KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN...

49
i LAPORAN KAJIAN KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ASAP CAIR TAHAP II Oleh : Tim Kajian Moh. Habibi, S.Si Winda Diah Puspita Rini, S.S Rifqi Kurniadi Suryanto, A.Md Heri Yulianto Wahyudi KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTUR JENDERAL KEBUDAYAAN BALAI KONSERVASI BOROBUDUR 2017

Transcript of KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN...

Page 1: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

i

LAPORAN KAJIAN

KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU

MENGGUNAKAN ASAP CAIR

TAHAP II

Oleh : Tim Kajian

Moh. Habibi, S.Si

Winda Diah Puspita Rini, S.S

Rifqi Kurniadi Suryanto, A.Md

Heri Yulianto

Wahyudi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DIREKTUR JENDERAL KEBUDAYAAN

BALAI KONSERVASI BOROBUDUR

2017

Page 2: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

i

Page 3: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | ii

Lembar Pengesahan

Laporan Kajian

“KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ASAP CAIR TAHAP

II”

Tim Pelaksana :

Moh. Habibi, S.Si

Winda Diah Puspitarini, S.S

Rifqi Kurniadi Suryanto, A.Md.

Heri Yulianto

Wahyudi

Jangka Waktu Pelaksanaan : 7 Bulan

Sumber Anggaran : DIPA Balai Konservasi Borobudur 2017

Mengetahui,

Plt. Kepala Balai Konservasi Borobudur

Iskandar Mulia Siregar, S.Si.

NIP. 19691118 199903 1 001

Borobudur, Desember 2017

Ketua Tim Kajian

Moh. Habibi, S.Si

NIP. 19880710 201504 1 004

Page 4: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah

memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kajian yang

berjudul “Kajian Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II”.

Kajian ini dilakukan dalam rangka untuk mencari bahan alternative konservasi cagar budaya

kayu.

Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyelesaian kajian ini, dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Drs. Marsis Sutopo, M.Si selaku Kepala Balai Konservasi Borobudur atas

kesempatan dan arahannya

2. Bapak Iskandar M. Siregar, S.Si dan Ibu Dra. Wahyu Astuti, M.A. selaku Kasi

Konservasi dan Kasubbag TU atas bimbingannya selalu

3. Rekan-rekan BPCB Jambi yang telah sangat kooperatif dan membantu selama

melakukan observasi ke Kabupaten Merangin dan Jambi

4. Tim Kajian Asap Cair yang kompak dan selalu ceria ketika melakukan kajian ini.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu

saran, masukan, dan kritik konstruktif sangat diharapkan demi kesempurnaan kajian ini,

semoga kajian ini dapat bermanfaat.

Borobudur, Desember 2017

Penulis

Page 5: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | iv

ABSTRAK

Indonesia mempunyai benda cagar budaya yang melimpah. Benda cagar budaya yang

ditemukan dapat berupa logam, batuan, keramik, dan kayu. Benda peninggalan yang berupa

kayu sangat rentan terhadap degradasi/pengerusakan disebabkan karena faktor biologis,

kimiawi ataupun fisik. Degradasi morfologi dan anatomi disebabkan karena adanya

mikroorganisme (fungi) dan penguraian selulosa kayu oleh rayap. Usaha konservasi dan

preservasi kayu telah banyak dilakukan. Konservasi benda cagar budaya kayu dengan

memanfaatkan bahan tradisional sedang banyak dikembangkan karena bahan tradisional lebih

aman bagi lingkungan dan manusia. Asap cair dapat digunakan untuk mengawetkan kayu.

Asap cair (liquid smoke) merupakan hasil kondensasi atau pengembunan uap hasil pembakaran

secara langsung maupun tidak langsung dari bahan-bahan yang banyak mengandung lignin,

selulosa, hemiselulosa serta senyawa karbon lainnya. Asap cair mempunyai berbagai sifat

fungsional, seperti untuk memberi aroma, rasa dan warna karena adanya senyawa fenol dan

karbonil sebagai bahan pengawet alami karena mengandung senyawa fenol dan asam yang

berperan sebagai anti bakteri dan antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

efektivitas asap cair pada pengujian skala lapangan (graveyard test).

Variabel bebas pada kajian ini terdiri dari tujuh macam konsentrasi asap cair (0%, 10%,

20%, 30%, 50%, 100%, Termicon), jenis kayu (Jati & Nangka), dan metode aplikasi (oles &

semprot). Variabel terikat yang diamati adalah berat kayu uji dan kualitas mutu kayu. Pengujian

skala lapangan dilakukan dengan uji kubur selama dua bulan. Hasil kajian menujukkan bahwa

hanya konsentrasi asap cair yang berpengaruh nyata terhadap ketahanan kayu uji dari rayap

tanah. Konsentrasi 100% memberikan pengaruh berbeda nyata dibandingkan dengan

konsentrasi yang lain serta memberikan kualitas mutu kayu yang terbaik.

Kata kunci : Asap cair, graveyard test, kayu, rayap tanah

Page 6: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... iii

ABSTRAK ....................................................................................................................... iv

DAFTAR ISI.................................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ........................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

A. Dasar ................................................................................................................. 1

B. Latar Belakang ................................................................................................. 1

C. Rumusan Masalah ............................................................................................ 3

D. Maksud & Tujuan ............................................................................................. 3

E. Manfaat Kajian ................................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 4

A. Asap Cair .......................................................................................................... 4

B. Kayu ................................................................................................................. 6

C. Faktor Perusak Kayu ........................................................................................ 9

D. Pengawetan Kayu ............................................................................................. 11

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................ 13

A. Ruang Lingkup ................................................................................................. 13

B. Waktu dan Tempat ........................................................................................... 13

C. Alat dan Bahan ................................................................................................. 13

D. Jenis dan Sumber Data ..................................................................................... 13

E. Metode Pengumpulan Data .............................................................................. 14

F. Analisis Data .................................................................................................... 16

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN........................................................................... 17

A. Komposisi Penyusun Asap Cair Tempurung Kelapa ....................................... 17

B. Hasil Observasi ke Jambi ................................................................................. 18

C. Kehilangan Berat .............................................................................................. 20

Page 7: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | vi

D. Penentuan Kelas Mutu Kayu ............................................................................ 23

BAB V PENUTUP........................................................................................................... 25

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 25

B. Saran ................................................................................................................. 25

DAFTAR RUJUKAN ..................................................................................................... 26

LAMPIRAN..................................................................................................................... 29

Page 8: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | vii

DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Penilaian kerusakan contoh uji oleh rayap tanah ............................................. 17

2. Komponen penyusun asap cair tempurung kelapa ..................................................... 19

3. Hasil analisis sidik ragam ................................................................................ 23

4. Kelas mutu kayu terhadap konsentrasi asap cair ............................................. 25

Page 9: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | viii

DAFTAR GAMBAR

No. Hal

1. Struktur Selulosa .............................................................................................. 7

2. Struktur Hemiselulosa ............................................................................................ 8

3. Struktur Lignin ................................................................................................. 9

4. Posisi & Penempatan Contoh Uji .................................................................... 16

5. Kromatorgram asap cair tempurung kelapa ............................................................... 18

6. Rumah tetua adat Desa Rantau Panjang .......................................................... 20

7. Beberapa faktor yang menyebabkan degradasi kayu pada Rumah Tuo ..................... 21

8. Kehilangan berat kayu terhadap konsentrasi asap cair .................................... 22

9. Kehilangan berat kayu terhadap jenis kayu ..................................................... 22

10. Kehilangan berat kayu terhadap metode aplikasi ............................................ 23

11. Kerusakan pada kayu Jati setelah uji Kubur .................................................... 25

Page 10: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | ix

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal

1. Perhitungan Analisis RAL Faktorial................................................................ 31

2. Dokumentasi Kegiatan Kajian .............................................................................. 36

3. Hasil Analisis GC-MS ..................................................................................... 38

Page 11: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Dasar

Dasar hukum yang digunakan dalam melakukan kegiatan kajian adalah :

1. Undang-undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

2. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang perubahan IV Peraturan Presiden

54 Tahun 2010 tentang pengadaan Barang/jasa Pemerintah;

3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 29 Tahun 2015 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Balai Konservasi Borobudur.

4. DIPA Balai Konservasi Borobudur tahun 2017 Nomor: DIPA-

023.15.2.427775/2017 tanggal 7 Desember 2016.

5. Keputusan Kepala Balai Konsevasi Borobudur Nomor: 1804/E12/HK/2017 tanggal

23 Februari 2017 tentang tim pelaksana kajian pada Balai Konservasi Borobudur

tahun 2017.

B. Latar Belakang

Indonesia mempunyai benda cagar budaya yang melimpah. Banyak benda cagar

budaya yang ditemukan di Indonesia, baik di daratan maupun di laut. Benda cagar

budaya yang ditemukan dapat berupa logam, batuan, keramik, dan kayu. Benda

peninggalan yang berupa kayu sangat rentan terhadap degradasi/pengerusakan

disebabkan karena faktor biologis, kimiawi ataupun fisik. Hal ini disebabkan karena

kayu merupakan benda organik yang dengan mudah dapat menarik mikroorganisme

dan serangga.

Beberapa permasalahan yang sering terjadi pada benda cagar budaya kayu

adalah terjadinya kerusakan struktur morfologi dan anatomi dari kayu itu sendiri.

