korosi mikrobiologi desi.docx
-
Upload
desi-rahmasari -
Category
Documents
-
view
70 -
download
3
Transcript of korosi mikrobiologi desi.docx
KOROSI MIKROBIOLOGI
Abstrak
Dewasa ini banyak terjadi korosi pada benda logam yang digunakan dalam
pembuatan alat-alat rumah tangga seperti pagar besi, pisau, dan lainnya. Korosi
tersebut salah satunya disebabkan oleh mikroorganisme seperti jamur, alga dan
bakteri. Dalam penyusunan artikel ini menjelaskan apa itu korosi
mikroorganisme atau korosi mikrobiologi, jenis mikroorganisme penyebab
terjadinya korosi ini , mekanisme korosi ini terjadi dan hal-hal lainnya yang
bersangkutan dengan terjadinya korosi mikrobiologi.
Kata kunci: korosi, mikroorganisme, mekanisme, penyebab.
A. Pendahuluan
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara
suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-
senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari korosi disebut
perkaratan, contoh korosi yang paling lazim adalah korosi pada baja karbon. Pada
peristiwa korosi ini logam akan mengalami suatu reaksi oksidasi, sedangkan
oksigen (udara) mengalami suatu reaksi reduksi.
Korosi logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat, korosi dapat juga
diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi secara
kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan
bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya.
Contohnya bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa
besi oksida atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi
yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian baja
tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali
menjadi senyawa besi oksida).
Korosi dipengaruhi oleh mikroba yang merupakan inisiasi atau aktifitas korosi
akibat aktifitas mikroba dan proses korosi. Korosi pertama di indentifikasi hampir
100 jenis dan telah dideskripsikan awal tahun 1934, bagaimanapun korosi yang
disebabkan oleh aktifitas mikroba tidak dipandang serius saat degradasi
1
pemakaian sistem industri moderen hingga pertengahan tahun 1970. Ketika itu
pengaruh serangan mikroba semakin tinggi, sebagai contoh pada kendaraan
bermotor terutama pada exhaust knalpot yang secara langsung terkena panas yang
cukup tinggi dan pada tangki air stainlees steel dinding dalam terjadi serangan
korosi lubang yang luas pada permukaan sehingga para industriawan menyadari
serangan tersebut. Selama tahun 1980 dan berlanjut hingga awal tahun 2000
fenomena tersebut dimasukkan sebagai bahan perhatian dalam biaya operasi dan
pemeriksaan sistem industri. Dari fenomena tersebut banyak institusi mempelajari
dan memecahkan masalah ini dengan penelitian untuk mengurangi bahaya korosi
tersebut.
B. Korosi Mikrobiologi
Korosi dapat terjadi karena proses fisis, kimiawi, maupun biologis. Korosi
oleh mikrobiologi merupakan korosi yang disebabkan oleh mikroorganisme,
khususnya oleh bakteri, yang disebut juga dengan MIC (Microbiologically
Influenced Corrosion). Korosi jenis ini cukup berbahaya karena dapat terjadi pada
kondisi range pH disekitar pH netral, yaitu antara pH 4 sampai 9 dengan suhu
lingkungan berkisar antara 10° C hingga 50°C. Korosi jenis ini biasanya terjadi
pada tempat-tempat yang terbuat dari logam dengan kondisi konstan/stagnan.
Logam-logam yang dapat terkorosi oleh mikrobiologi antara lain baja karbon,
stainless steel, dan logam paduan aluminium-tembaga.
Awal kemunculan dari MIC sering kali tidak terduga, korosi berat dari
sejumlah logam terjadi pada temperatur lingkungan normal atau larutan encer
dimana laju korosi biasanya rendah. Ciri khas terjadinya MIC adalah adanya
endapan yang berlebihan atau terjadi penebalan lapisan (gumpalan) disekitar MIC.
