Korti Ko Steroid
-
Upload
nasir-exterminor -
Category
Documents
-
view
222 -
download
0
description
Transcript of Korti Ko Steroid
-
BAB 1
PENDAHULUAN
Korteks adrenal mensitesis dua golongan steroid : kortikosteroid, yang
memiliki 21 atom karbon, dan androgen, yang mempunyai 19 atom karbon. Kerja
kortikosteroid diklasifikasikan menjadi glukokortikoid ( mengatur metabolisme
karbohidrat ) dan mineralokortikoid ( mengatur keseimbangan elektrolit ), yang
menggunakan aktivitas utamanya. Pada manusia, kortisol ( hidrokortison ) adalah
glukokortikoid utama dan aldosteron adalah mineralokortikoid utama. Pada
umumnya, kortisol disekresikan pada laju 0,125 mg/hari. Konsentrasi kortisol dalam
plasma perifer pada umumnya lebih tinggi di pagi hari (16 g/ dL pada pukul 8 pagi)
daripada di sore hari ( 4 g/dL pada pukul 4 sore ) yang menunjukkan regulasi di
urnal, sedangkan konsentrasi plasma aldosteron lebih rendah dan lebih konstan ( 0,01
g/dL ) sepanjang hari. Produksi harian kortisol dapat meningkat hingga 10x lipat
pada saat kondisi stress berat.
Meskipun DHEA adrenal merupakan prekusor penting dalam sintesis
testosterone dan estradiol pada wanita, pasien dengan insufisiensi adrenal dapat pulih
kembali ke keadaan normal bila mendapatkan terapi pengganti dengan glukokortikoid
dan mineralokortikoid. Meskipun demikian, beberapa penelitian menyarankan
penambahan DHEA dalam regimen terapi standar pada wanita dengan insufisien
adrenal untuk meningkatkan pemulihan pada subjek dan seksualitasnya.
-
BAB 2
PEMBAHASAN
Definisi
Kortikosteroid adalah suatu kelompok hormon steroid yang dihasilkan di bagian
korteks kelenjar adrenal sebagai tanggapan atas hormon adrenokortikotropik (ACTH)
yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis, atau atas angiotensin II. Hormon ini
berperan pada banyak sistem fisiologis pada tubuh, misalnya tanggapan terhadap
stres, tanggapan sistem kekebalan tubuh, dan pengaturan inflamasi, metabolisme
karbohidrat, pemecahan protein, kadar elektrolit darah, serta tingkah laku.
Mekanisme Umun untuk Efek Kortikosteroid
Kortikosteroid berinteraksi dengan protein reseptor spesifik pada jaringan target
unutk mengatur ekspresi gen yang responsif terhadap kortikosteroid sehingga
mengubah kadar dan susunan protein yang disintesis oleh berbagai jaringan target.
Sebagai konsekuensi waktu yang diperlukan untuk mencapai perubahan ini,
sebagaian besar efek kortikosteroid tidak terjadi dengan segera, tetapi mulai terlihat
setelah beberapa jam. Fakta signifikan klinis ini, karena biasanya ada penundaan
sebelum efek terapi kortikosreoid yang menguntungkan terlihat. Walaupun
kortikosteroid terutama bekerja untuk meningkatkan ekspresi gen target, ada
beberapa contoh dokumen yang menyebutkan bahwa glukokortikoid juga dapat
menurunkan transkripsi. Selain efek genomik ini, beberapa kerja kortikosteroid yang
cepat diperantai oleh reseptor yang terikat pada membran.
Mekanisme Independen-Reseptor pada Spesifisitas Kortikosteroid
Penelitian biokima GR dan MR menyimpulkan bahwa aldosteron ( mineralokortikoid
klasik ) dan kortisol ( terutama glukokortikoid ) mengikat MR dengan afinitas yang
seimbang. Hal ini menimbulkan pertanyaan bagaimana spesifisitas MR untuk
aldosteron dipertahankan pada saat kadar kortisol dalam sirkulasi lebih tinggi.
-
Sekarang kita ketahui bahwa isozim 11-hidroksisteroid dehidrogenase tipe 2
(11HSD2) berperan penting dalam spesifisitas kortikosteroid terutama pada ginjal,
kolon, dan kelenjar saliva. Enzim ini memetabolisme glukokortikoid seperti kortisol
menjadi derivate 11-keto yang tidak aktif terhadap reseptor, seperti kortison, sehingga
membentuk sawar enzimatik yang mencegah kortisol mencapai MR. karena bentuk
dominannya dalam sistem fisiologis adalah derivat hemiasetal, aldosteron resisten
terhadap inaktivasi ini dan tetap memiliki aktivitas mineralokortikoid.
