Korosi
-
Upload
otak-rokok -
Category
Documents
-
view
91 -
download
14
description
Transcript of Korosi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Tujuan Percobaan
- Menjelaskan peristiwa korosi dari percobaan yang dilakukan.
- Menuliskan persamaan reaksi yang terjadi dari percobaan yang
dilakukan.
1.2. Dasar Teori
1.2.1. Pengertian Korosi
Korosi adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat
di lingkungannya yang menghasilkan senyawa – senyawa yang tak
dikehendaki. Dalam bahasa sehari – hari, korosi disebut perkaratan.
Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi.
Pengertian secara umum, korosi adalah:
a. Perusakan logam atau kontruksi oleh pengaruh lingkungan.
b. Proses kimia disertai perpindahan elektron.
c. Sebagai akibat proses elektrokimia.
d. Sebagai akibat proses alamiah.
Berdasarkan reaksi tersebut, proses korosi terjadi karena :
a. Adanya reaksi elektrokimia antara logam dengan lingkungannya
b. Terjadinya reaksi katodik dan anodik
Reaksi anodik dapat terjadi karena adanya pelepasan elektron dari logam.
Atom logam melepaskan elektron ke lingkungannya. Jadi, pada anoda
terjadi reaksi oksidasi atau proses pelarutan logam menjadi ion – ionnya.
Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Berbagai jenis logam dapat
melindungi besi terhadap korosi.
1.2.2. Faktor Yang Mempengaruhi Korosi
Proses korosi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor primer
dan faktor sekunder. Faktor primer meliputi potensial, elektroda logam
dalam larutan, kelebihan tegangan, hidrogen pada logam dan permeabilitas
lapisan oksidasinya. Faktor lingkungan meliputi pH lingkungan,
konsentrasi oksigen, kecepatan larutan, temperatur, sentuhan dengan
logam yang ada disekitarnya.
Reaksi katodik dapat terjadi karena adanya penerimaan elektron.
Molekul atau ion dari lingkungan yang telah dilepaskan oleh logam. Jadi,
pada katodik terjadi reaksi reduksi.
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi.sedangkan oksigen
(udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya berupa ojsidasi. Rumus
kimia adalah Fe2O3 x H2O, suatu zat padat yang bewarna coklat – merah.
Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian
tertentu dari besi itu berlaku sebagai anode, dimana besi mengalami
oksidasi.
Fe (s) ↔ Fe2+ (aq) 2e- E0 = + 0,44 V
Elektron yang dibebaskan dianode mengalir kebagian lain dari besi itu
yang berlaku sebagai katode, dimana oksigen tereduksi.
O2 (g) + 4H+ (aq) + 4e- ↔ H2O (l) E0 = + 1,23V
Ion besi (II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi
membentuk ion besi (III) yang kemudian mambentuk senyawa oksida
terhidrasi. Fe2O3 x H2O yaitu karat besi. Mengenai bagian mana yang
bertindak sebagai katode bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat
pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu.
1.2.3. Cara Pencegahan Korosi
Korosi menimbulkan banyak kerugian karena mengurangi umur
berbagai barang atau bangunan yang menggunakan besi atau baja.
Sebenarnya korosi dapat dicegah dengan mengubah besi menjadi baja
tahan karat (stainless steel). Akan tetapi, proses ini terlalu mahal untuk
kebanyakan penggunaan besi.
Cara – cara pencegahan korosi besi adalah sebagai berikut:
1) Mengecat. jembatan, pagar, dan railing biasanya dicat. Cat
menghindarkan kontak besi dengan udara dan air.
2) Melumuri dengan oli dan gemuk. Cara ini diterapkan untuk berbagai
perkakas dan mesin. Oli dan gemuk mencegah kontak besi dan air.
3) Dibalut dengan plastik. Berbagai macam barang, misalnya rak piring
dan keranjang sepeda dibalut dengan plastik. Plastik mencegah kontak
besi udara dan air.
4) Galvanisasi (pelapisan dengan zink). Berbeda dengan timah, zink
dapat melindungi besi dari korosi sekalipun lapisannya tidak utuh. Hal
itu terjadi karena suatu mekanisme yang disebut perlindungan katode.
5) Tin plating (pelapisan dengan timah). Pelapisan dilakukan secara
elektrolisis yang disebut electroplating. Timah tergolong logam yang
tahan karat. Besi yang dilapisi timah tidak mengalami korosi karena
tidak ada kontak dengan oksigen dan air.
6) Cromium plating (pelapisan dengan kromium).sama sperti zink,
kromium dapat memberi perlindungan sekalipun lapisan kromium itu
ada yang rusak.
1.2.4. Sel Elektrokimia
Sel elektrokimia merupakan suatu system yang terdiri atas 2 elektrode,
yaitu katode dan anode. Serta larutan elektrolit sebagai penghantar
elektron. Pada katode terjadi reaksi reduksi dan pada anode terjadi reaksi
oksidasi. Sel volta atau sel galvanic dapat menghasilkan arus listrik dan
berlangsung secara spontan. Sel volta adalah sel elektrokimia yang
menghasilkan arus listrik.
