Konten 38427.pdf
Transcript of Konten 38427.pdf
DARI PENDEKATAN SEKTORAL MENUJU KETERPADUAN
PEMBANGUNAN PERKOTAAN
(Etrp,lY 77,t+H 74 r/ )
sejarah Perkembangan Konsep Perencanaan pembangunan Kota
Perkembangan konsep perencanaan kota di Indonesia didasarkan pada
permasalahan dan tantangan nyata yang dihadapi dalam suatu kurun waktu
tertentu. sejak tahun 1960an sampai dengan saat in i (1990an), ter l ihat bahwapermasalahan dan tantangan perkotaan berbeda-beda dari waktu ke waktu.
Dengan demikian perumusan program pembangunan perkotaan pun berkembang
dari satu konsep ke konsep yang lain sesuai dengan permasalahan dan tantangan
yang dihadapi pada kurun waktu tersebut.
Pada tahun 1960an, proses urbanisasi secara cepat sudah mulai terl ihat, hal ini
diindikasikan dengan makin berkembangnya beberapa kota menjadi kota besar,
seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan. Proses transformasi kegiatan-
kegiatan strategis seperti industri dan perdagangan telah mendorong semakin
tumbuh dan berkembangnya kota-kota tersebut. Peran dan fungsi dari kota-kota
tersebut sebagai penggerak dalam pembangunan nasional sudah mulai terasa. pada
saat itu tuntutan kebutuhan prasarana dasar perkotaan mulai meningkat.
Pemerintah lndonesia mulai merasa perlu untuk memenuhi kebutuhan prasarana
dasar tersebut, t idak hanya untuk memenuhi kebutuhan penduduknya, tetapi
diperlukan pula untuk lebih memantapkan fungsi dan peranan kota-kota tersebut
dalam pengembangan lv i layah dan pembangunan nasional . Melalui dana APBN(DlP)-Cipta Karya Dep. PU, pemerintah Indonesia membangun prasarana dasar
kota, seperti jalan, air minum, pembuangan air l imbah dan sampah. pada saat itu,
pendekatan pembangunan perkotaan dilakukan secara sektoral. Prasarana jalan,
air minum dan lain-lain, direncanakan dan dibangun secara sektoral dan
terpisah-pisah, dengan sangat sedikit sekali adanya integrasi, koordinasi, dan
keterpaduan.
Dengan semakin meningkatnya la ju urbanisasi dan semakin tumbuh dan
berkembangnya kota-kota besar di lndonesia, Pemerintah mulai merasa perlu
merumuskan kebijaksanaan perkotaan untuk mengarahkan pertumbuhan danperkembangan kota-kota besar tersebut secara komprehensif dan berdimensi waktujangka panjang. Maka pada pertengahan awal tahun 1970an, mulai dikembangkan
konsep-konsep "Rencana Induk Kota " yang lebih dikenal dengan sebutan "MasterPlan". Masterplan ini disusun atas dasar kajian-kajian-sosial (demografi), f isik dan
ekonomi serta diproyeksikan untuk jangka waktu panjang (15-20 tahun). Dalam
Masterplan ini, hubungan fungsional antar kegiatan perkotaan dan prinsip efisiensi
dalam pelayanan transportasi dipertimbangkan. Hasil akhir dari Master Plan
tersebut diwujudkan dalam bentuk rencana tata guna lahan (Zoning plan) dari
masing-masing komponen kegiatan perkotaan, seperti industri, perumahan,
perdagangan, rekreasi, dan sebagainya
Pada awal pembangunan jangka panjang | (pJp l), perekonomian lndonesia
tumbuh sangat cepat disebabkan adanya ek5ploi tasi minyak dan gas bumi (oi l
boom). Laju pertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun diatas 10 persen.
