KOROSI
-
Upload
sally-juniasty -
Category
Documents
-
view
43 -
download
1
description
Transcript of KOROSI
66
BAB IV
KOROSI
4.1 PENDAHULUAN
4.1.1 Latar Belakang
Dalam dunia industri banyak terdapat kita jumpai beberapa logam dalam
yang dimanfaatkan oleh dunia tersebut. Dengan terus-menerus digunakan
maka material tersebut akan mengalami beberapa pengrusakan salah satunya
dengan terkorosinya material tersebut. Sebagai mahasiswa teknik mesin, kita
harus mengetahui apakah korosi tesebut dan bagaimana cara pengerjaannya.
Selain itu, kita harus mengetahui cara dari pengendalian korosi dan penyebab
terjadinya korosi tersebut. Untuk itulah diperlukan praktikum metalurgi
tentang korosi ini.
4.1.2 Tujuan
1 Memahami konsep dasar korosi.
2 Mengetahui dan bisa mengevaluasi korosi pada logam
3 Mengetahui teknik pengendalian korosi.
4.1.3 Manfaat
Praktikan akan mengetahui penyebab dan cara mengatasi korosi juga
mengetahui jenis-jenis korosi serta cara mengatasinya.
Korosi
Kelompok 5 67
4. 2 TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum defenisi dari korosi adalah perusakan material secara kimia
atau elektrokimia akibat bereaksi dengan lingkungan. Selain itu korosi juga di
definisikan sebagai degradasi material (logam dan paduannya) akibat reaksi kimia
dengan lingkungan. Contoh perusakan kimia adalah pengkaratan yang terjadi
akibat gas pada temperature tinggi, sedangkan reaksi elektrokimia dapat dilihat
pada sel galvanic.
Adapun syarat terjadinya korosi adalah :
Adanya katoda
Adanya anoda
Adanya lingkungan
Tanpa adanya salah satu syarat di atas maka korosi tidak akan terjadi.
Korosi tidak dapat di hilangkan tetapi hanya dapat di minimalisir
pertumbuhannya.
Pada proses korosi ada dua reaksi yang menyebabakan terjadinya korosi
yaitu reaksi oksidasi dan reaksi reduksi. Pada reaksi oksidasi akan terjadi
pelepasan elektron oleh material yang lebih bersifat anodik. Sedangkan reaksi
reduksi adalah pemakaian elektron oleh material yang lebih bersifat katodik.
Proses korosi secara galvanis dapat kita lihat pada gambar berikut :
Gambar 4.2.1 skema proses korosi galvani
Korosi
Kelompok 5 68
Pada reaksi di atas dapat kita lihat dimana Cu bertindak sebagai katoda
mengalami pertambahan massa dengan melekatnya electron pada Cu. Sedangkan
Zn bertindak sebagai anoda, dimana terjadinya pengurangan massa Zn yang di
tandai dengan lepasnya elektron dari Zn. Peristiwa pelepasan dan penerimaan
elektron ini harus mempunyai lingkungan, dimana yang menjadi lingkungan
adalah Asam Sulfat. Jika ada dua buah unsur yang dicelupkan dalam larutan
elektrolit yang dihubungkan dengan sumber arus maka yang akan mengalami
korosi adalah material yang lebih anodik.
Untuk mengetahui unsur yang lebih anodik dan lebih katodik dapat kita
lihat pada deret Volta. Berikut deret Volta :
K – Ca – Na – Mn – Al – Zn – Fe – Sn – Pb – H – Cu – Hg – Ag – Pt – Au
Anodik Katodik
Selain contoh reaksi sebelumnya kita juga dapat lihat peristiwa korosi
lainnya yaitu pada peristiwa perkaratan (korosi) logam Fe mengalami oksidasi dan
oksigen (udara) mengalami reduksi. Rumus kimia dari karat besi adalah Fe2O3 .
xH2O dan berwarna coklat-merah. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu
berlaku sebagai anoda, dimana besi mengalami oksidasi.
Fe(s) -----> Fe2+(aq) +2e E=+0,44V
O2(g) + 2H2O(l) +4e ----> 4OH E=+0,40V
Ion besi (II) yg terbentuk pada anoda selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi
(III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi Fe2O3 . xH2O.
