KONSERVASI 1

15
MAKALAH KONSERVASI GIGI I Karin Putri 8693 R.A Saptorini 8747 Shabrina Hasna Y 8787 Yullieus Novian P 8789 Diyah Apliani 8791 Fandy Muhammad 8793 Atika Farahdiba F 8795 Sabbaha Mafaza S 8797 Ericka Winda S 8799 Mutma Inna 8801 Marta Ulina N 8803 Safarina Suhada 8805 Hirzi Nugraha 8807 Himma Illiyana 8809 Nani Agustiani 8813 Nimas irene A 8815 Rizki Saputra 8817 Yohana S 8819 Ramdaniar N 8821 Geodeti kaloka S 8825 Youvanka Arsy W 8827

description

sdeww

Transcript of KONSERVASI 1

Page 1: KONSERVASI 1

MAKALAH KONSERVASI GIGI I

Karin Putri 8693

R.A Saptorini 8747

Shabrina Hasna Y 8787

Yullieus Novian P 8789

Diyah Apliani 8791

Fandy Muhammad 8793

Atika Farahdiba F 8795

Sabbaha Mafaza S 8797

Ericka Winda S 8799

Mutma Inna 8801

Marta Ulina N 8803

Safarina Suhada 8805

Hirzi Nugraha 8807

Himma Illiyana 8809

Nani Agustiani 8813

Nimas irene A 8815

Rizki Saputra 8817

Yohana S 8819

Ramdaniar N 8821

Geodeti kaloka S 8825

Youvanka Arsy W 8827

Putri Amalia 8829

Diva A D Wibowo 8833

Ditta SNH 8837

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA2013

Page 2: KONSERVASI 1

SKENARIO KASUS 1

Seorang pasien datang ke RSGM Prof. Soedomo untuk memeriksakan giginya. Pasien

merasakan ngilu saat makan makanan manis dan berkumur air dingin. Pada pemeriksaan

tampak keadaan seperti gambar di bawah ini

a. Apa diagnosis dari keadaan tersebut, dan jelaskan etiologinya !

Diagnosis dari keadaan tersebut adalah abrasi gigi. Abrasi gigi merupakan

keadaan abnormal dimana ada lapisan pada gigi yaitu email yang hilang dan terkikis,

atau terkadang hingga lapisan yang lebih dalam dari email yaitu dentin. Menurut

Herawati, dkk (2005), secara klinis gambaran gigi yang mengalami abrasi dapat

dibedakan menjadi dua bentuk kerusakan atau kelainan yaitu berbentuk V dan

berbentuk parit/selokan (ditch) atau irisan (wedge) yang terlihat pada sepertiga bagian

serviks gigi atau akar gigi. Adapun etiologi dari diagnosis tersebut adalah :

Menurut Mozartha (2007) penyebab abrasi gigi adalah disebabkan oleh gaya

friksi (gesekan)langsung antara gigi dan objek eksternal, atau karena gaya friksi antara

bagian gigi yang berkontakdengan benda abrasif.

Beberapa penyebabnya adalah:

a) Abrasi gigi yang disebabkan oleh penyikatan gigi dengan arah

horizontal dan dengan penekananberlebihan

b) Kebiasaan buruk seperti menggigit pensil

c) Kebiasaan menggunakan tusuk gigi yang berlebihan diantara gigi

d) Penggunaan gigi tiruan lepasan yang menggunakan cengkeram

Page 3: KONSERVASI 1

Sedangkan Purkait mengelompokkan etiologi abrasi menjadi beberapa

kelompok:

1. Toothbrush abrasion

Ini adalah tipe abrasi yang paling sering ditemukan. Terjadi karena

kesalah teknik dalam menyikat gigi, seperti menyikat gigi secara

horizontal dan menggunakan pasta gigi yang bersifat abrasif.

2. Habitual Abrasion

Kebiasaan menyunyah sirih yang berlebihan, merokok dan sebagainya

dapat menyebabkan abrasi gigi. Merokok menggunakan pipa dapat

menimbulkan abrasi pada incisal edge gigi anterior rahang atas dan

bawah dilanjutkan dengan menggigit batang pipa tersebut.

