Tertusuk Paku
description
Transcript of Tertusuk Paku
Kecelakaan Kerja Kaki Tertusuk Paku
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510
Pendahuluan
Di seluruh dunia, terdapat lebih dari 2,6 milyar pekerja dan tenaga kerja yang terus-
menerus berkembang. Sekitar 75% nya merupakan pekerja di negara sedang berkembang
yang risiko di tempat kerjanya jauh lebih parah. Setiap tahun terdapat sekitar 250 juta kasus
cedera akibat kerja yang mengakibatkan 330.000 kematian. Jika kita masukkan juga kasus
penyakit akibat pekerjaan, kira-kira 1,1 juta orang di seluruh dunia meninggal setiap
tahunnya. Setiap tahun sekitar 160 juta kasus baru penyakit terkait pekerjaan terjadi di
seluruh dunia. Semua perkiraan itu tentu saja berada di bawah angka sebenarnya karena
laporan dari berabgai wilayah di dunia tidak dapat reliabel.1
Tenaga manusia sebagai salah satu faktor produksi di perusahaan, merupakan satu
kesatuan biologis yang mempunyai peran sama dengan faktor produksi lainnya (dana
permodalan, alat produksi, dan sebagainya). Karena itu pemeliharaan dan pengembangan
tenaga manusia, memerlukan perhatian khusus di samping perhatian terhadap faktor produksi
lainnya. Tanpa pemeliharaan dan pengembangan tenaga manusia, pemeliharaan dan
pengembangan faktor produksi lainnya, tidak akan punya arti apa-apa ditinjau dari
produktivitas kerja di perusahaan.2
Kecelakaan kerja pada manusia bukan terjadi, tapi disebabkan oleh kelemahan di sisi
majikan, pekerja, atau keduanya. Akibat yang ditimbulkannya dapat memunculkan trauma
bagi keduanya: bagi pekerja, cedera dapat berpengaruh terhadap pribadi, keluarga, dan
kualitas hidupnya, sedangkan bagi majikan, berupa kerugian produksi, waktu terbuang untuk
penyelidikan, dan yang terburuk biaya untuk proses hukum.3
Skenario
Di suatu perusahan yang bergerak dibidang konstruksi, mempunyai proyek
pembangunan mall di mana karayawan yang berkerja ada sekitar 500 orang terdiri dari
berbagai bidang pendidikan dan jabatan. Ada sekitar 200 orang sebagai tenaga pelaksana
1 Problem Base Learning
kasar, yang pendidikannya SD yang berasal dari desa. Dari laporan tenaga keshatan di
perusahaan tersebut, telah terjadi beberapa kecelakaan kerja, terutama yang tersering adalah
kaki tertusuk, paku; padahal oleh perusahaan sudah di tetapkan setiap pekerja yang masuk ke
kompleks pembangunan di haruskan menggunakan helm dan memakai sepatu khusus. Selain
itu sudah ada security yang mengawasi pekerjaan tersebut, tetapi sering kali para karyawan
tidak mematuhi aturan untuk memakai Alat Pelindung Diri (APD) tersebut. Sebagai dokter di
perusahaan tersebut, anda diminta untuk melakukan identifikasi kecelakaan kerja tersebut.
Rumusan Masalah
Kejadian kecelakaan kerja terutama akibat tertusuk paku.
Sasaran Belajar
1. Pembaca memahami definisi kecelakaan kerja
2. Pembaca memahami faktor – faktor terkait penyebab kecelakaan kerja (Diagram Fish
Bone, Unsafe condition, Unsafe action)
3. Pembaca dapat memahami pencegahan kecelakaan kerja
4. Pembaca memahami manajemen keselamatan kerja
Analisa Masalah
Definisi Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak disengaja seperti kejadian-kejadian yang
tidak diharapkan dan tidak terkontrol. Kecelakaan tidak selalu berakhir dengan luka fisik dan
kematian. Kecelakaan yang menyebabkan kerusakan peralatan dan material dan khususnya
2 Problem Base Learning
Tertusuk paku ditempat kerja
Manajemen keselamatan kerja
Diagram Fish BoneUnsafe Action
Pencegahan
Unsafe Condition
yang menyebabkan luka perlu mendapat perhatian terbesar. Semua kecelakaan tanpa melihat
apakah itu menyebabkan kerusakan ataupun tidak perlu mendapatkan perhatian. Kecelakaan
yang tidak menyebabkan kerusakan peralatan, material dan kecelakaan fisik dari personil
kerja dapat menyebabkan kecelakaan lebih lanjut.4
Dalam peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 3 Tahun 1998 tentang Tata Cara Pelaporan
dan Pemeriksaan Kecelakaan, kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan
tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda. Dan
tempat kerja merupakan tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap
dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu
usaha dan dimana terdapat sumber cahaya.5
Definisi kecelakaan kerja lainnya adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak di-
harapkan. Tidak terduga maksudnya tidak dilatar belakangi unsur kesengajaan, dan tidak
direncanakan, karenanya peristiwa sabotase ataupun kriminalitas adalah di luar niang lingkup
keeelakaan. Tidak diharapkan, sebab peristiwa kecelakaan disertai oleh kerugian material
ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling berat.
Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang ada hubungannya dengan kerja, dalam
kecelakaan terjadi karena pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Dengan
demikian muncul dua permasalahan:
a. Kecelakaan sebagai akibat langsung dari pekerjaan atau;
b. Kecelakaan terjadi saat melakukan pekerjaan.
Adakalanya ruang lingkup kecelakaan kerja diperluas, sehingga meliputi kecelakaan
tenaga kerja pada saat perjalanan dari dan ke tempat kerja. Kecelakaan di rumah, atau pada
waktu rekreasi dan cuti berada di luar makna kecelakaan kerja, sekalipun pencegahannya
sering disertakan dalam program keselamatan kerja/keselamatan perusahaan. Kecelakaan
demikian, termasuk kecelakaan umum yang menimpa tenaga kcrja di luar pekerjaannya.2
Diagram Fish Bone
Fishbone diagram (diagram tulang ikan — karena bentuknya seperti tulang ikan) sering
juga disebut Cause-and-Effect Diagram atau Ishikawa Diagram diperkenalkan oleh Dr.
Kaoru Ishikawa, seorang ahli pengendalian kualitas dari Jepang, sebagai satu dari tujuh alat
kualitas dasar (7 basic quality tools). Fishbone diagram digunakan ketika kita ingin
mengidentifikasi kemungkinan penyebab masalah dan terutama ketika sebuah team
cenderung jatuh berpikir pada rutinitas
3 Problem Base Learning
Suatu tindakan dan langkah improvement akan lebih mudah dilakukan jika masalah
dan akar penyebab masalah sudah ditemukan. Manfaat fishbone diagram ini dapat menolong
kita untuk menemukan akar penyebab masalah secara user friendly, tools yang user friendly
disukai orang-orang di industri manufaktur di mana proses di sana terkenal memiliki banyak
ragam variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan.
