Koran tempel q post edisi xlix

1
Edisi XLIX / Agustus 2015 Koran Tempel ini diterbitkan oleh Unit Aktivitas Pers Mahasiswa (UAPM) INOVASI UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Penanggung Jawab: Imam Abu Hanifah. Staf Redaksi: Luluk Khusnia, Cholilatun Nabilah. Editor: Salis fahrudin, Imam Abu Hanifah. Karikatur: Uswatun Hasanah. Layouter: Salis Fahrudin. Alamat Redaksi: Gedung Jendral Besar H. Mohammad Soeharto Lt.1 UIN Maliki Malang. Jl. Gajayana 50 Malang (65145). Email: [email protected]. Website: www.uapminovasi.com Twitter: @uapm_inovasi 20 Agustus 2015 Oleh Cholilatun Nabilah Oleh Luluk Khusnia ke redaksi UAPM INOVASI Beda Hari, Beda Tarif Maba Tanyakan Kejelasan Dana Fasilitas OPAK KORBAN PERS? Gunakan Hak Jawab Nama : Siti Ulfa Nur Afifah Jurusan : Pendidikan Agama Islam “Kenapa OPAK 2015 harus membayar Rp 40.000,00. Padahal cuma mendapat tas, air mineral kecil. Padahal diawal sudah ada biaya untuk daftar ulang” Nama : Kharisma Roisatul U.A. Jurusan : Pendidikan Agama Islam “Pembayaran yang tidak praktis dan langsung” ahasiswa baru (maba) UIN Maulana Malik Ibrahim (Maliki) Malang tampak M mengantri untuk melaksanakan cek kesehatan di Gedung B (18/8). Cek kesehatan tersebut sebagai rangkaian kegiatan pra Orientasi Pengenalan Akademik Universitas (OPAK-U). Pengecekan kesehatan dibagi menjadi dua gelombang. Gelombang pertama diikuti oleh mahasiswa dari Fakultas Humaniora, Ekonomi, Psikologi serta Syariah, yang dilaksanakan sehari sebelumnya (17/8). Sedangkan gelombang kedua, terdiri dari mahasiswa Fakultas Tarbiyah serta Sains dan Teknologi (Saintek). Akan tetapi ada perbedaan antara hari pertama dengan hari kedua cek kesehatan. Di hari pertama, maba yang melakukan cek kesehatan dikenakan biaya registrasi sebesar Rp 15.000,00. Sedangkan di hari kedua, biaya registrasi ditiadakan. Diganti dengan adanya sumbangan sukarela kemanusiaan. Hal itu membuat Shuffi Elya bingung, karena teman- temannya banyak yang telah terlanjur membayar pada gelombang pertama. “Bikin bingung, soalnya teman-teman yang cek kesehatan hari pertama wajib bayar. Eh, yang hari kedua dibilang nggak usah bayar,” ujar maba jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) yang melaksanakan cek kesehatan pada gelombang kedua itu. Sedang Rifa, maba jurusan Bahasa dan Sastra Inggris (BSI) yang telah membayar biaya cek kesehatan, menyarankan agar uang itu dikembalikan, “Kalau ada yang keberatan mendingan dibalikin saja,” ucapnya. Asma Kumalasari, salah satu panitia yang bertugas saat cek kesehatan menyatakan, biaya itu digunakan sebagai pembiayaan operasional cek kesehatan, yang terdiri dari tes golongan darah, tinggi badan serta berat badan. Menyikapi peniadaan biaya 15.000, hal itu didasarkan atas adanya instruksi dari rektor, “Tadi pagi ada imbauan dari rektor tidak ada penarikan untuk maba, jadi untuk registrasi bersifat sukarela” tambahnya. Himbauan itu disampaikan oleh pihak Kemahasiswaan dalam rapat koordinasi bersama panitia cek kesehatan. Mujaid Kumkelo, selaku Kepala Bagian Kemahasiswaan menyatakan bahwa penarikan registrasi untuk cek kesehatan tidak sesuai prosedur. Karena tidak ada musyawarah atau rapat resmi antara pihak kemahasiswaan dengan PMI Cabang Kota Malang yang bekerja sama dalam cek kesehatan. “Ada penarikan-penarikan yang sesungguhnya belum disetujui oleh pimpinan,” ujar Mujaid. Oleh sebab itulah registrasi di hari kedua dihentikan. Tapi hal berbeda diungkapkan oleh Asma, menurutnya pihak panitia cek kesehatan sudah sesuai prosedur dalam bekerja sama dengan PMI Cabang Kota Malang. “Kan sekarang panitia OPAK-nya DEMA. Jadi kontrak kerja samanya ya antara Ketua Pelaksana OPAK