konsumsi makanan jajanan

13
PRAKTEK KONSUMSI MAKANAN JAJANAN PADA SISWA DI SMP NEGERI 4 TASIKMALAYA TAHUN 2013 Erni Viarni 1) Lilik Hidayanti dan Sri Maywati 2) Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Gizi Kesehatan Universitas Siliwangi ([email protected]) 1) Dosen Pembimbing Bagian Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi 2) ABSTRAK Makanan jajanan memegang peranan penting dalam memberikan kontribusi tambahan untuk kecukupan gizi, khususnya energi dan protein. Kebiasaan jajan di sekolah terjadi karena 3-4 jam setelah makan pagi perut akan terasa lapar kembali. Rendahnya sumbangan zat gizi dari makanan jajanan yang disebabkan sebagian besar anak sekolah mengonsumsi makanan jajanan yang kandungan zat gizinya kurang bervariasi karena hanya terdiri dari 1 atau 2 jenis zat gizi saja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan praktek konsumsi makanan jajanan pada siswa di SMP Negeri 4 Kota Tasikmalaya tahun 2013. Metode penelitian menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan cross sectional dengan sampel 88 dari 709 populasi. Analisis yang dilakukan yaitu analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan Uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 73 (83 %) siswa yang memiliki praktek konsumsi makanan jajanan dengan kategori sering dan sebanyak 15 (17 %) siswa memiliki praktek konsumsi makanan jajanan dengan kategori jarang. Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan makanan bergizi dengan praktek konsumsi makanan jajanan (p-value=0,538), tidak ada hubungan antara peranan iklan atau promosi dengan praktek konsumsi makanan jajanan (p-value=0,729), tidak ada hubungan antara kesukaan terhadap makanan dengan praktek konsumsi makanan jajanan (p-value=0,477), ada hubungan antara besar uang jajan dengan praktek konsumsi makanan jajanan (p-value=0,043), ada hubungan antara peranan teman sebaya dengan praktek konsumsi makanan jajanan (p-value=0,031). Disarankan para siswa dapat memilih makanan jajanan yang memenuhi syarat kesehatan yaitu bersih dan memiliki nilai gizi yang dibutuhkan tubuh, tidak karena hanya menyukai makanan jajanan tersebut saja. Keperpustakaan : 33 (1982 - 2009) Kata Kunci : Makanan jajanan, praktek konsumsi, siswa

Transcript of konsumsi makanan jajanan

Page 1: konsumsi makanan jajanan

PRAKTEK KONSUMSI MAKANAN JAJANAN PADA SISWA

DI SMP NEGERI 4 TASIKMALAYA TAHUN 2013

Erni Viarni 1)

Lilik Hidayanti dan Sri Maywati 2)

Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Gizi Kesehatan Universitas Siliwangi

([email protected]) 1)

Dosen Pembimbing Bagian Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi 2)

ABSTRAK

Makanan jajanan memegang peranan penting dalam memberikan kontribusi tambahan

untuk kecukupan gizi, khususnya energi dan protein. Kebiasaan jajan di sekolah terjadi

karena 3-4 jam setelah makan pagi perut akan terasa lapar kembali. Rendahnya

sumbangan zat gizi dari makanan jajanan yang disebabkan sebagian besar anak sekolah

mengonsumsi makanan jajanan yang kandungan zat gizinya kurang bervariasi karena

hanya terdiri dari 1 atau 2 jenis zat gizi saja. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan praktek konsumsi makanan jajanan

pada siswa di SMP Negeri 4 Kota Tasikmalaya tahun 2013. Metode penelitian

menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan cross sectional dengan sampel

88 dari 709 populasi. Analisis yang dilakukan yaitu analisis univariat menggunakan

distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan Uji Chi Square. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa sebanyak 73 (83 %) siswa yang memiliki praktek konsumsi

makanan jajanan dengan kategori sering dan sebanyak 15 (17 %) siswa memiliki

praktek konsumsi makanan jajanan dengan kategori jarang. Dalam penelitian ini

diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan makanan bergizi dengan

praktek konsumsi makanan jajanan (p-value=0,538), tidak ada hubungan antara peranan

iklan atau promosi dengan praktek konsumsi makanan jajanan (p-value=0,729), tidak

ada hubungan antara kesukaan terhadap makanan dengan praktek konsumsi makanan

jajanan (p-value=0,477), ada hubungan antara besar uang jajan dengan praktek

konsumsi makanan jajanan (p-value=0,043), ada hubungan antara peranan teman sebaya

dengan praktek konsumsi makanan jajanan (p-value=0,031). Disarankan para siswa

dapat memilih makanan jajanan yang memenuhi syarat kesehatan yaitu bersih dan

memiliki nilai gizi yang dibutuhkan tubuh, tidak karena hanya menyukai makanan

jajanan tersebut saja.

