Konservasi Tanah Dan Air Kelompok 1 Baru Setengah
-
Upload
nadya-putri-np -
Category
Documents
-
view
118 -
download
6
Transcript of Konservasi Tanah Dan Air Kelompok 1 Baru Setengah
TUGAS
KONSERVASI LINGKUNGAN
KONSERVASI AIR DAN TANAH
OLEH
KELOMPOK 1:
NADIA PUTRI 1010941001
OKTAFERIZAL LUBIS 1010941002
WIDIA YULIANTI 1010941009
AMAMIL KHAIRA 1010942028
RIMA SENDITYA GEWE 1010942029
DOSEN:
YOMMI DEWILDA, MT
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air tanah merupakan sumber daya air yang tersimpan di dalam tanah (akuifer).
Keberadaannya yang tidak terlihat di dalam tanah, membuat kita kurang
waspada akan ketersediaannya. Meskipun banyak kemajuan ilmiah, namun tetap
tidak banyak orang yang memahami air tanah. Untuk sebagian orang, air tanah
adalah sumber daya yang misterius: ajaib, murni, dan tidak terbatas. Berbeda
dengan air permukaan, keberadaannya yang tersimpan di atas permukaan tanah
dapat selalu kita lihat. Sehingga kuantitas maupun kualitasnya dapat diamati
dengan mudah. Sebagai contoh ketika musim kemarau, kita dapat dengan
mudah melihat kondisi sungai yang kering maupun kualitas airnya yang menurun
dari warna air sungai tersebut. Hal ini membuat kita lebih waspada, dengan
melakukan berbagai tindakan pencegahan kekurangan air maupun pengendalian
pencemaran. Sedangkan air tanah tidak dapat kita lihat seberapa
ketersediaannya, atau sudah berapa besar penurunannya. Membuat banyak
pihak dengan nyamannya melakukan eksploitasi air tanah besar-besaran, tanpa
menyadari resikonya yang berpotensi merusak keseimbangan akuifer.
Pada dasarnya konservasi air tanah tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan
volume air tanah, tetapi juga meningkatkan konservasi air permukaan. Efisiensi
penggunaannya sekaligus mengurangi run off air permukaan yang diharapkan
dapat meresap ke tanah dan mengisi akuifer menjadi air tanah.Pada penelitian
ini penulis mengkhususkan mengkaji pengelolaan air tanah berbasis konservasi
di recharge area atau daerah imbuhan, dengan maksud untuk menemukan
kegiatan – kegiatan konservasi, sebagai bentuk kegiatan pengelolaan air tanah,
yang dapat dilakukan untuk memperbesar pengisian air tanah di daerah imbuhan
sekaligus mengurangi permasalahan lingkungan di daerah tersebut.
Masalah konservasi tanah dan air di Indonesia merupakan tugas berat bagi
Bangsa Indonesia mengingat luasnya lahan kritis dan menuju kritis, yang bahkan
bertambah setiap tahun, dan tingkat kesulitan penanganan yang tinggi termasuk
dalam upaya perbaikan kehidupan tani di wilayah tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan permasalahan pada makalah ini adalah
1. Apa saja permalahan yang dihadapi dalam konservasi tanah dan air?
2. Bagaimana metode dalam konservasi tanah?
3. Studi kasus mengenai konservasi air dan tanah?
4. Apa saja aplikasi yang diterapkan?
1.3 Tujuan
Tujuan dalm penulisan malakah ini adalah
1. Untuk menganalisa permasalhan-permasalahan pada konservasi air dan
tanah
2. Untuk mengetahui cara/ metode dalam konservasi tanah
3. Untuk menganalisa dan memberikan solusi pada suatu studi kasus yang
membahahas masalah konservasi air dan tanah
4. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Konservasi Lingkungan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Tanah menurut pengertian sehari-hari ialah tempat berpijak makhluk hidup di
darat, fondasi tempat tinggal, dan sebagainya. Secara ilmiah, tanah merupakan
media tempat tumbuh tanaman. Tanah adalah permukaan lahan yang kontiniu
menutpi kerak bumi kecuali di tempat-tempat berlereng terjal, puncak-puncak
pegunungan, daerah salju abadi. Tanah juga dapat diartikan sebagai kumpulan
tubuh alami pada permukaan bumi yang dapat berubah atau dibuat oleh manusia
dari penyusun-penyusunnya, yang meliputi bahan organik yang sesuai bagi
perkembangan akar tanaman (Beyda, 2002).
Konservasi tanah merupakan penempatan setiap bidang tanah pada cara
penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan
memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak
terjadi kerusakan tanah. Upaya konservasi tanah ditujukan untuk (1) mencegah
erosi, (2) memperbaiki tanah yang rusak, dan (3) memelihara serta
meningkatkan produktivitas tanah agar tanah dapat digunakan secara
berkelanjutan (Simangunsong, 2011).