Degradasi morfologi dan anatomi disebabkan karena adanya mikroorganisme (fungi)

dan penguraian selulosa kayu oleh rayap. Beberapa jenis fungi pada benda cagar budaya

kayu yang telah berhasil diidentifikasi adalah dari genus Penicillium sp., Cladosporium

sp., Aureobasidium sp., dan Eupenicillium sp., (Ortiz et al., 2014), sedangkan rayap

yang umum menyerang kayu adalah rayap kayu kering (Cryptotermes spp.) dan rayap

tanah (Macrotermes spp.) (Wijaya et al., 2008).

Page 12: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | 2

Usaha konservasi dan preservasi kayu telah banyak dilakukan. Konservasi

benda cagar budaya kayu dengan memanfaatkan bahan tradisional sedang banyak

dikembangkan karena bahan tradisional lebih aman bagi lingkungan dan manusia.

Beberapa bahan tradisional yang telah diuji untuk konservasi benda cagar budaya kayu

seperti tembakau, cengkeh, dan pelepah pisang terbukti efektif untuk melawan jamur

dan rayap (Cahyandaru et al., 2010).

Berdasarkan Wagiman et al. (2014) asap cair dapat digunakan untuk

mengawetkan kayu. Asap cair (liquid smoke) merupakan hasil kondensasi atau

pengembunan uap hasil pembakaran secara langsungmaupun tidak langsung dari

bahan-bahan yang banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa serta senyawa

karbon lainnya (Darmadji, 2002). Bahan baku yang banyak digunakan antara lain

berbagai macam jenis kayu, bongkol kelapa sawit, sampah organik, tempurung kelapa,

sekam, ampas atau serbuk gergaji kayu dan lainsebagainya. Selama pembakaran,

komponen dari kayu akan mengalami pirolisa menghasilkan berbagai macam senyawa

antara lain fenol, karbonil, asam, furan, alkohol, lakton, hidrokarbon, polisiclik

aromatic dan lain sebagainya (Girrad, 1992). Asap cair mempunyai berbagai sifat

fungsional, seperti untuk memberi aroma, rasa dan warna karena adanya senyawa fenol

dan karbonil sebagai bahan pengawet alami karena mengandung senyawa fenol dan

asam yang berperan sebagai anti bakteri dan antioksidan.(Pszczola, 1995). Penelitian

asap cair dari batok kelapa sebagai bahan konservasi cagar budaya kayu telah dilakukan

oleh Habibi dkk pada tahap I yang dilakukan tahun 2016. Pada kajian tersebut

membuktikan asap cair dari batok kelapa dapat menghambat serangan jamur dan rayap.

Daerah yang akan dikunjungi yaitu di Jambi, tepatnya di perkampungan Rantau

Panjang, Kabupaten Merangin Jambi. Perkampungan ini terletak di Kecamatan Tabir

tepatnya di Desa Rantau Panjang atau sekitar 30 Km dari Bangko. Desa ini merupakan

desa tertua di provinsi Jambi yang memiliki rumah-rumah berusia ratusan tahun.

Penduduk desa ini adalah suku Batin keturunan proto Melayu atau Melayu tua. Tidak

seperti daerah-daerah lainnya di Jambi yang kebanyakan dihuni oleh suku Batin yang

lebih muda. Suku Batin sendiri merupakan suku asli Jambi. Di sini terdapat salah satu

rumah yang ditempati keluarga yang merupakan keturunan ke 14 dari Puyang Bungkuk

pendiri dari desa tersebut (Dusun Tuo Rantau Panjang). Rumah ini menurut informasi

penghuninya merupakan bekas Rumah Raja dan konon satu diantara rumah tertua yang

sudah ada sejak tahun 1333. Selain masih dihuni, rumah ini juga dijadikan museum

bagi Suku Batin di Dusun Tuo Rantau Panjang. Suku Batin merupakan keturunan proto

Page 13: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | 3

Melayu. Diyakini ribuan tahun lalu nenek moyang mereka bermigrasi dari Cina Selatan

menuju Indonesia menyusuri sungai Batanghari di Jambi menuju hulu. Keunikan yang

lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

pasak dan ikat. Rumah tradisional tersebut masih menggunakan perapian kayu bakar di

dalam rumah. Sehingga dimungkinkan kayu rumah rumah tersebut terawetkan karena

adanya jelaga.

C. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada kajian ini adalah:

a. Bagaimana komposisi kimiawi asap cair?

b. Bagaimana efektivitas asap cair tersebut dalam menghambat serangan rayap tanah?

D. Maksud Dan Tujuan

Tujuan kajian ini adalah :

1. Melakukan uji GC-MS untuk mengetahui komponen kimiawi penyusun asap cair yang

digunakan pada penelitian.

2. Mengetahui efektivitas ekstrak asap cair sebagai penghambat serangan rayap tanah.

Maksud kajian ini adalah :

1. untuk mengetahui komponen kimiawi penyusun asap cair sehingga dapat mencari jenis

asap cair lain yang mempunyai komponen kimiawi yang hampir serupa untuk

direkomendasikan sebagai pengawet kayu pada cagar budaya di Indonesia.

2. untuk mengetahui konsentrasi asap cair yang diperlukan untuk menghambat rayap yang

merusak bangunan kayu cagar budaya dan untuk melengkapi kajian tahap I.

E. Manfaat Kajian

Manfaat kajian ini adalah agar konservasi kayu dapat dilakukan secara efektif dan

aman dengan penggunaan bahan-bahan tradisional yang mudah didapatkan di sekitar cagar

budaya.

Page 14: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asap Cair

Asap cair merupakan asam cuka (veenegar) yang diperoleh melalui proses pirolisis

bahan yang mengandung selulosa, hemiselulosa, dan lignin pada suhu 4000C selama 90

menit lalu diikuti proses kondensasi dalam kondensor pendingin (Pszozola, 1995).

Sedangkan menurut Amritama (2007) asap cair merupakan hasil destilasi atau

pengembunan dari uap hasil pembakaran tidak langsung maupun langsung dari bahan –

bahan yang banyak mengandung karbon dan senyawa – senyawa lain dan merupakan

salah satu hasil pirolisis tanaman atau kayu pada suhu sekitar 4000C. Penelitian yang

dilakukan Darmadji (1996) menunjukkan bahwa asap cair tempurung kelapa memiliki

kandungan senyawa fenol 4,13%, asam 10,2% dan karbonil 11,3%. Kandungan tersebut

diketahui dapat berfungsi sebagai bahan antimikroorganisme dan antirayap.

Menurut Darmadji et al., (1996), pirolisis tempurung kelapa yang telah menjadi

asap cair akan memiliki senyawa fenol sebesar 4,13%, karbonil 11,3% dan asam 10,2%.

Senyawa - senyawa tersebut mampu mengawetkan makanan sehingga mampu bertahan

lama karena memiliki fungsi utama yaitu sebagai penghambat perkembangan bakteri.

Hal ini sejalan dengan pendapat (Amrita 2007, pada Endah, 2010). Asap cair merupakan

bahan kimia hasil destilasi asap hasil pembakaran yang mampu menjadi desinfektan

sehingga bahan makanan dapat bertahan lama tanpa membahayakan konsumen.

Pemanfaatan limbah kayu sebagai asap cair telah mendapat perhatian belakangn ini. Pada

umumnya diperoleh secara pirolisis. Pada proses pirolisis terjadi dekomposisi dari

senyawa selulosa, hemi selulosa dan lignin C (Soldera 2008).

Luditama (2006) mengungkap bahwa kandungan asap cair tempurung dan sabut

kelapa terdiri dari fenol 31,93-44,30%. Di mana luas area tertinggi di dapat daripada hasil

pirolisis sabut kelapa pada suhu 500oC. Senyawa dominan lainnya yaitu 2,6 dimetoksi

fenol dan 1,2 benzenediol dengan luas area yang juga bervariasi tergantung dari masing-

masing sampel dan suhu yang digunakan. Menurut Zaitsev (1969) mengemukakan

bahwa asap cair mengandung beberapa zat antimikroba, antara lain:

1. Asam dan turunannya: format, asetat, butirat, propionate, metal ester

2. Alkohol: metil, etil, propil, alkil, dan isobutyl alcohol

Page 15: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | 5

3. Aldehid: formaldehid, asetaldehid, furfural, dan metil furfural

4. Hidrokarbon: silene, kumene, dan sumene

5. Keton: aseton, metil etil keton, metil propil keton, dan etil propil keton

6. Fenol

7. Piridin dan metil piridin

Senyawa yang sangat berperan sebagai antimicrobial adalah senyawa fenol dan

asam asetat, dan peranannya semakin meningkat apabila kedua senyawa tersebut ada

bersama-sama.

Mutu dan kualitas asap yang dihasilkan tergantung dari jenis kayu, kadar air, dan

suhu pembakaran yang digunakan dalam proses pengasapan. Untuk mendapatkan

mutu dan volume asap sesuai yang diharapkan digunakan jenis kayu keras (non-

resinous) seperti tempurung kelapa. Bila menggunakan kayu yang lunak (resinous),

asap yang dihasilkan banyak mengandung senyawa dan bau yang tidak diharapkan.

(Eddy, 1993).

Komposisi asap dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya jenis kayu,

kadar air kayu dan suhu pembakaran yang digunakan (Girard, 1992; Maga, 1987).

