Korektif Perkap Tentang Dalmas

20
PANDANGAN KRITIS TERHADAP PERATURAN KAPOLRI NO.POL. : 16 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN MASSA I. PENDAHULUAN 1. Latar Beakang Masalah Penyampaian pendapat di muka umum merupakan hak setiap warga Negara untuk menyampaikan pikiran dengan lisan dan atau tulisan secara bebas dan bertanggung jawab dimana hal tersebut diatur dalam UU No. 9 tahun 1999. Terlebih lagi saat ini pada masa reformasi, masyarakat dalam menanggapi setiap kebijakan publik yang muncul dari pemerintah apabila hal tersebut dirasa merugikan tentunya menggunakan saluran unjuk rasa untuk menyampaikan pendapatnya. Akan tetapi disayangkan dalam pelaksanaannya, unjuk rasa tersebut terkadang menimbulkan efek samping yang merugikan masyarakat yaitu unjuk rasa yang cenderung anarkis bahkan sampai terjadi keadaan chaos sehingga situasi kamtibmas menjadi tidak menentu. Kita masih ingat beberapa kasus unjuk rasa yang apabila tidak tertangani dengan baik maka akan menjadi kekacauan yang mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit yaitu korban jiwa dan korban harta benda bahkan aktivitas transportasi 1

description

Perlunya beberap penambahan dan perubahan beberapa pasal Perkap tentang Dalmas

Transcript of Korektif Perkap Tentang Dalmas

Page 1: Korektif Perkap Tentang Dalmas

PANDANGAN KRITIS TERHADAP PERATURAN KAPOLRI NO.POL. : 16 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN MASSA

I. PENDAHULUAN

1. Latar Beakang Masalah

Penyampaian pendapat di muka umum merupakan hak setiap warga Negara untuk

menyampaikan pikiran dengan lisan dan atau tulisan secara bebas dan bertanggung

jawab dimana hal tersebut diatur dalam UU No. 9 tahun 1999. Terlebih lagi saat ini

pada masa reformasi, masyarakat dalam menanggapi setiap kebijakan publik yang

muncul dari pemerintah apabila hal tersebut dirasa merugikan tentunya menggunakan

saluran unjuk rasa untuk menyampaikan pendapatnya.

Akan tetapi disayangkan dalam pelaksanaannya, unjuk rasa tersebut terkadang

menimbulkan efek samping yang merugikan masyarakat yaitu unjuk rasa yang

cenderung anarkis bahkan sampai terjadi keadaan chaos sehingga situasi kamtibmas

menjadi tidak menentu. Kita masih ingat beberapa kasus unjuk rasa yang apabila

tidak tertangani dengan baik maka akan menjadi kekacauan yang mengakibatkan

kerugian yang tidak sedikit yaitu korban jiwa dan korban harta benda bahkan aktivitas

transportasi dan ekonomi menjadi terhambat dikarenakan unjuk rasa yang bersifat

anarkis tersebut.

Namun tentunya pihak Kepolisian Negara RI tidak tinggal diam dalam

mengantisipasi keadaan tersebut. Semenjak dulu Polri telah melakukan upaya-upaya

baik dalam tataran pembenahan instrument maupun dalam tataran operasional untuk

meredam keganasan unjuk rasa yang bersifat anarkis tersebut. Hingga terakhir yaitu

Tahun 2006 Polri mengeluarkan peraturan tentang pengendalian Unjuk Rasa yaitu

Peraturan Kapolri No. Pol. : 16 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengendalian Massa.

Peraturan Kapolri tersebut tentunya telah berjalan selama 2 (dua) tahun sehingga

dalam pelaksanaannya pastilah masih terdapat kekurangan disana sini, walaupun

1

Page 2: Korektif Perkap Tentang Dalmas

diakui secara substansial peraturan kapolri tentang pedoman pengendalian massa

tersebut merupakan produk / instrument yang paling terbaru dan sudah banyak

mengatur bagaimana setiap satuan fungsional Polri untuk bertindak dalam meredam

unjuk rasa.