Konservasi air adalah penggunaan air hujan yang jatuh ke tanah dan mengatur
waktu aliran air agar tidak terjadi banjir yang merusak dan terdapat cukup air
pada waktu musim kemarau (Simangunsong, 2011).
2.2 Metode konservasi tanah dan air
Teknologi yang diterapkan pada setiap macam penggunaan tanah akan
menentukan apakah akan didapat penggunaan dan produksi yang lestari pada
sebidang tanah. Metode konservasi tanah dan air dapat dibagi dalam tiga
golongan, yaitu:
a. Metode vegetative
Metode vegetatif adalah suatu cara pengelolaan lahan miring dengan
menggunakan tanaman sebagai sarana konservasi tanah (Seloliman, 1997).
Tanaman penutup tanah ini selain untuk mencegah atau mengendalikan bahaya
erosi juga dapat berfungsi memperbaiki struktur tanah, menambahkan bahan
organik tanah, mencegah proses pencucian unsur hara dan mengurangi fluktuasi
temperatur tanah.
Metode vegetatif untuk konservasi tanah dan air termasuk antara lain:
penanaman penutup lahan (cover crop) berfungsi untuk menahan air hujan agar
tidak langsung mengenai permukaan tanah, menambah kesuburan tanah
(sebagai pupuk hijau), mengurangi pengikisan tanah oleh air dan
mempertahankan tingkat produktivitas tanah (Seloliman, 1997).
Penanaman rumput kegunaannya hampir sama dengan penutup tanah, tetapi
mempunyai manfaat lain, yakni sebagai pakan ternak dan penguat terras. Cara
penanamannya dapat secara rapat, barisan maupun menurut kontur.
Penggunaan sisa tanaman untuk konservasi tanah dapat berbentuk mulsa atau
pupuk hijau. Dengan mulsa maka daun atau batang tumbuhan disebarkan di atas
permukaan tanah, sedangkan dengan pupuk hijau maka sisa-sisa tanaman
tersebut dibenamkan ke dalam tanah (Arsyad, 1989).
Syarat-syarat dari tanaman penutup tanah, antara lain:
1. Dapat berkembang dan daunnya banyak.
2. Tahan terhadap pangkasan.
3. Mudah diperbanyak dengan menggunakan biji.
4. Mampu menekan tanaman pengganggu.
5. Akarnya dapat mengikat tanah, bukan merupakan saingan tanaman pokok.
6. Tahan terhadap penyakit dan kekeringan.
7. Tidak berduri dan bersulur yang membelit.
Selain dengan penanaman tanaman penutup tanah (cover crop), cara vegetatif
lainnya adalah
1. Tanaman dengan lajur berselang-seling, pada kelerengan 6 – 10 % dengan
tujuan:
Membagi lereng agar menjadi lebih pendek.
Dapat menghambat atau mengurangi laju aliran permukaan.
Menahan partikel-partikel tanah yang terbawa oleh aliran permukaan.
Tipe-tipe tanaman lajur berseling adalah:
a. Countur strip cropping, adalah penanaman berselang berdasarkan garis
kontur.
b. Field strip cropping, digunakan untuk kelerengan yang tidak
bergelombang dengan jalur dapat melewati garis kontur, tetapi tanaman
tidak melewati garis kontur.
c. Wind strip cropping, digunakan pada lahan yang datar atau kelerengan
yang tidak tajam dengan jalur tanaman tegak lurus arah angin, sehingga
kadang kadang arah alur searah dengan kelerengan.
d. Buffer strip cropping, adalah lajur tanaman yang diselingi dengan lajur
rumput atau legume sebagai penyangga.
2. Menanam secara kontur (Countur planting), dilakukan pada kelerengan 15 –
18 % dengan tujuan untuk memperbesar kesempatan meresapnya air
sehingga run off berkurang.
3. Pergiliran tanaman (crop rotation).
4. Reboisasi atau penghijauan.
5. Penanaman saluran pembuang dengan rumput dengan tujuan untuk
melindungi saluran pembuang agar tidak rusak
b. Metode mekanik
Cara mekanik adalah cara pengelolaan lahan tegalan (tanah darat) dengan
menggunakan sarana fisik seperti tanah dan batu sebagai sarana konservasi
tanahnya. Tujuannya untuk memperlambat aliran air di permukaan, mengurangi
erosi serta menampung dan mengalirkan aliran air permukaan (Seloliman, 1997).
Termasuk dalam metode mekanik untuk konservasi tanah dan air di antaranya
pengolahan tanah. Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik
terhadap tanah yang diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik
bagi pertumbuhan tanaman. Tujuan pokok pengolahan tanah adalah menyiapkan
tempat tumbuh bibit, menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan
sisa-sisa tanaman dan memberantas gulma (Arsyad, 1989).
