KOROSI
-
Upload
aam-phobia-musisi -
Category
Documents
-
view
16 -
download
0
description
Transcript of KOROSI
KOROSI
Korosi adalah proses perusakan, penyusutan ataupun pengikisan terhadap suatu material yang disebabkan karena adanya reaksi dengan lingkungannya yang biasanya diasosiasikan ke material berbahan logam. Penyebab terjadinya ada dua macam yakni proses secara kimiawi dan proses perlakuan (Fontana, 1984: 2). Proses korosi secara kimiawi adalah proses ionisasi yang terjadi secara alamiah akibat adanya interaksi dengan udara seperti kelembaban, keasaman daerah atau kondisi operasi tertentu. Dua buah logam yang memiliki sifat yang berbeda yang saling berdekatan akan menghasilkan ion positif dan negatif, kemudian apabila bersinggungan dengan udara maka akan terbentuk senyawa baru karena udara mengandung bermacam-macam unsur, salah satu yang palingberpengaruh adalah hidrogen yang merupakan penyebab terjadinya korosi yang disebut dengan atmospheric corrosion. Proses korosi karena perlakuan merupakan proses terjadinya korosi karena adanya unsur kesengajaan.Save M Dagun (2005: 98) mendefinisikan korosi sebagai berikut: 1. Pengikisan atau pelapukan karena karat atau peristiwa kimia.2. Proses elektro-kimia yang menyebabkan logam/bahan keramik berubah ke bentuk oksidanya.3. Erosi kimia oleh oksigen di udara yang menimbulkan batuan yang mengandung besi karat.Suatu proses korosi dapat menyebabkan timbulnya degradasi atau penurunan mutu suatu logam. Penurunan mutu ini tidak hanya melibatkan reaksi kimia namun juga melibatkan reaksi elektrokimia yaitu reaksi antara bahan-bahanbersangkutan yang menyebabkan terjadinya perpindahan elektron. Atom logam yang mengalami suatu reaksi korosi, atom itu akan diubah menjadi sebuah ion melalui reaksi dengan suatu unsur yang terdapat dilingkungannya, jika suatu atom logam disimbolkan dengan M, maka proses korosi dapat digambarkan sebagai:M ---> M Z+ + Ze-Persamaan diatas memperlihatkan bahwa atom-atom logam dapat melepaskan sejumlah Z elektron yang merupakan bilangan valensi yang dimiliki oleh atom logam M (Trethewey, 1991: 24).
Pelapisan dengan metode Hot Dip Galvanizing akan melindungi struktur baja dari korosi dalam jangka waktu yang cukup lama, hal ini karena gas dan kelembaban disekitar bagian bawah permukaan seng akan menghasilkan sebuah lapisan pelindung yang berasal dari zinc oxide dan hydroxide. Korosi yang terjadi pada logam dapat mengurangi sifat mekanik dari logam tersebut. Mekanisme umum perlindungan lapisan seng terhadap laju korosi pada baja yaitu:
1. Proteksi katodik
Metode anoda tumbal (sacrificial anode method) Proteksi katodik merupakan perlindungan yang timbul karena adanya perbedaan potensial elektrokimia antara baja dengan seng sehingga apabila terjadi proses oksidasi maka lapisan seng terlebih dahulu teroksidasi, perlindungan ini disebut juga perlindungan pengorbanan (sacrificial protection). Baja baru akan terkorosi setelah semua lapisan seng yang melindunginya terkorosi, hal ini akan memberikan cukup waktu untuk melakukan pelapisan kembali pada baja tersebut.2. Proteksi anodik
Prinsip proteksi secara anodik yaitu pemberian potensial pada baja sehingga logam itu terpolarisasi anodik dari potensial korosi bebasnya, sehingga akan menyebabkan terbentuknya suatu selaput pasif yang menjadi pelindungterhadap korosi. Selaput ini akan dapat memberikan perlindungan apabila menempel dengan kuat dan cukup tahan terhadap kerusakan mekanik. Proteksi anodik merupakan perlindungan terhadap korosi pada logam yang disebabkan karena adanya lapisan pelindung pada permukaan sehingga korosi yang seharusnya terjadi pada baja terhalangi karena adanya lapisan tersebut. Perlindungan ini sangat dipengaruhi oleh tebal lapisan yang menyelubungi permukaan baja.
Jenis-jenis korosi yaitu:1. Korosi merata (general)Merupakan korosi yang terjadi pada suatu logam secara menyeluruh, sebagai contoh: korosi yang terjadi pada tiang-tiang penyangga pada penambangan lepas pantai.
2. Korosi sumuran (pitting corrosion)Adalah korosi lokal yang secara secara selektif menyerang bagian permukaan logam yang selaput pelindungnya tergores atau retak akibat perlakuan mekanik atau mempunyai tonjolan akibat dislokasi atau mempunyaikomposisi heterogen dengan adanya inklusi, segregasi dan presipitasi.
3. Korosi arus liar (stray-current corrosion)Adalah korosi yang disebabkan oleh adanya arus konvensional yang mengalir dalam arah berlawanan dengan aliran elektron, besarnya dipengaruhi oleh besar kecilnya arus dari luar.
4. Korosi celahAdalah korosi yang terjadi karena sebagian permukaan logam terhalang dari lingkungan dibanding bagian lain logam yang menghadapi elektrolit dalam volume yang besar.
5. Korosi logam tak sejenis (galvanik)Adalah korosi yang disebabkan adanya dua logam tak sejenis (dissimilar metals) yang bergandengan (coupled) membentuk sebuah sel korosi basah sederhana.
6. Korosi erosiAdalah korosi yang disebabkan akibat gerak relatif antara elektrolit dan permukaan logam. Korosi ini biasanya disebabkan karena terjadinya proses- proses elektrokimia dan oleh efek-efek mekanik seperti abrasi dan gesekan.
7. Korosi intergranulerKorosi ini terjadi bila daerah batas butir terserang akibat adanya endapan di dalamnya, endapan tersebut berasal dari bahan-bahan asing yang terdapat dalam struktur logam. Bahan-bahan tersebut yaitu logam antara dan senyawa.
8. Korosi tegangan (stress corrosion)
Logam yang mengalami beban dinamis yang berulang-ulang lama kelamaan akan patah, patahnya logam ini dapat dipercepat bila terdapatnya korosi pada logam tersebut.
9. Korosi batas butirAdalah korosi yang disebabkan oleh ketidaksesuaian struktur kristal pada batas butir yang memiliki kedudukan atom-atom secara termodinamika yang kurang mantap dibandingkan atom-atom pada kedudukan kisi sempurna.
10. Korosi pelepasan atau bobolan (breakaway corrosion)Adalah korosi yang disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak nampak secara bersamaan. Faktor-faktor tersebut yaitu temperatur, komposisi gas, tekanan gas, komposisi logam, bentuk komponen dan finishing permukaan.
11. Korosi panas (hot corrosion)Korosi panas yang terjadi pada turbin gas disebabkan oleh kombinasi antara oksidasi dan reaksi-reaksi dengan belerang, natrium, vanadium dan pengotor- pengotor lain yang terdapat di udara dan bahan bakar.
Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/physics/2289008-pengertian-dan-jenis-jenis-korosi/#ixzz2FfG3geux
JENIS – JENIS KOROSI 2
1. PITTING CORROSION
Adalah bentuk pengkaratan yang terpusat pada satu titik dengan kedalaman tertentu.
Sifat
Terpusat pada titik, kecil/dalam, susah dideteksi, lamert/arah gravitasi
Mekanisme
Dalam hal ini pH sangat mempengaruhi, pitting corrosion adalah korosi yang secara alami merupakan reaksi auto katalic
Bentuk karat baja ada 2 macam yaitu
2F(OH)2+ + H2O + Fe2+ Fe2O3 + 6H+ ( magnetic )
Fe(OH)2+ + OH- FeO(OH) + H2O
Pitting corrosion perlu diantisipasi adanya perbedaan katodik dengan anodik sehingga dalam membuat suatu konstruksi tidak akan berakibat fatal hanya karena korosi yang tidak tampak dari luar
Cara Pencegahan
1. Meletakkan material tegak berdiri sehingga tidak akan terjadi genangan air pada permukaan logam
2. Melapisi permukaan logam dengan pelindung atau lazim disebut coating baik organic maupun yang organic
3. Penambahan inhibitor yang sesuai dengan lingkungannya4. Merubah lingkungan dengan mengurangi faktor utama penyebab dampak korosi5. Pemasangan seng anode yang sesuai dengan kondisi dimana korosi tersebut terjadi
2. SELECTIVE LEACHING
Adalah penghilangan suatu elemen alloy pada melalui proses korosi. Contoh proses penghilangan/pelepasan Zn dari grass alloy. Contoh lain adalah lunturnya salah satu unsur dari kobalt, chrom, alumunium dalam suasana alloy dengan Fe
Mekanisme
Kuningan mengurai, Ion ZN berada dalam larutan, the cooper plate kembali ke plat
Reaksi
2Zn + O2 ZnO
Zn + 2OH Zn(OH)
Cara pencegahan
Proses dezincification dapat dikurangi dengan meminimalkan keganasan lingkungan atau dengan katodic protection.