Jenis kayu yang mengalami pirolisis menentukan komposisi asap. Kayu keras pada

umumnya mempunyai komposisi yang berbeda dengan kayu lunak. Kayu keras

(misalnya kayu oak dan beech) adalah yang paling umum digunakan karena pirolisis

terhadap kayu keras akan menghasilkan aroma yang lebih unggul, lebih kaya

kandungan senyawa aromatik dan senyawa asamnya dibandingkan kayu lunak (kayu

yang mengandung resin) (Fujimaki et. al ., 1974 dalam Girard, 1992). Kadar air

juga memberikan variasi terhadap komposisi asap. Jumlah kadar air yang meningkat

menyebabkan kadar fenol yang rendah dan meningkatkan kadar senyawa karbonil.

Flavor dari produk yang diasap pada kondisi ini bersifat lebih asam. Suhu pembakaran

kayu juga memberikan pengaruh terhadap komposisi asap. Menurut Girard (1992),

kadar maksimum senyawa fenol, karbonil dan asam tercapai pada suhu pirolisis

600°C. Produk yang diberi perlakuan asap yang diproduksi pada suhu 400ºC lebih

unggul dalam mutu organoleptiknya terhadap produk yang diberi perlakuan asap

pada suhu yang lebih tinggi. Fretheim et. al. (1980), mengemukakan bahwa dengan

peningkatan temperatur sebesar 150ºC (dari 350-500ºC), secara nyata tidak merubah

komposisi kondensat asap tetapi terjadi sedikit peningkatan efek antioksidatif dan

tidak berpengaruh pada efek antimikrobianya. Fretheim et. al. (1980), menyimpulkan

bahwa temperatur optimum untuk pembuatan asap berkisar 400ºC.

Page 16: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | 6

Kandungan senyawa asap cair berbeda-beda tergantung pada kayu yang dipirolisis.

Senyawa yang menentukan kandungan asap cair adalah Selulosa, Hemiselulosa, dan

Lignin pada kayu. Kandungan lignin pada kayu yang digunakan sebagai bahan baku asap

cair akan menentukan aroma produk asapan. Girard (1992) menyatakan bahwa pirolisis

lignin akan menghasilkan senyawa fenolik seperti guaiacol dan syringol yang

berpengaruh pada aroma asap. Hasil pirolisis selulosa pada tempurung kelapa akan

menentukan kadar asam, furan, fenol, dan air dalam asap cair yang dihasilkan, sedangkan

hemiselulosa berpengaruh pada kadar furfural, furan, asam karboksilat, dan asam asetat.

B. Kayu

Sebagai produk dari organisme hidup, kayu merupakan produk biologis pohon

dengan berbagai keragaman sifatnya. Sifat dan kualitas kayu secara alami sangat

ditentukan oleh sifat gentik dan kondisi lingkungan yang mempengaruhinya. Kayu dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu kayu lunak (Soft wood) dan kayu keras (Hard Wood). Kayu

lunak memiliki struktur yang lebih sederhana karena terdiri dari 90-95% trakeid.

Sedangkan struktur kayu keras lebih kompleks lagi , karena sudah mempunyai jaringan

pembuluh angkut seperti xylem dan floem. Contoh pohon berkayu lunak seperti, pinus,

agathis, jumuju dll. Sedangkan kayu jati, mahoni, kayu ulin dll.

Proses pembentukan kayu melalui dua tahapan, yaitu pembentukan dinding primer

dan pembentukan dinding sekunder. Pada masa awal pertumbuhannya, tanaman akan

membentuk dinding primer. Dinding primer biasanya memiliki struktur lebih lunak

daripada dinding sekunder. Hal ini dikarenakan dinding primer terdiri dari 81-90%

karbohidrat (Pektin 34%, hemiselulosa 24%, dan selulosa 23%) dan 10-19% protein.

Biasanya dinding primer terletak pada jaringan tanaman yang masih aktif untuk

membelah (jaringan meristematis) (Harry, 2006). Dinding sekunder mulai terbentuk

ketika tanaman sudah melakukan diferensiasi, pembesaran, penebalan, dan pengerasan.

Yang membedakan antara dinding sel primer dan sekunder adalah pada dinding sel

sekunder sudah terbentuk lignin. Lignin inilah yang menyebabkan kayu mempunyai

struktur yang keras dan kaku (Abe & Funada, 2005).

Secara kimiawi, unsur kimia dalam kayu dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu

unsur structural dan unsur fungsional. Unsur kimia structural menyusun struktur sel kayu,

seperti struktur dinding sel, struktur membrane sel dan membrane inti. Unsur fungsional

biasanya mengisi lumen sel dan mempunyai fungsi tertentu. Unsur structural contohnya

seperti selulosa, hemiselulosa dan lignin. Unsur fungsional secara keseluruhan dapat

Page 17: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | 7

disebut sebagai zat ekstraktif, seperti karbohidrat, asam amino, lemak, terpena,

karbosiklis dll. Berikut akan dijelaskan beberapa komponen structural kayu:

1. Selulosa

Selulosa merupakan komponen kimia kayu yang terbesar, yang dalam kayu lunak

dank eras kuantitasnya hamper mencapai setengah. Selulosa adalah polimer dari

rantai unit α-D-1-4 anhidroglukosa (C6H12O6)n, jumlahnya dapat mencapai 40-50%

dalam dinding sel kayu (Lynd et al., 2002).

Gambar 2.1 Struktur Selulosa

Sifat-sifat kimia selulosa :

1. Terhidrolisa sempurna dalam suasana asam akan menghasilkan glukosa

H2SO4

(C6H10O5)n + nH2O ----------nC6H12O

2. Hidrolisa parsial menghasilkan maltosa (disakarida)

2(C6H10O5)n + Nh2O--------nC12H22O

3. Hidrolisa berlebih menghasilkan asam oksalat

(C6H10O5)n + 41/2 nH2O------- 3nH2C2O4 + 2nH2

4. Hidrolisa lengkap dengan HCl 40% dalam air hanya menghasilkan D-

glukosa

5. Selulosa tidak mempunyai karbon

2. Hemiselulosa

Hemiselulosa mempunyai kemiripan dengan selulosa dalam hal termasuk polimer

gula. Tetapi, hemiselulosa mempunyai beberapa perbedaan dengan selulosa,

diantaranya penyusun hemiselulosa tidak hanya glukosa, tetapi juga monomer gula

berkarbon 5 (C-5) dan 6 (C-6), misalnya: xylose, mannose, galaktosa, arabinose, dan

Page 18: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | 8

sejumlah kecil ramnosa (Carvalheio et al., 2008). Sejumlah Hemiselulosa

mengandung senyawa tambahan berupa asam uronat. Kandungan hemiselulosa

dalam kayu keras lebih besar daripada dalam kayu lunak.

Gambar 2.2 Struktur Hemiselulosa

Sifat-sifat hemiselulosa :

1. Larut dalam alkali encer dan air panas

2. Ikatan karbonnya lebih lama dibandingkan dengan selulosa

3. Terhidrolisasi oleh asam-asam encer membentuk pentosa heksosa

3. Lignin

Lignin adalah suatu makromolekul kompleks, suatu polimer aromatic alami yang

bercabang-cabang dan mempunyai struktur tiga dimensi yang terbuat dari

fenilpropanoid yang saling terhubung dengan ikatan yang bervariasi. Jumlah lignin

dalam kayu lunak lebih banyak daripada kayu keras dan juga terdapat perbedaan

struktur lignin dalam kayu lunak dan kayu keras (Whetten & Sederoff, 1995).

Lignin banyak dijumpai pada ruang antar sel dan dinding primer serat kayu. Fungsi

utamanya bagi tumbuhan adalah sebagai perekat yang berhubungan dengan

kekakuan dan kekuatan serat kayu sehingga tumbuhan dapat berdiri kokoh.

Gambar 2.3 Struktur Lignin

Page 19: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | 9

4. Zat Ekstraktif

Menurut Achmadi (1990), komponen kimia lainnya yang terdapat dalam kayu

selain ketiga hal di atas adalah substansi yang biasa disebut dengan zat ekstraktif.

Zat ekstraktif biasanya berada di dalam pori-pori dan dinding sel tanaman berkayu

dalam jumlah yang sedikit. Zat ekstraktif tersebut tidak semuanya bisa larut dalam

pelarut kimia, hal ini disebabkan karenaadanya struktur lain dalam zat ekstraktif

tersebut seperti mineral atau getah yang mempunyai derajat kondensasi yang tinggi.

Zat ekstraktif yang umumnya mempunyai gugus alkohol dan berikatan dengan

lignin, kadang dapat diekstraksi dengan pelarut netral.

Persentase zat ekstraktif ini rata-rata 3-8% dari berat kayu kering tanur.

Termasuk di dalamnya minyak-minyakan, resin, lilin, lemak, tannin, gula pati dan

zat warna. Zat ekstraktif ini merupakan bagian struktur dinding sel, tetapi terdapat

dalam rongga sel. Dalam arti yang sempit, zat ekstraktif merupakan senyawa-

senyawa yang larut dalam pelarut organik dan dalam pengertian ini, nama zat

ekstraktif digunakan dalam analisis kayu (Fengel dan Wegener, 1995)

Zat ekstraktif dapat digunakan untuk mengenali suatu jenis kayu. Jenis kayu

yang berbeda menyebabkan kandungan zat ekstraktif yang berbeda pula, sehingga

dapat dijadikan sebagai alat identifikasi/ pengenalan kayu (Dumanauw, 1982).

Sedangkan menurut Sjostrom (1995) bahwa tipe-tipe ekstraktif yang berbeda adalah

perlu untuk memepertahankan fungsi biologi pohon yang bermacam-macam.

Sebagai contoh lemak merupakan sumber energi sel-sel kayu, sedangkan terpenoid-

terpenoid rendah, asam-asam resin, dan senyawa-senyawa fenol melindungi kayu

terhadap kerusakan secara mikrobiologi atau serangan serangga.

