kreatinin lagi.docx

5
Ginjal, yaitu sistem penyaringan alami tubuh kita, melakukan banyak fungsi penting. Fungsi ini termasuk menghilangkan bahan ampas sisa metabolisme dari aliran darah, mengatur keseimbangan tingkat air dalam tubuh, dan menahan pH (tingkat asam-basa) pada cairan tubuh. Kurang lebih 1,5 liter darah dialirkan melalui ginjal setiap menit. Dalam ginjal, senyawa kimia yang ampas disaring dan dihilangkan dari tubuh (bersama dengan air berlebihan) sebagai air seni. Penyaringan ini dilakukan oleh bagian ginjal yang disebut sebagai glomeruli. Salah satu bahan ampas yang disaring oleh glomeruli adalah senyawa yang disebut kreatinin. Kreatinin adalah bahan ampas dari metabolisme tenaga otot, yang seharusnya dikeluarkan oleh ginjal dari darah ke air seni. Jadi jumlah kreatinin yang dikeluarkan ke air seni selama beberapa jam dapat menunjukkan tingkat kerusakan (bila ada) pada glomeruli. Tes ini disebut sebagai keluaran kreatinin (creatinine clearance), dan hasil tes ini dapat kurang lebih sama dengan GFR. Namun tes tetap agak rumit. Oleh karena itu, sekarang umumnya GFR diestimasikan (eGFR) berdasarkan tingkat kreatinin dalam darah. Kemudian, eGFR dihitung dengan memakai salah satu dari beberapa rumusan, yang memakai variabel terkait usia, jenis kelamin dan (kadang) ras dan/atau berat badan. Juga ada rumusan khusus untuk anak,

Transcript of kreatinin lagi.docx

Page 1: kreatinin lagi.docx

Ginjal, yaitu sistem penyaringan alami tubuh kita, melakukan banyak

fungsi penting. Fungsi ini termasuk menghilangkan bahan ampas sisa

metabolisme dari aliran darah, mengatur keseimbangan tingkat air dalam tubuh,

dan menahan pH (tingkat asam-basa) pada cairan tubuh. Kurang lebih 1,5 liter

darah dialirkan melalui ginjal setiap menit. Dalam ginjal, senyawa kimia yang

ampas disaring dan dihilangkan dari tubuh (bersama dengan air berlebihan)

sebagai air seni. Penyaringan ini dilakukan oleh bagian ginjal yang disebut

sebagai glomeruli.

Salah satu bahan ampas yang disaring oleh glomeruli adalah senyawa yang

disebut kreatinin. Kreatinin adalah bahan ampas dari metabolisme tenaga otot,

yang seharusnya dikeluarkan oleh ginjal dari darah ke air seni. Jadi jumlah

kreatinin yang dikeluarkan ke air seni selama beberapa jam dapat menunjukkan

tingkat kerusakan (bila ada) pada glomeruli. Tes ini disebut sebagai keluaran

kreatinin (creatinine clearance), dan hasil tes ini dapat kurang lebih sama dengan

GFR.

Namun tes tetap agak rumit. Oleh karena itu, sekarang umumnya GFR

diestimasikan (eGFR) berdasarkan tingkat kreatinin dalam darah. Kemudian, eGFR

dihitung dengan memakai salah satu dari beberapa rumusan, yang memakai variabel

terkait usia, jenis kelamin dan (kadang) ras dan/atau berat badan. Juga ada rumusan

khusus untuk anak, yang memakai variabel lain. Hasil diungkap sebagai volume darah

yang disaring dalam mL/menit.

Hasil tes GFR menunjukkan kerusakan pada ginjal, sebagaimana berikut:

Tahap Penyakit Ginjal Kronis

Stadium GFR Gambaran

1 ≥90 Normal

2 60-89 Fungsi ginjal sedikit berkurang

3 30-59Penurunan fungsi ginjal sedang, ± bukti

kerusakan lain

Page 2: kreatinin lagi.docx

4 15-29 Penurunan fungsi ginjal berat

5 <15 Kegagalan ginjal

Karena dipengaruhi oleh masalah lain, tingkat BUN yang tinggi secara

sendiri tidak tentu menandai masalah ginjal, tetapi memberi kesan adanya.

