KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI...

158
KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA MENURUT AJARAN RASULULLAH SAW SKRIPSI SARJANA S.I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Oleh MEGAWATI SAFITRI NIM : 12210159 Program Studi Pendidikan Agama Islam FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH PALEMBANG 2017

Transcript of KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI...

Page 1: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI

LINGKUNGAN KELUARGA MENURUT AJARAN RASULULLAH SAW

SKRIPSI SARJANA S.I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

Oleh

MEGAWATI SAFITRI

NIM : 12210159

Program Studi Pendidikan Agama Islam

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH

PALEMBANG

2017

Page 2: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA
Page 3: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA
Page 4: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

iv

Halaman Motto

“Jangan Pernah Menyerah Karena Ada Tempat dan Saat

Dimana Ombak Paling Tinggi Sekalipun Akan Berbalik Arah.“

Skripsiku ini Kupersembahakan Untuk :

Ayahandaku (Angkut Anang) dan Ibundaku (Almh.

Nurjannah serta ibundaku Roidiah) yang telah memberikan

dukungan moril dan materil yang tak terhingga

Saudara-saudaraku yang kusayang, Kakanda Ibrahim,

Ayunda Dian Kartini, Kakanda Safrizal, Ayunda Dian

Kartina, Ayunda Dewi Susanti Serta Kakanda Pipit Ariyanto.

Keponakan ku yang telah membuat ku semangat, Arya Ekka

Putra, Rahmat Firdaus, Dhidio Cassano Mantop, Annisa

Kurnia Putri, M.Dimas Putra Argametha, Rizky Aditya,

M.Yasril Mansani, Ratu Bilqis Khairah, Khanaiya Tri

Katrima, Sela Moulina, dan Riswan Sobari. Raihlah

kehidupan dan prestasi yang lebih bai dari Bi Cik.

Sahabat-sahabatku senasib dan seperjuangan (RA. Monalisa,

Selvi Salamah, Eliza, Eka Puspita Sari, Mastina,Miftahul

Jannah,Tri Nopika) serta Adek-adekku (Fitria Wanda Sari,

Bela Yuana, Haryati).

Almamaterku UIN Raden Fatah Palembang

Agama dan Bangsaku

Page 5: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

vii

KATA PENGANTAR

بسم اهلل الرحمن الرحيم

Alhamdulillahirobbil ‘Alamiin, segala puji bagi Allah yang selalu

memberikan Rahmat dan Ridho-Nya kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan,

terlimpahkan kepada idola kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita

dari zaman kegelapan dan kebodohan ke zaman yang terang benderang seperti

sekarang ini.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden

Fatah Palembang.

Begitu juga kepada semua pihak yang telah memberi bantuan dan bimbingan

dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaiakn skripsi ini. Saya selaku

penulis mengucapkan terima kasih atas segala bantuan. Ucapan terima kasih ini

saya sampaikan kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Drs. H. M. Sirozi, MA. Ph.D., selaku Rektor UIN Raden Fatah

Palembang yang telah memberi ilmu melalui program yang diadakannya.

2. Bapak Prof. Dr. H. Kasinyo Harto, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang yang telah memberi

fasilitas yang memadai dalam proses pembelajaran.

Page 6: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

vii

3. Bapak H. Alimron, M.Ag. dan Bunda Mardeli, MA., selaku Ketua Program

Studi dan Sekretaris Program Studi PAI yang telah memberi arahan kepada

penulis selama kuliah di UIN Raden Fatah Palembang.

4. Ibu Nurlaila M.Pd.I., selaku Bina Skripsi yang telah memberi arahan kepada

penulis mengenai prosedur pembuatan skripsi.

5. Bapak Dr. H. Fajri Ismail,M.Pd.I., selaku dosen pembimbing I serta Bapak

Muhammad Fauzi,M.Ag., selaku dosen pembimbing II, yang senantiasa

membimbing dengan tulus ikhlas, menasehati, memberi pengarahan serta ilmu

baru selama proses bimbingan.

6. Bapak Dr. H. Akmal Hawi, M.Ag., selaku dosen penguji I serta Bunda

Mardeli,MA., selaku dosen penguji II yang telah memberikan pengarahan

serta penilaian secara objektif selama proses ujian dimulai hingga selesai.

7. Bapak / Ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah

Palembang yang telah memberikan ilmu selama saya kuliah di UIN Raden

Fatah Palembang.

8. Pemimpin perpustakaan Pusat dan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang

telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan

9. Kedua Orang Tua saya, Ayahanda Angkut Anang dan Ibunda

Almh.Nurjannah serta Ibunda Roidiah yang selalu memberikan support dan

dukungan untuk terus bangkit dan melangkah maju untuk mendapatkan

kehidupan dunia dan akhirat yang lebih baik. Dan saudara-saudara ku

Kakanda Ibrahim, Ayunda Dian Kartini, Kakanda Safrizal, Ayunda Dian

Page 7: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

vii

Kartina, Ayunda Dewi Susanti serta Kakanda Pipit Ariyanto. Terima kasih

atas bantuan moril maupun materil.

10. Keluarga besarku serta orang tua angkat Ayahanda Wanto,S.Ag. dan Ibu

Aldawati yang senantiasa memberikan dukungan dan motivasi untukku.

11. All of students PAI 7 ( Akidah Akhlak 2) and my best Friends ( RA.Monalisa,

Eliza, Mastina, Eka Puspita Sari) serta adek-adekku (Bela Yuana, Fitria

Wanda Sari, Haryati).

12. Sahabat-sahabat PPLK II di MA Muhammadiyah 1 Palembang serta Sahabat

KKN Tematik Posdaya Kelompok 4 di Desa Lubuk Saung Kecamatan Jarai

Kabupaten Lahat yang tidak pernah saya lupakan.

Penulis sangat menyadari jika manusia tidak luput dari salah dan khilaf

karena pada prinsipnya tidak ada manusia yang sempurna. Maka dari itu dalam

penyusunan skripsi ini pasti masih terdapat banyak sekali kesalahan dan

kekurangan, sehingga kritik dan saran sangat diharapkan guna membangun

semangat dan kinerja agar lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Besar harapan saya semoga skripsi yang saya susun ini dapat berguna

khususnya bagi saya selaku penulis dan umumnya bagi masyarakatnya juga bagi

kampus tercinta, UIN Raden Fatah Palembang.

Palembang, 28 April 2017

Penulis

Megawati Safitri

NIM. 12210159

Page 8: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING . .................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN . ........................................................................... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv

KATA PENGANTAR . ....................................................................................... v

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

ABSTRAK ........................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ...................................................................................... 20

C. Batasan Masalah ............................................................................................ 21

D. Rumusan Masalah ......................................................................................... 21

E. Tujuan dan Kegunaan .................................................................................... 21

1. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 22

2. Kegunaan Penelitian .................................................................................. 22

F. Tinjauan Pustaka ........................................................................................... 23

G. Kerangka Teori .............................................................................................. 27

H. Metodologi Penelitian ................................................................................... 34

1. Jenis Pendekatan Penelitian ...................................................................... 35

2. Jenis Data .................................................................................................. 35

3. Sumber Data ............................................................................................. 36

4. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 37

5. Teknik Analisis Data ................................................................................ 37

I. Sistematika Pembahasan ............................................................................... 38

BAB II KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT SERTA MENDIDIK

ANAK DALAM KELUARGA

A. Konsep Reward dan Punishment .................................................................. 40

1. Pengertian Reward dan Punishment .......................................................... 40

2. Tujuan Pemberian Reward dan Punishment ............................................. 47

3. Fungsi Pemberian Reward dan Punishment .............................................. 50

4. Prinsip-prinsip Pemberian Reward dan Punishment ................................. 53

5. Macam-macam bentuk Pemberian Reward dan Punishment .................... 56

6. Kekuatan dan Kelemahan Pemberian Reward dan Punishment ............... 60

B. Mendidk Anak dalam Keluarga ...................................................................... 62

1. Pengertian Mendidik Anak dalam Keluarga ............................................. 62

2. Orang Tua dan Anak dalam Keluarga ....................................................... 66

3. Fungsi Keluarga ......................................................................................... 67

4. Tujuan Pendidikan Anak dalam Keluarga.................................................. 69

5. Posisi Anak dalam Keluarga ..................................................................... 71

6. Tanggung Jawab Orang Tua dalam Mendidik Anak ................................. 73

Page 9: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

viii

7. Metode Mendidik Anak yang diajarkan Rasulullah SAW ......................... 74

8. Kisah-Kisah Tentang Rasulullah SAW ...................................................... 98

BAB III PENERAPAN KONSEP REWAD DAN PUNISHMENT DALAM

MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA MENURUT

AJARAN RASULULLAH SAW

A. Pemberian Reward dalam Mendidik Anak yang diajarkan

Rasulullah SAW ......................................................................................... 112

1. Bentuk-bentuk Reward atau Penghargaan ............................................. 113

2. Cara Menerapkan atau Mengaplikasikan Reward

(Hadiah / Ganjaran / Penghargaan) ....................................................... 121

B. Pemberian Punishment dalam Mendidik Anak yang diajarkan

Rasulullah SAW ......................................................................................... 123

1. Bentuk-bentuk Hukuman yang Memberi Alternatif ............................ 124

2. Bentuk-bentuk hukuman yang dilarang ............................................... 126

3. Bentuk-bentuk hukuman yang Mendidik ............................................. 127

4. Cara Menerapkan atau Mengaplikasikan Punishment (Hukuman) ...... 139

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................. 143

B. Saran ........................................................................................................... 144

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 10: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

x

ABSTRAK

Mendidik anak merupakan tugas yang berat, karena tidak ada sekolah untuk

menjadi orang tua. Allah telah memfasilitasi agar dapat menjalankan amanah

sebagai orang tua melalui utusan-Nya, Rasulullah SAW. Rasulullah SAW, diutus

sebagai suri teladan atau figur terbaik yang harus diikuti oleh seluruh umat

manusia. Oleh karena itu, mari berkaca dari cara mendidik anak menurut Beliau.

Rasulullah SAW adalah contoh konkret bagaimana mendidik anak yang Islami.

Dalam Islam, mendidik anak bukanlah di mulai dari anak lahir kedunia, namun

dimulai dari memilih pasangan suami isteri.

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah pertama, bagaimana konsep

reward dan punishment dalam mendidik anak menurut ajaran Rasulullah SAW.

Kedua, bagaimana menerapkan konsep reward dan punishment tersebut dalam

mendidik anak di lingkungan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

konsep reward dan punishment dalam mendidik anak menurut ajaran Rasulullah

SAW. Dan untuk mengetahui konsep reward dan punishment dalam mendidik

anak di lingkungan keluarga.

Jenis penelitian dalam skripsi ini merupakan kepustakaan (Library

Research) yaitu, penelitian yang kajiannya dilakukan dengan menelusuri dan

menelaah literatur atau sumber-sumber tertulis yang berkaitan dengan pokok

permasalahan. Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data

kualitatif yaitu berupa literatur dari berbagai ahli. Sumber data sekunder adalah

data yang berasal dari buku-buku literatur yang memuat informasi terkait dengan

permasalahan ini. Dalam menganalisa data yang diperoleh dan sebagai usaha

untuk menarik kesimpulan, maka data yang terkumpul akan dianalisa dengan

menggunakan analisa deskriptif kualitatif.

Berdasarkan hasil analisis, penelitian ini menghasilkan beberapa temuan

yaitu pertama, Dalam memberikan reward tidaklah harus selalu memberikan

barang-barang yang mahal. Namun tidak ada salahnya jika memberikan anak

reward berupa barang-barang. Asalkan barang tersebut benar-benar sudah

dibutuhkannya. Ketika anak melakukan kesalahan maka jangan langsung

dimarahi, karena hal ini bisa menyebabkaan anak tertekan, secara psikologis. Jika

dimarahi terus bisa membuat perkembangan psikis anak jadi tidak normal. Cara

menerapkan konsep reward atau hadiah dalam mendidik anak di lingkungan

keluarga yang diajarkan Rasulullah SAW yaitu dengan cara pujian yang indah,

imbalan materi atau hadiah, menyayangi anak, memandang dan tersenyum kepada

anak. Sedangkan cara mengaplikasikan hukuman dalam mendidik anak di

lingkungan keluarga yang diajarkan Rasulullah SAW yaitu dengan cara melalui

teguran langsung, melalui sindiran dan melalui pemukulan.

Page 11: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Orang tua adalah pendidik utama dan pertama. Kegiatan orang tua mendidik

anaknya sebagian terbesar dilakukan di rumah. Kegiatan itu hampir tidak ada yang

berupa pengajaran. Bentuk kegiatan pendidikan yang dilakukan orang tua ialah

pembiasaan, pemberian contoh, dorongan, pujian, hadiah, dan hukuman.1

Dalam hal ini sebaiknya hadiah yang diberikan tidak berupa materi dengan

harga mahal yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan keadaan ekonomi. Karena

jika orang tua memberikan materi maka makin lama makin meningkat nilai

materinya dan jika itu pada suatu saat tidak terpenuhi bisa menjadi media anak

untuk mengancam orang tua, menjadikan anak malas, manja, semena-mena dan

paling parah anak akan bunuh diri ketika keinginannya tidak terpenuhi.

Pemberian penghargaan atau hadiah harus ada batasnya. Pemberian hadiah

tidak bisa menjadi metode yang dipergunakan selamanya. Proses ini cukup

difungsikan hingga tahapan penumbuhan kebiasaan saja. Manakala proses

pembiasaan dirasa telah cukup, maka pemberian hadiah harus diakhiri. Maka hal

terpenting yang harus dilakukan adalah memberikan pengertian sedini mungkin

kepada anak tentang pembatasan ini.

1 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, ( Bandung: Remaja Rosdakarya,

2011), hal. 186

Page 12: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

2

Jika anak diperlakukan oleh kedua orang tuanya dengan perlakuan kejam,

dididik dengan pukulan yang keras dan cemoohan pedas, yang selalu menjurus

kepada hinaan dan ejekan. Karenanya, gejala seperti ini akan melahirkan perilaku

dan akhlak anak, dan gejala rasa takut serta cemas yang tampak pada tindakan-

tindakan anak.2

Hukuman distandarkan pada perilaku. Sebagaimana halnya pemberian

hadiah yang harus distandarkan pada perilaku, maka demikian halnya hukuman,

bahwa hukuman harus berawal dari penilaian terhadap perilaku anak, bukan

’pelaku’ nya. Setiap anak bahkan orang dewasa sekalipun tidak akan pernah mau

dicap jelek, meski mereka melakukan suatu kesalahan.

Begitu juga ketika anak melakukan kesalahan maka jangan langsung

dimarahi, karena hal ini bisa menyebabkan anak tertekan secara psikologis. Oleh

sebab itu berilah pengertian dan menasehati anak dengan baik ketika anak

melakukan kesalahan itu dengan tutur kata yang lembut, karena anak juga masih

dalam perkembangan sehingga si anak masih dalam tahap belajar.

Orang tua merupakan figur sentral bagi terlaksananya proses pendidikan.

Mereka adalah pengelola sistem terkecil dari masyarakat itu. Oleh karena itu

secara operasional pendidikan anak yang berlangsung dalam keluarga, masyarakat

dan sekolah merupakan tanggung jawab utama orang tua, tidak bisa di lepaskan

begitu saja kepada guru di sekolah. Dibebankannya pendidikan di pundak orang

2 Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, (Semarang: Asy-Syifa,

2005), hal. 123

Page 13: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

3

tua oleh karena itu pada umumnya mereka di bekali naluri membina dan mendidik

anak. Karena itu pendidikan dari orang tua sering di sebut pendidikan alami

(kehidupan kodrat). Kewajiban itu dapat dilaksanakan dengan mudah dan wajar

karena orang tua mencintai anaknya.

Anak adalah amanat dari Allah Swt. Amanat wajib di pertanggungjawabkan.

Jelas,tanggung jawab orang tua terhadap anak tidaklah kecil. Atas dasar tanggung

jawab yang besar itulah, maka selayaknya orang tua dibekali dengan naluri

kependidikan yang dilandasai dengan kasih sayang. Atas dasar itu, maka

sesungguhnya proses pendidikan yang di berikan oleh orang tua kepada anaknya

telah dimulai dalam keluarga semenjak anak lahir kemuka bumi.3Anak merupakan

penyejuk pandangan mata (qurrah a’yun), sumber kebahagiaan dan belahan hati

manusia di dunia.4 Hal ini seperti yang di jelaskan dalam Firman Allah di dalam

QS. Al-Furqon: 74 yang berbunyi:5

Artinya:

“ Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada

kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami),

dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”.

3 Ibid, hal. 61

4 Marzuki, Pendidikan Karakter Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), hal. 70

5 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2014), hal.

366

Page 14: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

4

Dalam ajaran Islam, anak merupakan titipan dari Allah yang diamanatkan

kepada kedua orang tuanya yang diberi tanggung jawab untuk mendidiknya agar

kelak menjadi anak yang bertakwa kepada Allah serta berbakti kepada kedua

orang tuanya, karena akan menjadi fitrah dan merupakan ujian dari Allah bila

tidak pandai mendidiknya. Bila si anak berakhlak yang tidak baik, maka yang

menanggung beban adalah ke dua orang tuanya karena berarti kurangnya

pendidikan dan pengarahan kepada anak tersebut, untuk itulah lebih-lebih

pendidikan agama yang merupakan; pendidikan pokok untuk keselamatan dunia

dan akhirat yang harus ditanamkan oleh kedua orang tuanya dan secara otomatis

menjadi tanggung jawabnya. 6 Dalam al-Qur’an bahwa anak adalah sama dengan

amanah dari Allah, yang disebutkan dalam surat At-Tahrim ayat 6 yang berbunyi

:7

واهليكم نارايآ ايها الذين آمنوا قواانفسكم

Artinya :

“wahai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa

api neraka.

Islam memerintahkan agar anak hendaknya dididik sebagaimana yang di

jelaskan oleh Al-Qur’an dan Hadits agar anak kelak setelah dewasa mendapatkan

6 Rohmalina Wahab, Psikologi Agama, (Palembang: Grafika Pelindo Press, 2014), hal.102-

103 7 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnnya, (Bandung: Diponegoro, 2014), hal.

560

Page 15: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

5

bekal yang kuat untuk menghadapi kehidupan di masa yang akan datang yang

penuh dengan ragam dan kesulitan. Pendidik (kedua orang tua) dapat dikatakan

sebagai suatu proses persiapan anak untuk menerapkan ilmu pengetahuan dalam

membentuk manusia yang seutuhnya yaitu seimbang antara pengetahuan umum

dengan pengetahuan agama, sehingga seorang anak akan tercipta mampu dan

sanggup untuk menghadapi kehidupan dunia dengan kata lain memilih suatu

keahlian yang sesuai dengan kemampuannya, namun tetap diwarnai atau dilakukan

bila dibenarkan oleh ajaran Islam. Sehingga anak tersebut berprilaku tidak akan

berlawanan dengan ajaran Islam, sekalipun apa kerja atau usaha yang dia tentukan.

8 Allah Azza Wa Jalla memberikan amanah kepada para ayah untuk mendidik

keluarga. 9

Untuk itu penyuluhan agama kepada anak-anak adalah suatu hal yang

mutlak, sejak mereka dapat mengenali apa saja yang dapat mereka kenali, mereka

yang masih suci itu harus kita berikan sketsa dengan garis-garis tajam dengan

warna-warna yang Islami, sehingga selanjutnya akan mewarnai seluruh bagian

lukisan jiwa mereka.10

Keluarga sebagai lembaga pendidikan yang pertama dan

utama, mengandung arti bahwa anak pertama kali mengenal dan menerima

pendidikan dari keluarga, yaitu orang tua mereka dan seluruh personal yang ada di

8 Rahmalina Wahab, Op.Cit, hal. 103

9 Ayu Agus Rianti, Cara Rasulullah SAW Mendidik Anak, (Jakarta: Gramedia, 2016), hal. 2

10 Muhammad Tholhah Hasan, Islam & Masalah Sumber Daya Manusia, (Jakarta:

Lantabora Press, 2005), hal. 14

Page 16: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

6

keluarga tersebut.11

Kita semua tentu telah maklum bahwa pengaruh keluarga

terhadap pendidikan anak-anak berbeda-beda. Sebagian keluarga atau orang tua

mendidik anak-anaknya menurut pendirian-pendirian modern, sedangkan sebagian

lagi masih menganut pendirian-pendirian yang kuno atau kolot.12

Keadaan tiap-tiap keluarga berlain-lainan pula satu sama lain. Ada keluarga

yang kaya, ada yang kurang mampu. Ada keluarga yang besar (banyak anggota

keluarganya), dan ada pula keluarga kecil. Ada keluarga yang selalu di liputi oleh

suasana tenang dan tentram, ada pula yang selalu gaduh, bercekcok, dan

sebagainya. Dengan sendirinya keadaan dalam keluarga yang bermacam-macam

coraknya itu akan membawa pengaruh yang berbeda-beda pula terhadap

pendidikan anak-anak. Dari kecil anak di pelihara dan di besarkan oleh dan dalam

keluarga. Segala sesuatu yang ada dalam keluarga, baik yang berupa benda-benda

dan orang-orang serta peraturan-peraturan dan adat istiadat yang berlaku dalam

keluarga itu sangat berpengaruh dan menentukan corak perkembangan anak-

anak.13

Adapun kesalahan orang tua dalam mendidik anak adalah sebagai berikut:14

1. Menumbuhkan rasa takut dan minder. Sebagai contoh, ketika anak menangis,

kita menakut-nakuti mereka agar berhenti menangis. Kita takuti mereka

11

Mohammad Surya, Landasan Pendidikan Menjadi Guru Yang Baik, (Bandung: Ghalia

Indonesia, 2010), hal. 40 12

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, ( Bandung: Remaja Rosdakarya,

2008), hal. 84 13

Ibid, hal. 85 14

Muhaimin al-Qudsy dan Ulfah Nurhidayah, Mendidik Anak Lewat Dongeng,

(Yogyakarta: Madania, 2010), hal.78

Page 17: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

7

dengan adanya hantu, jin, suara angin dan lain-lain yang akan mengambil

anak yang suka menangis. Dampaknya, anak akan tumbuh menjadi penakut.

Takut pada bayangan sendiri, takut pada yang sebenarnya tidak perlu ditakuti.

Analisis : Orang tua mempunyai peranan sangat penting dalam proses

pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Oleh karena itu sebagai orang tua,

harus memberikan tauladan yang baik, serta mengajarkan nilai-nilai Islami

dan hindari menakut-nakuti anak.

Misalnya takut ke kamar mandi sendiri, takut tidur sendiri karena seringnya

mendengar cerita tentang hantu, jin, dan lain-lain. Dan yang paling parah,

tanpa disadari, kita telah menanamkan rasa takut kepada dirinya sendiri atau

misalnya, kita khawatir ketika mereka jatuh dan ada darah di wajahnya,

tangan atau lututnya. Padahal semestinya, kita bersikap tenang dan

menampakkan senyuman menghadapi ketakutan anak tersebut. Bukannya

justru menakut-nakutinya, menampar wajahnya, atau memarahinya serta

membesar-besarkan masalah. Akibatnya, anak akan semakin keras tangisnya

dan akan terbiasa menjadi takut apabila melihat darah atau merasa sakit.

2. Anak sombong dianggap pemberani. Dengan bangga seorang ibu berkisah

tentang anaknya, “anak saya sudah berani ngomong ketemannya kalau dia

anak seorang pejabat, makanya temannya pada takut. Kebanggaan tersebut

mengandung kesombongan dan dapat menjadi 7ank aren bagi anaknya.