Pengendalian erosi secara teknis-mekanis merupakan usaha-usaha pengawetan
tanah untuk mengurangi banyaknya tanah yang hilang di daerah lahan pertanian
dengan cara mekanis tertentu. Sehubungan dengan usaha-usaha perbaikan
tanah secara mekanik yang ditempuh bertujuan untuk memperlambat aliran
permukaan dan menampung serta melanjutkan penyaluran aliran permukaan
dengan daya pengikisan tanah yang tidak merusak.
Pengolahan tanah menurut kontur adalah setiap jenis pengolahan tanah
(pembajakan, pencangkulan, pemerataan) mengikuti garis kontur sehingga
terbentuk alur-alur dan jalur tumpukan tanah yang searah kontur dan memotong
lereng. Alur-alur tanah ini akan menghambat aliran air di permukaan dan
mencegah erosi sehingga dapat menunjang konservasi di daerah kering.
Keuntungan utama pengolahan tanah menurut kontur adalah terbentuknya
penghambat aliran permukaan yang memungkinkan penyerapan air dan
menghindari pengangkutan tanah. Oleh sebab itu, pada daerah beriklim kering
pengolahan tanah menurut kontur juga sangat efektif untuk konservasi ini.
Pembuatan terras adalah untuk mengubah permukaan tanah miring menjadi
bertingkat-tingkat untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan dan menahan
serta menampungnya agar lebih banyak air yang meresap ke dalam tanah
melalui proses infiltrasi (Sarief, 1986). Menurut Arsyad (1989), pembuatan terras
berfungsi untuk mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga
mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan
penyerapan oleh tanah, dengan demikian erosi berkurang.
c. Metode kimia
Kemantapan struktur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang menentukan
tingkat kepekaan tanah terhadap erosi. Yang dimaksud dengan cara kimia dalam
usaha pencegahan erosi, yaitu dengan pemanfaatan soil conditioner atau bahan-
bahan pemantap tanah dalam hal memperbaiki struktur tanah sehingga tanah
akan tetap resisten terhadap erosi (Kartasapoetra dan Sutedjo, 1985).
Bahan kimia sebagai soil conditioner mempunyai pengaruh yang besar sekali
terhadap stabilitas agregat tanah. Pengaruhnya berjangka panjang karena
senyawa tersebut tahan terhadap mikroba tanah. Permeabilitas tanah dipertinggi
dan erosi berkurang. Bahan tersebut juga memperbaiki pertumbuhan tanaman
semusim pada tanah liat yang berat (Arsyad, 1989).
Penggunaan bahan-bahan pemantap tanah bagi lahan-lahan pertanian dan
perkebunan yang baru dibuka sesunggunya sangat diperlukan mengingat:
• Lahan-lahan bukaan baru kebanyakan masih merupakan tanah-tanah virgin
yang memerlukan banyak perlakuan agar dapat didayagunakan dengan efektif.
• Pada waktu penyiapan lahan tersebut telah banyak unsur-unsur hara yang
terangkat.
• Pengerjaan lahan tersebut menjadi lahan yang siap untuk kepentingan
perkebunan, menyebabkan banyak terangkut atau rusaknya bagian top soil,
mengingat pekerjaannya menggunakan peralatan-peralatan berat seperti traktor,
bulldozer dan alat-alat berat lainnya.
Pada perkebunan kelapa sawit, teknik konservasi yang banyak digunakan adalah
metode vegetative serta mekanik. Metode vegetatif adalah penggunaan tanaman
atau bagian-bagian tanaman atau sisa-sisanya untuk mengurangi daya tumbuk
butir hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan yang
pada akhirnya mengurangi erosi tanah (Arsyad, 2006).
Metode mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanik yang diberikan terhadap
tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi,
dan meningkatkan kemampuan penggunaan tanah. Termasuk dalam metode
mekanik dalam konservasi tanah dan air adalah pengolahan tanah, guludan,
teras, penghambat (check dam), waduk, rorak, perbaikan drainase dan irigasi
(Arsyad, 2006).
Pemeliharaan tanah pada kondisi topografi areal yang bergelombang
mengharuskan dibangunnya bangunan konservasi tanah dan air yang memadai.
Selain bermanfaat sebagai alat konservasi tanah dan air, bangunan ini juga
mempunyai peranan penting dalam kelancaran kegiatan pemeliharaan dan
panen kelapa sawit. Ketiadaan bangunan konservasi tanah dan air sering
merupakan penyebab rusaknya struktur tanah, drainase terhambat dan kurang
efektifnya pemupukan dan perawatan tanaman, tidak terlaksananya panen
secara benar, serta sulitnya pengawasan kebun (Dirattanhun, 2007).
