Konservasi Tanah Dan Air

28
KONSERVASI TANAH DAN AIR diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Matakuliah Dasar Teknik Pengendalian dan Konservasi Lingkungan (DTPKL) MAKALAH Disusun oleh: Kelompok 3 TEP-B Nur Aini Hariyo W. 121710201018 Salman Alfarisi H. 121710201042 Atas Sudrajat Q. 121710201056

description

faktor erosi

Transcript of Konservasi Tanah Dan Air

Page 1: Konservasi Tanah Dan Air

KONSERVASI TANAH DAN AIR

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Matakuliah Dasar Teknik Pengendalian dan Konservasi Lingkungan (DTPKL)

MAKALAH

Disusun oleh:

Kelompok 3 TEP-B

Nur Aini Hariyo W. 121710201018

Salman Alfarisi H. 121710201042

Atas Sudrajat Q. 121710201056

JURUSAN TEKNIK PERTANIANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER2014

Page 2: Konservasi Tanah Dan Air

BAB 1. KONSERVASI TANAH DAN AIR

1.1 Konservasi Tanah dan Air

Konservasi tanah adalah penempatan tanah pada cara penggunaan yang

sesuai dengan kemampuan tanah tersebar dan memperlakukannya sesuai dengan

syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Upaya

konservasi tanah bertujuan untuk mencegah erosi, memperbaiki tanah yang rusak,

memelihara serta meningkatkan produktivitas tanah agar tanah dapat digunakan

secara berkelanjutan. Konservasi air pada prinsipnya adalah penggunaan air hujan

yang jatuh ke tanah untuk pertanian seefisien mungkin dan mengatur waktu aliran

agar tidak terjadi banjir yang dapat merusak serta mempersiapkan ketersediaan air

pada musim kemarau (Sukrianto, 1990).

Konservasi tanah dan air sangat erat hubungannya karena setiap perlakuan

pada sebidang tanah akan mempengaruhi mata air pada tempat itu dan tempat-

tempat di hilirnya. Oleh karena itu, berbagai tindakan konservasi tanah juga

merupakan tindakan konservasi air. Pada dasarnya konservasi tanah dan air

dilakukan dengan cara memperlakukan tanah agar mempunyai ketahanan terhadap

gaya yang menghancurkan agregat dan pengangkutan oleh aliran permukaan, serta

mempunyai kemampuan menyerap air lebih besar (Sukrianto, 1990).

Melihat persoalan konservasi tanah dan air yang kompleks, maka

diperlukan kerjasama dengan beberapa disiplin ilmu, seperti ilmu tanah, biologi,

hidrologi, dan teknik konservasi tanah dan air. Hal tersebut juga ditentukan oleh

aspek sosial, budaya, dan ekonomi manusia.

1.2 Teknik Konservasi Tanah dan Air

Menurut Arsyad (2010), metode konservasi tanah dan air

dapat digolongkan ke dalam tiga golongan utama, yaitu sebagai

berikut.

1) Metode vegetatif

Page 3: Konservasi Tanah Dan Air

Metode vegetatif adalah penggunaan tanaman dan tumbuhan,

atau bagian tumbuhan atau sisa-sisanya untuk mengurangi daya

tumbuk butir hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan

kecepatan aliran permukaan yang pada akhirnya mengurangi

erosi tanah. Dalam konservasi tanah dan air, metode vegetatif

mempunyai fungsi (a) melindungi tanah terhadap daya perusak

butir-butir hujan yang jatuh, (b) melindungi tanah terhadap daya

perusak air yang mengalir di permukaan tanah, (c) memperbaiki

kapasitas infiltrasi tanah dan penahanan air yang langsung

mempengaruhi besarnya aliran permukaan. Beberapa teknik

konservasi tanah dan  air melalui cara vegetatif seperti pertanaman lorong (alley

cropping), silvipastura, dan pemberian mulsa.

2) Metode mekanik

Metode mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanis yang

diberikan terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk

mengurangi aliran permukaan dan erosi, serta meningkatkan

kemampuan penggunaan tanah. Termasuk dalam metode

mekanik dalam konservasi tanah dan air adalah (1) pengolahan

tanah (tillage), (2) pengolahan tanah menurut kontur (countour

cultivation), (3) guludan dan guludan bersaluran menurut kontur,

(4) parit pengelak, (5) teras, (6) dam penghambat (check dam),

waduk, kolam atau balon (farm ponds), rorak, tanggul, (7)

perbaikan drainase, dan (8) irigasi.