Analisis: Kesalahan ini merupakan kebalikan analisis poin pertama. Yang

benar ialah bersikap tengah-tengah, tidak berlebihan dan tidak dikurang-

Page 18: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

8

kurangi. Berani tidak harus dengan bersikap sombong atau congkak kepada

orang lain. Tetapi, sikap berani yang selaras tempatnya dan rasa takut apabila

memaang sesuatu itu harus ditakuti. Misalnya takut berbohong, karena ia takut

jika Allah tidak suka pada anak yang suka bohong atau rasa takut kepada

binatang buas yang membahyakan. Orang tua harus mendidik anaknya harus

bersikap berani dan tidak takut dalam mengamalkan kebenaran.

3. Membiasakan anak hidup mewah dan foya-foya. Dengan kebiasaan ini, anak

tumbuh menjadi orang yang suka kemewahan, suka bersenang-senang, hanya

mementingkan dirinya sendiri. Dan tidak peduli dengan keadaan orang lain.

Analisis : Mendidik anak seperti ini dapat merusak fitrah, membunuh sikap

istiqamah dalam merusak fitrah, membunuh sikap istiqamah dakam bersikap

zuhud di dunia, membinasakan muru’ah (harga diri) dan kebenaran.

4. Selalu memenuhi permintaan anak. Tidak setiap keinginan anak itu

bermanfaat atau sesuai dengan usia dan kebutuhannya. Kewajiban orang tua

adalah memenuhi kebutuhan anak, bukan keinginannya.

Analisis : sebagian orang tua ada yang selalu member setiap yang diinginkan

anaknya, tanpa memikirkan baik buruknya bagi anak. Padahal, tidak setiap

yang diinginkan anaknya itu bermanfaat atau sesuai dengan usia dan

kebutuhannya.

Misalnya si anak minta tas baru yang trend, padahal baru sebulan yang lalu

orang tua membelikannya tas baru. Hal ini hanya akan menghambur-

hamburkan uang. Kalau anak terbiasa terpenuhi segala permintaannya, maka

Page 19: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

9

mereka akan tumbuh menjadi anak yang tidak peduli pada nilai uang dan

beratnya mencari nafkah. Serta mereka akan menjadi orang yang tidak bisa

membelanjakan uangnya dengan baik.

5. Menerima “senjata” menangis untuk memenuhi keinginan anak. Apabila

setiap tangisan anak sebagai senjata agar permintaannya dipenuhi dan selalu

dituruti orang tua, maka dapat berakibat anak menjadi lemah, cengeng dan

tidak punya jati diri.

Analisis : sering terjadi anak yang masih kecil minta sesuatu. Jika orang tua

menolaknya karena suatu alasan, ia akan memaksa atau mengeluarkan senjata

yaitu menangis. Akhirnya, orang tua akan segera memenuhi permintaannya

karena kasihan atau agar anak segera beerhenti menangis.

6. Terlalu keras dan kaku dalam menghadapi anak, bahkan melebihi batas

kewajaran. Kekerasan yang dilakukan dapat berupa fisik ataupun psikis. Fisik

dengan menampar, memukul, menendang, dan segala perbuatan yang

menghadapi kesalahan anak, orang tua tidak boleh langsung menghukum

dengan kekerasan fisik atau psikis.

Analisis : Misalnya dengan memukul mereka hingga meemar, memarahinya

dengan bentakan dan cacian, ataupun dengan cara-cara keras lain. Ini kadang

terjadi, ketika sang anak berbuat salah. Padahal ia (mungkin) baru sekali

melakukannya. Alangkah lebih baiknya apabila dicari dulu penyebab anak

melakukan kesalahan. Siapa tahu memang belum tahu atau mungkin sengaja

tapi hanya coba-coba.

Page 20: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

10

7. Terlalu pelit terhadap anak. Hemat dan perhitungan boleh, tapi terlalu pelit

membuat anak merasa kurang terpenuhi kebutuhannya. Dengan perasaan

tersebut, akan mendorong anak memenuhi kebutuhannya dengan cara yang

tidak benar. Dapat saja dia menghalalkan segala cara untuk meraih yang

diinginkannya. Dari sekedar untuk memenuhi apa yang dia inginkan, dapat

berkembang menjadi tabiat, dan hal tersebut merugikan anak. Orang tua harus

dapat memahami secara seimbang semua kebutuhan anak dan bagaimana cara

memenuhinya. Terlalu pelit merugikan, terlalu boros juga tidak baik bagi

pendidikan anak.

Analisis : Ada juga orang tua yang terlalu pelit kepada anak-anaknya, hingga

anak-anaknya, merasa kurang terpenuhi kebutuhannya. Pada akhirnya,

mendorong anak-anak itu untuk mencari uang sendiri dengan berbagai cara.

Misalnya dengan mencuri, meminta-minta dengan yang lain. Yang lebih

parahnya lagi, ada orang tua yang tega menitipkan anak-anaknya kepanti

asuhan untuk mengurangi beban orang tuanya. Bahkan adapula yang tega

menjual anaknya, karena merasa tidak mapu membiayai hidup.

Na’udzubillahhi mindzalik

8. Tidak memberikan kasih sayang sepenuh hati. Perhatian orang tua yang

kurang dapat membuat anak mencari kasih sayang di luar keluarganya. Masih

beruntung kalau dia memperoleh kasih sayang dari temannya yang baik, akan

tetapi kalau tidak, maka akan terpengaruh sikap dan perilaku 10ank are dari

pelariannya.

Page 21: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

11

Analisis : Fenomena demikian ini banyak terjadi. Telah menyebabkan anak-

anak terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Seorang anak perempuan

misalnya, karena tidak mendapat perhatian dari keluarganya, ia mencari

perhatian dari laki-laki di luar lingkungan keluarganya. Dia merasa senang

mendapatkan perhatian dari laki-laki itu, karena serimg memujinya, merayu

dan sebagainya. Hingga ia rela meyerahkan kehormatannya demi cinta semu.

9. Hanya memperhatikan kebutuhan jasmani. Banyak orang tua merasa telah

memberikan pendidikan yang baik, makanan dan minuman yang bergizi,

pakaian yang bagus, dan sekolah yang berkualitas. Dengan begitu mereka

mengira telah memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Padahal, selain

kebutuhan jasmani, rohani mesti diperhatikan. Harus ada upaya untuk

mendidik anak-anaknya agar beragama secara benar serta berakhlak mulia.

Aanalisis : tidak ada upaya untuk mendidik anak-anaknya agar beragama

secara benar serta berakhlak mulia. Orang tua lupa, bahwa anak tidak cukup

hanya diberi materi saja. Anak-anak juga membutuhkan perhatian dan kasih

sayang. Bila kasih sayang tidak didapatkan di rumahnya, maka ia akan

mencarinya dari orang lain.

10. Terlalu berprasangka baik kepada anak. Kesalahan orang tua adalah

menganggap baik kepada anak-anaknya. Mereka menyangka, bila anak-

anaknya baik-baik saja dan merasa tidak perlu ada yang dikhawatirkan, tidak

pernah mengecek keadaan anak-anaknya. Padahal, bisa jadi dari diamnya

anak, ternyata ada suatu penyakit yang berbahaya atau tertekan masalah

Page 22: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

12

dengan teman mainnya dan sebagainya. Terlau berprasangka baik juga tidak

tepat, terlalu berprasangka buruk juga tidak sehat. Untuk mengantisipasi hal

yang tidak diinginkan, maka diperlukan kewaspadaan orang tua setiap saat.

Yang paling tepat adalah tidak terlalu berprasangka buruk, juga tidak

berprasangka baik.

Analisis : Untuk itu orang tua berusaha untuk terus mencari ilmu, terutama

berkaitan dengan pendidikan anak. Agar orang tua terhindar dari kesalahan-

kesalahan dalam mendidik anak, yang bisa menjadi fatal akibatnya bagi masa

depan mereka. Orang tua selalu berdoa, semoga anak-anaknya tumbuh

menjadi generasi shalih dan shalihah, serta berakhlak mulia.

11. Anak melakukan kesalahan atau berperilaku buruk, tetapi dibiarkan oleh

orang tua. Terkadang orang tua merasa tidak tega atau terlalu lemah dalam

mendidik anak, sehingga membiarkaan perilaku buruk yang dilakukan anak

dengan beranggapan, ah…! Namanya juga masih anak-anak. Sikap semisal ini

salah besar. Justru mumpung masih anak-anak, dia harus dibenahi. Anak-anak

harus diberi tahu mana yang baik dan tidak baik untuk dilakukan.

Analisis : jika orang tua menganggap bahwa anak tak pernah salah, hal ini

sebenarnya orang tua telah mengajarkan kepada anak bahwa ia tidak pernah

bersalah. Pemikiran ini akan terus terbawa hingga ia dewasa. Akibatnya

setiap ia mengalami peristiwa dan terjadi kekeliruan, maka yang keliru atau

salah adalah oranglain, dan dirinya selalu benar.

Page 23: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

13

12. Anak terlalu banyak dilarang. Memang sebagai orang tua kita merasa cemas

akan keselamatan anak-anak. Dan terkadang ini mebuat kita menjadi

overprotektif. “jangan nak…nanti jatuh, jangan, nak..nanti sakit..!” padahal

semua itu belum tentu. Anak yang terlalu banyak dilarang akan menjadi anak

yang penakut dan tidak berani bereksplorasi, ia merasa semua yang ada

disekitarnya merupakan ancaman. Eksplorasi sangat dibutuhkan anak dalam

perkembangan motoriknya. Biarkan anak melakukan ekspolorasinya, tugas

orang tua hanyalah mengawasi dan mengarahkan mereka.

Analisis : Seberapa banyak kita jumpai orang tua yang ingin menjadikan

anaknya seperti apa yang dia inginkan secara sempurna (Perfectionist)? Yang

cenderung membentuk anaknya sesuai dengan keinginannya, anaknya harus

begini dan tidak boleh begitu, dilarang melakukan ini dan itu. Anak tercipta

untuk menjadi dirinya sendiri dengan cara yang benar sesuai nilai-nilai yang

berlaku. Berilah ijin kepada anak untuk melakukan banyak hal yang baik dan

positif. Berlatihlah untuk selalu berdialog. Bangunlah situasi saling

mempercayai antara kita dan anak kita. Kurangilah jumlah larangan yang

berlebihan. Gunakan kesepakatan-kesepakatan untuk memberikan batas yang

lebih baik.

13. Anak terlalu banyak dituntut. Orang tua yang perfeksionis biasanya selalu

menginginkan anaknya selalu bisa dan mampu seperti apa yang mereka

harapkan. Sikap tersebut mengakibatkan anak tertekan dan tidak berkembang

Page 24: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

14

sebagaimana mestinya. Dan suatu saat anak bisa menjadi sangat anti terhadap

apa yang terlalu orang tua tuntutkan kepada anak.

Analisis : Jika or ng tua mengharapkan perubahan kebiasaan pada anak,

berikanlah waktu untuk tahapan-tahapan perubahan yang rasional untuk bisa

dicapainya. Hindari target perubahan yang tidak mungkin bisa dicapainya.

Bila mungkin ajak ia melakukan perubahan dari hal yang paling mudah.

Biarkan ia memilih hal yang paling mudah menurutnya uantuk diubah. Jika ia

berhasil, itu akan memotivasi anak untuk melakukan perubahan lainnya yang

lebih sulit. Puji dan jika perlu dirayakan setiap perubahan yang berhasil

dilakukannya, sekecil dan sesederhana apa pun perubahan tersebut. Ini untuk

menunjukkan betapa seriusnya perhatian kita terhadap usaha yang telah

dilakukannya. Pusatkan pujian kita pada usaha kerasnya dan jangan

memusatkan pada hasilnya yang kadang-kadang kurang memuaskan orang

tua.

14. Anak tidak diberi contoh yang baik. Terkadang orang tua tidak menyadari

bahwa pernah melakukan kesalahan. Orang tua melarang anak agar jangan

membuang sampah sembarangan, sementara tanpa disadari, orang tua juga

pernah melakukannya. Anak merupakan cerminan dari orang tua. Maka dari

itu, sebagai orang tua berperilakulah yang baik karena secara tidak langsung

orang tua telah mendidik anaknya sendiri. Disinilah pentingnya keteladanan

orang tua pada buah hatinya.

Page 25: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

15

Analisis : Apa pun yang bisa orang tua berikan secara benar pada anak nya

adalah hal yang terbaik. Tiap keluarga memiliki masalah yang unik, tidak

sama. Ada orang punya kelebihan pada aspek financial tapi miskin waktu

bertemu dengan anak, sebaliknya ada yang punya banyak waktu bersama tapi

kekurangan dari sisi ekonomi. Jadi yakinlah bahwa dalam kondisi apa pun kita

tetap bisa memberikan yang terbaik. Jadi, jangan pernah memaklumkan hal-

hal yang tidak baik. Lakukanlah pendekatan kualitas jika orang tua hanya

punya sedikit waktu, gunakan waktu yang minim itu untuk bisa berbagi rasa

sepenuhnya dengan anaknya. Menyisihkan waktu di antara sisa-sisa tenaga

orang tua, memang tidak mudah. Tapi lakukanlah demi mereka dan keluarga

kita, maka akan terbiasa.

15. Melakukan kekerasan fisik ataupun terhadap orang lain di hadapan anak.

Kekerasan merupakan momok yang sangat tidak baik bagi perkembangan

jiwa anak. Anak yang dibesarkan dengan kekerasan akan membawa kebiasaan

kekerasannya itu hingga ia dewasa sebenarnya tidak hanya kekerasan fisik

saja yang “haram” disaksikan anak, menyakiti hati orang lain dengan ucapan

yang kasar juga berbahaya apabila disaksikan oleh anak. Untuk itu, sebisa

mungkin hindarilah melakukannya dihadapan anak.

Analisis : Jangan pernah sekalipun menggunakan hukuman fisik kepada anak,

mencubit, memukul atau manampar bahkan menggunakan alat seperti ikat

pinggang atau rotan. Anak kita adalah anak manusia yang telah dirancang oleh

Penciptanya untuk bisa diatur dengan kata-kata. Bila kata-kata kita sudah

Page 26: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

16

tidak lagi didengar oleh anak, koreksilah segera diri kita, pasti ada yang salah

dengan kebiasaan kita hingga anak tidak menurut. Seandainya dulu kita

pernah diperlakukan demikian oleh orang tua kita, maafkanlah orang tua kita

dan jangan lanjutkan kebiasaan yang sangat buruk ini pada anak kita.

Hukuman pukulan lebih cocok kepada binatang daripada manusia.

Gunakanlah media dialog, pujian dan kelembutan.

16. Kasih sayang dan perhatian yang diberikan kepada anak tidak cukup. Sesibuk

apapun orang tua seyogyanya harus tetap memberikan kasih sayang dan

perhatian dengan porsi yang cukup, tidak kekurangan dan tidak berlebihan.

Anak yang kelebihan perhatian dan kasih sayang akan menjadi anak yang

manja, kurang berempati, suka pamer, mudah putus asa, dan kurang

menghargai apapun yang menjadi miliknya. Begitu juga sebaliknya, anak

yang kekurangan perhatian dan kasih sayang akan menjadi anak yang tidak

percaya diri, suka berperilaku buruk untuk mencari perhatian, bersikap tidak

acuh, tidak disiplin, agresif, dan kasar. Bahkan anak merasa dianak tirikan

oleh orang tuanya sendiri. Akibatnya, anak akan mencari kasih sayang di

tempat orang lain.

Analisis : sebagai orang tua harus memberikan perhatian dan kasih sayang

kepada anak-anaknya tanpa di beda-bedakan atau pilih kasih.

17. Tidak ada kekompakan orang tua dalam mendidik anak. Ayah dan ibu harus

mempunyai kesepakatan bersama dalam mendidik anak, sehingga tidak ada

perbedaan. Perbedaan dalam mendidik anak akan membuat anak bingung dan

Page 27: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

17

tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Semestinya tidak hanya

kedua orang tua yang kompak, akan tetapi semua anggota keluarga yang ikut

“mendidik” secara langsung pada anak, seperti saudaranya, kakek nenek,

paman bibi, dan keluarga dekatnya. Sebagai orang tua di rumah sudah

kompak dalam mendidik anak, akan tetapi begitu anak liburan di rumah

kakeknya selama seminggu maka akan berubah lagi. Itu jauh berbeda dengan

orang tua. Kakeknya sangat memanjakannya dan perlakuan ini membuat anak

akan lebih memilih kakeknya dari pada orang tua.

Analisis : Peranan orang tua sangat penting dalam mendidik anaknya. Peran

itu bukan tugas ibu saja atau bapak saja, tapi keduanya. Ketika orang tua tidak

kompak dalam mendidik anak-anaknya, maka anak tidak akan pernah menjadi

lebih baik. Dihadapan anak, jangan sampai berbeda pendapat untuk hal-hal

yang berhubungan langsung dengan persoalan mendidik anak. Apabila ada

pandangan yang berbeda dalam mendidik anak, bicarakan hal ini secara

pribadi dengan pasangan kita.

18. Sering menilai buruk dan menjelek-jelekkan anak. Terkadang tanpa disadari

orang tua telah memberikan nilai buruk kepada ananya. Sebagai contoh, jika

anak suatu kali lupa membereskan mainannya setelah bermain, padahal

biasanya selalu membereskan, kita langsung marah dan mengatakan, “kamu

ini memmang anak pemalas, tidak pernah mau merapikan mainannya sendiri”.

Dengan kata-kata seperti itu, anak merasa tidak dihargai, karena yang kemarin

dianggap tidak pernah dilakukan.

Page 28: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

18

Analisis : Jika orang tua ingin bercanda dengan anak, pilihlah materi bercanda

yang tidak membuatnya malu atau merendahkan dirinya. Jagalah batas-batas

dan hindari bercanda yang membuat anak-anak kesal atau malu. Bila sedang

bercanda, ekspresi anak kesal dan meminta orang tua segera

menghentikannya, segera hentikan dan jika perlu meminta maaflah atas

kejadian yang baru terjadi. Katakanlah orang tua tidak bermaksud

merendahkannya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

19. Apabila anak berbuat dan berperilaku baik tidak diberi hadiah. Dalam

mendidik anak kita mengenal hukuman (punishment) dan hadiah (reward),

kalau salah kita berikan sanksi, begitu juga dalam berperilaku baik, hendaknya

orang tua memberikan apresiasi dalam bentuk pujian ataupun hadiah berupa

ciuman dan pelukan. Sebab, hadiah tidak selalu berbentuk materi, uang atau

barang. Dengan demikian, mereka akan merasa dihargai. Sekecil apapun

pujian kita, akan memberikan dorongan yang luar biasa kepada anak. Orang

tua yang pelit memberikan pujian kepada anak akan menghasilkan anak yang

gampang putus asa dan membuatnya enggan berbuat dan berperilaku baik,

karena ia beranggapan semua situ sia-sia.

Analisis : Bila orang tua tidak melaksanakan kesepakatan dalam hukuman,

anak akan menilai kita sebagai orang tua yang selalu lupa atau hanya

mengancam. Maka sering terjadi anak mempunyai pola 18ank untuk selalu

melanggar kesepakatan karena sangsi atau hukuman tidak

pernah terjadi. Apa yang sebaiknya kita lakukan?

Page 29: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

19

Jika orang tua sudah punya kesepakatan dan anak melanggarnya, sangsi atau

hukuman tetap berlaku. Segera laksanakan sangsi itu dan jangan menunda-

nunda. Bila orang tua kasihan mungkin orang tua bisa kurangi sangsi atau

hukumannya. Perlu diingat bahwa sangsi atau hukuman yang dimaksud

bukanlah sangsi atau hukuman secara fisik, tetapi lebih pada pengurangan

bobot kesukaannya seperti mengurangi jam menonton 19ank are, mengurangi

jam bermain, dan lainnya.

Jadi, Mendidik anak merupakan tugas yang berat, karena tidak ada sekolah

untuk menjadi orang tua. Allah telah memfasilitasi kita agar dapat menjalankan

amanah sebagai orang tua melalui utusan-Nya, Rasulullah Saw. Rasulullah Saw,

diutus sebagai suri teladan atau 19ank a terbaik yang harus diikuti oleh seluruh

umat manusia. Oleh karena itu, mari kita berkaca dari cara mendidik anak menurut

Beliau. Rasulullah Saw adalah contoh konkret bagaimana mendidik anak yang

Islami. Dalam Islam, mendidik anak bukanlah di mulai dari anak itu lahir kedunia.

Namun dimulai dari memilih pasangan suami atau istri.

Bagaimana cara mendidik yang berlaku dalam keluarga itu, demikianlah

cara anak itu mereaksi terhadap lingkungannya. Jika di dalam lingkungan

keluarganya, misalnya, anak itu sering di tertawakan dan di ejek jika tidak berhasil

melakukan sesuatu, maka dengan tidak sadar ia akan selalu berhati-hati tidak akan

mencoba melakukan yang baru atau yang sukar. Ia akan menjadi orang yang selalu

di liput oleh keragu-raguan. Jika di dalam lingkungan keluarganya ia selalu di

anggap dan di katakan bahwa ia masih kecil dan karena itu belum dapat

Page 30: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

20

melakukan sesuatu, kemungkinan besar anak itu akan menjadi orang yang selalu

merasa kecil, tidak berdaya, tidak sanggup melakukan sesuatu. Ia akan

berkembang menjadi orang yang bersifat masa bodoh, tidak atau kurang

mempunyai perasaan harga diri.

Sebaliknya, jika anak itu di besarkan dan di didik oleh orang tua atau

lingkungan keluarga yang mengetahui akan kehendaknya dan berdasarkan kasih

sayang kepadanya, ia akan tumbuh menjadi anak yang tenang dan mudah

menyesuaikan diri terhadap orang tua dan anggota-anggota keluarga lainnya, serta

terhadap teman-temannya. Wataknya akan berkembang dengan tidak mengalami

kesulitan-kesulitan yang besar. Dengan kenyataan masih banyak kita dapati

kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh anggota keluarga dalam mendidik anak-

anaknya. Mengingat buruknya hal tersebut lah yang melatar belakangi peneliti

untuk mengadakan penelitian dengan judul “Konsep Reward dan Punishment

dalam Mendidik Anak di Lingkungan Keluarga Menurut Ajaran Rasulullah

SAW”.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah yaitu mendeteksi masalah-masalah yang ada dalam

judul, maka berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa

masalah yaitu di antaranya:

1. Masih ada orang tua yang memberikan hadiah atau ganjaran yang berlebihan

kepada anak sehingga mengakibatkan anak menjadi malas, manja dan lain-lain.

Page 31: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

21

2. Menurunnya pemahaman orang tua mengenai mendidik anak sehingga orang

tua tidak segan-segan memberikan hukuman ketika anak melakukan kesalahan.

3. Masih ada orang tua yang belum mampu mengaplikasikan cara mendidik anak

menurut Rasulullah SAW.

C. Batasan Masalah

Agar masalah yang di teliti tidak terlalu lebar dan merambah ke masalah

yang lain maka perlu diadakannya masalah secara jelas yaitu: melihat bagaimana

konsep reward dan punishment dalam mendidik anak di lingkungan keluarga

menurut ajaran Rasulullah SAW.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan di kaji dalam penelitiaan ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana konsep reward dan punishment dalam mendidik anak di lingkungan

kelurga?

2. Bagaimana menerapkan konsep reward dan punishment tersebut dalam

mendidik anak di lingkungan keluarga menurut ajaran Rasulullah SAW?