Keperpustakaan : 33 (1982 - 2009)

Kata Kunci : Makanan jajanan, praktek konsumsi, siswa

Page 2: konsumsi makanan jajanan

ABSTRACT

STREET FOOD CONSUMPTION PRACTICES AT STUDENT

IN JUNIOR HIGH SCHOOL 4 TASIKMALAYA YEAR 2013.

Street food plays an important role in contributing additional to nutritional adequacy, in

particular energy and protein. The habit of eating snacks in school is because 3-4 hours

after breakfast stomach will feel hungry again. The low contribution of nutrients from

food hawker caused mostly schoolchildren street food lacking nutritional content varies

as it consists of 1 or 2 types of nutrients alone. The purpose of this study was to

determine the factors associated with the practice of street food consumption at student

in Junior High School 4 Tasikmalaya year 2013. The research method using analytic

survey with cross sectional sample of 88 of 709 population. The analysis is performed

univariate analysis using frequency distributions and bivariate analysis using Chi

Square test. The results showed that as many as 73 (83%) of students who have snack

food consumption practices by category often and as much as 15 (17%) students have

snack food consumption practices with rare category. In this study the result that there is

no relationship between knowledge and practice nutritious snack food consumption (p-

value = 0.538), there was no relationship between the role of advertising or promotion

of the practice of street food consumption (p-value = 0.729), no association between

liking for foods with the practice of street food consumption (p-value = 0.477), there

was a great connection between the practice of spending money with snack food

consumption (p-value = 0.043), there is a relationship between the role of peers in the

practice of street food consumption (p- value = 0.031). It is recommended that students

can choose food snacks that meet the health requirements are clean and have a

nutritional value that the body needs, not because it is just like the street food.

Reference : 33 (1982 - 2009)

Keywords : street food, consumption practices, student

Page 3: konsumsi makanan jajanan

PENDAHULUAN

Makanan jajanan sekolah merupakan masalah yang perlu menjadi perhatian

masyarakat, khususnya orang tua, pendidik, dan pengelola sekolah. Makanan dan

jajanan sekolah sangat beresiko terhadap cemaran biologis atau kimiawi yang banyak

menganggu kesehatan, baik jangka pendek maupun jangka panjang (Februhartanty dan

Iswaranti, 2004).

Penelitian di Bogor menunjukkan bahwa makanan jajanan memberikan

kontribusi tambahan sekitar 24,7% dari rata-rata dari rata-rata total konsumsi energi per

hari dan sekitar 22,9% dari rata-rata total konsumsi protein per hari pada anak SD

(Sihadi, 2004 : 92). Sedangkan menurut Mudjajanto (2003 : 93) bahwa kontribusi

makanan jajanan untuk energi 5,5% dan protein 4,2% terhadap total konsumsi makanan

sehari pada anak sekolah dasar.

Menurut Susanto (2006) konsumsi makanan jajanan merupakan cara yang baik

untuk menambah masukan gizi bagi anak sekolah. Kebiasaan jajan yang telah dilakukan

selama ini tidak perlu dihilangkan karena dari makanan jajanan tradisional ini bisa

menyumbangkan zat-zat gizi dalam jumlah yang cukup berarti bagi pertumbuhan anak-

anak. Hal ini dapat dilakukan apabila diadakan perbaikan kandungan zat gizi makanan

jajanan tersebut baik kualitas maupun kuantitasnya (Pertiwi, 1998).

Praktek konsumsi makanan jajanan di sekolah terjadi karena 3 – 4 jam setelah

makan pagi perut akan terasa lapar lagi (Sihadi, 2004 : 92). Anak-anak selama di

sekolah antara selang waktu 3-5 jam memerlukan makanan jajanan untuk sekedar

penghilang rasa lapar sesaat sebelum pulang ke rumah.