Berdasarkan sifatnya korosi terbagi atas :
1. Korosi Aktif
Ciri-ciri dari korosi aktif ini antara lain :
Mudah melepaskan ion
Mudah menempel di tangan
Contoh : Paku yang berkarat
Korosi
Kelompok 5 69
2. Korosi Pasif
Ciri-ciri dari korosi pasif ini antara lain :
Sulit melepaskan ion
Sulit menempel di tangan
Contoh : Korosi pada AL
Jenis-jenis Korosi
1. Uniform or general attack corrosion (korosi seragam)
Korosi seragam adalah korosi yang terjadi pada permukaan material akibat
bereaksi dengan oksigen Biasanya korosi seragam ini terjadi pada material
yang memiliki ukuran butir yang halus dan homogenitas yang tinggi
Gambar 4.2.2 Korosi Seragam
Cara pengendalian dari korosi seragam adalah :
Dengan melakukan pelapisan dengan cat atau dengan material yang
lebih anodik
Melakukan inhibitas dan cathodic protection
2. Rithing Corossion (Korosi Sumuran atau kawah)
Korosi sumuran adalah korosi yang terjadi akibat cacat pada permukaan
material seperti celah atau lubang kecil Pada daerah cacat ini akan lebih anodik
dibandingkan permukaan material sehingga korosi akan menuju bagian dalam
material.
Korosi
Kelompok 5 70
Gambar 4.2.3 Korosi Sumuran
Cara pengendalian korosi sumuran adalah :
Hindari permukaan logam dari cacat goresan
Perhalus permukaan material
Hindari variasi yang sedikit pada komposisi material
3. Crevice Corrosion (korosi celah)
Korosi celah adalah korosi yang ditemukan pada daerah berkonsentrasi
rendah atau korosi yang terjadi pada celah yang terbentuk akibat pendempetan
material. Pada celah, kadar oksigen lebih rendah dari lingkungannya sehingga
elektron akan berpindah pada kadar oksigen yang tinggi sehingga terjadi
korosi. Korosi celah sering terjadi pada sambungan paku.
Gambar 4.2.4 korosi celah
Korosi
Kelompok 5 71
Cara pengendalian korosi celah :
Hindari pemakaian sambungan paku keling atau baut, gunakan
sambungan las
Gunakan gasket non absorbing
Usahakan menghindari daerah dengan aliran udara
4. Intergranular Corrosion (korosi batas butir)
Korosi batas butir adalah korosi yang terjadi pada atau di sepanjang batas
butir dan batas butir bersifat anodik dan bagian tegah butir bersifat katodik.
Korosi ini terjadi akibat presipitasi dari pengotor seperti khromium di batas
butir, yang menyebabkan batas butir menjadi rentan terhadap serangan korosi.
Dimana presipitat crom carbida terbentuk karena karbon meningkat yang ada
di sekitarnya, sehingga krom disekitarnya akan berkurang dan terjadi korosi.
Proses terbentuknya presipitat karbon karbida disebut sentisiasi. Terjadi pada
temperatur 500-800 sehingga kekurangan crom yang memudahkan terjadinya
korosi.
Gambar 4.2.5 korosi batas butir
Cara pengendalian korosi batas butir adalah :
Turunkan kadar Karbon dibawah 0,03%
Tambahkan paduan yang dapat mengikat Karbon
Pendinginan cepat dari temperatur tinggi
Pelarutan karbida melalui pemanasan
Hindari Pengelasan
Korosi
Kelompok 5 72
5. Stress Corossion (korosi tegangan)
Korosi tegangan adalah korosi yang disebabkan adanya tegangan tarik
yang mengakibatkan terjadinya retak. Tegangan ini disebabkan pada
temperatur dan deformasi yang berbeda.
Berikut retak serta bentuk penjalarannya yang di akibatkan oleh korosi
tegangan :
Gambar 4.2.6 korosi tegangan
Cara pengendalian korosi tegangan adalah :
Turunkan besarnya tegangan
Turunkan tegangan sisa termal
Kurangi beban luar atau perbesar area potongan
6. Errosion Corrosion (korosi erosi)
Korosi erosi adalah korosi yang di sebabkan oleh erosi yang mengikis
lapisan pelindung material , zat erosi itu dapat berupa fluida yang mengandung
material abrasive. Korosi tipe ini sering di temui pada pipa-pipa minyak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi korosi ini antara lain :
• Jenis logam
• Perlakuan panas dan arah pergerakan butir
• Persentase ketidaksamaan, material yang lebih anodik
• Area permukaan Anodik dan Katodik
Korosi
Kelompok 5 73
• Temperatur
• Persentase larutan elektrolit
• Kesediaan oksigen
Gambar 4.2.7 korosi erosi
Cara pengendalian korosi erosi :
Menghindari partikel abrasive pada fluida
Mengurangi kecepatan aliran fluida
7. Selectif Corrosion
Selectif corrosion adalah korosi yang menyerang unsur di dalam logam
akibat perbedaan potensial unsur utamanya. Korosi ini di sebabkan karena
komposisi yang tidak merata pada material. Korosi ini biasa terjadi pada pipa-
pipa besi cor.