E. Tujuan dan Kegunaan

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:

Page 32: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

22

a. Untuk mengetahui konsep reward dan punishment menurut ajaran Rasulullah

SAW.

b. Untuk menerapkan konsep reward dan punishment dalam mendidik anak di

lingkungan keluarga.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini yaitu:

a. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran khususnya kepada

para orang tua dan pendidik lain dalam rangka membina dan mendidik anak

yang shaleh dan shalehah.

b. Secara praktis

1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan langkah-langkah yang harus

dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anak dalam pendidikan keluarga

yang berpedoman pada ajaran Rasulullah SAW.

2) Sebagai masukan dan khazanah keilmuwan serta untuk memperkaya

wawasan mengenai konsep pendidikan anak dalam keluarga menurut

ajaran Rasulullah SAW bagi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Raden Fatah Palembang berupa karya ilmiah.

Page 33: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

23

F. Tinjauan Pustaka

Tinjauan Pustaka yang dimaksud di sini adalah uraian tentang hasil penelitian

terdahulu yang relevan dengan penelitian yang sedang direncanakan yaitu apakah

permasalahan yang akan diteliti sudah ada mahasiswa yang membahasnya. Berikut

ini peneliti akan mengemukakan berbagai kajian pustaka penelitian yang

berhubungan dengan penelitian ini, dan berguna untuk membantu peneliti dalam

menyusun skripsi ini. Adapun skrispi-skripsi tersebut adalah:

Dwi Hastuti Pungkasari, dalam skripsinya yang berjudul “Konsep Reward

dan Punishment dalam Teori Pendidikan Anak dan Relevansinya dengan

Pendidikan Islam” yang disusun oleh Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun 2014.

Dalam skripsinya peneliti menggunakan penelitian kepustakaan (library research)

maka metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah metode deskriftif-

analitik. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah psikologis-

paedagogis. Hasil dari penelitian ini adalah: (1) reward (alat untuk mendidik anak-

anak supaya anak dapat merasa senang) dan punishment merupakan bentuk

konsekuensi yang memiliki sebuah perilaku. Reward berfungsi untuk memperkuat

perilaku positif sedangkan punishment digunakan untuk menekan perilaku negatif

agar tidak terulang lagi; (2) hukuman dan ganjaran merupakan salah satu metode

yang diakui dalam pendididkan Islam. Banyak ayat-ayat Al-Qur’an maupun hadist

yang mengisyaratkan hukuman dan ganjaran sebagai metode mendidik. Hukuman

dan ganjaran diberikan sebagai bentuk konsekuensi terhadap anak yang

Page 34: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

24

menunjukkan adanya perilaku negatif atau perilaku positif; (3) adanya hubungan

yang relevan antara konsep reward dan punishment dalam teori pembelajaran

behavioristik dengan konsep hukuman dan ganjaran dalam pendidikan Islam.

Hukuman dan ganjaran diberikan sebagai sebuah konsekuensi untuk pembinaan

umat serta merupakan sarana untuk mwncapai tujuan pendidikan. Selain itu,

hukuman dan ganjaran dalam teori pembelajaran behavioristik akan relevan jika

dihubungkan dengan penerapannya dalam pendidikan Islam di keluarga dan di

sekolah sesuai dengan ayat-ayat dan hadist-hadsit yang sesuai.15

Sucipto, dalam skripsinya yang berjudul “Konsep Reward dan Punishmenst

dalam Membentuk Karakter Anak dalam Keluarga”. Dalam skripsinya peneliti

menggunakan penelitian pustaka, yaitu kajian literatur melalui riset kepustakaan

dengan menggunakan data kualitatif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian

ini adalah pendekatan filosofis pedagogis. Teknik pengumpulan data penulisannya

melalui dokumentasi terhadap data primer maupun data sekunder. Data yang

sudah terkumpul kemudian dianalisis sehingga dapat ditarik kesimpulan yang

diinginkan. Hasil penelitian menunjukkan pertama keluarga memiliki peran yang

penting dalam pembentukan karakter anak. Pendidikan di keluarga adalah

pendidikan awal dan utama karena masa itu adalah masa dimana seorang manusia

masih menerima segala sesuatu dan mudah terpengaruh oleh apapun dalam

15

Dwi Hastuti Pungkasari, Konsep Reward dan Punishment dalam Teori Pembelajaran

Behavioristik dan Relevansinya dengan Pendidikan Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Tahun

Ajaran 2013/2014, (Online). http: //digilib.uin-suka.ac.id//11238/2/BAB I, IV, DAFTAR

PUSTAKA.pdf. Diakses pada tanggal 22 Juni 2016, hal. 40.

Page 35: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

25

bentukan lingkungan pertama ini. Kedua, menurut buku Prophetic Parenting

aspek-aspek materi yang harus dibentuk dan ditanamkan pada diri anak meliputi:

aspek akidah, ibadah, sosial kemasyarakatan, akhlak, perasaan, jasmani, ilmu,

kesehatan dan seksual. Kesembilan aspek materi tersebut mempunyai hubungan

korelatif, berjalan erat dan menyatu antara satu dengan lainnya, serta tidak bisa

terpisah-pisah. Ketiga, metode yang digunakan untuk membentuk karakter anak

dalam buku Prophetic Parenting dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu metode

untuk mempengaruhi kognitif anak meliputi menceritakan kisah, tanya jawab,

berbicara sesuai kadar akal anak. Metode untuk mempengaruhi afektif anak

meliputi bermain dengan anak, mengadakan perlombaan, memberikan pujian dan

sanjungan, memberikan panggilan yang baik dan memberikan janji dan ancaman.

Metode untuk mempengaruhi psikomotorik anak meliputi, menampilkan suri

teladan yang baik, mencari waktu yang tepat dalam memberi pengarahan, bersikap

adil pada anak, dan membantu anak dalam mengerjakan ketaatan.16

Penelitian relevan lainnya yang dilakukan oleh Fitri Nuriah Rivah, dalam

skripsinya yang berjudul “ Konsep Pendidikan Agama Islam dalam Pemberian

Reward dan Punishment Untuk Anak Dalam Keluarga Muslim”. Dalam

Penelitiannya, penulis menggunakan Metode Riset kualitatif, yaitu menekankan

analisanya pada data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

16

Sucipto, Konsep Reward dan Punishment dalam Menbentuk Karakter Anak dalam

Keluarga, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,Tahun Ajaran 2008/2009, (Online).http://digilib.uin-

suka.ac.id/10336/1/BAB%20I,%20IV,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf. Diakses pada tanggal 22

Juni 2016, hal. 40

Page 36: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

26

dan perilaku yang diamati. Pendekatan kualitatif penulis gunakan untuk

menganalisis konsep pendidikan agama Islam dalam pemberian reward dan

Punishment untuk anak dalam keluarga muslim. Maka dengan sendirinya

penganalisaan data ini lebih difokuskan pada Penelitian Kepustakaan (Library

Research), yakni dengan membaca, menelaah dan mengkaji buku-buku dan

sumber tulisan yang erat kaitannya dengan masalah yang dibahas. Adapun dalam

pembahasannya penulis menggunakan metode deskriptif karena data yang

dikumpulkan berupa kata-kata dan bukan angka-angka. Penelitian deskriptif tidak

dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu tetapi hanya menggambarkan apa

adanya tentang sesuatu variabel, gejala atau keadaan. Selain itu semua yang

dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang diteliti. Dengan

demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi

gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah

atau dokumen lainnya. Hasil penelitian yang penulis temukan terkait dengan

konsep pendidikan agama Islam dalam pemberian reward dan punishment untuk

anak dalam keluarga muslim adalah keluarga merupakan peranan yang sangat

penting dalam menanamkan nilai-nilai agama pada anak. Yaitu menanamkan nilai-

nilai aqidah pada anak, pembinaan ibadah pada anak, menanamkan nilai-nilai

akhlak pada anak, membina kepribadian anak serta menanamkan intelektual pada

anak. Dengan demikian anak akan mampu tumbuh dan berkembang dan mampu

Page 37: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

27

menghadapi tantangan zaman modern sekarang ini, serta mampu menjalani

kehidupannya sebagai hamba Allah.17

Penelitian-penelitian di atas membahas tentang konsep reward dan

punishment dalam pendidikan anak sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian

tersebut relevan dengan penelitian ini yang juga membahas tentang konsep reward

dan punishment dalam mendidik anak di lingkungan keluarga menurut ajaran

Rasulullah SAW.

Dari ketiga skripsi di atas penelitian tersebut terdapat kesamaan dari segi

tema. Berdasarkan pendapat peneliti persamaan yang terdapat pada peneliti di atas

dengan peneliti yang akan di teliti yaitu sama-sama meneliti tentang Konsep

Reward dan Punishment dalam Pendidikan Anak. Dan hal yang membedakan

penelitian ini dengan skripsi-skripsi di atas adalah skripsi ini lebih di fokuskan

menurut Ajaran Rasulullah SAW dan di Fokuskan Pada Konsep Reward dan

Punishment Dalam Mendidik Anak di Lingkungan Keluarga.

G. KERANGKA TEORI

Kerangka teori merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah di identifikasi sebagai masalah

yang penting.18

17

Fitri Nuria Rivah, Konsep Pendidikan Agama Islam dalam Pemberian Reward dan

Punishment Untuk Anak dalam Keluarga Muslim, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,Tahun Ajaran

2011/2012. (Online),http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2638/1/FITRI%20N

URIA%20RIVAH-FITK.pdf. Di akses pada tanggal 17 Maret 2016

Page 38: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

28

1. Konsep Reward (Hadiah) dan Punishment (hukuman)

Reward artinya ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan. Reward sebagai

alat pendidikan diberikan ketika seorang anak melakukan sesuatu yang baik, atau

telah berhasil mencapai sebuah tahap perkembangan tertentu, atau tercapainya

sebuah target. Dalam konsep pendidikan, reward merupakan salah satu alat untuk

peningkatan motivasi para peserta didik. Metode ini bisa meng-asosiasi-kan

perbuatan dan kelakuan seseorang dengan perasaan bahagia, senang, dan biasanya

akan membuat mereka melakukan suatu perbuatan yang baik secara berulang-

ulang. Selain motivasi, reward juga bertujuan agar seseorang menjadi giat lagi

usahanya untuk memperbaiki atau meningkatkan prestasi yang telah dapat

dicapainya.

Sementara punishment diartikan sebagai hukuman atau sanksi. Punishment

biasanya dilakukan ketika apa yang menjadi target tertentu tidak tercapai, atau ada

perilaku anak yang tidak sesuai dengan norma-norma yang diyakini oleh sekolah

tersebut. Jika reward merupakan bentuk reinforcement yang positif; maka

punishment sebagai bentuk reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan

secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Tujuan dari metode ini adalah

menimbulkan rasa tidak senang pada seseorang supaya mereka jangan membuat

sesuatu yang jahat. Jadi, hukuman yang dilakukan mesti bersifat pedagogies, yaitu

untuk memperbaiki dan mendidik ke arah yang lebih baik. Seorang guru atau

18

Sugiono, Metodologi Penelitian Kuantitaif Kualitatif R & D, (Bandung: Alfabeta, 2016),

hal. 283

Page 39: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

29

orang tua diperbolehkan memukul dengan pukulan yang tidak keras. Ini dilakukan

ketika beberapa cara seperti menasehati, menegur, tidak mempan juga. Hukuman

ini terutama menyangkut kewajiban shalat bagi anak-anak yang usianya telah

mencapai sepuluh tahun.

Indikator dalam pemberian reward dan punishment dalam mendidik anak

yaitu sebagai berikut:

a. Pemberian penghargaan atau hadiah harus ada batasnya, alternative

penghargaan lain biasa berupa perhatian;

b. Pemberian hadiah harus dimusyawarahkan kesepakatannya, serta

distandarkan pada proses bukan hasil.

c. Hukuman di standarkan pada perilaku, menghukum tanpa emosi;

d. Hukuman sudah disepakati, serta hukuman harus mempunyai tahapan.

2. Mendidik Anak dalam Keluarga

Anak merupakan generasi penerus bangsa dan sumber insan bagi

pembangunan nasional, maka harus diperhatikan dan dibina sedini mungkin agar

menjadi insan yang berkualitas dan berguna bagi bangsa.19

Sebagai orang tua,

haruslah mempunyai tujuan dan berikhtiar agar anak di masa depan mempunyai

kualitas yang lebih tinggi dari orang tuanya, minimal sejajar atau sama dengan

orang tuanya. Dengan demikian dia perlu mempersiapkan anak itu sejak dini agar

menjadi manusia unggul.

19

Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014),

hal.10

Page 40: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

30

Orang tua dan anak dalam suatu keluarga memiliki kedudukan yang berbeda.

Dalam pandangan orang tua, anak adalah buah hati dan tumpuan di masa depan

yang harus dipelihara dan dididik. Memeliharanya dari segala marabahaya dan

mendidiknya agar menjadi anak yang cerdas.20

Anak sebagai generasi yang baru lahir dari suatu keluarga akan di pengaruhi

oleh suasana keluarga dimana ia hidup. Dalam hal ini keluarga merupakan faktor

yang sangat penting bagi kehidupan anak karena keluarga sebagai kelompok

primer yang di dalamnya terjadi interaksi diantaranya para anggota keluarga dan

disitulah terjadinya.

Orang tua mendidik anaknya karena kewajaran, karena kodratnya, selain itu

karena cinta.21

Tujuan pendidikan anak di dalam keluarga ialah agar anak itu

menjadi anak yang saleh. Anak yang saleh itulah anak yang wajar dibanggakan.

Tujuan lain ialah sebaliknya, yaitu agar anak itu kelak tidak menjadi musuh orang

tuanya, yang akan mencelakakan orang tuanya.

Anak yang saleh dapat mengangkat nama baik orang tuanya. Anak adalah

dekorasi keluarga. Anak yang saleh tentu mendoakan orang tuanya.Bila tidak

mendoakan orang tuanya, kesalehannya itu telah cukup merupakan bukti amal

baik bagi orang tuanya. Pokoknya, setiap orang senang mempunyai anak yang

saleh. Oleh karena itu, orang tua mendidik anaknya agar menjadi anak yang saleh.

20

Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua & Anak dalam Keluarga, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2005), hal. 27-28 21

Ahmad Tafsir., Op. Cit., hal.163

Page 41: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

31

Indikator mendidik anak dalam keluarga yaitu:

a. Orang tua sebagai central teacher dalam keluarga;

b. Mendidik dengan cara menghormati anak;

c. Membimbing dan mendidik anak untuk bertakwa kepada Allah SWT dan

berbakti kepada kedua orang tua.

d. Metode Mendidik Anak Menurut Ajaran Rasulullah SAW

3. Metode Mendidik Anak yang Rasulullah Ajarkan ada 6, yaitu :22

a. Metode mendidik cara Rasulullah Saw melalui “Keteladanan”

1). Keteladanan Akidah

Apabila kita cermati lagi, ke enam rukun iman bersifat ghaib/abstrak. Karena

makna keimanan itu sendiri bukanlah hal yang zahir atatu bisa dilihat. Rasulullah

Saw mengajarkan 5 pilar penting dalam menanamkan akidah pada usia dini, di

antaranya yaitu:

a). Mendiktekan Kalimat Tauhid Kepada Anak,

b). Menghadirkan Allah dalam Kehidupan,

c). Mencintai Nabi, Sahabat, dan Keluarga Beliau,

d). Mengajarkan Al-Qur’an Sejak Dini,

e). Menanamkan Akidah yang Kuat dan Rela Berkorban Kepada-Nya,

2). Keteladanan dengan Ibadah yang Meliputi:

a). Salat,

22

Ayu Agus Rianti., Op. Cit, hal. 95- 219

Page 42: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

32

b). Zakat,

c). Puasa,

d). Haji.

3). Keteladanan dengan Muamamalah

a). Mengajak anak untuk hadir dalam forum-forum orang dewasa,

b). Membiasakan anak membantu urusan rumah tangga,

c). Membiasakan anak memberi salam,

d). Mengunjungi orang sakit,

e). Memilihkan teman yang baik bagi anak,

f). Membiasakan anak untuk berlatih tata cara jual beli,

g). Mengajak anak menginap di rumah kerabat yang saleh.

b. Metode Rasulullah Saw Menasehati

1). Mempersiapkan Kondisi Psikis Orang yang Mau dinasehati,

2). Memulai Nasihat dengan Pujian,

3). Beda Usia, Beda Cara,

4). Menasehati Tidak Didepan Orang Banyak.

c. Metode Mendidik Rasulullah Saw “Bersikap Adil”

1). Adil dalam Pemberian,

2). Adil dalam Konsekuensi/Sanksi.

d. Metode Mendidik Rasulullah Saw Memenuhi Hak-Hak Anak

1). Mendapatkan Kasih Sayang dari Orang tuanya,

2). Mendapatkan Nasab Ayahnya,

Page 43: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

33

3). Mendapatkan Hak Hidup,

4). Terpenuhi Kebutuhan Sandang, Pangan, dan Nafkah,

5). Mendapatkan Perlakuan Adil dan Tidak Pilih Kasih.

e. Metode Mendidik Rasulullah Saw “Mendo’akan”

Do’a adalah inti dari ibadah. Karena dengan berdo’a berarti kita mengakui

Allah Azza Wajalla sebagai satu-satunya tempat berlindung dan memohon

ampunan. Tidak mungkin seorang muslim berdo’a, jika ia tidak yakin bahwa Allah

Swt dapat menolongnya. Oleh karena itu, mengajarkan anak berdo’a dan

mendo’akan mereka merupakan sesuatu yang sangat urgent dalam akidah

Islamiah. Anak yang terbiasa berdo’a, maka dapat di pastikan lurus dan kokoh

akidahnya. Adapun manfaat berdo’a yaitu:

1). Bentuk Ibadah & Ketaatan Kepada Allah Swt,

2). Mencegah Bala Bencana & Peredam Amarah Allah Swt,

3). Mengandung Banyak (dengan izin Allah Swt),

4). Bukti Keimanan Kepada Allah Swt,

5). Pembuktian Tawakkal Kepada Allah Swt.

f. Metode Mendidik Cara Rasulullah SAW. “Membimbing Anak Berbakti

Kepada Orang Tua”

1). Mengucapkan Kata “Tolong” dan “Terima Kasih”

2). Mendahulukan Orang yang Lebih Tua

3). Berkata-kata Lembut dan Sopan Kepada Orang yang Lebih Tua,

4). Mendo’akan Orang Tua

Page 44: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

34

5). Mengunjungi Orang yang Lebih Tua,

6). Merawat Orang Tua yang Sakit,

7). Menghibur Orang Tua.

g. Metode Mendidik Cara Rasulullah Saw. “Menghindari dari Mencela dan

Memaki Anak”

1). Menjauh dari Anak Untuk Menenangkan diri Untuk Berfikir Bagaimana

Merespons dengan Lebih Baik,

2). Bergegas Kembali Kepada Anak dan Jelaskan Mengapa Anda (Orang Tua)

Tidak Menyukai Apa yang Dilakukan Anak Tadi,

3). Tanyakan Kepada Anak Alasan Ia Berlaku Demikian,

4). Katakan Kepada Anak Bahwa Ia dapat Berprilaku yang Lebih Baik dari

Itu,

5). Katakan Kepada Anak Bahwa Kelakuannya Membuat Orang Tua Kecewa,

6). Tanyakan Kepada Anak Apa yang dapat Orang Tua Lakukan Supaya Anak

Berprilaku Lebih Baik,

7). Pastikan Hukuman atau Konsekuensi yang Orang Tua Berikan adalah Adil

.

H. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiyah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.23

23

Sugiono, Op. Cit, hal. 2

Page 45: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

35

1. Jenis Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dilakukan berdasarkan Library Reaserch yakni studi

kepustakaan. Artinya, penelitian ini merupakan telaah pustaka yang merujuk

kepada buku-buku yang relevan dengan masalah yang hendak dibahas. Jenis

pendekatan penelitian ini adalah kualitatif yaitu akan memberikan sumbangan

pemikiran bagaimana konsep reward dan punishment dalam mendidik aanak di

lingkungan keluarga menurut ajaran Rasulullah Saw. Karena penelitian kualitatif

itu sendiri adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak

menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Jelas bahwa

pengertian ini mempertentangkan penelitian kualitatif dengan penelitian yang

bernuansa kuantitatif yaitu dengan menonjolkan bahwa usaha kuantifikasi apapun

tidak perlu digunakan pada penelitian kualitatif.24

2. Jenis Data

Jenis data pada penelitian ini diklasifikasikan pada jenis data kualitatif yang

berkenaan dengan konsep reward dan punishment dalam mendidik anak di

lingkungan keluarga menurut ajaran Rasulullah Saw. Data kualitatif yaitu

penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami

sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang.

Ternyata definisi ini hanya mempersoalkan satu metode yaitu wawancara terbuka,

sedang yang penting dari definisi ini mempersoalkan apa yang diteliti yaitu upaya

24

Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2016), hal. 6

Page 46: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

36

memahami sikap, pandangan, perasaan dan perilaku baik individu maupun

sekelompok orang.25

3. Sumber Data

Yang dijadikan sumber data penelitian ini adalah berbagai sumber yang

berkaitan dengan pembahasan ini, diantaranya: Al-Qur’an dan hadits, buku-buku

yang relevan, serta hasil-hasil penelitian yang ada hubungan atau dapat menunjang

pembahasan dalam penelitian ini. Atau dengan kata sumber data yang digunakan

dalam penelitian ini ada 2 macam yaitu:26

a. Sumber data sekunder adalah data yang ada dalam pustaka-pustaka atau buku-

buku penunjang yang diambil untuk dijadikan sebagai bahan acuan dalam

penulisan skripsi ini yaitu menggunakan buku Ayu Agus Rianti yang berjudul

Cara Rasulullah SAW Mendidik Anak, buku Irawati Istadi yang berjudul

Mendidik dengan Cinta, buku Abdullah Nashih Ulwan yang berjudul Pedoman

Pendidikan Anak dalam Islam, buku Muhammad Suwaid yang berjudul

Mendidik Anak Bersama Nabi SAW, dan buku Hasan Syamsi Basya yang

berjudul Cara Jitu Mendidik Anak.

b. Sumber data primer adalah data yang langsung dikumpulkan dari individu-

individu yang diselidiki atau data pokok yang bersumber dari Al-Qur’an, hadits

dan pendapat para pakar ilmu pendidikan melalui buku-buku tulisan mereka.

Sebagai acuan untuk memperkuat landasan baik di dalam Al-Qur’an dan Hadits

25

Ibid, hal. 6 26

Margono, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2014), hal. 23

Page 47: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

37

di dalam skripsi ini yang telah tercantum di dalam QS.Furqon : 74 yang

membahas tentang anak sebagai penyejuk pandangan mata, QS. At-Takhrim :

6 yang membahas tentang anak sebagai amanah dari Allah SWT. Dan di dalam

Hadits salah satunya HR. Abu Dawud, cara mendidik anak yang dilandasi

kasih sayang dan menomor duakan hukuman.

4. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan tipe penelitian yakni Library Reaserch, maka pengumpulan

data dilakukan dengan bantuan bermacam-macam material yang terdapat dalam

perpustakaan, seperti buku-buku yang ada relevansinya dengan pembahasan

penelitian.

Setelah data terhimpun dari berbagai sumber data yang di peroleh, selanjutnya

data-data itu diklasifikasikan ke dalam permasalahan yang ada. Data di olah

sedemikian rupa sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang akan

dicapai. Selanjutnya setelah data terhimpun dan terkumpul serta telah

diklasifikasikan, akhirnya diaambil kesimpulan yang merupakan hasil akhir dari

penelitian ini.