Fishbone diagram akan mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu efek atau
masalah, dan menganalisis masalah tersebut melalui sesi brainstorming. Masalah akan
dipecah menjadi sejumlah kategori yang berkaitan, mencakup manusia, material, mesin,
prosedur, kebijakan, dan sebagainya. Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu
diuraikan melalui sesi brainstorming.
Seperti yang telah digambarkan pada Fish Bone Chart diatas, penyebab terjadinya
kecelakaan kerja berupa kaki pekerja yang tertusuk paku dapat dikelompokkan menjadi 4,
yakni:
1. Manusia
o Pekerja tidak menempatkan kewaspadaan & ketelitian dalam berkerja
sehingga tidak menyadari potensi kecelakaan kerja (tertusuk paku).
o Pekerja kurang hati-hati sehingga tertusuk paku.
4 Problem Base Learning
Masalah:
Kaki pekerja tertusuk paku
Metode
ManusiaMaterial
Peralatan
Pekerja kurang hati-hati sehingga tertusuk paku.
Pekerja tidak menempatkan kewaspadaan & ketelitian dalam berkerja sehingga tidak menyadari potensi kecelakaan kerja (tertusuk paku).Rendahnya tingkat
pendidikan karyawan pekerja kasar.
Kurangnya pengawasan dari pegawai atasan, mandor/ supervisor.
Material yang digunakan berada disekitar tempat kerja tidak tertata dengan aman dan baik (paku).
Banyaknya pekerja yang tidak mengindakan peraturan penggunaan APD dengan baik. Tidak adanya ketegasan pada SOP
yang ditetapan dalam menggunakan APD, hanya sebatas mengharuskan.
o Rendahnya tingkat pendidikan karyawan pekerja kasar.
o Kurangnya pengawasan dari pegawai atasan, mandor/ supervisor.
2. Material
o Material yang digunakan berada disekitar tempat kerja tidak tertata
dengan aman dan baik (paku).
3. Peralatan
o Banyaknya pekerja yang tidak mengindakan peraturan penggunaan APD
dengan baik.
4. Metode
o Tidak adanya ketegasan pada SOP yang ditetapan dalam menggunakan
APD, hanya sebatas mengharuskan.
Teori Kecelakaan Kerja
a. Teori Domino Heinrich
Heinrich (1931) dalam risetnya menemukan sebuah teori yang dinamainya Teori
Domino. Teori itu menyebutkan bahwa pada setiap kecelakaan yang menimbulkan cidera,
terdapat lima faktor secara berurutan yang digambarkan sebagai lima domino yang berdiri
sejajar, yaitu: kebiasaan/situasi, kesalahan seseorang, perbuatan dan kondisi tak aman
(hazard), kecelakaan, serta cidera. Heinrich mengemukakan, untuk mencegah terjadinya
kecelakaan, kuncinya adalah dengan memutuskan rangkaian sebab-akibat. Misalnya, dengan
membuang hazard, satu domino di antaranya.
Birds (1967) memodifikasi teori domino Heinrich dengan mengemukakan teori
manajemen yang berisikan lima faktor dalam urutan suatu kecelakaan yaitu: manajemen,
sumber penyebab dasar, gejala, kontak, dan kerugian. Dalam teorinya, Birds itu
mengemukakan bahwa usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya dapat berhasil dengan
mulai memperbaiki manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Praktek di bawah standar
atau unsafe acts dan kondisi di bawah standar atau unsafe conditions merupakan penyebab
langsung suatu kecelakaan, dan penyebab utama dari kesalahan manajemen.6
5 Problem Base Learning
Gambar1. Teori Domino Heinrich
Beberapa contoh tipikal penyebabnya adalah:
Situasi kerja
- pengendalian manajemen yang kurang
- standar kerja yang minim
- tidak memenuhi standar
perlengkapan yang gagal atau tempat kerja yang tidak mencukupi.
Kesalahan orang
- keterampilan dan pengetahuan yang minim
- masalah fisik atau mental
- perhatian yang kurang
Tindakan tidak aman
- tidak mengikuti metode kerja yang telah disetujui
- mengambil jalan pintas
- menyingkirkan atau tidak menggunakan perlengkapan keselamatan kerja.
Kecelakaan
- kejadian yang tidak terduga
- akibat kontak dengan mesin atau listrik yang berbahaya
- terjatuh
- terhantam mesin atau material yang jatuh, dan sebagainya.
Cedera/kerusakan
- terhadap pekerja: sakit dan penderitaan & kehilangan pendapatan kehilangan kualitas
hidup
- terhadap majikan: kerusakan pabrik, pembayaran kompensasi kerugian produksi,
6 Problem Base Learning
kemungkinan proses pengadilan.2
b. Teori Multiple Causation
Teori ini menyebutkan bahwa kecelakaan kerja terjadi karena adanya banyak
penyebab. Penyebab kecelakaan tersebut adalah kondisi yang tidak aman (unsafe condition)
dan tindakan yang tidak aman (unsafe action).7
c. Teori Gordon
Menurut Gordon (1949), Kecelakaan terjadi karena adanya kontak diantara 3 (tiga)
hal yaitu korban kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan dan lingkungan yang kompleks.
Untuk itu, untuk lebih memahami mengenai penyebab terjadinya kecelakaan, harus diketahui
karakteristik dari korban kecelakaan, perantara dan lingkungan secara detail.7
d. Teori Domino Terbaru
Teori Domino yang terbaru berkembang sekitar tahun 1969. Dalam teori tersebut
diungkapkan bahwa penyebab terjadinya kecelakaan adalah adanya ketimpangan manajemen.
Teori tersebut merupakan pengembangan dari Teori Heinrich yang menunjukkan bahwa
manajemen juga ikut berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan kerja.7
e. Teori Reason
Reason menyatakan bahwa kecelakaan terjadi karena adanya lubang dalam system
pertahanan. Sistem pertahanan yang dimaksud adalah pelatihan dan prosedur yang mengatur
kelamatan dan kesehatan kerja.7
f. Teori Frank E Bird Peterson
Kecelakaan terjadi karena adanya kontak dengan suatu sumber energy seperti
mekanis, kimia, kinetic, fisis yang dapat mengakibatkan cedera pada manusia, alat maupun
lingkungan.Selanjutnya teori ini dikembangkan oleh Derek Viner (1998) melalui Konsep
Energi. Konsep ini menyebutkan bahwa kecelakaan terjadi akibat energi yang lepas dan
mengenai si penerima. Seperti kita ketahui bersama bahwa energy di ala mini tersaji dalam
beberapa bentuk misalnya mekanis, kimia, kinetic, radiasi, dan lain-lain. Cedera terjadi
karena energy yang mengenai penerima melebihi ambang batas kemampuan penerima.7
Penyebab Kecelakaan Kerja
Kecelakaan akibat kerja terjadi tanpa disangka-sangka dalam waktu sekejap mata.