Gambar 4.2.8 selectif corrosion
Korosi
Kelompok 5 74
Cara pengendalian selectif corrosion :
Menghindari komposisi yang berbeda dari material penyusun
8. Korosi Galvanik
Korosi galvanic adalah korosi yang terjadi pada dua logam yang berbeda
jenis jika di hubungkan. Korosi ini juga terjadi karena pasangan elektrikal
pada dua logam atau paduan logam yang memiliki perbedaan komposisi.
Logam yang lebih anodik akan terkorosi sementara logam lainnya yang lebih
katodik akan terlindungi. Posisi logam pada deret volta akan menentukan
apakan suatu logam lebih anodik atau katodik
Gambar 4.2.9 korosi galvanik
Pengendalian korosi galvanic adalah :
Hindari pemakaian 2 jenis logam yang berbeda
Pergunakan logam yang lebih anodik dengan rasio yang lebih besar
dibanding logam katodik
Lapisi pada pertemuan dua logam yang berbeda jenis
Gunakan logam ketiga yang lebih anodik
Korosi
Kelompok 5 75
Metoda-metoda yang di lakukan dalam pengendalian korosi adalah :
1. Menekan terjadinya reaksi kimia atau elektrokimianya seperti reaksi
anoda dan katoda
2. Mengisolasi logam dari lingkungannya
3. Mengurangi ion hydrogen di dalam lingkungan yang di kenal dengan
mineralisasi
4. Mengurangi oksigen yang larut dalam air
5. Mencegah kontak dari dua material yang tidak sejenis
6. Memilih logam-logam yang memiliki unsure-unsur yang berdekatan
7. Mencegah celah atau menutup celah
8. Mengadakan proteksi katodik,dengan menempelkan anoda umpan.
Korosi
Kelompok 5 76
4.3 METODOLOGI
4.3.1 Peralatan
Spesimen (besi dan alumunium)