Pertumbuhan ekonomi yang pesat tersebut telah mendorong semakin
berkembangnya kota-kota besar. menjadi kota-kota metropolitan. Kegiatan
perkotaan di kota-kota besar saat itu sampai melampui batas-batas wilayah
administrat is. Master Plan t idak dapat dipergunakan untuk mengendal ikan wi layah
metropolitan, karena hanya mengarahkan penggunaan dan pemanfaatan lahan di
kota utama/ int i saja. Oleh karena i tu pemerintah memandang per lu untuk
mengembangkan konsep kebi jaksanaan pembangunan wi layah metropol i tan
dengan menggunakan pr ins ip 'dekonsent ras i p lano log is ' yang d ida lamya
d
mencakup perencanaan tata ruang kota inti dan kota-kota satelit disekitarnya yang
dipakai sebagai daerah penyangga (buffer zone). Pada saat itu kita mulai mengenal
rencana metropolitan Jabotabek, Bandung Raya, dan Gerbang Kertosusila.
Karena orientasi pembangunan pada saat itu hanya ditujukan pada sasaranpembangunan sektoral, dalam arti keterpaduan pembangunan perkotaan danpedesaan belum mendapat perhatian khusus, maka terjadi kesenjangan antar kota
dan desa. Akibatnya, arus migrasi penduduk dari desa ke kota semakin tinggi. Hal
ini membawa dampak negatif terhadap kehidupan perkotaan yang ditunjukkan
dengan semakin t idak terpenuhinya pelayanan prasarana dan sarana dasarperkotaan, meningkatnya pengangguran, dan makin tumbuhnya sektor informal.
Pada saat itu penduduk miskin kota semakin meningkat yang disertai dengan
semakin berkembangnya perumahan kumuh (slum areas) di kawasan-kawasan
perkotaan.
Untuk menghadapi kemiskinan penduduk perkotaan ini, maka pemerintah
merasa perlu menerapkan kebijaksanaan pemenuhan kebutuhan prasarana dasar(basic need strategy) yang ditujukan untuk pengentasan kemiskinan di perkotaan.
Maka, pada tahun 1973174, kebi jaksanaan tersebut di implementasikan dalam
bentuk "Program Perbaikan Kampung" atau. Kampong lmprovement program
(KlP). dengan mengambil studi kasus DKl. jakarta. KIP pada dasarnya merupakan
program perbaikan dan penyediaan prasarana dasar perkotaan (jalan setapak, air
minum, pengelolaan air l imbah dan persampahan) yang di lakukan secara terpadu
dan terkoordinasi dengan mempertahankan perumahan yang sudah terbangun diperkampungan-perkampungan kum uh.
Program KIP ini sudah direncanakan secara terkoordinir dan terpadu dalam
pembangunan prasarana kota, maka program ini dapat k i ta sebut sebagai"pendekatan generasi pertama" ( the f i rst generat ion approach) dalam
pembangunan perkotaan secara terpadu, meskipun hanya diterapkan untuk skalakeci l (kampung), dan hanya mencakup pembangunan f is ik saja. pelaksanaan Klpdi DKljakarta mendapat perhatian dari Bank Dunia, terbukti dengan adanya danabantuan untuk Urban Project I untuk mengembangkan Klp dan penyediaanprasarana kota, serta upaya pembentukan "Urban Development Coorporation"yang merupakan cikal bakal perum perumnas.
Keberhasi lan KIP di DKl. Jakarta te lah mendorong pemerintah, denganbantuan dari Bank Dunia, menerapkan KIP ke kota-kota lain, seperti Surabaya,Bandung dan Ujung Pandang. Meskipun KIP telah banyak diakui keberhasi lannya,tetapi KIP juga mendapat beberapa krit ikan, sebagaimana dengan Master plan.
