Kopling Belt Conveyor Finish

download Kopling Belt Conveyor Finish

of 43

Transcript of Kopling Belt Conveyor Finish

Perancangan Kopling

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Perkembangan mengenai teknologi mesin pemindah bahan sudah banyak di desain dengan berbagai macam tipe, salah satunya adalah belt conveyor. Belt conveyor sangat beragam type dan jenisnya. Belt conveyor biasanya digunakan pada berbagai macam industri, salah satunya sebagai alat transportasi berbagai material dalam lingkungan industri tersebut. Material yang diangkut mulai dari raw material hingga hasil produksi, termasuk memindahkan material antar work stasion. Dengan menggunakan belt conveyor dapat menghemat biaya produksi serta meningkatkan produktivitas. Penggunaan belt conveyor sangat banyak dipakai karena penggunaannya yang mudah serta efisien terhadap waktu dan tenaga. Untuk itu perancangan kopling pada belt conveyor sangat diperhatikan guna meningkatkan efisiensi dan kinerja mesin pemindah bahan. 1.2 Tujuan Merancang dan menghitung ukuran-ukuran utama dari belt conveyor dan roda gigi didasarkan pada perhitungan teoritis. 1.3 Manfaat 1. Dapat mengetahui variabel-variabel yang mempengaruhi kinerja belt conveyor2. Dapat mengetahui cara kerja dari belt conveyor secara menyeluruh

1.4 Batasan masalah Dalam perancangan ini ada beberapa acuan yang akan digunakan untuk perancangan ulang. Rancangan yang akan dibuat adalah perancangan kopling dari belt conveyor dengan spesifikasi : Daya Motor Putaran Material : 30,5 dk : 31,4 rpm : Batubara

1.5 Sistematika Penulisan

1

Perancangan Kopling

Penulisan laporan tugas akhir ini disusun menggunakan sistematika sebagai berikut : Bab I Pendahuluan Menjelaskan pendahuluan tentang studi kasus dan pemecahan masalah yang berisi antara lain : Latar belakang permasalahan, Tujuan, Manfaat, Batasan Permasalahan, dan Sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka Deskripsi singkat tentang conveyor, macam-macam conveyor, pemilihan alat pemindah bahan yang sesuai dengan pengunaan, jenis kopling secara umum dan pengunaanya. Bab III Perancangan Belt Conveyor Perhitungan perhitungan dimensi belt conveyor termasuk tebal belt, lebar belt dan sudut maximum belt conveyor. Bab IV Perancangan Roda Gigi Perhitungan Perhitungan poros, perbandingan putaran dengan roda gigi, perhitungan baut, sabuk serta kopling yang digunakan. BAB V Kesimpulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2

Perancangan Kopling

2.1.

Conveyor Jenis mesin conveyor sangat banyak dan masing-masing berbeda menurut prinsip

pengoperasiannya, bentuk desain peralatan serta arah pemindahan. Untuk mempersempit kajian menjadi lebih sederhana, mesin conveyor diklasifikasikan menurut prinsip operasinya, menurut jenis material yang ditangani, dan bentuknya. Menurut prinsip operasinya, mesin conveyor dibagi atas mesin dengan aksi terputus dan kontiniu. Mesin aksi terputus meliputi berbagai jenis transportasi darat yaitu kereta api, lori, traktor dan lain-lain. Sedangkan mesin aksi kontiniu meliputi berbagai jenis conveyor, instalasi transport dan hidroulik pnuematik. Siklus operasi adalah sifat dari mesin aksi terputus. Secara umum mesin ini beroperasi berdasarkan prinsip timbal balik, yaitu membawa muatan pada satu arah kosong ke arah yang berlawanan. Kadang kadang lintasan berbentuk sirkuit tertutup dan memiliki sejumlah cabang. Sedangkan sifat spesifik mesin aksi kontinu adalah membawa material tanpa pemutusan. Menurut jenis material yang ditangani, mesin conveyor dibedakan atas mesin beban curah, beban satuan atau kombinasinya. Mesin kontinu bisa dibagi atas beberapa kelompok : 1. Menurut bagaimana daya penggerak ditransmisikan terhadap beban : a) Menggunakan peralatan mekanik. b) Peralatan gravitasi. c) Menggunakan peralatan pneumatik. d) Menggunakan peralatan hidraulik.1. Menurut tujuan dan prinsip aksi : a) Conveyor stasioner.

b) Peralatan pemindah. c) Peralatan pneumatik. d) Peralatan hidraulik. Conveyor dapat pula dibagi atas :1. Dilengkapi dengan bagian penarik fleksibel. Seperti belt, bucket, dan lain-lainnya. 2. Tanpa bagian penarik.

