KONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN ... fileKONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM...

27
KONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK DI INDONESIA 1 Febriansyah Ramadhan dan Asri Rezki Saputra Fakulta Hukum Universitas Brawijaya dan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang. Email: [email protected] www.febriansyahramadhan.com Email: [email protected] Abstrak Etika merupakan sesuatu tentang apa yang baik dan apa yang buruk serta mengenai hak dan kewajiban moral. Pemilihan Kepala Daerah harus mencerminkan nilai-nilai etika dan moralitas dalam mencapai kepercayaan publik dalam proses Pilkada. Tujuan dari adanya penegakan etika yakni untuk melindungi masyarakat dari perilaku korup para pemangku kekuasaan. Akan tetapi praktik di tahun 2018, terdapat calon Kepala Daerah yang menang, dan dilantik menjadi Kepala Daerah yang notabenenya merupakan tersangka tindak pidana korupsi. Tulisan ini merupakan penelitian doktrinal atau juga disebut sebagai penelitian normatif. Rumusan masalah dalam tulisan ini adalah 1) kontroversi antara etika dan hukum dalam penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah? dan 2) upaya pembaharuan hukum yang mengakomodir nilai-nilai etika penyelenggara negara dalam pemilihan Kepala Daerah. Kata Kunci: Etika; Kepala Daerah; dan Pilkada PENDAHULUAN Nilai-nilai Pancasila, pada hakikatnya merupakan realitas objektif yang ada pada bangsa Indonesia sebagai suatu aksedensia, yaitu suatu sifat, nilai-nilai, ciri khas yang secara objektif ada pada bangsa Indonesia. Soekarno menegaskan bahwa Pancasila adalah weltanschauung dari bangsa Indonesia, yang merupakan dasar filsafat seluruh bangsa Indonesia. Atas dasar itu, Pancasila merupukan pedoman, kaidah, asas, serta prinsip dasar yang bersumber dari moralitas, nilai, dan pandangan hidup masyarakat Indonesia. Pancasila sebagai Philosofische Grondslag bukan merupakan suatu preferensi, melainkan sudah merupakan suatu realitas objektif. Namun dalam rangka menghadapi tatanan dunia ketiga/globalisasi prinsip-prinsip dasar yang merupakan paradigma kehidupan berbangsa dan bernegara tersebut mendapat tantangan dan tekanan, bahkan tidak mengherankan banyak elite politik atau masyarakat sekalipun, menyampingkan nilai-nilai yang 1 Dipublikasikan di Jurnal Legislatif Fakultas Hukum Universitas Hasasnudin, Volume 2 Nomor 1, tahun 2018, ISSN 2654-3982

Transcript of KONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN ... fileKONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM...

Page 1: KONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN ... fileKONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK DI INDONESIA1 ... ketentuan peraturan perundang-undangan

KONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH

SERENTAK DI INDONESIA1

Febriansyah Ramadhan dan Asri Rezki Saputra

Fakulta Hukum Universitas Brawijaya dan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

Email: [email protected] – www.febriansyahramadhan.com Email: [email protected]

Abstrak

Etika merupakan sesuatu tentang apa yang baik dan apa yang buruk serta mengenai hak

dan kewajiban moral. Pemilihan Kepala Daerah harus mencerminkan nilai-nilai etika

dan moralitas dalam mencapai kepercayaan publik dalam proses Pilkada. Tujuan dari

adanya penegakan etika yakni untuk melindungi masyarakat dari perilaku korup para

pemangku kekuasaan. Akan tetapi praktik di tahun 2018, terdapat calon Kepala Daerah

yang menang, dan dilantik menjadi Kepala Daerah yang notabenenya merupakan

tersangka tindak pidana korupsi. Tulisan ini merupakan penelitian doktrinal atau juga

disebut sebagai penelitian normatif. Rumusan masalah dalam tulisan ini adalah 1)

kontroversi antara etika dan hukum dalam penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah?

dan 2) upaya pembaharuan hukum yang mengakomodir nilai-nilai etika penyelenggara

negara dalam pemilihan Kepala Daerah.

Kata Kunci: Etika; Kepala Daerah; dan Pilkada

PENDAHULUAN

Nilai-nilai Pancasila, pada hakikatnya merupakan realitas objektif yang ada

pada bangsa Indonesia sebagai suatu aksedensia, yaitu suatu sifat, nilai-nilai, ciri

khas yang secara objektif ada pada bangsa Indonesia. Soekarno menegaskan bahwa

Pancasila adalah weltanschauung dari bangsa Indonesia, yang merupakan dasar

filsafat seluruh bangsa Indonesia. Atas dasar itu, Pancasila merupukan pedoman,

kaidah, asas, serta prinsip dasar yang bersumber dari moralitas, nilai, dan

pandangan hidup masyarakat Indonesia. Pancasila sebagai Philosofische Grondslag

bukan merupakan suatu preferensi, melainkan sudah merupakan suatu realitas

objektif. Namun dalam rangka menghadapi tatanan dunia ketiga/globalisasi

prinsip-prinsip dasar yang merupakan paradigma kehidupan berbangsa dan

bernegara tersebut mendapat tantangan dan tekanan, bahkan tidak mengherankan

banyak elite politik atau masyarakat sekalipun, menyampingkan nilai-nilai yang

1 Dipublikasikan di Jurnal Legislatif Fakultas Hukum Universitas Hasasnudin, Volume 2 Nomor 1, tahun 2018, ISSN 2654-3982

Page 2: KONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN ... fileKONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK DI INDONESIA1 ... ketentuan peraturan perundang-undangan

1

terkandung dalam Pancasila, untuk kepentingan pribadi atau golongan yang bersifat

pragmatis.2

Kemajuan yang terjadi pada satu generasi, sama sekali tidak dapat dijadikan

sebagai jaminan atas kemajuan di bidang moralitas. Dalam banyak segi, kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi itu justru mendorong manusia untuk bertindak

korup dan melawan nuraninya. Itulah sebabnya JJ. Roesseau menganjurkan supaya

manusia itu kembali ke alam, retour a lanature, yaitu bahwa moralitas yang asli dan

benar-benar manusiawi justru ditemukan dalam manusia yang masih alamiah dan

manusia harus identik dengan dirinya sendiri untuk mencari kebaikan dan

kebenaran sejati.3

Jarum sejarah Indonesia menunjukan, bahwa korupsi telah membudaya

dalam urat nadi perjalanan negeri ini, lebih kejamnya lagi, korupsi bekerja secara

terstruktur dan mengakar dalam upaya membangun negeri ini. Terlihat dalam

roman-roman Pramoedya Ananta Toer (al. Di Tepi Kali Bekasi) dan Mochtar Lobis

(al. Maut dan Cinta), yang menceritakan penyelenggara negara yang mengambil

keuntungan negara bagi dirinya sendiri ketika yang lain berjuang mempertahankan

nyawa merebut kemerdekaan bangsa dan negara.4 Inilah yang merupakan

tantangan dan tekanan serius untuk Pancasila dan penegakan hukum.

Tindak pidana korupsi, selalu mengunakan kekuasaan politik sebagai media untuk

melakukan korupsi. Perilaku korupsi bertentengan dengan nilai-nilai Pancasila,

perilaku tersebut telah menyampingkan nilai ketuhanan, melakukan tindakan tidak

berkeprimanusiaan, dan menghambat tercapainya keadilan sosial. Amanat yang

diperoleh oleh penyelenggara negara, lalu melakukan korupsi, maka semakin

menjauhkan kita untuk mencapai cita-cita bernegara yang tertuang dalam

Pembukaan UUD.

Sejak dahulu hingga sekarang, tindak pidana korupsi yang begitu masif

terjadi, yakni dalam pusaran penyelenggara negara. Siapakah yang dimaksud

dengan penyelenggara negara? Penyelenggara Negara adalah Pejabat Negara yang

menjalankan fungsi eksekutif, legislatif, atau yudikatif dan pejabat lain yang fungsi

dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (vide: pasal 1 angka (1)

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggara Negara yang Bersih

dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme). Secara faktual, data yang

dikemukakan Deni Indrayana di tahun 2015 menunjukan bahwa tindak pidana

korupsi berdasar jabatan terbanyak adalah dari legislatif (DPR/DPRD), eksekutif

(Gubernur, Bupati/Walikota/Pejabat eselon) dan pengusaha/swasta. Meskipun

tidak ada jabatan yang terlihat selalu paling banyak terjerat kasus, dari angka yang

2 Kaelan. 2015. Liberlisasi Ideologi Negara Pancasila. Yogyakarta: Paradigma. Hlm 12 3 Wahyudi Kumorotomo, 2015. Etika Administrasi Negara. Jakarta: Rajawali Press. Hlm. 17 4 Ajib Rosidi, 2006. Korupsi dan Kebudayaan. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya. Hlm 71

Page 3: KONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN ... fileKONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK DI INDONESIA1 ... ketentuan peraturan perundang-undangan