5. Teknik Analisis Data

Sesuai dengan data yang terkumpul, penelitian ini dianalisa secara deskriptif

kualitatif dengan pendekatan Library Reaserch (tinjauan kepustakaan). Menurut

Miles dan Hubberman dalam buku Saipul Annur yang disebut “Three Concurrent

Page 48: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

38

Flows Of Activity” (tiga arus aktivitas yang terjadi secara bersamaan) yaitu

pereduksian data, pemaparan data, dan kesimpulan serta verifikasi.27

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan teknik analisa data ini

adalah pertama data dipilih, difokuskan, disederhanakan, diabstraksikan, dan

ditransformasikan untuk selanjutnya diringkas atau diparafrase. Terakhir data

diorganisasi dan dipadatkan untuk diambil kesimpulan.

I. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah mengetahui secara keseluruhan isi dari skripsi ini,

maka di susun sistematika pembahasan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Berisi Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Rumusan

Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangka Teori,

Metodologi Penelitian, dan Sistematika Pembahasan.

Bab II Konsep Reward dan Punishment

Berisi tentang landasan teori yang digunakan sebagai landasan berfikir dan

menganalisis data yang berupa, konsep reward dan punishment dalam mendidik

anak (pengertian reward dan punishment, tujuan pemberian reward dan

punishment, fungsi pemberian reward dan punishment, prinsip-prinsip pemberian

27

Saipul Annur, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Palembang: Rafah Press,2011),

hal.126

Page 49: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

39

reward dan punishment, macam-macam bentuk pemberian reward dan

punishment, kelemahan dan kekuatan pemberian reward dan punishment),

mendidik anak dalam keluarga (pengertian mendidik anak dalam keluarga, orang

tua dan anak dalam keluarga, fungsi keluarga, tujuan pendidikan anak dalam

keluarga, posisi anak dalam keluarga, tanggung jawab orang tua dalam mendidik

anak, metode mendidik anak yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, serta kisah-

kisah tentang Rasulullah SAW).

Bab III Penerapan Konsep Reward dan Punishment dalam Mendidik Anak

di Lingkungan Keluarga Menurut Ajaran Rasulullah SAW

Berisi tentang pemberian reward dalam mendidik anak yang diajarkan

Rasulullah SAW yang meliput (bentuk-bentuk penghargaan, cara menerapkan atau

mengaplikasikan reward) serta pemberian punishment dalam menddidik anak

yang diajarkan Rasulullah SAW meliputi (bentuk-bentuk hukuman yang memberi

alternatif, bentuk-bentuk hukuman yang dilarang, bentuk-bentuk hukuman yang

mendidik, cara menerapkan atau mengaplikasikan punishment).

Bab IV Penutup

Berisi kesimpulan, saran dari penulis dan daftar pustaka serta lampiran-

lampiran yang diperlukan

Page 50: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

40

BAB II

KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT SERTA MENDIDIK ANAK

DALAM KELUARGA

A. Konsep Reward dan Punishment

1. Pengertian Reward dan Punishment

a. Pengertian Reward

Menurut kamus Bahasa Indonesia, hadiah adalah pemberian, ganjaran

(Pemenang perlombaan, sayembara dan sebagainya).1 Di dalam buku Muhammad

Kosim, Reward artinya ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan.2 Reward

(hadiah) adalah memberikan suatu kepada orang lain sebagai penghargaan untuk

kenang-kenangan atau cenderamata. Hadiah yang diberikan kepada orang lain bisa

berupa apa saja, tergantung dari keinginan pemberi. Atau bisa juga disesuaikan

dengan prestasi yang dicapai oleh seseorang.3 Hadiah yang diberikan sebagai

motivasi anak dalam belajar haruslah hadiah yang memang anak-anak sedang

senangi atau sedang diinginkan. Orang tua harus cermat dalam memilih hadiah

1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai

Pustaka, tt), hal. 221 2 Muhammad Kosim, Antara Reward dan Punishment, (Padang : Ekpress Rubrik Artikel,

2008), hal. 1 3 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosadakarya,

2011), hal. 182

Page 51: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

41

untuk prestasi yang telah dicapai oleh anak.4 Hal ini terdapat dalam salah satu

firmannya QS.An-Najm 31.5

(١٣زي الذين أسسووا ااحسى )ن أساءوا با عملوا وي السماوات وما ف األرض ليجزي الذيولله ما ف

Artinya :

Dan milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.

(Dengan demikian) Dia akan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat

jahat sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan dan Dia akan memberi balasan

kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga).

(QS.An-Najm:31)

Jadi dapat disimpulkan bahwa reward (hadiah) merupakan sesuatu yang

menyenangkan bagi anak atau salah satu alat untuk meningkatkan motivasi pada

anak. Hadiah adalah salah satu alat pendidikan untuk mendidik anak-anak supaya

anak menjadi merasa senang karena perbuatan dan pekerjaannya mendapat

penghargaan. Hadiah sebagai alat untuk mendidik anak agar tidak boleh bersifat

sebagai upah. Karena upah merupakan sesuatu yang mempunyai nilai sebagai

ganti rugi dari suatu pekerjaan atau suatu jasa yang telah dilakukan oleh seseorang.

Jika hadiah itu sudah berubah sifat menjadi upah, hadiah itu tidak lagi bernilai

mendidik karena anak akan mau bekerja giat dan berlaku baik karena

mengharapkan upah. Dalam hal ini sebaiknya hadiah yang diberikan tidak berupa

4 Ibid, hal. 183

5 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung:Diponegoro,2014),

hal.527

Page 52: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

42

materi dengan harga mahal yang tidak sesuai dengan kebutuhan anda dan keadaan

ekonomi anda. Karena jika kita (orang tua) memberikan materi maka makin lama

makin meningkat nilai materinya dan jika itu pada suatu saat tidak terpenuhi bisa

menjadi media anak untuk mengancam orang tua, menjadikan anak malas, manja,

semena - mena dan paling parah dalah bunuh diri ketika keinginannya tidak

tercapai.

Agar reward efektif dalam membentuk perilaku yang baik pada anak, maka

hal-hal yang harus diperhatikan orang tua dalam setiap tindakan reward, yaitu

ketika memberikan reward perhatikan:6

1). Hadiah diberikan dengan tujuan memberikan motivasi pada anak agar berbuat

baik.

2). Hindarkan memberikan reward dalam bentuk barang.

3). Berikan reward seperti pelukan, ciuman dan kata-kata pujian yang benar-

benar tulus.

4). Sesuaikan dengan kemampuan orang tua jika ingin memberikan berupa

barang.

5). Harus konsisten dalam memberi reward tersebut.

6). Perhatikan efek reward yang diberikan pada anak.

7). Hadiah harus memiliki unsur memotivasi anak untuk menjadi lebih baik.

6 Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Baru, (Jogjakarta: Ar-

Ruzz Media, 2013), hal.156

Page 53: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

43

Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam memberikan reward tidaklah harus

selalu memberikan barang-barang yang mahal. Dengan kalimat pujian saja, anak

sudah merasa senang. Misalnya ketika mereka mendapatkan nilai baik saat

ulangan maka berikan kalimat pujian yang memotivasi mereka agar

mempertahankan nilai baik tersebut. Namun tidak ada salahnya jika sesekali

memberikan anak reward berupa barang-barang. Asalkan barang tersebut benar-

benar sudah dibutuhkannya.

Contoh reward yang dianjurkan: Ketika si anak mendapat nilai 100 dalam

semua ujian maka anak perlu diberi pujian dan motivasi atau support untuk tetap

bisa mempertahankan prestasinya. Sebagai hadiah bisa juga mengajaknya jalan -

jalan bersama keluarga, misalnya tamasya ke kebun binatang, piknik, makan di

restoran,dan lain-lain. Asalkan jangan selalu memberikan hadiah materi ketika

anak mencapai kesuksesannya, misalnya HP, laptop, pada usia yang dia belum

memerlukannya, karena bisa berbahaya untuk anak tersebut.

b. Pengertian Punishment

Punishment (hukuman) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan

dengan; 1). Siksa dan sebagainya yang dikenakan kepada orang-orang yang

melanggar undang-undang dan sebagainya. 2). Keputusan yang dijatuhkan oleh

hakim. 3). Hasil atau akibat menghukum.7 Secara umum disepakati bahwa

7 Kamus Besar Bahasa Indonesia,Op.Cit, hal. 223

Page 54: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

44

hukuman adalah ketidaknyamanan (suasana tidak menyenangkan) dan perlakuan

yang buruk atau jelek.8 Punishment (hukuman) diartikan sebagai hukuman atau

sanksi. Punishment biasanya dilakukan ketika apa yang menjadi target tertentu

tidak tercapai, atau ada perilaku anak yang tidak sesuai dengan norma-norma yang

berlaku.9

Orang tua diperbolehkan memukul dengan pukulan yang tidak keras. Ini

dilakukan ketika beberapa cara seperti menasehati, menegur, tidak mempan juga.

Hukuman ini terutama menyangkut kewajiban shalat bagi anak-anak yang usianya

telah mencapai sepuluh tahun.

Nabi Muhammad SAW bersabda :

هللا صلى هللا عليه وسلم : عن عمروبن شعيب عن ابيه عن جده قال : قال رسول

قوا بينهم في الم لة وهم ابناء سنين واضربهم ابناء عشر و فر ضاج مروا اولدكم بالص

و داود () رواه اب

“Dari Amr Bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya berkata : Raulullah

SAW bersabda : “perintahkanlah anakmu untuk melakukan shalat, pada saat

mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka pada saat mereka berusia

sepuluh tahun jika mereka meninggalkan shalat dan pisahkanlah mereka dalam

hal tempat tidur.” (HR. Abu Dawud).

8 Abdurrahman Mas’ud, Reward and Punishment dalam Pendidikan Islam, Jurnal Media,

2006), hal. 23 9 Muhammad Kosim., Op. Cit., hal. 1

Page 55: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

45

Dalam nasehat Rasulullah itulah terkandung cara mendidik anak yang

dilandasi dengan kasih sayang, dan menomor duakan hukuman. Bukankah beliau

terlebih dahulu menyuruh membiasakan anak mengerjakan shalat mulai usia tujuh

tahun. Kalau tiga tahun setelah itu, ternyata belum juga shalat, sangat wajar jika

diberikan hukuman.

Jadi dapat disimpulkan dalam hal ini ketika anak melakukan kesalahan maka

jangan langsung dimarahi, karena hal ini bisa menyebabkan anak tertekan, secara

pikologis. Oleh sebab itu berilah pengertian dan menasehati anak dengan baik

ketika anak melakukan kesalahan itu dengan tutur kata yang lembut, meskipun

sebagai orang tua merasa kesal, karena anak juga masih dalam tahap

perkembangan sehingga si anak masih dalam tahap belajar. Jika dimarahi terus,

bisa membuat perkembangan psikis anak jadi tidak optimal.

Ketika memberikan punishment (hukuman) orang tua harus memperhatikan

hal hal sebagai berikut:10

a) Pastikan bukan balita yang menerima punishment (hukuman). Balita

belum paham punishment (hukuman).

b) Hindarkan memberikan punishment (hukuman) dalam keadaan emosi.

c) Perhatikan apakah punishment (hukuman) tersebut memiliki efek baik

untuk anak.

d) Jelaskan pada anak mengenai sebab-akibat suatu perilaku.

10

Purwa Atmaja Prawira., Op.Cit., hal.157

Page 56: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

46

e) Hindarkan hukuman fisik dan psikis.

f) Tegaslah dalam menghukum anak. Jangan mudah luluh ketika mereka

menangis.

g) Jangan jadikan punishment sebagai kegiatan rutinitas yang harus

dilakukan ketika anak bersalah.

Jadi dapat disimpulkan bahwa walaupun anak melakukan kesalahan,

punishment diberikan harus tetap memperhatikan usia, dan efek yang akan

dirasakan anak. Hukuman yang tidak boleh dilandasi amarah orang tua. Jika

amarah yang melandasi sebuah hukuman, maka tidak dipungkiri pukulan,

tamparan, kata-kata kasar akan didapatkan anak. Tindakan tersebut justru akan

membuat anak semakin buruk. Bertanyalah dengan sabar dan penuh lembut ketika

anak telah melakukan kesalahan.

Sebaiknya cara memberi hukuman sebagai ibu yang baik maka seorang ibu

bisa dengan cara ketika tahu anaknya memecahkan gelas, dekati anak tersebut dan

tanyakan peristiwa apa yang terjadi dan bagaimana bisa terjadi dengan kata - kata

halus.11

Ketika si anak tidak mau menjawab, jangan dimarahi. Sebagai hukuman,

suruhlah anak tersebut mengambil sapu dan cikrak untuk membersihkan pecahan

gelas tadi. Setelah si anak mengambilkan, sebagai ibu yang membersihkan. Karena

pecahan gelas ini berbahaya, apalagi anak masih kecil. Ketika semua sudah bersih

maka ajaklah si anak berbicara, nasehati dia dengan tutur kata yang baik dan

11

Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal.223

Page 57: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

47

menyuruh anak untuk meminta maaf pada ayahnya sebagai pertanggungjawaban

dan hukuman atas kesalahannya. Dan si ayah jangan memarahi tetapi menasehati

agar si anak tidak mengulangi kesalahnnya lagi. Ini lebih baik, karena anak

menjadi tahu apa kesalahannya dan dia menjadi tahu bagaimana cara

menyelesaikan ketika dia berbuat salah.

2. Tujuan Pemberian Reward dan Punishment

a. Tujuan Pemberian Reward

Tujuan dari pemberian penghargaan (reward) merupakan "fungsi

reinforcement" atau fungsi penguatan yang lebih mendorong pada anak untuk

semakin meningkatkan prestasi yang pernah diraihnya. Pemberian penghargaan

berupa pujian berperan sangat signifikan dalam upaya peningkatan motivasi

belajar anak demi tercapainya keberhasilan anak. Dan hal itu akan memberikan

semangat bagi anak terhadap pekerjaan dan prestasi baik yang telah dilakukannya.

Dengan begitu, anak akan bertambah semangat lagi meningkatkan prestasinya dan

termotivasi untuk mempertahankannya.12

Pemberian hadiah atau reward sangat berarti bagi anak yaitu:13

1). Memberikan semangat baru untuk melakukan kegiatan yang akan diberikan

2). Menghargai karya orang lain

3). Meningkatkan daya saing anak

4). Membesarkan hati anak

12

Zainudin, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal.86 13

Ibid, hal. 87

Page 58: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

48

Seorang anak yang rajin, berakhlak baik, dan yang dapat menjalankan

kewajiban, layak memperoleh hadiah dari orang tuanya. Oleh karena itu, si anak

akan menemukan jiwanya senang menerima itu di hadapan teman-temannya.

Sebab, pada usia pelajar, jiwa seorang anak lebih dipenuhi insting suka memiliki.

Hal ini dikarenakan manfaat dari reward sendiri adalah anak dapat termotivasi

untuk membentuk karakter yang diharapkan dan belajar mengenali lingkungan

disekitarnya.14

b. Tujuan Pemberian Punishment

Tujuan pemberian punishment kepada anak, sedangkan punishment itu

sendiri merupakan suatu tindakan yang lebih mengarah kepada hal-hal yang

kurang baik.Yang mana sebenarnya, maksud dari pemberian punishment itu

sendiri yaitu untuk memberikan efek jera kepada anak. Tetapi juga tidak dapat

dipungkiri bahwa akibat dari pemberian punishment itu sendiri juga akan

mengganggu rasa kepercayaan diri anak tersebut. Hukuman yang diberikan oleh

orang tua yang biasanya memberikan dukungan, cenderung lebih efektif daripada

hukuman yang sama, yang diberikan oleh orang tua yang biasanya bersikap dingin

dan tidak dekat dengan si anak. Hukuman dari orang tua yang selalu

mempraktekkan apa yang dinasehatkan, biasanya lebih efektif dari pada orang tua

yang tidak memberi keteladanan. Orang tua yang sehabis menghukum kemudian

menunjukkan kasih sayang yang berlebihan, bisa menghilangkan manfaat

hukuman bahkan mungkin mendukung reaksi yang tidak dikehendaki.

14

Ibid, hal.95

Page 59: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

49

Segala sesuatu perlu ukuran, perlu keseimbangan. Yaitu proporsi ukuran yang

sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Belum tentu ukuran tersebut harus

berbagi sama. Keseimbangan imbalan dan hukuman pun tidak berarti harus

diberikan dalam porsi sama, satu-satu.15

Yang akan dipakai sebagai standar keseimbangan adalah sama seperti standar

yang dipergunakan Allah SWT dalam memberikan pahala dan dosa bagi hamba-

hamba-Nya. Seperti kita ketahui, Allah menjanjikan pahala bagi manusia, untuk

sekedar sebuah niat berbuat baik. Manakala niat itu diwujudkan dalam bentuk

sebuah amal, Allah SWT akan membalasnya dengan pahala yang bukan hanya

satu, melainkan berlipat ganda. Sebaliknya, Allah mempersulit pemberian dosa

bagi hamba-Nya. Niat untuk bermaksiat belumlah dicatat sebagai dosa, kecuali

niat itu terelaksana, itupun bisa segera dia hapuskan ketika kita segera beristigfar.

Keseimbangan inilah yang harus di teladani dalam memberikan imbalan dan

hukuman kepada anak. Sebagai orang tua harus mengutamakan dan

mempermudah memberikan penghargaan atau hadiah kepada anak dan

meminimalkan pemberian hukuman.16

Kalau anak di hukum, sebaiknya ia di ajari respon lain untuk menggantikan

reaksi yang mendatangkan hukuman kepadanya itu. Memberikan penjelasan dan

alasan mengapa anak di hukum, akan meningkatkan efektivitas hukuman itu.

15

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hal.115 16

Ibid, hal.116

Page 60: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

50

Alasan penjelasan mempunyai peranan yang sangat penting dalam

mengembangkan pengendalian diri di kalangan anak-anak yang lebih besar.17

Jadi dapat disimpulkan bahwa antara reward dan punishment memiliki

kelebihan dan kekurangannya. Kita diperbolehkan menggunakan kedua cara

tersebut guna mendidik anak. Tetapi, kita harus memperhatikan bagaimana situasi

dan kondisi dari anak tersebut. Ketika mereka melakukan kesalahan jangan

langsung memberikan hukuman (punishment) tetapi kita sebagai orang tua mesti

memahami apa yang terjadi. Sedangkan untuk reward, jangan memberikannya

secara rutin dan mengumbar janji karena anak akan selalu mengharapkannya.

3. Fungsi Pemberian Reward dan Punishment

Ada tiga fungsi penting dari reward (hadiah), yaitu:18

1) Memiliki nilai pendidikan

Hadiah adalah salah satu bentuk pengetahuan yang membuat anak segera tahu

bahwa tingkah lakunya itu baik.

2) Memotivasi anak untuk mengulangi tingkah laku yang baik

Anak umumnya akan bereaksi positif terhadap penerimaan lingkungan yang

diekspresikan lewat hadiah. Hal ini mendorong mereka bertingkah laku baik

agar mendapat hadiah lebih banyak.

17

Moehari Kardjono, Mempersiapkan Generasi Cerdas, (Jakarta: Qisthi Press, 2008), hal.

96-97 18

Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga,

(Jakarta: Rineka Cipta, 2014), hal. 24

Page 61: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

51

3) Memperkuat tingkah laku yang dapat diterima lingkungan

Apabila anak mendapat penghargaan atas tingkah lakunya ia mendapatkan pem

ahaman bahwa apa yang dilakukannya itu berarti. Ini yang membuat anak termo

tivasi untuk terus mengulangi.

Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya dalam

reward terdapat suatu kekuatan yang dapat mendorong anak untuk melakukan

perbaikan. Dengan reward anak merasa bahwa perbuatan baik yang dilakukannya

membuatnya dihormati, disayangi orang lain sebagai bentuk penghargaan diri, atas

usaha tindakan yang telah dilakukan.

Ada tiga fungsi penting dari Punishment (hukuman), yaitu:19

1). Fungsi restriktif

Hukuman dapat menghalangi terulangnya kembali perilaku yang tidak

diinginkan pada anak. Jika seorang anak pernah mendapat hukuman karena ia

telah melakukan satu kesalahan atau pelanggaran, maka ia akan berusaha

untuk tidak mengulangi kesalahan yang serupa di masa datang.

2). Fungsi pendidikan

Hukuman yang diterima anak merupakan pengalaman bagi anak yang dapat

dijadikan pelajaran yang berharga. Anak bisa belajar tentang salah dan benar

melalui hukuman yang telah diberikan kepadanya. Hal ini menyadarkan anak

akan adanya suatu aturan yang haras dipahami dan dipatuhi, yang bisa

19

Ibid, hal. 27

Page 62: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

52

menuntunnya untuk memastikan boleh atau tidaknya suatu tindakan

dilakukan.

3). Fungsi motivasi

Hukuman dapat memperkuat motivasi anak untuk menghindarkan diri dari

tingkah laku yang tidak diinginkan. Dari pengalaman hukuman yang pernah

diterima anak, maka anak merasakan bahwa menerima hukuman merupakan

suatu pengalaman yang kurang menyenangkan, dengan demikian anak

bertekad tidak mengulangi kesalahan yang sama dan akhirnya timbul

dorongan untuk berperilaku wajar, yaitu perilaku yang diinginkan dan dapat

diterima oleh kelompoknya.20

Jadi dapat disimpulkan bahwa hadiah dan hukuman adalah alat pendidikan

represif (usaha yang dilakukan setelah pelanggaran terjadi seperti mengekang,

menahan, menekan dan lain-lain) dan kuratif (suatu kegiatan untuk menolong)

terhadap apa yang dilakukan dan diperbuat si anak. Penghargaan dan hukuman

diberikan dengan maksud memperbaiki dan mempertinggi sifat, sikap dan tingkah

laku anak serta memberikan kesadaran akan segala kesalahan yang dilakukannya

dan bagaimana memperbaikinya.

Hukuman bukan sebagai balas dendam dan tampilan kekuasaan tapi sebagai

koreksi dan teguran. Sedangkan penghargaan jangan dijadikan sebagai upah dan

tujuan, tetapi sebagai alat membangkitkan minat dan motivasi belajar anak.

20

Tafsir Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja,

Rosdakarya, 2011), hal. 186

Page 63: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

53

4. Prinsip-Prinsip Pemberian Reward dan Punishment

a. Prinsip-Prinsip Pemberian Reward

1). Penilaian didasarkan pada ’perilaku’ bukan ’pelaku’. Untuk membedakan

antara ’pelaku’ dan ’perilaku’ memang masih sulit. Apalagi kebiasaan dan

persepsi yang tertanam kuat dalam pola pikir kita yang sering menyamakan

kedua hal tersebut. Istilah atau panggilan semacam ’anak shaleh’, anak pintar’

yang menunjukkan sifat ’pelaku’ tidak dijadikan alasan pemberian

penghargaan karena akan menimbulkan persepsi bahwa predikat ’anak shaleh’

bisa ada dan bisa hilang. Tetapi harus menyebutkan secara langsung perilaku

anak yang membuatnya memperoleh hadiah.

2). Pemberian penghargaan atau hadiah harus ada batasnya. Pemberian hadiah

tidak bisa menjadi metode yang dipergunakan selamanya. Proses ini cukup

difungsikan hingga tahapan penumbuhan kebiasaan saja. Manakala proses

pembiasaan dirasa telah cukup, maka pemberian hadiah harus diakhiri. Maka

hal terpenting yang harus dilakukan adalah memberikan pengertian sedini

mungkin kepada anak tentang pembatasan ini.

3). Penghargaan berupa perhatian. Alternatif bentuk hadiah yang terbaik bukanlah

berupa materi, tetapi berupa perhatian, baik verbal maupun fisik. Perhatian

verbal bisa berupa komentar-komentar pujian, seperti, ’Subhanallah’,

Alhamdulillah’, indah sekali gambarmu’. Sementara hadiah perhatian fisik

bisa berupa pelukan, atau acungan jempol.