7 Problem Base Learning
Bennett (1991) mengemukakan bahwa di dalam setiap kejadian kecelakaan kerja, empat
faktor bergerak dalam satu kesatuan berantai, yakni a) faktor lingkungan, b) faktor bahaya, c)
faktor peralatan dan perlengkapan, dan d) faktor manusia.
Cara penggolongan sebab-sebab kecelakaan di berbagai Negara tidak sama. Namun
ada kesamaan umum, yaitu kecelakaan disebabkan oleh dua golongan penyebab, antara lain:3
a. Penyebab langsung
(1) Perbuatan yang tidak aman (unsafe acts), didefinisikan sebagai segala tindakan manusia
yang dapat memungkinkan tejadinya kecelakaan pada diri sendiri maupun orang lain.
Contoh dari perbuatan yang tidak aman seperti misalnya :
- Tidak menggunakan alat yang telah disediakan.
- Salah menggunakan alat yang telah disediakan.
- Menggunakan alat yang sudah msak.
- Metode kerja yang salah.
- Tidak mengikuti prosedur keselamatan kerja.
(2) Kondisi yang tidak aman (unsafe condition), didefinisikan sebagai suatu kondisi
lingkungan kerja yang dapat memungkinkan terjadinya kecelakaan.
- Contoh kondisi yang tidak aman :
- Kondisi fisik, mekanik, peralatan.
- Kondisi permukaan tempat berjalan dan bekerja.
- Kondisi penerangan, ventilasi, suara dan getaran.
- Kondisi penataan lokasi yang salah.
b. Penyebab tidak langsung
(1) Fungsi manajeinen proyek.
(2) Kondisi pekerja4
a. Faktor Manusia5
Umur/usia
Usia muda relative lebih mudah terkena kecelakaan kerja dibandingkan dengan usia
lanjut yang mungkin dikarenakan sikap ceroboh dan tergesa-gesa. Pengkajian usia dan
kecelakaan akibat kerja menunjukkan angka kecelakaan pada umumnya lebih rendah dengan
bertambahnya usia, tetapi tingkat keparahan cedera dan penyembuhannya lebih serius.
Jenis Kelamin
Tingkat kecelakaan akibat kerja pada perempuan akan lebih tinggi daripada pada
8 Problem Base Learning
laki-laki. Perbedaan kekuatan fisik antara perempuan dengan kekuatan fisik laki-laki adalah
65%. Secara umum, kapasitas kerja perempuan rata-rata sekitar 30% lebih rendah dari laki-
laki. Tugas yang berkaitan dengan gerak berpindah, laki-laki mempunyai waktu reaksi lebih
cepat daripada perempuan.
Koordinasi Otot
Koordinasi otot berpengaruh terhadap keselamatan pekerja. Diperkirakan kekakuan
dan reaksi yang lambat berperan dalam terjadinya kecelakaan kerja.
Kecenderungan Celaka
Konsep popular dalam penyebab kecelakaan adalah “accident prone theory”. Teori
ini didasarkan pada pengamatan bahwa ada pekerja yang lebih besar mengalami kecelakaan
dibandingkan pekerja lainnya. Hal ini disebabkan karena ciri-ciri yanga ada dalam pribadi
yang bersangkutan (ILO,1979)
Pengalaman Kerja
Semakin banyak pengalaman kerja dari seseorang, maka semakin kecil
kemungkinan terjadinya kecelakaan akibat kerja. Pengalaman untuk kewaspadaan terhadap
kecelakaan kerja bertambah baik sesuai dengan usia, maka kerja atau lamanya bekerrja di
tempat yang bersangkutan.
Tingkat Pendidikan
Pensisikan formal dan pendidikan non-formal akan mempengaruhi peningkatan
pengetahuan pekerja dalam menerima informasi dan perubahan, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Tuntutan pekerjaan atau job requirements pada seorang pekerja
adalah:
1. Pengetahuan (pengetahuan dasar dan spesifik tentang pekerjaan).
2. Fungsional (keterampilan dasar dan spesifik dalam mengerjakan suatu pekerjaan).
3. Afektif (kemampuan dasar dan spesifikasi dalam suatu pekerjaan).
Kelelahan
Kelelahan dapat menimbulkan kecelakaan kerja pada suatu industri. Kelelahan
merupakan suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup lagi untuk melakukan
9 Problem Base Learning
aktivitasnya. Kelelahan ini ditandai dengan adanya penurunan fungsi-fungsi kesadaran otak
dan perubahan pada organ di luar kesadaran. Kelelahan disebabkan oleh berbagai hal, antara
lain kurang istirahat, terlalu lama bekerja, pekerjaan rutin tanpa variasi, lingkungan kerja
yang buruk serta adanya konflik.
b. Faktor lingkungan5
Lokasi/tempat kerja
Tempat kerja adalah tempat dilakukannya pekerjaan bagi suatu usaha, dimana
terdapat tenaga kerja yang bekerja, dan kemungkinan adanya bahaya kerja di tempat itu.
Disain di lokasi kerja yang tidak ergonomis dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Tempat
kerja yang baikapabila lingkungan kerja aman dan sehat.
Perlatan dan perlengkapan
Proses produksi adalah bagian dari perencanaan produksi. Langkah penting dalam
perencanaan adalah memilih peralatan dan perlengkapan yang efektif sesuai dengan apa yang
diproduksinya. Pada dasarnya peralatan/perlengkapan mempunyai bagian-bagian kritis yang
dapat menimbulkan keadaan bahaya, yaitu:
1. Bagian-bagian fungsional
2. Bagian-bagian operasional
Bagian-bagian mesin yang berbahaya harus ditiadakan denga jalan mengubah
konstruksi, member alat perlindungan. Peralatan dan perlengkapan yang dominan
menyebabkan kecelakaan kerja, antara lain:
1. Peralatan/perlengkapan yang menimbulkan kebisingan.
2. Peralatan/perlengkapan dengan penerangan yang tidak efektif.
3. Peralatan/perlengkapan dengan temperature tinggi ataupun terlalu rendah.
4. Peralatan/perlengkapan yang mengandung bahan-bahan kimia berbahaya.
5. Peralatan/perlengkapan dengan efek radiasi yang tinggi.
6. Peralatan/perlengkapan yang tidak dilengkapi dengan pelindung, dll.
Shift kerja
Menurut National Occupational Health and Safety Committee, shift kerja adalah
bekerja di luar jam kerja normal, dari Senin sampai Jumat termasuk hari libur dan bekerja
mulai dari jam 07.00 sampai dengan jam 19.00 atau lebih. Shift kerja malam biasanya lebih
10 Problem Base Learning
banyak menimbulkan kecelakaan kerja dibandingkan dengan shift kerja siang, tetapi shift
kerja pagi-pagi tidak menutup kemungkinan dalam menimbulkan kecelakaan akibat kerja.
