Kota Sehat
-
Upload
juanita-abubakar -
Category
Documents
-
view
162 -
download
5
Transcript of Kota Sehat
Menuju Medan “Kota Sehat”
Juanita
Kota Medan merupakan ibukota Propinsi Sumatera Utara merupakan kota keempat
terbesar di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya dan Bandung. Kota Medan merupakan
pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dengan luas wilayah 265,10 km² dan jumlah
penduduk: 2.036.018 jiwa. Seyogianya perkembangan Kota Medan tidak saja dari
pembangunan fisik dan aspek ekonomi tetapi juga menuju kota yang sehat.
Mengacu pada definisi WHO, “A healthy city is one that is continually creating and
improving those physical and social environments and expanding those community resources
which enable people to mutually support each other in performing all the functions of life and
in developing to their maximum potential”. Komponen yang masuk dalam kota sehat adalah
lingkungan fisik yang aman dan bersih; ekosistem yang stabil; dukungan masyarakat yang
kuat dan tidak eksploitatif; partispasi dan kontrol masyarakat yang kuat; pemenuhan
kebutuhan dasar seperti makanan, air, tempat tinggal dan pekerjaan yang aman; akses untuk
mendapatkan fasilitas dan pengalaman serta interaksi dan komunikasi dengan masyarakat
luas; ekonomi perkotaan yang innovatif; mendorong interkoneksitas dari berbagai aspek
budaya dan keturunan dengan berbagai individu dan kelompok; rukun terhadap berbagai
karakteristik masyarakat; ketersediaan akses pelayanan kesehatan dengan masalah kesehatan
masyarakat dan terakhir adalah status kesehatan yang tinggi.
Penyelenggaraan program kota sehat di Indonesia merupakan program dua tahunan
dari kementerian kesehatan berdasarkan Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan
Menteri Kesehatan nomor 34 tahun 2005 dan nomor 1138/Menkes/PB/VIII/2005 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat. Kota sehat adalah suatu kondisi kota atau
kabupaten yang bersih, nyaman, aman, dan sehat untuk dihuni penduduk yang dicapai melalui
terselenggaranya penerapan beberapa tatanan dan kegiatan yang terintegrasi yang disepakati
oleh masyarakat dan pemerintah daerahnya, yang dalam hal ini menyangkut pemerintah
propinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Pilot proyek kota sehat dicanangkan pertama kali
oleh Mendagri pada tahun 1998 di 6 kota yaitu Kabupaten Cianjur, Kota Balikpapan, Bandar
Lampung, Pekalongan, Malang, dan Jakarta Timur.
Ada sembilan program tatanan kota sehat yang dinilai, yaitu 1) Kawasan Permukiman,
Sarana dan Prasarana Umum; 2) Kawasan Sarana lalu Lintas Tertib dan Pelayanan
Transportasi; 3) Kawasan Pertambangan Sehat; 4) Kawasan Hutan Sehat; 5) Kawasan
Industri dan Perkantoran Sehat; 6) Kawasan Pariwisata Sehat; 7) Katahanan Pangan dan Gizi;
8) Kehidupan Masyarakat Sehat yang Mandiri; dan 9) Kehidupan Sosial Yang Sehat.
Penghargaan kota sehat Swasti Saba akan diberikan kepada pemerintah daerah yang dapat
mencapai kriteria yang telah ditetapkan. Swasti Saba dikelompokkan dalam tiga, yaitu Swasti
Saba Padapa (pemantapan), Swastika Saba Wiwerda (pembinaan), dan Swasti Saba Wistara
(pengembangan).
Swasti Saba Padapa diberikan jika : a) kabupaten/kota sekurang-kurangnya memilih
dua tatanan, sesuai dengan potensi sumber daya setempat; b) kabupaten/kota sekurang-
kurangnya mencakup 51-60% kecamatan; c) Tiap tatanan melaksanakan 51-60% dari semua
kegiatan termasuk lembaga masyarakat; d) Tiap kegiatan dapat dipilih sekurang-kurangnya
satu indikator program (fisik, atau sosekbud) atau kesehatan (kesakitan/kematian, perilaku
dan kesehatan lingkungan) dan satu indikator adanya gerakan masyarakat, dari indikator yang
tersedia.
Sementara Swasti Saba Wiwerda diberikan bila : a) Setiap Kabupaten/Kota memilih
3-4 tatanan, sesuai dengan potensi sumber daya setempat; b) Setiap kabupaten/Kota
mencakup 61-70% kecamatan; c) Tiap tatanan melaksanakan 61-70% dari semua kegiatan,
termasuk lembaga masyarakat; d) Tiap tatanan telah terintegrasi aspek fisik, sosial/budaya,
ekonomi dan kesehatan; dan e) Tiap kegiatan dapat dipilih lebih dari satuindikator program
(fisik atau sosekbud) atau kesehatan (kesakitan/kematian, perilaku dan Kesehatan lingkungan)
dan satu indikator adanya gerakanmasyarakat dari indikator yang tersedia.
Swasti Saba Wistara merupakan penghargaan tertinggi kota sehat yang akan
diberikan kepada kepala daerah, jika : a) setiap Kabupaten/Kota memilih 5 tatanan, sesuai
dengan potensi sumber daya setempat; b) setiap Kabupaten/Kota mencakup 70% kecamatan;
c) Tiap tatanan melaksanakan 70% dari semua kegiatan termasuk lembaga masyarakat;
d) Tiap tatanan telah terintegrasi aspek fisik, sosial/budaya, ekonomi dan kesehatan; dan
e) Tiap kegiatan memilih beberapa indikator program (fisik, atau sosekbud) atau kesehatan
(kesakitan/kematian, perilaku dan kesehatan lingkungan) dan indikator adanya gerakan
masyarakat, dari indikator yang tersedia.
Pada tahun 2011, bertepatan dengan Hari Kesehatan Nasional yang jatuh pada tanggal
12 November, Kementerian Kesehatan telah menganugerahkan 67 penghargaan Swasti Saba
dengan berbagai kategori. Penghargaan tertinggi Swasti Saba Wistara diberikan pada 9 kota
dari 487 kabupaten/kota yang ada di Indonesia, yaitu antara lain Kota Bontang, Kota
Padangpanjang, Kota Makassar, Kota Yogyakarta, Kota Parepare, Kota Bitung, Kota Palopo,
Konsep Kota Sehat ditekankan pada tataran kawasan dengan memperhatikan semua aspek
sosial, ekonomi, lingkungan dan budaya. Karena itu, pengembangan Kota Sehat bukan hanya
fokus pada pelayanan kesehatan atau masalah sehat atau masalah sakit tetapi lebih luas pada
berbagai aspek yang mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat. Pada sebuah kota sehat
akan terbentuk Kawasan Sehat. Kawasan sehat adalah suatu kondisi wilayah yang bersih,
nyaman, aman dan sehat untuk dihuni masyarakat yang dicapai melalui peningkatan suatu
kawasan potensial dengan berbagai kegiatan yang terintegrasi yang disepakati masyarakat dan
perangkat daerah. Untuk mewujudkan kota sehat bukan hanya tanggung jawab pemerintah
tetapi juga para stakeholders. Mari kita dukung kota Medan meraih Swasti Saba Wistara pada
tahun 2013.
Penulis, staf pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat USU