Page 64: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

54

4). Dimusyawarahkan kesepakatannya. Setiap anak yang ditanya tentang hadiah

yang dinginkan, sudah barang tentu akan menyebutkan barang-barang yang ia

sukai. Maka disinilah dituntut kepandaian dan kesabaran orang tua untuk

mendialogkan dan memberi pengertian secara detail sesuai tahapan

kemampuan berpikir anak, bahwa tidak semua keinginan kita dapat terpenuhi.

5). Distandarkan pada proses, bukan hasil. Banyak orang lupa, bahwa proses jauh

lebih penting daripada hasil. Usaha yang dilakukan anak, adalah merupakan

lahan perjuangan yang sebenarnya. Sedangkan hasil yang akan diperoleh nanti

tidak bisa dijadikan patokan keberhasilannya.21

Jadi dapat disimpulkan bahwa pemberian reward atau penghargaan tidak

selamanya bersifat baik, namun tidak menutup kemungkinan bahwa pemberian

reward penghargaan merupakan satu hal yang bernilai positif. Dalam mendidik

anak, reward digunakan sebagai bentuk motivasi atau sebuah penghargaan untuk

hasil atau prestasi yang baik kepada anak, dapat berupa kata-kata pujian,

pandangan senyuman, pemberian tepukan tangan serta sesuatu yang

menyenangkan, misalnya orang tua memberikan hadiah bagi anaknya yang telah

mendapat nilai bagus.

b. Prinsip-Prinsip Pemberian Punishment

1). Kepercayaan terlebih dahulu kemudian hukuman. Metode terbaik yang tetap

harus diprioritaskan adalah memberikan kepercayaan kepada anak.

21

Irawati Istadi, Mendidik dengan Cinta, (Jakarta: Pustaka Inti, 2005), Hal. 93

Page 65: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

55

Memberikan kepercayaan kepada anak berarti tidak menyudutkan mereka

dengan kesalahan-kesalahannya, tetapi sebaliknya kita memberikan

pengakuan bahwa kita yakin mereka tidak berniat melakukan kesalahan

tersebut, mereka hanya khilaf atau mendapat pengaruh dari luar.

2). Hukuman distandarkan pada perilaku. Sebagaimana halnya pemberian hadiah

yang harus distandarkan pada perilaku, maka demikian halnya hukuman,

bahwa hukuman harus berawal dari penilaian terhadap perilaku anak, bukan

’pelaku’ nya. Setiap anak bahkan orang dewasa sekalipun tidak akan pernah

mau dicap jelek, meski mereka melakukan suatu kesalahan.

3). Menghukum tanpa emosi. Kesalahan yang paling sering dilakukan orangtua

adalah ketika mereka menghukum anak disertai dengan emosi kemarahan.

Bahkan emosi kemarahan itulah yang menjadi penyebab timbulnya keinginan

untuk menghukum. Dalam kondisi ini, tujuan sebenarnya dari pemberian

hukuman yang menginginkan adanya penyadaran agar anak tidak lagi

melakukan kesalahan.

4). Hukuman sudah disepakati. Sama seperti metode pemberian hadiah yang

harus dimusyawarahkan dan didiologkan terlebih dahulu, maka begitu pula

yang harus dilakukan sebelum memberikan hukuman. Adalah suatu pantangan

memberikan hukuman kepada anak, dalam keadaan anak tidak menyangka ia

akan menerima hukuman, dan ia dalam kondosi yang tidak siap.

Mendialogkan peraturan dan hukuman dengan anak, memiliki arti yang sangat

Page 66: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

56

besar bagi si anak. Selain kesiapan menerima hukuman ketika melanggar juga

untuk menghargai orang lain karena ia dihargai oleh orang tuanya.

5). Tahapan pemberian hukuman. Dalam memberikan hukuman tentu harus

melalui beberapa tahapan, mulai dari yang teringan hingga akhirnya jadi yang

terberat.22

Jadi dapat disimpulkan bahwa pemberian hukuman pada anak memiliki

keuntungan antara lain dapat menghentikan dengan segera tingkah laku anak yang

menyimpang, memberi petunjuk kepada anak mengenai tingkah laku yang dapat

diterima selain itu sebagai pengajaran bagi anak dengan kenyataan bahwa

hukuman mampu mengurangi kemungkinan anak dan meniru tingkah laku

tersebut. Selanjutnya hukuman yang diberikan bukanlah dengan kekerasan, tetapi

diberikan dengan ketegasan. Jika hukuman dilakukan dengan kekerasan, maka

hukuman tidak lagi memotivasi seseorang berbuat baik, melainkan membuat anak

merasa takut dan benci sehingga bisa menimbulkan pemberontakan batin.

5. Macam-Macam Bentuk Pemberian Reward dan Punishment

a. Macam-Macam Bentuk Pemberian Reward

Pemberian penghargaan terkesan sederhana tetapi bisa menjadi motivasi

tersendiri bagi anak. Pemberian Reward meliputi :23

22

Ibid, Hal. 94 23

Fristiana Irina, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Yogyakarta: Parana Ilmu, 2016), hal. 221

Page 67: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

57

1). Pemberian kepercayaan

Dalam diri anak membutuhkan pengakuan bagi eksistensinya di mata orang

lain (teman-temannya). Pemberian kepercayaan membuat diri anak merasa diakui

dan dihargai oleh orang tua. Dengan diberikan kesempatan untuk membuktikan

kemampuannya, anak mulai menghargai keberadaan diri dan orang lain. Hal ini

akan memunculkan responsibility (Tanggung Jawab) untuk mampu menjaga dan

mewujudkan amanat yang ada. Pemberian kepercayaan lebih berimplikasi positif

pada diri anak daripada pemberian materi maupun kata-kata pujian yang tidak

realistik. Kepercayaan menjamin kesenangan seseorang untuk mengurangi tekanan

jiwa.

2). Senyuman, Pandangan, Tepukan Punggung

Pemberian kasih sayang oleh orang tua yang diwujudkan melalui ekspresi

wajah dan tindakan jasmaniah akan lebih mengena. Keadaan emosional anak yang

labil akan sering menimbulkan sikap menolak, mencela bahkan merombak

ketentuan apapun yang dirasa mempersempit kebebasannya, karena anak pada

masa pendidikan dasar ingin mendapatkan kebebasan dari ketergantungan. Adanya

tekanan-tekanan dan kungkungan akan menimbulkan ketegangan yang menjadikan

anak semakin marah. Oleh karena itu, adanya sikap penerimaan positif dari orang

tua sebagai wujud persetujuan mereka pada perilaku anak, akan diimbangi pula

oleh penerimaan pemberian reward harus mampu menjadikan cermin diri yang

menampakkan kepada anak gambaran realistis tentang apa yang diperbuat,

mengenai prestasi.

Page 68: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

58

Pemberian reward yang berlebihan berdampak pada anak menjadi manja

dan sombong. Secara umum, bentuk reward adalah kata-kata pujian, pemberian

kepercayaan, senyuman dan tepukan punggung, sesuatu yang bersifat materil

(buku-buku pengetahuan). Dalam setiap pemberian reward dalam mendidik anak

diarahkan pada: 24

a). Reward mempunyai arti mendidik, yaitu mengajarkan kepada anak untuk

berperilaku sesuai dengan cara yang disepakati masyarakat. Dalam konteks ini

adanya penghargaan mengisyaratkan pada anak bahwa perilaku itu baik dan

disetujui secara sosial.

b). Reward berfungsi sebagai motivasi untuk mengulangi perilaku yang disetujui

secara sosial. Artinya, peran reward positif dalam memotivasi anak untuk

melakukan apa yang dianggap sesuai secara sosial. Pada fungsi ini anak

bereaksi positif terhadap persetujuan yang dinyatakan dalam penghargaan.

c). Berfungsi untuk memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial adanya

reward yang diberikan digunakan untuk membentuk asosiasi yang

menyenangkan dengan perilaku yang diinginkan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pemberian hadiah sebagai salah satu cara

untuk mendidik anak mempunyai beberapa bentuk, yaitu berupa materi dan non

materi. Bentuk materi berupa benda-benda yang menyenangkan dan berguna bagi

anak, misalnya pemberian pensil, buku tulis, dan lain-lain. Penghargaan berbentuk

non materi berupa kata-kata yang menggembirakan (pujian), ucapan selamat atas

24

Ibid, hal. 224

Page 69: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

59

prestasi, pemberian tepuk tangan, orang tua mengangguk-ngangguk tanda senang

dan membenarkan suatu jawaban yang diberikan oleh anak.

b. Macam-Macam Bentuk Punishment

Dalam pemberian hukuman, orang tua harus mampu menghindari sejauh

mungkin hal-hal yang akan berdampak buruk terhadap perkembangan psikologis

anak. Beberapa macam-macam hukuman yang harus diketahui oleh orang tua

adalah sebagai berikut:25

1). Hukuman membalas dendam: orang yang merasa tidak senang karena anak

berbuat salah, anak lalu dihukum.

2). Hukuman badan atau jasmani: hukuman ini memberi akibat yang merugikan

anak, karena bahkan dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi anak.

3). Hukuman jeruk manis: maksudnya yaitu, anak yang nakal tidak perlu dihukum,

tetapi didekati dan diambil hatinya.

4). Hukuman alam: kalau ada anak yang nakal, jangan dihukum, biarlah kapok

atau jera dengan sendirinya.

Dari pengertian tersebut, nampak dengan jelas bahwa punishment tidak

sebatas pada menjatuhkan hukuman pada anak karena suatu kesalahan, perlawanan

atau pelanggaran, melainkan juga untuk peningkatan kedisiplinan anak,

memotivasi belajar dan perbaikan perilaku (moralitas).

25

Ibid, hal. 234

Page 70: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

60

6.Kekuatan dan Kelemahan Pemberian Reward dan Punishment

a. Kekuatan dan Kelemahan Pemberian Reward dalam mendidik anak

1). Kekuatan Pemberian Reward (Hadiah)

a). Memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap jiwa anak untuk

melakukan perbuatan yang positif dan bersikap progresif atau maju.

b). Dapat menjadi pendorong bagi anak-anak didik lainnya untuk mengikuti

anak yang telah memperoleh pujian dari orang tuanya, baik dalam tingkah

laku, sopan santun ataupun semangat dan motivasinya dalam berbuat yang

lebih baik. Proses ini sangat besar kontribusinya dalam memperlancar

pencapaian tujuan pendidikan.26

2). Kelemahan Pemberian Reward (hadiah)

a). Dapat menimbulkan dampak negatif apabila guru melakukannya secara

berlebihan, sehingga mungkin bisa mengakibatkan murid merasa bahwa

dirinya lebih tinggi dari teman-temannya.

b). Umumnya hadiah membutuhkan alat tertentu dan membutuhkan biaya.27

Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak salah bila reward (hadiah) berupa

penghargaan menjadi salah satu bentuk alat untuk mendidik anak, sebagai sarana

untuk memberikan motivasi belajar bagi anak. Manakala seorang anak

mendapatkan penghargaan karena dia berprestasi, tentu semangat belajarnya pun

26

Ngalim Purwanto., Op. Cit., hal. 183 27

Ibid, hal. 184

Page 71: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

61

akan meningkat, karena keinginan untuk mempertahankan dan menaikkan prestasi

belajarnya. Motivasi belajar anak akan meningkat ketika prestasi dan kerja keras

untuk mencapai kesuksesan belajar itu diiringi penghargaan dan apresiasi yang

baik.

Pemberian penghargaan berupa pujian berperan sangat signifikan

dalam upaya peningkatan motivasi belajar anak demi tercapainya keberhasilan

dalam mendidik anak. Dan hal itu akan memberikan semangat bagi anak terhadap

pekerjaan atau perbuatan dan prestasi baik yang telah dilakukannya. Dengan

begitu, si anak akan bertambah semangat lagi meningkatkan prestasinya dan

termotivasi untuk mempertahankannya.

b. Kekuatan dan kelemahan pemberian hukuman dalam mendidik anak

1). Kekuatan Pemberian Punishment (Hukuman)

Pendekatan hukuman dinilai memiliki kelebihan apabila dijalankan dengan

benar, yaitu:

a). Hukuman akan menjadikan perbaikan-perbaikan terhadap kesalahan anak.

b). Anak tidak lagi melakukan kesalahan yang sama.

c). Merasakan akibat perbuatannya sehingga ia akan menghormati dirinya.28

28

Ibid, hal. 185

Page 72: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

62

2). Kelemahan pemberian Punishment (Hukuman)

a) Akan membangkitkan suasana rusuh, takut, dan kurang percaya diri.

b) Anak akan selalu merasa sempit hati, bersifat pemalas, serta akan

menyebabkan ia suka berdusta (karena takut dihukum).

c) Mengurangi keberanian anak untuk bertindak.29

Jadi dapat disimpulkan bahwa hukuman sesungguhnya tidaklah mutlak

diperlukan. Ada orang-orang yang baginya teladan dan nasehat saja sudah cukup,

tidak perlu lagi hukuman. Tetapi manusia itu tidak sama seluruhnya diantara

mereka ada yang perlu dikerasi sekali-kali. Hukuman bukan pula tindakan yang

pertama kali terbayang oleh seorang pendidik, dan tidak pula cara yang

didahulukan. Nasehatlah yang paling didahulukan begitu juga ajaran untuk berbuat

baik, dan tabah terus menerus semoga jiwa orang itu berubah sehingga dapat

menerima nasehat tersebut.

B. Mendidik Anak dalam Keluarga

1. Pengertian Mendidik Anak Dalam Keluarga

Pendidikan dalam keluarga memiliki nilai strategis dalam pembentukan

kepribadian anak.30

Mengajarkan kebiasaan baik merupakan unsur pendidikan yang

29

Ahmad Tafsir.,Op. Cit., hal. 186 30

Syaiful Bahri Djamarah, Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga,

( Jakarta:Rineka Cipta,2014), hal.53

Page 73: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

63

sangat penting terutama bagi anak-anak.31

Bagi anak usia dini 3-6 tahun, dunianya

adalah keluarga, lingkungan terdekat dan pertama adalah orang tuanya, dan

pengaruh orang tua adalah sangat dominan ( 90-100%). Pada masa ini anak belajar

dengan menirukan, karena itu hal utama dalam mendidik anak adalah memberikan

teladan. Keteladanan adalah proses mendidik anak yang sangat sederhana, namun

begitu efektif karena mudah dimengerti.32

Pendidikan anak itu dimulai dari isteri dan suami, mereka mesti saling

menghormati dan melaksanakan kewajiban mereka masing-masing. Selain itu

mereka juga dituntut agar selalu berbenah diri untuk menjadi insan yang shaleh

dan bertakwa kepada Allah SWT. Kondisi ini merupakan tonggak utama dalam

pendidikan keluarga. Kebiasaan orang tua dalam keharmonisan dan ketaatan

kepada Allah dapat mempengaruhi anak-anak sebagai peserta didik dalam

keluarga.33

Sejak kecil anak sudah mendapat pendidikan dari kedua orang tuanya

melalui keteladanan dan kebiasaan hidup sehari-hari dalam keluarga. Baik

tidaknya keteladanan yang diberikan dan bagaimana kebiasaan orang tua sehari-

hari dalam keluarga akan mempengaruhi perkembangan jiwa anak. Kebiasaan dan

keteladanan yang orang tua tampilkan dalam bersikap dan berperilaku tidak

terlepas dari perhatian dan pengamatan anak. Meniru kebiasaan hidup orang tua

31

Aidil Fathi Abdillah, Membangun Masa Depan Anak, ( Solo: Pustaka Arafah,2012),

hal.56 32

Jarot Wijanarko, Mendididk Anak, ( Banten: Happy Holly Kids,2012), hal.11 33

Kadar M.Yusuf, Tafsir Tarbawi, ( Jakarta: Sinar Grafika Offset,2013), hal.152

Page 74: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

64

adalah suatu hal yang sering anak lakukan karena memang pada masa

perkembangannya, anak selalu ingin menuruti apa-apa yang orang tua lakukan.

Anak ingin selalu meniru ini dalam pendidikan dikenal dengan istilah anak belajar

melalui imitasi.34

Masa anak merupakan suatu fase yang sangat penting dan berharga, dan

merupaakan masa pembentukan dalam periode kehidupan manusia. Oleh

karenanya masa anak sering dipandang sebagai masa emas (golden age) bagi

penyelengaraan pendidikan. Masa anak merupakan fase yang sangat fundamental

bagi perkembangan individu karena pada fase inilah terjadinya peluang yang

sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang.35

Pendidikan in-formal terutama berlangsung ditengah keluarga. Keluarga

adalah satu kesatuan sosial terkecil yang dimiliki manusia yang bertempat tinggal

dan ditandai oleh adanya kerjasama ekonomi, mendidik, melindungi, dan

sebagainya. Penanaman nilai ilahiyah dilakukan terutama dirumah oleh orang tua

dan anak. Orang tua adalah pendidik utama dan pertama. Utama karena pengaruh

mereka amat mendasar dalam kepribadian perkembangan anaknya, pertama karena

orang tua orang pertama dan paling banyak melakukan kontak dengan anaknya.36

Proses pendidikan dalam keluarga merupakan tonggak awal keberhasilan

proses pendidikan selanjutnya, baik di sekolah maupun dalam lingkungan

34

Syaiful Bahri Djamarah., Op.Cit., hal.54 35

Franc. Andri Yanuarita, Rahasia Otak dan Kecerdasan Anak, ( Yogyakarta: Teranova

Book, cet 1, 2004), hal. 51 36

Rusmaini, Ilmu Pendidikan, ( Yogyakarta: Pustaka Felicha, 2013), hal.50

Page 75: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

65

masyarakat. Demikian pula sebaliknya, kegagalan pendidikan keluarga akan

berdampak pula pada keberhasilan proses pendidikan anak selanjutnya.37

Orang tua, ayah dan ibu harus sepaham dalam mendidik anak, kekompakan

mutlak diperlukan agar dapat mengasuh lebih baik. Mereka harus merundingkan

segala aturan dan disiplin dalam rumah tangga. Pertentangan dan

ketidaksepahaman hanya akan membingungkan anak dan simpati anak anak

berkurang. Apabila kedua orang tua terpecah, berselisih paham maka anak juga

akan terpecah perhatiannya. Hingga ia akan mempunyai kecenderungan kepada

salah satunya saja. Perbedan pendapat tidak semestinya terlampau diperlihatkan di

depan anak-anak yang belum memahami banyak hal. Setelah anak mulai mengerti

dan memahami kenyataan, baru boleh dijelaskan perbedaan-perbedaan itu, hingga

anak paham bahwa perbedaan pendapat adalah suatu keniscayaan.38

Pendidikan

anak paling banyak dilakukan dalam rumah tangga maka suasana rumah tangga

harus selalu dijaga dalam keadaan harmonis, penuh cinta dan kasih sayang. Rumah

tangga harus dibuat sebagai istananya semua anggota keluarga. Sabda Rasulullah

SAW dalam salah satu haditsnya: “Rumahku adalah Istanaku”.39

37

Ibid. 38

Moehari Kardjono, Tuntunan dalaam Mendidik dan Mempersiapkan Anaak Cerdas dan

Berakhlak Islami, ( Jakarta: Qisthi Press, 2008), hal. 67 39

Ibid, hal.160

Page 76: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

66

2. Orang Tua dan Anak dalam Keluarga

Orang tua dan anak adalah satu ikatan dalam jiwa. Dalam keterpisahan raga,

jiwa mereka bersatu dalam ikatan keabadian. Tidak seorang pun dapat mencerai

beraikannya. Ikatan itu dalam bentuk ikatan emosional antara anak dan orang tua

yang tercermin dalam perilaku. Orang tua dan anak dalam satu keluarga memiliki

kedududkan yang berbeda. Dalam pandangan orang tua, anak adalah buah hati dan

tumpuan dimasa depan yang harus dipelihara dan di didik. Memeliharanya dari

segala marabahaya dan mendidiknya agar menjadi anak yang cerdas. Itulah sifat

fitrah orang tua. Sedangkan sifat-sifat fitrah orang tua yang lainnya, seperti

diungkapkan oleh M.Thalib, adalah senang mempunyai anak, senang anak-

anaknya shaleh, berusaha menempatkan anak ditempat yang baik, sedih melihat

anaknya lemah atau hidup miskin, memohon kepada Allah bagi kebaikan anaknya,

lebih memikirkan keselamatan anak, senang mempunyai anak yang bisa

dibanggakan, menghendaki anaknya berbakti kepadanya. Sedangkan diantara tife-

tife orang tua menurut M.Thalib adalah penyantun dan pengayom, berwibawa dan

pemurah, lemah lembut, dermawan, egois, emosional, mau menang sendiri dan

kejam.40

Menurut Hinde relasi orang tua-anak mengandung beberapa prinsip pokok,

yaitu:41

40

Syaiful Bahri Djamarah., Op.Cit., hal.28 41

Sri Lestari, Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penangan Konflik dalaam

Keluarga, ( Jakarta: Prenada Media Group, 2012), hal. 19

Page 77: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

67

a). Interaksi, orang tua dan anak berinteraksi pada suatu waktu yang

menciptapkan suatu hubungan. Berbagai interaksi tersebut membentuk

kenangan interaksi dimasa lalu dan antisipasi terhadap interaksi

dikemudian hari.

b). Kontribusi mutual, orang tua dan anak sama-sama memiliki sumbangan

dan peran dalam interaksi, demikian juga terhadap relasi keduanya.

c). Keunikan, setiap relasi orang tua-anak bersifat unik yang melibatkan dua

pihak, dan karenanya tidak ditirukan dengan orang tua, atau dengan

anak yang lain.

d). Penghargaan masa lalu, interaksi orang tua-anak yang telah terjadi

membentuk suatu cetakan pada pengharapan keduanya.

e). Antisipasi masa depan, karena relasi orang tua dan anak bersifat kekal,

masing-masing membangun pengharapan yang dikembangkan dalam

hubungan keduanya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwasanya orang tua dan anak dalam

keluarga merupakan satu kesatuan atau ssatu ikatan jiwa yang tidak dapat

dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, dan didalam hubungan antara

keduanya, orang tua dan anak terdapat interaksi yang baik dalam keluarga.

3. Fungsi Keluarga

Keluarga pada hakekatnya adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri

dari suami-isteri, isteri dengan anaknya, atau ayah dengan anaknya, atau ibu dan

anaknya. Selanjutnya menurut Syaiful Bahri Djamarah meyebutkan bahwa fungsi

keluarga itu berkaitan langsung dengan aspek-aspek keagamaan, budaya, cinta

kasih, melindungi, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan

pembinaan lingkungan.42

42

Ibid, Hal.22

Page 78: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

68

Keluarga merupakan lembaga utama bagi pembentukan aqidah anak, karena

keluarga adalah struktur masyarakat terkecil dalam kehidupan bermasyarakat.

Kualitas keluarga berdampak langsung terhadap kehidupan masyarakat.43

Keluarga merupakan tempat yang penting bagi perkembangan anak secara

fisik, emosi, spiritual, dan sosial. Karena keluarga merupakan sumber bagi kasih

sayang, perlindungan dan identitas bagi anggotanya. Keluarga menjalankan fungsi

yang penting bagi masyarakat dari generasi kegenerasi.44

Menurut Berns, keluarga memiliki lima fungsi dasar, yaitu:45

a) Reproduksi, keluarga memiliki tugas untuk mempertahankan

populasi yang ada dalam masyarakat.

b) Sosialisasi / edukasi, keluarga menjadi sarana untuk transmisi nilai,

keyakinan, sikap, pengetahuan, keterampilan, dan teknik dari

generasi sebelumnya ke generasi yang lebih muda.

c) Penugasan peran sosial, keluarga memberikan identitas pada

anggotanya seperti ras, etnik, religi, sosial ekonomi, dan peran

gender.

d) Dukungaan ekonomi, keluarga menyediakan tempat berlindungan,

makanan, dan jaminan kehidupan.

e) Kehidupan emosi / pemeliharaan, keluarga memberikan pengalaman

interaksi sosial yang pertama bagi anak. Interaksi yang terjadi

bersifat mendalam, mengasuh, dan berdaya tahan sehingga

memberikan daya tahan kepada anak.

