Kpk survei intregitas 2011

194

description

 

Transcript of Kpk survei intregitas 2011

surveiintegritasSektor PublikTahun 2011

Survei Integritas Sektor Publik 2011

ii

INTEGRITAS SEKTOR PUBLIKINDONESIA TAHUN 2011

Disusun oleh Direktorat Penelitian dan PengembanganKedeputian Bidang Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi

Diterbitkan oleh Direktorat Penelitian dan PengembanganKedeputian Bidang Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi

ISBN xxx-xxxx-xxxx-xxxx-xxx

Integritas Sektor Publik Indonesia Tahun 2011

182 hlm + viii

Kegiatan Survei Integritas Sektor Publik 2011 didanai oleh APBN

www.kpk.go.idJl. H.R. Rasuna Said Kav C-1Jakarta Selatan-IndonesiaTelp. (021) 2557 8300Fax. (021) 5289 2448

Survei Integritas Sektor Publik 2011

iii

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa buku “Integritas Sektor Publik Indonesia Tahun 2011: Fakta Korupsi dalam Layanan Publik” telah diselesaikan oleh Direktorat Penelitian dan Pengembangan Kedeputian Bidang Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi.

Survei Integritas Sektor Publik telah kami lakukan sejak tahun 2007. Survei tahun 2011 dilakukan terhadap 22 instansi pusat, 7 instansi vertikal pada 20 kota dan 60 pemerintah daerah dengan total 508 unit layanan yang memberikan pelayanan kepada publik (masyarakat, perusahaan maupun layanan antar lembaga). Responden dalam survei ini adalah pengguna layanan langsung (bukan calo atau biro jasa) dari layanan yang disediakan oleh instansi tersebut. Survei dilaksanakan pada Mei-September 2011. Seluruh data yang diperoleh dalam laporan survei ini adalah data primer yang bersumber dari hasil wawancara secara langsung dengan responden di lapangan.

Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan maupun bantuan dalam pelaksanaan survei serta dalam penyusunan buku ini. Mudah-mudahan buku ini bermanfaat bagi peningkatan integritas sektor publik di Indonesia.

PimpinanKomisi Pemberantasan Korupsi

Jakarta, September 2012

KATA PENGANTAR

Survei Integritas Sektor Publik 2011

v

DAFTAR ISIKata Pengantar iiiDaftar Isi

I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang 2

1.2. Maksud dan Tujuan Survei 2

1.3. Metodolog 1.3.1. Unit Layanan dan Lokasi 4 1.3.2. Karakteristik Responden 7 1.3.3. Variabel, Indikator, Sub Indikator dan Struktur Pertanyaan 7 1.3.4. Analisis Data 9

II. Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional2.1. Indeks Integritas Nasional (IIN) 12

2.2. Pengalaman Integritas Tingkat Nasional 15 2.2.1. Pengalaman Masyarakat terhadap korupsi di Pelayanan Publik Tingkat Nasional 16 2.2.2. Cara Pandang Masyarakat terhadap Korupsi di Pelayanan Publik Tingkat Nasional 18

2.3. Potensi Integritas Tingkat Nasional 20 2.3.1. Lingkungan Kerja di Layanan Publik Tingkat Nasional 21 2.3.2. Sistem Administrasi di Layanan Publik Tingkat Nasional 25 2.3.3. Perilaku Individu di Layanan Publik Tingkat Nasional 26 2.3.4. Pencegahan Korupsi di Layanan Publik Tingkat Nasional 28

2.4. Indeks Integritas Total Pusat (IITP)

2.5. Indeks Integritas Total Daerah (IITD) 31

III. Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat3.1. Total Integritas Tingkat Pusat

3.2. Pengalaman Integritas Tingkat Pusat 37 3.2.1. Pengalaman Masyarakat terhadap Korupsi di Layanan Publik Tingkat Pusat 39 3.2.2. Cara Pandang Masyarakat terhadap Korupsi di Layanan Publik Tingkat Pusat 43

3.3. Potensi Integritas Tingkat Pusat 473.3.1. Lingkungan Kerja di Layanan Publik Tingkat Pusat 483.3.2. Sistem Administrasi di Layanan Publik Tingkat Pusat 563.3.3. Perilaku Individu di Layanan Publik Tingkat Pusat 593.3.4. Pencegahan Korupsi di Layanan Publik Instansi Tingkat Pusat 62

IV. Indeks Integritas Sektor Publik Tingkat Vertikal4.1. Total Integritas Vertikal

4.2. Pengalaman Integritas Tingkat Vertikal 71 4.2.1. Pengalaman Masyarakat terhadap Korupsi di Layanan Publik Tingkat Vertikal 72 4.2.2. Cara Pandang Masyarakat terhadap Korupsi di Layanan Publik Instansi Vertikal 74

4.3. Potensi Integritas Tingkat Vertikal 77 4.3.1. Lingkungan Kerja di Layanan Publik Tingkat Vertikal 78 4.3.2. Sistem Administrasi di Layanan Publik Tingkat Vertikal 83 4.3.3. Perilaku Individu di Layanan Publik Tingkat Vertikal 86 4.3.4. Pencegahan Korupsi di Layanan Publik Instansi Vertikal 89

Survei Integritas Sektor Publik 2011

vi

V. Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah5.1. Total Integritas Tingkat Daerah 94

5.2. Pengalaman Integritas Tingkat Daerah 97 5.2.1. Pengalaman Masyarakat terhadap Korupsi di Layanan Publik Tingkat Daerah 98 5.2.2. Cara Pandang Masyarakat terhadap Korupsi di Layanan Publik Tingkat Daerah 101 5.3. Potensi Integritas Tingkat Daerah 105 5.3.1. Lingkungan Kerja di Layanan Publik Tingkat Daerah 106

5.3.2. Sistem Administrasi di Layanan Publik Tingkat Daerah 111 5.3.3. Perilaku Individu di Layanan Publik Tingkat Daerah 114

5.3.4. Pencegahan Korupsi di Layanan Publik Tingkat Daerah 116

VI. Simpulan dan Rekomendasi 122

Lampiran1. Indeks Integritas Nasional (IIN), Pengalaman Integritas Nasional dan Potensi Integritas Berdasarkan Instansi 1242. Indeks Integritas Nasional (IIN), Pengalaman Integritas Nasional dan Potensi Integritas Berdasarkan Unit Layanan 1263. Indeks Integritas Total Pusat (IITP), Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas berdasarkan Instansi 1364. Indeks Integritas Pusat (IIP), Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas berdasarkan Instansi 1375. Indeks Integritas Pusat (IIP), Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas berdasarkan Unit Layanan 1386. Indeks Integritas Vertikal (IIV), Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas berdasarkan Instansi 1397. Indeks Integritas Vertikal (IIV), Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas berdasarkan Unit Layanan 1398. Indeks Integritas Vertikal (IIV), Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Berdasarkan Instansi Kota 1409. Indeks Integritas Vertikal (IIV), Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Berdasarkan Unit Layanan Kota 14110. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Kementerian Keuangan 14711. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Kepolisian Negara RI 14812. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Badan Pertanahan Nasional 14813. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Kementerian Hukum dan HAM 14914. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Kementerian Agama 14915. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Mahkamah Agung 15016. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas PT.PLN (Persero) 15017. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Lelang di KPKNL 15118. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Pengurusan Impor Barang (Bea Masuk) di DJBC 15119. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Penyelesaian Permohonan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (P5KP) 15220. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan SP2D di KPPN 15221. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Pembuatan dan Perpanjangan SIM 15322. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Pembuatan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) 15323. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas UnitLayananPembuatanSertifikat 15424. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Pengukuran dan Pemetaan Kadastral 154

Survei Integritas Sektor Publik 2011

vii

25. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Pembuatan dan Perpanjangan Paspor 15526. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Lembaga Pemasyarakatan 15527. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Administrasi Pernikahan di KUA 15628. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Peradilan Tilang 15629. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Peradilan Umum 15730. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Tambah Daya 15731. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Pemasangan Baru dan Pemasangan Kembali 15832. Indeks Integritas Total Daerah (IITD), Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas 15933. Indeks Integritas Daerah (IID), Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Berdasarkan Instansi 16034. Indeks Integritas Daerah (IID), Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Berdasarkan Unit Layanan 16235. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan KTP 16636. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan IMB 16837. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan SIUP 17038. Indikator Instansi Nasional 17239. Indikator Instansi Pusat 17440. Indikator Instansi Vertikal 17441. Indikator Instansi Pemerintah Kota 17542. Nilai dan Peringkat Integritas Unit Layanan Vertikal berdasarkan Integritas Kota 17743. Nilai dan Peringkat Pengalaman Integritas Unit Layanan Vertikal berdasarkan Integritas Kota 17844. Nilai dan Peringkat Potensi Integritas Unit Layanan Vertikal berdasarkan Integritas Kota 17945. Nilai dan Peringkat Unit Layanan Pemerintah Kota 180

1Pendahuluan

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 1Pendahuluan2

1.1. Latar Belakang

Instansi/lembaga pemerintah di tingkat pusat maupun daerah merupakan lembaga sektor publik yang bertugas memberikan layanan kepada masyarakat. Dalam pelaksanaan tugasnya, instansi/lembaga publik tersebut menggunakan dana dari APBN/APBD yang bersumber dari pajak atau retribusi yang dibayar oleh masyarakat. Sebagai bentuk pertanggungjawaban penggunaan dana tersebut, instansi/lembaga pemerintah selayaknya memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Fakta menunjukkan bahwa pelayanan publik merupakan salah satu sektor yang rawan korupsi, seperti penyuapan,gratifikasidanpemerasan.Hal iniditandaidenganadanyakeluhanmasyarakatyangdisampaikan melalui berbagai media. Dalam rangka mencegah tindak pidana korupsi pada layanan publik maka perlu transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan sektor publik baik yang berada di tingkat pusat maupun daerah.

Menilai tingkat integritas sektor publik merupakan salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk memastikan faktor penyebab terjadinya korupsi. Indeks integritas sektor publik dapat diperoleh melalui survei/penilaian secara obyektif yang dilakukan langsung oleh pengguna layanan pada instansi pemerintah tersebut.

Survei integritas sektor publik dilakukan secara rutin setiap tahun oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Hasil dari indeks integritas mencerminkan apakah unit layanan pada instansi pemerintah sudah menjalankan tugasnya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tahun 2011 ini merupakan tahun kelima bagi KPK melakukan survei integritas sektor publik, dengan harapan dapat mendorong sektor publik dan masyarakat secara bersama-sama melakukan upaya pemberantasan korupsi.

1.2. Maksud dan Tujuan Survei

Maksud pelaksanaan survei adalah untuk mendapatkan data primer dari masyarakat pengguna layanan mengenai tingkat penerapan unsur-unsur integritas pada kementerian/lembaga dan pemerintah kota yang memberikan layanan publik.

Tujuan dari Survei Integritas Sektor Publik adalah:1. Memetakan tingkat integritas unit layanan publik yang disurvei; 2. Menyampaikan nilai dan tingkat integritas tersebut kepada masing-masing penanggung jawab

unit layanan;3. Sebagai bahan rekomendasi atau acuan bagi masing-masing unit layanan dalam melakukan

perbaikan;4. Mengumumkan nilai dan tingkat integritas tersebut kepada masyarakat luas.

1.3. Metodologi

Survei Integritas Sektor Publik 2011 merupakan salah satu upaya mendapatkan penilaian dari masyarakat pengguna layanan terhadap variabel, indikator dan subindikator korupsi dalam layanan publik, yang diterjemahkan dalam pertanyaan-pertanyaan di kuesioner. Penilaian diarahkan untuk menjaring pengalaman langsung responden selama mengurus layanan. Oleh karena itu, responden yang dipilih adalah yang mengurus langsung layanan dalam kurun waktu satu tahun terakhir.

Pelaksanaan kegiatan didahului dengan penentuan variabel, indikator dan sub indikator pengukuran. Acuan yang dipakai berasal dari Anti Corruption and Civil Right Commission (ACRC) Korea (dahulu KICAC). KPK melakukan penyesuaian terutama pada subindikator sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pelayanan publik di Indonesia, juga menetapkan unit layanan yang akan disurvei dengan mempertimbangkan tingkat kebutuhan masyarakat terhadap layanan tersebut, penggunaan anggaran negara/daerah pada unit layanan bersangkutan, peluang korupsi pada unit layanan, serta dengan mempertimbangkan nilai integritas yang masih rendah di unit layanan tersebut pada tahun sebelumnya.

Bobot variabel, indikator dan subindikator mengacu pada bobot yang ditetapkan sebelumnya oleh para pakar yang berlatarbelakang sosial politik, kebijakan publik, sosiologi, psikologi, komunikasi sosial, statistik dan praktisi karena dianggap masih relevan oleh KPK.

Pendahuluan

Bab 1Pendahuluan

Survei Integritas Sektor Publik 2011

3

Variabel indikator dan subindikator yang telah ditetapkan selanjutnya diterjemahkan dalam pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner. Kuesioner lebih dulu diujicoba sebelum secara resmi dijadikan panduan dalam pengumpulan data primer di lapangan. Pengisian kuesioner dilakukan serentak di tingkat pusat dan daerah dalam kurun waktu bulan Mei sampai September 2011 oleh tim enumerator yang dalam pelaksanaannya di bawah pengawasan koordinator lapangan dan wilayah. Isian kuesioner selanjutnya dimasukkan sebagai data input untuk kemudian diolah dan dianalisis guna mendapatkan nilai integritas pada masing-masing pertanyaan kuesioner, subindikator, indikator, variabel sampai integritas total. Obyek penilaian ditetapkan mulai dari unit layanan, instansi/lembaga pemerintah tingkat daerah, hingga pusat.

Nilai integritas berkisar antara 0-10, menunjukkan bahwa semakin mendekati 10 integritas unit layanan semakin baik dan sebaliknya mendekati 0 menunjukkan integritas layanan yang semakin buruk. Penjelasan umum mengenai metodologi pelaksanaan survei dijelaskan pada tabel 1.1

Tabel 1.1. Metodologi Pelaksanaan Survei Integritas Sektor Publik

NO ITEM PENJELASAN

1. Waktu pelaksanaan survei Survei dilaksanakan pada bulan Mei hingga September 2011

2 Lokasi survei

Unit layanan tingkat Pemerintah Pusat dilakukan di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi

Unit layanan tingkat instansi vertikal dilakukan di 20 kota (kecuali layanan bea masuk di 5 kota)

Unit layanan tingkat pemerintah kota dilakukan di 60 kota

3 Jumlah instansi dan unit layanan yang disurvei

Tingkat pusat : 43 unit layanan pada 22 instansi

Tingkat instansi vertikal : 285 unit layanan pada 7 instansi

Tingkat pemerintah kota : 180 unit layanan pada 60 kota

4 Nama unit layanan yang disurvei

Tingkat pusat : Perizinan dan Non Perizinan

Tingkat instansi vertikal : Perizinan dan Non Perizinan

Tingkat pemerintah kota : KTP, SIUP dan IMB

5 Responden

Kriteria : pengguna langsung unit layanan dalam 1 tahun terakhir dan telah menjalani seluruh prosedur layanan, individu/mewakili perusahaan/instansi

Total responden : 15.540 a. Pusat : 1.290b. Vertikal : 8.580c. Pemerintah Kota : 5.670

6 Alat Ukur

Variabel1. Pengalaman Integritas

2. Potensi Integritas

Indikator

1. Pengalaman Korupsi

2. Cara Pandang Terhadap Korupsi

3. Lingkungan Kerja

4. Sistem Administrasi

5. Perilaku Individu

6. Pencegahan Korupsi

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 1Pendahuluan4

NO ITEM PENJELASAN

Alat Ukur Sub indikator

1.Jumlah/BesaranGratifikasi

2.FrekuensiPemberianGratifikasi

3.WaktuPemberianGratifikasi

4.ArtiPemberianGratifikasi

5.TujuanPemberianGratifikasi

6.KebiasaanPemberianGratifikasi

7. Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur

8. Keterlibatan Calo

9. Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan

10. Suasana/Kondisi di sekitar Pelayanan

11. Kepraktisan SOP

12. Keterbukaan Informasi

13. Pemanfaatan Teknologi Informasi

14. Keadilan dalam Layanan

15.EkspektasiPetugasterhadapGratifikasi

16. Perilaku Pengguna Layanan

17. Tingkat Upaya Anti Korupsi

18. Mekanisme Pengaduan Masyarakat

5 Metode Pengukuran

Pembobotan variabel, indikator dan sub indikator oleh pakar melalui diskusi kelompok terfokus (Fokus Group Discussion), dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

Penilaian kuesioner oleh responden

6 Instrumen pengumpulan data

1. Wawancara2. Pengamatan

7 Nilai indeksSebaran 0 – 10

Arti Semakin mendekati nilai 10, maka indeks integritas semakin baik

1.3.1. Unit Layanan dan Lokasi

Survei Integritas Sektor Publik 2011 mengukur tingkat integritas layanan di 22 instansi/lembaga dengan 43 layanan di tingkat pusat, 7 instansi/lembaga tingkat pusat dengan 15 layanan vertikal di 20 kota (kecuali layanan bea masuk di 5 kota) dan 3 layanan pemerintah kota di 60 kota.

Unit layanan tingkat pusat berlokasi di Jakarta dan kota lain dimana unit layanan pusat tersebut berlokasi. Nama unit layanan tingkat pusat dijelaskan pada tabel 1.2 berikut:

Tabel 1.2. Nama Instansi dan Unit Layanan Tingkat Pusat

NO INSTANSI NO UNIT LAYANAN

1 Badan Koordinasi Penanaman Modal1 Izin Prinsip Penanaman Modal

2 Penerbitan Angka Pengenal Importir Produsen (API-P)

2. Kementerian Kehutanan3 Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Tanaman

(IUPHHKHT)

4 Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan

3. PT. Pertamina (Persero)5 Izin SPBU

6 Izin Agen Domestik (Agen LPG 12 Kg dan 50 Kg)

4. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

7 Unit Pelayanan Informasi wilayah Pertambangan (UPIWP)

8 Izin Penyimpanan dan Pengangkutan BBM

5. Kementerian Perhubungan9 Izin Trayek AKAP (Antar Kota Antar Propinsi)

10 Surat Izin Usaha Perusahaan Angkutan Laut (SIUPAL)

6. PT. Angkasa Pura II (Persero)11 Pelayanan Cargo

12 Pelayanan Pengelolaan Property Bandara

7. PT. Pelindo II (Persero) 13 Layanan Kapal (Jasa Pandu, Tunda, Tambat)

14 Layanan Bongkar Muat Barang General Cargo

Bab 1Pendahuluan

Survei Integritas Sektor Publik 2011

5

NO INSTANSI NO UNIT LAYANAN

8. PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Persero)

15 Layanan Muatan Barang General Cargo

16 Layanan Muatan Barang Kontainer

9. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

17 Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA)

18 Surat Izin Pengerahan (SIP)

10 Kementerian Kesehatan19 Surat Persetujuan Importir Psikotropika (SPI-P)

(Pembuatan Baru)

20 Izin Edar Alat Kesehatan (Pembuatan Baru/Perpanjangan)

11. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

21 Pelayanan Data Akses Pasar Domestik

22 Pelayanan Display Produk Unggulan

12. Kementerian Kelautan dan Perikanan23 Penerbitan Surat Keterangan Aktivasi Transmitter (SKAT)

24 Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) (Baru dan Perpanjangan)

13.Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

25 Pembuatan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN)

26 Pendataan dan Ticketing ke Daerah Tujuan di Terminal Se-lapajang

14. Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM)

27 Pendaftaran MD/ML

28 Perijinan Ekspor/Impor terhadap barang-barang yang ter-masuk dalam kategori makanan dan obat-obatan

15. PT. Jamsostek (Persero)29 Layanan Pencairan Jaminan Hari Tua (JHT)

30 Layanan Klaim Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)

16. Kementerian Perdagangan

31 Persetujuan Impor Barang Modal Bukan Baru (Permohonan Baru dan Perpanjangan)

32 Pelayanan Pengujian Mutu Barang

17 Kementerian Perindustrian33 SertifikasiProdukPenggunaTandaStandarNasional

Indonesia (SPPT SNI)

34 Penerbitan Rekomendasi Importir Produsen Tekstil (IP Tekstil)

18 Kementerian Pertanian35 Izin Pemasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman Pangan

36 Layanan Pemberian Izin Pendaftaran Pupuk Organik

19 Kementerian Komunikasi dan Informatika

37 Izin Penyiaran TV

38 Izin Stasiun Radio

20

Kementerian Pendidikan Nasional

39 Penyetaraan Ijazah Luar Negeri

40 Izin Belajar WNI pada Sekolah International

21 Kementerian Agama41 Perpanjangan Izin KBIH ( Kelompok Bimbingan Ibadah Haji)

42 Pendaftaran/Perpanjangan Izin Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus

22 Mahkamah Agung 43 Layanan Informasi Status Kasasi

Unit layanan vertikal adalah unit layanan yang berada di bawah kementerian/lembaga pusat tetapi memiliki layanan sampai di tingkat daerah. Pada Survei Integritas Sektor Publik Tahun 2011, 15 unit layanan pada 7 kementerian/lembaga yang berada di 20 kota (kecuali layanan bea masuk di 5 kota) yang dijadikan sampel. Tabel 1.3 menjelaskan nama instansi di unit layanan vertikal.

Tabel 1.3. Nama Instansi dan Unit Layanan Tingkat Vertikal

NO INSTANSI NO UNIT LAYANAN

1 Kementerian Keuangan

1 Pelayanan lelang di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL)

2 Pelayanan Pengurusan Impor Barang (Bea Masuk) di DJBC

3 Pelayanan Penyelesaian Permohonan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (P5KP)

4 Pelayanan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) di KPPN

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 1Pendahuluan6

2 Kepolisian Negara RI5 Pembuatan dan Perpanjangan SIM

6 Pembuatan Surat Keterangan Catatan Kepolisian

3. Badan Pertanahan Nasional7 PembuatanSertifikat

8 Pengukuran dan Pemetaan Kadastral

4. Kementerian Hukum dan HAM9 Pembuatan dan Perpanjangan Paspor

10 Layanan Lembaga Pemasyarakatan

5. Kementerian Agama 11 Layanan Administrasi Pernikahan di KUA

6. Mahkamah Agung12 Peradilan Tilang

13 Peradilan Umum

7. PT. PLN (Persero)14 Layanan Tambah Daya

15 Layanan Pemasangan Baru dan Pemasangan Kembali

Lima belas unit layanan tersebut berlokasi di 20 kota/kabupaten sampel, yaitu Banda Aceh, Medan, Padang, Palembang, Bandar Lampung, DKI Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Mataram, Kupang, Pontianak, Banjarmasin, Manado, Palu, Makassar, Ambon, Jayapura ditambah Balikpapan untuk layanan bea masuk.

Pada tingkat kota, 3 unit layanan yang akan dinilai pada Survei Integritas Sektor Publik Tahun 2012 adalah Kartu Tanda Penduduk (KTP), Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP). Penilaian dilakukan di 60 kota seperti ditunjukkan dalam tabel 1.4.

Tabel 1.4. Unit Layanan (KTP, IMB, SIUP) pada Tingkat Pemerintah Daerah

NO DAERAH NO DAERAH

1. Banda Aceh 31. Malang

2. Lhokseumawe 32. Madiun

3. Medan 33. Kediri

4. Pematang Siantar 34. Jember

5. Binjai 35. Sidoarjo

6. Padang 36. Serang

7. Bukittinggi 37. Tangerang

8. Pekanbaru 38. Cilegon

9. Dumai 39. Denpasar

10. Jambi 40. Mataram

11. Palembang 41. Bima

12. Lubuk Linggau 42. Kupang

13. Bengkulu 43. Pontianak

14. Bandar Lampung 44. Palangkaraya

15. Metro 45. Banjarmasin

16. Pangkal Pinang 46. Banjarbaru

17. Batam 47. Samarinda

18. Tanjung Pinang 48. Balikpapan

19. DKI Jakarta 49. Manado

20. Bandung 50. Bitung

21. Bekasi 51. Palu

22. Depok 52. Makassar

23. Cirebon 53. Pare-pare

24. Bogor 54. Kendari

25. Semarang 55. Mamuju

26. Surakarta 56. Gorontalo

27. Pekalongan 57. Ambon

28. Banyumas 58. Ternate

29. Yogyakarta 59. Jayapura

30. Surabaya 60. Manokwari

Bab 1Pendahuluan

Survei Integritas Sektor Publik 2011

7

1.3.2. Karakteristik Responden

Total jumlah responden Survei Integritas Sektor Publik Tahun 2011 adalah 15.540 responden dengan rincian 1.290 responden di tingkat pusat, 8.580 responden layanan vertikal di daerah dan 5.670 responden pada layanan pemerintah daerah.

Rata-rata jumlah responden pada setiap unit layanan yang disurvei adalah 30 responden. Karakteristik dan jumlah responden dijelaskan pada Tabel 1.5.

Tabel 1.5. Karakteristik dan Jumlah Responden

KETERANGAN JUMLAH PERSENTASE

Jenis Kelamin

1 Laki-laki 10.682 69%

2 Perempuan 4.858 31%

Usia

1 < 30 6.786 44%

2 31 - 45 6.535 42%

3 46 - 60 1.996 13%

4 > 60 223 1%

Pekerjaan

1 Wiraswasta 4.834 31%

2 Karyawan Swasta 4.573 29%

3 PNS/ TNI/ POLRI 1.905 12%

4 Mahasiswa 1.165 7%

5 Ibu Rumah Tangga 1.040 7%

6 Petani/ Nelayan/ Buruh/ Tukang 323 2%

7 Pensiunan/ Purnawirawan 165 1%

8 Profesional 165

9 Lainnya 1.370 9%

Pendidikan

1 Lulus SMA 7.103 46%

2 Lulus S1 4.634 30%

3 Lulus Akademi/ Diploma 1.961 13%

4 Lulus SMP 628 4%

5 Lulus S2/S3 253 2%

6 Tidak tamat SD/ Lulus SD 251 2%

7 Lainnya 710 5%

1.3.3. Variabel, Indikator, Sub Indikator dan Struktur Pertanyaan

Variabel, indikator dan sub indikator yang digunakan dalam pelaksanaan survei telah ditetapkan oleh KPK dengan rincian seperti ditunjukkan pada tabel 1.6

Tabel 1.6. Pembobotan Variabel, Indikator dan Sub Indikator

INTEGRITAS VARIABEL INDIKATOR SUB-INDIKATOR

Integritas Total (1,00)

Pengalaman Integritas (0,667)

Pengalaman Korupsi (0,250)

Jumlah/BesaranGratifikasi(0,210)

FrekuensiPemberianGratifikasi(0,550)

WaktuPemberianGratifikasi(0,240)

Cara Pandang Terhadap Korupsi (0,750)

ArtiPemberianGratifikasi(0,250)

TujuanPemberianGratifikasi(0,750)

KebiasaanPemberianGratifikasi(0,392)

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 1Pendahuluan8

INTEGRITAS VARIABEL INDIKATOR SUB-INDIKATOR

Integritas Total (1,00)

Potensi Integritas (0,333)

Lingkungan Kerja (0,127)

Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur (0,164)

Keterlibatan Calo (0,221)

Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan (0,100)

Suasana/Kondisi di sekitar Pelayanan (0,123)

Sistem Administrasi (0,280)

Kepraktisan SOP (0,281)

Keterbukaan Informasi (0,584)

Pemanfaatan Teknologi Informasi (0,135)

Perilaku Individu (0,280)

Keadilan dalam Layanan (0,413)

Ekspektasi Petugas terhadap Gratifikasi(0,327)

Perilaku Pengguna Layanan (0,260)

Pencegahan Korupsi (0,313)

Tingkat Upaya Anti Korupsi (0,750)

Mekanisme Pengaduan Masyarakat (0,250)

Keterangan: (.....) adalah bobot

Sub Indikator dijabarkan dalam 50 pertanyaan di kuesioner. Masing-masing pilihan jawaban dalam kuesioner telah ditentukan nilainya oleh KPK. Struktur pertanyaan dalam kuesioner dijelaskan pada Tabel 1.7

Tabel 1.7. Struktur Pertanyaan dalam Kuesioner Survei Integritas Sektor Publik 2011

A. Identifikasi / Pengenal Kuesioner

1 Nomor kuesioner

2 Unit layanan

3 Kode Instansi

B. Identitas Responden

1 Nama

2 Pekerjaan

3 Pendidikan

C. Identitas Perusahaan

1 Nama

2 Alamat

D. Pengalaman Korupsi

1 Sesuai/tidaknya biaya dengan ketentuan/biaya resmi

2 Jumlah biaya tambahan yang dibayarkan

3 Berapa kali memberikan biaya tambahan

4 Kapan biaya tambahan diberikan

5 Bentuk-bentuk biaya tambahan yang diberikan

E. Cara Pandang terhadap Korupsi

1 Pendapattentangbiayatambahan/gratifikasi

2 Tujuan memberikan biaya tambahan

3 Alasan utama memberikan biaya tambahan

F. Lingkungan Kerja

1 Intensitas praktek pemberian uang tambahan di unit layanan

2 Bagaimana pemberian uang tambahan di unit layanan

3 Pernah/tidak melakukan pertemuan di luar prosedur pada saat mengurus layanan

4 Berapa kali pertemuan di luar prosedur dilakukan

5 Tujuan melakukan pertemuan di luar prosedur

6 Dimana melihat keberadaan perantara (calo) beroperasi

7 Siapakah yang menjadi perantara (calo)

8 Berapa jumlah perantara (calo) di unit layanan

Bab 1Pendahuluan

Survei Integritas Sektor Publik 2011

9

9 Pengaruh dari keberadaan calo dalam unit layanan

10 Bagaimana cara calo beroperasi

11 Bagaimana kondisi fasilitas (sarana & prasarana) di lingkungan layanan

12 Bagaimana suasana/kondisi fasilitas dilingkungan layanan

G. Sistem Administrasi

1 Mudah/sulit prosedur (tahapan) pengurusan layanan

2 Mudah/sulit persyaratan pengurusan layanan

3 Tepat waktu/lambat waktu penyelesaian pengurusan layanan

4 Bagaimana biaya yang dibayar dalam pengurusan layanan

5 Tingkat keterbukaan informasi di unit layanan

6 Kejelasan informasi yang diperoleh di layanan

7 Kondisi dari sistem teknologi informasi ( sistem antrian, sistem informasi) pada unit layanan

8 Tujuan utama menggunakan teknologi informasi

9 Kapan teknologi informasi tersebut digunakan

H. Perilaku Individu

1 Penilaian pengguna layanan terhadap petugas yang melayani

2 Ada/tidaknya pembedaan perlakuan petugas dalam memberi layanan

3 Dasar pengguna layanan berinisiatif memberikan uang tambahan

4 Siapa berinisiatif memberikan uang tambahan

5 Cara petugas meminta uang tambahan

I. Pencegahan Korupsi

1 Ada/tidaknya kampanye/media anti Korupsi di layanan

2 Bentuk kampanye/media anti Korupsi yang tersedia

3 Berapa banyak kegiatan/media Anti Korupsi di layanan

4 Tingkat aksesibilitas media pengaduan/pengajuan komplain

5 Media pengaduan apa yang ada di unit layanan

6 Tindak lanjut/respon petugas dari pengaduan yang disampaikan

1.3.4. Analisis Data

Proses pengolahan data menggunakan aplikasi Visual Basic 2005 dan data base SQL Server. Aplikasi ini digunakan untuk membantu menerapkan formula sesuai dengan ketentuan skoring yang telah ditetapkan yang berguna untuk diterapkan pada jawaban tiap responden. Hasil dari pengolahan data adalah nilai-nilai yang telah diproses mengikuti semua formula yang telah ditentukan.

Sumber data adalah file excell (softcopy) yang merupakan jawaban responden. Data tersebut selanjutnya diolah secara bertahap ke dalam sub indikator, indikator dan variabel hingga menghasilkan indeks integritas unit layanan, Instansi/Pemda, Pusat, Vertikal, Daerah sampai Nasional. Hasil pengolahan data disajikan dalam skala nilai 0 – 10, dimana semakin mendekati nilai 10, maka indeks integritas semakin baik yang menggambarkan baiknya pelayanan sektor publik terhadap masyarakat saat pengurusan layanan.

Bab 1Pendahuluan

Survei Integritas Sektor Publik 2011

11

Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional2

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 2Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional12

Pengukuran integritas sektor publik secara nasional ditunjukkan oleh Indeks Integritas Nasional (IIN). Nilai IIN disusun berdasarkan nilai variabel pengalaman integritas dan potensi integritas. Nilai variabel pengalaman integritas merupakan hasil dari pengalaman korupsi dan cara pandang terhadap korupsi, sementara nilai potensi integritas disusun dari indikator lingkungan kerja, sistem administrasi, perilaku individu dan pencegahan korupsi.

Secara terperinci Indeks Integritas Nasional (IIN) disusun berdasarkan nilai dari subindikator pada 43 unit layanan publik (22 instansi) di tingkat pusat, 15 unit layanan vertikal (pada 7 instansi di 20 kota, kecuali layanan bea masuk di 5 kota) dan 180 unit layanan pemerintah daerah (pada 60 pemda)

Indeks Integritas Nasional (IIN) pada tahun 2011 berdasarkan survei terhadap 15.540 responden adalah 6,31. Nilai tersebut merupakan hasil dari pengukuran variabel pengalaman integritas 6.48 dan potensi integritas sebesar 5,97. 2.1. Indeks Integritas Nasional (IIN)

Secara umum selama 5 tahun terakhir nilai IIN berada di kisaran 6 dengan fluktuasi. Sempatmeningkat pada tahuan 2008 kemudian terus menurun sampai tahun 2010, dan sedikit mengalami peningkatan pada tahun 2011. Namun demikian nilai IIN pada tahun 2011 masih lebih rendah bila dibanding dengan tahun 2009, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1. berikut:

Gambar 2.1. Indeks Integritas Nasional (IIN) Sejak Tahun 2007 – 2011

Peningkatan IIN pada tahun 2011 dibanding tahun 2010 seperti terlihat pada Gambar 2.1 menunjukkan bahwa terjadi upaya-upaya perbaikan pada komponen (indikator dan subindikator) pengalaman integritas maupun potensi integritas. Nilai IIN dan seluruh komponen penyusunnya ditunjukkan oleh Tabel 2.1.

Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional

2007

6,006,00

5,00

7,00

8,00

7,21

6,71

5,70

6,48

6,31

5,97

4,86

5,42

5,87

6,50

6,84

5,96

5,34

5,53

Nilai IINPengalaman Integritas

Potensi Integritas

2008 2009 2010 2011

Bab 2Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional

Survei Integritas Sektor Publik 2011

13

Tabel 2.1. Indeks Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional

INTEGRITAS VARIABEL INDIKATOR SUB-INDIKATOR

Integritas Total (1,00) = 6,31

Pengalaman Integritas (0,667)

6,48

PengalamanKorupsi (0,250) 6,56

Jumlah/BesaranGratifikasi(0,210) 5,87

FrekuensiPemberianGratifikasi(0,550) 6,92

WaktuPemberianGratifikasi(0,240) 6,33

Cara Pandang TerhadapKorupsi (0,750)

6,45

ArtiPemberianGratifikasi(0,250) 7,01

TujuanPemberianGratifikasi(0,750) 6,26

KebiasaanPemberianGratifikasi(0,127) 6,03

PotensiIntegritas (0,333)

5,97

Lingkungan Kerja (0,127) 7,04

Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur (0,164)

9,01

Keterlibatan Calo (0,221) 7,01

Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan (0,100)

7,53

Suasana/Kondisi di sekitar Pelayanan (0,123) 7,28

SistemAdministrasi (0,280)

6,25

Kepraktisan SOP(0,281) 6,45

Keterbukaan Informasi (0,584) 6,34

Pemanfaatan Teknologi Informasi (0,135) 5,46

Perilaku Individu (0,280) 6,57

Keadilan dalam Layanan (0,413) 7,06

EkspektasiPetugasterhadapGratifikasi(0,327) 6,50

Perilaku Pengguna Layanan (0,260) 5,88

PencegahanKorupsi (0,313) 4,75

Tingkat Upaya Anti Korupsi (0,750) 4,73

Mekanisme Pengaduan Masyarakat (0,250) 4,79

Pada tahun 2011, nilai IIN 0,31 lebih tinggi dibanding standar minimal yang ditetapkan 6,00. Variabel pengalaman integritas memberikan kontribusi yang baik dalam peningkatan nilai IIN, sementara nilai variabel potensi integritas masih berada di bawah standar minimal 6,00 yang ditetapkan KPK. Indikator pencegahan korupsi dengan nilai 4,75 masih jauh dari standar yang ditetapkan, namun 5 indikator yang lain sudah memenuhi standar, bahkan indikator lingkungan kerja nilainya mencapai 7,04. Lima subindikator perlu mendapatkan perhatian karena nilainya masih di bawah 6,00. Sub indikator jumlah besaran gratifikasi (5,87), pemanfaataan teknologi informasi (5,46), perilakupengguna layanan (5,88) harus terus ditingkatkan paling tidak sampai dengan nilai standar yang ditetapkan. Dua subindikator dalam pencegahan korupsi yaitu tingkat upaya antikorupsi (4,73) dan mekanisme pengaduan masyarakat (4,79) dengan nilai masih di bawah 5,00 harus bekerja lebih keras dalam mengupayakan pencegahan korupsi pada kegiatan layanan publiknya.

Peringkat dan nilai indeks integritas nasional tahun 2011 dari 27 instansi pemerintah pusat dan vertikal serta 60 pemerintah daerah yang disurvei KPK ditunjukkan oleh Tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2. Peringkat Nasional Integritas Sektor Publik Tahun 2011

NO INSTANSI/PEMDA INTEGRITAS

1 Pemerintah Kota Dumai 7,77

2 Pemerintah Kota Bukittinggi 7,67

3 Pemerintah Kota Bitung 7,62

4 Badan Koordinasi Penanaman Modal 7,60

5 Pemerintah Kota Yogyakarta 7,60

6 Kementerian Keuangan 7,56

7 Pemerintah Kota Batam 7,55

8 Pemerintah Kota Pontianak 7,54

9 Kementerian Kesehatan 7,52

10 PT. Jamsostek (Persero) 7,52

11 Kementerian Perindustrian 7,51

12 PT. Pelabuhan Indonesia II(Persero) 7,50

13 Kementerian Perhubungan 7,47

NO INSTANSI/PEMDA INTEGRITAS

14 Kementerian Kelautan dan Perikanan 7,46

15 Kementerian Pertanian 7,45

16 Pemerintah Kota Gorontalo 7,45

17 Pemerintah Kota Surakarta 7,43

18 Pemerintah Kota Banjarbaru 7,43

19 Kementerian Komunikasi dan Infor-matika 7,43

20 Pemerintah Kota Surabaya 7,42

21 Kementerian Pendidikan Nasional 7,41

22 PT. Pertamina (Persero) 7,40

23 Badan Pengawas Obat danMakanan (Badan POM) 7,36

24 Pemerintah Kota Denpasar 7,33

25 Pemerintah Kota Tanjung Pinang 7,31

26 PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) 7,30

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 2Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional14

Tabel 2.2 menjelaskan terdapat 68% instansi/pemerintah daerah dengan indeks integritas di atas nilai standar minimum yang telah ditetapkan (6,00). Peringkat terbaik integritas secara nasional tahun 2011 dicapai oleh Pemerintah Kota Dumai kemudian disusul oleh Pemerintah Kota Bukit Tinggi dan Pemerintah Kota Bitung. Dua puluh delapan atau 32% instansi/pemda lainnya masih belum memenuhi standar minimal integritas yang ditetapkan KPK. Tiga instansi yang memperoleh nilai integritas terendah adalah Pemerintah Kota Metro, Pemerintah Kota Depok dan Pemerintah Kota Serang.

NO INSTANSI/PEMDA INTEGRITAS

27 Pemerintah Kota Pare-pare 7,29

28 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 7,26

29 Pemerintah Kabupaten Sidoarjo 7,23

30 Pemerintah Kota Samarinda 7,14

31 Pemerintah Kota Mataram 7,14

32 Pemerintah Kota Padang 7,11

33Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

7,11

34 Kementerian Kehutanan 7,09

35 Pemerintah Kota Pekalongan 7,08

36 Pemerintah Kota Banjarmasin 6,92

37 Kementerian Perdagangan 6,91

38 Pemerintah Kota Kediri 6,90

39 Pemerintah Kota Madiun 6,86

40 Pemerintah Kota Kupang 6,86

41 PT. Angkasa Pura II (Persero) 6,68

42 Pemerintah Kota Bandung 6,68

43 Pemerintah Kota Ambon 6,64

44 Pemerintah Kabupaten Banyumas 6,53

45 Pemerintah Kota Pekanbaru 6,51

46 Pemerintah Kota Balikpapan 6,49

47 Pemerintah Kota Jayapura 6,47

48 Pemerintah Kota Pangkal Pinang 6,42

49 PT. Pembangkit Listrik Negara (Persero) 6,38

50 Mahkamah Agung 6,36

51 Pemerintah Kota Makassar 6,29

52 Pemerintah Kabupaten Mamuju 6,29

53 Pemerintah Kota Palangkaraya 6,26

54 Pemerintah Kota Jambi 6,22

55 Pemerintah Kota Cilegon 6,10

56 Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia 6,09

NO INSTANSI/PEMDA INTEGRITAS

57 Badan Pertanahan Nasional 6,07

58 Pemerintah Kota Palu 6,07

59 Pemerintah Kota Bandar Lampung 6,02

60 Pemerintah Kota Banda Aceh 5,99

61 Pemerintah Kota Malang 5,94

62 Kepolisian Negara RI 5,76

63 Pemerintah Kota Medan 5,59

64 Pemerintah Kota Bima 5,56

65 Pemerintah Kota Binjai 5,54

66 DKI Jakarta 5,54

67 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 5,52

68 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi 5,44

69 Kementerian Agama 5,41

70 Pemerintah Kota Lhokseumawe 5,23

71 Pemerintah Kota Bekasi 5,08

72 Pemerintah Kabupaten Jember 5,05

73 Pemerintah Kota Kendari 4,90

74 Pemerintah Kota Manado 4,70

75 Pemerintah Kota Cirebon 4,67

76 Pemerintah Kota Pematang Siantar 4,65

77 Pemerintah Kota Tangerang 4,46

78 Pemerintah Kota Lubuk Linggau 4,38

79 Pemerintah Kota Bogor 4,27

80 Pemerintah Kota Palembang 4,25

81 Pemerintah Kota Bengkulu 4,18

82 Pemerintah Kota Ternate 4,07

83 Pemerintah Kabupaten Manokwari 3,70

84 Pemerintah Kota Semarang 3,61

85 Pemerintah Kota Serang 3,54

86 Pemerintah Kota Depok 3,50

87 Pemerintah Kota Metro 3,15

Bab 2Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional

Survei Integritas Sektor Publik 2011

15

2.2. Pengalaman Integritas Tingkat Nasional

Pengalaman integritas merupakan salah satu unsur penyusun Indeks Integritas Nasional (dengan bobot sebesar 0,667). Pengalaman integritas terdiri dari 2 (dua) indikator yaitu pengalaman korupsi (bobot 0,250) dan cara pandang terhadap korupsi (bobot 0,750). Masing-masing indikator disusun oleh sub-indikator, secara terinci dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Nilai Variabel Pengalaman Integritas beserta Indikator dan Sub-Indikator

VARIABEL INDIKATOR SUB-INDIKATOR

Pengalaman Integritas (0,667)

6,48

PengalamanKorupsi (0,250) 6,56

Jumlah/BesaranGratifikasi(0,210) 5,87

FrekuensiPemberianGratifikasi(0,550) 6,92

WaktuPemberianGratifikasi(0,240) 6,33

Cara PandangTerhadap Korupsi (0,750)

6,45ArtiPemberianGratifikasi(0,250) 7,01

TujuanPemberianGratifikasi(0,750) 6,26

Nilai variabel pengalaman integritas tingkat nasional adalah 6,48. Meskipun nilai ini sudah di atas standar minimum dengan nilai pengalaman korupsi 6,56 dan cara pandang terhadap korupsi 6,45, masih ada sub-indikator dengan nilai di bawah nilai standar minimum (6,00) yaitu jumlah/besaran GratifikasiDenganNilai5,87.

Tabel 2.4. Indeks Integritas Tingkat Nasional berdasarkan Variabel Pengalaman Integritas

No INSTANSI/PEMDA Nilai

1 Pemerintah Kota Bukittinggi 8,18

2 Pemerintah Kota Dumai 8,14

3 Pemerintah Kota Tanjung Pinang 8,06

4 Kementerian Komunikasi dan Informatika 8,04

5 PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) 8,02

6 Badan Koordinasi Penanaman Modal 7,99

7 Kementerian Kelautan danPerikanan 7,99

8 Pemerintah Kota Bitung 7,98

9 Pemerintah Kota Batam 7,94

10 Kementerian Pendidikan Nasional 7,91

11 Kementerian Perindustrian 7,89

12 Pemerintah Kota Yogyakarta 7,88

13 Kementerian Keuangan 7,88

14 Pemerintah Kota Samarinda 7,87

15 Pemerintah Kota Pontianak 7,86

16 Kementerian Perhubungan 7,84

17 Pemerintah Kota Surabaya 7,83

18 Badan Pengawas Obat danMakanan (Badan POM) 7,83

19 Kementerian Kesehatan 7,82

20 PT. Jamsostek (Persero) 7,79

21 Kementerian Pertanian 7,75

22 PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) 7,73

23 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 7,72

24 Pemerintah Kota Gorontalo 7,71

25 Kementerian Perdagangan 7,71

26 PT. Pertamina (Persero) 7,70

No INSTANSI/PEMDA Nilai

27 Kementerian Kehutanan 7,69

28 Pemerintah Kota Pare-pare 7,67

29 Pemerintah Kota Surakarta 7,64

30Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

7,64

31 Pemerintah Kota Banjarbaru 7,63

32 Pemerintah Kabupaten Sidoarjo 7,62

33 Pemerintah Kota Kediri 7,58

34 Pemerintah Kota Denpasar 7,55

35 Pemerintah Kota Madiun 7,54

36 Pemerintah Kota Pekalongan 7,49

37 Pemerintah Kota Mataram 7,39

38 Pemerintah Kota Padang 7,32

39 Pemerintah Kota Banjarmasin 7,18

40 Pemerintah Kota Bandung 7,14

41 Pemerintah Kota Kupang 7,13

42 PT. Angkasa Pura II (Persero) 7,01

43 Pemerintah Kota Jambi 6,90

44 Pemerintah Kota Balikpapan 6,89

45 Pemerintah Kota Ambon 6,82

46 Pemerintah Kota Pangkal Pinang 6,82

47 Pemerintah Kabupaten Banyumas 6,81

48 Pemerintah Kota Palu 6,74

49 Pemerintah Kota Banda Aceh 6,66

50 Pemerintah Kota Pekanbaru 6,64

51 Mahkamah Agung 6,63

52 Pemerintah Kota Cilegon 6,60

53 Pemerintah Kabupaten Mamuju 6,52

54 Pemerintah Kota Palangkaraya 6,49

55 PT. PLN (Persero) 6,45

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 2Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional16

Terdapat 26 instansi/pemerintah daerah yang nilai pengalaman integritasnya di bawah standar integritas minimal 6,00. Dari 26 instansi/pemerintah daerah tersebut 85% diantaranya adalah layanan pada pemerintah daerah dan 15% lainnya dari layanan instansi pusat.

2.2.1 Pengalaman Masyarakat terhadap Korupsi di Layanan Publik Tingkat Nasional

Pengalaman korupsi yang langsung dirasakan masyarakat pada saat proses pengurusan layanan adalah dalam bentuk biaya tambahan (gratifikasi) yang harus dibayarkan olehpengguna layanan di luar biaya resmi, berapa kali biaya tambahan (gratifikasi) tersebutdiberikansertaberapabesarnyadankapangratifikasitersebutdiberikan.

Tabel 2.5. Nilai Indikator Pengalaman Korupsi Beserta Sub-indikator

INDIKATOR SUB-INDIKATOR

PengalamanKorupsi (0,250) 6,56

Jumlah/BesaranGratifikasi(0,210) 5,87

FrekuensiPemberianGratifikasi(0,550) 6,92

WaktuPemberianGratifikasi(0,240) 6,33

Nilai indikator pengalaman korupsi di tingkat nasional adalah 6,56. Nilai ini terbentuk berdasarkan ketiga sub-indikator sebagaimana pada Tabel 2.5. Meskipun nilai ini sudah di atas standar minimum yang ditetapkan namun masih terdapat sub-indikator dengan nilai kurangdari6,yaitujumlah/besarangratifikasi(5,87).Bagianselanjutnyaakanmenjelaskantiap subindikator dari indikator pengalaman korupsi.

1. Jumlah/Besaran Gratifikasi

Nilai sub-indikator jumlah/besaran gratifikasi 5,87 menunjukkan masih terdapat unitlayanan yang menerima biaya layanan melebihi biaya resmi yang telah ditetapkan. Terdapat 29 persen (dari total 15.540 responden) yang mengakui memberikan biaya tambahan pada saat mengurus layanan. Biaya tambahan yang dibayarkan cukup bervariasi, namun fakta menunjukkan bahwa sebagian besar membayar biaya tambahan lebih dari 50% dari biaya resmi yang ditetapkan, seperti ditunjukkan oleh Gambar 2.2 berikut.

No INSTANSI/PEMDA Nilai

56 Pemerintah Kota Jayapura 6,42

57 Pemerintah Kota Bandar Lampung 6,41

58 Pemerintah Kota Makasar 6,40

59 Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia 6,23

60 Badan Pertanahan Nasional 6,18

61 Pemerintah Kota Malang 6,13

62 Kementerian Koperasi dan UKM 5,91

63 Pemerintah Kota Bima 5,77

64 Kepolisian Negara RI 5,74

65 Pemerintah Kota Kendari 5,71

66 DKI Jakarta 5,51

67 Pemerintah Kota Binjai 5,47

68 Pemerintah Kabupaten Jember 5,45

69 Kementerian Agama 5,40

70 Pemerintah Kota Medan 5,33

65 Pemerintah Kota Kendari 5,71

66 DKI Jakarta 5,51

67 Pemerintah Kota Binjai 5,47

68 Pemerintah Kabupaten Jember 5,45

69 Kementerian Agama 5,40

No INSTANSI/PEMDA Nilai

70 Pemerintah Kota Medan 5,33

71 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi 5,28

72 Pemerintah Kota Lhokseumawe 5,22

73 Pemerintah Kota Bekasi 4,80

74 Pemerintah Kota Pematang Siantar 4,79

75 Pemerintah Kota Cirebon 4,57

76 Pemerintah Kota Manado 4,33

77 Pemerintah Kota Tangerang 4,19

78 Pemerintah Kota Bogor 3,94

79 Pemerintah Kota Palembang 3,84

80 Pemerintah Kota Ternate 3,68

81 Pemerintah Kota Bengkulu 3,49

82 Pemerintah Kota Lubuk Linggau 3,47

83 Pemerintah Kota Serang 3,30

84 Pemerintah Kota Depok 3,26

85 Pemerintah Kabupaten Manokwari 3,25

86 Pemerintah Kota Semarang 3,14

87 Pemerintah Kota Metro 2,59

Bab 2Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional

Survei Integritas Sektor Publik 2011

17

Gambar2.2.PersentaseJumlah/BesaranGratifikasiTingkatNasional

2. Frekuensi Pemberian Gratifikasi

Indeksintegritassub-indikatorfrekuensipemberiangratifikasiadalah6.92.Nilaitersebutmenunjukkan seberapa sering/frekuensi pemberian gratifikasi yang dilakukan olehresponden yang menyatakan pernah memberikan biaya tambahan. Hasilnya yaitu dari 29 persen responden yang memberikan biaya tambahan, sebagian besar (80%) responden menyatakan pernah memberikan uang tambahan setidaknya satu kali dalam satu kali pengurusan layanan. Sisanya 20 persen menyatakan memberikan uang tambahan sebanyak 2 kali dan lebih dari 2 kali.

Gambar 2.3. Persentase dan Frekuensi Pengguna Layanan Membayar Biaya Tambahan

3. Waktu Pemberian Gratifikasi

Indeks integritas sub-indikator waktu pemberian gratifikasi adalah 6,33. Waktupemberian gratifikasi menunjukkan kapan pemberian uang tambahan dilakukan olehpengguna layanan. Pada responden yang menyatakan memberikan biaya tambahan, 49% diantaranya mengaku memberikan biaya tambahan di awal pengurusan, 10% mengaku saat pengurusan dan 28% di akhir pengurusan. Bahkan terdapat 13% responden yang mengaku memberikan biaya tambahan pada 2 atau 3 tahap pengurusan. Pemberian uang tambahan/gratifikasidiawaldansaatprosespengurusanlayanananumumnyaditujukanuntuk mempercepat dan atau untuk memperlancar proses layanan.

10%19%

71%

71%

29%

1 kali80%

2 kali13%

>2 kali7%

<50% dari biaya resmi

Tidak

>50% dari biaya resmi

Ya

Sesuai

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 2Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional18

Gambar 2.4. Waktu Pengguna Layanan Memberikan Biaya Tambahan di Tingkat Nasional

2.2.2 Cara Pandang Masyarakat terhadap Korupsi di Pelayanan Publik Tingkat Nasional

Upaya meningkatkan integritas tidak hanya dapat dilakukan oleh pihak pemberi layanan, tetapi bisa juga oleh pengguna layanan. Masyarakat sebagai pengguna layanan seharusnya dapat diberdayakan dengan mengubah atau memperbaiki cara pandang mereka terhadap korupsi,khususnyaterhadappraktikpemberiangratifikasi.Carapandangseseorangterhadappemberiangratifikasiiniakanmempengaruhisikapdankeputusanseseoranguntukmemberiatautidakmemberigratifikasi.Nilaiindikatorcarapandangterhadapkorupsiinidisusunoleh2(dua)nilaisub-indikatoryaituartipemberiangratifikasidantujuanpemberiangratifikasi.

Tabel 2.6. Nilai Indikator Cara Pandang Korupsi Beserta Sub-indikator

INDIKATOR SUB-INDIKATOR

Cara PandangTerhadap Korupsi (0,750) 6,45

ArtiPemberianGratifikasi(0,250) 7,01

TujuanPemberianGratifikasi(0,750) 6,26

Selanjutnya akan dijelaskan masing-masing sub indikator dalam indikator cara padang terhadap korupsi.

1. Arti Pemberian Gratifikasi

Arti pemberian gratifikasi menunjukkan bagaimana masyarakat mengartikan biaya-biaya atau imbalan yang mereka keluarkan, apakah tergolong korupsi atau tidak. Nilai 7,01menggambarkanbahwamasyarakatcukuppahamartidaripemberiangratifikasi,seperti terlihat pada Gambar 2.5. Sebanyak 74% responden mengartikan pemberian gratifikasi merupakan perbuatan yang melanggar hukum dan memalukan (44% dan30%). Sedangkan 26% lainnya menjawab bahwa perbuatan itu boleh dilakukan.

Gambar 2.5. Pendapat Pengguna Layanan atas Biaya Tambahan di Tingkat Nasional

Awal Pengurusan

Akhir Pengurusan

Kombinasi 2 atau 3 tahap

Saat Pengurusan

Melanggar hukum dan harus dilaporkan

Memalukan dan tercela

Hanya boleh dilakukan kalau terpaksa

Boleh dilakukan asalakan tidak terlalu sering

Harus dilakukan

Boleh dan sering dilakukan

49%

28%

13%

10%

44%

30%

13%

11%

1%

1%

Bab 2Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional

Survei Integritas Sektor Publik 2011

19

2. Tujuan Pemberian Gratifikasi

Nilaisub-indikatortujuanpemberiangratifikasinasionaladalah6,26.Berdasarkanfaktayang dijumpai di unit layanan, tujuan utama responden memberikan uang tambahan ataugratifikasiadalahuntukmempercepatwaktupengurusanlayanan(69%).Tujuanlainadalah untuk memastikan bahwa layanan akan selesai tepat waktu (12%), meluluskan proses layanan walaupun syarat tidak terpenuhi (8%), menghindarkan perlakuan semena-mena dari petugas layanan (3%) dan tidak ada tujuan tertentu (8%) sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.6

Gambar 2.6. Tujuan Pengguna Layanan Memberikan Biaya Tambahan di Tingkat Nasional

Bila dikaji lebih dalam alasan utama pengguna layanan memberikan biaya tambahan/ gratifikasisaatprosespengurusanlayanandapatdilihatpadaGambar2.7.Darirespondenyangmengakumemberikan uang tambahan/gratifikasi, 72%memiliki alasan negatif,yaitu karena diminta petugas (50%), karena petugas mempersulit (15%) dan karena petugas malas melayani (7%). Sedangkan 26% reseponden memberikan alasan karena puas dengan layanan petugas (20%) dan karena petugas yang ramah (6%). Sisanya 2% responden memberikan uang tambahan dengan alasan kasihan kepada petugas yang gajinya kecil.

Gambar 2.7. Alasan Pengguna Layanan Memberikan Biaya Tambahan

Data tentang pengalaman integritas yang dihasilkan dalam survei ini, mencerminkan kondisi riil dari unit layanan berdasarkan pengalaman yang langsung dirasakan pengguna layanan saat mengurus layanan dalam kurun waktu satu tahun terakhir.

Mempercepat waktu pengurusan

Memastikan pengurusan tepat waktu

Tidak ada Tujuan tertentu

Meluluskan pengurusan walaupun syarat tidak terpenuhi

Menghindarkan perlakuan semena-mena petugas

Petugas meminta

Puas dengan layanan petugas

Petugas mempersulit

Petugas malas melayani

Petugas ramah

Kasihan gaji petugas kecil

69%

50%

20%

15%

7%

6%

2%

12%

8%

8%

3%

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 2Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional20

2.3. Potensi Integritas Tingkat Nasional

Potensi integritas merupakan variabel yang memberikan bobot kontribusi sebesar 0,333 terhadap nilai integritas. Potensi integritas ini merupakan unsur/variabel yang sangat penting untuk mencegah/memperkecil peluang terjadinya tindak pidana korupsi di masa mendatang. Variabel potensi integritas disusun oleh 4 indikator yaitu lingkungan kerja, sistem administrasi, perilaku individu dan pencegahan korupsi. Masing-masing indikator terdiri dari 2-5 subindikator, seperti ditunjukkan oleh Tabel 2.7.

Tabel 2.7. Nilai Variabel Potensi Integritas beserta Indikator dan Sub-Indikator

VARIABEL INDIKATOR SUB-INDIKATOR

PotensiIntegritas (0,333) 5,97

Lingkungan Kerja (0,127) 7,04

KebiasaanPemberianGratifikasi(0,392) 6,03

Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur (0,164) 9,01

Keterlibatan Calo (0,221) 7,01

Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan (0,100)

7,53

Suasana/Kondisi di sekitar Pelayanan (0,123) 7,28

Sistem Administrasi (0.280) 6,25

Kepraktisan SOP(0,281) 6,45

Keterbukaan Informasi (0,584) 6,34

Pemanfaatan Teknologi Informasi (0,135) 5,46

Perilaku Individu (0.280) 6,57

Keadilan dalam Layanan (0,413) 7,06

EkspektasiPetugasterhadapGratifikasi(0,327) 6,50

Perilaku Pengguna Layanan (0,260) 5,88

Pencegahan Korupsi (0.313) 4,75

Tingkat Upaya Anti Korupsi (0,750) 4,73

Mekanisme Pengaduan Masyarakat (0,250) 4,79

Nilai potensi integritas nasional dari 87 instansi/pemerintah daerah adalah 5,97. Nilai tersebut masih berada di bawah nilai standar minimum yang ditetapkan oleh KPK (6,00). Masih ada indikator dan sub indikator potensi integritas yang nilainya rendah. Berdasarkan Tabel di atas, hal yang perlu diperhatikan unit layanan untuk memperkecil peluang terjadinya korupsi yaitu dengan meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi (5,46), mengubah perilaku pengguna layanan (5,88), meningkatkan upaya antikorupsi (4,73) dan memperjelas mekanisme pengaduan masyarakat (4,79). Peringkat dan indeks integritas berdasarkan variabel potensi integritas dapat dilihat pada Tabel 2.8 berikut.

Tabel 2.8. Indeks Integritas Tingkat Nasional berdasarkan Variabel Potensi Integritas

No INSTANSI/PEMDA Nilai

1 PT. Pelabuhan lndonesia II (Persero) 7,04

2 Pemerintah Kota Dumai 7,03

3 Pemerintah Kota Yogyakarta 7,02

4 Pemerintah Kota Banjarbaru 7,02

5 Pemerintah Kota Surakarta 7,00

6 PT. Jamsostek (Persero) 6,96

7 Kementerian Kesehatan 6,94

8 Kementerian Keuangan 6,93

9 Pemerintah Kota Bitung 6,92

10 Pemerintah Kota Gorontalo 6,92

11 Pemerintah Kota Pontianak 6,91

12 Pemerintah Kota Denpasar 6,87

13 Kementerian Pertanian 6,86

14 Badan Koordinasi Penanaman Modal 6,80

15 PT. Pertamina (Persero) 6,80

16 Pemerintah Kota Batam 6,76

17 Kementerian Perindustrian 6,74

No INSTANSI/PEMDA Nilai

18 Kementerian Perhubungan 6,73

19 Pemerintah Kota Padang 6,70

20 Pemerintah Kota Mataram 6,65

21 Pemerintah Kota Bukit Tinggi 6,64

22 Pemerintah Kota Surabaya 6,61

23 Pemerintah Kota Jayapura 6,57

24 Pemerintah Kota Pare-pare 6,54

25 Pemerintah Kabupaten Sidoarjo 6,46

26 Kementerian Pendidikan Nasional 6,41

27 Badan Pengawas Obat danMakanan (Badan POM) 6,41

28 Kementerian Kelautan dan Perikanan 6,39

29 Pemerintah Kota Banjarmasin 6,39

30 Kementerian Energi Sumber Daya Mineral 6,32

31 Pemerintah Kota Kupang 6,32

32 Pemerintah Kota Ambon 6.28

33 Pemerintah Kota Pekalongan 6,26

34 Pemerintah Kota Pekanbaru 6,26

Bab 2Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional

Survei Integritas Sektor Publik 2011

21

Tabel 2.8 menjelaskan bahwa masih terdapat 47 instansi/pemerintah daerah (54%) yang nilai potensi integritasnya di bawah standar integritas minimal 6,00. Dari 47 instansi/pemerintah daerah tersebut, 77% diantaranya adalah layanan pada pemerintah daerah (36 kota) dan 23% layanan instansi pusat/vertikal (11 instansi).

2.3.1 Lingkungan Kerja di Layanan Publik Tingkat Nasional

Lingkungan kerja memiliki potensi untuk mendorong terjadinya praktik korupsi, tidak terkecuali di sektor pelayanan publik. Bila lingkungan kerja tidak didukung oleh fasilitas yang memadai, suasana pelayanan tidak nyaman bahkan jika ditambah dengan prosedur yang berbelit-belit akan mendorong pengguna layanan melakukan penyimpangan dalam rangka memperlancar proses pengurusan layanan.

Tabel 2.9. Nilai Indikator Lingkungan Kerja beserta Sub-indikator

INDIKATOR SUB-INDIKATOR

Lingkungan Kerja (0,127) 7,04

KebiasaanPemberianGratifikasi(0,392) 6,03

Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur (0,164) 9,01

Keterlibatan Calo (0,221) 7,01

Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan (0,100) 7,53

Suasana/Kondisi di sekitar Pelayanan (0,123) 7,28

Nilai integritas indikator lingkungan kerja nasional adalah 7,04. Pencapaian nilai ini terutama

No INSTANSI/PEMDA Nilai

35 PT. Pembangkit Listrik Negara (Persero) 6,23

36 Kementerian Komunikasi dan Informatika 6,20

37 Pemerintah Kota Lubuk Linggau 6,20

38 Pemerintah Kota Medan 6,11

39 Pemerintah Kota Makasar 6,09

40Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

6,04

41 PT. Angkasa Pura II (Persero) 5,99

42 Pemerintah Kabupaten Banyumas 5,95

43 Kementerian Kehutanan 5,91

44 PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) 5,85

45 Badan Pertanahan Nasional 5,84

46 Mahkamah Agung 5,83

47 Pemerintah Kabupaten Mamuju 5,83

48 Kepolisian Negara RI 5,82

49 Pemerintah Kota Tanjung Pinang 5,81

50 Pemerintah Kota Palangkaraya 5,80

51 Kementerian Hukum dan HAM 5,80

52 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi 5,79

53 Pemerintah Kota Bandung 5,77

54 Pemerintah Kota Samarinda 5,69

55 Pemerintah Kota Balikpapan 5,69

56 Pemerintah Kota Binjai 5,68

57 Pemerintah Kota Bekasi 5,64

58 Pemerintah Kota Pangkal Pinang 5,61

59 DKI Jakarta 5,61

No INSTANSI/PEMDA Nilai

60 Pemerintah Kota Malang 5,56

61 Pemerintah Kota Bengkulu 5,56

62 Pemerintah Kota Kediri 5,53

63 Pemerintah Kota Madiun 5,52

64 Pemerintah Kota Manado 5,43

65 Kementerian Agama 5,42

66 Kementerian Perdagangan 5,30

67 Pemerintah Kota Bandar Lampung 5,26

68 Pemerintah Kota Lhokseumawe 5,25

69 Pemerintah Kota Bima 5,12

70 Pemerintah Kota Cilegon 5,10

71 Pemerintah Kota Palembang 5,06

72 Pemerintah Kota Tangerang 5,01

73 Pemerintah Kota Bogor 4,92

74 Pemerintah Kota Cirebon 4,87

75 Pemerintah Kota Ternate 4,86

76 Pemerintah Kota Jambi 4,85

77 Pemerintah Kota Palu 4,74

78 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 4,74

79 Pemerintah Kota Banda Aceh 4,64

80 Pemerintah Kabupaten Manokwari 4,61

81 Pemerintah Kota Semarang 4,55

82 Pemerintah Kota Pematang Siantar 4,38

83 Pemerintah Kota Metro 4,29

84 Pemerintah Kabupaten Jember 4,25

85 Pemerintah Kota Serang 4,04

86 Pemerintah Kota Depok 3,99

87 Pemerintah Kota Kendari 3,29

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 2Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional22

didukung oleh tingginya nilai kebutuhan pertemuan di luar prosedur (9,01). Masing-masing subindikator lingkungan kerja akan dijelaskan pada bagian berikut.