3

Perancangan Kopling

Mesin dengan bagian penarik fleksibel memiliki sifat yaitu, beban berpindah bersamaan dengan bagian penarik. Bagian penarik fleksibel mentransmisikan gerakan ke pembawa beban. Pada rancangan tertentu muatan menggelinding sepanjang alur stasioner. Bagian pembawa beban bergerak horizontal atau miring dan didukung oleh roller atau idler. Sedangkan screw conveyor, conveyor getar, roller conveyor serta tabung pemindah yang berputar merupakan jenis conveyor tanpa bagian penarik. Jenis tertentu mesin conveyor memindahkan beban pada arah garis lurus (horizontal, sedikit miring, vertikal atau sedikit membentuk sudut dengan bidang vertikal). Jenis lainnya mempunyai bentuk lintasan yang tidak teratur. Sebagai contoh, roller kereta dan beberapa jenis conveyor selalu disusun secara horizontal atau sedikit miring. Beban dipindahkan pada satu arah atau suatu sirkuit tertutup di biadang horizontal. Pada bucket elevator, arah gerakan adalah vertikal atau sedikit miring terhadap bidang vertikal. Sedangkan pada belt conveyor, lintasannya adalah horizontal atau miring, dimana sudut kemiringannya dibatasi oleh kecendrungan material berguling atau menggelinding secara spontan kearah sumbu longitudinal conveyor. Lintasan yang kompleks adalah lintasan yang membawa beban jauh melewati bidang horizontal dan vertikal, yang merupakan bentuk umum untuk bucket conveyor, bucket elevator, dan tray conveyor. Untuk lintasan yang tidak teratur bisa menggunakan conveyor pneumatic. Beberapa jenis conveyor dengan arah tertentu bisa dimodifikasi untuk memungkinkan pergerakan kearah lain. Contohnya srew conveyor, yang biasanya dirancang untuk pengangkutan secara mendatar atau sedikit miring, tapi dapat dimodifikasi untuk mengangkat beban secara vertikal. Secara umum pemilihan peralatan pemindah ditentukan oleh faktor-faktor teknis berikut : 1. Sifat material yang akan dipindahkan. Suatu analisis sifat fisik dan mekanik material yang dipindahkan akan memperkecil batas dalam pemilihan jenis peralatan pemindah yang cocok untuk dipakai. 2. Kapasitas peralatan. Jika kapasitas yang diinginkan besar, pertimbangan ekonomis akan menentukan pemilihan pada peralatan yang cocok dan murah. Peralatan yang dipilih harus bisa memindahkan material secara kontinu dan cepat. Harus diingat bahwa peningkatan laju pemindahan akan menurunkan berat beban yang mampu diangkut dan meningkatkan kekompakan peralatan. Truk yang memindahkan muatan pada interval

4

Perancangan Kopling

yang teratur akan efisien bila kapasitas pemindah besar, kecepatan tinggi dan waktu pengisian serta pembongkaran cepat.3. Arah dan panjang lintasan pemindah merupakan faktor penting dalam pemilihan jenis

peralatan. Hal lain yang juga sama pentingnya adalah lay out dari titik pengisian dan pembongkaran. Jenis mesin tertentu dapat dirubah arahnya dengan mudah dan berbagai jenis dapat membawa untuk jarak yang jauh.4. Tumpukan material di bagian ujung dan pangkal. Metode pengisian dan pembongkaran