Praktek konsumsi makanan jajanan juga terjadi karena anak sering menolak

untuk makan pagi di rumah dan sebagai gantinya anak-anak ini minta uang jajan .

Berdasarkan hasil penelitian Hidayat (1995 : 601), terdapat sejumlah anak sekolah yang

tidak sempat sarapan dengan berbagai alasan. Dalam kondisi ini maka orang tua

cenderung memberikan bekal uang kepada anaknya untuk membeli makanan jajanan di

sekolah. Rata-rata makanan jajanan tradisional dijual dengan harga relatif murah

(Winarno, 1993). Anak sekolah lebih tertarik pada rasa dan harga dan tidak

memperhatikan aspek gizi secara teliti. Berdasarkan hasil penelitian mengenai makanan

jajanan yang dilakukan oleh Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Konsumen

Page 4: konsumsi makanan jajanan

Semarang (1995) ternyata anak sekolah memilih makanan jajanan karena faktor rasa,

harga murah, daya tarik hadiah dan faktor pengaruh teman.

Anak sekolah rata-rata memilih makanan jajanan dengan kandungan energi dan

protein yang rendah sehingga sumbangan energi dan protein dari makanan jajanan

terhadap total konsumsi sehari masih rendah. Berpedoman pada Program PMT-AS,

makanan jajanan diharapkan mempunyai mutu gizi kurang lebih 200-300 kkal untuk

menyumbangkan kurang lebih 15-20% terhadap total konsumsi energi.

Rendahnya sumbangan zat gizi dari makanan jajanan juga disebabkan karena

sebagian besar anak Sekolah mengkonsumsi makanan jajanan yang kandungan zat

gizinya kurang beragam yaitu hanya terdiri dari 1 atau 2 jenis zat gizi saja (Hermina,

dkk, 2004 : 19). Sedangkan dari segi kuantitas, porsi makanan jajanan tradisional yang

dijual di lingkungan Sekolah Dasar disesuaikan dengan daya beli anak sehingga

porsinya relatif kecil (Rahayu, 1995).

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan

praktek konsumsi makanan jajanan pada siswa di SMP Negeri 4 Tasikmalaya tahun

2013.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013. Penelitian ini merupakan

penelitian survei dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah

siswa di SMP Negeri 4 Tasikmalaya sebanyak 709 siswa. Sampel penelitian ini adalah

siswa kelas VII dan VIII yaitu sebanyak 88 siswa. Tehnik pengambilan sampel

menggunakan metode proportional random sampling karena populasinya mempunyai

anggota yang berstrata atau terdiri dari kelas didapatkan sampel kelas VII sebanyak 45

siswa dan kelas VIII sebanyak 43 siswa. Penelitian ini tidak mengambil siswa kelas XI

karena mereka dalam persiapan ujian

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data identitas sampel meliputi

nama, jenis kelamin, usia, tanggal lahir, kelas, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, data

pengetahuan makanan bergizi, besar uang jajan, peranan iklan atau promosi, kesukaan

terhadap makanan jajanan, peranan teman sebaya dan praktek konsumsi makanan

jajanan yang diperoleh berdasarkan pengisian kuesioner dan ffq yang telah disiapkan

dan dilakukan uji validitas dan realibilitas sebelumnya.

Page 5: konsumsi makanan jajanan

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu pengetahuan makanan bergizi, besar

uang jajan, peranan iklan atau promosi, kesukaan terhadap makanan jajanan, peranan

teman sebaya serta praktek konsumsi makanan jajanan sebagai variabel terikat. Analisis

penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk melihat distribusi dari variabel-

variabel yang diteliti baik dari variabel terikat maupun variabel bebas dengan cara

membuat tabel distribusi frekuensi. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui

hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen dengan menggunakan

Uji Chi-Square

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Gambaran Umum Lokasi

SMP Negeri 4 Tasikmalaya didirikan pada tahun 1960 memiliki akreditasi A.

Terletak di Jalan RAA. Wiratanuningrat No. 10 Kelurahan Lengkongsari Kecamatan

Tawang Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat. SMP Negeri 4 Tasikmalaya

memiliki 62 tenaga kependidikan. Total murid yang ada di sekolah ini pada tahun

ajaran 2012/2013 adalah 1.086 siswa yang terdiri dari 363 siswa kelas VII, 346 kelas

VIII, dan 377 siswa kelas IX.

