Tugas Bahasa Indonesia1
-
Upload
dara-parksandara -
Category
Documents
-
view
290 -
download
0
Embed Size (px)
description
Transcript of Tugas Bahasa Indonesia1

BAB I
PENDAHULUAN
Pada umumnya orang mengetahui bahwa bahasa lndonesia yang sekarang
dipakai, berasal dari bahasa Melayu.Istilah bahasa Melayu sendiri mengacu pada
bahasa Melayu Riau, yaitu bahasa Melayu yang diajarkan di sekolah-sekolah
sebelum Perang Dunia II berkecamuk.Beberapa bahasa daerah juga memberikan
sumbangan kepada bahasa Indonesia, seperti bahasa Jawa, Sunda, dan lain-lain.
Bahkan, bahasa Indonesia juga mendapat sumbangan dari bahasa Barat. Hal ini
sama dengan berbagai buku tentang gramatika bahasa Melayu yang juga dapat
dianggap membicarakan bahasa Indonesia.
Melalui perjalanan sejarah yang panjang, bahasa Indonesia kian
mengalami perkembangan yg luar biasa, baik dari segi pemakainya, maupun dari
segi tata bahasa dan kosakatanya serta maknanya.. Di masa modern ini, bahasa
Indonesia bukan hanya dipelajari oleh bangsa Indonesia sendiri, namun juga
sudah menjadi pembelajaran bahasa asing untuk Negara lain. Sekarang ini, bahasa
Indonesia sudah dijadikan cerminan kepribadian yang baik bagi mahasiswa yang
menghargai sejarah perkembangan bahasa Indonesia itu sendiri. Mahasiswa
dituntut untuk berbahasa Indonesia yang baik, karena bahasa Indonesia itu sendiri
sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa Negara, yang memiliki fungsi juga
sebagai lingua franca yang berpotensi untuk mempersatukan seluruh bangsa dari
latar belakang budaya yang berbeda.

Bahasa sebagai alat komunikasi sudah tentu mempunyai peranan yang sangat aktif
dalam menunjang berbagai aktifitas hidup manusia.Terlebih lagi bahasa sebagai
alat komunikasi. Siapapun dia dan apapun predikat yang dijabat oleh setiap insan
pastilah tidak bisa terlepas dari bahasa, baik bahasa daerah, maupun di dalamnya
adalah bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Bermula dari itulah kita akan
mencoba membahas singkat bahasa Indonesia dari segi sejarah, fungsi, dan
kedudukannya sebagai bahasa nasional.
Latar Belakang
Seperti yang sudah disinggung pada pendahuluan, pada dasarnya bahasa
Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Melayu menyebar ke pelosok
nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di wilayah nusantara.
Karena semakin berkembang dan bertambah kokoh kebradaannya bahasa Melayu
mudah diterima oleh masyarakat nusantara sebagai bahasa perhubungan antar
pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan.Pada zaman
Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa perhubungan antar suku di
nusantara dan sebagai bahasa yang digunakan dalam perdagangan antara
pedangang dari dalam nusantara dari luar nusantara.Perkembangan bahasa Melayu
di wilayah nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa
persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia, oleh karena itu para Pemuda
Indonesia bergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat

bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia yang menjadi bahasa persatuan untuk
seluruh bangsa Indonesia.
Bahasa Indonesia adalah sebuah dialek bahasa Melayu yang menjadi bahasa resmi
Republik Indonesia. Kata “Indonesia” berasal dari dua kata bahasa Yunani, yaitu
Indos yang beraerti “India” dan nesos yang berarti “pulau”.Jadi kata Indonesia
berarti kepulauan India, atau kepulauan yang berada di wilayah India.
Bahasa Indonesia diresmikan pada kemerdekaan Indonesia, pada tahun
1945.Bahasa Indonesia merupakan bahasa dinamis yang hingga sekarang terus
menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan, maupun penyerapan dari
bahasa daerah dan asing. Bahasa Indonesia adalah dialek baku dari bahasa Melayu
yang pokoknya dari bahasa Melayu Riau sebagaimana diungkapkan oleh Ki Hajar
Dewantara dalam kongres Bahasa Indonesia I tahun 1939 di Solo, Jawa Tengah.
Pada tanggal 28 Oktober 1928 bahasa Indonesia secara resmi diakui bahasa
nasional. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional merupakan usulan
dari Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam
pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan bahwa :
“Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan
kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa
persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa
Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa
persatuan.”Jadi berawalnya bahasa Indonesia tidak terlepas dari sumpah pemuda
pada tanggal 28-10-1928, bahasa Indonesia mempunyai funguk,menjadi fungsi
majemuk, menjadi bahasa persatuan, bahasa Negara, bahasa resmi, bahasa

penghubung antarr individu, bahasa pergaulan, dan yang tak kalah penting sebagai
bahasa pengantar disemua sekolah Indonesia.
Pengertian Bahasa Indonesia
Secara umum bahasa didefinisikan sebagai lambang. Bahasa adalah alat
komunikasi yang berupa system lambang bunyi yang dihasilkan alat ucap
manusia. Pengertian bahasa Indonesia menurut dua para ahli dalam bahasa
Indoenesia yaitu:
Menurut prof. Dr. A. Teeuw bahasa Indonesia ialah bahasa penghubung
yang berabad-abad tumbuh dengan pecahan-pecahan dikalangan penduduk
Asia Selatan dan setelah bangkitnya pergerakan rakyat Indonesia pada
abad XX dengan insyaf diangkat dan mufakati serta dijunjung sebagai
bahasa persatuan.
Menurut Amin Singgih ialah bahasa yang dibuat, dimufakati dan diakaui
serta digunakan oleh masyarakat seluruh Indonesia sehingga sama sekali
bahasa dari unsur-unsur daerah yang belum umum dalam bahasa kesatuan.
Dengan kata lain, bahasa Indonesia ialah bahasa Melayu yang sudah
menyatu benar dengan bahasa suku-suku Melayu yang ada dalam bangsa
di kepulauan Nusantara. Adapun bahasa daerah yang disumbangkan,
betul-betul telah menyatu dan tidak lagi terasa sebagai bahasa daerah.
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia sebagaimana
disebutkan dalam Undang-Undang Dasar RI 1945, Pasal 36 yang menyatakan
bahwa, “Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”. Bahasa Indonesia juga

merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia sebagaimana disiratkan dalam
Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Meski demikian, hanya sebagian kecil dari
penduduk Indonesia yang benar-benar menggunakannya sebagai bahasa ibu,
karena dalam percakapan sehari-hari yang tidak resmi, masyarakat Indonesia lebih
suka menggunakan bahasa daerahnya masing-masing sebagai bahasa ibu seperti
bahasa Madura, bahasa Melayu pasar, bahasa Jawa, bahasa Sunda, dll. Untuk
sebagian besar masyarakat Indonesia lainnya, bahasa Indonesia adalah bahasa
kedua dan untuk taraf resmi bahasa Indonesia adalah bahasa pertama. Bahasa
Indonesia merupakan sebuah dialek bahasa Melayu yang menjadi bahasa resmi
Republik Indonesia sebagai bangsa Indonesia yang tentunya akan lebih berkesan
positif menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa nomor satu.
Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia
A. Sebelum Kemerdekaan
Di dalam suatu masyarakat, bahasa mempunyai suatu peranan yang penting dalam
memersatukan anggotanya. Sekelompok manusia yang menggunakan bahasa yang
sama akan merasakan adanya ikatan batin di antara sesamanya. Sejarah bahasa
Indonesia berjalan terus seiring dengan sejarah bangsa pemiliknya.
Membahas tentang sejarah perkembangan bahasa indonesia sebelum merdeka
tidak terjadi dalam suatu waktu yang singkat, tetapi mengalami proses
pertumbuhan berabad-abad lamanya

Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa melayu. Bahasa Melayu
adalah bahasa kebangsaan Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Bahasa
Indonesia yang berkedudukan sebagai bahasa kebangsaan dan bahasa resmi
Negara Republik Indonesia merupakan sebuah dialek bahasa Melayu, yang
pokoknya dari bahasa Melayu Riau (bahasa Melayu dari provinsi Riau, Sumatera,
Indonesia). Agaknya terlalu sederhana untuk mengatakan bahwa bahasa Indonesia
berasal dari bahasa Melayu Riau. Orang-orang lupa bahwa bahasa Melayu Riau
hanyalah merupakan satu dialek dari sekian banyak dialek Melayu yang lain. Dan,
di atas semua ini sudah terkenal di seluruh Nusantara suatu bahasa perhubungan,
suatu lingua franca yang di sebut dengan Melayu Pasar. Melayu Pasar inilah
yang merupakan faktor yang paling penting untuk di terimannaya Melayu Riau
sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah. Seandainya orang belum mengenal
Melayu Pasar, tentulah sama sulitnya pula menerima Melayu Riau menjadi bahasa
pengantar, seperti halnya dengan bahasa Jawa.
Nama Melayu mula-mula digunakan sebagai nama kerajaan tua di daerah Jambi
di tepi sungai Batanghari, yang pada pertengahan abad ke-7 ditaklukkan oleh
kerajaan Sriwijaya. Selama empat abad, kerajaan ini berkuasa di daerah Sumatera
Selatan bagian Timur dan di bawah pemerintahan raja-raja Syailendra bukan saja
menjadi pusat politik di Asia Tenggara, melainkan juga menjadi pusat ilmu
pengetahuan.
Pada awal abad ke-15 kerajaan Malaka di Semenanjung berkembang dengan
sangat cepat menjadi pusat perdagangan dan pusat pertemuan para pedagang dari

Indonesia, Tiongkok, dan dari Gujarat. Para pedagang dari Jawa pada waktu itu
dikuasai oleh Majapahit membawa rempah-rempah, Cengkih dan pala dari
Indonesia Timur ke Malaka. Hasil bumi di Sumatera yang berupa Kapur Barus,
Lada, Kayu Cendana, dan yang lainnya dibawa ke Malaka oleh para pedagang
dari Sumatera. Di Malaka mereka membeli barang-barang dagangan yang dibawa
oleh para pedagang dari Tiongkok dan Gujarat berupa Sutera dari India, Kain
Pelikat dari Koromandel, Minyak Wangi dari Persia, Kain dari Arab, Kain Sutera
dari Cina, Kain Bersulam dari Emas berasal dari Tiongkok, Kain Satin, Kipas dari
Tiongkok, dan barang-barang perhiasan yang lain.
Letak kota pelabuhan Malaka sangat menguntungkan bagi lalu lintas dagang
melalui laut dalam abad ke-14 dan 15. Semua kapal dari Tiongkok dan Indonesia
yang akan berlayar ke barat melalui Selat Malaka. Demikian pula semua kapal-
kapal dari negara-negara yang terletak di sebelah barat Malaka apabila berlayar ke
Tiongkok atau ke Indonesia juga melalui Selat Malaka, sebab pada saat itu,
Malaka adalah satu-satunya kota pelabuhan di Selat Malaka. Oleh karena itu,
Malaka menguasai perdagangan antara negara-negara yang terletak di daerah
utara, barat dan timurnya.
Perkembangan Malaka yang sangat cepat berdampak positif terhadap bahasa
Melayu. Sejalan dengan lalu lintas perdagangan, bahasa Melayu yang digunakan
sebagai bahasa perdagangan dan juga penyiaran agama Islam dengan cepat
tersebar ke seluruh Indonesia, dari Sumatera sampai ke kawasan Timur Indonesia.
Perkembangan Malaka sangat cepat, tetapi hanya sebentar, karena pada tahun
1511 Malaka ditaklukkan oleh angkatan laut Portugis dan pada tahun 1641

ditaklukkan pula oleh Belanda. Dengan kata lain, Belanda telah menguasai hampir
seluruh Nusantara.
Belanda, seperti halnya negara-negara asing yang lain sangat tertarik dengan
rempah-rempah Indonesia. Mereka tidak puas kalau hanya menerima rempah-
rempah dari pedagang Gujarat.Oleh karena itu, mereka datang sendiri ke daerah
rempah itu. Pada tahun 1596 datanglah pedagang Belanda ke daerah Banten di
bawah nama VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie). Tujuan utama mereka
adalah untuk berdagang, tetapi sejak tahun 1799 diambil alih oleh pemerintah
Belanda.Dengan demikian tujuannya bukan hanya untuk berdagang, melainkan
juga untuk tujuan sosial dan pendidikan.
Masalah yang segera dihadapi oleh Belanda adalah masalah bahasa pengantar.
Tidak ada pilihan lain kecuali bahasa Melayu yang dapat digunakan sebagai
bahasa pengantar, karena pada saat itu bahasa Melayu secara luas sudah
digunakan sebagai lingua franca di seluruh Nusantara. Pada tahun 1521, Pigafetta
yang mengikuti pelayaran Magelhaens mengelilingi dunia, ketika kapalnya
berlabuh di Tidore, menuliskan kata-kata Melayu.Hal ini membuktikan bahwa
bahasa Melayu yang berasal Indonesia sebelah utara telah tersebar luas sampai ke
daerah Indonesia sebelah Timur.
Dari hari ke hari kedudukan bahasa Melayu sebagai lingua franca semakin kuat,
terutama dengan tumbuhnya rasa persatuan dan kebangsaan di kalangan pemuda
pada awal abad ke-20 sekalipun mendapat rintangan dari pemerintah dan
segolongan orang Belanda berusaha keras menghalangi perkembangan bahasa
Melayu dan berusaha menjadikan bahasa Belanda sebagai bahasa Nasional di

Indonesia. Para pemuda yang tergabung dalam berbagai organisasi, para cerdik
pandai Indonesia berusaha keras mempersatukan rakyat. Mereka sadar bahwa
hanya dengan persatuan seluruh rakyat, bangsa Indonesia dapat menghalau
kekuasaan kaum penjajah dari bumi Indonesia dan mereka sadar juga hanya
dengan bahasa Melayu mereka dapat berkomunikasi dengan rakyat.
Untuk mengikuti pertumbuhan bahasa Indonesia dari awal mula terdapatnya
faktor-faktor historis hingga sekarang, baiklah kita mengikuti beberapa
perkembangan berikut.
a. Masa Prakolonial
Walaupun bukti-bukti tertulis masih kurang, dapatlah di pastikan bahasa yang di
pakai oleh kerajaan Sriwijaya pada abad VII adalah bahasa Melayu.
Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak lebih jelas dari berbagai
peninggalan – peninggalan bersejarah misalnya :
1. Tulisan yang terdapat pada Batu Nisan di Minye Tujoh, Aceh pada tahun 1380
M.
2. Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang, pada tahun 683.
3. Prasasti Talang Tuo, di Palembang, pada tahun 684.
4. Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada tahun 686.
5. Prasasti Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada tahun 688.
6. Bahasa Melayu yang ditulis dalam bahasa Arab sekitar abad ke-13 saat Islam
asuk ke Indonesia