Sumber kecelakaan
Sumber kecelakaan merupakan asal dari timbulnya kecelakaan, bisa berawal dari
jenis perlatan/perlengkapannya, berawal dari faktor human error, dimana sumber dari jenis
kecelakaan merambat ke tempat-tempat lain, sehingga menimbulkan kecelakaan kerja.
Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan hubungan tenaga
kerja dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan
tempat kerja, lingkungan kerja dan cara-cara melakukan pekerjaan tersebut. Unit
keselamatan kerja merupakan suatu unit yang bertanggung jawab atas tempat, alat, mesin,
pesawat, yang aman bagi tenaga kerja, dan sesuai dengan kondisi kerja, juga bertanggung
jawab dalam penyediaan alat keselamatan/pengaman/pelindung yang cocok serta
menyenangkan bagi tenaga kerja.
Tujuan keselamatan kerja, antara lain:
Melindungi hak keselamatan tenaga kerja dalam/selama melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan hidup serta peningkatan produksi dan produktivitas nasional.
Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
Memelihara sumber produksi serta menggunakannya dengan amat dan ber-dayaguna
(efisien)2
Selain itu, ada beberapa alasan pentingnya memperhatikan masalah keselamatan dalam
bekerja, yaitu :
Kemanusiaan
Membiarkan terjadinya kecelakaan keja tanpa berusaha melakukan sesuatu untuk
memperbaiki keadaan merupakan suatu tindakan yang tidak manusiawi. Hal ini
dikarenakan kecelakaan yang terjadi tidak hanya menimbulkan penderitaan bagi
korbannya, misalnya kematian, luka/cedera berat maupun ringan, tetapi juga
mengakibatkan penderitaan bagi keluarga korban jika korban meninggal atau cacat. Oleh
karena itu, pengusaha mempunyai kewajiban untuk melindungi pekerjanya dengan cara
menyediakan lapangan kerja yang aman.
Ekonomi
11 Problem Base Learning
Setiap kecelakaan kerja yang terjadi akan menimbulkan kerugian ekonomi seperti
kerusakan mesin, peralatan, bahan dan bangunan, biaya pengobatan, biaya santunan
kecelakaan dan sebagainya. Oleh karena itu, dengan melakukan langkah-langkah
pencegahan kecelakaan maka selain dapat mencegah terjadinya cedera pada pekerja,
kontraktor juga dapat menghemat biaya yang hams dikeluarkan.
UU dan peraturan
UU dan peraturan dikeluarkan oleh pemerintah atau suatu organisasi bidang
kesehatan kerja dengan pertimbangan bahwa masih banyak kecelakaan yang terjadi, makin
meningkatnya pembangunan dengan penggunaan teknologi modern.
Nama baik perusahaan
Suatu perusahaan yang mempunyai reputasi yang baik dapat empengaruhi
kemampuannya dalam bersaing dengan perusahaan lain. Menururt Ir Christiawan, reputasi
atau citra perusahaan juga merupakan sumber daya penting terutama bagi industri jasa,
karena berhubungan dengan kepercayaan dari pemberi tugas/pemilik proyek (Christiawan,
1992). Prestasi keselainatan kerja perusahaan mendukung reputasi perusahaan itu,
sehingga dapat dikatakan bahwa prestasi keselainatan kerja yang baik akan memberikan
keuntungan pada perusahaan secaratidak langsung.4
Dampak Kecelakaan Kerja
Kecelakaan dapat menimbulkan akibat yang sangat merugikan baik bagi pekerja
maupun bagi pengusaha. Bagi pekerja, kecelakaan yang terjadi dapat mengakibatkan
penderitaan baik merupakan kematian, luka/cidera berat maupun ringan, maupun penderitaan
bagi keluarga mereka bila pekerja meninggal dunia atau cacat. Sedangkan bagi pengusaha,
kecelakaan yang terjadi dapat menimbulkan kerugian berupa biaya langsung dan biaya tak
langsung. Biaya langsung terdiri dari biaya kompensasi pekerja, biaya perawatan medis dan
rumah sakit, santunan untuk pekerja yang menderita cacat, santunan kematian, serta premi
asuransi yang dikenakan atas kebakaran, kehilangan, atau kerusakaan properti, serta atas
tuntutan dari masyarakat sekitar. Sedangkan biaya tak langsung misalnya biaya untuk
mengganti peralatan yang rusak, biaya tambahan karena pekerjaan terhenti, biaya yang
timbul karena waktu yang terbuang untuk mencari tenaga kerja pengganti, untuk
membersihkan lokasi pekerjaan dan untuk memberikan pertolongan, dan sebagainya. Selain
itu biaya tak langsung yang timbul juga dapat berupa penurunan kualitas pekerjaan,
penurunan produktivitas pekerja, dan penurunan nama baik perusahaan. Besarnya biaya tak
12 Problem Base Learning
langsung dapat mencapai 4-7 kali biaya langsung. Oleh karena itu, terlihat bahwa kecelakaan
kerja berpengaruh terhadap biaya, waktu, mutu pekerjaan, produktivitas pekerja dan nama
baik perusahaan.4
Manajemen dan Penilaian Resiko
Manajemen resiko adalah proses manajemen dimana kemungkinan untuk mendapatkan
keuntungan dan kerugian yang berhubungan aktifitas diidentifikasi, dievaluasi dan
dikendalikan dan atau penerapan kebijakan-kebijakan manajemen dan prosedur untuk
memaksimumkan kesempatan dalam mendapatkan keuntungan dalam meminimumkan
kerugian. Pelaksanaan manajemen risiko haruslah menjadi bagian integral dari pelaksanaan
sistem manajemen perusahaan/organisasi. Manajemen ini bertujuan untuk meminimalkan
atau bahkan menghindari risiko sama sekali.5
Penerapan Manajemen Resiko5
Penerapan manajemen resiko dilakukan dengan beberapa komponen dengan urutan
yang sistematis, yaitu;
a) Komitmen
Merupakan kebijakan perusahaan yang melibatkan keseluruhan organisasi dimulai
dari manajemen puncak hingga karyawan dalam melaksanakan K3. Komitmen harus
diinyatakan oleh manajemen puncak dan disosialisasikan kepada seluruh karyawan.