2. KARAKTERISTIK SISWA

Umur

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Siswa

di SMP Negeri 4 Tasikmalaya Tahun 2013

No Umur Jumlah (n) Persentase (%)

1. 12 tahun 18 20,5

2. 13 tahun 42 47,7

3. 14 tahun 28 31,8

Jumlah 88 100

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa berumur 13

tahun yaitu sebanyak 42 siswa (47,7 %), sedangkan presentase umur siswa terkecil

adalah siswa berumur 12 tahun yaitu sebanyak 18 siswa (20,5 %).

Page 6: konsumsi makanan jajanan

Jenis Kelamin

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa

di SMP Negeri 4 Tasikmalaya Tahun 2013

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa berjenis

kelamin perempuan yaitu sebanyak 47 siswa (53,4 %), sedangkan siswa berjenis

kelamin laki-laki yaitu sebanyak 41 siswa (46,6 %).

Kelas

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kelas Siswa

di SMP Negeri 4 Tasikmalaya Tahun 2013

No Kelas Jumlah (n) Persentase (%)

1. Kelas VII 45 51,1

2. Kelas VII 43 48,9

Jumlah 88 100

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar kelas siswa

adalah kelas VII yaitu sebanyak 45 siswa (51,1 %), dan presentase terkecil adalah

kelas VIII yaitu sebanyak 43 siswa (48,9 %).

3. Analisis Univariat

Pengetahuan Makanan Bergizi

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Makanan Bergizi Siswa

di SMP Negeri 4 Tasikmalaya Tahun 2013

No Pengetahuan makanan

bergizi

Jumlah (n) Persentase

(%)

1. Kurang Baik 26 29,5

2. Baik 62 70,5

Jumlah 88 100

No Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)

1. Perempuan 47 53,4

2. Laki-laki 41 46,6

Jumlah 88 100

Page 7: konsumsi makanan jajanan

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan

makanan bergizi siswa adalah baik yaitu sebanyak 62 siswa (70,5 %) sedangkan

siswa yang memiliki pengetahuan makanan bergizi kurang baik yaitu sebanyak 26

siswa (29,5 %).

Besar Uang Jajan

Tabel 5

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Besar Uang Jajan Siswa

di SMP Negeri 4 Tasikmalaya Tahun 2013

No Besar Uang Jajan Jumlah (n) Persentase (%)

1. Tinggi ( ≥ Rp. 9840,91) 58 65,9

2. Rendah ( ≤ Rp. 9840,91) 30 34,1

Jumlah 88 100

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa besar uang jajan siswa dengan

kategori tinggi sebanyak 58 siswa (65,9 %) dan besar uang jajan dengan kategori

rendah sebanyak 30 siswa (34,1 %).

Peranan Iklan atau Promosi

Tabel 6

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Peranan Iklan Atau Promosi Siswa

di SMP Negeri 4 Tasikmalaya Tahun 2013

No Iklan atau promosi Jumlah (n) Persentase (%)

1. Terpengaruh 16 18,2

2. Tidak terpengaruh 72 81,8

Jumlah 88 100

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa tidak

terpengaruh peranan iklan atau promosi yaitu sebanyak 72 siswa (81,8 %) sedangkan

siswa yang terpengaruh peranan iklan atau promosi yaitu sebanyak 16 siswa (18,2

%).

Page 8: konsumsi makanan jajanan

Kesukaan Terhadap Makanan Jajanan

Tabel 7

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kesukaan Terhadap Makanan Jajanan

Siswa di SMP Negeri 4 Tasikmalaya Tahun 2013

No Kesukaan terhadap

makanan jajanan

Jumlah (n) Persentase (%)

1. Suka 71 80,7

2. Tidak suka 17 19,3

Jumlah 88 100

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa suka

terhadap makanan jajanan yaitu sebanyak 71 siswa (80,7 %) sedangkan siswa yang

tidak suka terhadap makanan jajanan yaitu sebanyak 17 siswa (19,3 %).