Oleh karena itu dalam kesempatan pembuatan makalah ini penulis mencoba

mengangkat permasalahan tersebut dengan harapan hal ini menjadi masukan bagi

Polri dalam menyusun peraturan serupa dikemudian hari. Adapun judul makalah ini

adalah : “PANDANGAN KRITIS TERHADAP PERATURAN KAPOLRI NO.

POL. : 16 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN MASSA”.

2. Maksud dan Tujuan

a. Maksud

Maksud penulisan makalah ini adalah disamping untuk melaksanakan

penugasan pembuatan makalah yang materinya menyangkut Masalah Pedoman

Pengendalian Massa dari Dosen Mata Kuliah Manajemen Samapta, makalah ini

pula bertujuan memberikan masukan atau direktif kepada pihak yang

berkompeten dalam hal ini Direktorat Samapta Babinkam Polri dalam hal

pengendalian unjuk rasa kemudian sebagai sarana untuk belajar dalam

menuangkan pemikiran saya tentang Mata Kuliah Manajemen Samapta yang

diterima dengan ditunjang dengan beberapa referensi – referensi yang relevan

dengan permasalahan ini serta disertai dari pengalaman-pengalaman yang ada di

lapangan .

b. Tujuan

Dengan penulisan makalah ini, kami mengharapkan agar makalah ini

dapat dijadikan sebagai referensi dan tambahan wawasan / pengetahuan bagi

pembaca pada umumnya dan pihak yang berkompeten dalam hal ini Direktorat

Samapta Babinkam Polri pada khususnya mengenai hal-hal yang berkenaan

dengan pengendalian unjuk rasa sehingga berguna dalam penyusunan instrument

yang sama di kemudian hari.

2

Page 3: Korektif Perkap Tentang Dalmas

3. Permasalahan

Terjadinya unjuk rasa yang selama ini semakin marak dan mengalami banyak

perkembangan terutama dalam modus dan proses terjadinya unjuk rasa membuat

peraturan kepolisian yang berhubungan dengan pengedalian dalmas memerlukan cara

yang Up to Date untuk mengantisipasinya. Terlebih lagi pengunjuk rasa dalam

bertindak, mereka sudah merencanakan apa yang akan dilakukannya. Terlebih lagi

unjuk rasa tersebut bertambah rawan sehubungan dengan kehadiran pihak ke tiga atau

provokator. Yang tentunya apabila Polri dalam bertindak meredam unjuk rasa

tersebut memerlukan pedoman taktik dan strategi yang jitu untuk menghindari polri

terjebak dalam tindakannya terlebih lagi dalam melakukan upaya represif.

Melihat kenyataan dan akibat yang ditimbulkan diatas dapat diambil beberapa

pokok permasalahan yang akan penulis coba bahas yaitu :

Ketentuan-ketentuan apa saja yang perlu dimodifikasi dan ditambahkan dalam Perkap

No. Pol. : 16 Tahun 2006 tentang Pengendalian Unjuk Rasa tersebut ?

II. PEMBAHASAN

1. Bagian Pembukaan Perkap No. Pol. : 16 Tahun 2006

Pada bagian “ Menimbang “ di dasar hukum Peraturan Kapolri sebaiknya

dimasukkan beberapa peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan

Perlindungan Hak Asasi Manusia ( UU Nomor 39 Tahun 1999 ), Peraturan –

peraturan tentang proses penegakan hukum / KUHAP ( UU No. 8 Tahun 1981 ),

peraturan per-UU-an yang berhubungan dengan Kemerdekaan Mengemukakan

Pendapat di Muka Umum ( UU Nomor 9 Tahun 1998 ) dan memasukkan peraturan –

peraturan yang berhubungan dengan etika profesi Polri yaitu Perkap Kapolri No. 7

Tahun 2006 tentang Kode Etik Profesi Kepolisian RI.