Komitmen merupakan komponen terpenting dalam penerapan sistem manajemen K3
karena komitmen menunjukkan pernyataan kesiapan untuk memperhatikan masalah K3.
b) Identifikasi risiko
Kegiatan identifikasi risiko dilakukan dengan identifikasi terhadap risiko yang akan
dikelola, mencari tahu jenis bahaya apa saja yang mungkin menimbulkan risiko,
bagaimana dan kenapa risiko tersebut bisa muncul.
c) Analisis risiko
Analisis risiko dilakukan untuk memperkirakan risiko dengan mengkombinasikan
faktor probabilitas atau likehood dan konsekuensi, dengan mempertimbangkan upaya
pengendalian risiko yang telah dilakukan.
d) Evaluasi risiko
Evaluasi risiko dilakukan untuk membandingkan tingkat risiko yang didapat dalam
13 Problem Base Learning
proses analisi risiko dengan criteria evaluasi sesuai dengan model analisis yang digunakan.
e) Penanganan risiko
Penanganan atau pengendalian risiko dilakukan dengan mempertimbangkan aspek
efektifitas dan efisiensi.
f) Monitoring dan review
Monitoring dilakukan dengan mengkaji ulang tingkat risiko serta efektifitas program
penanganan risiko yang telah dilakukan.
g) Komunikasi dan Konsultasi
Komunikasi antara manajemen dan pekerja untuk mendapatkan masukan mengenai
implementasi pengelolaan risiko di tempat kerja guna perbaikan sistem pengelolaan risiko
tersebut.
Penilaian Resiko8
Pada dasarnya, penilaian risiko adalah cara-cara yang digunakan majikan untuk dapat
mengelola dengan baik risiko yang dihadapi oleh pekerjanya dan memastikan bahwa
kesehatan dan keselamatan mereka tidak terkena risiko pada saat bekerja.
Regulasi Manajemen (Management Regulations) menempatkan tanggung jawab khusus
di pundak majikan untuk :
• Mengidentifikasikan bahaya yang berisiko terhadap kesehatan dan keselamatan kerja
pekerjanya.
• Melakukan penilaian risiko yang 'sesuai dan mencukupi' terhadap bahaya yang
teridentifikasi.
• Memutuskan apa yang 'sesuai dan mencukupi' itu berdasarkan situasi dan kondisi
operasinya.
• Menentukan lingkup penilaian:
‐ semua perlengkapan, baik yang sedang dipakai maupun yang baru
‐ material dan substansi.
• Lebih memprioritaskan perlindungan terhadap seluruh angkatan kerja ketimbang
perorangan.
• Mempertimbangkan segala risiko dari kegiatan operasional yang dapat mempengaruhi
orang yang bukan pekerja seperti agen dan para pekerja kontrak, kontraktor, tamu, dan
mereka yang datang karena tugas seperti tukang pos, karyawan perusahaan utilitas, supir
pengantar, dan sebagainya.
14 Problem Base Learning
• Mengangkat seorang penilai:
- untuk melakukan penilaian-penilaian
- yang mempunyai pengetahuan tentang :
* proses-proses kerja
* perundang-undangan kesehatan dan keselamatan kerja
* standar kesehatan dan keselamatan kerja terbaru untuk industri.
• Memberikan waktu kepada penilai untuk melakukan penilaian selama jam kerja. (Penilai
bisa merupakan penyelia atau penanggung jawab yang sudah mendapatkan pelatihan
kesehatan dan keselamatan kerja).
• Jika mempekerjakan lima pekerja atau lebih, catatlah hasil penilaian risiko tersebut.
Istilah-istilah tertentu yang digunakan dalam penilaian risiko:
• Bahaya (hazard) - sesuatu yang berpotensi menyebabkan kerugian/kelukaan.
• Probabilitas - kemungkinan bahwa bahaya dapat menyebabkan kerusakan atau
kerugian/kelukaan.
• Risiko - perpaduan antara probabilitas dan tingkat keparahan kerusakan atau
kerugian/kelukaan
• Berbahaya (danger) - keadaan yang berisiko.
• Tingkat risiko (extent of risk) - ukuran jumlah orang yang mungkin terkena pengaruh
dan tingkat keparahan kerusakan atau kerugian/kelukaan, yaitu berupa konsekuensi.
Strategi
Sasaran penilaian risiko adalah mengidentifikasi bahaya sehingga tindakan dapat diambil untuk
menghilangkan, mengurangi, atau mengendalikannya sebelum terjadi kecelakaan yang dapat
menyebabkan cedera atau kerusakan.
Untuk mencapai sasaran tersebut dan untuk mengefektifkan serta dapat menjalankan
menjalankan penilaian risiko, kita perlu mclakukan pendekatan yang sistematis. Langkah-
langkah berikut merupakan pendekatan yang logis dan sistematis:
1. Mendefinisikan tugas atau proses yang akan dinilai.
2. Mengidentifikasi bahaya.
3. Menghilangkan atau mengurangi bahaya hingga minimum.
4. Mengevaluasi risiko dari bahaya residual.
5. Mengembangkan strategi-strategi pencegahan.
6. Menjalankan pelatihan metode-metode kerja yang baru.
15 Problem Base Learning
7. Mengimplementasikan upaya-upaya pencegahan.
8. Memonitor kinerja.
9. Melakukan kajian ulang secara berkala dan membuat revisi jika perlu.
Investigasi Kecelakaan
Menurut peraturan menteri tenaga kerja PER.03/MEN/1998 BAB II tentang tata cara
pelaporan kecelakaan, pasal 2 ayat 1 mnyebutkan bahwa pengurus atau pengusaha wajib
melaporkan kecelakaan kerja yang dimaksud terdiri dari kecelakaan kerja, kebakaran atau
peledakan atau bahaya pembuangan limbah san kejadian berbahaya lainnya.9
Sasaran3
• Menentukan penyebab kecelakaan sehingga kejadian serupa dapat dicegah.
• Tidak untuk mencari kambing hitam.
• Mendapatkan informasi untuk laporan ke pihak yang berwenang.
• Mendapatkan informasi untuk pihak asuransi yang entah itu:
- membantu penyelesaian atau penolakan proses pengadilan sehubungan dengan klaim
yang diajukan korban
- untuk mengajukan klaim atas kerusakan pabrik, perlengkapan, dan sebagainya.
• Mendapatkan informasi untuk badan-badan hukum lainnya, misalnya manfaat jaminan
sosial.
Penyebab kecelakaan3
Adalah kejadian atau keadaan sebelum insiden yang menyebabkan cedera atau kerusakan.
• Penyebab langsung—bagian atau komponen yang secara aktual menyebabkan cedera atau
kerusakan.
