Kota hijau
Transcript of Kota hijau
![Page 1: Kota hijau](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082810/557c99c8d8b42adc268b527b/html5/thumbnails/1.jpg)
Kota Hijau merupakan kota yang ramah lingkungan dengan
memanfaatkan secara efektif dan efisien sumberdaya air dan energi,
mengurangi limbah, menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin
kesehatan lingkungan, mensinergikan lingkungan alami dan buatan,
berdasarkan perencanaan dan perancangan kota yang berpihak pada
prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
Dalam rangka mewujudkan kota/kawasan perkotaan yang berkelanjutan,
Undang-Undang No.26 Tahun 2007 tentang penataan ruang, antara lain
telah mengamanatkan secara tegas bahwa 30% dari wilayah
kota/kawasan perkotaan harus berwujud Ruang Terbuka Hijau (RTH),
dengan komposisi 20% RTH Publik dan 10% RTH Privat. Preskripsi RTH
30% tersebut merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh Pemerintah
Kota/Kabupaten dan termuat didalam Peraturan Daerah (Perda) tentang
RTRW Kota/Kabupaten.
Dalam kaitan itu, penataan ruang sebagai matra spasial pembangunan
kota merupakan alat untuk mengkoordinasikan pembangunan perkotaan
secara berkelanjutan (Eko Budihardjo, Djoko Sujarto. 1998). Selaras
dengan amanat Undang-Undang Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007
pasal 3, perlu diwujudkan suatu bentuk pengembangan kawasan
perkotaan yang mengharmonisasikan lingkungan alamiah dan lingkungan
buatan. Upaya untuk membangkitkan kepedulian masyarakat dan
mewujudkan keberlangsungan tata kehidupan kota, antara lain dapat
dilakukan dalam bentuk perwujudan Kota Hijau.
Kota hijau merupakan kota yang ramah lingkungan, yang memanfaatkan
sumber daya air dan energi secara efektif dan efisien, mengurangi limbah,
menerapkan sistem informasi terpadu, menjamin kesehatan lingkungan,
serta mensinergikan lingkungan alami dan buatan. Kota Hijau merupakan
kota yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan secara, berdasarkan
perencanaan dan perancangan kota yang sesuai dengan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan.
![Page 2: Kota hijau](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082810/557c99c8d8b42adc268b527b/html5/thumbnails/2.jpg)
Selanjutnya untuk perwujudan salah satu atribut kota Hijau, Undang-
Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang secara tegas
mengamanatkan bahwa 30% dari wilayah kota harus berwujud Ruang
Terbuka Hijau (RTH), dengan komposisi 20% RTH publik dan 10% RTH
privat. Pengalokasian 30% RTH ini ditetapkan dalam Peraturan Daerah
(Perda) tentang RTRW Kota dan RTRW Kabupaten.
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) yang telah dirintis oleh
Kementerian Pekerjaan Umum c.q. Direktorat Jenderal Penataan Ruang,
merupakan salah satu langkah nyata Pemerintah Pusat bersama-sama
dengan pemerintah provinsi dan pemerintah kota/kabupaten dalam
memenuhi ketetapan Undang-Undang Penataan Ruang, terutama terkait
pemenuhan luasan RTH perkotaan, sekaligus menjawab tantangan
perubahan iklim di Indonesia. P2KH merupakan inovasi program
perwujudan RTH perkotaan yang berbasis komunitas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji seberapa besar capaian sasaran
dan manfaat yang diperoleh dari pelaksaaan kegiatan Program
Pengembangan Kota Hijau (P2KH) dalam menambah besaran luasan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan Perkotaan, sebagaimana
diamanatkan di dalam Undang-Undang Penataan Ruang