Penambahan 1% tin pada 70 – 30 brass, atau dengan penambahan arsenic, antimony, atau phosporus sebagai inhibitor
Graphitization, dapat terjadi karena terdapat perbedaan graphit dan besi pada struktur logam. Dengan demikian sebagian Fe meninggalkan vacant pada struktur graphit logam.
2. KOROSI EROSI
Korosi erosi adalah percepatan atau penambahan keburukan sifat material karena gerakan relatif antara fluida korosif dan permukaan metal
Faktor yang mempengaruhi
Permukaan film
Kecepatan, bertambahnya kecepatan secara umum akan mengakibatkan bertambahnya pengikisan terutama jika diselubungi aliran yang berkecepatan kuat.
Turbulen, turbulen mengakibatkan gerakan cairan lebih besar pada permukaan logam dibanding laminar dan terjadi persentuhan yang lebih antara logam dengan sekitarnya
Efek galvanic dan sifat metal/campuran
Cara mengatasi korosi erosi
Material dengan ketahanan korosi yang baik
Perancangan, penambahan diameter pipa membantu dari segi mekanika dalam hal pengurangan kecepatan dan membuat agar aliran yang terjadi adalah aliran laminar
Perubahan pada lingkungan, deareation dan penambahan inhibitor
Coating dan kathodic protection
Jenis – jenis korosi
1. Korosi erosi (akibat gesekan antara fluida dengan logam sehingga logam tergerus)2. Korosi kavitasi (akibat adanya benturan gelembung fluida dengan permukaan logam
sehingga berakibat luka terhadap permukaan logam tersebut)3. Fretting corrosion (akibat gesekan antara logam dengan logam dan berakibat suhu logam
naik dan tergerus sesama logam)
Korosi kavitasi dijelaskan dalam beberapa langkah berikut
ü Bentuk kavitasi bubble pada perlindungan film
ü Pecahnya bubble dan kerusakan film
ü Kerusakan permukaan metal dan perubahan bentuk film
ü Bentuk kavitasi bubble yang baru satu titik
Fretting Corrosion akan terjadi jika :
ü Interface harus dalam kondisi pembebanan
ü Getaran atau gerakan relatif yang berulang diantara dua permukaan harus terjadi
ü Beban dan getaran aktif dari interface harus mampu menghasilkan slip atau deformasi pada permukaannya
Mekanisme terjadi fretting corrosion
Teori wear oxydation, berdasarkan pada pengelasan dingin atau fusi yang terjadi pada interface permukaan metal yang mengalami tekanan, dan selama gerakan relatif titik kontaknya terputus dan fragmen dari metalnya berpindah. Fragmen ini menyebabkan terjadinya oksidasi
Teori Oxydation water, berdasarkan bahwa banyak permukaan metal yang dilindiungi dari oksidasi atmosfir oleh suatu lapisan tipis oksida yang ada pada metal tersebut. Ketika metal mengalami kontak dibawah pembebanan dan gerakan relatif yang berulang, lapisan oksida terputus pada titik yang tinggi dan menghasilkan oksida debris
Pencegahan
ü Pelumasan dengan oli atau gemuk berviskositas rendah
ü Menaikkan harga kekerasan dari salah satu atau kedua material yang bersinggungan
ü Menaikkan gesekan antara material – material yang dipasangkan dengan memperkasar permukaan
ü Menggunakan gasket untuk meredam getaran dan memindahkan oksigen pada permukaan bantal
ü Menaikkan beban untuk mengurangi slip antara pasangan – pasangan material
ü Menurunkan beban pada permukaan bantalan
ü Naikkan kecepatan relatif antara bagian – bagian untuk mengurangi serangan korosi
http://mcnugraha.wordpress.com/2011/05/02/jenis-jenis-korosi-2/
Fluoridation Air Minum dan Korosi Pipa dalam Sistem Distribusi Kekhawatiran bahwa menggunakan aditif fluorosilicate untuk fluoridate air minum menyebabkan air pipa sistem untuk menimbulkan korosi tidak didukung oleh ilmu pengetahuan. Pada tingkat yang direkomendasikan oleh US Public Health Service untuk fluoridasi persediaan air publik (0,7 sampai 1,2 mg / L, atau bagian per juta), ion fluoride memiliki pengaruh kecil di kedua korosi atau pada jumlah logam berkarat dilepaskan ke dalam air . Fluorosilikat berkontribusi terhadap stabilitas air yang lebih baik dengan kurang potensial untuk korosi, karena silika menstabilkan permukaan pipa.
Penyebab korosi pada pipa sistem air
Pipa yang digunakan untuk mendistribusikan air minum yang terbuat dari plastik logam, beton, atau (misalnya, baja, baja galvanis, besi ulet, tembaga, atau aluminium). Pipa plastik dan beton cenderung tahan terhadap korosi. Logam pipa korosi merupakan proses yang berkesinambungan dan variabel pelepasan ion dari pipa ke dalam air. Dalam kondisi lingkungan tertentu, pipa logam dapat menjadi terkorosi berdasarkan sifat dari pipa, tanah di sekitar pipa, sifat air, dan arus listrik liar. Ketika logam pipa korosi terjadi, itu adalah hasil dari elektrokimia pertukaran elektron akibat sifat galvanik perbedaan antara logam, pengaruh ionik solusi, penyangga air, atau pH larutan.
Untuk korosi pipa air logam terjadi, sebuah sel elektrokimia harus hadir. Sebuah sel elektrokimia dapat dianggap sebagai baterai, dengan arus listrik antara potensi positif (anoda) dan potensi negatif (katoda). Potensi listrik korosif yang biasanya dibuat oleh perbedaan dalam jenis bahan kimia dalam tanah atau permukaan pipa logam.
Galvanic sifat antara logam berbeda
Semua logam memiliki sifat yang sedikit berbeda, dan perbedaan galvanik adalah kecenderungan satu logam untuk melepaskan elektron pada logam lain. Seri galvanik logam adalah hirarki yang logam akan melepaskan elektron mereka ke logam lain. Logam yang lebih rendah dalam seri galvanik lebih bermuatan negatif akan mengorbankan elektron mereka ke logam yang lebih tinggi dalam seri. Sebuah contoh bahwa banyak orang yang akrab dengan seng adalah menggembleng baja, di mana lapisan permukaan seng melindungi baja dari karat. Interaksi galvanik logam yang berbeda memiliki peran yang signifikan dalam pipa korosi, karena logam komersial banyak paduan berbagai logam. Oleh karena itu, permukaan interior atau eksterior pipa dapat memberikan lokasi untuk sel elektrokimia yang dapat memulai proses korosi pipa.
Pengaruh ion pengotor pada korosi
Aditif kimia ditambahkan ke dalam air selama proses pengolahan air. Lebih dari 40 bahan kimia tambahan dapat digunakan untuk mengolah air minum. Banyak dari aditif yang umum digunakan adalah asam, seperti klorida dan aluminium sulfat, yang ditambahkan untuk menghilangkan kekeruhan dan partikel lainnya. Disinfektan klorin Berbagai, juga bertindak sebagai asam dan memiliki potensi untuk mengurangi pH, alkalinitas, dan intensitas penyangga. Aditif ini air asam pengobatan dapat mengganggu perlindungan korosi. Jumlah dari masing-masing aditif lain yang digunakan dalam pengolahan air biasanya adalah 5 sampai 10 kali jumlah aditif fluoride untuk fluoridasi air minum, sehingga efek potensial mereka pada faktor-faktor yang mempengaruhi korosi air secara proporsional lebih besar.
Ion fluoride berinteraksi lemah dengan logam biasa dalam bahan pipa dan American Air Pekerjaan Association Research Foundation telah melaporkan bahwa ion fluoride berkontribusi terhadap korosi pada tingkat yang sama seperti pada klorida konsentrasi yang sama dan ion sulfat. Sebagian besar interaksi fluoride akan membentuk endapan yang akan dimasukkan ke dalam skala pipa (deposito di bagian dalam pipa yang sebagian besar kalsium) atau dihapus oleh sistem pembilasan rutin. Oleh karena itu, pengaruh korosif dari fluoride dalam air minum tidak signifikan dibandingkan dengan pengaruh ion lainnya. (Korosi Internal Sistem Distribusi Air, 2nd Edition, Amerika Water Works Association Research Foundation, 1996).
