123 BAB V PERENCANAAN SABO DAM DAN BENDUNG 5.1. PERENCANAAN SABO DAM 5.1.1
KOORDINASI ANTAR SEKTOR DALAM …...Dalam proses Amdal ada beberapa pihak yang terlibat seperti...
Transcript of KOORDINASI ANTAR SEKTOR DALAM …...Dalam proses Amdal ada beberapa pihak yang terlibat seperti...
SKRIPSI
KOORDINASI ANTAR SEKTOR DALAM PENYUSUNAN
AMDAL DENGAN PERUSAHAAN SMELTER DI
KABUPATEN BANTAENG
Oleh:
Arnis M. Nasir
Nomor Induk Mahasiswa : 10561 05466 15
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
i
SKRIPSI
KOORDINASI ANTAR SEKTOR DALAM PENYUSUNAN
AMDAL DENGAN PERUSAHAAN SMELTER DI
KABUPATEN BANTAENG
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara
Disusun dan Diajukan Oleh:
ARNIS M. NASIR
Nomor Stambuk: 10561 05466 15
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : Arnis M. Natsir
Nomor Stambuk : 105610546615
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa
bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/ dipublikasikan orang lain atau
melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila
di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima
sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar
akademik.
Makassar, 31 Januari 2020
Yang Menyatakan,
Arnis M. Natsir
v
ABSTRAK
Arnis M. Nasir, Koordinasi Antar Sektor Dalam Penyusunan AMDAL dengan
Perusahaan Smelter di Kabupaten Bantaeng. (Dibimbing oleh Fatmawati
dan Abdi).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mengetahui implementasi
Koordinasi antar Sektor Pemerintahaan dalam penyusunan AMDAL di
Perusahaan Smelter Bantaeng. Jenis penelitian ini adalah fenomenologi dengan
tipe penelitian kualitatif yang bersifat menjelaskan Koordinasi antar sektor dalam
penyusunan AMDAL dengan Perusahaan Smelter PT. Huadi di Kabupaten
Bantaeng.
Informan penelitian seluruhnya sejumlah 9 orang, masing-masing berasal dari
Dinas Perindustrian, Dinas Lingkungan Hidup, PT. Huadi dan masyarakat
disekitar kawasan industri. Informasi penelitian dikumpulkan melalui observasi,
wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan ada beberapa faktor-faktor Koordinasi Antar
Sektor Dalam Penyusunan AMDAL dengan Perusahaan Smelter di Kabupaten
Bantaeng yaitu : Kesatuan Tindakan, Komunikasi, Pembagian Kerja, Disiplin
sehingga Efektifitas Antar Sektor dalam Penyusunan AMDAL dengan perusahaan
Smelter di Kabupaten Bantaeng.
Keyword: Koordinasi, Antar Sektor, AMDAL, Pemerintah Daerah
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan panjatkan ke hadirat
Allah SWT atas berkat, rahmat, taufik dan hidayah-Nya penyusunan
skripsi yang berjudul Koordinasi Antar Sektor Dalam Penyusunan Amdal
dengan Perusahaan Smelter di Kabupaten Bantaeng dapat diselesaikan
dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak
mengalami berbagai kendala berkat bantuan, bimbingan, kerja sama dari
berbagai pihak dan berkah dari Allah SWT sehingga kendala-kendala yang
dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan
terima kasih dan penghargaan kepada Ibu Dr. Hj. Fatmawati, M.Si selaku
pembimbing I dan Bapak Dr. Abdi, M.Pd selaku pembimbing II yang telah
dengan sabar, tekun, tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan
pikiran memberikan bimbingan, motivasi arahan dan saran-saran yang
sangat berharga kepada penulis selama menyusun skripsi.
Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada:
1. Bapak Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE, MM, Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
vii
3. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., M.PA , Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan IlmuPolitik Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak Dr. H. Muh Isa Ansyari, M.Si , Dr. A. Rosdianti Razak, M.Si , Dr.
Abdi, M.Pd dan Nasrul Haq, S.Sos,M.PA, selaku penguji yang telah
meluangkan waktunya selama proses ujian.
5. Bapak/ibu dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan bekal dan ilmu
pengetahuan selama mengikuti pendidikan.
6. Kedua orang tua tercinta Bapak Muh. Natsir dan Ibu St. Arfah Cahyani yang
telah memberikan sumbangan moral dan materil.
7. Bapak Kepala Dinas Ketenaga Kerjaan dan Perindustrian Kabupaten
Bantaeng, Pengelola Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantaeng,
Pengelolah PT. HUADI dan Masyarakat sekitar PT. HUADI , Terimakasih
atas bantuan, dukungan serta kesediaan memberikan informasi sehingga
penulis dapat melakukan penelitian dan dapat menyelesaikan tepat waktu.
8. Keluarga besar yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang tak pernah
bosan memberikan saya motivasi atas bantuan dan dukungan yang diberikan
dalam penulisan skripsi ini.
9. Kakanda Syamsul Alam yang telah banyak membantu saya selama penelitian
dan membantu dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.
10. Kakak senior yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan serta
motivasi saya dalam menyusun skripsi ini.
viii
11. Teman-teman mahasiswa jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar khususnya
kelas F angkatan 2015 atas segala bantuan dan kebersamaanya selama
menjalani perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah
membantuh dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih banyak
terdapat kekurangan-kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya saran
dan kritik yang bersifat membangun demi skripsi ini.
Makassar, 31 Januari 2020
Arnis M. Nasir
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGAJUAN SKRIPSI .................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. ii
PENERIMAAN TIM ............................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................................. iv
ABSTRAK ................................................................................................ v
KATA PENGANTAR .............................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 8
D. Kegunaan Penelitian ............................................................................ 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Koordinasi ............................................................................... 10
B. Jenis-jenis Koordinasi .......................................................................... 17
C. Amdal ................................................................................................... 25
D. Kerangka Pikir .................................................................................... 26
E. Fokus Penelitian ................................................................................... 27
F. Deskripsi Fokus Penelitian .................................................................. 28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian .............................................................. 30
B. Jenis dan Tipe Penelitian ..................................................................... 30
C. Sumber Data ........................................................................................ 31
D. Informan Penelitian ............................................................................. 31
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 32
F. Teknik Analisis Data ........................................................................... 33
G. Keabsahan Data ................................................................................... 34
x
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian ................................................................... 37
B. Koordinasi Antar Organisasi Perangkat Daerah dalam Penyusunan Amdal
Dengan Perusahaan Smelter di Kabupaten Bantaeng .......................... 46
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 59
B. Saran ..................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 62
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
3.1 Tabel Informan 32
4.1 Nama Sungai, Panjang Sungai dan Kecamatan yang dilintasi 38
4.2 Perkembangan Penduduk 40
4.3 Tabel tingkat pendidikan 41
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
2.1 Kerangka Pikir 27
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Koordinasi memiliki makna yang sangat penting terutama di antara
aparatur Pemerintah dalam era otonomi daerah seperti saat sekarang ini.
Hal tersebut disebabkan karena dari beberapa program-program
pembangunan pemerintah memiliki sifat antar sektor yang dalam
pelaksanaannya melibatkan beberapa instansi yang berkaitan dengan
program yang akan di jalankan oleh instansi pemerintah. Keberhasilan
pelaksanaan suatu program pada akhirnya akan ditentukan dengan adanya
kerjasama yang baik antar sektor yang terlibat dan disini koordinasi antar
sektor memegang peranan yang sangat penting untuk suksesnya program
yang akan di laksanakan. Keseluruhan pelaksanaan pembangunan di suatu
Daerah harus di koordinasi dan dilaksanakan dengan serasi dan selaras
sehingga mampu memberi manfaat yang besar dan memberikan suatu
sumbangan yang nyata dalam tujuan pembangunan yang akan di
laksanakan. Koordinasi mempunyai arti yang sangat penting dalam setiap
proses administrasi Pemerintahan. Mengingat Pemerintah pada hakekatnya
merupakan suatu organisasi yang sangat besar yang terdiri dari berbagai
unsur aparatur pemerintah sebagai bagiannya yang harus bergerak sebagai
kesatuan yang bulat berdasarkan pendekatan sistem (system approach).
Oleh sebab itu, di samping peranannya dalam administrasi pada setiap
unsur aparatur pemerintah, koordinasi juga mempunyai arti yang
2
menentukan dalam administrasi sebagai keseluruhan aparatur pemerintah
yang terlibat dalam program yang akan di jalankan oleh pemerintah.
Dengan adanya koordinasi yang baik diantara unsur aparatur
pemerintahan, diharapkan agar lebih terjamin pencapaian tujuan
pemerintah secara keseluruhan. Koordinasi mungkin menjadi lebih efektif
apabila adanya kesadaran dan kesediaan sukarela dari anggota organisasi
ataupun pimpinan-pimpinan organisasi yang terkait untuk melakukan
kerjasama antar sektor ke dalam pelaksanaan pekerjaan di bawah
pengarahan seseorang yang lebih mempunyai kewenangan fungsional
tertentu. Kabupaten Bantaeng yang akan dibahas dalam penelitian ini
merupakan daerah otonom. Hal tersebut berdasarkan pada Peraturan
Daerah Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Bantaeng. Oleh sebab itu, kordinasi merupakan hal yang sangat
penting bagi pemerintahan Kabupaten Bantaeng. Kabupaten Bantaeng
menyelenggarakan pemerintahannya dengan melakukan koordinasi antar
aparatur pemerintahnya yang berkaitan dengan program yang akan di
laksanakan. Koordinasi dilakukan dengan tujuan agar pemerintah
Kabupaten Bantaeng dapat menjadi satu kesatuan yang utuh dalam
mencapai tujuan yang telah di tentukan sebelumnya. Dalam hal ini
Pemerintah Kabupaten Bantaeng melakukan koordinasi antar sektor di
Kabupaten Bantaeng dalam rangka memenuhi salah satu program
pembangunannya yang sedang di laksanakan di Kabupaten Bantaeng itu
sendiri, dan juga melihat yang terjadi di lapangan kekurangan-kekurangan
3
yang terjadi dalam melaksanakan program tersebut atau apakah koordinasi
antar sektor sudah sesuai dengan apa yang telah di sepakati dan juga teori
yang telah di sepakati sebelum malakukan pekerjaan tersebut sesuai
dengan yang terjadi di lapangan. Akan tetapi ketika melihat yang terjadi di
lapangan itu sangat tidak sesuai dengan apa yang telah di sepakati
sebelumnya karna beberapa instansi tidak bekerja maksimal sehingga
masyarakat yang berada di sekitaran perusaan smelter (Pt Huadi) tersebut
mengeluh baik dalam suara mesin, tembok rumah masyarakat yang retak
di karnakan dampak dari perusahaan smelter dan juga dampak lingkungan
yang terjadi di masyarakat tersebut.
AMDAL adalah singkatan dari Analisi Mengenai Dampak
Lingkungan. Dalam Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang
Analisi Mengenai Dampak Lingkungan disebutkan bahwa amdal
merupakan kajian mengenai dampak besar dan penting untuk mengambil
keputusan suatu usaha dan atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengmbilan keputusan
tentang penyelenggaraan usaha dan atau kegiatan.
Amdal merupakan alat ataupun sebuah cara yang dapat digunakan
dalam mengendalikan perubahaan lingkungan sebelum adanya tindakan
kegiatan pembangunan dilaksanakan. Hal ini dilakukan sebab dalam setiap
kegiatan pembangunan harus selalu menggunakan pemanfaatan suatu
sumberdaya alam dan lingkungan hidup, sehingga secara langsung akan
terjadi suatu perubahan lingkungan. Dengan demikian perlu adanya
4
pengaturan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam serta
lingkungan hidup, serta tata cara mengeliminer dampak, supaya dalam
pembangunan-pembangunan berikutnya tetap dapat dilakukan.
Pembangunan diharapkan mampu meningkatkan kualitas hidup , perlu
ditelaah terlebih dahulu apakah dalam suatu rencana kegiatan akan
merugikan manusia dan lingkungannya atau tidak, (Parwoto, 1996). Salah
satu cara mengelolah sumberdaya alam dan lingkungannya dalam suatu
pembangunan, yaitu dengan melalui Analisi Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) atau dapat dikatakan Amdal mampu membantu
dalam pelaksanaan pembangunan dengan menggunakan pendekatan
lingkungan, sehingga suatu dampak negatif yang bisa ditimbulkan dapat
diminimasi ataupun dihilangkan dengan mencari teknik penyelesaian
dampaknya. Perubahan-perubahan lingkungan hidup yang diakibatkan
oleh suatu kegiatan pembangunan mampu diperkirakan sebelum adanya
pelaksanaan kegiatan, sehingga dapat diduga ataupun diperkirakan akibat-
akibat atau dampak-dampak yang akan terjadi nanti. Dengan begitu dapat
dicarikan teknik penyelesaian dalam mengantasisipasi suatu dampak yang
timbul dan meminimalisir dampak. Tetapi apabila dampak yang timbul
diperkirakan dapat merusak suatu lingkungan hidup dan masyarakat
sehingga dalam pengantisipasian dampaknya dapat memakan waktu yang
begitu cukup lama dan sulit dalam persoalan pembiayaannya, maka
rencana kegiatan tersebut dianggap tidaklah layak untuk dilakukan.
5
Adanya Amdal merupakan suatu cara yang efektif dalam memaksa
para pemilik proyek untuk memperhatikan suatu kualitas lingkungan, tidak
hanya memikirkan untuk keuntungan suatu proyek sebesar mungkin
dengan tidak memperhatikan dampak lingkungan yang akan timbul.
Dengan adanya Amdal, pengambilan suatu keputusan dapat lebih luas
wawasannya didalam melaksanakan tugasnya. Karna didalam suatu
rencana kegiatan tersebut, begitu banyak sekali hal-hal yang dikerjakan,
maka Amdal harus mampu membatsi diri, hanya dengan mempelajari
suatu hal-hal yang penting dalam proses pengambilan suatu keputusan.