Kerusakan tanah terutama disebabkan oleh erosi permukaan, akibat proses
pemindahan tanah lapisan atas yang kaya akan unsur hara dari suatu tempat
yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Hal ini menimbulkan kerugian
yang sangat besar, karena dapat menurunkan produktivitas tanaman. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah erosi adalah dengan konservasi
tanah. Konservasi tanah meliputi konservasi tanah secara fisik, kimia, maupun
biologi.
Konservasi tanah secara fisik dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah
satunya adalah secara mekanis. Tindakan konservasi tanah secara mekanis ini
dilakukan di areal dengan bentuk wilayah berombak sampai berbukit dengan
cara pembuatan teras kontour, teras individu (tapak kuda), rorak, dan parit
drainase. Parit drainase ini berperan untuk mencegah supaya air tidak tergenang
di lapangan, menurunkan permukaan air tanah sehingga perkembangan akar
tanaman tidak terganggu, serta mencegah terjadinya pencucian pupuk
(Dirattanhun, 2007).
Konservasi tanah secara biologi yang umum dilakukan adalah dengan
menanaman tanaman penutup tanah (TPT) atau legume cover crops (LCC).
Beberapa manfaat TPT antara lain: menekan pertumbuhan gulma, melindungi
tanah terhadap penyinaran langsung sinar matahari, melindungi tanah dari
tetesan langsung air hujan, mengurangi aliran permukaan dan menjaga
kelembaban tanah. (Dirattanhun, 2007).
Murtilaksono et al. (2007) menyatakan bahwa aplikasi guludan dan rorak yang
dilengkapi dengan mulsa vertikal memberikan pengaruh yang positif terhadap
jumlah pelepah daun, jumlah tandan, rataan berat tandan, dan produksi TBS
kelapa sawit. Kedua teknik konservasi tanah dan air tersebut dapat
meningkatkan cadangan air tanah untuk pemenuhan kebutuhan air oleh tanaman
saat musim kemarau sehingga produksi kelapa sawit tetap dapat dipertahankan.
BAB III
STUDI KASUS
(Konservasi Tanah dan Air Perkebunan Kelapa Sawit PT.
Sari Lembah Subur, Pelalawan, Riau)
3.1 Gambaran Umum Perkebunan Kelapa Sawit PT. Sari Lembah Subur,
Pelalawan, Riau
3.1.1 Letak Geografis dan Wilayah Administratif
Perkebunan kelapa sawit PT. Sari Lembah Subur-2 terletak di wilayah
Kecamatan Ukui dan Pangkalan Lesung, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.
Secara geografis lokasi PT. SLS terletak antara 0o7’12” – 0o1’48” Lintang
Selatan dan antara 102o7’12” – 102o15’0” Bujur Timur. Perhubungan untuk
mencapai daerah ini tergolong relatif mudah melalui jalan darat dari Pekanbaru
(ibukota provinsi) ke arah selatan di Ukui (ibukota Kecamatan Ukui) berjarak +
150 km, ditempuh selama 3-4 jam perjalanan. Dari Ukui ke areal perkebunan
melalui jalan minyak pengerasan batu dengan konsisi cukup baik, ditempuh
sekitar setengah jam sampai di areal perkebunan. Secara ekologis, wilayah PT.
SLS berada di kawasan Sub- DAS Sungai Kerumutan dan Genduang yang
merupakan anak Sungai Kampar, sehingga secara hidrologis kawasan tersebut
masuk dalam DAS Kampar.
3.1.2 Keadaan Tanah dan Iklim
Curah hujan tahunan rata-rata di perkebunan PT SLS-2 selama sepuluh tahun
terakhir (2000-2009) adalah 2 430 dengan rata-rata 95 hari hujan per-tahun, 9
bulan basah dan 1 bulan kering. Menurut klasifikasi Schmidth-Ferguson, iklim di
perkebunan ini dikelompokkan ke dalam tipe A, yaitu daerah sangat basah
dengan vegetasi hutan hujan tropika. Jenis tanah di perkebunan PT SLS-2 pada
umumnya adalah tanah podsolik merah kuning dan tanah gambut. Bahan induk
pembentuk tanah di daerah SLS-2 didominasi oleh batuan sedimen berupa batu
pasir dan batu liat, dan sebagian lagi oleh endapan aluvium dan bahan organik
dari sisa-sisa vegetasi. Pada beberapa lokasi terdapat cekungan (backswamp,
rawa pedalaman) yang senantiasa menggenang dengan kondisi drainase
terhambat sampai sangat terhambat.
Tanah pada perkebunan ini bereaksi sangat masam dengan pH (4,5-5,0).
Kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kelapa sawit sebagian besar lahan di
areal perkebunan PT SLS-2 tergolong Kelas S2 (cukup sesuai) dan S3 (sesuai
marjinal). Kelas S2 dengan pembatas retensi hara (pH masam), sedangkan kelas
S3 dengan pembatas utama lereng agak curam sampai curam, tekstur agak
kasar, drainase terhambat, retensi hara (pH masam dan KTK rendah), gambut
sedang serta bahaya banjir/genangan. Sebagian besar kebun inti I (Kampar)
khususnya OS memiliki topografi datar sedikit bergelombang dengan lereng 1-
3%.
3.2 Konservasi Air dan Tanah Perkebunan Kelapa Sawit PT. Sari Lembah
Subur, Pelalawan, Riau
Pengembangan yang sedang dilakukan oleh perusahaan berhubungan dengan
konservasi baik tanah maupun air. Tanah mempunyai fungsi utama sebagai
sumber penggunaan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, dan sebagai tempat tumbuh dan berpegangnya akar
serta tempat penyimpan air yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup
tumbuhan.
Salah satu faktor yang cukup penting dan peranannya sangat besar dalam usaha
perkebunan kelapa sawit adalah kondisi sumberdaya lahannya. Tanah mineral
pada kebun ini memiliki keterbatasan daya resap air serta tingginya aliran
permukaan dan erosi tanah. Sementara diketahui bahwa kesuburan tanah
sebagian besar berada pada lapisan atas yang mengandung bahan organik. Jika
lapisan tanah bagian atas mengalami erosi, tanah tersebut akan menjadi miskin
hara. Sebagian kondisi tanah pada kebun merupakan tanah berpasir, sehingga
sangat sulit untuk menyerap air. Pada lahan gambut, faktor yang mempengaruhi
adalah kandungan unsur hara serta keadaan drainase kebun.
Berdasarkan kendala yang ada, diperlukan upaya pengendalian erosi dan
perbaikan saluran drainase. Pengendalian erosi tidak hanya dilakukan untuk
keseluruhan lahan pada masing-masing blok, tetapi juga untuk masing-masing
piringan dari setiap pohon agar erosi pada bidang ini dapat dikurangi. Untuk
memperbaiki sifat fisik tanah, maka perlu penambahan kandungan bahan
organic tanah dengan memberikan kompos, pupuk kandang atau bahan-bahan
organic lainnya seperti limbah pabrik kelapa sawit (PKS). Beberapa upaya
konservasi yang telah dilaksanakan di kebun antara lain: pelaksanaan konservasi
tanah seperti aplikasi tandan kosong, pembuatan rorak organik, aplikasi pupuk
kandang, penanaman penutup tanah, pembuatan tapak timbun. Pelaksanaan
konservasi air seperti rorak tadah hujan, bangunan penahan air serta parit irigasi.
Melihat begitu besarnya pengaruh tanah dan air bagi pertumbuhan tanaman,
maka perbaikan-perbaikan sangat dibutuhkan untuk menjaga kualitas tanah
serta ketersediaan air yang optimal. Berikut merupakan kegiatan-kegiatan
konservasi yang dilakukan oleh perusahaan.
3.2.1 Aplikasi Abu Boiler
Abu boiler merupakan salah satu limbah pabrik yang dimanfaatkan di dalam
kebun. Abu boiler merupakan sisa dari cangkang kernel serta serat mesokarp
kelapa sawit yang digunakan sebagai bahan bakar tungku perapian di pabrik.
Abu boiler ini mengandung unsur kalium yang berguna bagi tanaman.
Dosis yang digunakan adalah 25 kg/pokok. Abu boiler ini ditaburkan di atas
tandan kosong (tankos). Abu boiler diaplikasikan dalam bentuk untilan dengan
bobot 25 kg/until. Pekerjaan tabur abu boiler ini dikerjakan oleh buruh harian
lepas dengan upah sebesar Rp.750/until.
Gambar 3.1
Abu Boiler
3.2.2 Rorak Organik
Merupakan beberapa kegiatan pengelolaan air yang dilakukan di afdeling OS
PT.SLS. Kegiatan pengelolaan air ini dimaksudkan untuk memanfaatkan air yang
datang seperti air hujan agar tidak langsung hilang baik oleh aliran permukaan
(run-off) maupun infiltrasi, tapi dapat di bendung terlebih dahulu untuk
dimanfaatkan oleh perakaran kelapa sawit.
Bahan organik tanah dapat meningkatkan ph tanah, meningkatkan kapasitas
tukar kation (KTK) dan memperbaiki struktur tanah yang akan mendorong
pertumbuhan tanaman dan serapan hara tanah. Berkembangnya struktur tanah
juga akan meningkatkan kemampuan tanah mempertahankan kelembabannya.