Sriwijaya adalah sebuah kerajaan maritim yang memiliki armada perkapalan
untuk perdagangan.
Orang-orangnya menjelajahi seluruh pelosok tanah air, serta di mana-mana
memperkenalkan bahasa Melayu untuk mempermudah hubungan dagang dengan
semua penduduk Nusantara.Bukti-bukti tertulis untuk itu sulit ditemukan, kecuali
satu, yaitu di Pulau Jawa di daerah Kudu. Di situ terdapat sebuah prasasti yang
terkenal dengan nama Inskripsi Gandasuli yang berangka tahun 832. Berdasarkan
penelitian Dr. J.G. de Casparis di nyatakan bahwa bahasa yang di gunakan dalam
inskripsi itu adalah bahasa Melayu Kuno.Inilah satu-satunya bukti tertulis tentang
penyebaran dan pemakaian bahasa Melayu pada waktu itu.
Walaupun bukti tertulis hampir tidak ada, dengan adanya bermacam-macam
dialek Melayu yang tersebar di seluruh Nusantara seperti dialek Melayu Ambon,
Larantuka, Kupang Betawi, dan Manado, dapatlah di pastikan bahwa bahasa
Melayu sudah mengalami penyebaran seluas itu. Hal ini dikarenakan pada masa
Kerajaan Sriwijaya bahasa Melayu sudah berfungsi sebagai :
bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku-buku yang berisi aturan-aturan
hidup dan sastra
bahasa perhubungan antar suku di Indonesia
bahasa niaga dalam transaksi perdagangan, baik antarsuku yang ada di
Indonesia maupun terhadap pedagang-pedagang yang datang dari luar
Indonesia
bahasa resmi kerajaan

Dalam kesusastraan Tiongkok terdapat berita-berita tentang musafir-musafir Cina
yang bertahun-tahun tinggal di kota-kota Indonesia. Mereka mempergunakan
bahasa penduduk asli yang disebut Kwu’un Lun.I Tsing yang belajar di Sriwijaya
pada akhir abad VII mempergunakan juga bahasa itu. Mengingat adanya prasasti-
prasasti seperti di kemukakan di atas, dapat di simpulkan bahwa bahasa Kwu’un
Lun itu tidak lain dari bahasa Melayu Kuno.
Terdapat juga sebuah peninggalan berbentuk prasasti dari beberapa abad
kemudian, yaitu yang berangka tahun 1356.Prasasti ini cukup berarti karena
menggunakan bahasa prosa di selingi puisi. Hal ini di menunjukan bahasa
pemakaian bahasa Melayu pada waktu itu tidak hanya sebagai alat dalam
pergaulan sehari-hari, tetapi sudah di pakai pula dalam bentuk cerita yang
panjang-panjang.
Begitu pula dari tahun 1380 di Minye Tujoh, Aceh, terdapat sebuah batu nisan
yang berisi suatu model syair tertua. Sesudah tahun ini, antara abad XIV-XVII di
peroleh banyak hasil kesusastraan lama dalam bentuk pelipur lara, hikayat,
dongeng-dongeng, dan sebagainya. Tentu saja untuk mencapai tahap itu
diperlukan suatu masa perkembangan.
Dalam tahap perkembangan ini, baik bahasa maupun isi ceritanya, menerima
unsur-unsur dari luar untuk memperkaya dirinya, yaitu dari bahasa Sansekerta
dengan unsur-unsur Hindunya, dan dari bahasa Arab-persia dengan unsur-unsur
Islamnya.
b. Masa Kolonial

Ketika orang-orang Barat sampai di indonesia pada abad ke XVI, mereka
menghadapi suatu kenyataan, yaitu bahasa Melayu merupakan suatu bahasa resmi
dalam pergaulan dan bahasa perantara dalam perdagangan (lingua franca). Hal ini
dapat di buktikan dari beberapa kenyataan berikut.Seorang Portugis bernama
Pigafetta, setelah mengunjungi Tidore, menyusun semacam daftar kata pada tahun
1522; berarti sebelum itu bahasa Melayu sudah tersebar sampai Kepulauan
Maluku.
Baik bangsa Portugis maupun bangsa Belanda yang datang ke Indonesia
mendirikan sekolah-sekolah.Mereka terbentur pada soal bahasa pengantar.Usaha-
usaha untuk memakai bahasa Portugis atau bahasa Belanda sebagai bahasa
pengantar selalu mengalami kegagalan. Demikianlah pengakuan seorang Belanda
yang bernama Danckaerts dalam tahun 1631. Ia menyatakan bahwa kebanyakan
sekolah di Maluku itu memakai bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar.
Kegagalan di dalam memakai bahasa-bahasa Barat itu memuncak dengan
keluarnya suatu keputusan pemerintah kolonial, KB 1871 No. 104, yang
menyatakan bahwa pengajaran di sekolah-sekolah Bumi Putra, kalau tidak
digunakan bahasa Melayu, di berikan dalam bahasa daerah.
Pada masa penjajahan Belanda, bahasa Melayu juga tetap dipakai sebagai bahasa
perhubungan yang luas bukan hanya di sekolah-sekolah. Pemerintah Belanda
tidak mau menyebarkan pemakaian bahasa Belanda pada penduduk
pribumi.Dengan demikian, komunikasi di antara pemerintah dan penduduk
Indonesia dan di antara penduduk Indonesia yang berbeda bahasanya sebagian

besar dilakukan dengan bahasa Melayu. Selama penjajahan Belanda, terbit banyak
surat kabar yang dituis dalam bahasa Melayu.
c. Masa Pergerakan Kemerdekaan
Dengan lahirnya Budi Utomo pada tahun 1908 sebagai penggerakan
kemerdekaan, terasa sangat diperlukan suatu bahasa untuk mengikat bermacam-
macam suku bangsa di Indonesia. Pergerakan yang besar dan hebat hanya dapat
berhasil kalau semua rakyat diikutsertakan.Untuk itu mereka mencari suatu
bahasa yang dapat di pahami dan di pakai semua orang.
Pada mulanya memang sulit untuk menentukan bahasa mana yang akan menjadi
bahasa persatuan. Tiap perhimpunan pemuda, apakah Jong Java, Jong Sumatra.
Atau Jong Ambon, lebih suka menggunakan bahasa daerahnya sendiri. Budi
Utomo, misalnya lebih menekankan kebudayaan dan bahasa Jawa. Hal-hal
semacam ini di rasakan sangat menghambat persatuan dan kesatuan yang hendak
di capai.
Sementara itu dalam tahun 1908 oleh pemerintah kolonial didirikan suatu komisi
yang di sebut Comissie voor de Volkslectuur, di ketahui oleh Dr. G.A.J.
Hazeu.Kemudian, komisi ini diubah namanya menjadi Balai Pustaka dalam tahun
1917. Kegiatan badan ini adalah membantu penyebaran dan pendalaman bahasa
Melayu dengan menerbitkan buku-buku murah berbahasa Melayu, pada tahun
1918, dengan ketetapan Raja Belanda tanggal 25 Juni, anggota-anggota Dewan
Rakyat diberi kebebasan untuk mempergunakan bahasa Melayu dalam Volksraad.
Kesempatan ini kemudian ternyata tidak di gunakan semestinya.