Dalam proses Amdal ada beberapa pihak yang terlibat seperti Komisi
Penilai Amdal dam Tim Teknis, pemrakarsa ataupun investor serta
masyarakat yang berkepentingan atau terkena dampak. Penilaian Amdal
dilakukan oleh komisi Penilaian Amdal dibantu oleh tim teknis. Penilaian
ini biasanya mampu memakan waktu kurang lebih 75 hari. Komisi
Penilaian Amdal ditingkatan pusat dibentuk oleh Menteri yang
berkedudukan di Kementerian Lingkungan Hidup. Dan Komisi Penilaian
Amdal ditingkat daerah (provinis dan kabupaten/kota) dibentuk oleh
pejabat yang mempunyai kedudukan di Bapedalda.
Terdapat suatu prosedur dalam pembuatan atau pengajuan Amdal.
Pertama adalah melaukan proses screening atau sebuah proses seleksi
dalam kegiatan wajib Amdal. Kemudian yang kedua yaitu, melakukan
suatu proses pengumuman dan konsultasi kepada masyarakat. Selanjutnya
akan ada penyusunan dan ada penilaian KA-AMDAL (scoping).
6
Berdasarkan ulasan tersebut, fungsi penting amdal
1. Sebagai acuan untuk mengambil keputusan tentang penyelenggaran,
pemberian izin usaha,dan atau kegiatan
2. Sebagai bahan bagi perencanaan pembangunan wilaya ataupun industri
3. Mencegah adanya kerusakan potensi Sumber Daya Alam disekitar
lokasi
4. Menjaga kelestarian lingkungan
5. Membantu masyarakat untuk mengetahui rencana pembangunan
didaerahnya, sehingga masyarakat dapat berpartisipasi
6. Sebagai pedoman untuk melaksanakan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup.
Pembangunan dalam suatu proyek tanpa adanya Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL) tentu sangat merugikan begitu banyak
masyarakat disekitar Areal. Misal, mengalami kebanjiran pada saat hujan,
kelangkaan air sumur, bising akibat suatu proyek konstruksi, karena letak
lokasi proyek tersebut berada ditengah permukiman masyarakat.
Sebagaimana yang dijelaskan diatas bahwa Amdal sangat penting
dalam suatu pembangunan karena hasil dari kajian tersebut dapat
mempengaruhi kegiatan yang dilakukan, menentukan solusi yang terbaik
untuk lingkungan sekitar, karena akan sangat disayangkan apabila kegiatan
yang akan dilakukan akan menganggu ekosistem atau lingkungan sekitar
bahkan dapat merusak. Dengan kajian yang dilakukan maka diharapakan
7
akan dapat mempertahankan atau bahkan mendukung potensi lingkungan
atau ekosistem yang berada di sekitar kegiatan tersebut.
Seperti pada Perusahaan Smeleter yang ada di Kabupaten Bantaeng.
Pembanguan Smelter, sangat hati-hati karna Bantaeng adalah kota kecil
dimana Smelter akan bersoal dangan Limbah dari hasil tambang mentah.
Tambang mentah yang diolah oleh Smelter hanya 1 persen menjadi Nikel
selebihnya 99 persen adalah Limbah. Persoalannya adalah limbahnya akan
dibuang kemana sebab kalau dibuang dilaut dalam perairan bantaeng,
maka akan dipastikan bahwa itu akan mematikan Nelayan Rumput Laut
dan juga menimbulkan pencemaran diseputaran Bantaeng termasuk
bulukumba dan selayar. Sehingga banyak yang meragukan smelter yang
dibangun di Kabupaten Bantaeng.
Dimana ujicoba tersebut memunculkan sejumlah persoalan lingkungan
yang merugikan dan sangat mengganggu warga sekitar. Sejak uji coba
operasi sudah banyak menimbulakan masalah dan berbagai persoalanpun
berdatangan, akibat debu pabrik yang beterbangan, membuat air yang
digunakan sebagai bahan untuk mencuci, mandi dan memasak berubah
warna, dan beberapa pohon disekitaran perusahaan tersebut mulai layu dan
mati sehingga masyarakat sekitar tidakn nyaman tinggal disekitar
perusahaan tersebut bahkan rumah wargapun banyak yang retak akibat
getaran yang berasal dari perusahaan tersebut bahkan ganti rugipun tidak
kunjung diberikan.
8
Sedangkan kabarnya perusahaan tersebut sudah memilik Amdal, tetapi
polusi dan gangguan lingkungan hidup masih tetap dirasakan masyarakat
sekitar. Sehingga persoalan tersebut perlu diantisipasi sebelum persoalan
terus membesar tanpa ada keseriusan pemerintah mengatasinya.
Atas dasar itulah sehingga Penulis dalam kesempatan ini, mencoba
menelusuri permasalahan, sehingga diangkat suatu penelitian sederhana
dengan judul ”Koordinasi Antar Sektor Dalam Penyusunan AMDAL
dengan Perusahaan Smelter di Kabupaten Bantaeng ”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
masalah yang menjadi fokus penelitian ini adalah Bagaimana Koordinasi
Antar Organisasi Perangkat Daerah dalam Penyusunan AMDAL dengan
Perusahaan Smelter di Kabupaten Bantaeng dilihat dari aspek : Kesatuan
tindakan, Komunikasi, Pembagian kerja, dan Disiplin.
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang ada di atas maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui Koordinasi Antar Organisasi Perangkat
Daerah dalam Penyusunan AMDAL dengan Perusahaan Smelter di Kabupaten
Bantaeng.
D. Kegunaan Penelitian.
Penelitian ini diharapkan berguna sebagai:
a. Bahan informasi dan kajian bagi pemerintah untuk menjadi bahan acuan
dan sekaligus evaluasi peningkatan sumber daya manusia ahli (SDM) serta
9
untuk pengembangan Koordinasi antar Sektor jangka panjang di
Kabupaten Bantaeng.
b. Bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian atau masukan bagi
pemerintah setempat yang bekerjasama dengan pihak swasta (asing)
khususnya dalam mengembangkan proses Koordinasi antar sektor di
Kabupaten Bantaeng sebagai sumber pendapatan Daerah.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Koordinasi
Koordinasi bukanlah perkara yang gampang lebih kepada
koordinasi horizontal dimana yang dikoordinasikan memiliki posisi yang
sepadan yakni tidak terikat secara struktural, perlu adanya kesaling
pemahaman dan pengertian sehingga tidak menimbulkan miss komunikasi
dalam mencapai tujuan bersama baik secara individual, kelompok serta
antar instansi. Banyak para ahli manajemen yang kemudian memberikan
definisi berbeda mengenai koordinasi, sebagaimana yang dikatakan,
Kementerian Koordinator BPMP (2015 : 15) bahwa banyaknya berbagai
pendapat yang berbeda kemudian terdapat benang merah yang bermuara
pada upanya terstruktur dalam mengorganisir, mengarahkan,
mengintegrasikan, menselaraskan, mengsinkronkan dan
mengharmonisasikan berbagai unsur untuk mencapai sasaran akhir.
Dalam sebuah organisasi setiap pemimpin perlu untuk
mengkoordinasikan kegiatan kepada anggota organisasi yang diberikan
dalam penyelesaian tugas. Dengan adanya penyampaian informasi yang
jelas , pengkomunikasian yang tepat, dan pembagian kerja kepada
bawahan oleh menejer maka setiap individu bawahan akan mengerjakan
sesuai dengan wewenang yang diterima. Tanpa adanya koordinasi setiap
pekerja dari individu karyawan maka tujuan perusahaan tidak akan
11
tercapai. Karakteristik pertama dari organiasi adalah adanya koordinasi
upaya dari sumber daya manusia yang terlibat dalam organisasi menurut
Ismail Sholihin (2009 : 91)
Menurut G.R Terry,dalam Kementerian Koordinator BPMP (2015 :
15), koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron kemudian teratur untuk
menyediakan jumlah dan waktu yang tepat serta mengarahkan pelaksanaan
untuk menghasilkan tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran
yang telah ditentukan sebelumnya.
Sedangkan menurut Hasibuan dalam Arif (2015 : 8), koordinasi
adalah proses mengimbangi dan menggerakkan serta memberikan lokasi
kegiatan
pekerjaan yang cocok dengan masing-masing menjaga agar kegiatan
terlaksana secara selaras di antara para anggota itu sendiri.
Sementara itu, M.c Farland dalam Rukmanayanti (2014 : 8),
koordinasi adalah proses dimana pimpinan mengembangkan pola atau
usaha kelompok secara teratur antara bawahannya dalam menjamin
kesatuan untuk mencapai tujuan bersama. Senada dengan Moekijat dalam
Kamaria (2014 : 9), mengatakan bahwa koordinasi adalah penyelarasan
secara teratur atau penyusunan kembali kegiatan yang saling berinteraksi
antara individu-individu untuk mencapai tujuan bersama.
Koordinasi menurut Awaluddin Djamin dalam Hasibuan (2011:86)
diartikan sebagai suatu usaha kerja sama antara badan, instansi, unit dalam
pelaksanaan tugas-tugas tertentu, sehingga dapat saling mengisi, saling
12
membantu dan saling melengkapi. Dengan demikian koordinasi dapat
diartikan sebagai suatu usaha yang mampu menyelaraskan pelaksanaan
tugas maupun kegiatan dalam suatu organisasi.
Menurut Ndraha (2011:291) Kordinasi dapat didefinisikan sebagai
suatu proses penyepakatan bersama secara mengikat berbagai kegiatan
atau unsur yang berbeda-beda sedemikian rupa sehingga di sisi yang satu
semua kegiatan atau unsur itu terarah pada pencapaian suatu tujuan yang
telah ditetapkan dan disisi lain keberhasilan yang satu tidak merusak
keberhasilan yang lain.
Menurut Leonardo D. White (dalam Inu Kencana, 2013:33)
Koordinasi adalah penyesuaian dari masing-masing bagian, dan usaha
mengerakkan serta mengoprasikan bagian-bagian pada waktu yang cocok,
sehingga dengan demikian masing-masing bagian dapat memberikan
sumbangan terbanyak pada keseluruhan hasil.
Wursanto dalam dasar-dasar organisasi mengatakan: Koordinasi
adalah kegiatan pengaturan usaha kelompok orang secara terarah dan
teratur untuk menciptakan kesatuan gerak/tindakan dalam usaha mencapai
tujuan organisasi. (Wursanto, 2003:251).
Menurut Usman (2013:488) Koordinasi adalah proses
mengintegrasikan (memadukan), menyinkronisasikan, dan
menyederhanakan pelaksanaan tugas yang terpisah-pisah secara terus-
menerus untuk mencapai tujuan secara efektif dan efesien.
13
Koordinasi merupakan proses pengintegrasian tujuan dan kegiatan
pada suatu yang terpisah pada suatu organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi secara efesien menurut Yohanes Yahya (2006 : 95).
Menurut Handoko dalam Kementerian Koordinator BPMP (2015 :
16), koordinasi merupakan proses pengintegrasian tujuan dengan kegiatan-
kegiatan pada satuan yang terpisah dengan departemen atau bidang-bidang
fungsional dalam organisasi untuk mencapai tujuan secara efisien.
Dengan demikian dari beberapa definisi diatas dapat disebutkan
bahwa koordinasi merupakan aktivitas fungsi manajemen dalam mengatur
beragam elemen kedalam suatu pengoperasian yang terpadu, sinkron dan
harmonis untuk menciptakan kerjasama yang selaras dan tertib sehingga
mengarah pada pencapaian tujuan organisasi yang telah ditentukan.
Kemudian berdasarkan pada definisi diatas bahwa sebelum
melakukan koordinasi perlu adanya syarat-syarat sebagaimana menurut
Hasibuan dalam Arif (2015 : 20) sebagai kelancaran pelaksanaan kegiatan
yaitu :
1. Sense of Cooperation yaitu perasaan untuk bekerjasama ini dilihat dari bagian
bidang pekerjaan bukan secara individual.
2. Rivalry yaitu dalam organisasi besar sering dilakukannya persaingan antar
bagaian agar saling berlomba.
3. Team Spirit yaitu dalam pelaksanaan kerja per bagian harus saling menghargai
dan memberikan motivasi untuk pencapaian tujuan.
4. Esprit de Corps yaitu bagian yang saling menghargai sebagai semangat kerja.
14
Adapun prinsip-prinsip koordinasi menurut Dann Sugandha dalam
Arif (2015 : 15), yang perlu diterapkan dalam menciptakan koordinasi
antara lain :
1. Adanya kesepakatan dan kesatuan mengenai sasaran yang harus dicapai
sebagai arah kegiatan bersama.
2. Adanya kesepakatan mengenai kegiatan yang harus dilakukan oleh masing-
masing pihak termasuk target dan jadwalnya.
3. Adanya ketaatan atau loyalitas dari setiap pihak terhadap bagian tugas masing-
masing serta jadwal yang telah diterapkan.
4. Adanya arus informasi dari semua pihak yang bekerja sama mengenai
kegiatan termasuk masalah-masalah yang dihadapi masing-masing.
5. Adanya koordinator yang dapat memimpin dan menggerakkan serta
memonitor kerjasama serta sebagai pemecahan masalah bersama.
6. Adanya informasi dari berbagai pihak kepada koordinator sehingga
pelaksanaan kerjasama dapat dimonitor dan mengetahui masalah-masalah
yang sedang dihadapi oleh semua pihak.
7. Adanya saling menghormati terhadap wewenang fungsional dari berbagai
pihak sehingga tercipta semangat untuk saling membantu.
Dalam pelaksanaan koordinasi Handayaningrat dalam
Rukmanayanti, (2014 : 11), mengatakan bahwa koordinasi memiliki ciri-
ciri untuk bagaimana mengindentifikasi kerjasama untuk mencapai tujuan.
15
1. Tanggungjawab koordinasi terletak pada tugas pimpinan, karena koordinasi
menjadi wewenang dan tanggungjawab dari pimpinan. Bahwa pimpinan
dikatakan telah berhasil ketika telah melakukan koordinasi dengan baik.
2. Konsep kesatuan tindakan, karena koordinasi merupakan usaha kerjasama
sebagai syarat mutlak terselenggaranya dengan sebaik-baiknya.