material memiliki peranan penting pada pemilihan jenis mesin pemindah. Beberapa jenis peralatan mampu mengisi sendiri sedangkan jenis lain membutuhkan pengisian khusus. Tumpukan material bisa dipindahkan ke masin conveyor dengan menggunakan bucket scraper, pengumpan khusus atau disimpan pada kantong khusus yang akan menjatuhkannya ke mesin. Mesin mengambil material langsung dari onggokan tanpa perlu peralatan khusus.5. Tahap-tahap proses pemindahan beban. Jika penanganan mekanik dilakukan di dalam

workshop, aliran teknologi merupakan faktor penting dalam pemilihan mesin pemindah, pada umumnya mesin memindah dihubungkan dengan siklus terhadap produksi keseluruhan.6. Kondisi lokal spesifik seperti luas dan bentuk daerah pembuangan, topografi, jenis dan

rancangan bangunan, lay out mesin dan peralatan produksi, kelembaban dan kandungan debu, tersedia uap dan gas, temperature lingkungan dan lain-lainnya. Hal lain yang juga penting apakah mesin pemindah dipasang di dalam atau di luar ruangan. Pada kasus terakhir, kondisi iklim harus diperhatikan dalam perancangan, perawatan dan pelumasan mesin.

Pemilihan mesin pemindah sangat dipengaruhi oleh standarisasi dari pembuat mesin dalam rencana pengembangan pembuatan nantinya, jangka waktu operasi yang diinginkan, jenis daya yang tersedia, pertimbangan keseluruhan dan aturan keselamatan. Berdasarkan faktor-faktor teknis, mesin pemindah yang dipilih adalah yang dapat memberikan layanan terbaik. Biaya modal terdiri dari biaya awal, biaya pengiriman, biaya pemasangan dan biaya gedung serta kontruksi. Biaya opersi meliputi biaya pegawai, biaya kebutuhan daya, material dan biaya perbaikan. Biaya umum dihubungkan dengan perawatan termasuk investasi modal awal yang menentukan kebutuhan biaya renovasi mesin.

5

Perancangan Kopling

Mesin yang optimal adalah yang memenuhi semua persyaratan, derajat mekanisasi tinggi dan kondisi kerja yang paling menguntungkan. Mesin tersebut harus tahan lama sehingga dapat menekan biaya per unit dan mengembalikan modal secepat mungkin. 2.1.1 Belt Conveyor Belt conveyor merupakan mesin dengan aksi kontinu dan dari segi lain termasuk conveyor yang menggunakan bagian penarik fleksibel. Prinsip dasar belt conveyor adalah memindahkan material di atas belt yang berjalan dengan menggunakan motor sebagai sumber tenaga dan diteruskan oleh puli penggerak. Kemudian idler (komponen peluncur dibawah belt) akan ikut bergerak sebagai penyangga belt. Keuntungan belt conveyor: 1. Aliran pengangkutan berlansung secara terus menerus, tanpa terputus sehingga kerja lebih maksimal.2. Cocok digunakan untuk membawa material dalam jumlah besar baik dalam jarak

yang jauh maupun dekat. 3. Dapat membawa material dalam arah yang tanjakan tanpa membahayakan operator jika dibandingkan menggunakan truk atau kereta diatas rel. 4. Tidak mengganggu lingkungan karena tingkat kebisingan dan polusi yang rendah. Kelemahan belt conveyor:1. Sabuk sangat peka terhadap pengaruh luar, misalnya timbul kerusakan pada pinggir

dan permukaan belt, sabuk bisa robek karena batuan yang keras dan tajam atau lepasnya sambungan sabuk. 2. Apabila satu saja komponennya tidak berfungsi maka pemindahan material tidak dapat berjalan. 3. Biaya perawatannya sangat mahal. Bagian-bagian utama belt conveyor dapat dilihat pada Gambar 2.1 yaitu:1. Rangka (frame) yang fungsinya untuk kedudukan belt conveyor itu sendiri yang

biasanya dibuat dari baja profil.2. Puli depan (head pulley). 3. Puli penggerak (driving pulley) yang dihubungkan dengan motor. 4. Puli ekor pengencang (tail pulley) yang terdapat pada ujung belakang, sehingga

kedudukan puli dapat digeser, yang berfungsi untuk mengatur ketegangan belt.