Timbal dan tembaga dalam air minum
Timbal dan tembaga jarang terdeteksi dalam pasokan air minum yang paling. Namun, logam ini menjadi perhatian bagi konsumen. Karena perlengkapan rumah tangga pipa beberapa mungkin mengandung timbal atau tembaga, air korosif mungkin leach (pick up) timbal dan tembaga dari pipa pipa rumah tangga setelah memasuki rumah. Ini adalah masalah besar untuk rumah-rumah tua (yaitu, rumah yang dibangun sebelum 1981, jika sistem pipa belum diganti) dibandingkan rumah baru. Alasan paling umum untuk utilitas air untuk menambahkan inhibitor korosi untuk menghindari korosi timbal dan tembaga dengan rumah-rumah tua, dan alasan yang paling umum kedua adalah untuk meminimalkan korosi pada pipa dalam sistem distribusi.
Ketika air secara alami korosif, zat banyak memiliki kecenderungan untuk larut dalam air. Karena kecenderungan ini, US Environmental Protection Agency (EPA) telah mengeluarkan Peraturan Lead dan Tembaga yang mengharuskan semua sistem air untuk secara berkala memantau sejumlah set sampel untuk kadar timbal dan tembaga di lokasi yang berbeda. Hal ini didasarkan pada ukuran populasi dan tes sebelumnya timbal dan kadar tembaga. Jika persentase tertentu dari sampel melebihi "tingkat tindakan," sistem utilitas harus mengambil tindakan korektif untuk mengendalikan potensi korosi dalam sistem air. Hal ini sering melibatkan penambahan inhibitor korosi.
Air sifat mempengaruhi korosi
Faktor air Banyak kualitas mempengaruhi korosi pada pipa yang digunakan dalam distribusi air, termasuk kimia dan karakteristik air (misalnya, pH, alkalinitas, biologi), garam dan bahan kimia yang terlarut dalam air, dan sifat fisik air (misalnya , suhu, gas, partikel padat). Kecenderungan air menjadi korosif dikendalikan terutama oleh memantau atau mengatur pH, intensitas buffer, alkalinitas, dan konsentrasi kalsium, magnesium, fosfat, dan silikat dalam air. Tindakan oleh sistem air untuk mengatasi faktor-faktor ini dapat menyebabkan korosi berkurang dengan mengurangi potensi untuk permukaan logam berada di bawah pengaruh potensial elektrokimia.
Waters berbeda dalam perlawanan mereka terhadap perubahan kimia mereka. Semua air mengandung logam divalen seperti kalsium dan magnesium yang menyebabkan air memiliki sifat dicirikan sebagai kekerasan dan kelembutan. Jika air adalah "keras," itu kecil kemungkinannya untuk logam "resapan" dari pipa pipa tetapi sering meninggalkan deposit di bagian dalam pipa, sedangkan jika air adalah "lunak" kurang memiliki kecenderungan untuk meninggalkan deposito pada bagian dalam pipa. Jika air yang lembut, maka ia memiliki kekerasan yang rendah. Beberapa orang di masyarakat dengan air keras akan menggunakan pelunak air. Sistem air menyesuaikan kekerasan dan kelembutan air karena kecenderungan dan juga untuk pertimbangan rasa.
Alkalinitas merupakan karakteristik air yang berhubungan dengan kekerasan. Waters dengan kekerasan yang rendah, atau alkalinitas (kurang dari 50 mg / L sebagai kalsium karbonat), lebih rentan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi korosi, sistem tersebut biasanya akan menggunakan aditif yang dapat mencegah korosi (inhibitor korosi) untuk mematuhi peraturan federal dan negara bagian.
Korosi inhibitor
Kimia aditif yang digunakan untuk pengendalian korosi termasuk fosfat, silikat, dan mereka mempengaruhi keseimbangan sistem karbonat (jumlah karbonat dalam sistem), seperti kalsium hidroksida, natrium hidroksida, natrium bikarbonat, dan natrium karbonat. Inhibitor korosi biasanya digunakan untuk mengatasi pengaruh korosi aditif pengolahan air asam. Bentuk yang paling umum dari fluoride untuk sekitar 92% dari air minum yang mengandung fluoride adalah fluorosilikat, baik sebagai asam atau natrium fluorosilicic fluorosilicate.
Menggunakan fluorosilikat untuk fluoridate air minum menambahkan silika, inhibitor korosi, ke air dan meningkatkan silikat tersedia untuk menstabilkan permukaan pipa, yang berkontribusi terhadap korosi berkurang.
Banyak zat dengan fluorida memiliki kelarutan yang rendah dalam air
Aditif fluoridasi air yang digunakan untuk meningkatkan kandungan fluoride air secara hati-hati dipilih untuk kelarutan menguntungkan mereka dalam air. Logam divalen Banyak atau zat logam berat yang memiliki hubungan dengan ion fluorida memiliki kelarutan miskin. Ini termasuk kalsium dan magnesium kation, serta banyak dari ion logam berat seperti nikel dan timah. Sebagai pH air meningkat ke tingkat dasar, senyawa ini akan mengendap keluar dari air dan dimasukkan ke dalam skala kalsium karbonat-yang akan terbentuk pada permukaan pipa.
Lembut perairan dengan buffering yang rendah
Sebuah kasus khusus ketika ada sumber air adalah air tanah yang tinggi-kemurnian dengan buffering alam kecil. Buffering adalah kemampuan air untuk melawan perubahan pH ketika asam atau basa yang ditambahkan ke dalamnya. Penyangga alami rendah tidak khas untuk sistem air masyarakat. Dalam kasus tersebut, menambahkan aditif kimia asam, seperti asam fluorosilicic atau natrium fluorosilicate, berpotensi mengakibatkan sedikit peningkatan dalam korosi karena pengaruh aditif asam. Namun, keasaman ditambahkan oleh aditif fluoride tersebut akan kurang dari keasaman diperkenalkan dari disinfektan klorin. Setiap perubahan dalam sifat air biasanya ditangani dengan menambahkan inhibitor korosi atau menyesuaikan pH. Ini akan menjadi praktek standar sistem air, karena sistem air secara teratur memonitor kepatuhan dengan Timbal USEPA dan Peraturan Tembaga dan mengambil tindakan korektif, terutama jika tingkat tindakan pengaturan untuk timbal dan tembaga sedang didekati.
Sumber daya tambahan
Urbansky ET, Schock MR. Dapatkah fluoridation mempengaruhi timbal (II) dalam air minum? . hexafluorosilicate dan equalibria fluoride dalam larutan berair International Journal Environmental Studies 2000; 57:597-637.
Publikasi berikut memberikan informasi lebih lanjut tentang korosi pada pipa air dan dapat dibeli dari American Air Pekerjaan Association . *
Korosi internal Sistem Distribusi Air, 2nd Edition No 90508. Peabody Pengendalian Korosi Pipeline, 2nd Edition, No 20.487. Eksternal Korosi-Pengantar Kimia dan Pengendalian (M27), 1st Edition No 30.027.
* Link ke non-Federal organisasi disediakan hanya sebagai layanan kepada pengguna kami. Links tidak merupakan suatu dukungan dari setiap organisasi oleh CDC atau Pemerintah Federal, dan tidak harus disimpulkan. CDC tidak bertanggung jawab atas isi dari halaman web organisasi individu yang ditemukan di link ini.
Halaman terakhir dibahas: 24 Agustus 2009 Halaman terakhir diperbarui: 24 Agustus 2009 Sumber Isi: Divisi Kesehatan Oral , Pusat Nasional untuk Pencegahan Penyakit Kronis dan Promosi Kesehatan .
Pencegahan Korosi
Dengan dasar pengetahuan tentang elektrokimia proses korosi yang dapat menjelaskan
mekanisme dari korosi, dapat dilakukan usaha-usaha untuk pencegahan terbentuknya korosi.
Banyak cara sudah ditemukan untuk pencegahan terjadinya korosi diantaranya adalah dengan
cara proteksi katodik, coating, pembalutan dan penggunaan chemical inhibitor.
Proteksi Katiodik
Untuk mencegah terjadinya proses korosi atau setidak-tidaknya untuk memperlambat
proses korosi tersebut, maka dipasanglah suatu anoda buatan di luar logam yang akan diproteksi.
Daerah anoda adalah suatu bagian logam yang kehilangan elektron. Ion positifnya meninggalkan
logam tersebut dan masuk ke dalam larutan yang ada sehingga logaml tersebut berkarat. Terlihat
disini karena perbedaan potensial maka arus elektron akan mengalir dari anoda yang dipasang
dan akan menahan melawan arus elektron dari logam yang didekatnya, sehingga logam tersebut
berubah menjadi daerah katoda. Inilah yang disebut Cathodic Protection. Dalam hal diatas
elektron disuplai kepada logam yang diproteksi oleh anoda buatan sehingga elektron yang hilang
dari daerah anoda tersebut selalu diganti, sehingga akan mengurangi proses korosi dari logam
yang diproteksi. Anoda buatan tersebut ditanam dalam suatu elektrolit yang sama (dalam hal ini
tanah lembab) dengan logam (dalam hal ini pipa) yang akan diprotekasi dan antara dan pipa
dihubungkan dengan kabel yang sesuai agar proses listrik diantara anoda dan pipa tersebut dapat
mengalir terus menerus.