3. Adanya proses, karena koordinasi merupakan suatu proses kerja yang terus
menerus sehingga proses tersebut bersifat kesinambungan dalam rangka
tercapainya tujuan organisasi.
4. Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama sebagai kesatuan dari usaha meminta
pengertian kepada semua individu agar ikut serta melaksanakan kegiatan
untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan.
Selanjutnya menurut Hasibuan dalam Rukmanayanti (2014 : 12)
bahwa dalam pelaksanaan koordinasi ada beberapa factor-faktor yang
mempengaruhi sehingga terlaksananya koordinasi sebagai berikut :
1. Kesatuan Tindakan
Koordinasi memerlukan kesadaran bagi setiap anggota organisasi atau
satuan organisasi untuk saling menyesuaikan diri dengan satuan organisasi
lainnya agar anggota organisasi tersebut tidak berjalan dengan sendirinya.
Konsep kesatuan tindakan merupakan inti dari pada koordinasi bahwa
pemimpin harus mengatur sedemikian rupa usaha-usaha dari pada setiap
tindakan individu sehingga terdapat keserasian didalam mencapai hasil.
2. Komunikasi
16
Komunikasi tidak dapat dipisahkan dari koordinasi karena komunikasi
merupakan salah satu dari sekian banyak kebutuhan manusia dalam menjalani
hidup, dengan demikian komunikasi memiliki hubungan antara komunikator
dengan komunikan dimana keduanya memiliki peranan dalam menciptakan
komunikasi.
3. Pembagian Kerja
Prinsip pembagian kerja dimaksudkan jika suatu organisasi diharapkan
untuk berhasil dengan baik dalam usaha mencapai tujuannya, maka perlua
dilakukan pembagian kerja. Pembagian kerja ini diharapkan dapat berfungsi
untuk mewujudkan tujuan suatu organisasi, pembagian kerja juga diartikan
sebagai perincian tugas agar setiap individu dalam organisasi memiliki
tanggungjawab untuk melaksanakan kegiatan yang terbatas.
4. Disiplin
Dalam organisasi yang kompleks bahwa setiap bidang harus bekerja secara
terkoordinasi agar masing-masing dapat menghasilkan hasil yang efektif.
Koordinasi seharunya menyesuaiakn dengan bagian-bagian yang berbeda agar
kegiatan itu selesai tepat waktu, dengan demikian perlunya sumbangan usaha
secara maksimal agar memperoleh hasil secara keseluruan untuk itu sangat
diperlukan sikap disiplin dalam organisasi.
Kemudian pada dasarnya dalam pelaksanaan koordinasi itu
memiliki lima unsur penting, sebagaimana yang dikatakan Sulistyowati
17
dalam Arif (2015 : 9), bahwa koordinasi dibangun dari beberapa unsur-
unsur agar dapat dioptimalkan diantaranya sebagai berikut :
1. Komunikasi
Komunikasi yang dimaksudkan adalah bagaimana informasi itu
disampaikan dari pengirim kepada penerima kemudian informasi dapat
dipahami oleh penerima. Informasi menjadi syarat utama dalam organisasi
sebagai sarana memadukan aktifitas-aktifitas yang terorganisir. Dalam hal ini
komunikasi terdiri dari dua macam yaitu komunikasi formal dan komunikasi
informal.
a) Komunikasi formal merupakan komunikasi yang disetujui oleh organisasi
untuk kepentingan organisasi dengan melakukan penekanan legitimasi.
b) Komunikasi informal merupakan komunikasi secara langsung atau
komunikasi sembarang waktu dan tempat serta komunikasi dengan
menghubungkan secara pribadi.
2. Integrasi
Integrasi dimaksudkan bahwa suatu usaha untuk menyatukan tindakan-
tindakan berbagai badan, instansi serta unit sehingga menghasilkan kebulatan
pemikiran dan kesatuan tindakan secara terarah pada sasaran yang telah
ditentutkan dan disepakati.
3. Sinkronisasi
Sinkronisasi adalah usaha menyesuaikan, menyeleraskan tindakan-
tindakan pada unit-unit sehingga memperoleh keserasian dalam melaksanakan
tugas. Sinkronisasi juga dapat diartikan sebagai proses pengaturan jalannya
18
beberapa proses pada saat bersamaan ini dilakukan dengan pembagian tugas
sebagai petunjuk pelaksanaan sinkronisasi karena pada dasarnya sinkronisasi
akan menurunkan tugas-tugas yang saling tumpang tindih sehingga
meniadakan kegiatan yang tidak perlu dilakukan. Sinkronisasi juga menjadi
penting dalam pelaksanaan koordinasi terbukti bahwa dalam manajemen
pemerintahan itu masih banyak terdapat tumpang tindih pekerjaan karena
tidak adanya sinkronisasi dalam pelaksanaan kerja, maka koordinasi harus
melibatkan sinkronisasi untuk mempermudah pencapaian tujuan bersama.
4. Simplifikasi
Simplikasi yang dimaksudkan adalah penyederhaan artinya bahwa
penerapan yang terorganisir untuk bagaimana menemukan cara-cara yang
lebih mudah dalam menjalankan tugas, dengan membuat program-program
yang realitik, sederhana dan dapat dikerjakan.
5. Mekanisme
Secara sederhana bahwa mekanisme adalah cara kerja suatu organisasi
dalam melaksanakan tugas dan fungsi sehingga teratur dan tidak saling
berbenturan satu dengan lainnya. Olehnya proses koordinasi memerlukan
mekanisme sebagai prosedur kerja, standarisasi keluaran kerja dan
keterampilan kerja yang bertujuan
untuk menjaga komunikasi dan hubungan antara pimpinan dengan bawahannya
dalam pelaksanaan koordinasi.
B. Jenis - Jenis Koordinasi
19
Koordinasi pemerintah daerah menuntut penjelasan secara resmi dari
pihak eksekutif bahwa koordinasi pemerintah baik antar instansi merupakan
usaha kerjasama yang erat dan efektif antara instansi-instansi terkait di daerah
dengan pembentukan forum-forum koordinasi dalam segala bidang, karena ini
menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan koordinasi masih terdapat kesulitan-
kesulitan. Kemudian secara teoritis dapat disebutkan beberapa jenis-jenis
koordinasi yang menjadi acuan dalam pelaksanaan koordinasi itu dikemukakan
oleh Soewarno Handayaningrat dalam Kementerian Koordinator BPMP (2015 :
20), bahwa ada dua jenis koordinasi utama yaitu :
1) Koordinasi Intern, koordinasi intern terdiri atas koordinasi vertikal,
koordinasi horizontal dan koordinasi diagonal.
a. Koordinasi vertikal atau juga disebut sebagai koordinasi struktural dimana
dalam pengkoordinasian terdapat hubungan hierarki artinya bahwa satu
dengan lainnya barada pada garis komando. Misalnya koordinasi dilakukan
oleh seorang pimpinan kepada bawahannya yang berada pada lingkungan
organisasi itu sendiri.
b. Koordinasi horizontal bahwa dalam pelaksanaan koordinasi memiliki
kedudukan setingkat antara yang mengkoordinasikan dengan yang
dikoordinasikan. Misalnya koordinasi yang dilakukan oleh manajer
perusahaan dengan manajer perusahaan lainnya.
c. Koordinasi diagonal bahwa dalam pelaksanaan koordinasi memiliki
kedudukan yang lebih tinggi antara yang mengkoordinasikan dengan yang
dikoordinasikan tetapi satu dengan yang lainnya tidak berada pada garis
20
komando. Misalnya koordinasi yang dilakukan oleh kepala biro
kepegawaian terhadap kepala bagian kepegawaian.
2) Koordinasi Ekstern, juga termasuk koordinasi fungsional yaitu koordinasi
ektern bersifat fungsional dan koordinasi itu pula bersifat horizontal dan
diagonal.
a. Koordinasi ekstern bersifat horizontal yaitu koordinasi yang dilakukan
oleh kepala direktorat bina program dengan kepala direktorat jendral bina
marga.
b. Koordinasi ekstern bersifat diagonal yaitu koordinasi yang dilakukan oleh
kepala badan administrasi kepegawaian Negara dengan kepala biro
kepegawaian tiap departemen.
Senada dengan peraturan perundang-undangan sebagaimana yang
dimaksudkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 6 Tahun 1988 tentang
koordinasi kegiatan instansi vertikal di daerah, pasal 1 menyebutkan
bahwa ada tiga jenis koordinasi diantaranya koordinasi fungsional,
koordinasi instansional dan koordinasi territorial.
1. Koordinasi fungsional yaitu koordinasi yang dilakukan antara dua atau lebih
instansi yang memiliki program berkaitan erat dengan program instansi
lainnya.
2. Koordinasi instansional yaitu koordinasi yang dilakukan oleh beberapa
instansi yang menangani satu urusan tertentu dan memiliki kesangkutpautan.
3. Koordinasi territorial yaitu koordinasi yang dilakukan antara dua atau lebih
wilayah dengan program-program tertentu.
21
Dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan dalam sebuah
organisasi itu diperlukan kerja tim atau dalam hal ini koordinasi yang
dilakukan antara orang yang memiliki wewenang atau tugas dibidangnya
namun dalam pelaksanaan koordinasi tidak terlepas dari beberapa
hambatan atau masalah yang dihadapi pada saat pengkoordinasiaan. Ini
ditegaskan oleh beberapa pakar sebagaimana Handayaningrat dalam Arif
(2015:17), mengatakan bahwa dalam pengkoordinasian khusunya
koordinasi fungsional baik horizontal maupun diagonal itu tidak terlepas
dari beberapa hambatan ini disebabkan antara yang mengkoordinasi
keduanya tidak memiliki hubungan hierarki atau tidak memiliki garis
komando (kekuasaan), serta hambatan lainnya dirasakan pada saat
melakukan koordinasi vertikal ini disebabkan bahwa dalam perumusan
tugas, wewenang dan tanggungjawab tiap-tiap unit kerja kurang jelas
artinya bahwa dalam pelaksanaan tata kelola kurang dipahami oleh pihak-
pihak yang bersangkutan sehingga timbul keragu-raguan diantara yang
mengkoordinasi dan yang dikoordinasi. Hambatan-hambatan inilah
terkadang menimbulkan kesalahan yang sering dilakukan dalam
pelaksanaan pengkoordinasiaan dan berdampak pada pencapaian tujuan.
Kemudian peningkatan spesialisasi akan meningkatkan kebutuhan
koordinasi dimana semakin besar derajat spesialisasi maka semakin sulit
bagi manajer mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan khusus dari satuan-
satuan berbeda. Ada beberapa tipe perbedaan dalam sikap dan mekanisme
yang kemudian mempersulit tugas pengkoordinasian yaitu :
22
1) Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu, ini menunjukkan adanya
perbedaan pandangan tentang bagaimana cara mencapai tujuan organisasi
yang baik, disatu sisi menganggap bahwa diversifikasi produk lebih
diutamakan daripada kualitas produk dan disatu sisi lainnya menganggap
bahwa biaya sebagai factor utama dalam kesuksesan organisasi.
2) Perbedaan dalam orientasi waktu, bahwa dalam organisasi baik privat maupun
publik manajer terkadang akan lebih memperhatikan masalah yang harus
dipecahkan sesegera mungkin dalam kurun waktu yang pendek, ini biasanya
terjadi pada masalah-masalah yang berlarut lama.
3) Perbedaan dalam orientasi antar pribadi, bahwa dalam pelaksanaan kerja
sangat memerlukan komunikasi dan pengambilan keputusan yang cepat agar
proses kerjanya lancar, namun hal ini terkadang dilakukan secara santai dan
tidak terlepas dari pendiskusian yang berlarut sehinggap menghambat dalam
pencapaian tujuan organisasi.
4) Perbedaan dalam formalitas struktur, bahwa tipe satuan dalam organisasi
memiliki metode dan standar yang berbeda dengan tujuan mengevaluasi
program sebagai bentuk balas jasa bagi karyawan.
Mekanisme koordinasi yaitu adanya kesadaran secara sukarela dari
semua anggota dalam organisasi atau pemimpin-pemimpin organisasi
untuk bekerjsama antar organisasi maupun antar instansi. Diperlukannya
komunikasi yang efektif, tujuan kerjasama yang jelas, memintan ketaatan,
kesetiaan dan disiplin kerja dari setiap pihak yang terlibat. Karena pada
dasarnya terciptanya koordinasi dalam organisasi menunjukan organisasi
23
aktif sebagai suatu system dan pemimpin memiliki peran sebagai
fasilitator dan tenaga pendorong.
Dalam kegiatan pengkoordinasian dasar terlebih dahulu kita
mengetahui mekanisme-mekanisme apa saja yang perlu diperhatikan, Arif
(2015).
1) Hirarki Manajerial, dimaksdukan perintah, informasi, wewenang formal dan
akuntabilitas harus dipertegas dan jelas ini memungkinkan tumbuhnya
integrasi yang jelas serta dilaksanakan dengan pengarahan yang tepat.
2) Aturan dan Prosedur, yaitu pengambilan keputusan-keputusan untuk
menangangi masalah-masalah rutin sehingga dapat menjadi fungsi yang
efisien untuk koordinasi dan pengwasan secara rutin.
3) Rencana dan Penetapan Tujuan, digunakan untuk pengoordinasiaan melalui
pengarahan secara menyeluruh dalam organisasi terhadap sasaran yang sama
ini diperlukan dengan aturan dan prosedur yang tidak lagi memiliki
kemampuan memproses semua informasi yang dibutuhkan untuk
mengoordinasikan kegiatan dalam organisasi.
Lanjut dari pada itu bahwa koordinasi semestinya memiliki
pedoman penting yang menjadikan dalam pelaksanaan koordinasi lebih
terfokus pada dasar dan pencapaian hasil diantaranya :
1) Terpusat, ini menunjukkan proses pengendalian sangat berguna dan penting
untuk menghindari bagian-bagian yang bergerak sendiri karena dalam
organisasi terdapat orang-orang yang memiliki kebutuhan dan keinginan yang
berbeda.