C. Faktor Perusak Kayu

Kerusakan kayu terjadi karena tindakan atau keadaan yang mengakibatkan

menurunnya kekuatan kayu. Kerusakan-kerusakan yang menyebabkan menurunnya

kekuatan kayu misalnya retak, pecah dan belah, pelapukan karena iklim, serangan

serangga dan cendawan/jamur. Secara umum, faktor perusak kayu dapat dikelompokan

menjadi, yaitu faktor biologis dan faktor non biologis.

1. Faktor Biologis

Hampir sebagian besar perusak kayu adalah jenis serangga, seperti sebagian

besar kelompok rayap, bark bettle (Scotylidae), cigarette bettles dll. Selain itu pula,

hama seperti Lyctidiae yaitu sejenis kumbang kecil berbentuk gepeng mampu

Page 20: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | 10

membuat lubang pada kayu berdiameter 1,5 mm dengan ekstremen berbentuk serbuk

di dalam lubang gerekan (Anon, 1969).

Hewan lain yang menyerang kayu adalah hewan penggerek. Hewan penggerek

terutama menyerang pada kayu yang terdapat di dekat laut atau di muara-muara

sungai. Hewan penggerek ini seperti, Mollusca, Arthropoda, Crustaceae. Kerusakan

yang disebabkan oleh hewan penggerek tersebut berupa lubang berdiameter 4-30

mm dengan kedalaman bias mencapai 1 meter dengan arah sejajar dengan serat kayu.

Selain itu, organisme lain perusak kayu adalah jamur dan bakteri. Tobing (1977)

membagi jamur penyerang kayu menjadi 3 kelompok, yaitu jamur perusak kayu

(wood destroying fungi) , jamur pewarna kayu (wood staining fungi), dan jamur di

permukaan (surface mold).

Rayap tanah merupakan organisme yang lumayan sering menyerang cagar

budaya kayu di Indonesia, terutama pada bangunan rumah tradisional. Rayap tanah

atau Coptotermes curvignathus Holmgren memiliki tubuh berukuran kecil sampai

sedang, hidup berkelompok dan kasta. Rayap tanah memiliki tiga kasta, yaitu kasta

pekerja, kasta prajurit, dan kasta reproduktif (Borror et al. 1992). Menurut

Tambunan dan Nandika (1989), di dalam hidupnya rayap mempunyai 4 sifat

yang khas, yaitu:

a. Trophalaksis, yaitu sifat rayap untuk saling menjilat dan melakukan

pertukaran makanan melalui anus dan mulut.

b. Cryptobiotic, yaitu sifat menyembunyikan diri, menjauhkan diri dari

cahaya dan gangguan. Sifat ini tidak berlaku pada rayap yang bersayap.

c. Cannibalism, yaitu sifat rayap untuk memakan sesamanya yang telah

lemah atau sakit. Sifat ini menonjol dalam keadaan kekurangan makanan.

d. Necrophagy, yaitu sifat rayap yang memakan bangkai sesamanya.

Rayap tanah merupakan rayap yang masuk ke dalam kayu melalui tanah atau

lorong-lorong pelindung yang dibangunnya. Untuk hidupnya diperlukan

kelembaban tertentu secara tetap. Oleh karena itu, untuk mendapatkan

persediaan air, rayap selalu berhubungan dengan tanah dan membuat sarang di

dalam tanah (Nandika et al. 2003).

Menurut Tarumingkeng (2001), rayap tanah merupakan serangga sosial yang

hanya dapat hidup jika berada di dalam koloninya, karena di dalam koloninya

terdapat bahan-bahan dan proses-proses yang dapat menjamin kelangsungan

hidupnya. Rayap tanah sangat ganas dan dapat menyerang obyek-obyek berjarak

Page 21: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | 11

200 meter dari sarangnya. Untuk mencapai kayu sasarannya mereka bahkan dapat

menembus tembok yang tebalnya beberapa centimeter, dengan bantuan enzim

yang dikeluarkan dari mulutnya. Jenis rayap ini biasannya menyerang kayu

yang berhubungan dengan tanah, misalnya bantalan rel kereta api ataupun tiang

listrik. Meskipun demikian rayap ini juga menyerang kayu yang tidak berhubungan

dengan tanah melalui terowongan yang dibuat dari dalam tanah.

Rayap tanah mudah menyerang kayu sehat atau kayu busuk yang ada di dalam

atau di atas tanah lembab, juga dapat membentuk saluran-saluran yang terlindung

pada pondasi-pondasi atau penghalang-penghalang lain yang tidak dapat ditembus

serta dapat mendirikan sarang berbentuk seperti menara langsung dari tanah.

Saluran-saluran dan menara-menara yang terbuat dari tanah yang halus akan

dicerna sebagian, kemudian direkatkan bersama dengan ekskresi serangga,

memungkinkan rayap tersebut menciptakan kondisi kelembaban dalam kayu

yang cocok, jika tidak kayu akan kering sehingga tahan terhadap serangan dari

jenis rayap ini (Hunt & Garratt 1986).

2. Faktor non Biologis

Yang dimaksud dengan non biologis adalah semua faktor yang dapat merusak kayu

selain organisme. Kerusakan-kerusakan ini dipengaruhi oleh:

a. Mekanis

Kerusakan mekanis adalah kerusakan yang disebabkan oleh bekerjanya gaya

(beban) dari luar terhadap kayu. Keruskan mekanis dapat disebabkan

karenaadanya pukulan, gesekan, dan tekanan.

b. Fisis

Yang dimaksud dengan faktot fisis ini adalah udara, cahaya, air, dan api.

Terpaparnya kayu terhadap udara akan menyebabkan kerusakan karena kayu

memiliki sifat higroskopis.

c. Kimiawi

Kayu dapat dirusak oleh bahan kimia, seperti asam, basa, atau garam.

D. Pengawetan Kayu

Salah satu kekurangan kayu adalah dapat dirusak oleh organisme, seperti jamur,

serangga, dan binatang laut yang hidup merombak komponen utama pembentuk kayu

seperti lignin dan selulosa, serta menurunkan kekuatan kayu. Organisme tersebut

Page 22: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | 12

menggerek kayu sebagai makanan atau sebagai tempat tinggal. Keawetan kayu diartikan

sebagai daya tahan kayu terhadap serangan faktor perusak kayu dari golongan biologis

(Martawijaya & Barly, 1982). Keawetan alami kayu ditentukan oleh zat ekstraktif yang

bersifat toksik terhadap organisme perusak. Keawetan kayu berbeda-beda tergantung

jenis organisme perusak yang menyerangnya. Jadi kayu memiliki keawetan secara

khusus terhadap organisme tertentu.

Keterawetan kayu adalah kemampuan kayu untuk dapat ditembus oleh bahan

pengawet, sampai mencapai retensi dan penetrasi tertentu yang secara ekonomi

menguntungkan dan efektif untuk mencegah faktor perusak kayu (Batubara, 2006).

Keterawetan kayu sangat bervariasi, kayu gubal mempunyai keterawetan yang lebih

tinggi karena bagian ini sebelumnya berfungsi sebagai penyalur air dari akar ke daun,

sedangkan kayu teras memiliki sifat keterawetan yang kurang baik, karena terbentuknya

tylosis serta deposit-deposit lainnya yang menutupi sel-sel kayu. Sedangkan pengertian

dari pengawetan kayu adalah suatu kegiatan memasukkan bahan ke dalam kayu yang

bersifat toksik bagi organisme perusak kayu untuk meningkatkan umur dan masa pakai

kayu (Darmawan et al. 2011). Kegiatan tersebut pada dasarnya merupakan kegiatan

pencegahan (preventive) yang berguna untuk meminimalkan kemungkinan terjadi cacat

yang diakibatkan oleh organisme perusak kayu.

Terdapat empat faktor penting yang harus diperhatikan ketika melakukan

pengawetan kayu, yaitu: (1) Kondisi kayu yang diawetkan, (2) Bahan pengawet, (3) Cara

pengawetan, dan (4) Perlakuan setelah pengawetan (Barly & Lelana, 2010). Efektifitas

bahan pengawet ditentukan oleh daya racun, kelarutan dalam tubuh serangga baik

sebagian atau seluruhnya, reaksi bahan pengawet terhadap kayu atau tubuh organisme

perusak kayu, dan sifat lain yang dapat mencegah kerusakan kayu. Sifat - sifat bahan

pengawet kayu yang baik adalah berdaya racun tinggi terhadap organisme perusak kayu,

memiliki daya penetrasi tinggi terhadap kayu dan tidak mudah menguap, tidak berbahaya

bagi manusia, tidak mengembangkan kayu, dan tidak meningkatkan daya bakar kayu.

Secara umum bahan pengawet kayu dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga),yaitu (i) bahan

pengawet berupa minyak, (ii) bahan pengawet larut minyak, dan (iii) bahan pengawet

larut air.

Page 23: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | 13

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Kajian

Ruang lingkup kajian Konservasi Cagar Budaya Kayu dengan Asap Cair II ini

dilakukan pada metode pengaplikasian dan pengujian lapangan untuk mengetahui

efektivitas asap cair.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai November 2017. Data

observasi lapangan diperoleh dari Desa Rantau Panjang, Kabupaten Merangin-Jambi

pada bulan Juli selama 4 hari. Uji kubur dilakukan di belakang kantor Balai

Konservasi Borobudur

C. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain beaker glass, gelas ukur,

kuas, GC-MS, oven, timbangan digital, linggis, penggaris, kamera, radiator, paint

spray

Bahan yang digunakan yaitu kayu Nangka (Artocarpus heterophyllus) dan

kayu Jati (Tectona grandis). Asap cair tempurung kelapa yang digunakan berasal

dari Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada.

D. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Adapun data yang digunakan dalam kajian ini adalah data kualitatif dan

kuantitatif.

a. Data Kualitatif, yaitu data yang disajikan dalam bentuk verbal bukan dalam

bentuk angka. Yang termasuk dalam data kualitatif pada kajian ini adalah

gambaran umum kondisi cagar budaya kayu yang terawetkan dengan asap di

penduduk Merangin, kondisi mikroiklim di sekitar cagar budaya kayu, letak

cagar budaya kayu.

Page 24: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | 14

b. Data Kuantitatif, yaitu jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara

langsung, yang berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan

bilangan atau berbentuk angka. Dalam hal ini, data kuantitatif yang diperlukan

adalah kehilangan berat kayu contoh uji.

2. Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam kajian adalah subyek dari mana data

diperoleh. Dalam kajian ini penulis menggunakan dua sumber data, yaitu:

a. Sumber data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh penulis

dari sumber pertamanya. Adapun yang menjadi sumber data primer dalam

kajian ini adalah hasil pengujian asap cair terhadap kehilangan berat kayu

contoh uji setelah uji kubur

b. Sumber data sekunder, data yang langsung dikumpulkan oleh penulis

sebagai penunjang data primer. Dalam kajian ini data sekunder berupa

artikel, jurnal, dan laporan hasil kajian terdahulu tentang asap cair maupun

konservasi kayu.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam kajian ini meliputi

Observasi, wawancara, dan eksperimen. Metode observasi dilakukan dengan cara

mengunjungi daerah Jambi yang telah menggunakan metode pengasapan untuk

mengawetkan cagar budaya kayu, mengunjungi tempat produksi asap cair untuk

mengetahui cara membuat asap cair, dan melakukan pengamatan secara langsung

terhadap pengaruh asap cair terhadap kehilangan berat kayu uji. Metode wawancara

dalam kajian ini berupa berdialog langsung dengan warga adat Merangin dan

berdiskusi dengan produsen asap cair. Sedangkan metode Eksperimen dilakukan

dengan melakukan uji graveyard test.

Pengujian lapang (graveyard test) dilakukan dengan mengacu pada ASTM

D 1758-06 (2006). Contoh uji berukuran panjang x lebar x tebal sebesar (40 x 2 x 2)

cm3. Ulangan dilakukan sebanyak tiga kali untuk setiap perlakuan. Variabel bebas

dalam penelitian ini meliputi konsentrasi asap cair (0%, 10%, 20%, 30%, 50%,

100%, kontrol positif), jenis kayu (Nangka & Jati), dan metode aplikasi (oles dan

semprot). Contoh uji dioven pada suhu (60 ± 2) oC selama 48 jam yang kemudian

ditimbang beratnya (Bo). Setelah itu, contoh uji disemprot dengan masing

konsentrasi asap cair dan metode aplikasi. Persiapan lapang dilakukan dengan

Page 25: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | 15

membersihkan area untuk penempatan contoh uji. Contoh uji dikubur secara acak

dalam tanah dengan jarak antar contoh uji sebesar 30 cm serta jarak antar baris

sebesar 60 cm. Kedalaman contoh uji yang terkubur adalah 20 cm dari total panjang

contoh uji (gambar 1)

Pengujian dilakukan selama 60 hari. Setelah 60 hari contoh uji diambil

dengan posisi tegak dan usahakan tidak ada contoh uji yang patah. Contoh uji

dibersihkan dari tanah yang menempel lalu diamati kerusakannya. Selanjutnya

contoh uji dikeringkan dalam oven dengan suhu (60 ± 2) oC selama 48 jam lalu

ditimbang (B1). Kehilangan berat contoh uji dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

Kehilangan berat (%) =B0−B1

B0 𝑥 100%

Dimana : B0 = Berat contoh uji kering tanur sebelum diumpankan (g)

B1 = Berat contoh uji kering tanur setelah diumpankan (g)

Penentuan kelas mutu kayu mengacu kepada ASTM D 1758-06 (2006)

dimana kelas mutu kayu ditentukan berdasarkan persentase hilangnya kayu arah

cross section akibat serangan rayap tanah. Contoh uji yang telah diumpankan dan

dibersihkan dari tanah, selanjutnya diukur penetrasi serangan rayap pada bagian

penampang melintang kayu. Pengukuran dilakukan pada bagian contoh uji yang

terserang rayap paling parah. Selanjutnya hitung persentase kehilangan kayu (PL)

dengan persamaan berikut:

PL (%) =Kedalaman serangan rayap tanah dari 𝑐𝑟𝑜𝑠𝑠 𝑠𝑒𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 (mm)

Panjang kayu mula − mula (mm)x100%

20 cm

(a) (b)

Gambar 3.1 posisi contoh uji yang dikubur (a); penempatan contoh uji di lapang (b)

Page 26: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | 16

Hasil kehilangan persentase tersebut digunakan untuk menentukan kelas

mutu kayu terhadap serangan rayap tanah berdasarkan table berikut:

Tabel 3.1 penilaian kerusakan contoh uji oleh rayap tanah

F. Analisis Data

Pada penelitian ini, analisis yang digunakan adalah dengan Faktorial RAL

(Rancangan Acak Lengkap) dengan 3 faktor. Hal ini bertujuan untuk mengetahui

apakah ada pengaruh dari konsentrasi asap cair, jenis kayu, metode aplikasi, dan

interaksi ketiganya terhadap ketahanan kayu pada serangan rayap tanah. Data yang

diperoleh diproses dengan menggonakan Microsoft Excel 2013. Faktor A adalah

konsentrasi asap cair, faktor B adalah jenis kayu, dan faktor C adalah metode

aplikasi. Ulangan yang dilakukan sebanyak tiga kali. Model yang digunakan dalam

rancangan percobaan ini adalah:

Yijkl = µ + αi + βj + (αβ)ij + γk + (αγ)ik + (βγ)jk + (αβγ)ijk + Eijkl

Yijkl merupakan nilai pengamatan pada ulangan ke-l yang disebabkan oleh

taraf ke-I faktor α, taraf ke-j faktor β, dan taraf ke-k faktor γ. i adalah konsentrasi

asap cair (0%, 10%, 20%, 30%, 50%, 100%, Termicon), j adalah jenis kayu (kayu

Nangka dan kayu Jati), k adalah metode aplikasi (Oles dan Semprot), l adalah

ulangan 1, 2, 3. (αβ)ij adalah interaksi antara perlakuan konsentrasi asap cair dan

jenis kayu. (αγ)ik adalah interaksi antara perlakuan konsentrasi dan metode aplikasi.

(βγ)jk adalah interaksi antara perlakuan jenis kayu dan metode aplikasi. (αβγ)ijk

adalah interaksi antara perlakuan asap cair, jenis kayu, dan metode aplikasi.

Sedangkan Eijkl galat percobaan untuk pengamatan ke-I, j, k, l.

Nilai Kondisi Serangan

10 Tidak ada serangan; 1-2% kerusakan kecil

9 Penetrasi mencapai 3% dari penampang melintang

8 Penetrasi mencapai 3-10% dari penampang melintang

7 Penetrasi mencapai 10-30% dari penampang melintang

6 Penetrasi mencapai 30-50% dari penampang melintang

4 Penetrasi mencapai 50-75% dari penampang melintang

0 Rusak

Page 27: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | 17

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Komposisi Penyusun Asap Cair Tempurung Kelapa

Untuk mengetahui komponen kimiawi penyusun asap cair tempurung kelapa pada

penelitian ini, dilakukan uji GC-MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry).

Pengujian GC-MS asap cair dilakukan di laboratorium terpadu Universitas Islam

Indonesia (UII), Yogyakarta dengan menggunakan temperature injeksi 300 0C, meode

injeksi berupa split, suhu column 80 0C. Hasil GC-MS selengkapnya sebagai berikut:

Berdasarkan hasil analisis Kromatografi gas di atas, terdapat puncak-puncak

kromatogram senyawa penyusun asap cair tempurung kelapa grade 3 beserta fraksi

massa dan jenis masing-masing senyawa yang dapat dilihat pada table 2.

Dari table 2 hasil analisis GC-MS didapatkan 15 senyawa yang terkandung di

dalam asap cair tempurung kelapa grade 3. Teridentifikasi empat senyawa asam

menyebabkan pH asap cair ini berada pada kisaran 2-3. Adapun % area terbesar

ditunjukkan oleh asam format sebesar 22,76%. Sedangkan untuk senyawa fenol,

persentase area terbesar ditunjukkan oleh senyawa Oxybenzene sebesar 27,55%.

Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa komponen dominan penyusun asap cair

tempurung kelapa adalah senyawa asam dan fenol. Komponen-komponen tersebut dapat

berfungsi sebagai antirayap dan antimikroba. Semakin tinggi kandungan fenol dan asam

asetat, semakin tinggi pula sifat antirayap asap cair tersebut (Yatagi et al., 2002).

Gambar 4.1 Kromatorgram asap cair tempurung kelapa

Page 28: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | 18

B. Hasil Observasi ke Jambi

Observasi lapangan dilakukan di Rumah Tuo Rantau Panjang, Kabupaten

Merangin, Provinsi Jambi. Rumah Tuo dibuat pada tahun 1333 M. Selain masih dihuni,

rumah ini juga dijadikan museum bagi suku Batin. Suku Batin merupakan keturunan

Proto Melayu. Diyakini ribuan tahun lalu nenek moyang suku Batin bermigrasi dari

Cina Selatan menuju Indonesia menyusuri sungai Batanghari di Jambi menuju hulu.