Peranan Teman Sebaya

Tabel 8

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Peranan Teman Sebaya Siswa

Di SMP Negeri 4 Tasikmalaya Tahun 2013

No Peranan teman sebaya Jumlah (n) Persentase (%)

1. Terpengaruh 54 61,4

2. Tidak terpengaruh 34 38,6

Jumlah 88 100

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa tidak

terpengaruh peranan teman sebaya yaitu sebanyak 54 siswa (61,4 %) sedangkan

siswa yang terpengaruh peranan teman sebaya yaitu sebanyak 34 siswa (38,6 %).

Praktek Konsumsi Makanan Jajanan

Tabel 9

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Praktek Konsumsi Makanan Jajanan Siswa

Di SMP Negeri 4 Tasikmalaya Tahun 2013

No Praktek konsumsi

makanan jajanan

Jumlah (n) Persentase (%)

1. Sering 73 83

2. Jarang 15 17

Jumlah 88 100

Page 9: konsumsi makanan jajanan

Berdasarkan Tabel 4.13 dapat diketahui bahwa praktek konsumsi makanan

jajanan dengan kategori sering sebanyak 73 siswa (83 %) sedangkan praktek

konsumsi makanan jajanan dengan kategori jarang sebanyak 15 siswa (17 %)

4. Analisis Bivariat

Hubungan pengetahuan makanan bergizi dengan praktek konsumsi makanan

jajanan

Tabel 10

Tabulasi Silang Antara Pengetahuan Makanan Bergizi Dengan Praktek

Konsumsi Makanan Jajanan Siswa Di SMP Negeri 4 Tasikmalaya Tahun 2013

Pengetahuan

makanan bergizi

Praktek konsumsi

makanan jajanan

Total p-value

Sering Jarang n % 0,538

n % n %

Kurang baik 23 88,5 3 11,5 26 100

baik 50 80,6 12 19,4 62 100

Siswa yang memiliki praktek konsumsi makanan jajanan dengan kategori

sering ternyata lebih banyak terdapat pada siswa dengan pengetahuan makanan

bergizi dengan kategori kurang baik (88,5 %) dibandingkan dengan pengetahuan

makanan bergizi dengan kategori baik (80,6 %). Hasil analisis dengan menggunakan

Chi Square pada diperoleh nilai p value sebesar 0.538 artinya tidak ada hubungan

antara pengetahuan makanan bergizi dengan praktek konsumsi makanan jajanan.

Tidak adanya hubungan antara pengetahuan makanan bergizi dengan praktek

konsumsi makanan jajanan, bisa dimungkinkan karena mereka belum bisa

memahami secara benar dan melaksanakannya dalam mengkonsumsi makanan

sehari-sehari, khususnya dalam memilih makanan jajanan di sekolah walaupun

pengetahuan mereka cukup baik mengenai bahaya makanan jajanan (Asih, 2001).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aprilia (2008)

yang membuktikan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan

dengan perilaku jajan anak sekolah (P value = 0,179). Hal ini terjadi dimungkinkan

karena adanya beberapa responden yang mencontek jawaban kepada teman

sebelahnya dimana kuesioner diisi langsung oleh responden sehingga jawaban

kuesioner setiap siswa mungkin relatif sama.

Page 10: konsumsi makanan jajanan

Hubungan Besar Uang Jajan Dengan Praktek Konsumsi Makanan Jajanan

Tabel 11

Tabulasi Silang Antara Besar Uang Jajan Dengan Praktek Konsumsi Makanan

Jajanan Siswa Di SMP Negeri 4 Tasikmalaya Tahun 2013

Besar uang

jajan

Praktek konsumsi

makanan jajanan

Total p-value

Sering Jarang n %

0,043 n % n %

Tinggi 52 89,7 6 10,3 58 100

Rendah 21 70,0 9 30,0 30 100

Siswa yang memiliki praktek konsumsi makanan jajanan dengan kategori

sering sebagian besar uang jajannya tinggi yaitu (89,7 %) dan pada praktek konsumsi

makanan jajanan dengan kategori jarang sebagian besar uang jajannya rendah yaitu

(70,0 %). Hasil analisis dengan menggunakan Chi Square diperoleh nilai p value

sebesar 0.043 artinya ada hubungan antara besar uang jajan dengan praktek konsumsi

makanan jajanan.

