konsep tegangan tanah

56
BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1. Konsep Tegangan Total dan Efektif Secara umum elemen tanah mempunyai tiga fase, yaitu butiran padat, air dan udara. Pemahaman mengenai komposisi tanah diperlukan untuk mengambil keputusan dalam memperoleh parameter tanah. Berdasarkan ketiga fase tersebut, diperoleh hubungan volume-berat seperti terlihat pada Gambar 2.1. Gambar 2.1. Hubungan Antar Fase Tanah Hubungan volume yang umum digunakan untuk suatu elemen tanah adalah angka pori (void ratio), porositas (porosity), derajat kejenuhan (degree of saturation), sedangkan untuk hubungan berat digunakan istilah kadar air (water content), dan berat volume (unit weight). Hubungan-hubungan tersebut dapat dikembangkan sehingga dapat diketahui parameter yang digunakan dalam perhitungan desain. (Tabel 2.1)

description

konsep tegangan tanah

Transcript of konsep tegangan tanah

  • BAB II

    TINJAUAN LITERATUR

    2.1. Konsep Tegangan Total dan Efektif

    Secara umum elemen tanah mempunyai tiga fase, yaitu butiran padat, air dan

    udara. Pemahaman mengenai komposisi tanah diperlukan untuk mengambil

    keputusan dalam memperoleh parameter tanah. Berdasarkan ketiga fase tersebut,

    diperoleh hubungan volume-berat seperti terlihat pada Gambar 2.1.

    Gambar 2.1. Hubungan Antar Fase Tanah

    Hubungan volume yang umum digunakan untuk suatu elemen tanah adalah angka

    pori (void ratio), porositas (porosity), derajat kejenuhan (degree of saturation),

    sedangkan untuk hubungan berat digunakan istilah kadar air (water content), dan

    berat volume (unit weight). Hubungan-hubungan tersebut dapat dikembangkan

    sehingga dapat diketahui parameter yang digunakan dalam perhitungan desain. (Tabel

    2.1)

  • Tabel 2.1. Korelasi antar berbagai jenis parameter tanah

    Given Moist unit weight ()

    w,Gs,e

    S,Gs,w

    w,Gs,n

    w,Gs,n Gsw (1 - n)(1 + w)

    S,Gs,n Gsw (1 - n) + nSw

    Given Dry unit weight (d)

    ,w

    Gs,e

    Gs,n Gsw (1 n)

    Gs,w,S

    e,w,s

    sat,e sat -

    sat,n sat - nw

    sat,Gs

    Given Saturated unit weight (sat)

    Gs,e

    Gs,n [(1 n)Gs + n]w

  • Gs,wsat

    e,wsat

    n,wsat n

    d,e d +

    d,n d + n

    d,S d +

    d,wsat d (1 + wsat)

    2.1.1. Konsep Tegangan Total ()

    Pada suatu massa tanah, tegangan total pada suatu titik dihitung dari berat volume

    keseluruhan dari elemen tanah yang berada di atasnya. Jika suatu massa tanah tersebut

    diketahui terdapat air tanah, maka tegangan total dihitung dengan memasukkan

    pengaruh berat volume tanah jenuh air dan berat volume air.

  • Gambar 2.2. Potongan Melintang Tanah

    (Mekanika Tanah, Braja M. Das, Jilid 1, 1985)

    Gambar 2.2. menunjukkan titik A pada suatu massa tanah dalam potongan

    melintang. H adalah besarnya kedalaman muka air tanah dihitung dari partikel tanah

    sedangkan Ha merupakan kedalaman titik A dihitung dari muka air tanah. Secara

    matematis, besarnya tegangan total () adalah:

    = H w + (Ha H) sat

    (2.1)

    Dengan w = berat volume air dan sat = berat volume tanah jenuh air.

    Analisis tegangan total digunakan untuk menganalisis stabilitas jangka pendek

    (short term) atau akhir konstruksi, dalam penggunaan praktis disebut juga kondisi

    undrained. Kondisi ini terjadi pada saat penambahan beban luar melebihi kecepatan

    terdisipasinya air pori. Pada tanah lempung proses terdisipasinya tekanan air pori

  • relatif lebih lambat dibandingkan dengan tanah pasir, oleh karena itu analisis kondisi

    undrained umumnya digunakan untuk tanah lempung.

    Faktor keamanan dalam kondisi kritis (minimal) terletak di akhir konstruksi pada

    saat nilai u maksimal. Seiring berjalannya waktu, tekanan air pori akan tereduksi

    sehingga menyebabkan kuat geser tanah dan faktor keamanan meningkat.

    Berdasarkan ilustrasi tersebut, maka analisis tegangan total digunakan pada saat

    lereng dalam kodisi kritis (faktor keamanan minimal).

    Parameter yang digunakan pada analisis tegangan total adalah cu dan u.

    Parameter-parameter tersebut disebut dengan parameter total. Kekuatan tanah

    lempung jenuh dinyatakan dengan

    Su = cu dan u = 0

    Dengan Su = undrained shear strength, cu = undrained cohesion, u = undrained

    friction angle.

    Undrained strength (cu) untuk lempung normally consolidated dapat ditentukan

    melalui persamaan berikut:

    = 0,11 + 0,0037 Ip

    (2.2)

    Dengan 0 = tegangan efektif overburden dan Ip = indeks plastisitas.

    Untuk lempung overconsolidated, undrained strength (cu) ditentukan melalui

    persamaan:

  • = OCR0,8

    (2.3)

    Dengan OCR = overconsolidation ratio.

    UUtest

    Undrained strength, SuTriaxial

    Test

    CU test Ccu dan cuShort term

    stability

    (end of construction)

    Unconfined Unconfined strength, quCompression Test

    Berdasarkan Gambar 2.3., parameter-parameter tanah selain diperoleh melalui tes

    triaxial UU dapat juga melalui tes triaxial CU dan tes unconfined compression dan

    umumnya digunakan untuk analisis stabilitas timbunan maupun pondasi.

    2.1.2. Konsep Tegangan efektif ()

    Titik A pada Gambar 2.2. terletak dalam sebuah tanah jenuh air, berdasarkan

    kondisi tersebut di titik A terdapat gaya hidrostatis akibat pengaruh muka air tanah.

    Tekanan hidrostatis tersebut disebut tekanan air pori (u). Tegangan efektif

    menunjukkan hubungan tegangan total pada suatu massa tenuh jenuh air yang

    Gambar 2.3. Tes yang dilakukan untuk stabilitas jangka pendek

    (Slope Stability and Stabilization Method, Thomas S Lee, 1996)

  • dipengaruhi tekanan air pori. Secara matematis tegangan efektif () dapat dinyatakan:

    = - u (2.4)

    Dengan memasukkan pengaruh kedalaman dan berat volume air dan tanah maka

    persamaan tersebut dapat dikembangkan menjadi:

    = [H w + (Ha H) sat] HA w (2.5)

    = (HA H) (sat w) (2.6)

    (HA H) merupakan tinggi tanah , sedangkan (sat w) merupakan berat volume

    tanah efektif ().

    Analisis tegangan efektif digunakan untuk menganalisis stabilitas jangka panjang

    (long term) atau disebut juga dengan kondisi drained. Pada tanah pasir, proses

    terdisipasinya air pori terjadi lebih cepat, oleh karena itu analisis kondisi drained

    umumnya digunakan untuk analisis stabilitas pada tanah pasir.

    Parameter yang digunakan pada analisis tegangan efektif adalah c dan .