1. Kebiasaan Pemberian Gratifikasi

Kebiasaan pengguna dan petugas layanan dalam memberi maupun meminta biaya tambahan(gratifikasi)dalamrangkamendapatkanlayananpublikternyatamasihsulitdiubah. Sebesar 47% responden menyatakan bahwa pemberian gratifikasi memangmasih terjadi dalam pengurusan layanan publik, dengan intensitas selalu terjadi (6%), sering terjadi (17%) dan kadang-kadang terjadi (24%).

Gambar 2.8. Intensitas Praktek Pemberian Uang Tambahan di Tingkat Nasional

2. Kebutuhan Pertemuan di luar Prosedur

Secara umum, kebutuhan pengguna layanan untuk melakukan pertemuan di luar prosedur sudah sangat minimal. Nilai 9,01 menunjukkan hal tersebut. Namun demikian masih ada 15% dari pengguna layanan yang mengaku pernah melakukan pertemuan di luar prosedur. Sebagian besar melakukannya hanya 1 kali (73%), namun ada juga yang 2 kali (17%), bahkan lebih dari 2 kali (10%)

Gambar 2.9. Persentase Responden Melakukan Pertemuan di Luar Prosedur Tingkat Nasional

Tujuan pengguna layanan melakukan pertemuan di luar prosedur dalam proses pengurusan layanan adalah untuk mempercepat waktu pengurusan (48%), melengkapi persyaratan (26%), negosiasi persyaratan yang tidak terpenuhi (15%) dan negosiasi biaya (11%).

Tidak pernah terjadi

Kadang-kadang terjadi

Sering terjadi

Selalu terjadi

53%

24%

17%

6%

85%

Tidak Pernah 1 kali 2 kali lebih dari2 kali

15%

73%

17%

10%

Bab 2Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional

Survei Integritas Sektor Publik 2011

23

Gambar 2.10. Tujuan Pengguna Layanan Melakukan Pertemuan di Luar Prosedur Tingkat Nasional

3. Keterlibatan Calo

Dari hasil survei yang dilakukan terhadap responden, ternyata peran perantara/calo dalampengurusanlayanancukupsignifikan.

Gambar 2.11. Pengamatan Responden yang Menjadi Perantara/Calo di Layanan Tingkat Nasional

Sebagian pengguna layanan (38%) mengaku melihat keberadaan calo beroperasi di unit layanan saat pengurusan layanan. Berdasarkan pengamatan responden, calo tersebut adalah orang luar (29%), petugas langsung layanan (17%), petugas lain yang bekerja di instansi tetapi tidak langsung berhubungan dengan layanan (11%), orang luar yang bekerja di sekitar unit layanan (10%). Bahkan, 33% responden melihat bahwa calo berasal dari kombinasi 2 atau lebih diantara pihak-pihak yang disebutkan di atas.

Mempercepat waktu

Melengkapi syarat

Negosisasi syarat

Negosisasi biaya

48%

26%

15%

11%

62%

38%

33%

29%

17%

11% 10%

tidak melihat calo

melihat calo kombinasi 2 atau lebih perantara/

calo

orang luar Petugas langsung

Petugaslain

Orang yang bekerja di sekitar unit

layanan

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 2Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional24

Gambar 2.12. Cara Perantara/Calo Beroperasi di Layanan Tingkat Nasional

Bila dilihat bagaimana cara kerja perantara beroperasi mendekati responden saat pengurusan layanan, sebagian besar dengan cara sembunyi-sembunyi (21%). Namun, perantara yang beroperasi secara terang-terangan juga masih ada (12%).

4. Fasilitas dan Suasana Unit Layanan

Keberadaan fasilitas dalam unit layanan merupakan salah satu sebab pengguna layanan mengambil keputusan mengurus sendiri layanannya atau memilih menggunakan jasa perantara. Sebagian besar pengguna layanan (87%) menyatakan bahwa fasilitas yang tersedia di unit layanan yang mereka datangi memadai dan hanya 13% yang menyatakan kurang/tidak memadai.

Gambar 2.13. Suasana Lingkungan Kerja di Layanan Tingkat Nasional

Sebagian besar pengguna layanan juga menyatakan bahwa suasana unit layanan saat pengurusan layanan nyaman (87%), tenang (83%), teratur dan rapi (87%) serta tahapan layanan teratur (86%). Walaupun jumlah pengguna layanan yang menyatakan suasana unit layanan kurang baik merupakan minoritas (kurang dari 20%), namun unit layanan tetap perlu melakukan peningkatan kualitas lingkungan kerja. Sebabnya, jika hal ini dibiarkan dapat memicu pengguna layanan untuk menggunakan jasa calo saat mengurus layanan.

Tidak pernah melihat calo

Sembunyi-sembunyi

Terang-terangan

67%

21%

12%

87% 87%83%

13%17%

13% 14%

86%

Nyaman Tenang Ruang teratur dan rapi

Tahapan layanan teratur

Bab 2Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional

Survei Integritas Sektor Publik 2011

25

2.3.2 Sistem Administrasi di Layanan Publik Tingkat Nasional

Sistem administrasi dalam layanan publik disusun dari 3 subindikator yaitu Kepraktisan SOP, Keterbukaan Informasi dan Pemanfaatan Teknologi Informasi.

Tabel 2.10. Nilai Indikator Sistem Administrasi beserta Sub-indikator

INDIKATOR SUB-INDIKATOR

Sistem Administrasi (0,280) 6,25

Kepraktisan SOP(0.281) 6,45

Keterbukaan Informasi (0.584) 6,34

Pemanfaatan Teknologi Informasi (0.135) 5,46

Nilai sistem administrasi secara nasional (6,25) sudah sesuai dengan standar minimum yang ditetapkan oleh KPK (6,00). Pemanfaatan Teknologi Informasi merupakan subindikator yang masih memerlukan perbaikan karena nilainya masih di bawah standar minimal yang ditetapkan. Namun demikian, nilai 2 subindikator lainnya yaitu kepraktisan SOP dan keterbukaan informasi juga masih perlu ditingkatan. Bagian selanjutnya akan membahas 3 subindikator dari Sistem Administrasi.

1. Kepraktisan SOP

KepraktisanSOPmencerminkantingkatefektifitasprosedurpengurusanlayanan,syarat,biaya dan waktu pengurusan layanan. Hasil survei menunjukkan bahwa lebih dari 50% pengguna layanan menilai prosedur, persyaratan dan biaya pengurusan unit layanan cukup wajar dengan ketepatan waktu pengurusan layanan yang cukup baik. Bahkan 4% pengguna layanan menyatakan mendapatkan pelayanan yang lebih cepat dari waktu yang telah ditetapkan dan 13% menyatakan biaya layanan murah. Namun demikian masih ada responden yang menjawab bahwa terdapat kesulitan dalam prosedur (10%) dan persyaratan (11%), kelambatan dalam waktu (10%) serta mahalnya biaya (16%). Jawaban pengguna layanan dalam hal ketidakjelasan prosedur (8%), persyaratan (4%), waktu (10%) dan biaya (6%) juga harus mendapat perhatian dari penanggung jawab unit layanan.

Gambar 2.14. Penilaian Pengguna Layanan atas Standar Operasi Prosedur di Tingkat Nasional

2. Keterbukaan informasi

Dalam mencegah ketidakjelasan prosedur, persyaratan, biaya dan ketidaktepatan waktu dalam pengurusan layanan, maka ketersediaan informasi di setiap unit layanan menjadi penting dan sangat membantu responden saat pengurusan layanan. Bagaimana tingkat keterbukaan informasi layanan dijelaskan pada Tabel 2.11.

53%57%

29%

22%

16%

10%13%

4% 6%

11%

3%

64% 65%

30%

10%7%

Wajar WajarWajar Tepat Waktu

Mudah MurahMudah Lambat

Sulit MahalSulit Tidak Waktunya

Tidak Jelas Prosedurnya

Tidak Jelas Biaya

Tidak Jelas Prosedurnya Lebih Cepat

Prosedur WaktuPersyaratan Biaya

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 2Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional26

Tabel 2.11. Tingkat Keterbukaan Informasi Layanan Tingkat Nasional

Tingkat Keterbukaan Informasi% Responden dengan jawaban ya

Prosedur Syarat Waktu Biaya

a. Diumumkan terbuka 38 40 31 31

b. Diumumkan terbuka dan dijelaskan tanpa ditanya 26 23 25 25

c. Dijelaskan hanya jika ditanya 20 20 22 21

d. Dijelaskan petugas tanpa ditanya 14 15 18 17

e. Tidak ada pengumuman/penjelasan 2 2 4 6

3. Pemanfaatan Teknologi Informasi

Pemanfaatan teknologi informasi juga menjadi dasar pengukuran dalam sistem administrasi. Sebagian besar unit layanan sudah memiliki sistem teknologi informasi, namun hanya 26% pengguna layanan yang pernah memanfaatkan teknologi informasi yang ada di unit layanan. Tujuan pengguna layanan menggunakan teknologi informasi untuk memproses layanan (57%), mengetahui informasi terkait layanan yang diurus (33%) dan mengetahui status penyelesaian pengurusan layanan (10%).

Gambar 2.15. Tingkat Penggunaan Teknologi Informasi Layanan di Tingkat Nasional

2.3.3. Perilaku Individu di Layanan Publik Tingkat Nasional

Terjadinya gratifikasi pada suatu unit layanan bukan hanya disebabkan oleh faktorkelembagaan, akan tetapi lebih banyak ditentukan oleh faktor individu-individu yang terlibat dalam suatu proses pelayanan. Individu tersebut dapat berasal dari internal unit layanan, yaitu petugas yang memberikan pelayanan dan individu yang berasal dari eksternal unit layanan, yaitu masyarakat pengguna unit layanan. Salah satu faktor internal adalah sikap atau perlakuan petugas dalam memberikan pelayanan. Petugas yang cenderung membeda-bedakan pelayanan, terutama bila berdasarkan pemberian yang diterima dari pengguna layanan, mendorong pengguna layanan untuk memberikan uang tambahan pada petugas tersebut agar mendapat perlakuan istimewa dari petugas unit layanan. Terdapat 3 (tiga) sub-indikator dalam menilai perilaku individu yaitu keadilan dalam layanan, ekspektasi petugasterhadapgratifikasidanperilakupenggunalayanan.

Tabel 2.12. Nilai Indikator Perilaku Individu beserta Sub-indikator

INDIKATOR SUB-INDIKATOR

Perilaku Individu (0,280) 6,57

Keadilan dalam Layanan (0,413) 7,06

EkspektasiPetugasterhadapGratifikasi(0,327) 6,50

Perilaku Pengguna Layanan (0,260) 5,88

Untuk mempercepat layanan

Mengetahui informasi layanan yang diurus

Mengetahui status penyelesaian pengurusan

74%

Tingkat Penggunaan Tujuan Penggunaan

57%

33%

10%

26%

Tidak Pernah

Bab 2Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional

Survei Integritas Sektor Publik 2011

27

Walaupun nilai indikator perilaku individu di atas 6,00, namun masih terdapat nilai sub indikator yang kurang baik, yaitu perilaku pengguna layanan dengan nilai 5,88. Bagian berikut menjelaskan lebih rinci 3 subindikator Perilaku Individu.

1. Keadilan dalam Layanan

Keadilandalamlayanandidefinisikansebagaitindakandansikappetugasunit layanandalam memberikan layanan kepada pengguna layanan tanpa pembedaan perlakuan dalam hal apapun juga. Terkait dengan keadilan dalam memberikan layanan, terdapat 34% responden mengaku bahwa petugas layanan membeda-bedakan perlakuan pada saat pengurusan layanan sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.16

Gambar 2.16. Pembedaan Perlakuan Petugas Layanan di Tingkat Nasional

2. Ekspektasi Petugas Terhadap Gratifikasi

Perilaku petugas layanan lainnya yang juga berpengaruh terhadap integritas layanan adalahekspektasipetugasterhadapgratifikasi,artinyapetugaslayananmelaluisinyal-sinyaltertentubaiklangsungmaupuntidaklangsungmengharapkanimbalan/gratifikasidari pengguna layanan. Hasil survei menunjukkan bahwa 34% responden menjawab pemberian uang tambahan terjadi salah satunya karena petugas berinisiatif meminta uangtambahan/gratifikasiterlebihdahulu.Gambarberikutakanmenjelaskanbagaimanacara petugas meminta uang tambahan kepada pengguna layanan. Dari 34% responden, 57% diantaranya menjawab karena petugas layanan meminta uang tambahan secara langsung dan terbuka, 31% responden menjawab petugas layanan meminta langsung tetapi tidak terbuka dan 12% lainnya menjawab melalui pihak lain.

Gambar 2.17. Cara Petugas Meminta Uang Tambahan Layanan Publik

Tidak Membedakan

Ya, Kadang-kadang

Ya, Selalu

66%

29%

5%

Langsung Terbuka

Langsung tidak terbuka

Melalui pihak lain

57%

31%

12%

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 2Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional28

3. Perilaku Pengguna Layanan

Inisiasi adanya uang tambahan dalam layanan publik bukan semata-mata dari petugas layanan. Pengguna layanan juga berperan dalam suburnya praktik adanya uang tambahan di layanan publik. Data menunjukkan bahwa 58% pengguna layanan menyatakan merekalah yang berinisiatif memberikan uang tambahan kepada petugas saat pengurusan layanan.

Gambar 2.18 Perilaku Pengguna Layanan Berinisiatif Memberikan Uang Tambahan

2.3.4. Pencegahan Korupsi di Layanan Publik Tingkat Nasional

Salahsatuupayayangdapatdilakukanuntukmengatasimasalahgratifikasiadalahdenganmelakukan tindakan pencegahan. Upaya tersebut salah satunya dapat diukur melalui upaya antikorupsi dan mekanisme pengaduan pengguna layanan yang dilakukan oleh unit layanan sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.13.

Tabel 2.13. Nilai Indikator Pencegahan Korupsi beserta Sub-indikator

INDIKATOR SUB-INDIKATOR

Pencegahan Korupsi (0.313) 4,75Tingkat Upaya Anti Korupsi (0,750) 4,73

Mekanisme Pengaduan Masyarakat (0,250) 4,79

Fakta menunjukkan bahwa dibandingkan dengan indikator lain, pencegahan korupsi secara nasional memiliki nilai yang paling buruk. Tabel 2.13 menunjukkan penilaian pengguna layanan dari 22 instansi pusat, 7 instansi vertikal dan 60 pemerintah kota atas indikator pencegahan korupsi adalah 4,75. Nilai ini masih jauh di bawah standar minimum yang ditetapkan KPK (6,00). Kondisi ini berarti tingkat upaya anti korupsi (4,73) dan mekanisme pengaduan masyarakat (4,79) masih kurang memadai dan perlu dibenahi. Hal ini ditunjukkan dengan 72% responden menjawab tidak melihat program kampanye antikorupsi pada unit layanan. Dua subindikator Pencegahan Korupsi dijelaskan lebih lanjut pada bagian berikut:

1. Tingkat Upaya Anti Korupsi

Program kampanye anti korupsi di unit layanan saat ini masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan pengakuan 72% pengguna layanan yang menyatakan tidak melihat program antikorupsi pada unit layanan yang mereka datangi.

Inisiatif pengguna sendiri

Sinyal dari petugas

Tidak ada yang inisiatif

58%

34%

8%

Bab 2Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional

Survei Integritas Sektor Publik 2011

29

Gambar 2.19. Program Kampanye Anti Korupsi di Layanan Publik

Bagi unit layanan yang melakukan program kampanye, umumnya (90,5%) menyatakan bahwa hanya satu media/kampanye antikorupsi yang terlihat pada unit layanan tersebut. Bentuk kegiatan kampanye anti korupsi yang dilakukan paling banyak adalah dalam bentuk pemasangan stiker/poster/spanduk

Gambar 2.20. Bentuk-Bentuk Kegiatan/Media Anti Korupsi di Layanan Publik

2. Mekanisme Pengaduan Masyarakat

Selain kampanye anti korupsi, faktor lain yang menjadi ukuran apakah suatu instansi telah melaksanakan pencegahan korupsi yaitu adanya mekanisme pengaduan masyarakat. Sub indikator ini menunjukkan respon petugas unit layanan terhadap pengaduan yang disampaikan oleh masyarakat. Pengaduan masyarakat merupakan salah satu cara masyarakat mengontrol unit layanan. Dari pengaduan yang masuk, unit layanan dapat melakukan pembenahan yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas layanan yang diberikan.

Terkait media pengaduan, sebagian besar responden (54%) menjawab bahwa media pengaduan yang tersedia di unit layanan hanya satu media. Sisanya ada yang menjawab dua media (17%), dan lebih dari dua (8%). Namun yang perlu menjadi perhatian adalah 20% responden menjawab bahwa unit layanan tidak menyediakan media pengaduan.

Program Kampanye Antikorupsi Jumlah Media/Kegiatan Antikorupsi

2-5 Media9,30%

>5 Media0,20%

72%

28%

Satu Media90,50%

Sticker/poster/spanduk

90%

4%3%

3%

Petugas pakai atribut(pin, baju, dll)

Workshop/seminar petugas

Workshop/seminar masyarakat

ADA

Ada

Tidak

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 2Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional30

Gambar 2.21. Tingkat Aksesibilitas Media Pengaduan di Layanan Publik

Bagaimana tingkat kemudahan/aksesibilitas penguna layanan dalam menyampaikan pengaduan dapat dilihat dalam Gambar 2.21. Sebanyak 69% responden merasa mudah dan bahkan sangat mudah (6%) menyampaikan pengaduan melalui media yang tersedia. Namun masih ada 25% responden yang menyatakan sulit mengakses media pengaduan (7%) dan bahkan tidak tersedia akses terhadap media pengaduan (18%).

Gambar 2.22. Respon Petugas Terhadap Pengaduan di Layanan Publik

Kemudahan responden menyampaikan pengaduan akan efektif bila petugas menindaklanjuti pengaduan yang masuk. Berdasarkan pengalaman 75% responden yang menyampaikan pengaduan kepada unit layanan, hanya 10,2% saja yang ditindaklanjuti. Masih ada 52,2% dan 33% responden mengaku pengaduan yang disampaikan hanya sebatas ditampung dan ditanggapi saja oleh unit layanan. Bahkan ada 4,2% dan 0,4% respoden yang mengaku bahwa pengaduan yang disampaikan tersebut diabaikan dan ditolak.

Aksessibilitas

Mudah Tidak Tersedia

18%

69%

7%6%

Sangat MudahSulit

Pernah75%

52,2%

Ditampung Ditanggapi Ditindaklanjuti Diabaikan Ditolak

33,0%

10,2%

4,2%

0,4%

Tidak25%

Bab 2Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional

Survei Integritas Sektor Publik 2011

31

2.4. Indeks Integritas Total Pusat (IITP)

Indeks Integritas Total Pusat (IITP) merupakan indeks gabungan antara instansi pusat (IIP) dan InstansiVertikal (IIV). InstansiPusatdidefinisikansebagai instansiyangmemilikiunit layanandibawah tanggung jawab langsung lembaga di tingkat pusat tersebut, sedangkan instansi vertikal mengelola unit layanan di daerah yang merupakan pelaksana tugas pokok dan fungsi dari instansi/lembaga yang induk organisasinya ada di pemerintah pusat. Indeks Integritas Sektor Publik Total Pusat disusun berdasarkan nilai dari subindikator pada 43 unit layanan pada publik 22 instansi di tingkat pusat dengan total responden 1290 orang dan 15 unit layanan pada 7 instansi vertikal di 20 kota (kecuali layanan bea masuk di 5 kota) dengan total responden 8580 orang. Nilai IITP ditunjukkan oleh Tabel 2.14. berikut.

Tabel 2.14. Indeks Integritas, Variabel, Indikator dan Sub Indikator Total Pusat

INTEGRITAS VARIABEL INDIKATOR SUB-INDIKATOR

Integritas Total (1,00) = 6,49

Pengalaman Integritas (0,667)

6,67

Pengalaman Korupsi (0.250) 6,74

Jumlah/BesaranGratifikasi(0,210) 6,15

FrekuensiPemberianGratifikasi(0,550) 7,05

WaktuPemberianGratifikasi(0,240) 6,54

Cara Pandang TerhadapKorupsi (0,750)

6,65ArtiPemberianGratifikasi(0,250) 7,14

TujuanPemberianGratifikasi(0,750) 6,48

PotensiIntegritas (0,333)

6,13

Lingkungan Kerja (0,127) 7,24

KebiasaanPemberianGratifikasi(0,392) 6,36

Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur (0,164) 9,21

Keterlibatan Calo (0,221) 7,2

Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan (0,100) 7,57

Suasana/Kondisi di sekitar Pelayanan (0,123) 7,23

SistemAdministrasi (0,280)

6,37

Kepraktisan SOP (0,281) 6,64

Keterbukaan Informasi (0,584) 6,43

Pemanfaatan Teknologi Informasi (0,135) 5,60

Perilaku Individu (0,280) 6,72

Keadilan dalam Layanan (0,413) 7,12

EkspektasiPetugasterhadapGratifikasi(0,327) 6,67

Perilaku Pengguna Layanan (0,260) 6,14

PencegahanKorupsi (0,313) 4,92

Tingkat Upaya Anti Korupsi (0,750) 4,92

Mekanisme Pengaduan Masyarakat (0,250) 4,94

Indeks integritas total pusat, yaitu 6,49, lebih tinggi dibanding nilai standar minimum 6,00. Variabel pengalaman dan pontensi integritas telah memberikan kontribusi yang baik dalam peningkatan indeks total pusat karena berada di atas standar minimum. Namun demikian masih terdapat satu indikator pencegahan korupsi pada variabel potensi integritas yang nilainya berada di bawah standar yaitu 4,92.

2.5. Indeks Integritas Total Daerah (IITD)

Indeks Integritas Total Daerah (IITD) merupakan indeks gabungan antara indeks kota untuk 7 instansi vertikal dan Indeks Integritas terhadap layanan Pemerintah Daerah tersebut. Instansi vertikal didefinisikan sebagai instansi yangmengelola unit layanan di daerah yangmerupakan pelaksanatugas pokok dan fungsi dari instansi/lembaga yang induk organisasinya ada di pemerintah pusat sedangkan layanan Pemerintah Daerah memiliki unit layanan di bawah tanggung jawab Pemerintah Daerah masing-masing, seperti KTP, SIUP dan IMB. Total integritas tingkat daerah mencerminkan pelayanan publik pada unit layanan tingkat daerah yang disurvei.

Indeks Integritas Sektor Publik Total Daerah disusun berdasarkan nilai gabungan dari indeks Instansi Vertikal dan indeks Pemerintah Daerah dengan jumlah 14.250 responden. Nilai IITD ditunjukkan oleh Tabel 2.15.

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 2Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional32

Tabel 2.15. Indeks Integritas, Variabel, Indikator dan Sub Indikator Total Daerah

INTEGRITAS VARIABEL INDIKATOR SUB-INDIKATOR

Integritas Total (1,00) = 6,24

Pengalaman Integritas (0,667)

6,39

Pengalaman Korupsi (0.250) 6,47

Jumlah/BesaranGratifikasi(0,210) 5,73

FrekuensiPemberianGratifikasi(0,550) 6,85

WaktuPemberianGratifikasi(0,240) 6,22

Cara Pandang TerhadapKorupsi (0,750)

6,36

ArtiPemberianGratifikasi(0,250) 7,01

TujuanPemberianGratifikasi(0,750) 6,15

KebiasaanPemberianGratifikasi(0,392) 5,92

PotensiIntegritas (0,333)

5,94

Lingkungan Kerja (0,127) 6,97

Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur (0,164)

8,97

Keterlibatan Calo (0,221) 6,94

Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan (0,100)

7,53

Suasana/Kondisi di sekitar Pelayanan (0,123) 7,25

SistemAdministrasi (0,280)

6,24

Kepraktisan SOP (0,281) 6,42

Keterbukaan Informasi (0,584) 6,33

Pemanfaatan Teknologi Informasi (0,135) 5,50

Perilaku Individu (0,280) 6,51

Keadilan dalam Layanan (0,413) 7,04

EkspektasiPetugasterhadapGratifikasi(0,327)

6,42

Perilaku Pengguna Layanan (0,260) 5,80

PencegahanKorupsi (0,313) 4,74

Tingkat Upaya Anti Korupsi (0,750) 4,72

Mekanisme Pengaduan Masyarakat (0,250) 4,82

Indeks Integritas Total Daerah, yaitu 6,24, lebih tinggi dibanding nilai standar minimum 6,00. Variabel pengalaman integritas memberikan kontribusi lebih baik dibandingkan dengan variabel potensi integritas yang masih berada di bawah standar minimum. Namun demikian masih terdapat satu indikator pengalaman korupsi pada variabel pengalaman integritas yang nilainya berada di bawah standar yaitu 5,73. Hal ini menunjukkan bahwa di daerah masih cukup besar jumlah pemberian biaya tambahan/gratifikasipadasaatpengurusanlayanan.Padavariabelpotensiintegritasterdapatlimasubindikatoryangnilainyaberadadibawahstandaryaitukebiasaanpemberiangratifikasi (5,92),pemanfaatan teknologi informasi (5,50), perilaku pengguna layanan (5,80), tingkat upaya antikorupsi (4,72) dan mekanisme pengaduan masyarakat (4,82). Rendahnya nilai tingkat upaya antikorupsi dan mekanisme pengaduan masyarakat menyebabkan Indikator Pencegahan Korupsi berada di bawah standar minimal yang ditetapkan (4,74).

Upaya menaikkan nilai potensi integritas menunjukkan keseriusan unit layanan dan instansi di sektor layanan publik dalam memerangi korupsi secara komprehensif di luar upaya penindakan yang dilakukan. Semakin intensif usaha-usaha dilakukan untuk meningkatkan potensi integritas, maka semakin efektif pula upaya pemberantasan korupsi bisa dilakukan di unit layanan dan instansi yang bersangkutan.

Komisi Pemberantasan Korupsi dalam perannya sebagai trigger mechanism sangat mendorong upaya-upaya pemberantasan korupsi melalui perbaikan layanan publik. Potret kondisi aktual pelayanan publik terkait dengan transparansi, suap, pungutan liar, gratifikasi, sistem administrasi, perilakuindividu, lingkungan kerja dan upaya-upaya pencegahan korupsi ini dilakukan juga dalam upaya meningkatkan efektifitas pemberantasan korupsi yang dilakukan KPK terutama di sektor layananpublik.

3IntegritasSektor Publik Tingkat Pusat

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 3Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat34

Survei Integritas sektor publik pada instansi tingkat pusat merupakan satu dari 3 unsur penyusun integritas nasional, dilakukan terhadap 43 unit layanan di 22 instansi/lembaga tingkat pusat. Jumlah responden pada masing-masing unit layanan ditargetkan 30 orang sehingga secara keseluruhan jumlah responden dalam survei di tingkat pusat adalah 1290 orang.

3.1. Total Integritas Tingkat Pusat

Indeks Integritas Instansi Tingkat Pusat merupakan satu dari 3 unsur penyusun integritas nasional. Indeks integritas pusat disusun berdasarkan variabel pengalaman integritas dan variabel potensi integritas di tingkat pusat. Kedua variabel ini didukung oleh 6 indikator dan 18 sub indikator, dan diterjemahkan dalam bentuk kuesioner yang menjadi instrumen saat wawancara dengan pengguna layanan. Gambaran menyeluruh mengenai nilai masing-masing indikator dan subindikator dari 1290 responden unit layanan pusat dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 3.1. Indeks Integritas, Variabel, Indikator dan Sub Indikator Instansi Pusat

INTEGRITAS VARIABEL INDIKATOR SUB-INDIKATOR

Integritas Total (1,00) = 7,07

Pengalaman Integritas (0,667)

7,45

Pengalaman Korupsi (0.250) 7,58

Jumlah/BesaranGratifikasi(0,210) 7,43

FrekuensiPemberianGratifikasi(0,550) 7,66

WaktuPemberianGratifikasi(0,240) 7,51

Cara Pandang TerhadapKorupsi (0,750)

7,41ArtiPemberianGratifikasi(0,250) 7,02

TujuanPemberianGratifikasi(0,750) 7,54

PotensiIntegritas (0,333)

6,30

Lingkungan Kerja (0,127) 7,81

KebiasaanPemberianGratifikasi(0,392) 7,26

Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur (0,164)

9,43

Keterlibatan Calo (0,221) 7,78

Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan (0,100)

7,60

Suasana/Kondisi di sekitar Pelayanan (0,123) 7,61

SistemAdministrasi (0,280)

6,36

Kepraktisan SOP(0,281) 6,79

Keterbukaan Informasi (0,584) 6,46

Pemanfaatan Teknologi Informasi(0,135) 5,04

Perilaku Individu (0,280) 7,20

Keadilan dalam Layanan (0,413) 7,32

EkspektasiPetugasterhadapGratifikasi(0,327)

7,33

Perilaku Pengguna Layanan (0,260) 6,83

PencegahanKorupsi (0,313) 4,84

Tingkat Upaya Anti Korupsi (0,750) 4,94

Mekanisme Pengaduan Masyarakat (0,250) 4,55

Indeks integritas tingkat pusat adalah 7,07, dengan perincian pengalaman integritas 7,45 dan potensi integritas 6,30. Indeks integritas ini tergolong cukup baik, karena pencapaiannya berada di atas standar minimum 6,00. Pada nilai variabel pengalaman integritas pusat sebagian besar pengguna layananmengakutidakmemberikangratifikasipadasaatmenguruslayanan.Namunmasihterdapatsatu indikator pada variabel potensi integritas yaitu pencegahan korupsi yang nilainya masih di bawah 5 yaitu 4,84. Selain itu, subindikator pemanfaatan teknologi informasi pada indikator sistem administrasi juga memerlukan perhatian serius karena nilainya hanya 5,04.

Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat

Bab 3Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat

Survei Integritas Sektor Publik 2011

35

Tabel 3.2. Peringkat Indeks Integritas Pusat

NO INSTANSI INTEGRITAS

1 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) 7,60

2 Kementerian Kesehatan 7,52

3 PT. Jamsostek (Persero) 7,52

4 Kementerian Perindustrian 7,51

5 PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) 7,50

6 Kementerian Perhubungan 7,47

7 Kementerian Kelautan dan Perikanan 7,46

8 Kementerian Pertanian 7,45

9 Kementerian Komunikasi dan Informatika 7,43

10 Kementerian Pendidikan Nasional 7,41

11 PT. Pertamina (Persero) 7,40

12 Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) 7,36

13 Mahkamah Agung 7,31

14 PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) 7,30

15 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 7,26

16 Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) 7,11

17 Kementerian Kehutanan 7,09

18 Kementerian Perdagangan 6,91

19 PT. Angkasa Pura II (Persero) 6,68

20 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 5,52

21 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi 5,44

22 Kementerian Agama 5.37

Tabel 3.2 menjelaskan terdapat 86 persen instansi pusat yang indeks integritasnya berada di atas standar minimum yang telah ditetapkan KPK (6,00). Namun demikian masih terdapat 3 instansi dengan nilai integritas di bawah 6 yaitu Kementerian Agama (5,37), Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (5,44) dan Kementerian Koperasi dan UKM (5,52).

Nilai Integritas Pusat bila didasarkan pada unit layanan menunjukkan masih terdapat empat unit layanan yang nilainya di bawah 6, yaitu Pendaftaran/perpanjangan Izin Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus (5,91), Pelayanan Data Akses Pasar Domestik (4,95), Perpanjangan Ijin Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) (4,82), dan Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) (3,39). Indeks Integritas Unit Layanan Tingkat Pusat secara lengkap ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 3.3. Peringkat Indeks Integritas Unit Layanan Instansi Pusat

NO INSTANSI UNIT LAYANAN INTEGRITAS

1 Kementerian Pendidikan Nasional Izin Belajar WNI Pada Sekolah International 7,78

2 PT. Pertamina (Persero) Izin Agen Domestik (Agen LPG12kg dan 50kg) 7,77

3 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Penerbitan Angka Pengenal Importir Produsen (API-P) 7,72

4 Kementerian Kelautan dan Perikanan Surat Ijin Penangkapan Ikan (Baru dan Perpanjangan) 7,72

5 PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) Layanan Bongkar Muat Barang General Cargo 7,64

6 PT. Jamsostek (Persero) Layanan Klaim Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) 7,61

7 Kementerian Perhubungan Surat Izin Usaha Perusahaan Angkutan laut (SIUPAL) 7,60

8 Kementerian Perindustrian Penerbitan Rekomendasi Importir Produsen Tekstil 7,59

9 Kementerian Pertanian Izin Pemasukan dan Pengeluaran BenihTanaman Pangan 7,55

10 Kementerian Kesehatan Surat Persetujuan Importir Psikotropika(Pembuatan Baru) 7,53

11 Kementerian Kesehatan Izin Edar Alat Kesehatan (Pembuatan Baru/Perpanjangan) 7,52

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 3Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat36

NO INSTANSI UNIT LAYANAN INTEGRITAS

12 Badan Nasional Penempatan danPerlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

Pendataan dan Ticketing ke daerah tujuan di Terminal Selapajang 7,51

13 Kementerian Komunikasi dan Informatika Izin Penyiaran TV 7,51

14 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Surat Ijin Pengerahan (SIP) 7,50

15 Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) Pendaftaran MD/ML 7,48

16 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Izin Prinsip Penanaman Modal 7,47

17 PT. Jamsostek (Persero) Layanan Pencairan Jaminan Hari Tua (JHT) 7,43

18 Kementerian Perindustrian SertifikasiProdukPenggunaTandaStandarNasional Indonesia (SPPT SNI) 7,43

19 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Izin Penyimpanan dan Pengangkutan 7,41

20 PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) Layanan Kapal (Jasa Pandu, Tunda, Tambat) 7,36

21 Kementerian Pertanian Layanan Pemberian Izin Pendaftaran Pupuk Organik 7,35

22 Kementerian Komunikasi dan Informatika Izin Stasiun Radio 7,35

23 Kementerian Perhubungan Izin Trayek AKAP (Antar Kota Antar Propinsi ) 7,34

24 PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) Layanan Muatan Barang Kontainer 7,31

25 Mahkamah Agung Layanan Informasi Status Kasasi 7,31

26 Kementerian Kehutanan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman 7,28

27 PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) Layanan Muatan Barang General Cargo 7,28

28 Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM)Perijinan Ekspor/Impor terhadap barang-barang yang termasuk dalam kategori makanan dan obat-obatan

7,24

29 Kementerian Perdagangan Persetujuan Impor Barang Modal Bukan Baru (Permohonan Baru dan Perpanjangan) 7,21

30 Kementerian Kelautan dan Perikanan Penerbitan Surat Keterangan Aktivasitransmitter (SKAT) 7,20

31 Kementerian Pendidikan Nasional Penyetaraan Ijazah Luar Negeri 7,04

32 Kementerian Kehutanan izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan 7,03

33 PT. Pertamina (Persero) Izin SPBU 7,03

34 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Unit Pelayanan Informasi Wilayah Pertambangan (UPIWP) 7,00

35 PT. Angkasa Pura II (Persero) Pelayanan Pengelolaan Property Bandara 6,97

36 Badan Nasional Penempatan danPerlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

Pembuatan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN) 6,71

37 Kementerian Perdagangan Pelayanan Pengujian Mutu Barang 6,61

38 PT. Angkasa Pura II (Persero) Pelayanan Cargo 6,38

39 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Me-nengah Pelayanan Display Produk Unggulan 6,09

40 Kementerian Agama Pendaftaran/Perpanjangan Izin Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus 5,91

41 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Me-nengah Pelayanan Data Akses Pasar Domestik 4,95

42 Kementerian Agama Perpanjangan Ijin KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji) 4,82

43 Kementerian Tenaga Kerja danTransmigrasi Ijin Menggunakan tenaga Kerja Asing (IMTA) 3,39

Bab 3Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat

Survei Integritas Sektor Publik 2011

37

Untuk nilai rata-rata Integritas Pusat 7,07 terdapat 12 instansi yang nilai integritas unit layanannya seluruhnya di atas nilai rata-rata instansi pusat, 7 instansi yang sebagian unit layanannya nilai integritasnya di atas rata-rata dan sebagian lainnya di bawah rata-rata. Sisanya terdapat 3 instansi yang indeks integritas unit layanannya seluruhnya di bawah rata-rata.

Tabel 3.4. Kelompok Instansi Pusat berdasarkan Indeks Integritas

INDEKS INTEGRITAS INSTANSI PUSAT

JUMLAH INSTANSI NAMA INSTANSI

Indeks integritas unit layanan seluruhnya di atas nilai rata-rata (7,07)

12

1. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

2. Kementerian Kelautan dan Perikanan

3. PT. Jamsostek (Persero)

4. Kementerian Perhubungan

5. Kementerian Kesehatan

6. Kementerian Perindustrian

7. Kementerian Pertanian

8. Kementerian Komunikasi dan Informatika

9. PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero)

10. Mahkamah Agung

11. Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM)

12. PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Persero)

Indeks integritas unit layanan sebagian di atas nilai rata-rata dansebagian di bawah nilai rata-rata (7,07)

7

1. Kementerian Perdagangan

2. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

3. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

4. Kementerian Kehutanan

5. PT. Pertamina (Persero)

6. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

7. Kementerian Pendidikan Nasional

Indeks integritas unit layanan seluruhnya di bawah nilai rata-rata (7,07)

3

1. PT. Angkasa Pura II (Persero)

2. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

3. Kementerian Agama

3.2. Pengalaman Integritas Tingkat Pusat

Pengalaman integritas pusat dengan nilai 7,45 disusun dari indikator pengalaman korupsi dan cara pandang terhadap korupsi dengan nilai masing-masing 7,58 dan 7,41. Nilai indikator dan sub indikator unit layanan instansi pusat ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 3.5. Indeks Pengalaman Integritas Pusat beserta Indikator dan Sub Indikator

VARIABEL INDIKATOR SUB-INDIKATOR

Pengalaman Integritas (0,667) 7,45

PengalamanKorupsi (0,250) 7,58

Jumlah/BesaranGratifikasi(0,210) 7,43

FrekuensiPemberianGratifikasi(0,550) 7,66

WaktuPemberianGratifikasi(0,240) 7,51

Cara Pandang Terhadap Korupsi (0,750) 7,41

ArtiPemberianGratifikasi(0,250) 7,02

TujuanPemberianGratifikasi(0,750) 7,54

Secara keseluruhan besaran nilai indikator dan sub indikator pada variabel pengalaman integritas lebih besar dari standar minimum yang ditetapkan 6,00. Kondisi ini menunjukkan bahwa tindakan pemberiangratifikasipadalayananinstansipusatcenderungrendah.Namundemikianunitlayananmasih harus terus melakukan perbaikan dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan kualitas layanan publiknya.

Nilai tertinggi indeks pengalaman integritas adalah 8,04 (Kementerian Komunikasi dan Informatika) dan nilai terendah 5,23 (Kementerian Agama) menunjukkan bahwa masih terdapat rentang yang tinggi antar instansi terkait kualitas layanan publik. Lihat tabel berikut.

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 3Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat38

Tabel 3.6. Peringkat Indeks Pengalaman Integritas Pusat

Data pada tabel menggambarkan 86% instansi telah memiliki nilai yang cukup baik di atas 6,00. Namun masih ada tiga kementerian dengan nilai terendah di bawah nilai standar minimal, yaitu Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (5,91), Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (5,28) dan Kementerian Agama (5,23).

Pada gambar berikut ditunjukkan unit layanan dengan nilai pengalaman integritas lima tertinggi dan lima terendah. Terlihat bahwa instansi yang memiliki nilai integritas tinggi umumnya akan memiliki nilai pengalaman integritas tinggi juga dan sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan bobot pengalaman integritas dan penilaian integritas sektor publik lebih dominan (0,667) dibanding bobot potensi integritas (0,333).

Gambar 3.1. Nilai Pengalaman Integritas Unit Layanan Tingkat Pusat (5 Tertinggi dan 5 Terendah)

Unit layanan dengan nilai pengalaman integritas tertinggi adalah unit layanan izin penyiaran TV (Kemenkominfo), Izin Pemasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman Pangan (Kementan), Penerbitan Surat Keterangan Aktivasi Transmiter (KKP), Layanan Muatan Barang Kontainer (PT Pelni) dan Izin Agen Domestik 12 kg dan 50 kg (PT Pertamina). Lima unit layanan tersebut memiliki nilai pengalaman integritas rata-rata di atas 8. Sementara itu 5 unit layanan yang memiliki nilai pengalaman integritas terendah adalah unit layanan Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (Kemenakertrans), Perpanjangan Izin KBIH (Kemenag), Layanan Data Akses Pasar Domestik (Kemenkop dan UKM), Pendaftaran /Perpanjangan Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus (Kemenag) dan Pelayanan Cargo (PT. Angkasa Pura II). Dua dari 5 unit layanan bahkan memiliki nilai pengalaman integritas kurang dari 5.

Izin Penyiaran TV (Kemenkominfo)

Izin Pemasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman Pangan (Kementan)

Penerbitan Surat Keterangan Aklivasi Transmitter (KKP)

Layanan Muatan Barang Kontainer (PT PELNI)

Izin Agen Domestik LPG 12kg dan 50kg (PT Pertamina)

Pelayanan Cargo (PT Angkasa Pura II)

Pendaftaran/Perpanjangan Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus (Kemenag)

Layanan Data Akses Pasar Domestik (Kemenkop dan UKM)

Perpanjangan Izin KBIH (Kemenag)

Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (Kemenkertrans)

8.19

8.07

8.04

8.02

8.02

6,33

6,04

5,40

4,42

2,70

NO INSTANSI NILAI

1 Kementerian Komunikasi dan Informatika 8,04

2 PT. Pelayaran NasionalIndonesia (Persero) 8,02

3 Badan Koordinasi Penanaman Modal 7,99

4 Kementerian Kelautan dan Perikanan 7,99

5 Kementerian Pendidikan Nasional 7,91

6 Kementerian Perindustrian 7,89

7 Kementerian Perhubungan 7,84

8 Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) 7,83

9 Kementerian Kesehatan 7,82

10 PT. Jamsostek (Persero) 7,79

11 Kementerian Pertanian 7,75

NO INSTANSI NILAI

12 PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) 7,73

13 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 7,72

14 Kementerian Perdagangan 7,71

15 PT. Pertamina (Persero) 7.70

16 Kementerian Kehutanan 7,69

17Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

7,64

18 Mahkamah Agung 7,54

19 PT. Angkasa Pura II (Persero) 7,01

20 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah 5,91

21 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi 5,28

22 Kementerian Agama 5,23

Bab 3Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat

Survei Integritas Sektor Publik 2011

39

3.2.1. Pengalaman Masyarakat Terhadap Korupsi di Layanan Publik Tingkat Pusat

Nilai indikator pengalaman korupsi di instansi pusat adalah 7,58. Nilai ini terbentuk berdasarkansubindikatorjumlah/besarangratifikasidengannilai7,43,FrekuensiPemberianGratifikasidengannilai7,66danwaktupemberiangratifikasidengannilai7,51.Nilaiketigasubindikator yang berada di atas nilai standar minimum menunjukkan bahwa pengendalian gratifikasipadalayanantingkatpusatsudahcukupbaik.

Tabel 3.7. Indeks Pengalaman Integritas Pusat beserta Indikator dan Sub Indikator

INDIKATOR SUB-INDIKATOR

PengalamanKorupsi (0,250) 7,58

Jumlah/BesaranGratifikasi(0,210) 7,43

FrekuensiPemberianGratifikasi(0,550) 7,66

WaktuPemberianGratifikasi(0,240) 7,51

Pengalaman korupsi pada instansi pusat menunjukkan nilai yang cukup beragam. Enam belas instansi/lembaga cukup baik dengan nilai pengalaman integritas 8,00. Namun 3 instansi/Lembaga yaitu Kementerian Agama, Kemenkop dan UKM dan Kemenakertrans masih mendapatkan nilai di bawah 6,00, seperti ditunjukkan oleh tabel berikut.

Tabel 3.8. Peringkat Nilai Pengalaman Korupsi Instansi Pusat

1. Jumlah/Besaran Gratifikasi

Indeks integritas sub-indikator jumlah/besaran gratifikasi adalah 7,43, nilai tersebutsudah baik dan berada di atas nilai standar minimum yang ditetapkan oleh KPK. Nilai ini menunjukkan unit layanan yang menerima biaya layanan yang melebihi biaya resmi yang telah ditetapkan semakin berkurang. Dari total 1.290 responden, 92% pengguna layanan menjawab membayar sesuai dengan ketentuan saat pengurusan layanan. Masih terdapat 8% pengguna layanan yang membayar lebih dari biaya resmi dengan rincian 6% membayar lebih dari 50% dari biaya resmi dan 2% membayar biaya resmi lebih kurang dari 50% biaya resmi saat pengurusan layanan. Lihat Gambar 3.2 berikut.

NO INSTANSI NILAI

1 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) 8,00

2 Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) 8,00

3Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

8,00

4 Kementerian Kehutanan 8,00

5 Kementerian Kelautan dan Perikanan 8,00

6 Kementerian Kesehatan 8,00

7 Kementerian Komunikasi dan Informatika 8,00

8 Kementerian Pendidikan Nasional 8,00

9 Kementerian Perdagangan 8,00

10 Kementerian Perhubungan 8,00

11 Kementerian Perindustrian 8,00

NO INSTANSI NILAI

12 Kementerian Pertanian 8,00

13 Mahkamah Agung 8,00

14 PT. Jamsostek (Persero) 8,00

15 PT. Pelayaran NasionalIndonesia (Persero) 8,00

16 PT. Pertamina (Persero) 8,00

17 PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) 7,93

18 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 7,83

19 PT. Angkasa Pura II (Persero) 7,30

20 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 5,97

21 Kementerian Agama 5,06

22 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi 4,84

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 3Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat40

InstansiPusat Jumlah/BesaranGrafitikasipadaUnitLayananTingkatPusat 5 Tertinggi Dan 5 Terendah (dalam %)

Gambar3.2.PersentaseNilaiGratifikasipadaTingkatPusat

Pada tingkat unit layanan dengan nilai pengalaman korupsi yang rendah, pemberian biaya tambahan lebih dari 50% dari biaya resmi terlihat cukup dominan. Tiga unit layanan dengan tingkat pemberian biaya tambahan tinggi adalah Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (Kemenakertrans), Perpanjangan Izin KBIH (Kemenag) dan Layanan Data Akses Pasar Domestik (Kemenkop & UKM).

2. Frekuensi Pemberian Gratifikasi

Indeksintegritassub-indikatorfrekuensipemberiangratifikasiadalah7,66.Nilaitersebutmenunjukkan seberapa sering/frekuensi pemberian gratifikasi yang dilakukan olehresponden yang menyatakan pernah memberikan biaya tambahan. Hasilnya, menunjukkan masih ada 8% pengguna layanan dari total 1.290 mengaku pernah memberikan biaya tambahan saat pengurusan layanan, seperti terlihat pada Gambar 3.3.

Izin Agen Domestik LPG 12kg dan 50kg (PT Pertamina)

Izin Belajar WNI pada Sekolah Internasional (Kemendiknas)

Izin Edar Alat Kesehatan (Pembuatan Baru/Perpanjangan) (Kemenkes)

Izin Pemasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman Pangan (Kementan)

Izin Penyiaran TV(Kemenkominfo)

Pelayanan Display Produk Unggulan (Kemenkop dan UKM)

Pendaftaran/Perpanjangan Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus

(Kemenag)Layanan Data Akses Pasar Domestik

(Kemenkop dan UKM)

Perpanjangan Izin KBIH(Kemenag)

Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (Kemenkertrans)

Sesuai >50% dari biaya

resmi

<50% dari biaya resmi

<50% dari biaya

resmi

>50% dari biaya resmi 0%

100

100

100

100

100

63

63

43

30

13 23

37

43

70

30

13

367

92%

6%2%

PERNAH

Bab 3Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat

Survei Integritas Sektor Publik 2011

41

8%

InstansiPusat FrekuensiGratifikasipadaUnitLayananTingkatPusat 5 Tertinggi Dan 5 Terendah (dalam %)

Gambar 3.3. Persentase dan Frekuensi Pengguna Layanan Membayar Biaya Tambahan

Pada lima unit layanan dengan frekuensi pemberian gratifikasi tertinggi, penggunalayanan mengaku cenderung memberikan biaya tambahan 1 kali, namun banyak juga yang lebih dari 1 kali. Pengguna layanan pada Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) (Kemenakertrans), yang mengaku memberikan gratifikasi 1 kali 33%, 2 kali20%, bahkan 44% mengaku memberikan lebih dari 2 kali. Sedangkan pada unit layanan Perpanjangan IjinKBIH (Kemenag),37%pengguna layananmemberikangratifikasi1kali, 13% memberikan 2 kali dan 20% pengguna layanan memberikan lebih dari 2 kali.

3. Waktu Pemberian Gratifikasi

Indeks integritas sub-indikator waktu pemberian gratifikasi adalah 7,51. Waktupemberian gratifikasi menunjukkan kapan pemberian uang tambahan dilakukanoleh pengguna layanan Terdapat 8% pengguna layanan mengaku memberikan biaya tambahan/gratifikasi.Dari8%penggunalayanantersebut,32%mengakumemberikanbiaya tambahan di awal pengurusan layanan, 19% mengaku saat pengurusan dan 9% mengaku di akhir pengurusan. Bahkan terdapat 40%responden mengaku memberikan pada 2 atau 3 tahap pada proses pengurusan layanan.

Kondisi tersebut menggambarkan bahwa masih terdapat indikasi suap yang ditunjukkan dariwaktudominanpenggunalayananyangmemberigratifikasiyaitupadaawal,tengahmaupun kombinasi 2 atau 3 proses. Lihat Gambar 3.4 berikut.

Izin Agen Domestik LPG 12kg dan 50kg (PT Pertamina)

Izin Belajar WNI pada Sekolah Internasional (Kemendiknas)

Izin Edar Alat Kesehatan (Pembuatan Baru/Perpanjangan) (Kemenkes)

Izin Pemasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman Pangan (Kementan)

Izin Penyiaran TV(Kemenkominfo)

Pelayanan Display Produk Unggulan (Kemenkop dan UKM)

Pendaftaran/Perpanjangan Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus

(Kemenag)Layanan Data Akses Pasar Domestik

(Kemenkop dan UKM)

Perpanjangan Izin KBIH(Kemenag)

Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (Kemenkertrans)

Tidak Pernah

1 kali 2 kali Lebih dari 2 kali

Pernah

Tidak pernah

100

100

100

100

100

70

63

50

30

30

30 43

743

344

92%

PERNAH

37 13 20

33 20

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 3Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat42

Gambar 3.4. Waktu Memberikan Biaya Tambahan Instansi Pusat

Pada unit layanan Izin Menggunakan tenaga Kerja Asing (Kemenakertrans), 64% pengguna layananmengakumemberikangratifikasipada2atau3tahapanproses.PadaPelayananDisplay Produk Unggulan (Kemenkop dan UKM) sebagian besar pengguna layanan memberikan biaya tambahan pada awal proses (24%). Pada Pelayanan Data Akses Pasar Domestik-(KemenkopdanUKM),17%pemberiangratifikasidilakukanpadasaatprosesdan pada layanan Pendaftaran/Perpanjangan Izin Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus – (Kemenag),14%penggunalayananmengakumemberikanbiayatambahan/gratifikasidiakhir proses. Pemberian yang dilakukan pada akhir proses layanan umumnya dilakukan dalam rangka ucapan terima kasih. Namun pemberian di awal, pertengahan bahkan lebih dari 1 kali umumnya dilakukan dalam rangka memperlancar dan atau mempercepat proses layanan.

Izin Agen Domestik LPG 12kg dan 50kg (PT Pertamina)

Izin Belajar WNI pada Sekolah Internasional (Kemendiknas)

Izin Edar Alat Kesehatan (Pembuatan Baru/Perpanjangan) (Kemenkes)

Izin Pemasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman Pangan (Kementan)

Izin Penyiaran TV(Kemenkominfo)

Pelayanan Display Produk Unggulan (Kemenkop dan UKM)

Pendaftaran/Perpanjangan Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus

(Kemenag)Layanan Data Akses Pasar Domestik

(Kemenkop dan UKM)

Perpanjangan Izin KBIH(Kemenag)

Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (Kemenkertrans)

100

100

100

100

100

70

63

57

37

24

10 10 14 3

323 17

26

17 13 3 30

10 64

Awal Proses

Saat Proses

Akhir Proses Kombinasi 2 atau 3 proses

Tidak Memberi

Kombinasi 2 atau 3 Proses

Awal Proses

Tengah Proses

Akhir Proses

40%

32%

19%

9%

WaktuPemberianGratifikasipadaUnitLayananTingkatPusat 5 Tertinggi dan 5 Terendah (dalam %)

Instansi Pusat

33

Bab 3Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat

Survei Integritas Sektor Publik 2011

43

3.2.2. Cara Pandang Masyarakat terhadap Korupsi di Layanan Publik Tingkat Pusat

Upaya meningkatkan integritas tidak hanya dapat dilakukan oleh pihak pemberi layanan, tetapi bisa juga dilakukan oleh pengguna layanan. Masyarakat sebagai pengguna layanan seharusnya dapat diberdayakan dengan mengubah atau memperbaiki cara pandang mereka terhadap korupsi, khususnya praktik pemberian gratifikasi yang terjadi di unit layananpublik. Cara pandang seseorang terhadap pemberian gratifikasi ini akanmempengaruhisikapdankeputusanseseoranguntukmemberiatautidakmemberigratifikasi.

Table 3.9. Nilai Indikator Cara Pandang Korupsi Instansi Pusat Beserta Sub Indikator

INDIKATOR SUB-INDIKATOR

Cara Pandang Terhadap Korupsi (0,750) 7,41

ArtiPemberianGratifikasi(0,250) 7,02

TujuanPemberianGratifikasi(0,750) 7,54

Nilai indikator cara pandang terhadap korupsi pada tingkat pusat sebesar 7,41, disusun dari nilai subindikatorArti PemberianGratifikasi 7,02danTujuanPemberianGratifikasi 7,54.Nilai Cara Pandang terhadap Korupsi pada instansi tingkat pusat bervariasi dari 5,29 sampai 8,05. Sembilan belas instansi tercatat telah mendapatkan nilai lebih dari yang distandarkan KPK. Masih ada 3 instansi yang perlu meningkatkan upaya-upaya memperbaiki cara pandang pengguna layanan terhadap korupsi di layanan publik, yaitu Kementerian Koperasi dan UKM (5,88), Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (5,43) dan Kementerian Agama (5,29). Lihat Tabel 3.12.

Tabel 3.10. Peringkat Indeks integritas Cara Pandang Terhadap Korupsi Instansi Pusat

Dua subindikator dari indikator Cara Pandang terhadap Korupsi yaitu Arti Pemberian GratifikasidanTujuanPemberianGratifikasidijelaskanlebihrincipadabagianberikut.

1. Arti Pemberian Gratifikasi

Nilaisub-indikatorartipemberiangratifikasiinstansipusatadalah7,02,yangmenunjukkanbagaimana masyarakat mengartikan biaya-biaya atau imbalan yang mereka keluarkan apakah tergolong korupsi atau tidak. Nilai 7,02, menggambarkan bahwa masyarakat cukuppahamartidaripemberiangratifikasi,sepertiterlihatpadagambar3.5.Sebesar79,7% responden menjawab bahwa memberikan gratifikasi adalah perbuatan yangmelanggar hukum dan memalukan (33,3% dan 46,3%). Sedangkan 20,3% lainnya menjawab bahwa perbuatan itu boleh dilakukan.

NO INSTANSI NILAI

1 Kementerian Komunikasi dan Informatika 8,05

2 PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) 8,02

3 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) 7,99

4 Kementerian Kelautan dan Perikanan 7,99

5 Kementerian Pendidikan Nasional 7,88

6 Kementerian Perindustrian 7,86

7 Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) 7,78

8 Kementerian Perhubungan 7,78

9 Kementerian Kesehatan 7,76

10 PT. Jamsostek (Persero) 7,72

11 Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral

7,66

NO INSTANSI NILAI

12 Kementerian Pertanian 7,66

13 PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) 7,66

14 Kementerian Perdagangan 7,61

15 PT. Pertamina (Persero) 7,60

16Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

7,53

17 Kementerian Kehutanan 7,49

18 Mahkamah Agung 7,38

19 PT. Angkasa Pura II (Persero) 6,92

20 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 5,88

21 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi 5,43

22 Kementerian Agama 5,29

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 3Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat44

Gambar 3.5. Pendapat Pengguna Layanan Tingkat Pusat atas Biaya Tambahan

Penjelasan pada unit layanan menunjukkan bahwa pada unit layanan dengan nilai Cara Pandang terhadap Korupsi yang rendah, yaitu Izin SPBU (PT Pertamina), Pembuatan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (BP2TKI), Pendaftaran Pupuk Organik (Kementan), Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman (Kemenhut) dan Pelayanan Cargo (PT Angkasa Pura) terlihat bahwa lebih dari lima puluh persen respondennya memandang bahwa pemberian gratifikasi/biaya tambahan boleh dilakukan. Variasi jawaban yangdiberikan yaitu gratifikasi/biaya tambahan boleh dilakukan kalau terpaksa, asal tidakterlalu sering, bahkan ada yang menyatakan harus dilakukan dan sudah sering dilakukan. (Gambar 3.5).

ArtiPemberianGratifikasipadaUnitLayananTingkatPusat5 Tertinggi Dan 5 Terendah (dalam %)

Izin Penyiaran TV(Kemenkominfo)

Izin Pemasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman Pangan (Kementan)

Penerbitan Surat Keterangan Aktivasi Transmitter (KKP)

Layanan Muatan Barang dan Kontainer (PT. Pelni)

Izin Agen Domestik (Agen LPG 12 kg dan 50 kg) (PT. Pertamina)

Pelayanan Cargo (PT. Angkasa Pura)

Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hiutan Kayu Hutan Tanaman (Kemenhut)

Layanan Pemberian Izin Pendaftaran Pupuk Organik (Kementan)

Pembuatan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (BNP2TKI)

Izin SPBU (PT. Pertamina)

100

76

73

57

57

34

30

10

16

13

50 20

47 2320

7 30710

67

Hanya boleh dilakukan kalau terpaksa

Boleh dilakukan asal tidak terlalu sering

Boleh dan sering dilakukan

Harus dilakukan Memalukan dan tercelaMelanggar hukum dan harus dilaporkan

7

7

17

173

43

403

47 33

30

23 10

Memalukan dan tercela

Melanggar hukum dan harus dilaporkan

Hanya boleh dilakukan kalau terpaksa

Boleh dilakukan asalkan tidak terlalu sering

Harus dilakukan

Boleh dan sering dilakukan

46,4%

33,3%

12,4%

6,6%

1,0%

0,3%

Instansi Pusat

Bab 3Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat

Survei Integritas Sektor Publik 2011

45

2. Tujuan pemberian gratifikasi

Nilaisubindikatortujuanpemberiangratifikasinasionaladalah7,54.Berdasarkanfaktayang dijumpai di unit layanan, tujuan utama responden memberikan uang tambahan ataugratifikasiadalahuntukmempercepatwaktupengurusanlayanan(69%).Tujuanlainadalah untuk memastikan bahwa layanan akan selesai tepat waktu (14%), meluluskan proses layanan walaupun syarat tidak terpenuhi (9%), menghindarkan perlakuan semena-mena dari petugas layanan (4%) dan tidak ada tujuan (4%). Lihat gambar 3.6 berikut.Instansi Pusat

Gambar 3.6. Tujuan Pengguna Layanan Memberikan Biaya Tambahan di Instansi Pusat

Instansi Pusat

Mempercepat waktu

Memastikan tepat waktu

Meluluskan syarat pengurusan

Tidak ada tujuan

Petugas semena-mena

69%

14%

9%

4%

4%

TujuanPemberianGratifikasipadaUnitLayananTingkatPusat5TertinggiDan5Terendah(dalam%)

100

100

100

100

100

70

63

50

29

17

30

30 17 3

4

27 77

3

94

Mempercepat waktu

Petugas semena-mena

Meluluskan syarat pengurusan

Tidak ada tujuan

Memastikan tepat waktu

Tidak memberi

10 3

30

33

Izin Agen Domestik LPG 12kg dan 50kg (PT Pertamina)

Izin Belajar WNI pada Sekolah Internasional (Kemendiknas)

Izin Edar Alat Kesehatan (Pembuatan Baru/Perpanjangan) (Kemenkes)

Izin Pemasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman Pangan (Kementan)

Izin Penyiaran TV(Kemenkominfo)

Pelayanan Cargo(PT Angkasa Pura II)

Pendaftaran/Perpanjangan Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus

(Kemenag)Layanan Data Akses Pasar Domestik

(Kemenkop dan UKM)

Perpanjangan Izin KBIH(Kemenag)

Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (Kemenkertrans)

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 3Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat46

Pada unit layanan dengan nilai cara pandang terhadap korupsi yang rendah terlihat bahwa alasan utama pada umumnya adalah untuk mempercepat waktu pengurusan, meluluskan syarat pengurusan dan memastikan bahwa pengurusan tepat waktu sesuai dengan yang ditetapkan.

Biladikajilebihdalamalasanpenggunalayananmemberikanbiayatambahan/gratifikasitersebut saat proses pengurusan layanan dapat dilihat pada gambar 3.7. Dari responden yangmengakumemberikanuangtambahan/gratifikasi,sebagianbesar(80%)memilikialasan negatif yaitu karena petugas mempersulit (30%), petugas meminta (29%) dan petugas malas melayani (21%). Sedangkan 12 persen responden yang memberikan alasan positif yaitu karena merasa puas dengan layanan petugas (7%) dan karena petugas ramah (5%). Sisanya 8% responden memberikan uang tambahan dengan alasan kasihan kepada petugas karena gajinya kecil.

Gambar 3.7. Alasan Pengguna Layanan Memberikan Biaya Tambahan di Instansi Pusat

Instansi Pusat

Petugas mempersulit

Petugas meminta

Petugas malas melayani

Kasihan gaji petugas kecil

Puas dengan layanan petugas

Petugas ramah

30%

29%

21%

8%

7%

5%

TujuanPemberianGratifikasipadaUnitLayananTingkatPusat5TertinggiDan5Terendah(dalam%)

100

100

100

100

100

70

64

50

30

3 3

3

17 20 13

23 10

12 107

57

Petugas meminta

Puas dengan layanan petugas

Petugas malas melayani

Petugas ramah

Petugas mempersulit Kasihan gaji petugas kecil

Tidak memberi biaya tambahan

10 7 7

7 7 27

33010

Izin Agen Domestik LPG 12kg dan 50kg (PT Pertamina)

Izin Belajar WNI pada Sekolah Internasional (Kemendiknas)

Izin Edar Alat Kesehatan (Pembuatan Baru/Perpanjangan) (Kemenkes)

Izin Pemasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman Pangan (Kementan)

Izin Penyiaran TV(Kemenkominfo)

Pelayanan Display Produk Unggulan (Kemenkop dan UKM)

Pendaftaran/Perpanjangan Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus

(Kemenag)Layanan Data Akses Pasar Domestik

(Kemenkop dan UKM)

Perpanjangan Izin KBIH(Kemenag)

Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (Kemenkertrans)

Bab 3Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat

Survei Integritas Sektor Publik 2011

47

Pada unit layanan Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (Kemenakertrans), alasan utama pengguna layanan memberikan biaya tambahan adalah karena petugas meminta. Alasan utama yang sama yang juga terjadi di unit layanan Pelayanan Data Akses Pasar Domestik(KemenkopdanUKM).Alasanlainyangcukupsignifikanadalahkarenapetugasmempersulit dan petugas malas melayani terjadi di unit layanan Pendaftaran/perpanjangan Izin Penyelenggaraan Haji Khusus (Kemenag), Pelayanan Data Akses Pasar Domestik (Kemenkop dan UKM), Perpanjangan Izin KBIH (Kemenag) dan Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (Kemenakertrans).

3.3. Potensi Integritas Tingkat Pusat

Potensi integritas tingkat pusat dengan nilai 6,30 memberikan kontribusi sebesar 0,333 terhadap nilai integritas. Potensi integritas yang merupakan variabel penting dalam memperkecil peluang korupsi di masa mendatang disusun oleh 4 indikator yaitu lingkungan kerja dengan nilai 7,81, sistem administrasi dengan nilai 6,36, perilaku individu dengan nilai 7,20 dan pencegahan korupsi dengan nilai 4,84. Masing-masing indikator terdiri dari 2-5 subindikator, seperti ditunjukkan oleh Tabel 3.11.

Tabel 3.11. Indeks Variabel Potensi Integritas Pusat beserta Indikator dan Sub-Indikator

VARIABEL INDIKATOR SUB-INDIKATOR

Potensi Integritas (0,333) 6,30

Lingkungan Kerja (0,127) 7,81

KebiasaanPemberianGratifikasi(0,392) 7,26

Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur (0,164) 9,43

Keterlibatan Calo (0,221) 7,78

Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan (0,100) 7,60

Suasana/Kondisi di sekitar Pelayanan (0,123) 7,61

SistemAdministrasi (0,280)

6,36

Kepraktisan SOP (0,281) 6,79

Keterbukaan Informasi (0,584) 6,46

Pemanfaatan Teknologi Informasi (0,135) 5,04

Perilaku Individu (0,280) 7,20

Keadilan dalam Layanan (0,413) 7,32

EkspektasiPetugasterhadapGratifikasi(0,327) 7,33

Perilaku Pengguna Layanan (0,260) 6,83

PencegahanKorupsi (0,313) 4,84

Tingkat Upaya Anti Korupsi (0,750) 4,94

Mekanisme Pengaduan Masyarakat (0,250) 4,55

Nilai potensi integritas pusat dari 22 instansi adalah 6,30. Walaupun nilai tersebut berada di atas nilai standar minimum KPK, namun masih terdapat indikator dengan nilai di bawah 5. Selain dari itu indikator sistem administrasi juga masih memerlukan penguatan karena nilainya yang tidak terlalu jauh dari standar minimal yang ditetapkan KPK. Bahkan terdapat 1 indikator, yaitu pemanfaatan teknologi informasi yang nilainya di bawah 6,00.