Klasifikasi kortikosteroid
Hormon kortikosteroid dihasilkan dari kolesterol di korteks kelenjar adrenal yang
terletak diatas ginjal. Reaksi pembentukannya dikatalisis oleh enzim golongan
sitokrom P450. Kortikosteroid dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan atas aktivitas
biologis yang menonjol darinya, yaitu:
1; Glukokortikoid 2; Mineralokortikoid
Regulasi Ekspresi Gen oleh Glukokortikoid
GR umumnya banyak terdapat di dalam sitoplasma dalam bentuk inaktif hingga GR
berikatan dengan glukokortikoid. GR yang inaktif ini membentuk kompleks dengan
protein lain, termasuk heat-shock protein dan imunofilin. Setelah pemebentukan
ikatan ligan, GR berdisosiasi dari protein protein sejenisnya dan bertranslokasi ke
dalam nukleus. Di nukleus, GR berinteraksi dengan urutan DNA ynag disebut elemen
responsif glukokortikoid (glucocorticoid responsive elements [GRE]) pada bagian
regulatori gen yang terkena efek. Oleh sebab itu, GRE ini akan memberikan
spesifisitas pada regulasi transkripsi gen oleh glukokortikoid.
Regulasi Ekspresi Gen oleh Mineralokortikoid
Seperti GR, MR juga merupakan faktor transkripsi yang di aktivasi oleh ligan dan
berkatan dengan elemen responsif hormone yang sangat mirip atau identik. Kerja
-
selektif GR dan MR diduga merupakan hasil dari interaksi dengan faktor transkripsi
lain yang juga ditarik ke daerah promoter gen target dan juga dari pola ekspresi MR
yang terbatas. Tidak seperti GR, yang terdistribusi lebih luas, MR diekspresikan
terutama di ginjal ( tubulus korteks distal dan duktus pengumpul korteks ), kolon,
kelenjar saliva, kelenjar keringat, dan hipokampus.
Fungsi Fisiologis dan Efek Farmakologis
Kerja Fisiologis Efek kortikosteroid sangat banyak dan berkembang luas, termasuk
perubahan metabolisme karbohidrat, protein, dan lipid; pemeliharaan keseimbangan
cairan dan elektrolit ; pemeliharaan fungsi normal sistem kardiovakular, sistem imun,
ginjal, otot rangka, sistem endokrin, dan sistem saraf. Selain itu, kortikosteroid juga
memberikan kapasitas organisme untuk tahan terhadap keadaan yang menekan seperti
stimulus yang membahayakan dan perubahan lingkungan. Pada kondisi tidak adanya
korteks adrenal, kelangsungan hidup dapat dicapai dengan mempertahankan kondisi
lingkungan yang optimal seperti makan dan minum yang memadai, asupan natrium
klorida dalam jumlah yang banyak dan pemeliharaan suhu lngkungan yang sesuai;
Hubungan dosis ini hanya berlaku untuk pemberian oral atau intravena, karena potensi glukokortikoid sangat berbeda pada pemberian intramuskular atau intraartikular
-
stres / tekanan seperti infeksi dan trauma dapat membahayakan jiwa ketika fungsi
adrenal terganggu.
Kerja kortikosteroid salig berkaitan dengan hormon-hormon lain. Bila glukokortikoid
tidak ada, epinefrin dan norepinefrin hanya memiliki efek kecil pada lipolisis. Akan
tetapi, dengan pemberian glukokorikoid dalam dosis kecil, kerja lipolisisnya dapat
ditingkatkan. Efek-efek kortikosteroid tersebut yang berkaitan dengan hormon
regulator lain, disebut permisif dan menunjukkan perubahan terinduksi steroid pada
sintesis protein selanjuntya, mengubah responsivitas jaringan terhadap hormon lain.