Adapun tujuan memasukkan beberapa perundang-undangan dan peraturan tentang

etika polri tersebut adalah :

3

Page 4: Korektif Perkap Tentang Dalmas

a. Sebagai landasan hukum yang mengikat pada Peraturan Kapolri tentang

Pedoman Pengendalian Unjuk Rasa tersebut, karena pada prinsipnya dalam

bertindak Polisi mengacu pada UU yang berkaitan diatas.

b. Dengan memasukkan peraturan tentang etika profesi polri menegaskan bahwa

dalam meredamkan unjuk rasa tersebut haruslah tetap berpedoman dengan

etika profesi polri yang berlaku sehingga mengingatkan anggota dilapangan

agar mencegah tindakan-tindakan yang dapat menurunkan martabat profesi

kepolisian.

2. Bagian Bab I : Ketentuan Umum

Sebelum melangkah ke pengertian-pengertian yang berhubungan dengan pedoman

pengendalian massa sebaiknya dimasukkan beberapa prinsip-prinsip dasar yang

harus dilakukan dalam mengendalikan unjuk rasa seperti persamaan dimuka hukum (

Equality Before The Law ) , prinsip penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia

( Respect to Human Rights ), Prinsip penggunaan kekuatan yang seimbang

( Balancing of Power ) dan prinsip kerja sama antar lini atau lintas sektoral ( Work

as a Team and Cooperation Working ) serta prinsip menghormati aturan lokal

( Common Law ) yang berlaku baik tertulis dan tidak tertulis .

Adapun tujuan memasukkan prinsip-prinsip diatas yaitu sebagai landasan utama

petugas di lapangan dalam melakukan tindakan kepolisian untuk mengendalikan

massa pengunjuk rasa yang semata-mata tidak hanya menegakkan hukum dan

menjaga ketertiban tetapi juga sebagai bentuk pengakuan perlindungan terhadap

kepentingan masyarakat yang tidak dan yang melakukan unjuk rasa. Karena dalam

menegakkan hukum Polisi haruslah mematuhi prinsip-prinsip lainnya agar terhindar

dari kesalahan prosedur dan kesalahan tindakan kepolisian menurut aturan yang

mengikat lainnya. Hal ini perlu dipahami / disadari oleh Polri pada saat ini unjuk

rasa yang terjadi tidak lagi murni menyuarakan hati rakyat tetapi sudah banyak

4

Page 5: Korektif Perkap Tentang Dalmas

ditunggangi oleh pihak-pihak tertentu yang apabila polisi salah bertindak akan

mengakibatkan kesulitan – kesulitan tersendiri bagi institusi Polri.

3. Pasal 1 : “Pengertian-Pengertian”

Beberapa hal penting yang perlu dimasukkan dalam bagian pengertian-pengertian

Perkap ini antara lain :

a. Perlu dimasukkan pengertian tentang : Situasi Tertib/ Hijau , Situasi Tidak

Tertib/Kuning dan Situasi Melanggar Hukum / Merah . Apabila perlu

dimasukkan indikator apa saja yang termasuk dalam situasi-situasi tersebut.

b. Perlunya diperluas kembali pengertian “Negosiator”. Diharapkan negosiator

bukan hanya melakukan perundingan dengan pengunjuk rasa saja tetapi pula

menegosiasikan hal-hal keinginan pengunjuk rasa dengan pihak – pihak yang

berkepentingan.

c. Perlunya dimasukkan pengertian “Unjuk Rasa Damai ”, “Unjuk Rasa Anarkis”

hal ini dimaksudkan untuk persamaan persepsi petugas di lapangan dan lebih

menajamkan serta membedakan arti kegiatan tersebut diatas.

d. Perlunya dimasukkan pengertian “ Dokumentasi Unjuk Rasa ”, hal ini perlu

dalam pelaksanaan pengendalian massa sekaligus sebagai dokumen penting

dalam menggambarkan situasi unjuk rasa dan sebagai sarana balancing media

bila sewaktu-waktu dibutuhkan olehmasinstitusi.