3) Metode kimia

Metode kimia dalam konservasi tanah dan air adalah

penggunaan preparat kimia baik berupa bahan alami yang telah

diolah, dalam jumlah yang relatif sedikit untuk meningkatkan

stabilitas agregat tanah dan mencegah erosi. Cara kimia dalam usaha

pencegahan erosi, yaitu dengan pemanfaatan soil conditiner atau bahan pamantap

tanah dalam hal memperbaiki struktur tanah, sehingga tanah akan tetap resisten

terhadap erosi. Bahan kimia memiliki pengaruh yang besar terhadap stabilitas

Page 4: Konservasi Tanah Dan Air

tanah karena senyawa tersebut tahan terhadap mikrobia tanah, permeabilitas tanah

dipertinggi dan erosi berkurang.

Page 5: Konservasi Tanah Dan Air

BAB 2. EROSI TANAH

Erosi merupakan peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah (bagian-

bagian tanah) dari satu tempat ke tempat lain oleh air dan angin. Erosi juga

merupkan peristiwa pengikisan sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya yang

diakibatkan oleh pengaruh dari transportasi angin, air atau es. Karakteristik hujan

dan material lain di bawah pengaruh gravitasi atau oleh makhluk hidup misalnya

seperti hewan yang membuat lubang dalam tanah, dalam proses tersebut disebut

bio-erosi (Yani, 2010)

Menurut Arsyad (1989), erosi memberi dampak buruk bagi

berlangsungnya kehidupan di lingkungan sekitar, berikut adalah beberapa dampak

buruk yang terjadi karena terjadinya erosi.

a. Menyebabkan hilangnya lapisan atas tanah yang subur dan baik untuk

pertumbuhan tanaman serta berkurangnya kemampuan tanah untuk

menyerap dan menahan air.

b. Merosotnya produktivitas tanah pada lahan yang tererosi, yang disertai

dengan merosotnya daya dukung serta kualitas lingkungan hidup.

c. Sungai, waduk, dan saluran irigasi/drainase di daerah hilir menjadi

dangkal, sehingga daya guna dan hasil guna berkurang.

d. Erosi juga dapat mengakibatkan terjadinya banjir yang kronis pada setiap

musim penghijauan dan kekeringan pada musim kemarau.

Pada dasarnya erosi memiliki berbagai macam bentuk, jika dilihat dari

bentuknya erosi dapat dibedakan menjadi 7 bagian sebagai berikut.

a. Erosi Percikan (Splash erosion)

Erosi percikan merupakan proses terjadinya erosi yang terjadi karena air hujan

turun lalu terjadi benturan secara langsung pada partikel tanah dengan curah dan

intensitas hujan besar serta dalam keadaan tanah yang basah. Erosi percikan ini

juga karena terkelupasnya patikel-partikel tanah bagian atas oleh curah hujan yang

besar dan memiliki kemiringan tanah yang curam, sehingga memudahkan tanah

tersebut tererosi (Morgan, 1995).

Page 6: Konservasi Tanah Dan Air

b. Erosi Lembar (Sheet erosion)

Erosi Lembar adalah erosi yang terjadi ketika lapisan tipis permukaan tanah di

daerah berlereng terkikis oleh aliran air hujan yang berada di puncak gunung atau

berada di ketinggian tertentu (Morgan, 1995).

c. Erosi Alur (Rill erosion)

Erosi Alur adalah erosi yang terjadi akibat pengikisan tanah oleh aliran air

sehingga aliran tanah tersebut membentuk parit atau saluran kecil. Alur-alur atau

paritan- paritan yang terbentuk dan yang terjadi masih dangkal dan dapat

dihilangkan dengan pengolahan tanah (Morgan, 1995).

d. Erosi Tebing Sungai (Streambank erosion)

Erosi Tebing Sungai adalah proses terjadinya erosi yang diakibatkan oleh

pengikisan tanah pada tebing-tebing sungai dan pengerusan dasar sungai oleh

aliran air sungai. Erosi tebing akan lebih hebat jika vegetasi penutup tebing telah

habis atau jika dilakukan pengolahan tanah terlalu dekat tebing (Morgan, 1995).