Penggunaan tusuk gigi, dental floss, dsb yang salah dapat

menyebabkan abrasi gigi di bagian proximal.

3. Occupational abrasion

Occupational abrasion terjadi saat objek atau instrument biasa

diletakkan diantara gigi selama bekerja oleh professional.

Tukang salon suka menyelipkan jepit rambut diantara gigi

mereka selama bekerja, ini dapat menyebabkan abrasi gigi.

Tukang kayu suka menyimpan alat kecil atau kuku diantara

gigi mereka saat bekerja dan dapat menyebabkan abrasi di gigi

mereka berupa takik dipermukaan gigi mereka terutama pada

incisal edge gigi anterior.

4. Abrasion by prosthetic appliances

Desain kalmer yang salah pada gigi tiruan sebagian lepasan dapat

menyebabkan abrasi pada gigi.

5. Ritual Abrasion

Ritual abrasion masih jarang pada saat ini, hal ini terutama tebatas

pada orang Afrika. Contohnya, orang kuno percaya beberapa konsep

pragmatik dan sesuai dengan itu mereka sering memotong gigi mereka

dengan beberapa instrument. Hal ini bertujuan agar mereka kebal dari

kekuatan setan.

Page 4: KONSERVASI 1

b. Bagaimana rencana perawatan kasus di atas? Apa saja pertimbangan pemilihan bahan

yang digunakan?

1. Rencana Perawatan

Sebuah rencana perawatan adalah serangkaian layanan bertahap yang

dirancang untuk menghilangkan atau mengontrol faktor etiologi, memperbaiki

kerusakan yang ada, dan menciptakan lingkungan yang fungsional dan terjaga.

Sebuah rencana perawatan yang baik tergantung pada evaluasi menyeluruh pasien,

keahlian dokter gigi, pemahaman indikasi dan kontraindikasi, dan prediksi respon

pasien terhadap pengobatan (Roberson et al, 2002).

Daerah yang terkena abrasi dipertimbangkan untuk restorasi hanya jika

terdapat satu atau lebih hal berikut: (1) area abrasi melibatkan karies, (2) defect cukup

dalam yang akan mempengaruhi integritas struktural gigi, (3) adanya sensitivitas yang

tidak tertahankan dan tidak responsif terhadap tindakan desensitizing konservatif, (4)

defect memberikan kontribusi untuk masalah periodontal, (5) area abrasi terlibat

dalam desain gigi tiruan sebagian lepasan, (6) kedalaman defect dinilai dekat dengan

pulpa, atau (7) pasien menginginkan perbaikan estetik (Roberson et al, 2002).

Menurut Chandra et al (2007), manajemen perawatan abrasi dilakukan dalam dua

tahap:

a) Pencegahan

Penghilangan etiologi adalah tujuan utama dari manajemen pencegahan.

Dalam hal ini adalah sikat gigi yang benar dengan menggunakan sikat gigi yang

mempunyai bulu lembut dengan pasta gigi yang kurang abrasif.

b) Restoratif

Gigi yang abrasi dapat direstorasi dengan menggunakan material restoratif.

Restorasi ini penting untuk (a) menjaga integritas struktural gigi, (b) melindungi

pulpa, (c) memelihara gingiva, (d) mencegah karies. Restorasi juga penting dari

segi estetik.

2. Pemilihan Bahan Restoratif

Menurut Chandra et al (2007), material restoratif yang menjadi pilihan

untuk perawatan abrasi gigi adalah komposit atau semen ionomer kaca modifikasi

resin karena membutuhkan preparasi gigi yang minimal dan terdapat retensi dari

Page 5: KONSERVASI 1

pembentukan ikatan dengan jaringan gigi. Selain itu juga mempunyai estetik yang

lebih tinggi daripada material restoratif lainnya.

a) Resin Komposit

Resin komposit didefinisikan sebagai gabungan dua atau lebih material

berbeda dengan sifat-sifat yang unggul. Material restoratif resin komposit yang

digunakan dalam kedokteran gigi mempunyai komponen utama yaitu matriks

resin, yang menggunakan monomer Bis-GMA dari reaksi antara bisphenol-A dan

glycidylmethacrylate; filler anorganik dan bahan coupling (Van Noort, 2007).