2

ada dapat dibaca indikasi korupsi terjadi karena relasi kolutif sektor birokrat dan

sektor swasta.5

Motif penyelenggara negara dalam melakukan tindak pidana korupsi sangat

beragam, namun motif coruption by greed yang dikemukakan oleh Robert Cooter

dalam bukunya Law and Economics6, sangat relevan dengan kondisi penyelanggara

negara saat ini. Motif coruption by greed yakni melakukan tindak pidana korupsi

semata-mata karena motif ekonomi, atau karena rakus. Karena secara materi pelaku

merupakan orang yang terpandang baik dari sisi kedudukan maupun dari sisi

finansial. Karena motif rakus itulah yang menyebabkan orang tersebut dengan

tanpa dosa menjarah uang rakyat dan mengakibatkan kerugian negara. Keadaan

tersebut, dijustifikasi oleh Bo Rothstein & Nicholas Sorak, yang mengatakan it seems

that most of what citi-zens perceive as corruption takes place in the implementation

of public policies (sebagian besar dari apa yang dilihat oleh masyarakat sebagai

korupsi terjadi dalam penerapan kebijakan publik).7

Selain permasalahan kerugian negara sebagai dampak, permasalahan serius

yang timbul adalah rusaknya etika publik. Goodhart mengatakan ethics is concerned

with the subjective goodness or badness of an act.8 Bahwa saat seorang

penyelenggara negara ditetapkan menjadi tersangka/terdakwa tindak pidana

korupsi, kedudukannya sebagai pejabat, tetap melekat. Padahal ketika

penyelenggara negara sudah terindikasi melakukan tindak pidana korupsi, maka

sebenarnya ia telah melakukan pelanggaran dan penghianatan terhadap amanat

5 Denny Indrayana, 2016, Jangan bunuh KPK, Malang: Intrans Publishing. Hlm. 78 6 Robert Cooter dan Thomas Ulen. 2000. Law and Economics: Edisi Ketiga. Amerika Serikat:

Addison Wesley Longman Inc. 7 Bo Rothstein & Nicholas Sorak (dalam Charron & Roth-stein, Regions of Trust and Distrust:

How Good Institutions Can Foster Social Cohesion), 2017, Ethical Codes for The Public Administration, QoG Working Paper Series, University of Gothenburg. Hlm. 7

8 A. L. Goodhart. 1953. English Law and Moral Law. London: The Eastern Press Ltd. Hlm. 45

Page 4: KONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN ... fileKONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK DI INDONESIA1 ... ketentuan peraturan perundang-undangan

3

yang diperolehnya dari rakyat serta bertentangan dengan prinsip-prinsip yang

Pancasilais.

Selain dalam pusaran penyelenggara negara, permasalahan etik juga muncul

sejak pemilihan penyelenggara negara (Pilkada). Pada Pilkada 2018, tidak satu atau

dua, seorang calon Kepala Daerah, terjerat kasus/tindak pidana korupsi. Walaupun

statusnya masih menjadi tersangka, setidaknya indikasi yang mengarah pada terjadi

pelanggaran yang dilakukan oleh Kepala Daerah sudah terlihat, namun produk

hukum saat ini (yang mengatur Pilkada, yakni Undang-Undang Nomor 10 Tahun

2016 Tentang Pemilihan Kepala Daerah/UU Pilkada), memang membuka ruang

kesempatan bagi para tersangka ini, untuk ‘tetap’ dapat mengikuti proses pemilihan.

Bahkan dalam praktik di tahun 2018, terdapat calon Kepala Daerah yang menang,

dan dilantik menjadi Kepala Daerah, lalu berselang beberapa waktu kemudian, ia

mengundurkan diri dari Kepala Daerah karena terbukti melakukan tindak pidana

korupsi. Proses pelantikan tersebut, hanya sebatas formalitas belaka. Norma dan

Praktik Pilkada tentunya, harus terus dibenahi. Proses Pilkada merupakan salah

satu media, untuk menciptakan pemimpin yang berkualitas. Proses Pilkada yang

baik, akan menghasilkan pemimpin yang baik pula. Selain itu, perlu kiranya kita

mencermati ketentuan yang ada, mengapa? Karena saat ini, Indonesia dalam proses

menuju penyelenggara Pilkada serentak se-Indonesia. Tentuknya problem hukum,

etika, dan kompleksitas akan makin meningkat dalam penyelenggaraan yang

dilaksanakan secara serentak. Berikut tahapan menuju Pilkada Serentak di

Indonesia.

Tabel 1 : Tahapan Pelaksanaan Pilkada Serentak

No. Tahun Pemilukada

Serentak

Ketentuan

Keterangan

1 Desember 2015 (269

Pemilukada)

Pemungutan suara serentak dalam pemilihan kepala daerah yang masa jabatannya berakhir pada tahun 2015 dan bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2016

• Untuk mengisi

kekosongan jabatan

Gubernur, diangkat

pejabat Gubernur yang

berasal dari jabatan

pimpinan tinggi

madya sampai dengan

pelantikan Gubernur

sesuai dengan

ketentuan peraturan

perundang-undangan.

• Untuk mengisi

kekosongan jabatan

2 Februari 2017 (101

Pemilukada)

Pemungutan suara serentak dalam pemilihan kepala daerah yang masa jabatannya berakhir pada bulan juli sampai dengan bulan Desember 2016 dan yang masa jabatannya berakhir pada tahun 2017

3 Juni 2018 (171

Pemilukada)

Pemungutan suara serentak dalam pemilihan kepala daerah yang masa jabatannya berakhir pada tahun 2018 dan tahun 2019

Page 5: KONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN ... fileKONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK DI INDONESIA1 ... ketentuan peraturan perundang-undangan

4

4 2020 Pemungutan suara serentak dalam pemilihan kepala daerah hasil pemilihan tahun 2015

Bupati/Walikota,

diangkat pejabat

Bupati/Walikota yang

berasal dari jabatan

pimpinan tinggi

pratama sampai

dengan pelantikan

Bupati, dan Walikota

sesuai dengan

ketentuan peraturan

perundang-undangan.

5 2022 Pemungutan suara serentak dalam pemilihan kepala daerah hasil pemilihan tahun 2017

6 2023 Pemungutan suara serentak dalam pemilihan kepala daerah hasil pemilihan tahun 2018

7 2027 Pemungutan suara serentak dalam pemilihan kepala daerah di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Berkembangnya tindak pidana korupsi, yang dibarengi dengan problematika

norma hukum yang tidak mencerminkan nilai etika dan moralitas, dalam mencapai

kepercayaan publik dalam proses Pilkada, adalah sedikit potret dari hukum

Indonesia saat ini. Atas dasar tersebut, perlu kiranya untuk menumbuhkan

kesadaran akan perlunya aturan, atau yang lazim disebut Opinio Necessitatis.9

Kesadaran yang dimaksud (Opinio Necessitatis), tentunya dalam bentuk

pembaharuan hukum, yang mencerminkan etika dan moralitas, sehingga hukum

mampu hadir sebagai ‘perahu’ yang menghantarkan kita, pada pulau keadilan.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian tersebut, rumusan masalah dalam tulisan ini adalah:

1. Bagaimana kontroversi/pertentangan, antara etika dan hukum dalam

penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah?

2. Bagaimana upaya pembaharuan hukum yang mengakomodir nilai-nilai etika

penyelenggara negara dalam pemilihan Kepala Daerah?

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif, dengan bahan hukum

primer dan sekunder. Bahan hukum primer terdiri dari peraturan perundang-

undangan, sedangkan bahan hukum sekunder, buku, artikel jurnal ilmiah sebagai

bahan referensi. Pendekatan yang digunakan adalah konseptual (conceptual

approach) dan perundang-undangan (statute approach).10

9 Opinio Necessitatis adalah istilah yang digunakan oleh Edgar Bodenheimer, yang

menjelaskan tentang perlunya/kesadaran akan suatu aturan hukum untuk mengatur perilaku kekuasaan dan masyarakat. Lihat dalam Peter Mahmud. Mazuki. 2013. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Prenadamedia Group. Hlm. 53

10 Johny Ibrahim. 2006. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Malang: BayuMedia Publishing. hal. 320

Page 6: KONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN ... fileKONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK DI INDONESIA1 ... ketentuan peraturan perundang-undangan

5

PEMBAHASAN

1. Kontoroversi Hukum dan Etika dalam Penyelenggara Pemilihan Kepala

Daerah Serentak.

a. Tindak Pidana Korupsi Sebagai Jenis Pelanggaran yang dilakukan oleh

Calon Kepala Daerah

Kajian sosio-kultural terhadap korupsi, akan dapat memperjelas

keterlibatan variabel budaya penyelenggara negara dalam korelasinya dengan

korupsi. Dalam hubungan ini pakar budaya Sjafri Sairin mengaitkan dengan

faktor sosio-kultural. Praktek korupsi juga didorong oleh berbagai faktor

sosio-kultural bangsa yang berada di luar diri pelaku itu sendiri, diantaranya

adalah faktor beban kultural (culture burden) yang membebani pundak

banyak orang, terutama para penyelenggara negara. Beban ini muncul sebagai

akibat dari kondisi tradisional yang sedang dihadapi para penyelenggara

negara dengan semakin banyaknya budaya konsumtif di tengah kehidupan

masyarakat. Konsep beban kultural berkaitan dengan beban yang harus

dipikul seseorang sebagai akibat dari tuntutan nilai yang datang dari

masyarakat sendiri. Faktor sosio-kultural yang dikemukakan Sjafri Sairin ini

tidak lepas dari nilai-nilai yang dianut dan berlaku di masyarakat Indonesia

dewasa ini yang diwarnai oleh budaya materialisme, hedonisme, dan

konsumerisme. Konsekuensi dari budaya yang demikian, masyarakat lebih

menghargai orang yang memiliki kekayaan materi yang banyak dibandingkan

dengan orang yang jujur berintegritas moral tinggi tetapi dia lebih miskin dari

bidang materi. Dengan iklim kebiasaan masyarakat yang demikian, maka

masyarakat berlomba untuk memiliki simbol status materi untuk mencapai

atau menunjukan citra dirinya di mata masyarakat.11

Selain melalui pendeketan kajian sosio-kultural, salah satu menjadi

pendorong maraknya tindak pidana korupsi, adalah politik Pemilihan

umum/Kepala Daerah yang berbiaya tinggi. Ongkos yang harus dikeluarkan

oleh para calon, merupakan suatu keharusan. Tidak salah jika calon tersebut

terpilih, ia akan mencari cara untuk mengembalikan ‘ongkos politik’ yang

sebelumnya dikeluarkan.