Coating
Cara ini sering dilakukan dengan melapisi logam (coating) dengan suatu bahan agar
logam tersebut terhindar dari korosi.
Pelapisan dengan semen (concrete coating)
Pelapisan ini digunakan pada pipa yang akan dipasang pada daerah air laut, dimana
ketebalan semen diharapkan akan dapat menghindarkan kontaminasi secara langsung antara air
laut dengan permukaan pipa dan juga selain itu lapisan semen ini juga digunakan sebagai
pemberat pipa yang akan diletakkan didasar laut sehingga tidak memerlukan lagi pemberat.
Namun kelemahan dari pelapisan semen pada jaringan pipa dasar laut adalah sulit sekali untuk
melakukan pemeliharaan atau melakukan inspeksi dengan peralatan yang sederhana, hal ini
disebabkan jaringan pipa tersebut sudah tertutup Lumpur didasar laut. Untuk keperluan
pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan intelegent pig yang dimasukkan dalam jaringan
pipa dan didorong oleh fluida yang mengalir pada jaringan pipa tersebut. Dengan pekerjaan yang
relatif sederhana intelegent pig dapat memberikan informasi tentang cacat yang ada pada jalur
pipa transportasi cukup akurat, baik jenis cacatnya maupun lokasi dimana cacat itu berada.
Sehingga sangat memudahkan bagi kita untuk memperbaikinya.
Pengecatan (Painting)
Pengecatan untuk subsea pipeline hanya mungkin dilakukan pada awal instalasi,
sehingga untuk pipa yang terendam air pemeliharaan dengan cara pengecatan tidak mungkin dan
tidak dilakukan. Pemeliharaan dengan pengecatan dilakukan untuk instalasi pipa yang berada
pada bagian permukaan.
Dalam pengecatan perlu diperhatikan penggunaan cat yang sesuai dengan standart dan
ketebalan cat perlu diperhatikan, yaitu ketebalan antara primer coat, intermediate coat dan top
coat. Sebelum pipa dicat harus dilakukan sandblasting terlebih dahulu, untuk memastikan bahwa
tidak ada air atau kotoran yang dapat menyebabkan korosi setelah dilakukan pengecatan. Untuk
subsea pipeline cara ini tidak dilakukan karena umur cat yang terbatas, sehingga untuk subsea
pipeline cara yang sering digunakan yaitu dengan cara pelapisan dengan meggunakan semen atau
aspal.
Pemakaian Bahan-Bahan Kimia (Chemical Inhibitor)
Untuk memperlambat reaksi korosi digunakan bahan kimia yang disebut inhibitor
corrosion yang bekerja dengan cara membentuk lapisan pelindung pada permukaan metal.
Lapisan molekul pertama yang tebentuk mempunyai ikatan yang sangat kuat yang disebut
chemis option. Corrosion inhibitor umumnya berbentuk fluid atau cairan yang diinjeksikan pada
production line. Karena inhibitor tersebut merupakan masalah yang penting dalam menangani
kororsi maka perlu dilakukan pemilihan inhibitor yang sesuai dengan kondisinya. Material
corrosion inhibitor terbagi 2, yaitu :
a. Organik Inhibitor
Inhibitor yang diperoleh dari hewan dan tumbuhan yang mengandung unsur
karbon dalam senyawanya. Material dasar dari organik inhibitor antara lain:
Turunan asam lemak alifatik, yaitu: monoamine, diamine, amida, asetat, oleat, senyawa-senyawa
amfoter.
b. Inorganik Inhibitor
Inhibitor yang diperoleh dari mineral-mineral yang tidak mengandung unsur
karbon dalam senyawanya. Material dasar dari inorganik inhibitor antara lain kromat, nitrit,
silikat, dan pospat.
PENGUJIAN KOROSI
PENDAHULUAN
Pemilihan material konstruksi logam atau material untuk penanggulangan korosi secara cermat dan
tepat dimaksudkan untuk menghemat biaya pemeliharaan dan meningkatkan umur pelayanan
konstruksi logam. Disamping itu juga untuk menghindari kerugian materi melalui penghentian
sementara produktifitas atau kerusakan pradini karena proses korosi dari material konstruksi logam
tersebut.
Banyak jenis / produk dari material logam dan material untuk penanggulangan korosi dipasaran yang
mana pengujian untuk mengetahui / memahami spesifikasi yang dimiliki dari masing-masing material
tersebut, agaaar supaya kita akan mampu meramalkan pelayanan atau mungkin dapat memperbaiki
spesifikasinya untuk penggunaan dalam kondisi tertentu. Oleh karena itu pengujian korosi adal;ah
sangat penting bagi mereka yang berkecimpung khususnya dalam bidang corrosion engineering,
produksi dan pemakaian material-material tersebut yang lebih mahal dari yang sebenarnya.
Spesifikasi material-material dari produsen dapat digunakan sebagai pedoman awal bagi kita dalam
pemilihan material-material tersebut. Akan tetapi sebaiknya kita tidak begitu saja menerima spesifikasi
material yang telah dikeluarkan oleh produsen, kita perlu terlebih dahulu mengevaluasi spesifikasi
tersebut melalui pengujian sendiri bedasarkan standar yang telah diakui (seperti ASTM, NACE, JIS, DIN,
dan sebagainya ) atau melalui instansi independent yang terkait, sebelum material-material tersebut
diterima sebagai produk standar. Jadi pengujian korosi merupakan cara untuk menyakinkan kita bahwa
material-material yang kita buat atau beli benar-benar memiliki kemampuan seperti yang diharapkan.
RUANG LINGKUP PENGUJIAN KOROSI
Pada umumnya pengujian korosi dilakukan dengan suatu tujuan yang spesifik. Perencanaan dan
pelaksanaan yang baik biasanya akan mendapatkan hasil yang “reproducible” dan “reliability”, kedua
faktor ini sangat penting dalam pengujian korosi. Pengujian korosi dan aplikasi dari hasilnya dianggap
menjadi aspek yang sangat penting dalam corrosion engineering. Banyak pengujian korosi dilakukan
untuk pemilihan material / konstruksi peralatan dalam proses industri. Oleh karena itu pengujian
duplikasi serupa mungkin dengan kondisi pelayanan pabrik yang sebenarnya adalah sangat penting.
Karena banyak jenis dari material logam dan material untuk penanggulangan korosi serta aplikasinya
sehingga ruang lingkup pengujian korosi sangat luas dan bervariasi, maka tidaklah mungkin untuk
membahas semua tahap pengujian. Oleh karena itu ruang lingkupnya hanya akan dibatasi pada prinsip-
prinsip pengujian korosi yang umum dilakukan terhadap material-material logam dan material-material
untuk penanggulangan korosi. Pengujian korosi ada yang sangat sederhana yang mana pengujiannya
dapat diselesaikan dalam waktu yang relatip singkat dan juga ada yang komplek, yang mana
memerlukan pekerjaan gabungan dari beberapa peneliti serta data penunjang lainnya yang diperlukan
sehingga untuk menyelesaikan pengujian tersebut membutuhkan waktu yang relatip cukup lama.
KLASIFIKASI PENGUJIAN KOROSI
Pengujian korosi dibagi menjadi 4 jenis klasifikasi :
1. Pengujian laboratorium
2. Pengujian pilot plant
3. Pengujian pelayanan pabrik yang sebenarnya
4. Pengujian lapangan
Klasifikasi 3 dan 4 dapat digabungkan, tetapi untuk menghindari keracunan dalam termologi, maka perlu
dilakukan perbedaan sebagai berikut :
Klasifikasi 3 melibatkan pengujian spesimen dalam pelayanan pabrik yang sebenarnya, sedangkan
klasifikasi 4 melibatkan pengujian lapangan yang didisain untuk memperoleh informasi secara umum.
Misalnya pengujian lapangan melalui pengeksposan atmosferik dari sejumlah besar benda uji dalam rak
pada satu atau lebih lokasi geografis dan pengujian lain dalam tanah atau air laut.
Pengujian laboratorium
Pengujian laboratorium dilakukan dengan menggunakan zat-zat kimia murni, yang terbaik dengan
lingkungan atau larutan dari pabrik yang sebenarnya dan waktu pengujiannya relatip singkat. Kondisi
pengujian dapat disimulasikan dan dikontrol dengan teliti sesuai dengan aplikasinya. Setiap pengujian
harus reproducible dalam pengujian-pengujian ulang dengan waktu yang tetep. Hal ini adalah penting
terutama bila digunakan metoda baru atau bila bahan baru / bahan rakitan perlu dievaluasi. Bila
“reproducibility” dapat diperoleh, maka data yang berbeda merupakan refleksi dari perbedaan dalam
ketahanan korosi dari bahan-bahan yang diuji. Pengujian laboratorium biasanya dilakukan dengan
menggunakan benda uji kecil serta bentuk dan ukurannya yang spesifik. Benda-benda uji seperti ini
relatip murah dan mudah dibuat ulang.