Nilai potensi integritas dari 22 instansi pusat berkisar antara 4,74 sampai 7,04. Bila dibandingkan dengan pengalaman integritas, nilai potensi integritas secara umum lebih rendah. Artinya, sebagian besar instansi di tingkat pusat masih kurang dalam menyiapkan instrumen pencegahan korupsi. Lihat tabel 3.12 berikut.

Tabel 3.12. Peringkat Indeks Potensi Integritas Pusat

NO INSTANSI NILAI

1 PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) 7,04

2 PT. Jamsostek (Persero) 6,96

3 Kementerian Kesehatan 6,94

4 Kementerian Pertanian 6,86

5 Mahkamah Agung 6,85

6 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) 6,80

7 PT. Pertamina (Persero) 6,80

8 Kementerian Perindustrian 6,74

9 Kementerian Perhubungan 6,73

10 Kementerian Pendidikan Nasional 6,41

11 Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM)

6,41

12 Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) 6,39

NO INSTANSI NILAI

13 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 6,32

14 Kementerian Komunikasi dan Informatika 6,20

15Badan Nasional Penempatan danPerlindungan Tenaga KerjaIndonesia (BNP2TKI)

6,04

16 PT. Angkasa Pura II (Persero) 5,99

17 Kementerian Kehutanan 5,91

18 PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) 5,85

19 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi 5,79

20 Kementerian Agama 5,64

21 Kementerian Perdagangan 5,30

22 Kementerian Koperasi dan UKM 4,74

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 3Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat48

Tabel 3.14 menjelaskan masih ada 32% instansi dengan nilai potensi integritasnya berada di bawah standar minimal (6,00). Instansi yang perlu meningkatkan nilai potensi integritasnya yaitu Angkasa Pura II cab. Soekarno Hatta (5,99), Kementerian Kehutanan (5,91), PT Pelni (5,85), Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (5,79), Kementerian Agama (5,64), Kementerian Perdagangan (5,30) dan Kementerian Koperasi dan UKM (4,74).

Gambar 3.8 menjelaskan unit layanan dengan nilai potensi integritas 5 tertinggi dan 5 terendah. Oleh karena bobot potensi integritas yang hanya 0,333, maka pengaruh nilai potensi integritas lebih rendah dibanding dengan nilai pengalaman integritas dalam menentukan nilai integritas unit layanan yang bersangkutan.

Gambar 3.8. Peringkat Indeks Potensi Integritas pada Unit Layanan (5 Tertinggi dan 5 Terendah)

Unit layanan dengan nilai potensi integritas tinggi dicapai oleh unit layanan Izin Belajar WNI pada Sekolah International (Kemendiknas) dengan nilai 7,39. Sedangkan nilai potensi integritas terendah adalah unit layanan Pelayanan Data Akses Pasar Domestik (Kemenkop dan UKM) dengan nilai 4,04.

3.3.1. Lingkungan Kerja di Layanan Publik Tingkat Pusat

Lingkungan kerja memiliki potensi untuk mendorong terjadinya praktik korupsi, tidak terkecuali di sektor pelayanan publik. Bila lingkungan kerja tidak didukung oleh fasiitas yang memadai, suasana pelayanan tidak nyaman bahkan jika ditambah dengan prosedur yang berbelit-belit akan mendorong pengguna layanan maupun petugas layanan melakukan penyimpangan dalam rangka memperlancar proses pengurusan layanan.

Tabel 3.13. Nilai Indikator Lingkungan Kerja Instansi Pusat beserta Sub Indikator

INDIKATOR SUB-INDIKATOR

Lingkungan Kerja (0.127) 7.81

KebiasaanPemberianGratifikasi(0.392) 7.26

Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur (0.164) 9.43

Keterlibatan Calo (0.221) 7.78

Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan (0.100) 7.60

Suasana/Kondisi di sekitar Pelayanan (0.123) 7.61

Izin Belajar WNI pada Sekolah Internasional (Kemendiknas)

Izin Agen Domestik LPG 12kg dan 50kg (PT Pertamina)

Layanan Klaim Jaminan Kecelakaan Kerja (PT Jamsostek)

Surat Izin Penangkapan Ikan Baru dan Perpanjangan (KKP)

Layanan Pemberian Izin Pendaftaran Pupuk Organik (Kementan)

Penyetaraan Ijazah Luar Negeri (Kemendiknas)

Pembuatan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (BNP2TKI)

Pelayanan Pengujian Mutu Barang (Kemendag)

Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (Kemenkertrans)

Layanan Data Akses Pasar Domestik (Kemenkop dan UKM)

7.39

7.28

7.27

7.27

7.20

5.44

5.28

4.82

4.78

4.04

Bab 3Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat

Survei Integritas Sektor Publik 2011

49

Nilai integritas indikator lingkungan kerja adalah 7.81. Pencapaian niai ini terutama didukung oleh tingginya nilai kebutuhan pertemuan di luar prosedur (9.43), artinya responden yang melakukan pertemuan di luar prosedur sangat rendah. Gambaran peringkat dan indeks integritas berdasarkan indikator lingkungan kerja dapat dilihat pada Tabel 3.14 berikut.

Tabel 3.14. Peringkat Indeks Indikator Lingkungan Kerja Instansi Pusat NO INSTANSI NILAI NO INSTANSI NILAI

1 Kementerian Kesehatan 8.94 12 Kementerian Komunikasi dan Informatika 8.24

2 Kementerian Perindustrian 8.94 13 Badan Koordinasi Penanaman Modal 7.99

3 PT. Pertamina (Persero) 8.92 14 Badan Pengawas Obat dan Makanan 7.76

4 PT. Jamsostek (Persero) 8.90 15 Kementerian Pertanian 7.70

5 Kementerian Pendidikan Nasional 8.88 16

Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

7.53

6 PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) 8.75 17 Mahkamah Agung 6.91

7 Kementerian Kelautan dan Perikanan 8.64 18 Kementerian Tenaga Kerja dan

Transmigrasi 6.52

8 Kementerian Energi dan Sum-ber Daya Mineral 8.46 19 PT. Angkasa Pura II (Persero)

Cabang 6.15

9 Kementerian Perhubungan 8.46 20 Kementerian Perdagangan 5.93

10 Kementerian Kehutanan 8.25 21 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 5.74

11 PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Persero)

8.25 22 Kementerian Agama 5.47

Tiga kementerian mendapatkan indeks Lingkungan Kerja di bawah standar yang ditetapkan yaitu Kementerian Agama, Kementerian Koperasi dan UKM dan Kementerian Perdagangan.Penjelasan lebih lanjut mengenai 5 subindikator yang mendukung indikator lingkungan kerja ditunjukkan pada bagian berikut.

1. Kebiasaan Pemberian Gratifikasi

Kebiasaan pengguna dan petugas layanan dalam memberi maupun meminta biaya tambahan(gratifikasi)dalamrangkamendapatkanlayananpublikternyatamasihsajaterjadi.Sebesar27%respondenmenyatakanbahwapemberiangratifikasimemangmasihada dalam pengurusan layanan publik, dengan intensitas selalu terjadi (5%), sering terjadi (5%) dan kadang-kadang terjadi (17%). Gambar 3.9 menunjukkan intensitas tindakan memberikan gratifikasi saat proses pengurusan layanan pada unit layanandengan nilai intensitas praktek pemberian uang tambahan 5 tertinggi dan 5 terendah di instansi pusat.

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 3Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat50

Gambar 3.9. Intensitas Praktek Pemberian Uang Tambahan di Instansi Pusat

Pada unit layanan Perijinan Ekspor/Impor barang kategori makanan dan obat (Badan POM), 67% responden menjawab intensitas praktek pemberian uang tambahan selalu terjadi. Sedangkan pada unit layanan Ijin Menggunakan tenaga Kerja Asing (Kemenakertrans), 50% menyatakan intensitas pemberian sering terjadi. Namun pada kelima unit layanan dengan nilai tinggi, 100% responden mengaku tidak pernah melakukan pemberian gratifikasi.

2. Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur

Secara umum, kebutuhan pengguna layanan untuk melakukan pertemuan di luar prosedur sudah sangat minimal. Nilai 9,43 menunjukkan hal tersebut. Namun demikian masih ada 8% dari pengguna layanan yang mengaku pernah melakukan pertemuan di luar prosedur.

Instansi Pusat IntensitasPemberianGratifikasipadaUnitLayananTingkatPusat5 Tertinggi dan 5 Terendah (dalam %)

100

100

100

100

100

100

13

14

Selalu terjadi Sering terjadi Kadang-kadang terjadi Tidak pernah terjadi

Izin Agen Domestik LPG 12kg dan 50kg (PT Pertamina)

Izin Belajar WNI pada Sekolah Internasional (Kemendiknas)

Izin Edar Alat Kesehatan (Pembuatan Baru/Perpanjangan) (Kemenkes)

Izin Penyiaran TV(Kemenkominfo)

Izin Penyimpanan dan Pengangkutan (Kementerian ESDM)

Pelayanan Pengelolaan Properti Bandara (PT Angkasa Pura II)

Pelayanan Cargo(PT Angkasa Pura II)

Layanan Data Akses Pasar Domestik (Kemenkop dan UKM)

Perijinan Ekspor/Impor Barang Kategori Makanan dan Obat (BPOM)

Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (Kemenkertrans)

607 20

50333

67 33

20 50 30

73%

17%5%

5%

Bab 3Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat

Survei Integritas Sektor Publik 2011

51

Gambar 3.10. Persentase Responden Melakukan Pertemuan di Luar Prosedur di Instansi Pusat

Gambar 3.10 menjelaskan bahwa dari seluruh responden (1.290), terdapat 92% yang tidak pernah melakukan pertemuan di luar prosedur. Sedangkan 8% lainnya mengaku pernah melakukanpertemuan di luar prosedur saat pengurusan layanan. Persentase tertinggi responden yang mengaku melakukan pertemuan di luar prosedur satu kali yaitu pada unit layananPendaftaran/Perpanjangan Izin Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus (Kemenag) (33%), sedangkan yang melakukan pertemuan di luar prosedur 2 kali, persentase tertinggi ada pada layanan Perpanjangan Ijin KBIH (Kemenag) (23%) dan persentase responden tertinggi yang melakukan pertemuan di luar prosedur lebih dari 2 kali yaitu pada layanan Pelayanan Pengujian Mutu Barang (Kemendag) (23%). Pada 5 unit layanan dengan nilai tertinggi sub indikator pertemuan di luar prosedur, 100% responden menyatakan tidak pernah melakukan pertemuan di luar prosedur.

Instansi Pusat Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur pada Unit Layanan Tingkat Pusat 5 Tertinggi Dan 5 Terendah (dalam %)

100

60

63

67

47

33

100

100

100

100

Lebih dari dua kali

Tidak Pernah Pernah

Dua kali Satu kali Tidak pernah

Pelayanan Pengujian Mutu Barang - Kemendag

Perpanjangan Ijin KBIH - Kemenag

Persetujuan Impor Barang Modal Bukan Baru (Baru dan Perpanjangan)

- Kemendag

Pelayanan Data Akses Pasar Domestik - Kemenkop dan UKM

Pendaftaran/Perpanjangan Izin Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus

- Kemenag

Izin Penyiaran TV - Kemenkominfo

Izin Pemasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman Pangan - Kementan

Izin Edar Alat Kesehatan (Baru/Perpanjangan) - Kemenkes

Izin Belajar WNI pada Sekolah Internasional - Kemendiknas

Izin Agen Domestik (Agen LPG 12kg dan 5-kg) - PT Pertamina

92%

8%

7

10

33

233

31317

23237

271723

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 3Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat52

Gambar 3.11. Tujuan Melakukan Pertemuan di Luar Prosedur di Instansi Pusat

Tujuan pengguna layanan melakukan pertemuan di luar prosedur dalam proses pengurusan layanan umumnya adalah untuk mempercepat waktu pengurusan (54%), melengkapi persyaratan (27%), negosiasi persyaratan yang tidak terpenuhi (10%) dan negosiasi biaya pengurusan (9%), seperti ditunjukkan oleh Gambar 3.11

3. Keterlibatan Calo

Dari hasil survei yang dilakukan, ternyata peran perantara/calo dalam pengurusan layanan cukup signifikan. Sebagian pengguna layanan mengaku melihat keberadaancalo beroperasi di unit layanan saat pengurusan layanan. Berdasarkan pengamatan responden, calo tersebut adalah orang luar (30%), petugas langsung layanan (14%), petugas lain yang bekerja di instansi tetapi tidak langsung berhubungan dengan layanan (5%), orang luar yang bekerja di sekitar unit layanan (6%). Bahkan, 45% responden melihat bahwa calo berasal dari kombinasi 2 atau lebih perantara, seperti ditunjukkan oleh Gambar 3.12 berikut.

Instansi Pusat Tujuan Melakukan Pertemuan di Luar Prosedur pada Unit Layanan Tingkat Pusat 5 Tertinggi Dan 5 Terendah (dalam %)

100

100

100

100

100

73

60

63

Mempercepat waktu

Negosiasisyarat

Negosiasibiaya

Melengkapi syarat

Mempercepat waktuNegosiasi Syarat Negosiasi biaya

Melengkapi syarat Tidak Melakukan

Izin Agen Domestik LPG 12kg dan 50kg (PT Pertamina)

Izin Belajar WNI pada Sekolah Internasional (Kemendiknas)

Izin Edar Alat Kesehatan (Pembuatan Baru/Perpanjangan) (Kemenkes)

Izin Pemasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman Pangan (Kementan)

Izin Penyiaran TV(Kemenkominfo)

Izin Pembuatan Kartu Tenaga Kerja (BNP2TKI)

Pendaftaran /perpanjangan Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus

(Kemenag)

Pelayanan Data Akses Pasar Domestik (Kemenkop dan UKM)

Perpanjangan Izin KBIH (Kemenag)

Pelayanan Pengujian Mutu Barang (Kemendag)

33 34

2017

13 27 3 10 47

17 27 10 3 43

54%

27%

10% 9%

17 10

Bab 3Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat

Survei Integritas Sektor Publik 2011

53

Gambar 3.12. Pengamatan Responden yang Menjadi Perantara/Calo pada Layanan Publik Tingkat Pusat

Pada unit layanan dengan nilai keterlibatan calo rendah, terlihat bahwa umumnya perantara/calo adalah kombinasi 2 atau lebih perantara yaitu pegawai unit layanan yang bersangkutan baik petugas langsung, petugas lain maupun orang yang bekerja di sekitar unit layanan (tukang parkir, satpam, pedagang kantin, dsb) dan orang luar.

Gambar 3.13 menunjukkan bahwa cara kerja perantara beroperasi mendekati responden saatproses pengurusan layanan dominan adalah sembunyi-sembunyi dan sebagian kecil terang-terangan.

Instansi Pusat Keterlibatan Calo pada Unit Layanan Tingkat Pusat5 Tertinggi Dan 5 Terendah (dalam %)

100

100

100

100

100

100

22

30

23

Petugas LainPetugas Langsung Orang yang bekerja disekitar unit layanan

Orang Luar Kombinasi 2 atau lebih perantara

Tidak pernah melihat calo

Izin Agen Domestik LPG 12kg dan 50kg (PT Pertamina)

Izin Belajar WNI pada Sekolah Internasional (Kemendiknas)

Izin Edar Alat Kesehatan (Pembuatan Baru/Perpanjangan) (Kemenkes)

Izin Pemasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman Pangan (Kementan)

Izin Penyiaran TV(Kemenkominfo)

Pelayanan Display Produk Unggulan (Kemenkop dan UKM)

Pendaftaran /perpanjangan Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus

(Kemenag)Pelayanan Pengujian Mutu Barang

(Kemendag)

Perpanjangan Izin KBIH (Kemenag)

Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (Kemenkertrans)

10 3723

27 473

13 7 3 74 8

7 730%

14%6%5%

45% 20 44

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 3Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat54

Gambar 3.13. Cara Perantara/Calo Beroperasi di Instansi Pusat

Pada unit layanan dengan nilai rendah, sebagian besar pengguna layanan menginformasikan bahwa perantara/calo umumnya melakukan pendekatan ke pengguna layanan secara sembunyi-sembunyi. Namun demikian di unit layanan Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi) cara calo beroperasi yaitu seluruhnya dengan pendekatan secara terang-terangan.

4. Fasilitas dan Suasana Unit Layanan

Keberadaan fasilitas dalam unit layanan merupakan salah satu sebab pengguna layanan mengambil keputusan mengurus sendiri layanannya atau memilih menggunakan jasa perantara. Sebagian besar pengguna layanan (77%) menyatakan bahwa fasilitas yang tersedia di unit layanan yang mereka datangi memadai dan hanya 23% yang menyatakan kurang/tidak memadai.

Instansi Pusat Cara Perantara/Calo Beroperasi pada Unit Layanan Tingkat Pusat 5 Tertinggi Dan 5 Terendah (dalam %)

100

100

100

100

100

100

33

33

27

Terang-terangan Sembunyi-sembunyi Tidak pernah melihat calo

57

60

10

7

703

23 3443

82%

14%4%

Izin Agen Domestik LPG 12kg dan 50kg (PT Pertamina)

Izin Belajar WNI pada Sekolah Internasional (Kemendiknas)

Izin Edar Alat Kesehatan (Pembuatan Baru/Perpanjangan) (Kemenkes)

Izin Pemasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman Pangan (Kementan)

Izin Penyiaran TV(Kemenkominfo)

Perpanjangan Izin KBIH (Kemenag)

Pelayanan Cargo (PT Pelni)

Pelayanan Displai Produk Unggulan (Kemenkop dan UKM)

Pelayanan Data Akses Pasar Domestik (Kemenkop dan UKM)

Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (Kemenkertrans)

Bab 3Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat

Survei Integritas Sektor Publik 2011

55

Gambar 3.14. Kondisi Fasilitas di Instansi Pusat

Meskipun sebagian besar pengguna layanan menyatakan kondisi fasilitas memadai, namun pada unit layanan dengan nilai kondisi fasilitas yang rendah, masih banyak fasilitas yang dianggap pengguna layanan kurang memadai, terutama pada unit layanan informasi status kasasi di Mahkamah Agung, Pendaftaran/perpanjangan Izin Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus dan Perpanjangan KBIH di Kemeterian Agama, Izin Stasiun Radio di Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Layanan Informasi Wilayah Pertambangan di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Sebagian besar pengguna layanan juga menyatakan bahwa suasana unit layanan saat pengurusan layanan nyaman (89%), tenang (90%), teratur dan rapi (91%) serta tahapan layanan teratur (91%).

Instansi Pusat Kondisi Fasilitas di Sekitar Lingkungan pada Unit Layanan Tingkat Pusat 5 Tertinggi Dan 5 terendah (dalam %)

100

43

43

43

43

40

33

7

53

3

Tidak Memadai Kurang Memadai Memadai Sangat Memadai

40 467

47

573

3 2077

77%

11% 11%

1%

Izin Pemasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman Pangan (Kementan)

Layanan Klaim Jaminan Kecelakaan Kerja (PT Jamsostek)

Penerbitan Angka Pengenal Importir Produsen (BKPM)

Pelayanan Cargo(PT Angkasa Pura II)

SIUPAL(Kemenhub)

Unit Pelayanan Informasi Wilayah Pertambangan (Kemen ESDM)

Izin Stasiun Radio(Kemenkominfo)

Perpanjangan Izin KBIH(Kemenag)

Pendaftaran atau Perpanjangan Izin Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus

(Kemenag)

Layanan Informasi Status Kasasi (MA)

Memadai Kurang Memadai

Sangat Memadai

Tidak Memadai

57

57

60

67

1047403

37

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 3Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat56

Gambar 3.15. Suasana Lingkungan Kerja di Instansi Pusat

Seperti terlihat pada gambar 3.15, walaupun jumlah pengguna layanan yang menyatakan suasana unit layanan kurang baik merupakan minoritas (kurang dari 15%), namun unit layanan tetap perlu melakukan tindakan perbaikan. Sebabnya, jika hal ini dibiarkan dapat memicu pengguna layanan untuk menggunakan jasa calo saat mengurus layanan.

3.3.2. Sistem Administrasi di Layanan Publik Tingkat Pusat

Sistem administrasi dalam layanan publik disusun dari 3 subindikator, yaitu Kepraktisan SOP, Keterbukaan Informasi dan Pemanfaatan Teknologi Informasi.

Tabel 3.15. Nilai Indikator Sistem Administrasi Instansi Pusat beserta Sub Indikator

INDIKATOR SUB-INDIKATOR

Sistem Administrasi (0,280) 6,36

Kepraktisan SOP(0,281) 6,79

Keterbukaan Informasi (0,584) 6,46

Pemanfaatan Teknologi Informasi (0,135) 5,04

Nilai sistem administrasi tingkat pusat (6,36) sudah sesuai dengan standar minimum yang ditetapkan oleh KPK. Pemanfaatan Teknologi Informasi merupakan subindikator yang masih memerlukan perbaikan karena nilainya masih di bawah standar minimal yang ditetapkan. Namun demikian, nilai 2 subindikator lainnya yaitu kepraktisan SOP dan keterbukaan informasi juga masih perlu ditingkatkan, karena nilainya yang masih di sekitar 6.

Nilai Sistem Administrasi pada instansi pusat berkisar antara 4,74 sampai 7,46. Tujuh instansi mendapatkan nilai sistem administrasi lebih dari 7 dan 5 instansi masih mendapatkan nilai kurang dari 6, seperti ditunjukkan oleh Tabel 3.16 berikut:

Tabel 3.16. Peringkat Indeks Integritas Sistem Administrasi Instansi Pusat

89% 90% 91% 91%

9%9%10%11%

Nyaman Tenang Ruang Teraturdan Rapi

Tahapan Layanan Teratur

NO INSTANSI NILAI

1 Mahkamah Agung 7,46

2 Kementerian Pertanian 7,41

3 PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) 7,20

4 PT. Jamsostek (Persero) 7,17

5 Kementerian Pendidikan Nasional 7,12

6 Kementerian Kelautan dan Perikanan 7,06

7 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) 7,04

NO INSTANSI NILAI

8Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

6,74

9 PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) 6,72

10 PT. Pertamina (Persero) 6,70

11 Kementerian Kehutanan 6,43

12 Kementerian Kesehatan 6,40

13 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 6,38

14 Kementerian Agama 6,26

Tidak

Ya

Bab 3Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat

Survei Integritas Sektor Publik 2011

57

Gambaran lebih lanjut mengenai 3 Subindikator dari Sistem Administrasi akan dijelaskan pada bagian berikut.

1. Kepraktisan SOP

KepraktisanSOPmencerminkantingkatefektifitasprosedurpengurusanlayanan,syarat,biaya dan waktu pengurusan layanan. Hasil survei pada unit layanan di tingkat pusat menunjukkan bahwa lebih dari 50% pengguna layanan menilai prosedur, persyaratan dan biaya pengurusan unit layanan cukup wajar dengan ketepatan waktu pengurusan layanan yang cukup baik. Bahkan 4% pengguna layanan menyatakan mendapatkan pelayanan yang lebih cepat dari waktu yang telah ditetapkan dan 23% menyatakan biaya layanan murah. Namun demikian masih ada responden yang menjawab bahwa terdapat kesulitan dalam prosedur (5%) dan persyaratan (5%), kelambatan dalam waktu (23%) serta mahalnya biaya (10%). Jawaban pengguna layanan dalam hal ketidakjelasan prosedur (3%), persyaratan (2%), waktu (10%) dan biaya (3%) juga harus mendapat perhatian dari penanggung jawab unit layanan. Lihat Gambar 3.16

Gambar 3.16. Penilaian SOP Pengurusan di Instansi Pusat

2 Keterbukaan Informasi

Dalam mencegah ketidakjelasan prosedur, persyaratan, biaya dan ketidaktepatan waktu dalam pengurusan layanan, maka ketersediaan informasi di setiap unit layanan menjadi penting dan sangat membantu responden saat pengurusan layanan. Bagaimana tingkat keterbukaan informasi layanan pada unit layanan publik di tingkat pusat dijelaskan pada Gambar 3.17.

NO INSTANSI NILAI

15 Kementerian Perhubungan 6,14

16 PT. Angkasa Pura II (Persero) 6,04

17 Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) 6,00

18 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi 5,81

NO INSTANSI NILAI

19 Kementerian Perindustrian 5,68

20 Kementerian Perdagangan 5,13

21 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 4,93

22 Kementerian Komunikasi dan Informatika 4,74

51%

66%63% 64%

41%

27%23% 23%

5% 5%10% 10%

3% 2% 4% 3%

Wajar WajarWajar Tepat Waktu

Mudah MurahMudah Lambat

Sulit MahalSulit Tidak Waktunya

Tidak Jelas Prosedurnya

Tidak Jelas Biaya

Tidak Jelas Prosedurnya Lebih Cepat

Prosedur WaktuPersyaratan Biaya

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 3Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat58

Gambar 3.17. Tingkat Keterbukaan Informasi Layanan di Tingkat Pusat

Gambar 3.17 menjelaskan bahwa tingkat keterbukaan informasi unit layanan di tingkat pusat ditunjukkan melalui pengumuman terbuka, informasi terkait prosedur, persyaratan, waktu dan biaya layanan oleh unit layanan. Yang harus menjadi perhatian unit layanan adalah masih adanya informasi terkait prosedur (16%), persyaratan (16%), waktu (17%) dan biaya (19%) yang baru dijelaskan petugas jika pengguna layanan bertanya. Bahkan masih ada unit layanan yang tidak transparan mengumumkan/menjelaskan informasi terkait prosedur (1%), persyaratan (1%), waktu (3%), dan biaya (2%).

3. Pemanfaatan Teknologi Informasi

Pemanfaatan teknologi informasi juga menjadi dasar pengukuran dalam sistem administrasi. Dari total responden (1.290 orang) yang disurvei, hanya 20% pengguna layanan yang menjawab pernah menggunakan teknologi informasi saat pengurusan layanan. Tujuan pengguna layanan menggunakan teknologi informasi adalah untuk mengetahui informasi terkait layanan yang diurus (54%), memproses layanan (28%), dan mengetahui status penyelesaian pengurusan layanan (18%). Seperti ditunjukkan oleh Gambar 3.18.

36%

34%

38%

33%

22%

25%

23%

21%

16%

19%

1%

2%

24%

27%

23%

19%

16%

17%

1%

3%

Prosedur

Waktu

Persyaratan

Biaya

Diumumkan terbuka

Dijelaskan hanya jika ditanya

Diumumkan terbuka dan dijelaskan tanpa ditanya

Tidak ada pengumuman/penjelasan

Dijelaskan petugas tanpa ditanya

Bab 3Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat

Survei Integritas Sektor Publik 2011

59

Gambar 3.18. Tingkat Penggunaan Teknologi Informasi Layanan di Instansi Pusat

3.3.3. Perilaku Individu di Layanan Publik Tingkat Pusat

Terjadinya gratifikasi pada suatu unit layanan bukan hanya disebabkan oleh faktorkelembagaan, namun ditentukan oleh faktor individu-individu yang terlibat dalam suatu proses layanan. Individu tersebut dapat berasal dari internal unit layanan, yaitu petugas yang memberikan layanan dan individu yang berasal dari eksternal unit layanan, yaitu masyarakat pengguna unit layanan. Salah satu faktor yang berasal dari individu internal adalah sikap atau perlakuan petugas dalam memberikan pelayanan. Petugas yang cenderung membeda-bedakan pelayanan, terutama bila berdasarkan pemberian yang diterima dari pengguna layanan, mendorong pengguna layanan untuk memberikan uang tambahan pada petugas tersebut agar mendapat perlakuan istimewa dari petugas unit layanan. Tiga sub-indikator dalam menilai indikator perilaku individu (7,20) yaitu keadilan dalam layanan (7,32), ekspektasipetugasterhadapgratifikasi(7,33),danperilakupenggunalayanan(6,83).

Tabel 3.17. Nilai Indikator Perilaku Individu Instansi Pusat beserta Sub Indikator

INDIKATOR SUB-INDIKATOR

Perilaku Individu (0,280) 7,20

Keadilan dalam Layanan (0,413) 7,32

EkspektasiPetugasterhadapGratifikasi(0,327) 7,33

Perilaku Pengguna Layanan (0,260) 6,83

Secara umum penilaian pengguna layanan atas keadilan dalam layanan, ekspektasi petugas terhadap gratifikasi dan perilaku pengguna layanan cenderung baik dan di atas standarminimum. Dari total 22 instansi, gambaran peringkat dan indeks integritas yang dikaji berdasarkan integritas indikator perilaku individu dapat dilihat pada Tabel 3.18 berikut.

Tabel 3.18. Peringkat Indeks Integritas Perilaku Individu Tingkat Pusat

80%

20%

TidakPernah

Pernah

Tingkat Penggunaan Tujuan Penggunaan

Mengetahui informasi layanan yang diurus

Memproses layanan

Mengetahui status penyelesaian pengurusan

54%

28%

18%

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 3Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat60

Nilai Perilaku Individu dalam Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat menunjukkan rentang yang cukup lebar, berkisar dari 5,09 pada Kementerian Perdagangan sampai 8,03 pada PT Jamsostek. Penjelasan lebih lanjut mengenai 3 sub indikator penyusun indikator Perilaku Individu disampaikan pada bagian berikut.

1. Keadilan dalam Layanan

Keadilandalamlayanandidefinisikansebagaitindakan,sikappetugasunitlayanandalammemberikan layanan kepada pengguna layanan tanpa pembedaan perlakuan dalam hal apapun juga.Terkait dengan keadilan dalam memberikan layanan, terdapat 18% responden mengaku bahwa petugas layanan membeda-bedakan perlakuan pada saat pengurusan layanan.

Gambar 3.19. Pembedaan Perlakuan Petugas Layanan di Instansi Pusat Fakta terhadap perilaku petugas layanan di tingkat pusat, terdapat 18% pengguna

Instansi Pusat Pembedaan Perlakukan Petugas Layanan pada Unit Layanan Tingkat Pusat 5 Tertinggi Dan 5 Terendah (dalam %)

100

100

100

100

100

47

43

30

Ya, Selalu

Ya, kadang-kadang

Tidak Membedakan

Izin Agen Domestik LPG 12kg dan 50kg (PT Pertamina)

Izin Edar Alat Kesehatan (Pembuatan Baru/Perpanjangan) (Kemenkes)

Izin Pemeasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman Pangan (Kementan)

Izin Penyiaran TV(Kemenkominfo)

Izin Penyimpanan dan Pengangkutan (Kementerian ESDM)

Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (Kemenkertrans)

Pelayanan Pengujian Mutu Barang (Kemendag)

Pelayanan Pengolahan Properti Bandara (PT Angkasa Pura II)

Layanan Data Akses Pasar Domestik (Kemenkop dan UKM)

Perijinan Ekspor/Impor Barang Kategori Makanan dan Obat (BPOM)

40

50

13

7

77

70

23

27 40 33

82%

2%

16%

NO INSTANSI NILAI

1 PT. Jamsostek (Persero) 8,03

2 Kementerian Perindustrian 7,82

3 Kementerian Kesehatan 7,80

4 PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) 7,79

5 PT. Pertamina (Persero) 7,78

6 Kementerian Kehutanan 7,77

7 Kementerian Komunikasi dan Informatika 7,74

8 PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) 7,74

9 Kementerian Pendidikan Nasional 7,67

10 Kementerian Pertanian 7,65

11 Kementerian Perhubungan 7,55

12 Kementerian Kelautan dan Perikanan 7,47

NO INSTANSI NILAI

13 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 7,25

14 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) 7,10

15 Badan Pengawas Obat dan \Makanan (Badan POM) 7,07

16Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

7,00

17 Mahkamah Agung 6,93

18 PT. Angkasa Pura II (Persero) 6,74

19 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 6,15

20 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi 6,14

21 Kementerian Agama 5,92

22 Kementerian Perdagangan 5,09

Bab 3Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat

Survei Integritas Sektor Publik 2011

61

layanan merasakan adanya perbedaan perlakuan dari petugas saat proses pengurusan layanan. Pada layanan Perijinan Ekspor/Impor barang kategori makanan dan obat (Badan Pengawasan Obat dan Makanan), 67% responden mengaku mendapat perlakuan yang berbeda dari petugas, bahkan merasa selalu dibedakan (27%). Sedangkan pada unit Pelayanan Data Akses Pasar Domestik (Kemenkop dan UKM) 77% responden merasakan kadang-kadang ada perbedaan perilaku petugas layanan. Namun pada 5 unit layanan dengan nilai tertinggi pada sub indikator ini, seluruh responden (100%) menjawab tidak pernah merasakan perbedaan perlakuan petugas layanan saat proses pengurusan layanan.

2. Ekspektasi Petugas Terhadap Gratifikasi

Perilaku petugas layanan lainnya yang juga berpengaruh terhadap integritas layanan adalahekspektasipetugasterhadapgratifikasi.Artinyapetugaslayananmelaluisinyal-sinyaltertentubaiklangsungmaupuntidaklangsungmengharapkanimbalan/gratifikasidari pengguna layanan. Hasil survei menunjukkan bahwa 29% responden menjawab pemberian uang tambahan terjadi salah satunya karena petugas meminta uang tambahan/gratifikasi. Tabel berikut akan menjelaskan bagaimana cara petugas meminta uangtambahan kepada pengguna layanan. Dari 8% responden yang mengaku memberikan gratifikasipadapetugas,2%diantaranyamenjawabkarenapetugas layananmemintauang tambahan secara langsung dan terbuka, 3% responden menjawab petugas layanan meminta langsung tetapi tidak terbuka dan 1% lainnya menjawab melalui pihak lain. Sisanya, sebagian besar responden (9%) menjawab bahwa merekalah yang berinisiatif memberikan uang tambahan kepada petugas saat pengurusan layanan.

Gambar 3.20. Cara Petugas Meminta Uang Tambahan di Tingkat Pusat

Pada unit layanan dengan nilai cara petugas meminta uang tambahan rendah, terlihat bahwa cara petugas meminta dan menerima uang tambahan cukup bervariasi. Pada layanan Pengujian Mutu Barang (Kemendag) permintaan secara langsung terbuka terlihat dominan, sementara pada layanan Cargo (PT Angkasa Pura II) permintaan melalui pihak lain yang paling dominan.

3. Perilaku Pengguna Layanan

Instansi Pusat Cara Petugas Meminta Uang Tambahan pada Unit Layanan Tingkat Pusat 5 Tertinggi Dan 5 Terendah (dalam %)

100

100

100

100

100

30

46

33

Izin Agen Domestik LPG 12kg dan 50kg (PT Pertamina)

Izin Edar Alat Kesehatan (Pembuatan Baru/Perpanjangan) (Kemenkes)

Izin Pemasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman Pangan (Kementan)

Izin Penyiaran TV(Kemenkominfo)

Izin Penyimpanan dan Pengangkutan (Kemetenterian ESDM)

Persetujuan Impor Barang Modal Bukan Baru (Baru dan Perpanjangan)

(Kemendag)

Pelayanan Cargo (PT Angkasa Pura II)

Pelayanan Data Akses Pasar Domestik (Kemenkop dan UKM)

Pelayanan Pengujian Mutu Barang (Kemendag)

Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (Kemenaketrans)

17 7 23

3

7

3332011

1630

33

37

10 50 7

85%

9%

1%

3%

2%

10 7

5710

Langsung terbuka

Langsung tidak terbuka

Melalui pihak lain

Responden yg inisiatif memberi

Tidak ada yg berinisiatif

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 3Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat62

Inisiasi adanya uang tambahan dalam layanan publik bukan semata-mata dari petugas layanan. Pengguna layanan juga berperan dalam suburnya praktik adanya uang tambahan di layanan publik. Terlihat pada gambar 3.20, 9% pengguna layanan menyatakan bahwa inisiatif pemberian uang tambahan dalam proses layanan berasal dari pengguna layanan sendiri.

3.3.4. Pencegahan Korupsi di Layanan Publik Instansi Pusat

Salahsatuupayayangdapatdilakukanuntukmengatasimasalahgratifikasiadalahdenganmelakukan tindakan pencegahan. Upaya tersebut salah satunya dapat diukur melalui upaya antikorupsi dan mekanisme pengaduan pengguna layanan yang dilakukan oleh unit layanan.

Tabel 3.19. Nilai Indikator Pencegahan Korupsi Instansi Pusat beserta Sub Indikator

INDIKATOR SUB-INDIKATOR

Pencegahan Korupsi (0,313) 4,84Tingkat Upaya Anti Korupsi (0,750) 4,94

Mekanisme Pengaduan Masyarakat (0,250) 4,55

Penilaian responden terhadap indikator pencegahan korupsi yaitu 4,84. Nilai ini masih berada di bawah standar minimum yang ditetapkan oleh KPK 6.00. Kondisi ini menggambarkan bahwa upaya anti korupsi (4,94) dan mekanisme pengaduan masyarakat 4,55 pada unit layanan pusat cenderung rendah. Gambaran peringkat dan indeks integritas berdasarkan integritas indikator pencegahan korupsi dapat dilihat pada Tabel 3.20 berikut.

Tabel 3.20. Peringkat Indeks Integritas Pencegahan Korupsi di Instansi Pusat

Tabel 3.20 menjelaskan bahwa hanya 1 instansi yang memiliki nilai pencegahan korupsi sesuai dengan standar yang ditetapkan KPK. Sedangkan 21 yang lain berada di bawah 6, bahkan terdapat instansi yaitu Kementerian Koperasi dan UKM dan PT Pelayanan Nasional Indonesia dengan nilai pencegahan korupsi di bawah 3,00. Penjelasan lebih lanjut mengenai 2 subindikator penyusun indikator Pencegahan Korupsi dijelaskan dalam bagian berikut.

1. Tingkat Upaya Antikorupsi

Program kampanye anti korupsi di unit layanan saat ini masih rendah. Sebanyak 21 persen pengguna layanan menyatakan tidak melihat adanya media/kegiatan antikorupsi. Bagi pengguna layanan yang melihat ada media/kegiatan antikorupsi, umumnya menyatakan bahwa hanya satu media/kegiatan antikorupsi yang terlihat pada unit layanan tersebut (78%). Pada Instansi tingkat pusat, masih ada yang unit layanannya tidak memiliki sama sekali media/kegiatan antikorupsi seperti pada layanan muatan barang general cargo PT Pelayaran Nasional Indonesia.

NO INSTANSI NILAI

1 Mahkamah Agung 6,21

2 Badan Koordinasi Penanaman Modal 5,84

3 Kementerian Kesehatan 5,83

4 Kementerian Perhubungan 5,83

5 Kementerian Perindustrian 5,83

6 Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) 5,66

7 PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) 5,56

8 Kementerian Perdagangan 5,38

9 Kementerian Pertanian 5,31

10 Kementerian Komunikasi dan Informatika 5,29

11 PT. Angkasa Pura II (Persero) 5,20

12 PT. Pertamina (Persero) 5,15

NO INSTANSI NILAI

13 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi 5,14

14 PT. Jamsostek (Persero) 5,06

15 Kementerian Agama 4,91

16 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 4,26

17Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

3,94

18 Kementerian Kelautan dan Perikanan 3,90

19 Kementerian Kehutanan 3,88

20 Kementerian Pendidikan Nasional 3,66

21 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 2,92

22 PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) 2,37

Bab 3Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat

Survei Integritas Sektor Publik 2011

63

Gambar 3.21 Ketersediaan Program Kampanye Antikorupsi di Instansi Pusat

Program kampanye Antikorupsi di unit layanan paling banyak berbentuk stiker/poster/spanduk (89%), sedangkan sisanya dalam bentuk lain, yaitu buku/komik/modul, workshop/seminar antikorupsi kepada masyarakat atau petugas layanan dan atribut pada pakaian petugas (pin, baju dsb) seperti terlihat pada Gambar 3.22.

Gambar 3.22. Bentuk-Bentuk Kegiatan/Media Anti Korupsi di Instansi Pusat

2. Mekanisme Pengaduan Masyarakat

Selain kampanye anti korupsi, faktor lain yang menjadi ukuran apakah suatu instansi telah melaksanakan pencegahan korupsi yaitu adanya mekanisme pengaduan masyarakat. Sub indikator ini menunjukkan respon petugas unit layanan terhadap pengaduan yang disampaikan oleh masyarakat. Pengaduan masyarakat merupakan salah satu cara masyarakat mengontrol unit layanan. Dari pengaduan yang masuk, unit layanan dapat melakukan pembenahan yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas layanan yang diberikan.

Terkait media pengaduan, sebagian responden (56%) menjawab bahwa media pengaduan yang tersedia di unit layanan hanya satu media. Sisanya ada yang menjawab dua media (9%), dan lebih dari dua (9%). Namun yang perlu menjadi perhatian adalah 26% Pengguna Layanan menjawab bahwa unit layanan tidak menyediakan media pengaduan.

21%1%

78%

Satu Media/Kegiatan 2-5 Media/Kegiatan Tidak ada

88%

7%

2%

2%

1%

Sticker/poster/spanduk

Buku/Komik/Modul dll

Workshop/Seminar Masyarakat

Petugas pakai atribut (pin, baju, dll)

Workshop/Seminar Petugas Layanan

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 3Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat64

Gambar 3.23. Tingkat Aksesibilitas dan Media Pengaduan Instansi Pusat

Pada unit layanan dengan nilai tingkat aksesibilias yang rendah terlihat bahwa mayoritas (hampir 100%) tidak memiliki media pengaduan.

Kemudahan responden dalam menyampaikan pengaduan tidak efektif apabila tidak ada tindak lanjut atau tanggapan petugas. Berdasarkan pengalaman pengguna layanan, bagaimana tanggapan petugas atas pengaduan ditunjukkan pada Gambar 3.24

Gambar 3.24. Respon Petugas Terhadap Pengaduan di Layanan Instansi Pusat

Dari pengaduan yang telah disampaikan pengguna layanan (68%), respon yang diterima

Instansi Pusat Tingkat Aksesibilitas Unit Layanan Pusat 5 tertinggi dan 5 terendah (dalam %)

47

10 63 27

100

100

Layanan Jaminan Kecelakaan Kerja PT Jamsostek

Pelayanan Pengujian Mutu Barang (Kemendag)

Pelayanan Cargo(PT Angkasa Pura II)

Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (Kementerian Kehutanan)

Penerbitan Angka Pengenal Impor Produsen (BKPM)

Izin Penyimpanan Pengangkutan (Kementerian ESDM)

Penyetaraan Ijazah Luar Negeri (Kemendiknas)

Izin Penyiaran TV (Kemenkominfo)

Izin Pemasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman Pangan

(Kementan)

Pelayanan Pengelolaan Properti Bamdara (PT Angkasa Pura II)

100

100

973

3

8

97

92

56%

68%

26%

23%

Satu

Mudah

Tidak Ada Media

TidakTersedia

Dua

Sangat Mudah

Lebih dari dua

Sulit

9%

5%

9%

4%

Media Pengaduan

Aksesbilitas

97

833 13

3

53

404713

Instansi Pusat

68% 62%

32% 27%

PernahDitampung

Tidak DitanggapiDitindaklanjuti

DiabaikanDitolak

11% 1% 1%

Bab 3Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat

Survei Integritas Sektor Publik 2011

65

masih sebatas ditanggapi (27%) dan ditampung (62%) saja oleh petugas layanan. Hanya sebagian kecil saja yang ditindaklanjuti (11%) atas pengaduan masyarakat tersebut.

Upaya menaikkan nilai potensi integritas menunjukkan keseriusan unit layanan dan instansi di sektor layanan publik dalam memerangi korupsi secara komprehensif di luar upaya penindakan yang dilakukan. Semakin intensif usaha-usaha dilakukan untuk meningkatkan potensi integritas, maka semakin efektif pula upaya pemberantasan korupsi bisa dilakukan di unit layanan dan instansi yang bersangkutan.

Komisi Pemberantasan Korupsi dalam perannya sebagai trigger mechanism sangat mendorong upaya-upaya pemberantasan korupsi melalui perbaikan layanan publik. Potret kondisiaktualpelayananpublikterkaitdengantransparansi,uap,pungutanliar,gratifikasi,sistem administrasi, perilaku individu, lingkungan kerja dan upaya-upaya pencegahan korupsiinidilakukanjugadalamupayameningkatkanefektifitaspemberantasankorupsiyang dilakukan KPK terutama di sektor layanan publik.

Bab 4Indeks Integritas Sektor Publik Tingkat Vertikal

Survei Integritas Sektor Publik 2011

67

4Indeks IntegritasSektor PublikTingkat Vertikal

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 4Indeks Integritas Tingkat Sektor Publik Vertikal68

Indeks integritas sektor publik instansi vertikal pada tahun 2011 dihasilkan berdasarkan survei terhadap 8.580 responden dari 15 unit layanan pada 7 instansi vertikal yang ada di 20 kota. Masing-masing instansi diwakili oleh 2 (dua) unit layanan kecuali Kementerian Keuangan oleh 4 (empat) unit layanan dan Kementerian Agama oleh 1 (satu) unit layanan.

4.1. Total Integritas Vertikal

Indeks integritas vertikal merupakan satu dari unsur penyusun indeks integritas nasional di luar indeks integritas pusat dan daerah. Pengalaman dan potensi integritas di tingkat vertikal merupakan variabel penyusunnya. Kedua variabel tersebut didukung oleh 6 (enam) indikator dan 18 (delapan belas) sub indikator yang diterjemahkan dalam 24 butir pertanyaan kuesioner. Nilai masing-masing variabel, indikator dan sub indikator dari integritas vertikal ditunjukkan dalam Tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1. Indeks Integritas, Variabel, Indikator dan Sub Indikator Instansi Vertikal

INTEGRITAS VARIABEL INDIKATOR SUB-INDIKATOR

Integritas Total (1.00) = 6,40

Pengalaman Integritas (0.667)

6,55

Pengalaman Korupsi (0.250) 6,61

Jumlah / Besaran Gratifikasi (0.210) 5,96

Frekuensi Pemberian Gratifikasi (0.550) 6,96

Waktu Pemberian Gratifikasi (0.240) 6,39

Cara Pandang TerhadapKorupsi (0.750)

6,53Arti Pemberian Gratifikasi (0.250) 7,16

Tujuan Pemberian Gratifikasi (0.750) 6,32

Potensi Integritas (0.333)

6,10

Lingkungan Kerja (0.127) 7,15

Kebiasaan Pemberian Gratifikasi (0.392) 6,23

Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur (0.164) 9,18

Keterlibatan Calo (0.221) 7,11

Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan (0.100) 7,56

Suasana/Kondisi di sekitar Pelayanan (0.123) 7,17

Sistem Adminis-trasi (0.280) 6,38

Kepraktisan SOP(0.281) 6,61

Keterbukaan Informasi (0.584) 6,42

Pemanfaatan Teknologi Informasi (0.135) 5,69

Perilaku Individu (0.280) 6,65

Keadilan dalam Layanan (0.413) 7,09

Ekspektasi Petugas terhadap Gratifikasi (0.327) 6,57

Perilaku Pengguna Layanan (0.260) 6,03

Pencegahan Korupsi (0.313) 4,94

Tingkat Upaya Anti Korupsi (0.750) 4,91

Mekanisme Pengaduan Masyarakat (0.250) 5,00

Pada tahun 2011, Indeks Integritas Vertikal (IIV) adalah 6,40, sedikit lebih tinggi dari standar minimal KPK yaitu 6. Kedua variabel pengalaman integritas dan potensi integritas memberikan kontribusi yang tidak terlalu jauh berbeda pada nilai IIV. Namun, indikator pencegahan korupsi dengan nilai 4,94 masih jauh di bawah standar yang ditetapkan. Seluruh sub indikator di pencegahan korupsi harus secara intensif segera dilakukan perbaikan. Sub indikator lain yang nilainya belum memenuhi standar adalah jumlah besaran gratifikasi (5,96), pemanfaatan teknologi informasi (5,69), tingkat upaya anti korupsi (4,91) dan mekanisme pengaduan masyarakat (5,00). Peringkat dan nilai Indeks Integritas Vertikal Tahun 2011 dijelaskan pada Tabel 4.2 berikut.

Indeks Integritas Sektor PublikTingkat Vertikal

Bab 4Indeks Integritas Sektor Publik Tingkat Vertikal

Survei Integritas Sektor Publik 2011

69

Tabel 4.2. Peringkat Integritas Instansi Vertikal

NO PEMERINTAH DAERAH PENGALAMAN INTEGRITAS NO PEMERINTAH DAERAH PENGALAMAN

INTEGRITAS

1 Kementerian Keuangan 7,56 5 Badan Pertanahan Nasional 6,07

2 PT. PLN (Persero) 6,38 6 Kepolisian Negara RI 5,76

3 Mahkamah Agung 6,34 7 Kementerian Agama 5,41

4 Kementerian Hukum dan HAM 6,09

Lima instansi vertikal mendapatkan nilai di atas 6, sedangkan 2 instansi vertikal yaitu Kementerian Agama dan Kepolisian RI nilainya masih di bawah standar minimal yang ditetapkan.

Jika dilihat lebih lanjut Indeks Integritas Vertikal berdasarkan kota yang disurvei, maka dapat dilihat bahwa Indeks Integritas Instansi Vertikal di kota Pontianak memiliki indeks integritas tertinggi yaitu 7,43 sedangkan peringkat terendah Kota Palu dengan indeks integritas 4,96. Peringkat integritas vertikal berdasarkan kota yang disurvei dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Indeks dan Peringkat Integritas Instansi Vertikal di Daerah

No

Instansi Kemenkeu Kepolisian BPN Kumham Keme-nag MA PT. PLN

Indeks Gabun-

ganKota Lelang KPKNL

Bea Mas-uk

P5KP SP2D SIM SKCK Sertifi-kat

Ka-das-tral

Paspor LP KUA P. Tilang

P. Umum

T. Daya

P. Baru

1 Pontianak 7,94 - 7,63 7,94 7,73 8,19 6,88 6,73 7,16 7,52 7,49 7,47 6,39 7,74 7,56 7,43

2 Yogyakarta 7,53 - 7,59 7,58 7,26 7,24 7,69 7,70 7,08 7,39 7,14 6,39 7,36 7,63 7,40 7,36

3 Padang 7,94 - 7,97 7,94 4,83 7,47 7,01 6,57 5,38 7,51 5,52 7,63 7,56 7,73 7,68 7,05

4 Denpasar 7,51 - 7,64 7,79 6,93 7,51 4,81 3,89 7,25 6,74 7,18 7,44 7,41 7,66 7,94 6,98

5 Kupang 7,58 - 7,18 7,74 6,49 6,81 7,33 7,02 5,30 7,47 5,74 7,36 7,25 7,34 6,66 6,95

6 Jayapura 7,80 - 7,90 7,83 5,83 7,49 6,51 7,68 6,97 4,58 6,75 6,67 6,73 7,07 7,04 6,92

7 Ambon - - 7,91 7,93 3,85 4,83 7,72 7,50 6,95 7,79 5,81 7,67 7,60 6,90 5,75 6,79

8 BandarLampung 7,32 - 7,46 7,46 6,25 6,77 5,61 7,24 7,11 6,10 6,21 6,52 5,52 7,13 6,83 6,68

9 Banjar-masin 7,60 - 7,76 7,82 5,98 6,54 6,24 6,51 5,46 6,22 6,46 7,26 6,96 5,55 6,61 6,64

10 Mataram 7,46 - 7,98 7,90 4,91 5,19 7,24 7,48 4,61 7,81 3,89 7,74 7,73 7,50 5,34 6,63

11 Surabaya 7,55 7,26 7,51 7,56 7,57 6,69 6,33 4,48 5,88 7,53 4,51 2,86 4,97 7,88 7,91 6,50

12 Medan 7,46 7,35 7,41 7,44 4,41 5,72 7,42 6,25 5,23 3,43 6,52 4,65 7,40 7,23 6,54 6,34

13 Banda Aceh 6,41 - 7,16 7,25 6,29 6,37 6,23 6,51 5,97 6,43 5,55 6,52 6,12 5,59 6,03 6,32

14 Makasar 7,89 - 7,71 7,72 3,74 7,15 4,24 5,59 4,54 6,70 6,50 6,93 7,27 6,82 5,56 6,31

15 DKI Jakarta 7,61 7,18 7,66 7,71 5,74 4,93 6,85 7,78 5,22 6,83 3,60 4,40 7,56 3,33 7,27 6,30

16 Bandung 6,53 - 7,31 7,29 4,38 5,56 5,65 6,70 6,85 5,79 4,71 5,61 6,34 7,08 4,13 5,99

17 Palembang 7,75 - 7,82 7,85 3,54 6,50 5,28 3,93 3,55 5,29 4,04 7,01 6,98 5,94 5,39 5,78

18 Balikpapan* - 5,36 - - - - - - - - - - - - - 5,36

19 Manado 7,64 - 7,85 7,78 3,83 5,01 5,48 5,78 4,77 3,26 3,72 6,35 3,77 4,56 3,30 5,22

20 Semarang 7,71 7,86 7,78 7,58 3,32 4,56 3,23 3,32 4,13 7,20 3,36 4,81 4,73 4,95 3,46 5,20

21 Palu 7,41 - 7,69 7,63 3,68 3,82 3,12 3,18 5,32 7,11 2,85 3,48 3,10 7,59 3,50 4,96

Integritas Layanan 7,51 7,03 7,65 7,69 5,33 6,20 6,04 6,09 5,74 6,43 5,41 6,24 6,44 6,66 6,10 6,40

IIV 7,56 5,76 6,07 6,09 5,41 6,34 6,38 6,40

*Kota Balikpapan hanya untuk satu unit layanan yaitu Pelayanan Pengurusan Impor Barang (Bea Masuk) di DJBC-Kemenkeu

Secara umum Indeks Integritas Instansi Vertikal di 3 kota yaitu Pontianak, Yogyakarta dan Padang sudah cukup baik karena nilai rata-ratanya lebih dari 7 walaupun masih ada beberapa layanan vertikal yang nilainya kurang dari 7 tetapi lebih besar dari 6. Sedangkan 6 kota memiliki rata-rata indeks integritas vertikal kurang dari 6 yaitu Bandung, Palembang, Balikpapan (hanya 1 layanan), Manado, Semarang dan Palu. Pada 6 kota tersebut, masih terdapat nilai indeks integritas layanan di beberapa instansi (SIM dan SKCK di Kepolisian, Pembuatan Sertifikat dan Kadastral di BPN, Paspor dan Layanan Lembaga Pemasyarakatan di Kemenkumham, KUA di Kemenag, Peradilan Tilang dan Umum di Mahkamah Agung dan Pemasangan Baru dan Pemasangan Kembali di PLN) yang nilainya kurang dari 4.

Nilai integritas vertikal jika didasarkan pada unit layanan pada 20 kota menunjukkan masih terdapat 3 unit layanan pada 3 instansi yang memiliki nilai di bawah standar yang ditetapkan. Indeks integritas untuk masing-masing unit layanan instansi vertikal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 4Indeks Integritas Tingkat Sektor Publik Vertikal70

Tabel 4.4. Peringkat Indeks Integritas Unit Layanan Instansi Vertikal

NO INSTANSI UNIT LAYANAN INTEGRITAS

1 Kementerian Keuangan Pelayanan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) di KPPN 7,69

2 Kementerian Keuangan Pelayanan Penyelesaian Permohonan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak 7,65

3 Kementerian Keuangan Pelayanan Lelang di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) 7,51

4 Kementerian Keuangan Pelayanan Pengurusan Impor Barang ( Bea Masuk) di DJBC 7,03

5 PT. PLN (Persero) Layanan Tambah Daya 6,66

6 Mahkamah Agung Peradilan Umum 6,44

7 Kementerian Hukum dan HAM Layanan Lembaga Pemasyarakatan 6,43

8 Mahkamah Agung Peradilan Tilang 6,24

9 Kepolisian Negara RI Pembuatan Surat Keterangan Catatan Kepolisian 6,20

10 PT. PLN (Persero) Layanan Pemasangan baru dan Pemasangan Kembali 6,10

11 Badan Pertanahan Nasional Pengukuran dan Pemetaan Kadastral 6,09

12 Badan Pertanahan Nasional Pembuatan Sertifikat 6,04

13 Kementerian Hukum dan HAM Pembuatan dan Perpanjangan Paspor 5,74

14 Kementerian Agama Layanan Administrasi Pernikahan di KUA 5,41

15 Kepolisian Negara RI Pembuatan dan Perpanjangan SIM 5,33

Dari hasil survei yang dilakukan pada 15 unit layanan instansi vertikal, maka 4 indeks integritas dengan nilai yang tertinggi diperoleh unit layanan yang berada di bawah Kementerian Keuangan. Pelaksanaan layanan vertikal di daerah menunjukkan bahwa unit layanan yang berada di bawah Kementerian Keuangan umumnya memiliki integritas relatif baik hampir di semua kota. Artinya, standar layanan pada unit layanan Kemenkeu secara konsisten ditaati oleh unit layanan di tingkat daerah. Selain Kementerian Keuangan, unit layanan di PLN pada beberapa kota juga menunjukkan perkembangan yang baik.

Gambar 4.1. menjelaskan bahwa unit layanan vertikal yang berada di Kota Padang rata-rata memiliki nilai integritas baik. Sebaliknya yang terjadi di kota Palu, 4 layanan dari 3 instansi dinilai pengguna layanan memiliki integritas yang rendah.

Gambar 4.1. Indeks Integritas Unit Layanan Instansi Vertikal (5 Tertinggi dan 5 Terendah)

7,98

7,97

7,94

7,94

7,94

3,18

3,12

3,10

2,86

2,85

Permohonan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak - Kemenku (Mataram)

Permohonan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak - Kemenkeu (padang)

Pemasangan Baru dan Kembali - PT PLN (Denpasar)

SP2D di KPPN - Kemenkeu (Padang)

Pelayanan Lelang di KPKNL - Kemenkeu (Padang)

Pengukuran dan Pemetaan Kadastral - BPN (Palu)

Pembuatan Sertifikat - BPN (Palu)

Peradilan Umum - MA (Palu)

Peradilan Tilang - MA (Surabaya)

Adm. Pernikahan - Kemenag (Palu)

Bab 4Indeks Integritas Sektor Publik Tingkat Vertikal

Survei Integritas Sektor Publik 2011

71

4.2. Pengalaman Integritas Tingkat Vertikal

Pengalaman integritas vertikal dengan nilai 6,55 disusun dari indikator pengalaman korupsi dengan nilai 6,61 dan cara pandang terhadap korupsi dengan nilai 6,53. Masing-masing indikator disusun dari sub indikator dengan rentang nilai antara 5,96 sampai 7,16 seperti dapat ditunjukkan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Nilai Pengalaman Integritas beserta Indikator dan Sub Indikator Instansi Vertikal

VARIABEL INDIKATOR SUB-INDIKATOR

Pengalaman Integritas (0.667)

6,55

Pengalaman Korupsi (0.250) 6,61

Jumlah / Besaran Gratifikasi (0.210) 5,96

Frekuensi Pemberian Gratifikasi (0.550) 6,96

Waktu Pemberian Gratifikasi (0.240) 6,39

Cara Pandang TerhadapKorupsi (0.750) 6,53

Arti Pemberian Gratifikasi (0.250) 7,16

Tujuan Pemberian Gratifikasi (0.750) 6,32

Tabel 4.5 menjelaskan bahwa nilai indikator dan sub indikator pada variabel pengalaman integritas adalah 6,55, lebih besar dari standar minimum yang ditetapkan KPK. Namun demikian masih terdapat 1 sub indikator yang nilainya di bawah standar yaitu jumlah/besaran gratifikasi (5,96).

Nilai pengalaman integritas tertinggi 7,88 dicapai oleh Kementerian Keuangan dan nilai terendah 5,41 oleh Kementerian Agama. Kepolisian RI adalah instansi lain dengan nilai pengalaman integritas lebih rendah dari standar yang ditetapkan.

Tabel 4.6. Peringkat Indeks Pengalaman Integritas Instansi Vertikal NO PEMERINTAH DAERAH NILAI NO PEMERINTAH DAERAH NILAI

1 Kementerian Keuangan 7,88 5 Badan Pertanahan Nasional 6,18

2 Mahkamah Agung 6,61 6 Kepolisian Negara RI 5,74

3 PT. PLN (Persero) 6,45 7 Kementerian Agama 5,41

4 Kementerian Hukum dan HAM 6,23

Gambar. 4.2. Nilai Pengalaman Integritas di Unit Layanan Instansi Vertikal 5 Tertinggi dan 5 Terendah

8,19

8,19

8,19

8,19

8,19

2,47

2,41

2,36

2,35

1,78

SP2D di KPPN - Kemenkeu (Pontianak)

Lelang di KPKNL - Kemenkeu (Pontianak)

Administrasi Pernikahan - Kemenag (Pontoanak)

Pemasangan Baru dan Kembali - PT PLN (Surabaya)

Pemasangan Baru dan Kembali - PT PLN (Denpasar)

Peradilan Umum - MA (Palu)

Administrasi Pernikahan - Kemenag (Palu)

Lapas - Kemenhukam (Manado)

Tambah Daya - PT PLN (DKI Jakarta)

Pemasangan Badu dan Kembali - PT PLN (Manado)

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 4Indeks Integritas Tingkat Sektor Publik Vertikal72

Unit layanan dengan nilai pengalaman integritas lima tertinggi dan lima terendah ditunjukkan dalam Gambar 4.2. Nilai pengalaman integritas rendah terlihat pada unit layanan pasang baru dan kembali dan tambah daya dari PLN di 2 kota yaitu Manado dan DKI Jakarta, layanan Lembaga Pemasyarakatan di Manado, serta di Palu untuk layanan administrasi pernikahan dari Kementerian Agama dan Layanan Peradilan Umum dari Mahkamah Agung.

Layanan pada Kementerian Keuangan yaitu SP2D di KPPN dan lelang di KPKNL Kota Pontianak adalah layanan dengan pengalaman integritas tertinggi. Di kota yang sama, administrasi pernikahan juga mendapatkan nilai yang baik. Begitu juga dengan layanan PLN dalam hal pasang baru/kembali di Surabaya dan Denpasar.

4.2.1. Pengalaman Masyarakat terhadap Korupsi di Layanan Publik Tingkat Vertikal

Nilai indikator pengalaman korupsi tingkat vertikal adalah 6,61. Dari ketiga sub-indikator pengalaman korupsi, terdapat satu sub indikator yang berada di bawah nilai standar minimum 6.00 yaitu jumlah/besaran gratifikasi. Nilai indeks pengalaman korupsi pada 7 instansi vertikal ditunjukkan oleh Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Nilai Indikator Pengalaman Korupsi Beserta Sub Indikator Instansi Vertikal

INDIKATOR SUB-INDIKATOR

Pengalaman Korupsi (0.250) 6,61

Jumlah / Besaran Gratifikasi (0.210) 5,96

Frekuensi Pemberian Gratifikasi (0.550) 6,96

Waktu Pemberian Gratifikasi (0.240) 6,39

Dua instansi yaitu Kementerian Agama dan Kepolisian Negara RI masih memiliki nilai pengalaman integritas lebih rendah dari 6. Sedangkan Kementerian Keuangan adalah satu-satunya instansi dengan nilai pengalaman integritas mendekati 8, sebagaimana dapat di lihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Peringkat Indeks Integritas Pengalaman Korupsi Instansi VertikalNO PEMERINTAH DAERAH NILAI NO PEMERINTAH DAERAH NILAI

1 Kementerian Keuangan 7,93 5 Badan Pertanahan Nasional 6,22

2 Mahkamah Agung 6,70 6 Kepolisian Negara RI 5,92

3 PT. PLN (Persero) 6,50 7 Kementerian Agama 5,38

4 Kementerian Hukum dan HAM 6,25

Penjelasan tiap sub indikator dari indikator pengalaman korupsi dijelaskan pada bagian berikut.

1. Jumlah/Besaran Gratifikasi

Indeks integritas sub indikator jumlah/besaran gratifikasi adalah 5,96. Terdapat 27% dari total 8.580 responden yang mengaku memberikan biaya tambahan pada saat mengurus layanan. Biaya tambahan yang diberikan bervariasi, fakta memperlihatkan bahwa 10% pengguna layanan membayar biaya tambahan kurang dari 50% dan 17% mengaku membayar biaya tambahan lebih dari 50% sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.3.

Bab 4Indeks Integritas Sektor Publik Tingkat Vertikal

Survei Integritas Sektor Publik 2011

73

Gambar 4.3. Persentase Nilai Gratifikasi pada Tingkat Vertikal

Pada Gambar 4.3 menjelaskan bahwa BPN merupakan unit layanan yang pengguna layanannya mayoritas menyatakan bahwa persentase nilai gratifikasi yang dibayarkan lebih dari 50 persen.

2. Frekuensi Pemberian Gratifikasi

Indeks integritas sub indikator frekuensi pemberian gratifikasi adalah 6,96. Nilai tersebut sudah di atas nilai standar minimum yang ditetapkan oleh KPK. Gambar 4.4 menunjukkan bahwa terdapat 28% dari total 8.580 responden mengaku pernah memberikan biaya tambahan saat pengurusan layanan. Pada 5 unit layanan yang tertinggi memberikan gratifikasi dengan frekuensi 1 kali adalah Kadastral (BPN-Palu) 20%. Sedangkan dengan frekuensi 2 kali adalah Pasang baru dan kembali - (PT. PLN-Manado) 80% dan bahkan lebih dari 2 kali adalah Lembaga Pemasyarakatan - (Kemenkumham- Medan) 70%.