Sel volta mempunyai gaya yang mampu memompa elektron. Oleh
karena itu, terdapat aliran elektron pada kawat penghantar yang
menghubungkan kutub – kutubnya. Gaya penggerak itu merupakan selisih
potensial antara anode dan katode yang disebut potensial sel.
Perbedaan antara kedua sel yang terdapat didalam volta disebut
potensial elektrode. Untuk mengukur potensial suatu elektrode digunakan
elektrode lain sebagai pembanding. Elektrode hidrogen digunakan sebagai
elektrode standar karena harga potensialnya dianggap nol. Potensial
elektrode yang dibandingkan dengan elektrode hidrogen yang diukur pada
suhu 250C dan tekanan 1 atm disebut potensial elektrode standar.
Potensial elektron hidrogen merupakan energi potensial zat tereduksi
dikurangi energi potensial zat tereduksi.
E0sel = E0 katode – E0 anode
1.2.5. Rumus Yang Digunakan
Untuk menghitung laju korosi dapat digunakan rumus:
Keterangan:
w = weight lose (mg)
D = density sampel (g/cm3)
A = luas permukaan (inch2)
T = lama perendaman (jam)
BAB II
METODOLOGI
2.1. Alat dan Bahan
2.1.1. Alat yang digunakan
- Gelas Kimia 100 ml - Spatula
- Hot Plate - Neraca Digital
- Tabung Reaksi dan Rak - Botol Semprot
2.1.2. Bahan yang digunakan
- Lempeng Baja
- Natrium Nitrit
- Natrium Klorida
- HCl 0,1 N
- Air PAM
- Aquadest
2.2. Safety Alat dan Bahan
1. Menggunakan jas lab dalam praktikum untuk keselamatan dan
kenyamanan praktikan.
2. Menggunakan sarung tangan untuk menghindari kontak langsung
dengan bahan-bahan bersifat korosif, pekat, dan sebagainya.
3. Menggunakan masker untuk menghindari gas-gas yang bersifat toxic
dan sejenisnya.
2.3. Prosedur Kerja
Menempatkan setiap tabung dalam rak dan masukkan sepotong lempeng
baja yang telah ditimbang ke dalam masing – masing tabung reaksi.
Membiarkan lempeng baja dalam tabung no.1 berhubung langsung
dengan udara.
Merendam seluruh lempeng baja dalam tabung no.2 dengan air PAM.
Mengisi tabung no.3 dengan air PAM yang sudah dididihkan, tutup
tabung dengan alumunium foil agar udara tidak masuk.
Menyiapkan larutan natrium nitrit dan natrium dikromat berpelarut air,
masing – masing 10 gram dalam 100 ml air PAM.
Merendam seluruh lempeng baja dalam tabung no.4 dengan larutan
natirum nitrit.
Merendam seluruh lempeng baja dalam tabung no.5 dengan natrium
klorida.
Merendam seluruh lempeng baja dalam tabung no.6 dengan HCl.
Membiarkan selama 17 hari.
Mengamati pengaruh lingkungan yang berbeda – beda terhadap lempeng
baja. Lalu mengeringkan lempeng baja dan menimbang lagi lempeng
baja tersebut.
BAB III
PENGOLAHAN DATA
3.1 Data pengamatan
No. Lingkungan Massa yang hilang
1. Lempeng baja – udara 1.8 gram
2. Lempeng baja – HCl 3.5 gram
3. Lempeng baja – air PAM 2.0 gram
4. Lempeng baja – air PAM panas 1.7 gram
5. Lempeng baja – natrium nitrit 0.9 gram
6. Lempeng baja – natrium klorida 2.8 gram
Data sampel baja:
Dimensi: p = 6 cm
ℓ = 2 cm
t = 2 mm
ρ baja = 7,87 g/cm3
3.2 Data Hasil Perhitungan
No. Lingkungan
Sampel Lempeng
Baja CR
(mpy)A
1. Lempeng baja – udara 4,23 inch2 70,77
2. Lempeng baja – HCl 4,23 inch2 137,60
3. Lempeng baja – air PAM 4,23 inch2 78,63
4. Lempeng baja – air PAM panas 4,23 inch2 66,84
5. Lempeng baja – natrium nitrit 4,23 inch2 35,38
6. Lempeng baja – natrium klorida 4,23 inch2 110,08
3.3 Pembahasan
Dalam percobaan proses korosi ini, betujuan untuk menentukan
peristiwa korosi dan menuliskan peristiwa korosi sendiri. Selain itu kita
dapat menghitung laju korosi dari setiap pengaruh lingkungan.