dan PMI. Setelah itu ketua pelaksana yang bertugas melaporkan hal tersebut terhadap kemahasiswaan,” imbuhnya. Terkait dana yang sudah terlanjur ditarik dari maba, pihak KSR sendiri menyatakan bahwa setelah koordinasi penghentian penarikan di hari kedua, seluruh dana registrasi cek kesehatan nantinya diserahkan ke pihak kemahasiswaan. Lalu biaya operasional terkait cek kesehatan sepenuhnya ditanggulangi oleh kampus. “Dana yang sudah ditarik dari maba masih akan dirapatkan lagi secara komprehensif bersama lembaga-lembaga keuangan kampus yang terkait,” ucap Mujaid.[] emungutan biaya tambahan fasilitas Orientasi Pengenalan PAkademik-Universitas (OPAK-U) terjadi dalam persiapan OPAK-U UIN Maulana Malik Ibrahim (Maliki) Malang 2015. Pada hari pertama pengambilan fasilitas (17/8), mahasiswa baru (maba) diminta untuk membayar uang fasilitas sebesar Rp 90.000,00. Namun untuk hari berikutnya, harga fasilitas yang dibayarkan berubah menjadi Rp 40.000,00. Perbedaan biaya yang dibayarkan terjadi karena peniadaan biaya buku dan cek kesehatan. Siti Ulfa Nur Afifah atau yang biasa dipanggil Afi, maba dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) mempertanyakan kejelasan biaya tersebut. Afi menuturkan, fasilitas yang dia dapatkan hanya berupa map, 5 lembar folio bergaris, pita merah putih, penjepit kertas, pin Ulul Albab, pin merah putih, lilin, bolpoin, serta air mineral. “Kenapa bayar lagi, padahal sudah daftar ulang?” keluhnya. Yuni Rohayati, orang tua Afi pun menginginkan penjelasan yang pasti untuk penggunaan dana tersebut, “Minta perincian dana. Soalnya kalau bayar apa-apa biasanya ada kwitansinya,” ucapnya. Yuni lalu meminta anaknya untuk melakukan klarifikasi ke pihak terkait, untuk kejelasan penggunaan uang tersebut. Setelah Afi meminta penjelasan kepada Dewan Eksekutif Mahasiswa- Universitas (DEMA-U), ternyata jawabannya tidak jelas. Dia hanya diminta menulis nama lengkap, serta disuruh datang lagi ke kantor DEMA-U lain waktu untuk mengambil kwitansinya. Tidak diberikannya kwitansi tersebut dikarenakan tinta stempel saat itu sudah habis. “Kecewa dan bingung, kok malah jadi ribet gini,” ucapnya. Terkait biaya tambahan fasilitas OPAK-U tersebut, Abeng Pupu Tarpuhawa, selaku Ketua Pelaksana OPAK-U 2015 menjelaskan, sebenarnya pihak kampus telah memberikan fasilitas kepada maba secara gratis. Meliputi jas almamater, kaos OPAK-U, blocknote, dan lain-lain. Pada hari pertama pengambilan fasilitas OPAK-U, ia mengakui bahwa maba memang diminta membayar sebesar 90 ribu rupiah. “Rinciannya, 40 ribu untuk buku karya Ngainun Naim yang judulnya Islam dan Pluralisme Agama, 40 ribu lagi untuk merchandise, 10 ribu untuk air mineral dalam botol beserta tiket inagurasi,” papar Abeng. Mujaid Kumkelo, selaku Kepala Bagian Kemahasiswaan malah mengaku tidak tahu menahu tentang penarikan fasilitas OPAK-U tersebut. “Saya belum dapat laporan dari ketua pelaksana tentang 90 ribu tadi,” ujarnya. Akibat adanya protes dari pihak mahasiswa, tertanggal 18 Agustus 2015, terdapat surat pernyataan nomor Un.03.11.SB.01/PAN.OPAK/XII.08.2015 yang menyatakan, penghentian pengadaan buku dan menggratiskan cek kesehatan. Surat tersebut diketahui dan tertandatangani oleh Nanang Maashobirin selaku Presiden SUARA MABA UAPM / USWAH Mahasiswa serta Mujaid Kumkelo. , “Seharusnya ada persiapan yang matang, terutama yang menyangkut bayar-membayar. Soalnya kan itu menyangkut dengan orang tua,” ucapnya. [] Dengan tidak tahu menahunya Mujaid akan penarikan dana tersebut, mengindikasikan kurangnya koordinasi antara panitia pelaksana OPAK 2015 dengan pihak Kemahasiswaan. Firhan Ubaidillah al- Abrary, maba FITK menyarankan UAPM / BILLA