    Parameter-parameter tersebut disebut dengan parameter efektif. Analisis pada kondisi

    long term menggunakan metode tegangan efektif, parameternya ditentukan dengan test

    triaxial drained atau tes direct shear, bisa juga menggunakan CU test dengan

    memperhitungkan tegangan air pori atau menggunakan ring shear test.

  • Gambar 2.4.Tes yang

    dilakukan untuk stabilitas jangka panjang

    (Slope Stability and Stabilization Method, Thomas S Lee, 1996)

    Selain menggunakan tes berdasarkan Gambar 2.4., tekanan air pori juga dapat

    ditentukan melaui flow nets maupun analisis seepage lainnya. Umumnya analisis

    drained dengan mengguanakan parameter efektif digunakan pada stabilitas galian dan

    lereng alami.

    Namun tidak semua kondisi stabilitas harus dianalisis dengan menggunakan

    parameter-parameter yang sudah ditentukan seperti yang telah dibahas sebelumnya,

    karena kondisi tanah dan lapangan menentukan juga analisis yang akan digunakan.

    Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.2.

    Direct shear test c' dan '

    CD test

    Long termstability Triaxial test c' dan '

    CU test

    dengan pengukurantekanan air

    pori

    Ring shear test c'r dan 'rresidual

  • Tabel 2.2. Analisis stabilitas berdasarkan kondisi tanah dan lapangan

    (Slope Stability and Stabilization Method, Thomas S Lee, 1996)

    Soil Type

    Soft (NC) Clay Stiff (Highly OC) clayFoundation Loading

    Critical Unconsolidated UndrainedProbably UU case but check

    conditions (UU) case (no drainage)consolidated drained (CD) case(drainage with equilibrium porepressures)

    RemarksUse =0, c= ff with

    appropriateStability usually not a major problem

    correctionsExcavation or Natural Slope

    CriticalCould be either UU or CD case

    CD case (complete drainage)

    conditions

    RemarksIf soil is very sensitive, it may

    Use effective stress analysis with

    change from drained to undrained

    equilibrium pore pressure; if clay

    conditionsis fissured, c' and perhaps ' maydecrease with time

    2.2. Studi Parameter Tanah

    Dalam mendesain bangunan geoteknik, diperlukan data-data tanah yang

    mempresentasikan keadaan lapangan. Pengujian laboratorium dan pengambilan sampel

    tanah tidak dilakukan pada seluruh lokasi melainkan di tempat-tempat lokasi kritis

    yang memungkinkan dan dianggap mewakili lokasi sebenarnya.

    Kelengkapan data dalam penyelidikan lapangan menentukan akurasi dalam

  • perencanaan, tetapi tidak semua data dapat diperoleh dengan lengkap. Hal tersebut

    terkait dengan masalah biaya pengambilan sampel atau kendala nonteknis yang terjadi

    di lapangan. Oleh karena itu perencana harus dapat mengambil asumsi yang

    dipertanggungjawabkan dengan nilai kesalahan yang minimal. Asumsi tersebut

    diperoleh dari korelasi empiris yang telah dilakukan oleh ahli-ahli geoteknik dan

    mengacu pada pemahaman mekanika tanah yang baik.

    2.2.1. Penyelidikan Lapangan

    2.2.1.1 Standart Penetration Test (N-SPT)

    Kekuatan tanah yang diuji dengan tes penetrasi dinyatakan dalam N-SPT. Tahanan

    penetrasi (N-SPT) yaitu banyaknya pukulan (30 mm terakhir) yang diperlukan untuk

    memasukkan split tube sampler (450 mm 18 in) dengan menggunakan hammer

    seberat 63,5 kg (140 lb) yang dijatuhkan dari ketinggian 760 mm (30 in). Alat uji

    penetrasi diperlihatkan pada Gambar 2.5

    Untuk menentukan korelasi nilai N-SPT dengan nilai kohesi untuk tanah cohesive

    dapat dilihat pada Gambar 2.6

    Gambar 2.5. Alat Uji Standard Penetration Test (tabung split spoon sampler)

    (Soil Mechanics, Lambe & Whitman, International Edition, 1969 )

  • Gambar 2.6. Hubungan antara kohesi (c) dan nilai N-SPT untuk tanah kohesif

    (SI-3221 Rekayasa Pondasi, Mahsyur Irsyam)

    Undrained shear strength (cu) tanah kohesif dipengaruhi oleh beberapa faktor,

    diantaranya adalah kandungan air, kerapatan, tekstur tanah, kandungan mineral

    lempung, struktur tanah, stress history, dan lain-lain (Gambar 2.7).

  • Gambar 2.7. Hubungan antara nilai N-SPT dan undrained shear strength untuk tanah kohesif

    (SI-3221 Rekayasa Pondasi, Mahsyur Irsyam)

    Tabel 2.3 Korelasi empiris antara nilai N SPT dengan unconfined compressive

    strength (qu) dan berat jenis tanah jenuh (sat) untuk tanah kohesif.

    (Soil Mechanics, Lambe & Whitman, from Terzaghi and Peck 1948, International

    Edition 1969)

    N-SPT

    (blows/ft)Konsistensi

    qu

    (Unconfined Compressive

    Strength)

    ton/ft2

    sat

    kN/m3

    < 2

    2 4

    4 8

    8 15

    15 30

    Very Soft

    Soft

    Medium

    Stiff

    Very Stiff

    < 0,25

    0,25 - 0,50

    0,50 1,00

    1,00 2,00

    2,00 4,00

    16

    19

    16

    19

  • > 30 Hard > 4,00 17

    20

    19

    22

    19

    22

    19 -

    22

    Korelasi untuk menentukan berat jenis tanah () dan berat jenis tanah jenuh (sat)

    pada tanah non kohesif dapat ditentukan dari Tabel 2.4 dan Tabel 2.5.

    Tabel 2.4 Korelasi berat jenis tanah () untuk tanah kohesif dan non kohesif .

    (Soil Mechanics, William T., Whitman, Robert V., 1962)

    Cohesionless Soil

    N

    Unit Weight , kN/m3

    Angle of friction

    State

    0-10 11-30 31-50 >50

    12-16 14-18 16-20 18-23

    25-32 28-36 30-40 >35

    Loose Medium Dense Very Dense

    Cohesive Soil

    N

    Unit Weight , kN/m3

    qu, kPa

    Consistency

    25

    14-18 16-18 16-18 16-20 >20

    100

    Very Soft Soft Medium Stiff Hard

    Tabel 2.5 Korelasi berat jenis tanah jenuh (sat) untuk tanah non kohesif.

    (Soil Mechanics, William T., Whitman, Robert V., 1962)

  • Description Very Loose Loose Medium Dense Very

    Dense

    N SPT

    Fine

    Medium

    Coarse

    1-2 3-6 7-15 16-30

    2-3 4-7 8-20 21-40 >40

    3-6 5-9 10-25 26-45 >45

    Fine

    Medium

    Coarse

    26-28 28-30 30-34 33-38

    27-28 30-32 32-36 36-42

  • >50 Very Dense

    Gambar 2.8. Hubungan sudut geser () dan nilai N-SPT untuk tanah pasir

    (SI-3221 Rekayasa Pondasi, Mahsyur Irsyam)

    2.2.1.2 Sondir / Dutch Cone Penetration Test (DCPT)

    Tes sondir merupakan salah satu jenis tes lapangan yang menggunakan

    penetrometer statis dengan ujung konus bersudut 60o dan luas ujungnya 1.000 mm2

    (diamter 35,7mm). Tes dilakukan umunya pada tanah kohesif.

