Tertusuk Paku

37
Kecelakaan Kerja Kaki Tertusuk Paku Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510 Pendahuluan Di seluruh dunia, terdapat lebih dari 2,6 milyar pekerja dan tenaga kerja yang terus-menerus berkembang. Sekitar 75% nya merupakan pekerja di negara sedang berkembang yang risiko di tempat kerjanya jauh lebih parah. Setiap tahun terdapat sekitar 250 juta kasus cedera akibat kerja yang mengakibatkan 330.000 kematian. Jika kita masukkan juga kasus penyakit akibat pekerjaan, kira-kira 1,1 juta orang di seluruh dunia meninggal setiap tahunnya. Setiap tahun sekitar 160 juta kasus baru penyakit terkait pekerjaan terjadi di seluruh dunia. Semua perkiraan itu tentu saja berada di bawah angka sebenarnya karena laporan dari berabgai wilayah di dunia tidak dapat reliabel. 1 Tenaga manusia sebagai salah satu faktor produksi di perusahaan, merupakan satu kesatuan biologis yang mempunyai peran sama dengan faktor produksi lainnya (dana permodalan, alat produksi, dan sebagainya). Karena itu pemeliharaan dan pengembangan tenaga manusia, memerlukan perhatian khusus di samping perhatian terhadap faktor produksi lainnya. Tanpa pemeliharaan dan pengembangan tenaga manusia, pemeliharaan dan pengembangan faktor produksi lainnya, tidak akan punya arti 1 Problem Base Learning

description

Pbl blok 28 scenario paku

Transcript of Tertusuk Paku

Page 1: Tertusuk Paku

Kecelakaan Kerja Kaki Tertusuk Paku

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510

Pendahuluan

Di seluruh dunia, terdapat lebih dari 2,6 milyar pekerja dan tenaga kerja yang terus-

menerus berkembang. Sekitar 75% nya merupakan pekerja di negara sedang berkembang

yang risiko di tempat kerjanya jauh lebih parah. Setiap tahun terdapat sekitar 250 juta kasus

cedera akibat kerja yang mengakibatkan 330.000 kematian. Jika kita masukkan juga kasus

penyakit akibat pekerjaan, kira-kira 1,1 juta orang di seluruh dunia meninggal setiap

tahunnya. Setiap tahun sekitar 160 juta kasus baru penyakit terkait pekerjaan terjadi di

seluruh dunia. Semua perkiraan itu tentu saja berada di bawah angka sebenarnya karena

laporan dari berabgai wilayah di dunia tidak dapat reliabel.1

Tenaga manusia sebagai salah satu faktor produksi di perusahaan, merupakan satu

kesatuan biologis yang mempunyai peran sama dengan faktor produksi lainnya (dana

permodalan, alat produksi, dan sebagainya). Karena itu pemeliharaan dan pengembangan

tenaga manusia, memerlukan perhatian khusus di samping perhatian terhadap faktor produksi

lainnya. Tanpa pemeliharaan dan pengembangan tenaga manusia, pemeliharaan dan

pengembangan faktor produksi lainnya, tidak akan punya arti apa-apa ditinjau dari

produktivitas kerja di perusahaan.2

Kecelakaan kerja pada manusia bukan terjadi, tapi disebabkan oleh kelemahan di sisi

majikan, pekerja, atau keduanya. Akibat yang ditimbulkannya dapat memunculkan trauma

bagi keduanya: bagi pekerja, cedera dapat berpengaruh terhadap pribadi, keluarga, dan

kualitas hidupnya, sedangkan bagi majikan, berupa kerugian produksi, waktu terbuang untuk

penyelidikan, dan yang terburuk biaya untuk proses hukum.3

Skenario

Di suatu perusahan yang bergerak dibidang konstruksi, mempunyai proyek

pembangunan mall di mana karayawan yang berkerja ada sekitar 500 orang terdiri dari

berbagai bidang pendidikan dan jabatan. Ada sekitar 200 orang sebagai tenaga pelaksana

1 Problem Base Learning

Page 2: Tertusuk Paku

kasar, yang pendidikannya SD yang berasal dari desa. Dari laporan tenaga keshatan di

perusahaan tersebut, telah terjadi beberapa kecelakaan kerja, terutama yang tersering adalah

kaki tertusuk, paku; padahal oleh perusahaan sudah di tetapkan setiap pekerja yang masuk ke

kompleks pembangunan di haruskan menggunakan helm dan memakai sepatu khusus. Selain

itu sudah ada security yang mengawasi pekerjaan tersebut, tetapi sering kali para karyawan

tidak mematuhi aturan untuk memakai Alat Pelindung Diri (APD) tersebut. Sebagai dokter di

perusahaan tersebut, anda diminta untuk melakukan identifikasi kecelakaan kerja tersebut.

Rumusan Masalah

Kejadian kecelakaan kerja terutama akibat tertusuk paku.

Sasaran Belajar

1. Pembaca memahami definisi kecelakaan kerja

2. Pembaca memahami faktor – faktor terkait penyebab kecelakaan kerja (Diagram Fish

Bone, Unsafe condition, Unsafe action)

3. Pembaca dapat memahami pencegahan kecelakaan kerja

4. Pembaca memahami manajemen keselamatan kerja

Analisa Masalah

Definisi Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak disengaja seperti kejadian-kejadian yang

tidak diharapkan dan tidak terkontrol. Kecelakaan tidak selalu berakhir dengan luka fisik dan

kematian. Kecelakaan yang menyebabkan kerusakan peralatan dan material dan khususnya

2 Problem Base Learning

Tertusuk paku ditempat kerja

Manajemen keselamatan kerja

Diagram Fish BoneUnsafe Action

Pencegahan

Unsafe Condition

Page 3: Tertusuk Paku

yang menyebabkan luka perlu mendapat perhatian terbesar. Semua kecelakaan tanpa melihat

apakah itu menyebabkan kerusakan ataupun tidak perlu mendapatkan perhatian. Kecelakaan

yang tidak menyebabkan kerusakan peralatan, material dan kecelakaan fisik dari personil

kerja dapat menyebabkan kecelakaan lebih lanjut.4

Dalam peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 3 Tahun 1998 tentang Tata Cara Pelaporan

dan Pemeriksaan Kecelakaan, kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan

tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda. Dan

tempat kerja merupakan tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap

dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu

usaha dan dimana terdapat sumber cahaya.5

Definisi kecelakaan kerja lainnya adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak di-

harapkan. Tidak terduga maksudnya tidak dilatar belakangi unsur kesengajaan, dan tidak

direncanakan, karenanya peristiwa sabotase ataupun kriminalitas adalah di luar niang lingkup

keeelakaan. Tidak diharapkan, sebab peristiwa kecelakaan disertai oleh kerugian material

ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling berat.

Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang ada hubungannya dengan kerja, dalam

kecelakaan terjadi karena pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Dengan

demikian muncul dua permasalahan:

a. Kecelakaan sebagai akibat langsung dari pekerjaan atau;

b. Kecelakaan terjadi saat melakukan pekerjaan.