Benda uji rakitan dapat juga diuji di laboratorium, hal ini biasanya dilakukan secara terbatas untuk
mengetahui korelasi antara pengujian-pengujian dengan benda uji kecil dan benda rakitan tersebut.
Pengujian laboratorium bertujuan untuk menilai sifat-sifat korosi logam dan akan memberikan indikasi
dini apa yang akan terjadi sebenarnya dalam praktek. Waktu yang diperlukan untuk suatu indikasi
tergantung tujuan dan sifat pengujian.
Pengujian pilot plant
Pengujian ini dilakukan dalam pabrik skala kecil yang pada dasarnya duplikasi dari operasi skala besar.
Bahan baku , konsentrasi larutan, temperatur, kecepatan yang sebenarnya dan volume cairan untuk
kontak dengan area / logam dilibatkan.
Pengujian pilot plant memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjamin hasil yang baik. Benda-benda
uji dapat diekspos dalam pilot plant dan peralatan-peralatan itu sendiri dapat dipelajari dari segi korosi.
Salah satu kerugian yang mungkin adalah bahwa kondisi operasi sangat bervariasi dalam usaha untuk
mencari kondisi yang optimum. Oleh karena itu pencatatatan dan penyimpanan seluruh data harus
dilakukan dengan teliti dan baik selama proses pilot plant beroperasi. Pengujian pilot plant untuk
memperoleh beberapa data korosi dibawah kondisi operasi.
Pengujian pabrik
Pengujian pabrik dilakukan melalui pengeksposan benda uji atau pemantauan konstruksi / peralatan
pada pabrik yang sedang operasi. Pengujian ini adalah penting untuk mengevaluasi material yang lebih
baik dan lebih ekonomis atau dalam menyelidiki perilaku korosi dari material yang ada selama kondisi
proses dan akan memberikan dasar yang logis untuk pembangunan pabrik produksi yang selanjutnya.
Pengujian pabrik akan memberikan informasi yang lebih dekat pada penggunaan akahir yang
sebenarnya dan waktu yang diperlukan untuk mencapai sasarannya relatip cukup lama.
TUJUAN PENGUJIAN
Pengujian korosi juga dapat dibagi menurut tujuannya, tujuan –tujuan ini tergantung pada masing-
masing ruang lingkup kerjanya yang meliputi :
Penelitian dasar
Dengan berkembangnya teknologi dan tuntutan kebutuhan material logam dan material untuk
penanggulangan korosi, maka para ahli terus mencoba melakukan penelitian dasar untuk
mengetahui/menentukan bagaimana dan mengapa suatu bentuk khusud dari korosi terjadi. Sasaran dari
penelitian dasar tidak perlu terikat pada suatu produk atau penggunaan khusus. Pengujin- pengijian
pada penelitian dasar kebanyakan dilakukan dalam suatu laboratorium dengan menggunakan benda-
benda uji kecil dan teknik khusus yang disesuaikan penelitian.
Pengembangan bahan atau produk
Dikarenakan ada banyak persaingan dari produk tertentu serta aplikasinya, maka setiap produsen terus
mencoba melakukan penelitian untuk menemukan atau memodifikasi produk- produk baru yang lebih
spesifik dapat berprestasi baik dengan harga yang lebih murah, efisien, awet dan aman dari pada
produk- produk yang sekarang digunakan. Informasi yang diperoleh dapat membantu dalam pemilihan
material akan di uji untuk aplikasi spesifik. Penyertaan pengujian pada material lain yang telah diketahui
untuk penggunaan komersil dalam lingkungan tertentu akan bermanfaat sebagai pembanding. Sasaran
pengujian pada pengembangan produk baru terikat langsung yang berhubungan dengan aplikasinya.
Dalam hal material baru, data yang diperroleh dari hasil pengujian akan memberikan informasi
mengenai aplikasi yang mungkin.
Pemilihan material
Langkah peretama yang perlu diperhatikan sebelum mendisain konstruksi jembatan, pabrik, automobil
dan sebagainya, kita harus dapat mentukan material- material mana yang sebaikya digunakan dari
sekian banyak jenis material yang ada. Oleh karena itu pemilihan maerial merupakan faktor yang sangat
menentukan dalam keberhasilan suatu konstruksi cara yang terbaik dalam pemilihan material disamping
berpedoman pada spesifikasi dari produsen, kita perlu jugamelakukan evaluasi dari spesifikasinya
melalui pengujuan- pengujian, sehingga kita dapat mrnentukan material secara tepat yang diinginkan .
Salah satu yang hrus dipertimbangkan juga dalam pemilihan material adalah kecocokan dari material-
material berbeda jenis, yang akan dihubungkan secara langsung dalam suatu konstruksi.
Pengujian-,pengujian untuk pemilihan material harus dilakukan sesuai yang berhubungan dengan
penggunaan akhir dari material itu sendiri dan waktunya harus relatip tidak lama sehingga tidak
menggangu perencanaan konstruksi.
Kontrol kualitas
Pada umumnya kontrol kwalitas merupakan pengujian rutin bagi produsen untuk memeriksa kwalitas
baru sejumlah produk yang dianggar dapat mewakili dari variasi-variasi prodiksi. Pengujuan ini bisa tidak
berhubungan langsung dengan pelayanan yang diharapkan tapi kadang- kadang dihubungkan dalam
spesifikasi sebagai pengujuan pendukung. Kontrol kwalitas juga diperlukan bagi pemakai setelah
melakukan pemilihan material, untuk mengetahui apakah kwalita dari marial yang telah diproduksi sama
seperti yang dispesifikasikan. Dalam beberapa hal pengujian periodic diperlukan untuk menentukan
perubahan dalam agresivitas dari lingkungan dikarenakan perubahan operasi temperature, proses
bahan baku, konsentrasi larutatan atau perubahan lainnya yang sering di anggap remeh dari segi korosi
oleh personil operasi.
Pengujian korosi untuk kualitas merupakan cara untuk menyakinkan kita bahwa material yang dibuat/
dibeli / dipilih benar-benar memiliki kualitas yang sama dan memenuhi spesifikasi yang seperti
diharapkan. Pengujian kontrol kualitas dilakukan dalam laboratorium dan waktunya harus relatif cepat
untuk menghindari penundaan pengiriman / pelaksanaan.
Pemeliharaa
Pengujian korosi adalah penting dalam pemeliharaaan konstruksi dan peralataan yang sedang / masih
dalam operasi. Pengujian secara periodic dalam pemeliharaan bisa menentukan apakah konstruksi /
peralatan tersebut masih memenuhi persyaratan disain dan pengujiannya dapat dilakukan di
laboratorium melalui pemotongan spesimen atau dilapangan melalui pengeksposan benda uji /
pemantauan konstruksi atau peralatan tersebut pada kondisi operasi. Pengujian ini juga menghasilkan
informasi praktis untuk pemilihan material yang mungkin dapat diaplikasikan pada konstruksi yang akan
datang.
Analisa kerusakan
Analisa kerusakan juga merupakan bagian dari pengujian korosi. Kerusakan-kerusakan yang terjadi
apakah disebabkan darri kesalahan-kesalahan seperti disain, aplikasi, kondisi operasi, lingkungan atau
juga disebabkan metoda dan material yang kurang sesuai dengan fungsinya.
Analisa kerusakan dilakukan pada baagian yang gagal melalui pemeriksaan kerusakan tersebut dan
pengujian-pengujian untuk menentukan penyebabnya atau mungkin juga cara penanggulangannya.
Prosedur pemeriksaan kerusakan pada bagian yang gagal biasanya melibatkan :
- pengamatan secara visual / mikroskopik / makroskopik.
- analisa komposisi kimia ; metal, produk korosi dan bahan-bahan asing lainnya.
- kronologis dari material logam tersebut dan kondisi operasinya kadang-
kadang diperlukan.
Teknik trouble- shooting ini adalah penting karena akan mendapatkan informasi mengenai penampilan
dari suatu material pada kondisi operasi yang sebenarnya.
PENGADAAN BAHAN UJI
Tahap pertama yang harus dilakukan dalam pengujian korosi adalah pengadaan bahan uji. Dalam
beberapa hal, seperti pada pengujian untuk control kualitas ataau analisa kerusakan, jenis dan jumlah
bahan yang akan diuji harus ditentukan terlebih dahulu. Dalam hal lainnya, kebebasan memilih bahan uji
lebih luas. Untuk menghindari keraguan dan meningkatkan kepercayaan dari pengujian, sebagian besar
laboratorium, perusahaan menyimpan persediaan material untuk keperluan pengujian korosi. Material-
material logam atau paduan komersial yang diperlukan untuk pengujian, sebaiknya diperoleh dari pabrik
yang mewakili produksi dalam jumlah yang cukup besar da benda-benda uji dibuat dari material-
material tersebut. Persediaan bahan dan benda uji segera diidentifikasi dengan nomor referensi.