description

 

Transcript of Koran tempel q post edisi xlix

Edisi XLIX / Agustus 2015

Koran Tempel ini diterbitkan oleh Unit Aktivitas Pers Mahasiswa (UAPM) INOVASI UIN Maulana Malik Ibrahim MalangPenanggung Jawab: Imam Abu Hanifah. Staf Redaksi: Luluk Khusnia, Cholilatun Nabilah. Editor: Salis fahrudin, Imam Abu Hanifah. Karikatur: Uswatun Hasanah. Layouter: Salis Fahrudin. Alamat Redaksi: Gedung Jendral Besar H. Mohammad Soeharto Lt.1 UIN Maliki Malang. Jl. Gajayana 50 Malang (65145). Email: [email protected]: www.uapminovasi.com Twitter: @uapm_inovasi

20 Agustus 2015

Oleh Cholilatun Nabilah

Oleh Luluk Khusnia

ke redaksi UAPM INOVASI

Beda Hari, Beda Tarif

Maba Tanyakan Kejelasan Dana Fasilitas OPAK

KORBAN PERS?Gunakan Hak Jawab

Nama : Siti Ulfa Nur AfifahJurusan : Pendidikan Agama Islam

“Kenapa OPAK 2015 harus membayar Rp 40.000,00. Padahal cuma mendapat

tas, air mineral kecil. Padahal diawal sudah ada biaya untuk daftar ulang”

Nama : Kharisma Roisatul U.A.Jurusan : Pendidikan Agama Islam“Pembayaran yang tidak praktis dan

langsung”

ahasiswa baru (maba) UIN Maulana Malik Ibrahim (Maliki) Malang tampak M

mengantri untuk melaksanakan cek kesehatan di Gedung B (18/8). Cek kesehatan tersebut sebagai rangkaian kegiatan pra Orientasi Pengenalan Akademik Universitas (OPAK-U). Pengecekan kesehatan dibagi menjadi dua gelombang. Gelombang pertama diikuti oleh mahasiswa

dari Fakultas Humaniora, Ekonomi, Psikologi serta Syariah, yang dilaksanakan sehari sebelumnya (17/8). Sedangkan gelombang kedua, terdiri dari mahasiswa Fakultas Tarbiyah serta Sains dan Teknologi (Saintek).

Akan tetapi ada perbedaan antara hari pertama dengan hari kedua cek kesehatan. Di hari pertama, maba yang melakukan cek kesehatan dikenakan biaya registrasi sebesar Rp 15.000,00. Sedangkan di hari kedua, biaya

registrasi ditiadakan. Diganti dengan adanya sumbangan sukarela kemanusiaan. Hal itu membuat Shuffi Elya bingung, karena teman-temannya banyak yang telah terlanjur membayar pada gelombang pertama. “Bikin bingung, soalnya teman-teman yang cek kesehatan hari pertama wajib bayar. Eh, yang hari kedua dibilang nggak usah bayar,” ujar maba jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) yang melaksanakan cek kesehatan pada gelombang kedua itu. Sedang Rifa, maba jurusan Bahasa dan Sastra Inggris (BSI) yang telah membayar biaya cek kesehatan, menyarankan agar uang itu dikembalikan, “Kalau ada yang keberatan mendingan dibalikin saja,” ucapnya.

Asma Kumalasari, salah satu panitia yang bertugas saat cek kesehatan menyatakan, biaya itu digunakan sebagai pembiayaan operasional cek kesehatan, yang terdiri dari tes golongan darah, tinggi badan serta berat badan. Menyikapi peniadaan biaya 15.000, hal itu didasarkan atas adanya instruksi dari rektor, “Tadi pagi ada imbauan dari rektor tidak ada penarikan untuk maba, jadi untuk registrasi bersifat sukarela” tambahnya. Himbauan itu disampaikan oleh pihak Kemahasiswaan dalam rapat koordinasi bersama panitia cek kesehatan.

Mujaid Kumkelo, selaku Kepala Bagian Kemahasiswaan menyatakan bahwa

penarikan registrasi untuk cek kesehatan tidak sesuai prosedur. Karena tidak ada musyawarah atau rapat resmi antara pihak kemahasiswaan dengan PMI Cabang Kota Malang yang bekerja sama dalam cek kesehatan. “Ada penarikan-penarikan yang sesungguhnya belum disetujui oleh pimpinan,” ujar Mujaid. Oleh sebab itulah registrasi di hari kedua dihentikan. Tapi hal berbeda d iungkapkan o leh Asma , menurutnya pihak panitia cek kesehatan sudah sesuai prosedur dalam bekerja sama dengan PMI Cabang Kota Malang. “Kan sekarang panitia OPAK-nya DEMA. Jadi kontrak kerja samanya ya antara Ketua Pelaksana OPAK dan PMI. Setelah itu ketua pelaksana yang bertugas melaporkan hal tersebut terhadap kemahasiswaan,” imbuhnya.