Hal ini sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Fardiaz dan Fardiaz

(1992), bahwa semakin besar uang jajan yang diperoleh dari orang tuanya semakin

sering anak mengeluarkan uang tersebut untuk membeli makanan jajanan dan akan

semakin beragam juga makanan yang dibelinya. Orang tua yang tingkat

penghasilannya tinggi memberikan uang jajan yang lebih besar dibandingkan orang

tua yang berpenghasilan rendah (Wijayanti, 1990). Di samping itu tersedianya

berbagai jenis jajanan khususnya di kota-kota besar mempengaruhi pengeluaran atau

penggunaan uang jajan siswa.

Hubungan Peranan Iklan Atau Promosi Dengan Praktek Konsumsi Makanan

Jajanan

Tabel 12

Tabulasi Silang Antara Peranan Iklan Atau Promosi Dengan Praktek

Konsumsi Makanan Jajanan Siswa Di SMP Negeri 4 Tasikmalaya Tahun 2013

Peranan iklan

atau promosi

Praktek konsumsi

makanan jajanan

Total p-value

Sering Jarang n %

0,729 n % n %

Terpengaruh 14 87,5 2 12,5 16 100

Tidak terpengaruh 59 81,9 13 18,1 72 100

Page 11: konsumsi makanan jajanan

Siswa yang memiliki praktek konsumsi makanan jajanan dengan kategori

sering ternyata lebih banyak terdapat pada siswa dengan peranan iklan atau promosi

dengan kategori terpengaruh (87,5 %) dibandingkan dengan peranan iklan atau

promosi dengan kategori tidak terpengaruh (81,9 %). Hasil analisis dengan

menggunakan Chi Square diperoleh nilai p value sebesar 0.729 artinya tidak ada

hubungan antara peranan iklan atau promosi dengan praktek konsumsi makanan

jajanan.

Tidak adanya hubungan antara peranan iklan atau promosi dengan praktek

konsumsi makanan jajanan dapat disebabkan oleh adanya faktor lain yang

mempengaruhi praktek konsumsi makanan jajanan pada siswa SMP Negeri 4

Tasikmalaya seperti pengetahuan gizi siswa mengenai makanan jajanan. Ketika

siswa menyatakan terpengaruh peranan iklan atau promosi makanan jajanan, siswa

akan tertarik mencoba dan membeli makanan jajanan. Penelitian ini sejalan dengan

penelitian Prasetya (2007), yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara

media massa dengan tingkat konsumsi makanan jajanan (p-value=0,186).

Hubungan Kesukaan Terhadap Makanan Jajanan Dengan Praktek Konsumsi

Makanan Jajanan

Tabel 13

Tabulasi Silang Antara Peranan Iklan Atau Promosi Dengan Praktek

Konsumsi Makanan Jajanan Siswa Di SMP Negeri 4 Tasikmalaya Tahun 2013

Kesukaan

terhadap

makanan jajanan

Praktek konsumsi

makanan jajanan

Total p-value

sering Jarang n %

0.477 n % n %

Suka 60 84,5 11 15,5 71 100

Tidak suka 13 76,5 4 23,5 17 100

Siswa yang memiliki praktek konsumsi makanan jajanan dengan kategori

sering ternyata lebih banyak terdapat pada siswa dengan kesukaan terhadap makanan

jajanan dengan kategori suka (84,5 %) dibandingkan dengan kesukaan terhadap

makanan jajanan dengan kategori tidak suka (76,5 %). Hasil analisis dengan

menggunakan Chi Square diperoleh nilai p value sebesar 0.477 artinya tidak ada

hubungan antara peranan iklan atau promosi dengan praktek konsumsi makanan

jajanan. Penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Prasetya (2007) yang

menyatakan bahwa terdapat hubungan antara konsumsi makanan jajanan dengan

Page 12: konsumsi makanan jajanan

kesukaan siswa (p-value=0,006) dengan odds ratio (OR) sebesar 6,286 artinya siswa

yang suka memiliki peluang 6 kali lebih besar dalam mengkonsumsi makanan

jajanan dibandingkan siswa yang tidak suka.