Rumah tradisional ini berbentuk rumah panggung. Keunikan rumah ini adalah

dibangun hanya dengan menggunakan pasak dan ikat, tnpa menggunakan paku. Dari

hasil wawancara dengan masyarakat setempat, sebagian besar warga sudah jarang

memasak dengan menggunakan tungku perapian berbahan kayu bakar. Mereka beralih

No Nama Senyawa Rumus Bangun % Area Waktu Retensi

1 2,5-cyclooctadienol C8H12O 1,73 1,092

Asam

2 Asam Format C2H4O2 22,76 1,161

3 Asam Propanoat C3H6O2 3,29 1,261

4 Asam Butirat C8H14O3 1,88 3,219

5 Asam Hexanoat C6H12O2 5,66 8,260

6 3-Pentanone C5H10O 2,81 1,459

7 Pyrazole C5H8N2 2,08 1,688

Fenol

8 Oxybenzene C6H6O 27,55 2,467

9 Cresol C7H8O 1,77 3,314

10 Guaiacol C7H8O2 2,26 3,538

11 Hydroquinone C6H6O2 15,62 4,699

12 Isobutyric anhydric C8H14O3 1,88 3,219

13 2,6-Dimethoxyfenol C8H10O3 5,55 6,702

14 Cyclotene C6H8O2 1,98 2,908

15 Oxirane C8H16O 1,75 4,900

Tabel 4.1 Komponen penyusun asap cair tempurung kelapa

grade 3

Page 29: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | 19

memasak menggunakan bahan bakar gas. Tungku untuk memasak tradisional bagian

atas sudah diganti dengan kayu baru. Awalnya bagian atas tungku adalah bamboo.

Rumah Tuo menggunakan beberapa jenis kayu yang berbeda pada tiap-tiap bagian.

Pada bagian tiang dan bendul (balok kayu yang dipasang melintang pada tiang rumah

untuk menyangga lantai) terbuat dari kayu kelat. Pada bagian kerangka terdiri dari kayu

kulim dan kayu medang batu. Kayu kelat mempunyai ciri morfologi berwarna cokelat

kemerah-merahan, kayu keras, teksturnya agak kasar, arah serat agak berpadu,

permukaan kayu agak berpadu, memiliki corak polos, kelas kuat II. Kayu Kelat masuk

dalam family Myrtaceae (Idris et al., 2008). Kayu Medang Batu memiliki ciri morfologi

tekstur kayu agak kasar, kesan raba agak licin, mempunyai kelas awet III dan kelas kuat

II, tingkat kekerasan lunak agak keras, tidak mempunyai corak yang khas. Kayu medang

batu masuk ke dalam family Lauraceae (Herawanti, 2015).

Pengawetan kayu yang pernah dilakukan oleh warga suku Batin adalah dengan

mengoleskan getah pohon kayu Uba (nama local). Karena pohon semakin langka, suku

Batin beralih dengan menggunakan cairan tembakau dan pelepah pisang untuk

mengawetkan kayu bangunan rumah. Teknik tersebut di dapatkan setelah mendapatkan

pelatihan dari BPCB Jambi. Kerusakan kayu struktur bangunan rumah Tuo umumnya

disebabkan karena adanya beban yang terlalu berat, sehingga mengakibatkan kayu tiang

terutama, mengalami retakan. Beban yang ada terdiri dari beban statis (beban yang

membebani kayu secara terus-menerus) seperti semakin banyaknya barang yang ada di

atas struktur kayu tersebut dan beban dinamis (beban yang membebani kayu sesaat)

seperti manusia yang lalu lalang di rumah tersebut. Faktor lain yang kemungkinan

menyebabkan kayu penyusun bangunan rumah Tuo mengalami pelapukan (deteriorasi)

adalah faktor biologis. Banyak ditemui lichen, lumut, dan sarang hewan seperti tawon.

Gambar 4.2 Rumah tetua adat Desa Rantau Panjang

Page 30: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | 20

C. Kehilangan Berat

Aktifitas makan rayap pada uji kubur ditunjukkan dari besar atau kecilnya nilai

persentase kehilangan berat contoh uji. Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata kehilangan

berat kayu yang diamati terhadap konsentrasi asap cair cenderung menurun. Kehilangan

berat tertinggi terdapat pada konsentrasi 0% sebesar 25,52%, sedangkan nilai terendah

terdapat pada konsentrasi asap cair 100% sebesar 15,13% (Gambar 4.4)

(a)

(c) (e)

Gambar 4.3 Beberapa faktor yang menyebabkan degradasi kayu pada Rumah Tuo. Gambar

(a) dan (b) degradasi yang diakibatkan oleh kelebihan beban. Sedangkan pelapuk

biologis terdiri dari (c) Lichens; (d) sarang tawon; (e) Lumut

(b)

(d)

Page 31: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | 21

Berdasarkan gambar 5, rata-rata nilai kehilangan berat kayu Nangka lebih rendah

jika dibandingkan kayu Jati. Kehilangan berat kayu Nangka sebesar 35,98%. Sedangkan

kehilangan berat pada kayu Jati sebesar 39,21%.

Metode yang digunakan pada penelitian ini menunjukkan tidak berpengaruh nyata

pada kehilangan berat kayu contoh uji. Metode oles memiliki nilai lebih rendah sebesar

37,34% jika dibandingkan dengan metode semprot yang mempunyai nilai 37,85%

(Gambar 6).

35.98

39.21

34

35

36

37

38

39

40

Nangka Jati

Ke

hila

nga

n B

era

t (g

ram

)

Jenis Kayu

25.52

22.14 21.58 19.65

17.86

15.13

9.70

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

0 10 20 30 50 100 Termicon

Ke

hila

nga

n B

era

t (g

ram

)

Konsentrasi Asap Cair (%)

Gambar 4.4 Kehilangan berat kayu terhadap konsentrasi asap cair

Gambar 4.5 Kehilangan berat kayu terhadap jenis kayu

Page 32: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | 22

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan konsentrasi asap cair memberikan

pengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% (Tabel 3). Hasil uji lanjut Duncan terhadap

faktor konsentrasi asap cair menunjukkan konsentrasi 100% memiliki kehilangan berat

terendah selain kontrol positif (Termicon) dan kehilangan berat tertinggi terdapat pada

kontrol negatif. Konsentrasi asap cair mempengaruhi jumlah kehilangan berat kayu

terhadap serangan rayap. Hal ini disebabkan karena asap cair tempurung kelapa memiliki

kandungan yang bersifat toksik yang tidak disukai oleh rayap. Komponen kimiawi asap

cair yang bersifat toksik seperti fenol dan asam asetat (Maga, 1987). Semakin tinggi

konsentrasi asap cair semakin tinggi pula konsentrasi yang dikandungnya, maka jumlah

kehilangan berat kayu semakin rendah.

Jenis kayu tidak berpengaruh nyata terhadap kehilangan bobot contoh uji (Tabel

4.2). Kayu Nangka memiliki jumlah kehilangan berat kayu lebih kecil sebesar 35,98%,

sedangkan untuk kayu Jati kehilangan berat sebesar 39,21%. Hal ini diduga kandungan

zat ekstraktif pada kayu Nangka lebih tinggi daripada kayu Jati. Keawetan kayu

dipengaruhi oleh kandungan zat ekstraktif yang bersifat toksik bagi organisme perusak

kayu, sehingga organisme perusak tersebut tidak dapat masuk dan merusak kayu

(Dumanaw, 1990). Zat ekstraktif bersifat menolak rayap sehingga semakin banyak zat

ekstraktif dalam kayu semakin tinggi ketahanan kayu terhadap serangan rayap (Haygreen

& Bowyer, 1989). Oleh sebab itu, kayu Nangka memiliki keawetan alami lebih tinggi

dibandingkan dengan Kayu Jati pada penelitian ini.

37.34

37.85

37

37.1

37.2

37.3

37.4

37.5

37.6

37.7

37.8

37.9

Oles Semprot

Ke

hila

nga

n B

era

t (g

ram

)

Metode Aplikasi

Gambar 4.6 Kehilangan berat kayu terhadap metode aplikasi

Page 33: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | 23

SK db JK KT Fhit Ftab

0.05 0.01

Perlakuan 27 242.86 8.99 2.61

Konsentrasi (A) 6 216.01 36.00 10.43 ** 2.265567 3.142698

Jenis Kayu (B) 1 6.07 6.07 1.76 tn 4.012973 7.110288

Metode (C) 1 0.15 0.15 0.04 tn 4.012973 7.110288

AB 6 8.51 1.42 0.41 tn 2.265567 3.142698

AC 6 7.80 1.30 0.38 tn 2.265567 3.142698

BC 1 0.70 0.70 0.20 tn 4.012973 7.110288

ABC 6 3.63 0.60 0.18 tn 2.265567 3.142698

Galat 56 193.34 3.45

Total 83 436.20

Keterangan :

** : Berpengaruh sangat nyata

* : Berpengaruh nyata

tn : tidak berpengaruh nyata/tidak berbeda nyata

D. Penentuan Kelas Mutu Kayu

Penentuan kelas mutu kayu berdasarkan ASTM D 1758-06 ditentukan berdasarkan

persentase penetrasi rayap dari arah cross section (Tabel 1). Semakin tinggi nilai mutu

kayu semakin tahan kayu tersebu terhadap serangan rayap tanah. Hasil penentuan kelas

mutu kayu tersaji pada table 4 dan table 5. Berdasarkan table 4, kayu yang diaplikasikan

dengan asap cair kontrol menunjukkan kelas mutu kayu paling rendah, yaitu kelas mutu

6. Kelas mutu tersebut menunjukkan penetrasi rayap tanah terhadap contoh uji sebesar

30% sampai 50% dari penampang melintangnya. Sementara itu, kayu yang diaplikasikan

dengan asap cair konsentrasi 100% memiliki kelas mutu tertinggi yaitu 9 dimana kelas

mutu tersebut menunjukkan penetrasi serangan rayap terhadap contoh uji sebesar 3% dari

penampang melintangnya.