Dalam perspektif perkembangan fungsi penting dari keluarga adalah,

melakukan perawatan, dan sosilaisasi pada anak. Sosialisasi merupakan proses

43

Rusmaini, Ilmu Pendidikan, ( Palembang: CV. Grafika Telindo Press, 2011), hal.58 44

Sri Lestari., Op.Cit., hal. 22 45

Ibid.

Page 79: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

69

yang ditempuh anak untuk memperoleh keyakinan, nila-nilai perilaku yang

dianggap perlu dan pantas oleh anggota keeluarga dewasa, terutama orang tua.46

4. Tujuan Pendidikan Anak dalam Keluarga

Apapun yang diciptakan oleh Allah SWT di dunia ini tidak ada yang sia-sia,

ada manfaatnya, ada tujuannya termasuk penciptaan manusia. Hal ini terdapat

dalam salah satu firmannya dalam QS. Adzariyat ayat 56:

نس إل ليعبدون وما خلقت الجن وال

Artinya: “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku” ( QS. Adzariyat:56)47

Dari ayat diatas jelas, bahwa tujuan akhir dari proses pendidikan adalah

terciptanya manusia hanya mengabdi kepada Allah SWT. Dan tujuan pendidikan

keluarga hendaknya mengarah kesana, yaitu terciptanya insan mengabdi, yang

hanya mengabdikan diri kepada Allah SWT. Kamrani Buseri mengatakan bahwa

tujuan pendidikan keluarga adalah untuk mewujudkan keluarga ideal, guna

terwujudnya keluarga sakinah, mawaddah dan warahmah atau menjadi keluarga

yang tentram, saling mengasihi, dan saling menyayangi sehingga menjadi keluarga

yang sejahtera dan bahagia.48

46

Ibid. 47

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, ( Bandung: Diponegoro,2014), hal.

523 48

Syaiful Bahri Dajamah., Op.Cit., hal.25

Page 80: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

70

Selanjutnya dijelaskan bahwasanya tujuan pendidikan anak dalam keluarga

adalah pembentukan akhlakul karimah pada anak tentunya hal itu dimulai sejak

awal membina rumah tanggga. Kemudian tujuan pendidikan anak dalam keluarga

yang selanjutnya adalah pembentukan akidah anak.49

Proses penanaman akhlak al-

karimah secara bertahap meliputi:50

a. Memberinya dengan nama yang baik.

b. Melaksanakan aqiqah.

c. Mengkhitankan anak.

d. Memberi pendidikan dan pengajaran, terutama pendidikan agama.

e. Membiasakan anak dengan akhlak mulia.

f. Membiasakan anak mengerjakan shalat sejak usia dini.

g. Menjodohkan dan mengawinkannya.

h. Memberikan perlakuan yang baik dan adil kepada anak-anak.

Selanjutnya Proses pembentukan akidah anak meliputi: 51

1). Mengenalkan konsep-konsep atau nilai-nilai agama kepada anak melalui

bahasa, seperti pada saat memberi makan, memyusui, memandikan,

membedaki, memakaikan pakaian kepada anak maka ucapkanlah

basmallah, dan bacalah hamdalah, setelah selesai.

2). Memperlakukan anak dengaan kasih sayang. Hal ini penting karena pada

usia ini belum berkembang pemahaman akan kasih sayang Tuhan.

Melalui kasih sayang orang tua, anak akan menaruh sikap percaya

kepada orang tua, dan bersikap positif terhadap apa yang akan

disampaikan orang tuanya. Sikap-sikap ini akan membawa pengaruh

yang sangat besar terhadap kesadaran beragama anak.

3). Memberi contoh dalam mengamalkan ajaran agama secara baik. Karena

anak memiliki kemampuan mengimitasi penampilan atau perbuatan

orang tuanya. Karena orang tua harus tampil sebagai figur yang

memberi teladan dalam mengamalkan nilai-nilai agama pada anak.

49

Rusmaini., Loc.Cit., hal.50 50

Ibid. 51

Zuhdiyah, Psikologi Agama, ( Yogyakarta: Pustaka Felicha, 2012), hal. 61

Page 81: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

71

Keteladanan itu seperti sopan santu, mengamalkan shalat, berdo’a, tutur

kata sopan, menjaga kebersihaan dan sebagainya.

5. Posisi Anak dalam Keluarga

Dalam Islam posisi anak dalam keluarga, anak tidak boleh hanya diakui

sebagai amanah Allah SWT, tetapi juga sebagai harapan (dambaan, penyejuk

mata, dan hiasan dunia).52

a). Anak sebagai Amanah Allah

ن أزو اجكم ن أنفسكم أزواجا وجعل لكم م وهللا جعل لكم م

يكفرون ٢٧ ن الطيبات أفبالباطل يؤمنون وبنعمت هللا هم زقكمور م بنين وحفدة

Artinya: “Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan

menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu anak-anak dan cucu, dan

memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka

beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?”. (QS.An-

Nahl:72)53

Pada hakikatnya anak adalah amanah dari Allah SWT, amanah artinya

kepercayaan. Jadi anak adalah kepercayaan yang diberikan oleh Allah kepada

orang tua yang dititipi untuk melakukan tugas-tugas dari pemberi amanah. Proses

amanah Allah SWT kepada kedua orang tua adalah semenjak anak masih dalam

52

Syaiful Bahri Djamarah., Op.Cit., hal.26 53

Departemen Agama RI., Op.Cit., hal.274

Page 82: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

72

janin, lahir, dan menjelang dewasa, bahkan menjelang mampu untuk beristeri bagi

anak lelaki, atau bersuami bagi anak perempuan.54

b). Hak anak sebagai harapan (dambaan, penyejuk mata, dan hiasan dunia)

سميا٢ رك بغلم اسمه يحيى لم نجعل له من قبل يا زكريا إنا نبش

قد بلغت من ا الكبر كانت امر أتي عاقر و م و عتيا٨ أن ى يكون لي غل

Artinya: “Hai Zakaria, Sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu

dengan seorang anak laki-laki namanya Yahya, yang sebelumnya Kami

belum pernah memberikan nama seperti sebelumnya. Dan Zakaria

berkata, “Ya Tuhan-ku bagaimana aku akan mempunyai anak, padahal

isteriku seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah

mencapai usia yang sangat tua”. (QS.Maryam:7-8)55

Ayat diatas memberikan kabar gembira atas sesuatu yang didambakan Nabi

Zakaria adalah profil manusia ideal yang dikisahkan di dalamnya. Di dalam

sejarah kemanusiaan, Nabi Zakaria sangat mendambakan anak sebagai penerus

keterunannya. Akan tetapi, cukup lama berumah tangga belum juga mendapatkan

anak. Nabi Zakaria tidak pernah putus asa dan Allah maha mendengar,

pengulangan do’a-do’a yang dipanjatkan Nabi Zakaria akhirnya dikaabulkan oleh

Allah SWT dengan memberinya anak bernama Yahya, yang setelah dewasa

menjadi nabi, menggantikan kedudukan ayahnya, Nabi Zakaria. Pada hakikatnya

54

Syaiful Bahri Djamarah., Op.Cit., hal.28 55

Departemen Agama RI., Op.Cit.,hal.305

Page 83: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

73

setiap pasangan suami-isteri pasti mendambakan seorang anak.56

Dengan demikian

dari kedua ayat diatas menggambarkan bahwa anak adalaah penyejuk mata hati

dan perhiasan hidup bagi kedua orang tuanya. Anak adalah permata jiwa belahan

jiwa kedua orang tua, tumpuan harapan dihari tua.

6. Tanggung Jawab Orang Tua dalam Mendidik Anak

Keluarga adalah suatu institusi yang terbentuk karena ikatan perkawaninan

antara sepasang suami isteri untuk hidup bersama, seia sekata, seiring, dan

setujuan, dalam membina mahligai rumah tangga untuk mencapai keluarga

sakinah dalam lindungan Allah SWT. Di dalamnya selain ada ayah dan ibu, juga

ada anak yang menjadi tanggung jawab orang tua.57

Tidak diragukan lagi bahwa pendidikan anak merupakan tanggung jawab

bersama kedua orang tua. Seorang isteri tidak sepatutnya melarang suaminya

untuk ikut membantunya dalam mendidik anak.58

Tanggung jawab orang tua

terhadap anaknya tampil dalam bentuk yang bermacam-macam. Secara garis besar

tanggung jawab orang tua terhadap anaknya adalah bergembira menyambut

kelahiran anak, memberi nama yang baik, memperlakukan dengan lembut dan

kasih sayang, menanamkan rasa cinta sesama anak, memberikan pendidikan

akhlak, menanamkan akidah tauhid, melatih anak mengerjakan shalat, berlaku

adil, memperhatikan teman anak, menghormati anak, memberi hiburan, mencegah

56

Syaiful Bahri Djamarah., Op.Cit., hal.30 57

Ibid., hal.28 58

Hasan Syamsyi Basya, Cara Jitu Mendidik Anak, ( Jakarta: Zikrul Hakim, 2010), hal.20

Page 84: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

74

perbuatan bebas, menjauhkan anak dari hal-hal porno, menempatkan dalam

lingkungan yang baik, memperkenalkan kerabat kepada anak, mendidik

bertetangga dan bermasyarakat.59

7. Metode Mendidik Anak yang diajarkan Rasulullah SAW

Metode atau metoda berasal dari bahasa Yunani. yaitu metha dan methos.

Yang berarti melewati dan jalan atau cara. Hasan Langulung mengemukakan

bahwa metode mengajar adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai

tujuan pembelajaran.60

Metode merupakan salah satu komponen pendidikan yang cukup penting

untuk diperhatikan. Penyampaian materi dalam arti penanaman nilai-nilai

pendidikan sering gagal karena cara yang digunakannya kurang tepat. Penguasaan

pendidik terhadap materi belum cukup dijadikan tolok ukur keberhasilan suatu

proses pembelajaran.61

Mengingat akan pentingnya hal tersebut, maka metode

menjadi salah satu penentu keberhasilan dalam mendidik.

Rasulullah merupakan suami yang luar biasa, ayah yang sempurna dan

kakek yang istimewa. Rasulullah istimewa dalam banyak hal. Rasulullah

memperlakukan anak-anak dan cucu-cucunya dengan kasih sayang yang besar,

dan tidak pernah lupa untuk membimbing mereka menuju akhirat dan mengajak

beramal baik. Rasulullah tersenyum kepada mereka, merawat dan mencintai

59

Ibid. 60

Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: Amzah,2010), hal. 180 61

Syahidin, Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur’an, ( Bandung: Alfabeta, 2009),

hal.75

Page 85: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

75

mereka, tetapi tidak membiarkan mereka lupa pada hal-hal yang berkaitan dengan

akhirat. Dalam persoalan-persoalan duniawi, Rasulullah sangat terbuka tetapi jika

berhubungan dengan Allah SWT, Rasulullah sangat serius dan bermartabat.

Rasulullah menunjukkan kepada mereka bagaimana menajalani hidup secara

manusiawi dan tidak pernah membiarkan mereka mengabaikan kewajiban-

kewajiban agama dan menjadi manja. 62

Tujuan utama Rasulullah yaitu mempersiapkan mereka untuk hari kemudian.

Keseimbangannya yang sempurna dalam soal-soal itu adalah dimensi lain dari

inteleknya yang diilhami oleh ilahi. Rasulullah SAW sangat seimbang dalam

membesarkan anak-anaknya. Rasulullah SAW sangat mencintai anak-anak dan

cucu-cucunya. Tak satupun dari mereka yang secara sengaja berani berbuat

kekeliruan. Jika mereka membuat kesalahan yang tak disengaja, perlindungan

Rasulullah mencegah mereka untuk menyimpang. Rasulullah SAW melakukan ini

dengan menaungi mereka dengan cinta dan aura kehormatan. Misalnya, pernah

Hasan dan Husain ingin makan sebutir korma yang hendak dibagikan kepada

kaum miskin sebagai zakat. Rasulullah segera mengambil dari tangannya dan

berkata, “segala sesuatu yang diberikan sebagai zakat dilarang untuk kita.” Dalam

mengajari mereka yang masih muda agar sensitif terhadap perbuatan yang

dilarang, Rasulullah SAW menetapkan prinsip pendidikan yang penting. 63

62

M Fethullah Gulen, Kehidupan Rasulullah Muhammad SAW, ( Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2002), hal.176 63

Ibid, 176

Page 86: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

76

Setiap kali Rasulullah kembali ke Madinah, Rasulullah SAW akan

menggendong puteranya di punggungnya. Pada kesempaatan itu Rasulullah tidak

hanya memeluk cucunya tetapi juga cucu-cucu di rumah sekitarnya. Rasulullah

menaklukkan hati dengan kasih sayangnya. Rasulullah mencintai semua anak-

anak. Rasulullah SAW mencintai dan mendidik mereka menuju akhirat, ke dunia

keindahanan abadi dan kepada Allah SWT.64

Rasulullah merepresentasikan dan mengekspresikan apa yang ingin dia

ajarkan melalui dengan tindakannya, dan kemudian menerjemahkan tindakannya

kedalam kata-kata. Bagaimana memuja Allah, bagaimana bersikap sederhana,

bagaimana duduk dalam shalat dan doa, bagaimana sujud dengan perasaan,

bagaimana tunduk, bagaimana menangis kepada Allah di tengah malam, semuanya

ini dia lakukan dulu dan kemudian baru mengajarkannya kepada orang lain.

Sebagai hasilnya, apapun yang dia ajarkan diterima dengan segera di dalam

keluarganya dan oleh para pengikutnya, karena ucapannya menembus ke hati

mereka. Setelah dia, manusia memandang standarnya di bawah di mana-mana oleh

orang-orang yang naik dengan kewalian, penyucian, ketaatan kepada Allah SWT,

dan keinginan untuk dekat dengannya kapan saja mereka pergi. Mereka berjalan di

dalam jejak nabi Muhammad, yang lainnya akan melakukannya di masa depan.65

Perilaku Rasulullah SAW memberi inspirasi dan berkah kepada setiap orang

disekelilingnya. Anak-anak dan isteri dari Rasulullah juga merasa kagum dan

64

Ibid, 176 65

Ibid, 197-198

Page 87: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

77

takut, ketika Rasulullah berkhutbah, memberi perintah, dan menyampaikan apa-

apa yang mereka alami dan dilakukan, dan memberi contoh melalui tindakan

mereka. Kita dapat menilai dampak seseorang melalui perilakunya di rumah. Jika

semua ahli pendididikan berkumpul dan menyatukan semua pengetahuan mereka

tentang pendidikan, mereka tidak sefektif seorang nabi. Nabi Muhammad SAW

memberi contoh terbaik bagi umatnya dalam hal iman, ibadah, dan akhlak yang

baik, dalam semua aspek kehidupan. 66

Metode mendidik anak yang Rasulullah ajarkan ada 7 yaitu:67

a. Metode Mendidik Cara Rasulullah SAW melalui “Keteladanan”

1). Keteladanan Akidah

Akidah Islam memiliki enam pokok keimanan atau yang bisa disebut dengan

“Rukun Iman”. 6 rukun iman tersebut adalah beriman kepada Allah SWT, beriman

kepada malaikat-malaikat-Nya, beriman kepada kitab-Nya, beriman kepada Rasul-

Nya, beriman kepada yaumil akhir, beriman kepada qadha serta qadar baik

ataupun buruk.

Apabila kita cermati lagi, ke-6 rukun iman tersebut bersifat ghaib atau

abstrak. Karena makna keimanan itu sendiri bukanlah hal yang zahir atau bisa

dilihat. Rasulullah SAW mengajarkan 5 pilar dalam menanamkan akidah ada usia

dini di antaranya:

66

Ibid, hal.198-207 67

Ayu Agus Rianti, Cara Rasulullah SAW Mendidik Anak, ( Jakarta: Gramedia, 2016),

hal.95-223

Page 88: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

78

a). Mendiktekan kalimat Tauhid kepada Anak

Sejak pertama kali mendapatkan amanah risalah, Rassulullah SAW. Tidak

pernah mengecualikan anak-anak dalam dakwahnya. Rasulullah SAW berangkat

menemui Ali bin Abi Thalib, yang pada saat itu belum genap berusia 10 tahun.

Beliau mengajaknya untuk beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Ali

akhirnya mengikuti ajaran Nabi dan dengan setia menemani beliau dalam

melaksanakan shalat secara sembunyi-sembunyi di lembah Mekkah, sehingga

tidak diketahui oleh keluarga bahkan ayahnya sekalipun.

b). Menghadirkan Allah dalam Kehidupan

Orang tua dan pendidik berkewajiban menjaga fitrah anak dari segala bentuk

penyimpangan akidah dan kesyirikan. Oleh karena itu, Rasulullah SAW melarang

menggantungkan jimat atau jampi-jampi. Rasulullah SAW mengajarkan agar sejak

dini anak dibiasakan untuk berserah diri atau berpegang teguh hanya kepada Allah

SWT. ingatkan anak terus akan kebaikan-kebaikannya yang telah Allah SWT

berikan padanya. Karena kebaikan-Nya terhadap hamba-Nya sesungguhnya hati

seseorang akan cenderung untuk mencintai siapa saja yang telah berbuat baik

padanya.

c). Mencintai Nabi, Sahabat, dan Keluarga Beliau

Mencintai Rasulullah SAW termasuk bagian dari cinta kepada Allah SWT.

Sesungguhnya belum dikatakan beriman kecuali setelah mencintai Allah SWT dan

Rasul-Nya.

Page 89: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

79

Beri pemahaman kepada anak-anak tentang sifat-sifat terpuji yang bisa kita

teladani dan sejarah hidup Rasulullah SAW. Diantaranya adalah memiliki rasa

belas kasihan terhadap anak dan orang yang lebih muda, bahkan terhadap

pembaantu. Kenalkan pula dengan figur sahabat-sahabat beliau yang mulia.

Dengan menceritakan risalah atau sejarah perjalanan hidup Rasulullah SAW, maka

anak-anak akan mengetahui bagaimana figur Rasul dalam berperilaku, berakhlak,

dan beribadah, sehingga akan membekas dalam jiwa anak-anak dan hatinya

terpanggil untuk mencintai Rasulullah SAW.

d). Mengajarkan Al-Qur’an Sejak Dini

Agar anak meyakini bahwa Allah SWT adalah Tuhannya, maka orang tua

dan pendidik perlu mengajarkan Al-Qur’an sejak mereka masih kecil. Selain itu,

anak akan mengetahui bahwa Al-Qur’an merupakan firman Allah SWT, dengan

demikiam ruh Al-Qur’an akan masuk ke dalam hatinya dan cahaya Al-Qur’an

akan menerangi pikiran, pemahaman, dan perasaannya. Saat anak-anak dewasa,

mereka akan mencintai Al-Qur’an dan melaksanakan perintah-perintah dan

menjauhi larangan-larangan yang terdapat dalam Al-Qur’an, serta berakhlak sesuai

dengan akhlak yang diperintahkan Al-Qur’an. Tugas mulia nan berat ini sungguh

setimpal dengan pahala dari Allah SWT kepada orang tua atau pendidik yang

mengaajarkan Al-Qur’an.

e). Menanamkan Akidah yang Kuat dan Rela Berkorban Karena-Nya

Mendidik anak agar yakin dengan akidahnya, akan melahirkan sikap rela

berkorban karenanya. Semakin besar keyakinan seorang muslim dengan

Page 90: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

80

akidahnya, maka semakin besarlah pengorbanannya. Semakin besar pengorbanan

seseorang terhadap akidahnya, berarti semakin konsisten dengan akidahnya.

Sesungguhnya di dalam pengorbanan seorang muslim terhadap keimanannya,

niscaya ia akan merasakan manisnya iman dan bertambah kadar ketaqwaannya.

Seorang anak dapat pula merasakan hal seperti itu, tentu dengan dibantu oleh

orang tua dan pendidik. Mulai dari ibadah rutin, misalnya shalat. Saat anak sedang

asyik menonton film kartun kesukaannya dan di saat yang bersamaan adzan

berkumandang. Ingatkan anak untuk mematikan televisi dan mendengarkan adzan

untuk melaksanakan shalat. Tentu anak akan protes dan lebih memilih

melanjutkan menonton. Namun, sebagai orang tua tidak boleh menyerah. Ingatkan

anak-anak, bahwa mereka harus berkorban meninggalkan keasyikannya menonton

televisi untuk menunaikan shalat. Ungkapan bahwa kecintaan kita kepada Allah

SWT, harus dibuktikan dengan perbuatan, salah satu caranya dengan

mengorbankan waktu menonton anak. Jika anak melakukan apa yang kita

anjurkan, beri pujian. Katakan bahwa Allah SWT maha melihat apa yang sudah

dilakukan anak dan akan diberi balasan yang setimpal. Orang tua dan pendidik

perlu juga menceritakan kisah-kisah nabi, agar anak semakin yakin dengan

akidahnya.

2). Keteladan dengan Ibadah

Pembiasan ibadah merupakan bagian dari pembentukan akidah pada anak.

Ibadah adalah bentuk aplikasi dan visualisasi dari akidah yang dinut. Ketika anak

memenuhi panggilan Tuhan-nya dan menuruti perintah-Nya, maka pada saat itulah

Page 91: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

81

dia telah memenuhi fitrah yang ada dalam dirinya, sehingga dia telah merasa

tenang.

Masa kanak-kanak bukanlah saat yang tepat untuk mewajibkan anak

melakukan ibadah. Pada masa tersebut, anak hanya dipersiapkan dan dibiasakan

untuk melakukan ibadah, agar kelak mereka sudah baligh mudah menunaikan

kewajiban-kewajibannya dalam beribadah.

a). Shalat

tahapan pembinaan ibadah shalat bagi anak dibagi menjadi beberapa tahap

sebagai berikut:

1) tahap mengajarkan shalat pertama kali

Islam sangat memperhatikan perkembangan mental anak sebelum

memberikan suatu perintah. Untuk memerintah anak agar mengerjakan shalat

maka anak tersebut harus sudah mampu membedakan antara kanan dan kiri.

2) tahap melatih mengerjakan shalat

Idealnya seorang anak baru dilatih mengerjakan shalat secara rutin setelah

berussia 7 tahun. Pada saat menginjak usia 10 tahun, orang tua diperbolehkan

untuk “memukul” anak sepanjang tidak membahayakan fisik maaupun psikisnya

dalam rangka mengajarkan disiplin pada anak.

3) tahap melatih disiplin shalat anak

Orang tua wajib melatih disiplin anak dalam mengerjakan shalat. Pada

tahapan ini anak harus diberi pemahaman terlebih dahulu bahwa tujuan memukul

di sini adalah untuk kebaikan anak, dan bukan menyakitinya. Setan akan terus

Page 92: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

82

menerus berusaha memengaruhi anak sejak masih dini. Dan bila sudah berusia 10

tahun belum melaksanakan shalat juga, maka setan akan semakin memengaruhi si

anak. Untuk mencegah hal ini, maka anak wajib melaksanakan shalat.