Gambar 4.4. Persentase dan Frekuensi Membayar Biaya Tambahan di Instansi Vertikal

73%

Sesuai >50% dari biaya resmi

<50% dari biaya resmi

17%

10%

100

100

100

100

100

Peradilan Umum - MA (Palu)

Kadastral - BPN (Semarang)

Pembuatan Sertifikat - BPN (Semarang)

Pembuatan Sertifikat - BPN (Palu)

Tambah daya - PT PLN (DKI Jakarta)

Sesuai >50% dari biaya resmi

<50% daribiaya resmi

Besaran Gratifikasi pada Unit Layanan Instansi Vertikal 5 Terendah (dalam%)

Lapas – Kemenkumham (Ambon)

Adm. Pernikahan – Kemenag (Pontianak)

Adm. Pernikahan – Kemenag (Medan)

Adm. Pernikahan – Kemenag (Jayapura)

Adm. Pernikahan – Kemenag (Denpasar)

Lapas – Kemenkumham(Medan)

Peradilan Umum – MA(Palu)

Kadastral – BPN (Palu)

Lapas – Kemenkumham (Jayapura)

Pasang baru dan kembali – PT. PLN (Manado)

Tidak Pernah

Instansi Vertikal Frekuensi Gratifikasi pada Unit Layanan Tingkat Vertikal5 Tertinggi dan 5 Terendah (dalam%)

1 Kali

1 kali 2 kali Lebih dari 2 kali Tidak Pernah

2 Kali Lebih dari 2 Kali

100

100

100

100

100

10

57

40

40

7 13

43

40

60

3

20

31480

73%

21%

2%4%

70

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 4Indeks Integritas Tingkat Sektor Publik Vertikal74

3. Waktu pemberian gratifikasi

Indeks integritas sub indikator waktu pemberian gratifikasi adalah 6,39. Waktu pemberian gratifikasi menunjukkan kapan pemberian uang tambahan dilakukan oleh pengguna layanan. Dari 27% pengguna layanan yang memberikan gratifikasi, 49% responden mengaku memberikan biaya tambahan di awal pengurusan layanan. Sedangkan responden lainnya mengaku di tengah proses (11%), di akhir pengurusan (25%) dan bahkan terdapat 15% responden mengaku memberikan pada 2 atau 3 tahap proses pengurusan layanan. Unit layanan yang memberikan tertinggi pada kombinasi 2 atau 3 tahap proses adalah unit layanan Peradilan Umum (MA-Palu) 33% sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.5 berikut.

Gambar 4.5. Waktu Memberikan Biaya Tambahan di Instansi Vertikal

Unit layanan dengan waktu pemberian gratifikasi tertinggi di awal pengurusan layanan adalah Lembaga Pemasyarakatan (Kemenkumham - Manado) (100%). Unit layanan Administrasi Pernikahan (Kemenag) di DKI Jakarta pengguna layanannya mayoritas juga memberikan biaya tambahan di awal proses layanan (67%).

4.2.2 Cara Pandang Masyarakat terhadap Korupsi di Layanan Publik Instansi Vertikal

Nilai indikator cara pandang terhadap korupsi 6,53 disusun oleh 2 (dua) nilai sub indikator yaitu arti pemberian gratifikasi dengan nilai 7,16 dan tujuan pemberian gratifikasi dengan nilai 6,32, sebagaimana dapat di lihat pada tabel 4.9. Nilai indikator tersebut untuk mengetahui bagaimana masyarakat memandang korupsi di instansi/lembaga pelayanan publik. Cara pandang masyarakat inilah yang akan mempengaruhi proses pengurusan layanan untuk memberikan atau tidak biaya tambahan/gratifikasi tersebut.

Tabel 4.9. Nilai Indikator Cara Pandang Korupsi Beserta Sub Indikator Instansi Vertikal

INDIKATOR SUB-INDIKATOR

Cara Pandang Terhadap Korupsi (0.750) 6,53

Arti Pemberian Gratifikasi (0.250) 7,16

Tujuan Pemberian Gratifikasi (0.750) 6,32

Adm. Pernikahan – Kemenag (Denpasar)

Adm. Pernikahan – Kemenag(Jayapura)

Adm. Pernikahan – Kemenag (Medan)

Adm. Pernikahan – Kemenag (Pontianak)

Lapas – Kemenkumham(Ambon)

Lapas – Kemenkumham(Manado)

Peradilan Umum – MA(Palu)

Adm. Pernikahan – Kemenag(Palu)

Kadastral – BPN(Palu)

Adm. Pernikahan – Kemenag (DKI Jakarta)

Awal Proses

Awal Proses Kombinasi 2 atau 3 Proses Saat Proses Akhir Proses Tidak Memberi

Instansi Vertikal Waktu Pemberian Gratifikasi pada Unit Layanan Instansi Vertikal5 Tertinggi d an 5 Terendah (dalam %)

Akhir Proses

Kombinasi 2 atau 3 Proses

Saat Proses

100

100

100

100

100

100

67

20

67

33

1040

206767

49%

25%

15%11%

30

10 10 13

Bab 4Indeks Integritas Sektor Publik Tingkat Vertikal

Survei Integritas Sektor Publik 2011

75

Secara keseluruhan nilai cara pandang responden terhadap tindakan korupsi relatif baik. Gambaran nilai cara pandang terhadap korupsi pada 7 intansi vertikal dijelaskan pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10. Peringkat Indeks Integritas Cara Pandang Terhadap Korupsi Instansi VertikalNO PEMERINTAH DAERAH NILAI NO PEMERINTAH DAERAH NILAI

1 Kementerian Keuangan 7,86 5 Badan Pertanahan Nasional 6,17

2 Mahkamah Agung 6,57 6 Kepolisian Negara RI 5,68

3 PT. PLN (Persero) 6,43 7 Kementerian Agama 5,42

4 Kementerian Hukum dan HAM 6,22

Seperti pada pengalaman korupsi, 2 instansi yaitu Kepolisian Negara RI dan Kementerian Agama masih mendapatkan nilai di bawah 6. Namun 4 instansi lain yaitu MA, PT.PLN, Kemenkumham dan BPN nilainya juga masih di sekitar 6. Hanya Kementerian Keuangan yang nilai cara pandang terhadap korupsi lebih dari 7.

Dua sub indikator cara pandang korupsi yaitu arti pemberian gratifikasi dan tujuan pemberian gratifikasi dijelaskan lebih rinci pada bagian berikut:

1. Arti Pemberian Gratifikasi

Nilai sub indikator arti pemberian gratifikasi adalah 7,16. Nilai ini menunjukkan bagaimana masyarakat mengartikan biaya yang mereka keluarkan tergolong korupsi atau tidak. Nilai 7,16 memperlihatkan bahwa masyarakat cukup paham arti pemberian gratifikasi, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.6. Pemahaman tersebut ditunjukkan oleh fakta bahwa 75% responden berpendapat memberikan gratifikasi adalah perbuatan yang melanggar hukum dan memalukan (masing-masing 28% dan 47%). Namun demikian, tercatat 25% pengguna layanan menyatakan bahwa perbuatan itu boleh dilakukan.

Gambar 4.6. Pendapat Pengguna Layanan atas Biaya Tambahan di Instansi Vertikal

2. Tujuan Pemberian Gratifikasi

Nilai sub indikator tujuan pemberian gratifikasi instansi vertikal adalah 6,32. Nilai menunjukkan bahwa responden mempunyai tujuan tertentu saat memberikan gratifikasi kepada petugas. Gambar 4.7 menjelaskan bahwa dari pengguna layanan yang mengaku memberi gratifikasi, sebagian besar tujuan responden memberikan gratifikasi adalah untuk mempercepat waktu pengurusan (71%). Tujuan lainnya adalah mendapat kepastian waktu (12%), meluluskan persyaratan (8%), petugas semena-mena (3%) dan tidak ada tujuan (6%).

Hanya boleh dilakukan kalau terpaksa

Boleh dilakukan asal tidak terlalu sering

Boleh dan sering dilakukan

Harus dilakukan Memalukan dan tercela Melanggar hukum dan harus dilaporkan

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 4Indeks Integritas Tingkat Sektor Publik Vertikal76

Gambar 4.7. Tujuan Memberikan Biaya Tambahan di Unit Layanan Instansi Vertikal

Pada unit layanan dengan nilai tujuan pemberian gratifikasi yang rendah, tujuan utama pemberian gratifikasi pada tiap unit layanan terlihat berbeda. Di Lembaga Pemasyarakatan (Kemenkumham-Manado) tujuan dominan adalah menghindari kesewenangan petugas, pada Paspor (Kemenkumham-Palembang), Peradilan Tilang (MA-Surabaya), SIM (Kepolisian-Semarang) dan Tambah Daya (PT PLN-DKI Jakarta) adalah untuk mempercepat waktu. Sedangkan alasan responden memberikan biaya tambahan dapat dilihat pada Gambar 4.8.

Gambar 4.8. Alasan Memberikan Biaya Tambahan di Unit Layanan Instansi Vertikal

Petugas semena-mena

Memastikan tepat waktu

Tidak ada Tujuan

Mempercepat waktu

Meluluskan syarat pengurusan

Tidak memberi

Lapas - Kemenkumham(Ambon)

Adm. Pernikahan - Kemenag (Pontianak)

Adm. Pernikahan - Kemenag(Medan)

Adm. Pernikahan - Kemenag(Jayapura )

Adm. Pernikahan - Kemenag (Denpasar)

Lapas – Kemenkumham(Manado)

Paspor - Kemenkumham(Palembang)

Peradilan Tilang - MA(Surabaya)

SIM - Kepolisian RI(Semarang)

Tambah Daya - PT. PLN(DKI Jakarta)

Instansi Vertikal Tujuan Pemberian Gratifikasi pada Unit Layanan Instansi Vertikal5 Tertinggi dan 5 Terendah (dalam %)

Alasan Memberikan Biaya Tambahan di Unit Layanan Instansi Vertikal 5 Tertinggi dan 5 Terendah (dalam %)

100

100

100

100

100

4710 37 7

80 20

90 10

53 40 3

3

3

87 10

Lapas - Kemenkumham(Ambon)

Adm. Pernikahan - Kemenag (Pontianak)

Adm. Pernikahan - Kemenag(Medan)

Adm. Pernikahan - Kemenag(Jayapura )

Adm. Pernikahan - Kemenag (Denpasar)

Peradilan Tilang - MA(Surabaya)

Sertifikat - BPN(Semarang)

Kadastral - BPN(Semarang)

SIM - Kepolisian RI(Semarang)

Pasang baru dan kembali - PT. PLN(Semarang)

Petugas meminta Petugas mempersulit Tidak memberi biaya tambahan

100

100

100

100

100

100

97

93

93

90

3

7

7

10

Bab 4Indeks Integritas Sektor Publik Tingkat Vertikal

Survei Integritas Sektor Publik 2011

77

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa 27% pengguna layanan yang memberikan gratifikasi karena petugas meminta dan petugas mempersulit. Lebih jelasnya penyebab utama pengguna layanan memberikan gratifikasi pada 5 tertinggi dan 5 terendah unit layanan diinstansi vertikal dapat dilihat pada Gambar 4.8.

4. 3. Potensi Integritas Tingkat Vertikal

Potensi integritas tingkat vertikal dengan nilai 6,10 merupakan variabel yang memberikan bobot kontribusi sebesar 0,333 terhadap nilai integritas. Variabel potensi integritas didukung oleh indikator yang penting untuk memperkecil peluang terjadinya tindakan korupsi, yaitu lingkungan kerja (7,15), sistem administrasi (6,38), perilaku individu (6,65) dan pencegahan korupsi (4,94). Masing-masing indikator terdiri atas 2-5 sub indikator dengan nilai sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11. Nilai Variabel Potensi Integritas Beserta Indikator dan Sub-Indikator Instansi Vertikal

VARIABEL INDIKATOR SUB-INDIKATOR

Potensi Integritas (0.333) 6,10

Lingkungan Kerja (0.127) 7,15

Kebiasaan Pemberian Gratifikasi (0.392) 6,23

Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur (0.164) 9,18

Keterlibatan Calo (0.221) 7,11

Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan (0.100) 7,56

Suasana/Kondisi di sekitar Pelayanan (0.123) 7,17

Sistem Administrasi (0.280) 6,38

Kepraktisan SOP (0.281) 6,61

Keterbukaan Informasi (0.584) 6,42

Pemanfaatan Teknologi Informasi (0.135) 5,69

Perilaku Individu (0.280) 6,65

Keadilan dalam Layanan (0.413) 7,09

Ekspektasi Petugas terhadap Gratifikasi (0.327) 6,57

Perilaku Pengguna Layanan (0.260) 6,03

Pencegahan Korupsi (0.313) 4,94

Tingkat Upaya Anti Korupsi (0.750) 4,91

Mekanisme Pengaduan Masyarakat (0.250) 5,00

Nilai potensi integritas 7 instansi di 20 kota sudah mencapai standar minimum yang ditetapkan oleh KPK 6,00. Namun masih terdapat indikator potensi integritas terutama pencegahan korupsi yang nilainya rendah (4,94). Berdasarkan tabel 4.11, hal yang perlu dilakukan unit layanan dalam rangka memperkecil peluang korupsi adalah dengan meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi (5,69), tingkat upaya anti korupsi (4,91) dan mekanisme pengaduan masyarakat (5,00). Peringkat dan indeks integritas berdasarkan variabel potensi integritas dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12. Peringkat Indeks Potensi Integritas Integritas Instansi VertikalNO PEMERINTAH DAERAH NILAI NO PEMERINTAH DAERAH NILAI

1 Kementerian Keuangan 6,93 5 Mahkamah Agung 5,80

2 PT. PLN (Persero) 6,23 6 Kementerian Hukum dan HAM 5,80

3 Badan Pertanahan Nasional 5,84 7 Kementerian Agama 5,40

4 Kepolisian Negara RI 5,82

Pada variabel potensi integritas 5 instansi dari total 7 instansi vertikal masih memperoleh nilai di bawah standar minimal yang ditetapkan KPK. Artinya diperlukan upaya perbaikan dan peningkatan kualitas layanan publik, sehingga potensi korupsi bisa diminimalisasi sedini mungkin. Jika dilihat berdasarkan unit layanan, nilai potensi integritas yang rendah adalah pada layanan peradilan tilang, layanan paspor dan administrasi pernikahan sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.9.

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 4Indeks Integritas Tingkat Sektor Publik Vertikal78

Gambar 4.9. Peringkat Indeks Potensi Integritas pada Unit Layanan (5 Tertinggi dan 5 Terendah)

4.3.1. Lingkungan Kerja di Layanan Publik Tingkat Vertikal

Lingkungan kerja layanan publik merupakan salah satu faktor penilaian pengguna layanan terhadap suatu layanan. Bila lingkungan kerja tidak didukung oleh fasilitas yang memadai, suasana pelayanan tidak nyaman atau prosedur yang berbelit-belit akan mendorong pengguna layanan untuk melakukan penyimpangan dalam rangka memperlancar proses pengurusan layanan. Nilai indikator dan sub indikator lingkungan kerja dapat di lihat pada Tabel 4.13 berikut.

Tabel 4.13. Nilai Indikator Lingkungan Kerja beserta Sub Indikator Instansi Vertikal

INDIKATOR SUB-INDIKATOR

Lingkungan Kerja (0.127) 7,15

Kebiasaan Pemberian Gratifikasi (0.392) 6,23

Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur (0.164) 9,18

Keterlibatan Calo (0.221) 7,11

Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan (0.100) 7,56

Suasana/Kondisi di sekitar Pelayanan (0.123) 7,17

Indeks integritas indikator lingkungan kerja instansi vertikal adalah 7,5. Hal ini menunjukkan pengguna jasa yang melakukan tindakan kebiasaan memberikan gratifikasi, membuat pertemuan di luar prosedur, menggunakan jasa calo/perantara pada saat pengurusan layanan sudah rendah. Peringkat indeks integritas instansi vertikal untuk sub indikator lingkungan kerja dapat dilihat pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14. Peringkat Indeks Integritas Lingkungan Kerja Instansi VertikalNO PEMERINTAH DAERAH NILAI NO PEMERINTAH DAERAH NILAI

1 Kementerian Keuangan 8,40 5 Kementerian Agama 6,76

2 Mahkamah Agung 6,97 6 Badan Pertanahan Nasional 6,65

3 Kementerian Hukum dan HAM 6,96 7 Kepolisian Negara RI 6,47

4 PT. PLN (Persero) 6,93

Penjelasan lebih lanjut mengenai masing-masing sub indikator dalam lingkungan kerja ditunjukkan pada bagian berikut.

Pengusaha Kena Pajak - Kemenkeu

Pengusaha Kena Pajak - Kemenkeu

Lelang di KPKNL - Kemenkeu

SP2D di KPPN - Kemenkeu(Mataram)

Tambah Daya - PT PLN

Adm. Pernikahan - Kemenag(Palu)

Peradilan Tilang - MA(Surabaya)

Peradilan Tilang - MA(Manado)

Peradilan Tilang - MA(Palu)

Paspor - Kemenkumham(Surabaya)

7,81

7,77

7,72

7,71

7,71

3,74

3,52

3,40

3,28

3,48

PERNAH

Bab 4Indeks Integritas Sektor Publik Tingkat Vertikal

Survei Integritas Sektor Publik 2011

79

1. Kebiasaan Pemberian Gratifikasi

Nilai sub indikator kebiasaan pemberian gratifikasi adalah 6,32. Nilai sudah mencapai standar minimal, namun kebiasaan pemberian gratifikasi masih terjadi berdasarkan fakta dari pengguna layanan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.10.

Gambar 4.10. Kebiasaan Pemberian Uang Tambahan di Instansi Vertikal

Masih terdapat 43% pengguna layanan yang menyatakan bahwa gratifikasi masih terjadi dalam proses pengurusan layanan (4% selalu terjadi, 17% sering terjadi dan 22% kadang-kadang terjadi). Berdasarkan jawaban pengguna layanan di unit layanan dengan nilai kebiasaan pemberian gratifikasi terendah yang mengatakan ‘selalu terjadi’ adalah Peradilan Umum - MA (Manado) sebesar 40%. Pemberian gratifikasi sering terjadi adalah pada layanan Kadastral - BPN (Semarang) sebesar 84%. Namun 5 unit layanan dengan kebiasaan pemberian gratifikasi terendah, seluruh responden 100% mengaku tidak pernah memberikan gratifikasi saat pengurusan layanan.

2. Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur

Nilai sub indikator kebutuhan pertemuan di luar prosedur adalah 9,18. Nilai untuk sub indikator ini cukup tinggi yang berarti bahwa sebagian besar pengguna layanan sudah taat terhadap prosedur yang ditetapkan oleh unit layanan. Hal ini ditunjukkan dari fakta bahwa dari seluruh responden (8.580), terdapat 88% yang tidak pernah melakukan pertemuan di luar prosedur. Sedangkan 12% lainnya mengaku pernah melakukannya saat pengurusan layanan sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.11. Responden yang mengaku melakukan pertemuan 1 kali tertinggi di unit layanan Paspor - Kemenkumham (Palembang) 97%, pertemuan 2 kali layanan Sertifikat - BPN (Palembang) 27% dan lebih dari 2 kali layanan Pasang baru dan kembali - PT. PLN (Bandung) 27%.

SKCK - Kepolisian RI (Semarang)

Peradilan Umum - MA (Manado)

Lapas - Kemenkumham (Medan)

Kadastral - BPN (Semarang)

Paspor - Kemenkumham (Semarang)

Lapas - Kemenkumham (Denpasar)

Lapas - Kemenkumham (Ambon)

Adm. Pernikahan - Kemenag (Pontianak)

Adm. Pernikahan - Kemenag (Jayapura)

Adm. Pernikahan - Kemenag (Denpasar)

Instansi Vertikal Kebiasaan Pemberian Gratifikasi pada Unit Layanan Instansi Vertikal5 Terendah dan 5 Tertinggi (dalam %)

Sering terjadi

Selalu terjadi

100

100

100

100

100

67

53

7

7

33

40

60

84

30

33

13

364

Tidak pernah terjadi

Kadang-kadang terjadi

57% 22%

17%4%

3

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 4Indeks Integritas Tingkat Sektor Publik Vertikal80

Gambar 4.11. Persentase Responden Melakukan Pertemuan di luar prosedur pada Instansi Vertikal

Berdasarkan fakta dari pengguna layanan pada instansi vertikal yang melakukan pertemuan di luar prosedur, tujuannya adalah mempercepat waktu 52%, melengkapi syarat 17%, negosiasi biaya 16% dan negosiasi syarat yang tidak terpenuhi 15%. Unit layanan tertinggi dengan tujuan mempercepat waktu adalah Sertifikat - BPN (Mataram) 60%. Sedangkan tujuan negosiasi syarat yang tidak dipenuhi adalah Kadastral - BPN (Palembang) 72%. Lebih jelasnya tujuan responden melakukan pertemuan di luar prosedur pada unit layanan 5 tertinggi dan 5 terendah dapat dilihat pada Gambar 4.12.

Gambar 4.12. Tujuan Responden Melakukan Pertemuan di Luar Prosedur di Instansi Vertikal

Tidak pernah

Instansi Vertikal Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur Pada Unit Layanan Vertikal5 Terendah dan 5 Tertinggi (dalam%)

PernahPernah, lebih dari dua kali 1 kali2 kali Tidak pernah

88%

12%

27

24

97

90

23

100

100

100

100

100

73

73 3

3

33

3

7

27 17

Sertifikat - BPN (Palembang)

Kadastral - BPN (Palembang)

Paspor - Kemenkumham (Palembang)

Sertifikat - BPN (Mataram)

Pasang baru dan kembali - PT. PLN

Adm. Pernikahan - Kemenkumham (Semarang)

Adm. Pernikahan - Kemenkumham (Pontianak)

Adm. Pernikahan - Kemenag (Padang)

Adm. Pernikahan - Kemenag (Jayapura)

Adm. Pernikahan - Kemenag (Denpasar)

Instansi Vertikal Tujuan Responden Melakukan Pertemuan di Luar Prosedur di Instansi Vertikal 5 Terendah dan 5 Tertinggi (dalam%)

Mempercepat waktu

Melengkapi syarat

Negosiasi biaya

Tidak melakukan

Negisiasi syarat

43

47

50

60

100

100

100

100

100

57

43

47

27

7

30 23

Paspor - Kemenkumham (Palembang)

Kadastral - BPN (Palembang)

Kadastral - BPN (Denpasar)

Sertifikat - BPN (Mataram)

Sertifikat - BPN (Palembang)

Adm. Pernikahan - Kemenag (Semarang)

Adm. Pernikahan - Kemenag (Pontianak)

Adm. Pernikahan - Kemenag (Padang)

Adm. Pernikahan - Kemenag (Jayapura)

Adm. Pernikahan - Kemenag (Denpasar)

37

10 3 10

332752% 17%

16%15%

Bab 4Indeks Integritas Sektor Publik Tingkat Vertikal

Survei Integritas Sektor Publik 2011

81

3. Keterlibatan Calo

Keberadaan calo dalam pengurusan layanan pada instansi vertikal masih terlihat, walaupun nilai sub indikator keterlibatan calo adalah 7,11, karena masih terdapat 36% pengguna layanan yang melihat ada calo di unit layanan yang mereka datangi. Kondisi tersebut di tunjukkan pada Gambar 4.13.

Gambar 4.13. Pengamatan Responden yang Menjadi Perantara/Calo di Instansi Vertikal

Gambar 4.13 menjelaskan siapa yang menjadi perantara calo saat pengurusan layanan di instansi vertikal. Pada unit layanan dengan nilai keterlibatan calo 5 tertinggi dan 5 terendah yang paling banyak menjawab ‘petugas langsung’ adalah pada Peradilan Umum - MA (Manado) sebesar 97%. Kombinasi 2 atau lebih perantara adalah pada unit layanan Lelang di KPKNL - Kemenkeu (Banjarmasin) sebesar 100%.

Keterlibatan Calo pada Unit Layanan Instansi Vertikal5 Terendah dan 5 Tertinggi (dalam%)

Petugas langsung

Orang yang bekerja di sekitar unit

Tidak melihat calo

Kombinasi 2 atau lebih perantara Orang luar

Petugas lain Tidak pernah melihat calo

Melihat calo

97

97

7

100

100

100

100

100

100

97 3

1010

3

3

73

Lelang di KPKNL - Kemenkeu

Peradilan Umum - MA (Manado)

Peradilan Tilang - MA (Manado)

Paspor - Kemenkumham (Surabaya)

Kadastral - BPN (Denpasar)

Lapas - Kemenkumham (Denpasar)

Lapas - Kemenkumham (Banda Aceh)

Lapas - Kemenkumham (Ambon)

Adm. Pernikahan - Kemenag (Pontianak)

Adm. Pernikahan - Kemenag (Denpasar)

Instansi Vertikal

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 4Indeks Integritas Tingkat Sektor Publik Vertikal82

Gambar 4.14. Cara Perantara/Calo Beroperasi di Instansi Vertikal (dalam %)

Gambar 4.14 menunjukkan bahwa cara calo beroperasi saat mendekati pengguna layanan, 13% mengatakan dengan terang-terangan, 20% secara sembunyi-sembunyi dan 67% menyatakan tidak pernah melihat calo. Unit layanan yang calonya beroperasi secara terang-terangan diantaranya adalah layanan-layanan di BPN (Denpasar) 100% responden. Hal ini merupakan nilai negatif pada petugas unit layanan. Bila unit layanan tidak cepat melakukan perbaikan, maka akan semakin memicu terjadinya tindakan korupsi pada unit layanan saat proses pengurusan layanan.

Keberadaan perantara/calo di instansi vertikal sangat mempengaruhi keadilan dalam proses pengurusan layanan. Adanya calo dapat merugikan para pengguna layanan yang dalam proses pengurusan layanan tidak menggunakan jasa calo. Namun calo tersebut dirasa menguntungkan keberadaannya bagi para pengguna layanan yang tidak mau mengurus sendiri.

4. Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan

Salah satu faktor yang dapat memicu para pengguna layanan menggunakan jasa perantara/calo selama proses pengurusan layanan adalah kondisi fasilitas yang tersedia di unit layanan tersebut. Gambar 4.15 menjelaskan fakta mengenai kondisi fasilitas di instansi vertikal dalam lingkungan kerja saat proses pengurusan layanan. Dari total 8.580 responden, terdapat 12% responden yang menyatakan kondisi fasilitas di instansi vertikal kurang memadai. Namun 72% responden menyatakan bahwa kondisi fasilitas di instansi vertikal sudah memadai. Bahkan 14% responden menyatakan dengan tegas bahwa kondisi fasilitas yang tersedia sangat memadai. Salah satu unit layanan yang responden menyatakan kondisi fasilitas sangat memadai yaitu unit layanan Pasang baru dan kembali – PT. PLN (Surabaya) 97% responden. Secara detail kondisi fasilitas pada unit unit layanan 5 tertinggi dan 5 terendah dapat dilihat pada Gambar 4.15.

Tidak pernah melihat calo

Sembunyi-sembunyi

Terang-terangan

100

100

100

100

100

100

100

100

100

100

67%20%

13%

Adm. Pernikahan - Kemenag (Denpasar)

Adm. Pernikahan - Kemenag (Jayapura)

Adm. Pernikahan - Kemenag (Pontianak)

Lapas - Kemenkumham (Banda Aceh)

Lapas - Kemenkumham (Denpasar)

Kadastral - BPN (Semarang)

Peradilan Tilang - MA (Surabaya)

Sertifikat - BPN (Semarang)

Kadastral - BPN (Denpasar)

Paspor - Kemenkumham (Surabaya)

Cara Perantara/Calo Beroperasi pada Unit Layanan di Instansi Vertikal5 Tertinggi dan 5 Terendah (dalam%)

Instansi Vertikal

Bab 4Indeks Integritas Sektor Publik Tingkat Vertikal

Survei Integritas Sektor Publik 2011

83

Gambar 4.15. Kondisi Fasilitas di Instansi Vertikal

5. Suasana/Kondisi di Sekitar Pelayanan

Suasana lingkungan kerja di unit layanan juga mempengaruhi keinginan para pengguna layanan untuk mengurus layanan sendiri atau tidak. Gambar 4.16 menjelaskan bahwa suasana di instansi vertikal menurut pengalaman responden saat mengurus layanan adalah nyaman (86% responden), tenang (81% responden), ruangan teratur dan rapi (87% responden) serta tahapan layanan teratur (87% responden). Secara umum penilaian responden terhadap suasana lingkungan kerja di instansi vertikal cukup baik. Namun masih ada responden yang merasa tidak puas dengan suasana lingkungan kerja tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan kualitas lingkungan kerja vertikal harus terus-menerus dilakukan untuk kepentingan kepuasan pengguna layanan.

Gambar 4.16. Suasana Lingkungan Kerja di Instansi Vertikal

4.3.2. Sistem Administrasi di Layanan Publik Tingkat Vertikal

Sistem administrasi dalam layanan publik disusun dari 3 (tiga) sub-indikator yaitu kepraktisan SOP, keterbukaan informasi dan pemanfaatan teknologi informasi. Hasil dari penilaian responden terhadap ketiga sub-indikator ini mencerminkan pengelolaan administrasi pada layanan publik, sebagaimana dapat terlihat pada Tabel 4.15

Nyaman

86%81%

87% 87%

19%

13% 13%14%

Tenang Ruangan teratur dan rapi

Tahapan layanan teratur

Ya

Tidak

Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan pada Unit Layanan di Instansi Vertikal5 Tertinggi dan 5 Terendah (dalam%)

Instansi Vertikal

Memadai

Sangat memadai

Kurang memadai

Tidak memadai

Pasang baru dan kembali - PT. PLN (Surabaya)

Pengusaha kena pajak - Kemenkeu (Ambon)

SP2D di KPPN - Kemenkeu (Palu)

SP2D di KPPN - Kemenkeu (Palembang)

Tambah Daya - PT. PLN (Surabaya)

Adm. Pernikahan - Kemenag (Medan)

Sertifikat - BPN (Denpasar)

Peradilan Tilang - MA (Surabaya)

Adm. Pernikahan - Kemenag (Surabaya)

Paspor - Kemenkumham (Surabaya)

72%

14%

12%1%

97

87

87

83

94

40

80

80

100

37

27

13

13

10

30

7

7

53

3

3 3

3

13

13

17

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 4Indeks Integritas Tingkat Sektor Publik Vertikal84

Tabel 4.15. Nilai Indikator Sistem Administrasi beserta Sub Indikator Instansi Vertikal

INDIKATOR SUB-INDIKATOR

Sistem Administrasi (0.280) 6,38

Kepraktisan SOP (0.281) 6,61

Keterbukaan Informasi (0.584) 6,42

Pemanfaatan Teknologi Informasi (0.135) 5,69

Indeks integritas indikator sistem administrasi tingkat vertikal adalah 6,38. Pemanfaatan teknologi merupakan sub indikator yang masih memerlukan perbaikan karena nilainya masih di bawah standar minimal. Peringkat indeks integritas sistem administrasi dari 7 instansi vertikal dapat dilihat pada Tabel 4.16.

Tabel 4.16. Peringkat Indeks Integritas Sistem Administrasi Instansi VertikalNO PEMERINTAH DAERAH NILAI NO PEMERINTAH DAERAH NILAI

1 Kementerian Keuangan 7,06 5 Mahkamah Agung 6,00

2 PT. PLN (Persero) 6,59 6 Kementerian Agama 5,98

3 Kepolisian Negara RI 6,29 7 Badan Pertanahan Nasional 5,93

4 Kementerian Hukum dan HAM 6,17

Kementerian Agama dan Badan Pertanahan Nasional merupakan 2 instansi vertikal yang memiliki indeks Sistem Administrasi masih di bawah 6. Namun demikian, PT PLN (Persero), Kepolisian RI, Kemenkumham dan MA nilainya juga masih di sekitar 6. Hanya Kementerian Keuangan yang memiliki indeks Sistem Administrasi di atas 7.

Selanjutnya masing-masing sub indikator dalam sistem administrasi akan dijelaskan pada bagian berikut.

1. Kepraktisan SOP

Nilai sub indikator kepraktisan SOP adalah 6,61. Nilai sudah mencapai standar minimal yang ditetapkan. Kepraktisan SOP pada tingkat vertikal ditunjukkan oleh mudahnya prosedur pengurusan layanan, mudahnya persyaratan pengurusan layanan, ketepatan waktu penyelesaian pengurusan layanan dan wajarnya biaya pengurusan layanan seperti pada Gambar 4.17. Jika dilihat dari sisi prosedur yang menyatakan prosedur wajar dan mudah sebanyak 86% responden, sementara yang menyatakan bahwa persyaratan wajar dan mudah sebanyak 88%. Dari sisi waktu, yang menyatakan tepat waktu bahkan lebih cepat dari waktu yang ditetapkan sebanyak 74%. Selain itu, 80% pengguna layanan menyatakan bahwa biaya yang dibayarkan tergolong wajar dan murah. Namun demikian, masih terdapat responden yang menyatakan prosedur sulit dan tidak jelas (14%), persyaratan sulit dan tidak jelas (12%), waktu lambat dan tidak jelas (26%) serta biaya mahal dan tidak jelas (20%).

Gambar 4.17. Penilaian Pengguna Layanan atas Standar Operasi Prosedur di Instansi Vertikal

57% 59%

69% 68%

29% 29%

19% 16%12%

4%8% 9%

8%6% 3% 5%

Prosedur Persyaratan Waktu Biaya

Wajar Wajar WajarTepat waktu

Mudah Mudah Lambat Mahal

Sulit Sulit Tidak jelas batas waktunya

Murah

Tidak jelas prosedurnya

Tidak jelas prosedurnya

Lebih cepat dari ditetapkan

Tidak jelas biayanya

Bab 4Indeks Integritas Sektor Publik Tingkat Vertikal

Survei Integritas Sektor Publik 2011

85

2. Keterbukaan Informasi

Keterbukaan informasi layanan publik sangatlah membantu pengguna layanan pada saat proses pengurusan layanan. Pengguna layanan senang bila informasi tersebut diumumkan secara terbuka dan dijelaskan tanpa ditanya, sehingga dengan mudah mereka akan mentaati seluruh tahapan prosedur yang ditetapkan. Nilai sub indikator keterbukaan informasi adalah 6,42. Nilai sudah mencapai standar minimal yang ditetapkan. Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden menyatakan informasi layanan sudah diumumkan secara terbuka sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.18.

Gambar 4.18. Tingkat Keterbukaan Informasi di Instansi Vertikal

Gambar 4.18 menjelaskan bahwa tingkat keterbukaan informasi melalui prosedur, persyaratan, waktu dan biaya di instansi vertikal cukup baik. Dari hasil survei pada seluruh target pengguna layanan sebagian besar pengguna layanan menyatakan informasi diumumkan secara terbuka yaitu 69% pengguna layanan pada prosedur, 68% pengguna layanan pada persyaratan, 51% pengguna layanan pada waktu dan 52% pengguna layanan pada biaya. Selebihnya pengguna layanan menyatakan informasi dijelaskan petugas jika ditanya atau tanpa ditanya. Bahkan pengguna layanan menjumpai tidak ada pengumuman atau penjelasan dari petugas layanan mengenai informasi terkait dengan pengurusan layanan.

3. Pemanfaatan Teknologi Informasi

Nilai sub indikator pemanfaatan teknologi informasi adalah 5,69. Nilai tersebut masih di bawah standar minimal yang ditetapkan. Sebagian besar pengguna layanan menyatakan tidak pernah menggunakan teknologi informasi dalam pengurusan layanan sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.19.

44% 46%

34% 34%

25% 22%

17% 18%

23%

18%

7%

17% 18%

24%

11%

3%

13%

1% 4%

21%

Prosedur Persyaratan Waktu Biaya

Diumumkan terbuka

Diumumkan terbuka dan dijelaskan petugas tanpa ditanya

Dijelaskan petugas hanya jika ditanya

Dijelaskan petugas tanpa ditanya

Tidak ada pengumuman/penjelasan petugas

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 4Indeks Integritas Tingkat Sektor Publik Vertikal86

Gambar 4.19. Tingkat Penggunaan Teknologi Informasi di Instansi Vertikal

Gambar 4.19 menginformasikan bahwa 68% responden tidak pernah menggunakan teknologi informasi pada saat proses pegurusan layanan di instansi vertikal. Selengkapnya alasan responden tidak menggunakan teknologi informasi dapat dilihat pada Gambar 4.19. Salah satu unit layanan yang tidak ada teknologi informasi menurut pengamatan responden yaitu Peradilan Umum (MA) di Palembang dan Makasar, layanan administrasi pernikahan (Kemenag-Manado) dan Pemetaan Kadastral (BPN-Ambon). Dalam rangka transparansi dan kecepatan layanan, unit layanan sebaiknya menyediakan perangkat teknologi informasi. Umumnya tujuan pengguna layanan menggunakan teknologi informasi tersebut adalah untuk mengetahui informasi terkait layanan yang diurus dan informasi tentang unit layanan, untuk memproses layanan, atau untuk mengetahui status penyelesaian pengurusan layanan.

4.3.3. Perilaku Individu di Layanan Publik Tingkat Vertikal

Perilaku individu yang negatif pada petugas layanan maupun pengguna layanan adalah salah satu faktor yang mendorong terjadinya tindakan korupsi. Terdapat 3 (tiga) sub-indikator dalam menilai perilaku individu tersebut yaitu keadilan dalam layanan, ekspektasi petugas terhadap gratifikasi dan perilaku pengguna layanan. Nilai indikator perilaku individu dan sub indikatornya dapat dilihat pada Tabel 4.17.

Tabel 4.17. Nilai Indikator Perilaku Individu beserta Sub Indikator Instansi Vertikal

INDIKATOR SUB-INDIKATOR

Perilaku Individu (0.280) 6,65

Keadilan dalam Layanan (0.413) 7,09

Ekspektasi Petugas terhadap Gratifikasi (0.327) 6,57

Perilaku Pengguna Layanan (0.260) 6,03

Indeks integritas indikator perilaku korupsi pada instansi vertikal adalah 6,65. Nilai tersebut didukung keadilan dalam layanan (nilai 7,09), ekspektasi petugas terhadap gratifikasi (nilai 6,57) dan perilaku pengguna layanan (nilai 6,03). Secara umum penilaian pengguna layanan atas keadilan dalam layanan, ekspektasi petugas terhadap gratifikasi dan perilaku pengguna layanan cukup baik. Peringkat indeks integritas perilaku individu instansi vertikal dapat dilihat pada Tabel 4.18.

Pemanfaatan Teknologi Informasi pada Unit Layanan di Instansi Vertikal5 Tertinggi dan 5 Terendah (dalam%)

Lapas - Kemenkumham (Banda Aceh)

Lapas - Kemenkumham (Jayapura)

Pasang baru dan kembali - PT. PLN (Denpasar)

Pasang baru dan kembali - PT. PLN (Surabaya)

Tambah Daya - PT. PLN (Palu)

Peradilan Umum - MA (Makassar)

Peradilan Umum - MA (Palembang)

Pasang baru dan kembali - PT. PLN (Ambon)

Adm. Pernikahan - Kemenag (Manado)

Kadastral - BPN (Ambon)

Instansi Vertikal

Tidak pernah

Tidak tahu cara penggunaannya karena tidak pernah dijelaskan

Tidak pernah karena tidak memerlukan

Tidak pernah karena tidak ada teknologi

Tidak pernah karena teknologi yang ada tidak berfungsi

Pernah

pernah

100

100

100

100

100

100

100

100

100

28 3 31 38

Bab 4Indeks Integritas Sektor Publik Tingkat Vertikal

Survei Integritas Sektor Publik 2011

87

Tabel 4.18. Peringkat Indeks Integritas Perilaku Individu Instansi VertikalNO PEMERINTAH DAERAH NILAI NO PEMERINTAH DAERAH NILAI

1 Kementerian Keuangan 7,66 5. Kementerian Agama 6,34

2 PT. PLN (Persero) 6,53 6. Badan Pertanahan Nasional 6,27

3 Mahkamah Agung 6,47 7. Kepolisian Negara RI 6,08

4 Kementerian Hukum dan HAM 6,42

Penjelasan lebih lanjut mengenai 3 sub indikator dari indikator perilaku individu akan disampaikan pada bagian berikut.

1. Keadilan dalam Layanan

Nilai sub indikator keadilan dalam layanan adalah 7,09. Nilai sudah lebih dari standar minimal yang ditetapkan. Perilaku individu salah satunya dapat dilihat dari sikap, penampilan dan keahlian petugas yang melayani para pengguna layanan. Penilaian responden terhadap sikap, penampilan dan keahlian petugas di instansi vertikal dapat dilihat pada Gambar 4.20.

Gambar 4.20. Penilaian Pengguna Layanan terhadap Petugas di Instansi Vertikal

Berdasarkan Gambar 4.20, dilihat dari sikap petugas layanan, responden yang mengatakan sikap petugas mau melayani dan sangat melayani sebanyak 94,5% responden. Dari penampilan petugas, responden yang mengatakan penampilan petugas rapi dan sopan bahkan sangat rapi dan sangat sopan sebanyak 96,7% responden. Dari keahlian petugas, responden yang mengatakan petugas menguasai dan sangat menguasai tugasnya sebanyak 96,2% responden. Hal ini menunjukkan bahwa penilaian responden terhadap petugas yang melayani di instansi vertikal relatif baik dan tidak ada keluhan.

84.1%

Sikap Penampilan Keahlian

10.4%

Melayani Rapi dan Sopan

Menguasai tugasnya

Sangat melayani

Sangat Rapi dan sangat sopan

Sangat menguasai tugasnya

Kurang melayani

Kurang rapi dan kurang sopan

Kurang menguasai tugasnya

Tidak melayani

Tidak rapi dan tidak sopan

Tidak menguasai tugasnya

10.3% 13%

3.6%0.2%

3.1%0.2%

5.3%0.2%

86.4% 83.2%

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 4Indeks Integritas Tingkat Sektor Publik Vertikal88

Gambar 4.21. Pembedaan Perlakuan Petugas di Instansi Vertikal

Selain itu, cara petugas unit layanan dalam melayani para pengguna layanan misalnya dengan tidak membeda-bedakan sikap atau perilaku dalam memberikan layanan selama proses pengurusan juga mempengaruhi responden untuk tidak menggunakan jasa calo/perantara. Gambar 4.21 menunjukkan bahwa masih ada petugas unit layanan di instansi vertikal yang cenderung membeda-bedakan sikap atau perlakuannya pada setiap pengguna layanan yang menggunakan unit layanan tersebut.

Gambar 4.21 menjelaskan fakta perilaku petugas layanan di 5 unit layanan dengan nilai tertinggi dan 5 unit layanan terendah di instansi vertikal saat proses pengurusan layanan. Seluruh responden di unit layanan Paspor – Kemenkumhan (Jayapura) merasakan selalu ada pembedaan perlakuan dari petugas unit layanan saat proses pengurusan layanan. Di unit layanan Lembaga Pemasyarakatan (Kemenkumham - Manado dan Jayapura) pembedaan perlakukan juga dominan dirasakan pengguna layanan.

2. Ekspektasi Petugas terhadap Gratifikasi

Perilaku petugas layanan yang juga berpengaruh terhadap integritas layanan adalah ekspektasi petugas terhadap gratifikasi. Nilai sub indikator ekspektasi petugas terhadap gratifikasi adalah 6,57. Nilai sudah mencapai standar minimal yang ditetapkan. Fakta dari pengguna layanan sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.22 memperlihatkan terdapat 70% responden menjawab tidak ada yang berinisiatif memberikan atau meminta uang tambahan saat pengurusan layanan. Sebanyak 3% responden menjawab bahwa petugas layanan yang meminta adanya uang tambahan tersebut secara langsung namun tidak terbuka, bahkan ada 8% mengaku petugas layanan meminta secara langsung dan terbuka. Pada unit layanan dengan nilai 5 tertinggi dan 5 terendah di unit layanan Peradilan umum (MA - Palu) 100% responden menyatakan petugas yang meminta uang tambahan secara langsung. Sedangkan di layanan Peradilan Umum, Pemetaan Kadastral, layanan administrasi pernikahan dan layanan pembuatan sertifikat yang semua ada di Kota Palu, permintaan secara langsung dan terbuka masih sangat dominan.

Instansi Vertikal Pembedaan Perlakuan Petugas pada Unit Layanan di Instansi Vertikal5 Tertinggi dan 5 Terendah (dalam%)

Tidak membedakan

Ya, selalu

Ya, kadang-kadang

Adm. Pernikahan - Kemenag (Denpasar)

Adm. Pernikahan - Kemenag (Jayapura)

Adm. Pernikahan - Kemenag (Pontianak)

Lapas - Kemenkumham (Ambon)

Lapas - Kemenkumham (Mataram)

Lapas - Kemenkumham (Manado)

Lapas - Kemenkumham (Jayapura)

Peradilan Tilang - MA (Jayapura)

Paspor - Kemenkumham (Jayapura)

Paspor - Kemenkunham (Surabaya)

65%

100

100

100

100

100

70

93

97

13

7

3

17

100

100

29%

6%

Bab 4Indeks Integritas Sektor Publik Tingkat Vertikal

Survei Integritas Sektor Publik 2011

89

Gambar 4.22. Cara Petugas Meminta Uang Tambahan di Instansi Vertikal

3. Perilaku Pengguna Layanan

Kebiasaan pemberian uang tambahan pada pengurusan layanan publik semata-mata bukan karena diminta oleh petugas layanan. Inisiasi pemberian dari pengguna layanan juga berperan dalam suburnya praktik gratifikasi di layanan publik. Pada Gambar 4.22 terlihat bahwa 17% pengguna layanan menyatakan bahwa inisiatif pemberian uang tambahan dalam proses layanan berasal dari pengguna layanan sendiri.

4.3.4. Pencegahan Korupsi di Layanan Publik Instansi Vertikal

Pencegahan korupsi dalam layanan publik dapat diukur melalui sub indikator tingkat upaya anti korupsi dan mekanisme pengaduan masyarakat sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.19.

Tabel 4.19. Nilai Indikator Pencegahan Korupsi beserta Sub Indikator Instansi Vertikal

INDIKATOR SUB-INDIKATOR

Pencegahan Korupsi (0.313) 4,94Tingkat Upaya Anti Korupsi (0.750) 4,91

Mekanisme Pengaduan Masyarakat (0.250) 5,00

Tabel 4.19 menunjukkan penilaian responden dari 7 instansi vertikal pada 20 kota atau dengan total responden 8.580 atas indikator pencegahan korupsi adalah 4,94. Nilai ini masih berada jauh di bawah standar minimum yang ditetapkan oleh KPK 6,00. Kondisi ini menggambarkan bahwa tingkat upaya anti korupsi (4.91) pada layanan publik vertikal masih rendah dan mekanisme pengaduan masyarakat (5.00) masih kurang berjalan. Peringkat indeks integritas pencegahan korupsi instansi vertikal dapat dilihat pada Tabel 4.20.

Tabel 4.20. Peringkat Indeks Integritas Pencegahan Korupsi Instansi VertikalNO PEMERINTAH DAERAH NILAI NO PEMERINTAH DAERAH NILAI

1 Kementerian Keuangan 5,61 5 Mahkamah Agung 4,55

2 PT. PLN (Persero) 5,37 6 Kementerian Hukum dan HAM 4,44

3 Badan Pertanahan Nasional 5,07 7 Kementerian Agama 3,50

4 Kepolisian Negara RI 4,89

Seluruh instansi vertikal mendapatkan nilai pencegahan korupsi di bawah standar minimal yang ditetapkan. Belum terlihat upaya anti korupsi dan mekanisme pengaduan masyarakat dalam sistem layanan publik yang mereka tetapkan.

Instansi Vertikal Cara Petugas Meminta Uang Tambahan pada Unit Layanan di Instansi Vertikal5 Tertinggi dan 5 Terendah (dalam%)

Tidak ada yang berinisiatif

Inisiatif responden

Langsung tidak terbuka

Langsung terbuka

Melalui pihak lain

Adm. Pernikahan - Kemenag (Denpasar)

Adm. Pernikahan - Kemenag (Jayapura)

Adm. Pernikahan - Kemenag (Pontianak)

Lapas - Kemenkumham (Ambon)

Lapas - Kemenkumham (Denpasar)

Sertifikat - BPN (Palu)

Adm. Pernikahan - Kemenag (Palu)

Kadastral - BPN (Palu)

Paspor - Kemenkumham (Surabaya)

Peradilan Umum - MA (Palu)

100

100

100

100

100

83

87

93

17

13

7

100

100

70%

17%

8%3%1%

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 4Indeks Integritas Tingkat Sektor Publik Vertikal90

1. Tingkat Upaya Anti Korupsi

Nilai sub indikator tingkat upaya anti korupsi adalah 4,91. Nilai ini masih jauh di bawah standar minimal yang ditetapkan KPK. Sebagian besar responden menyatakan hanya menemukan 1 bentuk media kampanye/media anti korupsi pada unit layanan sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.23.

Gambar 4.23. Program Kampanye/Media Anti Korupsi di Instansi Vertikal

Bentuk-bentuk media anti korupsi yang dilaksanakan di instansi vertikal umumnya hanya dengan menempel/memasang stiker/poster/spanduk anti korupsi di area sekitar loket pelayanan. Selengkapnya bentuk-bentuk media anti korupsi tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.24

Gambar 4.24. Bentuk Kampanye/Media Anti Korupsi di Instansi Vertikal

Sebagian besar responden (85% responden) menyatakan bentuk media anti korupsi berupa sticker/poster/spanduk yang ditempel di sekitar loket pelayanan. Sedangkan bentuk lainnya tidak cukup signifikan (3-4%). Semakin banyak media anti korupsi pada layanan publik diharapkan semakin dapat mengurangi terjadinya tindakan korupsi pada saat proses pengurusan layanan.

2. Mekanisme Pengaduan Masyarakat

Mekanisme pengaduan masyarakat mengukur respon petugas dan unit layanan terhadap pengaduan yang disampaikan oleh pengguna layanan terkait ketidakpuasan dalam pengurusan layanan. Nilai sub indikator mekanisme pengaduan masyarakat adalah 5,00. Nilai masih di bawah standar minimal yang ditetapkan KPK. Sebagian besar responden menyatakan hanya terdapat 1 bentuk media pengaduan masyarakat dan tidak ditindaklanjutinya pengaduan sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.25 dan 4.26.

85%Stiker/poster/spanduk

Atribut (pin, baju, topi, dll)

Workshop/seminar petugas

Workshop/seminar masyarakat

Buku/modul/komik

4%

3%

3%

4%

1 media

Tidak ada Lebih dari 5 media

2-5 media

Bab 4Indeks Integritas Sektor Publik Tingkat Vertikal

Survei Integritas Sektor Publik 2011

91

Gambar 4.25. Tingkat Aksesibilitas Media Pengaduan/Pengajuan Komplain di Instansi Vertikal

Dari total 8580 responden, 15% responden menyatakan tidak ada media pengaduan di instansi vertikal dan 85% responden menyatakan ada media pengaduan. Ketersediaan media pengaduan tersebut berdasarkan pengalaman responden mudah dan sangat mudah diakses (92%). Namun ada juga responden yang merasa sulit mengakses media yang ada (8%). Tingkat kemudahan aksesibilitas media tersebut tergantung pada jumlah media yang ada di unit layanan tersebut. Sebanyak 65% responden menyatakan terdapat satu media pengaduan, 22% responden menyatakan terdapat dua media pengaduan dan 12% responden menyatakan terdapat lebih dari dua media pengaduan. Semakin banyak jumlah media yang ada di suatu unit layanan maka akan semakin memudahkan para pengguna layanan dalam mengakses media pengaduan tersebut. Kemudahan responden dalam menyampaikan pengaduan tidak efektif apabila tidak ada tindak lanjut atau tanggapan petugas. Berdasarkan pengalaman pengguna layanan, tanggapan petugas atas pengaduan dapat dilihat pada Gambar 4.26.

Gambar 4.26. Respon Petugas terhadap Pengaduan di Instansi Vertikal

Berdasarkan pengalaman pengguna layanan, bentuk respon dari petugas layanan terhadap pengaduan para pengguna layanan hanya dalam bentuk ditampung (40%). Beberapa ditanggapi, namun hanya sedikit yang ditindaklanjuti.

Upaya menaikkan nilai potensi integritas menunjukkan keseriusan unit layanan dan instansi di sektor layanan publik dalam memerangi korupsi secara komprehensif di luar upaya penindakan yang dilakukan. Semakin intensif usaha-usaha dilakukan untuk meningkatkan potensi integritas, maka semakin efektif pula upaya pemberantasan korupsi bisa dilakukan di unit layanan dan instansi yang bersangkutan.

Komisi Pemberantasan Korupsi dalam perannya sebagai trigger mechanism sangat mendorong upaya-upaya pemberantasan korupsi melalui perbaikan layanan publik. Potret kondisi aktual pelayanan publik terkait dengan transparansi, suap, pungutan liar, gratifikasi, sistem administrasi, perilaku individu, lingkungan kerja dan upaya-upaya pencegahan korupsi ini dilakukan juga dalam rangka meningkatkan efektifitas pemberantasan korupsi yang dilakukan KPK terutama di sektor layanan publik.

66%

satu dua lebih dari dua

Ada media

Mudah Sangatmudah

Tidak ada media

Sulit

85% 85%

15% 8%7%

22%

12%

Diabaikan

Tidak pernah menggunakan Ditanggapi

Ditindaklanjuti Ditampung

Bab 5Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah

Survei Integritas Sektor Publik 2011

93

5IntegritasSektor PublikTingkat Daerah

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 5Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah94

Survei integritas sektor publik di tingkat daerah dilakukan terhadap 3 unit layanan pada Pemerintah Kota/ Kabupaten, yaitu Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Izin Mendirikan Bangunan (IMB), dan Kartu Tanda Penduduk (KTP). Jumlah unit layanan secara keseluruhan 180, tersebar di 60 Pemerintah Daerah dengan total responden 5.670 orang.

5.1. Total Integritas Tingkat Daerah

Indeks integritas tingkat daerah disusun berdasarkan variabel pengalaman integritas dengan 2 indikator, pengalaman korupsi dan cara pandang terhadap korupsi, dan variabel potensi integritas dengan 4 indikator yaitu lingkungan kerja, sistem administrasi, perilaku individu dan pencegahan korupsi. Keenam indikator tersebut disusun masing-masig oleh 2-5 sub-indikator. Hasil perhitungan terhadap 5.670 responden diperoleh nilai integritas tingkat daerah sebesar 6,00. Nilai tersebut diperoleh dari indeks pengalaman integritas 6,14 dan potensi integritas 5,70.

Pada tingkat sub-indikator masih terdapat 3 sub-indikator di variabel pengalaman integritas yang nilainya di bawah 6, yaitu jumlah/besaran gratifikasi (5,39), waktu pemberian gratifikasi (5,97), dan tujuan pemberian gratifikasi (5,89). Sedangkan pada potensi integritas, 5 sub-indikator yaitu kebiasaan pemberian gratifikasi (5,46), pemanfaatan teknologi informasi (5,22), perilaku pengguna layanan (5,44) tingkat upaya anti korupsi (4,42), dan mekanisme pengaduan masyarakat (4,54) masih memerlukan perbaikan lebih intensif karena nilainya yang masih lebih rendah dari 6. Lihat Tabel 5.1 berikut.

Tabel 5.1. Indeks Integritas, Variabel, Indikator dan Sub Indikator Tingkat Daerah

INTEGRITAS VARIABEL INDIKATOR SUB-INDIKATOR

Integritas Total (1.00) = 6,00

Pengalaman Integritas (0,667)

6,14

Pengalaman Korupsi (0.250) 6,25

Jumlah / Besaran Gratifikasi (0.210) 5,39

Frekuensi Pemberian Gratifikasi (0.550) 6,69

Waktu Pemberian Gratifikasi (0.240) 5,97

Cara Pandang TerhadapKorupsi (0,750)

6,11Arti Pemberian Gratifikasi (0.250) 6,78

Tujuan Pemberian Gratifikasi (0.750) 5,89

PotensiIntegritas (0,333)

5,70

Lingkungan Kerja (0,127) 6,69

Kebiasaan Pemberian Gratifikasi (0.392) 5,46

Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur (0.164) 8,65

Keterlibatan Calo (0.221) 6,68

Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan (0.100) 7,48

Suasana/Kondisi di sekitar Pelayanan(0.123) 7,38

SistemAdministrasi (0,280)

6,04

Kepraktisan SOP(0.281) 6,13

Keterbukaan Informasi (0.584) 6,19

Pemanfaatan Teknologi Informasi (0.135) 5,22

Perilaku Individu (0,280) 6,31

Keadilan dalam Layanan (0.413) 6,96

Ekspektasi Petugas terhadap Gratifikasi(0.327) 6,19

Perilaku Pengguna Layanan (0.260) 5,44

PencegahanKorupsi (0,313) 4,45

Tingkat Upaya Anti Korupsi (0.750) 4,42

Mekanisme Pengaduan Masyarakat (0.250) 4,54

Peringkat dan nilai indeks integritas daerah tahun 2011 dari 60 pemerintah daerah yang disurvei KPK ditunjukkan oleh Tabel 5.2 berikut.

Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah

Bab 5Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah

Survei Integritas Sektor Publik 2011

95

Tabel 5.2. Nilai dan Peringkat Integritas Tingkat Daerah

NO KOTA INTEGRITAS NO KOTA INTEGRITAS

1 Pemko Dumai 7,77 31 Pemko Makassar 6,29

2 Pemko Bukittinggi 7,67 32 Pemko Palangkaraya 6,26

3 Pemko Bitung 7,62 33 Pemko Jambi 6,22

4 Pemko Yogyakarta 7,60 34 Pemko Cilegon 6,10

5 Pemko Batam 7,55 35 Pemko Palu 6,07

6 Pemko Pontianak 7,54 36 Pemko Bandar Lampung 6,02

7 Pemko Gorontalo 7,45 37 Pemko Banda Aceh 5,99

8 Pemko Surakarta 7,43 38 Pemko Malang 5,94

9 Pemko Banjarbaru 7,43 39 Pemko Medan 5,59

10 Pemko Surabaya 7,42 40 Pemko Bima 5,56

11 Pemko Denpasar 7,33 41 Pemko Binjai 5,54

12 Pemko Tanjung Pinang 7,31 42 Pemprov Jakarta 5,54

13 Pemko Pare-pare 7,29 43 Pemko Lhokseumawe 5,23

14 Pemkab Sidoarjo 7,23 44 Pemko Bekasi 5,08

15 Pemko Samarinda 7,14 45 Pemkab Jember 5,05

16 Pemko Mataram 7,14 46 Pemko Kendari 4,90

17 Pemko Padang 7,11 47 Pemko Manado 4,70

18 Pemko Pekalongan 7,08 48 Pemko Cirebon 4,67

19 Pemko Banjarmasin 6,92 49 Pemko Pematang Siantar 4,65

20 Pemko Kediri 6,90 50 Pemko Tangerang 4,46

21 Pemko Madiun 6,86 51 Pemko Lubuk Linggau 4,38

22 Pemko Kupang 6,86 52 Pemko Bogor 4,27

23 Pemko Bandung 6,68 53 Pemko Palembang 4,25

24 Pemko Ambon 6,64 54 Pemko Bengkulu 4,18

25 Pemkab Banyumas 6,53 55 Pemko Ternate 4,07

26 Pemko Pekanbaru 6,51 56 Pemkab Manokwari 3,70

27 Pemko Balikpapan 6,49 57 Pemko Semarang 3,61

28 Pemko Jayapura 6,47 58 Pemko Serang 3,54

29 Pemko Pangkal Pinang 6,42 59 Pemko Depok 3,50

30 Pemkab Mamuju 6,29 60 Pemko Metro 3,15

Tabel 5.2 menjelaskan terdapat 60% pemerintah daerah dengan indeks integritas diatas nilai standar minimum yang telah ditetapkan (6,00). Peringkat terbaik integritas secara nasional tahun 2011 dicapai oleh Pemerintah Kota Dumai kemudian disusul oleh Pemerintah Kota Bukit Tinggi dan Pemerintah Kota Bitung. Dua puluh delapan atau 40% Pemerintah Daerah lainnya masih belum memenuhi standar minimal integritas yang ditetapkan KPK. Lima instansi yang memperoleh nilai integritas terendah adalah Pemerintah Kota Metro (3,15), Pemerintah Kota Depok (3,50), Pemerintah Kota Serang (3,54), Pemerintah Kota Semarang (3,61), dan Pemerintah Manokwari Kota (3,70).

Indeks rata-rata masing-masing unit layanan yang disurvei di 60 Pemerintah Daerah menunjukkan nilai standar mendekati 6. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dengan nilai 6,21 merupakan unit layanan yang nilainya paling tinggi dibanding 2 unit layanan lain yang disurvei. KTP merupakan unit layanan dengan nilai masih di bawah standar minimum yang ditetapkan oleh KPK. Gambar 5.1 menjelaskan hal tersebut

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 5Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah96

Gambar 5.1. Indeks Integritas Unit Layanan Tingkat Daerah

Unit layanan dengan nilai integritas 10 tertinggi di daerah, didominasi oleh layanan SIUP dan IMB, baru disusul KTP. SIUP di Pemerintah Kota Pekanbaru (8,0) dan Pemerintah Kota Bitung (7,92) merupakan unit layanan yang memperoleh nilai tertinggi. Layanan IMB di Pemerintah Kota Bitung dengan skor 7,82 merupakan nilai skor integritas IMB tertinggi, dan KTP di Pemerintah Kota Dumai dengan nilai 7,82 adalah yang tertinggi untuk skor layanan KTP.

Gambar 5.2. Indeks Integritas 10 Unit Layanan Tertinggi Tingkat Daerah

Dari sepuluh nilai integritas terendah pada 10 unit layanan tingkat daerah seluruhnya memperoleh nilai di bawah standar minimum yang ditetapkan oleh KPK. Nilai integritas terendah adalah layanan KTP Pemerintah Kota Manado dengan nilai 2,51, disusul oleh SIUP Pemerintah Kabupaten Manokwari nilai 2,82, dan IMB Pemerintah Kota Metro nilai 2,87.

Gambar 5.3. Indeks Integritas 10 Unit Layanan Terendah Tingkat Daerah

6,21% 6,07%5,71%

IMB SIUP KTP

3,38

SIUPPemko Depok

KTPPemko Metro

IMBPemko Metro

SIUPPemko

Semarang

IMBPemko

Semarang

KTPPemko

Palembang

KTPPemko Manado

SIUPPemko Metro

SIUPPemko Bogor

SIUPPemkab

Manokwari

3,34 3,32 3,27 3,25 3,24 3,242.87 2.82

2.51

8,00

SIUPPemko

Pekanbaru

SIUPPemko Bitung

SIUPPemko Padang

KTPPemko Dumai

KTPPemko

Pontianak

IMBPemko Bitung

IMBPemkab Sidoarjo

IMBPemko Batam

SIUPPemko

Surakarta

IMBPemko

Surakarta

7,92 7,82 7,82 7,78 7,77 7,77 7,77 7,76 7,77

Bab 5Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah

Survei Integritas Sektor Publik 2011

97

Secara umum unit layanan SIUP cukup mendominasi dari unit layanan dengan nilai 10 terendah, disusul oleh KTP dan IMB.

5.2. Pengalaman Integritas Tingkat Daerah

Pengalaman integritas tingkat daerah dengan nilai 6,14 disusun dari indikator pengalaman korupsi dan cara pandang terhadap korupsi, dengan nilai masing-masing 6,25 dan 6,11. Dari hasil survei pada unit layanan tingkat daerah yang dilakukan, menghasilkan nilai indikator dan sub indikator seperti dijelaskan pada Tabel 5.3

Tabel 5.3. Nilai Pengalaman Integritas beserta Indikator dan Sub Indikator Tingkat Daerah

VARIABEL INDIKATOR SUB-INDIKATOR

Pengalaman Integritas (0,667) 6,14

Pengalaman Korupsi (0.250) 6,25

Jumlah / Besaran Gratifikasi (0.210) 5,39

Frekuensi Pemberian Gratifikasi (0.550) 6,69

Waktu Pemberian Gratifikasi (0.240) 5,97

Cara Pandang TerhadapKorupsi (0,750) 6,11

Arti Pemberian Gratifikasi (0.250) 6,78

Tujuan Pemberian Gratifikasi (0.750) 5,89

Meskipun nilai variabel dan indikator sudah diatas standar minimum, masih ada sub-indikator dengan nilai di bawah 6,00 yaitu jumlah/ besaran gratifikasi (5,39), waktu pemberian gratifikasi (5,97), dan tujuan pemberian gratifikasi (5,89).

Nilai tertinggi indeks pengalaman integritas diatas 8 diperoleh Pemerintah Kota Bukit Tinggi, Pemerintah Kota Dumai dan Pemerintah Kota Tanjung Pinang. Indeks pengalaman integritas terendah 2,59 yang diperoleh Pemerintah Kota Metro menunjukkan terjadi rentang nilai yang lebar antar Pemerintah Daerah, Tabel 5.4 menjelaskan hal tersebut.