Sepanjang penyelenggaraan Pilkada tahun 2018, tindak pidana korupsi

telah mewarnai proses Pilkada. Para calon Kepala Daerah, yang menjadi

tersangka, bahwa telah mendapat putusan yang memiliki kekuatan hukum

tetap, seluruhnya adalah para pelaku tindak pidana korupsi, baik jenis suap

atau merugikan negara. Dalam hal ini, penulis menghimpun data, tentang

pelanggaran

11 Artidjo Alkostar. 2015. Korupsi Politik di Negara Modern, Cetakan Kedua. Yogyakarta: FH UII Press

Page 7: KONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN ... fileKONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK DI INDONESIA1 ... ketentuan peraturan perundang-undangan

6

Tabel 2: Tindak Pidana Oleh Calon Kepala Daerah12

No

Pemilihan (Gubernur/

Bupati/ Walikota)

Daerah Pemilihan

Tindak Pidana

yang Dilanggar

Hasil Pemilihan

1 Calon Bupati: Nyono Suharli

Kabupaten Jombang

Suap urutan KEDUA dengan

perolehan suara 34.34%

2 Calon Gubernur: Marianus Sae

Nusa Tenggara

Timur Suap

memperoleh urutan KEDUA dengan perolehan suara

25.64%

3

Calon Bupati: Imas Aryumningsih

Kabupaten Subang

Suap memperoleh urutan

KETIGA dengan perolehan suara 29.83%

4 Calon Gubernur: Asrun

Sulawesi Tenggara

Suap memperoleh urutan

KETIGA dengan perolehan suara 24.73%

5

Calon Gubernur: Ahmad Hidayat Mus

Maluku Utara

Korupsi memperoleh urutan PERTAMA dengan

perolehan suara 31.91%

6

Calon Walikota: Mochamad Anton

Kota Malang

Suap memperoleh urutan KEDUA

dengan perolehan suara 36.59%

7

Calon Walikota: Yaqud Ananda Gudban

Kota Malang

Suap memperoleh urutan

KETIGA dengan perolehan suara 18.87%

8 Calon Gubernur: Mustafa

Lampung Suap memperoleh urutan KEEMPAT dengan

perolehan suara 11.04%

9 Calon: Bupati Syahri Mulyo

Kabupaten Tulungagu

ng

Penerima Suap

memperoleh urutan PERTAMA dengan

perolehan suara 59.97%

b. Aturan Hukum terhadap Calon Kepala Daerah yang Berstatus

Tersangka/Terdakwa

Hadirnya calon Kepala Daerah, adalah bukti dari eksistensi partisipasi

warga negara, dalam mencapai tujuan bernegara. Setiap calon, selalu

mengklaim bahwa ia mampu untuk melaksanakan pembangunan daerah

12 Data diolah oleh Penulis dan dihimpun melalui infopemilu.KPU.go.id. Diakses pada 13 Oktober 2018.

Page 8: KONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN ... fileKONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK DI INDONESIA1 ... ketentuan peraturan perundang-undangan

7

dengan baik. Visi-misi dan program kerja merupakan alat/tool setiap calon,

untuk menarik perhatian para pemilih. Secara bersamaan, di samping

Pilkada dijadikan sebagai ajang partisipasi warga negara dalam membangun

negeri, proses Pilkada juga sebagai tempat yang melahirkan dan menjadikan

cara berfikir pemilih menjadi irasional. Pasalnya integritas pemilih mulai

diberangus, dengan berkembangnya tindakan money politic dan banyaknya

calon Kepala Daerah yang menjadi tersangka. Hadirnya calon Kepala Daerah

yang menjadi tersangka, ‘seolah’ menjadi hal yang lumrah bagi warga negara.

Inilah yang sebenernya, yang penulis sebut, proses Pilkada juga melahirkan

‘pemilih yang irasional’. Walaupun mencalonkan adalah hak politik setiap

warga negara, namun perlu diingat, masyarakat secara kolektif tentunya juga

memiliki hak untuk mendapatkan calon-calon pemimpin yang memiliki

integritas tinggi.

Proses Pilkada yang melahirkan pemilih irasional, dijustifikasi oleh

aturan-aturan hukum dalam Undang-Undang, yang merupakan produk

politik, dan lahir dari mekanisme politik, yang syarat akan politisasi

kepentingan. UU Pilkada telah mengatur, mengenai calon yang berstatus

tersangka. Untuk calon Gubernur atau Wakil Gubernur yang berstatus

tersangka/terdakwa/terpidana diatur dalam pasal 163 UU Pilkada, yang

mengatur:

Ayat 6: Dalam hal calon Gubernur dan/atau Calon Wakil Gubernur terpilih ditetapkan menjadi tersangka pada saat pelantikan, yang bersangkutan tetap dilantik menjadi Gubernur dan/atau Wakil Gubernur. Ayat 7: Dalam hal calon Gubernur dan/atau Calon Wakil Gubernur terpilih ditetapkan menjadi terdakwa pada saat pelantikan, yang bersangkutan tetap dilantik menjadi Gubernur dan/atau Wakil Gubernur dan saat itu juga diberhentikan sementara sebagai Gubernur dan/atau Wakil Gubernur. Ayat 8: Dalam hal calon Gubernur dan/atau Calon Wakil Gubernur terpilih ditetapkan menjadi terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap pada saat pelantikan, yang bersangkutan tetap dilantik menjadi Gubernur dan/atau Wakil Gubernur dan saat itu juga diberhentikan sebagai Gubernur dan/atau Wakil Gubernur.

Untuk calon Walikota/Bupati beserta wakilnya, yang menjadi

tersangka/terdakwa/terpidana, diatur dalam Pasal 164 UU Pilkada:

Ayat 6: Dalam hal calon Bupati/Walikota dan/atau calon Wakil Bupati/Wakil Walikota terpilih ditetapkan menjadi tersangka pada saat pelantikan, yang bersangkutan tetap dilantik menjadi Bupati/Walikota dan/atau Wakil Bupati/Wakil Walikota.

Ayat 7: Dalam hal calon Bupati/Walikota dan/atau calon Wakil Bupati/Wakil Walikota terpilih ditetapkan menjadi terdakwa pada

Page 9: KONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN ... fileKONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK DI INDONESIA1 ... ketentuan peraturan perundang-undangan

8

saat pelantikan, yang bersangkutan tetap dilantik menjadi Bupati/Walikota dan/atau Wakil Bupati/Wakil Walikota, kemudian saat itu juga diberhentikan sementara sebagai Bupati/Walikota dan/atau Wakil Bupati/Wakil Walikota.

Ayat 8: Dalam hal calon Bupati/Walikota dan/atau calon Wakil Bupati/Wakil Walikota terpilih ditetapkan menjadi terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap pada saat pelantikan, yang bersangkutan tetap dilantik menjadi Bupati/Walikota dan/atau Wakil Bupati/Wakil Walikota, kemudian saat itu juga diberhentikan sebagai Bupati/Walikota dan/atau Wakil Bupati/Wakil Walikota.

Perumusan norma dimaksud adalah guna memberikan jaminan bahwa

Gubernur/Wakil Gubernur dan/atau Bupati/Walikota dan/atau Wakil

Bupati/Wakil Walikota tidak sebagai terdakwa atau terpidana. Dengan kata

lain, seseorang yang menyandang status terdakwa berada di antara

kemungkinan tidak bersalah dan bersalah, sehingga terdapat kebutuhan

hukum untuk memberikan kesempatan kepada orang yang bersangkutan

untuk membela diri di hadapan hakim atau pengadilan. Oleh karena itu, jalan

keluar yang ditempuh oleh pembentuk Undang-Undang dalam mengatasi

suasana dilematis itu adalah dengan tetap melantik orang yang bersangkutan

sebagai Gubernur atau Wakil Gubernur dan pada saat yang sama

diberhentikan sementara.13

c. Kontroversi Hukum dan Etika oleh Calon Kepala Daerah

Tiga menit setelah dilantik, Syahri Mulyo, Bupati terpilih Kabupaten

Tulungagung periode 2018-2023 dinonaktifkan. Pada saat yang sama juga,

Wakil Bupati terpilih, Maryoto Wibowo, diangkat menjadi pelaksana tugas

atau PLT Bupati. Penonaktifan tersebut dilatarbelakangi status Syahri

sebagai tersangka kasus suap proyek infrastruktur jalan di Tulunggagung,

dan tengah menjadi tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Keunikan ini tidak hanya sekali terjadi dalam pemerintahan daerah. Pada

2017, Plt Gubernur Sulawesi Tenggara Saleh Lasata melantik Bupati terpilih

Buton Samsu Umar Abdul Samiun yang tersangkut kasus suap Hakim

Konstitusi Akil Mochtar dalam perkara perselisihan hasil Pilkada.