Adakalanya ruang lingkup kecelakaan kerja diperluas, sehingga meliputi kecelakaan

tenaga kerja pada saat perjalanan dari dan ke tempat kerja. Kecelakaan di rumah, atau pada

waktu rekreasi dan cuti berada di luar makna kecelakaan kerja, sekalipun pencegahannya

sering disertakan dalam program keselamatan kerja/keselamatan perusahaan. Kecelakaan

demikian, termasuk kecelakaan umum yang menimpa tenaga kcrja di luar pekerjaannya.2

Diagram Fish Bone

Fishbone diagram (diagram tulang ikan — karena bentuknya seperti tulang ikan) sering

juga disebut Cause-and-Effect Diagram atau Ishikawa Diagram diperkenalkan oleh Dr.

Kaoru Ishikawa, seorang ahli pengendalian kualitas dari Jepang, sebagai satu dari tujuh alat

kualitas dasar (7 basic quality tools). Fishbone diagram digunakan ketika kita ingin

mengidentifikasi kemungkinan penyebab masalah dan terutama ketika sebuah team

cenderung jatuh berpikir pada rutinitas

3 Problem Base Learning

Page 4: Tertusuk Paku

Suatu tindakan dan langkah improvement akan lebih mudah dilakukan jika masalah

dan akar  penyebab masalah sudah ditemukan. Manfaat fishbone diagram ini dapat menolong

kita untuk menemukan akar penyebab masalah secara user friendly, tools yang user friendly

disukai orang-orang di industri manufaktur di mana proses di sana terkenal memiliki banyak

ragam variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan.

Fishbone diagram akan mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu efek atau 

masalah, dan menganalisis masalah tersebut melalui sesi brainstorming. Masalah akan

dipecah menjadi sejumlah kategori yang berkaitan, mencakup manusia, material, mesin,

prosedur, kebijakan, dan sebagainya. Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu

diuraikan melalui sesi brainstorming.

Seperti yang telah digambarkan pada Fish Bone Chart diatas, penyebab terjadinya

kecelakaan kerja berupa kaki pekerja yang tertusuk paku dapat dikelompokkan menjadi 4,

yakni:

1. Manusia

o Pekerja tidak menempatkan kewaspadaan & ketelitian dalam berkerja

sehingga tidak menyadari potensi kecelakaan kerja (tertusuk paku).

o Pekerja kurang hati-hati sehingga tertusuk paku.

4 Problem Base Learning

Masalah:

Kaki pekerja tertusuk paku

Metode

ManusiaMaterial

Peralatan

Pekerja kurang hati-hati sehingga tertusuk paku.

Pekerja tidak menempatkan kewaspadaan & ketelitian dalam berkerja sehingga tidak menyadari potensi kecelakaan kerja (tertusuk paku).Rendahnya tingkat

pendidikan karyawan pekerja kasar.

Kurangnya pengawasan dari pegawai atasan, mandor/ supervisor.

Material yang digunakan berada disekitar tempat kerja tidak tertata dengan aman dan baik (paku).

Banyaknya pekerja yang tidak mengindakan peraturan penggunaan APD dengan baik. Tidak adanya ketegasan pada SOP

yang ditetapan dalam menggunakan APD, hanya sebatas mengharuskan.

Page 5: Tertusuk Paku

o Rendahnya tingkat pendidikan karyawan pekerja kasar.

o Kurangnya pengawasan dari pegawai atasan, mandor/ supervisor.

2. Material

o Material yang digunakan berada disekitar tempat kerja tidak tertata

dengan aman dan baik (paku).

3. Peralatan

o Banyaknya pekerja yang tidak mengindakan peraturan penggunaan APD

dengan baik.

4. Metode

o Tidak adanya ketegasan pada SOP yang ditetapan dalam menggunakan

APD, hanya sebatas mengharuskan.

Teori Kecelakaan Kerja

a. Teori Domino Heinrich

Heinrich (1931) dalam risetnya menemukan sebuah teori yang dinamainya Teori

Domino. Teori itu menyebutkan bahwa pada setiap kecelakaan yang menimbulkan cidera,

terdapat lima faktor secara berurutan yang digambarkan sebagai lima domino yang berdiri

sejajar, yaitu: kebiasaan/situasi, kesalahan seseorang, perbuatan dan kondisi tak aman

(hazard), kecelakaan, serta cidera. Heinrich mengemukakan, untuk mencegah terjadinya

kecelakaan, kuncinya adalah dengan memutuskan rangkaian sebab-akibat. Misalnya, dengan

membuang hazard, satu domino di antaranya.

Birds (1967) memodifikasi teori domino Heinrich dengan mengemukakan teori

manajemen yang berisikan lima faktor dalam urutan suatu kecelakaan yaitu: manajemen,

sumber penyebab dasar, gejala, kontak, dan kerugian. Dalam teorinya, Birds itu

mengemukakan bahwa usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya dapat berhasil dengan

mulai memperbaiki manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Praktek di bawah standar

atau unsafe acts dan kondisi di bawah standar atau unsafe conditions merupakan penyebab

langsung suatu kecelakaan, dan penyebab utama dari kesalahan manajemen.6

5 Problem Base Learning

Page 6: Tertusuk Paku

Gambar1. Teori Domino Heinrich

Beberapa contoh tipikal penyebabnya adalah:

Situasi kerja

- pengendalian manajemen yang kurang

- standar kerja yang minim

- tidak memenuhi standar

perlengkapan yang gagal atau tempat kerja yang tidak mencukupi.

Kesalahan orang

- keterampilan dan pengetahuan yang minim

- masalah fisik atau mental

- perhatian yang kurang

Tindakan tidak aman

- tidak mengikuti metode kerja yang telah disetujui

- mengambil jalan pintas

- menyingkirkan atau tidak menggunakan perlengkapan keselamatan kerja.

Kecelakaan

- kejadian yang tidak terduga

- akibat kontak dengan mesin atau listrik yang berbahaya

- terjatuh

- terhantam mesin atau material yang jatuh, dan sebagainya.

Cedera/kerusakan

- terhadap pekerja: sakit dan penderitaan & kehilangan pendapatan kehilangan kualitas

hidup

- terhadap majikan: kerusakan pabrik, pembayaran kompensasi kerugian produksi,

6 Problem Base Learning

Page 7: Tertusuk Paku

kemungkinan proses pengadilan.2

b. Teori Multiple Causation

Teori ini menyebutkan bahwa kecelakaan kerja terjadi karena adanya banyak

penyebab. Penyebab kecelakaan tersebut adalah kondisi yang tidak aman (unsafe condition)

dan tindakan yang tidak aman (unsafe action).7

c. Teori Gordon

Menurut Gordon (1949), Kecelakaan terjadi karena adanya kontak diantara 3 (tiga)

hal yaitu korban kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan dan lingkungan yang kompleks.

Untuk itu, untuk lebih memahami mengenai penyebab terjadinya kecelakaan, harus diketahui

karakteristik dari korban kecelakaan, perantara dan lingkungan secara detail.7

d. Teori Domino Terbaru

Teori Domino yang terbaru berkembang sekitar tahun 1969. Dalam teori tersebut

diungkapkan bahwa penyebab terjadinya kecelakaan adalah adanya ketimpangan manajemen.