Pembuatan rorak organik satu untuk satu pohon. Rorak yang telah dibuat akan
diisi dengan bahan organik seperti tandan kosong, pelepah daun dan pupuk
kandang. Pupuk anorganik tidak diaplikasikan di dalam rorak tersebut.
Pembuatan rorak diukur berdasarkan kedalaman perakaran sawit yaitu sekitar 60
cm dengan lebar 50 cm. Panjang rorak dibuat menurut kondisi di lapangan yaitu
150 cm. Kendala yang sering ditemukan di kebun adalah ukuran rorak yang
dibuat oleh BHL lebih kecil dari ukuran yang diharapkan.
Parit irigasi sengaja dibuat di sepanjang blok untuk mengalirkan air yang telah
dibendung dari parit besar, agar penyebaran air tanah dapat lebih merata dan
dimanfaatkan oleh pokok kelapa sawit di sepanjang blok. Pembuatan parit irigasi
dikerjakan oleh BHL dengan norma kerja 15 meter/HK.
3.2.3 Tanam Neprolephis
Neprolephis ditanam pada lokasi tanaman menghasilkan (TM). Tujuan dari
penanaman Neprolephis ini antara lain untuk mengurangi run-off, mengurangi
erosi tanah serta menjaga kelembaban tanah. Neprolephis juga sering
dimanfaatkan oleh Sycanus sp (predator ulat api) untuk meletakkan telurnya.
Tanam Neprolephis memiliki norma kerja 22 titik/HK.
Tabel 1: Spesifikasi Ukuran Bangunan Konservasi
Bangunan KonservasiUkuran
(panjang x lebar x dalam)
Rorak tadah hujan 3m x 0,8m x 0,8mTandon air 18m x 3m x 1,5mLong-bed tadah hujan 9m x 0,8m x 1mFlat-bed tadah hujan 3m x 2m x 0,4 mRorak organik 1,5m x 0,6m x 0,5m
Parit irigasi 4m x 0,6m x 1m 4m x 0,6m x 1m
3.2.4 Pembuatan tanggul (over-flow)
Tanggul dapat dibuat pada parit yang terdapat di dalam blok kebun. Tanggul
dibuat untuk membendung aliran parit menggunakan susunan karung yang diisi
tanah serta beberapa kayu pasak sebagai penahan. Aliran yang terbendung
akan meningkatkan ketinggian permukaan air
hingga melampaui ketinggian karung sehingga terjadi over-flow. Ketinggian
permukaan air ini dapat dimanfaatkan dengan mengalirkannya ke tengah blok
kebun melalui parit irigasi. Dengan begitu, air dapat disebarkan secara merata ke
dalam blok.
Gambar 3.2
Tanggul (Over-flow)
Pembuatan tanggul ini membutuhkan 3 HK. Bahan-bahan yang dibutuhkan
antara lain: karung, tanah, kayu pasak, balok kayu, dan terpal. Kekuatan pasak
penahan harus diperhatikan khususnya pada saat musim hujan karena aliran air
yang deras dapat merusak bangunan tanggul (over-flow).
3.2.5 Aplikasi tandan kosong (tankos)
Tandan kosong merupakan salah satu limbah padat yang berasal dari pabrik
kelapa sawit. Tandan kosong berasal dari pengolahan TBS melalui proses
perebusan dan pemisahan antara serat tandan dengan brondolan. Serat tandan
yang telah terpisah dari buah brondolan disebut tandan kosong (tankos). Rata-
rata produksi tankos kelapa sawit adalah berkisar 22% hingga 24% dari total
bobot tandan buah segar (TBS) yang diproses di pabrik kelapa sawit.
Tankos kelapa sawit mengandung unsur nitrogen, fosfor, kalium, dan
magnesium. Aplikasi tankos ini dapat menekan pemakaian pupuk anorganik
buatan. Salah satu aspek penting adalah kemampuan tandan kosong kelapa
sawit untuk menyerap dan menahan air, sehingga diharapkan dapat
mempertahankankelembaban lingkungan mikro di sekitarnya.
Penempatan tandan kosong di lapangan dilakukan dengan dua cara yaitu
pemberian sebagai mulsa dan aplikasi dalam rorak. Pemberian sebagai mulsa
dilakukan dengan menebar tankos pada gawangan mati dari jalur pokok sampai
batas piringan. Aplikasi tandan kosong sangat efektif pada daerahdaerah dengan
topografi bergelombang sampai berbukit. Tandan kosong dapat menahan laju
kecepatan air dan butir-butir tanah yang hanyut pada proses aliran permukaan
(run-off), sehingga kerusakan tanah akibat erosi dapat diminimalisasi.