Setelahnya, Samsu Umar langsung dinonaktifkan dan Wakil Bupati Buton La

Bakry diangkat menjadi Plt. Bupati Buton. 14

Pelantikan dan pemberhentian sementara tersebut memang telah

memenuhi persyaratan yuridis. Meskipun secara normatif diatur dalam

13 Penjelasan tersebut, disampaikan oleh DPR dalam perkaran pengujian undang-undang

Pilkada. Lihat putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 71/PUU-XIV/2016. Hlm.189 14 Refly Harun. Melantik Calon Kepala Daerah Terpilih Yang Tersangkut Korupsi. Media cetak

Media Indonesia (MI), 26 September 2018

Page 10: KONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN ... fileKONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK DI INDONESIA1 ... ketentuan peraturan perundang-undangan

9

undang-undang, suatu ketentuan belum tentu luput dari kritik dalam

kacamata prosedural, substansial, dan moralitas. Pelantikan terhadap calon

bupati dan wakil bupati terpilih harus tetap dilaksanakan, kendati yang

bersangkutan menghadapai halangan sedemikian rupa. Dalil yang

disampaikan untuk menjustifikasikan pengaturan itu adalah menghindari

kekosongan jabatan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Alasan

pengisian kekosongan jabatan tersebut sesungguhnya tidak dapat diterima

logika. Penyelenggaraan pemerintahan daerah saja belum berjalan pada saat

pelantikan. Apabila memaknai perspektif yang sama, seharusnya

pengangkatan wakil Kepala Daerah sudah dilakukan sejak awal tanpa perlu

memerlukan pelantikan terlebih dahulu. Perlu diingat, pelantikan sejatinya

tidak dapat dipandang semata-mata sebagai ketentuan prosedural

pengangkatan kepala daerah, dalam arti hanya bersifat formalitas

pengesahan legitimasi keputusan rakyat. Terdapat hal esensial yang

mengikatkan Kepala Daerah dengan tuhan sebagai perwujudan sila pertama

Pancasila dengan bangsa, dan negara. Pada saat pelantikan, Kepala Daerah,

sebelum memangku jabatannya, mengucapkan sumpah/janji. 15

Dalam teks sumpah/janji, kepala daerah menyatakan bahwa yang

bersangkutan bersumpah/berjanji akan memenuhi kewajibannya sebagai

Kepala Daerah dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh

UUD 1945, dan menjalani segala undang-undang dan peraturannya dengan

selurus-lurusnya, serta berbakti kepada masyarakat, nusa, dan bangsa.

Pengucapan sumpah tersebut tidak dapat dipandang sebagai pembacaan

teks saja. Dengan mengucapkan sumpah, kepala daerah yang bersangkutan

berarti telah secara khidmat mengikrarkan diri dan kesetiannya untuk

memimpin penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan trek

peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan sebaik-baiknya dan

seadil-adilnya. Sumpah juga mengandung unsur religius, yaitu ikatan batin

antara manusia dan tuhan, bahwa yang bersangkutan meyakini tindakannya

dikemudian hari tidak akan melenceng dari nilai-nilai religiusitas. Apabila

sedari awal telah diketahui secara pasti bahwa yang bersangkutan tidaklah

mungkin melaksanakan janji, lalu untuk apa memaksakan pemenuhan

prosedur tersebut?16

Syahri yang merupakan petahana di Kabupaten Tulungagung telah

lama terjerat KPK, tidak lama dari hari pemungutan suara dalam pemilihan

Bupati Kabupaten Tulungagung 2018. Sang petahana tertangkap tangan oleh

KPK dalam kasus suap pembangunan infrastruktur peningkatan jalan di

Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kabupaten Tulungagung.

Sebelum yang bersangkutan disumpah untuk kembali menduduki jabatan

15 Ibid. Refly Harun. 16 Ibid. Refly Harun.

Page 11: KONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN ... fileKONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK DI INDONESIA1 ... ketentuan peraturan perundang-undangan

10

yang sama, sumpah tersebut telah dilanggar. Apabila pelantikan tetap

dilakukan, hal tersebut sesungguhnya tidak mencerminkan etika

penyelenggara negara dan supremasi moralitas terhadap pemberantasan

korupsi. Publik sudah mahfum bahwa korupsi ialah penyakit kronis yang

menyerang moral bangsa. 17

Refly Harun berpendapat, ia mengamini adanya asas presumtion of

innocence atau praduga tak bersalah dalam penegakan hukum pidana, yaitu

seserang dinyatakan tidak bersalah hingga pengadilan menyatakan

demikian. Namun asas ini tidak dapat diartikan secara letterlijk sebab secara

terang yang bersangkutan telah terjaring dalam operasi tangkap tangan

(OTT) dan menjadi tahanan KPK. Mengucap janji/sumpah jabatan berarti

yang bersangkutan bersedia pula menerima konsekuensi atas pelanggaran

tersebut. Konsekuensi tersebut dapat berupa sanksi moral, agama dan

hukum. Maka dari itu, pelantikan calon Kepala Daerah yang telah ditetapkan

sebagai tersangka dalam kasus korupsi bukan hanya tidak memberikan

manfaat apapun, melainkan juga menciderai etika dan moral bangsa serta

tidak menganggap serius pengucapan janji/sumpah yang khidmat.

Itulah yang kemudian menjadi dilema dan kontroversial. Di satu sisi,

hukum hanya berdiam diri, menjadi sarana formalitas, dan menjadi tempat

pelanggengan kekuasaan, tetapi di sisi lain juga harus diingat, hukum harus

mampu mencerminkan, etika dan moralitas masyarakat. Kontroversi hukum

dan etika, tentu harus disudahi. Harus disadari, problem moralitas dan etika

pejabat publik sudah mencapai taraf ‘membahayakan’, jangan sampai

masyarakat dibuat ‘lelah’ dan menganggap tindak pidana oleh calon atau

Kepala Daerah adalah hal yang wajar. Hukum yang dibentuk harus sesuai

dengan kebutuhan sosial, dan menjawab keresahan sosial. Nonet dan

Selznick mengatakan, in the ideal of responsive law, law is faciliator of

response of social needs and aspirations. Dalam pembangunan hukum, tentu

dibutuhkan tatanan hukum baru, yang lebih substantif dan berpihak pada

kebutuhan sosial, etika, dan moralitas yang baik. Tatanan hukum baru

tersebut (responsive law requires the development of new legal instituions)

harus mendelegitimasi tatanan hukum lama, yang hanya bersifat prosedural

semata.18

2. Pembaharuan Hukum yang Mengakomodir Nilai-Nilai Etika Penyelenggara

Negara Dalam Pemilihan Kepala Daerah

a. Etika bagi Calon Pemangku Kekuasaan dan Penyelenggara Negara

Perlu kiranya untuk kembali mengulas, urgensi, tujuan dan Bagaimana

meningkatkan etika elite politik (baik sebagai calon Kepala Daerah, maupun

17 Ibid. Refly Harun. 18 FX. Adji Samekerto. 2012. Ilmu Hukum dalam Perkembangan Pemikiran Menuju Post Modernisme. Bandar Lampung: Indepth Publishing. Hlm. 106

Page 12: KONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN ... fileKONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK DI INDONESIA1 ... ketentuan peraturan perundang-undangan

11

yang sudah menjadi Kepala Daerah). Hal ini tentunya akan menjadi basis

argument dalam merumuskan politik hukum dalam mengevaluasi undang-

undang, apakah sudah mencapai titik kebenaran dalam perumusannya.

Urgensi etika bagi elite politik, setidaknya memiliki 3 hal: pertama

yakni sebagai the limit of laws (pembatasan dalam hukum), The rule-of-law

has been held forth as one of the main features of what has been conceptualized

as “good governance, for this, discretion is necessary and this is where the

importance of professional ethics and norms have a large role to play. (Aturan

hukum telah ditetapkan sebagai salah satu fitur utama dari apa yang telah

dikonseptualisasikan sebagai pemerintahan yang baik, kebijaksanaan

diperlukan dan di sinilah pentingnya etika dan norma profesional memiliki

peran besar untuk dimainkan). Kedua, the limits that can maybe be

understood as a result of “human nature. That if we for whatever reason come

into a position of power in public life, our “natural inclination” is to use this

power to promote our self-interest, our family, kin and clan – and one could add

religious faction, business interest, or political party. Fukuyama emphasizes the

strong inclinations people in power have for nepotism. (bahwa jika kita untuk

alasan apa pun datang ke posisi kekuasaan dalam kehidupan publik,

“kecenderungan alami” kita adalah menggunakan kekuatan ini untuk

mempromosikan kepentingan pribadi kita, keluarga, kerabat dan klan kita

dan kita dapat menambahkan faksi agama, kepentingan bisnis, atau partai

politik).