Kronologis pabrikasi material uji yang mencakup tahapan pabrikasi bersamaan dengan analisa komposisi
logam yang tepat diperlukan; paling tidak, material-material harus sebagai mana adanya dalam batas
komposisi yang dispesifikasikan dan memenjuhi persyaratan kekuatan / kekerasan yang dijamin melalui
proses “tempering”. Pemeriksaan mikroskopik juga mungkin diperlukan untuk menjamin bahwa
material ada dalam kondisi metalurgis yang cocok. Informasi-informasi dasar tersebut dapat
menghindarkan kemungkinan-kemungkinan kesalahan dan evaluasi sebagai akibat komposisi yang salah
atau proses “tempering” yang tidak cocok.
Jika informasi yang lengkap pada material-material non standar tidak diketahui, data yang diperoleh
dalam praktek kemungkinan tidak bermanfaat. Hal ini mungkin secara praktis tidak ekonomis untuk
merakit dan menggunakan logam non standar dalam peralatan produksi. Dalam menghadapi hal
semacam ini, sebelum mengedarkan ke pasaran, harus dilakukan evaluasi beberapa kali menggunakan
benda-benda uji dari sejumlah material yang cukup besar yang dianggap mewakili dari variasi produksi.
Evaluasi dari beberapa kelompok produksi diperlukan, karena sering terjadi bahwa hasil-hasil pengujian
dari satu kelompok produksi material tidak reproducible pda kelompok produksi material lainnya.
Pertimbangan lainnya yang perlu diperhatikan adalah bentuk logam yang akan diuji. Logam dan paduan
yang tersedia dalam bentuk tempa dan cetakan, kedua bentuk ini tidak dapat dipertukarkan dalam
pengujian. Bermacam cara pencetakan (seperti dies casting, permanent mold dan sand mold) dan
pengerjaan (seperti drawing, extruding, forging dan rolling) akan mempengaruhi struktur butiran dan
homogenitas yang mana akan mempengaruhi juga terhadap daya tahan korosi. Logam yang disediakan
untuk pengujian sedapat mungkin harus mirip dengan tipe yang akan digunakan dalam produk akhir.
Dalam tipe tertentu dari pengujian korosi, seperti pengujian terhadap kecocokan dengan larutan-larutan
zat kimia atau evaluasi terhadap lapisan protektif, pertimbangan struktur butiran mungkin tidak kritis.
Dalam hal demikian, batangan logam hasil dari pencetakan atau lembaran logam hasil pengerolan
sangat umum digunakan untuk pengujian karena mudah diperoleh dan dipabrikasi menjadi benda uji.
Jika konstrruksi / peralatan terbuat dari hasil bahan cetakan, benda uji yang diperlukan untuk pengujian
harus dari bahan cetakan tersebut. Demikian halnya bila konstruksi / peralatan terbuat dari hasil bahan
tempaam atau bahan pengerolan, benda uji dari bahan hasil pengerolan harus digunakan. Hal-hal yang
perlu diperhatikan bilamana menggunakan benda uji dari hasil pengerolan adalah perbandingan antara
area yang di rol dengan area pinggiran hasil dari pemotongan harus besar. Dari hasil eksperimen telah
menunjukkan bahwa bagian pinggir dari hasil pemotongan bisa terkorosi dua kali lebih cepat
dibandingkan dengan permukaan yang di rol. Hal ini akan mengakibatkan kesalahan dalam evaluasi.
PEMBUATAN BENDA UJI
Setelah terpilih dan tersedianya bahan uji, tahap berikutnya adalah pembuatan benda uji,
pertimbangan-pertimbangan berikut yang perlu diperhatikan :
Ukuran dan bentuk benda uji
Ukuran dan bentuk benda uji sangat bervariasi, dan akan terbatas dengan bahan yang akan diuji dan
lingkungan uji, disamping itu juga harus disesuaikan dengan jenis dan metode pengujian.
Kecocokan terhadap metoda evaluasi
Jenis benda uji yang digunakan harus mudah dievaluasi. Jika beberapa karakteristik akan dievaluasi,
mungkin diperlukan lebih dari satu jenis benda uji.
Pemeriksaan visual
Pemeriksaan visual benda uji harus dilakukan dalam semua pengujian korosi. Bila penampilan dari
produk akhir adalah penting, seperti untuk dekoratif atau aplikasi arsitek, maka permukaan yang cukup
luas harus digunakan untuk memungkinkan penilaian yang dapat dipertanggung jawabkan, seandainya
korosi tidak merata. Benda uji yang relatip kecil dapat memberikan penilaian yang keliru.
Kedalaman serangan korosi
Benda uji yang digunakan untuk mengevaluasi korosi melalui pengukuran kedalaman serangan korosi
harus cukup tebal sehingga benda uji tersebut tidak dilubangi oleh korosi. Selain dari pertimbangan
ketebalan benda uji, tidak ada ukuran atau bentuk khusus yang diperlukan tetapi ukuran dan luas dari
benda uji akan menentukan jumlah lingkungan uji yang diperlukan (setiap 1 cm2 luas permukaan benda
uji yang diuji membutuhkan larutan uji sebanyak 40 cm3 ASTM G-7 ). Disamping itu, benda uji harus
cukup besar atau jumlah yang cukup dari benda-benda uji kecil harus diekspos untuk memasukkan
semua penilaian yang penting dari variable metalurgis dan manufacturing.
Pengurangan atau penambahan berat
Pengukuran perubahan berat juga tidak memerlukan suatu ukuran atau bentuk benda uji tertentu tetapi
perbandingan luas dengan volume lingkungan uji ( A/V ) digunakan untuk sensitifitas.Biasanya bentuk
segi empat, digunakan untuk memudahkan pengukuran luas permukaan, yang ikut serta dalam formula
untuk menghitung laju korosi.
Ukuran benda uji yang kecil lebih disukai karena lebih akurat dalam penimbangan dan pengukuran
dimensi, khususnya untuk pengujian dengan waktu yang relatip singkat atau bilamana laju korosinya
rendah. Dalam praktek, penggunaan suatu ukuran dari bentuk yang standar untuk semua benda uji
dalam serangkaian pengujian yang dilakukan, agar supaya luas permukaan yang diekspos sama dan
derajat akurasi yang sama dalam pengukuran dan perhitungan. Benda uji standar yang sering digunakan
dalam standar ASTM adalah 4 x 20 cm dan tebal 1,5 mm.
Penurunan dalam sifat-sifat tensil
Jika pengaruh korosi terhadap penurunan sifat-sifat tensil pada logam / paduannya dievaluasi, prosedur
yang terbaik dengan menggunakan salah satu benda uji dari standar ASTM. Dalam hal ini, benda uji
dapat di preparasi secara lengkap sebelum pengeksposan atau dapat di preparasi di panel yang terkorosi
setelah pengujian korosi berakhir.
Benda uji yang dipreparasi sebelum pengeksposan akan memberikan indikasi dini dari pengaruh korosi,
tetapi indikasi derajat penurunan dalam sifat tensil, khususnya “elongation” biasanya sangat tinggi
dikarenakan dari pengaruh takikan yang dihasilkan oleh korosi pada bagian pinggir benda uji. Penilaian
yang lebih realities dari penurunan kekuatan dan elongation dapat diperoleh melalui preparasi benda uji
dari panel uji yang terkorosi dan dalam cara ini akan menghindari pengaruh korosi pada bagian pinggir.
Pengujan korosi tegang
Pemilihan benda uji untuk pengujian korosi tegang adalah kompleks tetapi terutama tergantung pada
kemampuan untuk menerima dan mempertahanjan tegangan yang besarnya diketahui dan untuk
menerima tegangan ini secara uniform dalam arah metalurgis yang spesifik.
Korositifitas dari lingkungan uji
Faktor kedua yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan pengujian korosi dari suatu benda uji
adalah korositifitas lingkungan uji. Waktu pengujian yang singkat dan benda uji yang tebal diperlukan
bila kondisi pengujian sangat korosif. Sebaliknya, bila kondisi pengujian tidak korosif maka benda uji
yang tipis dan kecil diperlukan.
Kecocokan dengan pengujian lainnya
Faktor-faktor selain dari logam dan lingkungan yang akan dinilai, kita harus yakin bahwa benda uji cocok
dengan tujuan pengujian yang khusus. Misalnya lapis linding cat atau lapis lindung logam akan
dievaluasi, bagian pinggir dan sudut dari benda uji harus ditumpulkan sebelum pelapisan. Lapisan-
lapisan yang tipis pada bagian pinggir / sudut yang tajam dan ini merupakan titik lemah yang tidak
realistic untuk permulaan korosi. Jika proteksi katodik akan dievaluasi, perbandingan ukuran katoda /
anoda dan geometrinya harus diketahui dan dikontrol.