6

Perancangan Kopling

5. Belt.

Gambar 2.1 Kontruksi umum belt conveyor6. Idler bagian atas (pembawa). 7. Idler bagian bawah (pembalik). Kedua jenis idler tersebut disangga oleh frame.

8. Motor dan perlengkapan transmisi.9. Pencurah material (hopper). 10. Corong pembongkar (discharge spout unit). 11. Pembersih belt, digunakan untuk belt conveyor yang membawa material yang mudah

lengket.12. Screw take-up sebagai pengencang belt.

Belt conveyor dapat digunakan untuk memindahkan berbagai unit material sepanjang arah horizontal atau pada suatu kemiringan tertentu pada berbagai industri. Contohnya pada industri pengecoran logam, tambang batubara, industri makanan dan lain-lain. 2.2 Kopling 2.2.1. Pengertian Kopling Kopling adalah bagian dari komponen system transmisi yang berfungsi untuk menyambung dan memutuskan daya dan putaran yang dihasilkan dari poros input ke poros

7

Perancangan Kopling

output. Koping memegang peranan yang penting pada saat pergantian transmisi, dimana mesin harus bebas dan tidak berhubungan dengan system transmisi tersebut. 2.2.2. Jenis - Jenis Kopling Menurut konstruksinya secara umum kopling dapat dibagi atas dua bagian yaitu : 1. Kopling Tetap

2. Kopling Tidak Tetap2.1.1.1. Kopling Tetap

Kopling tetap adalah elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti (tanpa terjadi slip), di mana sumbu kedua poros tersebut terletak pada satu garis lurus atau dapat sedikit berbeda sumbunya. Kopling tetap dibedakan lagi atas kopling kaku yang tidak mengizinkan ketidaklurusan kedua sumbu poros, dan kopling luwes yang mengizinkan adanya sedikit ketidaklurusan sumbu poros. Kopling Kaku Kopling kaku digunakan bila kedua poros harus dihubungkan dengan sumbu segaris. Kopling ini banyak dipakai pada poros mesin dan transmisi umum di pabrik-pabrik. Yang termasuk kopling kaku adalah :

a. Kopling Bus Kontruksi dari kopling ini dimana penggerak dengan poros yang digerakkan dilihat dengan satu tabung, pengikat dan porosnya tidak mengalami gesekan atau poros dapat berpindah dengan baik tanpa terjadi kejutan sewaktu akan berputar. Antara poros penggerak dan poros yang digerakkan dalam kopling ini perlu dibuat pengikat.

8

Perancangan Kopling

Gambar 2.1. Kopling Bus b. Kopling Flens Kaku Kopling ini sama prinsipnya dengan kopling bus, dimana poros yang satu agak masuk kerumah pengikat, gunanya saat kopling ini berputar antara rumah yang satu dengan yang lain dapat berpindah dengan serentak dan baut pengikat tidak begitu besar menerima beban geser.

Gambar 2.2. Kopling Flens Kaku

c. Kopling Flens Tempa Kopling ini sama prinsipnya dengan kopling flens kaku hanya saja poros dengan pengikat ditempa menjadi satu.

Gambar 2.3. Kopling Flens Tempa

Kopling Luwes Mesin-mesin yang dihubungkan dengan penggeraknya melalui kopling kaku memerlukan penyetelan yang sangat teliti agar kedua sumbu poros yang saling dihubungkan dapat menjadi satu garis lurus. Selain itu, getaran dan tumbukan yang terjadi dalam penerusan daya antara poros penggerak dan yang digerakkan tidak dapat diredam, sehingga dapat memperpendek umur mesin serta menimbulkan bunyi berisik.

9

Perancangan Kopling

Untuk menghindari kelemahan-kelemahan tersebut dapat digunakan kopling luwes, terutama bila terdapat ketidaklurusan antara sumbu kedua porosnya. Yang termasuk kopling luwes adalah : a. Koling Karet Ban Kopling ini sebagai penghubung antara poros penggerak dengan poros yang digerakkan dipasang karet, pada saat berputar kejutan sangat kecil sekali.