24
2) Terpadu, keterpaduan dalam pekerjaan menunjukkan adanya saling mengisi
dan member satu sama lain.
3) Berkesinambungan, yaitu proses kegiatan yang saling berkaitan dengan
kegiatan sebelumnya.
4) Menggunakan pendekatan muli instansional, artinya bahwa informasi yang
relevan akan menghindarkan dari tumpang tindih tugas satu dengan yang
lainnya.
Komunikasi sebagai kunci dalam kegiatan koordinasi yang efektif
secara langsung tergantung pada perolehan, penyebaran dan pemprosesan
informasi. Menunjukkan bahwa semakin besar ketidakpastian tugas yang
dikoordinasikan semakin banyak membutuhkan informasi. Secara teoritis
ada beberapa pendekatan untuk mencapai koordinasi yang efektif
diantaranya sebagai berikut :
1) Teknik - Teknik Manajemen Dasar
Dengan menggunakan teknik-teknik manajemen dasar yaitu hirarki
manajerial, rencana dan tujuan ini sebagai pengarah pelaksanaan kegiatan
serta prosedur dan aturan.
2) Meningkatkan Koordinasi Potensial
Koordinasi potensial diperlukan bila setiap bagian saling bergantungan
satu dengan lainnya serta lebih luas dalam ukuran dan fungsi.
3) Mengurangi Kebutuhan Akan Koordinasi
Dalam berbagai situasi adalah tidak efisiennya pengembangan cara
pengkoordinasian tambahan, hal ini dapat dilakukan dengan penyediaan tambahan
25
sumber daya untuk pengelompokkan kembali satuan-satuan organisasi agar tugas-
tugas berdiri sendiri.
Dari beberapa penjelasan diatar mengenai koordinasi bahwa
kebutuhan akan koordinasi tidak dapat dihindari karena setiap organisasi
mempunyai unit-unit atau satuan-satuan yang memiliki fungsi yang
berbeda tetapi memiliki hubungan yang saling bergantungan. Menurut
James D. Thompson dalam Kementerian Koordinator BPMP (2015 : 18),
menyebutkan ada tiga macam saling ketergantungan di antara unit-unit
organisasi yaitu :
1) Saling ketergantungan yang menyatu, artinya apabila unit-unit organisasi tidak
saling bergantungan satu dengan yang lainnya dalam melaksanakan kegiatan
dan bergantung pada pelaksanaan kerja setiap unit yang bertujuan untuk
memuaskan hasil akhir.
2) Saling ketergantungan yang berurutan, artinya suatu unit-unit organisasi
diharuskan melakukan pekerjaan terlebih dahulu sebelum unit lainnya bekerja.
3) Saling ketergantungan timbal balik, artinya bahwa hubungan dan menerima
antar satuan organisasi (simbiosis mutualisme).
Adanya saling ketergantungan menyebabkan koordinasi sangat
dibutuhkan dalam mengintegrasi kinerja setiap unit bahwa peran
koordinasi sebagai upanya membuat struktur dan memfasilitasi transaksi
antar bagian yang saling bergantung. Dengan terciptanya koordinasi yang
baik antar unit dapat mengurangi terjadinya kesalahan dan konflik
sehingga proses kegiataan koordinasi berjalan dengan baik. Dan dengan
26
demikian mengapa perlu dilakukannya koordinasi diantranya sebagai
berikut :
1) Menghindari kekacauan dan penyimpangan tugas dan sasaran.
2) Mengarahkan dan menyatukan semua tindakan serta pemikiran ke arah
sasaran organisasi.
3) Menghindari kekosongan dan tumpang tindih pekerjaan.
4) Menghindari keterampilan berlebihan dari tujuan organisasi.
5) Memusatkan keterampilan spesialis ke arah tujuan organisasi.
6) Mengintegrasikan tindakan dan pemanfaatan unsure manajemen ke arah
tujuan organisasi.
C. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Salah satu tujuan utama dalam pengelolaan lingkungan hidup adalah dapat
terlaksananya pembangunan yang berwawasan lingkungan dan terkendalinya
pemanfaatan suatu sumber daya alam secara bijaksana. Untuk itu sejak awal
perencanaan suatu kegeiatan sudah harus memperkirakan perubahan rona
lingkungan akibat pembentukan suatu kondisi yang merugikan akibat
diselenggarakannya suatu pembangunan.
Setiap adanya kegiatan pembangunan, dimanapun dan kapanpun itu, pasti
akan menimbulkan suatu dampak. Dampak adalah suatu perubahan yang
terjadi sebagai akibat suatu aktivitas yang dapat bersifat alamiah, baik kimia,
fisik maupun biologi (Otto Soemarwoto, 1994).
Secara formal Analisi Dampak Lingkungan (ADL) berasal dari Undang-
Undang National Environmenal Act (NEPA) 1969 di Amerika Serikat dalam
27
Undang-Undang ini ADL dimaksud sebagai suatu alat untuk merencanakan
tindakan preventif terhadap kerusakan lingkungan yang mungkin akan
ditimbulkan oleh suatu aktivitas pembangunan yang sedang direncanakan .
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Environmental
Impact Analysis (EIA) adalah hasil studi mengenai dampak penting suatu
usaha atau kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup. Menurut
Fola S. Ebisemiju (1993) AMDAL muncul sebagai jawaban atas keprihatinan
tentang dampak negative dari kegiatan manusia, khususnya pencemaran
lingjungan akibat kegiatan industri pada tahun 1960-an. Sejak itu AMDAL
telah menjadi suatu alat utama untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
manajemen yang bersih lingkungan dan selalu melekat pada tujuan
pembangunan yang berkelanjutan. Pada dasarnya AMDAL merupakan
keseluruhan dokumen studi kelayakan lingkungan yang terdiri dari Kerangka
Acuan (KA), Analisi Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana Pengelolaan
Lingkungan (RKL), dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). Dari
pengertian tersebut, Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) hanya
merupakan salah satu dokumentasi dari Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL).
Perkembangan aspek social dalam AMDAL lebih dinamis dari
perkembangan AMDAL itu sendiri. Dalam Bab pembukaan dari Undang-
Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup , disebut
bahwa lingkungan hidup kesatuan ruang dengan semua benda , daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termaksud manusia dan perilakunya, yang
28
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejateraan manusia serta
makhluk hidup lainnya. Dari rumasan ini jelas bahwa, Undang-Undang
tersebut secara eksplisit memeperhatikan lingkungan sosial.
D. Kerangka pikir
Koordinasi Pemerintah Daerah menuntut penjelasan secara resmi dari
pihak eksekutif bahwa koordinasi pemerintah baik antar sektor merupakan
usaha kerjasama yang erat dan efektif antara instansi-instansi terkait di daerah
dengan pembentukan forum-forum koordinasi dalam segala bidang, karena
ini menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan koordinasi masih terdapat
kesulitan-kesulitan.
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
Faktor-Faktor
Koordinasi
Menurut Hasibuan:
1.Kesatuan tindakan
2.Komunikasi
3.Pembagian kerja
4.Disiplin
Koordinasi Antar Sektor Dalam
Penyusunan AMDAL dengan
Perusahaan Smelter di
Kabupaten Bantaeng
Efektifitas Antar Sektor
dalam Penyusunan
AMDAL dengan
perusahaan Smelter di
Kabupaten Bantaeng
29
E. Fokus Penelitian
Pembahasan fokus penelitian sangat penting dan berkaitan erat dengan
masalah maupun data yang dikumpulkan. Sesuai dengan judul penelitian,
maka sasaran atau fokus penelitian ini adalah koordinasi antar Sektor Dalam
Penyusunan AMDAL di Perusahaan Smelter Bantaeng, khusunya Dinas
perindustrian, pimpinan atau pengelola smelter danmasyarakat itu sendiri.
F. Deskripsi Fokus Penelitian
1) Koordinasi antar koordinasi antar Sektor Dalam Penyusunan AMDAL di
Perusahaan Smelter Bantaeng merupakan upanya yang dilakukan oleh
pemerintah daerah bekerjasama antar Sektor Dinas Perindustrian, Dinas
Lingkungan Hidup, PT. Huadi dan masyarakat itu sendiri di Kabupaten
Bantaeng.
2) Kesatuan Tindakan dalam penelitian ini adalah kesadaran bagi anggota
organisasi ataupun satuan organisasi yaitu Dinas Perindustrian, Dinas
Lingkungan Hidup, PT. Huadi dan masyarakat itu sendiri di Kabupaten
Bantaeng.
3) Komunikasi dalam penelitian ini adalah komunikasi yang dilakukan oleh
Dinas Perindustrian dengan PT. Huadi secara efektif melalui rapat dalam
membahas mengenai pengelolaan smelter di Kabupaten Bantaeng,
begitupun komunikasi yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup
dengan PT. Huadi dilakukan secara baik dalam hal memperhatikan
lingkungan sekitar area pengelolaan smelter.
30
4) Pembagian Kerja dalam penelitian ini adalah dimana Dinas Perindustrian
mengawal agar Pengelolaah smelter berjalan dengan baik sesuai dengan
apa yang diinginkan, kemudian Dinas Lingkungan Hidup mengawasi
lingkungan atau area disekitar PT. Huadi tersebut selama pengelolaan
smelter.
5) Disiplin dalam penelitian ini adalah bahwa dalam melalukan koordinasi
antara Dinas Perindustrian, Dinas Lingkungan Hidup, dan PT. Huadi telah
melakukan koordinasi secara efektif.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Bedasarkan judul Penelitian “Koordinasi Antar Sektor dalam Penyusunan
AMDAL dengan Perusahaan Smelter di Kabupaten Bantaeng” Penelitian ini
dilaksanakan pada 26 Agustus 2019 sampai 24 Oktober 2019. Adapun
menjadi penentuan lokasi penelitian adalah Kantor Dinas Perindustrian,
Kantor Dinas Lingkungan Hidup dan PT. Huadi.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
Adapun jenis dan tipe penelitian yang pakai dalam penelitian ini yaitu:
1) Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif,
yaitu menjelaskan fenomena secara mendalam melalui pengumpulan data.
Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Maleong, 2004) bahwa metode
penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa fakta-fakta tertulis lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati.
2) Tipe Penelitian
Tipe penelitian penulis memakai penelitian ini adalah pendekatan
deskriptif yaitu menekankan pada subyektivitas pengalaman hidup
manusia.
32
C. Sumber Data
Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi
mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data di bedakan menjadi dua,
yakni data primer dan data sekunder.
1) Data Primer merupakan data yang dibuat oleh peneliti dalam maksud
khusus menyelesaikan suatu permasalahan yang sedang ditanganinya. Data
dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau
tempat objek penelitian yang dilakukan.
2) Data Sekunder merupakan data yang diperoleh untuk mendukung data
primer yang sumbernya dari data-data yang sudah diperoleh sebelumnya
menjadi seperangkat informasi dalam bentuk dokumen, laporan-laporan,
dan informasi tertulis lainnya yang berkaitan dengan peneliti. Pada
penelitian data sekunder yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a) Studi kepustakaan adalah pengumpulan data-data yang diperoleh dari
buku-buku ilmiah, tulisan (jurnal), karangan ilmiah yang sangat
berkaitan dengan penelitian.
b) Dokumentasi ialah dengan menggunakan sebuah catatan-catatan yang
ada dilokasi serta sumber-sumber yang relevan dengan suatu objek
penelitian.
D. Informan Penelitian
Pemilihan informan sebagai suatu sumber data dlam penelitian ini yaitu
berdasarkan kepada asas subyek yang menguasai suatu permasalahan,
memiliki suatu data, dan akurat. informan ditentukan melalui teknik snowball
33
sampling, yaitu proses penentuan suatu informan yang berdasarkan informan
sebelumnya tanpa harus menentukan jumlahnya secara pasti dengan cara
menggali informasi terkait dengan topik penelitian yang diperlukan. Pencarian
informan tersebut akan dihentikan pada saat informasi penelitian sudah
dianggap memadai dan bersedia memberikan informasi lengkap dan akurat.
3.1 Tabel informarman
N
o
Nama
Infor
man
Inis
i
a
l
Status
Juml
a
h
1
Lukman
Agun
g
LA
Kepala Dinas Ketenaga
Kerjaan Dan Peng
Industrian kab. Bantaeng
1
O
ra
n
g
2
Hj.
Andri
ani
gani
AG
Bidang industri aneka
Kabupaten Bantaeng
1
O
ra
n
g
3
Doni
Setia
Nugra
ha
DS
Kepala Bidang Hubungan
Industri Dan Syarat
Kerja Kabupaten
Bantaeng
1
O
ra
n
g
4
Indra
Wahy
udi R
IW
Kepala bidang pengendalian
dampak lingkungan
1
O
ra
n
g
5
Alfin
AL
Kepala seksi pemantauan
dan dampak lingkungan
1
O
ra
n
g
34
6
Mardiah
MD
Kepala seksi pengendalian
dan pencemaran
lingkungan
1
O
ra
n
g
7 Suharto SH Penanggung jawab dan
pengelolah PT.HUADI
1
O
ra
n
g
8 Muh.
Ridwa
n
MR Masyarakat yang tinggal di
sekitaran PT.HUADI
1
O
ra
n
g
9 Taufik TF Masyarakat yang tinggal di
sekitaran PT.HUADI
1
O
ra
n
g
JUMLAH 9
o
r
a
n
g
Sumber: dinas lingkungan hidup, dinas ketenaga kerjaan dan perindustrian,
PT. Huadi, dan Masyarakat
E. Teknik Pengumpulan Data
Menyusun instrumen adalah pekerjaan yang paling penting dalam langkah
penelitian. Akan tetapi dengan mengumpulkan data akan jauh lebih penting
lagi untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan kegunaannya. Metode atau
cara pengumpulan data yang penyusun gunakan dalam penyusunan skripsi ini
adalah dengan cara dokumentasi, observasi, dan wawancara.
35
1. Observasi ialah teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan
pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala subyek yang diselidiki.