Apabi la penyusunan Master Plan yang di lakukan secara comprehensi f danberdimensijangka panjang, dikrit ik karena tidak dapat mengatasi masalah-masalahspesifik dan darurat, maka KIP yang ditujukan untuk mengatasi masalah spesifikdan nyata, di krit ik karena kurang mempertimbangkan rencana tata ruang yanglebih makro dan comprehensif, serta kurang terintegrasi dengan programpembangunan prasarana perkotaan di bagian wi layah-wi layah la in dalam kotatersebut. Dalam perkembangan program KIP selanjutnya, yang di tangani t idakhanya pembangunan fisik saja namun juga aspek sosialnya, sehingga program Klpbernuansa'comm un i ty development, .
Sejak tahun 1974 sampai dengan 1984, pemerintah dengan bantuan IBRDdan ADB menerapkan pendekatan baru yaitu "program pembangunan Kota,,(Urban Development Project-UDp) untuk mengarahkan pembanguan kota_kotabesar, seperti Jakarta (Urban project 1), Surabaya (Urban project 2), Bandung(BUDP), Medan (MUDP), semarang dan solo (urban project 3) dsb. pada
pr insipnya pendekatan "UDP" in i t idak jauh berbeda dengan pendekatan yangdi terapkan untuk KlP, hanya saja skala maupun keterpaduannya lebih diper luas,antara lain sudah mempertimbangan aspek keterpaduan tata ruang, keterpaduan
antar sektor, dan keterpaduan sumber-sumber pembiayaannya. Oleh karena itu,pendekatan ini dapat dikategorikan sebagai "pendekatan generasi kedua" (the
second generation approach) dalam pendekatan keterpaduan pembangunan kota.
Upaya pendekatan keterpaduan dalam UDP ini dirasa dapat memberikanefisiensi dan efektif itas tinggi dalam penyediaan prasarana kota. Oleh karena itupemerintah merasa perlu untuk menerapkan UDP ke kota-kota lain secaranasional , serta per lu diper luas dan diperdalam pengeft iannya dan l ingkupkerpaduannya. Usaha untuk memperluas UDP secara nasional tersebut didukungoleh suatu studi dengan bantuan UNDp, yang rebih dikenal dengan NUDS(National Urban Development Strategy) yang menghasilkan; (a) identif ikasi kota-kota metropolitan, besar, menengah dan kecir secara nasional; (b) skenario danstrategi penanganannya; serta (c) memperkirakan jumlah investasi yang dibutuhkanuntuk masing-masing typologi kota tersebut. Hasil dari indentif ikasi kota-kota iniselanjutnya dipakai sebagai pedoman dasar penentuan kota-kota prioritas dalampelaksanaan P3KT. Pelaksanaan NUDS dirakukan melalui "programPembangunan Prasarana Kota Terpadu (p3KT)", yang merupakan pula perluasan
dar i UDP secara nasional . Program ini dapat k i ta k lasi f ikasikan sebagai"pendekatan generasi ketiga" (the third generation approach ) dalam pendekatan
keterpaduan pembangunan prasarana kota.
P3KT pada dasarnya mengubah dan menggeser pendekatan pembangunanprasarana kota dari pendekatan sektoral dan terpusat (a sectoral and centralized
approach) ke pendekatan keterpaduan dan desentralisasi (a more integrated anddecentralized approach). Pada prinsipnya pendekatan p3KT merupakan
keterpaduan pembangunan sektoral dan keterpaduan sumber-sumber pembiayaan.
Penerapan konsep P3KT merupakan upaya untuk lebih mendorong proses
desentral isasasi dan pengembangan otonomi Dat i l l dalam pembangunan
q
prasarana kota, sepert i d iamanatkan dalam tJU no.5/1974. Proses penyusunan
P3KT di lakukan oleh Pemda Tingkat l l dengan mendapatkan bantuan teknis dar ipemerintah pusat dan Dat i l . Dimensi waktu P3KT adalah jangka menengah 5-Ztahun dan program tahunan yang disusun berdasarkan pr insip bergul i r ( ro l l ing
plan) yang per lu terus disesuaikan dengan tuntutan perkembangan kota.