Mengingat kesulitan-kesulitan untuk mempersatukan berbagai suku bangsa di
Indonesia, pada tahun 1926 Jong Java merasa perlu mengakui suatu bahasa daerah
sebagai media penghubung pemuda-pemudi Indonesia. Bahasa melayu dipilih
sebagai bahasa pengantar. Pemuda-pemudi di Sumatra sudah lebih dulu
menyatakan dengan tegas hasrat mereka agar bahasa Melayu Riau, yang juga
disebut Melayu Tinggi, diakui sebagai bahasa persatuan. Walaupun dengan
adanya hasrat yang tegas ini, sebagai majalah Jong Java dan Jong Sumatranen
Bond masih di tulis dalam bahasa Belanda.
Perlu pula dicatat jasa beberapa surat kabar yang turut menyebarluaskan bahasa
Melayu, seperti Bianglala, Bintang Timoer, Kaum Moeda, dan Neratja. Di
samping pengaruhnya yang sangat besar dalam perkembangan bahasa Melayu,
media tersebut sekaligus menjadi penghubung dan tempat latihan bagi putra-putri
Indonesia untuk mengutarakan berbagai macam masalah.
Dengan adanya bermacam-macam faktor seperti disebutkan diatas, akhirnya
tibalah saat diadakan Kongres Pemuda Indonesia di Jakarta, yaitu pada tanggal 28
Oktober 1928. Sebagai hasil yang paling gemilang dari kongres itu, diadakan ikrar
bersama yang terkenal dengan nama Sumpah Pemuda, yang berbunyi:
Kami poetera dan poeteri Indonesia
mengakoe bertoempah darah satoe,
Tanah Air Indonesia.
Kami poetera dan poeteri Indonesia
mengakoe berbangsa satoe,

Bangsa Indonesia.
Kami poetera dan poeteri Indonesia
Mendjoendjoeng bahasa persatoean,
Bahasa Indonesia.
Dari ketiga butir di atas yang menjadi perhatian adalah butir ketiga. Butir
ketiga itulah yang dianggap sesuatu yang luar biasa. Dikatakan demikian, sebab
negara-negara lain, khususnya negara tetangga kita, membuat mencoba untuk
membuat hal yang sama selalu mengalami kegagalan yang dibarengi dengan
bentrokan sana-sini. Oleh pemuda kita, kejadian itu dilakukan tanpa hambatan
sedikitpun, sebab semuanya telah mempunyai kebulatan tekad yang sama. Kita
patut bersyukur dan angkat topi kepada mereka.
Demikianlah, tanggal 28 Oktober merupakan hari yang amat penting,
merupakan hari pengangkatan atau penobatan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan, atau dengan kata lain sebagai bahasa Nasional.
Pengakuan dan pernyataan yang diikrarkan pada tanggal 28 Oktober 1928
itu tidak akan ada artinya tanpa diikuti usaha untuk mengembangkan bahasa
Indonesia, meningkatkan kemampuan bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional.
Sebagai realisasi usaha itu, pada tahun 1939 para Cendekiawan dan Budayawan
Indonesia menyelenggarakan suatu Kongres, yaitu Kongres Bahasa Indonesia I di
Solo, Jawa Tengah. Dalam Kongres itu Ki Hajar Dewantara menegaskan bahwa
"Jang dinamakan 'bahasa Indonesia' Jaitoe bahasa Melajoe Jang Soenggoehpoen
pokoknya berasal dari 'Melajoe Riau' akan tetapi Jang Soedah ditambah, dioebah

atau dikoerangi menoeroet keperloean zaman dan alam baharoe, hingga bahasa
itoe laloe moedah dipakai oleh rakjat diseloeroeh Indonesia, pembaharoean
bahasa malajoe hingga menjadi bahasa Indonesia itoe haroes dilakoekan
olehkaoem ahli jang beralam baharoe,ialah alam kebangsaan Indonesia".
Oleh karena itu, kongres pertama ini memutuskan bahwa buku-buku tata bahasa
yang sudah ada tidak memuaskan lagi, tidak sesuai dengan perkembangan bahasa
Indonesia sehingga perlu disusun tata bahasa baru yang sesuai dengan
perkembangan bahasa.
Hingga berakhirnya kekuasaan Belanda di Indonesia pada tahun 1942 tak satu
keputusan pun yang telah dilaksanakan karena pemerintah Belanda tidak merasa
perlu melaksanakan keputusan-keputusan itu. Barulah pada masa pendudukan
Jepang Bahasa Indonesia memperoleh kesempatan berkembang karena
pemerintah Jepang seperti halnya pemerintah penjajah yang lain sesungguhnya
bercita-cita menjadikan bahasa resmi di Indonesia terpaksa menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa resmi pemerintahan dan sebagai bahasa pengantar di
sekolah-sekolah. Perkembangan berjalan dengan sangat cepat sehingga pada
waktu kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945,
bahasa Indonesia telah siap menerima kedudukan sebagai bahasa Negara, seperti
yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV, Pasal 36.
B. Setelah Kemerdekaan
Peristiwa peristiwa penting yang berkaitan dengan perkembangan bahasa
melayu atau indonesia setelah kemerdekaan;