PREPARASI BENDA UJI
Idealnya pemukaan dari benda uji harus identik dengan permukaan peralatan sebenarnya yang akan
digunakan di pabrik. Akan tetapi, ini umumnya tidak mugkin karena permukaan dari logam dan paduan
komersil bervariasi selama diproduksi dan dipabrikasi.
Derajat kerak / jumlah oksidda pada peralatan dan jugaa kondisi darri kontaminasi lainnya pada
permukaan bervariasi. Dikarrenakan situasi ini dan karena penentuan dari ketahanan korosi dari logam /
paduan itu sendiri merupakan kepentingan utama dalam kebanyakan hal, permukaan logam yang bersih
umumnya digunakan. Standar kondisi permukaan diperlukan untuk memudahkan perbandingan dengan
hasil dari yang lainnya. Permukaan akhir yang umum digunakan adalaah dihasilkaan melalui pemolesan
dengan kertas ampelas nomor 120, pemukaan akhir hasil pemolesan dengan kertas ampelas nomor 120
tidak halus dan juga tidak kasar. Sebelum perlakuan, permesinan, penggerindaan atau pemolesan
dengan kertas abrasf yang kasar mungkin diperlukan jika pemukaan benda uji sangat kasar atau
mengandung kerak yang hebat. Semua operasi diatas harus dilakukan sedemikian agar supaaya panas
berlebih akibat operasi dapat dihindarkan. Kertas ampelas yang bersih harus digunakan untuk
menghindari kontaminasi pada permukaan logam, khususnya bilamana logam-logam yang berlainan
jenis akan dipoles. Misalkan kertas ampelas yang digunakan untuk pemolesan baja harus tidak
digunakan untuk pemolesan logam tembaga atau sebaliknya. Partikel-partikel dari salah satu logam akan
menempel dalam permukaan logam yang jenisnya berbeda dan menyebabkan hasil pengujian yang
salah. Permukaan akhir yang lebih halus mungkin diperlikan dalam keadaan tertentu bilamana laju
korosi yang sangat rendah dihaaarapkan. Seringkali benda uji dibuat melalui pemotongan dari pelat
tipis, bagian pinggir harus diraatakan untuk memudahkan pemolesan.
Setelaah preparasi permukaan, benda uji harus diukur dengan teliti untuk menghitung luas
permukannya,karena luas permukaan tercakup dalam formula perhitungan laju korosi dan tegangan.
Setelah pengukuran dimensi, benda uji harus dibersihkan dari lemak /minyak dalam larutan yang sesuai
sepertiaceton, kemudian dikeringkan dan ditimbang. Benda ujui harus segera di ekspos kelingkungan uji
atau disimpan dalam disikator, khususnya jika benda uji tersebut tidak takan korosi terhadap
atmosferik. Pengukuran dimensi dan penimbangan benda uji diperlukan untuk pengujian korosi yang
tertentu.
BENDA UJI REPLIKAT
Sejumlah tertentu dari “data seater” tidak dapat dihindarkan dalam suatu prosedur pengujian dan
jumlahnya tergantung pada :
- keseragaman material yang diuji
- ketelitian dalam preparasi benda uji
- kestabilan kondisi pengujian
Semua faktor ini mempengaruhi ketelitian dalam pengujian korosi. Oleh kaarena itu prosedur pengujian
yang baik akan diperlengkapi beberapa metode “cross comparison” atau “double checking” untuk
mengeliminasi kemungkinan dari kesimpulan yang kurang tepat berdasarkan pada hasil tunggal.
IDENTIFIKASI BENDA UJI
Dalam suatu metode pengujian korosi yang memerlukan banyak benda uji, lokasi atau parameter
pengujian maka identifikasi benda uji adalah sangat penting, terutama sekali bila pengujian tersebut
melibatkan banyak orang atau membutuhkan waktu yang lama. Identifikasi yang baik dilakukan dalam
pengujian korosi melalui penandaan pada benda-benda uji dan pencatatan pada lembar data pengujian,
yang dimaksud untuk menghindari kekeliruan pengambilan data dari hasil pengujian,karena ini secara
langsung dapat menimbulkan masalah untuk mengevaluasi data dan kesimpulan.
Penandaan benda-benda uji yang belainan jenisnya dapat dilakukan dengan memberikan urutan objek
alphabet, sedangkan untuk benda-benda uji yang sama jenisnya dengan menggunakan nomor yang
berurutan atau sebaliknya. Penandaan untuk identifikasi dapat distempel langsung pada benda-bendda
uji atau sebagai alternatif dapat dibubuhkan etiket sedemikian rupa sehingga tidak menggu pengujian
korosi. Cara-cara penandaan yang lainnya dapat digunakan, asalkan tanda-tanda tersebut harus
dipahami oleh kita atau kelompok kerja dan harus berpegang pada prinsup-prinsip di atas.
PENATAAN BENDA UJI
Hal yang harus diperhatikan juga sebelum berlangsungnya pengujian korosi adalah penataan benda uji.
Penataan benda uji sangat bervaariasi, yang mana tergantung diantaranya pada jenis dan metode
pengujian, wadah, volume larutan, serta bentuk, ukuran, jenis dan jumlah benda uji. Penataan benda uji
disamping harus mengikuti standar pengujian yang ada / harus disesuaikan dengan kondisi aplikasi yang
sebenarnya, disamping itu harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti. Karena itu secara langsung dapat
mempengaruhi hasil pengujian yang tidak reproducible, sehingga akan menyulitkan kita untuk
mengevaluasi atau mengambil kesimpulan dari data hasil pengujian yang “scetter”.
Pertimbangan-pertimbangan yang penting dalam penataan benda uji pada pengujian korosi yang terdiri
dari 2 benda uji atau lebih sebagai berikut :
- Benda-benda uji harus terisolasi atau sama lainnya dan daaaaari kontak langsung dengan rangka yang
terbuat dari logam.
- Benda-benda uji haarus diatur sedemikian rupa sehingga produk korosi dari satu benda uji tidak
mengotori terhadap benda uji yang lainnya.
- Lingkungan korosinya harus secara merata dapat kontak dengan benda-benda uji.
- Dalam pengujian korosi dengan metode penceelupan :
o Benda –benda uji yang satu jenis boleh ditempatkan secara bersama-sama, dalam satu wadah, asalkan
volume medium korosif cukup untuk menjaga sifat-sifat asalnya selama pengujian.
- Benda-benda uji yang berlainan jenisnya tidak boleh ditempatkan secara bersama-sama dalam satu
wadah, karena produk korosi / benda uji yang satunya dapat mempengaruhi terhadap benda uji yang
lainnya, kecuali untuk pengujian pengaruh korosi secara galvanis.
- Rangka haaarus tidak boleh rusa selama pengujian.
- Benda uji harus ditempatkan sebaik-baiknya jika pengaruh pencelupan seluruh, sebagian atau fase uap
akan dievaluasi.
WAKTU PENGUJIAN
Pemilihan waktu dan jumlah periode pengeksposan yang tepat adalah penting dan kesalahan hasil
pengujian mungkin terjadi jika faktor-faktor ini tidak dipertimbangkan. Paling sedikit 2 periode harus
digunakan. Prosedur ini memberikan informasi pada perubahan laju kiorosi dengan waktu dan bisa
mengetahui kesalahan penimbangan. Laju korosi bisa meningkat, menurun atau tetap konstan dengan
waktu.Seringkali laju penyerangan korosi pada permulaan adalah tinggi dan kemudian menurun.
Prosedur pengujian korosi dalam laboratorium yang sangast luas digunakan terdiri dari 5 [perioda dan
setiap perioda 48 janm dengan larutan segar untuk setiap perioda. Kaidah yang dapat digunakan
berkenaan dengan waktu minimum pengujian adalah dengan fomula sebagai berikut :
Lama waktu pengujian (jam) =
Formula ini didasarkan pad akaidah umum bahwa semakin rendah laju korosi semakin lama waktui
pengujian. Pengujian laboratorium terhadap laju korosi logam dalam media larutan dapat dilakukan
dengan cara konvensional melalui pengurangan berat logam setelah di ekspos dan cara elektro kimia
melalui polarisasillogam dengan menggunakan alatpotensiostat. Pengujian laju korosi logam dengan
cara konvensional memerlukan waktu yang relative lama, sedangkan dengan cara elektrokimia waktu
yang diperlukan relatip singkat.