Gambar 2.4. Kopling Karet Ban

b. Kopling Flens Luwes Bentuknya sama dengan kopling kaku. Kopling yang satu ada pengikat yakni dengan baut dan dipasangi bus karet atau kulit sebagai penghubung antara baut dan flens yang lain. Bus karet atau kulit yang dipasang pada penghubung berfungsi agar tidak terjadi pergeseran pada baut pengikat sewaktu berputar.

Gambar 2.5. Kopling Flens Luwes c. Kopling Karet Bintang

Kopling ini, sebagai penghubung untuk masing-masing poros dipasang karet ban sehingga kejutan sewaktu berputar relatif kecil.

10

Perancangan Kopling

Gambar 2.6. Kopling karet Bintang

d. Kopling Rantai Merupakan kopling yang sangat baik untuk memindahkan momen yang besar, umpamanya pada mesin turbin uap dan mesin gilas.

Gambar 2.7. Kopling Rantai e. Kopling Gigi

Dipergunakan untuk kontruksi berat dan untuk meneruskan daya yang berat misalnya pada mesin pengaduk beton.

Gambar 2.8. Kopling Gigi

f. Kopling Universal Hook Kopling ini dipasang kepala silang untuk menghubungkan masing-masing poros.

Gambar 2.9. Kopling Universal Hook

2.2.2.

Kopling Tidak Tetap

11

Perancangan Kopling

Kopling tak tetap adalah elemen mesin yang menghubungkan poros yang digerakkan dan poros penggerak dengan putaran yang sama dalam meneruskan daya serta dapat melepaskan hubungan kedua poros tersebut baik dalam keadaan diam maupun berputar. Yang termasuk kopling tak tetap antara lain : Kopling Cakar Kopling ini meneruskan momen dengan kontak positif (tidak dengan perantaraan gesekan) hingga tidak dapat slip. Ada dua bentuk kopling cakar, yaitu kopling cakar persegi dan kopling cakar spiral. Kopling cakar persegi dapat meneruskan momen dalam dua arah putaran, tetapi tidak dapat dihubungkan dalam keadaaan berputar. Sebaliknya kopling cakar spiral dapat dihubungkan dalam keadaan berputar tetapi hanya baik untuk satu arah putaran saja serta hanya boleh dilakukan jika poros penggerak mempunyai putaran kurang dari 50 rpm.

Gambar 2.10. Kopling Cakar

Kopling Plat Kopling ini meneruskan momen dengan perantaraan gesekan. Dengan demikian pembebanan yang berlebihan pada poros penggerak pada waktu dihubungkan dapat dihindari. Selain itu, karena dapat terjadi slip maka kopling ini sekaligus juga dapat berfungsi sebagai pembatas momen. Menurut jumlah platnya, kopling ini dibagi atas kopling plat tunggal dan kopling plat banyak; dan menurut cara pelayanannya dapat dibagi atas cara manual, hidrolik, dan magnetik. Kopling disebut kering bila plat-plat gesek tersebut bekerja dalam keadaan kering, dan disebut basah bila terendam atau dilumasi dengan minyak.

12

Perancangan Kopling

Gambar 2.11. Kopling Plat

Kopling Kerucut Kopling ini menggunakan bidang gesek yang berbentuk kerucut. Kopling ini mempunyai keuntungan di mana dengan gaya aksial yang kecil dapat ditransmisikan momen yang besar. Kelemahannya adalah daya yang diteruskan tidak seragam.

Gambar 2.12. Kopling Kerucut

Kopling Friwil Dalam permesinan sering diperlukan kopling yang dapat lepas dengan sendirinya bila poros penggerak mulai berputar lebih lambat atau dalam arah berlawanan dari poros yang digerakkan. Kopling friwil adalah kopling yang dikembangkan untuk maksud tersebut.

Gambar 2.13. Kopling Friwil

13

Perancangan Kopling

2.1.1. Dasar Pemilihan Kopling Dalam merencanakan kopling untuk kendaraaan bermotor, maka yang sering dipakai adalah jenis kopling tidak tetap, yaitu kopling cakar, kopling plat, kopling kerucut dan juga kopling friwil. Perhatikan tabel 2.1 berikut ini. Tabel 2.1 Perbandingan Kelebihan dan Kekurangan Kopling No 1. Nama Kopling Kopling Cakar Kelebihan Dapat meneruskan Kekurangan Tidak dapat

momen dalam dua arah putaran 2. Kopling Plat Dapat dalam berputar Terjadinya slip sangat kecil dihubungkan keadaan

dihubungkan dalam keadaan berputar Hanya rpm dapat memutar sekitar 50

3.