Dalam Program Jangka Menengah (pJM-p3KT) selain dihasi lkan program_program investasi prasarana, juga dihasi lkan anal isa kemampuan keuangan dankelembagaan Dat i l l yang kemudian di lanjutkan dengan penyusunan "Rencana
Tindakan Peningkatan Pendapatan" (Revenue tmprovement Action plan-RlAp).
Pemerintah Daerah TK l l bertanggung jawab daram penyusunan RlAp in i ,
sedangkan pembinaan dan pengarahan penyusunan dilakukan oleh Ditjen. Bangda
Departemen Dalam Negeri . Selain i tu di lakukan pula penyusunan "Rencana
Tindakan Pengembangan Kelembagaan Daerah" (local Institutional Development
Act ion Plan-LIDAP) oleh Pemerintah Tinkat l l , dengan memperoleh pembinaan
dan pengarahan dari Ditjen PUOD, Departemen Dalam Negeri. Dengan demikianP3KT tidak hanya menghasilkan program investasi prasarana, tetapi yang lebihpent ing lagi adalah suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan daerah (Dat i l l )
dalam menyusun dan melaksanakan program pembangunan prasarana perkotaan
yang merupakan implementasi dar i pelaksanaan kebi jaksanaan desentral isasi danpengembangan otonomi di Dat i l l .
P3KT sudah di laksanakan sejak tahun 19g4 (Repel i ta l l l ) . Sampai saat in i
te lah disusun PJM-P3KT di seki tar 300 kota, yang tersebardi seluruh lndonesia.
Sebagaian besar dokumen PJM-P3KT telah dijabarkan dalam program-program
yang layak untuk mendapatkan dana bantuan dari luar negeri, sebagai contoh Bank
Dunia untuk paket jawa Timur dan Bal i , Sulalvesi dan l r ian Jaya, Kal imantan dan
Semarang, Surakarta, dan Surabaya. Sedangkan dari ADB untuk paket Jawa Barat
dan sumatra, Jawa Tengah dan Yogya, lndonesia Timur, Bogor dan palembang,
dan Bandar Lampung.
Pendekatan "Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu" (P3KT) ini
t idak terlepas dari krit ikan seperti masih belum terpadunya pembangunan antara
komponen prasarana ke Cipta Karya-an P3KT dengan komponen lainnya. Hal ini
disebabkan karena program P3KT kegiatannya hanya terbatas pada 7 komponen
prasarana dasar ke Cipta-Karya-an (air minum, persampahan, air l imbah, drainase,jalan kota, KlP, MIP), padahal komponen-komponen perkotaan lain masih banyak
yang per lu dipadukan - sepert i jar ingan l is t r ik dan telekomunikasi , manajemen
transportasi dan perhubungan, pariwisata, kawasan-kawasan industri, serta fasil i tas
kesehatan dan pendidikan - baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun
dalam pembiayaannya. Diperkirakan komponen-komponen/sektor-sektor
perkotaan tersebut akan semakin meningkat jumlahnya sejalan dengan semakin
meningkatnya laju urbanisasi dan kompleksnya kegiatan ekonomi perkotaan pada
masa mendatang. Keterpaduan antar seluruh sektor perkotaan sangat cliperlukan
bi la k i ta menghendaki penanganan pembangunan perkotaan secara ef is ien dan
efektif serta berkelan i utan.
Oleh karena itu "Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu" (P3KT)
per lu lebih dikembangkan dan diper luas jenis kegiatannya, t idak hanya mel iput i
prasarana dasar ke-Cipta Karya-an saja, tetapi akan meliputi seluruh kegiatan
perkotaan. Dengan demikian program tersebut akan menjadi ,,program
Pembangunan Kota Terpadu" (lntegrated Urban Development program).
