Biologi Control ) Sebagai Salah Satu Komponen Pengendalian Hama Terpadu (PHT). PdfSuparta, Wijana, dan Adnyana. 2012). Aplikasi Jenis Pupuk Organik pada Tanaman Padi Sistem Pertanian Organik. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika. Vol.1 (2).