Suatu bahan coupling diperlukan untuk memberikan ikatan antara bahan

pengisi anorganik dan matriks resin, juga aktivator-inisiator diperlukan untuk

polimerisasi resin. Sejumlah kecil bahan tambahan lain meningkatkan stabilitas

warna (penyerap sinar ultraviolet) dan mencegah polimerisasi dini (hidroquinon).

Karakeristik estetik dari resin komposit yaitu memiliki warna yang sama dengan

warna gigi. Untuk mencocokkan dengan warna gigi, komposit kedokteran gigi

harus memiliki warna visual (shading) dan translusensi yang dapat menyerupai

struktur gigi. Warna dapat diperoleh dengan menambahkan pigmen yang berbeda,

sering kali terdiri dari oksida logam yang ditambahkan dalam jumlah sedikit

(Anusavice, 2003).

Pertimbangan pemilihan Resin Komposit sebagai bahan tumpatan :

Kelebihan resin komposit:

1. Mempunyai nilai estetik

2. Sifat yang baik dalam hal pemakaian

3. Memiliki resistensi yang baik terhadap keadaan kelas IV

4. Mempunyai daya absorpsi air yang rendah

5. Melekat dengan mudah pada permukaan gigi

6. Warna yang mudah disesuaikan karena translusensi cahaya yang

rendah

7. Mudah dimanipulasi

(Susanto, 2005)

Page 6: KONSERVASI 1

Kekurangan resin komposit:

1. Adanya efek pengerutan polimerisasi (shrinkage polymerisation)

2. Elastisitas rendah

3. Dapat terjadi fraktur pada marginal ridge

4. Dapat terjadi kebocoran tepi pada resin komposit

(Roberson et al, 2002)

b) Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (Semen IKMR)

Semen ionomer kaca modifikasi resin adalah kombinasi antara 80% semen

ionomer kaca konvensional dan 20% resin komposit polimerisasi yang memiliki

kombinasi karakteristik dari semen ionomer dan resin yang dalam beberapa

penggunaan lebih unggul daripada salah satu dari bahan itu. Semen IKMR

memiliki reaksi pengerasan denganmekanisme ganda yaitu reaksi asam-basa

semen ionomer kaca konvensional yang lambat diawali pada saat awal

pencampuran, dan proses polimerisasi yang serupa dengan yang terjadi pada resin

komposit pada saat aplikasi sinar (Hayati, 2008).

Keuntungan semen ionomer kaca modifikasi resin:

1. Melepaskan flouride

2. Kontraksi ekspansi yang rendah

3. Berikatan secara kimia dengan struktur gigi

4. Kekuatan lebih besar daripada semen ionomer kaca konvensional

5. Lebih mudah digunakan daripada semen ionomer kaca konvensional

6. Kelarutan lebih rendah daripada semen ionomer kaca konvensional

7. Estetis lebih baik daripada semen ionomer kaca konvensional

(Hayati, 2008)

Kerugian semen ionomer kaca modifikasi resin :

1. Permukaan sedikit kasar

2. Kekuatannya moderat

3. Lebih sticky daripada kompomer

(Hayati, 2008)

Page 7: KONSERVASI 1

c. Jelaskan mengenai tahap-tahap perawatan restoratif dan instrumen yang digunakan

pada perawatan restoratif dari kasus di atas!

a. Tahap Perawatan Restoratif

Perawatan restoratif untuk menanggulangi kasus abrasi gigi adalah dengan

menggunakan teknik restorasi sandwich. Adapun prosedur restorasi sandwich adalah :

1. Perawatan Permukaan

Permukaan lesi abrasi dibersihkan, dikeringkan, kemudian diolesi kondisioner

pada permukaannya. Dapat diperkuat dengan menggunakan larutan yang

mengandung asam poliakrilik, asamtanik, atau dodicin.

2. Pemberian Semen

Semen ionomer kaca diinjeksikan dan dibiarkan menutupi permukaan kavitas.

Pengerasan semen yang dianjurkan adalah dalam waktu 5 menit.

3. Preparasi Semen Tepi Email

Setelah mengeras, semen yang berlebihan dikurangi.