Kortikosteroid umunya dibagi menjadi mineralkortikoid dan glukokortikoid
berdsarkan potensi relatifnya terhadap retessni Na+ dan efeknya pada metabolisme
karbohidrat (misalnya, deposit glikogen di hati dan glukoneogenesis). Pada
umumnya, potensi steroid untuk mempertahankan hidup pada hewan yang telah
mengalami adrenalektomisasi hampir setara dengan aktivitas meneralkortikoid,
sedangkan potensi sebagai senyawa antiinflamasi hampir sebanding dengan efeknay
pada metabolisme glukosa. Efeknya pada retensi Na+ dan kerja karbohidrat /
antinflamasi tidak berkaitan dan menunjukkan aktivitas selektif pada reseptor yang
berbeda. Beberapa steroid yang diklasifikasi terutama sebagai glukokortikoid
(contohnya, kortisol) juga memiliki aktivitas meneralkortikoid yang sedang namun
signifikan sehingga dapat memengaruhi cairan dan elektrolit tubuh ketika ditangani
dalam kondisi klinis.
Fungsi Kortikosteroid
1; Terhadap Metabolisme :o Karbohidrat :
- Meningkatkan glukoneogenesis di perifer dan hepar- Mengurangi penggunaan glujosa di jaringan perifer dengan cara
menghambat uptake dan penggunaan glukosa oleh jaringan mungkinmelalui hambatan transporter glucose.o Lemak :
- Meningkatkan lipolisis di jaringan lemak
-
- Pada penggunaan kronis dapat terjadi redistribusi sentral lemak di daerahdorsocervical, bagian belakang leher (buffalo hump), muka (moonface) supraclavicular, mediastinum dan mesenterium. o Protein :
- Meningkatkan pemecahan protein menjadi asam amino di jaringan periferyang kemudian digunakan untuk glukoneogenesis.
2; Keseimbangan elektrolit dan air - Aldosteron adalah kortikosteroid endogen yang paling poten
memengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Oleh sebab itu,pda pasien insufisiensi adrenal akibat penyakit hipofisis, keseimbanganelektrolitnya relatif normal walaupun produksi glukokortikoid pada zonakorteks bagian dalam telah banyak berkurang. Mineralkortikoid bekerjapada tubulus distal dan tubulus pengumpul pada ginjal untukmeningkatkan reabsorpsi Na+ dari cairan tubular; juga meningkatkanekskresi K+ dan H+ pada urine. Kerja pada transpor elektrolit ini, padaginjal dan jaringan lain (misalnya, kolon, kelenjar saliva dan kelenjarkeringat.
3; Terhadap proses keradangan dan fungsi immunologis :- Merangsang pembentukan protein ( lipocortin ) yang menghambat phospholipase A2 sehingga mencegah aktivasi kaskade asam arachidonat dan pengeluaran prostaglandin.- Menurunkan jumlah limfosit dan monosit di perifer dalam 4 jam, hal ini terjadi redistribusi temporer limfosit dari intravaskular ke dalam limfa, kelenjar limfe, ductus thoracicus dan sumsum tulang.- Meningkatkan pengeluaran granulosit dari sumsum tulang ke sirkulasi tapi menghambat akumulasi netrofil pada daerah keradangan.- Meningkatkan proses apoptosis- Menghambat sintesis cytokine- Menghambat sintesis nitric oxyd- Menghambat respon proliferatif monosit terhadap colony stimulating factor dan differensiasinya menjadi makrofag.- Menghambat fungsi fagositik dan sitotoksik makrofag - Menghambat pengeluaran sel-sel radang dan cairan ke tempat keradangan
-
- Menghambat plasminogen activators (Pas) yang merubah plasminogen menjadi plasmin yang berperan dalam pemecahan kininogen menjadi kinin yang berfungsi sebagai vasodilator dan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah. 4. Terhadap musculoskeletal dan jaringan ikat :
o Tulang - Pada pemakaian yang lama dapat menghambat fungsi osteoblast dan
mengurangi pembentukan tulang baru menyebabkan terjadinyaosteopenia.
- Meningkatkan jumlah osteoclast- Secara tidak langsung mengurangi absorbsi calsium di saluran
cerna- Efek sekunder glukokortikoid juga meningkatkan Parathyroid hormon
dalam serum.- Meningkatkan ekskresi calcium di ginjal
o Otot - Glukokortikoid meningkatkan pemecahan asam amino dari otot
untuk digunakan dalam glukoneogenesis,sehingga dalam pemakaianlama dapat menyebabkan kelainanotot ( myopathy ) yang berat.o Jaringan ikat
- Glukokortikoid menyebabkan supressi fibroblas DNA dan RNA, sertasintesis protein juga menyebabkan supresi sintesis matriks intraselular( kolagen & hyalurodinat )Pemakaian lama dapat menyebabkangangguan proses penyembuhan luka, apalagi gerakan makrofagkedaerah keradangan juga menurun pada pemberian steroid yang lamasehingga akan mempersulit penyembuhan luka.