1. Pada tanggal 18 agustus 1945 di tandatanganilah UUD 1945, yang salah satu
pasalnya (pasal 36) menetapkan bahwa, “Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”.
Dengan demikian, disamping kedudukan sebagai bahasa nasional, bahasa
Indonesia juga berkedudukan sebagai bahasa negara. Sebagai bahasa negara,
bahasa Indonesia dipakai dalam semua urusan yang berkaitan dengan
pemerintahan dan negara.
2. Pada tanggal 19 maret 1947 di resmikan penggunaan ejaan Republik ( ejaan
soewandi ) sebagai pengganti ejaan Van Ophuysen yang berlaku sebelumnya
3. Kongres bahasa indonesia II di medan pada 28 oktober - 2 november 1954 adalah
juga salah satu perwujudan tekat bangsa indonesia untuk terus-menerus
menyempurnakan bahasa indonesia yang diangkat sebagai bahasa nasional dan
ditetapkan sebagai bahasa negara.
4. Pada tanggal 16 Agustus 1972, presiden republik Indonesia meresmikan
penggunaan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan melalui pidato
kenegaraan didepan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan keputusan presiden
nomor 57 tahun 1972.
5. Tanggal 31 Agustus 1972, menteri pendidikan dan kebudayaan menetapkan
pedoman umum ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan dan pedoman umum
pembentukan istilah resmi berlaku diseluruh indonesia.
6. Kongres bahasa indonesia III, yang diselenggarakan di jakarta pada 28 oktober –
2 november 1978 yaitu selain untuk memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan dan
perkembangan indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan
kedudukan dan fungsi bahasa indonesia. (Lihat Badudu, 1975:8-10)
7. Kongres bahasa Indonesia IV diselenggarakan di jakarta pada tanggal 21 oktober
- 6 november 1983 dalam rangka memperingati hari sumpah pemuda yang ke-55
bahwasannya pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih
ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum dalam Garis-garis Besar Haluan
Negara (GBHN), mewajibkan kepada masyarakat indonesia untuk menggunakan
bahasa indonesia dengan baik dan benar.
8. Kongres bahasa Indonesia V diselenggarakan di jakarta pada 28 oktober – 3
november 1988 dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa, yakni kamus besar bahasa indonesia dan tata bahasa baku
bahasa indonesia.
9. Kongres bahasa Indonesia VI diselenggarakan di jakarta pada 28 oktober – 2
november 1993 mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia serta disusunnya UU
Bahasa Indonesia.
10. Kongres bahasa Indonesia VII diselenggarakan di Hotel Indonesia pada 26
oktober – 30 oktober 1998 mengusulkan dibentuknya badan pertimbangan Bahasa
dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Keanggotaan terdiri dari tokoh masyarakat dan pakar yang mempunyai
kepedulian terhadap Bahasa dan Sastra.
b. Tugasnya memberikan nasehat kepada Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa serta mengupayakan peningkatan status kelembagaan Pusat Pembinaan
dan Pengembangan.
11. Kongres bahasa Indonesia VIII diselenggarakan di jakarta pada 14 – 17 oktober
2003
12. Kongres IX Bahasa Indonesia membahas tiga persoalan utama: 1) bahasa
Indonesia; 2) Bahasa daerah; dan 3) penggunaan bahasa asing. Tempat kongres di
Jakarta, pada 28 oktober – 1 november 2008 di Hotel Bumi Karsa, Jakarta
Selatan. Yang bertujuan meningkatkan peran bahasa dan sastra Indonesia dalam
mewujudkan insan Indonesia cerdas, kompetitif menuju Indonesia yang
bermartabat, berkepribadian, dan berperadaban unggul.
B. Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia
Dalam perkembangan bahasa indonesia setelah merdeka.Negara indonesia
mengalami perkembangan dalam pemakaian ejaan dari setelah kemerdekaan
sampai dengan ejaan sekarang, diantaranya:

1) Ejaan Van Ophuysen
Ejaan yang pertama berlaku di indonesia adalah ejaan Van Ophuysen, pada
tahun 1901. Peraturan ini di buat dalam buku CH. A. Van Ophuysen yang di
namakan Kitab Logat Malajoe.
Hal-hal yang menonjoldalamejaaniniadalahsebagaiberikut.
Huruf ï untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya harus
disuarakan tersendiri dengan dipotong seperti mulaï dengan ramai. Juga
digunakan untuk menulis huruf y seperti dalam Soerabaïa.
Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb.
Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.
Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata
kata ma’moer, ’akal, ta’, pa’, dan sebagainya.
2) Ejaan Soewandi
Padatanggal 19 Maret 1947 ejaan Soewandidiresmikanmenggantikanejaan van
Ophuijsen. Ejaan baruituolehmasyarakatdiberijulukanejaanRepublik.
Hal-hal yang perlu diketahuisehubungandenganpergantianejaanitu
adalahsebagaiberikut
1) Hurufoedigantidengan u, seperti pada guru, itu, umur.
2) Bunyihamzahdanbunyisentakditulisdengan k, sepertipada kata-kata tak, pak,
maklum, rakjat.
3) Kata ulangbolehditulisdenganangka2, seperti anak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.
4) Awalan di- dan kata depan di kedua-duanyaditulisserangkaidengan kata yang
mengikutinya, seperti kata depan di padadirumah, dikebun,
disamakandenganimbuhan di- padaditulis, dikarang.
Namun, setelahmengalamiperkembanganbahasa Indonesia mengalami
perubahanhinggamenjadiejaanbahasa Indonesia yang disempurnakan, tetapi
sebelumnyaejaanMelindojugapernahdigunakan ejaanSoewandi.
3) Ejaan Melindo
EjaanMelindo adalah sistem Ejaan Latin yang termuat dalam Pengumuman
Bersama Edjaan Bahasa Melajoe-Indonesia (Melindo)(1959) sebagai hasil usaha

penyatuan sistem ejaan dengan huruf latin di indonesia dan persekutuan bahasa
melayu. Keputusan ini dilakukan dalam Perjanjian Persahabatan Indonesia dan
Malaysia pada tahun 1959. Sistem ini tidak pernah sampai diterapkan.
4) Ejaan EYD
Selanjutnya, Pada 16 agustus 1972, H.M.Soeharto, Presiden RI, meresmikan
penggunaan ejaan bahasa indonesia yang di sempurnakan ( EYD ) melalui pidato
kenegaraan di hadapan sidang DPR yang di kuatkan pula dengan keputusan
presiden No. 57 tahun 1972.
C. Pergeseran Kode – kode Kebahasaan
Peristiwa kebahasaan merupakan kenyataan linguistik dalam masyarakat
multilingual. Adapun yang dimaksud dengan komunitas multilingual atau
multibahasa adalah kelompok social tertentu yang didalamnya terdapat beberapa
macam kode kebahasaan yang biasa digunakan dalam peristiwa pertuturan
antarwarganya.Kode – kode bahasa yang terdapat dalam masyarakat multilingual
memiliki peran dan fungsi yang berbeda-beda, ada kode bahasa yang dianggap
sopan atau santun, ada pula kode kebahasaan yang dianggap biasa-biasa saja,
malahan ada kode kebahasaan yang dipandang kaku dan kasar.Pada saat dua
orang remaja putra dan putri yang mulai berkenalan dan saling menyapa secara
formal dengan sebutan ‘mas’ dan ‘mbak’. Tetapi setalah persahabatan menjadi
semakin akrab, penyapaan berubah menjadi ‘situ’dan ‘situ’( Indonesia: ‘kamu –
kamu’). Jika pada saat sudah menjadi pasangan kekasih mereka akan mengubah
sapaan lagi menjadi ‘mas’ dan ‘dik’. Kelak jika menikah mereka akan saling
menyapa ‘pa’ dan ‘ma’. Perubahan kode sapaan juga dilatarbelakangi oleh
maksud dan tujuan yang jelas, manakala tingkat keakraban persahabatan berubah
atau hubungan mereka tidak dapat lagi dipertahankan, bisa jadi pergeseran kode
kebahasaan itu akan cepat berbalik mundur bahkan bisa menjadi relatife kasar dan
memiliki konotasi yang tidak menyenangkan. Sehingga pergeseran kode
kebahasaan akan menimbulkan kompleksitas dalam pembelajaran dan
pemahaman bahasa yang bersangkutan.