Program tersebut akan merupakan "pendekatan generasi keempat', (the fourth
generation approach) dalam keterpaduan pembangunan perkotaan. Permasalahan
yang akan t imbul bi la program ini akan di terapkan adalah: meskipun
implement ing agency tetap Pemerintah Daerah Tingkat l l , namun execut ing
agency t idak dapat di lakukan oleh Cipta Karya, Dep. pU, mengingat Cipta Karya
PU tidak mempunyai otoritas atau kewenangan untuk mengkoordinir sektor-sektor
la in di luar sektor ke-Cipta Karya-an. Oleh karena i tu dirasakan per lunya sebuahexecuting agency baru (seperti Menteri Negara pembangunan perkotaan danPerumahan), yang mempunyai kewenangan untuk mengkoordinir danmengarahkakan pembangunan seluruh sektor perkotaan secara terpadu, efektif,efisien, serta berkelani utan.
2, Keterpaduan antara Pembangunan Perkotaan dan Perumahan Merupakan
Keharusan
Dengan la ju dan t ingkat urbanisasi yang t inggi maka Indonesia memasuki
era kota (masyarakat perkotaan). Pada akhir PJP ll diperkirakan jumlah penduduk
perkotaan akan ber jumlah seki tar 155 juta, atau hampir 60 persen dar i jumlah
penduduk (260 juta). Kawasan-kawasan perkotaan akan memberikan sumbanganyang sangat berart i bagi pertumbuhan ekonomi dan sosial . Lebih dar i 60 persen
dari PDB nonmigas akan berasal dari kawasan-kawasan perkotaan. Hampir semualokasi industri manufaktur berada di perkotaan begitu pula bisnis eceran, pusat
bisnis modern, pelayanan kesehatan, serta kegiatan-kegiatan yang sarat clenganinovasi teknologi serta kesenian kebudayaan. Keunggulan relat i f ekonomiperkotaan yang dibarengi dengan peningkatan pendapatan per kapitamenimbulkan tuntutan yang lebih besar akan sarana dan prasarana perkotaan.
Cuna mengantisipasi era kota tersebut, pembangunan prasarana dan saranaperkotaan harus dapat di laksanakan melalui s istem penyediaan yang terpadu,
terutama dalam kaitannya dengan pengembangan kemitraan antara pemerintah,
dunia usaha dan masyarakat dalam pembangunan kota, termasuk kota baru
maupun pembangunan perumahan dan permukiman dalam skala besar. Si tuasi
dalam PJP l l in i juga akan banyak diwarnai dengan upaya untuk melaksanakan
pembangunan yang berwawasan l ingkungan. lmpl ikasinya terhadap program
perumahan dan permukiman dapat di l ihat dar i aspek pelestar ian l ingkungan
d
hidup. sebagai contoh, pengembangan program perumahan dan permukiman
makin d iarahkan untuk upaya konservasi ; program daur u lang a i r bers ih /a i r l imbah
dan persampahan; pelaksanaan konservasi air baku sudah sangat mendesak guna
mengamankan penyediaan a i r yang berkelanjutan bagi keper luan rumah tangga,
industr i , dan kegiatan jasa la innya; sef ta pengembangan perumahan dan
permukiman yang d iarahkan untuk menciptakan kondis i l ingkungan yang nyaman
dan sehat mela lu i pembangunan l ingkungan terbangun misalnya program
perbaikan kampung, peremajaan kota dan kawasan, pemugaran rumah, penataan
bangunan dan kawasan, sef ta program dra inase dan pengendal ian banj i r . Per lu
d i ingat pu la, bahwa pembangunan perkotaan atau perumahan dan permukiman
seyogyanya t idak hanya mengangani aspek f isik saja, tetapi perlu pula penantanan
aspek sosial-ekonomi penduduknya. Penanganan aspek sosial sangat penting untuk
mengatas i dan menanggulangi masalah-masalah yang k in i banyak muncul seper t i
kejahatan perkotaan (urban crime), kejahatan remaja, penelantaran anak-anak dan
sebagainya. Sela in dar i pada i tu tak ka lah pent ingnya adalah masalah kesehatan
masyarakat , d isamping kesehatan l ingkungan. penanganan aspek ekonomi
perkotaan mel iput i pengembangan kesempatan ker ja , termasuk penyiapan
masyarakat untuk dapat memanfaatkan kesempatan kerja ini. Tak kalah
pent ingnya pula adalah upaya-upaya untuk meningkatkan investas i d i perkotaan
yang pada g i l i rannya dapat meningkatkan kegiatan ekonomi perkotaan.