Teori tersebut merupakan pengembangan dari Teori Heinrich yang menunjukkan bahwa

manajemen juga ikut berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan kerja.7

e. Teori Reason

Reason menyatakan bahwa kecelakaan terjadi karena adanya lubang dalam system

pertahanan. Sistem pertahanan yang dimaksud adalah pelatihan dan prosedur yang mengatur

kelamatan dan kesehatan kerja.7

f. Teori Frank E Bird Peterson

Kecelakaan terjadi karena adanya kontak dengan suatu sumber energy seperti

mekanis, kimia, kinetic, fisis yang dapat mengakibatkan cedera pada manusia, alat maupun

lingkungan.Selanjutnya teori ini dikembangkan oleh Derek Viner (1998) melalui Konsep

Energi. Konsep ini menyebutkan bahwa kecelakaan terjadi akibat energi yang lepas dan

mengenai si penerima. Seperti kita ketahui bersama bahwa energy di ala mini tersaji dalam

beberapa bentuk misalnya mekanis, kimia, kinetic, radiasi, dan lain-lain. Cedera terjadi

karena energy yang mengenai penerima melebihi ambang batas kemampuan penerima.7

Penyebab Kecelakaan Kerja

Kecelakaan akibat kerja terjadi tanpa disangka-sangka dalam waktu sekejap mata.

7 Problem Base Learning

Page 8: Tertusuk Paku

Bennett (1991) mengemukakan bahwa di dalam setiap kejadian kecelakaan kerja, empat

faktor bergerak dalam satu kesatuan berantai, yakni a) faktor lingkungan, b) faktor bahaya, c)

faktor peralatan dan perlengkapan, dan d) faktor manusia.

Cara penggolongan sebab-sebab kecelakaan di berbagai Negara tidak sama. Namun

ada kesamaan umum, yaitu kecelakaan disebabkan oleh dua golongan penyebab, antara lain:3

a. Penyebab langsung

(1) Perbuatan yang tidak aman (unsafe acts), didefinisikan sebagai segala tindakan manusia

yang dapat memungkinkan tejadinya kecelakaan pada diri sendiri maupun orang lain.

Contoh dari perbuatan yang tidak aman seperti misalnya :

- Tidak menggunakan alat yang telah disediakan.

- Salah menggunakan alat yang telah disediakan.

- Menggunakan alat yang sudah msak.

- Metode kerja yang salah.

- Tidak mengikuti prosedur keselamatan kerja.

(2) Kondisi yang tidak aman (unsafe condition), didefinisikan sebagai suatu kondisi

lingkungan kerja yang dapat memungkinkan terjadinya kecelakaan.

- Contoh kondisi yang tidak aman :

- Kondisi fisik, mekanik, peralatan.

- Kondisi permukaan tempat berjalan dan bekerja.

- Kondisi penerangan, ventilasi, suara dan getaran.

- Kondisi penataan lokasi yang salah.

b. Penyebab tidak langsung

(1) Fungsi manajeinen proyek.

(2) Kondisi pekerja4

a. Faktor Manusia5

Umur/usia

Usia muda relative lebih mudah terkena kecelakaan kerja dibandingkan dengan usia

lanjut yang mungkin dikarenakan sikap ceroboh dan tergesa-gesa. Pengkajian usia dan

kecelakaan akibat kerja menunjukkan angka kecelakaan pada umumnya lebih rendah dengan

bertambahnya usia, tetapi tingkat keparahan cedera dan penyembuhannya lebih serius.

Jenis Kelamin

Tingkat kecelakaan akibat kerja pada perempuan akan lebih tinggi daripada pada

8 Problem Base Learning

Page 9: Tertusuk Paku

laki-laki. Perbedaan kekuatan fisik antara perempuan dengan kekuatan fisik laki-laki adalah

65%. Secara umum, kapasitas kerja perempuan rata-rata sekitar 30% lebih rendah dari laki-

laki. Tugas yang berkaitan dengan gerak berpindah, laki-laki mempunyai waktu reaksi lebih

cepat daripada perempuan.

Koordinasi Otot

Koordinasi otot berpengaruh terhadap keselamatan pekerja. Diperkirakan kekakuan

dan reaksi yang lambat berperan dalam terjadinya kecelakaan kerja.

Kecenderungan Celaka

Konsep popular dalam penyebab kecelakaan adalah “accident prone theory”. Teori

ini didasarkan pada pengamatan bahwa ada pekerja yang lebih besar mengalami kecelakaan

dibandingkan pekerja lainnya. Hal ini disebabkan karena ciri-ciri yanga ada dalam pribadi

yang bersangkutan (ILO,1979)

Pengalaman Kerja

Semakin banyak pengalaman kerja dari seseorang, maka semakin kecil

kemungkinan terjadinya kecelakaan akibat kerja. Pengalaman untuk kewaspadaan terhadap

kecelakaan kerja bertambah baik sesuai dengan usia, maka kerja atau lamanya bekerrja di

tempat yang bersangkutan.

Tingkat Pendidikan

Pensisikan formal dan pendidikan non-formal akan mempengaruhi peningkatan

pengetahuan pekerja dalam menerima informasi dan perubahan, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Tuntutan pekerjaan atau job requirements pada seorang pekerja

adalah:

1. Pengetahuan (pengetahuan dasar dan spesifik tentang pekerjaan).

2. Fungsional (keterampilan dasar dan spesifik dalam mengerjakan suatu pekerjaan).

3. Afektif (kemampuan dasar dan spesifikasi dalam suatu pekerjaan).

Kelelahan

Kelelahan dapat menimbulkan kecelakaan kerja pada suatu industri. Kelelahan

merupakan suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup lagi untuk melakukan

9 Problem Base Learning

Page 10: Tertusuk Paku

aktivitasnya. Kelelahan ini ditandai dengan adanya penurunan fungsi-fungsi kesadaran otak

dan perubahan pada organ di luar kesadaran. Kelelahan disebabkan oleh berbagai hal, antara

lain kurang istirahat, terlalu lama bekerja, pekerjaan rutin tanpa variasi, lingkungan kerja

yang buruk serta adanya konflik.

b. Faktor lingkungan5

Lokasi/tempat kerja

Tempat kerja adalah tempat dilakukannya pekerjaan bagi suatu usaha, dimana

terdapat tenaga kerja yang bekerja, dan kemungkinan adanya bahaya kerja di tempat itu.

Disain di lokasi kerja yang tidak ergonomis dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Tempat

kerja yang baikapabila lingkungan kerja aman dan sehat.