Tabel 5.4. Nilai Pengalaman Integritas di Tingkat Daerah

NO PEMERINTAH DAERAH NILAI NO PEMERINTAH DAERAH NILAI

1 Pemko Bukittinggi 8,18 28 Pemkab Banyumas 6,81

2 Pemko Dumai 8,14 29 Pemko Palu 6,74

3 Pemko Tanjung Pinang 8,06 30 Pemko Banda Aceh 6,66

4 Pemko Bitung 7,98 31 Pemko Pekanbaru 6,64

5 Pemko Batam 7,94 32 Pemko Cilegon 6,60

6 Pemko Yogyakarta 7,88 33 Pemkab Mamuju 6,52

7 Pemko Samarinda 7,87 34 Pemko Palangkaraya 6,49

8 Pemko Pontianak 7,86 35 Pemko Jayapura 6,42

9 Pemko Surabaya 7,83 36 Pemko Bandar Lampung 6,41

10 Pemko Gorontalo 7,71 37 Pemko Makassar 6,40

11 Pemko Pare-pare 7,67 38 Pemko Malang 6,13

12 Pemko Surakarta 7,64 39 Pemko Bima 5,77

13 Pemko Banjarbaru 7,63 40 Pemko Kendari 5,71

14 Pemkab Sidoarjo 7,62 41 Pemprov Jakarta 5,51

15 Pemko Kediri 7,58 42 Pemko Binjai 5,47

16 Pemko Denpasar 7,55 43 Pemkab Jember 5,45

17 Pemko Madiun 7,54 44 Pemko Medan 5,33

18 Pemko Pekalongan 7,49 45 Pemko Lhokseumawe 5,22

19 Pemko Mataram 7,39 46 Pemko Bekasi 4,80

20 Pemko Padang 7,32 47 Pemko Pematang Siantar 4,79

21 Pemko Banjarmasin 7,18 48 Pemko Cirebon 4,57

22 Pemko Bandung 7,14 49 Pemko Manado 4,33

23 Pemko Kupang 7,13 50 Pemko Tangerang 4,19

24 Pemko Jambi 6,90 51 Pemko Bogor 3,94

25 Pemko Balikpapan 6,89 52 Pemko Palembang 3,84

26 Pemko Ambon 6,82 53 Pemko Ternate 3,68

27 Pemko Pangkal Pinang 6,82 54 Pemko Bengkulu 3,49

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 5Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah98

NO PEMERINTAH DAERAH NILAI NO PEMERINTAH DAERAH NILAI

55 Pemko Lubuk Linggau 3,47 58 Pemkab Manokwari 3,25

56 Pemko Serang 3,30 59 Pemko Semarang 3,14

57 Pemko Depok 3,26 60 Pemko Metro 2,59

Pada kombinasi unit layanan dan Pemerintah Daerah dengan nilai 5 tertinggi dan 5 terendah, terlihat bahwa SIUP dan IMB mendominasi peringkat tertinggi, dan Pemerintah Kota Dumai merupakan Pemerintah Daerah yang dominan dengan nilai pengalaman integritas tinggi. Nilai pengalaman integritas 5 terendah ditempati oleh seluruh unit layanan yang disurvei, yaitu KTP, SIUP dan IMB. Pemerintah Kota Metro merupakan Pemerintah Daerah yang unit layanannya dominan berada di 5 terbawah. Gambar 5.4 menjelaskan kondisi tersebut.

Gambar 5.4. Nilai Pengalaman Integritas Unit Layanan Tingkat Daerah (5 Tertinggi dan 5 Terendah)

5.2.1. Pengalaman Masyarakat terhadap Korupsi di Layanan Publik Tingkat Daerah

Pengalaman korupsi yang langsung dirasakan masyarakat pada saat proses pengurusan layanan adalah dalam bentuk biaya tambahan (gratifikasi) yang harus dibayarkan oleh pengguna layanan di luar biaya resmi, berapa kali biaya tambahan (gratifikasi) tersebut diberikan serta berapa besarnya dan kapan gratifikasi tersebut diberikan.

Tabel 5.5. Nilai Indikator Pengalaman Korupsi Beserta Sub Indikator Tingkat Daerah

INDIKATOR SUB-INDIKATOR

Pengalaman Korupsi (0.250) 6,25

Jumlah / Besaran Gratifikasi (0.210) 5,39

Frekuensi Pemberian Gratifikasi (0.550) 6,69

Waktu Pemberian Gratifikasi (0.240) 5,97

Nilai indikator pengalaman korupsi di tingkat daerah adalah 6,25. Nilai ini terbentuk berdasarkan ketiga sub-indikator sebagaimana pada Tabel 5.5. Meskipun nilai ini sudah di atas standar minimum yang ditetapkan, namun masih terdapat sub-indikator dengan nilai di bawah 6,00, yaitu jumlah/besaran gratifikasi (5,39), dan waktu pemberian gratifikasi (5,97).

Pengalaman korupsi pada Pemerintah Daerah menunjukkan rentang nilai yang cukup lebar. Lima Pemerintah Daerah dengan nilai tertinggi 8,00 yang dicapai Pemerintah Kota Yogyakarta, Pemerintah Kota Banjarbaru, Pemerintah Kota Samarinda, Pemerintah Kota Dumai, dan Pemerintah Kota Bukittinggi. Nilai kelima pemerintah kota tersebut berbeda

8,19SIUP - Pemko Bitung

SIUP - Pemko Pekanbaru

SIUP - Pemko Dumai

IMB - Pemko Dumai

IMB - Pemko Batam

SIUP - Pemko Metro

IMB - Pemko Semarang

IMB - Pemko Metro

SIUP - Pemkab Manokwari

KTP - Pemko Manado

8,19

8,19

8,19

8,19

2,69

2,68

2,38

2,02

1,71

Bab 5Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah

Survei Integritas Sektor Publik 2011

99

dengan 2 Pemerintah Daerah dengan nilai terendah yaitu Pemerintah Kota Serang (2,87), dan Pemerintah Kota Metro (2,72). Kondisi ini menunjukkan standar layanan publik yang bervariasi antar daerah.

Tabel 5.6. Nilai Pengalaman Korupsi Tingkat Daerah

NO PEMERINTAH DAERAH NILAI NO PEMERINTAH DAERAH NILAI

1 Pemko Yogyakarta 8,00 31 Pemko Jambi 6,88

2 Pemko Banjarbaru 8,00 32 Pemko Palu 6,71

3 Pemko Samarinda 8,00 33 Pemko Makassar 6,63

4 Pemko Dumai 8,00 34 Pemko Pekanbaru 6,61

5 Pemko Bukittinggi 8,00 35 Pemko Jayapura 6,53

6 Pemko Tanjung Pinang 7,95 36 Pemko Palangkaraya 6,48

7 Pemko Pare-pare 7,95 37 Pemko Bandar Lampung 6,44

8 Pemko Bitung 7,95 38 Pemko Bima 6,09

9 Pemko Surabaya 7,91 39 Pemkab Jember 5,96

10 Pemko Surakarta 7,85 40 Pemko Malang 5,93

11 Pemko Gorontalo 7,84 41 Pemko Kendari 5,73

12 Pemko Denpasar 7,78 42 Pemko Medan 5,69

13 Pemko Batam 7,77 43 DKI Jakarta 5,50

14 Pemko Kediri 7,73 44 Pemko Binjai 5,28

15 Pemko Pekangan 7,70 45 Pemko Manado 5,08

16 Pemko Madiun 7,64 46 Pemko Bekasi 5,00

17 Pemko Banjarmasin 7,62 47 Pemko Lhokseumawe 4,77

18 Pemko Pontianak 7,62 48 Pemko Cirebon 4,40

19 Pemko Bandung 7,53 49 Pemko Pematang Siantar 4,33

20 Pemkab Sidoarjo 7,52 50 Pemko Tangerang 4,25

21 Pemko Mataram 7,44 51 Pemko Bogor 4,19

22 Pemko Padang 7,35 52 Pemko Ternate 4,10

23 Pemko Kupang 7,33 53 Pemko Palembang 4,03

24 Pemko Balikpapan 7,27 54 Pemko Depok 3,74

25 Pemkab Mamuju 7,07 55 Pemko Bengkulu 3,63

26 Pemko Pangkal Pinang 7,05 56 Pemkab Manokwari 3,42

27 Pemkab Banyumas 6,94 57 Pemko Semarang 3,41

28 Pemko Cilegon 6,92 58 Pemko Lubuk Linggau 3,10

29 Pemko Ambon 6,88 59 Pemko Serang 2,87

30 Pemko Banda Aceh 6,88 60 Pemko Metro 2,72

Tiga indikator Pengalaman Korupsi yang diukur dijelaskan pada bagian berikut:

1. Jumlah/Besaran Gratifikasi

Nilai sub-indikator jumlah/besaran gratifikasi 5,39 menunjukkan masih terdapat layanan yang menerima biaya melebihi biaya resmi yang telah ditetapkan. Terdapat 37 persen (dari total 5.670 responden) yang mengaku memberikan biaya tambahan pada saat mengurus layanan. Biaya tambahan yang dibayarkan cukup bervariasi, namun fakta menunjukkan bahwa sebagian besar membayar biaya tambahan lebih dari 50% dari biaya resmi yang ditetapkan, seperti ditunjukkan oleh Gambar 5.5 berikut.

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 5Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah100

Gambar 5.5. Persentase Jumlah Gratifikasi yang Pengguna Layanan Bayarkan di Tingkat Daerah

Pada unit layanan dengan nilai jumlah/besaran gratifikasi 5 terendah, terlihat bahwa unit layanan SIUP mendominasi pemberian biaya tambahan yang nilainya lebih dari 50% dari biaya resmi. Bahkan 100% pengguna layanan yang memberi gratifikasi memberikannya lebih dari 100%.

2. Frekuensi Pemberian Gratifikasi

Indeks integritas sub-indikator frekuensi pemberian gratifikasi adalah 6,69. Nilai tersebut menunjukkan seberapa sering pemberian gratifikasi dilakukan oleh pengguna layanan yang menyatakan pernah memberikan biaya tambahan. Hasilnya dari 37% responden yang memberikan biaya tambahan, sebagian besar (30%) responden menyatakan pernah memberikan uang tambahan setidaknya satu kali dalam pengurusan layanan. Sisanya 5% menyatakan memberikan uang tambahan sebanyak 2 kali dan 2% lebih dari 2 kali.

Gambar 5.6. Frekuensi Pemberian Gratifikasi pada Unit Layanan di Tingkat Daerah

Jumlah Gratifikasi pada Unit Layanan di Tingkat Daerah 5 Terendah dan 5 Tertinggi (dalam %)

Frekuensi Gratifikasi pada Unit Layanan Tingkat Daerah 5 Terendah dan 5 Tertinggi (dalam %)

Pemda

Pemda

100

100

100

100

100

100

100

100

100

100

SIUP - Pemko Tangerang

SIUP - Pemko Semarang

SIUP - Pemko Metro

SIUP - Pemko Lubuk Linggau

SIUP - Pemko Bogor

IMB - Pemko Batam

IMB - Pemko Banjarmasin

IMB - Pemko Banjarbaru

IMB - Pemko Balikpapan

IMB - Pemko Ambon

<50% dari biaya resmi

>50% dari biaya resmi

Sesuai

70

100

83

100

60

100

100

100

lebih dari 2 kali

1 kali

2 kali

tidak pernah

20 10

17

33 7

53 30 10 7

57 43

SIUP - Pemko Serang

IMB - Pemko Metro

SIUP - Pemkab Manokwari

SIUP - Pemko Cirebon

KTP - Pemko Lhokseumawe

IMB - Pemko Batam

IMB - Pemko Banjarmasin

IMB - Pemko Banjarbaru

IMB - Pemko Balikpapan

IMB - Pemko Ambon

Bab 5Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah

Survei Integritas Sektor Publik 2011

101

Pada tingkat unit layanan dan Pemerintah Daerah, terlihat bahwa SIUP di Pemerintah Kota Serang 70% pengguna layanannya menyatakan membayar biaya tambahan lebih dari 2 kali. Pada IMB di Pemerintah Kota Metro 83% mengaku memberikan biaya tambahan sebanyak 2 kali dan pada KTP di Pemerintah Kota Lhokseumawe 53% menyatakan memberikan 1 kali.

3. Waktu Pemberian Gratifikasi

Indeks integritas sub indikator waktu pemberian gratifikasi adalah 5,97. Waktu pemberian gratifikasi menunjukkan kapan pemberian uang tambahan dilakukan oleh pengguna layanan. Pada responden yang menyatakan memberikan biaya tambahan, 48% diantaranya mengaku memberikan biaya tambahan di awal pengurusan, 8% mengaku saat pengurusan, dan 30% di akhir pengurusan. Bahkan terdapat 14% responden yang mengaku memberikan biaya tambahan pada 2 atau 3 tahap pengurusan. Pemberian uang tambahan/ gratifikasi di awal dan saat proses pengurusan layanan umumnya ditujukan untuk mempercepat dan atau untuk memperlancar proses layanan.

Gambar 5.7. Waktu Pemberian Biaya Tambahan di Unit Layanan di Tingkat Daerah

Pada unit layanan dengan nilai waktu pemberian gratifikasi 5 terendah dijelaskan bahwa pada SIUP, waktu pemberian biaya tambahan biasanya pada awal pengurusan dan ditengah/saat pegurusan. Sedangkan pada IMB pemberian biaya tambahan juga dilakukan pada awal pengurusan(Pemerintah Kota Lubuk Linggau) dan pada Pemerintah Kota Metro didominasi ditengah/saat pengurusan.

5.2.2. Cara Pandang Masyarakat terhadap Korupsi di Layanan Publik Tingkat Daerah

Upaya meningkatkan integritas tidak hanya dapat dilakukan oleh pihak pemberi layanan, tetapi bisa juga dilakukan oleh pihak pengguna layanan. Masyarakat sebagai pengguna layanan seharusnya dapat diberdayakan dengan mengubah atau memperbaiki cara pandang mereka terhadap korupsi, khususnya praktik pemberian gratifikasi yang terjadi di unit layanan publik. Cara pandang seseorang terhadap pemberian gratifikasi ini akan mempengaruhi sikap dan keputusan seseorang untuk memberi atau tidak memberi gratifikasi.

Tengah proses

Akhir proses

Tidak memberi

Waktu Pemberian Biaya Tambahan pada Unit LayananTingkat Daerah 5 Terendah dan 5 Tertinggi (dalam %)

Pemda

Kombinasi 2 atau 3 proses

Awal Proses

SIUP - Pemkab Manokwari

IMB - Pemko Metro

SIUP - Pemko Metro

SIUP - Pemko Lubuk Linggau

IMB - Pemko Lubuk Linggau

IMB - Pemko Batam

IMB - Pemko Banjarmasin

IMB - Pemko Banjarbaru

IMB - Pemko Balikpapan

IMB - Pemko Ambon

33

14

97

100

100

100

100

100

100

100

67

86

3

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 5Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah102

Tabel 5.7. Nilai Indikator Cara Pandang Korupsi Beserta Sub Indikator Tingkat Daerah

INDIKATOR SUB-INDIKATOR

Cara Pandang Terhadap Korupsi (0.750) 6,11Arti Pemberian Gratifikasi (0.250) 6,78

Tujuan Pemberian Gratifikasi (0.750) 5,89

Nilai indikator cara pandang terhadap korupsi pada tingkat daerah adalah 6,11, disusun oleh 2 (dua) sub-indikator yaitu arti pemberian gratifikasi dengan nilai 6,78 dan tujuan pemberian gratifikasi dengan nilai 5,89, seperti ditunjukkan pada Tabel 5.7. Nilai sub-indikator tujuan pemberian gratifikasi adalah sub-indikator yang perlu mendapat perhatian untuk dilakukan perbaikan karena nilainya masih di bawah standar yang ditetapkan oleh KPK.

Nilai cara pandang masyarakat terhadap korupsi pada tingkat daerah terbaik dengan nilai 8 dicapai oleh Pemerintah Kota Bukittinggi, Pemerintah Kota Dumai, Pemerintah Kota Tanjung Pinang, dan Pemerintah Kota Batam. Nilai tertinggi tersebut memiliki rentang yang cukup lebar dibanding dengan nilai terendah dari Pemerintah Kota Metro yang sebesar 2,55.

Dari 60 Pemerintah Daerah, 32 % nilainya masih di bawah 6,00, sehingga untuk unit layanan ditingkat daerah masih banyak yang harus dilakukan perbaikan.

Tabel 5.8. Nilai Cara Pandang Terhadap Korupsi di Tingkat Daerah

NO PEMERINTAH DAERAH NILAI NO PEMERINTAH DAERAH NILAI

1 Pemko Bukittinggi 8,24 31 Pemko Banda Aceh 6,59

2 Pemko Dumai 8,18 32 Pemko Palangkaraya 6,50

3 Pemko Tanjung Pinang 8,09 33 Pemko Bandar Lampung 6,39

4 Pemko Batam 8,00 34 Pemko Jayapura 6,39

5 Pemko Bitung 7,98 35 Pemkab Mamuju 6,34

6 Pemko Pontianak 7,93 36 Pemko Makassar 6,32

7 Pemko Yogyakarta 7,84 37 Pemko Cilegon 6,29

8 Pemko Samarinda 7,82 38 Pemko Malang 6,19

9 Pemko Surabaya 7,81 39 Pemko Kendari 5,70

10 Pemko Gorontalo 7,67 40 Pemko Bima 5,67

11 Pemkab Sidoarjo 7,65 41 Pemko Binjai 5,54

12 Pemko Surakarta 7,57 42 DKI Jakarta 5,51

13 Pemko Pare-pare 7,57 43 Pemko Lhokseumawe 5,37

14 Pemko Kediri 7,54 44 Pemkab Jember 5,28

15 Pemko Banjarbaru 7,51 45 Pemko Medan 5,21

16 Pemko Madiun 7,50 46 Pemko Pematang Siantar 4,94

17 Pemko Denpasar 7,48 47 Pemko Bekasi 4,74

18 Pemko Pekalongan 7,42 48 Pemko Cirebon 4,63

19 Pemko Mataram 7,37 49 Pemko Tangerang 4,16

20 Pemko Padang 7,32 50 Pemko Manado 4,08

21 Pemko Kupang 7,06 51 Pemko Bogor 3,86

22 Pemko Banjarmasin 7,04 52 Pemko Palembang 3,78

23 Pemko Bandung 7,01 53 Pemko Lubuk Linggau 3,59

24 Pemko Jambi 6,91 54 Pemko Ternate 3,54

25 Pemko Ambon 6,80 55 Pemko Serang 3,44

26 Pemko Balikpapan 6,77 56 Pemko Bengkulu 3,44

27 Pemkab Banyumas 6,77 57 Pemkab Manokwari 3,19

28 Pemko Palu 6,75 58 Pemko Depok 3,10

29 Pemko Pangkal Pinang 6,74 59 Pemko Semarang 3,05

30 Pemko Pekanbaru 6,64 60 Pemko Metro 2,55

Dua sub-indikator Arti Pemberian Gratifikasi dan Tujuan Pemberian Gratifikasi dijelaskan lebih rinci pada bagian berikut:

Bab 5Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah

Survei Integritas Sektor Publik 2011

103

1. Arti Pemberian Gratifikasi

Nilai sub indikator arti pemberian gratifikasi tingkat daerah menunjukkan bagaimana masyarakat mengartikan biaya-biaya atau imbalan yang mereka keluarkan, apakah tergolong korupsi atau tidak. Nilai 6,78 mengGambarkan bahwa masyarakat cukup paham arti dari pemberian gratifikasi. Gambar 5.8 menjelaskan sebanyak 68% responden mengartikan pemberian gratifikasi merupakan perbuatan yang melanggar hukum dan memalukan (41% dan 27%). Sedangkan 32% lainnya menjawab bahwa perbuatan tersebut boleh dilakukan.

Gambar 5.8. Pendapat Pengguna Layanan Tingkat Daerah atas Biaya Tambahan di Tingkat Daerah

Lima nilai terendah Arti Pemberian Gratifikasi didominasi oleh unit layanan KTP. Umumnya pengguna layanan KTP menyatakan bahwa pemberian gratifikasi pada layanan KTP boleh dilakukan. Bahkan di Pemko Manado sebagian besar pengguna layanan KTP (55%) menyatakan bahwa gratifikasi harus dilakukan dalam rangka mendapatkan layanan.

2. Tujuan Pemberian Gratifikasi

Nilai sub-indikator tujuan pemberian gratifikasi tingkat daerah adalah 5,89. Berdasarkan fakta yang dijumpai di unit layanan, tujuan utama penguna layanan memberikan uang tambahan atau gratifikasi adalah untuk mempercepat waktu pengurusan layanan (68%). Tujuan lain adalah untuk memastikan bahwa layanan akan selesai tepat waktu (14%), meluluskan proses layanan walaupun syarat tidak terpenuhi (7%) dan menghindarkan perlakuan semena-mena dari petugas layanan (2%)

Boleh dan sering dilakukan

KTP - Pemkab Mamuju

KTP - Pemkab Manado

KTP - Pemko Banjarbaru

KTP - Pemko Lubuk Linggau

SIUP - Pemko Cirebon

SIUP - Pemko Batam

IMB - Pemko Pontianak

IMB - Pemko Dumai

IMB - Pemko Bukittinggi

IMB - Pemko Batam

Harus dilakukan Boleh dilakukan asalkantidak terlalu sering

Hanya boleh dilakukankalau terpaksa

Memalukan dan tercela

Melanggar hukum dan harus dilaporkan

55 38 7

3

33

30

60

10

7

30

13

90

87

17

7

20

20

100

100

100

100

100

Pendapat Pengguna Layanan atas Biaya Tambahan pada Unit LayananTingkat Daerah 5 Terendah dan 5 Tertinggi (dalam %)

Pemda

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 5Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah104

Gambar 5.9. Tujuan Memberikan Biaya Tambahan di Tingkat Daerah

Pada unit layanan IMB tujuan pengguna layanan memberikan biaya tambahan umumnya adalah untuk meluluskan syarat pengurusan, pada SIUP mempercepat waktu dan meluluskan syarat pengurusan dan untuk mempercepat waktu adalah tujuan pada layanan KTP.

Bila dikaji lebih dalam alasan utama pengguna layanan memberikan biaya tambahan/ gratifikasi saat proses pengurusan layanan dapat dilihat pada Gambar 5.10. Dari pengguna layanan yang mengaku memberikan uang tambahan/ gratifikasi 66% memiliki alasan negatif, yaitu karena diminta petugas (45%), karena petugas mempersulit (14%), dan karena petugas malas melayani (7%). Hanya 26% responden yang memberikan alasan karena puas dengan layanan petugas (25%) dan karena petugas ramah (7%). Dan sisanya 2% responden memberikan uang tambahan dengan alasan kasihan kepada petugas yang gajinya kecil.

Gambar 5.10. Alasan Memberikan Biaya Tambahan di Tingkat Daerah

Kasihan gaji petugas kecil

Petugas ramah

Petugas mempersulit

Petugas malas melayani

Puas dengan pelayanan petugas

Petugas meminta

100

100

100

100

100

100

100

100

100

100

SIUP - Pemko Semarang

IMB - Pemko Batam

IMB - Pemko Banjarmasin

IMB - Pemko Banjarbaru

IMB - Pemko Balikpapan

IMB - Pemko Ambon

SIUP - Pemko Metro

IMB - Pemko Semarang

KTP - Pemko Metro

IMB - Pemko Metro

IMB - Pemko Metro

IMB - Pemko Batam

IMB - Pemko Banjarmasin

IMB - Pemko Banjarbaru

IMB - Pemko Balikpapan

IMB - Pemko Ambon

SIUP - Pemko Metro

KTP - Pemko Metro

KTP - Pemko Lubuk Linggau

SIUP - Pemko Bogor

43

60

40

67

67

100

100

100

100

100

57

40

53

33

277

33

Petugas semena-mena

Meluluskan syarat pengurusan

Memastikan tepat waktu

Tidak ada tujuan

Mempercepat waktu

Tidak memberi

Tidak memberi

Tujuan Memberikan Biaya Tambahan pada Unit LayananTingkat Daerah 5 Terendah dan 5 Tertinggi (dalam %)

Alasan Memberikan Biaya Tambahan pada Unit LayananTingkat Daerah 5 Terendah dan 5 Tertinggi (dalam %)

Pemda

Pemda

Bab 5Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah

Survei Integritas Sektor Publik 2011

105

Pada 5 unit layanan dengan nilai terendah, yakni untuk pelayanan SIUP, KTP dan IMB semuanya memberikan uang tambahan/ gratifikasi dikarenakan petugas yang meminta kepada pengguna layanan. Sedangkan pada 5 tertinggi pengguna layanan tidak memberi biaya tambahan sama sekali.

Data tentang pengalaman integritas yang dihasilkan dalam survei ini, mencerminkan kondisi rill dari unit layanan berdasarkan pengalaman yang langsung dirasakan pengguna layanan saat mengurus layanan dalam kurun waktu satu tahun terakhir.

5.3. Potensi Integritas Tingkat Daerah

Potensi integritas tingkat daerah dengan nilai 5,70 memberikan kontribusi 0.333 terhadap nilai integritas. Potensi integritas merupakan variabel penting dalam memperkecil peluang terjadinya korupsi. Variabel potensi integritas terdiri dari 4 indikator yaitu, lingkungan kerja (6,69), sistem administrasi (6,04), perilaku individu (6,31), dan pencegahan korupsi (4,45). Masing-masing indikator terdiri dari 2-5 sub-indikator dengan nilai seperti ditunjukkan oleh Tabel 5.9.

Tabel 5.9. Nilai Variabel Potensi Integritas beserta Indikator dan Sub-Indikator Tingkat Daerah

VARIABEL INDIKATOR SUB-INDIKATOR

PotensiIntegritas (0,333)

5,70

Lingkungan Kerja (0,127) 6,69

Kebiasaan Pemberian Gratifikasi (0.392) 5,46

Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur (0.164) 8,65

Keterlibatan Calo (0.221) 6,68

Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan (0.100) 7,48

Suasana/Kondisi di sekitar Pelayanan(0.123) 7,38

SistemAdministrasi (0,280) 6,04

Kepraktisan SOP(0.281) 6,13

Keterbukaan Informasi (0.584) 6,19

Pemanfaatan Teknologi Informasi (0.135) 5,22

Perilaku Individu (0,280) 6,31

Keadilan dalam Layanan (0.413) 6,96

Ekspektasi Petugas terhadap Gratifikasi(0.327) 6,19

Perilaku Pengguna Layanan (0.260) 5,44

Pencegahan Korupsi (0,313) 4,45Tingkat Upaya Anti Korupsi (0.750) 4,42

Mekanisme Pengaduan Masyarakat (0.250) 4,54

Nilai potensi integritas tingkat daerah dari 60 Pemerintah Daerah sampel adalah 5,95. Nilai tersebut masih berada di bawah standar minimum yang ditetapkan oleh KPK (6,00). Beberapa perbaikan yang harus dilakukan dalam rangka memperkecil peluang terjadinya korupsi, adalah dengan menghilangkan kebiasaan pemberian gratifikasi (5,46), meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi (5,22), mengubah perilaku pengguna layanan (5,44), meningkatkan upaya anti korupsi (4,42), dan memperjelas mekanisme pengaduan masyarakat (4,54).

Nilai potensi integritas dari 60 Pemerintah Daerah berkisar antara 7,03 – 3,29. Dua Pemerintah Daerah dengan nilai potensi integritas terendah adalah Pemerintah Kota Depok dan Pemerintah Kota Kendari. Tabel 5.10 menjelaskan kondisi tersebut.

Tabel 5.10. Peringkat Indeks Potensi Integritas Tingkat Daerah NO PEMERINTAH DAERAH NILAI NO PEMERINTAH DAERAH NILAI

1 Pemko Dumai 7,03 9 Pemko Batam 6,76

2 Pemko Yogyakarta 7,02 10 Pemko Padang 6,70

3 Pemko Banjarbaru 7,02 11 Pemko Mataram 6,65

4 Pemko Surakarta 7,00 12 Pemko Bukittinggi 6,64

5 Pemko Gorontalo 6,92 13 Pemko Surabaya 6,61

6 Pemko Bitung 6,92 14 Pemko Jayapura 6,57

7 Pemko Pontianak 6,91 15 Pemko Pare-pare 6,54

8 Pemko Denpasar 6,87 16 Pemkab Sidoarjo 6,46

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 5Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah106

NO PEMERINTAH DAERAH NILAI NO PEMERINTAH DAERAH NILAI

17 Pemko Banjarmasin 6,39 39 Pemko Madiun 5,52

18 Pemko Kupang 6,32 40 Pemko Manado 5,43

19 Pemko Ambon 6,28 41 Pemko Bandar Lampung 5,26

20 Pemko Pekanbaru 6,26 42 Pemko Lhokseumawe 5,25

21 Pemko Pekalongan 6,26 43 Pemko Cilegon 5,20

22 Pemko Lubuk Linggau 6,20 44 Pemko Bima 5,12

23 Pemko Medan 6,11 45 Pemko Palembang 5,06

24 Pemko Makassar 6,09 46 Pemko Tangerang 5,01

25 Pemkab Banyumas 5,95 47 Pemko Bogor 4,92

26 Pemkab Mamuju 5,83 48 Pemko Cirebon 4,87

27 Pemko Tanjung Pinang 5,81 49 Pemko Ternate 4,86

28 Pemko Palangkaraya 5,80 50 Pemko Jambi 4,85

29 Pemko Bandung 5,77 51 Pemko Palu 4,74

30 Pemko Balikpapan 5,69 52 Pemko Banda Aceh 4,64

31 Pemko Samarinda 5,69 53 Pemkab Manokwari 4,61

32 Pemko Binjai 5,68 54 Pemko Semarang 4,55

33 Pemko Bekasi 5,64 55 Pemko Pematang Siantar 4,38

34 Pemko Pangkal Pinang 5,61 56 Pemko Metro 4,29

35 DKI Jakarta 5,61 57 Pemkab Jember 4,25

36 Pemko Bengkulu 5,56 58 Pemko Serang 4,04

37 Pemko Malang 5,56 59 Pemko Depok 3,99

38 Pemko Kediri 5,53 60 Pemko Kendari 3,29

Gambar 5.11 menjelaskan nilai potensi integritas 5 tertinggi dan 5 terendah berdasarkan unit layanan dan Pemerintah Daerah. Pemerintah Kota Kendari mendominasi nilai potensi integritas rendah untuk 3 layanan, yakni KTP, IMB, maupun SIUP. Sedangkan unit layanan SIUP mendominasi nilai tertinggi potensi integritas.

Gambar 5.11. Nilai Tertinggi dan Terendah Potensi Integritas Unit Layanan Tingkat Daerah

5.3.1. Lingkungan Kerja di Layanan Publik Tingkat Daerah

Lingkungan kerja dalam layanan publik harus didukung oleh fasilitas yang memadai, suasana pelayanan yang nyaman dan prosedur yang tidak berbelit-belit. Tujuannya adalah mendorong pengguna layanan maupun petugas layanan supaya tidak melakukan penyimpangan dalam rangka memperlancar proses pengurusan layanan.

SIUP - Pemko Pare-pare

SIUP - Pemko Pekanbaru

SIUP - Pemko Padang

SIUP - Pemko Surakarta

KTP - Pemko Dumai

IMB - Pemko Metro

SIUP - Pemko Kendari

KTP - Pemko Serang

KTP - Pemko Kendari

IMB - Pemko Kendari

7,65

7,61

7,58

7,41

7,39

3,86

3,49

3,36

3,30

3,07

Bab 5Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah

Survei Integritas Sektor Publik 2011

107

Tabel 5.11. Nilai Indikator Lingkungan Kerja beserta Sub Indikator Tingkat Daerah

INDIKATOR SUB-INDIKATOR

Lingkungan Kerja (0,127) 6,69

Kebiasaan Pemberian Gratifikasi (0.392) 5,46

Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur (0.164) 8,65

Keterlibatan Calo (0.221) 6,68

Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan (0.100) 7,48

Suasana/Kondisi di sekitar Pelayanan(0.123) 7,38

Nilai integritas indikator lingkungan kerja adalah 6,69. Sub indikator pertemuan di luar prosedur, fasilitas di sekitar lingkungan pelayanan dan suasana/kondisi di sekitar pelayanan sudah relatif baik dengan nilai lebih dari 7. Namun demikian bukan berarti kebiasaan pengguna layanan memberikan gratifikasi telah hilang sama sekali (5,46).

Nilai lingkungan kerja berdasarkan Pemerintah Daerah berkisar antara 4,06 – 8,90. Masih terdapat 33 % Pemerintah Daerah yang nilainya di bawah standar yang ditetapkan KPK. Lihat Tabel 5.12 berikut.

Tabel 5.12. Nilai Lingkungan Kerja di Tingkat Daerah

NO PEMERINTAH DAERAH NILAI NO PEMERINTAH DAERAH NILAI

1 Pemko Samarinda 8,90 31 Pemko Bandar Lampung 6,75

2 Pemko Bukittinggi 8,86 32 DKI Jakarta 6,71

3 Pemko Dumai 8,77 33 Pemko Pekalongan 6,66

4 Pemko Yogyakarta 8,68 34 Pemko Palangkaraya 6,38

5 Pemkab Sidoarjo 8,58 35 Pemkab Banyumas 6,35

6 Pemko Pare-pare 8,55 36 Pemko Malang 6,31

7 Pemko Batam 8,48 37 Pemko Banda Aceh 6,29

8 Pemko Banjarbaru 8,36 38 Pemko Cilegon 6,16

9 Pemko Pontianak 8,34 39 Pemko Bogor 6,14

10 Pemko Surabaya 8,10 40 Pemkab Jember 6,09

11 Pemko Denpasar 8,08 41 Pemko Tangerang 5,89

12 Pemko Padang 8,03 42 Pemkab Mamuju 5,88

13 Pemko Bitung 7,95 43 Pemko Manado 5,73

14 Pemko Mataram 7,05 44 Pemko Bekasi 5,71

15 Pemko Kediri 7,90 45 Pemko Bima 5,68

16 Pemko Gorontalo 7,86 46 Pemko Tanjung Pinang 5,64

17 Pemko Palu 7,64 47 Pemko Jambi 5,40

18 Pemko Jayapura 7,60 48 Pemko Medan 5,36

19 Pemko Makassar 7,56 49 Pemko Kendari 5,19

20 Pemko Pekanbaru 7,53 50 Pemko Binjai 5,17

21 Pemko Ambon 7,49 51 Pemko Depok 5.01

22 Pemko Pematang Siantar 7,49 52 Pemko Serang 4.91

23 Pemko Balikpapan 7,48 53 Pemko Palembang 4.91

24 Pemko Pangkal Pinang 7,40 54 Pemko Semarang 4.78

25 Pemko Surakarta 7,27 55 Pemko Bengkulu 4.77

26 Pemko Madiun 7,12 56 Pemko Lhokseumawe 4.57

27 Pemko Kupang 7,10 57 Pemko Ternate 4.51

28 Pemko Banjarmasin 7,05 58 Pemko Metro 4.23

29 Pemko Bandung 6,99 59 Pemkab Manokwari 4.09

30 Pemko Cirebon 6,89 60 Pemko Lubuk Linggau 4.06

Penjelasan sub indikator lingkungan kerja disampaikan pada bagian berikut:

1. Kebiasaan Pemberian Gratifikasi

Kebiasaan pengguna dan petugas layanan dalam memberi maupun meminta biaya tambahan (gratifikasi) dalam rangka mendapatkan layanan publik ternyata masih sulit diubah. Sebesar 56% responden menyatakan bahwa pemberian gratifikasi memang

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 5Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah108

masih terjadi dalam pengurusan layanan publik, dengan intensitas selalu terjadi (7%), sering terjadi (20%) dan kadang-kadang terjadi (29%). Lihat Gambar 5.12.

Gambar 5.12. Intensitas Praktik Pemberian Uang Tambahan di Tingkat Daerah

Nilai kebiasaan pemberian gratifikasi berdasarkan unit layanan dan Pemerintah Daerah dengan nilai 5 tertinggi dan 5 terendah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.12, mengGambarkan bahwa kebiasaan pemberian gratifikasi dominan terjadi pada unit layanan SIUP dan KTP, sedangkan IMB merupakan unit layanan yang relative minim terjadi pemberian gratifikasi. Pemerintah Kota Metro adalah Pemerintah Daerah dengan kebiasaan pemberian gratifikasi yang relatif tinggi terutama untuk SIUP dan IMB, disamping Pemerintah Kota Serang, Pemerintah Kota Binjai, dan Pemerintah Kota Manado.

2. Kebutuhan Pertemuan di luar Prosedur

Secara umum, kebutuhan pengguna layanan untuk melakukan pertemuan di luar prosedur sudah sangat minimal. Nilai 8,65 menunjukkan hal tersebut. Namun demikian masih ada 20% dari pengguna layanan yang mengaku pernah melakukan pertemuan di luar prosedur. Sebagian besar melakukannya hanya 1 kali (14%), namun ada juga yang 2 kali (4%), dan lebih dari 2 kali (2%)

Gambar 5.13. Persentase Responden Melakukan Pertemuan di Tingkat Daerah

Lebih dari 2 kali

2 kali

Tidak Pernah

1 kali

33 17

573

20 17

13 30

2710

100

100

100

100

100

50

37

60

50

60

3

3

7

3

SIUP - Pemko Metro

SIUP - Pemko Serang

IMB - Pemko Metro

KTP - Pemko Binjai

KTP - Pemko Manado

IMB - Pemko Dumai

IMB - Pemko Bukittinggi

IMB - Pemko Bitung

IMB - Pemko Batam

IMB - Pemko Ambon

SIUP - Pemko Metro

SIUP - Pemko Serang

IMB - Pemko Metro

KTP - Pemko Binjai

KTP - Pemko Manado

IMB - Pemko Dumai

IMB - Pemko Bukittinggi

IMB - Pemko Bitung

IMB - Pemko Batam

IMB - Pemko Ambon

Selalu terjadi

Sering terjadi

Tidak Pernah

Kadang-kadang terjadi

67

80

43

40

38

100

100

100

100

100

33

13

57

60

62

744% 29%

20%7%

Persentase Responden Melakukan Pertemuan pada Unit Layanandi Tingkat Daerah 5 Terendah dan 5 Tertinggi (dalam %)

Intensitas Praktir Pemberian Uang Tambahan pada Unit Layanandi Tingkat Daerah 5 Terendah dan 5 Tertinggi (dalam %)

Pemda

Pemda

Bab 5Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah

Survei Integritas Sektor Publik 2011

109

Pada tingkat unit layanan dan Pemerintah Daerah dengan nilai 5 tertinggi dan 5 terendah, unit layanan IMB tercatat sebagai unit layanan yang tidak membutuhkan pertemuan di luar prosedur. SIUP dan KTP merupakan unit layanan yang masih memiliki peluang melakukan pertemuan diluar prosedur.

Berdasarkan survei, dari 20% dari pengguna layanan pada tingkat daerah yang melakukan pertemuan di luar prosedur, tujuan utamanya adalah untuk mempercepat waktu (43%), dan melengkapi syarat (36%), tujuan lainnya adalah dalam rangka negosiasi biaya 8% dan negosiasi syarat yang tidak terpenuhi (13%). Lihat Gambar 5.14

Gambar 5.14. Tujuan Melakukan Pertemuan di Luar Prosedur di Tingkat Daerah

Ketiga unit layanan pada Pemerintah Kota Lhokseumawe menyatakan bahwa tujuan dilakukannya pertemuan diluar prosedur adalah dalam rangka mempercepat waktu, melengkapi syarat, dan negoisasi syarat. Sementara pada unit layanan KTP di Pemerintah Kota Manado untuk negoisasi syarat dan mempercepat waktu adalah tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan mempercepat waktu adalah tujuan utama yang ingin dicapai di unit layanan SIUP Pemerintah Kabupaten Manokwari dalam melakukan pertemuan diluar prosedur.

3. Keterlibatan Calo

Keterlibatan calo dalam pengurusan layanan di tingkat daerah masih cukup signifikan. Sebesar 46% pengguna layanan menyatakan bahwa calo masih beroperasi di unit layanan yang mereka datangi (Gambar 5.15)

Gambar 5.15. Perantara Calo yang Beroperasi di Tingkat Daerah

Petugas lain

Orang yang bekerjadi sekitar unit

Kombinasi 2 atau lebih perantara

Orang luar

Tidak melihat caloPetugas langsung

SIUP - Pemko Metro

SIUP - Pemko Depok

KTP - Pemko Metro

IMB - Pemko Metro

IMB - Pemko Depok

IMB - Pemko Mataram

IMB - Pemko Manado

IMB - Pemko Bukittinggi

IMB - Pemko Bitung

IMB - Pemko Batam

54%13%

12%9%6%6%

23

57

100

100

100

100

100

100

100

17

77

43

83

Negosiasi Biaya

Negosiasi syarat

Mempercepat waktu

Tidak Melakukan

Melengkapi syarat

KTP - Pemko Manado

SIUP - Pemko Manokwari

SIUP - Pemko Lhokseumawe

KTP - Pemko Lhokseumawe

IMB - Pemko Lhokseumawe

IMB - Pemko Bitung

IMB - Pemko Batam

IMB - Pemko Banjarmasin

IMB - Pemko Balikpapan

IMB - Pemko Ambon

43%

13%

36%

8%

50

20

10

23

47

77

13 3330

63

23

100

100

100

100

100

3

3

3

20

7

7

10

33

10

13

Tujuan Melakukan Pertemuan di Luar Prosedur pada Unit Layanandi Tingkat Vertikal 5 Terendah dan 5 Tertinggi (dalam %)

Pemda

Perantara Calo yang beroperasi pada Unit Layanandi Tingkat Daerah 5 Terendah dan 5 Tertinggi (dalam %)

Pemda

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 5Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah110

Berdasarkan pengamatan pengguna layanan, calo tersebut adalah orang luar (13%), petugas langsung layanan (9%), petugas lain yang bekerja di instansi tetapi tidak langsung berhubungan dengan layanan (6%), orang luar yang bekerja di sekitar unit layanan (6%) dan 12% pengguna layanan melihat bahwa calo berasal dari kombinasi 2 atau lebih diantara pihak-pihak yang disebutkan tersebut.

Pada unit layanan SIUP dan IMB Pemerintah Kota Depok, pengguna layanan menyatakan bahwa 100% calo berasal dari petugas yang langsung mengurus layanan. Kondisi yang memprihatinkan ini juga terjadi di unit layanan SIUP, KTP, dan IMB di Pemerintah Kota Metro. Selain petugas langsung, petugas lain yang bekerja di institusi tersebut tetapi tidak langsung terlibat pada proses layanan juga ada yang berperan sebagai calo.

Gambar 5.16. Cara Perantara/Calo Beroperasi pada Unit Layanan di Tingkat Daerah5 Terendah dan 5 Tertinggi dalam (%)

Cara calo beroperasi saat mendekati pengguna layanan adalah terang-terangan dan sembunyi-sembunyi. Unit layanan tertinggi yang calonya beroperasi secara terang-terangan KTP - Pemko Manado (Manado) 93% dan secara sembungi-sembunyi IMB - Pemko Semarang (Semarang) 30%. Lebih jelasnya cara calo beroperasi di tingkat daerah pada unit layanan 5 tertinggi dan 5 terendah dapat dilihat pada Gambar 5.16.

4. Fasilitas dan Suasana Unit Layanan

Keberadaan fasilitas dalam unit layanan merupakan salah satu sebab pengguna layanan mengambil keputusan mengurus sendiri layanannya atau memilih menggunakan jasa perantara. Sebagian besar pengguna layanan (85%) menyatakan bahwa fasilitas yang tersedia di unit layanan yang mereka datangi memadai dan hanya 15% yang menyatakan kurang/tidak memadai.

Gambar 5.17. Kondisi Fasilitas di Tingkat Daerah

KTP - Pemko Jember

KTP - Pemko Manado

KTP - Pemko Bima

KTP - Pemko Serang

KTP - Pemko Metro

SIUP - Pemko Ambon

IMB - Pemko Surakarta

IMB - Pemko Banda Aceh

KTP - Pemko Palangkaraya

IMB - Pemko Ambon

Tidak memadai

Sangat memadai

Memadai

Kurang memadai

74%40

21

13

20

50

59

77

63

83

47

47

47

37

20

10

10

10

17

17

53

53

53

63

80

2% 11%13%

Terang-terangan

Sembunyi-sembunyi

Tidak pernah melihat calo

KTP - Pemko Manado

SIUP - Pemko Malang

SIUP - Pemko Semarang

IMB - Pemko Ternate

IMB - Pemko Semarang

IMB - Pemko Dumai

IMB - Pemko Bukittinggi

IMB - Pemko Bitung

IMB - Pemko Batam

IMB - Pemko Banjarmasin

100

93

87

77

73

70

7

13

23

27

30

100

100

100

100

Kondisi Fasilitas pada Unit Layanan di Tingkat Daerah 5 Terendah dan 5 Tertinggi (dalam %)

Pemda

Bab 5Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah

Survei Integritas Sektor Publik 2011

111

Gambar 5.17 menjelaskan kondisi fasilitas di unit layanan tingkat daerah. Pada tingkat unit layanan di daerah, terutama pada layanan KTP masih terdapat fasilitas yang menurut pengguna layanan tidak memadai. Kondisi tersebut jelas terjadi di Pemerintah Kabupaten Jember, Pemerintah Kota Manado, Pemerintah Kota Bima, dan Pemerintah Kota Metro. Sedangkan pada layanan IMB, pengguna layanan menilai fasilitas yang disediakan relatif memadai.

Gambar 5.18 menjelaskan bahwa suasana pada tingkat daerah menurut pengalaman pengguna layanan saat pengurusan layanan adalah nyaman (88%), tenang (86%), teratur dan rapi (88%) serta tahapan layanan teratur (84%). Namun masih ada pengguna layanan menyatakan suasana tidak nyaman (12%), tidak tenang (14%), tidak teratur dan rapi (12%) serta tahapan layanan tidak teratur (16%). Hal ini menunjukkan bahwa mempertahankan dan meningkatkan kualitas unit layanan harus terus dilakukan, bila tidak hal ini dapat memicu pengguna layanan untuk menggunakan jasa calo saat proses pengurusan layanan.

Gambar 5.18. Suasana Lingkungan Kerja di Tingkat Daerah

5.3.2. Sistem Administrasi di Layanan Publik Tingkat Daerah

Tiga sub-indikator dalam sistem administrasi yaitu kepraktisan SOP, Keterbukaan Informasi, dan Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam layanan publik di tingkat daerah nilainya masih berkisar antara 5 dan 6. Lihat Tabel 5.13 berikut.

Tabel 5.13. Nilai Indikator Sistem Administrasi beserta Sub Indikator Tingkat Daerah

INDIKATOR SUB-INDIKATOR

Sistem Administrasi (0,280) 6,04

Kepraktisan SOP(0.281) 6,13

Keterbukaan Informasi (0.584) 6,19

Pemanfaatan Teknologi Informasi (0.135) 5,22

Nilai sistem administrasi tingkat daerah (6,04) tidak jauh dari standar yang ditetapkan KPK. Pemanfaatan Teknologi Informasi merupakan subindikator yang masih memerlukan perbaikan karena nilainya masih di bawah standar minimal yang ditetapkan (5,22). Namun demikian, nilai 2 subindikator lainnya yaitu kepraktisan SOP dan keterbukaan informasi juga masih perlu ditingkatkan. Dari total 60 kota target survei, Gambaran indeks integritas ditunjukkan oleh Tabel 5.14 berikut.

Tidak

Nyaman Tenang Ruang Rapidan Teratur

Tahapan Layanan yang

teratur

Ya

84%

16%

88%

12%

86%

14%

88%

12%

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 5Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah112

Tabel 5.14. Indeks Integritas Sistem Administrasi di Tingkat Daerah

NO PEMERINTAH DAERAH NILAI NO PEMERINTAH DAERAH NILAI

1 Pemko Banjarbaru 8,19 31 Pemko Bekasi 5,95

2 Pemko Pekanbaru 7,87 32 Pemko Tangerang 5,88

3 Pemko Pontianak 7,35 33 Pemko Tanjung Pinang 5,86

4 Pemko Gorontalo 7,33 34 Pemko Cirebon 5,82

5 Pemko Padang 7,22 35 Pemkab Jember 5,78

6 Pemko Dumai 7,21 36 Pemko Kupang 5,69

7 Pemko Bitung 7,17 37 Pemko Banda Aceh 5,68

8 Pemko Malang 7,09 38 Pemko Serang 5,68

9 Pemko Surakarta 7,06 39 Pemko Depok 5,66

10 Pemko Ambon 6,83 40 Pemko Lubuk Linggau 5,65

11 Pemko Medan 6,82 41 Pemko Pare-pare 5,58

12 Pemko Bukittinggi 6,81 42 Pemko Lhokseumawe 5,58

13 Pemko Surabaya 6,77 43 Pemko Bandung 5,57

14 Pemko Jayapura 6,75 44 Pemko Binjai 5,52

15 Pemko Madiun 6,74 45 Pemko Metro 5,48

16 Pemko Denpasar 6,65 46 Pemko Bengkulu 5,45

17 Pemko Kediri 6,64 47 Pemko Cilegon 5,34

18 Pemko Makassar 6,61 48 Pemko Pekalongan 5,34

19 Pemkab Banyumas 6,59 49 Pemko Palembang 5,29

20 Pemko Palangkaraya 6,58 50 Pemko Manado 5,28

21 Pemkab Sidoarjo 6,52 51 Pemko Balikpapan 5,27

22 Pemko Bima 6,47 52 Pemko Bogor 5,24

23 Pemko Batam 6,34 53 Pemko Jambi 5,16

24 Pemko Banjarmasin 6,32 54 Pemko Pangkal Pinang 4,94

25 Pemko Bandar Lampung 6,29 55 Pemko Kendari 4,78

26 Pemko Yogyakarta 6,29 56 Pemko Semarang 4,77

27 Pemkab Mamuju 6,20 57 Pemko Samarinda 4,73

28 Pemko Mataram 6,14 58 Pemkab Manokwari 4,61

29 Pemko Palu 6,11 59 Pemko Ternate 4,37

30 DKI Jakarta 5,96 60 Pemko Pematang Siantar 3,94

Nilai Sistem Administrasi Tingkat Daerah berkisar antara 3,94 sampai 8,19. Nilai tinggi 8,19 menunjukkan sistem administrasi dalam layanan IMB, SIUP, dan KTP yang baik di Pemerintah Kota Banjarbaru, sebaliknya yang terjadi di Pemerintah Kota Pematang Siantar dengan nilai 3,94.

Gambaran lebih lanjut mengenai 3 sub-indikator dari sistem administrasi akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Kepraktisan SOP

Kepraktisan SOP mencerminkan tingkat efektifitas prosedur pengurusan layanan, syarat, biaya dan waktu pengurusan layanan. Hasil survei pada unit layanan di tingkat daerah menunjukkan bahwa lebih dari 50% pengguna layanan menilai prosedur, persyaratan, dan biaya pengurusan unit layanan cukup wajar dengan ketepatan waktu pengurusan layanan yang cukup baik. Bahkan 4% pengguna layanan menyatakan mendapatkan pelayanan yang lebih cepat dari waktu yang telah ditetapkan dan 12% menyatakan biaya layanan murah. Namun demikian masih ada pengguna layanan yang menjawab bahwa terdapat kesulitan dalam prosedur (13%) dan persyaratan (15%), kelambatan dalam waktu (25%) serta mahalnya biaya (17%). Jawaban pengguna layanan dalam hal ketidak jelasan prosedur (11%), persyaratan (6%), waktu (14%) dan biaya (10%) seharusnya mendapat perhatian dari penanggung jawab unit layanan.

Bab 5Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah

Survei Integritas Sektor Publik 2011

113

Gambar 5.19. Penilaian SOP Pengurusan di Tingkat Daerah

2. Keterbukaan Informasi

Dalam mencegah ketidakjelasan prosedur, persyaratan, biaya dan ketidaktepatan waktu dalam pengurusan layanan, ketersediaan informasi pada setiap unit layanan menjadi penting dan sangat membantu responden saat pengurusan layanan. Tingkat keterbukaan informasi pada unit layanan publik di tingkat daerah dijelaskan pada Gambar 5.20

Gambar 5.20. Tingkat Keterbukaan Informasi Layanan Tingkat Daerah

Keterbukaan informasi mengenai prosedur, syarat, waktu dan biaya yang disajikan oleh unit layanan di tingkat daerah sangatlah membantu responden pada saat proses pengurusan layanan. Gambar 5.20 mengGambarkan bahwa prosedur, persyaratan, waktu dan biaya secara umum telah diumumkan secara terbuka, dan dijelaskan petugas. Namun masih saja ada prosedur (2%), persyaratan (1%), waktu (4%), dan biaya (5%) yang menurut pengguna layanan tidak jelas karena tidak diumumkan/ dijelaskan oleh petugas.

3. Pemanfaatan Teknologi Informasi

Teknologi informasi yang juga menjadi dasar pengukuran dalam sistem administrasi pemanfaatannya masih terbatas. Hanya terdapat 17% pengguna layanan yang pernah memanfaatkan teknologi informasi yang ada di unit layanan. Tujuan pengguna layanan menggunakan teknologi informasi adalah untuk memproses layanan (47%), mengetahui informasi terkait layanan yang diurus (43%) dan mengetahui status penyelesaian pengurusan layanan (10%).

Diumumkan terbuka

Diumumkan terbuka dan dijelaskan petugas tanpa ditanya

Prosedur Persyaratan Waktu Biaya

Dijelaskan petugas hanya jika ditanya

Tidak ada pengumuman/penjelasan petugas

Dijelaskan petugas tanpa ditanya

29%27% 26%

16%

2%

31%28%

26%24%

18%16%

26%28% 29%

18%22%

24%

1%4% 5%

Wajar Wajar Tepat waktu Wajar

Mudah Mudah Lambat Mahal

Tidak jelas prosedurnya

Tidak jelas persyaratannya

Lebih cepat dari waktu yang ditetapkan

Tidak jelas biayanya

Prosedur Persyaratan Waktu Biaya

Sulit Sulit Tidak jelas batas waktunya Murah

46%50%

57%62%

29% 29%25%

17%13%

15% 14% 12%11% 6% 4%

10%

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 5Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah114

Gambar 5.21. Tingkat Penggunaan Teknologi Informasi Layanan Tingkat Daerah

Nilai yang rendah pada pemanfaatan teknologi informasi dalam layanan publik tingkat daerah, merupakan masukan bagi penanggung jawab unit layanan untuk dapat memanfaatkan teknologi informasi dalam membantu efisiensi dan efektifitas layanan publik.

5.3.3. Perilaku Individu di Layanan Publik Tingkat Daerah

Individu yang terlibat dalam proses layanan publik bisa menjadi faktor terjadinya gratifikasi selain faktor lemahnya sistem dalam lembaga tersebut. Individu yang dimaksud dapat berasal dari internal unit layanan, yaitu petugas yang memberikan pelayanan maupun yang berasal dari eksternal, yaitu masyarakat pengguna unit layanan. Salah satu faktor yang berasal dari individu internal adalah sikap atau perlakuan petugas dalam memberikan pelayanan. Petugas yang cenderung membeda-bedakan pelayanan, mendorong pengguna layanan untuk memberikan uang tambahan pada petugas tersebut agar mendapat perlakuan istimewa dalam proses pelayanan. Tiga sub-indikator dalam menilai perilaku individu yaitu keadilan dalam layanan, ekspektasi petugas terhadap gratifikasi dan perilaku pengguna layanan.

Tabel 5.15. Nilai Indikator Perilaku Individu beserta Sub Indikator

INDIKATOR SUB-INDIKATOR

Perilaku Individu (0,280) 6,31

Keadilan dalam Layanan (0.413) 6,96

Ekspektasi Petugas terhadap Gratifikasi(0.327) 6,19

Perilaku Pengguna Layanan (0.260) 5,44

Nilai indikator perilaku individu adalah 6,31, walaupun nilai indikator perilaku individu di atas 6,00, masih terdapat nilai sub indikator yang kurang baik, yaitu perilaku pengguna layanan dengan nilai 5,44. Dari total 60 kota yang menjadi target survei, Gambaran indeks integritas perilaku individu ditunjukkan oleh Tabel 5.16 berikut.

Tabel 5.16. Indeks Integritas Perilaku Individu pada Tingkat Daerah

NO PEMERINTAH DAERAH NILAI NO PEMERINTAH DAERAH NILAI

1 Pemko Yogyakarta 7,82 11 Pemko Lubuk Linggau 7,52

2 Pemko Gorontalo 7,82 12 Pemko Dumai 7,44

3 Pemko Samarinda 7,80 13 Pemko Banjarmasin 7,43

4 Pemko Pare-pare 7,78 14 Pemko Padang 7,36

5 Pemko Bukittinggi 7,75 15 Pemko Pontianak 7,35

6 Pemko Surabaya 7,70 16 Pemko Pangkal Pinang 7,25

7 Pemko Surakarta 7.68 17 Pemko Pekalongan 7,24

8 Pemko Batam 7.66 18 Pemko Mataram 7,24

9 Pemko Denpasar 7.60 19 Pemko Ambon 7,23

10 Pemkab Sidoarjo 7.57 20 Pemko Bitung 7,14

Tidak pernah

Pernah

47%

43%

10%

Untuk memproses layanan

Mengetahui informasi terkaityang diurus

Mengetahui status penyelesaian

83%

17%

Pernah

Bab 5Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah

Survei Integritas Sektor Publik 2011

115

NO PEMERINTAH DAERAH NILAI NO PEMERINTAH DAERAH NILAI

21 Pemko Pekanbaru 7,13 41 Pemko Bekasi 5,92

22 Pemko Palangkaraya 7,06 42 Pemko Banda Aceh 5,85

23 Pemko Kediri 6,95 43 Pemko Medan 5,79

24 Pemko Pematang Siantar 6,83 44 DKI Jakarta 5,74

25 Pemko Bandung 6,79 45 Pemko Tangerang 5,70

26 Pemko Makassar 6,78 46 Pemko Bengkulu 5,54

27 Pemko Kupang 6,78 47 Pemkab Jember 5,51

28 Pemko Balikpapan 6,72 48 Pemko Jambi 5,51

29 Pemko Banjarbaru 6,55 49 Pemko Bogor 5,25

30 Pemko Manado 6,49 50 Pemko Palu 5,23

31 Pemko Jayapura 6,49 51 Pemko Tanjung Pinang 5,08

32 Pemkab Mamuju 6,48 52 Pemko Palembang 4,94

33 Pemkab Banyumas 6,40 53 Pemkab Manokwari 4,87

34 Pemko Madiun 6,39 54 Pemko Semarang 4,84

35 Pemko Cilegon 6,35 55 Pemko Lhokseumawe 4,66

36 Pemko Bima 6,24 56 Pemko Ternate 4,43

37 Pemko Cirebon 6,23 57 Pemko Serang 4,12

38 Pemko Bandar Lampung 6,06 58 Pemko Depok 3,73

39 Pemko Binjai 6,05 59 Pemko Kendari 3,63

40 Pemko Malang 6,05 60 Pemko Metro 2,99

Perilaku individu dalam layanan publik tingkat daerah ditunjukkan oleh sistem layanan yang adil, ekspektasi petugas terhadap gratifikasi yang rendah, dan perilaku pengguna layanan telah ditunjukkan oleh layanan-layanan publik di Pemerintah Kota Yogyakarta, Pemerintah Kota Gorontalo, Pemerintah Kota Samarinda, Pemerintah Kota Pare-pare, Pemerintah Kota Bukittinggi, Pemerintah Kota Surabaya, dan Pemerintah Kota Surakarta. Sedangkan Pemerintah Kota Metro, Pemerintah Kota Kendari, dan Pemerintah Kota Depok dengan nilai 2,99 – 3,73 menunjukkan kondisi sebaliknya. Penjelasan lebih lanjut mengenai 3 sub-indikator perilaku individu disampaikan pada bagian berikut:

1. Keadilan dalam Layanan

Tindakan dan sikap petugas unit layanan dalam memberikan layanan tanpa pembedaan perlakuan dalam hal apapun juga kepada pengguna layanan merupakan definisi dari keadilan dalam layanan. Terkait dengan keadilan dalam memberikan layanan, terdapat 38% responden mengaku bahwa petugas layanan memberikan perlakuan yang berbeda pada saat pengurusan layanan.

Gambar 5.22. Pembedaan Perlakuan Petugas Layanan Tingkat Daerah

IMB - Pemko Bogor

KTP - Pemko Lhokseumawe

KTP - Pemko Palu

KTP - Pemko Manado

SIUP - Pemko Mamuju

IMB - Pemko Bukittinggi

IMB - Pemko Batam

IMB - Pemko Banjarmasin

IMB - Pemko Banjarbaru

IMB - Pemko Ambon

Ya, selalu

Ya, kadang-kadang

Tidak membedakan

60

77

37

67

73

100

100

100

100

100

17

7

7

40

23

47

27

20

62%

34%

4%

Pembedaan Perlakuan Petugas Layanan Tingkat DaerahUnit Layanan 5 Terendah dan 5 Tertinggi (dalam %)

Pemda

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 5Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah116

Unit layanan yang secara umum dinilai pengguna layanannya kurang adil dalam memberikan layanan adalah layanan KTP. Kondisi tersebut terutama terjadi di Pemerintah Kota Lhokseumawe, Pemerintah Kota Palu, dan Pemerintah Kota Manado. Sedangkan layananyang relatif adil memberikan perlakuan menurut pengguna layanan adalah IMB.

2. Ekspektasi Petugas Terhadap Gratifikasi

Perilaku petugas layanan lainnya yang juga berpengaruh terhadap integritas layanan adalah ekspektasi petugas terhadap gratifikasi, artinya petugas layanan melalui sinyal-sinyal tertentu baik langsung maupun tidak langsung mengharapkan imbalan/ gratifikasi dari pengguna layanan. Hasil survei menunjukkan bahwa 41% pengguna layanan menjawab pemberian uang tambahan terjadi salah satunya karena petugas meminta uang tambahan/gratifikasi. Gambar 5.23 menjelaskan dari 41% pengguna layanan yang mengaku memberikan gratifikasi pada petugas, 9% diantaranya menjawab karena petugas layanan meminta uang tambahan secara langsung dan terbuka, 6% pengguna layanan menjawab petugas layanan meminta langsung tetapi tidak terbuka dan 2% lainnya menjawab melalui pihak lain.

Gambar 5.23. Cara Petugas Meminta Uang Tambahan di Layanan Tingkat Daerah

Pada unit layanan IMB dan SIUP di Pemerintah Kota Metro cara petugas meminta uang tambahan dengan cara langsung terbuka, sedangkan pada KTP di Pemerintah Kota yang sama juga dengan cara langsung dan terbuka.

3. Perilaku Pengguna Layanan

Inisiasi adanya uang tambahan dalam layanan publik bukan semata-mata dari petugas layanan. Pengguna layanan juga berperan dalam suburnya praktik adanya uang tambahan di layanan publik. Data menunjukkan bahwa 24% pengguna layanan menyatakan bahwa inisiatif memberikan uang tambahan kepada petugas layanan berasal dari pengguna layanan sendiri (Gambar 5.23).

5.3.4. Pencegahan Korupsi di Layanan Publik Tingkat Daerah

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah gratifikasi adalah dengan melakukan tindakan pencegahan korupsi. Upaya tersebut salah satunya dapat diukur melalui upaya anti korupsi dan mekanisme pengaduan pengguna layanan yang dilakukan oleh unit layanan.

SIUP - Pemko Metro

IMB - Pemko Metro

KTP - Pemko Metro

IMB - Pemko Kendari

KTP - Pemko Kendari

IMB - Pemko Dumai

IMB - Pemko Bukittinggi

IMB - Pemko Bitung

IMB - Pemko Batam

IMB - Pemko Banjarmasin

Melalui pihak lain

Langsung tidak terbuka

Responden berinisiatif memberi

Langsung terbuka

Tidak ada yang berinisiatif

100

100

100

100

13

13

87

97

80 7

3

100

100

100

59%

24%

6% 9%2%

Cara Petugas Meminta Uang TambahanUnit Layanan 5 Terendah dan 5 Tertinggi (dalam %)

Pemda

Bab 5Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah

Survei Integritas Sektor Publik 2011

117

Tabel 5.17. Nilai Indikator Pencegahan Korupsi beserta Sub Indikator

INDIKATOR SUB-INDIKATOR

Pencegahan Korupsi (0,313) 4,45Tingkat Upaya Anti Korupsi (0.750) 4,42

Mekanisme Pengaduan Masyarakat (0.250) 4,54

Fakta menunjukkan bahwa dibandingkan dengan indikator lain, pencegahan korupsi di tingkat daerah memiliki nilai yang paling rendah. Nilai pencegahan korupsi pada seluruh unit layanan yang di survey di tingkat daerah 4,45. Nilai ini masih jauh di bawah standar minimum yang ditetapkan KPK (6,00). Kondisi ini berarti tingkat upaya anti korupsi (4,42) dan mekanisme pengaduan masyarakat (4,54) masih kurang memadai dan perlu segera dibenahi.

Penyebaran nilai integritas pencegahan pada 60 Pemerintah Daerah menunjukkan nilai dengan rentang yang cukup lebar antara 0,87 - 6,48. Terdapat 18 % Pemerintah Daerah yang nilainya di bawah 6. Bahkan masih terdapat 6 Pemerintah Daerah dengan nilai pencegahan korupsi di bawah 2,0.

Tabel 5.18. Indeks Integritas Pencegahan Korupsi di Tingkat Daerah

NO PEMERINTAH DAERAH NILAI NO PEMERINTAH DAERAH NILAI

1 Pemko Tanjung Pinang 6,48 31 Pemko Bukittinggi 4,59

2 Pemko Lubuk Linggau 6,38 32 Pemkab Sidoarjo 4,54

3 Pemko Yogyakarta 6,30 33 Pemko Bandung 4,53

4 Pemko Surakarta 6,20 34 Pemko Manado 4,50

5 Pemko Kupang 6,15 35 Pemko Ambon 4,45

6 Pemko Bitung 6,08 36 Pemko Balikpapan 4,40

7 Pemko Medan 6,08 37 Pemko Metro 4,40

8 Pemko Jayapura 6,06 38 Pemko Makassar 4,40

9 Pemko Pekalongan 6,05 39 Pemko Pangkal Pinang 4,03

10 Pemko Mataram 6,05 40 Pemko Semarang 4,01

11 Pemko Bengkulu 6,00 41 Pemko Bogor 3,84

12 Pemko Denpasar 5,91 42 Pemko Jambi 3,77

13 Pemko Banjarbaru 5,85 43 Pemko Palangkaraya 3,75

14 Pemko Ternate 5,82 44 Pemko Cilegon 3,64

15 Pemko Dumai 5,80 45 Pemko Pekanbaru 3,53

16 Pemko Lhokseumawe 5,77 46 Pemko Malang 3,43

17 Pemko Binjai 5,71 47 Pemko Samarinda 3,37

18 Pemko Batam 5,63 48 Pemko Tangerang 3,25

19 Pemko Pontianak 5,54 49 Pemko Bandar Lampung 3,01

20 Pemko Pare-pare 5,48 50 Pemko Madiun 3,00

21 Pemko Gorontalo 5,36 51 Pemko Bima 2,70

22 Pemko Banjarmasin 5,26 52 Pemko Depok 2,32

23 Pemko Bekasi 5,10 53 Pemko Kediri 2,32

24 Pemko Padang 5,09 54 Pemko Serang 2,15

25 Pemko Palembang 5,01 55 Pemko Cirebon 1,97

26 Pemko Surabaya 4,89 56 Pemko Banda Aceh 1,97

27 Pemkab Mamuju 4,89 57 Pemko Palu 1,91

28 Pemkab Banyumas 4,83 58 Pemko Pematang Siantar 1,32

29 DKI Jakarta 4,74 59 Pemkab Jember 1,01

30 Pemkab Manokwari 4,60 60 Pemko Kendari 0,87

Penyebaran detail mengenai sub-indikator Tingkat Upaya Anti Korupsi dan Mekanisme Pengaduan Masyarakat, ditunjukkan pada bagian berikut.