Fungsi observasi ini untuk menyaring dan melengkapi data yang mungkin
tidak diperoleh melalui interview atau wawancara. Dalam penelitian ini
observasi dilakukan ketika diperlukan pengecekan langsung terhadap
koordinasi antar sektor dalam penyusunan AMDAL di perusahaan smelter
Bantaeng.
2. Dokumentasi berasal dari kata dokumn yang artinya barang-barang
tertulis. Jadi dokumentasi adalah suatu teknik dimana data diperoleh dari
dokumen yang ada pada benda-benda tertulis, buku-buku, yang berkaitan
dengan objek penelitian. Tujuan digunakan metode ini untuk memperoleh
data secara jelas dan konkret tentang koordinasi antar sektor dalam
penyusunan AMDAL di perusahaan smelter Bantaeng.
3. Wawancara adalah suatu proses memperoleh keterangan dalam tujuan
penelitian dengan cara melakukan tanya jawab, dengan bertatap muka
antara peneliti dengan cara menggunakan alat yang disebut interview guide
(panduan wawancara).
F. Teknik Analisis Data
Analisa data ialah langkah selanjutnya untuk mengolah data dari
hasil penelitian menjadi data, dimana data diperoleh, dikerjakan dan
dimanfaatkan sedemikian rupa untuk menyimpulkan persoalan yang
diajukan dalam menyusun hasil penelitian. Teknik analisis data yang
digunakan di dalam penelitian ini adalah model analisa interaktif
36
(interactive model of analysis). Dalam model ini terdapat 3 komponen
pokok. Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiono (2013) ketiga
komponen tersebut yaitu :
1. Redaksi Data merupakan komponen pertama analisi data yang mempertegas,
memperpendek, membuat fokus, membuang suatu hal-hal yang tidak penting
dan mengatur suatu data sedemikian rupa agar simpulan dalam peneliti dapat
dilakukan.
2. Sajian Data merupakan rakitan suatu informasi yang memungkinkan
kesimpulan. Secara singkat dapat berarti cerita sistematis dan logis supaya
makna peristiwanya menjadi lebih mudah dipahami.
3. Penarikan Kesimpulan dalam awal pengumpulan data peneliti sudah harus
mulai memahami apa arti dari hal-hal yang ia temui dengan mencatat
peraturan-peraturan sebab akibat, dan berbagai proporsi sehingga penarikan
kesimpulan dapat di pertanggung jawabkan.
G. Keabsahan Data
Menurut Sugiono (2013) Triangulasi dalam pengujian kredibilits
ini diartikan sebagai pngecekan data dari berbagai sumbr dengan berbagai
cara dan berbagai waktu. Dengan begitu terdapat triangulasi, sumber,
triangulasi teknk pengumpulan data, dan juga waktu.
37
1. Triangulasi sumber dilaksanakan dengan menggunakan cara mengecek
data yang sudah diperoleh dari beberapa sumber. Dalam ini peneliti
melakukan pengumpulan dan juga pengujian data yang telah diperoleh
melalui hasil pengamatan, wawancara dan dokumen-dokumen yang ada.
Kemudian peneliti membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara
dan juga membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada.
2. Triangulasi teknik dilakukan melalui cara pengecekan data kepada sumbr
yang sama melalui teknik yang berbeda. Dalam ini data yang sudah
diperoleh melalui wawancara, kemudian dicek dengan observasi dan
dokumen. Apabila dengan ketiga teknik pengujian kredibilits data
tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda maka peneliti harus
melakukan diskusi yang lebih lanjut lagi kepada sumber data yang
brsangkutan ataupun yang lain untuk lebih memastikan data yang mana
yang dianggap benar atau mungkin semuanya benar karena sudut
pandangnya berbeda-beda.
3. Triangulasi waktu , waktu juga sangat begitu mempengaruhi kredibilitas
suatu data. Data yang sudah dikumpulkan menggunakan teknik
wawancara pada pagi hari saat narasumber masih begitu segar, belum
begitu banyak masalah dapat memberikan suatu data yang jauh lebih
valid sehingga kredibel. Maka dari itu dalam rangka pengujian
kredibilitas suatu data bisa dilakukan dengan cara melakukan pengecekan
dengan cara wawancara, observasi ataupun teknik lain dalam waktu
maupun situasi yang berbeda. Bila hasil uji tersebut menghasilkan data
38
yang begitu berbeda maka harus dilakukan dengan cara berulang-ulang
hingga sampai ditemukannya suatu kepastian datanya. Triangulasi bisa
juga dilakukan melalui cara mengecek hasil dari penelitian oleh tim
peneliti lain yang sudah diberi tugas untuk melakukan pengumpulan data.
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Obyek Penelitian
1. Deskripsi Kabupaten Bantaeng
Kabupaten Bantaeng adalah Kabupaten yang dikenal dengan sebutan Butta
Toa terletak di Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten Bantaeng ini mempunyai
luas wilayah 395,83 km². terdiri atas 8 (delapan) kecamatan, 67 Desa dan
Kelurahan,502 Rukun Warga (RW) dan 1.108 Rukun Tetangga (RT).
Kedelapan kecamatan tersebut adalah Kecamatan Bissappu, Kecamaten
Pajjukukang, Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Eremerasa, Kecamatan
Gantarangkeke dan Kecamatan Sinoa. Kecamatan Tompo Bulu merupakan
kecamatan terbesar dengan luas wilayah 76,99 km², sedangkan Kecamatan dengan
luas wilayah terkecil yaitu Kecamatan Bantaeng dengan luas wilayah 28,85 km².
Kabupaten Bantaeng secara geografis terletak ± 120 km arah selatan
Makassar, Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan dengan posisi 5º21’13”-5º35’26”
Bujur Timur. Kabupaten Bantaeng terletak di daerah pantai yang memanjang pada
bagian barat ke timur kota yang salah satunya berpotensi untuk perikanan, dan
wilayah daratannya mulai dari tepi laut Flores sampai kepegunungan sekitar
Gunung Lompobattang dengan ketinggian tempat dari permukaan laut 0-25 m
sampai 1.000 m di atas permukaan laut. Kabupaten Bantaeng terletak dibagian
selatan provinsi selatan yang berbatasan dengan :
a. Sebelah Utara : Kabupaten Gowa dan Kabupaten Bulukumba
b. Sebelah Timur : Kabupaten Bulukumba
40
c. Sebelah Selatan : Laut Flores
d. Sebelah Barat : Kabupaten Jeneponto
Curah hujan di Kabupaten Bantaeng hampir merata disetiap bulan dalam
setahun, jumlah hari hujan berdasarkan data tahun 2012 mencapai rata-rata 4,42
hari perbulan dengan jumlah hari hujan, dalam setahun sebanyak 53 hari dalam
setahun, sedangkan curah hujan dalam setahun mencapai sebesar 169,33mm
Sebagai daerah dengan luas yang relatif terbatas atau hanya kurang lebih 0,8
dari luas Provinsi Selawesi Selatan, maka Kabupaten Bantaeng hanya memiliki 11
sungai yang melintas beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Bantaeng.
Adapun sungai sungai dimaksud antara lain:
Tabel 4.1 Nama Sungai, Panjang Sungai dan Kecamatan yang dilintasi
No Nama sungai Panjang Kecamatan dilintasi
1 Pamosa 1,7 Pajukukang
2 Turung Asu 7,4 Tompobulu,
Gantarangkeke
3 Balang Sikuyu 10,8 Uluere, Sinoa, Bissappu
4 Panaikang 11,7 Uluere, Sinoa, Bissappu
5 Kalamassang 14,2 Tompobulu,
Gantarangkeke
6 Lemoa 14,4 Uluere, Bissappu
7 Kaloling 17,1 Tompobulu,
Gantarangkeke
8 Biangkeke 20,4 Tompobulu,
Gantarangkeke
9 Calendu 20,7 Uluere, Bantaeng
10 Bialo 43,3 Uluere, Tompo bulu
11 Nipa-Nipa 25,1 Tompobulu,
41
Gantarangkeke
Sumber : Masterplan Kawasan Industri Nikel di Bantaeng.
Dari beberapa aliran sungai tersebut tiga di antaranya sebagai
pengendali banjir dan berfungsi sebagai drainase yaitu sungai Biangloe,
Sungai Calendu dan Sungai Garegea.
Untuk periode tahun 2007-2011 jumlah penduduk Kabupaten Bantaeng
dalam lima tahun terakhir memperlihatkan kecenderungan meningkat, secara
umum mengindikasikan pergerakan ekonomi daerah dari aktivitas penduduk
disektor rill cenderung meningkat dari tahun ketahun. Rata-rata pertumbuhan
penduduk di Kabupaten Bantaeng mencapai diatas 2,40% jika dibandingkan rata-
rata pertumbuhan penduduk Sulawesi Selatan yang hanya mencapai sebesar
1,57% (BPS Sulsel,2012).
Permaslahan penyajian data jumlah penduduk selama ini, terdapat
kecenderunga perbedaan antar jumlah penduduk yang dikeluarkan oleh Badan
Pusat Statistik (BPS) dengan jumlah penduduk Kabupaten Bantaeng. Berdasarkan
dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil untuk tahun 2012 berjumlah
sebanyak 185,675 jiwa atau lebih tinngi dibanding data BPS yang hanya
berjumlah 185,675 jiwa yang terdiri atas 86.950 jiwa penduduk laki-laki dan
92.555 jiwa penduduk perempuan dengan rata-rata kepadatan penduduk mencapai
453 jiwa pada tahun 2012. Berikut tabel perkembangan jumlah penduduk masing-
masing kecamatan SeKabupaten Bantaeng Tahun 2008-2012 :
42
Tabel 4.2 Perkembangan Penduduk
No Kecamatan 2008 2009 2010 2011 2012
1 Bantaeng 35.913 36.191 36.718 37.08 37.301
2 Bissappu 30.254 30.487 30.931 31.24 31.422
3 Tompobulu 22.422 22.591 22.913 23.14 23.177
4 Uluere 10.576 10.657 10.814 10.92 10.986
5 Sinoa 11.568 11.658 11.827 11.94 12.014
6 Pa’jukukang 28.379 28.599 29.017 29.30 29.478
7 Gantarangkeke 15.524 15.865 15.865 16.02 16.117
8 Eremerasa 18.213 18.351 18.614 18.80 18.910
Jumlah 172.849 174.176 176.699 178.477 179.505
Sumber :Badan Pusat Statistik, 2013
Sedangkan dari sisi struktur umur penduduk yang menggambarkan secara
umum tentang hakikat kelahiran, tingkat kematian, dan tingkat ketergantungan
penduduk. Dikemukakan bahwa persentase jumlah penduduk umur 25-64 tahun
atau disebut dengan usia produktif sebesar 68,03% dan mereka yang berumur 65
tahun sebesar 5,07%. Mereka yang berusia 0-14 tahun dan 65 keatas disebut
dengan usia tidak produktif, karena secara ekonomi kedua kelompok umur
tersebut belum dan tidak lagi. Apabila penduduk yang tergolong usia produktif
dibandingkan dengan mereka yang tergolong usia tidak produktif maka diperoleh
tingkat ketergantungan penduduk (dependency ratio).
43
Dilihat dari tingkat pendidikan penduduk, untuk periode tahun 2008-2012
sebaran penduduk Kabupaten Bantaeng jika diklasifikasi berdasarkan tingkat
pendidikan yang berasal dari data Dinas Kependudukan dan Catatan sipil dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3. Tingkat Pendidikan
No Pendidikan
TAHUN
2008 2009 2010 2011 2012
1 Tidak/Belum
sekolah
58.563 59.094 61.868 61.868 64.822
2 Belum Tamat SD 27.520 27.779 27.84 28.211 28.249
3 SD 47.123 47.493 48.07 15.877 16.331
4 SMP/Sederajat 15.354 15.545 15.76 15.877 16.331
5 SMA/Sederajat 19.297 19.569 19.852 20.021 20.403
6 Diploma 2.724 2.764 2.802 2.831 2.911
7 S I 4.490 4.585 4.616 4.691 4.710
8 S II 190 19 19 19 202
9 S III 11 8 2 2 14
Sumber : Dinas kependudukan dan catatan Sipil, 2013
2. Deskripsi Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Kabupaten Bantaeng
Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Kabupaten Bantaeng adalah instansi
teknis yang berada di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantaeng yang menaungi
sektor perindustrian sesuai dengan Peraturan Bupati Bantaeng Nomor 65 Tahun
2016 tentang kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja
Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Kabupaten Bantaeng.
a. Visi dan Misi
44
Adapun Visi Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Kabupaten Bantaeng
yaitu : “menciptakan tenaga kerja yang terampil dan sejahtera serta mewujudkan
usaha industri yang maju dan berkembang”.
Untuk mewujudkan Visi diatas, maka Dinas Tenaga Kerja dan
Perindustrian Kabupaten Bantaeng menetapkan Misi sebagai berikut :
1. Meningkatkan dan memperkuat peran organisasi perangkat daerah (OPD)
dalam mendukung pencapaian visi;
2. Mewujudkan tenaga kerja berkualitas dan produktif serta mengembangkan
sistem informasi ketenagakerjaan guna meningkatkan kesempatan kerja;
3. Menciptakan hubungan industrial yang baik antara pengusaha dan pekerja;
4. Mengoptimalkan potensi sumber daya lokal untuk mengembangka industri
daerah.
b. Tujuan dan sasaran strategis
Dalam upaya merealisasikan visi dan misi serta mengacu pencapaian
target sasaran yang telah ditetapkan, Dinas tenaga Kerja dan Perindustrian
Kabupaten Bantaeng secara rinci merumuskan beberapa kebijakan tentang tujuan
dan sasaran strategis.