D. Pergeseran Makna Leksikon Bahasa
Bahasa bergeser, berubah secara terus menerus dan selalu terjadi di sepanjang
waktu. Bukti dari pergeseran bahasa yang paling gampang dilihat dan dicermati
oleh siapapun adalah pada aspek leksikon bahasa atau kosakata bahasa yang
bersangkutan. Perubahan dan pergeseran ini dapat terjadi karena ada
penambahan, pengurangan, atau mungkin malahan penghilangan lantaran terjadi
proses pelenyapan. Jadi, di bumi sekeliling kita ini ada juga sosok bahasa yang
berubah terus dan bergerak maju, tetapi ada juga sosok bahasa yang bergerak
mundur, bahkan ada juga yang hilang menyelap hingga habis ditelan
waktu.Kenyataan linguistik yang disebut pertama membuktikan adanya
perkembangan atau wujud bahasa itu sendiri. Kenyataan yang kedua dari adanya
fakta penciutan atau penyempitan leksikon bahasa.
Kenyataan adanya leksikon bahasa yang berproses menghilang atau melenyap ,
dapat ditemukan pada kasus pena yang pada awalnya hanya bermakna selembar
bulu angsa , tetapi sekarang sudah hilang lenyap, dan kini masih ada hanya
gambar ikonnya atau simbolnya saja. Lalu, kini muncul yang baru yakni yang
menunjuk pada sosok alat tulis bercinta.
Contoh di atas merupakan pernyataan bahwa semakin maju Negara kita maka
semakin berkembang pula kebahasaan kita. Tetapi, di sisi lain makna leksikon itu
menciut jangkauannya, bahkan ada yang menghilang atau melenyap dinamika
perubahannya. Cukup banyak factor yang dapat dianggap sebagai sosok penyebab
terjadinya kenyataan kebahasaan yang demikian itu. Mungkin sa ja karena factor
kadar kedekatan relasi bahasa dengan masyarakat pemiliknya dan sosok
kebudayaan yang menjadi wadahnya.

FUNGSI DAN PERANAN BAHASA INDONESIA BAGI
BANGSA INDONESIA
Fungsi bahasa secara umum :
1. Sebagai alat untuk berkespresi
Contohnya;mampu menggungkapkan gambaran,maksud ,gagasan, dan perasaan.
Melalui bahasa kita dapat menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat
di dalam dada dan pikiran kita, sekurang-kurangnya dapat memaklimkan
keberadaan kita. Misalnya seperti seorang penulis buku, mereka akan
menuangkan segala seseuatu yang mereka pikirkan ke dalam sebuah tulisan tanpa
memikirkan si pembaca, mereka hanya berfokus pada keinginan mereka sendiri.
Sebenarnya ada 2 unsur yang mendorong kita untuk mengekspresikan diri, yaitu:
(1) Agar menarik perhatian orang lain terhadap kita;
(2) Keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi.
2. Sebagai alat komunikasi
Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita,
melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan
sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan,
merencanakan dan mengarahkan masa depan kita (Gorys Keraf, 1997 : 4).
Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi
tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh
orang lain.
Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki
tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin menyampaikan
gagasan dan pemikiran yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat
orang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain.

Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli atau menanggapi hasil pemikiran
kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi
perhatian utama kita.Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan
kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita.
Pada saat kita menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, antara lain kita juga
mempertimbangkan apakah bahasa yang kita gunakan laku untuk dijual. Oleh
karena itu, seringkali kita mendengar istilah “bahasa yang komunikatif”.
Misalnya, kata makro hanya dipahami oleh orang-orang dan tingkat pendidikan
tertentu, namun kata besar atau luas lebih mudah dimengerti oleh masyarakat
umum..Dengan kata lain, kata besar atau luas,dianggap lebih komunikatif karena
bersifat lebih umum. Sebaliknya, kata makro akan memberikan nuansa lain pada
bahasa kita, misalnya, nuansa keilmuan, nuansa intelektualitas, atau nuansa
tradisional.
3. Alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial
Pada saat kita beradaptasi kepada lingkungan sosial tertentu, kita akan memilih
bahasa yang akan kita gunakan bergantung pada situasi dan kondisi yang kita
hadapi. Kita akan menggunakan bahasa yang berbeda pada orang yang berbeda.
Kita akan menggunakan bahasa yang nonstandar di lingkungan teman-teman dan
menggunakan bahasa standar pada orang tua atau orang yang kita hormati.
Dalam mempelajari bahasa asing, kita juga berusaha mempelajari bagaimana cara
menggunakan bahasa tersebut. Misalnya, pada situasi apakah kita akan
menggunakan kata tertentu, kata manakah yang sopan dan tidak sopan. Jangan
sampai kita salah menggunakan tata cara berbahasa dalam budaya bahasa tersebut.
Dengan menguasai bahasa suatu bangsa, kita dengan mudah berbaur dan
menyesuaikan diri dengan bangsa tersebut.
4.Sebagai alat kontrol sosial
Kontrol sosial ini dapat diterapkan pada diri kita sendiri atau kepada
masyarakat.Berbagai penerangan, informasi, maupun pendidikan disampaikan
melalui bahasa.Buku-buku pelajaran, buku-buku instruksi, ceramah agama

(dakwah), orasi ilmiah atau politik adalah contoh penggunaan bahasa sebagai alat
kontrol sosial.
Selain itu, kita juga sering mengikuti diskusi atau acara bincang-bincang (talk
show) di televisi dan radio, iklan layanan masyarakat atau layanan sosial
merupakan salah satu wujud penerapan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Semua
itu merupakan kegiatan berbahasa yang memberikan kepada kita cara untuk
memperoleh pandangan baru, sikap baru, perilaku dan tindakan yang baik. Di
samping itu, kita belajar untuk menyimak dan mendengarkan pandangan orang
lain mengenai suatu hal.
Contoh lain yang menggambarkan fungsi bahasa sebagai alat kontrol sosial yang
sangat mudah kita terapkan adalah sebagai alat peredam rasa marah. Menulis
merupakan salah satu cara yang sangat efektif untuk meredakan rasa marah kita.
Tuangkanlah rasa dongkol dan marah kita ke dalam bentuk tulisan.Biasanya, pada
akhirnya, rasa marah kita berangsur-angsur menghilang dan kita dapat melihat
persoalan secara lebih jelas dan tenang.