Kopling Kerucut Gaya besar aksial kecil

Dayanya tidak seragam menghasilkan momen torsi

4.

Kopling Friwil Kopling ini dapat lepas

Tidak dapat dihubungkan dalam keadaan berputar kencang.

dengan sendirinya bila poros penggerak mulai lambat

2.3 Material

14

Perancangan Kopling

Material dikelompokkan atas dimensi, bentuk, berat, dan sifat-sifat khusus seperti mudah meledak, mudah terbakar, kerapuhan serta bentuk tumpukan (bulk) material. Bulk material dapat dibedakan atas tumpukan, butiran, atau serbuk (misalnya: biji besi, batubara, pasir cor, serbuk gergaji, semen dan lain-lain). Karakteristik bulk ditentukan oleh sifat mekanik dan sifat fisik seperti: ukuran bongkah, berat spesifik, kelembaban, mobilitas partikel, angle of repose (sudut tumpukan) dan abrasivitas. Distribusi kuantitatif partikel suatu bulk, menurut ukuranya dikenal sebagai ukuran bongkah dan mempunyai satuan mm. Dimensi linier material terdiri dari diagonal besar amaks dan diagonal kecil amin yang menentukan karakteristik partikel serta jumlah parameter untuk perhitungan alat pemindahan dan peralatan pembantunya. Bentuk ukuran bongkah dapat dilihat pada Gambar 2.3. k

`

k

Gambar 2.3 Dimensi Partikel Bulk Untuk menentukan ukuran bongkah material yang lebih besar dari 0,1 mm, dilakukan penyaringan secara bertingkat. Ukuran bongkah bulk material dengan ukuran partikel lebih kecil dari 0,1 mm ditentukan melalui metoda khusus, yaitu berdasarkan kecepatannya jika dimasukkan kedalam air atau udara. Menurut ukuran partikelnya, bulk material diklasifikasikan menjadi bongkah dengan ukuran besar, sedang, kecil, granular atau bubuk. Ukuran bongkah partikel dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut. Tabel 2.2 Pengelompokan bulk material menurut ukuran partikelnya Load Group Large-lumped Medium-lumped Small-lumped Granular Size of largest characteristic particle a, (mm) Over 160 60-160 10-60 0,5-1015

Perancangan Kopling

Powdered

Below 0.5

Ukuran bongkah bulk material harus diperhatikan karena akan berpengaruh dalam menentukan ukuran mesin pemindah material, hopper serta sistem salurannya. Berat spesifik bulk material adalah berat material per satuan volume dengan satuan ton/m 3 atau kg/m3. Berat dari bulk material yang berbentuk butiran atau serbuk diukur dengan peralatan khusus yang terdiri dari container dengan volume tertentu (1-3 liter), batang yang dipasangkan ke container dan kerangka berputar pada batang. Makin besar ukuran bongkah maka makin besar ukuran container yang dibutuhkan. Untuk menentukan berat bulk material, material dimasukkan kedalam container melalui kerangka sampai penuh. Putaran kerangka akan membuang kelebihan material dalam container.

BAB III PERANCANGAN BELT CONVEYOR

3.1 Geometri Belt Conveyor Menurut lintasan dari gerakannya, belt conveyor dapat diklasifikasikan atas: 1. Horizontal 2. Miring 3. Kombinasi miring dan horizontal Geometri dari belt conveyor dapat dilihat pada Gambar 3.1 yang memperlihatkan lintasan dari belt conveyor.