Hubungan Peranan Teman Sebaya Dengan Praktek Konsumsi Makanan

Jajanan

Tabel 14

Tabulasi Silang Antara Peranan Teman Sebaya Dengan Praktek Konsumsi

Makanan Jajanan Siswa Di SMP Negeri 4 Tasikmalaya Tahun 2013

Peranan teman

sebaya

Praktek konsumsi

makanan jajanan

Total p-value

Sering jarang n %

0,031 n % n %

Terpengaruh 32 86,5 5 13,5 37 100

Tidak terpengaruh 41 80,4 10 19,6 51 100

Siswa yang memiliki praktek konsumsi makanan jajanan dengan kategori

sering ternyata lebih banyak terdapat pada siswa dengan peranan teman sebaya

dengan kategori terpengaruh (86,5 %) dibandingkan dengan peranan teman sebaya

dengan kategori tidak terpengaruh (80,4 %). Hasil analisis dengan menggunakan Chi

Square diperoleh nilai p value sebesar 0.031 artinya ada hubungan antara peranan

teman sebaya dengan praktek konsumsi makanan jajanan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Hurlock

(2004) bahwa pengaruh teman sebaya lebih dominan dibandingkan keluarga.

Pengaruh ini dapat membentuk pola konsumsi makanan yang baru yang dapat

menggantikan pola makan yang telah ada. Menurut Sartiningsih (1993)

menyebutkan bahwa perilaku konsumsi makan remaja sangat dipengaruhi oleh

perilaku konsumsi teman sebayanya. Pengaruh teman sebaya sangat mempengaruhi

kebiasaan makan remaja. Dimana remaja cepat sekali terpengaruh lingkungan dan

sangat menyadari penampilan fisik dan perilaku sosial mereka dan selalu

berusaha menyesuaikan dengan kelompoknya. Kebutuhan untuk menyamakan

diri dengan kelompoknya dapat mempengaruhi intake gizi remaja (Brown et al,

2005).

Page 13: konsumsi makanan jajanan

SIMPULAN

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan makanan

bergizi siswa baik (70,5%) dan praktek konsumsi makanan jajanannya sering (83%).

Tidak ada hubungan antara pengetahuan makanan bergizi, peranan iklan atau promosi,

kesukaan terhadap makanan jajanan dengan praktek konsumsi makanan jajananpada

siswa SMP Negeri 4 Kota Tasikmalaya tahun 2013. Sedangkan yang memiliki

hubungan dengan praktek konsumsi makanan jajanan pada siswa SMP Negeri 4 Kota

Tasikmalaya tahun 2013 adalah faktor besar uang jajan dan peranan teman sebaya.

Pihak sekolah diharapkan memperluas wawasannya mengenai makanan jajanan

yang sehat dan membatasi makanan jajanan yang dijual di lingkungan sekolah agar

para siswa dapat memilih makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizinya.

DAFTAR PUSTAKA

Februhartanti J. 2004. Amankah makanan jajanan anak sekolah di Indonesia?. [Diakses

21 September 2012]. Tersedia dari: URL: http://www.gizi.net.

Mudjajanto, Eddy Setyo. 2005. Keamanan Makanan Jajanan Tradisional.

[Online]Available:http://www.gizi.net/cgibin/berita/fullnews.cgi?newsid110896

3004,13930 [Accessed on September 25, 2012].

Mumtahanah, Siti. 2002. Gambaran Frekuensi Konsumsi Makanan Siap Saji

Tradisional dan Modern serta Faktor-faktor yang Berhubungan pada Remaja

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di Wilayah Jakarta Selatan Tahun

2002 (Studi Kasus di SLTPN 12 dan SLTP Islam Al Azhar Pusat Jakarta

Selatan). Skripsi. Depok: FKM UI.

Notoatmodjo S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Pertiwi, D.D. , 1998. Kebiasaan Jajan dan Preferensi terhadap Makanan Jajanan

Tradisional pada Anak SD di 4 Desa IDT Maluku Tengah. Skripsi Sarjana

Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian Institut

Pertanian Bogor.

Rahayu, W.P. 2006a. KLB Keracunan Pangan tahun 2006 (Per Tanggal 19 Desember

2006). Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan. Deputi Bidang

Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya. Badan Pengawas Obat

dan Makanan Republik Indonesia. Jakarta.

Sihadi. Makanan jajanan bagi anak sekolah. Jurnal Kedokteran YARSI. 2004;12: 91-95.

Susanto. 1986. Masalah Kebiasan Jajan Pada Anak Sekolah. Buletin Gizi No 10, Hal23

– 36