Tabel 4.2 Hasil analisis sidik ragam

Page 34: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | 24

Rayap menyerang kayu untuk dijadikan sebagai tempat tinggal dan makanan

(Tarumingkeng, 2001). Kerusakan yang terjadi akibat serangan rayap menunjukkan

kesukaan rayap terhadap contoh uji. Gambar 6 menunjukkan serangan rayap terparah

pada kayu Jati dengan tanpa perlakuan asap cair. Hal ini menunjukkan bahwa asap cair

dapat meningkatkan kualitas mutu kayu.

Konsentrasi Persentase penetrasi rayap tanah

dari cross section (%) Kelas mutu

0 30.51 6

10 15.55 7

20 9.54 8

30 8.56 8

50 4.82 8

100 2.79 9

Termicon 0 10

Tabel 4.3 Kelas mutu kayu terhadap konsentrasi asap cair berdasarkan ASTM

D 1758-06

Gambar 4.7 Kerusakan pada kayu Jati setelah uji Kubur

Page 35: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | 25

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari ketiga variable bebas hanya konsentrasi asap cair yang memberikan pengaruh

yang nyata (selang kepercayaan 99%) terhadap daya tahan contoh uji dari serangan rayap

tanah. Semakin tinggi konsentrasi asap cair, kehilangan berat contoh uji semakin rendah.

Kelas mutu yang mengacu pada ASTM D 1758-06 menunjukkan kayu yang diberikan

perlakuan konsentrasi asap cair 100% memiliki kelas mutu yang tertinggi yaitu kelas

mutu 9. Untuk kayu kontrol tanpa perlakuan memiliki kelas mutu kayu terendah yaitu

kelas mutu 6. Sementara untuk kayu dengan perlakuan konsentrasi asap cair 10, 20, 30,

dan 50% memiliki nilai yang sama yaitu 8.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian sejenis dengan menggunakan sampel kayu yang

homogen (umur, posisi kayu pada pohon dll), sehingga dapat mengurangi variable bebas

yang ada. Waktu pengujian lapangan (graveyard test) di tambah untuk mengetahui

durabilitas asap cair. Selanjutnya, perlu dilakukan juga uji lanjutan untuk mengurangi

bau menyengat asap cair, sehingga dapat diperoleh produk asap cair yang tidak begitu

berbau dan lebih efektif.

Page 36: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | 26

DAFTAR RUJUKAN

[ASTM] American Society Institut. 2006. ASTM D 1758. Standard Test Methods for Small

Clear Spesimensof Timber. In Annual Book of ASTM Standard. United

State:Philadelpia.

Abe, H. Funada, R. 2005. The Orientation of Cellulose Microfibrils in The Cell Wall

Tracheids in Conifers. IAWA Journals 26: 161-174.

Amritama, D. 2007. Asap Cair. http://tech.groups.yahoo.comessage/7945. Diakses tanggal 24

Mei 2016.

Anon. 1969. Methods of Testing Small Clear Specimens of Timber. Indian Standards

Institution. New Delhi.

Achmadi, S. S. 1990. Kimia Kayu. Departemen Pendidikan dan Kebudayan Direktorat Jenderal

pendidikan Tinggi Pusat Universitas Ilmu Hayat IPB. Bogor

Barly dan N.E. Lelana. (2010). Pengaruh ketebalan kayu, Konsentrasi larutan dan lama

perendaman terhadap hasil pengawetan kayu. Vol. 28. No.1. Hal 1-8. Bogor: Pusat

Litbang Hasil Hutan.

Batubara, R. 2006. Teknologi Pengawetan Kayu Perumahan dan Gedung dalam Upaya

Pelestarian Hutan. Karya Tulis. Universitas Sumatera Utara.

Borror DJ, Thriphelehorn CA, Johnson NF. 1992. Pengenalan Serangga Edisi 6

(terjemahan). Yogyakarta: UGM Press.

Cahyandaru, N., Parwoto, Gunawan, A. 2010. Konservasi Cagar Budaya Berbahan Kayu

Dengan Bahan Tradisional. Balai Konservasi Borobudur

Carvalheiro, F., Duarte, L., C., Girio, F., M. 2008. Hemicellulose Biorefineries. Journal of

Scientific and Industrial Research 67 : 849-864.

Darmaji, P.1996. Aktivitas antibakteri asap cair yang diproduksi dari bermacam-macam

limbah pertanian. Agritech. 16 (4): 19–22.

Darmadji, P., Oramahi, H.A., Haryadi & Armunanto, R., 2002. Optimasi Produksi dan Sifat

Fungsional Asap Cair Kayu Karet. Agritech 20 (3): 147-155

Dumanaw, J. F. 1990. Mengenal Kayu. Yogyakarta:Kanisius.

Darmawan W, Rahayu IS, Padlinurjaji IM, Pandit KN. 2011. Pengerjaan Kayu: Ilmu-

ilmu Penunjang & Teknologi Proses. PT Penerbit IPB Press. Bogor

Eddy, Fretheim, K. Granum, P.E. Vold, E. 1993. Influence of Generation Temperaturon The

Chemical Compotition, Antioxidative, and Antimicrobial Effect of Wood Smoke.

J.Food Science (45) : 999-1003

Page 37: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | 27

Fengel, D., G. Wegener. 1995. Kayu Kimia dan Ultrastruktur dan Reaksi-reaksi. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta (Terjemahan).

Fretheim, K., Granum P.E.,and Vold E., (1980), “Influence of Ganeration Temperature on the

Chemical Composition, Antioxidative, and Antimicrobial Effects of Wood

Smoke”,Journal of Food Sci, 45, pp. 999- 1007.

Girard, J.P., 1992 . Technology of Meat and Meat Product Smoking . Ellis Harwood.

Habibi, M., Puspitasari, D.E., Gunawan, A., Yulianto, H., Wahyudi. 2016. Kajian Konservasi

Cagar Budaya Kayu dengan Asap Cair. Balai Konservasi Borobudur.

Harry, P. J. 2006. Primary and Secondary Cell Wall: A Comparative Overview. New Zealand

and Forestry Science 36 (1): 36-53

Hunt GM, Garratt GA. 1986. Pengawetan Kayu; Diterjemahkan oleh Mohamad Jusuf;

Disunting oleh Soenardi Prawirohatmojo. Jakarta: Akademika Pressindo.

Lee R. Lynd,1 * Paul J. Weimer,2 Willem H. van Zyl,3 and Isak S. Pretorius. 2002. Microbial

Cellulose Utilization Fundamentals and Biotechnology. Molecular and Microbial

Biology 66 (3): 506-577

Luditama, Candra. 2006. Isolasi dan Pemurnian Asap Cair Berbahan Dasar Tempurung dan

Sabut Kelapa Secara Pirolisis dan Distilasi (Skripsi Sarjana Teknologi Pertanian).

IPB. Bogor

Maga, J.A., 1987. Smoke in Food Processing. CRC Press. Inc. Boca Raton. Florida. :1

-3;113-138.

Martawijaya, A., Barly. 1982. Resistensi Kayu Indonesia Terhadap impregnasi dengan bahan

pengawet CCA. Pengumuman No. 5. Balai Penelitian Hasil Hutan. Bogor

Nandika D, Rismayadi Y, Diba F. 2003. Rayap: Biologi dan Pengendaliannya. Surakarta:

Muhamadiyah University Press.

Ortiz, R., Parraga, M., Carrasco, I., Vega, E., Ortiz, M., Herrera, P., Jurgens, J., Held, J.,

Blanchette, R.. 2014. Investigation of Biodeterioration by Fungi in Historic Wooden

Churches of Chile. Microbial ecology. 67(3): 568-575

Pszczola, Donald E. 1995. Tour Highlights Production and Uses of Smoke-Based Flavors.

Food Technol. 49(1);70-74.

Soldera S, Sebastianutto N, and Bortolomeazzi R, 2008. “Composition of phenolic compounds

and antioxidant activity of commercial aqueous smoke flavorings”. J. Agric. Food

Chem. 56(8): 2727–2734

Page 38: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | 28

Sjostrom. E, (1995) Kimia Kayu, Dasar-dasar dan Penggunaannya (Edisi Kedua), Gajah

Mada University Press.

Tambunan B, Nandika D. 1989. Detiriorasi Kayu oleh Faktor Biologis. Pusat Antar

Universitas Bioteknologi. Bogor: IPB.

Tarumingkeng RC. 2001. Biologi dan Perilaku Rayap. Bunga Rampai Jejak Langkah

Pengabdian. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.