Gambar 1. Korosi mikrobiologi
2
Gambar 2. Korosi MIC
C. Jenis-jenis Mikrobiologi Penyebab Korosi
Mikroorganisme dikategorikan berdasarkan kadar oksigen yaitu :
1. Jenis anaerob, berkembang biak pada kondisi tidak adanya oksigen.
2. Jenis Aerob, berkembang biak pada kondisi kaya oksigen.
3. Jenis anaerob fakultatif, berkembang biak pada dua kondisi.
4. Mikroaerofil, berkembang biak menggunakan sedikit oksigen
Mikroorganisme hadir pada kondisi aerob, maupun anaerob. Kondisi aerob
merupakan kondisi dengan ketersediaan yang melimpah, sebaliknya anaerob
merupakan kondisi dengan tanpa adanya oksigen. Berikut adalah tabel jenis
bakteri aerobik dan anaerobik penyebab korosi.
Tabel 1. Bakteri Aerobik Penyebab Korosi
Genus atau SpesiesRange
pH
Range
Suhu
°C
Logam yang
Dapat TerkorosiAksi Korosif
Thiobacillus
thiooxidans0.5-8 10-40
Besi dan baja,
paduan tembaga
Mengoksidasi
sulfur dan
sulfida menjadi
H2SO4,
Thiobacillus
ferrooxidans1-7 10-40 Besi dan baja
Mengoksidasi
Fe2+ menjadi
Fe3+
Gallionella 7-10 20-40 Besi dan baja,
stainless steel
Mengoksidasi
Fe2+ dan Mn2+
menjadi Fe3+
3
dan Mn3+
Sphaerotilus 7-10 20-40Besi dan baja,
stainless steel
Mengoksidasi
Fe2+ dan Mn2+
menjadi Fe3+
dan Mn3+
Pseudonomas 4-9 20-40Besi dan baja,
stainless steel
Mereduksi Fe3+
menjadi Fe2+
P. aeruginosa 4-8 20-40 Paduan aluminium ...
Tabel 2. Bakteri Anaerobik Penyabab Korosi
Genus atau SpesiesRange
pH
Range
Suhu
°C
Logam yang
Dapat Terkorosi
Tindakan
Korosif
Desulfovibrio
desulfuricans4-8 10-40
Besi dan baja,
stainless steel,
aluminium seng,
paduan tembaga
Memanfaatkan
hidrogen dalam
mereduksi SO42-
menjadi S2- dan
H2S
Desulfotomaculum
nigrificans6-8
10-40
dan 45-
75
Besi dan baja,
stainless steel
Mereduksi SO42-
menjadi S2- dan
H2S
Desulfomonas ... 10-40 Besi dan baja
Mereduksi SO42-
menjadi S2- dan
H2S
Selain bakteri-bakteri pada Tabel 1. dan Tabel 2. terdapat mikroorganisme
berupa jamur yang juga dapat berperan menyebabkan MIC, yaitu jamur
Cladosporium resinae yang bekerja pada range pH 3-7 dengan temperatur
lingkungan 10°C-45°C dan dapat mengkorosi logam paduan aluminium dengan
memproduksi asam organik dalam proses metabolismenya.
Fenomena korosi yang terjadi dapat disebabkan adanya keberadaan dari
bakteri. Jenis- jenis bakteri yang berkembang yaitu :
4
1. Bakteri reduksi sulfat
Bakteri ini merupakan bakteri jenis anaerob membutuhkan lingkungan bebas
oksigen atau lingkungan reduksi, bakteri ini bersirkulasi di dalam air aerasi
termasuk larutan klorin dan oksidiser lainnya, hingga mencapai kondisi ideal
untuk mendukung metabolisme. Bakteri ini tumbuh pada oksigen rendah. Bakteri
ini tumbuh pada daerah- daerah kanal, pelabuhan, daerah air tenang tergantung
pada lingkungannya. Bakteri ini mereduksi sulfat menjadi sulfit, biasanya terlihat
dari meningkatnya kadar H2S atau Besi sulfida. Tidak adanya sulfat, beberapa
turunan dapat berfungsi sebagai fermenter menggunakan campuran organik
seperti pyruvnate untuk memproduksi asetat, hidrogen dan CO2, banyak bakteri
jenis ini berisi enzim hidrogenase yang mengkonsumsi hidrogen.