4) tahap melatih shalat jum’at

Shalat jum’at adalah salah satu kewajiban muslim, dan hal tersebut harus

diajarkan sejak masih kecil.

b). Zakat

Zakat merupakan ibadah yang mengandung unsur-unsur pendidikan terhadap

jiwa karena memprioritaskan orang lain. Di dalam perintah zakat mengandung

tanggung jawab sosial sekaligus unsur kebersamaan di antara manusia. Dengan

kata lain, melalui perintah zakat, Islam telah mengatur kehidupan manusia dalam

bidang ekonomi.

Mengajarkan anak berzakat, berarti mendidik anak untuk berbagi dan peduli

dengan kaum yang lemah. Tekankan pada anak, bahwa harta yang kita miliki,

terdapat hak fakir miskin, berzakat tidak membuat seseorang menjadi miskin,

karena digunakan untuk membantu orang lain. Zakat dapat menumbuhkan rasa

kasih sayang antara yang kaya dan fakir. Mengurangi kesenjangan sosial serta

mengikis sikap serakah yang cenderung dimiliki setiap manusia.

c). Puasa

Ibadah puasa sangat berkaitan dengan makna spiritualitas dan fisik.

Berpuasa mengajarkan anak bersikap ikhlas yang sesungguhnya hanya kepada

Allah SWT semata. Puasa juga melatih anak untuk menahan hawa nafsu serta

Page 93: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

83

membiasakan diri bersikap sabar dan tabah. Para sahabat pun telah mendidik anak-

anak mereka untuk melaksanakan ibadah puasa.

Allah SWT mewajibkan puasa pada bulan Ramadhan disebutkan hikmah di

baliknya. Puasa dapat membebaskan manusia dari pengaruh hawa nafsu dan

membantu manusia untuk manaklukkan syahwatnya.

d). Haji

Apabila anak sudah berusia baligh, maka si anak berkewajiban untuk

melaksanakan ibadah haji jika mampu. Ibadah haji yang dilakukan pada usia

baligh dianggap sebagai ibadah sunnah.

3). Keteladanan dengan Muamalah

Hal-hal yang ditekankan Rasulullah SAW dalam pembentukan muamalah

atau interaksi sosial pada anak-anak sebagai berikut:

a). Mengajak anak untuk hadir dalam forum-forum orang dewasa. Pada zaman

Rasulullah SAW, para orang tua kerap mengajak anak-anak mereka

menghadiri majelis orang dewasa. Hal ini bertujuan, agar anak dapat belajar

akhlak, adab, ataupun etika, sehingga mereka dapat mengambil pelajaran dari

orang dewasa.

b) Membiasakan anak membantu urusan rumah tangga. Melibatkan anak dalam

urusan rumah tangga akan memberikan dampak positif dalam proses tumbuh

kembangnya. Pekerjaan seperti, menyapu, mengepel, merapikan kamar tidur,

dan lain ssebagainya, akan membentuk kemampuan, keahlian, dan rasa

percaya diri yang tinggi pada anak

Page 94: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

84

c). Membiasakan anak memberi salam. Dalam kehidupan sehari-hari, anak tentu

menemui banyak orang dengan berbagai tingkatan usia dan posisinya di

masyarakat. Untuk itu, mereka membutuhkan salam sebagai kunci pembuka

untuk berinteraksi dengan mereka. Orang tua dan pendidik hendaknya

membiasakan salam pada anak-anak, baik di rumah maupun tempat-tempat

umum lainnya. Ajarkan pada anak-anak, bahwa salam merupakan ucapan

Islami antara sesama kaum muslimin.

d). Mengunjungi orang sakit. Dengan mengunjungi keluarga ataupun keluarga

yang sakit, anak akan belajar persaudaraan dan ikatan kekerabatan yang

tinggi. Jika anak melihat orang dewasa menjenguknya di saat sakit, maka dia

akan membiasakan diri untuk melakukan hal-hal yang serupa. Di samping itu,

menjenguk orang yang sakit dapat menimbulkan efek psikologis, sehingga

mempercepat kesembuhannya, insha Allah.

e). Memilihkan teman yang baik bagi anak. Meskipun anak perlu diberi kebebasan

untuk berteman dengan anak seusianya, namun orang tua dan pendidik

hendaknya dapat mengarahkan mereka agar memilih teman yang baik dan

saleh.

f). Membiasakan anak untuk berlatih tata cara jual beli. Kemampuan Rasulullah

SAW dalam berniaga sesungguhnya sangat baik jika diajarkan pada anak-

anak. Dalam kegiatan jual beli, anak-anak tidak hanya dikenalkan pada

kegiatan yang berbasis ekonomi, namun juga interaksi sosial, karena mereka

berinteraksi dengan banyak orang. Semakin sering anak berinteraksi dengan

Page 95: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

85

orang banyak, maka semakin percaya dirilah mereka. Selain itu, aktivitas jual

beli dapat mendidik anak untuk bersungguh-sungguh dalam suatu masalah

dan meninggalkan sikap main-main atau ceroboh.

g). Mengajak anak menginap di rumah kerabat yang saleh. Melaui aktivitas ini

anak belajar silaturahmi dan mengunjungi kerabat, sehingga terjalin rasa cinta

kasih terhadap saudara. Anak juga mendapat pengetahuan dan wawasan dalam

beribadah dari orang-orang yang patut dijadikan teladan.

b. Metode Mendidik Cara Rasulullah SAW melalui “Menasehati”

Menasehati juga menjadi salah satu metode dakwah Rasulullah SAW yang

efektif. Ini menunjukkan, bahwa Rasulullah SAW mengedepankan lisan dalam

mensyiarkan Islam. Walaupun, pada masa itu Nabi Muhammad SAW hidup di

tengah-tengah komunitas yang menganut fanatisme kesukuan, biadab, serta

berperikemanusiaan. Namun, nyatanya Islam dapat berkembang dengan begitu

pesat.

Kesuksesan dakwah Rasulullah ini disebabkan dua faktor, yaitu uswah

hasanah (teladan yang baik) serta tradisi menasihati. Teladan dan tradisi

menasihati, hendaknya juga digunakan oleh orang tua dan pendidik dalam

mendidik anak. Nasihat akan memiliki dampak perubahan pada perilaku anak,

jika disertai dengan teladan dan bukan ucapan semata.

Agar nasihat yang disampaikan dapat efektif, berikut ini adalah adab-adab

yang dilakukan Rasulullah SAW dalam menasihati orang lain.

Page 96: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

86

1). Mempersiapkan kondisi psikis orang yang mau dinasihati

Salah satu adab menasihati yang diajarkan Rasulullah SAW adalah

menyiapkan kondisi psikis orang yang akan dinasihati sebelum nasihat

disampaikan. Dalam menasihati, berarti kita akan bersinggungan dengan jiwa,

hati, dan psikis seseorang, bukan dengan fisiknya. Hati dan jiwa perlu

dikondisikan terlebih dahulu, agar siap menerima nasihat yang diberikan.

2). Memulai nasihat dengan pujian

Rasulullah SAW sangat piawai dalam berkomunikasi. Beliau sangat

memahami bagaimana cara menyampaikan kebenaran dengan cara yang santun

dan menyenangkan kepada para sahabatnya.

Saat nabi ingin mengajarkan sebuah doa kepada Muadz ibn Jabal, beliau

tidak langsung memerintah Muadz untuk membaca doa tersebut, akan tetapi nabi

memulai nasihatnya dengan pujian kepada Muadz.

3). Beda usia, Beda Cara

Cara Rasulullah SAW menasihati para sahabatnya, berbeda satu dengan

lainnya. Ini disebabkan tiap orang memiliki karakter, usia, dan latar belakang yang

berbeda. Rasulullah SAW saja mau mengahargai perbedaan karakter para

sahabatnya, apalagi orang tua kepada anak-anaknya. Tiap anak tentu memiliki sifat

yang berbeda-beda. Orang tua atau pendidik perlu jeli melihatnya.

4). Menasihati tidak di depan orang banyak

Setiap anak memiliki harga diri yang harus dihormati oleh orang tua atau

pendidik. Semakin besar usia anak, semakin tinggi harga dirinya. Menasihati anak

Page 97: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

87

usia sekolah dasar tentu berbeda dengan usia. Biasakan menasihati anak di tempat

tersembunyi yang tidak dapat dilihat orang banyak. Kalaupun terpaksa menasihati

anak di tempat umum, lakukan dengan kata-kata yang santun agar anak tidak

merasa dipermalukan.

Waktu yang tepat untuk menasihati anak yaitu:

a). Saat rekreasi atau dalam perjalanan

b). Saat makan

c). Ketika anak sakit

d). Sebelum anak tidur

e). Ketika anak sedang tidur

f). Setelah anak bangun tidur

g). Setelah anak mandi

h). Setelah anak shalat

i). Setelah anak membaca Al-Qur’an

j). Setelah anak berdoa

k). Setelah anak melakukan perbuatan baik kepada orang lain

l). Setelah anak meredam amarahnya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Rasulullah SAW sangat memahami cara yang

positif dalam menangani kenakalan anak. Rasulullah SAW tidak pernah

membentak apalagi memukul, jika anak melakukan kesalahan. Sesungguhnya,

teriakan dan pukulan dapat memberikan efek negatif pada emosi anak.

Page 98: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

88

c. Metode Mendidik Cara Rasulullah SAW melalui “Bersikap Adil”

Apabila orang tua sangat menyayangi anak yang paling saleh/salehah. Namun

demikian, hendaknya orang tua tidak mengekspresikan kecondongannya pada

salah satu anak tersebut dengan cara yang berlebihan. Selain menimbulkan

kecemburuan dari saudaranya yang lain, dapat pula menjerumuskan anak-anak ke

dalam kedurhakaan pada orang tua, akibat permusuhan di antara mereka, wal

‘iyadzu billah.

1). Adil dalam pemberian

Pemberian secara adil dalam bentuk apa pun hendaknya dipahami tidak secara

harfiah (semua orang mendapat bagian yang sama). Adil dapat berarti setiap orang

mendapatkan haknya secara proporsional. Sebagai contoh, orang tua yang

memberi uang jajan kepada anak-anaknya, tentu memperhatikan tingkat usianya.

Anak yang masih sekolah dasar, uang jajannya tidak akan sebanyak si kakak yang

duduk di bangku SMA. Orang tua dapat pula memberikan lebih kepada salah satu

anak disebabkan sebagai penghargaan baginya. Misalnya adik lebih rajin menyetor

hafalan surat dibandingkan kakak. Sebagai hadiahnya, adik mendapat hadiah lebih

banyak daripada kakak. Perlu kiranya memberi pengertian akan hal ini kepada

anak-anak, agar mereka tidak salah sangka. Islam pun melakukan hal demikian,

terutama dalam masalah hak waris. Anak laki-laki mendapat jatah lebih banyak

daripada anak perempuan, karena laki-laki adalah pemimpin keluarga yang

bertanggung jawab menafkahi istri dan anak. Harta warisan yang mereka dapat

diperuntukkan kepada orang yang lebih banyak. Sedangkan anak perempuan di

Page 99: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

89

mana posisinya sebagai istri, tentu harta warisan yang diperoleh akan menjadi

miliknya sendiri.

2). Adil dalam pemberian konsekuensi / sanksi

Adakalanya anak bertengkar dengan saudaranya yang lain. Salah satu sikap

adil dalam mendidik adalah melerai pertengkaran, lalu memberikan konsekuensi

atau sanksi kepada pihak yang menzalimi dan memberi perlindungan kepada pihak

yang dizalimi. Jangan sampai karena ingin dianggap adil, orang tua memarahi

serta menghukum kedua belah pihak yang dizalimi. Jangan sampai karena

dianggap tidak adil, orang tua memarahi serta menghukum karena ingin dianggap

adil, orang tua memarahi serta menghukum kedua belah pihak. Sikap ini akan

memunculkan dendam di antara anak-anak. Oleh karena itu, orang tua dan

pendidik perlu mencari tahu terlebih dahulu akar permasalahan, sebelum bertindak

dan mengambil penyelesaian. Pemberian sanksi berlaku bagi semua anak, tanpa

terkecuali, namun yang membedakan adalah bentuk konsekuensi yang disesuaikan

dengan usia. Rasulullah SAW sendiri tidak pandang bulu dalam memberikan

sanksi bagi mereka yang melakukan pelanggaran, bahkan kepada anaknya sendiri

Fatimah.

d. Metode Mendidik Cara Rasulullah SAW melalui “Memenuhi Hak-Hak Anak”

Islam mewajibkan dan mengatur pemenuhan hak-hak anak oleh orang tua

agar ia bisa tumbuh dengan sehat dan baik, serta terbebas dari segala bentuk

permasalahan yang mengakibatkan buruknya akhlak. Terpenuhinya hak-hak anak

Page 100: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

90

akan memunculkan rasa percaya diri, kehormatan, kemuliaan, kemampuan untuk

menolong orang lain, cinta negara dan tanah air, serta membela Islam dalam jiwa

anak.

Sesuai dengan tuntutan dari Rasulullah SAW, hak-hak anak dalam ajaran

Islam adalah sebagai berikut:

1). Mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya

Setiap orang tua pasti memiliki kecenderungan untuk mencintai anak-

anaknya, memiliki kedekatan emosional, menyayangi, memiliki rasa belas

kasihan, dan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan anak.

Andaikan Allah SWT tidak memberikan kecenderungan tersebut, niscaya

orang tua tidak akan bersabar dalam mengasuh, menjaga, mendidik, serta memberi

nafkah untuk memenuhi segala kebutuhannya. Allah SWT telah menjadikan anak

sebagai perhiasan bagi orang tua.

2). Mendapatkan nasab ayahnya

Nasab dalam hukum Islam merupakan sesuatu yang sangat penting, karena

nasab merupakan legalitas hubungan kekeluargaan berdasarkan pertalian darah,

sebagai akibat dari pernikahan yang sah, atau nikah fasid, atau senggama syubhat

(zina).

Nasab juga berarti pengakuan syara’ bagi hubungan seorang anak dengan

garis keturunan ayahnya, sehingga ia berhak memperoleh hak-hak akibat adanya

hubungan nasab tersebut. Namun demikian, anak boleh saja diasuh oleh keluarga

Page 101: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

91

atau kerabat yang mau bertanggung jawab merawat dan memosisikannya sebagai

anak, bukan melalui proses adopsi, misalnya membantu memelihara anak yatim.

3). Mendapatkan hak hidup

Hak hidup merupakan hak dasar setiap umat manusia, berhubungan dengan

keberadaannya di muka bumi ini. Hak alamiah manusia ini merupakan nikmat

sebagai hak perogatif Allah SWT. Namun, terdapat beberapa peradaban yang

justru menghalangi manusia untuk memperoleh hak tersebut dengan alasan takut

miskin atau malu / aib. Ajaran Islam datang sebagai rahmat untuk seluruh umat

manusia, dengan melarang segala bentuk pembunuhan dan pertumpahan darah.

Islam memberikan hak hidup bagi anak dan mengancam orang yang menentang

ketetapan Allah SWT dengan berbagai ancaman.

4). Terpenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan nafkah

Tiap anak memiliki hak untuk hidup, maka dia juga berhak dipenuhi

kebutuhan sandang, pangan, dan nafkah. Apabila seorang ayah mendapatkan

pahala dan ganjaran karena sudah memberikan nafkah kepada keluarga, dan

sebaliknya seorang ayah akan mendapat dosa dan hukuman jika menelantarkan

anak serta keluarganya, sementara dia bisa memberi makan dan minum kepada

mereka.

Hal yang termasuk dalam menafkahi keluarga adalah menyediakan makanan

yang bergizi, tempat tinggal yang layak, serta baju atau pakaian yang layak dan

pantas untuk selurruh anggota keluarga, smapai dengan jaminan kesehatan bagi

Page 102: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

92

seluruh anggota keluarga. Dalam hal ini kebutuhan akan sandang atau pakaian,

Islam mewajibkan agar anak laki-laki maupun perempuan, diberi pakaian yang

dapat menutupi auratnya.

5). Mendapatkan perlakuan adil dan tidak pilih kasih

Ajaran Islam tidak pernah membedakan antara anak laki-laki dan perempuan

untuk mendapatkan kasih sayang dan memperoleh pendidikan dari kedua orang

tuanya. Kalaupun ditemukan orang tua yang mengutamakan antara anak laki-

lakinya, maka hal tersebut semata-mata karena karena pengaruh adat istiadat dari

masyarakat jahiliah.

Allah SWT telah menciptakan kaum lak-laki dan perempuan serta

menjadikan bentuk mereka berbeda satu dengan lainnya. Allah SWT juga

membekali keduanya dengan ajaran yang harus dilaksanakan dalam menjalani

kehidupan, perbedaan tersebut menjadikan keduanya saling melengkapi dan

menyempurnakan kekurangan masing-masing. Sama halnya dengan kaum laki-

laki, kaum perempuan juga dianugerahi akal yang memiliki kemampuan untuk

memberdayakan diri menjadi makhluk Allah yang berguna di muka bumi ini.

Kemampuan ini semakin meningkat seiring kedewasaan akal dan pikirannya.

Oleh sebab itu, baik anak laki-laki maupun anak perempuan harus

ditumbuhkan kemampuannya, terutama ketika mereka sudah menginjak masa

murahaqah (mendekati baligh). Pada masa itu karakter pribadi mereka sudah

mulai tampak. Seorang laki-laki sudah mulai menampakkan karakter dirinya

Page 103: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

93

sebagai ayah. Begitu pula perempuan, akan tampak karakternya sebagai seorang

ibu. Dengan demikian, menjadi sebuah keutamaan bagi seorang pemudi agar

mendalami ilmu keagamaan secara detail, baik dalam soal akidah, syariah,

maupun ibadah.

e. Metode Mendidik Cara Rasulullah SAW melalui “Mendoakan”

Doa adalah inti dari ibadah. Karena dengan berdoa berarti kita mengakui

Allah Azza Wa Jalla sebagai satu-satunya tempat berlindung dan memohon

pertolongan. Tidak mungkin seorang muslim berdoa, jika dia tidak yakin bahwa

Allah SWT dapat menolongnya. Oleh karena itu, mengajarkan anak berdoa dan

mendoakan mereka merupakan sesuatu yang sangat urgen dalam akidah islamiah.

Anak yang terbiasa berdoa, maka dapat dipastikan lurus dan kokoh akidahnya.

Pada zaman Rasulullah SAW anak-anak sudah mencapai kematangan dalam

berperilaku dan berkomunikasi dengan orang dewasa. Tentu ini berkat metode

mendidik dengan uswah hasanah dan membiasakan nasihat-menasihati sesama

muslim, sehingga anak-anak pada zaman itu tidak mengalami krisis teladan dari

orang tua dan para pemimpin. Setelah orang tua dan pendidik menanamkan nilai-

nilai akidah pada anak, ajarkanlah dia untuk senantiasa berdoa, memohon hanya

kepada Allah SWT. Agar anak tidak hanya sekedar menghafal amalan doa yang

diajarkan orang tua, jelaskan manfaat yang akan didapat dalam berdoa. Adapun

manfaat berdo’a yaitu:

1). Bentuk ibadah dan ketaatan kepada Allah SWT

Page 104: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

94

2). Mencegah bala berencana dan peredam amarah Allah SWT

3). Mengandung banyak manfaat (dengan izin Allah SWT)

4). Bukti keimanan kepada Allah SWT

5). Pembuktian tawakkal kepada Allah SWT

f. Metode Mendidik Cara Rasulullah SAW melalui “Membimbing Anak Berbakti

Kepada Orang Tua”

Cinta dan kasih anak kepada orang tua akan terbina, apabila terjalin dengan

harmonis ikatan kasih sayang, perlindungan terhadap mereka, melakukan segala

hal yang mencerminkan penghormatan kepada mereka, serta memprioritaskan

bantuan untuk mereka. Penghormatan kepada orang tua merupakan kewajiban

dalam keluarga serta agama. Bahkan, tata cara penghormatan kepada orang tua

diperintahkan dalam Al-Qur’an.

Kecintaaan anak kepada orang tua berbanding lurus dengan ketulusan

mencintai orang lain. Barang siapa yang tidak mencintai orang tuanya, maka ia

tidak akan bisa mencintai orang lain dengan tulus. Oleh karena itu, Rasulullah

SAW menjadikan orang pertama yang paling utama untuk diperlakukan dengan

baik oleh seserorang adalah ibu, kemudian ibu, lalu ibu lagi, dan setelah itu baru

ayah.

Salah satu resep mujarab agar anak berbakti kepada orang tua adalah teladan

(uswah hasanah) dari orang tua itu sendiri. Setelah iu, kita tawakkal kepada Allah

SWT melalui doa-doa kita. Sesungguhnya doa orang tua akan diijabah oleh Allah

Page 105: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

95

SWT. Beberapa hal yang dapat dicontohkan kepada anak dalam usaha membentuk

anak yang berbakti kepada oraang tua diantaranya yaitu:

1). Mengucapkan kata “Tolong” dan “Terima Kasih”

Biasakan anak mengucapkan tolong dan terima kasih, ketika dibantu oleh

orang lain, walaupun kepada pembantu sekalipun. Selain mengajarkan sopan

santun, anak akan terbentuk sikap menghormati orang yang lebih tua darinya.

2). Mendahulukan orang yang lebih tua

Biasakan anak untuk mendahulukan orang yang lebih tua. Misalnya, saat

jamuan makan, berbicara, dan lain sebagaainya. Rasulullah SAW bahkan

menganjurkan memilih orang yang paling tua sebagai imam, selain akhlak dan

hafalan Al-Qur’annya. Hal ini merupakan contoh perilaku mendahulukan orang

yang lebih tua. Mencium tangan orang yang lebih tua dan mendahulukan memberi

salam juga termasuk mengutamakan orang yang lebih tua.

3). Berkata-kata lembut dan sopan kepada orang yang lebih tua

Untuk para ayah dan ibu, biasakan saling memanggil pasangan dengan

panggilan yang sopan apalagi di hadapan anak-anak. Hati-hati juga saat berbicara

dengan suami atau isteri. Gaya berbicara suami kepada isteri yang cenderung

meremehkan atau sebaliknya isteri kepada suami, akan ditiru oleh anak-anak pada

saat mereka berkomunikasi dengan orang tua. Pada saat anak-anak kita merengek

meminta perhatian, repons dengan kata-kata yang lembut dan penuh kasih sayang.

Ingatlah, kelak kita sudah tua renta, kita pun akan rewel meminta perhatian dari

anak-anak. Pada saat anak merengek minta perhatian, respons dengan kata-kata

Page 106: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

96

yang lembut dan penuh kasih sayang. Ingatlah kelak kalau sudah tua renta, kita

pun akan rewel meminta perhatian dari anak-anak.

4). Mendoakan orang tua

Sekali ajak anak ikut mendoakan kakek dan neneknya, selipkan nasihat pada

mereka, bahwa orang tua perlu didoakan oleh anak-anaknya. Katakan bahwa Allah

SWT akan mengijabah doa anak yang saleh, bahkan ketika orang tuanya sudah

meninggal sekalipun.

5). Mengunjungi orang yang lebih tua

Sempatkan bersilaturahmi kepada sanak keluarga yang lebih tua, terutama

kakek dan neneknya. Dengan demikian, anak-anak akan belajar bersikap dan

bertutur kata yang baik saat bertamu dengan orang yang lebih tua. Lakukan

kunjungan secara rutin, agar anak mengetahui bahwa kelak dewasa, mereka tidak

boleh melupakan orang tuanya.