• Akar penyebab—tindakan atau kegiatan yang menyebabkan kontak dengan penyebab
langsung. Analisis akar penyebab kecelakaan melibatkan pemeriksaan urut-urutan
kejadian dan pengambilan keputusan yang mengarah ke kecelakaan dan pengidentifikasian
tindakan yang tak langsung yang memicu rangkaian kejadian tersebut.
Penyebab cedera atau kerusakan adalah tindakan atau proses yang menyebabkan cedera atau
kerusakan aktual.
Penyelidikan3
16 Problem Base Learning
Oleh siapa?
- Diawali penyelia yang memberitahukan kepada penasehat keselamatan kerja.
- Perwakilan keselamatan kerja - catat hak mereka.
- Penasehat keselamatan kerja.
- Surveyor/tenaga ahli dari pihak asuransi jika klaim terhadap majikan mungkin atau
sudah dibuat.
- Inspektur yang berwenang jika cedera atau kecelakaan harus dilaporkan kepada pihak
berwenang.
- Polisi jika terjadi korban jiwa.
Kapan?
- Segera setelah orang yang terluka kembaii dari klinik P3K atau dipindahkan untuk
menjalani perawatan medis.
- Sebelum lokasi kecelakaan dimasuki orang lain.
Prosedur
‐ Mendatangi lokasi dan mencatat detail-detail yang penting.
‐ Mengambil gambar/foto.
‐ Mengukur bagian dan area yang relevan.
- Memeriksa kondisi pabrik dan perlengkapan - menyiapkan pengujian jika diperlukan
- Menanyai para saksi
* idealnya sendirian namun boleh disertai perwakilannya saja jika diminta
* menekankan bahwa sasaran penyelidikan ialah pada pengungkapan penyebab
kecelakaan
* bukti-bukti harus didapat langsung dan bukan menurut penuturan
- Memeriksa catatan pelatihan yang pernah diberikan kepada pekerja yang menjadi
korban.
- Menanyai korban sesegera mungkin tanpa menimbulkan tekanan.
- Menganalisis informasi dan menyiapkan laporan.
- Jika klaim sudah masuk, pihak asuransi akan menyelidiki dan menanyai para saksi
namun tidak menanyai pihak penuntut.
- Jika penyelidikan dilakukan oleh inspektur yang berwenang, sural pernyataan bisa
dimintakan dari para saksi, termasuk korban.
- Dalam kasus korban jiwa, polisi melakukan penyelidikan untuk menentukan penyebab
kematian dan apakah telah terjadi tindakan kriminal sebelumnya.
17 Problem Base Learning
Meminta keterangan
‐ Jika diperlukan untuk meminta keterangan, arahnya harus ditetapkan dengan jelas,
misalnya untuk menentukan penyebab kecelakaan
‐ Laporan permintaan keterangan ini diberikan untuk majikan maupun pekerja sehingga
'tidak ditutup-tutupi' pada saat terjadi gugatan
‐ Jika sasaran permintaan keterangan ini adalah untuk menolak klaim, ini harus jelas
dinyatakan dan dipahami oleh orang-orang yang terlibat, tatkala catatan dan laporan
menjadi 'rahasia'.
Informasi yang akan dikumpulkan
‐ Rincian tapak—pemilik, alamat, departemen/seksi/bengkel
‐ Proses atau operasi yang bersangkutan, termasuk rincian setiap pabrik yang terlibat
‐ Tanggal dan waktu kecelakaan
‐ Data rinci pribadi korban (mungkin didapat dari data personalia)
‐ Informasi pelatihan yang pernah diberikan kepada korban
‐ Pekerjaan yang sedang dilaksanakan pada saat kecelakaan
* Apakah sudah mendapat izin?
* Apakah prosedur yang benar sudah diikuti?
* Apakah alat Pelindung terpasang di tempat?, dll
‐ Rincian cedera yang dialami.
Laporan
‐ Menganalisis hasil penyelidikan dan informasi yang diperoleh
‐ Mempersiapkan laporan yang menggambarkan keadaan kecelakaan dan kemungkinan
penyebab-penyebabnya
‐ Membuat saran agar kejadian serupa tidak terulang.
Tujuan Investigasi
Tujuan investigasi kecelakaan kerja menurut ICAM (Incident Cause Analysis Method )
Investigation Guidline adalah sebagai berikut;
• Menentukan fakta di sekitar lokasi kejadian.
• Mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi dan penyebab dasar kecelakaan.
• Melihat kecukupan prosedur dan program pengendalian yang sudah ada
• Merekomendasikan tindakan pencegahan dan perbaikan.
• Melaporkan temuan dalam rangka untuk membagi pelajaran dari kecelakaan.
18 Problem Base Learning
• Tidak menyalahkan satu pihak.10
Pencegahan dan Perbaikan Kecelakaan Kerja
Prinsip-prinsip pencegahan kecelakaan sasarannya adalah mencegah terjadinya
kecelakaan, dan juga jika kecelakaan terjadi, mencegahnya agar tidak terulang kembali.
Prosedurnya antara lain;
‐ Mengidentifikasi bahaya.
‐ Menghilangkan bahaya.
‐ Mengurangi bahaya hingga seminim mungkin jika penghilangan bahaya tidak dapat
dilakukan.
‐ Melakukan penilaian risiko residual.
‐ Mengendalikan risiko residual.
Identifikasi potensi bahaya
• Sebelum kejadian; penilaian risiko (lihat sebelumnya) dan inspeksi keselamatan kerja.
• Setelah kejadian; penyelidikan kecelakaan (lihat sebelumnya)
• Nyaris; menerapkan prosedur pelaporan kecelakaan yang nyaris terjadi.
Definisi
‐ Bahaya - sesuatu yang berpotensi menyebabkan cedera/luka.
‐ Risiko - kemungkinan kecelakaan akan terjadi dan dapat mengakibatkan kerusakan.
‐ Kecelakaan - sebuah kejadian takterduga yang menyebabkan cedera atau kerusakan.
‐ Nyaris - sebuah kejadian yang nyaris menyebabkan cedera atau kerusakan.3
Membuat Rekomendasi
Investigasi kecelakaan harus mengidentifikasi rekomendasi tindakan pencegahan dan
perbaikan. Ini bisa dilaksanakan dengan mengelompokkan semua kegagalan dan kekurangan
yang sudah diidentifikasi menggunakan teori analisa penyebab kecelakaan yang sudah
ditetapkan.9
Hierarchy Control atau Urutan Pengendalian Resiko9
Menurut Permenaker No. 5/MEN/1996 pengendalian kecelakaan kerja bisa dilakukan
melalui 3 metode pengendalian kecelakaan kerja, yaitu:
19 Problem Base Learning
1. Pengendalian teknis atau rekayasa (Engineering Control)
Adalah melakukan rekayasa pada bahan dengan cara;
‐ Eliminasi, yaitu dengan cara menghilangkan sumber bahaya secara total.