4; Terhadap Neuropsychiatrik- Glukokortikoid mempunyai pengaruh terhadap tingkah laku seperti pola
tidur, kognitif dan penerimaan input sensoris. Pada penelitian-penelitianyang dilakukan pada penderita yang mendapatkan steroid exogen seringmenunjukkan
5; Terhadap neuran opsychiatrik- Glukokortikoid mempunyai pengaruh terhadap tingkah laku seperti pola
tidur, kognitif dan penerimaan input sensoris. Pada penelitian-penelitian
-
yang dilakukan pada penderita yang mendapatkan steroid exogen seringmenunjukkan euphoria, mania bahkan psikosis. Penderita denganinsuffisiensi adrenal juga dapat menunjukkan gejala-gejala psikiatristerutama depresi, apati dan letargi.
6; Terhadap Saluran Gastrointestinal - Glukokortikoid mempunyai efek langsung terhadap transport ion natrium
di colonmelalui reseptor glukokortikoid.- Pemakaian yang lama meningkatkan terjadinya resiko ulkus peptikum
disaluran cerna bagian atas. Mekanisme kerjanya belum diketahui. 7; Terhadap pertumbuhan
- Pada anak dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan linier,penyebabnya belumdiketahui secara pasti, diduga melalui hambatanhormon pertumbuhan.
8; Terhadap paru - Dapat merangsang pembentukan surfactant oleh sel pneumatosit IIEfek
anti inflammasi dan immunosupressi kortikosteroid adalah efekfarmakologik utama yang banyak digunakan dalam pengobatan.
Absorpsi, Transpor, Metabolisme, dan Ekskresi
AbsorpsiHidrokortison dan berbagai turunannya, termasuk analog sintetiknya, aktifpada penggunaan oral. Beberapa ester hidrokortison larut-air dan turunansintetiknya diberikan secara intravena untuk mencapai konsentrasi obat yangtinggi dalam cairan tubuh dengan cepat. Bila diinginkan efek yang lebih lama,hidrokortison, ester, dan turunannya dapat diberikan secara injeksi suspensiintramuskular. Sedikit perubahan pada struktur kimia dapat mempengaruhikecepatan absorpsi, waktu onset efek, dan durasi kerja. Glukokortikoid jugadiabsorpsi secara sistemik dari tempat pemberian local, seperti ruang synovial,kantong konjungtiva, kulit, dan saluran napas. Ketika pemberian diperlama,tempat pemberian ditutup dengan pembalut oklusif, atau ketika area kulit yang
-
dilibatkan luas, absorpsi dapat memberikan efek sistemik yang signifikan,termasuk penekanan sumbu HPA.
Transpor, Metabolisme, dan Ekskresi
Setelah absorpsi > 90 % kortisol dalam plasma terikat pada protein secarareversibel pada kondisi normal. Hanya fraksi bebas kortikosteroid yng dapatmasuk ke sel untuk memperantai efek kortikosteroid. Ada dua protein plasmayang mampu mengikat kortikosteroid, yaitu globulin pengikat kortikosteroid( corticosteroid binding globulin [CBG]; juga dikenal dengan transkortin), danalbumin. CBG adalah suatu -globulin yang disekresi oleh hati dan memilikiafinitas yang tinggi (konstanta asosiasinya ~ 7,6 x107 M-1 ) terhadap steroidnamun kapasitas ikatan totalnya relatif rendah, sedangkan albumin memilikiafinitas rendah ( komstanta asosiasinya 1 x 103 M-1) terhadap steroid, namunmemiliki kapasitas ikatan yang besar. CBG memiliki afinitas yang relatifbesar terhadap kortisol dan sebagian besar turunan sintetiknya serta afinitasyang rendah terhadap aldosteron dan membran steroid terkonjugasiglukuronida; sehingga persentase metabolit steroid terkonjugasi glukoronidaditemukan lebih besar dalam bentuk bebasnya. Keadaan hiperkortisismefisiologis yang khusus terjadi selama masa kehamilan. Peningkatan kadarestrogen dalam sirkulasi menginduksi produksi CBG, dan peningkatan CBGdan kortisol plasma total beberapa kali lipat. Signifikansi perubahan ini masihdiselidiki lebih lanjut.