e. Erosi internal (internal or subsurface erosion)

Proses terangkutnya partikel-partikel tanah ke bawah masuk ke pori-pori akibat

adanya alira bawah permukaan.

f. Erosi parit/selokan (gully erosion)

Erosi yang membentuk jajaran parit yang lebih dalam dan lebar dan merupakan

tingkat lanjutan dari erosi alur.

g. Tanah Longsor (Landslide)

Tanah Longsor adalah suatu proses terjadinya erosi yang diakibatkan karena

bentuk erosi yang pengangkutan atau pemindahannya tanahnya terjadi pada suatu

saat dalam volume yang besar (Morgan, 1995).

Page 7: Konservasi Tanah Dan Air

BAB 3. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EROSI

Secara umum erosi dipengaruhi oleh iklim (C), tanah (S), topografi (T),

vegetasi (V), dan manusia (H) yang dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:

E = f (C,S,T,V,H)

Faktor tersebut dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor yang dapat dikendalikan

manusia dan faktor yang tidak dapat dikendalikan manusia. Faktor yang dapat

dikendalikan oleh manusia adalah tanaman, sedangkan iklim dan topografi secara

langsung tidak dapat dikendalikan oleh manusia dan untuk tanah dapat

dikendalikan secara tidak langsung dengan peralatan tertentu (Morgan, 1995).

3.1 Iklim

Iklim merupakan merupakan suatu keadaan cuaca rata- rata pada sautu

wilayah yang luas dalam jangka waktu yang relatif lama. Iklim juga dapat

didefinisikan sebagai peluang statistik berbagai keadaan atmosfer, antara lain

suhu, tekanan, angin, dan kelembaban yang terjadi di suatu daerah selama kurun

waktu yang panjang. Faktor- faktor terjadinya erosi yang dipengaruhi oleh adanya

iklim yaitu adanya jumlah dan intensitas hujan yang besar. Indonesia sebagai

negara yang memiliki iklim tropis memiliki curah hujan yang lebih tinggi dari

pada dengan negara yang memiliki iklim sedang. Pada umumnya besarnya curah

hujan menentukan kekuatan daya pengangkutan dan kerusakan terhadap tanah

Intensitas dan besarnya curah hujan menentukan kekuatan dispersi terhadap tanah.

Jumlah curah hujan rata-rata yang tinggi tidak menyebabkan erosi jika

intensitasnya rendah, demikian pula intensitas hujan yang tinggi tidak akan

menyebabkan erosi bila terjadi dalam waktu yang singkat karena tidak tersedianya

air dalam jumlah besar untuk menghanyutkan tanah (Arsyad, 1989).

Untuk menghambat terjadinya erosi tersebut perlu adanya alat yang

digunakan untuk mengetahui jumlah curah hujan yang turun ke bumi, alat tersebut

adalah rain gauge dan ombrometer. Rain gauge merupakan peralatan yang

digunakan untuk menghitung jumlah curah hujan dalam satuan waktu tertentu

Page 8: Konservasi Tanah Dan Air

secara otomatis dengan bantuan baterai sebagai sumber tenaganya. Rain gauge

dilengkapi dengan logger yang berfungsi untuk menyimpan data hasil observasi

yang bisa dihubungkan dengan PC untuk pengambilan datanya. Dalam sistem

kerjanya, rain gauge ini memiliki cara kerja yaitu hujan yang masuk kedalam

penampung, pada penanmpung tersebut terdapat sensor otomatik. Lalu air yang

masuk ke dalam pelampung tersebut disensor dengan corong sensor, sehingga air

yang masuk tersbut akan bergerak mengisi dua buah bejana yang saling

bergantian menampung air hujan. Dimana saat bejananya saling berjungkit, secara

elektrik terjadi kontak dan menghasilkan nilai keluaran curah hujan yang tercatat

pada penghitung (rain counter) yang displaynya dapat dilihat pada monitor. Dari

sinilah dapat diketahui curah hujan suatu daerah.