Perlatan dan perlengkapan

Proses produksi adalah bagian dari perencanaan produksi. Langkah penting dalam

perencanaan adalah memilih peralatan dan perlengkapan yang efektif sesuai dengan apa yang

diproduksinya. Pada dasarnya peralatan/perlengkapan mempunyai bagian-bagian kritis yang

dapat menimbulkan keadaan bahaya, yaitu:

1. Bagian-bagian fungsional

2. Bagian-bagian operasional

Bagian-bagian mesin yang berbahaya harus ditiadakan denga jalan mengubah

konstruksi, member alat perlindungan. Peralatan dan perlengkapan yang dominan

menyebabkan kecelakaan kerja, antara lain:

1. Peralatan/perlengkapan yang menimbulkan kebisingan.

2. Peralatan/perlengkapan dengan penerangan yang tidak efektif.

3. Peralatan/perlengkapan dengan temperature tinggi ataupun terlalu rendah.

4. Peralatan/perlengkapan yang mengandung bahan-bahan kimia berbahaya.

5. Peralatan/perlengkapan dengan efek radiasi yang tinggi.

6. Peralatan/perlengkapan yang tidak dilengkapi dengan pelindung, dll.

Shift kerja

Menurut National Occupational Health and Safety Committee, shift kerja adalah

bekerja di luar jam kerja normal, dari Senin sampai Jumat termasuk hari libur dan bekerja

mulai dari jam 07.00 sampai dengan jam 19.00 atau lebih. Shift kerja malam biasanya lebih

10 Problem Base Learning

Page 11: Tertusuk Paku

banyak menimbulkan kecelakaan kerja dibandingkan dengan shift kerja siang, tetapi shift

kerja pagi-pagi tidak menutup kemungkinan dalam menimbulkan kecelakaan akibat kerja.

Sumber kecelakaan

Sumber kecelakaan merupakan asal dari timbulnya kecelakaan, bisa berawal dari

jenis perlatan/perlengkapannya, berawal dari faktor human error, dimana sumber dari jenis

kecelakaan merambat ke tempat-tempat lain, sehingga menimbulkan kecelakaan kerja.

Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan hubungan tenaga

kerja dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan

tempat kerja, lingkungan kerja dan cara-cara melakukan pekerjaan tersebut. Unit

keselamatan kerja merupakan suatu unit yang bertanggung jawab atas tempat, alat, mesin,

pesawat, yang aman bagi tenaga kerja, dan sesuai dengan kondisi kerja, juga bertanggung

jawab dalam penyediaan alat keselamatan/pengaman/pelindung yang cocok serta

menyenangkan bagi tenaga kerja.

Tujuan keselamatan kerja, antara lain:

Melindungi hak keselamatan tenaga kerja dalam/selama melakukan pekerjaan untuk

kesejahteraan hidup serta peningkatan produksi dan produktivitas nasional.

Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

Memelihara sumber produksi serta menggunakannya dengan amat dan ber-dayaguna

(efisien)2

Selain itu, ada beberapa alasan pentingnya memperhatikan masalah keselamatan dalam

bekerja, yaitu :

Kemanusiaan

Membiarkan terjadinya kecelakaan keja tanpa berusaha melakukan sesuatu untuk

memperbaiki keadaan merupakan suatu tindakan yang tidak manusiawi. Hal ini

dikarenakan kecelakaan yang terjadi tidak hanya menimbulkan penderitaan bagi

korbannya, misalnya kematian, luka/cedera berat maupun ringan, tetapi juga

mengakibatkan penderitaan bagi keluarga korban jika korban meninggal atau cacat. Oleh

karena itu, pengusaha mempunyai kewajiban untuk melindungi pekerjanya dengan cara

menyediakan lapangan kerja yang aman.

Ekonomi

11 Problem Base Learning

Page 12: Tertusuk Paku

Setiap kecelakaan kerja yang terjadi akan menimbulkan kerugian ekonomi seperti

kerusakan mesin, peralatan, bahan dan bangunan, biaya pengobatan, biaya santunan

kecelakaan dan sebagainya. Oleh karena itu, dengan melakukan langkah-langkah

pencegahan kecelakaan maka selain dapat mencegah terjadinya cedera pada pekerja,

kontraktor juga dapat menghemat biaya yang hams dikeluarkan.

UU dan peraturan

UU dan peraturan dikeluarkan oleh pemerintah atau suatu organisasi bidang

kesehatan kerja dengan pertimbangan bahwa masih banyak kecelakaan yang terjadi, makin

meningkatnya pembangunan dengan penggunaan teknologi modern.

Nama baik perusahaan

Suatu perusahaan yang mempunyai reputasi yang baik dapat empengaruhi

kemampuannya dalam bersaing dengan perusahaan lain. Menururt Ir Christiawan, reputasi

atau citra perusahaan juga merupakan sumber daya penting terutama bagi industri jasa,

karena berhubungan dengan kepercayaan dari pemberi tugas/pemilik proyek (Christiawan,

1992). Prestasi keselainatan kerja perusahaan mendukung reputasi perusahaan itu,

sehingga dapat dikatakan bahwa prestasi keselainatan kerja yang baik akan memberikan

keuntungan pada perusahaan secaratidak langsung.4

Dampak Kecelakaan Kerja

Kecelakaan dapat menimbulkan akibat yang sangat merugikan baik bagi pekerja

maupun bagi pengusaha. Bagi pekerja, kecelakaan yang terjadi dapat mengakibatkan

penderitaan baik merupakan kematian, luka/cidera berat maupun ringan, maupun penderitaan

bagi keluarga mereka bila pekerja meninggal dunia atau cacat. Sedangkan bagi pengusaha,

kecelakaan yang terjadi dapat menimbulkan kerugian berupa biaya langsung dan biaya tak

langsung. Biaya langsung terdiri dari biaya kompensasi pekerja, biaya perawatan medis dan

rumah sakit, santunan untuk pekerja yang menderita cacat, santunan kematian, serta premi

asuransi yang dikenakan atas kebakaran, kehilangan, atau kerusakaan properti, serta atas

tuntutan dari masyarakat sekitar. Sedangkan biaya tak langsung misalnya biaya untuk

mengganti peralatan yang rusak, biaya tambahan karena pekerjaan terhenti, biaya yang

timbul karena waktu yang terbuang untuk mencari tenaga kerja pengganti, untuk

membersihkan lokasi pekerjaan dan untuk memberikan pertolongan, dan sebagainya. Selain

itu biaya tak langsung yang timbul juga dapat berupa penurunan kualitas pekerjaan,

penurunan produktivitas pekerja, dan penurunan nama baik perusahaan. Besarnya biaya tak

12 Problem Base Learning

Page 13: Tertusuk Paku

langsung dapat mencapai 4-7 kali biaya langsung. Oleh karena itu, terlihat bahwa kecelakaan

kerja berpengaruh terhadap biaya, waktu, mutu pekerjaan, produktivitas pekerja dan nama

baik perusahaan.4

Manajemen dan Penilaian Resiko

Manajemen resiko adalah proses manajemen dimana kemungkinan untuk mendapatkan

keuntungan dan kerugian yang berhubungan aktifitas diidentifikasi, dievaluasi dan

dikendalikan dan atau penerapan kebijakan-kebijakan manajemen dan prosedur untuk

memaksimumkan kesempatan dalam mendapatkan keuntungan dalam meminimumkan

kerugian. Pelaksanaan manajemen risiko haruslah menjadi bagian integral dari pelaksanaan

sistem manajemen perusahaan/organisasi. Manajemen ini bertujuan untuk meminimalkan

atau bahkan menghindari risiko sama sekali.5

Penerapan Manajemen Resiko5

Penerapan manajemen resiko dilakukan dengan beberapa komponen dengan urutan

yang sistematis, yaitu;

a) Komitmen

Merupakan kebijakan perusahaan yang melibatkan keseluruhan organisasi dimulai

dari manajemen puncak hingga karyawan dalam melaksanakan K3. Komitmen harus

diinyatakan oleh manajemen puncak dan disosialisasikan kepada seluruh karyawan.