Kesemuanya in i per lu d i lakukan secara terpadu. Dar i gambaran tersebut je las
f p r l i h : i h o f r n r n o n f i n a n ' r r l . ^ ^ . A i ^! u , , , , , q L u s L a p d p e n l l n g n / d f O O r O l n a S i a n t a r a p e m b a n g u n a n p e r k O t a a n d a n
perumahan. Pembangunan perkotaan dan perumahan t idak dapat lagi d i lakukan
secara terpisah, tetapi harus di lakukan dalam satu s istem yang menyeluruh dan
terpadu.
3. Departemen atau rl lenteri Negara Pembangunan Perkotaan dan Perumahan?
Upaya untuk dapat mengembangkan perkotaan ser ta suatu s is iem
penyediaan prasarana dan sarana perkotaan termasuk perumahan per lu terus
di lakukan dengan memobi l isasi segenap daya dan upaya yang ada, sef ta
mendorong pergeseran vertikal (pusat ke daerah) dan pergeseran horizontal(pemerintah ke dunia usaha dan masyarakat). Program pembangunan perkotaan
dan perumahan sesuai dengan PP No. 14 tahun 1982 dan sejalan denganpelaksanaan UU No.5 tahun 1974 sert .a PP No.45 tahun 1992, harus meruoakan
tanggung jawab Pemerintah Dat i l l .
Dengan demikian pemerintah Kabupaten dan Kotamadya menjadi aktor
utama pembangunan, sedangkan Pemerintah Pusat dan Dat i I d iper lukan untuk
melaksanakan fungsi koordinasi, pembinaan, pengawasan dan pengaturan melalui
pengarahan kebijaksanaan-kebijaksanaan, ketimbang fungsi penyediaan seperti
yang dilakukan selama ini. Pengembangan kemitraan (pergeseran horizontal) perlu
terus dikembangkan dengan mendorong peran akt i f dunia usaha dan masyarakat
dalam pembangunan perkotaan dan perumahan. Untuk in i semua yang per lu
di lakukan oleh pemerintah pusat dalam pembangunan perkotaan dan perumahan
adalah fungsi koordinasi, penyusunan kebijaksanaan, pembinaan, pemberclayaan
dan bukan penyedia prasarana dan sarana perkotaan. Oleh karena i tu Menter i
Negara Pembangunan Perkotaan dan Perumahan lebih tepat daripada Depatemen
Pembangunan Perkotaan dan Perumahan. Lembaga semacam ini sebetulnya sudah
dibentuk di negara-negara maju, sepert i jerman dengan The Ministry of Housing,
Physical Planning, and Urban Development; Belanda dengan The Nat ional
Ministry of Housing, Physical Planning and Environment; Amerika dengan the
Department of Housing and urban DeVelopment; yang bertanggung jawab untuk
pembangunan perkotaan dan perumahan. Demikian pula di negara-negara
berkembang, seperti India, lran, Nepal, dan Sri Langka, masing-masing mempunyai
suatu kementr ian yang secara khusus menangani pembangunan perkotaan.