4. Pasal 2 Tentang Pertanggungjawaban Atas Dalmas

Satuan kewilayahan yang bertanggung jawab atas Dalmas mulai tingkat

Polsek/Polsekta/Polsek Metro, Polres/Polresta/Polres Metro/Poltabes ,

Polwil/Polwitabes dan Polda sebaiknya diberikan langsung kepada Kepala Satuan

Kewilayahan bukan Satuan Samaptanya. Hal ini untuk mempertegas siapa yang

5

Page 6: Korektif Perkap Tentang Dalmas

bertanggung jawab dalam mengendalikan kegiatan pengendalian massa yang terjadi

di wilayahnya. Kemudian untuk memperlancar kegiatan Dalmas di lapangan, Kepala

Satuan Kewilayahan menyerahkan pertanggung jawaban tugas tehnis Dalmas

kepada Kepala Satuan Fungsi Samapta yang ada di Polsek/Polsekta/Polsek Metro,

Polres/Polresta/Polres Metro/Poltabes , Polwil / Polwitabes dan Polda.

5. Pasal 5, Pasal 12, Pasal 19 : Tentang Tahap Persiapan Dalmas

Selain persiapan-persiapan yang ada dalam Pasal 5 ayat 2, Pasal 12 ayat 2 dan Pasal

19 ayat 2 perlu pula ditambahkan persiapan- persiapan sebagai berikut :

a. Menyiapkan koordinasi dengan pihak-pihak terkait seperti pihak TNI, pihak

pemda, pihak pemadam kebakaran, pihak rumah sakit / ambulance dan pihak-

pihak lainnya yang berkompeten dalam unjuk rasa tersebut.

b. Menyiapkan personil dan peralatan fungsi tehnis kepolisian lainnya selain

personil yang tergabung dalam pasukan Dalmas seperti Personil Intel, Lantas,

dan Reserse.

c. Menentukan penempatan personil ( Plotting) pasukan dalmas dan pasukan

PHH / Brimob serta personil fungsi tehnis lainnya yang tidak tergabung dalam

pasukan dalmas seperti intel, serse dan lalu lintas.

d. Menentukan jalur evakuasi terhadap VIP/pejabat penting dan menyiapkan

petugas yang mengawalnya.

6. Pasal 7, Pasal 14 dan Pasal 21 : Tentang Larangan-larangan bagi Petugas

Dalmas.

Beberapa hal yang hal perlu ditambah dalam pasal-pasal ini terutama yang beupa

larangan – larangan bagi petugas dalmas dalam bertugas mengendalikan massa

antara lain :

6

Page 7: Korektif Perkap Tentang Dalmas

a. Larangan untuk membalas lemparan yang dilakukan oleh pengunjuk rasa

b. Larangan merusak fasilitas umum dan milik orang lain

c. Larangan melakukan penyiksaan/pemukulan bagi pelaku pengunjuk rasa anarkis

yang telah tertangkap.

7. Pasal 8, Pasal 15 dan Pasal 22 : Tentang Pelaksanaan Dalmas Dalam Situasi

Damai

Dalam pelaksanaan pengendalian massa yang diatur dalam pasal Perkap ini ada

beberapa hal yang perlu di modifikasi antara lain :

a. Sebelum pengunjuk rasa bergerak petugas polisi dalam hal ini anggota intelkam /

petugas yang tidak berseragam memantau perkembangan situasi yang ada di

lokasi dimana massa pengunjuk rasa berkumpul sebelum mereka memulai

kegiatannya dan melaporkan perkembangan yang ada kepada Kepala Satuan

Fungsinya atau Kepala Satuan Kewilayahan dalam hal ini Kapolres dan atau

Kapolsek. Hal ini penting sebagai informasi awal dalam menerapkan strategi

pengendalian massa nantinya.

b. Apabila memungkinkan petugas negositor atau petugas polisi lainnya dapat

berkoordinasi kepada Korlap di tempat / lokasi para Pengunjuk Rasa/massa

berkumpul sebelum melakukan kegiatannya dan dapat mengarahkan hal-hal

berikut :

1) Meminta agar pelaksanaannya dilaksanakan dengan tertib jangan sampai

mengganggu kepentingan orang lain yang melaksanakan aktivitas lain.