Terkait dana yang sudah terlanjur ditarik dari maba, pihak KSR sendiri menyatakan bahwa setelah koordinasi penghentian penarikan di hari kedua, seluruh dana registrasi cek kesehatan nantinya diserahkan ke pihak kemahasiswaan. Lalu biaya operasional terkait cek kesehatan sepenuhnya ditanggulangi oleh kampus. “Dana yang sudah ditarik dari maba masih akan dirapatkan lagi secara komprehensif bersama lembaga-lembaga keuangan kampus yang terkait,” ucap Mujaid.[]

emungutan biaya tambahan fasilitas Orientasi Pengenalan PAkademik-Universitas (OPAK-U)

terjadi dalam persiapan OPAK-U UIN Maulana Malik Ibrahim (Maliki) Malang 2015. Pada hari pertama pengambilan fasilitas (17/8), mahasiswa baru (maba) diminta untuk membayar uang fasilitas sebesar Rp

90.000,00. Namun untuk hari berikutnya, harga fasilitas yang dibayarkan berubah menjadi Rp 40.000,00. Perbedaan biaya yang dibayarkan terjadi karena peniadaan biaya buku dan cek kesehatan.

Siti Ulfa Nur Afifah atau yang biasa dipanggil Afi, maba dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) mempertanyakan kejelasan biaya tersebut. Afi menuturkan, fasilitas yang dia dapatkan hanya berupa map, 5 lembar folio bergaris, pita merah putih, penjepit kertas, pin Ulul Albab, pin merah putih, lilin, bolpoin, serta air mineral. “Kenapa bayar lagi, padahal sudah daftar ulang?” keluhnya.

Yuni Rohayati, orang tua Afi pun menginginkan penjelasan yang pasti untuk penggunaan dana tersebut, “Minta perincian dana. Soalnya kalau bayar apa-apa biasanya ada kwitansinya,” ucapnya. Yuni lalu meminta anaknya untuk melakukan klarifikasi ke pihak terkait, untuk kejelasan penggunaan uang tersebut. Setelah Afi meminta penjelasan kepada Dewan Eksekutif Mahasiswa-Universitas (DEMA-U), ternyata jawabannya tidak jelas. Dia hanya diminta menulis nama lengkap, serta disuruh datang lagi ke kantor DEMA-U lain waktu untuk mengambil kwitansinya. Tidak diberikannya kwitansi tersebut dikarenakan tinta stempel saat itu

sudah habis. “Kecewa dan bingung, kok malah jadi ribet gini,” ucapnya.

Terkait biaya tambahan fasilitas OPAK-U tersebut, Abeng Pupu Tarpuhawa, selaku Ketua Pelaksana OPAK-U 2015 menjelaskan, sebenarnya pihak kampus telah memberikan fasilitas kepada maba secara gratis. Meliputi jas almamater, kaos OPAK-U, blocknote, dan lain-lain. Pada hari pertama pengambilan fasilitas OPAK-U, ia mengakui bahwa maba memang diminta membayar sebesar 90 riburupiah. “Rinciannya, 40 ribu untuk buku karya Ngainun Naim yang judulnya Islam dan Pluralisme Agama, 40 ribu lagi untuk merchandise, 10 ribu untuk air mineral dalam botol beserta tiket inagurasi,” papar Abeng.

Mujaid Kumkelo, selaku Kepala Bagian Kemahasiswaan malah mengaku tidak tahu menahu tentang penarikan fasilitas OPAK-U tersebut. “Saya belum dapat laporan dari ketua pelaksana tentang 90 ribu tadi,” ujarnya. Akibat adanya protes dari pihak mahasiswa, tertanggal 18 Agustus 2015, terdapat surat p e r n y a t a a n n o m o r Un.03.11.SB.01/PAN.OPAK/XII.08.2015 yang menyatakan, penghentian pengadaan buku dan menggratiskan cek kesehatan. Surat tersebut diketahui dan tertandatangani oleh Nanang Maashobirin selaku Presiden

S U A R A M A B A

UAPM / USWAH

Mahasiswa serta Mujaid Kumkelo.

, “Seharusnya ada persiapan yang matang, terutama yang menyangkut bayar-membayar. Soalnya kan itu menyangkut dengan orang tua,” ucapnya. []

Dengan tidak tahu menahunya Mujaid a k a n p e n a r i k a n d a n a t e r s e b u t , mengindikasikan kurangnya koordinasi antara panitia pelaksana OPAK 2015 dengan pihak Kemahasiswaan. Firhan Ubaidillah al-Abrar y, maba FITK menyarankan

UAPM / BILLA