Larutan H2SO4
Stopwatch
Timbangan atau neraca
4.3.2 Skema alat
Gambar 4.3.1 Skema Sel Galvanik
4.3.3 Prosedur Percobaan
Prosedur A
1. Timbang berat awal spesimen.
2. Masukan larutan kimia dalam gelas reaksi.
3. Susun spesimen dan variasikan voltase serta amati.
4. Bersihkan spesimen dan timbang kembali.
5. Ukur selisih berat spesimen.
Prosedur B
1. Pastikan permukaan spesimen bersih.
2. Amplas permukaan sampai halus.
3. Buang kotoran dan bersihkan dengan alkohol.
4. Timbang berat awal spesimen.
5. Siapkan larutan pengujian.
6. Rendam spesimen pada waktu yang telah ditentukan.
7. Keluarkan spesimen pada waktu tsb dan bersihkan spesimen.
8. Keringkan dan ukur berat akhir spesimen.
Korosi
Kelompok 5 77
4.4 DATA DAN PEMBAHASAN
4.4.1 Data Hasil Percobaan
Alumunium
No Waktu
(menit)
Tegangan
(volt)
Spesimen Mo M1 ∆M
1 10 9 Al 38,00 38,18 0,18
2 20 9 Al 38,00 39,38 1,38
3 20 5 Al 38,01 38,00 -0,01
4 20 9 Al 38,00 38,38 0,38
Besi
No Waktu
(menit)
Tegangan
(volt)
Spesimen Mo M1 ∆M
1 10 9 Fe 80,48 80,29 -0,19
2 20 9 Fe 80,90 80,57 -0,33
3 20 5 Fe 80,92 80,90 -0,02
4 20 9 Fe 80,90 80,57 -0,33
Korosi
Kelompok 5 78
4.4.2 Pengolahan Data
1) Aluminium (Al)
∆M = M1 – M0
∆M = 38,18 - 38,00 = 0,18 gr , t = 10 menit
Laju korosi = 0,18/10 = 0,018 gr/menit
∆M = 39,38 – 38,00 = 1,38 gr , t = 20 menit
Laju korosi = 1,38/20 = 0,069 gr/menit
∆M = 38,00 – 38,01 = -0,01 gr , t = 20 menit
Laju korosi = 0,01/20 = 0,0005 gr/menit
∆M = 38,38 – 38,00 = 0,38 gr , t = 20 menit
Laju korosi = 0,38/20 = 0,019 gr/menit
2) Besi ( Fe )
∆M = 80,29 – 80,48 = -0,19 gr , t = 10 menit
Laju korosi = 0,19/10 = 0,019 gr/menit
∆M = 80,57 – 80,90 = -0,33 gr , t = 20 menit
Laju korosi = 0,33/20 = 0,0165 gr/menit
∆M = 80,90 – 80,92 = -0,02 gr , t = 20 menit
Laju korosi = 0,02/20 = 0,001 gr/menit
∆M = 80,57 – 80,90 = -0,33 , t = 20 menit
Laju korosi = 0,33/20 = 0,0165 gr/menit
Korosi
Kelompok 5 79
4.4.3 Tabel Hasil Perhitungan
Alumunium
No Waktu (menit) ∆M (gr) Laju korosi
(gr/menit)
1 10 0,18 0,018
2 20 1,38 0,069
3 20 -0,01 0,0005
4 20 0,38 0,019
Besi
No Waktu (menit) ∆M (gr) Laju korosi
(gr/menit)
1 10 -0,19 0,019
2 20 -0,33 0,0165
3 20 -0,02 0,001
4 20 -0,33 0,0165
Korosi
Kelompok 5 80
4.4.4 Grafik
Korosi
Kelompok 5 81
4.4.5 Analisa
Setelah melakukan percoban korosi dengan dua buah spesimen yang
berbeda, spesimen satu adalah Fe (besi) dan spesimen dua adalah Al
(aluminium). Pada praktikum kali ini dilakukan dua jenis variasi, yang pertama
voltase yang divariasikan sedangkan lama pencelupan konstan. Yang kedua lama
pencelupan yang divariasikan sedangkan voltase konstan.
dengan komposisi awal spesimen :
1. Aluminium ( Al ) : 38,00 gram
2. Besi ( Fe ) : 80,48 gram
Dimana kedua spesimen ini dilarutkan dalam larutan elektrolit dan
diberi voltase / tegangan yang berbeda-beda pula. Kami dapat menyimpulkan
bahwa pengujian korosi ini merupakan suatu rangkaian perusakan permukaan
material secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan, dimana terdapat 2
reaksi sekaligus dengan proses korosi, yaitu reaksi oksidasi dan reduksi. Untuk
reaksi oksidasi terjadi proses pelepasan elektron oleh material yang bersifat
anodik yaitu : aluminium (Al), sedangkan proses reduksi merupakan pemakaian
elektron oleh material yang katodik yaitu : Besi (Fe). Al lebih anodic dari pada Fe,
oleh karena itu Al akan melepas elektron. Elektron yang lepas ini akan di ambil
atau di makan oleh Fe, akibatnya secara fisik Al akan menjadi menipis dari
keadaan awal, sedangkan Fe akan bertambah berat / tebal.
Dalam percobaan ini rentang waktu yang digunakan selama 10 menit
dan 20 menit. Digunakan rentang waktu dan voltase yang berbeda untuk melihat
bagaimana reaksi yang terjadi pada material yang bersifat anodic ( aluminium )
apakah terjadi perubahan pengurangan material atau tidak. Dari data yang telah di
dapat terjadi perubahan teori, dimana anoda/anodik akan melepas elektron dan
katoda/katodik akan menerima electron, tapi kejadian dalam praktikum ini dimana
waktu 10 menit dengan voltase 9 volt dari awal berat spesimen aluminium 38,00
gram, sekarang menjadi 38,18 gram.disini terlihat bahwa anoda malah menyerap
katoda, dimana katoda (besi) dengan berat awal 80,48 gram menjadi 80,29
gram. Ini merupakan di luar teori yang sebenarnya, mungkin juga ini merupakan
kesalahan dari praktikan, dimana spesimen Al dan Fe masih basah karena larutan
elektrolit yang menempel sehingga mempengaruhi hasil pada timbangan ukur.