2) Mengingatkan mereka agar jangan bertindak anarkis atau merusak fasilitas

umum.

3) Mengingatkan agar mereka waspada jangan sampai ada pihak atau orang

lain yang berusaha menyusup untuk memanaskan suasana unjuk rasa

nantinya

7

Page 8: Korektif Perkap Tentang Dalmas

4) Menyampaikan kepada mereka bahwa Polisi mengamankan unjuk rasa demi

menjaga ketertiban dan keamanan dalam pelaksanaan unjuk rasa dan

melindungi mereka selama berunjuk rasa serta bukanlah menjadi lawan /

musuh mereka

8. Pasal 9, Pasal 16 dan Pasal 23 : Tentang Pelaksanaan Dalmas Dalam Situasi

Kuning

Dalam pelaksanaan pengendalian massa yang diatur dalam beberapa pasal Perkap ini

ada beberapa hal yang perlu dimodifikasi antara lain :

a. Pada situasi kuning dimana pengunjuk rasa sudah mulai melakukan tindakan

anarkis seperti melempar petugas dengan benda keras dsb. Dalam hal

penembakan Gas Air Mata agar personil dalmas yang melakukannya

memperhatikan kondisi angin jangan sampai asap gas air mata mengarah ke

personil dalmas. Hal ini penting mencegah kondisi senjata makan tuan apabila

memang tidak memungkinkan karena kondisi angin tersebut maka penembakan

gas air mata tidak perlu dilakukan cukup menggunakan Rantis pengurai massa.

b. Personil yang mengambil gambar dokumentasi ( yang memegang handycam )

agar mengarahkan pengambilan gambar terhadap perbuatan-perbuatan

pengunjuk rasa dan obyek-obyek gambar penting yang menonjol.

c. Personil yang mengambl gambar dokumentasi tersebut agar dapat ditemani oleh

seorang petugas lainnya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan

d. Bila terdapat sesuatu hal ( orang/barang ) yang disandera oleh pengunjuk rasa

seperti mobil, truk, dan lain sebagainya sebelumnya dilakukan upaya negosiasi

kepada pihak pengunjuk rasa namun upaya negosiasi tersebut gagal maka

Peleton Samapta Penindak melakukan upaya evakuasi untuk menyelamatkan

orang / barang yang disandera oleh pengunjuk rasa tersebut.

8

Page 9: Korektif Perkap Tentang Dalmas

e. Apabila waktu akan menunjukkan pukul 18.00 dimana batas waktu untuk unjuk

rasa selesai maka pimpinan dalmas menyampaikan / mengingatkan hal tersebut

kepada Korlap Pengunjuk rasa sebanyak 3 kali namun bila hal tersebut tidak

diindahkan maka Pasukan Dalmas melakukan upaya penguraian massa sampai

massa benar-benar membubarkan diri.

Beberapa hal yang perlu dimasukkan dalam pelaksanaan tugas pengendalian massa

dalam Perkap ini antara lain :

a. Agar dimasukkan pula Cara Bertindak (CB) personil fungsi lainnya seperti

fungsi intel, lantas, dan reserse.

b. Pada pelaksanaan Dalmas di Jalan raya agar diuraikan cara pergantian petugas

Dalmas Awal kepada Petugas Dalmas Lanjut dan Petugas Dalmas Lanjut

dengan Pasukan PHH Brimob. Dan diuraikan urut-urutan kegiatan apa saja

yang dilakukan oleh Petugas Dalmas setelah pergantian

c. Agar perlu dimasukkan pula bagaimana cara penangkapan terhadap pelaku

pengunjuk rasa yang anarkis hal ini penting untuk mencegah terjadinya

kesalahan prosedur dalam proses penangkapan.

d. Perlu dimasukkan pula proses pengisian air untuk Mobil Rantis Pengurai Massa

untuk mengantisipasi bila air di dalam mobil rantis habis.

e. Perlu dimasukkan cara bertindak petugas dalmas bila gas air mata yang telah

ditembakkan ternyata dilemparkan kembali oleh pengunjuk rasa ke barisan

dalmas.