Sebaliknya, tingkat kreatinin yang tinggi dalam darah sangat spesifik menandai

penurunan pada fungsi ginjal.

Ketidakmampuan ginjal untuk mengatur kepekatan air seni sebagai

tanggapan pada perubahan dalam konsumsi cairan, yang ditandai oleh tes

osmologi dapat menandai penurunan pada fungsi ginjal. Karena ginjal yang sehat

tidak mengeluarkan protein pada air seni, tetap ada protein dalam air seni juga

menandai beberapa jenis penyakit ginjal.

Kreatinin darah meningkat jika fungsi ginjal menurun. Oleh karena itu

kreatinin dianggap lebih sensitif dan merupakan indikator khusus pada penyakit

ginjal dibandingkan uji dengan kadar nitrogen urea darah (BUN). Sedikit

peningkatan kadar BUN dapat menandakan terjadinya hipovolemia (kekurangan

volume cairan); namun kadar kreatinin sebesar 2,5 mg/dl dapat menjadi indikasi

kerusakan ginjal. Kreatinin serum sangat berguna untuk mengevaluasi fungsi

glomerulus.

Keadaan yang berhubungan dengan peningkatan kadar kreatinin adalah :

gagal ginjal akut dan kronis, nekrosis tubular akut, glomerulonefritis, nefropati

diabetik, pielonefritis, eklampsia, pre-eklampsia, hipertensi esensial, dehidrasi,

penurunan aliran darah ke ginjal (syok berkepanjangan, gagal jantung kongestif),

rhabdomiolisis, lupus nefritis, kanker (usus, kandung kemih, testis, uterus,

prostat), leukemia, penyakit Hodgkin, diet tinggi protein (mis. daging sapi [kadar

tinggi], unggas, dan ikan [efek minimal]).

Obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar kreatinin adalah :

Amfoterisin B, sefalosporin (sefazolin, sefalotin), aminoglikosid (gentamisin),

Page 3: kreatinin lagi.docx

kanamisin, metisilin, simetidin, asam askorbat, obat kemoterapi sisplatin,

trimetoprim, barbiturat, litium karbonat, mitramisin, metildopa, triamteren.

Penurunan kadar kreatinin dapat dijumpai pada : distrofi otot (tahap akhir),

myasthenia gravis. Untuk menilai fungsi ginjal, permintaan pemeriksaan kreatinin

dan BUN hampir selalu disatukan (dengan darah yang sama). Kadar kreatinin dan

BUN sering diperbandingkan. Rasio BUN/kreatinin biasanya berada pada kisaran

12-20. Jika kadar BUN meningkat dan kreatinin serum tetap normal,

kemungkinan terjadi uremia non-renal (prarenal); dan jika keduanya meningkat,

dicurigai terjadi kerusakan ginjal (peningkatan BUN lebih pesat daripada

kreatinin). Pada dialisis atau transplantasi ginjal yang berhasil, urea turun lebih

cepat daripada kreatinin. Pada gangguan ginjal jangka panjang yang parah, kadar

urea terus meningkat, sedangkan kadar kreatinin cenderung mendatar, mungkin

akibat akskresi melalui saluran cerna.

Rasio BUN/kreatinin rendah (<12)>20) dengan kreatinin normal dijumpai

pada uremia prarenal, diet tinggi protein, perdarahan saluran cerna, keadaan

katabolik. Rasio BUN/kreatinin tinggi (>20) dengan kreatinin tinggi dijumpai

pada azotemia prarenal dengan penyakit ginjal, gagal ginjal, azotemia pascarenal.