    Hasil pengukuran tes sondir berupa nilai tahanan friksi (fc) dan tahanan ujung

    konus (qc). Tes ini tidak bertujuan mengambil sampel tanah, tetapi menentukan

    parameter dan klasifikasi tanah melalui nilai pengukuran tersebut. Robertson dan

    Campanella (1983) mengembangkan grafik hubungan antara friction ratio dengan

    tahanan ujung untuk menentukan klasifikasi tanah. Friction ratio dinyatakan sebagai

    perbandingan tahanan friksi (fc) dengan tahanan ujung konus (qc).

  • Fr = = (2.7)

    Gambar 2.9. Alat Uji Dutch Cone Penetration Test

    (An Introduction to Geotechnical Engineering, Holtz and Kovacs, 1981)

    Gambar 2.10. Perkiraan Jenis Tanah dari Dutch Cone Penetration Test

    (Principles of Foundation Engineering, Braja M. Das, Fourth Edition)

    Korelasi empiris yang menyatakan hubungan antara tahanan ujung dengan sudut

  • geser tanah dikembangkan oleh Mayerhoff (1976) melalui Gambar 2.10.

    Gambar 2.11. Perkiraan Koreksi antara NSPT dengan Sudut Geser Tanah ()

    (Principles of Foundation Engineering, Braja M. Das, Fourth Edition)

    Parameter kohesi dapat ditentukan dengan persamaan berikut:

    Cu = (2.8)

    Dimana:

    voc = Tekanan overburden total

    Ncor = Faktor koreksi

    2.2.2. Pengujian Laboratorium

    Dengan pengujiam laboratorium, parameter kuat geser tanah pasir () maupun

    lempung (c) dapat ditentukan secara lebih akurat dengan kondisi pekerjaan di lapangan.

    f) digunakan kriteria Mohr-Coulomb, yaitu:

    f = c + f tan (2.9)

  • Berdasarkan konsep Terzaghi, tegangan geser tanah hanya dapat ditahan oleh

    partikel padatnya. Kuat geser tanah bila dinyatakan sebagai fungsi dari tegangan efektif

    adalah sebagai berikut:

    f = c + f tan = c + (-u) tan (2.10)

    2.2.2.1. Direct Shear Test

    Direct shear umumnya digunakan untuk mengetahui nilai sudut geser () pada

    tanah pasir. Alat uji terdiri dari kotak logam berisi sampel tanah yang akan diuji.

    Sampel tersebut berbentuk penampang bujur sangkar yang diberi tekanan sampai

    1034,2 kN/m2. Gaya geser diberikan dengan mendorong kotak sampai terjadi

    keruntuhan.

    Tegangan normal dan tegangan geser yang dihasilkan di plot dalam bentuk grafik

    linear sehingga diperoleh sudut antara grafik tersebut dengan arah horizontal. Sudut

    inilah yang dinyatakan sebagai parameter sudut geser tanah pasir ().

    Gambar 2.12. Bentuk umum Oedometer. (a) fixed ring container. (b) floating ring container.

    (Soil Mechanics, Lambe & Whitman, International Edition, 1969 )

    2.2.2.2. Triaxial Test

  • Tes triaxial digunakan untuk mengetahui karakteristik kuat geser tanah pada tanah

    lempung jenuh. Pada tes triaxial terdapat tiga jenis tes untuk memodelkan kondisi di

    lapangan, yaitu:

    1. Consolidated Drained Test (CD)

    2. Consolidated Undrained Test (CU)

    3. Unconsolidated Undrained Test (UU)

    Consolidated Drained Test

    CD tes disebut juga S-tes (slow) karena penambahan tegangan aksial harus lambat

    agar air pori dapat benar-benar teralirkan. Sampel jenuh air diberi confining pressure

    3 yang melebihi tegangan overburden c. Tegangan aksial diberikan kepada sampel

    tanah secara perlahan. Pada CD tes, void ratio pada tanah akan berkurang akibat

    pengaliran selama tes berlangsung, tegangan air pori tidak dihitung karena nilainya

    mendekati nol. Tegangan total pada drained tes selalu sama dengan tegangan efektif,

    maka:

    3c = 3c = 3f = 3f dan 1f = 3c + f

    s = tan atau qf = p tan

  • Gambar 2.13. Consolidated Drained Test (CD test).

    (Soil Mechanics, Lambe & Whitman, International Edition, 1969 )

    Untuk tanah normally consolidated, garis keruntuhan ditarik dari titik origin, oleh

    karena itu c = 0.

  • Gambar 2.14. Keruntuhan Mohr-Colomb tanah terkonsolidasi normal kondisi drained (CD).

    (An Introduction to Geotechnical Engineering, Holtz and Kovacs, 1981)

    Consolidated Undrained Test

    Peningkatan tegangan air pori selama tes diukur. Tegangan air pori yang terukur

    bisa positif ataupun negatif. Tegangan air pori positif terjadi pada tanah NC, sedangkan

    negatif terjadi pada tanah OC. Tegangan total maupun tegangan efektif dapat diukur

    pada CU tes. Untuk tanah NC, = - u dan 1 - 3 = 1 - 3. Oleh karena itu,

    lingkaran mohr yang menggambarkan tegangan total maupun tegangan efektif

    memiliki diameter yang sama.

  • Gambar 2.15. Consolidated Undrained Test (CU test).

    (Soil Mechanics, Lambe & Whitman, International Edition, 1969 )

    Gambar 2.16. Lingkaran Mohr untuk tegangan total dan tegangan efektif tanah

    terkonsolidasi normal kondisi undrained (CU).

    (An Introduction to Geotechnical Engineering, Holtz and Kovacs, 1981)

  • Pada tanah overconsolidated, tanah cenderung mengembang selama diberi

    tegangan dan terjadi penurunan tegangan air pori (-uf). Karena 3f = 3f (-u) dan

    1f = 1f (-u), tegangan efektif akan lebih besar daripada tegangan total lingkaran

    mohrnya berada di sebelah kanan lingkaran mohr tegangan total seperti yang

    ditunjukkan oleh Gambar 2.17.

    Gambar 2.17. Lingkaran Mohr untuk tegangan total dan tegangan efektif tanah

    overconsolidated kondisi undrained (CU).

    (An Introduction to Geotechnical Engineering, Holtz and Kovacs, 1981)

  • Unconsolidated Undrained Test

    Gambar 2.18. Unconsolidated Undrained Test (UU test).

    (Soil Mechanics, Lambe & Whitman, International Edition, 1969 )

    Pada tes triaxial UU tidak terjadi pengaliran maka tidak ada pengukuran tegangan

    air pori dan yang terukur hanya tegangan total. Cassagrande menamakan tes ini dengan

    sebutan Q-tes (quick) karena keruntuhan yang terjadi lebih cepat dibandingkan S-tes.

    Lingkaran Mohr saat runtuh yang menggambarkan tegangan total diperlihatkan pada

    Gambar 2.19. Garis keruntuhan menunjukkan undrained shear strengthf = c.

  • Gambar 2.19. Lingkaran Mohr untuk tanah NC pada tes triaxial UU.

    (An Introduction to Geotechnical Engineering, Holtz and Kovacs, 1981)

    2.2.2.3. Unconfined Compression Test

    Tes ini tidak berbeda dengan tes triaxial UU, hanya saja pada tes unconfined tidak

    diberi tegangan sel / tegangan penyekap, 3 = 0 dan 1 = . Gambar 2.20

    memperlihatkan kondisi tegangan pada saat uji unconfinedf = c dan 1 = qu f.

    Gambar 2.20. Lingkaran Mohr pada tes Unconfined.