A.Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional
Dua momen penting keberadaan bahasa Indonesia adalah sumpah pemuda dan
UUD 1945. Dengan Sumpah Pemuda mendapatkan bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional yang berfungsi:
1.Lambang Kebanggaan Nasional
Bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai budaya yang mendasari rasa
kebangsaan.Melalui bahasa bangsa Indonesia menyatukan harga diri dan nilai-
nilai budaya yang dijadikan pegangan hidup. Ini menunjukkan Indonesia sanggup
mengatasi perbedaan yang ada. Atas dasar kebanggaan inilah, bangsa Indonesia
terpelihara dan berkembang serta rasa kebanggaan memakainya terus terbina.
2.Lambang Identitas Nasional
Derajat bahasa Indonesia sama dengan bendera dan lambang Negara Indonesia.
Untuk membangun kepercayaan diri yang kuat, sebuah bangsa memerlukan
identitas, di antaranya dapat diwujudkan melalui bahasanya. Dengan adanya
sebuah bahasa yang dapat mengatasi berbagai bahasa dan suku bangsa yang
berbeda dapat mengedentikkan diri sebagai suatu bangsa melalui bahasa tersebut.
Di dalam melaksanakan fungsinya, bahasa Indonesia harus memiliki ciri khas
sehingga serasi dengan lambang-lambang kebangsaan yang lain. Hal tersebut
menuntut masyarakat pemilik dan pemakaiannya untuk membina dan

mengembangkan sedemikian rupa sehingga bersih dari unsur-unsur lain, baik
daerah maupun asing .
3. Alat Pemersatu Berbagai Suku Bangsa
Sebagai alat pemersatu bahasa, bahasa Indonesia membuat kita dapat
berhubungan satu dengan yang lainnya sedemikian rupa sehingga
kesalahpahaman sebagai akibat perbedaan latar belakang budaya dan bahasa dapat
terhindarkan. Kalau tidak ada sebuah bahasa, seperti bahasa Indonesia yang bisa
menyatukan suku-suku bangsa yang berbeda, akan banyak muncul masalah
perpecahan bangsa , dan kita tidak dapat bepergian keseluruh pelosok tanah air
dengan memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai satu-satunya alat komunikasi.
4. Alat Penghubung Antar Daerah dan Budaya
Sebagai alat penghubung antar daerah dan antar budaya, bahasa Indonesia
memungkinkan berbagai suku bangsa yang berbeda itu mencapai keserasian hidup
sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak perlu meninggalkan identitas kesukuan
dan kesetian kepada nilai-nilai sosial budaya serta bahasa daerah yang
bersangkutan. Bahasa Indonesia telah menunjukkan kemampuannya sejak
berabad-abad yang lalu, semenjak bahasa tersebut bernama bahasa Melayu.
Bahasa Indonesia juga dapat mengadakan tali marga atau komunikasi dengan
suku-suku bangsa yang menghuni kawasan Indonesia. Bahasa Indonesia mampu
menghubungkan jarak antara suku dengan suku lama, baik yang disebabkan oleh

faktor geografi maupun latar belakang sosial budaya dan bahasa daerah yang
berbeda-beda.
B. Fungsi Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara
Pada perjalanan selanjutnya bahasa Indonesia menjadi bahasa negara pada
tahun 1945, dimulai dengan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dan
diikuti diundangkannya Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.
Selain fungsinya sebagai bahasa Nasional, bahasa Indonesia dalam UUD 1945,
Bab XV, pasal 36 juga dinyatakan sebagai bahasa Negara yang mempunyai
fungsi:
1. Bahasa Resmi Negara
Di dalam hubungannya dengan fungsi ini, bahasa Indonesia dipakai dalam
urusan-urusan kenegaraan. Dalam hal ini pidato-pidato resmi, segala upacara ,
peristiwa, dan kegiatan kenegaraan baik secara lisan maupun tulis. Dokumen-
dokumen dan keputusan-keputusan serta surat-surat yang dikeluarkan oleh badan-
badan kenegaraan lainnya, ditulis dalam bahasa Indonesia. Pidato kenegaraan dan
penjelasan-penjelasan pemerintah kepada masyarakat di sampaikan dalam bahasa
Indonesia.
2. Bahasa Pengantar dalam Pendidikan
Telah dibuktikan bahwa sejak bangsa Indonesia diproklamasikan sebagai
negara 17-8-1945, bahasa Indonesia telah digunakan sebagai pengantar dalam

dunia pendidikan menggantikan bahasa Belanda, kecuali TK dan tiga tahun SD,
penggunaan bahasa daerah belum sama sekali dapat dihilangkan mengingat
bahasa Indonesia masih dianggap sebagai kedua. Bahasa Indonesia merupakan
satu-satunya bahasa yang dapat memenuhi kebutuhan akan bahasa yang seragam
dalam pendidikan di Indonesia. Namun perkembangan membuktikan bahasa
Indonesia semakin banyak digunakan sebagai bahasa pengantar pendidikan dari
semua jenjang dan jalur pendidikan.
3. Alat Penghubung Pada Tingkat Nasional
Di dalam hubungan dengan fungsi, bahasa Indonesia bukan saja sebagai
alat penghubung antar daerah dan suku, melainkan juga sebagai alat penghubung
di dalam masyarakat yang sama latar belakang sosial budaya dan bahasa. Kalau
ada lebih dari satu bahasa yang dipakai sebagai alat perhubungan, keefektifan
pembangunan dan pemerintahan akan terganggu karena akan diperlukan waktu
yang lebih lama dalam berkomunikasi.
4. Alat Pengembang Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan , dan Teknologi
Ilmu pengetahuan dan teknologi disebarkan baik melalui penulisan
maupun penerjemahan buku-buku teks serta penerapan teknologi dan
penyajiannya di lembaga-lembaga pendidikan dan masyarakat. Penulisan buku-
buku untuk masyarakat umum dan melalui sarana-sarana lain di luar lembaga-
lembaga pendidikan dilaksanakan dengan menggunakan bahasa Indonesia.

C. Peranan Bahasa Indonesia
Peranan bahasa Indonesia bagi bangsa Indonesia adalah bahasa merupakan
sarana utama untuk berpikir dan bernalar, seperti yang telah dikemukakan bahwa
manusia berpikir tidak hanya dengan otak.Dengan bahasa ini pula manusia
menyampaikan hasil pemikiran dan penalaran, sikap, serta perasaannya. Bahasa
ini juga berperan sebagai alat penerus dalam bidang sebagai berikut:
1. Bagi Pendidikan Bangsa
Pendidikan sastra dan bahasa Indonesia mempunyai peranan yang penting
didalam dunia pendidikan. Seperti di dalam kehidupan sehari-hari menggunakan
bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Oleh karena itu, harus mempelajari
ilmu pendidikan tentang bahasa dan sastra Indonesia. Agar dapat belajar dan
mengetahui bagaimana cara menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan
benar. “Terutama bagi calon pendidik, pendidikan bahasa dan sastra Indonesia
dirasakan memang sangat penting. Karena ketika seorang pendidik memberikan
pengajaran kepada anak-anak didiknya, ia harus bisa menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar. Apabila seorang pendidik mengunakan bahasa
yang kurang baik, maka akan dicontoh oleh anak-anak didiknya.”
2. Mencerdaskan Kehidupan Bangsa
Sudah 67 tahun bangsa Indonesia merdeka, begitu juga telah 67 tahun pula bahasa
Indonesia memiliki legalitas menjadi bahasa pengantar di negeri ini. Dalam
perjalanan kehidupan bangsa, bahasa Indonesia telah terbukti membawa bangsa