Komitmen merupakan komponen terpenting dalam penerapan sistem manajemen K3

karena komitmen menunjukkan pernyataan kesiapan untuk memperhatikan masalah K3.

b) Identifikasi risiko

Kegiatan identifikasi risiko dilakukan dengan identifikasi terhadap risiko yang akan

dikelola, mencari tahu jenis bahaya apa saja yang mungkin menimbulkan risiko,

bagaimana dan kenapa risiko tersebut bisa muncul.

c) Analisis risiko

Analisis risiko dilakukan untuk memperkirakan risiko dengan mengkombinasikan

faktor probabilitas atau likehood dan konsekuensi, dengan mempertimbangkan upaya

pengendalian risiko yang telah dilakukan.

d) Evaluasi risiko

Evaluasi risiko dilakukan untuk membandingkan tingkat risiko yang didapat dalam

13 Problem Base Learning

Page 14: Tertusuk Paku

proses analisi risiko dengan criteria evaluasi sesuai dengan model analisis yang digunakan.

e) Penanganan risiko

Penanganan atau pengendalian risiko dilakukan dengan mempertimbangkan aspek

efektifitas dan efisiensi.

f) Monitoring dan review

Monitoring dilakukan dengan mengkaji ulang tingkat risiko serta efektifitas program

penanganan risiko yang telah dilakukan.

g) Komunikasi dan Konsultasi

Komunikasi antara manajemen dan pekerja untuk mendapatkan masukan mengenai

implementasi pengelolaan risiko di tempat kerja guna perbaikan sistem pengelolaan risiko

tersebut.

Penilaian Resiko8

Pada dasarnya, penilaian risiko adalah cara-cara yang digunakan majikan untuk dapat

mengelola dengan baik risiko yang dihadapi oleh pekerjanya dan memastikan bahwa

kesehatan dan keselamatan mereka tidak terkena risiko pada saat bekerja.

Regulasi Manajemen (Management Regulations) menempatkan tanggung jawab khusus

di pundak majikan untuk :

• Mengidentifikasikan bahaya yang berisiko terhadap kesehatan dan keselamatan kerja

pekerjanya.

• Melakukan penilaian risiko yang 'sesuai dan mencukupi' terhadap bahaya yang

teridentifikasi.

• Memutuskan apa yang 'sesuai dan mencukupi' itu berdasarkan situasi dan kondisi

operasinya.

• Menentukan lingkup penilaian:

‐ semua perlengkapan, baik yang sedang dipakai maupun yang baru

‐ material dan substansi.

• Lebih memprioritaskan perlindungan terhadap seluruh angkatan kerja ketimbang

perorangan.

• Mempertimbangkan segala risiko dari kegiatan operasional yang dapat mempengaruhi

orang yang bukan pekerja seperti agen dan para pekerja kontrak, kontraktor, tamu, dan

mereka yang datang karena tugas seperti tukang pos, karyawan perusahaan utilitas, supir

pengantar, dan sebagainya.

14 Problem Base Learning

Page 15: Tertusuk Paku

• Mengangkat seorang penilai:

- untuk melakukan penilaian-penilaian

- yang mempunyai pengetahuan tentang :

* proses-proses kerja

* perundang-undangan kesehatan dan keselamatan kerja

* standar kesehatan dan keselamatan kerja terbaru untuk industri.

• Memberikan waktu kepada penilai untuk melakukan penilaian selama jam kerja. (Penilai

bisa merupakan penyelia atau penanggung jawab yang sudah mendapatkan pelatihan

kesehatan dan keselamatan kerja).

• Jika mempekerjakan lima pekerja atau lebih, catatlah hasil penilaian risiko tersebut.

Istilah-istilah tertentu yang digunakan dalam penilaian risiko:

• Bahaya (hazard) - sesuatu yang berpotensi menyebabkan kerugian/kelukaan.

• Probabilitas - kemungkinan bahwa bahaya dapat menyebabkan kerusakan atau

kerugian/kelukaan.

• Risiko - perpaduan antara probabilitas dan tingkat keparahan kerusakan atau

kerugian/kelukaan

• Berbahaya (danger) - keadaan yang berisiko.

• Tingkat risiko (extent of risk) - ukuran jumlah orang yang mungkin terkena pengaruh

dan tingkat keparahan kerusakan atau kerugian/kelukaan, yaitu berupa konsekuensi.

Strategi

Sasaran penilaian risiko adalah mengidentifikasi bahaya sehingga tindakan dapat diambil untuk

menghilangkan, mengurangi, atau mengendalikannya sebelum terjadi kecelakaan yang dapat

menyebabkan cedera atau kerusakan.

Untuk mencapai sasaran tersebut dan untuk mengefektifkan serta dapat menjalankan

menjalankan penilaian risiko, kita perlu mclakukan pendekatan yang sistematis. Langkah-

langkah berikut merupakan pendekatan yang logis dan sistematis:

1. Mendefinisikan tugas atau proses yang akan dinilai.

2. Mengidentifikasi bahaya.

3. Menghilangkan atau mengurangi bahaya hingga minimum.

4. Mengevaluasi risiko dari bahaya residual.

5. Mengembangkan strategi-strategi pencegahan.

6. Menjalankan pelatihan metode-metode kerja yang baru.

15 Problem Base Learning

Page 16: Tertusuk Paku

7. Mengimplementasikan upaya-upaya pencegahan.

8. Memonitor kinerja.

9. Melakukan kajian ulang secara berkala dan membuat revisi jika perlu.

Investigasi Kecelakaan

Menurut peraturan menteri tenaga kerja PER.03/MEN/1998 BAB II tentang tata cara

pelaporan kecelakaan, pasal 2 ayat 1 mnyebutkan bahwa pengurus atau pengusaha wajib

melaporkan kecelakaan kerja yang dimaksud terdiri dari kecelakaan kerja, kebakaran atau

peledakan atau bahaya pembuangan limbah san kejadian berbahaya lainnya.9

Sasaran3

• Menentukan penyebab kecelakaan sehingga kejadian serupa dapat dicegah.

• Tidak untuk mencari kambing hitam.

• Mendapatkan informasi untuk laporan ke pihak yang berwenang.

• Mendapatkan informasi untuk pihak asuransi yang entah itu:

- membantu penyelesaian atau penolakan proses pengadilan sehubungan dengan klaim

yang diajukan korban

- untuk mengajukan klaim atas kerusakan pabrik, perlengkapan, dan sebagainya.