    (Principles of Geotechnical Engineering, Braja M. Das, 5th Edition, 2002)

  • 2.3. Tekanan Tanah Lateral

    Konstruksi dinding penahan tanah yang digunakan dalam perencanaan basement

    digunakan untuk menahan tanah dengan lereng vertikal. Untuk merencanakan desain

    dinding penahan tanah supaya dapat mengakomodir beban yang bekerja, maka perlu

    diketahui gaya horizontal yang bekerja antara konstruksi dinding penahan tanah dengan

    massa tanah yang ditahannya. Gaya horizontal tersebut disebabkan oleh tekanan tanah

    arah lateral.

    Berdasarkan pergerakan relatif dinding penahan tanah terhadap massa tanah yang

    ditahan, maka tekanan tanah lateral dibagi 3, yaitu:

    1. Tekanan tanah dalam keadaan diam (at rest), terjadi jika dinding tidak bergerak.

    Massa tanah berada dalam kondisi elastic equilibrium.

    2. Tekanan tanah aktif, terjadi jika dinding bergerak menjauh dari tanah yang ditahan.

    Massa tanah telah berada dalam kondisi plastic equilibrium.

    3. Tekanan tanah pasif, terjadi jika dinding bergerak menuju tanah yang ditahan. Pada

    kondisi ini, massa tanah juga telah berada dalam kondisi plastic equilibrium.

  • 2.3.1. Tekanan Tanah Dalam Keadaan Diam (At Rest)

    Gambar 2.21. Tekanan Tanah At Rest.

    (Principles of Geotechnical Engineering, Braja M. Das, 5th Edition, 2002)

    Gambar 2.21. menunjukkan suatu massa tanah yang ditahan oleh dinding

    penahan tanah AB setinggi H. Dinding penahan tanah AB dalam keadaan diam, massa

    tanah dalam keadaan keseimbangan elastic (elastic equilibrium). Rasio tekanan tanah

    horizontal berbanding vertikal disebut koefisien tekanan tanah dalam keadaan diam

    (coefficient of earth pressure at rest) atau Ko. Secara matematis ditulis:

    Ko = (2.11)

    Karena = z ; dengan z adalah kedalaman suatu massa tanah, maka:

    h = Ko (z) (2.12)

    Untuk tanah granular (berbutir), koefisien tanah dalam keadaan diam dapat diwakili

    oleh hubungan empiris yang diperkenalkan oleh Jaky (1944).

    Ko = 1 - sin (2.13)

    Untuk tanah yang Normally Consolidated (NC), nilai Ko menurut Brooker dan Ireland

    (1965) adalah:

  • Ko = 0,95 - sin (2.14)

    Dengan adalah sudut geser tanah dalam kondisi teralirkan (drained).

    Untuk tanah lempung yang Over Consolidated (OC), nilai Ko adalah:

    Kooc = KoNC (2.15)

    Dengan

    OCR = Over Consolidation Ratio; OCR = (2.16)

    Dengan c adalah tekanan prakonsolidasi dan 0 adalah tekanan efektif overburden.

    2.3.2. Tekanan Tanah Aktif

    Gambar 2.22. Tekanan Tanah Aktif.

    (Principles of Geotechnical Engineering, Braja M. Das, 5th Edition, 2002)

    Gambar 2.22. menunjukkan dinding penahan tanah AB bergerak menjauhi tanah.

    Hal tersebut menyebabkan tegangan utama arah horizontal berkurang secara terus

    menerus. Ketika dinding penahan tanah bergerak menjauhi tanah sejauh La, maka

    akan terjadi keseimbangan plastis (plastic equilibrium) dan akan runtuh menurut garis

    BC, kondisi ini dinamakan kondisi tekanan tanah aktif (Rankine, 1857) dan tegangan-

  • tegangan yang bekerja dapat diwakili oleh lingkaran Mohr (Gambar 2.23).

    Gambar 2.23. Lingkaran Mohr untuk Tekanan Tanah Aktif.

    (Principles of Geotechnical Engineering, Braja M. Das, 5th Edition, 2002)

    Berdasarkan Gambar 2.23 diketahui bahwa fungsi tekanan tanah lateral dalam

    keadaan aktif (a) dipengaruhi oleh nilai ,z,c,. Secara matematis dapat ditulis:

    a = z tan2 - 2ctan (2.17)

    Koefisien tekanan tanah aktif (Ka) sebagai rasio perbandingan tekanan arah horizontal

    dengan vertikal adalah:

    Ka = = tan2 (2.18)

  • 2.3.3. Tekanan Tanah Pasif

    Gambar 2.24. Tekanan Tanah Pasif.

    (Principles of Geotechnical Engineering, Braja M. Das, 5th Edition, 2002)

    Gambar 2.24. menunjukkan dinding penahan tanah AB bergerak mendekati

    tanah. Hal tersebut menyebabkan tegangan utama arah horizontal bertambah secara

    terus menerus. Ketika dinding penahan tanah bergerak menjauhi tanah sejauh Lp,

    maka akan terjadi keseimbangan plastis (plastic equilibrium) dan akan runtuh menurut

    garis BC, kondisi ini dinamakan kondisi tekanan tanah pasif (Rankine,1857) dan

    tegangan-tegangan yang bekerja dapat diwakili oleh lingkaran Mohr.

    Berdasarkan lingkaran Mohr diketahui bahwa fungsi tekanan tanah lateral dalam

    keadaan pasif (p) dipengaruhi oleh nilai ,z,c,. Secara matematis dapat ditulis:

    p = z tan2 + 2ctan (2.19)

    Koefisien tekanan tanah aktif (Kp) sebagai rasio perbandingan tekanan arah horizontal

    dengan vertikal adalah:

    Kp = = tan2 (2.20)

  • Gambar 2.25. Variasi pergerakan Tekanan Tanah Lateral dengan pergerakan Dinding

    (Principles of Foundation Engineering, Braja M. Das, Fourth Edition)

    Gambar 2.25 menunjukkan hubungan antara pergerakan dinding penahan tanah

    dengan koefisien tekanan tanah leteral. Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa

    dinding penahan tanah dalam kondisi tekanan tanah pasif mampu bergerak lebih jauh

    sebelum mencapai keruntuhan, sedangkan dalam kondisi aktif jika dikenai gaya

    horizontal yang sama maka akan terlebih dahulu mengalami keruntuhan karena

    pergerakan dinding penahan tanah tidak sejauh dibandingkan jarak yang bisa dicapai

    oleh kondisi pasif sebelum keruntuhan. Tabel 2.7 dan 2.8 menunjukkan jarak

    pergerakan dinding penahan tanah sebagai fungsi dari ketinggian yang diperlukan

    untuk mencapai kondisi keruntuhan minimal aktif maupun pasif.

  • Tabel 2.7. Hubungan ketinggian dengan pergeseran horizontal pada kondisi aktif

    (Foundation Design: Principles and Practices, Donald P. Coduto, 2nd Edition, 2001)

    Soil TypeHorizontal Movement

    Required to Reach the Active Condition

    Dense

    Sand

    Loose Sand

    Stiff Clay

    Soft Clay

    0.001 H

    0.004 H

    0.010 H

    0.020 H

    H = Wall Height

    Tabel 2.8. Hubungan ketinggian dengan pergeseran horizontal pada kondisi pasif

    (Foundation Design: Principles and Practices, Donald P. Coduto, 2nd Edition, 2001)

    Soil TypeHorizontal Movement Required to Reach the

    Passive Condition

    Dense

    Sand

    Loose Sand

    Stiff Clay

    Soft Clay

    0.020 H

    0.060 H

    0.020 H

    0.040 H

    H = Wall Height

    2.4. Dinding Penahan Tanah

    Dinding penahan tanah merupakan struktur penahan tanah yang digunakan untuk

    menahan lereng atau galian tegak. Fungsi utama dinding penahan tanah adalah menjaga

    stabilitas tanah maupun struktur agar tidak mengalami keruntuhan akibat gaya yang

  • terjadi. Dinding penahan tanah selain digunakan untuk menahan lereng, juga digunakan

    untuk menahan kestabilan tanah pada galian, basement, waterfront construction,

    konstruksi sementara serta penggunaan lainnya.