PLANNED – INTERVAL TEST
Wachter dan Treseder memberikan suatu prosedur yang sangat baik untuk mengevaluasi pengaruh
waktu pada korosi logam dan juga pada korositifitas lingkungan dalam pengujian laboratorium,
perncanaan ini disebul panned – interval test. Pengujian ini tidak hannya melibatkan pengumpulan
pengaruh korosi pada beberpa waktu dibawah kondisi yang diberikan tetapi jiga laju korosi awal dari
logam baru, laju korosi dari metal setelah di ekspos lama dan laju korosi awal dari logam baru selama
periode yang sama dari waktu yang terakir dapat diakumulasi.
Laju korosi dalam satuan interval waktu ditunjukkan dalam diagram tabel 1.
Satuan Interval waktu yang sering dilakukan selama satu hari, kemudian diperpanjang pada perioda
beberapa hari. Dalam planned – interval test sebaiknya mempunyai benda uji duplikat untuk setiap
interval dan perpanjangan waktu pengujian dilakukan dengan penambahan benda uji dan jarak interval
yang sama.
Tabel 1 Planned – interval test
Perbandingan laku korosi A, untuk satuan interval waktu dari 0 sampai 1 dengan laju korosi B untuk
satuan interval waktu dari t sampai t+1 menunjukkan besar dan arah perubahan dalam korosifitas dari
media larutan yang bisa terjadi selama seluruh waktu pengujian.
Perbandingan dari A2 dengan B2 dimana A2 adalah laju korosi yang dihitung melalui pengurang A1 dari
perbandingan A1+1, menunjukkan besar dan arah perubahan dalam korosifitas dari benda uji logam
selama pengujian. Selama berlangsungnya pengujian korosi dilaboraqtorium, sebaiknya pengamatan
harus sering dilakukan pada suatu periode waktu pengeksposan tertentu dan mencatat pengaruh yang
nyata pada benda uji atau lingkungan uji, yang mana mungkin akan berguna untuk evaluasi. Pengamatan
yang sering juga akan memungkinkan perbaikan dari masalah-masalah dengan benda uji, lingkungan uji
atau kondisi pengujian. Perencanaan yang teratur dari pengamatan biasanya ditetapkan pada
permulaan pengujian.
PEMBERSIHAN BENDA UJI SETELAH PENGEKSPOSAN
Ini merupakan salah satu tahap yang sangat penting dalam pengujian korosi dan prosedur pembersihan
yang tepat harus dilakukan. Pemeriksaan visual / fotocgrafin benda uji sebelum dan sesudah
pembersihan harus dilakukan. Dalam banyak hal, pengamatan visual dari benda uji setelah
pengeksposan memberikan informasi yang berguna mengenai penyebab atau mekanisme korosi yang
dilibatkan, misalnya deposit dapat menyebabkan sumuran dari logam. Perubahan dalam berat dari
benda uji sangat sering digunakan untuk kalkulasi dari laju korosi. Oleh karena itu penghilangan produk
korosi yang sempurna atau kurang sempurna secara langsung merefleksikan laju korosi. Metode
pembersihan benda uji yang umum dilakukan menggunakan zat kimia.
Tabel 2. Metoda pembersihan benda uji dengan zat kimia setelah pengujian (ASTM G-1)
Material Metoda pembersihan dengan pencelupan
Tembaga dan paduan nikel HCI 500 ml
Air 500 ml
Temperatur ruangan
Waktu 1 sampai dengan 3 menit
Alumunium dan paduan 1. CrO3 20 grm
H3PO4 20 ml
Air -+ 980 ml
Temperatur 80 C
Waktu 5 sampai dengan 10 menit
2. Jika lapisan film masih ada
HNO3 70%
Tempetatur ruangan
Waktu 15 menit
Timah putih (Sn)dan paduan Na3PO4 150 grm
Air +-850 ml
Temperature mendidih
Waktu 10 menit
Timah hitam (Pb)dan paduan 1.Asam asetat (99,5%) 10 ml
air+- 990 ml
temperatur mendidih
waktu 5 menit
2.Amonium asetat 50 grm
air +-950 mlo
temperatur panas
waktu 5 menit
Magnesium dan paduan CrO3 150 gram
AgNO3 10 gram
Air +-840 ml
Temperatur mendidih
Waktu 1 menit
Seng (Zn) 1.NHOH 150 ml
air +- 850 ml
temperature ruang waktu beberapa
menit kemudian dicelupkan
kedalam :
CrO3 50 gram
AgNO3 10 gram
Air +- 960 ml
Temperature panas
Waktu 5 menit
2.HCI 85 ml
air +- 915 ml
temperature ruang
waktu 15 menit
Besi dan Baja 1. Larutan NaOH panas
2. HCI 1 liter Sb2O3 20 gr SnCI2 50 gr
temperature kamar waktu +-25 menit
3. H2SO4 100 ml air+-900ml inhibitor organic
15 ml temperature 50 C
Stainless steel 1. Larutan NaOH panas
2. HNO3 100 ml air+- 900 ml temperature 60 C
waktu 20 menit
3. Anonium sitrat 150 gr air +- 850 ml,
temperature 70 C waktu 10 sampai dengan
60 menit
Pembersihan benda uji blangko harus dilakukan untuk mengetahui jumlah logam yang dihilangkan
melalui metode pembersihan tersebut dan jumlah kehilangan beratnya harus tidak melebihi hargga
yang terccantum di dalam tabel 3.
Jika kehilangan beratnya melebihi harga tersebut maka harus dilakukan alternatif dengan menggunakan
zat kimia lain yang direkomendasikan dalam standar.
Tabel.3 : Kehilangan berat benda uji blangko akibat pembersihan dengan zat kimia.
Material Kehilangan berat (mg / in2)
Aluminium
Amiralty brass
Red brass
Yellow brass
Tin bronze
Copper
Monel
Steel
18-8 Stainless Steel
Lead
Nickel
Tin
0,10
0,013
0,00
0,026
0,00
0,013
0,00
0,051
0,00
0,39
0,14
0,014
PERHITUNGAN LAJU KOROSI
Setelah benda uji dibersihkan dengan metode pencelupan kedalam zat kimia, logam / paduannya
dibandingkan berdasarkan ketahanan korosinya. Untuk membuat perbandingan yang berarti, laju
penyeraaangan untuk tiap-tiapmaterial harus diungkapkan secara kwantitatif. Laju korosi telah
diungkapkan dalam bermacam-macam cara, seperti persen kehilangan berat dan mdd.
Unit ini tidak mengungkapkan ketahanan korosi dipandang dari segi penipisan material dapat
digunakan untuk prediksi umur pelayanan dari suatu material. Pengungkapan laju korosi yang baik
harus melibatkan :
- Satuan yang familiar
- Mudah kalkulasi dengan kesalahan yang minimum
- Mudah dikonversi ke umur pelayanan dalam tahun
- Penetrasi
Pengungkapan laju korosi mpy dimulai dalam tahun 1945, dan itu sekarang digunakan secara luas.
Formula untuk menghitung mpy berdasarkan kehilangan berat adalah :
Mpy =
Dimana :
W: Kehialangan berat (gram)
D : berat jenis (grm / cm3)
A : luas permukaan (cm)
T : Waktu (jam)
Untuk laju korosi yang ditentukan melalui polarisasi linier dan teknik elektrokimia lainnya dinyatakan
dlam istilah rapat arus. Pernyataan ini dapat dirubah menjadi mpy melalui pernyataan yang didasarkan
pada hukum Faraday :
Mpy = K
Dimana :
K: konstanta (0,129)
a : berat atom dari metal
i : rapat arus (mA / cm2)
n : jumlah elekrton / valensi
D: berat jenis metal ( gr / cm2)
Konversi untuk beberapa laju korosi dapat dilakukan dengn cara nomograf dan dengan menggunakan
faktor konversi. Konversi laju korosi dengan menggunakan faktor konversi adalah sebagai berikut : mdd.
696 X berat jenis logam X Ipy
Mdd =
Ipy =
Mpy=
Sedangkan untuk konversi dengan cara nomograf tidak memerlukan perhitungan matematik dan dapat
dilakukan dengan mudah dan cepat serta akurasinya baik. Nomograf ini memungkinkan konversi mpy,
Ipy, Ipm dan mdd dari stu ke yang lainnya. Mpy,Ipy,Ipm secara langsung dikonversi pada skala A ini
dikonversikan ke mdd dengan memakai skala C dan skala B untuk mdd melalui penarikan garis lurus.
Satuan mdd tidak mempertimbangkan atau melibatkan berat jenis logam.
Gambar 1. ; Nomograf untuk mpy, ipy,dan mdd.
Diposkan oleh sam di 18:39
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Label: Korosi
1 komentar:
1.
catatan ringan FreDina 14 September 2011 21:47
Tulisan di persamaannya hilang semua, g kelihatan. Bisa diperbaiki pliss!!! terima kasih
Balas
Muat yang lain...
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Rangking Alexa
iklan<p>Your browser does not support iframes.</p>
Pengikut
Mengenai Saya
sam
Lihat profil lengkapku
Template Travel. Diberdayakan oleh Blogger.