• Mendapatkan informasi untuk badan-badan hukum lainnya, misalnya manfaat jaminan

sosial.

Penyebab kecelakaan3

Adalah kejadian atau keadaan sebelum insiden yang menyebabkan cedera atau kerusakan.

• Penyebab langsung—bagian atau komponen yang secara aktual menyebabkan cedera atau

kerusakan.

• Akar penyebab—tindakan atau kegiatan yang menyebabkan kontak dengan penyebab

langsung. Analisis akar penyebab kecelakaan melibatkan pemeriksaan urut-urutan

kejadian dan pengambilan keputusan yang mengarah ke kecelakaan dan pengidentifikasian

tindakan yang tak langsung yang memicu rangkaian kejadian tersebut.

Penyebab cedera atau kerusakan adalah tindakan atau proses yang menyebabkan cedera atau

kerusakan aktual.

Penyelidikan3

16 Problem Base Learning

Page 17: Tertusuk Paku

Oleh siapa?

- Diawali penyelia yang memberitahukan kepada penasehat keselamatan kerja.

- Perwakilan keselamatan kerja - catat hak mereka.

- Penasehat keselamatan kerja.

- Surveyor/tenaga ahli dari pihak asuransi jika klaim terhadap majikan mungkin atau

sudah dibuat.

- Inspektur yang berwenang jika cedera atau kecelakaan harus dilaporkan kepada pihak

berwenang.

- Polisi jika terjadi korban jiwa.

Kapan?

- Segera setelah orang yang terluka kembaii dari klinik P3K atau dipindahkan untuk

menjalani perawatan medis.

- Sebelum lokasi kecelakaan dimasuki orang lain.

Prosedur

‐ Mendatangi lokasi dan mencatat detail-detail yang penting.

‐ Mengambil gambar/foto.

‐ Mengukur bagian dan area yang relevan.

- Memeriksa kondisi pabrik dan perlengkapan - menyiapkan pengujian jika diperlukan

- Menanyai para saksi

* idealnya sendirian namun boleh disertai perwakilannya saja jika diminta

* menekankan bahwa sasaran penyelidikan ialah pada pengungkapan penyebab

kecelakaan

* bukti-bukti harus didapat langsung dan bukan menurut penuturan

- Memeriksa catatan pelatihan yang pernah diberikan kepada pekerja yang menjadi

korban.

- Menanyai korban sesegera mungkin tanpa menimbulkan tekanan.

- Menganalisis informasi dan menyiapkan laporan.

- Jika klaim sudah masuk, pihak asuransi akan menyelidiki dan menanyai para saksi

namun tidak menanyai pihak penuntut.

- Jika penyelidikan dilakukan oleh inspektur yang berwenang, sural pernyataan bisa

dimintakan dari para saksi, termasuk korban.

- Dalam kasus korban jiwa, polisi melakukan penyelidikan untuk menentukan penyebab

kematian dan apakah telah terjadi tindakan kriminal sebelumnya.

17 Problem Base Learning

Page 18: Tertusuk Paku

Meminta keterangan

‐ Jika diperlukan untuk meminta keterangan, arahnya harus ditetapkan dengan jelas,

misalnya untuk menentukan penyebab kecelakaan

‐ Laporan permintaan keterangan ini diberikan untuk majikan maupun pekerja sehingga

'tidak ditutup-tutupi' pada saat terjadi gugatan

‐ Jika sasaran permintaan keterangan ini adalah untuk menolak klaim, ini harus jelas

dinyatakan dan dipahami oleh orang-orang yang terlibat, tatkala catatan dan laporan

menjadi 'rahasia'.

Informasi yang akan dikumpulkan

‐ Rincian tapak—pemilik, alamat, departemen/seksi/bengkel

‐ Proses atau operasi yang bersangkutan, termasuk rincian setiap pabrik yang terlibat

‐ Tanggal dan waktu kecelakaan

‐ Data rinci pribadi korban (mungkin didapat dari data personalia)

‐ Informasi pelatihan yang pernah diberikan kepada korban

‐ Pekerjaan yang sedang dilaksanakan pada saat kecelakaan

* Apakah sudah mendapat izin?

* Apakah prosedur yang benar sudah diikuti?

* Apakah alat Pelindung terpasang di tempat?, dll

‐ Rincian cedera yang dialami.

Laporan

‐ Menganalisis hasil penyelidikan dan informasi yang diperoleh

‐ Mempersiapkan laporan yang menggambarkan keadaan kecelakaan dan kemungkinan

penyebab-penyebabnya

‐ Membuat saran agar kejadian serupa tidak terulang.

Tujuan Investigasi

Tujuan investigasi kecelakaan kerja menurut ICAM (Incident Cause Analysis Method )

Investigation Guidline adalah sebagai berikut;

• Menentukan fakta di sekitar lokasi kejadian.

• Mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi dan penyebab dasar kecelakaan.

• Melihat kecukupan prosedur dan program pengendalian yang sudah ada

• Merekomendasikan tindakan pencegahan dan perbaikan.

• Melaporkan temuan dalam rangka untuk membagi pelajaran dari kecelakaan.

18 Problem Base Learning

Page 19: Tertusuk Paku

• Tidak menyalahkan satu pihak.10

Pencegahan dan Perbaikan Kecelakaan Kerja

Prinsip-prinsip pencegahan kecelakaan sasarannya adalah mencegah terjadinya

kecelakaan, dan juga jika kecelakaan terjadi, mencegahnya agar tidak terulang kembali.

Prosedurnya antara lain;

‐ Mengidentifikasi bahaya.

‐ Menghilangkan bahaya.

‐ Mengurangi bahaya hingga seminim mungkin jika penghilangan bahaya tidak dapat

dilakukan.

‐ Melakukan penilaian risiko residual.

‐ Mengendalikan risiko residual.

Identifikasi potensi bahaya

• Sebelum kejadian; penilaian risiko (lihat sebelumnya) dan inspeksi keselamatan kerja.

• Setelah kejadian; penyelidikan kecelakaan (lihat sebelumnya)

• Nyaris; menerapkan prosedur pelaporan kecelakaan yang nyaris terjadi.

Definisi

‐ Bahaya - sesuatu yang berpotensi menyebabkan cedera/luka.

‐ Risiko - kemungkinan kecelakaan akan terjadi dan dapat mengakibatkan kerusakan.

‐ Kecelakaan - sebuah kejadian takterduga yang menyebabkan cedera atau kerusakan.

‐ Nyaris - sebuah kejadian yang nyaris menyebabkan cedera atau kerusakan.3

Membuat Rekomendasi

Investigasi kecelakaan harus mengidentifikasi rekomendasi tindakan pencegahan dan

perbaikan. Ini bisa dilaksanakan dengan mengelompokkan semua kegagalan dan kekurangan

yang sudah diidentifikasi menggunakan teori analisa penyebab kecelakaan yang sudah

ditetapkan.9

Hierarchy Control atau Urutan Pengendalian Resiko9

Menurut Permenaker No. 5/MEN/1996 pengendalian kecelakaan kerja bisa dilakukan

melalui 3 metode pengendalian kecelakaan kerja, yaitu:

19 Problem Base Learning

Page 20: Tertusuk Paku

1. Pengendalian teknis atau rekayasa (Engineering Control)

Adalah melakukan rekayasa pada bahan dengan cara;

‐ Eliminasi, yaitu dengan cara menghilangkan sumber bahaya secara total.