Ketiga, etika sebagai pancaran nilai ketuhanan, agar elit politik

bertindak tetap dalam rambu-rambu nilai ketuhanan dan kepercayaannya.

Sebagai negara berketuhanan, Indonesia dihuni oleh beragam agama dan

keyakinan, walaupun keberagaman itu ada, namun seluruh agama dan

kepercayaan memiliki kesatuan pendapat, dalam hal menghendaki adanya

keadilan dan kejujuran yang dijunjung tinggi. Mengenai sistem norma etika,

maka semua agama mengandung ajaran tentang perilaku hidup yang dinilai

ideal dalam kehidupan bersama. Yang berbeda dalam agama-agama tersebut

hanya mengenai formulasi dan penggunaan bahasa simbolik. Tetapi isi sistem

nilai dan kaidah perilaku yang diidealkan rata-rata memuat hal yang serupa,

yang setidak-tidaknya dapat dibagikan antar sesama penganut agama lain,

tanpa harus merasa bersalah jika kemuliaan nilai yang dianjukan oleh agama

lain diikuti menggunakan bahasa yang inklusif dan universal.19

Tentunya urgensi tersebut, juga akan mendorong dan membantu

dalam mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan. Tujuan dari adanya

penegakan etika yakni untuk melindungi masyarakat dari perilaku korup

para pemangku kekuasaan, ethical causes in the public administration, that

19 Sukarno Aburaera. Muhadar. Maskun. 2012. Filsafat Hukum Teori dan Praktik. Jakarta:

Kharisma Putra Utama. Hlm. 172

Page 13: KONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN ... fileKONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK DI INDONESIA1 ... ketentuan peraturan perundang-undangan

12

aim the avoidance of negative phenomenon’s as theft, corruption.20 Selain itu,

etika bertujuan sebagai pedoman moral untuk pemangku kekuasaan, Ethics

in public service is about the practical application of the moral standards in

governance. Chapman mengatakan, hal tersebut dikarenakan etika mengacu

pada seseorang agar berperilaku secara baik dan benar dalam penerapannya,

‘ethics refers to how an individual feel about behaving properly. It is about

values and their application in a given context’.21

Urgensi dan tujuan etika tersebut, tentunya dalam rangka sebagai

pedoman dan rambu-rambu dalam mendapatkan kekuasaan serta

menjalankan kekuasaan. Mengapa demikian? Proses mendapatkan

kekuasaan, haruslah dilalui dengan jalur-jalur, perilaku dan cara yang suci.

Hal tersebut, amat dibutuhkan sebagai cerminan demokrasi yang

berintegritas. Dengan jalur, perilaku dan cara yang suci, tentunya calon

terpilih akan mendapatkan legitimasi dan dukungan penuh dari masyarakat.

Indonesia, yang disebut oleh Satjipto Rahardjo memiliki corak ‘kosmologi

timur’, tentu mengedepankan nilai dan moralitas yang bersumber local

wisdom (tentang kepribadian yang luhur) dalam proses pemilihan. Jangan

sampai moralitas publik sudah diciderai sejak proses pemilihan berlangsung,

karena masyarakat dipertontonkan dengan banyaknya calon yang telah

menjadi tersangka/terdakwa/terpidana ketika akan mencalonkan menjadi

Kepala Daerah.

b. Alternatif Pilihan Pembaharuan Hukum dan Aspek Politik Hukum

Nilai moral dan etika tereduksi dengan aturan hukum, seharusnya

hukum mencerminkan moral dan etika. Kehadiran sistem etika,

sesungguhnya sebagai pembantu untuk sistem hukum itu sendiri. Apalagi

dalam perkembangan praktik dunia dewasa ini, yang sangat kompleks,

semakin disadari bahwa sistem hukum tidak lagi dapat diandalkan sebagai

satu-satunya sistem pengendalian perilaku manusia modern, yang dilanda

perikehidupan yang makin kompleks dan rumit. Maka dari itu, antara sistem

hukum dan etika perlu dibangun dalam hubungan yang bersifat

komplementer, saling menunjang, untuk menciptakan peri kehidupan yang

lebih bersih dan sehat, serta lebih adil dan beradab. 22

20 M.Sc Arjeta Hallunovi, Dr.sc Elez Osmani, Dr.sc Elidiana Bashi, 2014, Ethics in Public

Administration, Volume 4 Number 1, Published by Iliria College, Germany, Page 201 21 M.Sc Arjeta Hallunovi, dkk (dalam Chapman, R. A., (2002), Ethics in public service for the

new millennium, Durham University Business School), Ethics in Public Administration, Volume 4 Number 1, Published by Iliria College, Germany, Page 204

22 Jimly Asshiddiqie. 2015. Peradilan Etik dan Etika Konstitusi: Prespektif Baru tentang Rul of Law and Rule of Ethics & Constitutional Law and Constituional Ethics. Jakarta: Sinar Grafika. Hlm. 119-120

Page 14: KONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN ... fileKONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK DI INDONESIA1 ... ketentuan peraturan perundang-undangan

13

Melalui prespektif sosiologi, pembuatan undang-undang tidak dilihat

sebagai kegiatan yang steril dan mutlak otonom. Pekerjaan pembentukan

undang-undang, memiliki asal-usul sosial, tujuan sosial, mengalami

intervensi sosial, mempunyai dampak sosial dan sebagainya. Dalam kata-

kata Bentham pembuatan undang-undang adalah seni, yaitu seni untuk

menemukan cara-cara untuk mewujudkan the true good of the community.23

Permasalahan yang telah diuraikan penulis, dari maraknya tindak pidana

korupsi yang dilakukan oleh calon Kepala Daerah, ketidak manfaatan dari

pelantikan Kepala Daerah yang tersandung tindak pidana, hingga

pelanggaran sumpah jabatan yang dilakukan oleh Kepala Daerah terpilih,

merupakan problem etis yang melanda bangsa ini. Salah satu upaya yang

dilakukan untuk menjawab permasalahan tersebut, penulis

merekomendasikan pembaharuan hukum melalui 3 alternatif berikut.

Pertama membentuk Undang-Undang Etika Penyelenggara Negara

yang merupakan amanat dari Tap MPR VI/2001. Jika kita merujuk pada

klasifikasi TAP MPR I/2003, maka TAP MPR VI/2001 masuk dalam golongan

keempat, yang masih berlaku hingga dibentuk dalam suatu Undang-Undang.

Hendaknya, dalam UU Etika Penyelenggara Negara di masa mendatang,

mengatur ketentuan bahwa setiap penyelenggara negara yang menjadi

tersangka tindak pidana korupsi, maka ia wajib mundur dari

jabatannya/atau secara otomoatis legalitasnya sebagai penyelenggara

negara tidak memiliki kekuatan hukum. Isinya tidak hanya mencakup

penyelenggara negara, melainkan juga ‘calon’ penyelenggara negara yang

dipilih melalui proses Politik (Pemilu dan Pilkada)

Kedua, Pasal 160 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang

Perubahan Pertama Undang-Undang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan

Walikota memberikan pengaturan tentang pengesahan pengangkatan

pasangan calon Kepala Daerah terpilih. Pengesahan pengangkatan pasangan

calon gubernur dan wakil gubernur terpilih dilakukan berdasarkan

penetapan pasangan calon terpilih oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Provinsi yang disampaikan DPRD provinsi kepada Presiden melalu Menteri

Dalam Negeri. Sementara itu, pengesahan pengangkatan pasangan calon

Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil Walikota dilakukan

berdasarkan penetapan pasangan calon oleh KPU Kab/Kota yang

disampaikan DPRD kabupaten/kota kepada Menteri Dalam Negeri melalui

gubernur. Dalam pengesahan tersebut DPRD provinsi dan kabupaten/kota

seyogyanya tidak hanya bertindak sebagai tukang stempel saja dalam arti

hanya memberikan cap pengesahan semata dan langsung menyampaikan

hasil pengesahan tersebut kepada mendagri melalui gubernur. DPRD

23 Satjipto Rahardjo. Op.cit. Hlm. 137

Page 15: KONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN ... fileKONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK DI INDONESIA1 ... ketentuan peraturan perundang-undangan

14

Provinsi dan Kabupaten/kota semestinya diberikan wewenang untuk

memberikan rekomendasi dan opsi apakah pengangkatan terhadap para

pasangan calon tersebut dapat dilakukan dengan segera atau dapat menunda

pengangkatan dan pelantikan, sebagai cerminan checks and balances di

ranah pemerintah daerah. Hal ini sangat perlu untuk diatur demi

mengantisipasi apabila berhadapan dengan kasus-kasus seperti ini

dikemudian hari agar selanjutnya hal ini dapat diselaraskan dengan

pengangkatan PLT Kepala Daerah. sebagaimana diatur dalam UU Nomor 30

Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan sehingga kemungkinan-

kemungkinan seperti kekosongan penyelenggara pemerintahan daerah

dapat dihindari sejak awal.24

Ketiga, alternatif selanjutnya yang juga sebagai jalan akhir adalah

pembukaaan akses terhadap masyarakat untuk mengetahui calon Kepala

Daerah yang sedang dalam status tersangka/terdakwa/ terpidana. Putusan

Mahkamah Konstitusi Nomor 42 /PUU-XII/2015 menyatakan bahwa calon

Kepala Daerah mantan narapidana diperbolehkan mencalonkan, asal ia

terbuka secara jujur mengakuinya pada publik. Penulis berpendapat,

putusan tersebut dapat menjadi dasar, bahwa tidak hanya mantan

narapidana, tetapi calon yang juga dalam keadaan tersangka atau terdakwa,

dikarenakan antara mantan narapidana dan tersangka/terdakwa, sama-

sama orang yang sudah terindikasi melakukan perbuatan melawan hukum,

walaupun secara hukum tersangka/terdakwa belum terbukti, tetapi secara

etik, ia sudah melakukan hal yang menyimpang dari nilai-nilai kebaikan.