2. Bakteri oksidasi sulfur-sulfida
Bakteri jenis ini merupakan bakteri aerob yang mendapatkan energi dari
oksidasi sulfit atau sulfur. Bebarapa tipe bakteri aerob dapat teroksidasi sulfur
menjadi asam sulfurik dan nilai pH menjadi 1. Bakteri Thiobaccilus umumnya
ditemukan di deposit mineral dan menyebabkan drainase tambang menjadi asam.
3. Bakteri besi mangan oksida
Bakteri memperoleh energi dari oksidasi Fe2+ atau Fe3+ dimana deposit
berhubungan dengan bakteri korosi. Bakteri ini hampir selalu ditemukan di
Tubercle (gundukan Hemispherikal berlainan ) di atas lubang pit pada permukaan
baja. Umumnya oksidaser besi ditemukan di lingkungan dengan filamen yang
panjang.
D. Mekanime Korosi Mikrobiologi
Mekanisme terjadinya korosi oleh adanya bakteri pertama kali di tulis oleh
Kurhdan Vlugt. Ada 4 (empat) hipotesa mengenai mekanisme korosi oleh bakteri:
1. Mikroba dapat mengeluarkan inhibitor mineral dari media fosfat dan
nitrat. Fosfat dan Nitrat mempunyai sifat inhibitor pada aluminium tapi
digunakan dalam metabolisme bakteri. Media yang tertinggal jadi korosi,
juga dengan adanya sumber protein dapat menetralkan pengaruh dari
inhibitor. Sebenarnya konsentrasi nitrat 12mMol sudah efektif untuk
inhibitor, tetapi dilingkungan 0,2 – 0,8 mMol Nitrat sudah dapat menjadi
5
inhibitor. Dengan adanya bakteri maka jumlah konsentrasi ini jadi tidak
berfungsi.
2. Mikrobia dapat merubah hidrokarbonn menjadi produk yang cukup korosif
dan walaupun telah diuraikan masih tetap dapat menyerang alumunium.
3. Akibat hidupnya mikrobia dapat menimbulkan sel konsentrasi oksigen
hingga akan timbul elemen galvanik, dimana akan menimbulkan korosi
sumur. Dalam sumur tadi di dapat bakteri Desulfovibrio desulfuricans dan
akan menghasilkan senyawa sulfida. Tipe korosi ini analog dengan dengan
korosi besi sampai terbentuk besi sulfida.
4. Mikrobia akan mengambil sumber elektron dari logam. Untuk hidupnya
mikroorganisme melakukan metabolisme secara langsung atau secara tidak
langsung dengan logam sehingga reaksi akan menimbulkan korosi. Atau
dapat pula hasil reaksinya membuat lingkungan yang korosif. Contoh
mikroba reduktor sulfat anaerobik adalah Desulfovibrio desulforicans.
Mekanisme korosi oleh bakteri dapat dikelompokkan dalam proses-proses
berikut :
1. Memproduksi sel aerasi diferensial.
2. Memproduksi metabolit korosif.
Interferensi terhadap proses katodik dalam kondisi bebas oksigen.