Kelembaban tanah di sekitar aplikasi tandan kosong akan memicu pertumbuhan
sistem perakaran terutama akar sekunder dan tersier.
Dari kondisi ini akan diperoleh manfaat, yaitu perbaikan kondisi tanah melalui
konservasi air dan tanah serta perbaikan terhadap sistem perakaran tanaman
yang akan menunjang produktivitas tanaman. Sementara itu, aplikasi tankos
dalam rorak lebih ditujukan bagi tanah-tanah bertekstur pasir tinggi yang
strukturnya lepas. Tandan kosong dimasukkan ke dalam rorak organik yang
berukuran 150cm x 60cm x 50cm lalu ditimbun kembali dengan tanah dan
dipadatkan. Pada kebun Kampar sendiri penempatan aplikasi tandan kosong
lebih banyak dilaksanakan sebagai mulsa.
Pelaksanaan aplikasi tandan kosong kelapa sawit banyak mengalami masalah di
lapangan. Berdasarkan Standard Operation Procedure (SOP), tankos diturunkan
dari truk di collection road tepat di depan gawangan mati. Tumpukan tankos ini
harus habis diecer pada hari itu juga. Pada kenyataannya pekerjaan ini sering
terlantar karena keterbatasan tenaga kerja, sehingga tumpukan tankos akan
menutupi jalan dan menghambat proses pekerjaan panen dan rawat pada blok
tersebut. Selain itu, truk yang mengangkut tankos dari pabrik seringkali melebihi
kapasitas truk. Hal ini menyebabkan tankos-tankos akan berjatuhan dan tercecer
di sepanjang jalur truk.
3.2.6 Aplikasi Pupuk Kandang
Pupuk kandang merupakan salah satu bahan organik yang diaplikasikan ke
dalam rorak. Pupuk kandang dapat meningkatkan pasokan hara tanah serta
memperbaiki sifat fisik tanah tersebut.. Bahan organik tanah merupakan salah
satu bahan pembentuk agregat tanah, yang mempunyai peran sebagai bahan
perekat antar partikel tanah untuk bersatu menjadi agregat tanah, sehingga
bahan organik penting dalam pembentukan struktur tanah. Kondisi tanah
berpasir pada sebagian tanah mineral kebun Kampar akan sangat efektif bila
diaplikasikan bahan organik pupuk kandang ini. Pemberian pupuk kandang pada
tanah berpasir akan meningkatkan pori berukuran menengah serta menurunkan
pori makro. Dengan demikian akan meningkatkan kemampuan menahan air.
Pupuk kandang yang diaplikasikan di kebun merupakan kotoran ayam yang
dipasok dari daerah Sumatera Barat. Pada beberapa kejadian, pupuk kandang
yang dikirim ke kebun sudah tidak murni lagi atau dengan kata lain telah
dicampur dengan sekam dan tanah. Pupuk kandang biasanya terdiri atas
campuran 0.5 % N, 0.25 % P2O5, dan 0,5 % K2O. Aplikasi pupuk kandang
dengan cara ditabur di dalam rorak organik. Dosis pupuk kandang yang diberikan
sebesar 20 kg tiap unit rorak. Sehingga untuk SPH 142 pokok/ha, maka dosis
pupuk kandang yang diberikan adalah 2.8 ton/ha. Menurut Jamilah (2003) dosis
pupuk kandang untuk memperbaiki sifat fisik tanah minimal 15 ton/ha. Penerapan
dosis pupuk kandang yang kecil di kebun karena biaya yang cukup tinggi dalam
hal pengadaan serta penaburan di kebun.
3.2.7 Pembuatan Tapak Timbun
Pembuatan tapak timbun bertujuan untuk menaikan permukaan tanah pada
piringan kelapa sawit. Tapak timbun diaplikasikan pada piringan kelapa sawit
yang mengalami penurunan tanah (sering terjadi pada tanah gambut) sehingga
akar terbuka. Akar yang terbuka tidak dapat menyerap unsur hara pada tanah.
Selain pada penurunan tanah, tapak timbun juga diaplikasikan pada kondisi
piringan yang tergenang air. Kondisi piringan yang tergenang akan mempersulit
proses panen serta pemupukan. Selain itu, genangan dalam jangka waktu lama
akan menyebabkan akar tanaman kelapa sawit busuk sehingga menghambat
pertumbuhan serta mengurangi produksi kelapa sawit.
Tapak timbun dibuat dengan jari-jari dua meter dari pangkal batang kelapa sawit.
Namun dalam pelaksanaannya di lapangan, jari-jari tapak timbun yang dibuat
lebih kecil dari yang seharusnya yaitu 1.5 meter. Hal ini sering menjadi masalah
antara mandor rawat dengan BHL tersebut. Penyebab masalah ini karena BHL
merasa upah yang diberikan terlalu rendah yaitu Rp.7 000/unit. Beberapa kondisi
lahan di kebun memiliki kandungan liat yang tinggi sehingga tanah sering lengket
pada mata cangkul. Hal tersebut sangat memberatkan BHL dalam berkerja dan
mencapai target.