Toksisitas
Ada dua kategori efek toksik akibat dari pemakaian glukokortikoid :
1; Akibat penghentian terapi steroid2; Akibat penggunaan dosis tinggi ( suprafisiologis ) dan lama
; Akibat yang bisa terjadi pada penghentian terapi steroid adalah
- Kambuhnya kembali penyakit yang kita obati, yang paling berat adalahinsuffisiensi adrenal akut akibat penghentian terapi mendadak setelah terapi
-
steroid yang lama sehingga sudah terjadi supresi aksis HPA (HypothalamusPituitary Adrenal) yang tidak dapat berfungsi dengan baik. Terdapat variasidrai tiap individu mengenai berat danlama supresi adrenal sesudah terapikortikosteroid sehingga sulit menentukan resiko relatif untuk terjadinya krisisadrenal pada tiap individu.
; Akibat terapi steroid dosis suprafisiologis
- Selain supresi aksis HPA akibat pemberian dosis suprafisiologisbanyak kelainan-kelainan lain yang bisa terjadi.
Efek Samping Kortikosteroid
Kortikosteroid jarang menimbulkan efek samping jika hanya digunakan dalam waktu
singkat dannon-sistemik. Namun apabila digunakan untuk jangka waktu yang lama
dapat menimbulkan beragam efek samping. Ada dua penyebab timbulnya efek
samping pada penggunaankortikosteroid. Efek samping dapat timbul karena
penghentian pemberian secara tiba-tiba atau pemberian terus menerus terutama
dengan dosis besar.
Efek samping yang dapat timbul antara lain:
Insufisiensi adrenal akut / krisis adrenal Pemberian kortikosteroid jangka lama (>2 minggu) yang dihentikan secaramendadak dapat menimbulkan insufisiensi adrenal akut (krisis adrenal).Insufisiensi adrenal akut sebaiknya dibedakan dari Addison disease, dimanapada Addison disease terjadi destruksi adrenokortikosteroid oleh bermacampenyebab (mis. Autoimun, garnulomatosa, keganasan dll). Insufisiensi adrenalakut terjadi akibat penekanan sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal olehkortikosteroid eksogen, sehingga kelenjar adrenal kurang memproduksikortikosteroid endogen. Pada saat kortikosteroid eksogen dihentikan,
-
terjadilah kekurangan kortikosteroid (endogen). Dapat terjadi kehilangan ionNa+ dan shock, terkait aktivitas mineralkortikoid yang ikut berkurang. Gejalayang timbul antara lain gangguan saluran cerna, dehidrasi, rasa lemah,hipotensi, demam, mialgia dan arthralgia. Hal ini di atasi dengan pemberianhidrokortison disertai aupan air, Na+, Cl- dan gukosa secepatnya. Untukmenghindari insufisiensi adrenal maka penghentian penggunaankortikosteroid harus secara perlahan/ bertahap.
Insusiensi adrenal kronisRasa sehat subjektif yang dirasakan pasien merupakan parameter klinis penting pada penyakit primer dan sekunder. Pada insufisiensi adrenal primer tidak adanya hiperpigmentasi dan munculnya abnormalitas elektrolit adalah indikatir penting bahwa terapi penggantian sudah memadai. Kelebihan terapi dapat menyebabkan sindrom cushing , pada anak-anak , pertumbuhan linear dapat menurun . kadar ACTH plasma juga dilakukan untuk memonitor terapi pada pasien insufisiensi adrenal primer . kadar ACTH pada pagi hari idak boleh turun , tetapi harus kurang dari 100pg/ml (20pmol/L). .pasien ini memerlukan terapi harian dengan kortikosteroid. Regimen terapi pengganti umumnya telah menggunakan hidrokotison dengan dosis 20-30 mg/hari. Dalam upaya untuk meniru ritme dirnal normal pada sekresi kortisol , glukokortikosteroid ini biasanya diberikan dalam bentuk dosis terbagi , dengan dua pertiga diberikan pada pagi hari dan sepertiga diberikan pada padasore hari.