    2.4.1. Jenis Dinding Penahan Tanah

    Jenis dinding penahan tanah yang umum digunakan (G.N. Smith and Ian G.N

    Smith, 1998) adalah:

    1. Gravity Wall

    a. Mass Construction Gravity Wall

    Dinding penahan tanah ini mengandalkan beratnya sendiri untuk menjaga

    stabilitas tekanan tanah lateral.

    b. Reinforced Concrete Wall

    Cantilever Wall

    Dinding penahan tanah ini memiliki bagian batang vertikal yang monolit

    dengan base slab yang mampu menopang sampai dengan ketinggian 7 m.

    Desain yang langsing dari dinding penahan tanah ini tidak mengurangi

    kekuatannya karena terdapat perkuatan baja pada bagian batang dan base

    slab.

    Relieving Platform

    Dinding penahan tanah ini hamper sama dengan cantilever wall, namun

    terdapat slab tambahan (platform) yang berada pada bagian belakang yang

    berhubungan langsung dengan tanah dan terhubung langsung dengan dinding

    batang. Fungsi platform adalah mengurangi bending moment sehingga

    dimensi dinding penahan tanah tereduksi dan menguntungkan secara

    ekonomis.

    Counterfort Wall

  • Dinding penahan tanah ini digunakan untuk ketinggian lebih dari 6 m.

    Dinding batang merupakan bentang slab yang menerus diantara counterfort

    yang terpasang, biasanya antar counterfort memiliki spasi 0,67 H tetapi tidak

    kurang dari 2,5 m. Counterfort digunakan sebagai penopang dinding penahan

    tanah.

    c. Crib Wall

    Dinding penahan tanah ini terdiri dari rangkaian kayu prafabrikasi, beton

    pracetak, atau susunan baja yang digunakan untuk menahan material granular.

    Crib wall yang pemasangannya dilakukan secara miring ini, sangat baik untuk

    menahan erosi dan differensial settlement yang relatif besar.

    d. Gabbion Wall

    Dinding penahan tanah ini dibentuk dari keranjang persegi yang terbuat dari

    baja dan diisi dengan batu-batu yang dijadikan satu kesatuan.

    2. Embedded Wall

    Embedded wall mengandalkan tahanan pasif tanah untuk mencapai kestabilannya.

    Penggunaan anchor membantu sebagai additional support dinding penahan tanah.

    a. Sheet Pile Walls

    Dinding penahan tanah ini terdiri dari bagian-bagian yang dikaitkan dan saling

    mengunci. Material yang digunakan dapat berupa baja, beton pracetak maupun

    kayu. Terdapat 2 jenis sheet pile, yaitu cantilever wall dan anchored wall.

    Cantilever Wall

    Jenis sheet pile ini mengandalkan tekanan aktif maupun pasif tanah pada

    bagian bawahnya untuk mencegah keruntuhan.

    Anchored Wall

    Jenis sheet pile ini terjepit pada bagian bawahnya namun didukung dengan

    menggunakan anchor sebagai additional support yang mengandalkan gaya

  • tarik dengan partikel tanah untuk mencegah keruntuhan.

    b. Diaphragm Walls

    Dinding penahan tanah ini dibuat dengan menggali parit menerus yang

    selanjutnya diisi dengan tulangan baja dan di cor secara menerus dengan

    menggunakan bentonite slurry.

    c. Contiguous and Secant Bored Pile Walls

    - Contiguous Bored Pile Walls

    Dinding penahan tanah ini terdiri dari tiang-tiang pancang yang dipasang

    berdampingan satu sama lain. Terdapat celah antara tiang pancang tersebut

    yang memperbolehkan rembesan air pada kondisi tanah granular.

    Secant Bored Pile Walls

    Dinding penahan tanah ini secara umum mirip contiguous bored pile, namun

    diantara tiang-tiang pancang yang berdampingan tersebut dilakukan

    pengeboran yang mengiris bagian samping tiang pancang utama dan

    selanjutnya diapasang casing untuk pengecoran secant pile. Adanya

    pemasangan secant pile membuat celah antara tiang-tiang pancang tertutupi

    dan rembesan tidak bisa masuk karena terhalang dinding menerus tiang

    pancang tersebut.

    2.4.2. Dinding Penahan Tanah yang Digunakan

    Dinding penahan tanah yang digunakan sebagai perkuatan galian basement dalam

    studi kasus ini adalah diaphragm walls. Jenis dinding penahan tanah ini umumnya

    digunakan untuk deep excavation. Analisis tegangan untuk tiap kedalaman sangat

    penting dilakukan dalam perencanaan dinding penahan tanah. Keberadaan air tanah

  • mempengaruhi besarnya tegangan tersebut, hal ini menyebabkan perubahan tegangan

    semula.

    Gambar 2.26. Diagram Tegangan pada Dinding Penahan Tanah dalam keadaan At Rest

    (Principles of Foundation Engineering, Braja M. Das, Fourth Edition)

    2.4.2.1. Pelaksanaan Pekerjaan Dinding Diaphragm

    Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan lubang panel yang digali dapat

    dibagi dalam dua kategori, yaitu: gaya-gaya yang menyebabkan keruntuhan dinding

    galian (tekanan air tanah, beban-beban yang bekerja, tekanan tanah) dan gaya-gaya

    yang menstabilkan dinding galian (kuat geser tanah, faktor stabilisasi dari lumpur

    penstabil galian dan kontribusi dinding pengarah).

    2.4.2.1.1. Dinding Pengarah

    Langkah pertama yang selalu dilakukan dalam pelaksanaan dinding diaphragm

    adalah pembuatan dinding pengarah (guide wall). Dinding pengarah ini merupakan dua

    balok beton bertulang yang sejajar yang dipasang searah dengan posisi dinding

    diaphragm yang akan dibuat (Gambar 2.27).

  • Gambar 2.27. Konstruksi Dinding Pengarah (guide wall)

    (Land Transport Authority)

    Kedua dinding pengarah ini yang memiliki tinggi 60 cm dipasang dengan jarak

    sedikit lebih besar dari lebar dinding diaphragm yang akan dibuat. Permukaan atas

    dinding pengarah ini biasanya berada pada atau sedikit diatas permukaan tanah asli.

    Fungsi dinding pengarah ini, antara lain:

    - Melindungi sisi atas panel dari kerusakan akibat terhantam alat penggali panel.

    - Mencegah (mengurangi) pergerakan horizontal lapisan tanah permukaan pada saat

    penggalian panel dilakukan.

    - Penstabil lapisan permukaan dari keruntuhan.

    - Mengarahkan alat penggali panel.

    - Tolak ukur ambang horizontal dari dinding diaphragm yang dibuat.

    - Sebagai saluran penghantar cairan penstabil ke dalam dan ke luar lubang panel.

    - Sebagai tumpuan untuk menggantung pembesian dinding diaphragm beton

    bertulang.

    - Bilamana perlu dibuat lebih tinggi dari permukaan tanah agar cairan penstabil dapat

    diisi lebih tinggi dari permukaan tanah asli. Dengan demikian tekanan pada dinding

    panel dapat lebih besar dan dinding panel dapat lebih stabil.

    -

  • 2.4.2.1.2. Penggalian Panel

    Pembuatan dinding diaphragm dilakukan secara panel per panel (Gambar 2.28).