Gambar 1. Rain Gauge

Sedangkan ombrometer yaitu alat yang digunakan untuk menangkar atau

menghitung jumlah curah hujan secara manual. Ombrometer ini memiliki cara

kerja yaitu air hujan masuk ke mulut penakar kemudian melalui corong sempit

masuk ke tabung penampung. Untuk mengamati datanya yaitu dengan cara buka

gembok yang terkunci dan letakkan tabung gelas pengukur yang ada di dalam

tabung penakar di bawah corong/kran dan kemudian kran dibuka, lalu jika curah

hujan diperkirakan melebihi ukuran tabung gelas pengukur, maka kran harus

ditutup dulu dan lakukan pembacaan pada tabung gelas pengukur yang sudah

berisi air hujan dan dicatat pada kertas tersendiri. Air yang sudah ditakar tidak

boleh dibuang, tetapi ditampung sementara di tempat lain. Hal ini dilakukan jika

Page 9: Konservasi Tanah Dan Air

terjadi kesalahan atau kekurang yakinan dalam pembacaan awal masih bisa

diulangi. Selanjutnya lakukan pembacaan berikutnya dari air yang tersisa melalui

tabung gelas pengukur sampai air yang ada di dalam penakar hujan habis. Hasil

dari catatan yang pertama dan hasil pengukuran-pengukuran berikutnya

dijumlahkan sebagai hasil pengukuran curah hujan yang terjadi pada hari

pengamatan tersebut (BMKG, 2013).

Gambar 2. Ombrometer

Untuk mengukur curah hujan atau intensitas hujan dapat ditemuhi dengan rumus:

I=Rt

, dimana:

I = intensitas hujan (mm/jam),

R = tinggi hujan (mm),

t = lamanya hujan (jam) (Handayani et al, 2007: 2)

3.2 Tanah

Tanah merupakan himpunan mineral, bahan organik, endapan-endapan

beserta campuran partikel dengan beragam ukuran. Tanah mempunyai peranan

penting dalam siklus hidrologi. Kondisi tanah menentukan jumlah air yang masuk

ke dalam tanah dan mengalir pada permukaan tanah. Tanah tidak hanya berperan

sebagai media pertumbuhan tanaman, tetapi juga sebagai media pengatur air.

Tanah merupakan faktor penting yang menentukan besarnya erosi yang terjadi.

Faktor erosi yang terjadi di dalam tanah yaitu kemampuan tanah untuk menyerap

Page 10: Konservasi Tanah Dan Air

air hujan melalui perkolasi dan infiltrasi. Kepekaan atau ketahanan tanah terhadap

erosi berbeda-beda sesuai dengan sifat fisik dan kimia tanah. Perbedaan ketahanan

ini umumnya dinyatakan dalam nilai erodibilitas tanah. Semakin tinggi nilai

erodibilitas tanah, semakin mudah tanah tersebut tererosi. Secara umum tanah

dengan debu yang tinggi, liat yang rendah dan kandungan bahan organik sedikit

mempunyai kepekaan erosi yang tinggi. Ketahanan tanah menentukan mudah

tidaknya massa tanah dihancurkan, sedangkan infiltrasi dan perkolasi

mempengaruhi volume limpasan permukaan yang mengikis dan mengangkut

hancuran masa tanah. Sifat-sifat tanah yang penting pengaruhnya terhadap erosi

adalah kemampuannya untuk menginfiltrasikan air hujan yang jatuh serta

ketahanannya terhadap pengaruh hujan (Arsyad, 1989).

Untuk menghambat terjadinya erosi tersebut perlu adanya alat yang

digunakan untuk mengetahui jumlah air yang masuk ke dalam tanah, hal ini

bertujuan agar laju infiltrasinya diketahui dan dapat di hitung. Infiltrasi

merupakan proses meresapnya air dari permukaan tanah melalui pori-pori tanah.

Alat yang digunakan untuk mengukur infiltrasi tanah adalah ring infiltrometer.

Ring infiltrometer merupakan suatu tabung baja silindris pendek, berdiameter

besar yang mengitari suatu daerah dalam tanah. Bentuk ring infiltrometer ada dua

macam bentuk, yaitu single ring infiltrometer dan double ring infiltrometer,

namun dalam kehidupan sehari- hari yang sering digunakan untuk mengukur

infiltrasi tanah yaitu dengan menggunakan alat double ring infiltrometer. Double

ring infiltrometer ini memiliki cara kerja yaitu sebagai berikut.

a) Double ring infiltrometer dimasukkan ke dalam tanah sampai sedalam separuh

dari tinggi alat dengan kedudukan diusahakan tegak lurus.

b) Pukul ring tersebut dengan palu, dan jika menginginkan rata yang sama maka

harus digunakan kayu untuk mengukut ketinggian yang sama.

c) Untuk menghindari kerusakan struktur tanah dalam silinder, maka sebelum

dituangkan air terlebih dahulu tanah ditutup plastic baru kemudian air dituangkan

di atas plastik tersebut.