Tobing, T.L. 1977. Pengawetan Kayu. Lembaga Kerjasama Fakultas Kehutanan IPB; Bogor

Wagiman, FX. A. Ardiansyah, & Witjaksono. 2014. Activity of Coconut Shell Liquide

Smoke as an Insecticide on Rice Brown Planthopper (Nilaparvata lugens). ARPN

Journal of Agricultural and Biological Science 9: 293─296.

Whetten, R., Sederoff, R. 1995. Lignin Biosynthesis. The Plant Cell 7: 1001-1013

Wijaya, M., E. Noor, T. Tedja Irawadi, dan G. Pari. 2008. Karakterisasi Asap Cair dan

Pemanfaatannya sebagai Biopestisida. Bionature,vol 9(1):34-40. ISSN1411-4720

Yatagi M, Nishimoto M, Ohira KHT, & Shibata A. 2002. Termiticidal activity of wood

vinegar, its components and their homologues. J. Wood Sci. 48(2):338–342.

Zaitsev, I., Kizeveter, I., Lacunov, L., Makavora, L., Mineer, L., Podsevalor, V. 1969. Fish

Curing and Processing. Mir Publisher. Moskow.

Page 39: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | 29

Page 40: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | 30

1. Perhitungan RAL Faktorial

Page 41: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | 31

Tabel 1. Prosentase kehilangan berat

Konsentrasi Jenis

Kayu Metode

Ulangan Jumlah Rerata

I II III

0%

Nangka Oles 7.40 8.13 10.27 25.81 8.60

Semprot 9.21 8.35 7.18 24.74 8.25

Jati Oles 8.26 8.19 8.43 24.89 8.30

Semprot 9.05 7.44 10.17 26.66 8.89

10%

Nangka Oles 8.49 8.13 7.28 23.90 7.97

Semprot 7.08 6.75 7.59 21.42 7.14

Jati Oles 8.16 5.24 7.87 21.27 7.09

Semprot 8.73 5.62 7.60 21.95 7.32

20%

Nangka Oles 7.85 5.57 9.01 22.42 7.47

Semprot 7.80 4.34 7.52 19.66 6.55

Jati Oles 0.89 10.37 11.97 23.23 7.74

Semprot 1.91 9.15 9.95 21.01 7.00

30%

Nangka Oles 4.27 7.82 5.65 17.74 5.91

Semprot 5.47 5.63 5.76 16.86 5.62

Jati Oles 9.17 5.35 6.15 20.67 6.89

Semprot 8.62 7.87 6.83 23.32 7.77

50%

Nangka Oles 3.65 6.20 3.02 12.87 4.29

Semprot 7.69 6.51 4.61 18.82 6.27

Jati Oles 7.30 7.43 4.20 18.93 6.31

Semprot 8.36 4.85 7.64 20.85 6.95

100%

Nangka Oles 5.55 3.71 5.99 15.25 5.08

Semprot 5.32 4.25 5.06 14.63 4.88

Jati Oles 4.73 4.81 5.02 14.56 4.85

Semprot 5.83 5.72 4.53 16.08 5.36

Termicon

Nangka Oles 2.55 3.38 3.03 8.97 2.99

Semprot 2.63 2.29 3.87 8.79 2.93

Jati Oles 4.14 2.99 3.74 10.87 3.62

Semprot 3.36 3.60 3.20 10.16 3.39

Page 42: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | 32

Jumlah 173.49 169.70 183.12 526.32 175.44

Tabel 2. Penyederhanaan tabel 1

Konsentrasi Jenis

Kayu

Metode Jumlah

Rerata

Konsentrasi Oles Semprot

0% Nangka 25.81 24.74 50.55

25.52 Jati 24.89 26.66 51.55

10% Nangka 23.90 21.42 45.32

22.14 Jati 21.27 21.95 43.22

20% Nangka 22.42 19.66 42.08

21.58 Jati 23.23 21.01 44.24

30% Nangka 17.74 16.86 34.60

19.65 Jati 20.67 23.32 43.99

50% Nangka 12.87 18.82 31.68

17.86 Jati 18.93 20.85 39.77

100% Nangka 15.25 14.63 29.88

15.13 Jati 14.56 16.08 30.64

Termicon Nangka 8.97 8.79 17.76

9.70 Jati 10.87 10.16 21.03

Jumlah 261.38 264.94 526.32

Tabel 3. Dua arah untuk faktor konsentrasi dan Jenis kayu

Konsentrasi Jenis kayu

Jumlah Nangka Jati

0 50.55 51.55 102.10

10 45.32 43.22 88.54

20 42.08 44.24 86.32

30 34.60 43.99 78.60

50 31.68 39.77 71.46

100 29.88 30.64 60.51

Termicon 17.76 21.03 38.79

Jumlah 251.87 274.44 526.32

Rerata 35.98 39.21

Page 43: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | 33

a. Menghitung Faktor Koreksi

FK = nk

T2

.. = (526,32)2

84

= 3.297, 71

b. Jumlah Kuadrat Total (JKT)

k

i

n

j

ijnk

TyJKT

1 1

2

..2

JKT = ((25,812+24,74+…………+10,162)-3.297,71)

= 436, 20

c. Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP)

nk

T

n

T

JKP

k

i

i 2

..1

2

JKP = (50,552+51,552+……21,032)-3.297,71

= 242,86

d. Jumlah Kuadrat Perlakuan Konsentrasi (JKA)

JKA = (102,102+88,542+………+38,792/12)-3.297,71

= 216,01

e. Jumlah Kuadrat Perlakuan Jenis Kayu (JKB)

JKB = (50,552+51,552+……….21,032/6)-3.297,71

= 6,07

f. Jumlah Kuadrat Perlakuan A dan B (JKAB)

JKAB = (102,102+88,542+………+38,792/12)-3.297,71-216,01-6,07

= 216,01

FKi

YJKA

a

i

k

1

)(002

FKj

YJKB

b

j

1

)0(002

FKji

YJKAB

a

i

1

)0(002

.

Page 44: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | 34

Tabel 4. Dua arah untuk faktor konsentrasi dan metode aplikasi

Konsentrasi Metode

Total Oles Semprot

0 50.70 51.40 102.10

10 45.17 43.37 88.54

20 45.65 40.67 86.32

30 38.41 40.19 78.60

50 31.79 39.66 71.46

100 29.81 30.70 60.51

Termicon 19.84 18.95 38.79

Total 261.38 264.94 526.32

37.34 37.85

Tabel 5. Dua arah untuk faktor jenis kayu dan faktor metode aplikasi

Jenis Kayu Metode

Total Oles Semprot

Nangka 126.96 124.91 251.87

Jati 134.42 140.03 274.44

Total 261.38 264.94 526.32

g. Jumlah Kuadrat Perlakuan Metode Aplikasi (JKC)

FKn

T

JKC

k

i

i

1

2

JKC = (261,382+264,942/42)-3.297,71

= 0,15

h. Jumlah Kuadrat Interaksi A & C (JKAC)

JKAC = 50,702+51,402+……….+18,952-3.297,71-216,01-0,15

= 7,80

i. Jumlah Kuadrat Interaksi Jenis Kayu dan Metode (JKBC)

JKBC = (126,962+124,912+134,422+140,032)/6-3.297,71-6,07-0,15

= 7,80

j. Jumlah Kuadrat Interaksi Konsentrasi, Jenis Kayu, dan Metode Aplikasi (JKABC)

JKABC = 436,20 - 216,01 - 6,07 - 0,15 - 7,80 - 7,80

= 3,63

k. Jumlah Kuadrat Galat (JK Galat)

JK Galat = 436, 20 - 242,86

= 193,34

Page 45: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | 35

Tabel 6. Sidik ragam ANAVA

SK db JK KT Fhit Ftab

0.05 0.01

Perlakuan 27 242.86 8.99 2.61

Konsentrasi (A) 6 216.01 36.00 10.43 ** 2.265567 3.142698

Jenis Kayu (B) 1 6.07 6.07 1.76 tn 4.012973 7.110288

Metode (C') 1 0.15 0.15 0.04 tn 4.012973 7.110288

AB 6 8.51 1.42 0.41 tn 2.265567 3.142698

AC 6 7.80 1.30 0.38 tn 2.265567 3.142698

BC 1 0.70 0.70 0.20 tn 4.012973 7.110288

ABC 6 3.63 0.60 0.18 tn 2.265567 3.142698

Galat 56 193.34 3.45

Total 83 436.20

Tabel 7. Analisis uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test)

Perlakuan Rataan Termicon 100 50 30 20 10 0 Notasi

a

Termicon 9.70 0 b a

100 15.13 5.43 0 c b

50 17.86 8.17 2.74 0 d bc

30 19.65 9.95 4.52 1.78 0 e cd

20 21.58 11.88 6.45 3.72 1.93 0 f de

10 22.14 12.44 7.01 4.27 2.49 0.56 0 e

0 25.52 15.83 10.40 7.66 5.88 3.94 3.39 f

Page 46: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | 36

2. Dokumentasi Kegiatan Kajian

Page 47: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | 37

Sampel kayu sebelum

perlakuan

Perlakuan asap cair

terhadap kayu uji

Penanaman kayu uji di belakang kantor Balai Konservasi Borobudur

Page 48: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | 38

Pencabutan sampel kayu uji setelah uji kubur

Pembersihan kayu uji setelah uji kubur dan pengeringan di oven

Page 49: KONSERVASI CAGAR BUDAYA KAYU MENGGUNAKAN ...borobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan...lain dari rumah tradisional ini yaitu dibangun dengan kayu tanpa paku hanya memakai

Konservasi Cagar Budaya Kayu Menggunakan Asap Cair Tahap II | 39

3. Hasil Analisis GC-MS