Korosi
Kelompok 5 82
Walaupun tidak sesuai dengan teori yang ada, kami menganalis
bahwa terdapat kesalahan dalam pengujian, dimana material tersebut belum
benar-benar kering dari larutan elektrolit lalu langsung di timbang, Sehingga
mempengaruhi hasil yang sebenarnya juga. Ketidak akuratannya timbangan ukur
yang dipakai dalam pengujian juga mempengaruhi hasil yang di dapat. Jadi
setelah praktikum ini dilaksanakan maka didapat tujuan dari pengujian korosi ini
sendiri adalah untuk mengetahui fenomena yang terjadi pada proses korosi dan
juga untuk dapat mengetahui bagaimana cara kita dapat memperlambat proses
pelepasan elektron ke lingkungan permukaan material / spesimen.Oleh karena itu
pengujian korosi sangat penting dilakukan di berbagai industri.Terutama dalam
industri logam.
Korosi
Kelompok 5 83
4.5 PENUTUP
4.5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan di
antaranya :
1. Besarnya arus tegangan dan proses akan mempengaruhi laju korosi, dimana
semakin besar arus maka semakin cepat terkorosi.
2. Semakin anodik suatu material, maka semakin mudah melepas electron dan
mengalami korosi.
3. Korosi dapat dicegah dengan mencegah / menghambat lepasnya elektron
dari atom, seperti pelapisan dengan cat.
4.5.2 Saran
Agar praktikum selanjutnya berjalan dengan baik, praktikan perlu memperhatikan,
1. Ketelitian dalam penimbangan material
2. Hati-hati dalam pemakaian zat kimia
3. Pemilihan spesimen yang baik
Korosi
Kelompok 5 84
4.6 Lampiran Tugas
4.6.1 Tugas Sebelum Praktikum
1) Prinsip dasar korosi
Terjadi 2 proses yaitu reduksi dan oksidasi, oksidasi terjadi saat pelepasan
elektron oleh material yang bersifat anodik sedangkan reduksi pemakaian
elektron oleh material yang bersifat katodik. Terjadi pengurangan massa pada
material anodik dan perubahaan massa pada material.
2) Jenis – jenis korosi
a. Korosi seragam
Korosi seragam adalah korosi yang terjadi pada permukaan material akibat
bereaksi dengan oksigen Biasanya korosi seragam ini terjadi pada material
yang memiliki ukuran butir yang halus dan homogenitas yang tinggi.
b. Korosi sumuran
Korosi sumuran adalah korosi yang terjadi akibat cacat pada permukaan
material seperti celah atau lubang kecil Pada daerah cacat ini akan lebih
anodik dibandingkan permukaan material sehingga korosi akan menuju
bagian dalam material.
c. Korosi celah
Korosi celah adalah korosi yang di temukan pada daerah berkonsentrasi
rendah atau korosi yang terjadi pada celah yan terbentuk akibat
pendempetan material.
d. Korosi batas butir
Korosi batas butir adalah korosi yang terjadi pada atau di sepanjang batas
butir dan batas butir bersifat anodik dan bagian tegah butir bersifat katodik.
e. Korosi tegangan
Korosi tegangan adalah korosi yang di sebabkan adanya tegangan tarik
yang mengakibatkan terjadinya retak.
f. Korosi erosi
Korosi erosi adalah korosi yang di sebabkan oleh erosi yang mengikis
lapisan pelindung material.
Korosi
Kelompok 5 85
g. Selectif corrosion
Korosi erosi adalah korosi yang di sebabkan oleh erosi yang mengikis
lapisan pelindung material.
h. Korosi galvanic
Korosi galvanik adalah korosi yang terjadi pada dua logam yang berbeda
jenis jika di hubungkan.
3) Bisa, sebab pada prinsipnya korosi pada logam tidak bisa dihilangkan namun
dihambat sampai pada laju pelepasan electron dan logam.
4 ) Bisa, karena korosi terjadi pada umumnya disebabkan oleh air dan oksigen.
Korosi
Kelompok 5 86
4.6.2 Tugas Setelah Praktikum
1) Jika kita berikan tegangan yang lebih besar, maka berat yang hilang juga
semakin besar, begitu juga sebaliknya.
2) Pada saat pencelupan, jika specimen di celupkan terlalu lama laju korosi
menjadi lebih lambat, karena laju korosi berbanding terbalik dengan waktu
maka massa yang dihasilkan (hilang) bergantung pada waktu.