‐ Substitusi, mengganti material maupun teknologi yang digunakan dengan material atau
teknologi lain yang lebih aman bagi pekerja dan lingkungan.
‐ Minimalisasi, yaitu mengurangi jumlahpaparan bahaya yang ada di tempat kerja.
‐ Isolasi, memisahkan antara sumber bahaya dengan pekerja.
Pengendalian teknis atau rekayasa diperkirakan dapat memberikan hasil atau efektifitas
penurunan risiko sebesar 70%-90% (perubahan disain atau penggantian mesin dan 40%-
70% pemberian batas atau barier).
2. Pengendalian Administrasi (Administratif Control)
Yaitu pengendalian bahaya dengan kegiatan yang bersifat adminisrasi seperti pemberian
penghargaan, trining dan penerapan prosedur.
3. Penggunaan alat pelindung diri (APD)
Yaitu alat yang digunakan untuk melindungi pekerja agar dapat memproteksi dirinya
sendiri. Pengendalian ini adalah alternatif terakhir yang dapat dilakukan bila kedua
pengendalian sebelumnya belum dapat mengurangi bahaya dan dampak yang mungkin
timbul.
Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja (SMK3)
Maju mundumya suatu industri sangat diitunjang oleh peranan tenaga kerja. Untuk
dapat membangun tenaga kerja yang produktif. sehat, dan berkualitas perlu adanya
manajemen yang baik. terutama yang terkait dengan masalah Keselamatan dan Kesehatan
kerja (K3).
K3 yang termasuk dalam suatu wadah higiene perusahaan dan kesehatan kerja (hipcrkes)
terkadang terlupakan oleh para pengusaha. Padahal. K3 mcmpunyai tujuan pokok dalam
upaya memajukan dan mengembangkan proses induslrialisasi. Terutama dalam mewujudkan
kesejahteraan para buruh. Tujuan dari Sistem Manajemen K3 adalah:
1. Sebagai alat uniuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya, baik
buruh. petani. nelayan. pegawai negeri atau pekerja-pekerja bebas
2. Sebagai upaya untuk mencegah dnn memberantas penyakit dan kecelakaan-kecelakaan
akibat kerja. memelihara. dan meningkatkan kesehatan dan gizi para tenaga kerja. merawat
20 Problem Base Learning
dan meningkatkan efisiensi dan daya produktifitas tenaga manusia. memberantas
kekelahan kerja dan melipatgandakan gairah serta kenikmatan bekerja.
Lebih jauh sistem ini dapat mcmberikan perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu
perusahaan agar terhindar dari bahaya pengotoran bahan-bahan proses industrialisasi yang
bcrsangkutan, dan perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin
ditimbulkan olch produk-produk indusiri. K3 merupakan modal utama kesejahteraan para
buruh/tenaga kerja sccara keseluruhan. Selain ilu. dengan penerapan K3 yang baik dan dan
terarah dalam suatu wadah industry tentunya akan memberikan dampak lain, salah satunya
adalah sumber daya manusia (SDM).10
Manajemen K310
Dalam pasar bebas yang marak dengan berbagai persaingan, penerapan manajemen K3
sangat penting untuk dij alankan dengan baik dan terarah. Proses industrialisasi merupakan
'syarat mutlak' untuk membangun negeri ini. Pengalaman di negara-negara lain menunjukkan
bahwa tren suatu pertumbuhan dari sistem K3 adalah melalui fase-fase, yaitu fase
kesejahteraan, fase produktivitas kerja, dan fase toksikologi industri.
Sekarang ini, K3 sebagaimana halnya aspek-aspek tentang pengaturan tenaga kerja,
sedang berada pada fase 'kesejahteraan', terutama umumnya para buruh. Mungkin setelah
tercapainya kestabilan politik, hukum, dan ekonomi, kita bisa memulai menginjakkan kaki ke
fase produkti vitas kerja. Sedang fase toksikologi industri, cepat lambatnya dicapai
tergantung kepada kemampuan untuk mengembangkan perindustrian pada umumnya.
Penerapan pengaturan perundang-undangan dan pengawasan serta perlindungan para
buruh merupakan prinsip dasar dalam sistem manajemen ini. Keselamatan dan Kesehatan
kerja yang disesuaikan dengan 'sistem ergonomi' (penyesuaian beban kerja/alat kerja dengan
kemampuan dan fisik pekerja), merupakan salah satu usaha untuk mencetak para buruh yang
produktif dengan peningkatan SDM yang profesional dan andal.
Agar para buruh (buruh pabrik, misalnya) berada dalam kondisi kesehatan dan
produktivitas kerja yang setinggi-tingginya, maka mereka perlu mendapatkan keseimbangan
yang menguntungkan dari faktor beban kerja, dan beban tambahan akibat lingkungan kerja
dan kapasitas kerja. Setiap pekerjaan bisa menjadi beban bagi pelakunya, Beban yang
dimaksud mungkin fisik, mental atau sosial.
Seorang pekerja berat, seperti pekerja bongkar dan muat barang di pelabuhan, tentu
lebih banyak beban fisiknya dari pada beban mental atau sosial. Sebaliknya, seorang
pengusaha, mungkin beban mentalnya relatif lebih besar. Begitu pula petugas sosial, tentu
21 Problem Base Learning
lebih menghadapi beban-beban sosialnya. Dalam konteks ini, faktor-faktor penyebab
terjadinya kecelakaan kerja, baik dari aspek penyakit akibat kerja maupun kecelakaan kerja,
dipengaruhi beberapa faktor, di antaranya:
Faktor fisik, yang meliputi penerangan, suhu udara, kelembaban, cepat ranibat udara,
suara, vibrasi mekanis, radiasi, tekanan udara, dan lain-lain.
Faktor kimia, yaitu berupa gas, uap, debu, kabut, asap, awan, cairan, dan benda-benda padat.
Faktor biologi, baik dari golongan hewan maupun dari tumbuh-tumbuhan.
Faktor fisiologis, seperti konstruksi mesin, sikap, dan cara kerja.
Faktor mental-psikologis, yaitu susunan kerja, hubungan di antara pekerja atau dengan
pengusaha, pemeliharaan kerja, dan sebagainya.
Langkah-Langkah Penerapan SMK310
Setiap jenis Sistem Manajemen K3 mempunyai elemen atau persyaratan tertentu yang
harus dibangun dalam suatu organisasi. Sistem Manajemen K3 tersebut harus
dipraktekkan dalam semua bidang/divisi dalam organisasi. Sistem Manajemen K3
harus dijaga dalam operasinya untuk menjamin bahwa sistem itu punya peranan dan fungsi
dalam manajemen perusahaan.