Page 11: Konservasi Tanah Dan Air

d) Sebelum penuangan air pada silinder tengah, silinder luar diisi air supaya

perembesan kearah luar bisa dikurangi, ring tengah harus selalu terisi air selama

proses pengamatan.

e) Setelah air diisikan ke dalam ring tengah, dengan cepat plastic ditarik dan

ditambah air sampai ketinggian tertentu lalu dibaca skala penurunan air tiap 5

menit sampai penurunan air dalam silinder mencapai konstan.

f) Kekurangan air selalu ditambah dan selalu dijaga agar ring tidak dalam keadaan

kosong serta dibaca batas penambahannya sampai penurunannya kostan.

Gambar 3. Double Ring Infiltrometer (Giska, 2013)

3.3 Topografi

Topografi merupakan tinggi rendahnya permukaan bumi yang

menyebabkan terjadi perbedaan lereng. Kemiringan dan panjang lereng adalah

dua unsur topografi yang paling berpengaruh terhadap aliran permukaan dan

erosi. Erosi akan meningkat jika lereng semakin curam atau semakin panjang. Jika

lereng semakin curam maka kecepatan aliran permukaan meningkat, sehingga

kekuatan mengangkut meningkat pula. Lereng yang semakin panjang

menyebabkan volume air yang mengalir menjadi semakin besar (Asdak, 1995).

Unsur lain yang berpengaruh adalah konfigurasi, keseragaman, dan arah lereng.

Bentuk lereng dibedakan atas lereng lurus, lereng cembung, lereng cekung, dan

lereng kompleks (Arsyad, 1989).

Panjang lereng dihitung mulai dari titik pangkal aliran permukaan sampai

suatu titik dimana air masuk ke dalam saluran atau sungai, atau dimana

Page 12: Konservasi Tanah Dan Air

kemiringan lereng berkurang sedemikian rupa sehingga kecepatan aliran air

berubah. Air yang mengalir di permukaan tanah akan terkumpul di ujung lereng.

Dengan demikian berarti lebih banyak air yang mengalir dan semakin besar

kecepatannya di bagian bawah lereng dari pada bagian atas. Bentuk lereng

dibedakan atas lereng lurus, lereng cembung, lereng cekung dan lereng kompleks.

Lereng lurus dicirikan oleh kemiringan yang seragam pada seluruh bagian lereng.

Lereng cembung semakin curam ke arah lereng bawah, sedangkan lereng cekung

semakin landai ke arah lereng bawah. Lereng yang cembung umumnya tererosi

lebih besar daripada lereng cekung. Perbedaan aspek lereng menimbulkan

perbedaan besarnya erosi yang terjadi karena perbedaan penyinaran matahari dan

kelembaban. Untuk daerah tropis, aspek lereng tidak terlalu menyebabkan

perbedaan erosi yang besar karena matahari berada hampir tegak lurus dari

permukaan (Kurnia, 1985).

Alat untuk mengukur topografi adalah total station. Berikut langkah-

langkah mengukur topografi suatu daerah.

1. Tentukan lokasi pengukuran.

2. Tentukan BM paling dekat terhadap lokasi yang akan diukur.

3. Tentukan kerapatan atau interval titik detail topografi yang akan diukur.

4. Dirikan alat ukur pada BM yang dimaksud pada poin nomer 2 dan target

(prisma reflektor) pada BM lainnya.

5. Tentukan station atau set alat untuk pengambilan data awal ke target sebagai

titik ikat untuk pengukuran detail pada area yang akan dipetakan.

6. Lakukan pengukuran detail situasi sesuai kerapatan titik yang diinginkan (3-5

meter) atau mengikuti perubahan topografi lapangan, bergantung konsisi

lapangan datar atau curam.

7. Jika tidak terjangkau semua area yang akan diukur, dapat dipasang patok

bantu poligon sesuai dengan arah line pengukuran yang direncanakan untuk

melakukan pengambilan data situasi detail daerah lainnya.