3.2.8 Rorak Tadah Hujan
Rorak tadah hujan (RTH) bermanfaat untuk menampung air hujan serta air aliran
permukaan (run-off) agar air tidak mengalir keluar blok dan terbuang begitu saja.
RTH memiliki ukuran 3x0,8x0,8 meter. Rorak dibuat pada gawangan mati kelapa
sawit dan untuk satu unit rorak mewakili empat pokok kelapa sawit. Pada areal
datar, galian rorak dibuat sejajar dengan barisan tanaman, sedangkan pada
areal miring galian rorak dibuat tegak lurus arah lereng atau sejajar kontur.
Galian rorak diposisikan agar dapat memanen air yang mengalir di permukaan
serta menampung serasah organik pada top soil agar tidak terbawa keluar oleh
erosi. Pada blok yang melakukan pemupukan secara mekanis, posisi rorak harus
disesuaikan agar tidak mengganggu jalur alat penebar pupuk (spreader)
tersebut.
3.2.9 Bangunan Penahan Air (Long-Storage) dan Parit Irigasi
Long-storage merupakan bangunan air yang berfungsi menyimpan air di dalam
sungai, kanal, dan parit pada lahan yang relatif datar dengan cara menahan
aliran untuk menaikkan permukaan air dan dialirkan ke lahan melalui parit irigasi.
Pada umumnya bangunan air ini berupa tanggul, pintu air, dan check-dam.
Tanggul merupakan bangunan air yang paling banyak diaplikasikan pada
afdeling OS. Seperti yang kita ketahui bahwa afdeling OS relatif datar sehingga
dibutuhkan bangunan air seperti ini untuk mendistribusikan air ke lahan.
Pada lahan yang relatif datar, ketinggian air harus cukup agar dapat mengalirkan
air ke tengah blok. Bangunan air di afdeling OS merupakan bangunan tidak
permanen karena terkendala masalah biaya. Tanggul biasanya dibuat pada parit
atau kanal yang secara alami terdapat di kebun. Aliran ditahan dengan
menggunakan papan dan karung berisi tanah. Penahanan air akan
menyebabkan naiknya permukaan kanal sehingga dapat dialirkan melalui parit
irigasi. Parit irigasi dibuat dengan lebar 50 cm ke tengah blok. Dengan adanya
parit irigasi ini diharapkan akan mengubah aliran permukaan (run-off) dan air dari
kanal menjadi perkolasi di dalam blok.
Kendala yang terjadi di lapangan bahwa tanggul (tidak permanen) sering rusak
saat terjadi hujan yang cukup deras. Tekanan air merusak tumpukan karung
berisi tanah yang berfungsi sebagai penahan aliran air kanal atau parit tersebut.
Selain itu, parit irigasi juga sering rusak karena dilewati oleh alat penabur pupuk
(spreader) pada saat melaksanakan pemupukan mekanis. Dalam hal ini perlu
kerja sama dan saling pengertian antara pihak teknik yang mengoperasikan
spreader dengan pihak afdeling.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah
1. Konservasi tanah dan air harus dilaksanakan secara terpadu dengan
koordinator yang jelas demi menjamin kelestarian sumber daya alam,
terutama dalam upaya konservasi tanah dan air bagi kesejahteraan
rakyat.
2. Berbagai konservasi yang telah dilakukan oleh PT.Sari Lembah Subur
antara lain: pelaksanaan konservasi tanah seperti aplikasi tandan kosong,
pembuatan rorak organik, aplikasi pupuk kandang, penanaman penutup
tanah, pembuatan tapak timbun. Pelaksanaan konservasi air seperti rorak
tadah hujan, bangunan penahan air serta parit irigasi.
4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan yaitu:
1. Pihak yang mengelola program/proyek konservasi tanah dan air harus
mengetahui secara teknis, ekologis, ekonomis dan sosiologi akan
dampak dari program/proyek yang dilaksanakannya.
2. Adanya koordinasi yang kuat anatar pihak-pihak terkait untuk menangani
masalah konservasi air dan tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 1986. Konservasi Tanah dan Air. Jurusan Tanah, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Riastika, Meyra. 2011. Pengelolaan Air Tanah Berbasis Konservasi Di
Recharge Area Boyolali, Universitas Diponegoro, Semarang.
SIMANGUNSONG, ZENYFERD. 2011. Konservasi tanah dan air pada
perkebunan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq.) Pt sari lembah
subur, pelalawan, riau. Institut pertanian Bogor, Bogor