    Penggalian panel dilakukan berselang-seling, artinya dilakukan penggalian panel-panel

    utama (primary panel), setelah panel utama dicor, barulah panel sekunder (secondary

    panel) yang terletak diantara dua panel utama digali dan dicor.

    Gambar 2.28. Penggalian Panel

    (Land Transport Authority)

    2.4.2.1.3. Cairan Penstabil Penggalian Panel

    Selama proses penggalian dilakukan, kestabilan panel yang digali dijaga dengan

    memasukkan cairan (lumpur) penstabil secara bersamaan ke dalam lubang yang

    terbentuk. Cairan penstabil ini berfungsi untuk menjaga agar dinding panel yang sudah

    digali tidak mengalami kelongsoran. Agar dapat berfungsi dengan baik cairan penstabil

    harus cukup kental dan berat jenis cukup untuk:

    - Menimbulkan tekanan hidrostatik yang cukup terhadap dinding galian untuk

    menahan kelongsoran tanah.

    - Tetap berada didalam galian panel dan tidak mengalir kedalam tanah.

    - Mencegah gumpalan tanah atau partikel pasir atau kerikil mengendap ke dasar

    galian, artinya gumpalan tanah dan partikel pasir atau partikel kerikil tetap berada

  • dalam keadaan melayang didalam cairan penstabil.

    Lumpur bentonit ini berbentuk lapisan kedap air pada permukaan tanah yang

    kontak dengannya. Lapisan kedap ini akan mencegah meresapnya cairan penstabil dari

    dalam panel ke dalam tanah dan sebaliknya juga akan mencegah mengalirnya air tanah

    kedalam panel. Lapisan kedap air tersebut hanya akan terbentuk bila tekanan

    hidrostatis air tanah yang bekerja dan yang akan masuk kedalam lubang panel.

    Karenanya ambang lumpur bentonit didalam panel harus selalu lebih tinggi dari muka

    air tanah, terkadang bila perlu dinding pengarah harus dibuat lebih tinggi dari

    permukaan tanah asli untuk menampung lumpur bentonit agar tekanan hidrostatisnya

    bisa cukup melampaui tekanan hidrostatis air tanah.

    Pada saat pencampuran, atau sesudah diproses ulang dan sebelum digunakan,

    lumpur bentonit harus mempunyai tolak ukur sebagai berikut:

    - Tidak boleh terjadi pemisahan antara lumpur bentonit dengan air. Pengujian untuk

    ini dilakukan dengan jalan pengambilan contoh lumpur bentonit dengan gelas ukur

    dan membiarkannya selama 10 jam. Bila tidak terlihat pemisahan air dengan lumpur

    bentonit maka lumpur bentonit tersebut dapat digunakan sebagai cairan penstabil.

    - Tidak boleh ada perbedaan berat jenis antara lumpur bentonit disebelah atas dengan

    yang disebelah gelas ukur.

    - Pengukuran ketebalan lapisan film harus kurang dari 1,5 mm. Pengukurannya

    dilakukan dengan menggunakan pengukur ketebalan lapisan film.

    Selama proses penggalian hingga pengecoran selesai, lumpur bentonit harus

    memenuhi tolak ukur sebagai berikut:

    - Tergantung kepada jenis bentonit yang digunakan, umumnya berat jenis lumpur

    bentonit bervariasi antara 1,03 1,20 t/m3, angka praktis yang harus dipertahankan

    umumnya sekitar 1,15 t/m3 dan tidak boleh lebih dari 1,30 t/m3.

    - Viskositas lumpur bentonit yang diukur dengan menggunakan marscone bervolume

  • 500 cc tidak boleh lebih dari 20 detik (20 cP). Kekentalan ini kira-kira setara dengan

    konsentrasi bentonit sebanyak 15%.

    - Derajat keasaman (pH) lumpur bentonit tidak lebih dari 12.

    2.4.2.1.4. Pembesian

    Pembesian untuk dinding diaphragm harus dirakit cukup kaku sehingga tidak

    mengalami deformasi sewaktu diangkat dan dimasukkan kedalam panel. Tulangan-

    tulangan utama terikat baik, tulangan-tulangan pengaku harus cukup. Tulangan juga

    harus dirakit sedemikian rupa sehingga memungkinkan memasukkan pipa trimie

    diantara pembesian untuk melakukan pengecoran.

    Untuk menjaga pembesian secara sentries didalam panel, diperlukan penjaga jarak

    atau spacer berupa roda-roda (bisa terbuat dari beton atau plastik) yang dipasang pada

    tulangan horizontal di kedua sisi rangkaian pembesian.

    Pembesian harus diangkat tegak lurus terhadap panel pada saat dimasukkan

    kedalam lubang. Sambungan antar segmen rangkaian pembesian dapat dilakukan

    dengan menggunakan sistem sambungan mekanis (mechanical joint) atau dengan dilas.

    Pada umumnya tulangan dinding diaphragm dibuat tidak berhubungan antara satu

    panel dengan panel lainnya. Sistem ini dikenal dengan sistem tulangan tidak menerus

    (non continuous reinforcement). Namun saat ini juga terdapat tulangan menerus

    (continuous reinforcement). Pada sistem ini pembesian panel utama dipersiapkan stek-

    stek. Dengan cara ini akan ada overlapping antara pembesian panel utama dengan

    pembesian panel sekunder.

    Kesulitan terbesar adalah menjaga agar pada saat pengecoran panel utama, beton

    tidak bocor ke daerah dimana stek-stek untuk overlapping tulangan berada. Diperlukan

    plat baja untuk mencegah agar tulangan overlap yang dipersiapkan tidak tercor.

    Disamping itu seluruh rangkaian pembesian juga perlu ditutup dengan sejenis

  • plastik/geotekstil yang dapat menjaga agar beton tidak bocor ke daerah stek-stek

    tersebut. Bila kebocoran terjadi, maka pada saat pembesian panel sekunder

    dimasukkan, pembesian tersebut tidak dapat dimasukkan secara utuh. Maka digunakan

    pahat penghancur untuk memecahkan beton yang bocor tersebut, yang mengakibatkan

    rusaknya stek-stek yang telah dipersiapkan sebelumnya.

    2.4.2.1.5. Pengecoran

    Setelah pembesian dimasukkan kedalam galian panel, maka panel tersebut siap

    untuk dicor. Sebagaimana pengecoran pada pembuatan bored pile, pengecoran dinding

    ini juga dilakukan dengan menggunakan pipa trimie yang dipasang hingga ke dasar

    galian panel dan digantungkan serta digerakkan naik turun dengan menggunakan

    crane. Karena volume pengecoran satu panel dinding diaphragm bisa mencapai 100

    m3, maka umumnya pengecoran dilakukan dengan menggunakan dua atau lebih pipa

    trimie sekaligus (Gambar 2.29).

    Pengadaan beton yang kontinyu merupakan syarat yang tidak dapat ditawar.

    Kecepatan pengecoran yang diperlukan paling tidak 30-35 m3/jam agar pengecoran

    dapat selesai sebelum beton yang dituangkan pertama kali mulai mengeras.

    Beton yang dipakai harus memakai workability dan fluidity yang baik agar beton

    dapat mengalir dengan lancar didalam pipa trimie serta dengan mendorong beton yang

    dituang sebelumnya yang berada diatas ujung bawah pipa trimie. Sangat penting

    diperhatikan bahwa pipa trimie berada dibawah permukaan beton yang sudah dicor,

    bila tidak beton dapat bercampur dengan lumpur bentonit.