8. Sesuaikan penanaman detail situasi lapangan dengan data yang

dimasukkan/direkam pada alat ukur untuk memudahkan proses pengolahan

Page 13: Konservasi Tanah Dan Air

dan penggambaran, sehingga didapat gambaran peta yang mendekati bentuk

sebenarnya.

9. Kegiatan pada poin nomer 6,7,dan 8 dilakukan dengan cara yang sama dalam

satu line pengukuran.

10. Untuk line lainnya dilakukan cara yang sama mulai poin nomer 4-8.

Keterangan:

BM: tanda di lapangan yang telah mempunyai nilai atau koordinat

tertentu.

Sentering optis: mengatur posisi alat ukur agar berada tegak lurus tepat di

atas BM/patok dengan cara melihat dari jendela optis alat ukur.

3.4 Vegetasi

Vegetasi berpengaruh terhadap erosi karena dapat melindungi tanah dari

kekuatan hujan melalui penahanan dan intersepsi butir hujan oleh kanopi vegetasi.

Tertahannya hujan oleh kanopi dapat mengurangi kecepatan jatuh butir hujan dan

mengurangi energi hujan ketika mencapai permukaan tanah serta memberikan

waktu lebih untuk infiltrasi, sehingga volume dan kecepatan limpasan berkurang.

Vegetasi melalui perakaran juga mempengaruhi sifat tanah dalam wujud

memperbesar ketahanan massa tanah dari daya rusak hujan dan limpasan serta

memperbesar kapasitas infiltrasi melalui peningkatan porositas (Utomo, 1994).

Menurut Asdak (1995), yang lebih berperan dalam menurunkan besarnya

erosi adalah tumbuhan karena tumbuhan merupakan stratum vegetasi terakhir

yang akan menentukan besar kecilnya erosi percikan. Pengaruh vegetasi terhadap

aliran permukaan dan erosi dibagi dalam empat bagian (Arsyad, 1989), yaitu

sebagai berikut.

a. Sebagai intersepsi hujan oleh tajuk tanaman.

b. Mengurangi kecepatan aliran permukaan dan kekuatan perusak (air).

c. Pengaruh akar dan kegiatan-kegiatan biologi yang berhubungan dengan

pertumbuhan vegetasi dan pengaruhnya terhadap stabilitas struktur dan

porositas tanah.

Page 14: Konservasi Tanah Dan Air

d. Transpirasi (penguapan) yang mengakibatkan kandungan air tanah

berkurang sehingga meningkatkan kapasitas infiltrasi.

Vegetasi penutup tanah yang baik seperti rumput tebal atau hutan lebat

akan menghilangkan pengaruh hujan dan topografi terhadap erosi. Hutan efektif

dalam mencegah erosi karena daun-daunnya dan rumputnya rapat. Untuk

pencegahan erosi paling sedikit 70% tanah harus tertutup vegetasi. Tanaman yang

tinggi biasanya menyebabkan erosi yang lebih besar dibandingkan tanaman yang

rendah, karena air yang tertahan oleh tanaman masih dapat merusak tanah ketika

jatuh di permukaan tanah. Selain mengurangi pukulan butir-butir air hujan pada

tanah, tanaman juga berpengaruh dalam menurunkan kecepatan aliran permukaan

dan mengurangi kandungan air tanah melalui transpirasi (Rachman, 1991).

Peranan vegatasi dalam memitigasi erosi antara lain sebagai berikut.

Intersepsi dan absorbsi hujan oleh tajuk tanaman akan mengurangi energi

kinetik hujan yang jatuh, sehingga memperkecil erosi. Tetapi semakin

tinggi tajuk, setelah intersepsi mencapai titik jenuh, kemampuan absorbsi

berkurang, air hujan akan terakumulasi dalam volume yang lebih besar,

ketika jatuh ke permukaan tanah erosivitasnya menjadi semakin besar.

Bahan organik dari seresah yang jatuh dan menutupi permukaan tanah

akan melindungi permukaan tanah dari energi kinetik hujan, limpasan

aliran air permukaan, menjadi salah satu sumber energi bagi fauna tanah

yang akan membantu dalam perbaikan struktur tanah.

Penyebaran perakaran akan memantapkan butir-butir tanah dan

memperkuat struktur tanah, serta memperbesar porositas tanah.