‐ Substitusi, mengganti material maupun teknologi yang digunakan dengan material atau

teknologi lain yang lebih aman bagi pekerja dan lingkungan.

‐ Minimalisasi, yaitu mengurangi jumlahpaparan bahaya yang ada di tempat kerja.

‐ Isolasi, memisahkan antara sumber bahaya dengan pekerja.

Pengendalian teknis atau rekayasa diperkirakan dapat memberikan hasil atau efektifitas

penurunan risiko sebesar 70%-90% (perubahan disain atau penggantian mesin dan 40%-

70% pemberian batas atau barier).

2. Pengendalian Administrasi (Administratif Control)

Yaitu pengendalian bahaya dengan kegiatan yang bersifat adminisrasi seperti pemberian

penghargaan, trining dan penerapan prosedur.

3. Penggunaan alat pelindung diri (APD)

Yaitu alat yang digunakan untuk melindungi pekerja agar dapat memproteksi dirinya

sendiri. Pengendalian ini adalah alternatif terakhir yang dapat dilakukan bila kedua

pengendalian sebelumnya belum dapat mengurangi bahaya dan dampak yang mungkin

timbul.

Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja (SMK3)

Maju mundumya suatu industri sangat diitunjang oleh peranan tenaga kerja. Untuk

dapat membangun tenaga kerja yang produktif. sehat, dan berkualitas perlu adanya

manajemen yang baik. terutama yang terkait dengan masalah Keselamatan dan Kesehatan

kerja (K3).

K3 yang termasuk dalam suatu wadah higiene perusahaan dan kesehatan kerja (hipcrkes)

terkadang terlupakan oleh para pengusaha. Padahal. K3 mcmpunyai tujuan pokok dalam

upaya memajukan dan mengembangkan proses induslrialisasi. Terutama dalam mewujudkan

kesejahteraan para buruh. Tujuan dari Sistem Manajemen K3 adalah:

1. Sebagai alat uniuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya, baik

buruh. petani. nelayan. pegawai negeri atau pekerja-pekerja bebas

2. Sebagai upaya untuk mencegah dnn memberantas penyakit dan kecelakaan-kecelakaan

akibat kerja. memelihara. dan meningkatkan kesehatan dan gizi para tenaga kerja. merawat

20 Problem Base Learning

Page 21: Tertusuk Paku

dan meningkatkan efisiensi dan daya produktifitas tenaga manusia. memberantas

kekelahan kerja dan melipatgandakan gairah serta kenikmatan bekerja.

Lebih jauh sistem ini dapat mcmberikan perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu

perusahaan agar terhindar dari bahaya pengotoran bahan-bahan proses industrialisasi yang

bcrsangkutan, dan perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin

ditimbulkan olch produk-produk indusiri. K3 merupakan modal utama kesejahteraan para

buruh/tenaga kerja sccara keseluruhan. Selain ilu. dengan penerapan K3 yang baik dan dan

terarah dalam suatu wadah industry tentunya akan memberikan dampak lain, salah satunya

adalah sumber daya manusia (SDM).10

Manajemen K310

Dalam pasar bebas yang marak dengan berbagai persaingan, penerapan manajemen K3

sangat penting untuk dij alankan dengan baik dan terarah. Proses industrialisasi merupakan

'syarat mutlak' untuk membangun negeri ini. Pengalaman di negara-negara lain menunjukkan

bahwa tren suatu pertumbuhan dari sistem K3 adalah melalui fase-fase, yaitu fase

kesejahteraan, fase produktivitas kerja, dan fase toksikologi industri.

Sekarang ini, K3 sebagaimana halnya aspek-aspek tentang pengaturan tenaga kerja,

sedang berada pada fase 'kesejahteraan', terutama umumnya para buruh. Mungkin setelah

tercapainya kestabilan politik, hukum, dan ekonomi, kita bisa memulai menginjakkan kaki ke

fase produkti vitas kerja. Sedang fase toksikologi industri, cepat lambatnya dicapai

tergantung kepada kemampuan untuk mengembangkan perindustrian pada umumnya.

Penerapan pengaturan perundang-undangan dan pengawasan serta perlindungan para

buruh merupakan prinsip dasar dalam sistem manajemen ini. Keselamatan dan Kesehatan

kerja yang disesuaikan dengan 'sistem ergonomi' (penyesuaian beban kerja/alat kerja dengan

kemampuan dan fisik pekerja), merupakan salah satu usaha untuk mencetak para buruh yang

produktif dengan peningkatan SDM yang profesional dan andal.

Agar para buruh (buruh pabrik, misalnya) berada dalam kondisi kesehatan dan

produktivitas kerja yang setinggi-tingginya, maka mereka perlu mendapatkan keseimbangan

yang menguntungkan dari faktor beban kerja, dan beban tambahan akibat lingkungan kerja

dan kapasitas kerja. Setiap pekerjaan bisa menjadi beban bagi pelakunya, Beban yang

dimaksud mungkin fisik, mental atau sosial.

Seorang pekerja berat, seperti pekerja bongkar dan muat barang di pelabuhan, tentu

lebih banyak beban fisiknya dari pada beban mental atau sosial. Sebaliknya, seorang

pengusaha, mungkin beban mentalnya relatif lebih besar. Begitu pula petugas sosial, tentu

21 Problem Base Learning

Page 22: Tertusuk Paku

lebih menghadapi beban-beban sosialnya. Dalam konteks ini, faktor-faktor penyebab

terjadinya kecelakaan kerja, baik dari aspek penyakit akibat kerja maupun kecelakaan kerja,

dipengaruhi beberapa faktor, di antaranya:

Faktor fisik, yang meliputi penerangan, suhu udara, kelembaban, cepat ranibat udara,

suara, vibrasi mekanis, radiasi, tekanan udara, dan lain-lain.

Faktor kimia, yaitu berupa gas, uap, debu, kabut, asap, awan, cairan, dan benda-benda padat.

Faktor biologi, baik dari golongan hewan maupun dari tumbuh-tumbuhan.

Faktor fisiologis, seperti konstruksi mesin, sikap, dan cara kerja.

Faktor mental-psikologis, yaitu susunan kerja, hubungan di antara pekerja atau dengan

pengusaha, pemeliharaan kerja, dan sebagainya.

Langkah-Langkah Penerapan SMK310

Setiap jenis Sistem Manajemen K3 mempunyai elemen atau persyaratan tertentu yang

harus dibangun dalam suatu organisasi. Sistem Manajemen K3 tersebut harus

dipraktekkan dalam semua bidang/divisi dalam organisasi. Sistem Manajemen K3

harus dijaga dalam operasinya untuk menjamin bahwa sistem itu punya peranan dan fungsi

dalam manajemen perusahaan.