Tujuan yang ingin dicapai Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian
kabupaten Bantaeng sebagai berikut :
1. Mewujudkan kelembagaan pemerintah daerah yang sesuai dengan semangat
reformasi birokrasi;
2. Menciptakan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan dunia usaha;
3. Meningkatkan angka penyerapan tenaga kerja;
45
4. Meminimalisir angka perselisihan industrial antara pengusaha dan pekerja;
5. Menumbuh kembangka industri kecil dan menengah.
Adapun sasaran strategis Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian kabupaten
Bantaeng sebagai berikut :
1. Terlaksananya opersional perkantoran organisasi perangkatbdaerah (OPD);
2. Tersedianya tenaga kerja yang terampil, bersertifikat dan siap pakai;
3. Meningkatkan perlindungan dan pengawasan ketenagakerjaan;
4. Tumbuhnya hasil industri yang berbasis bahan baku local yang mampu
menciptakan lapangan kerja.
c. Tugas Pokok
Berdasarkan peraturan Bupati Bantaeng Nomor 65 Tahun 2016 tentang
tugas pokok, fungsi dan uraian tugas jabatan struktural Dinas Tenaga Kerja dan
Perindustrian Kabupaten Bantaeng. Maka tugas pokok Dinas Tenaga Kerja dan
Perindustrian Kabupaten Bantaeng adalah menyelenggarakan urusan dibidang
tenaga kerja dan perindustrian berdasarkankan asas desentralisasi, dekonsentrasi
dan tugas pembantuan.
d. Fungsi
Untuk menyelenggarakan tugas pokok Dinas Tenaga Kerja dan
Perindustrian Kabupaten Bantaeng mempunyai fungsi :
1. Perumusan kebijakan teknis di bidang perindustrian meliputi pendalaman dan
penguatan struktur industri, peningkatan daya saing, pengembangan iklim
usaha industri, standarisasi industri, teknologi industri, pengembangan
industri strategis dan industri hijau sesuai dengan potensi daerah;
46
2. Perumusan kebijakan teknis di bidang tenaga kerja susuai dengan bidang
tugasnya;
3. Penyelenggaraan urusan pelayanan umum di bidang perindustrian dan tenaga
kerja, meliputi industri agro, industri non agro, tenaga kerja, pendalaman dan
penguatan struktur industri, peningkatan daya saing, pengembangan iklim
usaha industri, standardisasi industri, teknologi industri, pengembangan
industri strategis dan industri hijau sesuai dengan potensi daerah;
4. Pembinaan dan penyelenggaraan tugas di bidang perindustrian dan tenaga
kerja meliputi penguatan struktur industri, peningkatan daya saing,
pengembangan iklim usaha industri, standardisasi industri, teknologi industri,
pengembangan industri strategis dan industri hijau sesuai dengan potensi
daerah.
a. Struktur Organisasi Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian
Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi tersebut diatas, Dinas Tenaga
Kerja dan Perindustrian Kabupaten Bantaeng mempunyai struktur organisasi
sebagai berikut :
a. Kepala Dinas
b. Sekretariat:
1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
2. Sub Bagian Program dan Keuangan
c. Bidang penempatan tk. perluasan kesempatan kerja dan produktivitas:
1. Seksi bina penempatan tenaga kerja
2. Seksi bina pengembangan dan perluasan
47
3. Seksi bina pelatihan dan produktivitas
d. Bidang hubungan industrial (HI) dan syarat kerja:
1. Seksi bina organisasi pekerja dan pengusaha
2. Seksi bina dan penyelesaian perselisihan HI
3. Seksi bina perlindungan HK dan jamsostek
e. Bidang perindustrian:
1. Seksi industri agro
2. Seksi industri loga, mesin elektronika dan bahan galian non logam
3. Seksi industri aneka
f. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
g. Kelompok Jabatan Fungsional.
3. Deskripsi PT. Huadi Nickel di Kabupaten Bantaeng
PT. Huadi Nickel indonesia adalah perusaan pengelolahan dan permurnian
nikel yang berada di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan dan di dirikan sejak
tahun 2014 sebagai kerjasama investasi antara PT. DUTA Nikel Sulawesi dari
indonesia dan Shanghai Huadi, Co.Ltd dari china. Adapun tujuan produksi nikel
kenegara tujuan yakni, cina, india, korea selatan, dan jepang. Pengembangan
industri diharapkan menjadi sumber pendapatan yang baru bagi masyarakat.
Untuk membangun pabrik dengan kapasitas tersebut, PT. Huadi Nikel
indonesia bekerja sama dengan PT. PIN Persero dalam penyediaan daya,
PT.Huadi Nikel Indonesia, Kabupaten Bantaeng yang merupakan bagian dalam
kawasan industri Bantaeng serta dukungan dari pemerintah daerah Kabupaten
48
menjadi salah satu faktor yang paling berperan dalam keberhasilan investasi
dalam memperoleh fasilitas kawasan berkat yang diberikan oleh kementrian
keuangan melalui kanwil bea cukai sulawesi selatan yang menjadi salah satu
dukungan dari pemerintah dalam rangka peningkatan nilai ekspor.
B. Koordinasi Antar Organisasi Perangkat Daerah dalam Penyusunan
AMDAL dengan Perusahaan Smelter di Kabupaten Bantaeng.
Dalam proses untuk Koordinasi AMDAL bagi kegiatan bahan galian
(tambang) Nikel PT. Huadi di Kecamatan Pajukukang Kabupaten Bantaeng
sebagai upaya preventif dalam menjaga dan mempertahankan kualitas lingkungan
serta menekan pencemaran sehingga dampak negatifnya menjadi serendah
mungkin. Oleh karena itu dokumen AMDAL bersifat mengikat berbagai pihak
yang terlibat dalamnya serta mempunyai konsekuensi bagi status perijinan atau
kegiatannya.
Proses koordinasi Organisasi Perangkat Daerah dalam Penyusunan AMDAL
dengan Perusahaan Smelter kemudian bersifat wajib (Mandatory) untuk dilakukan
bagi setiap rencana usaha dan kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan
dampak penting. Walaupun kebijakan AMDAL telah diterapkan pada kegiatan
usaha Nikel di Perusahaan Smelter di Kabupaten Bantaeng sudah lama, namun
masih mendapat presepsi negatif dari masyarakat terhadap pengelolahan
lingkungan terhadap pengelolahan lingkungan kegiatan pertambangan Nikel dan
masih terdapat isu pencemaran lingkungan mengingat pentingnya pengelolahan
lingkungan pada kegiatan usaha tambang nikel menjadi sangat penting untuk
dilakukan. Dalam penanganan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan terdapat
banyak hal yang menjadi pertimbangan dalam menilai dampak terhadap
49
lingkungan. Dalam perkembangannya, setiap aktivitas dalam pembangunan yang
bersentuhan dengan lingkungan hidup, memerlukan suatu standar mengenai Baku
Mutu Lingkungan (BML) yang menjadikan tugas tersebut menjadi tidak mudah,
karena membutuhkan tenaga dan waktu penelitian yang tidak sedikit. Karena itu
beberapa peraturan telah membuat pola yang sistematis untuk pelaksanaan kajian,
untuk memperoleh pendataan yang baik. Adapun hasil pengamatan dan kajian
terhadap faktor- faktor koordinasi dalam Penyusunan AMDAL menurut Hasibuan
yaitu :
A. Kesatuan Tindakan
Koordinasi kesatuan tindakan memerlukan kesadaran bagi setiap
anggota organisasi atau satuan organisasi untuk saling menyesuaikan diri
dengan satuan organisasi lainnya agar anggota organisasi tersebut tidak
berjalan dengan sendirinya. Konsep kesatuan tindakan merupakan inti dari
pada koordinasi bahwa pemimpin harus mengatur sedemikian rupa usaha-
usaha dari pada setiap tindakan individu sehingga terdapat keserasian
didalam mencapai hasil. Untuk mengetahui suatu standar mengenai
Koordinasi kesatuan tindakan terhadap Penyusunan AMDAL dengan
Perusahaan Smelter di Kabupaten Bantaeng, Menurut Kepala Dinas
Ketenaga Kerjaan Dan Peng Industrian kab. Bantaeng terkait dalam rangka
menciptakan suasana dan iklim yang memungkinkan dalam penanganan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan:
“Kalau mengenai koordinasi kesatuan tindakannya dalam kerjasama dengan
PT. Huadi sudah diatur dek, pengawasannya dan pengevaluasiannya baik
penerapan peraturan perundangan dibidang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan serta pengujian laporan yang disampaikan oleh pemrakarasa,
50
penyampaian laporan pengawasan dan evaluasi hasilnya kepada menteri
secara berkala tiap daerah dan sekurang-kurangnya 2 kali dalam setahun
dalam pembinaanya.”(wawancara dengan LA, 26 Agustus 2019)
Selanjutnya peneliti mewancarai Kepala bidang pengendalian
dampak lingkungan terkait Koordinasi kesatuan tindakan dalam rangka
menciptakan suasana dan iklim yang memungkinkan dalam penanganan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan menjelaskan bahwa :
“Dalam koordinasi kesatuan tindakan penanganan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan ini dek, sudah adami pedomannya mengenai ukuran dampak
besar dan penting sesuai dengan Keputusan Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan sudah terhimpun pada peraturan Nomor 56
Tahun 1994 jadi kami pemerintah daerah terkhususnya di
kabupaten Bantaeng sudah adami pelaporanya masing-masing baik
dari masyarakat dan PT. Huadi juga bahkan kami juga lebih
memerhatikan intensitas dampaknya dari PT. Huadi industri
nikel apalagi Kajian kelayakan lingkungan yang kami lakukan
selama ini salah satu syarat untuk mendapatkan perijinan yang
diperlukan bagi suatu kegiatan/usaha, dilaksanakan secara
bersama-sama dengan kelayakan teknis dan ekonomi.” (wawancara
dengan IW, 02 September 2019)
Berdasarkan hasil pengamatan selama dilapangan terkai masalah
koordinasi kesatuan tindakan penanganan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan di Kabupaten Bantaeng terkhususnya di PT. Huadi sudah
diatur oleh pemerintah setempat serta koordinasi kesatuan tindakan
penanganan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan sudah terhimpun
pada peraturan Nomor 56 Tahun 1994, pengawasannya dan
pengevaluasiannya baik penerapan peraturan perundangan dibidang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan serta pengujian kelayakan
lingkungan yang pemerintah setempat lakukan selama ini salah
satu syarat untuk mendapatkan perijinan yang diperlukan bagi
51
suatu kegiatan/usaha, dilaksanakan secara bersama-sama dengan
kelayakan teknis dan ekonomi.
Selanjutnya peneliti mewancarai Penanggung jawab dan pengelolah
PT. HUADI terkait Koordinasi kesatuan tindakan dalam rangka
menciptakan suasana dan iklim yang memungkinkan dalam penanganan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan menjelaskan bahwa :
“Mengenai masalah koordinasi dengan pemerintah yang ada di kabupaten
bantaeng terhadap kesatuan tindakannya dek, penyusunan AMDAL saya
rasa sudah terjalin sejak tahun 2008 sampai sekarang dan kami melakukan
revisi kembali dalam perencanaan penyusunan AMDAL yang dimana
kami, lebih memperhatikan pelaporan setiap 6 bulan pada dinas
lingkungan hidup dan dinas pengindustrian agar lebih berkesinambungan
dalam menjaga lingkungan sekitar industri dan kami juga dipantau
terus.”(wawancara dengan SH, 05 September 2019)
Selanjutnya peneliti mewancarai Masyarakat yang tinggal di
sekitaran PT. HUADI terkait Koordinasi kesatuan tindakan dalam rangka
menciptakan suasana dan iklim yang memungkinkan dalam penanganan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan menjelaskan bahwa :
“ Kalau melihat masalah AMDAL yang terjadi dilikungan saya terkhususnya di
daerah pajjukukang ini sebenarnya sudah terjalin kesatuan tindakannya
pemerintah setempat seperti menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan serta
menekan pencemaran sehingga dampak negatifnya menjadi serendah mungkin
cuman yang menjadi keluhan ini masalah lahan untuk dipakai kebutuhan
pertanian yang semakin kurang dek.”(wawancara dengan MR, 08 September
2019)
Berdasarkan hasil pengamatan selama dilapangan terkai masalah koordinasi
kesatuan tindakan penanganan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan di
Kabupaten Bantaeng terkhususnya di PT. Huadi masalah koordinasi dengan
pemerintah yang ada di kabupaten bantaeng terhadap kesatuan tindakannya sudah
52
terjalin sejak tahun 2008 sampai sekarang yang dimana telah melakukan revisi
kembali dalam perencanaan penyusunan AMDAL dan lebih memperhatikan
pelaporan setiap 6 bulan pada dinas lingkungan hidup dan dinas pengindustrian
agar lebih berkesinambungan dalam menjaga lingkungan sekitar industri dan juga
dipantau terus cuman disisi lainnya masyrakat setempat hanya mengeluhkan
masalah lahan untuk dipakai kebutuhan pertanian yang semakin kurang.
B. Komunikasi
Komunikasi tidak dapat dipisahkan dari koordinasi karena
komunikasi merupakan salah satu dari sekian banyak kebutuhan manusia
dalam menjalani hidup, dengan demikian komunikasi memiliki hubungan
antara komunikator dengan komunikan dimana keduanya memiliki
peranan dalam menciptakan komunikasi. Menurut Seksi industri aneka
Kabupaten Bantaeng terkait dalam rangka Komunikasi penyusunan
AMDAL dengan pemerintah setempat untuk menciptakan suasana dan
iklim yang memungkinkan dalam penanganan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan:
“Mengenai masalah komunikasinya kami selaku dinas industri dengan PT. Huadi
terhadap penyusunan AMDAL itu kami menjaga keserasian hubungan antara
berbagai kegiatan-kegiatan sektor sosial agar dampak tidak terlalu berefek negatif
pada masyarakat setempat yang dapat diperkirakan sejak awal perencanaan
pengindustrian di kabupaten bantaeng.”(wawancara dengan AG, 26 Agustus
2019)
Selanjutnya peneliti mewancarai Kepala seksi pemantauan dan
dampak lingkungan terkait dalam rangka Komunikasi penyusunan
53
AMDAL dengan pemerintah setempat untuk menciptakan suasana dan
iklim yang memungkinkan dalam penanganan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan:
“Komunikasinya kami selaku pemantauan dan dampak lingkungan dengan PT.