Hiperplasia Adrenal Kongenitalcongenital adrenal hyperplasia (CAH) digunakan untuk suatu golongan penyakit genetik yang terjadi pada aktivitas salah satu dari beberapa enzim yang diperlukan untuk biosintesis kortisol . gangguan produksi kortisol dan tidak adanya penghambatan umpan balik negatif yang menyebabkan pelepasan ACTH , akibatnya , steroid yang aktif secara hormonal lainnya yangterletak proksimal dengan blok enzimatik pada jalur steroidogenik diproduksi berlebihan . semua pasien dengan CAH klasik memerlukan terapi pengganti dengan hidrokortison atau turunan lain yang sesuai , dan pada pasien yang mengalami kekurangan garam juga memerlukan terapi pengganti mineralokotikoid . tujuan terapi ini adalah mencapai kadar hormon steroid fisiologis dalam rentang normal dan menurunkan ACTH . mineralokortikoid
-
yang digunakan adalah fludrokortison asetat (0,05-0,2mg/hari).terapi dipandu oleh kenaikan bobot dan tinggi badan , kadar palsma 17-hidroksipro-gesteron dan oleh tekanan darah.kenaikan pertumbuhan secaraa tiba-tiba menandakan kurangnya penekanan pada hipofisis dan sekresi androgen yang berlebihan , sedangkan pertumbuhan terhambat menandakan terapi glukokortikoid berlebihan.
Habitus Crushing Penggunaan kortikosteroid dalam jangka waktu lama menyebabkan kondisihiperkortisme sehingga menimbulkan gambaran habitus crushing.Kortikosteroid yang berlebihan akan memicu katabolisme lemak sehinggaterjadi redistribusi lemak di bagian tertentu tubuh. Gejalan yang timbul antaralain moon face, buffalo hump, penumpukan lemak supraklavikular,ekstremitaskurus, striae, acne dan hirsutism. Moon face dan buffalo humpdisebabkan redistribusi / akumulasi lemak di wajah dan punggung. Striae(parut kulit berwarna merah muda) muncul akibt peregangan kulit (stretching)di daerah perut yang disebabkan oleh akumulasi lemak subkutan.
Hiperglikemia dan glikosuriaKarena kortikosteroid (glukokortikoid) berperan dalammemetabolisme glukosa yaitu melalui peningkatan glukoneogenesis danaktivitas enzim glukosa-6-pospat, maka akan timbul gejala berupa peninggiankadar glukosa dalam darah sehingga terjadi hiperglikemia danglikosuria.Dapat juga terjadi resistensi insulin dan gangguantoleransi glukosa, sehingga menyebabkandiabetes steroid ( steroid-induced diabetes).
Penurunan absorpsi kalsium intestinal Penelitian menunjukkan bahwa betametason serta prednisonmenyebabkan penurunan absorpsi kalsium di intestinal dalamjumlah signifikan. Hal ini dapat membuat keseimbangan kalsiumyang negatif.
Kesimbangan nitrogen negatif Kortikosteroid juga menyebabkan mobilisasi asam amino darijaringan ekstrahepatik, yang digunakan sebagai substrat untukglukoneogenesis. Hal ini menyebabkan tingginya kadar asamamino
-
dalam plasma, peningkatan pembentukan urea, dan keseimbangan nitrogennegatif.
Hiperkoagubilitas darahHiperkoagulabilitas darah dengan kejadian tromboemboli telah ditemukanterutama pada pasienyang mempunyai penyakit yang memudahkanterjadinya trombosis intravaskular. Pengobatankortikosteroid dosisbesar pada pasien ini, harus disertai pemberian antikoagulan sebagaiterapi profilaksis.
Miopatik Katabolisme protein akibat penggunaan kortikosteroid yang dapatmenyebabkan berkurangnyamassa otot, sehingga menimbulkan kelemahandan miopatik. Miopatik biasanya terjadi pada otot proksimal lengan dantungkai, bahu dan pelvis, dan pada pengobatan dengan dosis besar.Miopatikmerupakan komplikasi berat dan obat harus segera dihentikan.
-
BAB 3PENUTUP
KESIMPULAN
; Kortikosteroid adalah suatu kelompok hormon steroid yang dihasilkandi bagian korteks kelenjar adrenal sebagai tanggapan atas hormonadrenokortikotropik (ACTH) yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis,atau atas angiotensin II.
; Kortikosteroid dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan atas aktivitasbiologis yang menonjol darinya, yaitu:
1.Glukokortikoid 2.Mineralokortikoid
; Ada dua kategori efek toksik akibat dari pemakaian glukokortikoid :- Akibat penghentian terapi steroid- Akibat penggunaan dosis tinggi ( suprafisiologis )
-
DAFTAR PUSTAKA
Goodman, Gilman. 2011. Goodman & Gilman : manual farmakologi dan terapi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.