Pilihan alternatif pembaharuan tersebut, adalah upaya untuk

merespon berbagai tantangan yang hadir dalam proses demokratisasi di

Indonesia. Toynbee dalam karyanya A Study of History menjelaskan,

perubahan suatu bangsa itu akan tercapai dengan baik, manakala ada suatu

keseimbangan antara challenge dan respon. Dalam hubungan ini, Indonesia

paska reformasi terhempas dengan challenge yang begitu besar, sedangkan

respon lemah, sehingga mengakibatkan nilai-nilai Pancasila terpinggirkan.25

Hukum harus senantiasa melakukan penyesuaian terhadap tujuan-

tujuan yang ingin dicapai oleh masyarakatnya. Dengan demikian, hukum

mempunyai dinamika. Politik hukum merupakan salah satu faktor yang

menyebabkan terjadinya dinamika yang demikian itu, karena ia diarahkan

pada ius constitutum/hukum yang seharusnya berlaku.26 Dalam pembahasan

politik hukum, penulis mengemukakan lima tujuan yang hendak dicapai dari

Pembaharuan tersebut. Pertama, mencegah terjadinya pergeseran nilai.

Hadirnya UU Etika Penyelenggara negara sebagai upaya untuk mencegah

24 Refly Harun. Op.cit 25 Kaelan. Op cit., hal

26 Satjipto Rahardjo. 2014. Ilmu Hukum, Cetakan Kedelapan. Bandung: Citra Aditya Bakti

Page 16: KONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN ... fileKONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK DI INDONESIA1 ... ketentuan peraturan perundang-undangan

15

perubahan nilai yang sebelumnya menjadikan korupsi sebagai pelanggaran

moral, menjadi suatu perilaku yang wajar dilakukan oleh penyelenggara

negara. Kedua, Menjaga public trust. Tidak dipungkiri, tingkat kepercayaan

publik terhadap Pemerintah banyak mengalami penurunan. Turunnya

kepercayaan publik tersebut akan menghambat laju pembangunan. Ketiga,

Menjaga citra institusi publik. Pada saat penetapan penyelenggara negara

menjadi tersangka tindak pidana korupsi, maka detik itu pula citra instansi

yang didudukinya hancur di mata publik. Adanya ketentuan yang

mewajibkan penyelenggara negara mundur dari jabatannya pada tahap

penuntutan, adalah untuk menyelamatkan citra instansi yang di dudukinya.

Karena pada saat itu, ia tidak lagi menjabat pada instansi terkait. Hal ini juga

memberi manfaat pada internal instansi terkait, agar lebih stabil ketika ada

oknum penyelenggara negara melakukan tindak pidana korupsi. Keempat,

Sistem ini akan mampu meningkatkan integritas seorang calon Kepala

Daerah. Kelima, Meningkatkan kehati-hatian penyelenggara negara dalam

menjalankan setiap aktivitasnya, terlebih lagi, sistem ini sebagai upaya

preventif agar penyelenggara negara tidak melakukan tindak pidana korupsi.

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kontroversi/pertentangan antara hukum dan etika dalam proses Pilkada,

terdapat pada Pelantikan calon Kepala Daerah yang telah ditetapkan sebagai

tersangka dalam kasus korupsi. Pelantikan tersebut tidak memberikan

manfaat apapun, melainkan juga menciderai etika dan moral bangsa serta

tidak menganggap serius pengucapan janji/sumpah yang khidmat. Di satu

sisi, hukum hanya berdiam diri, menjadi sarana formalitas, dan menjadi

tempat pelanggengan kekuasaan, tetapi di sisi lain juga harus diingat, hukum

harus mampu mencerminkan, etika dan moralitas masyarakat. Sehingga

dalam pembangunan hukum, dibutuhkan tatanan hukum baru, yang lebih

substantif dan berpihak pada kebutuhan sosial, etika, dan moralitas yang

baik.

2. Upaya pembaharuan hukum dalam menyelesaikan kontroversi hukum dan

etika, dapat dilakukan melalui alternatif (pilihan) berikut: Pertama

membentuk Undang-Undang Etika Penyelenggara Negara, yang

mengharuskan para calon kepala daerah mundur dari pencalonannya.;

Kedua DPRD Prov dan Kab/Kota diberi wewenang untuk memberikan

rekomendasi dan opsi apakah pengangkatan terhadap para pasangan calon

tersebut dapat dilakukan dengan segera atau dapat menunda pengangkatan

dan pelantikan; Ketiga pembukaaan akses terhadap masyarakat untuk

mengetahui calon Kepala Daerah yang sedang dalam status

tersangka/terdakwa/ terpidana berupa, pemasangan informasi dalam setiap

Tempat Pemungutan Suara.

Page 17: KONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN ... fileKONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK DI INDONESIA1 ... ketentuan peraturan perundang-undangan

16

DAFTAR PUSTAKA

BUKU:

Aburaera, Sukarno dan Muhadar dan Maskun. 2012. Filsafat Hukum Teori dan Praktik. Jakarta: Kharisma Putra Utama.

Alkostar, Artidjo. 2015. Korupsi Politik di Negara Modern, Cetakan Kedua. Yogyakarta: FH UII Press

Asshiddiqie, Jimly. 2015. Peradilan Etik dan Etika Konstitusi: Perspektif Baru Tentang Rule of Law and Rule of Ethics and Constitutional, Cetakan Kedua. Jakarta: Sinar Grafika

Cooter, Robert dan Thomas Ulen. 2000. Law and Economics Edisi Ketiga. Amerika Serikat: Addison Wesley Longman Inc.

Goodhart, Arthur Lehman. 1953. English Law and Moral Law. London: The Eastern Press Ltd

Hariyono. 2014. Ideologi Pancasila, Roh Progreesif Nasionalisme Indonesia. Malang: Intrans Publishing.

Isra, Saldi. 2016. Hukum yang Terabaikan. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara

Kaelan. 2015. Liberlisasi Ideologi Negara Pancasila. Yogyakarta: Paradigma

Kumorotomo, Wahyudi. 2015. Etika Administrasi Negara. Jakarta: Rajawali Press

Mahfud, Moh. 2014. Politik Hukum di Indonesia Edisi Revisi, Cetakan Keenam. Jakarta: Rajawali Press

Mahrus, Ali. 2016. Hukum Pidana Korupsi. Yogyakarta: UII Press

Marzuki, Peter Mahmud. 2008. Pengantar Ilmu Hukum Edisi Revisi. Jakarta: Prenadamedia Group

Nurudin. 2011. Jurus Jitu Nulis Artikel. Bogor: Ghalia Indonesia

Rahardjo, Satjipto. 2014. Ilmu Hukum, Cetakan Kedelapan. Bandung: Citra Aditya Bakti

Rahardjo, Satjipto, 2006, Membedah Hukum Progresif, Jakarta: Kompas Media

Rosidi, Ajib. 2006. Korupsi dan Kebudayaan. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya

Sairin, Sjafri. 2002. Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia Perspektif Antropologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Page 18: KONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN ... fileKONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK DI INDONESIA1 ... ketentuan peraturan perundang-undangan

17

Samekerto, FX. Adji. 2012. Ilmu Hukum dalam Perkembangan Pemikiran Menuju Post Modernisme. Bandar Lampung: Indepth Publishing

Suseno, Magnis, Frans, 2016, Etika Politik: Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Yudi Latf. 2015. Negara Paripurna, Historitas, Rasionalitas, dan Aktualitas. Jakarta: Gramedia Pustaka.