Untuk lebih memudahkan penerapan standar Sistem Manajemen K3, berikut ini

dijelaskan mengenai tahapan-tahapan dan langkah-langkahnya. Tahapan dan langkah-langkah

tersebut dibagi menjadi dua bagian besar:

1. Tahap Persiapan

Merupakan tahapan atau langkah awal yang hams dilakukan suatu

organisasi/perusahaan. Langkah ini melibatkan lapisan manajemen dan sejumlah personel,

mulai dari menyatakan komitmen sampai dengan menetapkan kebutuhan sumber daya

yang diperlukan. Adapun, tahap persiapan ini, antara lain:

‐ Komitmen manajemen puncak

‐ Menentukan ruang lingkup

‐ Menetapkan cara penerapan

‐ Membentuk kelompok penerapan

‐ Menetapkan sumber daya yang diperlukan

2. Tahap pengembangan dan penerapan

Sistem dalam tahapan ini berisi langkah-langkah yang hams dilakukan oleh

organisasi/perusahaan dengan melibatkan banyak personal, mulai dari menyelenggarakan

22 Problem Base Learning

Page 23: Tertusuk Paku

penyuluhan dan melaksanakan sendtri kegiatan audit internal serta tindakan perbaikannya

sampai dengan melakukan sertifikasi.

Berikut ini langkah-lagkah spesifik dalam menerapkan Sistem Manajemen K3 dalam suatu

perusahaan;

1) Menyatakan komitmen

Pernyataan koniitmen dan penetapan kebijakan untuk menerapkan sebuah Sistem

Manajemen K3 dalam organisasi/manajemen harus dilakukan oleh manajemen puncak.

Penerapan Sistem Manajemen K3 tidak akan berjalan tanpa adanya komitmen terhadap

sistem manajemen tersebut. Manajemen harus benar-benar menyadari bahwa merekalah

yang paling bertanggung jawab terhadap keberhasilan atau kegagalan penerapan Sistem

Manajemen K3.

2) Menetapkan cara penerapan

Perusahaan dapat menggunakan jasa konsultan untuk menerapkan Sistem

Manajemen K3.Namun dapat juga tidak menggunakan jasa konsultan jika organisasi yang

bersangkutan memiliki personel yang cukup mampu untuk mengorganisasikan dan

mengarahkan orang.

3) Membentuk kelompok keija penerapan

Jika perusahaan akan membentuk kelompok kerja sebaiknya anggota kelompok kerja

tersebut terdiri atas seorang wakil dari setiap unit kerja, biasanya manajer unit kerja. Hal

ini penting karena merekalah yang tentunya paling bertanggung jawab terhadap unit kerja

yang bersangkutan.

4) Menetapkan sumber daya yang diperlukan

Sumber daya di sini mencakup orang/persone!, perlengkapan, waktu dan dana.

Orang yang dimaksud adalah beberapa orang yang diangkat secara resmi di luar tugas-

tugas pokoknya dan terlibat penuh dalam proses penerapan.

5) Langkah 5. Kegiatan penyuluhan

Penerapan Sistem Manajemen K3 adalah kegiatan dari dan untuk kebutuhan personal

perusahaan. Oleh karena itu perlu dibangun rasa adanya keikutsertaan dari seluruh

karyawan dalam perusahaan melalui program penyuluhan.

6) Peninjauan sistem

Kelompok kerja penerapan yang telah dibentuk kemudian mulai bekerja untuk

meninjau sistem yang sedang berlangsung dan kemudian dibandingkan dengan persyaratan

yang ada da lam Sistem Manajemen K3. Peninjauan ini dapat dilakukan melatui dua cara

23 Problem Base Learning

Page 24: Tertusuk Paku

yaitu dengan meninjau dokumen prosedur dan meninjau pelaksanaannya.

7) Penyusunan Jadwal Kegiatan

Setelah melakukan peninjauan sistem maka kelompok kerja dapat menyusun suatu

jadwal kegiatan.

8) Pengembangan Sistem Manajemen K3

Beberapa kegiatan yang perlu dilakukan dalam tahap pengembangan Sistem

Manajemen K3 antara lain mencakup dokumentasi, pembagian kelompok, penyusunan

bagan alir, penulisan manual Sistem Manajemen K3, prosedur dan instruksi kerja.

9) Penerapan sistem

Setelah semua dokumen selesai dibuat, maka setiap anggota kelompok kerja kembali

ke masing-masing untuk menerapkan sistem yang telah ditulis.

10) Proses sertifikasi

Ada sejumlah lembaga sertifikasi Sistem Manajemen K3. Misalnya sucofindo

melakukan sertifikasi terhadap Permenaker 05/Men/1996. Namun untuk OHSAS

18001:1999 organisasi bebas menentukan lembaga sertifikasi manapun yang diinginkan.12

Kesimpulan

Berdasarkan apa yang telah dijabarkan diatas, dapat kia ketahui bahwa salah satu faktor

terjadinya kecelakaan kerja pada karyawan pekerja kasar yang tetusuk paku kakinya karena

tidak mengikuti prosedur kerja yang seharusnya, yaitu memakai APD. Yang mana prosedur-

prosedur tersebut sudah tentu tertulis dalam sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja pada setiap perusahaan.

Daftar Pustaka

1. McKenzie, F James. Kesehatan dan keselamatan di tempat kerja dalam Kesehatan

Masyarakat: Suatu Pengantar. Ed.4; Alih bahasa, Atik Utami, et all. Editor bahasa

Indonesia, Palupi Widyastuti. Jakarta: EGC, 2007. h.615

2. Dainur. Higine perusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja (hiperkes) dalam Materi-

materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat; Editor: Jonathan Oswari. Jakarta: Widya

Medika, 1995. h.71-2, 75-8

3. Ridley John. Kecelakaan dalam Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Ed.3. Jakarta:

24 Problem Base Learning

Page 25: Tertusuk Paku

Erlangga, 2007. h. 113-8

4. Chundawan E. Kecelakaan Kerja dan Penerapan K-3 Dalam Pengoperasian Tower Crane

pada Proyek Industri. Surabaya: Universitas Kristen Petra;

5. Okti FP. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: FKM Universitas Indonesia; 2008

6. Suardi R. Mengapa kesehatan dan keselamatan kerja (K3) penting? dalam Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatam Kerja. Jakarta: Penerbit PPM, 2007. h.3-8

7. Teori Kecelakaan Kerja. 10 Oktober 2015. Diunduh dari:

www.dinsosnakertrans.tulungagung.go.id. 2015

8. Ridley John. Tanggung jawab manajemen dalam Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan

Kerja, Ed.3. Jakarta: Erlangga, 2007. h. 113-8

9. Mayendra O. Kecelakaan Kerja. Jakarta: FKM Universitas Indonesia; 2009

10. Suardi R. Sistem manajemen K3 dan manfaat penerapannya dalam Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatam Kerja. Jakarta: Penerbit PPM, 2007. h.15-6, 23-34

25 Problem Base Learning