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 5Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah118

1. Tingkat Upaya Anti Korupsi

Program kampanye anti korupsi pada unit layanan di tingkat daerah saat ini masih rendah. Dari seluruh responden (5.670 orang) mengaku melihat media yang tersedia hanya 1 media sebanyak 61%, 2 – 5 media sebesar 5%, dan bahkan tidak melihat adanya media sebesar 34%. Frekuensi kegiatan kampanye anti korupsi masih rendah, sehingga masih kurang efektif mencegah korupsi pada unit layanan publik.

Gambar 5.24. Program Kampanye Anti Korupsi di Tingkat Daerah

Pada unit layanan dengan nilai program kampanye anti korupsi 5 terbaik dan 5 terendah, SIUP merupakan layanan yang dominan tidak pernah melakukan kegiatan kampanye anti korupsi seperti yang terjadi di Pemerintah Kota Malang, Pemerintah Kota Kendari, Pemerintah Kabupaten Jember, Pemerintah Kota Depok, dan Pemerintah Kota Cirebon. Sedangkan Pemerintah Kota Pare-pare, Pemerintah Kota Yogyakarta merupakan kota yang unit layanannya (SIUP dan IMB) memiliki kegiatan kampanye anti korupsi yang paling sering.

Dari pengguna layanan yang menyatakan ada kegiatan kampanye, bentuk kegiatan kampanye anti korupsi yang dilakukan paling dominan hanyalah pemasangan stiker/ poster/spanduk (91%). Bentuk kegiatan kampanye yang lain tidak signifikan. Lihat Gambar 5.25

Gambar 5.25. Bentuk-Bentuk Kegiatan/Media Anti Korupsi di Tingkat Daerah

Stiker/poster/spanduk

Atribut (pin,baju,topi,dll)

Workshop/seminar petugas

Workshop/seminar masyarakat

Buku/modul/komik

Ada

Tidak ada

91%

2%

2%

2%

3%

67% 33%

Pemda

61% 34%

5%

SIUP - Pemko Malang

SIUP - Pemko Kendari

SIUP - Pemko Jember

SIUP - Pemko Depok

SIUP - Pemko Cirebon

IMB - Pemko Yogyakarta

SIUP - Pemko Yogyakarta

IMB - Pemko Tanjung Pinang

SIUP - Pemko Pare-pare

IMB - Pemko Pare-pare

50 47

100

60 40

100

100

100

100

10

3

3

90

97

100

2-5 media

Tidak ada media

Satu media

Program Kampanye Anti Korupsi pada Unit Layanandi Tingkat Daerah 5 Terendah dan 5 Tertinggi (dalam %)

Pemda

Lebih dari 5 media

Bab 5Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah

Survei Integritas Sektor Publik 2011

119

2. Mekanisme Pengaduan Masyarakat

Selain kampanye anti korupsi, faktor lain yang menjadi ukuran apakah suatu instansi telah melaksanakan pencegahan korupsi, yaitu adanya mekanisme pengaduan masyarakat. Sub indikator ini menunjukkan respon petugas unit layanan terhadap pengaduan yang disampaikan oleh masyarakat. Pengguna layanan pengaduan masyarakat merupakan salah satu cara masyarakat mengontrol unit layanan. Dari pengaduan yang masuk, unit layanan dapat melakukan pembenahan yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas layanan yang diberikan.

Terkait media pengaduan, sebagian besar pengguna layanan (55%) menjawab bahwa media pengaduan yang tersedia di unit layanan hanya satu media. Sisanya ada yang menjawab dua media (16%), dan lebih dari dua (6%). Namun yang perlu menjadi perhatian adalah 23% responden menjawab bahwa unit layanan tidak menyediakan media pengaduan.

Gambar 5.26. Tingkat Aksesibilitas dan Media Pengaduan di Tingkat Daerah

Bagaimana tingkat kemudahan/aksesibilitas penguna layanan dalam menyampaikan pengaduan dapat dilihat dalam Gambar 5.26, sebanyak 64% responden merasa mudah, namun masih ada 9% responden yang menyatakan sulit mengakses media pengaduan dan bahkan tidak tersedia akses terhadap media pengaduan (21%).

Pada unit layanan dengan nilai tingkat aksesbilitas media 5 tertinggi dan 5 terendah, layanan SIUP merupakan layanan yang menurut pengguna layanannya memiliki aksesibilitas yang paling rendah, 100% pengguna layanannya menyatakan tidak tersedia media pengaduan di unit layanan tersebut (Gambar 5.26).

Kemudahan responden menyampaikan pengaduan, harus ditindaklanjuti dengan tanggapan petugas terhadap pengaduan tersebut. Bagaimana unit layanan tingkat daerah di 60 kota yang menjadi target survei, merespon semua pengaduan yang disampaikan oleh pengguna layanan ditunjukkan oleh Gambar 5.27.

SIUP - Pemko Samarinda

SIUP - Pemko Pematang Siantar

SIUP - Pemko Metro

SIUP - Pemko Kendari

SIUP - Pemko Jember

KTP - Pemko Ternate

SIUP - Pemko Tanjung Pinang

IMB - Pemko Surakarta

SIUP - Pemko Surakarta

SIUP - Pemko Bitung

Satu

Mudah

Lebih dari dua

Sulit

Dua

Tidak tersedia

Tingkat Aksesibilitas dan Media Pengaduan pada Unit Layanandi Tingkat Daerah 5 Terendah dan 5 Tertinggi (dalam %)

Pemda

Tidak ada media

Sangat mudah

55% 100

100

100

100

100

50

43

43

47

73

50

57

57

53

27

64%

23%

21%

16%

9%

6%

6%

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 5Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah120

Gambar 5.27. Respon Petugas Terhadap Pengaduan di Layanan Tingkat Daerah

Kemudahan responden menyampaikan pengaduan akan efektif bila petugas menindaklanjuti pengaduan yang masuk. Seyogyanya, pengalaman 71% responden yang menyampaikan pengaduan kepada unit layanan, hanya 10% saja yang ditindaklanjuti. Masih ada 53% dan 30% responden mengaku pengaduan yang disampaikan hanya sebatas ditampung dan ditanggapi saja oleh unit layanan. Bahkan ada 6% dan 1% respoden yang mengaku bahwa pengaduan yang disampaikan tersebut diabaikan dan ditolak.

Upaya menaikkan nilai potensi integritas menunjukkan keseriusan unit layanan dan instansi di sektor layanan publik dalam memerangi korupsi secara komprehensif di luar upaya penindakan yang dilakukan. Semakin intensif usaha-usaha dilakukan untuk meningkatkan potensi integritas, maka semakin efektif pula upaya pemberantasan korupsi bisa dilakukan di unit layanan dan instansi yang bersangkutan.

Komisi Pemberantasan Korupsi dalam perannya sebagai trigger mechanism sangat mendorong upaya-upaya pemberantasan korupsi melalui perbaikan layanan publik. Potret kondisi aktual pelayanan publik terkait dengan transparansi, suap, pungutan liar, gratifikasi, sistem administrasi, perilaku individu, lingkungan kerja dan upaya-upaya pencegahan korupsi ini dilakukan juga dalam upaya meningkatkan efektifitas pemberantasan korupsi yang dilakukan KPK terutama di sektor layanan publik.

Tidak pernah Pernah

Ditolak Ditindaklanjuti Ditampung

Diabaikan Ditanggapi

SIUP - Pemko Malang

SIUP - Pemko Kendari

SIUP - Pemko Jember

SIUP - Pemko Depok

SIUP - Pemko Cirebon

IMB - Pemko Yogyakarta

SIUP - Pemko Yogyakarta

IMB - Pemko Tanjung Pinang

SIUP - Pemko Pare-pare

IMB - Pemko Pare-pare

71%

53%

29%

30%

10%6%1%

100

100

100

100

100

100

93 7

100

70 23

3067

33

3

Respon Petugas Terhadap Pengaduan pada Unit Layanandi Tingkat Daerah 5 Terendah dan 5 Tertinggi (dalam %)

Pemda

Bab 6Simpulan dan Rekomendasi

Survei Integritas Sektor Publik 2011

121

6Simpulan dan Rekomendasi

Survei Integritas Sektor Publik 2011

Bab 6Simpulan dan Rekomendasi122

Indeks Integritas Nasional (6.31) pada tahun 2011 secara umum telah mencapai nilai standar minimum yang ditetapkan oleh KPK namun nilainya tidak terlalu jauh dari standar minimal tersebut. Unit layanan tetap perlu secara terus menerus melakukan perbaikan dan berorientasi memberikan layanan maksimal bagi pengguna layanan. Adapun simpulan dan saran yang diambil dari hasil survei berikut saran KPK bagi para Pimpinan unit layanan tersaji dalam tabel berikut :

SIMPULAN HASIL SURVEI REKOMENDASI

Indeks integritas sektor publik di Indonesia tahun 2011 masih rendah dan tidak terlalu jauh dari nilai standar minimum yang ditetapkan oleh KPK sebesar 6.00

Rata-rata Indeks Integritas Sektor Publik: • IndeksIntegritasNasional(IIN):6.31• IndeksIntegritasPusatPusat(IIP):7.07• IndeksIntegritasVertikal(IIV):6.40• IndeksIntegritasDaerah(IID):6.00

Instansi di tingkat Pusat, Vertikal dan Daerahyang membawahi unit layanan publik melakukan peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat dengan memperhatikan komponen penyusun integritas, yaitu Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas.

1. Pengalaman KorupsiInstansi/Unit layanan perlu melakukan sosialisasi besaran biaya resmi pengurusan layanan serta memberikan sanksi terhadap petugas layanan yang menerima atau meminta imbalan/tips/biaya tambahan dalam melayani masyarakat dalam mengurus layanan publik

2. Cara Pandang terhadap KorupsiPimpinan Instansi/Unit Layanan harus menanamkan dan mempraktekkan sikap bahwa birokrat adalah pelayan masyarakat, melakukan sosialisasi dalam kurun waktu tertentu untuk mengingatkan kepada petugas layanan dan pengguna layanan tentang arti pemberiangratifikasi.

3. Lingkungan KerjaUnit layanan harus menciptakan suasana/desain/layout ruangan yang memungkinkan tidak terjadi kontak antara petugas dan pengguna layanan.Jikalau harus ada, pertemuan antara petugas dan pengguna sebaiknya dilakukan di tempat yang terbuka dan dapat dimonitor oleh banyak orang sehingga proses pemberian suap dapat segera terlihat. Unit layanan perlu menyediakan fasilitas yang memadai dan menciptakan suasana lingkungan kerja yang nyaman, tenang, rapi dan tahapan yang teratur untuk meminimalisir penggunaan calo.

4. Sistem AdministrasiUnit layanan/Instansi harus melakukan evaluasi dan perbaikan sistem administrasi pada unit layanan publik dengan menciptakan mekanisme yang dapat memastikan bahwa seluruh perangkat baik itu berupa SOP/sistem/aturan maupun fasilitas yang telah ada dijalankan oleh petugas layanan dan dimanfaatkan oleh pengguna layanan. SOP/sistem/aturan mengenai prosedur, waktu dan biaya harus dapat diketahui/diumumkan kepada pengguna layanan sehingga mempermudah pengguna layanan saat mengurus layanan.

5. Perilaku IndividuUnit layanan/instansi memastikan bahwa terdapat keadilan dalam layanan dan tidak ada perbedaan perlakuan petugas dalam memberi layanan sehingga memicu pengguna layanan berinisiatif memberikan uang tambahan, salah satunya dengan cara menerapkan sistem antrian. Unit layanan memastikan petugas siap melayani, berpenampilan rapi dan sopan serta menguasai tugas dan tanggung jawabnya.

Simpulan dan Rekomendasi

Bab 6Simpulan dan Rekomendasi

Survei Integritas Sektor Publik 2011

123

SIMPULAN HASIL SURVEI REKOMENDASI

6. Pencegahan KorupsiUnit layanan/instansi meningkatkan kegiatan kampanye anti korupsi yang efektif kepada petugas dan pengguna layanan serta dan menyediakan sarana pengaduan layanan yang mudah diakses. Setiap pengaduan yang masuk ditindaklanjuti oleh petugas.

Nilai pengalaman integritas sektor publik di Indonesia tahun 2011 dapat mencapai nilai standar minimun yang ditetapkan KPK (6,00) namun nilai ini tidak terlalu jauh dari nilai standar minimum tersebut.

Nilai Pengalaman integritas sektor publik adalah : • TingkatNasional:6.48• TingkatPusat:7.45• TingkatVertikal:6.55• TingkatDaerah:6.14

Perlu ditetapkan perbaikan pada :

1.Jumlah/besarangratifikasiSosialisasi besaran biaya resmi/sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sebab masih terjadi ketidaksesuaian biaya saat pengurusan layanan

2.WaktupemberiangratifikasiUnit layanan harus menciptakan suasana/desain/layout ruangan yang memungkinkan tidak terjadi kontak antara petugas dan pengguna layanan. Jika harus ada, pertemuan antara petugas dan pengguna sebaiknya dilakukan di tempat yang terbuka dan dapat dimonitor oleh banyak orang, sehigga lebih menyulitkan terjadinya suap/gratifikasi terutamapada saat di awal pertemuan

3.Tujuanpemberiangratifikasi

Perlu diterapkan aturan yang jelas dan tegas serta dilakukan sosialisasi/kampanye antikorupsi terhadap petugas dan pengguna layanan guna memberikan pengertian yang benar tentang tindakanpemberiangratifikasi.

Nilai potensi integritas sektor publik di Indonesia tahun 2011 masih berada di bawah nilai minimum yang ditetapkan oleh KPK yaitu 6.00

Nilai Potensi integritas sektor publik adalah :• TingkatNasional:5.97• TingkatPusat:6.30• TingkatVertikal:6.10• TingkatDaerah:5.70

Perlu ditetapkan perbaikan pada:

1.KebiasaanPemberianGratifikasi:Pimpinan Instansi/Unit Layanan harus menanamkan dan mempraktekkan sikap bahwa birokrat adalah pelayan masyarakat dan memberikan sanksi bagi petugas layanan yang meminta imbalan dan menerima suap.

2. Pemanfaatan Teknologi InformasiMelalui penyediaan perangkat informasi yang dapat mudah diakses pengguna layanan dan melakukan sosialisasi tentang tatacara penggunaan perangkat tersebut.

3. Perilaku PenggunaLayanan: Instansi/Unit layanan perlu menciptakan mekanisme yang dapat memastikan bahwa seluruhperangkat baik itu berupa SOP/sistem/aturan dijalankan oleh petugas layanan agar pengguna layanan dapat merasakan keadilan dalam pengurusan layanan sehingga inisiatif memberi/meminta uang tambahan baik oleh pengguna atau petugas layanan dapat diminimalisi

4.TingkatUpayaAntikorupsi:Melakukan sosialisasi/kampanye antikorupsi terhadap petugas dan pengguna layanan dengan cara menempel stiker/poster/spanduk antikorupsi di area sekitar loket pelayanan, menyebarkan buku/modul tentang antikorupsi, memutar video/film/iklan antikorupsi di monitor di sekitar unit layanan, mengadakan workshop/seminar tentangantikorupsi kepada petugas dan melibatkan masyarakat secara aktif.

5.MekanismePengaduanMasyarakat:Menyediakan fasilitas/media pengaduan yang mudah diakses oleh masyarakat pengguna layanan (baik melalui kotak pengaduan, sms pengaduan, saluran (hotline) pengaduan, email dan sebagainya). Pengaduan tersebut harus dapat ditindaklanjuti/direspon oleh petugas.

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

123

Lampiran

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

124

Lampiran 1. Indeks Integritas Nasional (IIN), Pengalaman Integritas Nasional dan Potensi Integritas Berdasarkan Instansi

NO INSTANSI PENGALAMAN POTENSI INTEGRITAS

1 Pemko Dumai 8,14 7,03 7,77

2 Pemko Bukittinggi 8,18 6,64 7,67

3 Pemko Bitung 7,98 6,92 7,62

4 Badan Koordinasi Penanaman Modal 7,99 6,80 7,60

5 Pemko Yogyakarta 7,88 7,02 7,60

6 Kementerian Keuangan 7,88 6,93 7,56

7 Pemko Batam 7,94 6,76 7,55

8 Pemko Pontianak 7,86 6,91 7,54

9 Kementerian Kesehatan 7,82 6,94 7,52

10 PT. Jamsostek (Persero) 7,79 6,96 7,52

11 Kementerian Perindustrian 7,89 6,74 7,51

12 PT. Pelindo II (Persero) 7,73 7,04 7,50

13 Kementerian Perhubungan 7,84 6,73 7,47

14 Kementerian Kelautan dan Perikanan 7,99 6,39 7,46

15 Kementerian Pertanian 7,75 6,86 7,45

16 Pemko Gorontalo 7,71 6,92 7,45

17 Pemko Surakarta 7,64 7,00 7,43

18 Pemko Banjarbaru 7,63 7,02 7,43

19 Kementerian Komunikasi dan Informatika 8,04 6,20 7,43

20 Pemko Surabaya 7,83 6,61 7,42

21 Kementerian Pendidikan Nasional 7,91 6,41 7,41

22 PT. Pertamina (Persero) 7,70 6,80 7,40

23 Badan Pengawas Obat dan Makanan 7,83 6,41 7,36

24 Pemko Denpasar 7,55 6,87 7,33

25 Pemko Tanjung Pinang 8,06 5,81 7,31

26 PT. PELNI (Persero) 8,02 5,85 7,30

27 Pemko Pare-pare 7,67 6,54 7,29

28 Kementerian ESDM 7,72 6,32 7,26

29 Pemkab Sidoarjo 7,62 6,46 7,23

30 Pemko Samarinda 7,87 5,69 7,14

31 Pemko Mataram 7,39 6,65 7,14

32 Pemko Padang 7,32 6,70 7,11

33 BNP2TKI 7,64 6,04 7,11

34 Kementerian Kehutanan 7,69 5,91 7,09

35 Pemko Pekalongan 7,49 6,26 7,08

36 Pemko Banjarmasin 7,18 6,39 6,92

37 Kementerian Perdagangan 7,71 5,30 6,91

38 Pemko Kediri 7,58 5,53 6,90

39 Pemko Madiun 7,54 5,52 6,86

40 Pemko Kupang 7,13 6,32 6,86

41 PT. Angkasa Pura II (Persero) 7,01 5,99 6,68

42 Pemko Bandung 7,14 5,77 6,68

43 Pemko Ambon 6,82 6,28 6,64

44 Pemkab Banyumas 6,81 5,95 6,53

45 Pemko Pekanbaru 6,64 6,26 6,51

46 Pemko Balikpapan 6,89 5,69 6,49

47 Pemko Jayapura 6,42 6,57 6,47

48 Pemko Pangkal Pinang 6,82 5,61 6,42

49 PT. PLN (Persero) 6,45 6,23 6,38

50 Mahkamah Agung 6,63 5,83 6,36

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

125

NO INSTANSI PENGALAMAN POTENSI INTEGRITAS

51 Pemko Makasar 6,40 6,09 6,29

52 Pemkab Mamuju 6,52 5,83 6,29

53 Pemko Palangkaraya 6,49 5,80 6,26

54 Pemko Jambi 6,90 4,85 6,22

55 Pemko Cilegon 6,60 5,10 6,10

56 Kementerian Hukum dan HAM 6,23 5,80 6,09

57 Badan Pertanahan Nasional 6,18 5,84 6,07

58 Pemko Palu 6,74 4,74 6,07

59 Pemko Bandar Lampung 6,41 5,26 6,02

60 Pemko Banda Aceh 6,66 4,64 5,99

61 Pemko Malang 6,13 5,56 5,94

62 Kepolisian Negara RI 5,74 5,82 5,76

63 Pemko Medan 5,33 6,11 5,59

64 Pemko Bima 5,77 5,12 5,56

65 Pemko Binjai 5,47 5,68 5,54

66 DKI Jakarta 5,51 5,61 5,54

67 Kementerian Koperasi dan UKM 5,91 4,74 5,52

68 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi 5,28 5,79 5,44

69 Kementerian Agama 5,40 5,42 5,41

70 Pemko Lhokseumawe 5,22 5,25 5,23

71 Pemko Bekasi 4,80 5,64 5,08

72 Pemkab Jember 5,45 4,25 5,05

73 Pemko Kendari 5,71 3,29 4,90

74 Pemko Manado 4,33 5,43 4,70

75 Pemko Cirebon 4,57 4,87 4,67

76 Pemko Pematang Siantar 4,79 4,38 4,65

77 Pemko Tangerang 4,19 5,01 4,46

78 Pemko Lubuk Linggau 3,47 6,20 4,38

79 Pemko Bogor 3,94 4,92 4,27

80 Pemko Palembang 3,84 5,06 4,25

81 Pemko Bengkulu 3,49 5,56 4,18

82 Pemko Ternate 3,68 4,86 4,07

83 Pemkab Manokwari 3,25 4,61 3,70

84 Pemko Semarang 3,14 4,55 3,61

85 Pemko Serang 3,30 4,04 3,54

86 Pemko Depok 3,26 3,99 3,50

87 Pemko Metro 2,59 4,29 3,15

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

126

Lampiran 2. Indeks Integritas Nasional (IIN), Pengalaman Integritas Nasional dan Potensi Integritas Berdasarkan Unit Layanan

No Unit Layanan Kota Pengalaman Potensi Integritas

1 SIUP - Pemko Pekanbaru Pekanbaru 8,19 7,61 8,00

2 P5KP - Kementerian Keuangan Mataram 8,07 7,81 7,98

3 P5KP - Kementerian Keuangan Padang 8,07 7,77 7,97

4 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Denpasar 8,19 7,45 7,94

5 Lelang - Kementerian Keuangan Padang 8,05 7,72 7,94

6 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Padang 8,17 7,48 7,94

7 Lelang - Kementerian Keuangan Pontianak 8,19 7,45 7,94

8 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Pontianak 8,19 7,43 7,94

9 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Ambon 8,19 7,40 7,93

10 SIUP - Pemko Bitung Bitung 8,19 7,37 7,92

11 P5KP - Kementerian Keuangan Ambon 8,19 7,36 7,91

12 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Surabaya 8,19 7,34 7,91

13 P5KP - Kementerian Keuangan Jayapura 8,17 7,35 7,90

14 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Mataram 8,00 7,71 7,90

15 Lelang - Kementerian Keuangan Makasar 8,14 7,39 7,89

16 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Surabaya 7,96 7,71 7,88

17 Bea Masuk di DJBC - Kementerian Keuangan Semarang 8,17 7,23 7,86

18 P5KP - Kementerian Keuangan Manado 8,17 7,20 7,85

19 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Palembang 7,96 7,64 7,85

20 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Jayapura 8,07 7,36 7,83

21 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Banjarmasin 8,05 7,37 7,82

22 IMB - Pemko Bitung Bitung 8,06 7,35 7,82

23 KTP - Pemko Dumai Dumai 8,04 7,39 7,82

24 P5KP - Kementerian Keuangan Palembang 8,17 7,11 7,82

25 SKCK - Kepolisian Negara RI Pontianak 8,19 7,07 7,82

26 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Mataram 8,15 7,13 7,81

27 Lelang - Kementerian Keuangan Jayapura 8,05 7,29 7,80

28 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Ambon 8,10 7,16 7,79

29 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Denpasar 8,10 7,17 7,79

30 IMB - Pemko Batam Batam 8,19 6,96 7,78

31 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional DKI Jakarta 8,00 7,34 7,78

32 Izin Belajar Luar negeri - Kementerian Pendidikan Nasional DKI Jakarta 7,98 7,39 7,78

33 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Manado 8,04 7,25 7,78

34 P5KP - Kementerian Keuangan Semarang 8,10 7,13 7,78

35 Izin Agen Domestik - PT. Pertamina (Persero) DKI Jakarta 8,02 7,28 7,77

36 SIUP - Pemko Padang Padang 7,86 7,58 7,77

37 KTP - Pemko Pontianak Pontianak 8,15 7,00 7,77

38 SIUP - Pemko Surakarta Surakarta 7,95 7,41 7,77

39 P5KP - Kementerian Keuangan Banjarmasin 8,15 6,99 7,76

40 IMB - Pemkab Sidoarjo Sidoarjo 8,11 7,05 7,76

41 IMB - Pemko Surakarta Surakarta 7,96 7,35 7,76

42 SIUP - Pemko Dumai Dumai 8,19 6,87 7,75

43 Lelang - Kementerian Keuangan Palembang 7,95 7,35 7,75

44 IMB - Pemko Dumai Dumai 8,19 6,84 7,74

45 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Kupang 7,79 7,64 7,74

46 KTP - Pemko Malang Malang 7,98 7,25 7,74

47 Peradilan Tilang - Mahkamah Agung Mataram 8,06 7,11 7,74

48 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Pontianak 8,19 6,84 7,74

49 Peradilan Umum - Mahkamah Agung Mataram 7,93 7,33 7,73

50 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Padang 8,06 7,06 7,73

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

127

No Unit Layanan Kota Pengalaman Potensi Integritas

51 SIM - Kepolisian Negara RI Pontianak 8,19 6,81 7,73

52 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Ambon 8,05 7,07 7,72

53 API-P - BKPM DKI Jakarta 8,00 7,16 7,72

54 Surat Ijin Penangkapan Ikan (SIPI) - Kementerian Kelautan dan Perikanan

DKI Jakarta 7,95 7,27 7,72

55 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Makasar 7,87 7,43 7,72

56 SIUP - Pemko Ambon Ambon 8,13 6,86 7,71

57 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan DKI Jakarta 7,96 7,21 7,71

58 KTP - Pemko Jayapura Jayapura 8,07 7,00 7,71

59 P5KP - Kementerian Keuangan Makasar 7,96 7,20 7,71

60 Lelang - Kementerian Keuangan Semarang 8,10 6,94 7,71

61 IMB - Pemko Yogyakarta Yogyakarta 7,93 7,27 7,71

62 IMB - Pemko Ambon Ambon 8,02 7,07 7,70

63 SIUP - Pemko Pare-pare Pare-pare 7,72 7,65 7,70

64 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Yogyakarta 7,95 7,19 7,70

65 SIUP - Pemko Banjarbaru Banjarbaru 7,91 7,25 7,69

66 P5KP - Kementerian Keuangan Palu 7,94 7,19 7,69

67 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Yogyakarta 7,98 7,11 7,69

68 IMB - Pemko Bukittinggi Bukittinggi 8,19 6,66 7,68

69 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Jayapura 8,01 7,02 7,68

70 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Padang 8,06 6,92 7,68

71 Peradilan Tilang - Mahkamah Agung Ambon 7,98 7,06 7,67

72 KTP - Pemko Bukittinggi Bukittinggi 8,17 6,66 7,67

73 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Denpasar 7,91 7,15 7,66

74 P5KP - Kementerian Keuangan DKI Jakarta 7,98 7,02 7,66

75 SIUP - Pemko Bukittinggi Bukittinggi 8,17 6,61 7,65

76 SIUP - Pemko Yogyakarta Yogyakarta 7,87 7,22 7,65

77 P5KP - Kementerian Keuangan Denpasar 7,87 7,18 7,64

78 General Cargo - PT. Pelindo II DKI Jakarta 7,87 7,17 7,64

79 Lelang - Kementerian Keuangan Manado 7,91 7,09 7,64

80 SIUP - Pemko Surabaya Surabaya 8,02 6,89 7,64

81 Peradilan Tilang - Mahkamah Agung Padang 7,98 6,94 7,63

82 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Palu 7,94 7,01 7,63

83 P5KP - Kementerian Keuangan Pontianak 8,02 6,84 7,63

84 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Yogyakarta 7,71 7,46 7,63

85 Lelang - Kementerian Keuangan DKI Jakarta 7,98 6,87 7,61

86 JKK - PT. Jamsostek (Persero) DKI Jakarta 7,78 7,27 7,61

87 SIUP - Pemkab Sidoarjo Sidoarjo 7,90 7,04 7,61

88 Peradilan Umum - Mahkamah Agung Ambon 7,98 6,85 7,60

89 Lelang - Kementerian Keuangan Banjarmasin 8,00 6,81 7,60

90 SIUPAL - Kementerian Perhubungan DKI Jakarta 7,94 6,93 7,60

91 IP-Tekstil - Kementerian Perindustrian DKI Jakarta 7,96 6,84 7,59

92 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Palu 8,05 6,68 7,59

93 P5KP - Kementerian Keuangan Yogyakarta 7,98 6,81 7,59

94 Lelang - Kementerian Keuangan Kupang 7,86 7,03 7,58

95 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Semarang 8,10 6,54 7,58

96 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Yogyakarta 8,02 6,71 7,58

97 IMB - Pemko Pare-pare Pare-pare 7,75 7,21 7,57

98 SIM - Kepolisian Negara RI Surabaya 7,74 7,24 7,57

99 IMB - Pemko Banjarbaru Banjarbaru 7,87 6,93 7,56

100 Peradilan Umum - Mahkamah Agung DKI Jakarta 8,02 6,64 7,56

101 IMB - Pemko Mataram Mataram 7,96 6,76 7,56

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

128

No Unit Layanan Kota Pengalaman Potensi Integritas

102 Peradilan Umum - Mahkamah Agung Padang 8,07 6,53 7,56

103 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Pontianak 8,13 6,41 7,56

104 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Surabaya 7,86 6,96 7,56

105 Izin Pemasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman Pangan - Kementerian Pertanian

DKI Jakarta 8,07 6,52 7,55

106 SIUP - Pemko Pontianak Pontianak 7,82 7,00 7,55

107 Lelang - Kementerian Keuangan Surabaya 7,87 6,92 7,55

108 SIUP - Pemko Mataram Mataram 7,93 6,75 7,54

109 IMB - Pemko Surabaya Surabaya 7,86 6,90 7,54

110 SIUP - Pemko Batam Batam 7,85 6,90 7,53

111 SPI-P – Kementerian Kesehatan DKI Jakarta 7,83 6,93 7,53

112 IMB - Pemko Gorontalo Gorontalo 7,95 6,68 7,53

113 IMB - Pemko Padang Padang 8,06 6,48 7,53

114 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM - Kementerian Hukum dan HAM

Surabaya 8,00 6,60 7,53

115 Lelang - Kementerian Keuangan Yogyakarta 7,95 6,70 7,53

116 Izin Edar Alat Kesehatan - Kementerian Kesehatan DKI Jakarta 7,81 6,94 7,52

117 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Pontianak 8,17 6,23 7,52

118 Lelang - Kementerian Keuangan Denpasar 7,89 6,75 7,51

119 SKCK – Kepolisian Negara RI Denpasar 7,93 6,67 7,51

120 Pendataan dan Ticketing ke daerah tujuan di Terminal Selapajang - BNP2TKI

DKI Jakarta 7,87 6,79 7,51

121 Izin Penyiaran TV - Kementerian Komunikasi dan Informatika DKI Jakarta 8,19 6,14 7,51

122 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Padang 8,04 6,45 7,51

123 P5KP - Kementerian Keuangan Surabaya 7,85 6,83 7,51

124 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Ambon 7,91 6,69 7,50

125 SIUP - Pemko Denpasar Denpasar 7,72 7,05 7,50

126 SIP - Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi DKI Jakarta 7,86 6,79 7,50

127 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Mataram 8,00 6,50 7,50

128 SKCK - Kepolisian Negara RI Jayapura 7,79 6,88 7,49

129 KUA - Kementerian Agama Pontianak 8,19 6,10 7,49

130 Pendaftaran MD/ML - Badan Pengawas Obat dan Makanan DKI Jakarta 7,78 6,89 7,48

131 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Mataram 7,90 6,65 7,48

132 Izin Prinsip Penanaman Modal DKI Jakarta 7,98 6,44 7,47

133 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Kupang 7,85 6,70 7,47

134 SKCK - Kepolisian Negara RI Padang 8,13 6,16 7,47

135 Peradilan Tilang - Mahkamah Agung Pontianak 8,19 6,02 7,47

136 P5KP - Kementerian Keuangan Bandar Lampung 8,14 6,10 7,46

137 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Bandar Lampung 8,13 6,12 7,46

138 Lelang - Kementerian Keuangan Mataram 7,95 6,48 7,46

139 Lelang - Kementerian Keuangan Medan 7,54 7,30 7,46

140 KTP - Pemko Gorontalo Gorontalo 7,56 7,24 7,45

141 Peradilan Tilang - Mahkamah Agung Denpasar 7,67 6,97 7,44

142 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Medan 7,55 7,21 7,44

143 SIUP - Pemko Tanjung Pinang Tanjung Pinang 8,06 6,21 7,44

144 SPPT SNI - Kementerian Perindustrian DKI Jakarta 7,83 6,64 7,43

145 JHT - PT. Jamsostek (Persero) DKI Jakarta 7,81 6,66 7,43

146 KTP - Pemko Yogyakarta Yogyakarta 7,85 6,58 7,43

147 KTP - Pemko Balikpapan Balikpapan 7,94 6,38 7,42

148 SIUP - Pemko Kupang Kupang 7,79 6,67 7,42

149 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Medan 7,74 6,77 7,42

150 IMB - Pemko Banjarmasin Banjarmasin 7,72 6,79 7,41

151 Peradilan Umum - Mahkamah Agung Denpasar 7,98 6,26 7,41

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

129

No Unit Layanan Kota Pengalaman Potensi Integritas

152 Izin Penyimpanan dan Pengangkutan - Kementerian ESDM DKI Jakarta 7,80 6,62 7,41

153 P5KP - Kementerian Keuangan Medan 7,42 7,38 7,41

154 Lelang - Kementerian Keuangan Palu 8,19 5,86 7,41

155 Peradilan Umum - Mahkamah Agung Medan 7,53 7,13 7,40

156 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Yogyakarta 7,74 6,72 7,40

157 IMB - Pemko Tanjung Pinang Tanjung Pinang 8,17 5,82 7,39

158 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Yogyakarta 7,86 6,46 7,39

159 IMB - Pemko Manado Manado 7,38 7,38 7,38

160 Layanan Kapal (Jasa Pandu, Tunda, Tambat) - PT. Pelindo II (Persero)

DKI Jakarta 7,59 6,90 7,36

161 SIUP - Pemko Gorontalo Gorontalo 7,62 6,83 7,36

162 Peradilan Tilang - Mahkamah Agung Kupang 7,60 6,87 7,36

163 Peradilan Umum - Mahkamah Agung Yogyakarta 7,90 6,29 7,36

164 IMB - Pemko Balikpapan Balikpapan 7,87 6,30 7,35

165 Layanan Pemberian Izin Pendaftaran Pupuk Organik - Kementerian Pertanian

DKI Jakarta 7,42 7,20 7,35

166 Izin Station Radio - Kementerian Komunikasi dan Informatika DKI Jakarta 7,89 6,26 7,35

167 IMB - Pemko Makasar Makasar 7,75 6,56 7,35

168 Bea Masuk di DJBC - Kementerian Keuangan Medan 7,44 7,17 7,35

169 Izin Trayek AKAP - Kementerian Perhubungan DKI Jakarta 7,74 6,53 7,34

170 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Kupang 7,63 6,76 7,34

171 KTP - Pemko Batam Batam 7,78 6,42 7,33

172 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Kupang 7,86 6,26 7,33

173 Lelang - Kementerian Keuangan Bandar Lampung 8,05 5,87 7,32

174 SIUP - Pemko Banjarmasin Banjarmasin 7,68 6,60 7,32

175 P5KP - Kementerian Keuangan Bandung 7,57 6,78 7,31

176 KTP - Pemko Denpasar Denpasar 7,59 6,75 7,31

177 Layanan Muatan Barang Kontainer - PT. PELNI (Persero) DKI Jakarta 8,02 5,90 7,31

178 Layanan Informasi Status Kasasi - Mahkamah Agung DKI Jakarta 7,54 6,85 7,31

179 IMB - Pemko Pontianak Pontianak 7,60 6,74 7,31

180 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Bandung 7,75 6,36 7,29

181 IMB - Pemko Pekalongan Pekalongan 7,90 6,08 7,29

182 IUPHHKHT - Kementerian Kehutanan DKI Jakarta 7,48 6,89 7,28

183 Layanan Muatan Barang General Cargo - PT. PELNI (Persero) DKI Jakarta 8,02 5,81 7,28

184 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) DKI Jakarta 7,82 6,18 7,27

185 Peradilan Umum - Mahkamah Agung Makasar 7,79 6,23 7,27

186 Peradilan Tilang - Mahkamah Agung Banjarmasin 7,59 6,60 7,26

187 Bea Masuk di DJBC - Kementerian Keuangan Surabaya 7,39 7,00 7,26

188 SIM - Kepolisian Negara RI Yogyakarta 7,57 6,65 7,26

189 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Banda Aceh 8,06 5,63 7,25

190 Pembuatan dan Perpanjangan Paspor Denpasar 7,29 7,17 7,25

191 Peradilan Umum - Mahkamah Agung Kupang 7,70 6,36 7,25

192 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Bandar Lampung 8,14 5,44 7,24

193 Perijinan Ekspor/Impor terhadap barang-barang yangtermasuk dalam kategori makanan dan obat-obatan - Badan Pengawas Obat dan Makanan

DKI Jakarta 7,89 5,94 7,24

194 Sertifikat – Badan Pertanahan Nasional Mataram 7,98 5,75 7,24

195 SKCK – Kepolisian Negara RI Yogyakarta 7,53 6,65 7,24

196 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Medan 7,31 7,07 7,23

197 SIUP - Pemko Bandar Lampung Bandar Lampung 7,82 5,98 7,21

198 Persetujuan Impor Barang Modal Bukan Baru - Kementerian Perdagangan

DKI Jakarta 7,92 5,78 7,21

199 KTP - Pemko Pangkal Pinang Pangkal Pinang 7,95 5,74 7,21

200 SIUP - Pemko Samarinda Samarinda 7,85 5,92 7,21

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

130

No Unit Layanan Kota Pengalaman Potensi Integritas

201 SKAT - Kementerian Kelautan dan Perikanan DKI Jakarta 8,04 5,51 7,20

202 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Semarang 7,91 5,77 7,20

203 KUA - Kementerian Agama Denpasar 7,84 5,85 7,18

204 Bea Masuk di DJBC - Kementerian Keuangan DKI Jakarta 7,73 6,09 7,18

205 P5KP - Kementerian Keuangan Kupang 7,32 6,89 7,18

206 IMB - Pemkab Mamuju Mamuju 7,53 6,47 7,18

207 IMB - Pemko Denpasar Denpasar 7,35 6,81 7,17

208 P5KP - Kementerian Keuangan Banda Aceh 8,04 5,40 7,16

209 KUA - Kementerian Agama Medan 7,48 6,52 7,16

210 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM - Kementerian Hukum dan HAM

Pontianak 7,95 5,57 7,16

211 SKCK - Kepolisian Negara RI Makasar 7,68 6,08 7,15

212 KUA - Kementerian Agama Yogyakarta 7,64 6,13 7,14

213 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Bandar Lampung 7,64 6,10 7,13

214 KTP - Pemko Bitung Bitung 7,68 6,03 7,13

215 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM - Kementerian Hukum dan HAM

Bandar Lampung 7,80 5,72 7,11

216 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Palu 7,90 5,53 7,11

217 IMB - Pemko Samarinda Samarinda 7,85 5,64 7,11

218 KTP - Pemko Samarinda Samarinda 7,90 5,51 7,10

219 SIUP - Pemko Pekalongan Pekalongan 7,45 6,38 7,09

220 KTP - Pemko Surabaya Surabaya 7,62 6,04 7,09

221 KTP - Pemko Tanjung Pinang Tanjung Pinang 7,94 5,39 7,09

222 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Bandung 7,16 6,92 7,08

223 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Yogyakarta 7,29 6,67 7,08

224 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Jayapura 7,20 6,80 7,07

225 KTP - Pemko Banjarbaru Banjarbaru 7,12 6,88 7,04

226 Penyetaraan Ijazah Luar Negeri - Kementerian Pendidikan Nasional

DKI Jakarta 7,84 5,44 7,04

227 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Jayapura 7,21 6,69 7,04

228 Izin SPBU - PT. Pertamina (Persero) DKI Jakarta 7,38 6,32 7,03

229 izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan - Kementerian Kehutanan DKI Jakarta 7,76 5,58 7,03

230 SIUP - Pemko Jambi Jambi 8,01 5,07 7,03

231 IMB - Pemko Madiun Madiun 7,76 5,56 7,03

232 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Kupang 7,35 6,37 7,02

233 SIUP - Pemko Lhokseumawe Lhokseumawe 7,70 5,64 7,01

234 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Padang 7,22 6,59 7,01

235 Tilang - Mahkamah Agung Palembang 7,53 5,96 7,01

236 UPIWP - Kementerian ESDM DKI Jakarta 7,59 5,82 7,00

237 IMB - Pemko Kediri Kediri 7,69 5,60 6,99

238 Peradilan Umum - Mahkamah Agung Palembang 7,29 6,37 6,98

239 Pelayanan Pengelolaan Property Bandara - PT. Angkasa Pura II (Persero)

DKI Jakarta 7,70 5,50 6,97

240 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Jayapura 7,09 6,72 6,97

241 KTP - Pemko Kediri Kediri 7,70 5,52 6,97

242 SIUP - Pemko Madiun Madiun 7,85 5,22 6,97

243 Peradilan Umum - Mahkamah Agung Banjarmasin 7,20 6,47 6,96

244 IMB - Pemko Kupang Kupang 7,05 6,79 6,96

245 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Ambon 7,16 6,52 6,95

246 SIM - Kepolisian Negara RI Denpasar 7,59 5,60 6,93

247 Tilang - Mahkamah Agung Makasar 7,60 5,59 6,93

248 SIUP - Pemko Palu Palu 7,83 5,06 6,91

249 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Ambon 7,00 6,70 6,90

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

131

No Unit Layanan Kota Pengalaman Potensi Integritas

250 SIUP - Pemkab Mamuju Mamuju 7,75 5,20 6,90

251 IMB - Pemko Palu Palu 8,02 4,61 6,88

252 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Pontianak 7,10 6,44 6,88

253 SIUP - Pemkab Banyumas Banyumas 7,26 6,10 6,87

254 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Bandung 7,16 6,23 6,85

255 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional DKI Jakarta 7,34 5,88 6,85

256 KTP - Pemko Pekalongan Pekalongan 7,12 6,32 6,85

257 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Bandar Lampung 7,33 5,83 6,83

258 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta 7,05 6,38 6,83

259 IMB - Pemko Jambi Jambi 7,90 4,65 6,82

260 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Makasar 7,73 4,99 6,82

261 SIUP - Pemko Bandung Bandung 7,16 6,11 6,81

262 SKCK - Kepolisian Negara RI Kupang 7,13 6,16 6,81

263 IMB - Pemko Bandung Bandung 7,14 6,11 6,80

264 SKCK - Kepolisian Negara RI Bandar Lampung 6,93 6,46 6,77

265 KTP - Pemko Surakarta Surakarta 7,02 6,23 6,76

266 IMB - Pemkab Banyumas Banyumas 7,04 6,16 6,75

267 KUA - Kementerian Agama Jayapura 6,75 6,75 6,75

268 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Denpasar 7,65 4,91 6,74

269 Peradilan Umum - Mahkamah Agung Jayapura 6,75 6,69 6,73

270 SIUP - Pemko Kediri Kediri 7,36 5,48 6,73

271 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Pontianak 7,05 6,08 6,73

272 SIUP - Pemko Banda Aceh Banda Aceh 7,78 4,59 6,72

273 KTKNL - BNP2TKI DKI Jakarta 7,42 5,28 6,71

274 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Bandung 6,93 6,23 6,70

275 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Makasar 7,70 4,71 6,70

276 KTP - Pemko Palangkaraya Palangkaraya 7,36 5,38 6,70

277 SKCK - Kepolisian Negara RI Surabaya 7,14 5,79 6,69

278 Tilang - Mahkamah Agung Jayapura 6,68 6,66 6,67

279 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Kupang 6,88 6,21 6,66

280 KTP - Pemkab Jember Jember 7,64 4,67 6,65

281 KTP - Pemko Pekanbaru Pekanbaru 7,08 5,75 6,64

282 SIUP - Pemko Binjai Binjai 6,70 6,47 6,62

283 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Banjarmasin 6,86 6,10 6,61

284 Pelayanan Pengujian Mutu Barang - Kementerian Perdagangan

DKI Jakarta 7,50 4,82 6,61

285 KTP - Pemko Pare-pare Pare-pare 7,53 4,76 6,61

286 KTP - Pemko Madiun Madiun 7,00 5,78 6,59

287 KTP - Pemko Makasar Makasar 7,20 5,32 6,57

288 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Padang 6,51 6,70 6,57

289 SKCK - Kepolisian Negara RI Banjarmasin 6,92 5,77 6,54

290 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Medan 6,44 6,75 6,54

291 Lelang - Kementerian Keuangan Bandung 6,72 6,14 6,53

292 Tilang - Mahkamah Agung Banda Aceh 7,05 5,45 6,52

293 Tilang - Mahkamah Agung Bandar Lampung 6,90 5,77 6,52

294 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Banda Aceh 6,94 5,65 6,51

295 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Banjarmasin 6,59 6,36 6,51

296 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Jayapura 6,66 6,22 6,51

297 KUA - Kementerian Agama Makasar 7,22 5,06 6,50

298 SKCK - Kepolisian Negara RI Palembang 6,52 6,46 6,50

299 SIM - Kepolisian Negara RI Kupang 6,72 6,03 6,49

300 KUA - Kementerian Agama Banjarmasin 6,58 6,22 6,46

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

132

No Unit Layanan Kota Pengalaman Potensi Integritas

301 KTP - Pemko Bandung Bandung 7,12 5,09 6,44

302 SIUP - Pemko Pangkal Pinang Pangkal Pinang 6,81 5,69 6,44

303 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Banda Aceh 6,36 6,56 6,43

304 IMB - Pemko Bandar Lampung Bandar Lampung 7,18 4,94 6,43

305 Lelang - Kementerian Keuangan Banda Aceh 6,81 5,62 6,41

306 Peradilan Umum - Mahkamah Agung Pontianak 7,20 4,76 6,39

307 Tilang - Mahkamah Agung Yogyakarta 6,69 5,80 6,39

308 Pelayanan Cargo - PT. Angkasa Pura II (Persero) DKI Jakarta 6,33 6,48 6,38

309 IMB - DKI Jakarta DKI Jakarta 6,74 5,66 6,38

310 SKCK - Kepolisian Negara RI Banda Aceh 6,72 5,67 6,37

311 Tilang - Mahkamah Agung Manado 7,79 3,48 6,35

312 Peradilan Umum - Mahkamah Agung Bandung 6,87 5,27 6,34

313 KTP - Pemko Mataram Mataram 6,28 6,44 6,33

314 KTP - Pemkab Sidoarjo Sidoarjo 6,85 5,28 6,33

315 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Surabaya 6,82 5,35 6,33

316 IMB - Pemko Palangkaraya Palangkaraya 6,55 5,82 6,31

317 SIM - Kepolisian Negara RI Banda Aceh 6,58 5,70 6,29

318 SIM - Kepolisian Negara RI Bandar Lampung 6,23 6,29 6,25

319 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Medan 5,86 7,02 6,25

320 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Banjarmasin 6,39 5,94 6,24

321 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Banda Aceh 6,70 5,28 6,23

322 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Banjarmasin 6,22 6,23 6,22

323 KUA - Kementerian Agama Bandar Lampung 6,62 5,40 6,21

324 SIUP - Pemko Cilegon Cilegon 6,74 5,15 6,21

325 KTP - Pemko Kupang Kupang 6,55 5,49 6,20

326 IMB - Pemko Bima Bima 6,55 5,40 6,17

327 IMB - Pemko Malang Malang 6,65 5,14 6,15

328 Peradilan Umum - Mahkamah Agung Banda Aceh 6,34 5,68 6,12

329 KTP - Pemko Cilegon Cilegon 6,70 4,93 6,11

330 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Bandar Lampung 6,38 5,55 6,10

331 SIUP - Pemko Kendari Kendari 7,40 3,49 6,10

332 IMB - Pemko Medan Medan 6,02 6,26 6,10

333 Pelayanan Display Produk Unggulan Kementerian Koperasi dan UKM

DKI Jakarta 6,41 5,45 6,09

334 KTP - Pemko Tangerang Tangerang 6,28 5,68 6,08

335 SIUP - Pemko Medan Medan 5,90 6,38 6,06

336 IMB - Pemko Banda Acehv Banda Aceh 6,70 4,76 6,05

337 KTP - Pemko Padang Padang 6,05 6,03 6,04

338 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Banda Aceh 6,44 5,20 6,03

339 KTP - Pemko Banjarmasin Banjarmasin 6,14 5,78 6,02

340 SIM - Kepolisian Negara RI Banjarmasin 6,21 5,51 5,98

341 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Banda Aceh 6,28 5,36 5,97

342 KTP - Pemkab Banyumas Banyumas 6,14 5,60 5,96

343 IMB - Pemko Binjai Binjai 6,22 5,44 5,96

344 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Palembang 5,99 5,85 5,94

345 Pendaftaran/Perpanjangan Izin Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus - Kementerian Agama

DKI Jakarta 6,04 5,66 5,91

346 SIUP - Pemko Jayapura Jayapura 5,64 6,41 5,90

347 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Surabaya 7,18 3,28 5,88

348 SIM - Kepolisian Negara RI Jayapura 5,65 6,20 5,83

349 KUA - Kementerian Agama Ambon 5,78 5,87 5,81

350 IMB - Pemko Jayapura Jayapura 5,56 6,29 5,80

351 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Bandung 6,40 4,58 5,79

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

133

No Unit Layanan Kota Pengalaman Potensi Integritas

352 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Manado 5,96 5,43 5,78

353 SIUP - Pemko Palangkaraya Palangkaraya 5,57 6,21 5,78

354 IMB - Pemko Cilegon Cilegon 5,90 5,51 5,77

355 SIM - Kepolisian Negara RI DKI Jakarta 6,03 5,21 5,76

356 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Ambon 5,77 5,71 5,75

357 KUA - Kementerian Agama Kupang 5,73 5,75 5,74

358 SKCK - Kepolisian Negara RI Medan 5,33 6,50 5,72

359 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Bandung 5,42 6,10 5,65

360 SIUP - Pemko Bekasi Bekasi 5,45 6,06 5,65

361 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Bandar Lampung 5,63 5,56 5,61

362 Tilang - Mahkamah Agung Bandung 6,31 4,22 5,61

363 IMB - Pemko Pangkal Pinang Pangkal Pinang 5,69 5,41 5,60

364 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Banda Aceh 5,80 5,18 5,59

365 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Makasar 6,00 4,78 5,59

366 SKCK - Kepolisian Negara RI Bandung 5,97 4,74 5,56

367 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Makasar 5,56 5,56 5,56

368 KUA - Kementerian Agama Banda Aceh 5,88 4,88 5,55

369 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Banjarmasin 5,66 5,33 5,55

370 Peradilan Umum - Mahkamah Agung Bandar Lampung 5,32 5,92 5,52

371 KUA - Kementerian Agama Padang 5,24 6,07 5,52

372 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Manado 5,64 5,17 5,48

373 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Banjarmasin 5,22 5,95 5,46

374 IMB - Pemko Palembang Palembang 5,18 5,98 5,45

375 SIUP - Pemko Cirebon Cirebon 5,61 5,07 5,43

376 SIUP - DKI Jakarta DKI Jakarta 5,14 5,99 5,43

377 IMB - Pemko Bogor Bogor 5,75 4,73 5,41

378 KTP - Pemko Bima Bima 5,68 4,82 5,39

379 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Palembang 5,17 5,82 5,39

380 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Padang 5,34 5,46 5,38

381 Bea Masuk di DJBC - Kementerian Keuangan Balikpapan 5,34 5,41 5,36

382 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Mataram 5,08 5,87 5,34

383 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Palu 5,26 5,43 5,32

384 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Kupang 5,09 5,72 5,30

385 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Palembang 5,69 4,50 5,29

386 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Palembang 5,12 5,59 5,28

387 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Medan 4,65 6,38 5,23

388 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta 5,46 4,74 5,22

389 KTP - Pemko Banda Aceh Banda Aceh 5,51 4,58 5,20

390 SKCK - Kepolisian Negara RI Mataram 4,76 6,06 5,19

391 KTP - Pemko Bekasi Bekasi 5,11 5,23 5,15

392 SIUP - Pemko Bima Bima 5,09 5,15 5,11

393 KTP - DKI Jakarta DKI Jakarta 5,03 5,10 5,06

394 SKCK - Kepolisian Negara RI Manado 4,30 6,43 5,01

395 Peradilan Umum - Mahkamah Agung Surabaya 5,50 3,90 4,97

396 SIUP Makasar 4,24 6,39 4,96

397 Pelayanan Data Akses Pasar Domestik - Kementerian Koperasi dan UKM

DKI Jakarta 5,40 4,04 4,95

398 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Semarang 4,69 5,46 4,95

399 SKCK - Kepolisian Negara RI DKI Jakarta 5,20 4,39 4,93

400 SIM - Kepolisian Negara RI Mataram 4,36 6,01 4,91

401 IMB - Pemko Lhokseumawe Lhokseumawe 4,54 5,62 4,90

402 IMB - Pemko Pekanbaru Pekanbaru 4,64 5,43 4,90

403 SKCK - Kepolisian Negara RI Ambon 4,24 6,01 4,83

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

134

No Unit Layanan Kota Pengalaman Potensi Integritas

404 SIM - Kepolisian Negara RI Padang 4,52 5,44 4,83

405 Perpanjangan Ijin KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji) DKI Jakarta 4,42 5,62 4,82

406 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Denpasar 4,46 5,50 4,81

407 KTP - Pemko Jambi Jambi 4,80 4,84 4,81

408 Tilang - Mahkamah Agung Semarang 4,92 4,60 4,81

409 KTP - Pemkab Mamuju Mamuju 4,28 5,82 4,79

410 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Manado 4,24 5,84 4,77

411 IMB - Pemko Kendari Kendari 5,56 3,07 4,73

412 Peradilan Umum - Mahkamah Agung Semarang 4,54 5,11 4,73

413 SIUP - Pemko Pematang Siantar Pematang Siantar 4,90 4,37 4,72

414 SIUP - Pemko Balikpapan Balikpapan 4,87 4,38 4,71

415 KUA - Kementerian Agama Bandung 4,52 5,10 4,71

416 KTP - Pemko Pematang Siantar Pematang Siantar 4,73 4,55 4,67

417 Tilang - Mahkamah Agung Medan 4,01 5,94 4,65

418 KTP - Pemko Medan Medan 4,08 5,70 4,62

419 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Mataram 4,26 5,30 4,61

420 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Jayapura 3,53 6,67 4,58

421 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Manado 4,02 5,65 4,56

422 IMB - Pemko Pematang Siantar Pematang Siantar 4,74 4,21 4,56

423 SKCK - Kepolisian Negara RI Semarang 4,66 4,35 4,56

424 IMB - Pemkab Jember Jember 4,81 4,04 4,55

425 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Makasar 4,18 5,25 4,54

426 KTP - Pemko Ambon Ambon 4,31 4,91 4,51

427 KTP - Pemko Cirebon Cirebon 4,37 4,78 4,51

428 KUA - Kementerian Agama Surabaya 4,52 4,50 4,51

429 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Surabaya 3,99 5,47 4,48

430 IMB - Pemko Lubuk Linggau Lubuk Linggau 3,72 5,96 4,47

431 IMB - Pemko Bekasi Bekasi 3,85 5,64 4,45

432 SIUP - Pemko Lubuk Linggau Lubuk Linggau 3,49 6,37 4,45

433 KTP - Pemko Bandar Lampung Bandar Lampung 4,22 4,86 4,43

434 KTP - Pemko Palu Palu 4,37 4,56 4,43

435 SIM - Kepolisian Negara RI Medan 3,87 5,48 4,41

436 Tilang - Mahkamah Agung DKI Jakarta 4,33 4,55 4,40

437 SIM - Kepolisian Negara RI Bandung 4,24 4,66 4,38

438 IMB - Pemkab Manokwari Manokwari 4,06 5,03 4,38

439 IMB - Pemko Bengkulu Bengkulu 3,66 5,52 4,28

440 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Makasar 4,12 4,49 4,24

441 IMB - Pemko Ternate Ternate 3,96 4,81 4,24

442 SIUP - Pemko Bengkulu Bengkulu 3,68 5,34 4,23

443 KTP - Pemko Lubuk Linggau Lubuk Linggau 3,19 6,27 4,22

444 SIUP - Pemko Manado Manado 3,90 4,81 4,20

445 KTP - Pemko Semarang Semarang 3,76 4,98 4,17

446 KTP - Pemko Bogor Bogor 3,38 5,70 4,15

447 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Bandung 3,63 5,12 4,13

448 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Semarang 3,51 5,38 4,13

449 IMB - Pemko Cirebon Cirebon 3,74 4,75 4,08

450 KTP - Pemko Binjai Binjai 3,50 5,14 4,05

451 KUA - Kementerian Agama Palembang 3,57 4,98 4,04

452 KTP - Pemko Bengkulu Bengkulu 3,12 5,81 4,02

453 SIUP - Pemko Palembang Palembang 3,47 5,13 4,02

454 SIUP - Pemko Ternate Ternate 3,60 4,79 4,00

455 KTP - Pemko Ternate Ternate 3,49 4,97 3,98

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

135

No Unit Layanan Kota Pengalaman Potensi Integritas

456 SIUP - Pemkab Jember Jember 3,90 4,04 3,95

457 SIUP - Pemko Malang Malang 3,76 4,28 3,93

458 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Palembang 3,28 5,23 3,93

459 KTP - Pemkab Manokwari Manokwari 3,66 4,40 3,91

460 KTP - Pemko Serang Serang 4,17 3,36 3,90

461 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Denpasar 3,67 4,32 3,89

462 KUA - Kementerian Agama Mataram 3,20 5,28 3,89

463 KTP - Pemko Kendari Kendari 4,16 3,30 3,87

464 SIM - Kepolisian Negara RI Ambon 2,97 5,62 3,85

465 SIM - Kepolisian Negara RI Manado 3,13 5,24 3,83

466 SKCK - Kepolisian Negara RI Palu 3,25 4,97 3,82

467 KTP - Pemko Lhokseumawe Lhokseumawe 3,43 4,50 3,79

468 Peradilan Umum - Mahkamah Agung Manado 2,92 5,46 3,77

469 SIM - Kepolisian Negara RI Makasar 2,75 5,72 3,74

470 KUA - Kementerian Agama Manado 2,81 5,54 3,72

471 SIUP - Pemko Tangerang Tangerang 3,22 4,69 3,71

472 SIM - Kepolisian Negara RI Palu 3,30 4,44 3,68

473 IMB - Pemko Depok Depok 3,48 3,97 3,64

474 KUA - Kementerian Agama DKI Jakarta 3,36 4,08 3,60

475 IMB - Pemko Tangerang Tangerang 3,06 4,65 3,59

476 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Palembang 2,83 4,99 3,55

477 SIM - Kepolisian Negara RI Palembang 2,93 4,77 3,54

478 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Palu 2,90 4,69 3,50

479 KTP - Pemko Depok Depok 3,20 4,05 3,48

480 Tilang - Mahkamah Agung Palu 3,52 3,40 3,48

481 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Semarang 2,72 4,93 3,46

482 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Medan 2,60 5,09 3,43

483 SIUP - Pemko Semarang Semarang 2,98 4,33 3,43

484 IMB - Pemko Serang Serang 2,92 4,38 3,41

485 IMTA - Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi DKI Jakarta 2,70 4,78 3,39

486 SIUP - Pemko Depok Depok 3,09 3,95 3,38

487 KUA - Kementerian Agama Semarang 2,93 4,21 3,36

488 KTP - Pemko Metro Metro 2,70 4,63 3,34

489 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) DKI Jakarta 2,35 5,30 3,33

490 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Semarang 2,95 4,06 3,32

491 SIM - Kepolisian Negara RI Semarang 2,60 4,77 3,32

492 SIUP - Pemko Serang Serang 2,80 4,37 3,32

493 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Manado 1,78 6,34 3,30

494 KTP - Pemko Palembang Palembang 2,88 4,06 3,27

495 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Manado 2,36 5,06 3,26

496 SIUP - Pemko Metro Metro 2,69 4,37 3,25

497 SIUP - Pemko Bogor Bogor 2,70 4,33 3,24

498 IMB - Pemko Semarang Semarang 2,68 4,35 3,24

499 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Semarang 2,83 4,03 3,23

500 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Palu 2,58 4,37 3,18

501 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Palu 2,56 4,25 3,12

502 Peradilan Umum - Mahkamah Agung Palu 2,47 4,35 3,10

503 IMB - Pemko Metro Metro 2,38 3,86 2,87

504 Tilang - Mahkamah Agung Surabaya 2,53 3,52 2,86

505 KUA - Kementerian Agama Palu 2,41 3,74 2,85

506 SIUP - Pemkab Manokwari Manokwari 2,02 4,41 2,82

507 KTP - Pemko Manado Manado 1,71 4,10 2,51

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

136

Lampiran 3. Indeks Integritas Total Pusat (IITP), Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas berdasarkan Instansi

NO INSTANSI PENGALAMAN POTENSI INTEGRITAS

1 Badan Koordinasi Penanaman Modal 7,99 6,80 7,60

2 Kementerian Keuangan 7,88 6,93 7,56

3 Kementerian Kesehatan 7,82 6,94 7,52

4 PT. Jamsostek (Persero) 7,79 6,96 7,52

5 Kementerian Perindustrian 7,89 6,74 7,51

6 PT. Pelindo II (Persero) 7,73 7,04 7,50

7 Kementerian Perhubungan 7,84 6,73 7,47

8 Kementerian Kelautan dan Perikanan 7,99 6,39 7,46

9 Kementerian Pertanian 7,75 6,86 7,45

10 Kementerian Komunikasi dan Informatika 8,04 6,20 7,43

11 Kementerian Pendidikan Nasional 7,91 6,41 7,41

12 PT. Pertamina (Persero) 7,70 6,80 7,40

13 Badan Pengawas Obat dan Makanan 7,83 6,41 7,36

14 PT. PELNI (Persero) 8,02 5,85 7,30

15 Kementerian ESDM 7,72 6,32 7,26

16 BNP2TKI 7,64 6,04 7,11

17 Kementerian Kehutanan 7,69 5,91 7,09

18 Kementerian Perdagangan 7,71 5,30 6,91

19 PT. Angkasa Pura II (Persero) 7,01 5,99 6,68

20 PT. PLN (Persero) 6,45 6,23 6,38

21 Mahkamah Agung 6,63 5,83 6,36

22 Kementerian Hukum dan HAM 6,23 5,80 6,09

23 Badan Pertanahan Nasional 6,18 5,84 6,07

24 Kepolisian Negara RI 5,74 5,82 5,76

25 Kementerian Koperasi dan UKM 5,91 4,74 5,52

26 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi 5,28 5,79 5,44

27 Kementerian Agama 5,40 5,42 5,41

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

137

Lampiran 4. Indeks Integritas Pusat (IIP), Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas berdasarkan Instansi

NO INSTANSI PENGALAMAN POTENSI INTEGRITAS

1 Badan Koordinasi Penanaman Modal 7,99 6,80 7,60

2 Kementerian Kesehatan 7,82 6,94 7,52

3 PT. Jamsostek (Persero) 7,79 6,96 7,52

4 Kementerian Perindustrian 7,89 6,74 7,51

5 PT. Pelindo II (Persero) 7,73 7,04 7,50

6 Kementerian Perhubungan 7,84 6,73 7,47

7 Kementerian Kelautan dan Perikanan 7,99 6,39 7,46

8 Kementerian Pertanian 7,75 6,86 7,45

9 Kementerian Komunikasi dan Informatika 8,04 6,20 7,43

10 Kementerian Pendidikan Nasional 7,91 6,41 7,41

11 PT. Pertamina (Persero) 7,70 6,80 7,40

12 Badan Pengawas Obat dan Makanan 7,83 6,41 7,36

13 Mahkamah Agung 7,54 6,85 7,31

14 PT. PELNI (Persero) 8,02 5,85 7,30

15 Kementerian ESDM 7,72 6,32 7,26

16 BNP2TKI 7,64 6,04 7,11

17 Kementerian Kehutanan 7,69 5,91 7,09

18 Kementerian Perdagangan 7,71 5,30 6,91

19 PT. Angkasa Pura II (Persero) 7,01 5,99 6,68

20 Kementerian Koperasi dan UKM 5,91 4,74 5,52

21 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi 5,28 5,79 5,44

22 Kementerian Agama 5,23 5,64 5,37

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

138

Lampiran 5. Indeks Integritas Pusat (IIP), Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas berdasarkan Unit Layanan