10
4. Penutup dan Rekomendasi
a- lndonesia sedang mengalami masa transformasi ekonomi dan demografi yang
mengarah kepada kehidupan perkotaan. wilayah perkotaan makinmembutuhkan penanganan yang lebih besar dimana pada tahun 2020 seki tar60 olo penduduk Indonesia merupakan penduduk perkotaan. Demikian juga
peran wilayah perkotaan sebagai pusat kegiatan (ekonomi, sosial budaya, dsb)makin pent ing dalam era global isasi ekonomi. Keunggulan relat i f ekonomiperkotaan akan dibarengi dengan peningkatan pendapatan yang pada
gi l i rannya menimbulkan tuntutan yang lebih besar akan sarana dan prasarana
perkotaan. Menghadapi tantangan ini,keterl ibatan berbagai aktorpembangunan (stakeholders) makin dibutuhkan dalam upaya-upaya
desentralisasi, kemitraan pemerintah-swasta-masyarakat serta keberhasilannya
di tuntut untuk menunjang kehidupan dan pembangunan yang berkelanjutan.
b. Pada saat ini peran pemerintah pusat dalam penanganan pembangunan
perkotaan masih dilakukan secara sektoral dan bersifat partial. Pembangunan
prasarana dasar perkotaan ditangani oleh Cipta Karya Dep. pU, pembangunan
perumahan rakyat oleh Menpera, manajemen transportasi oleh Departemen
Perhubungan, perencanaan jar ingan telekomunikasi dan par iwisata oleh
Departemen Telekomunikasi dan Par iwisata, sementara i tu prasarana dan
sarana la in di tangani o leh sektor la in. Padahal pembangunan perkotaan
sebenarnya bukan merupakan. pembangunan sektoral , yang dapat di tangani
secara terpisah-pisah, tanpa adanya keterpaduan. Sebagai contoh penanganan
perumahan (Menpera) yang sebenarnya merupakan bagian dar i komponen
perkotaan, tetapi saat ini penanganannya masih dilakukan secara terpisah serta
belum terkai t dengan sistem perkotaan secara menyeluruh dirasakan
mengalami berbagai kendala serta kurang efekt i f dan ef is ien bahkan
menimbulkan masalah baru, yakni beban tambahan antara la in pada prasarana
t 1
{
c.
perkotaan sepefti transportasi . Perlu disadari bahwa Pembangunan Perkotaan
merupakan pembangunan l intas sektor, d imana tugas utamanya adalah
mengkoordinasikan antar sektor-sektor terkait dalam suatu kesatuan
pembangunan perkotaan. Oleh karena itu sudah saatnya untuk dibentuk suatu
lembaga yang dapat mengkoord i nasi kan pembangunan sektor-sektor perkotaan
tersebut secara terpadu, efektif dan efisien, misalnya di dalam suatu Kantor
Menteri Negara Perumahan dan Pembangunan Perkotaan.
Kantor Menteri Negara Perumahan dan Pembangunan perkotaan diperlukan
sebagai lembaga yang mempunyai peran untuk mengkoordinasikan sektor-
sektor perkotaan, termasuk didalamnya sektor perumahan, baik dalam
penyusunan kebijaksanaan, perencanaan, pembangunan, pembiayaan, maupun
penyusunan peraturan-peraturan yang diper lukan dalam pembangunan
perkotaan, jadi bukan sebagai penyedia prasarana dan sarana perkotaan.
Penyediaan prasarana dan sarana perkotaan tetap merupakan tanggung jarvab
Pemerintah Daerah Tingkat l l .
12
Kepada
Dari
Perihal
Yth.:
.
' s779 / r{}i / re
MEMORAI{DUMNo. : 4091D .\trL\/ l0l 1997
Bapak. Menneg PPN/I(etua Bappenas
Deputi Bidang Kerjasam a Luar Negeri
Beberapa Pemikiran Mengenai Pembangunan
Perkotaan.
Tanggal
Bersama ini disampaikan dengan hormat, beberapa pemikiranmengenai pembangunan perkotaan yang terpadu.
Demikian , atas perhatian Bapak diucapkan terima kasih.
k V-r!r,fr".2a
xw2
ft** fr,fi.^^*W
A^4Sl^?
V*ppr,,,*-.
9 a,.", ?uro *reL,^Aarp.*,*
n' P' r q1+l>h0.9- . >o04^,