JURNAL DAN MEDIA CETAK:

Bo Rothstein & Nicholas Sorak (dalam Charron & Roth-stein, Regions of Trust and Distrust: How Good Institutions Can Foster Social Cohesion), 2017, Ethical Codes for The Public Administration, QoG Working Paper Series, University of Gothenburg

M.Sc Arjeta Hallunovi, Dr.sc Elez Osmani, Dr.sc Elidiana Bashi, 2014, Ethics in Public Administration, Volume 4 Number 1, Published by Iliria College, Germany

Refly Harun. Melantik Calon Kepala Daerah Terpilih Yang Tersangkut Korupsi. Media cetak Media Indonesia (MI), Edisi 26 September 2018

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN:

Ketetapan MPR Nomor VI/MPR/2001 Tahun 2001 Tentang Etika Kehidupan Berbangsa

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Pertama Undang-Undang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan Walikota Menjadi Undang-Undang

PUTUSAN PENGADILAN:

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 42 /PUU-XII/2015

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 71/PUU-XIV/2016

Page 19: KONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN ... fileKONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK DI INDONESIA1 ... ketentuan peraturan perundang-undangan

18

INTERNET:

Komisi Pemilihan Umum. Daftar Hasil Penetapan Suara Pilkada 2018. Diakses dari https://infopemilu.kpu.go.id/pilkada2018/hasil2/penetapan/list/nasional

Page 20: KONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN ... fileKONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK DI INDONESIA1 ... ketentuan peraturan perundang-undangan

19

DAFTAR RIWAYAT PENULIS I

Data Pribadi

a. Nama : Febriansyah Ramadhan b. Tempat, Tanggal Lahir : Surabaya, 17 Februari 1994 c. Jenis Kelamin : Laki-laki d. Agama : Islam e. Kewarganegaraan : Indonesia f. Alamat : Jalan Margobasuki No. 45, Mulyoagung,

Kecamatan Dau, Malang, Jawa Timur. g. Nomor HP : 082231241826 h. Sosial media :

0. WhatsApp : 082231241826 1. Line : febri172

Pendidikan a. Sekolah Dasar Swasta Bhakti Ibu, Desa Bakauheni, Kecamatan Penengahan,

Kabupaten Lampung Selatan, Lampung; b. SMP - Pondok Modern Darussalam Gontor; c. SMA - Pondok Modern Darussalam Gontor; d. Srata 1 (S-1) Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

Penelitian

a. LKTI: LAW’S HOME; Wisata Ilmu Hukum dan Perundang-Undangan Sebagai Sarana Pendidikan dan Akses Hukum Bagi Masyarakat

b. PAPER: Presidnetial Threshold dalam Pemilu Serentak 2019 c. Rekonstruksi Pengaturan Ritel Tradisional dalam Menghadapi Pesatnya

Perkembangan Ritel Modern di Indonesia d. LEGAL OPINION:" Perlindungan Hukum dalam Dunia Perbankan sebagai

Tonggak Dasar Kemajuan Bangsa” e. Paper: Konvergensi Karang Taruna Dan Badan Nasional Penanggulangan

Terorisme Dalam Merespon Radikalisme Pada Level Grassroot f. Legal Opinion: Reorientasi Nilai Ham Anak Korban dan Anak Pelaku Tindak

Pidana dalam Prespektif Hukum Pidana Pembaharuan. g. LKTI: Menggagas Limited Judicial Preview Sebagai Upaya Harmonisasi

Undang-Undang Dan Putusan Mahkamah Konstitusi h. Legal Opinion: Pendapat Hukum Terhadap Perkara Fiera Lovita Ditinjau

Melalui Prinsip Kebebasan Berpendapat dan Hukum Positif Indonesia i. Legal Opinion: Pendapat Hukum atas Konflik Sosial yang bersumber Pada

Sengeketa Pertambangan di Wilayah Adat Mepago Provinsi Papua. j. Paper: Opinio Necessitatis Tentang Etika Penyelenggara Negara yang

Melakukan Tindak Pidana Korupsi.

Karya ilmiah dan artikel yang pernah dipublikasi

a. Artikel :Politik Suri Tauladan Indonesia (Opini Media Cetak SINDO). b. Artikel : Mendorong Pembangunan Nasional dengan Sistem Perilaku

Page 21: KONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN ... fileKONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK DI INDONESIA1 ... ketentuan peraturan perundang-undangan

20

c. Artikel : Supremasi Hukum, Menggali Kisah Teladan Roeslan Abdul Ghani d. Artikel : Mengharap Asa RUU Etika Penyelenggara Negara. (Opini Media

Cetak SINDO) e. Artikel : RUU Pemilu Deadlock, kewajaran atau keegoisan ? f. Artikel : Meneropong Pembentukan UKP-PIP g. Artikel : Ramadhan dan Tafakur Kebangsaan. h. Artikel : Kriminalisasi LGBT, Memaknai Putusan Yang Mulia i. Artikel: Perlukan Constitusional Question diterapkan di Indonesia? j. Jurnal Procceding Pasca Sarjana Magister Ilmu Hukum Universitas

Muhammadiyah Malang Tahun 2017, dengan judul : Opinio Necessitatis tentang Etika Penyelenggara Negara yang Melakukan Tindak Pidana Korupsi.

k. Paper: Presidential Threshold dalam Prespektif Konstitusional dan Demokratisasi. Lulus dalam Konfrensi Hukum Tata Negara ke-5 di Universitas Andalas, Padang, Sumatra Barat

Pengalaman Organisasi a. Andalan Koordinator Urusan Latihan (ANKULAT) Koordinator Gerakan

Pramuka Gugus Depan 651001, Pondok Modern Darussalam Gontor 5; b. Ketua Panitia Siswa Akhir 2013 Pondok Modern Darussalam Gontor 5; c. Anggota Bidang Hubungan Masyarakat (HUMAS) dan Harmonisasi Antar

Lembaga Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum 2015-2016; d. Ketua Komunitas Riset dan Debat Fakultas Hukum UMM 2016-2017. e. Ketua Divisi Advokasi dan Penelitian Lembaga Semi Otonom Judicial Watch

(JW), Fakultas Hukum UMM. f. Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Malang, Komisariat Hukum

UMM; g. Anggota Departemen Pengembangan Profesi Himpunan Mahasiswa Islam

Komisariat Hukum UMM 2017-2018; h. Wakil Sekretasris Umum (Wasekum) Bidang Kewirausahaan dan

Pengembangan Profesi Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Hukum UMM;

i. Pimpinan Badan Pengawas Pemilihan Umum Raya Universitas Muhammadiyah Malang 2017-2018;

j. Tim Riset and Development (RND) Batch 5 di Calon.SH.com 2017 k. Tim Konstultasi Hukum di Calon.SH.com tahun 2017. l. Manager Departemen Hukum Tata Negara Calon.SH.com tahun 2018.

Pengalaman Kerja

a. Tahun 2013-2014. Guru Pengajar di SMP Dzunurrain, Beji, Pasuruan, Jawa Timur dengan mata pelajaran Tafsir, Hadist, Sejarah dan Pendidikan Kewarganegaraan.

b. Tahun 2014-2016. Asistem Muda Laboratorium Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

c. Tahun 2016-2018. Asisten Laboratorium Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

Page 22: KONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN ... fileKONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK DI INDONESIA1 ... ketentuan peraturan perundang-undangan

21

Prestasi

a. Delegasi FH UMM dalam penelitian desa yang diadakan FORMAH-PK Universitas Brawijaya Malang, tahun 2015;

b. Researcher tim debat FH UMM dalam Diponegoro Law Fair 2015; c. Finalis Lomba Karya Tulis Ilmiah Airlangga Law Fair 2016; d. Delegasi debat FH UMM dalam kompetisi Debat Nasional Universitas Negeri

Semarang, tahun 2016; e. Pemakalah Call of Paper di Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang

2016; f. Researcher tim debat FH UMM dalam kompetisi Debat Konstitusi antar

Perguruan Tinggi Muhammadiyah se-Indonesia (Juara Umum), tahun 2016; g. Researcher tim debat FH UMM dalam kompetisi Debat Konstitusi regional

timur yang diselenggarakan Mahkamah Konstitusi (Juara 1) 2016; h. Researcher tim debat FH UMM dalam kompetisi Debat Konstitusi tingkat

nasional yang diselenggarakan Mahkamah Konstitusi, tahun 2016; i. Finalis Legal Opinion Kompetisi Ubaya Law Fair, tahun 2016; j. Best Participant dalam Paper Competition National Law Student Conference

2016, diselenggarakan oleh Universitas Airlangga; k. Finalis Legal Opinion Kompetisi Brawijaya Law Fair, tahun 2016; l. Penerima Beasiswa Pendidikan Bank CIMB-NIAGA tahun 2017. m. Delegasi FH UMM dalam Kompetisi Debat Hukum Nasional Diponegoro Law

Fair, tahun 2016; n. Juara 1 Debat Hukum, Piala Dekan Cup Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Malang; o. Juara 1 Debat Hukum Nasional Legal Expo, diselenggarakan oleh Universitas

Katolik Indonesia Atmajaya Jakarta, tahun 2017. p. Delegasi Debat Mahkamah Konstitusi tingkat regional Jawa Timur

diselenggarakan oleh Mahkamah Konstitusi bertempat di Universitas Jember, Tahun 2017.

q. Delegasi Debat Mahkamah Konstitusi tingkat Nasional diselenggarakan oleh Mahkamah Konstitusi bertempat di Pusdiklat-MK, Tahun 2017.

r. Juara 2 Kompetisi Legal Opinion tingkat Nasional, diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Universitas Andalas, Padang, 2017.

s. Juara 2 Kompetisi Legal Opinion tingkat nasional Brawijaya Law Fair VIII, diselenggarakan Universitas Brawijaya, Malang, 2017.

t. Finalis Call of Paper National Law Student Confrence 2017, Universitas Airlangga Surabaya.

u. Terbaik-3 Call of Essay Forum Mahasiswa Hukum Indonesia 2017, diselenggarakan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

v. Pemakalah dalam 2nd National Confrence Postgraduate Student Of Law 2017, diselenggarakan oleh Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

w. Juara 1 Essay Hukum Nasional Gebyar Pekan Hukum Syariah 2017, diselenggarakan oleh DEMA Fakultas Syariah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

Page 23: KONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN ... fileKONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK DI INDONESIA1 ... ketentuan peraturan perundang-undangan

22

x. Pembimbing Delegasi Debat Konstitusi tingkat regional Jawa Timur, diselenggarakan oleh MPR-RI, dan mendapatkan Juara 1, tahun 2018.

y. Pembimbing Delegasi Debat Konstitusi tingkat regional Jawa Timur, diselenggarakan oleh Mahkamah Konstitusi, dan mendapatkan Juara 1 Regiona; Timur, tahun 2018.

z. Pembimbing Delegasi Debat Konstitusi tingkat Nasional, diselenggarakan oleh Mahkamah Konstitusi, dan mendapatkan Juara 3 Nasional, tahun 2018.