Ada dua metode yang dapat digunakan untuk menganalisis vegetasi, yaitu

sebagai berikut (Kusmana, 1997).

a. Metode Titik Sentuh (Point Intercept Method)

Untuk komunitas tumbuhan bawah, seperti rumput, herba, dan semak metode

yang dapat digunakan adalah metode titik sentuh. Dalam pelaksanaanya di

lapangan dapat digunakan alat bantu seperti gambar di bawah ini.

Page 15: Konservasi Tanah Dan Air

Gambar 4. Alat kisi kawat (alat a) dan kayu berlubang (alat b)

Tumbuhan yang menyentuh pin yang terbuat dari kawat akan dicatat jenisnya,

sehingga dominansi dari jenis tersebut dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut.

Dominansi suatu jenis (D) = Σ sentuhan suatu jenis

Σ seluruh sentuhan x 100%

Dominansi relatif suatu jenis = D

Dominansi seluruh jenis x 100%

Rumus lainnya sama dengan metode petak. Hal yang sama dapat dilakukan

dengan alat b dengan cara memindahkan alat tersebut pada plot contoh tiap 10 cm,

sehingga didapatkan dominansi dari jenis-jenis yang tersentuh.

b. Metode Garis Sentuh (Line Intercept Method)

Metode garis sentuh digunakan untuk komunitas padang rumput dan

semak/belukar. Prosedur pelaksanaan metode ini adalah sebagai berikut.

Salah satu sisi areal dibuat garis dasar yang akan menjadi tempat titik tolak

garis intersep.

Garis-garis intersep diletakkan secara acak atau sistematik pada areal yang

akan diteliti.

Page 16: Konservasi Tanah Dan Air

Alat bantu berupa pita ukur atau tambang tali tersebut dibagi ke dalam interval

jarak tertentu. Hanya tumbuhan yang tersentuh di atas atau di bawah garis intersep

yang diinventarisir.

3.5 Manusia

Manusia sangat berperan terhadap terjadinya erosi, seperti yang kita

ketahui bahwa dilihat dari jenisnya erosi dapat dibagi menjadi dua, yaitu erosi

alami (natural erotion) dan erosi dipercepat (accelerate erotion). Tindakan

manusia yang semena-mena tidak mengikuti kaidah konservasi tanah dan air

digolongkan kepada erosi yang dipercepat. Faktor utama yang mempercepat

proses terjadinya erosi adalah manusia sendiri. Kesalahan dalam pengelolaan

tanah dapat mengakibatkan kerusakan tanah yang serius, misalnya terbentuknya

tanah-tanah kritis, luas pemilikan tanah yang sempit, kurangnya pengetahuan

tentang pengawetan tanah, sempitnya lapangan kerja, dank arena dorongan

ekonomi lainnya, sering mendukung pengelolaan tanah yang tidak layak.

5.1 Perbuatan Manusia yang Mempercepat Terjadinya Erosi

a. Pembalakan liar

Pembalakan liar atau penebangan liar (illegal logging) adalah kegiatan

penebangan, pengangkutan dan penjualan kayu tidak sah atau tidak memiliki izin

dari otoritas setempat. Indonesia telah kehilangan hutan sekitar 1,5 juta hektar

setiap tahun dan diperkirakan sekitar 20 juta hutan produksi yang tersisa.

Penebangan liar berkaitan dengan meningkatnya kebutuhan kayu di pasar

internasional, besarnya kapasitas terpasang industri kayu dalam negeri,

konsumsi lokal, lemahnya penegakan hukum, dan pemutihan kayu yang terjadi di

luar kawasan tebangan.

Berdasarkan hasil analisis FWI dan GFW dalam kurun waktu 50 tahun,

luas tutupan hutan Indonesia mengalami penurunan sekitar 40% dari total tutupan

hutan di seluruh Indonesia. Dan sebagian besar, kerusakan hutan (deforestasi) di

Indonesia diakibatkan oleh sistem politik dan ekonomi yang menganggap

sumberdaya hutan sebagai sumber pendapatan dan bisa dieksploitasi untuk

kepentingan politik serta keuntungan pribadi.