16

Perancangan Kopling

Gambar 3.1Geometri belt conveyor Sudut kemiringan terhadap garis horizontal () tergantung pada faktor gesekan antara material yang dibawa dengan belt yang bergerak, sudut kemiringan tetap dari tumpukan material dan bagaimana cara material dibebankan keatas belt. Kemiringan yang dapat diizinkan pada belt conveyor dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Sudut kemiringan maksimum yang diizinkan pada geometri belt conveyor untuk beberapa jenis material. Material Maximum angle of incline Coal briquetted Gravel, washed and sized Grain Foundry sand, shaken out(burnt) Foundry sand, damp (ready) Crushed stone, unsized Coke, sized Coke unsized Sawdust, fresh Lime, powdered (),0 12 12 18 24 26 18 17 18 27 23 Sand, dry Sand, clamp Ore, large-lumped Ore, crushed Anthracite, pebbles Coal, run of mine Coal, sized, small Cement Slag, anthraciote, damp Material Maximum angle of incline (),0 18 27 18 25 17 18 22 20 22

Material yang akan dibawa oleh belt conveyor adalah batubara. Batu bara ini belum di hancurkan melainkan batu bara yang baru keluar dari tambang sehingga sudut maximum yang diperbolehkan pada geometri belt conveyor ini adalah 18o. 3.2 Belt

17

Perancangan Kopling

Belt terbuat dari bahan tekstil, baja lembaran atau jalinan kawat baja. Belt yang terbuat dari tekstil berlapis karet paling banyak ditemukan dilapangan. Syarat-syarat belt: 1. Tahan terhadap beban tarik. 2. Tahan beban kejut. 3. Perpanjang spesifik rendah. 4. Harus fleksibel. 5. Tidak menyerap air. 6. Ringan. Belt yang digunakan pada belt conveyor terdiri dari beberapa tipe seperti bulu unta, katun dan beberapa jenis belt tekstil berlapis karet. Belt harus memenuhi persyaratan, yaitu kemampuan menyerap air rendah, kekuatan tinggi, ringan, lentur, regangan kecil, ketahanan pemisahan lapisan yang tinggi dan umur pakai panjang. Untuk persyaratan tersebut, belt berlapis karet adalah yang terbaik. Belt tekstil berlapis karet terbuat dari beberapa lapisan yang dikenal dengan plies. Lapisan-lapisan tersebut dihubungkan dengan menggunakan (vulkanisasi) atau dengan karet alam maupun sintetis. Belt dilengkapi dengan cover karet untuk melindungi tekstil dari kerusakan-kerusakan. Karena beberapa jenis material yang dibawa mempunyai sifat abrasif. Bentuk penampang belt diperlihatkan pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Penampang belt 1 2 b 1 2 : lapisan : cover : tebal belt : bagian yang dibebani : bagian pembalik

18

Perancangan Kopling

Jumlah lapisan belt tergantung lebar belt. Hubungan antara lebar belt dengan jumlah lapisan dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut: Tabel 3.2 Jumlah lapisan belt yang disarankan. Belt width (B), mm 300 400 500 650 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 Minimum and maximum number of plies, i 3-4 3-5 3-6 3-7 4-8 5-10 6-12 7-12 8-12 8-12 9-14

Sedangkan untuk menentukan lebar dari belt , harus dilihat dari dimensi material yang akan diangkut, material yang diangkut seperti batubara, logam, produk industri, dan lain-lain dengan dimensi terlihat pada gambar 3.3

Gambar 3.3 Material yang diangkutSumber : Enerka Dunlop, Conveyor Belt Technique Design and Calculation hal 36

Lebar dari belt dapat dicari mengunakan table 3.3 jika ukuran material diketahui. Dengan ukuran material yang diangkut lebarnya kira-kira adalah 300mm(unsized). Tabel 3.3 Lebar Minimum Belt

19

Perancangan Kopling

Sumber : Enerka Dunlop, Conveyor Belt Technique Design and Calculation hal 36

Sedangkan untuk mengetahui ketebalan dari cover dapat dihubungkan dengan jenis material yang membebani belt. Sebab tiap jenis material mempunyai ukuran dan sifat fisik yang berbeda. Ketebalan belt dapat ditentukan dari Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Tebal cover yang disarankan pada belt tekstil berlapis karet untuk beban tumpukan dan beban satuan.Load characteristics Material Cover thickness, mm Loaded Return slide 1 Section 1.01 Bulk load Granular abrasive Fing-grained and small Lumped, tons/m3) Medium-lumped, slightly, abrasive, Coal, peat briquettes medium and heavy weight (a