No Unit Layanan Kota Pengalaman Potensi Integritas

1 Izin Belajar WNI Pada Sekolah International Kementerian Pendidikan Nasional

7,98 7,39 7,78

2 Izin Agen Domestik (Agen LPG12kg dan 50kg) PT. Pertamina (Persero) 8,02 7,28 7,77

3 Penerbitan Angka Pengenal Importir Produsen (API-P)

Badan Koordinasi Penanaman Modal

8,00 7,16 7,72

4 Surat Ijin Penangkapan Ikan (SIPI) (Baru dan Perpanjangn)

Kementerian Kelautan dan Perikanan

7,95 7,27 7,72

5 Layanan Bongkar Muat Barang General Cargo PT. Pelindo II (Persero) 7,87 7,17 7,64

6 Layanan Klaim Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) PT. Jamsostek (Persero) 7,78 7,27 7,61

7 Surat Izin Usaha Perusahaan Angkutan laut (SIUPAL)

Kementerian Perhubungan 7,94 6,93 7,60

8 Penerbitan Rekomendasi Importir Produsen Tekstil (IP-Tekstil)

Kementerian Perindustrian 7,96 6,84 7,59

9 Izin Pemasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman Pangan

Kementerian Pertanian 8,07 6,52 7,55

10 Surat Persetujuan Importir Psikotropika (SPI-P) (Pembuatan Baru)

Kementerian Kesehatan 7,83 6,93 7,53

11 Izin Edar Alat Kesehatan (Pembuatan Baru/Perpanjangan)

Kementerian Kesehatan 7,81 6,94 7,52

12 Pendataan dan Ticketing ke daerah tujuan di Terminal Selapajang

BNP2TKI 7,87 6,79 7,51

13 Izin Penyiaran TV Kementerian Komunikasi dan Informatika

8,19 6,14 7,51

14 Surat Ijin Pengerahan (SIP) Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

7,86 6,79 7,50

15 Pendaftaran MD/ML Badan Pengawas Obat dan Makanan

7,78 6,89 7,48

16 Izin Prinsip Penanaman Modal Badan Koordinasi Penanaman Modal

7,98 6,44 7,47

17 Layanan Pencairan Jaminan Hari Tua (JHT) PT. Jamsostek (Persero) 7,81 6,66 7,43

18 Sertifikasi Produk Pengguna Tanda StandarNasional Indonesia (SPPT SNI)

Kementerian Perindustrian 7,83 6,64 7,43

19 Izin Penyimpanan dan Pengangkutan Kementerian ESDM 7,80 6,62 7,41

20 Layanan Kapal (Jasa Pandu, Tunda, Tambat) PT. Pelindo II (Persero) 7,59 6,90 7,36

21 Layanan Pemberian Izin Pendaftaran Pupuk Organik

Kementerian Pertanian 7,42 7,20 7,35

22 Izin Station Radio Kementerian Komunikasi dan Informatika

7,89 6,26 7,35

23 Izin Trayek AKAP (Antar Kota Antar Propinsi ) Kementerian Perhubungan 7,74 6,53 7,34

24 Layanan Muatan Barang Kontainer PT. PELNI (Persero) 8,02 5,90 7,31

25 Layanan Informasi Status Kasasi Mahkamah Agung 7,54 6,85 7,31

26 Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman (IUPHHKHT)

Kementerian Kehutanan 7,48 6,89 7,28

27 Layanan Muatan Barang General Cargo PT. PELNI (Persero) 8,02 5,81 7,28

28 Perijinan Ekspor/Impor terhadap barang-barang yang termasuk dalam kategori makanan dan obat-obatan

Badan Pengawas Obat dan Makanan

7,89 5,94 7,24

29 Persetujuan Impor Barang Modal Bukan Baru (Permohonan Baru dan Perpanjangan)

Kementerian Perdagangan 7,92 5,78 7,21

30 Penerbitan Surat Keterangan Aktivasi transmitter (SKAT)

Kementerian Kelautan dan Perikanan

8,04 5,51 7,20

31 Penyetaraan Ijazah Luar Negeri Kementerian Pendidikan Nasional

7,84 5,44 7,04

32 izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan Kementerian Kehutanan 7,76 5,58 7,03

33 Izin SPBU PT. Pertamina (Persero) 7,38 6,32 7,03

34 Unit Pelayanan Informasi Wilayah Pertambangan (UPIWP)

Kementerian ESDM 7,59 5,82 7,00

35 Pelayanan Pengelolaan Property Bandara PT. Angkasa Pura II (Persero) 7,70 5,50 6,97

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

139

No Unit Layanan Kota Pengalaman Potensi Integritas

36 Pembuatan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN)

BNP2TKI 7,42 5,28 6,71

37 Pelayanan Pengujian Mutu Barang Kementerian Perdagangan 7,50 4,82 6,61

38 Pelayanan Cargo PT. Angkasa Pura II (Persero) 6,33 6,48 6,38

39 Pelayanan Display Produk Unggulan Kementerian Koperasi dan UKM

6,41 5,45 6,09

40 Pendaftaran/Perpanjangan Izin Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus

Kementerian Agama 6,04 5,66 5,91

41 Pelayanan Data Akses Pasar Domestik Kementerian Koperasi dan UKM

5,40 4,04 4,95

42 Perpanjangan Ijin KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji)

Kementerian Agama 4,42 5,62 4,82

43 Ijin Menggunakan tenaga Kerja Asing (IMTA) Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

2,70 4,78 3,39

Lampiran 6. Indeks Integritas Vertikal (IIV), Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas berdasarkan Instansi

NO INSTANSI PENGALAMAN POTENSI INTEGRITAS

1 Kementerian Keuangan 7,88 6,93 7,56

2 PT. PLN (Persero) 6,45 6,23 6,38

3 Mahkamah Agung 6,61 5,80 6,34

4 Kementerian Hukum dan HAM 6,23 5,80 6,09

5 Badan Pertanahan Nasional 6,18 5,84 6,07

6 Kepolisian Negara RI 5,74 5,82 5,76

7 Kementerian Agama 5,41 5,40 5,41

Lampiran 7. Indeks Integritas Vertikal (IIV), Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas berdasarkan Unit Layanan

No Unit Layanan Pengalaman Potensi Integritas Integritas

1 Pelayanan SP2D di KPPN 7,99 7,08 7,69 7,78

2 Pelayanan Penyelesaian Permohonan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

7,96 7,02 7,65 7,77

3 Pelayanan Lelang di KPKNL ( Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang )

7,85 6,83 7,51 7,72

4 Pelayanan Pengurusan Impor Barang ( Bea Masuk) di DJBC 7,30 6,50 7,03 7,72

5 Layanan Tambah Daya 6,80 6,38 6,66 7,64

6 Peradilan Umum 6,66 5,98 6,44 7,61

7 Layanan Lembaga Pemasyarakatan 6,70 5,91 6,43 7,60

8 Peradilan Tilang 6,55 5,63 6,24 7,59

9 Pembuatan Surat Keterangan Catatan Kepolisian 6,32 5,96 6,20 7,55

10 Layanan Pemasangan baru dan Pemasangan Kembali 6,10 6,09 6,10 7,53

11 Pengukuran dan Pemetaan Kadastral 6,18 5,92 6,09 7,52

12 Pembuatan Sertifikat 6,18 5,77 6,04 7,51

13 Pembuatan dan Perpanjangan Paspor 5,76 5,68 5,74 7,51

14 Layanan Administrasi Pernikahan di KUA 5,41 5,40 5,41 7,50

15 Pembuatan dan Perpanjangan SIM 5,16 5,67 5,33 7,48

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

140

Lampiran 8, Indeks Integritas Vertikal (IIV), Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Berdasarkan Instansi Kota

No Kota Pengalaman Potensi Integritas

1 Pontianak 7,93 6,43 7,43

2 Yogyakarta 7,70 6,67 7,36

3 Padang 7,25 6,66 7,05

4 Denpasar 7,29 6,35 6,98

5 Kupang 7,18 6,48 6,95

6 Jayapura 6,97 6,81 6,92

7 Ambon 6,87 6,62 6,79

8 Bandar Lampung 7,09 5,87 6,68

9 Banjarmasin 6,83 6,26 6,64

10 Mataram 6,69 6,50 6,63

11 Surabaya 6,78 5,96 6,50

12 Medan 6,18 6,65 6,34

13 Banda Aceh 6,71 5,52 6,32

14 Makasar 6,59 5,75 6,31

15 DKI Jakarta 6,52 5,87 6,30

16 Bandung 6,19 5,60 5,99

17 Palembang 5,71 5,90 5,78

18 Balikpapan 5,34 5,41 5,36

19 Manado 4,93 5,80 5,22

20 Semarang 5,12 5,37 5,20

21 Palu 4,88 5,14 4,96

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

141

Lampiran 9, Indeks Integritas Vertikal (IIV), Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Berdasarkan Unit Layanan Kota

No Unit Layanan Kota Pengalaman Potensi Integritas

1 P5KP - Kementerian Keuangan Mataram 8,07 7,81 7,98

2 P5KP - Kementerian Keuangan Padang 8,07 7,77 7,97

3 Pasang Baru – PT. PLN (Persero) Denpasar 8,19 7,45 7,94

4 Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan Padang 8,05 7,72 7,94

5 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Padang 8,17 7,48 7,94

6 Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan Pontianak 8,19 7,45 7,94

7 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Pontianak 8,19 7,43 7,94

8 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Ambon 8,19 7,40 7,93

9 P5KP - Kementerian Keuangan Ambon 8,19 7,36 7,91

10 Pasang Baru – PT. PLN (Persero) Surabaya 8,19 7,34 7,91

11 P5KP - Kementerian Keuangan Jayapura 8,17 7,35 7,90

12 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Mataram 8,00 7,71 7,90

13 Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan Makasar 8,14 7,39 7,89

14 Tambah Daya – PT. PLN (Persero) Surabaya 7,96 7,71 7,88

15 Bea Masuk di DJBC – Kemeneterian Keuangan Semarang 8,17 7,23 7,86

16 P5KP - Kementerian Keuangan Manado 8,17 7,20 7,85

17 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Palembang 7,96 7,64 7,85

18 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Jayapura 8,07 7,36 7,83

19 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Banjarmasin 8,05 7,37 7,82

20 P5KP - Kementerian Keuangan Palembang 8,17 7,11 7,82

21 SKCK – Kepolisian Negara RI Pontianak 8,19 7,07 7,82

22 Lapas – Kementerian Hukum dan HAM Mataram 8,15 7,13 7,81

23 Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan Jayapura 8,05 7,29 7,80

24 Lapas – Kementerian Hukum dan HAM Ambon 8,10 7,16 7,79

25 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Denpasar 8,10 7,17 7,79

26 Kadastral – Badan Pertanahan Nasional DKI Jakarta 8,00 7,34 7,78

27 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Manado 8,04 7,25 7,78

28 P5KP - Kementerian Keuangan Semarang 8,10 7,13 7,78

29 P5KP - Kementerian Keuangan Banjarmasin 8,15 6,99 7,76

30 Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan Palembang 7,95 7,35 7,75

31 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Kupang 7,79 7,64 7,74

32 Peradilan Tilang – Mahkamah Agung Mataram 8,06 7,11 7,74

33 Tambah Daya – PT. PLN (Persero) Pontianak 8,19 6,84 7,74

34 Peradilan Umum – Mahkamah Agung Mataram 7,93 7,33 7,73

35 Tambah Daya – PT. PLN (Persero) Padang 8,06 7,06 7,73

36 SIM – Kepolisian Negara RI Pontianak 8,19 6,81 7,73

37 Sertifikat – Badan Pertanahan Nasional Ambon 8,05 7,07 7,72

38 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Makasar 7,87 7,43 7,72

39 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan DKI Jakarta 7,96 7,21 7,71

40 P5KP - Kementerian Keuangan Makasar 7,96 7,20 7,71

41 Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan Semarang 8,10 6,94 7,71

42 Kadastral – Badan Pertanahan Nasional Yogyakarta 7,95 7,19 7,70

43 P5KP - Kementerian Keuangan Palu 7,94 7,19 7,69

44 Sertifikat – Badan Pertanahan Nasional Yogyakarta 7,98 7,11 7,69

45 Kadastral – Badan Pertanahan Nasional Jayapura 8,01 7,02 7,68

46 Pasang Baru – PT. PLN (Persero) Padang 8,06 6,92 7,68

47 Peradilan Tilang – Mahkamah Agung Ambon 7,98 7,06 7,67

48 Tambah Daya – PT. PLN (Persero) Denpasar 7,91 7,15 7,66

49 P5KP - Kementerian Keuangan DKI Jakarta 7,98 7,02 7,66

50 P5KP - Kementerian Keuangan Denpasar 7,87 7,18 7,64

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

142

No Unit Layanan Kota Pengalaman Potensi Integritas

51 Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan Manado 7,91 7,09 7,64

52 Peradilan Tilang – Mahkamah Agung Padang 7,98 6,94 7,63

53 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Palu 7,94 7,01 7,63

54 P5KP - Kementerian Keuangan Pontianak 8,02 6,84 7,63

55 Tambah Daya – PT. PLN (Persero) Yogyakarta 7,71 7,46 7,63

56 Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan DKI Jakarta 7,98 6,87 7,61

57 Peradilan Umum – Mahkamah Agung Ambon 7,98 6,85 7,60

58 Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan Banjarmasin 8,00 6,81 7,60

59 Tambah Daya – PT. PLN (Persero) Palu 8,05 6,68 7,59

60 P5KP - Kementerian Keuangan Yogyakarta 7,98 6,81 7,59

61 Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan Kupang 7,86 7,03 7,58

62 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Semarang 8,10 6,54 7,58

63 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Yogyakarta 8,02 6,71 7,58

64 SIM – Kepolisian Negara RI Surabaya 7,74 7,24 7,57

65 Peradilan Umum – Mahkamah Agung DKI Jakarta 8,02 6,64 7,56

66 Peradilan Umum – Mahkamah Agung Padang 8,07 6,53 7,56

67 Pasang Baru – PT. PLN (Persero) Pontianak 8,13 6,41 7,56

68 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Surabaya 7,86 6,96 7,56

69 Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan Surabaya 7,87 6,92 7,55

70 Lapas – Kementerian Hukum dan HAM Surabaya 8,00 6,60 7,53

71 Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan Yogyakarta 7,95 6,70 7,53

72 Lapas – Kementerian Hukum dan HAM Pontianak 8,17 6,23 7,52

73 Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan Denpasar 7,89 6,75 7,51

74 SKCK – Kepolisian Negara RI Denpasar 7,93 6,67 7,51

75 Lapas – Kementerian Hukum dan HAM Padang 8,04 6,45 7,51

76 P5KP - Kementerian Keuangan Surabaya 7,85 6,83 7,51

77 Kadastral – Badan Pertanahan Nasional Ambon 7,91 6,69 7,50

78 Tambah Daya – PT. PLN (Persero) Mataram 8,00 6,50 7,50

79 SKCK – Kepolisian Negara RI Jayapura 7,79 6,88 7,49

80 KUA - Kementerian Agama Pontianak 8,19 6,10 7,49

81 Kadastral – Badan Pertanahan Nasional Mataram 7,90 6,65 7,48

82 Lapas – Kementerian Hukum dan HAM Kupang 7,85 6,70 7,47

83 SKCK – Kepolisian Negara RI Padang 8,13 6,16 7,47

84 Peradilan Tilang – Mahkamah Agung Pontianak 8,19 6,02 7,47

85 P5KP - Kementerian Keuangan Bandar Lampung 8,14 6,10 7,46

86 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Bandar Lampung 8,13 6,12 7,46

87 Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan Mataram 7,95 6,48 7,46

88 Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan Medan 7,54 7,30 7,46

89 Tilang - Mahkamah Agung Denpasar 7,67 6,97 7,44

90 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Medan 7,55 7,21 7,44

91 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Medan 7,74 6,77 7,42

92 Peradilan Umum - Mahkamah Agung Denpasar 7,98 6,26 7,41

93 P5KP - Kementerian Keuangan Medan 7,42 7,38 7,41

94 Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan Palu 8,19 5,86 7,41

95 Peradilan Umum - Mahkamah Agung Medan 7,53 7,13 7,40

96 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Yogyakarta 7,74 6,72 7,40

97 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Yogyakarta 7,86 6,46 7,39

98 Tilang - Mahkamah Agung Kupang 7,60 6,87 7,36

99 Peradilan Umum - Mahkamah Agung Yogyakarta 7,90 6,29 7,36

100 Bea Masuk di DJBC - Kementerian Keuangan Medan 7,44 7,17 7,35

101 Tambah Daya – PT. PLN (Persero) Kupang 7,63 6,76 7,34

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

143

No Unit Layanan Kota Pengalaman Potensi Integritas

102 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Kupang 7,86 6,26 7,33

103 Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan Bandar Lampung 8,05 5,87 7,32

104 P5KP - Kementerian Keuangan Bandung 7,57 6,78 7,31

105 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Bandung 7,75 6,36 7,29

106 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) DKI Jakarta 7,82 6,18 7,27

107 Peradilan Umum - Mahkamah Agung Makasar 7,79 6,23 7,27

108 Tilang - Mahkamah Agung Banjarmasin 7,59 6,60 7,26

109 Bea Masuk di DJBC - Kementerian Keuangan Surabaya 7,39 7,00 7,26

110 SIM - Kepolisian Negara RI Yogyakarta 7,57 6,65 7,26

111 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Banda Aceh 8,06 5,63 7,25

112 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Denpasar 7,29 7,17 7,25

113 Peradilan Umum - Mahkamah Agung Kupang 7,70 6,36 7,25

114 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Bandar Lampung 8,14 5,44 7,24

115 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Mataram 7,98 5,75 7,24

116 SKCK - Kepolisian Negara RI Yogyakarta 7,53 6,65 7,24

117 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Medan 7,31 7,07 7,23

118 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Semarang 7,91 5,77 7,20

119 KUA - Kementerian Agama Denpasar 7,84 5,85 7,18

120 Bea Masuk di DJBC - Kementerian Keuangan DKI Jakarta 7,73 6,09 7,18

121 P5KP - Kementerian Keuangan Kupang 7,32 6,89 7,18

122 P5KP - Kementerian Keuangan Banda Aceh 8,04 5,40 7,16

123 KUA - Kementerian Agama Medan 7,48 6,52 7,16

124 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Pontianak 7,95 5,57 7,16

125 SKCK - Kepolisian Negara RI Makasar 7,68 6,08 7,15

126 KUA - Kementerian Agama Yogyakarta 7,64 6,13 7,14

127 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Bandar Lampung 7,64 6,10 7,13

128 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Bandar Lampung 7,80 5,72 7,11

129 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Palu 7,90 5,53 7,11

130 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Bandung 7,16 6,92 7,08

131 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Yogyakarta 7,29 6,67 7,08

132 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Jayapura 7,20 6,80 7,07

133 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Jayapura 7,21 6,69 7,04

134 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Kupang 7,35 6,37 7,02

135 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Padang 7,22 6,59 7,01

136 Tilang - Mahkamah Agung Palembang 7,53 5,96 7,01

137 Peradilan Umum - Mahkamah Agung Palembang 7,29 6,37 6,98

138 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Jayapura 7,09 6,72 6,97

139 Peradilan Umum - Mahkamah Agung Banjarmasin 7,20 6,47 6,96

140 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Ambon 7,16 6,52 6,95

141 SIM - Kepolisian Negara RI Denpasar 7,59 5,60 6,93

142 Tilang - Mahkamah Agung Makasar 7,60 5,59 6,93

143 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Ambon 7,00 6,70 6,90

144 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Pontianak 7,10 6,44 6,88

145 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Bandung 7,16 6,23 6,85

146 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional DKI Jakarta 7,34 5,88 6,85

147 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Bandar Lampung 7,33 5,83 6,83

148 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta 7,05 6,38 6,83

149 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Makasar 7,73 4,99 6,82

150 SKCK - Kepolisian Negara RI Kupang 7,13 6,16 6,81

151 SKCK - Kepolisian Negara RI Bandar Lampung 6,93 6,46 6,77

152 KUA - Kementerian Agama Jayapura 6,75 6,75 6,75

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

144

No Unit Layanan Kota Pengalaman Potensi Integritas

153 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Denpasar 7,65 4,91 6,74

154 Peradilan Umum - Mahkamah Agung Jayapura 6,75 6,69 6,73

155 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Pontianak 7,05 6,08 6,73

156 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Bandung 6,93 6,23 6,70

157 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Makasar 7,70 4,71 6,70

158 SKCK - Kepolisian Negara RI Surabaya 7,14 5,79 6,69

159 Tilang - Mahkamah Agung Jayapura 6,68 6,66 6,67

160 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Kupang 6,88 6,21 6,66

161 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Banjarmasin 6,86 6,10 6,61

162 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Padang 6,51 6,70 6,57

163 SKCK - Kepolisian Negara RI Banjarmasin 6,92 5,77 6,54

164 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Medan 6,44 6,75 6,54

165 Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan Bandung 6,72 6,14 6,53

166 Tilang - Mahkamah Agung Banda Aceh 7,05 5,45 6,52

167 Tilang - Mahkamah Agung Bandar Lampung 6,90 5,77 6,52

168 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Banda Aceh 6,94 5,65 6,51

169 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Banjarmasin 6,59 6,36 6,51

170 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Jayapura 6,66 6,22 6,51

171 KUA - Kementerian Agama Makasar 7,22 5,06 6,50

172 SKCK - Kepolisian Negara RI Palembang 6,52 6,46 6,50

173 SIM - Kepolisian Negara RI Kupang 6,72 6,03 6,49

174 KUA - Kementerian Agama Banjarmasin 6,58 6,22 6,46

175 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Banda Aceh 6,36 6,56 6,43

176 Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan Banda Aceh 6,81 5,62 6,41

177 Peradilan Umum - Mahkamah Agung Pontianak 7,20 4,76 6,39

178 Tilang - Mahkamah Agung Yogyakarta 6,69 5,80 6,39

179 SKCK - Kepolisian Negara RI Banda Aceh 6,72 5,67 6,37

180 Tilang - Mahkamah Agung Manado 7,79 3,48 6,35

181 Peradilan Umum - Mahkamah Agung Bandung 6,87 5,27 6,34

182 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Surabaya 6,82 5,35 6,33

183 SIM - Kepolisian Negara RI Banda Aceh 6,58 5,70 6,29

184 SIM - Kepolisian Negara RI Bandar Lampung 6,23 6,29 6,25

185 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Medan 5,86 7,02 6,25

186 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Banjarmasin 6,39 5,94 6,24

187 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Banda Aceh 6,70 5,28 6,23

188 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Banjarmasin 6,22 6,23 6,22

189 KUA - Kementerian Agama Bandar Lampung 6,62 5,40 6,21

190 Peradilan Umum - Mahkamah Agung Banda Aceh 6,34 5,68 6,12

191 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Bandar Lampung 6,38 5,55 6,10

192 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Banda Aceh 6,44 5,20 6,03

193 SIM - Kepolisian Negara RI Banjarmasin 6,21 5,51 5,98

194 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Banda Aceh 6,28 5,36 5,97

195 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Palembang 5,99 5,85 5,94

196 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Surabaya 7,18 3,28 5,88

197 SIM - Kepolisian Negara RI Jayapura 5,65 6,20 5,83

198 KUA - Kementerian Agama Ambon 5,78 5,87 5,81

199 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Bandung 6,40 4,58 5,79

200 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Manado 5,96 5,43 5,78

201 SIM - Kepolisian Negara RI DKI Jakarta 6,03 5,21 5,76

202 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Ambon 5,77 5,71 5,75

203 KUA - Kementerian Agama Kupang 5,73 5,75 5,74

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

145

No Unit Layanan Kota Pengalaman Potensi Integritas

204 SKCK - Kepolisian Negara RI Medan 5,33 6,50 5,72

205 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Bandung 5,42 6,10 5,65

206 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Bandar Lampung 5,63 5,56 5,61

207 Tilang - Mahkamah Agung Bandung 6,31 4,22 5,61

208 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Banda Aceh 5,80 5,18 5,59

209 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Makasar 6,00 4,78 5,59

210 SKCK - Kepolisian Negara RI Bandung 5,97 4,74 5,56

211 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Makasar 5,56 5,56 5,56

212 KUA - Kementerian Agama Banda Aceh 5,88 4,88 5,55

213 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Banjarmasin 5,66 5,33 5,55

214 Peradilan Umum - Mahkamah Agung Bandar Lampung 5,32 5,92 5,52

215 KUA - Kementerian Agama Padang 5,24 6,07 5,52

216 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Manado 5,64 5,17 5,48

217 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Banjarmasin 5,22 5,95 5,46

218 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Palembang 5,17 5,82 5,39

219 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Padang 5,34 5,46 5,38

220 Bea Masuk di DJBC - Kementerian Keuangan Balikpapan 5,34 5,41 5,36

221 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Mataram 5,08 5,87 5,34

222 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Palu 5,26 5,43 5,32

223 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Kupang 5,09 5,72 5,30

224 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Palembang 5,69 4,50 5,29

225 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Palembang 5,12 5,59 5,28

226 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Medan 4,65 6,38 5,23

227 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta 5,46 4,74 5,22

228 SKCK - Kepolisian Negara RI Mataram 4,76 6,06 5,19

229 SKCK - Kepolisian Negara RI Manado 4,30 6,43 5,01

230 Peradilan Umum - Mahkamah Agung Surabaya 5,50 3,90 4,97

231 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Semarang 4,69 5,46 4,95

232 SKCK - Kepolisian Negara RI DKI Jakarta 5,20 4,39 4,93

233 SIM - Kepolisian Negara RI Mataram 4,36 6,01 4,91

234 SKCK - Kepolisian Negara RI Ambon 4,24 6,01 4,83

235 SIM - Kepolisian Negara RI Padang 4,52 5,44 4,83

236 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Denpasar 4,46 5,50 4,81

237 Tilang - Mahkamah Agung Semarang 4,92 4,60 4,81

238 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Manado 4,24 5,84 4,77

239 Peradilan Umum - Mahkamah Agung Semarang 4,54 5,11 4,73

240 KUA - Kementerian Agama Bandung 4,52 5,10 4,71

241 Tilang - Mahkamah Agung Medan 4,01 5,94 4,65

242 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Mataram 4,26 5,30 4,61

243 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Jayapura 3,53 6,67 4,58

244 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Manado 4,02 5,65 4,56

245 SKCK - Kepolisian Negara RI Semarang 4,66 4,35 4,56

246 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Makasar 4,18 5,25 4,54

247 KUA - Kementerian Agama Surabaya 4,52 4,50 4,51

248 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Surabaya 3,99 5,47 4,48

249 SIM - Kepolisian Negara RI Medan 3,87 5,48 4,41

250 Tilang - Mahkamah Agung DKI Jakarta 4,33 4,55 4,40

251 SIM - Kepolisian Negara RI Bandung 4,24 4,66 4,38

252 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Makasar 4,12 4,49 4,24

253 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Bandung 3,63 5,12 4,13

254 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Semarang 3,51 5,38 4,13

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

146

No Unit Layanan Kota Pengalaman Potensi Integritas

255 KUA - Kementerian Agama Palembang 3,57 4,98 4,04

256 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Palembang 3,28 5,23 3,93

257 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Denpasar 3,67 4,32 3,89

258 KUA - Kementerian Agama Mataram 3,20 5,28 3,89

259 SIM - Kepolisian Negara RI Ambon 2,97 5,62 3,85

260 SIM - Kepolisian Negara RI Manado 3,13 5,24 3,83

261 SKCK - Kepolisian Negara RI Palu 3,25 4,97 3,82

262 Peradilan Umum - Mahkamah Agung Manado 2,92 5,46 3,77

263 SIM - Kepolisian Negara RI Makasar 2,75 5,72 3,74

264 KUA - Kementerian Agama Manado 2,81 5,54 3,72

265 SIM - Kepolisian Negara RI Palu 3,30 4,44 3,68

266 KUA - Kementerian Agama DKI Jakarta 3,36 4,08 3,60

267 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Palembang 2,83 4,99 3,55

268 SIM - Kepolisian Negara RI Palembang 2,93 4,77 3,54

269 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Palu 2,90 4,69 3,50

270 Tilang - Mahkamah Agung Palu 3,52 3,40 3,48

271 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Semarang 2,72 4,93 3,46

272 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Medan 2,60 5,09 3,43

273 KUA - Kementerian Agama Semarang 2,93 4,21 3,36

274 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) DKI Jakarta 2,35 5,30 3,33

275 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Semarang 2,95 4,06 3,32

276 SIM - Kepolisian Negara RI Semarang 2,60 4,77 3,32

277 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Manado 1,78 6,34 3,30

278 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Manado 2,36 5,06 3,26

279 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Semarang 2,83 4,03 3,23

280 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Palu 2,58 4,37 3,18

281 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Palu 2,56 4,25 3,12

282 Peradilan Umum - Mahkamah Agung Palu 2,47 4,35 3,10

283 Tilang - Mahkamah Agung Surabaya 2,53 3,52 2,86

284 KUA - Kementerian Agama Palu 2,41 3,74 2,85

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

147

Lampiran 10. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Kementerian KeuanganNo Instansi Kota Pengalaman Potensi Integritas

1 Kementerian Keuangan Padang 8,10 7,66 7,95

2 Kementerian Keuangan Ambon 8,19 7,38 7,92

3 Kementerian Keuangan Pontianak 8,13 7,24 7,84

4 Kementerian Keuangan Jayapura 8,10 7,33 7,84

5 Kementerian Keuangan Palembang 8,03 7,37 7,81

6 Kementerian Keuangan Mataram 8,01 7,33 7,78

7 Kementerian Keuangan Makasar 7,99 7,34 7,77

8 Kementerian Keuangan Manado 8,04 7,18 7,76

9 Kementerian Keuangan Semarang 8,12 6,96 7,73

10 Kementerian Keuangan Banjarmasin 8,07 7,06 7,73

11 Kementerian Keuangan Denpasar 7,95 7,03 7,65

12 Kementerian Keuangan Palu 8,02 6,69 7,58

13 Kementerian Keuangan Yogyakarta 7,98 6,74 7,57

14 Kementerian Keuangan DKI Jakarta 7,91 6,80 7,54

15 Kementerian Keuangan Kupang 7,66 7,19 7,50

16 Kementerian Keuangan Surabaya 7,74 6,93 7,47

17 Kementerian Keuangan Medan 7,49 7,26 7,42

18 Kementerian Keuangan Bandar Lampung 8,11 6,03 7,41

19 Kementerian Keuangan Bandung 7,35 6,43 7,04

20 Kementerian Keuangan Banda Aceh 7,64 5,55 6,94

21 Kementerian Keuangan Balikpapan 5,34 5,41 5,36

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

148

Lampiran 11. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Kepolisian Negara RINo Instansi Kota Pengalaman Potensi Integritas

1 Kepolisian Negara RI Pontianak 8,19 6,94 7,78

2 Kepolisian Negara RI Yogyakarta 7,55 6,65 7,25

3 Kepolisian Negara RI Denpasar 7,76 6,14 7,22

4 Kepolisian Negara RI Surabaya 7,44 6,52 7,13

5 Kepolisian Negara RI Jayapura 6,72 6,54 6,66

6 Kepolisian Negara RI Kupang 6,92 6,10 6,65

7 Kepolisian Negara RI Bandar Lampung 6,58 6,38 6,51

8 Kepolisian Negara RI Banda Aceh 6,65 5,68 6,33

9 Kepolisian Negara RI Banjarmasin 6,56 5,64 6,26

10 Kepolisian Negara RI Padang 6,32 5,80 6,15

11 Kepolisian Negara RI makasar 5,22 5,90 5,44

12 Kepolisian Negara RI DKI Jakarta 5,62 4,80 5,34

13 Kepolisian Negara RI Medan 4,60 5,99 5,06

14 Kepolisian Negara RI Mataram 4,56 6,04 5,05

15 Kepolisian Negara RI Pelembang 4,72 5,62 5,02

16 Kepolisian Negara RI Bandung 5,11 4,70 4,97

17 Kepolisian Negara RI Manado 3,72 5,84 4,42

18 Kepolisian Negara RI Ambon 3,61 5,82 4,34

19 Kepolisian Negara RI Semarang 3,63 4,56 3,94

20 Kepolisian Negara RI Palu 3,28 4,70 3,75

Lampiran 12. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Badan Pertanahan Nasional

No Instansi Kota Pengalaman Potensi Integritas

1 Badan Pertanahan Nasional Yogyakarta 7,96 7,15 7,70

2 Badan Pertanahan Nasional Ambon 7,98 6,88 7,61

3 Badan Pertanahan Nasional Mataram 7,94 6,20 7,36

4 Badan Pertanahan Nasional DKI Jakarta 7,67 6,61 7,32

5 Badan Pertanahan Nasional Kupang 7,60 6,32 7,18

6 Badan Pertanahan Nasional Jayapura 7,34 6,62 7,10

7 Badan Pertanahan Nasional Medan 6,80 6,90 6,84

8 Badan Pertanahan Nasional Pontianak 7,07 6,26 6,80

9 Badan Pertanahan Nasional Padang 6,86 6,64 6,79

10 Badan Pertanahan Nasional Bandar Lampung 6,88 5,50 6,43

11 Badan Pertanahan Nasional Banjarmasin 6,49 6,15 6,38

12 Badan Pertanahan Nasional Banda Aceh 6,82 5,46 6,37

13 Badan Pertanahan Nasional Bandung 6,18 6,16 6,18

14 Badan Pertanahan Nasional Manado 5,80 5,30 5,63

15 Badan Pertanahan Nasional Surabaya 5,40 5,41 5,40

16 Badan Pertanahan Nasional makasar 5,06 4,64 4,92

17 Badan Pertanahan Nasional Pelembang 4,20 5,41 4,61

18 Badan Pertanahan Nasional Denpasar 4,06 4,91 4,35

19 Badan Pertanahan Nasional Semarang 2,89 4,04 3,28

20 Badan Pertanahan Nasional Palu 2,57 4,31 3,15

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

149

Lampiran 13. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Kementerian Hukum dan HAM

No Instansi Kota Pengalaman Potensi Integritas

1 Kementerian Hukum dan HAM Ambon 7,63 6,84 7,37

2 Kementerian Hukum dan HAM Pontianak 8,06 5,90 7,34

3 Kementerian Hukum dan HAM Yogyakarta 7,58 6,56 7,24

4 Kementerian Hukum dan HAM Denpasar 7,47 6,04 7,00

5 Kementerian Hukum dan HAM Surabaya 7,59 4,94 6,70

6 Kementerian Hukum dan HAM Bandar Lampung 7,09 5,64 6,60

7 Kementerian Hukum dan HAM Padang 6,69 5,96 6,44

8 Kementerian Hukum dan HAM Kupang 6,47 6,21 6,38

9 Kementerian Hukum dan HAM Bandung 6,78 5,40 6,32

10 Kementerian Hukum dan HAM Palu 6,58 5,48 6,22

11 Kementerian Hukum dan HAM Mataram 6,20 6,22 6,21

12 Kementerian Hukum dan HAM Banda Aceh 6,32 5,96 6,20

13 Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta 6,26 5,56 6,02

14 Kementerian Hukum dan HAM Banjarmasin 5,72 6,09 5,84

15 Kementerian Hukum dan HAM Jayapura 5,31 6,70 5,78

16 Kementerian Hukum dan HAM Semarang 5,71 5,57 5,66

17 Kementerian Hukum dan HAM makasar 5,94 4,98 5,62

18 Kementerian Hukum dan HAM Pelembang 4,26 4,74 4,42

19 Kementerian Hukum dan HAM Medan 3,62 5,74 4,33

20 Kementerian Hukum dan HAM Manado 3,30 5,45 4,01

Lampiran 14. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Kementerian Agama

No Instansi Kota Pengalaman Potensi Integritas

1 Kementerian Agama Pontianak 8,19 6,10 7,49

2 Kementerian Agama Denpasar 7,84 5,85 7,18

3 Kementerian Agama Medan 7,48 6,52 7,16

4 Kementerian Agama Yogyakarta 7,64 6,13 7,14

5 Kementerian Agama Jayapura 6,75 6,75 6,75

6 Kementerian Agama makasar 7,22 5,06 6,50

7 Kementerian Agama Banjarmasin 6,58 6,22 6,46

8 Kementerian Agama Bandar Lampung 6,62 5,40 6,21

9 Kementerian Agama Ambon 5,78 5,87 5,81

10 Kementerian Agama Kupang 5,73 5,75 5,74

11 Kementerian Agama Banda Aceh 5,88 4,88 5,55

12 Kementerian Agama Padang 5,24 6,07 5,52

13 Kementerian Agama Bandung 4,52 5,10 4,71

14 Kementerian Agama Surabaya 4,52 4,50 4,51

15 Kementerian Agama Pelembang 3,57 4,98 4,04

16 Kementerian Agama Mataram 3,20 5,28 3,89

17 Kementerian Agama Manado 2,81 5,54 3,72

18 Kementerian Agama DKI Jakarta 3,36 4,08 3,60

19 Kementerian Agama Semarang 2,93 4,21 3,36

20 Kementerian Agama Palu 2,41 3,74 2,85

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

150

Lampiran 15. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Mahkamah Agung

No Instansi Kota Pengalaman Potensi Integritas

1 Mahkamah Agung Mataram 8,00 7,22 7,74

2 Mahkamah Agung Ambon 7,98 6,96 7,64

3 Mahkamah Agung Padang 8,02 6,74 7,60

4 Mahkamah Agung Denpasar 7,82 6,62 7,43

5 Mahkamah Agung Kupang 7,65 6,62 7,30

6 Mahkamah Agung Banjarmasin 7,40 6,54 7,11

7 Mahkamah Agung makasar 7,70 5,91 7,10

8 Mahkamah Agung Pelembang 7,41 6,16 7,00

9 Mahkamah Agung Pontianak 7,70 5,39 6,93

10 Mahkamah Agung Yogyakarta 7,30 6,04 6,88

11 Mahkamah Agung Jayapura 6,72 6,68 6,70

12 Mahkamah Agung Banda Aceh 6,70 5,56 6,32

13 Mahkamah Agung Medan 5,77 6,54 6,02

14 Mahkamah Agung Bandar Lampung 6,11 5,84 6,02

15 Mahkamah Agung DKI Jakarta 6,18 5,60 5,98

16 Mahkamah Agung Bandung 6,59 4,74 5,98

17 Mahkamah Agung Manado 5,36 4,47 5,06

18 Mahkamah Agung Semarang 4,73 4,86 4,77

19 Mahkamah Agung Surabaya 4,01 3,71 3,92

20 Mahkamah Agung Palu 3,00 3,88 3,29

Lampiran 16, Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas PT. PLN (Persero)

No Instansi Kota Pengalaman Potensi Integritas

1 PT. PLN (Persero) Surabaya 8,07 7,52 7,90

2 PT. PLN (Persero) Denpasar 8,05 7,30 7,80

3 PT. PLN (Persero) Padang 8,06 6,99 7,70

4 PT. PLN (Persero) Pontianak 8,16 6,62 7,65

5 PT. PLN (Persero) Yogyakarta 7,72 7,09 7,52

6 PT. PLN (Persero) Jayapura 7,20 6,74 7,06

7 PT. PLN (Persero) Kupang 7,26 6,48 7,00

8 PT. PLN (Persero) Bandar Lampung 7,48 5,96 6,98

9 PT. PLN (Persero) Medan 6,88 6,91 6,88

10 PT. PLN (Persero) Mataram 6,54 6,18 6,42

11 PT. PLN (Persero) Ambon 6,38 6,20 6,32

12 PT. PLN (Persero) makasar 6,64 5,28 6,19

13 PT. PLN (Persero) Banjarmasin 6,26 5,72 6,08

14 PT. PLN (Persero) Banda Aceh 6,12 5,19 5,81

15 PT. PLN (Persero) Pelembang 5,58 5,84 5,66

16 PT. PLN (Persero) Bandung 5,40 6,02 5,60

17 PT. PLN (Persero) Palu 5,48 5,68 5,54

18 PT. PLN (Persero) DKI Jakarta 5,08 5,74 5,30

19 PT. PLN (Persero) Semarang 3,70 5,20 4,20

20 PT. PLN (Persero) Manado 2,90 6,00 3,93

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

151

Lampiran 17, Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Lelang di KPKNL

No Unit Layanan Kota Pengalaman Potensi Integritas

1 Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan Padang 8,05 7,72 7,94

2 Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan Pontianak 8,19 7,45 7,94

3 Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan Makasar 8,14 7,39 7,89

4 Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan Jayapura 8,05 7,29 7,80

5 Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan Palembang 7,95 7,35 7,75

6 Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan Semarang 8,10 6,94 7,71

7 Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan Manado 7,91 7,09 7,64

8 Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan DKI Jakarta 7,98 6,87 7,61

9 Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan Banjarmasin 8,00 6,81 7,60

10 Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan Kupang 7,86 7,03 7,58

11 Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan Surabaya 7,87 6,92 7,55

12 Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan Yogyakarta 7,95 6,70 7,53

13 Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan Denpasar 7,89 6,75 7,51

14 Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan Mataram 7,95 6,48 7,46

15 Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan Medan 7,54 7,30 7,46

16 Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan Palu 8,19 5,86 7,41

17 Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan Bandar Lampung 8,05 5,87 7,32

18 Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan Bandung 6,72 6,14 6,53

19 Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan Banda Aceh 6,81 5,62 6,41

Lampiran 18, Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Pengurusan Impor Barang (Bea Masuk) di DJBC

No Unit Layanan Kota Pengalaman Potensi Integritas

1 Bea Masuk - Kementerian Keuangan Semarang 8,17 7,23 7,86

2 Bea Masuk - Kementerian Keuangan Medan 7,44 7,17 7,35

3 Bea Masuk - Kementerian Keuangan Surabaya 7,39 7,00 7,26

4 Bea Masuk - Kementerian Keuangan DKI Jakarta 7,73 6,09 7,18

5 Bea Masuk - Kementerian Keuangan Balikpapan 5,34 5,41 5,36

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

152

Lampiran 19, Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Penyelesaian Permohonan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (P5KP)

No Unit Layanan Kota Pengalaman Potensi Integritas

1 P5KP – Kementerian Keuangan Mataram 8,07 7,81 7,98

2 P5KP – Kementerian Keuangan Padang 8,07 7,77 7,97

3 P5KP – Kementerian Keuangan Ambon 8,19 7,36 7,91

4 P5KP – Kementerian Keuangan Jayapura 8,17 7,35 7,90

5 P5KP – Kementerian Keuangan Manado 8,17 7,20 7,85

6 P5KP – Kementerian Keuangan Palembang 8,17 7,11 7,82

7 P5KP – Kementerian Keuangan Semarang 8,10 7,13 7,78

8 P5KP – Kementerian Keuangan Banjarmasin 8,15 6,99 7,76

9 P5KP – Kementerian Keuangan Makasar 7,96 7,20 7,71

10 P5KP – Kementerian Keuangan Palu 7,94 7,19 7,69

11 P5KP – Kementerian Keuangan DKI Jakarta 7,98 7,02 7,66

12 P5KP – Kementerian Keuangan Denpasar 7,87 7,18 7,64

13 P5KP – Kementerian Keuangan Pontianak 8,02 6,84 7,63

14 P5KP – Kementerian Keuangan Yogyakarta 7,98 6,81 7,59

15 P5KP – Kementerian Keuangan Surabaya 7,85 6,83 7,51

16 P5KP – Kementerian Keuangan Bandar Lampung 8,14 6,10 7,46

17 P5KP – Kementerian Keuangan Medan 7,42 7,38 7,41

18 P5KP – Kementerian Keuangan Bandung 7,57 6,78 7,31

19 P5KP – Kementerian Keuangan Kupang 7,32 6,89 7,18

20 P5KP – Kementerian Keuangan Banda Aceh 8,04 5,40 7,16

Lampiran 20. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan SP2D di KPPN

No Unit Layanan Kota Pengalaman Potensi Integritas

1 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Padang 8,17 7,48 7,94

2 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Pontianak 8,19 7,43 7,94

3 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Ambon 8,19 7,40 7,93

4 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Mataram 8,00 7,71 7,90

5 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Palembang 7,96 7,64 7,85

6 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Jayapura 8,07 7,36 7,83

7 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Banjarmasin 8,05 7,37 7,82

8 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Denpasar 8,10 7,17 7,79

9 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Manado 8,04 7,25 7,78

10 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Kupang 7,79 7,64 7,74

11 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Makasar 7,87 7,43 7,72

12 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan DKI Jakarta 7,96 7,21 7,71

13 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Palu 7,94 7,01 7,63

14 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Semarang 8,10 6,54 7,58

15 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Yogyakarta 8,02 6,71 7,58

16 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Surabaya 7,86 6,96 7,56

17 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Bandar Lampung 8,13 6,12 7,46

18 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Medan 7,55 7,21 7,44

19 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Bandung 7,75 6,36 7,29

20 SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan Banda Aceh 8,06 5,63 7,25

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

153

Lampiran 21. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Pembuatan dan Perpanjangan SIM

No Unit Layanan Kota Pengalaman Potensi Integritas

1 SIM – Kepolisian Negara RI Pontianak 8,19 6,81 7,73

2 SIM - Kepolisian Negara RI Surabaya 7,74 7,24 7,57

3 SIM - Kepolisian Negara RI Yogyakarta 7,57 6,65 7,26

4 SIM - Kepolisian Negara RI Denpasar 7,59 5,60 6,93

5 SIM - Kepolisian Negara RI Kupang 6,72 6,03 6,49

6 SIM - Kepolisian Negara RI Banda Aceh 6,58 5,70 6,29

7 SIM - Kepolisian Negara RI Bandar Lampung 6,23 6,29 6,25

8 SIM - Kepolisian Negara RI Banjarmasin 6,21 5,51 5,98

9 SIM - Kepolisian Negara RI Jayapura 5,65 6,20 5,83

10 SIM - Kepolisian Negara RI DKI Jakarta 6,03 5,21 5,76

11 SIM - Kepolisian Negara RI Mataram 4,36 6,01 4,91

12 SIM - Kepolisian Negara RI Padang 4,52 5,44 4,83

13 SIM - Kepolisian Negara RI Medan 3,87 5,48 4,41

14 SIM - Kepolisian Negara RI Bandung 4,24 4,66 4,38

15 SIM - Kepolisian Negara RI Ambon 2,97 5,62 3,85

16 SIM - Kepolisian Negara RI Manado 3,13 5,24 3,83

17 SIM - Kepolisian Negara RI Makasar 2,75 5,72 3,74

18 SIM - Kepolisian Negara RI Palu 3,30 4,44 3,68

19 SIM - Kepolisian Negara RI Palembang 2,93 4,77 3,54

20 SIM - Kepolisian Negara RI Semarang 2,60 4,77 3,32

Lampiran 22. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Pembuatan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK)

No Unit Layanan Kota Pengalaman Potensi Integritas

1 SKCK - Kepolisian RI Pontianak 8,19 7,07 7,82

2 SKCK - Kepolisian RI Denpasar 7,93 6,67 7,51

3 SKCK - Kepolisian RI Jayapura 7,79 6,88 7,49

4 SKCK - Kepolisian RI Padang 8,13 6,16 7,47

5 SKCK - Kepolisian RI Yogyakarta 7,53 6,65 7,24

6 SKCK - Kepolisian RI Makasar 7,68 6,08 7,15

7 SKCK - Kepolisian RI Kupang 7,13 6,16 6,81

8 SKCK - Kepolisian RI Bandar Lampung 6,93 6,46 6,77

9 SKCK - Kepolisian RI Surabaya 7,14 5,79 6,69

10 SKCK - Kepolisian RI Banjarmasin 6,92 5,77 6,54

11 SKCK - Kepolisian RI Palembang 6,52 6,46 6,50

12 SKCK - Kepolisian RI Banda Aceh 6,72 5,67 6,37

13 SKCK - Kepolisian RI Medan 5,33 6,50 5,72

14 SKCK - Kepolisian RI Bandung 5,97 4,74 5,56

15 SKCK - Kepolisian RI Mataram 4,76 6,06 5,19

16 SKCK - Kepolisian RI Manado 4,30 6,43 5,01

17 SKCK - Kepolisian RI DKI Jakarta 5,20 4,39 4,93

18 SKCK - Kepolisian RI Ambon 4,24 6,01 4,83

19 SKCK - Kepolisian RI Semarang 4,66 4,35 4,56

20 SKCK - Kepolisian RI Palu 3,25 4,97 3,82

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

154

Lampiran 23. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Pembuatan Sertifikat

No Unit Layanan Kota Pengalaman Potensi Integritas

1 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Ambon 8,05 7,07 7,72

2 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Yogyakarta 7,98 7,11 7,69

3 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Medan 7,74 6,77 7,42

4 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Kupang 7,86 6,26 7,33

5 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Mataram 7,98 5,75 7,24

6 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Padang 7,22 6,59 7,01

7 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Pontianak 7,10 6,44 6,88

8 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional DKI Jakarta 7,34 5,88 6,85

9 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Jayapura 6,66 6,22 6,51

10 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Surabaya 6,82 5,35 6,33

11 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Banjarmasin 6,39 5,94 6,24

12 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Banda Aceh 6,70 5,28 6,23

13 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Bandung 5,42 6,10 5,65

14 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Bandar Lampung 5,63 5,56 5,61

15 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Manado 5,64 5,17 5,48

16 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Palembang 5,12 5,59 5,28

17 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Denpasar 4,46 5,50 4,81

18 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Makasar 4,12 4,49 4,24

19 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Semarang 2,83 4,03 3,23

20 Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional Palu 2,56 4,25 3,12

Lampiran 24. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Pengukuran dan Pemetaan Kadastral

No Unit Layanan Kota Pengalaman Potensi Integritas

1 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional DKI Jakarta 8,00 7,34 7,78

2 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Yogyakarta 7,95 7,19 7,70

3 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Jayapura 8,01 7,02 7,68

4 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Ambon 7,91 6,69 7,50

5 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Mataram 7,90 6,65 7,48

6 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Bandar Lampung 8,14 5,44 7,24

7 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Kupang 7,35 6,37 7,02

8 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Pontianak 7,05 6,08 6,73

9 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Bandung 6,93 6,23 6,70

10 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Padang 6,51 6,70 6,57

11 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Banda Aceh 6,94 5,65 6,51

12 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Banjarmasin 6,59 6,36 6,51

13 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Medan 5,86 7,02 6,25

14 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Manado 5,96 5,43 5,78

15 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Makasar 6,00 4,78 5,59

16 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Surabaya 3,99 5,47 4,48

17 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Palembang 3,28 5,23 3,93

18 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Denpasar 3,67 4,32 3,89

19 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Semarang 2,95 4,06 3,32

20 Kadastral - Badan Pertanahan Nasional Palu 2,58 4,37 3,18

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

155

Lampiran 25. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Pembuatan dan Perpanjangan Paspor

No Unit Layanan Kota Pengalaman Potensi Integritas

1 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Denpasar 7,29 7,17 7,25

2 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Pontianak 7,95 5,57 7,16

3 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Bandar Lampung 7,80 5,72 7,11

4 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Yogyakarta 7,29 6,67 7,08

5 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Jayapura 7,09 6,72 6,97

6 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Ambon 7,16 6,52 6,95

7 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Bandung 7,16 6,23 6,85

8 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Banda Aceh 6,28 5,36 5,97

9 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Surabaya 7,18 3,28 5,88

10 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Banjarmasin 5,22 5,95 5,46

11 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Padang 5,34 5,46 5,38

12 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Palu 5,26 5,43 5,32

13 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Kupang 5,09 5,72 5,30

14 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Medan 4,65 6,38 5,23

15 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta 5,46 4,74 5,22

16 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Manado 4,24 5,84 4,77

17 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Mataram 4,26 5,30 4,61

18 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Makasar 4,18 5,25 4,54

19 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Semarang 3,51 5,38 4,13

20 Paspor - Kementerian Hukum dan HAM Palembang 2,83 4,99 3,55

Lampiran 26. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Lembaga Pemasyarakatan

No Unit Layanan Kota Pengalaman Potensi Integritas

1 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Mataram 8,15 7,13 7,81

2 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Ambon 8,10 7,16 7,79

3 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Surabaya 8,00 6,60 7,53

4 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Pontianak 8,17 6,23 7,52

5 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Padang 8,04 6,45 7,51

6 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Kupang 7,85 6,70 7,47

7 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Yogyakarta 7,86 6,46 7,39

8 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Semarang 7,91 5,77 7,20

9 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Palu 7,90 5,53 7,11

10 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta 7,05 6,38 6,83

11 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Denpasar 7,65 4,91 6,74

12 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Makasar 7,70 4,71 6,70

13 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Banda Aceh 6,36 6,56 6,43

14 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Banjarmasin 6,22 6,23 6,22

15 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Bandar Lampung 6,38 5,55 6,10

16 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Bandung 6,40 4,58 5,79

17 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Palembang 5,69 4,50 5,29

18 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Jayapura 3,53 6,67 4,58

19 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Medan 2,60 5,09 3,43

20 Lapas - Kementerian Hukum dan HAM Manado 2,36 5,06 3,26

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

156

Lampiran 27. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Administrasi Pernikahan di KUA

No Unit Layanan Kota Pengalaman Potensi Integritas

1 KUA – Kementerian Agama Pontianak 8,19 6,10 7,49

2 KUA – Kementerian Agama Denpasar 7,84 5,85 7,18

3 KUA – Kementerian Agama Medan 7,48 6,52 7,16

4 KUA – Kementerian Agama Yogyakarta 7,64 6,13 7,14

5 KUA – Kementerian Agama Jayapura 6,75 6,75 6,75

6 KUA – Kementerian Agama Makasar 7,22 5,06 6,50

7 KUA – Kementerian Agama Banjarmasin 6,58 6,22 6,46

8 KUA – Kementerian Agama Bandar Lampung 6,62 5,40 6,21

9 KUA – Kementerian Agama Ambon 5,78 5,87 5,81

10 KUA – Kementerian Agama Kupang 5,73 5,75 5,74

11 KUA – Kementerian Agama Banda Aceh 5,88 4,88 5,55

12 KUA – Kementerian Agama Padang 5,24 6,07 5,52

13 KUA – Kementerian Agama Bandung 4,52 5,10 4,71

14 KUA – Kementerian Agama Surabaya 4,52 4,50 4,51

15 KUA – Kementerian Agama Palembang 3,57 4,98 4,04

16 KUA – Kementerian Agama Mataram 3,20 5,28 3,89

17 KUA – Kementerian Agama Manado 2,81 5,54 3,72

18 KUA – Kementerian Agama DKI Jakarta 3,36 4,08 3,60

19 KUA – Kementerian Agama Semarang 2,93 4,21 3,36

20 KUA – Kementerian Agama Palu 2,41 3,74 2,85

Lampiran 28. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Peradilan Tilang

No Unit Layanan Kota Pengalaman Potensi Integritas

1 Tilang – Mahkamah Agung Mataram 8,06 7,11 7,74

2 Tilang – Mahkamah Agung Ambon 7,98 7,06 7,67

3 Tilang – Mahkamah Agung Padang 7,98 6,94 7,63

4 Tilang – Mahkamah Agung Pontianak 8,19 6,02 7,47

5 Tilang – Mahkamah Agung Denpasar 7,67 6,97 7,44

6 Tilang – Mahkamah Agung Kupang 7,60 6,87 7,36

7 Tilang – Mahkamah Agung Banjarmasin 7,59 6,60 7,26

8 Tilang – Mahkamah Agung Palembang 7,53 5,96 7,01

9 Tilang – Mahkamah Agung Makasar 7,60 5,59 6,93

10 Tilang – Mahkamah Agung Jayapura 6,68 6,66 6,67

11 Tilang – Mahkamah Agung Banda Aceh 7,05 5,45 6,52

12 Tilang – Mahkamah Agung Bandar Lampung 6,90 5,77 6,52

13 Tilang – Mahkamah Agung Yogyakarta 6,69 5,80 6,39

14 Tilang – Mahkamah Agung Manado 7,79 3,48 6,35

15 Tilang – Mahkamah Agung Bandung 6,31 4,22 5,61

16 Tilang – Mahkamah Agung Semarang 4,92 4,60 4,81

17 Tilang – Mahkamah Agung Medan 4,01 5,94 4,65

18 Tilang – Mahkamah Agung DKI Jakarta 4,33 4,55 4,40

19 Tilang – Mahkamah Agung Palu 3,52 3,40 3,48

20 Tilang – Mahkamah Agung Surabaya 2,53 3,52 2,86

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

157

Lampiran 29. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Peradilan Umum

No Unit Layanan Kota Pengalaman Potensi Integritas

1 Peradilan Umum – Mahkamah Agung Mataram 7,93 7,33 7,73

2 Peradilan Umum – Mahkamah Agung Ambon 7,98 6,85 7,60

3 Peradilan Umum – Mahkamah Agung DKI Jakarta 8,02 6,64 7,56

4 Peradilan Umum – Mahkamah Agung Padang 8,07 6,53 7,56

5 Peradilan Umum – Mahkamah Agung Denpasar 7,98 6,26 7,41

6 Peradilan Umum – Mahkamah Agung Medan 7,53 7,13 7,40

7 Peradilan Umum – Mahkamah Agung Yogyakarta 7,90 6,29 7,36

8 Peradilan Umum – Mahkamah Agung Makasar 7,79 6,23 7,27

9 Peradilan Umum – Mahkamah Agung Kupang 7,70 6,36 7,25

10 Peradilan Umum – Mahkamah Agung Palembang 7,29 6,37 6,98

11 Peradilan Umum – Mahkamah Agung Banjarmasin 7,20 6,47 6,96

12 Peradilan Umum – Mahkamah Agung Jayapura 6,75 6,69 6,73

13 Peradilan Umum – Mahkamah Agung Pontianak 7,20 4,76 6,39

14 Peradilan Umum – Mahkamah Agung Bandung 6,87 5,27 6,34

15 Peradilan Umum – Mahkamah Agung Banda Aceh 6,34 5,68 6,12

16 Peradilan Umum – Mahkamah Agung Bandar Lampung 5,32 5,92 5,52

17 Peradilan Umum – Mahkamah Agung Surabaya 5,50 3,90 4,97

18 Peradilan Umum – Mahkamah Agung Semarang 4,54 5,11 4,73

19 Peradilan Umum – Mahkamah Agung Manado 2,92 5,46 3,77

20 Peradilan Umum – Mahkamah Agung Palu 2,47 4,35 3,10

Lampiran 30, Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Tambah Daya

No Unit Layanan Kota Pengalaman Potensi Integritas

1 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Surabaya 7,96 7,71 7,88

2 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Pontianak 8,19 6,84 7,74

3 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Padang 8,06 7,06 7,73

4 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Denpasar 7,91 7,15 7,66

5 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Yogyakarta 7,71 7,46 7,63

6 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Palu 8,05 6,68 7,59

7 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Mataram 8,00 6,50 7,50

8 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Kupang 7,63 6,76 7,34

9 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Medan 7,31 7,07 7,23

10 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Bandar Lampung 7,64 6,10 7,13

11 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Bandung 7,16 6,92 7,08

12 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Jayapura 7,20 6,80 7,07

13 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Ambon 7,00 6,70 6,90

14 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Makasar 7,73 4,99 6,82

15 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Palembang 5,99 5,85 5,94

16 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Banda Aceh 5,80 5,18 5,59

17 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Banjarmasin 5,66 5,33 5,55

18 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Semarang 4,69 5,46 4,95

19 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) Manado 4,02 5,65 4,56

20 Tambah Daya - PT. PLN (Persero) DKI Jakarta 2,35 5,30 3,33

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

158

Lampiran 31. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Pemasangan Baru dan Pemasangan Kembali

No Unit Layanan Kota Pengalaman Potensi Integritas

1 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Denpasar 8,19 7,45 7,94

2 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Surabaya 8,19 7,34 7,91

3 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Padang 8,06 6,92 7,68

4 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Pontianak 8,13 6,41 7,56

5 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Yogyakarta 7,74 6,72 7,40

6 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) DKI Jakarta 7,82 6,18 7,27

7 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Jayapura 7,21 6,69 7,04

8 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Bandar Lampung 7,33 5,83 6,83

9 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Kupang 6,88 6,21 6,66

10 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Banjarmasin 6,86 6,10 6,61

11 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Medan 6,44 6,75 6,54

12 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Banda Aceh 6,44 5,20 6,03

13 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Ambon 5,77 5,71 5,75

14 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Makasar 5,56 5,56 5,56

15 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Palembang 5,17 5,82 5,39

16 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Mataram 5,08 5,87 5,34

17 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Bandung 3,63 5,12 4,13

18 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Palu 2,90 4,69 3,50

19 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Semarang 2,72 4,93 3,46

20 Pasang Baru - PT. PLN (Persero) Manado 1,78 6,34 3,30

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

159

Lampiran 32. Indeks Integritas Total Daerah (IITD), Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas

No Kota Pengalaman Potensi Integritas

1 Dumai 8,14 7,03 7,77

2 Bukittinggi 8,18 6,64 7,67

3 Bitung 7,98 6,92 7,62

4 Batam 7,94 6,76 7,55

5 Pontianak 7,91 6,52 7,45

6 Gorontalo 7,71 6,92 7,45

7 Surakarta 7,64 7,00 7,43

8 Banjarbaru 7,63 7,02 7,43

9 Yogyakarta 7,73 6,73 7,40

10 Tanjung Pinang 8,06 5,81 7,31

11 Pare-pare 7,67 6,54 7,29

12 Sidoarjo 7,62 6,46 7,23

13 Samarinda 7,87 5,69 7,14

14 Pekalongan 7,49 6,26 7,08

15 Padang 7,26 6,67 7,06

16 Denpasar 7,34 6,44 7,04

17 Kupang 7,17 6,45 6,93

18 Kediri 7,58 5,53 6,90

19 Madiun 7,54 5,52 6,86

20 Jayapura 6,88 6,76 6,84

21 Ambon 6,86 6,55 6,76

22 Mataram 6,82 6,53 6,72

23 Banjarmasin 6,89 6,28 6,69

24 Surabaya 6,94 6,06 6,65

25 DKI Jakarta 6,92 6,09 6,64

26 Bandar Lampung 6,97 5,76 6,56

27 Banyumas 6,81 5,95 6,53

28 Pekanbaru 6,64 6,26 6,51

29 Pangkal Pinang 6,82 5,61 6,42

30 Makasar 6,56 5,81 6,31

31 Mamuju 6,52 5,83 6,29

32 Palangkaraya 6,49 5,80 6,26

33 Banda Aceh 6,71 5,36 6,26

34 Jambi 6,90 4,85 6,22

35 Medan 6,04 6,56 6,22

36 Balikpapan 6,51 5,62 6,21

37 Bandung 6,36 5,63 6,12

38 Cilegon 6,60 5,10 6,10

39 Malang 6,13 5,56 5,94

40 Bima 5,77 5,12 5,56

41 Binjai 5,47 5,68 5,54

42 Palembang 5,38 5,75 5,51

43 Lhokseumawe 5,22 5,25 5,23

44 Palu 5,21 5,07 5,16

45 Manado 4,83 5,73 5,13

46 Bekasi 4,80 5,64 5,08

47 Jember 5,45 4,25 5,05

48 Semarang 4,79 5,23 4,94

49 Kendari 5,71 3,29 4,90

50 Cirebon 4,57 4,87 4,67

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

160

No Kota Pengalaman Potensi Integritas

51 Pematang Siantar 4,79 4,38 4,65

52 Tangerang 4,19 5,01 4,46

53 Lubuk Linggau 3,47 6,20 4,38

54 Bogor 3,94 4,92 4,27

55 Bengkulu 3,49 5,56 4,18

56 Ternate 3,68 4,86 4,07

57 Manokwari 3,25 4,61 3,70

58 Serang 3,30 4,04 3,54

59 Depok 3,26 3,99 3,50

60 Metro 2,59 4,29 3,15

Lampiran 33. Indeks Integritas Daerah (IID), Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Berdasarkan Instansi

No Instansi Pengalaman Potensi Integritas

1 Pemko Dumai 8,14 7,03 7,77

2 Pemko Bukittinggi 8,18 6,64 7,67

3 Pemko Bitung 7,98 6,92 7,62

4 Pemko Yogyakarta 7,88 7,02 7,60

5 Pemko Batam 7,94 6,76 7,55

6 Pemko Pontianak 7,86 6,91 7,54

7 Pemko Gorontalo 7,71 6,92 7,45

8 Pemko Surakarta 7,64 7,00 7,43

9 Pemko Banjarbaru 7,63 7,02 7,43

10 Pemko Surabaya 7,83 6,61 7,42

11 Pemko Denpasar 7,55 6,87 7,33

12 Pemko Tanjung Pinang 8,06 5,81 7,31

13 Pemko Pare-pare 7,67 6,54 7,29

14 Pemkab Sidoarjo 7,62 6,46 7,23

15 Pemko Samarinda 7,87 5,69 7,14

16 Pemko Mataram 7,39 6,65 7,14

17 Pemko Padang 7,32 6,70 7,11

18 Pemko Pekalongan 7,49 6,26 7,08

19 Pemko Banjarmasin 7,18 6,39 6,92

20 Pemko Kediri 7,58 5,53 6,90

21 Pemko Madiun 7,54 5,52 6,86

22 Pemko Kupang 7,13 6,32 6,86

23 Pemko Bandung 7,14 5,77 6,68

24 Pemko Ambon 6,82 6,28 6,64

25 Pemkab Banyumas 6,81 5,95 6,53

26 Pemko Pekanbaru 6,64 6,26 6,51

27 Pemko Balikpapan 6,89 5,69 6,49

28 Pemko Jayapura 6,42 6,57 6,47

29 Pemko Pangkal Pinang 6,82 5,61 6,42

30 Pemkab Mamuju 6,52 5,83 6,29

31 Pemko Makasar 6,40 6,09 6,29

32 Pemko Palangkaraya 6,49 5,80 6,26

33 Pemko Jambi 6,90 4,85 6,22

34 Pemko Cilegon 6,60 5,10 6,10

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

161

No Instansi Pengalaman Potensi Integritas

35 Pemko Palu 6,74 4,74 6,07

36 Pemko Bandar Lampung 6,41 5,26 6,02

37 Pemko Banda Aceh 6,66 4,64 5,99

38 Pemko Malang 6,13 5,56 5,94

39 Pemko Medan 5,33 6,11 5,59

40 Pemko Bima 5,77 5,12 5,56

41 Pemko Binjai 5,47 5,68 5,54

42 DKI Jakarta 5,51 5,61 5,54

43 Pemko Lhokseumawe 5,22 5,25 5,23

44 Pemko Bekasi 4,80 5,64 5,08

45 Pemkab Jember 5,45 4,25 5,05

46 Pemko Kendari 5,71 3,29 4,90

47 Pemko Manado 4,33 5,43 4,70

48 Pemko Cirebon 4,57 4,87 4,67

49 Pemko Pematang Siantar 4,79 4,38 4,65

50 Pemko Tangerang 4,19 5,01 4,46

51 Pemko Lubuk Linggau 3,47 6,20 4,38

52 Pemko Bogor 3,94 4,92 4,27

53 Pemko Palembang 3,84 5,06 4,25

54 Pemko Bengkulu 3,49 5,56 4,18

55 Pemko Ternate 3,68 4,86 4,07

56 Pemkab Manokwari 3,25 4,61 3,70

57 Pemko Semarang 3,14 4,55 3,61

58 Pemko Serang 3,30 4,04 3,54

59 Pemko Depok 3,26 3,99 3,50

60 Pemko Metro 2,59 4,29 3,15

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

162

Lampiran 34, Indeks Integritas Daerah (IID), Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Berdasarkan Unit Layanan