Mekanisme korosi oleh SRB dikemukakan oleh banyak ahli antara lain oleh Kuhr
dan Vlugt. Kuhr dan Vlught menyebutkan bahwa korosi oleh SRB dalam
lingkungan anaerob dan netral, reaksi katodiknya tidak mungkin berupa reduksi
O2 ataupun reduksi H+. Namun serangan korosi yang terjadi bisa sangat parah,
berarti ada reaksi katodik lain yang berlangsung, yang melibatkan SRB. Kuhr dan
Vlught menyatakan bahwa SRB menggunakan hidrogen katodik untuk reduksi
dissimilasi sulfat menurut reaksi sebagai berikut :
Reaksi anodik : 4 Fe 4 Fe2+ + 8 e-
Dissosiasi air : 8 H2O 8 H+ + 8 OH-
Reaksi katodik: 8 H+ + 8 e- 8 Ho
Depolarisasi Katodik oleh Bakteri Pereduksi Sulfat :
SO42- + 8 Ho S2- + 4 H2O
Produk Korosi :
6
Fe2+ + S2- FeS dan 3 Fe2+ + 6 OH- 3 Fe(OH)2
Reaksi Keseluruhan :
4 Fe + SO42- + 4 H2O 3 Fe(OH)2 + FeS + 2 OH-
Adapun mekanisme terjadinya adalah:
1. Mekanisme Korosi Oleh Bakteri Anaerobik pada Besi
Bakteri anaerob ini dikenal dengan bakteri pereduksi sulfat (SRB). Dalam
metabolismenya, bakteri ini mengeluarkan enzim hidrogenase yang dapat
melakukan depolarisasi pada daerah yang sekitar mikroba. Depolarisasi terjadi
karena pasokan oksigen ke daerah katoda bereaksi dengan ion hidrogen. Adanya
bakteri ini pada besi akan menyebabkan terjadinya reaksi reduksi katodik
2H+ + 2e-2H+H2
yang bertambah cepat reaksinya ketika H yang baru terbentuk bereaksi dengan O
yang terbentuk dari reduksi sulfat
SO42- S2- + 4O
Sulfida yang terbentuk, baik sulfida terlarut maupun sulfida padat, akan
mempercepat proses korosi.
S2- + Fe2+ FeS
FeS yang terbentuk merupakan produk korosi. Film FeS dapat menjadi
pelindung pada daerah sulfida netral, dimana hidrogenase dapat membantu
penghapusan hidrogen pada atau dari dalam film sulfida. Selain FeS produk
samping yang dihasilkan adalah Fe (OH)2
3 Fe2+ + 6 (OH)- 3 Fe (OH)2
yang akan membentuk gumpalan kerak besi.
Gambar 3. Korosi Bakteri Anaerobik pada Besi
7
2. Mekanisme Korosi Oleh Bakteri Aerobik pada Besi
Dari sudut pandang korosi, konsumsi oksigen oleh bakteri aerobik dapat
mengakibatkan terjadinya satu atau beberapa hal seperti pembentukan lendir,
oksidasi sulfida, oksidasi besi, dan terbentuknya asam sebagai hasil metabolisme.
Bakteri pengoksidasi sulfida akan menghasilkan asam belerang yang korosif,
namun dapat juga menghasilkan lendir. Sedangkan bakteri pengoksidasi besi akan
mengoksidasi ion besi Fe2+ yang mudah terlarut menjadi ion yang sulit terlarut,
ion Fe3+. Rendahnya aktivitas Fe2+ akan meningkatkan laju reaksi anodik.
Fe Fe2+ + 2e-
Hasil dari oksidasi ini adalah berubah gumpalan tak terlarut yang terbuat dari
oksida ferik hidrat dan ekskresi lendir biologis yang tumbuh pada permukaan besi.
Daerah dibawah endapan (gumpalan) hasil oksidasi akan terlindung dan menjadi
anoda. Dengan oksigen yang semakin berkurang disekeliling logam tersebut,
maka akan terjadi reaksi
O2 + 2H2O + 4e- 4OH-.
Peningkatan kosentrasi OH- pada permukaan akan memicu terbentuknya endapan
Fe(OH)3 atau Fe2(CO)3.
3. Mekanisme Korosi Oleh Mikroorganisme pada Stainless Steel dan logam
lainnya
MIC pada stainless steel sering kali terlihat pada logam las-an. Serangan
paling besar terjadi pada logam las itu sendiri atau pada heat affected zone (HAZ)
di dekat daerah pengelasan. Pada aluminium, korosi dapat terjadi pada air dengan
pH netral. Mikroba, misalnya jamur, memproduksi asam yang larut dalam air
sebagai fase pengkotaminasi dan menyerang aluminium tersebut. Bakteri
Thiobacillus thiooxidans mengkorosi tembaga dan tahan terhadap racunnya
hingga konsentrasi 2% tembaga.
E. Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Korosi Mikrobiologi
Masalah korosi mikrobiologis di dalam suatu sistem lingkungan mempunyai
beberapa variabel-variabel yaitu :
Masalah biokorosi di dalam suatu sistem lingkungan mempunyai beberapa
variabel-variabel yaitu :
8
1. Temperatur, umumnya kenaikan suhu dapat meningkatkan laju korosi
tergantung karakteristik mikroorganisme yang mempunyai suhu optimum
untuk tumbuh yang berlainan.
2. Kecepatan alir, jika kecepatan alir biofilm rendah akan mudah terganggu
sedangkan kecepatan alir tinggi menyebabkan lapisan lebih tipis dan
padat.
3. pH, umumnya pH bulk air dapat mempengaruhi metabolisme
mikroorganisme.
4. Kadar Oksigen, banyak bakteri membutuhkan O2 untuk tumbuh, namun
pada Organisme fakultatif jika O2 berkurang maka dengan cepat bakteri ini
mengubah metabolismenya menjadi bakteri anaerob.
5. Kebersihan, dimaksud air yang kadar endapan padatan rendah, padatan ini
menciptakan keadaan di permukaan untuk tumbuhnya aktifitas mikroba.
Pada korosi bakteri secara umum merupakan gabungan dan pengembangan sel
diferensial oksigen, konsentrasi klorida dibawah deposit sulfida, larutan produk
korosi dan depolarisasi katodik lapisan proteksi hidrogen. Biofilm bakteri
merupakan agen dari proses inisiasi dan propagasi pertumbuhan korosi bakteri
terlihat pada Gambar 1, sehingga korosi mikroba tidak terjadi dengan absennya
biofilm. Biofilm menyediakan kondisi kondisi local lingkungan misalnya pH yang
rendah, sel difrensial oksigen untuk inisiasi atau propagasi aktifitas korosi.
F. Tempat – tempat yang Dapat Terserang Korosi Mikrobiologi
Korosi mikrobiologi berbahaya karena dapat terjadi pada rentang pH asam,
basa, bahkan netral. Korosi tersebut dapat terjadi dimana saja dengan kondisi
lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan mikroba penyebab
korosi, termasuk pada berbagai jenis industri. Korosi yang terjadi pada peralatan
industri perlu dihindari karena dapat mempengaruhi kualitas proses dan dapat
menyebabkan kegagalan proses. Berikut adalah tempat-tempat yang biasanya
dapat terjadi korosi mikrobiologi pada beberapa jenis industri.
Tabel 3. Industri yang Berpotensi Adanya Korosi Mikrobiologi
Jenis Industri Lingkup Permasalahan
Industri proses – kimia Tangki stainless steel, jalur pipa dan
9
sambungan, daerah las-an setelah
menjalani hydrotest
Pembagkit nuklir
Tangki dan perpiapaan baja karbon dan
stainless steel, pipa dan tabung air
pendingin
Industri minyak dan gas onshore
dan offshore Sistem handling minyak dan gas
Industri dengan jalur pipa bawah
tanah
Tanah dekat dengan bahan organik yang
membusuk
Industri water treatment Heat exchanger dan perpipaan
Industri pemeliharaan jalan raya Pipa gorong-gorong
Industri aviasi Tangki penyimpanan bahan bakar
Gambar 4. Sedimen lendir korosi yang terbentuk pada permukaan di dalam
pipa (I), Produk korosi yang terbentuk pada bagian bawah atap tangki
penyimpanan berbahan paduan aluminium selama hydrotest (II), Korosi pada
radiator elbow diesel engine cooling system (IIIa), pembungkus thermostat (IIIb),
dan radiator housing (IIIc).