Page 24: KONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN ... fileKONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK DI INDONESIA1 ... ketentuan peraturan perundang-undangan

23

DAFTAR RIWAYAT PENULIS II

Nama : Asri Rezki Saputra Tempat, Tanggal Lahir : Palu, 11 November 1996 Jenis Kelamin : Pria Agama : Islam Kewarganegaraan : Indonesia Alamat : Perumahan Dosen Blok D2 Nomor 19 Kota

Palu Nomor Handphone : 082240461174 Email : [email protected] Sosial Media : ➢ Instagram : @Ekisaputra80

➢ Line : rezky_saputra11 ➢ Whatsapp : 082240461174 ➢ Facebook : Rezki Saputra

Pendidikan:

SD Negeri 1 Sekeloa Kota Bandung

2009

SMP Negeri 19 Kota Palu 2012 SMA Labschool Untad Kota Palu 2015 Universitas Muhammadiyah Malang (Sedang Menempuh)

-

Pengalaman Organisasi:

1

Lembaga Seni Otonom Pusat Kajian Keilmuan dan Keislaman Fakultas Hukum UMM

Kepala Divisi Pendidikan Hukum

2016

Kepala Departemen Keilmuan

2017

2 Komisi Pemilu Raya Fakultas Hukum

Komisi C dan Advokasi 2016

3 Komisi Pemilu Raya Universitas

Komisi C 2017

4 Komunitas Riset dan Debat Fakultas Hukum

Ketua Umum 2017

5 Ikatan Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Sulawesi Tengah Cabang Kota Malang

Kepala Departemen External

2018

Seminar/Workshop/Pelatihan/Magang:

1

Pelatihan Aplikasi Teknologi Informasi yang diselenggarakan oleh Lembaga Informasi dan Komunikasi Divisi Pendidikan dan Pelatihan UMM

Peserta 2015

Page 25: KONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN ... fileKONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK DI INDONESIA1 ... ketentuan peraturan perundang-undangan

24

2 Pelatihan Legal Drafting yang diselenggarakan oleh Senat Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (SEM-U)

Peserta 2016

3 Pelatihan Pembentukan Kepribadian dan Kepemimpinan yang diselenggarakan oleh UPT. P2KK UMM

Peserta 2016

4

Seminar Nasional dengan tema “Menggagas Paradigma Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Ideal dalam Upaya Mewujudkan Kesejahteraan” Rakyat yang diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

Peserta 2017

5

Seminar Nasional dengan tema “Konstitusionalisme dan HAM: Konsepsi Tanggung Jawab Negara dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia” yang diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya

Peserta 2017

6

Seminar Nasional dengan tema “Kajian Kebijakan Pemerintah di Bidang Pariwisata dalam Menghadapi Era Sustainable Development Goals (SDGs) 2030” yang diselenggarakan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Peserta 2017

7 Pendidikan dan Latihan Kemahiran Hukum I yang diselenggarakan oleh Laboratorium Hukum Fakultas Hukum UMM

Peserta 2017

8

Seminar Guest Lecture dengan tema “The Role of Religion and Religious Freedom in Responding to Violent Extremism” yang diselenggarakan oleh Fakultas Hukum UMM

Peserta 2017

9 Pelatihan English for Specific Purposes (ESP) yang diselenggarakan oleh Languange Center UMM

Peserta 2017

10

Seminar Nasional dengan tema “Menakar Efektifitas Penyelenggaraan Pilkada Serentak: Demokrasi Langsung atau Demokrasi Partisipatif” yang diselenggarakan oleh Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Peserta 2018

12

Call For Paper dengan tema “Menagih Komitmen Pemerintah Mewujudkan Keadilan Sosial” yang diselenggarakan oleh Pusat Kajian Konstitusi & Pemerintah (PK2P) FH UMY bekerjasama dengan Majelis Hukum & HAM PP Muhammadiyah pada Tanggal 17 Juli

Pemakalah 2018

13 International Conference dengan judul “Harmonization Of Granting Land Rights For

Co-Authors

2018

Page 26: KONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN ... fileKONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK DI INDONESIA1 ... ketentuan peraturan perundang-undangan

25

Investment In Land-Law Perspectives In Indonesia” yang diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Universitas Jendral Soedirman pada tanggal 25-26 September

Kompetisi Yang Pernah Diikuti:

1

Kompetisi Debat Hukum Nasional Piala Munir Said Thalib Brawijaya Law Fair VII yang diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang

Peserta 2016

Kompetisi Legal Opinion Nasional Brawijaya Law Fair VIII yang diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang

Finalis 2017

2 Kompetisi Debat Nasional Festival Retorika (FESTKA) yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Malang

Juara 2 dan Best Speaker

2017

3

Kompetisi Debat Konstitusi Regional Jawa Timur yang diselenggarakan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI)

Juara harapan

2017

6

Kompetisi Debat Hukum Nasional PTAIN/PTAI Se-Indonesia Kalijaga Business Law Days yang diselenggarakan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Juara 2 2017

7 National Law Student Conference yang diselenggarakan oleh Universitas Airlangga Surabaya

Finalis 2017

8

Kompetisi Debat Konstitusi Mahasiswa Antar Perguruan Tinggi Se-Indonesia Tahap Regional Indonesia Timur yang diselenggarakan oleh Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Juara I 2018

9

Kompetisi Debat Konstitusi Mahasiswa Antar Perguruan Tinggi Se-Indonesia Tahap Nasional yang diselenggarakan oleh Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Juara III 2018

10

Lomba Opini Publik Nasional dengan tema “Indonesia Bebas Korupsi” yang diselenggarakan oleh Forum Duta Pendidikan Anti Korupsi Nasional

Peserta 2018

11 Kompetisi Legal Opinion Nasional Andalas Law Competition yang diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Universitas Andalas, Padang

Finalis 2018

Karya Tulis Ilmiah dan Artikel Yang Pernah Dipublikasi :

Page 27: KONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN ... fileKONTROVERSI HUKUM DAN ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK DI INDONESIA1 ... ketentuan peraturan perundang-undangan

26

1 Karya Ilmiah : Rekonstruksi Penanggulangan Tindak Pidana Terorisme Melalui Pelibatan Tni Dalam Penindakan Awal

2017

2 Karya Ilmiah : Pendapat Hukum Pengelolaan Tanah Ulayat dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

2017

3 Artikel : Ketika “Sang Pengadil” menjadi Terhukum (Harian Mercusuar Palu edisi 25 September)

2017

4 Artikel : Menakar Prospek Kekayaan Alam Di Bumi Nusantara (Harian Seputar Indonesia edisi 4 Januari)

2018

5 Artikel : Tugas Negara Penuhi Hak Kesehatan Warga (Harian Seputar Indonesia edisi 8 Februari)

2018

6 Artikel : Proyeksi Konstitusionalitas Sistem Presidensil dan Multi Partai dalam UU No. 7 Tahun 2017 (Harian Sulteng Raya edisi 28 Februari)

2018

7 Artikel : Kewenangan DPD Dalam Mengawasi Peraturan Daerah (Forum CalonSH.com edisi 14 Maret)

2018

8 Artikel : Pembaharuan Mahkamah Partai Politik: Solusi Menangani Dualisme Partai Politik (Forum CalonSH.com edisi 31 Maret)

2018

9 Artikel : Putusan Mahkamah Konstitusi: KPK Domain Lembaga Eksekutif, Tepatkah? (Forum CalonSH.com edisi 13 April)

2018

10 Artikel : Menimbang Legal Standing Pengujian Peraturan Daerah (Forum CalonSH.com edisi sedang proses)

2018

11 Artikel : Menakar Calon Tunggal Pemilihan Presiden Tahun 2019 (Forum CalonSH.com edisi sedang proses)

2018

12 Karya Ilmiah: Inkonsistensi Pengaturan Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat dalam Hukum Nasional 2018

13 Artikel : Hampa Moralitas, Etika dan Budaya (Harian Seputar Indonesia 30 Juli)

2018