Indonesia padakemajuan peradaban. Bahasa persatuan yang dikumandangkan
pada 1928, para pemuda Indonesia mampu mengubah perjuangan mengusir
penjajah yang parsial menjadi nasional.Perjalanan menuju persatuan nasional ini
melewati upaya-upaya pembelajaran bahasa Indonesia, upaya-upaya membentuk
satu komunitas bahasa, yang bertujuan mulia kemerdekaan bangsa
Indonesia.Tentu tidak mengingkari, bahwa hasil pembelajaran menuju persatuan
bahasa ini berdampak pencerdasan bangas. Dari sejarah kelahiran bahasa
Indonesia ini kemudian bermunculanlan bidang-bidang penerbitan yang
mencetakterbitan dari buku sampai majalah, sehingga mau tidak mau membuka
mata bangsa Indonesia untuk melihat dunia, yang padagilirannya, melalui bahasa
Indonesia ini keterbukaan pola pikir masyarakat, wawasan masyarakat,
pendidikan masyarakat.
Peristiwa-peristiwa yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Indonesia
1. Budi Otomo.
Pada tahun 1908, Budi Utomo yang merupakan organisasi yang bersifat
kenasionalan yang pertama berdiri dan tempat terhidupnya kaum terpelajar bangsa
Indonesia, dengan sadar menuntut agar syarat-syarat untuk masuk ke sekolah
Belanda diperingan,. Pada kesempatan permulaan abad ke-20, bangsa Indonesia
asyik dimabuk tuntutan dan keinginan akan penguasaan bahasa Belanda sebab
bahasa Belanda merupakan syarat utama untuk melanjutkan pelajaran menambang
ilmu pengetahuan barat.
1. Sarikat Islam.

Sarekat islam berdiri pada tahun 1912. mula-mula partai ini hanya bergerak
dibidang perdagangan, namun bergerak dibidang sosial dan politik jga. Sejak
berdirinya, sarekat islam yang bersifat non kooperatif dengan pemerintah Belanda
dibidang politik tidak perna mempergunakan bahasa Belanda. Bahasa yang
mereka pergunakan ialah bahasa Indonesia.
1. Balai Pustaka.
Dipimpin oleh Dr. G.A.J. Hazue pada tahu 1908 balai pustaku ini
didirikan.Mulanya badan ini bernama Commissie Voor De Volkslectuur, pada
tahun 1917 namanya berubah menjadi balai pustaka.Selain menerbitkan buku-
buku, balai pustaka juga menerbitkan majalah.
Hasil yang diperoleh dengan didirikannya balai pustaka terhadap perkembangan
bahasa melau menjadi bahasa Indonesia dapat disebutkan sebagai berikut :
1. Meberikan kesempatan kepada pengarang-pengarang bangsa Indonesia
untuk menulis cerita ciptanya dalam bahasa melayu.
2. Memberikan kesempatan kepada rakyat Indonesia untuk membaca hasil
ciptaan bangsanya sendiri dalam bahasa melayu.
3. Menciptakan hubungan antara sastrawan dengan masyarakat sebab melalui
karangannya sastrawan melukiskan hal-hal yang dialami oleh bangsanya
dan hal-hal yang menjadi cita-cita bangsanya.
4. Balai pustaka juga memperkaya dan memperbaiki bahasa melayu sebab
diantara syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh karangan yang akan
diterbitkan di balai pustaka ialah tulisan dalam bahasa melayu yang
bersusun baik dan terpelihara.
5. Sumpah Pemuda.
Kongres pemuda yang paling dikenal ialah kongres pemuda yang
diselenggarakan pada tahun 1928 di Jakarta. Padahal sebelumnya, yaitu tahun
1926, telah pula diadakan kongres p[emuda yang tepat penyelenggaraannya juga
di Jakarta. Berlangsung kongres ini tidak semata-mata bermakna bagi

perkembangan politik, melainkan juga bagi perkembangan bahasa dan sastra
Indonesia.
Dari segi politik, kongres pemuda yang pertama (1926) tidak akan bisa
dipisahkan dari perkembangan cita-cita atau benih-benih kebangkitan nasional
yang dimulai oleh berdirinya Budi Utomo, sarekat islam, dan Jon Sumatrenan
Bond. Tujuan utama diselenggarakannya kongres itu adalah untuk
mempersatukan berbagai organisasi kepemudaan pada waktu itu.
Pada tahun itu organisasi-organisasi pemuda memutuskan bergabung
dalam wadah yang lebih besar Indonesia muda.Pada tanggal 28 Oktober 1928
organisasi pemuda itu mengadakan kongres pemuda di Jakarta yang menghasilkan
sebuah pernyataan bersejarah yang kemudian lebih dikenal sebagai sumpah
pemuda.Pertanyaan bersatu itu dituangkan berupa ikrar atas tiga hal, Negara,
bangsa, dan bahasa yang satu dalam ikrar sumpah pemuda.
Peristiwa ini dianggap sebagai awal permulaan bahasa Indonesia yang
sebenarnya, bahasa Indonesia sebagai media dan sebagai symbol kemerdekaan
bangsa. Pada waktu itu memang terdapat beberapa pihak yang peradaban modern.
Akan tetapi, tidak bisa dipumgkiri bahwa cita-cita itu sudah menjadi kenyataan,
bahasa Indonesia tidak hanya menjadi media kesatuan, dan politik, melainkan
juga menjadi bahasa sastra indonesia baru.

KESIMPULAN
Bahasa Indonesia adalah bahasa verbal yang digunakan untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan sebagai alat penghubung dan pemersatu berbagai suku, bahasa dan golongan di Indonesia. Bahasa resmi yang dipakai oleh bangsa Indonesia sebagai bahasa resmi sekarang di negara ini berasal dari bahasa Melayu. Melalui kesatuan tekad dan tujuan, akhirnya bahasa Melayu resmi menjadi bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional melalui Kongres Pemuda Indonesia di Jakarta, yaitu pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada tanggal 18 agustus 1945 di tandatanganilah UUD 1945, yang salah satu pasalnya (pasal 36) menetapkan bahwa, “Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”. Dengan demikian, disamping kedudukan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia juga berkedudukan sebagai bahasa negara.Fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional adalah sebagai lambang kebanggaan nasional, lambang identitas nasional, alat pemersatu berbagai suku bangsa dan alat penghubung antar daerah dan budaya. Sedangkan sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia berfungsi dan berkedudukan sebagai bahasa resmi Negara, bahasa pengantar dalam pendidikan, alat penghubung pada tingkat nasional, dan alat pengembang kebudayaan, ilmu pengetahuan , dan teknologi

REFERENSI
Tim Pengajaran Bahasa Indonesia Universitas Hasanuddin. 2008. Himpunan Materi Kuliah Bahasa Indonesia. Makassar: UPT MKU Universitas Hasanuddin.
http://jaririndu.blogspot.com/2012/01/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia
http://karinarisaf.blogspot.com/2012/10/perkembangan-bahasa-indonesia.html
http://normandiazug.blogspot.com/2012/10/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia.html
http://kartikaade.wordpress.com/2009/10/17/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia/
http://lihatmatakuliahku.blogspot.com/2013/04/kedudukan-dan-fungsi-bahasa-indonesia.html
http://kedudukandanfungsibahasa.blogspot.com/
http://ilmucerdas.wordpress.com/2012/01/21/kedudukan-dan-fungsi-bahasa-indonesia/
http://misterpanjoel.blogspot.com/2012/11/makalah-fungsi-dan-kedudukan-bahasa.html
http://blog.student.uny.ac.id/triwatirahayu/2012/11/29/fungsi-dan-kedudukan-bahasa-indonesia/
http://ariefsz.blogspot.com/2011/11/fungsi-bahasa-indonesia-sebagai-bahasa.html