  • Gambar 2.29. Pengecoran Panel

    (Land Transport Authority)

    Pada umunya digunakan beton dengan kandungan semen minimum 400 kg/m3,

    slump antara 180 250 mm, ukuran agregat tidak lebih besar dari 40 mm. Bahan

    additive untuk meningkatkan workability dan memperlambat pengerasan beton serta

    bahan plasticizer untuk mengurangi kadar air dan meningkatkan kuat tekan beton.

    2.4.2.1.6. Sambungan Antar Panel

    Tanpa menggunakan penutup tepi, hasil pengecoran tepi-tepi panel utama tidak

    akan mulus. Bila panel sekunder kemudian digali dan dicor tanpa penanganan khusus,

    maka dapat dipastikan aka nada bagian-bagian yang tidak bersih dimana gumpalan

    tanah terperangkap dan menjadi sumber kebocoran dinding diaphragm yang

    dihasilkan. Bentuk sambungan antar panel yang paling sederhana adalah dengan

    menggunakan pipa tepi atau stop and tube. Dengan menempatkan pipa tepi pada tepi

    panel utama akan dihasilkan tepi panel yang halus.

  • 2.4.3. Angka Keamanan

    Angka keamanan adalah perbandingan gaya atau momen yang menahan dengan

    gaya atau momen total yang meruntuhkan. Besarnya angka keamanan dipengaruhi oleh

    beberapa faktor, antara lain:

    1. Konsekuensi keruntuhan yang akan terjadi

    2. Ketidakpastian pada saat mendesain seperti parameter kekuatan tanah, distribusi

    tekanan air pori, geometri lereng, dan lapisan tanah. Secara umum, kualitas

    investigasi lapanganlah yang sangat menentukan. Kualitas investigasi lapangan

    dapat dinilai dengan membandingkan hasil tes lapangan dengan hasil tes

    laboratorium. Jika hasilnya berbeda jauh, ini menandakan kualitas investigasinya

    jelek sehingga perlu diambil angka keamanan yang besar.

    3. Biaya untuk mendatarkan dan merendahkan lereng agar stabil

    4. Lamanya pengguanaan slope, sementara atau permanen.

    Sebuah struktur dalam kondisi kritis (tepat akan mengalami keruntuhan) jika

    besarnya gaya yang menahan sama dengan gaya total yang meruntuhkan, atau dengan

    kata lain, nilai angka keamanannya adalah 1.

    2.4.3.1. Angka Keamanan Akibat Heave

    Heave (penggembungan) terjadi ketika kekuatan tanah pada dasar galian relative

    lemah dibandingkan tegangan overburden yang dipengaruhi oleh tahanan sisi galian.

    Umumnya heave terjadi pada tanah yang memiliki sifat ekspansif seperti lempung.

  • Gambar 2.30. Heave pada dasar galian

    (Geotechnical Engineering Circular No.4: Ground Anchors and Anchored Systems,

    P.J.Sabatini, D.G. Pass, R.C. Bachus 1999)

    Faktor keamanan akibat heave yaitu:

    SF = (2.21)

    Keterangan:

    Nc = bearing capacity factor

    Su = undrained shear strength

    = berat jenis tanah

    H = kedalaman galian

    B = lebar galian

  • Gambar 2.31. Hubungan Kedalaman dan Lebar Galian Dengan Bearing Capacity Factor

    (Geotechnical Engineering Circular No.4: Ground Anchors and Anchored Systems,

    P.J.Sabatini, D.G. Pass, R.C. Bachus 1999)

    2.4.3.2. Angka Keamanan Akibat Piping

    Piping terjadi jika ada perbedaan tinggi muka air di dalam galian dan luar galian,

    sehingga akan terjadi aliran air ke dasar galian. Angka keamanan akibat adanya piping

    dapat dicek dengan persamaan berikut:

    SF = (2.22)

    Dengan,

    ic = = (2.23)

    ie = (2.24)

    Keterangan:

    ic = hydraulic gradient kritis

  • ie = hydraulic gradient yang terjadi

    L = panjang pengaliran

    h = perbedaan total head

    untuk tanah pasir ic 1

    Gambar 2.32. Piping Pada Tanah Pasir

    (Principles of Foundation Engineering, Braja M. Das, 4thEdition, 1998)

    2.4.4. Deformasi Lateral

    Deformasi lateral dinding penahan tanah berkaitan erat dengan besarnya deformasi

    izin yang diperbolehkan saat dikenai gaya lateral tepat saat dinding akan mengalami

    keruntuhan. Berdasarkan lokasi studi kasus, diketahui bahwa secara umum tanah yang

  • berada di sekitar lokasi rencana merupakan umumnya adalah pasir padat. Tabel 2.7

    menunjukkan deformasi lateral izin untuk pasir padat pada kondisi tekanan tanah aktif

    adalah 0.001 H.

    2.4.5. Bidang Keruntuhan

    Bidang keruntuhan dinding penahan tanah harus diketahui sebelum menetapkan

    spesifikasi anchor yang digunakan. Penempatan anchor harus berada di luar bidang

    keruntuhan, apabila penempatannya masih dalam pengaruh bidang keruntuhan, maka

    anchor tersebut tidak memberikan pengaruh apapun terhadap dinding penahan tanah

    (Gambar 2.33).

    Gambar 2.33. Bidang keruntuhan dinding penahan tanah

    (Geotechnical Engineering Circular No.4: Ground Anchors and Anchored Systems,

    P.J.Sabatini, D.G. Pass, R.C. Bachus 1999)

    Bidang keruntuhan seperti ilustrasi pada Gambar 2.33 dapat ditentukan dengan

    persamaan berikut:

    PREQ = H2 tan(-) (2.25)

    Keterangan:

    PREQ = gaya total

  • = berat jenis tanah

    H = kedalaman galian

    = d/H

    = sudut bidang runtuh

    Kp = koefisien tanah pasif kondisi Rankine

    = sudut geser tanah terhadap dinding

    = sudut geser tanah

    Nilai ditentukan secara iteratif sehingga menghasilkan nilai gaya total (PREQ)

    terbesar.

    2.5. Tieback Anchor

    Tieback anchor, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2.34, dapat digunakan

    untuk semua jenis dinding penahan tanah. Tujuan penggunaan tieback anchor

    diantaranya untuk mengurangi bending moment, menambah kekuatan lereng, dan

    meminimalkan deformasi yang terjadi. Prinsip kerja tieback anchor adalah mentransfer

    gaya tarik akibat pergerakan tanah dengan mengandalkan gaya gesek antara tieback

    anchor dengan tanah di sekitarnya.

  • Gambar 2.34. Potongan Melintang Tieback Anchor

    (Foundation Engineering Hand Book: Design and Construction with the 2006 International

    Building Code , 1st edition, Robert W. Day, 2006, reproduced with permission from

    AASHTO,1996)

    Tieback anchor terdiri dari beberapa bagian, yaitu:

    1. Borehole. Tieback anchor dipasang pada lubang bor dengan menggunakan peralatan

    khusus seperti auger boring, percussion drilling, atau rotary coring.

    2. Tendon. Biasanya tendon dibuat menggunakan kawat, untaian, atau batang baja

    prestress. Tendon terdiri dari:

    Bonded Length

    Bonded length adalah bagian dari tendon yang terikat dan melekat primary grout

    dan menyalurkan gaya tarik ke sekeliling tanah atau batuan.

    Unbonded Length

    Unbonded length adalah bagian dari tendon yang dapat memanjang dan

    menyalurkan gaya tarik ke bonded length.