Huadi terhadap penyusunan AMDAL itu di periksa sebelumnya oleh dinas
lingkungan hidup lingkungan hidup propinsi sulawesi selatan dan kemudian kami
hanya mengkontrol terhadap Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
mulai dari Pelikupan,Ka Andal,Andal, RKL, RPLnya agar penyusunan AMDAL
dapat menjamin bahwa proyeknya bermanfaat bagi masyarakat & aman terhadap
lingkungan.”(wawancara dengan AL, 02 September 2019 )
Berdasarkan hasil pengamatan selama dilapangan terkai masalah
koordinasi kesatuan tindakan penanganan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan di Kabupaten Bantaeng terkhususnya di PT. Huadi masalah
koordinasi dengan pemerintah yang ada di kabupaten bantaeng terhadap
Komunikasi penyusunan AMDAL pada dinas industri mereka berpusat
menjaga keserasian hubungan antara berbagai kegiatan-kegiatan sektor
sosial agar dampak tidak terlalu berefek negatif pada masyarakat setempat yang
dapat diperkirakan sejak awal perencanaan pengindustrian di kabupaten
bantaeng mengingat juga bahwa pada sektor komunikasi yang dilakukan oleh
pemantauan dan dampak lingkungan terhadap penyusunan AMDAL itu di
periksa sebelumnya oleh dinas lingkungan hidup lingkungan hidup propinsi
sulawesi selatan kemudian mereka hanya mengkontrol terhadap Dokumen
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup mulai dari Pelikupan,Ka
Andal,Andal, RKL, RPLnya agar penyusunan AMDAL dapat menjamin
bahwa proyeknya bermanfaat bagi masyarakat & aman terhadap
lingkungan.
54
Selanjutnya peneliti mewancarai Penanggung jawab dan pengelolah
PT.HUADI terkait dalam rangka Komunikasi penyusunan AMDAL
dengan pemerintah setempat untuk menciptakan suasana dan iklim yang
memungkinkan dalam penanganan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan:
“Kalau mengenai komunikasinya dek, dari berbagai pihak pemerintah itu
sifatnya internal dan eksternal karna yang memuat program-program
pemantauan untuk melihat perubahan lingkungan yang disebabkan oleh
dampak-dampak yang berasal dari rencana kegiatan penyusunan AMDAL
dari dinas lingkungan hidup pusat dek. Hasil komunikasi dan pemantauan
kemudian itu digunakan untuk mengevaluasi efektifitas upaya-upaya
pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan, ketaatan pemrakarsa
terhadap peraturan lingkungan hidup dan dapat digunakan untuk
mengevaluasi akurasi prediksi dampak yang digunakan dalam kajian
penyusunan AMDAL kedepannya untuk sektor industri besar seperti
ini.”(wawancara dengan SH,05 September 2019) Selanjutnya peneliti mewancarai Masyarakat yang tinggal di
sekitaran PT.HUADI terkait dalam rangka Komunikasi penyusunan
AMDAL dengan pemerintah setempat untuk menciptakan suasana dan
iklim yang memungkinkan dalam penanganan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan:
“Mengenai komunikasinya dek pemerintah setempat dengan kami memang
ada tapi tidak menyeluruh cuman ada sebagian masyarakat yang paham
tentang AMDAL di Kabupaten Bantaeng selebihnya masyarakat hanya
sekedar tahu saja ada industri SMELTER NIKEL di Kecamatan
Pajukukang yang di kelolah oleh pemerintah dan orang asing
dek.”(wawancara dengan MR, 08 September 2019)
Berdasarkan hasil pengamatan selama dilapangan terkai masalah koordinasi
kesatuan tindakan penanganan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan di
Kabupaten Bantaeng terkhususnya di PT. Huadi masalah koordinasi dengan
pemerintah yang ada di Kabupaten Bantaeng terhadap Komunikasi penyusunan
55
AMDAL dari berbagai pihak pemerintah itu sifatnya internal dan eksternal karna
yang memuat program-program pemantauan untuk melihat perubahan lingkungan
yang disebabkan oleh dampak-dampak yang berasal dari rencana kegiatan
penyusunan AMDAL dari dinas lingkungan hidup pusat dek.Hasil komunikasi
dan pemantauan kemudian itu digunakan untuk mengevaluasi efektifitas upaya-
upaya pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan, ketaatan pemrakarsa
terhadap peraturan lingkungan hidup dan dapat digunakan untuk mengevaluasi
akurasi prediksi dampak yang digunakan dalam kajian penyusunan AMDAL
kedepannya untuk sektor industri besar seperti ini namun disisi lainnya
komunikasi dengan masyarakat ada yang paham tentang hal AMDAL dan
sebagian besar masyarakat tidak paham tentang AMDAL di Kabupaten Bantaeng
selebihnya masyarakat hanya sekedar tahu saja ada industri SMELTER NIKEL di
Kecamatan Pajukukang.
C. Pembagian Kerja
Prinsip pembagian kerja dimaksudkan jika suatu organisasi diharapkan
untuk berhasil dengan baik dalam usaha mencapai tujuannya, maka perlua
dilakukan pembagian kerja. Pembagian kerja ini diharapkan dapat berfungsi untuk
mewujudkan tujuan suatu organisasi, pembagian kerja juga diartikan sebagai
perincian tugas agar setiap individu dalam organisasi memiliki tanggungjawab
untuk melaksanakan kegiatan yang terbatas. Kepala Bidang Hubungan Industri
Dan Syarat Kerja Kabupaten Bantaeng terkait dalam rangka Pembagian Kerja
56
penyusunan AMDAL dengan pemerintah setempat untuk menciptakan suasana
dan iklim yang memungkinkan dalam penanganan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan:
“jika berbicara terkait dalam rangka Pembagian Kerja penyusunan AMDAL
dengan pemerintah pada dasarnya kami lebih terfokus pada mengembangkan
kebijakan dan prosedur sumber daya manusia (SDM) efektif sampai dengan tahap
pembangunan daerah industri. Perusahaan dan pengerja proyek juga memastikan
penerapan persyaratan yang sesuai Aturan baik pemerintah pusat dan PT. Huadi yang
bersangkutan yang diwajibkan oleh undang-undang tenaga kerja Indonesia, berlaku
sebagai kebijakan Sumber Daya Manusia dan harus ditinjau dan disetujui setiap dua
tahun sekali oleh otoritas setiap Kabupaten-Kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan
yang bersangkutan.”(wawancara dengan DS, 28 Agustus 2019)
Selanjutnya peneliti mewancarai Kepala seksi pemantauan dan dampak
lingkungan Kabupaten Bantaeng terkait dalam rangka Pembagian Kerja
penyusunan AMDAL dengan pemerintah setempat untuk menciptakan suasana
dan iklim yang memungkinkan dalam penanganan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan:
“Pembagian Kerja pada penyusunan AMDAL terhadap PT. Huadi kami lebih
merujuk pada kegiatan turun langsung ke masyarakat khususnya pada kecamatan
pajukukang dengan melakukan sosialisasi dan kunjungan lansung ke PT. Huadi
untuk melihat dampak langsung limbah buangan dari industri nikel secara berkala
sesuai dengan aturan pemerintah pusat dan kemudian melakukan pelaporan efek
dari dampaknya Tahap Eksplorasi polusi hasil proyek dan Kelayakan yang
dilakukan industri tersebut dalam pengoprasiannya demi menghindari dampak
kerusakan ekosistem yang ada disekitaran industri.”(wawancara dengan AL, 02
September 2019)
Selanjutnya peneliti mewancarai Penanggung jawab dan pengelolah
PT.Huadi terkait dalam rangka Pembagian Kerja penyusunan AMDAL dengan
pemerintah setempat untuk menciptakan suasana dan iklim yang memungkinkan
dalam penanganan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan:
“Kalau masalah Pembagian Kerja penyusunan AMDAL bagi PT. Huadi kami
terus melakukan koordinasi secara intensif dengan pihak-pihak stalholder yang
57
ada di Kabupaten bahkan dipusat juga apalagi dengan adanya industri nikel disini
menjadi salah satu sumber pemasukan bagi kabupaten bantaeng itu
sendiri.”(wawancara dengan SH, 05 September 2019)
Berdasarkan hasil pengamatan selama dilapangan terkai masalah koordinasi
kesatuan tindakan penanganan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan di
Kabupaten Bantaeng terkhususnya di PT. Huadi masalah koordinasi dengan
pemerintah yang ada di Kabupaten Bantaeng terhadap Pembagian Kerja pada
penyusunan AMDAL terhadap PT. Huadi lebih merujuk pada kegiatan turun
langsung ke masyarakat khususnya pada kecamatan pajukukang dengan
melakukan sosialisasi dan kunjungan lansung ke PT. Huadi untuk melihat dampak
langsung limbah buangan dari industri nikel secara berkala sesuai dengan aturan
pemerintah pusat dan kemudian melakukan pelaporan efek dari dampaknya Tahap
Eksplorasi polusi hasil proyek dan Kelayakan yang dilakukan industri tersebut
dalam pengoprasiannya demi menghindari dampak kerusakan ekosistem yang ada
disekitaran industry serta lebih merujuk pada kegiatan turun langsung ke
masyarakat khususnya pada kecamatan pajukukang dengan melakukan sosialisasi
dan kunjungan lansung ke PT. Huadi untuk melihat dampak langsung limbah
buangan dari industri nikel secara berkala sesuai dengan aturan pemerintah pusat
dan kemudian melakukan pelaporan efek dari dampaknya Tahap Eksplorasi polusi
hasil proyek dan Kelayakan yang dilakukan industri tersebut dalam
pengoprasiannya demi menghindari dampak kerusakan ekosistem yang ada
disekitaran industri.
d. Disiplin
58
Dalam organisasi yang kompleks bahwa setiap bidang harus bekerja secara
terkoordinasi agar masing-masing dapat menghasilkan hasil yang efektif.
Koordinasi seharunya menyesuaiakn dengan bagian-bagian yang berbeda agar
kegiatan itu selesai tepat waktu, dengan demikian perlunya sumbangan usaha
secara maksimal agar memperoleh hasil secara keseluruan untuk itu sangat
diperlukan sikap disiplin dalam organisasi. Kepala Bidang Hubungan Industri Dan
Syarat Kerja Kabupaten Bantaeng terkait dalam rangka Disiplin penyusunan
AMDAL dengan pemerintah setempat untuk menciptakan suasana dan iklim yang
memungkinkan dalam penanganan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan:
“Terkait dalam rangka Disiplin penyusunan AMDAL dengan pemerintah hanya
berpedoman pada Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang AMDAL,
khususnya Pasal 8 sampai 13 tentang Komisi Penilai AMDAL, dan Pasal 14 –
Pasal 23 tentang Tata Laksana sesuai dengan kriteria uji penilaian dokumen
AMDAL yang bersifat praktis, logis-sistematis dan akuntabel dari pemerintah
pusat kemudaian turun Kabupaten dek .”(wawancara dengan DS, 28 Agustus
2019)
Selanjutnya peneliti mewancarai Kepala seksi pengendalian dan
pencemaran lingkungan terkait dalam rangka disiplin penyusunan AMDAL
dengan pemerintah setempat untuk menciptakan suasana dan iklim yang
memungkinkan dalam penanganan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan:
“Menurut saya dek, mengenai disiplin dalam penyusunan AMDAL pada setiap
rencana usaha atau kegiatan yang punya dampak perlu diumumkan oleh instansi
yang bertanggung jawab, dokumen AMDAL bersifat terbuka untuk umum kecuali
menyangkut rahasia negara, salinan dokumen AMDAL diberikan pada instansi
pengendalian lingkungan dan yang terkait, dan pemrakarsa melaporkan
pemantauan dan evaluasi sesuai dengan RKL dan RPL pada instansi terkait
.”(wawancara dengan MD, 02 September 2019)
Berdasarkan hasil pengamatan selama dilapangan terkai masalah
koordinasi kesatuan tindakan penanganan Analisis Mengenai Dampak
59
Lingkungan di Kabupaten Bantaeng terkhususnya di PT. Huadi masalah
koordinasi dengan pemerintah yang ada di Kabupaten Bantaeng terhadap
Disiplin penyusunan AMDAL dengan pemerintah berpedoman pada
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang AMDAL, khususnya
Pasal 8 sampai 13 tentang Komisi Penilai AMDAL, dan Pasal 14 – Pasal
23 tentang Tata Laksana sesuai dengan kriteria uji penilaian dokumen
AMDAL yang bersifat praktis, logis-sistematis dan akuntabel dari
pemerintah pusat kemudaian turun Kabupaten serta setiap rencana usaha atau
kegiatan yang punya dampak perlu diumumkan oleh instansi yang
bertanggung jawab, dokumen AMDAL bersifat terbuka untuk umum
kecuali menyangkut rahasia negara, salinan dokumen AMDAL diberikan
pada instansi pengendalian lingkungan dan yang terkait, dan pemrakarsa
melaporkan pemantauan dan evaluasi sesuai dengan RKL dan RPL pada
instansi terkait.