Untuk lebih memudahkan penerapan standar Sistem Manajemen K3, berikut ini
dijelaskan mengenai tahapan-tahapan dan langkah-langkahnya. Tahapan dan langkah-langkah
tersebut dibagi menjadi dua bagian besar:
1. Tahap Persiapan
Merupakan tahapan atau langkah awal yang hams dilakukan suatu
organisasi/perusahaan. Langkah ini melibatkan lapisan manajemen dan sejumlah personel,
mulai dari menyatakan komitmen sampai dengan menetapkan kebutuhan sumber daya
yang diperlukan. Adapun, tahap persiapan ini, antara lain:
‐ Komitmen manajemen puncak
‐ Menentukan ruang lingkup
‐ Menetapkan cara penerapan
‐ Membentuk kelompok penerapan
‐ Menetapkan sumber daya yang diperlukan
2. Tahap pengembangan dan penerapan
Sistem dalam tahapan ini berisi langkah-langkah yang hams dilakukan oleh
organisasi/perusahaan dengan melibatkan banyak personal, mulai dari menyelenggarakan
22 Problem Base Learning
penyuluhan dan melaksanakan sendtri kegiatan audit internal serta tindakan perbaikannya
sampai dengan melakukan sertifikasi.
Berikut ini langkah-lagkah spesifik dalam menerapkan Sistem Manajemen K3 dalam suatu
perusahaan;
1) Menyatakan komitmen
Pernyataan koniitmen dan penetapan kebijakan untuk menerapkan sebuah Sistem
Manajemen K3 dalam organisasi/manajemen harus dilakukan oleh manajemen puncak.
Penerapan Sistem Manajemen K3 tidak akan berjalan tanpa adanya komitmen terhadap
sistem manajemen tersebut. Manajemen harus benar-benar menyadari bahwa merekalah
yang paling bertanggung jawab terhadap keberhasilan atau kegagalan penerapan Sistem
Manajemen K3.
2) Menetapkan cara penerapan
Perusahaan dapat menggunakan jasa konsultan untuk menerapkan Sistem
Manajemen K3.Namun dapat juga tidak menggunakan jasa konsultan jika organisasi yang
bersangkutan memiliki personel yang cukup mampu untuk mengorganisasikan dan
mengarahkan orang.
3) Membentuk kelompok keija penerapan
Jika perusahaan akan membentuk kelompok kerja sebaiknya anggota kelompok kerja
tersebut terdiri atas seorang wakil dari setiap unit kerja, biasanya manajer unit kerja. Hal
ini penting karena merekalah yang tentunya paling bertanggung jawab terhadap unit kerja
yang bersangkutan.
4) Menetapkan sumber daya yang diperlukan
Sumber daya di sini mencakup orang/persone!, perlengkapan, waktu dan dana.
Orang yang dimaksud adalah beberapa orang yang diangkat secara resmi di luar tugas-
tugas pokoknya dan terlibat penuh dalam proses penerapan.
5) Langkah 5. Kegiatan penyuluhan
Penerapan Sistem Manajemen K3 adalah kegiatan dari dan untuk kebutuhan personal
perusahaan. Oleh karena itu perlu dibangun rasa adanya keikutsertaan dari seluruh
karyawan dalam perusahaan melalui program penyuluhan.
6) Peninjauan sistem
Kelompok kerja penerapan yang telah dibentuk kemudian mulai bekerja untuk
meninjau sistem yang sedang berlangsung dan kemudian dibandingkan dengan persyaratan
yang ada da lam Sistem Manajemen K3. Peninjauan ini dapat dilakukan melatui dua cara
23 Problem Base Learning
yaitu dengan meninjau dokumen prosedur dan meninjau pelaksanaannya.
7) Penyusunan Jadwal Kegiatan
Setelah melakukan peninjauan sistem maka kelompok kerja dapat menyusun suatu
jadwal kegiatan.
8) Pengembangan Sistem Manajemen K3
Beberapa kegiatan yang perlu dilakukan dalam tahap pengembangan Sistem
Manajemen K3 antara lain mencakup dokumentasi, pembagian kelompok, penyusunan
bagan alir, penulisan manual Sistem Manajemen K3, prosedur dan instruksi kerja.
9) Penerapan sistem
Setelah semua dokumen selesai dibuat, maka setiap anggota kelompok kerja kembali
ke masing-masing untuk menerapkan sistem yang telah ditulis.
10) Proses sertifikasi
Ada sejumlah lembaga sertifikasi Sistem Manajemen K3. Misalnya sucofindo
melakukan sertifikasi terhadap Permenaker 05/Men/1996. Namun untuk OHSAS
18001:1999 organisasi bebas menentukan lembaga sertifikasi manapun yang diinginkan.12
Kesimpulan
Berdasarkan apa yang telah dijabarkan diatas, dapat kia ketahui bahwa salah satu faktor
terjadinya kecelakaan kerja pada karyawan pekerja kasar yang tetusuk paku kakinya karena
tidak mengikuti prosedur kerja yang seharusnya, yaitu memakai APD. Yang mana prosedur-
prosedur tersebut sudah tentu tertulis dalam sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pada setiap perusahaan.
Daftar Pustaka
1. McKenzie, F James. Kesehatan dan keselamatan di tempat kerja dalam Kesehatan
Masyarakat: Suatu Pengantar. Ed.4; Alih bahasa, Atik Utami, et all. Editor bahasa
Indonesia, Palupi Widyastuti. Jakarta: EGC, 2007. h.615
2. Dainur. Higine perusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja (hiperkes) dalam Materi-
materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat; Editor: Jonathan Oswari. Jakarta: Widya
Medika, 1995. h.71-2, 75-8
3. Ridley John. Kecelakaan dalam Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Ed.3. Jakarta:
24 Problem Base Learning
Erlangga, 2007. h. 113-8
4. Chundawan E. Kecelakaan Kerja dan Penerapan K-3 Dalam Pengoperasian Tower Crane
pada Proyek Industri. Surabaya: Universitas Kristen Petra;
5. Okti FP. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: FKM Universitas Indonesia; 2008
6. Suardi R. Mengapa kesehatan dan keselamatan kerja (K3) penting? dalam Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatam Kerja. Jakarta: Penerbit PPM, 2007. h.3-8
7. Teori Kecelakaan Kerja. 10 Oktober 2015. Diunduh dari:
www.dinsosnakertrans.tulungagung.go.id. 2015
8. Ridley John. Tanggung jawab manajemen dalam Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan
Kerja, Ed.3. Jakarta: Erlangga, 2007. h. 113-8
9. Mayendra O. Kecelakaan Kerja. Jakarta: FKM Universitas Indonesia; 2009
10. Suardi R. Sistem manajemen K3 dan manfaat penerapannya dalam Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatam Kerja. Jakarta: Penerbit PPM, 2007. h.15-6, 23-34
25 Problem Base Learning