    3. Anchorage. Bagian ini terdiri dari bearing plate dan anchor head. Tieback anchor

    seringkali dipasang dengan kemiringan tertentu, oleh sebab itu bearing plate dan

    anchor head harus dapat menahan gaya horizontal maupun vertikal yang terjadi.

  • 2.5.1. Jenis Tieback Anchor

    Tieback anchor dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah:

    1. Straight shaft gravity-grouted

    Jenis tieback anchor ini biasanya digunakan pada batuan dan tanah kohesif

    yang keras dan kaku. Pengeboran dilakukan dengan rotary drilling atau hollow

    stem auger. Kapasitas anchor tergantung dari tahanan geser antara grout dan

    tanah.

    2. Straight shaft pressure-grouted

    Jenis tieback anchor ini biasanya digunakan pada tanah granular yang kasar,

    retakan batuan yang lemah, dan tanah kohesif yang berbutir baik. Pengeboran

    dilakukan dengan menggunakan hollow stem auger. Grouting dilakukan dengan

    injeksi tekanan rendah lebih dari 0,35 MPa.

    3. Post grouted

    Jenis tieback anchor ini merupakan modifikasi dari sistem straight shaft

    gravity-grouted dengan cara injeksi bertekanan tinggi sehingga mengakibatkan

    bagian grout membesar. Kapasitas anchor tidak dapat dianalisis secara teoritis

    karena bentuk grouting yang tidak beraturan.

    4. Underreamed

    Jenis tieback anchor ini tidak terlalu sering digunakan untuk pemakaian praktis.

    Umumnya dilakukan pada tanah kohesif kaku sampai keras yang dibuat dengan

    memperbesar bagian grout pada beberapa lokasi. Kapasitas anchor tergantung

    dari gaya geser anchor dengan tanah di sekitarnya.

  • Gambar 2.35. Tipe utama grouted ground anchors

    (Geotechnical Engineering Circular No.4: Ground Anchors and Anchored Systems,

    P.J.Sabatini, D.G. Pass, R.C. Bachus 1999)

    2.5.2. Spesifikasi Teknis Tieback Anchor

    Tieback anchor dipasang di lokasi yang keadaan tanahnya stabil. Spesifikasi teknis

    mengacu pada ketentuan minimal yang dibutuhkan untuk pemasangan tieback anchor

    di lapangan. Kondisi nonteknis yang terjadi pada saat pemasangan dapat menjadi bahan

    pertimbangan yang berpengaruh pada ketentuan pemasangan tersebut.

  • 2.5.2.1. Spasi Tieback Anchor

    Jarak vertikal dari permukaan tanah sampai bagian tengah anchor bonded minimal

    berjarak 4,5 m (Gambar 2.36).

    Gambar 2.36. Jarak vertikal yang diperlukan pada sistem anchor

    (Geotechnical Engineering Circular No.4: Ground Anchors and Anchored Systems,

    P.J.Sabatini, D.G. Pass, R.C. Bachus 1999)

    Spasi horizontal pemasangan tieback anchor umumnya berkisar 1,2 m 3 m (Gambar

    2.37).

    Gambar 2.37. Jarak horizontal yang diperlukan pada sistem anchor

    (Geotechnical Engineering Circular No.4: Ground Anchors and Anchored Systems,

    P.J.Sabatini, D.G. Pass, R.C. Bachus 1999)

  • 2.5.2.2. Inklinasi Anchor

    Sudut kemiringan atau inklinasi anchor () ditentukan sebesar 15o 30o dari

    bidang horizontal (Little John & Bruce, 1977).

    2.5.2.3. Beban Desain

    Penentuan beban desain ditentukan dari korelasi nilai N-SPT seperti dalam Tabel

    2.9. Beban desain digunakan untuk menentukan panjang bonded anchor.

    Tabel 2.9. Korelasi N-SPT dengan penentuan beban desain

    (Geotechnical Engineering Circular No.4: Ground Anchors and Anchored Systems,

    P.J.Sabatini, D.G. Pass, R.C. Bachus 1999)

    Soil TypeRelative Density / Consistency

    (SPT range)

    Estimated Ultimate

    Transfer Load

    (kN/m)

    Sand and Gravel

    Loose (4-10)

    Medium Dense (11-30)

    Dense (31-50)

    145

    220

    290

    Sand

    Loose (4-10)

    Medium Dense (11-30)

    Dense (31-50)

    100

    145

    190

    Sand and Silt

    Loose (4-10)

    Medium Dense (11-30)

    Dense (31-50)

    70

    100

    130

    Silt-clay mixture with low

    plasticity or fine micaceous

    sand or silt mixtures

    Stiff (10-20)

    Hard (21-40)

    30

    60

  • 2.5.2.4. Gaya Prategang

    Gaya prategang ditentukan dari Tabel 2.10.

    Tabel 2.10. Pendekatan untuk menentukan gaya prategang pada Anchor

    (Ground Anchors and Anchored Structure, P.Xanthakos, 1991)

    Reference Method

    Kapp Percentage of allowable tie-rod load (20%-60%)

    Mansur dan Alizadeh At-rest pressure

    Rizzo, et.al. Active to at rest

    Shannon and Strazer 50% anchor yield load

    Clough, et.al. Terzaghi-Peck rules (0,4H)

    Liu and Dugan 15 x height wall (in psf)

    Hanna and Matallana Pressure halfway between active and at rest

    Oosterbaan and Gifford Active pressure

    Larsen, et.al. Pressure between active and at rest

    2.5.2.5. Panjang Bonded

    Panjang anchor bonded ditentukan dengan menggunakan persamaan:

    Lb = (2.26)

    Keterangan:

    Lb = panjang bonded (m)

    T = beban desain (kN/m)

    F = angka keamanan (biasanya digunakan 3-5)

    d = diameter borehole (m)

    f = ultimate bond stress (kN/m2) (Tabel 2.11)

  • Tabel 2.11. Ultimate bond stress for tieback anchor

    (Foundation Engineering Hand Book: Design and Construction with the 2006

    International Building Code, 1st edition, Robert W. Day, 2006)

    Soil or Rock TypeUltimate Bond Stress

    (Mpa)

    Cohessive soil

    Soft silty claySilty clayStiff clay, medium to high plasticityVery stiff clay, medium to high plasticityStiff clay, medium plasticityVery stiff clay, medium plasticityVery stiff sandy silt, medium plasticity

    0,03 0,070,03 0,070,03 0,100,07 0,170,10 0,250,14 0,350,28 0,38

    Cohessionless soil

    Fine to medium sand, medium dense to denseMedium coarse sand with gravel, medium denseMedium coarse sand with gravel, dense to very denseSilty sandsDense glacial tillSandy gravel, medium dense to denseSandy gravel, dense to very dense

    0,08 0,380,11 0,660,25 0,970,17 0,410,30 0,520,21 1,380,28 1,38

    Rock

    LimestoneShales and hard shalesSoft shalesSandstone

    0,70 1,700,70 1,400,25 0,700,70 1,70

    2.5.2.6. Panjang Unbonded

    Panjang unbonded minimum umumnya adalah 4,5 m (Sabatini & Bachus, 1999).

    Kegunaan penentuan panjang unbounded antara lain:

    1. Menempatkan anchor bonded di belakang bidang keruntuhan.

    2. Menempatkan zona anchor bonded di tanah yang stabil.

    3. Memastikan kestabilan sistem anchor.

    4. Mengakomodasi pergerakan jangka panjang.

  • 2.5.2.7. Panjang Total Tieback Anchor

    Panjang total tieback anchor adalah penjumlahan panjang unbonded dan panjang

    bonded. Umumnya panjang total anchor yang biasa digunakan berkisar 12,5 m 21 m

    (Little John & Bruce, 1977).