4. Pemberian Resin Bonding

Agen bonding rsin liquid dioleskan segera ke basis semen dan dinding-dinding

kavitas, pastikan lapisan tipis.System visible light cure dianjurkan karena

pengerasan yang cepat dari agen bonding.

5. Pemberian Resin Komposit

Tempatan resin dimasukkan dan dikontur ke posisinya. Bahan tidak boleh

berlebihan, adaptasi yang cepat dapat dicapai dengan memakai matriks plastic

bening.

6. Penyelesaian

Setelah disinari, restorasi tersebut difinishing dengan bur diamond rata atau bur

karbit. Pemolesan restorasi dapat diselesaikan dengan menggunakan karet

abrasive dan bubuk alumunium oksida yang halus. (Yanti, 2004)

b. Instrumen yang digunakan

1. Instrumen Plastik

Beberapa pisau datar dan

digunakan untuk

membawa dan

membentuk bahan, yang

tidak melibatkan

Page 8: KONSERVASI 1

penggunaan tekanan yang berat. Beberapa bulat pada ujungnya dan digunakan

untuk mendorong bahan ke kavitas dan untuk membentuk dan memoles.

Instrumen plastik datar untuk penggunaan umum terbuat dari stainless steel,

namun bahan restorasi komposit ditempatkan dan dibentuk oleh instrumen

nitrida tipis berlapis Teflon atau titanium yang komposit tidak menempel.

Beberapa produsen memproduksi alat dengan pegangan kode warna untuk

memudahkan identifikasi.

2. Carving

Merupakan pisau yang tajam atau semi-tajam dari berbagai bentuk dan

digunakan untuk mengukir bahan dengan memotong atau menggores.

Kelancaran dan tingkat ketajaman mereka penting. (Kidd et al, 2003).

Page 9: KONSERVASI 1

KESIMPULAN

Abrasi gigi merupakan keadaan abnormal pada gigi yaitu email yang hilang dan terkikis, atau

terkadang hingga lapisan yang lebih dalam dari email yaitu dentin. Penyebab abrasi gigi

disebabkan oleh gaya friksi (gesekan) langsung antara gigi dan objek eksternal, atau karena

gaya friksi antara bagian gigi yang berkontakdengan benda abrasif. Manajemen perawatan

abrasi dilakukan dalam dua tahap yaitu pencegahan dan restoratif.

Page 10: KONSERVASI 1

DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, K.J. 2003. Phillips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi, Edisi 10. EGC.

Jakarta.

Chandra, S., et al. 2007. Textbook of Restorative Dentristry. 1st Edition. Jaypee. New Delhi.

Hayati, K. 2008. Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin Sebagai Bahan Restorasi. USU e-

Repository. Medan

Herawati, dkk.2005.Prevalensi Abrasi Gigi Tetap pada Pasien yang Berkunjung ke Klinik

Kerja Mahasiswa FKG UNPAD.Jurnal Kedokteran Gigi UNPAD

Kidd et al, Edwina A. M. 2003. Pickard’s Manual of Operative Dentistry Eight Edition.

Oxford University Press: New York

Mozartha,M.2007.AbrasiGigi.http://www.gigi.klikdokter.com /subpage.php?id=2&sub=10

diakses pada: 22 Mei 2013

Purkait, Swapan Kumar.2011.Essential of Oral Pathology,3rd ed. Jaypee Brothers Medical

Publishers Ltd. New Delhi

Roberson, T.M., et al. 2002. Sturdevant's Art & Science of Operative Dentistry. 4th Edition.

Mosby. Missouri.

Susanto, A.A., 2005. Pengaruh ketebalan bahan dan lamanya waktu penyinaran terhadap

kekerasan permukaan resin komposit sinar. Maj. Ked. Gigi (Dent. J.). Vol. 38: 32-35.

Van Noort, Richard. 2007. Introduction to Dental Material. 3th ed. Mosby Elsevier. St.

Louis, Missouri.

Yanti, Nevi. 2004. Restorasi Sandwich Semen Ionomer Kaca dengan Resin Komposit. E-Usu

Repository 2004 Universitas Sumatera Utara