f. Perlunya dirumuskan langkah apa yang dapat dilakukan petugas dalmas apabila

ada pengunjuk rasa yang melemparkan Bom Molotov kearah barisan dalmas

g. Perlu dimasukkan kegiatan apa yang dilakukan oleh petugas medis (ambulance)

apabila telah jatuh korban dari pihak pasukan dalmas ataupun dari pihak

pengunjuk rasa

9

Page 10: Korektif Perkap Tentang Dalmas

9. Paragraf Ketiga : Tentang Tahap Pengakhiran

Beberapa hal yang perlu dimasukkan sebagai hal baru dalam tahap pengakhiran ini

adalah apabila unjuk rasa tersebut sampai terjadi pada situasi merah dan

menimbulkan korban baik pihak polisi ataupun pengunjuk rasa Kepala Satuan

Kewilayahan/Humas Polri dapat mengundang wartawan media cetak / media

elektronik untuk melakukan jumpa pers sebagai upaya pembentukan opini awal

publik.

10. Bab IV : Tentang Persyaratan Satuan Dalmas

Ada hal yang perlu ditambahkan berhubungan dengan persyaratan Satuan Dalmas

yaitu persyaratan seorang Negosiator antara lain seorang negosiator memiliki

persyaratan lulus test psikologi dan pernah mengikuti pelatihan tentang negosiator

11. Bab V : Tentang Kaji Ulang

Ada terdapat hal yang perlu ditambah dalam pelaksanaan kaji ulang tersebut yaitu

Pimpinan Satuan Dalmas dalam melaksanakan kaji ulang agar dapat memutar hasil

rekaman pelaksanaan Dalmas dari handycam untuk menganalisa dan mengevaluasi

kegiatan Dalmas yang telah dilakukan.

12. Bab VII Tentang Koordinasi dan Pengendalian

Beberapa hal yang perlu ditambahkan dalam pengendalian massa di Perkap ini

adalah agar diperjelas kembali bentuk koordinasi yang dilakukan dengan Satuan

Kepolisian terdekat, Unsur Muspida, Ketua DPR dan Instansi terkait lainnya baik itu

dalam tahap persiapan dan tahap pelaksanaan dalmas ( situasi hijau,situasi kuning

dan situasi merah) dan tahap pengakhiran.

10

Page 11: Korektif Perkap Tentang Dalmas

III. P E N U T U P

13. Kesimpulan

Era Reformasi memberikan keterbukaan bagi warga negara untuk mengemukakan

pendapat di muka umum dimana hal tersebut merupakan hak yang dimiliki oleh

setiap warga negara yang tercantum dalam aturan perundang-undangan. Akan tetapi

kondisi tersebut terkadang dalam kenyataannya berjalan sesuai dengan kenyataan.

Banyak pengalaman dan kejadian selama ini dalam mengemukakan pendapat dalam

bentuk unjuk rasa, masyarakat ataupun beberapa elemen masyarakat melanggar

hak-hak masyarakat lainnya seperti mulai dari terjadinya kemacetan yang

menggangu arus lalu lintas sampai dengan terjadinya pengerusakan bahkan

jatuhnya korban yang mengakibatkan kegiatan masyarakat menjadi terhambat.

Kondisi tersebut membuat pihak kepolisian mau-tidak mau bergerak untuk

mengendalikan kegiatan unjuk rasa tersebut untuk mencegah terjadinya hal-hal

yang dapat mengganggu ketertiban dan keamanan masyarakat. Peraturan Kapolri

No. 16 Tahun 2006 tentang Pengendalian Massa tentunya menjadi pedoman dasar

bagi petugas polisi dilapangan untuk mengantisipasi hal tersebut. Namun seiring

dengan perjalanan waktu dan penerapannya di lapangan Perkap tersebut masih

terdapat beberapa kekurangan sehingga membutuhkan rekonstruksi kembali dan

beberapa penyesuaian agar pelaksanannya lebih baik lagi.