Page 17: Konservasi Tanah Dan Air

Menurut data Departemen Kehutanan tahun 2006, luas hutan yang rusak

dan tidak dapat berfungsi optimal telah mencapai 59,6 juta hektar dari 120,35 juta

hektar kawasan hutan di Indonesia, dengan laju deforestasi dalam lima tahun

terakhir mencapai 2,83 juta hektar per tahun. Penelitian Greenpeace mencatat

tingkat kerusakan hutan di Indonesia mencapai angka 3,8 juta hektar pertahun,

yang sebagian besar disebabkan oleh aktivitas illegal logging atau penebangan

liar. Bila keadaan seperti ini dipertahankan, maka erosi yang terjadi di Indonesia

akibat pembalakan liar akan semakin meningkat.

b. Kebakaran hutan

Kebakaran liar, atau juga kebakaran hutan, kebakaran vegetasi, kebakaran

rumput, atau kebakaran semak, adalah sebuah kebakaran yang terjadi di alam liar,

tetapi dapat juga memusnahkan rumah-rumah atau sumber daya pertanian.

Penyebab umum termasuk petir, kecerobohan manusia, dan pembakaran yang

tidak terkontrol.

Kebakaran yang terjadi di lereng-lereng pegunungan ataupun di dataran

tinggi akan memusnahkan sejumlah tanaman yang juga berfungsi menahan laju

tanah pada lapisan atas untuk tidak terjadi erosi. Pada saat hujan turun dan ketika

run off terjadi, ketiadaan akar tanah akibat kebakaran sebagai pengikat akan

menyebabkan tanah ikut terbawa oleh hujan ke daerah yang lebih rendah

yang pada akhirnya potensial sekali menimbulkan bukan hanya erosi tetapi juga

longsor.

c. Pengolahan lahan pertanian yang tidak tepat

Ditingkat lahan pertanian juga terjadi pelanggaran-pelanggaran kaidah

konservasi tanah dan air sebagai contoh adalah dalam teknik konservasi

tanah dan air penanaman tanaman pertanian (budidaya pertanian) terutama di

lahan miring haruslah ditanam memotong lereng atau searah kontur, kecuali

bagi tanaman-tanaman yang buahnya di bawah permukaan tanah. Keadaan

yang terjadi adalah bahwa tanaman budidaya pertanian masih banyak yang

ditanam searah lereng atau tidak memotong lereng; hal ini tentu akan memacu

erosi yang hebat.

Page 18: Konservasi Tanah Dan Air
Page 19: Konservasi Tanah Dan Air

BAB 4. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan

sebagai berikut.

a. Konservasi tanah dan air dilakukan dengan cara memperlakukan tanah

agar mempunyai ketahanan terhadap gaya yang menghancurkan agregat

dan pengangkutan oleh aliran permukaan, serta mempunyai kemampuan

menyerap air lebih besar.

b. Ada tiga metode konservasi tanah, yaitu metode vegetatif, metode

mekanik, dan metode kimia.

c. Erosi merupakan peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah (bagian-

bagian tanah) dari satu tempat ke tempat lain oleh air dan angin.

d. Faktor yang mempengaruhi erosi ada lima, yaitu iklim, tanah, topografi,

vegetasi, dan manusia.

Page 20: Konservasi Tanah Dan Air

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.

Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air Edisi Kedua. Bogor: IPB Press.

Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:

UGM Press.

BMKG, 2013. Penakar Hujan Manual Ombrometer.

http://www.staklimkarangploso.info/index.php/tugas-dan-wilayah-kerja/

10-peralatan-klimatologi/14-penakar-hujan-manual-ombrometer. [25 Mei

2014].

Handayani, dkk. 2007. Pemilihan Metode Intensitas Hujan yang Sesuai dengan

Karakteristik Stasiun Pekanbaru. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Riau.

Kusmana, C. 1997. Metode Survey Vegetasi. Bogor: IPB Press.

Morgan, R. P. C. 1995. Soil Erosion and Conservation (Second edition ed.).

Harlow: Longman.

Sukrianto, T. 1990. Analisis Keberhasilan Kegiatan Konservasi Tanah dan Air

dalam Rangka Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Tesis. IPB. Bogor.

Utomo, W. H. 1994. Erosi dan Konservasi Tanah. Malang: IKIP.

Yani, A. 2010. Menyingkap Fenomena Geosfer. Jakarta: PT Grafindo Media

Pratama.