Pada peristiwa korosi yang telah dilakukan, digunakan sampel
lempeng baja dengan 6 perbedaan lingkungan, yaitu antara lempeng baja
dengan udara, HCl, air PAM, air PAM panas, natrium nitrit, natrium
klorida.
Dari keenam peristiwa tersebut, diperoleh hasil untuk pengaruh udara
terhadap laju korosi adalah 70,77 mpy. Dimana baja yang dibiarkan selama
17 hari mulai mengalami korosi atau pengkaratan. Untuk pengaruh air PAM
laju korosinya sebesar 78,63 mpy. Lempeng baja yang direndam dengan air
PAM tersebut mengalami pengkaratan hampir diseluruh bagian. Sedangkan
lempeng baja dan air PAM panas memberikan hasil laju reaksinya 66,84
mpy. Hasil korosi dari air PAM yang panas terhadap sampel hampir sama
dengan pengaruh air PAM yang biasa, yaitu pengkaratan disetiap bagian
lempeng.
Lempeng baja yang direndam HCl mengalami korosi yang lebih cepat
dibandingkan dengan yang lainnya. Laju korosinya 137,60 mpy. HCl yang
merupakan asam kuat dalam waktu seminggu saja, mampu membuat
lempeng baja menjadi berkarat.
Untuk pengaruh natrium nitrit terhadap sampel, Natrium nitrit
memberikan laju korosi yang kecil paling kecil, sebesar 35,38 mpy. Hal ini
dapat dilihat, dari hasil pengamatan langsungnya, jumlah massa yang
berkurang hanya 0.9 gram.
Dari hasil tersebut maka kita dapat mengetahui bahwa pengaruh HCl
dan natrium nitrit memberikan pengaruh yang sangat besar untuk membuat
logam mengalami peristiwa korosi. Selain itu, bila ada sampel berupa logam
direaksikan terhadap air dan udara terbuka, maka logam akan mudah
mengalami peristiwa korosi. Dan peristiwa korosi tersebut berjalan sedikit
lambat dibandingkan dengan pengaruh HCl dan natrium nitrit.
Pada dasarnya, reaksi korosi merupakan kombinasi reaksi anodik dan
katodik. Secara sederhana reaksi korosi dapat ditulis seperti berikut ini.
Reaksi anodik : Fe Fe2+ + 2é
Reaksi katodik : O + H2O + 4é 4OH-
O2 + 4H+ + 4é H2O
2H+ + 2é H2
Karena dalam permukaan logam terdapat ion dan ion , kedua ion
ini akan bereaksi
Berdasarkan reaksi tersebut, oksigen sangat berperan dalam reaksi katodik.
Selain itu, dalam udara, lembab, atau mengandung uap air, maka reaksi akan
berlangsung lebih cepat.Sedangkan natrium nitrit, memberikan pengaruh
yang kecil terhadap peristiwa korosi. Hal ini dikarenakan natrium nitrit
merupakan bahan yang mampu dijadikan sebagai bahan pelapis logam.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat diperoleh
kesimpulannya:
1. HCl memberikan pengaruh korosi yang paling kuat dilihat dari
berkurangnya massa sampel sebanyak 3,5 gram dan laju korosinya
sebesar 137,60 mpy.
2. Natrium Nitrit memiliki nilai korosi yang paling kecil yaitu 35,38 mpy.
4.2. Saran
1. Memperhatikan keadaan lingkungan agar reaksi berjalan sempurna.
2. Teliti saat menimbang.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2010.Laju Korosi.http://irianpoo.blogspot.com/2010/01/Laju-
Korosi.html.20 Juni 2011. 18.18 WITA
Purba, Michael. 2006. Kimia untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga
Tim Penyusun. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Samarinda:
Politeknik Negeri Samarinda
LAMPIRAN
Perhitungan
No. Lingkungan Massa yang hilang
1. Lempeng baja – udara 1,8 x 103 mg
2. Lempeng baja – HCl 3.5 x 103 mg
3. Lempeng baja – air PAM 2.0 x 103 mg
4. Lempeng baja – air PAM panas 1.7 x 103 mg
5. Lempeng baja – natrium nitrit 0.9 x 103 mg
6. Lempeng baja – natrium klorida 2.8 x 103 mg
p = 6 cm = 2,36 inch
ℓ = 2 cm = 0,79 inch
t = 2 mm= 0,08 inch
T = 17 hari = 408 jam
A = 2( pℓ + pt + ℓt )
= 2( 2,36 . 0,79 + 2,36 . 0,08 + 0,79 . 0,08 )
= 4,23 inch2
Laju Korosi pada lingkungan HCl.
Laju Korosi pada lingkungan air PAM.
Laju Korosi pada lingkungan air PAM Panas.
Laju Korosi pada lingkungan udara.
Laju Korosi pada lingkungan NaNO3.
Laju Korosi pada lingkungan NaCl.
Gambar Alat
Tabung Reaksi dan Rak Hot Plate Gelas Kimia
Neraca Digital Botol Semprot Spatula