14. S a r a n

Agar lebih baiknya pelaksanaan pengendalian massa tersebut, penulis memberikan

beberapa saran untuk menyempurnakan dan memperbaiki kelemahan dari Perkap

ini antara lain :

a. Kondisi dan situasi yang berkembang dimasyarakat pada setiap daerah berbeda-

beda yang tentunya dalam setiap penanganan pengendalian massa memerlukan

penanganan yang berbeda pula untuk itu penulis menyarankan apabila tidak

terdapat beberapa perubahan yang signifikan dalam Perkap tersebut ada baiknya

11

Page 12: Korektif Perkap Tentang Dalmas

masing-masing Polda ataupun Polres membuat Petunjuk Pelaksanaan yang lebih

menyesuaikan dengan kondisi dan situasi yang ada di kesatuan tersebut ataupun

situasi kemasyarakatan yang timbul di wilayah tersebut. Apabila perlu dalam

perkap tersebut ditambahkan sebuah BAB ataupun pasal yang dapat

memberikan kewenangan Kepala Satuan Wilayah untuk membuat peraturan

atau petunjuk pelaksanaan yang lebih mengembangkan Perkap Pengendalian

Massa tersebut.

b. Perlunya diusulkan kepada Mabes Polri untuk membuat kajian tentang UU No

39 Tahun 1999 agar pelaksanaan penyampaian pendapat dimuka umum

dilaksanakan lebih tertib lagi sebagai contoh dalam melaksanakan Unjuk Rasa

perlu adanya Surat ijin dari pihak kepolisian bukan hanya pemberitahuan saja,

perlunya membuat terobosan yang berkaitan dengan tempat pelaksanaan unjuk

rasa dimana setiap pemerintah daerah atau instansi terkait untuk menyiapkan

sebuah lokasi dimana masyarakat dapat melaksanakan unjuk rasa hal ini dirasa

perlu agar pelaksanaan unjuk rasa tidak mengganggu aktivitas masyarakat

lainnya.

c. Kajian tentang hal yang disampaikan dalam point b diatas dapat juga

disampaikan kepada Pemerintah Pusat melalui mekanisme pembuatan Peraturan

Pemerintah ataupun kepada Pemerintah Daerah melalui pembuatan Peraturan

Daerah ( Perda ) apabila perubahan melalui UU tidak dapat dilakukan.

d. Ketersediaan peralatan untuk pengendalian unjuk rasa seperti Water Canon,

Mobil Rantis dan peralatan berat lainnya agar sebaiknya tidak hanya dipusatkan

pada kesatuan di kota-kota besar tetapi juga mengkondisikan peralatan tersebut

dapat dimiliki oleh polres-polres lainnya. Apabila kondisi keuangan Polri belum

cukup untuk dapat mengadakan peralatan tersebut dapat melakukan strategi

pemusatan sarana dan prasarana di suatu wilayah tertentu yang dapat dengan

cepat dijangkau oleh setiap polres terdekat lainnya apabila membutuhkan.

12

Page 13: Korektif Perkap Tentang Dalmas

e. Kebijakan Publik yang dikeluarkan oleh pemerintah terkadang membawa

dampak yang cukup besar dalam penerapannya di masyarakat, untuk itu ada

baiknya setiap Kepala Kesatuan dari tingkat Mabes sampai dengan Polres dapat

mememinta kepada lembaga eksekutif dan legislatif agar dilibatkan dalam

proses pembuatan kebijakan publik tersebut. Hal ini penting untuk memberikan

masukan kepada pemerintah dalam rangka memperkecil dampak yang mungkin

akan timbul.

Demikian makalah saya yang berkenaan dengan proses penyempurnaan Perkap

pengendalian massa ini dalam rangka memenuhi tugas yang dberikan oleh Dosen Mata

Kuliah Manajemen Samapta, penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna maka

penulis meminta koreksi, saran dan kritik yang membangun dari para dosen dan pembaca

demi lebih baiknya makalah ini dikemudian hari.

Jakarta, Juni 2008PENULIS

DOLLY GUMARANo. Mhsw. 6496

13