No Unit Layanan Instansi Kota Pengalaman Potensi Integritas

1 SIUP Pemko Pekanbaru Pekanbaru 8,19 7,61 8,00

2 SIUP Pemko Bitung Bitung 8,19 7,37 7,92

3 IMB Pemko Bitung Bitung 8,06 7,35 7,82

4 KTP Pemko Dumai Dumai 8,04 7,39 7,82

5 IMB Pemko Batam Batam 8,19 6,96 7,78

6 SIUP Pemko Padang Padang 7,86 7,58 7,77

7 KTP Pemko Pontianak Pontianak 8,15 7,00 7,77

8 SIUP Pemko Surakarta Surakarta 7,95 7,41 7,77

9 IMB Pemkab Sidoarjo Sidoarjo 8,11 7,05 7,76

10 IMB Pemko Surakarta Surakarta 7,96 7,35 7,76

11 SIUP Pemko Dumai Dumai 8,19 6,87 7,75

12 IMB Pemko Dumai Dumai 8,19 6,84 7,74

13 KTP Pemko Malang Malang 7,98 7,25 7,74

14 SIUP Pemko Ambon Ambon 8,13 6,86 7,71

15 KTP Pemko Jayapura Jayapura 8,07 7,00 7,71

16 IMB Pemko Yogyakarta Yogyakarta 7,93 7,27 7,71

17 IMB Pemko Ambon Ambon 8,02 7,07 7,70

18 SIUP Pemko Pare-pare Pare-pare 7,72 7,65 7,70

19 SIUP Pemko Banjarbaru Banjarbaru 7,91 7,25 7,69

20 IMB Pemko Bukittinggi Bukittinggi 8,19 6,66 7,68

21 KTP Pemko Bukittinggi Bukittinggi 8,17 6,66 7,67

22 SIUP Pemko Bukittinggi Bukittinggi 8,17 6,61 7,65

23 SIUP Pemko Yogyakarta Yogyakarta 7,87 7,22 7,65

24 SIUP Pemko Surabaya Surabaya 8,02 6,89 7,64

25 SIUP Pemkab Sidoarjo Sidoarjo 7,90 7,04 7,61

26 IMB Pemko Pare-pare Pare-pare 7,75 7,21 7,57

27 IMB Pemko Banjarbaru Banjarbaru 7,87 6,93 7,56

28 IMB Pemko Mataram Mataram 7,96 6,76 7,56

29 SIUP Pemko Pontianak Pontianak 7,82 7,00 7,55

30 SIUP Pemko Mataram Mataram 7,93 6,75 7,54

31 IMB Pemko Surabaya Surabaya 7,86 6,90 7,54

32 SIUP Pemko Batam Batam 7,85 6,90 7,53

33 IMB Pemko Gorontalo Gorontalo 7,95 6,68 7,53

34 IMB Pemko Padang Padang 8,06 6,48 7,53

35 SIUP Pemko Denpasar Denpasar 7,72 7,05 7,50

36 KTP Pemko Gorontalo Gorontalo 7,56 7,24 7,45

37 SIUP Pemko Tanjung Pinang Tanjung Pinang 8,06 6,21 7,44

38 KTP Pemko Yogyakarta Yogyakarta 7,85 6,58 7,43

39 KTP Pemko Balikpapan Balikpapan 7,94 6,38 7,42

40 SIUP Pemko Kupang Kupang 7,79 6,67 7,42

41 IMB Pemko Banjarmasin Banjarmasin 7,72 6,79 7,41

42 IMB Pemko Tanjung Pinang Tanjung Pinang 8,17 5,82 7,39

43 IMB Pemko Manado Manado 7,38 7,38 7,38

44 SIUP Pemko Gorontalo Gorontalo 7,62 6,83 7,36

45 IMB Pemko Balikpapan Balikpapan 7,87 6,30 7,35

46 IMB Pemko Makasar Makasar 7,75 6,56 7,35

47 KTP Pemko Batam Batam 7,78 6,42 7,33

48 SIUP Pemko Banjarmasin Banjarmasin 7,68 6,60 7,32

49 KTP Pemko Denpasar Denpasar 7,59 6,75 7,31

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

163

No Unit Layanan Instansi Kota Pengalaman Potensi Integritas

50 IMB Pemko Pontianak Pontianak 7,60 6,74 7,31

51 IMB Pemko Pekalongan Pekalongan 7,90 6,08 7,29

52 SIUP Pemko Bandar Lampung Bandar Lampung 7,82 5,98 7,21

53 KTP Pemko Pangkal Pinang Pangkal Pinang 7,95 5,74 7,21

54 SIUP Pemko Samarinda Samarinda 7,85 5,92 7,21

55 IMB Pemkab Mamuju Mamuju 7,53 6,47 7,18

56 IMB Pemko Denpasar Denpasar 7,35 6,81 7,17

57 KTP Pemko Bitung Bitung 7,68 6,03 7,13

58 IMB Pemko Samarinda Samarinda 7,85 5,64 7,11

59 KTP Pemko Samarinda Samarinda 7,90 5,51 7,10

60 SIUP Pemko Pekalongan Pekalongan 7,45 6,38 7,09

61 KTP Pemko Surabaya Surabaya 7,62 6,04 7,09

62 KTP Pemko Tanjung Pinang Tanjung Pinang 7,94 5,39 7,09

63 KTP Pemko Banjarbaru Banjarbaru 7,12 6,88 7,04

64 SIUP Pemko Jambi Jambi 8,01 5,07 7,03

65 IMB Pemko Madiun Madiun 7,76 5,56 7,03

66 SIUP Pemko Lhokseumawe Lhokseumawe 7,70 5,64 7,01

67 IMB Pemko Kediri Kediri 7,69 5,60 6,99

68 KTP Pemko Kediri Kediri 7,70 5,52 6,97

69 SIUP Pemko Madiun Madiun 7,85 5,22 6,97

70 IMB Pemko Kupang Kupang 7,05 6,79 6,96

71 SIUP Pemko Palu Palu 7,83 5,06 6,91

72 SIUP Pemkab Mamuju Mamuju 7,75 5,20 6,90

73 IMB Pemko Palu Palu 8,02 4,61 6,88

74 SIUP Pemkab Banyumas Banyumas 7,26 6,10 6,87

75 KTP Pemko Pekalongan Pekalongan 7,12 6,32 6,85

76 IMB Pemko Jambi Jambi 7,90 4,65 6,82

77 SIUP Pemko Bandung Bandung 7,16 6,11 6,81

78 IMB Pemko Bandung Bandung 7,14 6,11 6,80

79 KTP Pemko Surakarta Surakarta 7,02 6,23 6,76

80 IMB Pemkab Banyumas Banyumas 7,04 6,16 6,75

81 SIUP Pemko Kediri Kediri 7,36 5,48 6,73

82 SIUP Pemko Banda Aceh Banda Aceh 7,78 4,59 6,72

83 KTP Pemko Palangkaraya Palangkaraya 7,36 5,38 6,70

84 KTP Pemkab Jember Jember 7,64 4,67 6,65

85 KTP Pemko Pekanbaru Pekanbaru 7,08 5,75 6,64

86 SIUP Pemko Binjai Binjai 6,70 6,47 6,62

87 KTP Pemko Pare-pare Pare-pare 7,53 4,76 6,61

88 KTP Pemko Madiun Madiun 7,00 5,78 6,59

89 KTP Pemko Makasar Makasar 7,20 5,32 6,57

90 KTP Pemko Bandung Bandung 7,12 5,09 6,44

91 SIUP Pemko Pangkal Pinang Pangkal Pinang 6,81 5,69 6,44

92 IMB Pemko Bandar Lampung Bandar Lampung 7,18 4,94 6,43

93 IMB DKI Jakarta DKI Jakarta 6,74 5,66 6,38

94 KTP Pemko Mataram Mataram 6,28 6,44 6,33

95 KTP Pemkab Sidoarjo Sidoarjo 6,85 5,28 6,33

96 IMB Pemko Palangkaraya Palangkaraya 6,55 5,82 6,31

97 SIUP Pemko Cilegon Cilegon 6,74 5,15 6,21

98 KTP Pemko Kupang Kupang 6,55 5,49 6,20

99 IMB Pemko Bima Bima 6,55 5,40 6,17

100 IMB Pemko Malang Malang 6,65 5,14 6,15

101 KTP Pemko Cilegon Cilegon 6,70 4,93 6,11

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

164

No Unit Layanan Instansi Kota Pengalaman Potensi Integritas

102 SIUP Pemko Kendari Kendari 7,40 3,49 6,10

103 IMB Pemko Medan Medan 6,02 6,26 6,10

104 KTP Pemko Tangerang Tangerang 6,28 5,68 6,08

105 SIUP Pemko Medan Medan 5,90 6,38 6,06

106 IMB Pemko Banda Aceh Banda Aceh 6,70 4,76 6,05

107 KTP Pemko Padang Padang 6,05 6,03 6,04

108 KTP Pemko Banjarmasin Banjarmasin 6,14 5,78 6,02

109 KTP Pemkab Banyumas Banyumas 6,14 5,60 5,96

110 IMB Pemko Binjai Binjai 6,22 5,44 5,96

111 SIUP Pemko Jayapura Jayapura 5,64 6,41 5,90

112 IMB Pemko Jayapura Jayapura 5,56 6,29 5,80

113 SIUP Pemko Palangkaraya Palangkaraya 5,57 6,21 5,78

114 IMB Pemko Cilegon Cilegon 5,90 5,51 5,77

115 SIUP Pemko Bekasi Bekasi 5,45 6,06 5,65

116 IMB Pemko Pangkal Pinang Pangkal Pinang 5,69 5,41 5,60

117 IMB Pemko Palembang Palembang 5,18 5,98 5,45

118 SIUP Pemko Cirebon Cirebon 5,61 5,07 5,43

119 SIUP DKI Jakarta DKI Jakarta 5,14 5,99 5,43

120 IMB Pemko Bogor Bogor 5,75 4,73 5,41

121 KTP Pemko Bima Bima 5,68 4,82 5,39

122 KTP Pemko Banda Aceh Banda Aceh 5,51 4,58 5,20

123 KTP Pemko Bekasi Bekasi 5,11 5,23 5,15

124 SIUP Pemko Bima Bima 5,09 5,15 5,11

125 KTP DKI Jakarta DKI Jakarta 5,03 5,10 5,06

126 SIUP Pemko Makasar Makasar 4,24 6,39 4,96

127 IMB Pemko Lhokseumawe Lhokseumawe 4,54 5,62 4,90

128 IMB Pemko Pekanbaru Pekanbaru 4,64 5,43 4,90

129 KTP Pemko Jambi Jambi 4,80 4,84 4,81

130 KTP Pemkab Mamuju Mamuju 4,28 5,82 4,79

131 IMB Pemko Kendari Kendari 5,56 3,07 4,73

132 SIUP Pemko Pematang Siantar Pematang Siantar 4,90 4,37 4,72

133 SIUP Pemko Balikpapan Balikpapan 4,87 4,38 4,71

134 KTP Pemko Pematang Siantar Pematang Siantar 4,73 4,55 4,67

135 KTP Pemko Medan Medan 4,08 5,70 4,62

136 IMB Pemko Pematang Siantar Pematang Siantar 4,74 4,21 4,56

137 IMB Pemkab Jember Jember 4,81 4,04 4,55

138 KTP Pemko Ambon Ambon 4,31 4,91 4,51

139 KTP Pemko Cirebon Cirebon 4,37 4,78 4,51

140 IMB Pemko Lubuk Linggau Lubuk Linggau 3,72 5,96 4,47

141 IMB Pemko Bekasi Bekasi 3,85 5,64 4,45

142 SIUP Pemko Lubuk Linggau Lubuk Linggau 3,49 6,37 4,45

143 KTP Pemko Bandar Lampung Bandar Lampung 4,22 4,86 4,43

144 KTP Pemko Palu Palu 4,37 4,56 4,43

145 IMB Pemkab Manokwari Manokwari 4,06 5,03 4,38

146 IMB Pemko Bengkulu Bengkulu 3,66 5,52 4,28

147 IMB Pemko Ternate Ternate 3,96 4,81 4,24

148 SIUP Pemko Bengkulu Bengkulu 3,68 5,34 4,23

149 KTP Pemko Lubuk Linggau Lubuk Linggau 3,19 6,27 4,22

150 SIUP Pemko Manado Manado 3,90 4,81 4,20

151 KTP Pemko Semarang Semarang 3,76 4,98 4,17

152 KTP Pemko Bogor Bogor 3,38 5,70 4,15

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

165

No Unit Layanan Instansi Kota Pengalaman Potensi Integritas

153 IMB Pemko Cirebon Cirebon 3,74 4,75 4,08

154 KTP Pemko Binjai Binjai 3,50 5,14 4,05

155 KTP Pemko Bengkulu Bengkulu 3,12 5,81 4,02

156 SIUP Pemko Palembang Palembang 3,47 5,13 4,02

157 SIUP Pemko Ternate Ternate 3,60 4,79 4,00

158 KTP Pemko Ternate Ternate 3,49 4,97 3,98

159 SIUP Pemkab Jember Jember 3,90 4,04 3,95

160 SIUP Pemko Malang Malang 3,76 4,28 3,93

161 KTP Pemkab Manokwari Manokwari 3,66 4,40 3,91

162 KTP Pemko Serang Serang 4,17 3,36 3,90

163 KTP Pemko Kendari Kendari 4,16 3,30 3,87

164 KTP Pemko Lhokseumawe Lhokseumawe 3,43 4,50 3,79

165 SIUP Pemko Tangerang Tangerang 3,22 4,69 3,71

166 IMB Pemko Depok Depok 3,48 3,97 3,64

167 IMB Pemko Tangerang Tangerang 3,06 4,65 3,59

168 KTP Pemko Depok Depok 3,20 4,05 3,48

169 SIUP Pemko Semarang Semarang 2,98 4,33 3,43

170 IMB Pemko Serang Serang 2,92 4,38 3,41

171 SIUP Pemko Depok Depok 3,09 3,95 3,38

172 KTP Pemko Metro Metro 2,70 4,63 3,34

173 SIUP Pemko Serang Serang 2,80 4,37 3,32

174 KTP Pemko Palembang Palembang 2,88 4,06 3,27

175 SIUP Pemko Metro Metro 2,69 4,37 3,25

176 SIUP Pemko Bogor Bogor 2,70 4,33 3,24

177 IMB Pemko Semarang Semarang 2,68 4,35 3,24

178 IMB Pemko Metro Metro 2,38 3,86 2,87

179 SIUP Pemkab Manokwari Manokwari 2,02 4,41 2,82

180 KTP Pemko Manado Manado 1,71 4,10 2,51

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

166

Lampiran 35. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan KTP

No Unit Layanan Instansi Kota Pengalaman Potensi Integritas

1 KTP Pemko Dumai Dumai 8,04 7,39 7,82

2 KTP Pemko Pontianak Pontianak 8,15 7,00 7,77

3 KTP Pemko Malang Malang 7,98 7,25 7,74

4 KTP Pemko Jayapura Jayapura 8,07 7,00 7,71

5 KTP Pemko Bukittinggi Bukittinggi 8,17 6,66 7,67

6 KTP Pemko Gorontalo Gorontalo 7,56 7,24 7,45

7 KTP Pemko Yogyakarta Yogyakarta 7,85 6,58 7,43

8 KTP Pemko Balikpapan Balikpapan 7,94 6,38 7,42

9 KTP Pemko Batam Batam 7,78 6,42 7,33

10 KTP Pemko Denpasar Denpasar 7,59 6,75 7,31

11 KTP Pemko Pangkal Pinang Pangkal Pinang 7,95 5,74 7,21

12 KTP Pemko Bitung Bitung 7,68 6,03 7,13

13 KTP Pemko Samarinda Samarinda 7,90 5,51 7,10

14 KTP Pemko Surabaya Surabaya 7,62 6,04 7,09

15 KTP Pemko Tanjung Pinang Tanjung Pinang 7,94 5,39 7,09

16 KTP Pemko Banjarbaru Banjarbaru 7,12 6,88 7,04

17 KTP Pemko Kediri Kediri 7,70 5,52 6,97

18 KTP Pemko Pekalongan Pekalongan 7,12 6,32 6,85

19 KTP Pemko Surakarta Surakarta 7,02 6,23 6,76

20 KTP Pemko Palangkaraya Palangkaraya 7,36 5,38 6,70

21 KTP Pemkab Jember Jember 7,64 4,67 6,65

22 KTP Pemko Pekanbaru Pekanbaru 7,08 5,75 6,64

23 KTP Pemko Pare-pare Pare-pare 7,53 4,76 6,61

24 KTP Pemko Madiun Madiun 7,00 5,78 6,59

25 KTP Pemko Makasar Makasar 7,20 5,32 6,57

26 KTP Pemko Bandung Bandung 7,12 5,09 6,44

27 KTP Pemko Mataram Mataram 6,28 6,44 6,33

28 KTP Pemkab Sidoarjo Sidoarjo 6,85 5,28 6,33

29 KTP Pemko Kupang Kupang 6,55 5,49 6,20

30 KTP Pemko Cilegon Cilegon 6,70 4,93 6,11

31 KTP Pemko Tangerang Tangerang 6,28 5,68 6,08

32 KTP Pemko Padang Padang 6,05 6,03 6,04

33 KTP Pemko Banjarmasin Banjarmasin 6,14 5,78 6,02

34 KTP Pemkab Banyumas Banyumas 6,14 5,60 5,96

35 KTP Pemko Bima Bima 5,68 4,82 5,39

36 KTP Pemko Banda Aceh Banda Aceh 5,51 4,58 5,20

37 KTP Pemko Bekasi Bekasi 5,11 5,23 5,15

38 KTP DKI Jakarta DKI Jakarta 5,03 5,10 5,06

39 KTP Pemko Jambi Jambi 4,80 4,84 4,81

40 KTP Pemkab Mamuju Mamuju 4,28 5,82 4,79

41 KTP Pemko Pematang Siantar Pematang Siantar 4,73 4,55 4,67

42 KTP Pemko Medan Medan 4,08 5,70 4,62

43 KTP Pemko Ambon Ambon 4,31 4,91 4,51

44 KTP Pemko Cirebon Cirebon 4,37 4,78 4,51

45 KTP Pemko Bandar Lampung Bandar Lampung 4,22 4,86 4,43

46 KTP Pemko Palu Palu 4,37 4,56 4,43

47 KTP Pemko Lubuk Linggau Lubuk Linggau 3,19 6,27 4,22

48 KTP Pemko Semarang Semarang 3,76 4,98 4,17

49 KTP Pemko Bogor Bogor 3,38 5,70 4,15

50 KTP Pemko Binjai Binjai 3,50 5,14 4,05

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

167

No Unit Layanan Instansi Kota Pengalaman Potensi Integritas

51 KTP Pemko Bengkulu Bengkulu 3,12 5,81 4,02

52 KTP Pemko Ternate Ternate 3,49 4,97 3,98

53 KTP Pemkab Manokwari Manokwari 3,66 4,40 3,91

54 KTP Pemko Serang Serang 4,17 3,36 3,90

55 KTP Pemko Kendari Kendari 4,16 3,30 3,87

56 KTP Pemko Lhokseumawe Lhokseumawe 3,43 4,50 3,79

57 KTP Pemko Depok Depok 3,20 4,05 3,48

58 KTP Pemko Metro Metro 2,70 4,63 3,34

59 KTP Pemko Palembang Palembang 2,88 4,06 3,27

60 KTP Pemko Manado Manado 1,71 4,10 2,51

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

168

Lampiran 36. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan IMB

No Unit Layanan Instansi Kota Pengalaman Potensi Integritas

1 IMB Pemko Bitung Bitung 8,06 7,35 7,82

2 IMB Pemko Batam Batam 8,19 6,96 7,78

3 IMB Pemkab Sidoarjo Sidoarjo 8,11 7,05 7,76

4 IMB Pemko Surakarta Surakarta 7,96 7,35 7,76

5 IMB Pemko Dumai Dumai 8,19 6,84 7,74

6 IMB Pemko Yogyakarta Yogyakarta 7,93 7,27 7,71

7 IMB Pemko Ambon Ambon 8,02 7,07 7,70

8 IMB Pemko Bukittinggi Bukittinggi 8,19 6,66 7,68

9 IMB Pemko Pare-pare Pare-pare 7,75 7,21 7,57

10 IMB Pemko Banjarbaru Banjarbaru 7,87 6,93 7,56

11 IMB Pemko Mataram Mataram 7,96 6,76 7,56

12 IMB Pemko Surabaya Surabaya 7,86 6,90 7,54

13 IMB Pemko Gorontalo Gorontalo 7,95 6,68 7,53

14 IMB Pemko Padang Padang 8,06 6,48 7,53

15 IMB Pemko Banjarmasin Banjarmasin 7,72 6,79 7,41

16 IMB Pemko Tanjung Pinang Tanjung Pinang 8,17 5,82 7,39

17 IMB Pemko Manado Manado 7,38 7,38 7,38

18 IMB Pemko Balikpapan Balikpapan 7,87 6,30 7,35

19 IMB Pemko Makasar Makasar 7,75 6,56 7,35

20 IMB Pemko Pontianak Pontianak 7,60 6,74 7,31

21 IMB Pemko Pekalongan Pekalongan 7,90 6,08 7,29

22 IMB Pemkab Mamuju Mamuju 7,53 6,47 7,18

23 IMB Pemko Denpasar Denpasar 7,35 6,81 7,17

24 IMB Pemko Samarinda Samarinda 7,85 5,64 7,11

25 IMB Pemko Madiun Madiun 7,76 5,56 7,03

26 IMB Pemko Kediri Kediri 7,69 5,60 6,99

27 IMB Pemko Kupang Kupang 7,05 6,79 6,96

28 IMB Pemko Palu Palu 8,02 4,61 6,88

29 IMB Pemko Jambi Jambi 7,90 4,65 6,82

30 IMB Pemko Bandung Bandung 7,14 6,11 6,80

31 IMB Pemkab Banyumas Banyumas 7,04 6,16 6,75

32 IMB Pemko Bandar Lampung Bandar Lampung 7,18 4,94 6,43

33 IMB DKI Jakarta DKI Jakarta 6,74 5,66 6,38

34 IMB Pemko Palangkaraya Palangkaraya 6,55 5,82 6,31

35 IMB Pemko Bima Bima 6,55 5,40 6,17

36 IMB Pemko Malang Malang 6,65 5,14 6,15

37 IMB Pemko Medan Medan 6,02 6,26 6,10

38 IMB Pemko Banda Aceh Banda Aceh 6,70 4,76 6,05

39 IMB Pemko Binjai Binjai 6,22 5,44 5,96

40 IMB Pemko Jayapura Jayapura 5,56 6,29 5,80

41 IMB Pemko Cilegon Cilegon 5,90 5,51 5,77

42 IMB Pemko Pangkal Pinang Pangkal Pinang 5,69 5,41 5,60

43 IMB Pemko Palembang Palembang 5,18 5,98 5,45

44 IMB Pemko Bogor Bogor 5,75 4,73 5,41

45 IMB Pemko Lhokseumawe Lhokseumawe 4,54 5,62 4,90

46 IMB Pemko Pekanbaru Pekanbaru 4,64 5,43 4,90

47 IMB Pemko Kendari Kendari 5,56 3,07 4,73

48 IMB Pemko Pematang Siantar Pematang Siantar 4,74 4,21 4,56

49 IMB Pemkab Jember Jember 4,81 4,04 4,55

50 IMB Pemko Lubuk Linggau Lubuk Linggau 3,72 5,96 4,47

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

169

No Unit Layanan Instansi Kota Pengalaman Potensi Integritas

51 IMB Pemko Bekasi Bekasi 3,85 5,64 4,45

52 IMB Pemkab Manokwari Manokwari 4,06 5,03 4,38

53 IMB Pemko Bengkulu Bengkulu 3,66 5,52 4,28

54 IMB Pemko Ternate Ternate 3,96 4,81 4,24

55 IMB Pemko Cirebon Cirebon 3,74 4,75 4,08

56 IMB Pemko Depok Depok 3,48 3,97 3,64

57 IMB Pemko Tangerang Tangerang 3,06 4,65 3,59

58 IMB Pemko Serang Serang 2,92 4,38 3,41

59 IMB Pemko Semarang Semarang 2,68 4,35 3,24

60 IMB Pemko Metro Metro 2,38 3,86 2,87

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

170

Lampiran 37. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan SIUP

No Unit Layanan Instansi Kota Pengalaman Potensi Integritas

1 SIUP Pemko Pekanbaru Pekanbaru 8,19 7,61 8,00

2 SIUP Pemko Bitung Bitung 8,19 7,37 7,92

3 SIUP Pemko Padang Padang 7,86 7,58 7,77

4 SIUP Pemko Surakarta Surakarta 7,95 7,41 7,77

5 SIUP Pemko Dumai Dumai 8,19 6,87 7,75

6 SIUP Pemko Ambon Ambon 8,13 6,86 7,71

7 SIUP Pemko Pare-pare Pare-pare 7,72 7,65 7,70

8 SIUP Pemko Banjarbaru Banjarbaru 7,91 7,25 7,69

9 SIUP Pemko Bukittinggi Bukittinggi 8,17 6,61 7,65

10 SIUP Pemko Yogyakarta Yogyakarta 7,87 7,22 7,65

11 SIUP Pemko Surabaya Surabaya 8,02 6,89 7,64

12 SIUP Pemkab Sidoarjo Sidoarjo 7,90 7,04 7,61

13 SIUP Pemko Pontianak Pontianak 7,82 7,00 7,55

14 SIUP Pemko Mataram Mataram 7,93 6,75 7,54

15 SIUP Pemko Batam Batam 7,85 6,90 7,53

16 SIUP Pemko Denpasar Denpasar 7,72 7,05 7,50

17 SIUP Pemko Tanjung Pinang Tanjung Pinang 8,06 6,21 7,44

18 SIUP Pemko Kupang Kupang 7,79 6,67 7,42

19 SIUP Pemko Gorontalo Gorontalo 7,62 6,83 7,36

20 SIUP Pemko Banjarmasin Banjarmasin 7,68 6,60 7,32

21 SIUP Pemko Bandar Lampung Bandar Lampung 7,82 5,98 7,21

22 SIUP Pemko Samarinda Samarinda 7,85 5,92 7,21

23 SIUP Pemko Pekalongan Pekalongan 7,45 6,38 7,09

24 SIUP Pemko Jambi Jambi 8,01 5,07 7,03

25 SIUP Pemko Lhokseumawe Lhokseumawe 7,70 5,64 7,01

26 SIUP Pemko Madiun Madiun 7,85 5,22 6,97

27 SIUP Pemko Palu Palu 7,83 5,06 6,91

28 SIUP Pemkab Mamuju Mamuju 7,75 5,20 6,90

29 SIUP Pemkab Banyumas Banyumas 7,26 6,10 6,87

30 SIUP Pemko Bandung Bandung 7,16 6,11 6,81

31 SIUP Pemko Kediri Kediri 7,36 5,48 6,73

32 SIUP Pemko Banda Aceh Banda Aceh 7,78 4,59 6,72

33 SIUP Pemko Binjai Binjai 6,70 6,47 6,62

34 SIUP Pemko Pangkal Pinang Pangkal Pinang 6,81 5,69 6,44

35 SIUP Pemko Cilegon Cilegon 6,74 5,15 6,21

36 SIUP Pemko Kendari Kendari 7,40 3,49 6,10

37 SIUP Pemko Medan Medan 5,90 6,38 6,06

38 SIUP Pemko Jayapura Jayapura 5,64 6,41 5,90

39 SIUP Pemko Palangkaraya Palangkaraya 5,57 6,21 5,78

40 SIUP Pemko Bekasi Bekasi 5,45 6,06 5,65

41 SIUP Pemko Cirebon Cirebon 5,61 5,07 5,43

42 SIUP DKI Jakarta DKI Jakarta 5,14 5,99 5,43

43 SIUP Pemko Bima Bima 5,09 5,15 5,11

44 SIUP Pemko Makasar Makasar 4,24 6,39 4,96

45 SIUP Pemko Pematang Siantar Pematang Siantar 4,90 4,37 4,72

46 SIUP Pemko Balikpapan Balikpapan 4,87 4,38 4,71

47 SIUP Pemko Lubuk Linggau Lubuk Linggau 3,49 6,37 4,45

48 SIUP Pemko Bengkulu Bengkulu 3,68 5,34 4,23

49 SIUP Pemko Manado Manado 3,90 4,81 4,20

50 SIUP Pemko Palembang Palembang 3,47 5,13 4,02

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

171

No Unit Layanan Instansi Kota Pengalaman Potensi Integritas

51 SIUP Pemko Ternate Ternate 3,60 4,79 4,00

52 SIUP Pemkab Jember Jember 3,90 4,04 3,95

53 SIUP Pemko Malang Malang 3,76 4,28 3,93

54 SIUP Pemko Tangerang Tangerang 3,22 4,69 3,71

55 SIUP Pemko Semarang Semarang 2,98 4,33 3,43

56 SIUP Pemko Depok Depok 3,09 3,95 3,38

57 SIUP Pemko Serang Serang 2,80 4,37 3,32

58 SIUP Pemko Metro Metro 2,69 4,37 3,25

59 SIUP Pemko Bogor Bogor 2,70 4,33 3,24

60 SIUP Pemkab Manokwari Manokwari 2,02 4,41 2,82

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

172

Lampiran 38, Indikator Instansi Nasional

No Instansi Nasional PengalamanKorupsi

CaraPandangTerhadapKorupsi

LingkunganKerja

SistemAdministrasi

PerilakuIndividu

PencegahanKorupsi

1 Pemko Dumai 8,00 8,18 8,77 7,21 7,44 5,80

2 Pemko Bukittinggi 8,00 8,24 8,86 6,81 7,75 4,59

3 Pemko Bitung 7,95 7,98 7,95 7,17 7,14 6,08

4 Badan Koordinasi Penanaman Modal 8,00 7,99 7,99 7,03 7,09 5,83

5 Pemko Yogyakarta 8,00 7,84 8,68 6,29 7,82 6,30

6 Kementerian Keuangan 7,93 7,86 8,39 7,03 7,66 5,60

7 Pemko Batam 7,77 8,00 8,48 6,34 7,66 5,63

8 Pemko Pontianak 7,62 7,93 8,34 7,35 7,35 5,54

9 Kementerian Kesehatan 8,00 7,76 8,94 6,40 7,80 5,83

10 PT. Jamsostek (Persero) 8,00 7,72 8,89 7,17 8,03 5,06

11 Kementerian Perindustrian 8,00 7,86 8,94 5,68 7,82 5,83

12 PT. Pelindo II (Persero) 7,93 7,66 8,75 7,21 7,74 5,56

13 Kementerian Perhubungan 8,00 7,79 8,46 6,14 7,55 5,83

14 Kementerian Kelautan danPerikanan 8,00 7,99 8,64 7,07 7,47 3,91

15 Kementerian Pertanian 8,00 7,67 7,70 7,41 7,65 5,31

16 Pemko Gorontalo 7,84 7,67 7,86 7,33 7,82 5,35

17 Pemko Surakarta 7,85 7,57 7,27 7,06 7,68 6,20

18 Pemko Banjarbaru 8,00 7,51 8,36 8,19 6,55 5,85

19 Kementerian Komunikasi dan Informatika 8,00 8,05 8,25 4,75 7,74 5,29

20 Pemko Surabaya 7,91 7,81 8,10 6,77 7,70 4,89

21 Kementerian Pendidikan Nasional 8,00 7,88 8,87 7,12 7,67 3,66

22 PT. Pertamina (Persero) 8,00 7,60 8,92 6,70 7,79 5,15

23 Badan Pengawas Obat dan Makanan 8,00 7,78 7,75 6,00 7,07 5,66

24 Pemko Denpasar 7,78 7,48 8,08 6,65 7,60 5,91

25 Pemko Tanjung Pinang 7,95 8,09 5,64 5,86 5,08 6,48

26 PT. PELNI (Persero) 8,00 8,02 8,25 6,72 7,79 2,37

27 Pemko Pare-pare 7,95 7,57 8,55 5,58 7,78 5,48

28 Kementerian ESDM 7,87 7,68 8,58 6,46 7,39 4,33

29 Pemkab Sidoarjo 7,52 7,65 8,58 6,52 7,57 4,54

30 Pemko Samarinda 8,00 7,82 8,90 4,73 7,80 3,37

31 Pemko Mataram 7,44 7,37 7,95 6,14 7,24 6,05

32 Pemko Padang 7,35 7,32 8,03 7,22 7,36 5,09

33 BNP2TKI 8,00 7,53 7,53 6,74 7,00 3,94

34 Kementerian Kehutanan 8,00 7,59 7,91 6,43 7,76 2,98

35 Pemko Pekalongan 7,70 7,42 6,66 5,34 7,24 6,05

36 Pemko Banjarmasin 7,62 7,04 7,05 6,32 7,43 5,26

37 Kementerian Perdagangan 8,00 7,61 5,93 5,13 5,09 5,39

38 Pemko Kediri 7,73 7,54 7,90 6,64 6,95 2,32

39 Pemko Madiun 7,64 7,50 7,12 6,74 6,39 3,00

40 Pemko Kupang 7,33 7,06 7,10 5,69 6,78 6,15

41 PT. Angkasa Pura II (Persero) 7,31 6,92 6,16 6,04 6,74 5,21

42 Pemko Bandung 7,53 7,01 6,99 5,57 6,79 4,53

43 Pemko Ambon 6,88 6,80 7,49 6,83 7,23 4,45

44 Pemkab Banyumas 6,94 6,77 6,35 6,59 6,40 4,83

45 Pemko Pekanbaru 6,61 6,64 7,53 7,87 7,13 3,53

46 Pemko Balikpapan 7,27 6,77 7,48 5,27 6,72 4,40

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

173

No Instansi Nasional PengalamanKorupsi

CaraPandangTerhadapKorupsi

LingkunganKerja

SistemAdministrasi

PerilakuIndividu

PencegahanKorupsi

47 Pemko Jayapura 6,53 6,39 7,60 6,75 6,49 6,06

48 Pemko Pangkal Pinang 7,05 6,74 7,40 4,94 7,25 4,03

49 PT. PLN (Persero) 6,50 6,43 6,93 6,59 6,53 5,37

50 Mahkamah Agung 6,73 6,59 6,97 6,04 6,48 4,59

51 Pemko Makasar 6,63 6,32 7,56 6,61 6,78 4,40

52 Pemkab Mamuju 7,07 6,34 5,88 6,20 6,48 4,89

53 Pemko Palangkaraya 6,48 6,50 6,38 6,58 7,06 3,75

54 Pemko Jambi 6,88 6,91 5,40 5,16 5,51 3,77

55 Pemko Cilegon 7,05 6,45 6,31 5,50 6,31 3,18

56 Kementerian Hukum dan HAM 6,25 6,22 6,96 6,17 6,42 4,44

57 Badan Pertanahan Nasional 6,22 6,17 6,65 5,93 6,27 5,07

58 Pemko Palu 6,71 6,75 7,64 6,11 5,23 1,91

59 Pemko Bandar Lampung 6,44 6,39 6,75 6,29 6,06 3,01

60 Pemko Banda Aceh 6,88 6,59 6,29 5,68 5,85 1,97

61 Pemko Malang 5,93 6,19 6,31 7,09 6,05 3,43

62 Kepolisian Negara RI 5,92 5,68 6,47 6,29 6,08 4,89

63 Pemko Medan 5,69 5,21 5,36 6,82 5,79 6,08

64 Pemko Bima 6,09 5,67 5,68 6,47 6,24 2,70

65 Pemko Binjai 5,28 5,54 5,17 5,52 6,05 5,71

66 DKI Jakarta 5,50 5,51 6,71 5,96 5,74 4,74

67 Kementerian Koperasi dan UKM 5,97 5,88 5,74 4,93 6,15 2,92

68 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi 4,84 5,43 6,52 5,81 6,13 5,14

69 Kementerian Agama 5,35 5,41 6,64 6,00 6,30 3,63

70 Pemko Lhokseumawe 4,77 5,37 4,57 5,58 4,66 5,77

71 Pemko Bekasi 5,00 4,74 5,71 5,95 5,92 5,10

72 Pemkab Jember 5,96 5,28 6,09 5,78 5,51 1,01

73 Pemko Kendari 5,73 5,70 5,19 4,78 3,63 0,87

74 Pemko Manado 5,08 4,08 5,73 5,28 6,49 4,50

75 Pemko Cirebon 4,40 4,63 6,89 5,82 6,23 1,97

76 Pemko Pematang Siantar 4,33 4,94 7,49 3,94 6,83 1,32

77 Pemko Tangerang 4,25 4,16 5,89 5,88 5,70 3,25

78 Pemko Lubuk Linggau 3,10 3,59 4,06 5,65 7,52 6,38

79 Pemko Bogor 4,19 3,86 6,14 5,24 5,25 3,84

80 Pemko Palembang 4,03 3,78 4,91 5,29 4,94 5,01

81 Pemko Bengkulu 3,63 3,44 4,77 5,45 5,54 6,00

82 Pemko Ternate 4,10 3,54 4,51 4,37 4,43 5,82

83 Pemkab Manokwari 3,42 3,19 4,09 4,61 4,87 4,60

84 Pemko Semarang 3,41 3,05 4,78 4,77 4,84 4,01

85 Pemko Serang 2,87 3,44 4,91 5,68 4,12 2,15

86 Pemko Depok 3,74 3,10 5,01 5,66 3,73 2,32

87 Pemko Metro 2,72 2,55 4,23 5,48 2,99 4,40

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

174

Lampiran 39, Indikator Instansi Pusat

No Instansi Nasional PengalamanKorupsi

CaraPandangTerhadapKorupsi

LingkunganKerja

SistemAdministrasi

PerilakuIndividu

PencegahanKorupsi

1 Badan Koordinasi Penanaman Modal 8,00 7,99 7,99 7,04 7,10 5,84

2 Kementerian Kesehatan 8,00 7,76 8,94 6,40 7,80 5,83

3 PT. Jamsostek (Persero) 8,00 7,72 8,90 7,17 8,03 5,06

4 Kementerian Perindustrian 8,00 7,86 8,94 5,68 7,82 5,83

5 PT. Pelindo II (Persero) 7,93 7,66 8,75 7,20 7,74 5,56

6 Kementerian Perhubungan 8,00 7,78 8,46 6,14 7,55 5,83

7 Kementerian Kelautan dan Perikanan 8,00 7,99 8,64 7,06 7,47 3,90

8 Kementerian Pertanian 8,00 7,66 7,70 7,41 7,65 5,31

9 Kementerian Komunikasi dan Informatika 8,00 8,05 8,24 4,74 7,74 5,29

10 Kementerian Pendidikan Nasional 8,00 7,88 8,88 7,12 7,67 3,66

11 PT. Pertamina (Persero) 8,00 7,60 8,92 6,70 7,78 5,15

12 Badan Pengawas Obat danMakanan 8,00 7,78 7,76 6,00 7,07 5,66

13 Mahkamah Agung 8,00 7,38 6,91 7,46 6,93 6,21

14 PT. PELNI (Persero) 8,00 8,02 8,25 6,72 7,79 2,37

15 Kementerian ESDM 7,83 7,66 8,46 6,38 7,25 4,26

16 BNP2TKI 8,00 7,53 7,53 6,74 7,00 3,94

17 Kementerian Kehutanan 8,00 7,49 8,25 6,43 7,77 3,88

18 Kementerian Perdagangan 8,00 7,61 5,93 5,13 5,09 5,38

19 PT. Angkasa Pura II (Persero) 7,30 6,92 6,15 6,04 6,74 5,20

20 Kementerian Koperasi dan UKM 5,97 5,88 5,74 4,93 6,15 2,92

21 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi 4,84 5,43 6,52 5,81 6,14 5,14

22 Kementerian Agama 5,06 5,29 5,47 6,26 5,92 4,91

Lampiran 40, Indikator Instansi Vertikal

No Instansi Nasional PengalamanKorupsi

CaraPandangTerhadapKorupsi

LingkunganKerja

SistemAdministrasi

PerilakuIndividu

PencegahanKorupsi

1 Badan Pertanahan Nasional 6,22 6,17 6,65 5,93 6,27 5,07

2 Kementerian Agama 5,38 5,42 6,76 5,98 6,34 3,50

3 Kementerian Hukum dan HAM 6,25 6,22 6,96 6,17 6,42 4,44

4 Kementerian Keuangan 7,93 7,86 8,40 7,06 7,66 5,61

5 Kepolisian Negara RI 5,92 5,68 6,47 6,29 6,08 4,89

6 Mahkamah Agung 6,70 6,57 6,97 6,00 6,47 4,55

7 PT. PLN (Persero) 6,50 6,43 6,93 6,59 6,53 5,37

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

175

Lampiran 41, Indikator Instansi Pemerintah Kota

No Instansi Nasional PengalamanKorupsi

CaraPandangTerhadapKorupsi

LingkunganKerja

SistemAdministrasi

PerilakuIndividu

PencegahanKorupsi

1 Pemko Dumai 8,00 8,18 8,77 7,21 7,44 5,80

2 Pemko Bukittinggi 8,00 8,24 8,86 6,81 7,75 4,59

3 Pemko Bitung 7,95 7,98 7,95 7,17 7,14 6,08

4 Pemko Yogyakarta 8,00 7,84 8,68 6,29 7,82 6,30

5 Pemko Batam 7,77 8,00 8,48 6,34 7,66 5,63

6 Pemko Pontianak 7,62 7,93 8,34 7,35 7,35 5,54

7 Pemko Gorontalo 7,84 7,67 7,86 7,33 7,82 5,35

8 Pemko Surakarta 7,85 7,57 7,27 7,06 7,68 6,20

9 Pemko Banjarbaru 8,00 7,51 8,36 8,19 6,55 5,85

10 Pemko Surabaya 7,91 7,81 8,10 6,77 7,70 4,89

11 Pemko Denpasar 7,78 7,48 8,08 6,65 7,60 5,91

12 Pemko Tanjung Pinang 7,95 8,09 5,64 5,86 5,08 6,48

13 Pemko Pare-pare 7,95 7,57 8,55 5,58 7,78 5,48

14 Pemkab Sidoarjo 7,52 7,65 8,58 6,52 7,57 4,54

15 Pemko Samarinda 8,00 7,82 8,90 4,73 7,80 3,37

16 Pemko Mataram 7,44 7,37 7,95 6,14 7,24 6,05

17 Pemko Padang 7,35 7,32 8,03 7,22 7,36 5,09

18 Pemko Pekalongan 7,70 7,42 6,66 5,34 7,24 6,05

19 Pemko Banjarmasin 7,62 7,04 7,05 6,32 7,43 5,26

20 Pemko Kediri 7,73 7,54 7,90 6,64 6,95 2,32

21 Pemko Madiun 7,64 7,50 7,12 6,74 6,39 3,00

22 Pemko Kupang 7,33 7,06 7,10 5,69 6,78 6,15

23 Pemko Bandung 7,53 7,01 6,99 5,57 6,79 4,53

24 Pemko Ambon 6,88 6,80 7,49 6,83 7,23 4,45

25 Pemkab Banyumas 6,94 6,77 6,35 6,59 6,40 4,83

26 Pemko Pekanbaru 6,61 6,64 7,53 7,87 7,13 3,53

27 Pemko Balikpapan 7,27 6,77 7,48 5,27 6,72 4,40

28 Pemko Jayapura 6,53 6,39 7,60 6,75 6,49 6,06

29 Pemko Pangkal Pinang 7,05 6,74 7,40 4,94 7,25 4,03

30 Pemkab Mamuju 7,07 6,34 5,88 6,20 6,48 4,89

31 Pemko Makasar 6,63 6,32 7,56 6,61 6,78 4,40

32 Pemko Palangkaraya 6,48 6,50 6,38 6,58 7,06 3,75

33 Pemko Jambi 6,88 6,91 5,40 5,16 5,51 3,77

34 Pemko Cilegon 6,92 6,29 6,16 5,34 6,35 3,64

35 Pemko Palu 6,71 6,75 7,64 6,11 5,23 1,91

36 Pemko Bandar Lampung 6,44 6,39 6,75 6,29 6,06 3,01

37 Pemko Banda Aceh 6,88 6,59 6,29 5,68 5,85 1,97

38 Pemko Malang 5,93 6,19 6,31 7,09 6,05 3,43

39 Pemko Medan 5,69 5,21 5,36 6,82 5,79 6,08

40 Pemko Bima 6,09 5,67 5,68 6,47 6,24 2,70

41 Pemko Binjai 5,28 5,54 5,17 5,52 6,05 5,71

42 DKI Jakarta 5,50 5,51 6,71 5,96 5,74 4,74

43 Pemko Lhokseumawe 4,77 5,37 4,57 5,58 4,66 5,77

44 Pemko Bekasi 5,00 4,74 5,71 5,95 5,92 5,10

45 Pemkab Jember 5,96 5,28 6,09 5,78 5,51 1,01

46 Pemko Kendari 5,73 5,70 5,19 4,78 3,63 0,87

47 Pemko Manado 5,08 4,08 5,73 5,28 6,49 4,50

48 Pemko Cirebon 4,40 4,63 6,89 5,82 6,23 1,97

49 Pemko Pematang Siantar 4,33 4,94 7,49 3,94 6,83 1,32

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

176

No Instansi Nasional PengalamanKorupsi

CaraPandangTerhadapKorupsi

LingkunganKerja

SistemAdministrasi

PerilakuIndividu

PencegahanKorupsi

50 Pemko Tangerang 4,25 4,16 5,89 5,88 5,70 3,25

51 Pemko Lubuk Linggau 3,10 3,59 4,06 5,65 7,52 6,38

52 Pemko Bogor 4,19 3,86 6,14 5,24 5,25 3,84

53 Pemko Palembang 4,03 3,78 4,91 5,29 4,94 5,01

54 Pemko Bengkulu 3,63 3,44 4,77 5,45 5,54 6,00

55 Pemko Ternate 4,10 3,54 4,51 4,37 4,43 5,82

56 Pemkab Manokwari 3,42 3,19 4,09 4,61 4,87 4,60

57 Pemko Semarang 3,41 3,05 4,78 4,77 4,84 4,01

58 Pemko Serang 2,87 3,44 4,91 5,68 4,12 2,15

59 Pemko Depok 3,74 3,10 5,01 5,66 3,73 2,32

60 Pemko Metro 2,72 2,55 4,23 5,48 2,99 4,40

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

177La

mpi

ran

42,

Nila

i dan

Per

ingk

at I

nteg

rita

s U

nit

Laya

nan

Vert

ikal

ber

dasa

rkan

Int

egrita

s Ko

ta

Kot

aB

PN

Kem

ente

rian

A

gam

aK

emen

teri

anH

uku

m d

an H

AM

Kem

ente

rian

Keu

ang

anK

epol

isia

n

Neg

ara

RI

Mah

kam

ah A

gu

ng

PT.

PLN

(P

erse

ro)

Sertifikat

Kad

astr

alK

UA

Pas

por

Lap

asLe

lan

gP

PK

PS

P2

D d

i K

PP

NB

ea

Mas

uk

SIM

SK

CK

Tila

ng

P,

Um

um

Tam

bah

D

aya

Pas

ang

B

aru

Pont

iana

k6,

886,

737,

497,

167,

527,

947,

637,

940,

007,

737,

827,

476,

397,

747,

56

Yogy

akar

ta7,

697,

707,

147,

087,

397,

537,

597,

580,

007,

267,

246,

397,

367,

637,

40

Pada

ng7,

016,

575,

525,

387,

517,

947,

977,

940,

004,

837,

477,

637,

567,

737,

68

Den

pasa

r4,

813,

897,

187,

256,

747,

517,

647,

790,

006,

937,

517,

447,

417,

667,

94

Kupa

ng7,

337,

025,

745,

307,

477,

587,

187,

740,

006,

496,

817,

367,

257,

346,

66

Jaya

pura

6,51

7,68

6,75

6,97

4,58

7,8

7,90

7,83

0,00

5,83

7,49

6,67

6,73

7,07

7,04

Am

bon

7,72

7,5

5,81

6,95

7,79

0,00

7,91

7,93

0,00

3,85

4,83

7,67

7,60

6,90

5,75

Ban

dar

Lam

pung

5,61

7,24

6,21

7,11

6,10

7,32

7,46

7,46

0,00

6,25

6,77

6,52

5,52

7,13

6,83

Ban

jarm

asin

6,24

6,51

6,46

5,46

6,22

7,60

7,76

7,82

0,00

5,98

6,54

7,26

6,96

5,55

6,61

Mat

aram

7,24

7,48

3,89

4,61

7,81

7,46

7,98

7,9

0,00

4,91

5,19

7,74

7,73

7,5

5,34

Sur

abay

a6,

334,

484,

515,

887,

537,

557,

517,

567,

267,

576,

692,

864,

977,

887,

91

Med

an7,

426,

257,

165,

233,

437,

467,

417,

447,

354,

415,

724,

657,

407,

236,

54

Ban

da A

ceh

6,23

6,51

5,55

5,97

6,43

6,41

7,16

7,25

0,00

6,29

6,37

6,52

6,12

5,59

6,03

Mak

asar

4,24

5,59

6,50

4,54

6,70

7,89

7,71

7,72

0,00

3,74

7,15

6,93

7,27

6,82

5,56

DKI

Jaka

rta

6,85

7,78

3,60

5,22

6,83

7,61

7,66

7,71

7,18

5,76

4,93

4,4

7,56

3,33

7,27

Ban

dung

5,65

6,70

4,71

6,85

5,79

6,53

7,31

7,29

0,00

4,38

5,56

5,61

6,34

7,08

4,13

Pale

mba

ng5,

283,

934,

043,

555,

297,

757,

827,

850,

003,

546,

507,

016,

985,

945,

39

Bal

ikpa

pan

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

5,36

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

Man

ado

5,48

5,78

3,72

4,77

3,26

7,64

7,85

7,78

0,00

3,83

5,01

6,35

3,77

4,56

3,30

Sem

aran

g3,

233,

323,

364,

137,

27,

717,

787,

587,

863,

324,

564,

814,

734,

953,

46

Palu

3,12

3,18

2,85

5,32

7,11

7,41

7,69

7,63

0,00

3,68

3,82

3,48

3,10

7,59

3,50

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

178La

mpi

ran

43,

Nila

i dan

Per

ingk

at P

enga

lam

an I

nteg

rita

s U

nit

Laya

nan

Vert

ikal

ber

dasa

rkan

Int

egrita

s Ko

ta

Kot

aB

PN

Kem

ente

rian

A

gam

aK

emen

teri

anH

uku

m d

an H

AM

Kem

ente

rian

Keu

ang

anK

epol

isia

n

Neg

ara

RI

Mah

kam

ah A

gu

ng

PT.

PLN

(P

erse

ro)

Sertifikat

Kad

astr

alK

UA

Pas

por

Lap

asLe

lan

gP

PK

PS

P2

D d

i K

PP

NB

ea

Mas

uk

SIM

SK

CK

Tila

ng

P,

Um

um

Tam

bah

D

aya

Pas

ang

B

aru

Pont

iana

k7,

107,

058,

197,

958,

178,

198,

028,

190,

008,

198,

198,

197,

208,

198,

13

Yogy

akar

ta7,

987,

957,

647,

297,

867,

957,

988,

020,

007,

577,

536,

697,

907,

717,

74

Pada

ng7,

226,

515,

245,

348,

048,

058,

078,

170,

004,

528,

137,

988,

078,

068,

06

Den

pasa

r4,

463,

677,

847,

297,

657,

897,

878,

100,

007,

597,

937,

677,

987,

918,

19

Kupa

ng7,

867,

355,

735,

097,

857,

867,

327,

790,

006,

727,

137,

607,

707,

636,

88

Jaya

pura

6,66

8,01

6,75

7,09

3,53

8,05

8,17

8,07

0,00

5,65

7,79

6,68

6,75

7,20

7,21

Am

bon

8,05

7,91

5,78

7,16

8,10

0,00

8,19

8,19

0,00

2,97

4,24

7,98

7,98

7,00

5,77

Ban

dar

Lam

pung

5,63

8,14

6,62

7,80

6,38

8,05

8,14

8,13

0,00

6,23

6,93

6,90

5,32

7,64

7,33

Ban

jarm

asin

6,39

6,59

6,58

5,22

6,22

8,00

8,15

8,05

0,00

6,21

6,92

7,59

7,20

5,66

6,86

Mat

aram

7,98

7,90

3,20

4,26

8,15

7,95

8,07

8,00

0,00

4,36

4,76

8,06

7,93

8,00

5,08

Sur

abay

a6,

823,

994,

527,

188,

007,

877,

857,

867,

397,

747,

142,

535,

507,

968,

19

Med

an7,

745,

867,

484,

652,

607,

547,

427,

557,

443,

875,

334,

017,

537,

316,

44

Ban

da A

ceh

6,70

6,94

5,88

6,28

6,36

6,81

8,04

8,06

0,00

6,58

6,72

7,05

6,34

5,80

6,44

Mak

asar

4,12

6,00

7,22

4,18

7,70

8,14

7,96

7,87

0,00

2,75

7,68

7,60

7,79

7,73

5,56

DKI

Jaka

rta

7,34

8,00

3,36

5,46

7,05

7,98

7,98

7,96

7,73

6,03

5,20

4,33

8,02

2,35

7,82

Ban

dung

5,42

6,93

4,52

7,16

6,40

6,72

7,57

7,75

0,00

4,24

5,97

6,31

6,87

7,16

3,63

Pale

mba

ng5,

123,

283,

572,

835,

697,

958,

177,

960,

002,

936,

527,

537,

295,

995,

17

Bal

ikpa

pan

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

5,34

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

Man

ado

5,64

5,96

2,81

4,24

2,36

7,91

8,17

8,04

0,00

3,13

4,30

7,79

2,92

4,02

1,78

Sem

aran

g2,

832,

952,

933,

517,

918,

108,

108,

108,

172,

604,

664,

924,

544,

692,

72

Palu

2,56

2,58

2,41

5,26

7,90

8,19

7,94

7,94

0,00

3,30

3,25

3,52

2,47

8,05

2,90

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

179La

mpi

ran

44,

Nila

i dan

Per

ingk

at P

oten

si I

nteg

rita

s U

nit

Laya

nan

Vert

ikal

ber

dasa

rkan

Int

egrita

s Ko

ta

Kot

aB

PN

Kem

ente

rian

A

gam

aK

emen

teri

anH

uku

m d

an H

AM

Kem

ente

rian

Keu

ang

anK

epol

isia

n

Neg

ara

RI

Mah

kam

ah A

gu

ng

PT.

PLN

(P

erse

ro)

Sertifikat

Kad

astr

alK

UA

Pas

por

Lap

asLe

lan

gP

PK

PS

P2

D d

i K

PP

NB

ea

Mas

uk

SIM

SK

CK

Tila

ng

P,

Um

um

Tam

bah

D

aya

Pas

ang

B

aru

Pont

iana

k6,

446,

086,

105,

576,

237,

456,

847,

430,

006,

817,

076,

024,

766,

846,

41

Yogy

akar

ta7,

117,

196,

136,

676,

466,

706,

816,

710,

006,

656,

655,

806,

297,

466,

72

Pada

ng6,

596,

706,

075,

466,

457,

727,

777,

480,

005,

446,

166,

946,

537,

066,

92

Den

pasa

r5,

54,

325,

857,

174,

916,

757,

187,

170,

005,

606,

676,

976,

267,

157,

45

Kupa

ng6,

266,

375,

755,

726,

77,

036,

897,

640,

006,

036,

166,

876,

366,

766,

21

Jaya

pura

6,22

7,02

6,75

6,72

6,67

7,29

7,35

7,36

0,00

6,20

6,88

6,66

6,69

6,80

6,69

Am

bon

7,07

6,69

5,87

6,52

7,16

0,00

7,36

7,40

0,00

5,62

6,01

7,06

6,85

6,70

5,71

Ban

dar

Lam

pung

5,56

5,44

5,40

5,72

5,55

5,87

6,10

6,12

0,00

6,29

6,46

5,77

5,92

6,10

5,83

Ban

jarm

asin

5,94

6,36

6,22

5,95

6,23

6,81

6,99

7,37

0,00

5,51

5,77

6,60

6,47

5,33

6,10

Mat

aram

5,75

6,65

5,28

5,30

7,13

6,48

7,81

7,71

0,00

6,01

6,06

7,11

7,33

6,50

5,87

Sur

abay

a5,

355,

474,

503,

286,

606,

926,

836,

967,

007,

245,

793,

523,

907,

717,

34

Med

an6,

777,

026,

526,

385,

097,

307,

387,

217,

175,

486,

505,

947,

137,

076,

75

Ban

da A

ceh

5,28

5,65

4,88

5,36

6,56

5,62

5,40

5,63

0,00

5,70

5,67

5,45

5,68

5,18

5,20

Mak

asar

4,49

4,78

5,06

5,25

4,71

7,39

7,20

7,43

0,00

5,72

6,08

5,59

6,23

4,99

5,56

DKI

Jaka

rta

5,88

7,34

4,08

4,74

6,38

6,87

7,02

7,21

6,09

5,21

4,39

4,55

6,64

5,30

6,18

Ban

dung

6,10

6,23

5,1

6,23

4,58

6,14

6,78

6,36

0,00

4,66

4,74

4,22

5,27

6,92

5,12

Pale

mba

ng5,

595,

234,

984,

994,

507,

357,

117,

640,

004,

776,

465,

966,

375,

855,

82

Bal

ikpa

pan

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

5,41

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

Man

ado

5,17

5,43

5,54

5,84

5,06

7,09

7,2

7,25

0,00

5,24

6,43

3,48

5,46

5,65

6,34

Sem

aran

g4,

034,

064,

215,

385,

776,

947,

136,

547,

234,

774,

354,

605,

115,

464,

93

Palu

4,25

4,37

3,74

5,43

5,53

5,86

7,19

7,01

0,00

4,44

4,97

3,40

4,35

6,68

4,69

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

180

Lampiran 45, Nilai dan Peringkat Unit Layanan Pemerintah Kota

No KotaKTP IMB SIUP

Integritas Pengalaman Potensi Integritas Pengalaman Potensi Integritas Pengalaman Potensi

1 Ambon 4,51 4,31 4,91 7,70 8,02 7,07 7,71 8,13 6,86

2 Balikpapan 7,42 7,94 6,38 7,35 7,87 6,30 4,71 4,87 4,38

3 Banda Aceh 5,20 5,51 4,58 6,05 6,70 4,76 6,72 7,78 4,59

4 Bandar Lampung 4,43 4,22 4,86 6,43 7,18 4,94 7,21 7,82 5,98

5 Bandung 6,44 7,12 5,09 6,80 7,14 6,11 6,81 7,16 6,11

6 Banjarbaru 7,04 7,12 6,88 7,56 7,87 6,93 7,69 7,91 7,25

7 Banjarmasin 6,02 6,14 5,78 7,41 7,72 6,79 7,32 7,68 6,60

8 Banyumas 5,96 6,14 5,60 6,75 7,04 6,16 6,87 7,26 6,10

9 Batam 7,33 7,78 6,42 7,78 8,19 6,96 7,53 7,85 6,90

10 Bekasi 5,15 5,11 5,23 4,45 3,85 5,64 5,65 5,45 6,06

11 Bengkulu 4,02 3,12 5,81 4,28 3,66 5,52 4,23 3,68 5,34

12 Bima 5,39 5,68 4,82 6,17 6,55 5,40 5,11 5,09 5,15

13 Binjai 4,05 3,50 5,14 5,96 6,22 5,44 6,62 6,70 6,47

14 Bitung 7,13 7,68 6,03 7,82 8,06 7,35 7,92 8,19 7,37

15 Bogor 4,15 3,38 5,70 5,41 5,75 4,73 3,24 2,70 4,33

16 Bukittinggi 7,67 8,17 6,66 7,68 8,19 6,66 7,65 8,17 6,61

17 Cilegon 6,11 6,70 4,93 5,77 5,90 5,51 6,21 6,74 5,15

18 Cirebon 4,51 4,37 4,78 4,08 3,74 4,75 5,43 5,61 5,07

19 Denpasar 7,31 7,59 6,75 7,17 7,35 6,81 7,50 7,72 7,05

20 Depok 3,48 3,20 4,05 3,64 3,48 3,97 3,38 3,09 3,95

21 DKI Jakarta 5,06 5,03 5,11 6,38 6,74 5,66 5,43 5,14 5,99

22 Dumai 7,82 8,04 7,39 7,74 8,19 6,84 7,75 8,19 6,87

23 Gorontalo 7,45 7,56 7,24 7,53 7,95 6,68 7,36 7,62 6,83

24 Jambi 4,81 4,80 4,84 6,82 7,90 4,65 7,03 8,01 5,07

25 Jayapura 7,71 8,07 7,00 5,80 5,56 6,29 5,90 5,64 6,41

26 Jember 6,65 7,64 4,67 4,55 4,81 4,04 3,95 3,90 4,04

27 Kediri 6,97 7,70 5,52 6,99 7,69 5,60 6,73 7,36 5,48

28 Kendari 3,87 4,16 3,30 4,73 5,56 3,07 6,10 7,40 3,49

29 Kupang 6,20 6,55 5,49 6,96 7,05 6,79 7,42 7,79 6,67

30 Lhokseumawe 3,79 3,43 4,50 4,90 4,54 5,62 7,01 7,70 5,64

31 Lubuk Linggau 4,22 3,19 6,27 4,47 3,72 5,96 4,45 3,49 6,37

32 Madiun 6,59 7,00 5,78 7,03 7,76 5,56 6,97 7,85 5,22

33 Makasar 6,57 7,20 5,32 7,35 7,75 6,56 4,96 4,24 6,39

34 Malang 7,74 7,98 7,25 6,15 6,65 5,14 3,93 3,76 4,28

35 Mamuju 4,79 4,28 5,82 7,18 7,53 6,47 6,90 7,75 5,20

36 Manado 2,51 1,71 4,10 7,38 7,38 7,38 4,20 3,90 4,81

37 Manokwari 3,91 3,66 4,40 4,38 4,06 5,03 2,82 2,02 4,41

38 Mataram 6,33 6,28 6,44 7,56 7,96 6,76 7,54 7,93 6,75

39 Medan 4,62 4,08 5,70 6,10 6,02 6,26 6,06 5,90 6,38

40 Metro 3,34 2,70 4,63 2,87 2,38 3,86 3,25 2,69 4,37

41 Padang 6,04 6,05 6,03 7,53 8,06 6,48 7,77 7,86 7,58

42 Palangkaraya 6,70 7,36 5,38 6,31 6,55 5,82 5,78 5,57 6,21

43 Palembang 3,27 2,88 4,06 5,45 5,18 5,98 4,02 3,47 5,13

44 Palu 4,43 4,37 4,56 6,88 8,02 4,61 6,91 7,83 5,06

45 Pangkal Pinang 7,21 7,95 5,74 5,60 5,69 5,41 6,44 6,81 5,69

Lampiran

Survei Integritas Sektor Publik 2011

181

No KotaKTP IMB SIUP

Integritas Pengalaman Potensi Integritas Pengalaman Potensi Integritas Pengalaman Potensi

47 Pekalongan 6,85 7,12 6,32 7,29 7,90 6,08 7,09 7,45 6,38

48 Pekanbaru 6,64 7,08 5,75 4,90 4,64 5,43 8,00 8,19 7,61

49 Pematang Siantar 4,67 4,73 4,55 4,56 4,74 4,21 4,72 4,90 4,37

50 Pontianak 7,77 8,15 7,00 7,31 7,60 6,74 7,55 7,82 7,00

51 Samarinda 7,10 7,90 5,51 7,11 7,85 5,64 7,21 7,85 5,92

52 Semarang 4,17 3,76 4,98 3,24 2,68 4,35 3,43 2,98 4,33

53 Serang 3,90 4,17 3,36 3,41 2,92 4,38 3,32 2,80 4,37

54 Sidoarjo 6,33 6,85 5,28 7,76 8,11 7,05 7,61 7,90 7,04

55 Surabaya 7,09 7,62 6,04 7,54 7,86 6,90 7,64 8,02 6,89

56 Surakarta 6,76 7,02 6,23 7,76 7,96 7,35 7,77 7,95 7,41

57 Tangerang 6,08 6,28 5,68 3,59 3,06 4,65 3,71 3,22 4,69

58 Tanjung Pinang 7,09 7,94 5,39 7,39 8,17 5,82 7,44 8,06 6,21

59 Ternate 3,98 3,49 4,97 4,24 3,96 4,81 4,00 3,60 4,79

60 Yogyakarta 7,43 7,85 6,58 7,71 7,93 7,27 7,65 7,87 7,22