Selanjutnya peneliti mewancarai Penanggung jawab dan pengelolah
PT.HUADI terkait dalam rangka disiplin penyusunan AMDAL dengan
pemerintah setempat untuk menciptakan suasana dan iklim yang memungkinkan
dalam penanganan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan:
“Dalam rangka disiplin penyusunan AMDAL dengan pemerintah setempat kami
sudah memenuhi persyaratan berdirinya sebuah industri baik dari koordinasi
perijinan sesuai Keputusan Menteri Negara LH No. 4 Th 2000 tentang Panduan
Penyusunan AMDAL Kegiatan Pembangunan di Daerah Lahan Basah
.”(wawancara dengan MD, 02 September 2019)
Selanjutnya peneliti mewancarai Masyarakat yang tinggal di sekitaran
PT.HUADI terkait dalam rangka disiplin penyusunan AMDAL dengan
60
pemerintah setempat untuk menciptakan suasana dan iklim yang memungkinkan
dalam penanganan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan:
“Dengan adanya PT. HUADI memberikan dampak cukup besar bagi
prekonomian masyarakat Bantaeng terkhususnya di kecamatan
pajukukang dengan terbukanya lapangan kerja bagi masyarakat setempat
cuman yang menjadi kendala saat ini ada beberapa pemukiman yang
dikena dampak buangan polusi industri nikel tanpa adanya ganti rugi pada
perusahaan yang bersangkutan yang menjadi kekecewaan masyarakat
sebagian.”(wawancara dengan TF, 08 September 2019)
Berdasarkan hasil pengamatan selama dilapangan terkai masalah
koordinasi kesatuan tindakan penanganan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan di Kabupaten Bantaeng terkhususnya di PT. Huadi masalah
koordinasi dengan pemerintah yang ada di Kabupaten Bantaeng terhadap
Disiplin penyusunan AMDAL dengan pemerintah sudah memenuhi
persyaratan berdirinya sebuah industri baik dari koordinasi perijinan sesuai
Keputusan Menteri Negara LH No. 4 Th 2000 tentang Panduan
Penyusunan AMDAL Kegiatan Pembangunan di Daerah Lahan Basah sisi
lainnya Dengan adanya PT. HUADI memberikan dampak cukup besar
bagi prekonomian masyarakat Bantaeng terkhususnya di kecamatan
pajukukang dengan terbukanya lapangan kerja bagi masyarakat setempat
yang menjadi kendala ada beberapa pemukiman yang dikena dampak
buangan limbah dan polusi industri nikel tanpa adanya ganti rugi pada
perusahaan yang bersangkutan yang menjadi kekecewaan masyarakat
sebagian.
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Rumusan masalah yang
telah diuraikan pada bab sebelumnya, berikut kesimpulan tentang Kordinasi
Antar Sektor Dalam Penyusunan Amdal dengan Perusahaan Smelter di
Kabupaten Bantaeng dilihat dari aspek :
a. Kesatuan tindakan, sejauh ini dalam proses koordinasi ketenaga kerjaan
dan perindustrian dengan dinas lingkungan hidup dan PT. Huady Nickel
Alloy Indonesia belum berjalanan dengan baik sesuai dengan apa yang
diharapkan sebab masih sangat banyak keluhan masyarakat di sekitar PT.
Huady Nickel Alloy Indonesia yang mengeluhkan mengenai suara mesin,
pencemaran air dan polusi yang menganggu kesehatan masyarakat sekitar.
b. Komunikasi, komunikasi yang menjadi kelemahan dari dinas ketenaga
kerjaan dan perindustrian dengan dinas lingkungan hidup dan PT. Huady
Nickel Alloy Indonesia karna sampai hari ini masih banyak masyarakat
yang mengeluh terkait limbah dari nikel tersebut yang hanya berjarak
sekitar 10 meter dari pemukiman warga belum juga di berikan solusi atau
penanganan begitu juga dengan dampak-dampak lainnya seperti gangguan
pernafasan akibat debu hasil tumpukan limbah yang dihasilkan dari PT.
Huady Nickel Alloy Indonesia.
c. Pembagian kerja, dalam pembagian kerja dinas ketenaga kerjaan dan
perindustrian dengan dinas lingkungan hidup dan PT. Huady Nickel Alloy
62
Indonesia masih terdapat ketidak sadaran disetiap anggota instansi terbukti
masih banyak terjadi dampak di pemukiman warga yang berada di sekitar
PT. Huady Nickel Alloy Indonesia yang sampai sekarang belum
mendapatkan respon dari dinas ataupun pihak yang terkait mengenai apa
yang mereka keluhkan.
d. Disiplin, selama ini dalam melakukan koordinasi dinas ketenaga kerjaan
dan perindustrian dengan dinas lingkungan hidup dan PT. Huady Nickel
Alloy Indonesia melakukan koordinasi sudah sesuai dengan apa yang
seharusnya terbukti dalam hal pelaporan PT. Huady Nickel Alloy
Indonesia ke dinas lingkungan hidup dilakukan pertiga bulan dan dinas
lingkungan hidup selalu melakukan pemantauan ke PT. Huady Nickel
Alloy Indonesia begitu juga ke dinas ketenaga kerjaan dan perindustrian
dilakukan pelaporan perenam bulan atau setiap ada penambahan karyawan
atau staff yang masuk ke PT. Huady Nickel Alloy Indonesia pasti akan
dilaporkan ke dinas ketenaga kerjaan dan perindustrian.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, adapun saran yang dapat
disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Disampaikan kepada dinas ketenaga kerjaan dan perindustrian agar tetap
mengawasi kegiatan PT. Huady Nickel Alloy Indonesia agar berjalan
dengan semestinya tanpa menimbulkan dampak yang tidak diinginkan
terutama dampak bagi masyarakat yang tinggal didaerah sekitar PT.
Huady Nickel Alloy Indonesia.
63
2. Disampaikan kepada dinas lingkungan hidup agar selalu melakukan
pemantauan ke PT. Huady Nickel Alloy Indonesia terutama mengenai
masalah limbah dan dampaknya yang terjadi disekitar pemukiman warga
dari hasil pembuangan dari PT. Huady Nickel Alloy Indonesia yang
selama ini dikeluhkan oleh masyarakat sekitar karna belum mendapatkan
penangan yang serius oleh pemerintah setempat dan PT. Huady Nickel
Alloy Indonesia.
3. Disampaikan kepada PT. Huady Nickel Alloy Indonesia agar
memperhatikan atau mengelolah limbah dengan baik sehingga tidak
berdampak kepemukiman warga yang sangat menganggu disekitar
pemukiman dan sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan masyarakat
sekitar, begitupula ganti rugi yang di janjikan agar segerah diberikan
kepada masyarakat.
64
DAFTAR PUSTAKA
Fandeli, Chafid, 2007. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip
dasar dalam pembangunan,Liberty,Ygyakarta.
Farid Ali,2001 Teori dan konsep Administrasi, dari pemikiran paradigmatic
menuju redefensi, Raja grafindo Persada Jakarta
G.R.Terry dan Rule,L.W.2003 “ Dasar-dasar manajemen”Terjemahan
Ticoula G.A. Bumi Aksara. Jakarta
Gerrytri.blogspot.com/2013/06/teknik-pengambilan-sampel
dalam.html?m=1(diakses Pada tanggal 26 September 2018). Kamaria
Sunayan, 2014. Koordinasi Pemerintah Daerah Dalam
Pemberdayaan Petani Garam Beryodium di Kabupaten Nagekeo
Provinsi NTT, Makassar
Kementerian Koordinator BPMP, dkk. 2015. Koordinasi Pengelolaan
Program Jaminan Sosial, Jakarta : TB Racmat Sentika.
Keputusan Meneg LH No.2 Tahun 2000 tentang panduan penilaian
dokumen Amdal.
Libreti Thoha, Mifta. 2003a.Dimensi-dimensi Prima Ilmu Administrasi
Negara (cetakan kedelapan). Jakarta : Raja Grafindo Persada
Manullang, 2001.Dasar-Dasar Manajemen. Yogyakarta: Ghalia Indonesia
(GI)
Ndara,Thaliziduhu. 2011. Kybernologi.Yogyakarta: Gajah Mada University
Press. Rineka Cipta.
Peraturan Daerah No.2 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilaya
Kabupaten Bantaeng.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.27 tahun 1999 tentang
AMDAL.
Rukmanyanti Indra, 2014. Koordinasi Pemerintah Daerah Dengan
Lembaga Perlindungan Anak Yajalindo Dalam Perlindungan Anak di
Kelurahan Lamalaka Kabupaten Bantaeng, Makassar.
Soemarwoto, otto, 1994. Ekolgi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan.
Djambatan.
65
Soewarno Handyaningrat, Adminsitrasi Pemerintah Dalam Pembangunan
Nasional,(Jakarta : PT Gunung Agung, 2002), hlm. 117
Solihin, Ismail. 2009. Pengantar manajemen. Jakarta: penerbit
ERLANGGA.
Sri sulasmini, dalam daulay (2015)
Tri Gerry, 2013. Teknik Pengambilan Sampel dalam Metodologi Penelitian.
Usman, Husaini, 2013. Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan
Edisi 4.
Wursanto, Ignasius. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Organisasi. Yogyakarta:
Andi.
Yohanes, Yahya. 2006. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu.
INTERNET:
http://makassar-tribunnews-
com.cdn.ampproject.org/v/s/makassar.tribunnews.cm/amp/2018/09/03
/ujicoba-prduksi-smelter-bantaeng-dikeluhkan-warga-bgini-
curhatannya.
http://www.rakyatsulsel.co/2019/09/18/penanganan-limbah-buruk-
masyarakat-sekitar-smelter-dibayangi-kematian.
http://www.publikasinline.id/derita-masyarakat-nikmati-debu-dan-
kebisingan-pabrik-smelter-nikel-bantaeng/
66
LAMPIRAN-LAMPIRAN
67
UNDANG-UNDANG AMDAL
1) Secara formal Analisi Dampak Lingkungan (ADL) berasal dari Undang-
Undang National Environmenal Act (NEPA) 1969 di Amerika Serikat
dalam Undang-Undang ini ADL dimaksud sebagai suatu alat untuk
merencanakan tindakan preventif terhadap kerusakan lingkungan yang
mungkin akan ditimbulkan oleh suatu aktivitas pembangunan yang sedang
direncanakan . Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau
Environmental Impact Analysis (EIA) adalah hasil studi mengenai dampak
penting suatu usaha atau kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan
hidup. Menurut Fola S. Ebisemiju (1993) AMDAL muncul sebagai jawaban
atas keprihatinan tentang dampak negative dari kegiatan manusia,
khususnya pencemaran lingkungan akibat kegiatan industri pada tahun
1960-an. Sejak itu AMDAL telah menjadi suatu alat utama untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan manajemen yang bersih lingkungan dan
selalu melekat pada tujuan pembangunan yang berkelanjutan. Pada dasarnya
AMDAL merupakan keseluruhan dokumen studi kelayakan lingkungan
yang terdiri dari Kerangka Acuan (KA), Analisi Dampak Lingkungan
(ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL), dan Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL). Dari pengertian tersebut, Analisis Dampak
Lingkungan (ANDAL) hanya merupakan salah satu dokumentasi dari
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
68
2) Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup , disebut bahwa lingkungan hidup kesatuan ruang dengan semua
benda , daya, keadaan, dan makhluk hidup, termaksud manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejateraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Dari rumasan ini jelas
bahwa, Undang-Undang tersebut secara eksplisit memeperhatikan
lingkungan sosial.
3) Peraturan pemerintah nomor 27 tahun 1999 tentang analisis mengenai
dampak lingkungan.
4) Keputusan kepala bapedal nomor 56 tahun 1994 tentang pedoman mengenai
ukuran dampak penting.
5) Keputusan kepala bapedal nomor kep-299/11/1996 tentang pedoman teknis
kajian aspek sosial dalam penyusunan analisis mengenai dampak
lingkungan
6) Keputusan kepala bapedal nmor kep-30/bapedal/05/1997 tentang organisasi
dan tata kerja komite akreditasi badan pengendalian dampak lingkungan
7) Keputusan kepala bapedal nomor kep-124/2/1997 tentang panduan kajian
aspek kesahatan masyarakat dalam penyusunan analisis mengenai dampak
lingkungan
8) Surat edaran MENLH nomor B-1234/MENLH/08/1999 tentang kegiatan
wajib UKL dan UPL
69
9) Keputusan MENLH nmor 054 tahun 2000 tentang panduan penyusunan
AMDAL kegiatan pemukiman terpadu
10) Undang-undang republik indonesia no. 23 tahun 1995 (UUPLH) tntang
pengelolaan lingkungan hidup: Ayat (1) setiap rencana usaha dan/atau
kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting
terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki analisis mengenai dampak
lingkungan hidup (AMDAL). Ayat (2) ketentuan tentang rencana usaha
dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap
lingkungan hidup, sebagaimana di maksud pada ayat (1), serta tata cara
penyusunan dan penilitian AMDAL, ditetapkan dengan peraturan
pemerintah (PP)
70
71
72
73
DOKUMENTASI
Wawancara bersama Bapak Kepala Dinas Ketenaga Kerjaan dan Perindustrian
Kabupaten Bantaeng, 26 Agustus 2019.
Wawancara bersama Kepala Bidang Industri Aneka Kabupaten Bantaeng, 26
Agustus 2019.
74
Wawancara bersama Kepala Bidang Hubungan Industri dan Syarat Kerja
Kabupaten Bantaeng, 28 Agustus 2019.
Wawancara bersama Kepala Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan
Kabupaten Bantaeng, 02 September 2019.
75
Wawancara bersama Kepala Seksi Pemantauan dan Dampak Lingkungan
Kabupaten Bantaeng, 02 September 2019.
Wawancara bersama Kepala Seksi Pengendalian dan Pencemaran Lingkungan
Kabupaten Bantaeng, 02 September 2019.
76
Wawancara bersama Penanggung jawab dan Pengelolah PT. HUADI, 05
September 2019.
Struktur Organisasi Perangkat Daerah Dinas Tenaga Kerja Dan Perindustrian
Kabupaten Bantaeng.
77
Struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantaeng
78
RIWAYAT HIDUP
Arnis M. Natsir, Lahir pada tanggal 18 Mei 1997 , Anak
pertama dari pasangan suami istri Muh. Natsir dan St.
Arfah Cahyani, Penulis menempuh pendidikan di SD
Impres Mandai dan selesai pada tahun 2008, penulis
melanjutkan pendidikan di SMP 09 MAKASSAR dan selesai pada tahun
2011, pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah
Menengah Kejuruan di SMK Salewangang Maros dan selesai pada tahun
2014. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan pada perguruan tinggi di
Universitas Muhammadiyah Makassar (Unismuh Makassar) pada Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan Program Studi Ilmu Administrasi
Negara, dan penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu
Administrasi Negara (HUMANIERA) dan pernah menjabat sebagai Ketua
Bidang Pemberdayaan Perempuan periode 2018-2019 hingga sekarang
menjabat sebagai Sekretaris Dewan Penasehat Humaniera (DPH). Peneliti
sangat bersyukur, karna telah diberikan kesempatan untuk menambah
ilmu pengetahuan yang nantinya dapat diamalkan dan memberikan
manfaat.