G. Penanggulangan Korosi Mikrobiologi
Pencegahan MIC dapat dilakukan dengan cara melakukan pembersihan
permukaan secara mekanis berkala dan perawatan dengan biocides untuk
10
mengontrol populasi bakteri. Biocides adalah formulasi dari satu atau lebih
substansi aktif yang dapat membunuh atau mengendalikan virus, bakteri,
ganggang, jamur atau ragi. Selain itu, selama penyimpanan atau setelah
dilakukannya hydrotest, air tidak boleh dipertahankan sampai beberapa hari.
Untuk menghindari kemungkinan terjadinya MIC, pengurasan total dan
pengelapan hingga kering perlu dilakukan.
Pengendalian korosi biasanya merupakan serangkaian pekerjaan yang terpadu,
antara lain:
1. Perancangan geometris alat atau benda kerja.
2. Pemilihan bahan yang sesuai dengan lingkungan.
3. Pelapisan dengan bahan lain lain untuk mengisolasi bahan dari
lingkungan, atau coating.
4. Pemberian bahan kimia pada media mengalir yang dapat menghambat
korosi, atau Inhibisi.
5. Proteksi katodik yaitu memasok arus negatif ke badan benda kerja agar
terhindar dari reaksi oksidasi oleh lingkungan.
6. Inspeksi rutin terhadap kinerja semua upaya proteksi yang dilakukan
7. Pemeliharaan kebersihan.
H. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari uraian diatas adalah:
1. Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara
suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan
senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki.
2. Pada peristiwa korosi ini logam akan mengalami suatu reaksi oksidasi,
sedangkan oksigen (udara) mengalami suatu reaksi reduksi.
3. Mikroorganisme dikategorikan berdasarkan kadar oksigen yaitu jenis
anaerob, jenis Aerob, jenis anaerob fakultatif, Mikroaerofil.
4. Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Korosi Mikrobiologi adalah
Temperatur, Kecepatan alir, pH, Kadar Oksigen, dan Kebersihan.
11
5. Mekanisme korosi oleh bakteri dapat dikelompokkan dalam proses-proses
berikut yaitu Memproduksi sel aerasi diferensial, Memproduksi metabolit
korosif.
6. Biocides adalah formulasi dari satu atau lebih substansi aktif yang dapat
membunuh atau mengendalikan virus, bakteri, ganggang, jamur atau ragi.
7. Tempat – tempat yang Dapat Terserang Korosi Mikrobiologi adalah
Industri proses – kimia, Pembagkit nuklir, Industri minyak dan gas
onshore dan offshore, Industri dengan jalur pipa bawah tanah, Industri
water treatment, Industri aviasi, dan Industri pemeliharaan jalan raya.
I. Saran
Adapun saran untuk mengatasi permasalahan diatas adalah:
1. Sebaiknya logam dilapisi cat, pelumas, minyak agar lebih tahan terhadap
korosi.
2. Menjaga kelembaban udara sekitar benda atau logam.
3. Menghindarkan kontak langsung antara logam dengan air.
Daftar Pustaka
12
D. Suhartanti, 2006, Laju Korosi Baja oleh Desulfomicrobium Baculatum dan
Desulfomonas Pigra, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
G. Priyotomo, Teguh, 2007, Degradasi Fungsi Sistem Industri Akibat Korosi
Mikrobiologi, Puslit Metalurgi LIPI.
J. Starosvetsky et al, 2007, Identification of microbiologically influenced
corrosion (MIC) in industrial equipment failures, Elsevier Journal.
Jones, Denny A, 1996, Principles and Prevention of Corrosion, Prentice Hall
Pradipta, dani. 2011. Diunduh pada tanggal 22 desember 2013 dari http://avtr
eng-d-24.blogspot.com/2011/12/korosi-mikrobiologi.html
http://mechanicalengboy.wordpress.com/2012/12/23/pengenalan-korosi-dan-
penyebab-penyebab-korosi-part-1/
13