6). Merawat orang tua yang sakit

Sebagaimana orang tua merawat anaknya yang sakit, maka sebagai

balasannya anak berkewajiban merawat orang tua di kala sakit. Ketika ayah atau

ibu sakit, beri kesempatan pada anak untuk ikut merawatnya. Biasanya anak-anak

senang jika dimintai tolong memberikan obat atau menyuapi ayah atau ibu yang

sakit. Beri pujian, jika anak melakukan dengan senang hati.

7). Menghibur orang tua

Biasanya, anak dapat merasakan jika orang tua sedang sedih atau marah.

Sesekali biarkan anak mendekati orang tuanya. Selain anak akan belajar

Page 107: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

97

mengendalikan emosi secara positif dari orang tuanya, anak juga belajar berempati

dan menghibur orang tuanya sendiri.

g. Metode Mendidik Cara Rasulullah SAW melalui “Menghindar dari Mencela

dan Memaki Anak”

Berikut ini ada beberapa alasan bagi para orrang tua untuk sebaiknya tidak

memaki atau mencela anak yaitu:

1). Memaki atau mencela akan membuat anak takut dan merasa tidak aman, tidak

disayangi dan sedih

2). Orang tua yang suka memaki dan mencela anak akan memberikan contoh yang

buruk dalam menghadapi guncangan emosi

3). Apabila orang tua memperlihatkan diri di depan anak saat memaki dan mencela

orang lain, maka sama saja dengan mengajari anak untuk melakukan hal yang

sama di lingkungan keluarga atau sekolah

4). Melihat orang tua yang suka mencaci dan mencela, akan memotivasi anak

untuk berbohong dan menyembunyikan perasaan mereka supaya tidak

dimarahi orang tua.

Apabila orang tua terlanjur memaki atau mencela anak, maka yang harus

dilakukan adalah:

a). Menjauh dari anak untuk menenangkan diri untuk berpikir tentang bagaimana

merespons dengan lebih baik

Page 108: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

98

b). Bergegas kembali kepada anak dan jelaskan mengapa anak tidak menyukai apa

yang dilakukan anak tadi

c). Tanyakan kepada anak alasan ia berperilaku demikian

d). Katakan kepada anak bahwa ia dapat berperilaku yang lebih baik dari itu

e). Katakan kepada anak bahwa kelakuannya membuat orang tuanya kecewa

f). Tanyakan kepada anak, apa yang dapat orang tuanya lakukan supaya anak

berperilaku lebih baik

g). Pastikan hukuman atau konsekuensi yang orang tua berikan adalah adil.

8. Kisah-Kisah tentang Rasulullah SAW

a. Budi Pekerti

Rasulullah SAW mempunyai budi pekerti dan etika-etika bergaul yang

baik. Beliau selalu menyuruh para sahabatnya di depannya, dan ketika berjalan

dan tidak pernah mendahului mereka. Selain itu Rasulullah SAW juga selalu

mendahului mengucapkan salam kepada orang yang dijumpainya. Ketika sedang

berbicara Rasulullah SAW menggunakan bahasa ringkas namun mudah dipahami,

kata-katanya jelas, tidak berlebihaan dan tidak juga terlalu pendek melainkan

sesuai kebutuhan.

Apabila mereka membicarakan dunia, Rasulullah SAW pun ikut

membicarakannya. Apabila mereka bercerita tentang makanan dan minuman,

Rasulullah SAW pun ikut menceritakannya. Tidak pernah mencela makanan yang

disuguhkan kepadanya, kalau suka dimakan, kalau tidak ditinggalkan.

Page 109: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

99

Rasulullah SAW bersabda, “Mukmin yang paling sempurna imannya

adalah yang paling baik akhlaknya.” (Dishahihkan Al-Albani dalam Takhrij Ath-

Thahawiyyah)

“Sesungguhnya orang yang paling mencintai aaku di antara kamu dan yang

paling dekat tempat duduknya pada hari kiamat denganku adalah yang paling baik

akhlaknya.”

Ketika Rasulullah SAW ditanya tentang kebaikan, beliau menjawab,

“Akhlak yang baik,” dan ketika ditanya, “Amal apakah yang paling utama?”,

beliau menjawab, “Akhlak yang baik.” (HR.Muslim)

Rasulullah SAW adalah orang yang paling gigih untuk merajut cinta kasih

sesame muslim. Rasulullah SAW selalu berpeesan kepada mereka, “Apabila tiga

orang di antara kalian berkumpul, maka janganlah berbisik dua orang saling

berbisik-bisik tanpa mengikutsertakan yang ketiga, karena itu menyedihkannya”.

Rasulullah SAW juga berpesan, “Janganlah salah seorang di antara kalian

menyuruh temannya berdiri dari tempat duduknya, kemudian dia duduk di tempat

itu. Tetapi berlapang-lapanglah dalam majlis kalian dan luaskannlah, niscaya

Allah akan melapangkan hati kalian”. (HR.Al-Bukhari dan Muslim)

Semakin nyatalah ketinggian akhlak dan keindahan budi peekertinya dalam

kehati-hatian menjaga harga diri manusia yang telah dimuliakan oleh Allah, serta

kelihaiannya untuk menjaga perasaan manusia. Di antara yang menunjukkan hal

itu adalaah Rassulullah tiddak pernah secara langsung menunjukkan kesalahan

seseorang, namun dia berkata, “Mengapa masih ada saja suatu kaum yang

Page 110: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

100

melakukan begini dan begitu. “ Rasulullah membiarkan pelaku yang sebenarnya

merenungi kekeliruannya, sehingga dia tahu aakan kesalahannya tanpa harus

diberi tahu oleh orang lain.

Mu’awiyah bin Hakam pernah bercerita, “ketika saya sedang shalat bersama

Rasulullah, tiba-tiba seorang laki-laki bersin, lalu aku berucap, ‘Yarhamukallah’,

maka orang-orang pun memandangku”. Aku katakana, ‘Mengaapa kalian melihatku

seperti itu?’ lalu mereka mulaimemukul-mukul paha mereka dengan tangan. Setelah

aku paham, bahwa itu adalah isyarat agar aku diam. Maka aku pun diam.

Setelah Rasulullah SAW selesai shalat, maka demi bapak dan ibuku, akau

belim pernah melihat seorang pengajar yang lebih baik darinya sebelum dan

sesudah ini. Demi Allah, dia tidak memaksaku dan tidak memukulku, dan tidak juga

mencaciku. Rasulullah hanya berkata, “Sesunggguhnya, shalat ini tidak boleh di

sela di dalamnya kata-kata manusia, dia hanya boleh diisi dengan tasbih, takbir dan

bacaan Al-Qur’an. Kendatipun demikian selalu berdoa, “Ya Allah..! Baguskanlah

budi pekertiku, sebagaimana engkau telah membaguskan bentukku. (HR.Baihaqi)

b. Dermawan

Contoh-contoh sikap kedermawaan Rasulullah SAW sangat banyak.

Rasulullah SAW tidak pernah menolak orang yang meminta-minta selama masih

ada sesuatu yang bisa diberikan. Pernah, seorang laki-laki meminta baju yang

ssedang dipakainya, Rasulullah SAW pun segera masuk ke dalam rumahnya dan

Page 111: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

101

menaggalkan bajunya tersebut, kemudian keluar dan memberikan kepada laki-laki

tersebut.

Ada lagi oranag lain yang meminta, lalu diberikannya kambing-kambing

yang terdapat di antara dua bukit. Laki-laki itu pun segera pergi dengan bergegas-

gegas sambil menoleh ke belakang, karena takut kalau-kalau Nabi menarik kembali

ucapannya. Setelah itu, dia kembali ke kaumnya dan berkata, “Wahai kaumku

masuklah kalian ke dalam Islam, sesungguhnya Muhammad akan memberikan apa

yang kalian minta sekakan-akan orang yang tidak takut miskin”. (HR.Muslim)

Ibnu Abbas berkata ketika ditanya tentang Rasulullah SAW, “Rasululah

SAW adalah orang yang paling pemurah (dermawan), dan lebih dermawan lagi

ketika bulan Ramadhan, yaitu ketika Jibril menemuinya untuk mengeecek bacaan

Al-Qur’annya. Ketika itu Rasulullah SAW menjadi orang yang lebih dermawan

dibandingkan angin yang bertiup”. (HR.Bukhari)

Beberapa contoh menakjubkan dari kemurahan hati dan kedermawaan

Rasulullah SAW yaitu:

1). Memberikan emas kepada Ibnu Abbas dalam jumlah yang ia sendiri tidak

sanggup membawanya.

2). Memberi Mu’adz bin Arfa secupak emas dan permata ketika dia datang

kepadanya dengan membawa hadiah kurma basah dan qitsa’ (buah seperti

mentimun).

3). Ketika seorang laki-laki datang meminta sesuatu kepadanya, beliau berkata,

“Saya tidak punya apa-apa, tapi silahkan kamu beli apa saja yang kamu

Page 112: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

102

butuhkan. Biarkan saya yang akan membayarnya, jika telaha ada harta yang

dikirim kepada kita, insya Allah.

c. Kelembutan

kelembutan atau suatu sikap pengendalian diri ketika sedang marah sehingga

tidak pernah muncul perkataan dan perbuatan dengan sesuatu yang tidak disukai

dari Rasulullah SAW banyak diriwayatkan di dalam kisah-kisah berikut. Yang

paling menarik di antaranya adalah:

1). Ketika dua bibir Rasulullah SAW terluka dan dua gigi taring depannya retak

pada saat perang Uhud, Rasulullah SAW menengadahkan kedua tangannya ke

langit. Para sahabat mengira bahwa beliau sedang mendoakan kecelakkan bagi

orang-orang kafir itu. Ternyatanya berdoa, “Ya Allah, ampunilah kaumku,

sesungguhnya mereka tidak mengetahui”.

2). Saat ada seorang Badui menarik selendangnya denagn keras sampai

meninggalkan bekas jeratan di leher, dan Badui itu berkata, “Muatilah

punggung kedua untaku ini dengan sebagian harta Allah yang dititipkannya

kepadamu, karena kamu tidak pernah memuati keduanya dari hartamu sendiri

ataupun harta kedua orang tuamu”. Rasulullah SAW tetap bersikpa lemah

lembut kepadanya dan hanay berkata, “Semua harta itu memang milik Allah,

sedang saya adalah hamba-Nya. Dan kamu wahai badui, akan dibalas atas apa

yang telah kamu perbuat terhaadapku”.

Page 113: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

103

Badui itu menjawab, “Tidak bisa, “Nabi bertanya, “Kenapa?” Jawabnya, “Karena

engkau tidak pernah membalas kejahatan dengan kejaahatan”.setelah

meendengar perkataan badui tersubut, Rasulullah SAW pun tersenyum dan

meeminta sahabat untuk meuiati unta pertama dengan gandum dan unta yang

lain enggan kurma.

3). Tidak ada satu riwayat pun yang menyebutkan Rasulullah SAW pernah

memukul pembantu atau istrinya sekalipun. Hal ini dijelaskan oleh Aisyah,

ia berkata, “Belum pernah saya melihat Rasulullah SAW membalas

kezhaliman yang ditimpakan kepadanya selama kezhaliman itu bukan

melanggar ketentuan yang diharamkan oleh Allah. Rasulullah belum pernah

memukul sesuatu dengan tangannya sama sekali kecuali ketika berperang

dijalan Allah, dan tidak pernah memukul pembantu dan juga perempuan.

d.Pemaaf

Sifat pemaaf – tidak menuntut balas atas orang yang berbuat jahat di saat dia

mampu untuk membalasnya – merupakan akhlak Nabi Muhammad SAW. Allah

telah memerintahkan hal yang demikian melalui ayat yang dibawa oleh Jibril:

Rasulullah SAW telah mengerjakan yang diperintahkan oleh Rabbnya.

Dalam memilih satu dari dua perkara, beliau selalu memilih perkara yang

termudah, selama hal itu tidak berdosa. Namun kalau perkara itu mengandung

dosa, dia adalah orang yang paling jauh menghindarinya.

Page 114: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

104

Terbuktilah pemaafnya Rasulullah SAW ketika berhadapan dengan Ghaurust

bin Al-Haris ketika ingin membunuh Rasulullah SAW pada waktu Rasulullah

SAW berbaring sendirian di bawah sebatang pohon (tidur pada waktu qailulah

atau waktu sebelum zuhur), sementara sahabat-sahabatnya juga sedang

beristirahat, dan itu terjadi pada waktu perang.

Rasulullah SAW tidak menyadari hal itu kecuali setelah Ghaurust berdiri

di atas kepalanya dengan pedang terhunus sambil berkata, “Siapa yang akan bisa

menyelamatkanmu dari pedangku ini?” Maka Rasullah SAW menjawab, “Allah!”

Tiba-tiba pedang itu terjatuh dari tangan Ghaurust. Lalu dengan cepat Rasulullah

SAW mengambilnya dan berkata, “Siapa yang akan menyelamatkanmu dari

pedangku ini?”Ghaurust berkata, “Jadilah engkau orang yang terbaik dalam

mengambil tindakan, “lalu Rasulullah pun meninggalkan dan memaafkannya.

Setelah itu Ghaurust kembali kepada kaumnya dan berkata mereka, “Saya datang

kepada kalian dari seorang manusia terbaik”. (HR.Al-Muhaidi)

Di saat memasuki masjid Al-Haram di hari penaklukan di hari penaklukan

kota Mekkah, Rasulullah SAW mendapati para pemuka Quraisyyang selama ini

mendustakannya, menghina, menyiksa sahabat-sahabatnya dan mengusir mereka-

duduk sambil kepada tertunduk menunggu keputusan Rasulullah SAW yang telah

mengalahkan mereka. Tiba-tiba beliau berkata kepada mereka, “Wahai orang-

orang Quraisy, menurut kalian, kira-kira apa yang akan aku lakukan kepada

kalian?” Mereka menjawab, “Anda adalah saudara kami yang baik hati dan anak

saudara kami yang baik hati juga”. Rasulullah SAW berkata, “Pergilah! Kalian

Page 115: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

105

semua dibebaskan”. Rasulullah SAW memaafkan mereka, kendati mereka telah

melakukan berbagai bentuk pelanggaran pada haknya dan para sahabatnya yang

tak terhitung jumlahnya.

Orang-orang munafik bersekongkol untuk membunuhnya saat perjalanan

pulang dari perang Tabuk menuju Madinah. Rasulullah SAW telah mengetahui

siapa mereka dan telah diberi tahu tentang rencana mereka tersebut. Namun

Rasulullah SAW memaafkan mereka dan berkata, “Jangan sampai ada yang

berkata bahwa Muhammad telah membunuh para sahabatnya”.

Ketika orang-orang kafir memanggilnya dengan sebutan “Si Pencela”

(karena telah mencela berhala-berhala mereka). Sebagai ganti dari panggilan

“Muhammad”, para sahabat marah. Namun Rasulullah SAW hanya berkata,

“Meskipun mereka menjulukiku “Si Pencela” tapi toh aku tetap Muhammad”.

e. Keberanian

Rasulullah SAW adalah seorang yang sangat pemberani-hati dan akalnya

sekaligus. Keberanian hatinya maksudnya tidak pernah merasa takut dengan apa

yang biasa ditakuti orang dan selalu menghadapi hal-hal yang ditakuti orang lain

dengan penuh kegagahan dan keteguhan. Adupun yang disebut dengan berani

akalnya adalah melaksanakan segala pendapatnya tanpa memikirkan akibatnya

selama itu dalam koridor kebenaran. Secara mutlak, Rasulullah SAW adalah

manusia paling berani.

Page 116: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

106

Sebagai bukti keberaniannya, Allah SWT memerintahkannya untuk

berperang sendirian.

Di antara bukti dan contoh keberanian Rasulullah SAW adalah kisah-kisah

yang tertera di bawah ini:

Inilah pengakuan Ali bin Abi Thalib perihal keberaniannya,” Setiap kita

diselimuti bahaya (di tengah-tengah berkecamuknya perang) dan mata-mata kita

memerah (karena takut), kita selalu berlindung kepada Rasulullah SAW dari

sabetan pedang dan tusukan tombak.

Inilah peristiwa kepahlawanannya yang luar biasa di Perang Uhud. Saat

jiwa para ksatria mulai disusupi rasa takut, Rasulullah SAW masih tetap berdiri

tegap laksana gunung yang menjulang, sehingga para sahabatnya bisa berlindung

kepadanya. Mereka senantiasa berperang di sekitarnya sampai peperangan itu

berakhir dengan kemenangan-setelah kepahitan dan kekalahan yang dialami

kaumnya akibat penyimpangan mereka terhadap perintah Rasulullah SAW.

Setelah Perang Hunain pun demikian. Ketika para sahabatnya mengalami

kekalahan dan pasukannya lari pontang panting karena tidak mampu menghadapi

serangan pasukan Islam, yang tidak merasa sadari sebelumnya. Hanya Rasulullah

SAW yang masih tetap berada di arena pertempuran sendirian dengan terus

menerobos dan menyerang musuh di atas tunggangannya. (Muttafaqun’alaihi)

Beliau berteriak, “ Saya tidak berdusta, saya adalah seorang Nabi, saya

keturunan Abdul Muthalib”. Rasulullah SAW terus-menerus memanggil para

sahabatnya dari tengah-tengah medan, “ Kemarilah wahai hamba-hamba Allah!

Page 117: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

107

Kemarilah wahai hamba-hamba Allah!” Sehingga para sahabat pun berkumpul di

sekitarnya dan mulai menyerang balik sampai mereka mampu mengalahkan

musuh dalam sekejap.

Di atas tadi adalah sebagian bukti dari keberanian hatinya. Sedangkan

bukti-bukti keberanian akalnya, cukuplah bagi kita menyebutkan satu contoh saja

untuk mewakili ribuan contoh lainnya, bahkan lebih. Yaitu peristiwa di saat

menghadapi tekanan Suhail bin Amru. Ketika itu ia sedang mendiktekan

maklumat perjanjian Hudaibiyah saat Rasulullah SAW harus rela mengganti lafal

“Bismillah” (dengan menyebut nama Allah) menjadi “Bismikallahhumma”

(Muhammad utusan Allah) menjadi “Muhammad bin Abdullah” (Muhammad

Anak Abdullah).

Pada waktu itu para sahabat diliputi kemarahan yang berkobar-kobar,

sampai-sampai ada salah seorang sahabatnya yang diliputi kemarahan yang tidak

terkira. Tetapi beliau senantiasa sabar dan teguh hingga tuntasnya masalah

tersebut. Ternyata selang beberapa saat, terjadilah kemenangan yang luar biasa.

(HR.Al-Bukhari)

Dalam peristiwa tersebut, Rasulullah SAW telah memberikan contoh

sangat mengagumkan dalam keberanian, pandangan yang jauh ke depan dan

pendapat yang brilian.

f. Kesabaran

Page 118: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

108

Sabar adalah keteguhan diri untuk senantuasa melaksanakan ketaatan

kepada Allah SWT, menghindari maksiat, ridha atas takdir-Nya sehingga dia tidak

gelisah dan kecewa pada Allah. Itulah akhlak Muhammad SAW. Dalam kurun

waktu yang cukup panjang, ia bersabar dan selalu berusaha menyabarkan diri

dalam menyampaikan risalah yang pelaksanaannya memakan waktu selama dua

puluh tiga tahun. Sehari pun ia tidak pernah merasa gelisah dan membayangkan

untuk risalah dakwahnya sampai puncak ketinggian yang diinginkan Allah SWT

tercapai.

Kesabaran Rasulullah SAW yang menjadi teladan bagi setiap muslim laki-

laki dan perempuan dalam hidupnya:

1). Kesabaran beliau atas penyiksaan-penyiksaan yang ditimpakan kaum Quraisy

selama berada di Mekkah. Mereka memukulinya, menaruh kotoran unta di

punggungnya, terkadang mencaci dan menuduhnya sebagai orang gila, tukang

sihir, tukang tenung dan penyair.

2). Kesabarannya dalam mengarungi setiap pertempuran; perang badar, uhud,

khandaq, fathu makkah, hunain di thaif, di atas semua negeri memeranginya,

dan juga di Tabuk. Rasulullah SAW tidak merasa takut, menyerah, merasa

gagal dan minder. Rasulullah SAW tetap mengarungi pertempuran-

pertempuran dan memimpin beberapa pasukan pengintai. Selama sepuluh tahun

beliau senantiasa hidup dari satu peperangan ke peperangan yang lain.

3). Beliau SAW sabar dalam menahan lapar. Sampai wafat, belum pernah

sekalipun Rasulullah SAW merasa kenyang dengan roti gandum dua kali

Page 119: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

109

sehari. Paddahal, sseandainya beliau berniat memiliki dunia seisinya, niscaya

mampu mewujudkannyaa. Tetapinya lebih mengutamakan kenikmatan di

akhirat.

g. Belas Kasih

Rasulullah SAW adalah orang yang sangat kasih terhaddap manusia.

Layaknya kasih ssayang orang-orang gagah yang mencurahkan kekuatannya,

bukan sekadar kasih sayang orang-orang lemah. Rasulullah selalu membiasakan

hal itu sebagaimana orang mukmin lain juga membiasakan hal itu. Sampai-sampai

Allah membanggakan sifat kasih sayangnya tersebut kepada semua makhluk.

Ketika Rassulullah SAW disakiti di Mekkah, lalu hijrah Thaif, ternyata

penduduk Thaif bangkit berbaris membentuk dua barisan di kanan-kirinya sambil

melemparkan batu hingga dua tumit kakinya berdarah. Rasulullah SAW pun

mengadu kepada Allah SWT akan kelemahan dan ketidakmampuannya bertindak,

serta kehinaannya di hadapan manusia.

Rasulullah SAW adalah orang yang sangat pengasih. Sampai ketika

berperang melawan musuh agamanya sekalipun, beliau selalu berpesan pada

pasukan perangnya untuk tidak memerangi kecuali terhadap orang-orang yang

memeranginya atau mengangkat senjata kepadanya. Beliau selalu memesankan

kepada para pasukannya sebelum berangkat perang, “Jangan kamu bunuh

perempuan juga anak-anak dan orang tua! Jangan kamu bakar pohon kurma dan

tanam-tanaman!” Beliau juga melarang pasukannya memotong-motong tubuh

Page 120: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

110

musuh yang sudah meninggal, atau berlebih-lebihan di dalam melukai. Rasulullah

SAW bersabda, “ Hindarilah muka dan jangan memukulnya”.

Rasulullah SAW berwasiat untuk selalu berbelas kasihan terhadap orang-

orang yang lemah. Sehingga kita dapati beliau berpesan untuk selalu berbuat baik

terhadap anak yatim, “Rumah yang paling baik adalah rumah yang di dalamnya

ada anak yatim yang dimualiakan”.

h. Balas Budi

Rasulullah SAW seorang yang telah memenuhi perintah Rabbnya, orang

yang pernah menyusuinya, istrinya, para sahabatnya dan menepati janjinya

terhadap semua makhluk.

Suatu hari Aisyah bertanya kepadanya ketika melihatnya shalat malam

sampai kedua kakinya membengkak. “Mengapanya harus memaksakan diri seperti

ini, padahal Allah SWT telah mengampuni dosa-dosanya yang lalu dan yang akan

datang?” Beliau SAW menjawab, “Apakah aku tidak boleh menjadi seorang

hamba yang bersyukur?” (Muttafaqun’alaih)

Suatu hari seorang perempuan tua datang menziarahinya. Rasulullah SAW

pun menyambut kedatangannya dengan penuh keramahan dan suka cita. Dengan

segeranya mengambil burdahnya (selendang) yang bagus dan membentangkannya

di atas lantai untuk tempat duduk perempuan tua itu. Setelah perempuan itu

pulang, Aisyah bertanya tentang sebab sikapnya yang sedemikian rupa. Rasulullah

Page 121: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

111

SAW menjawab, “karena dia pernah menziarahi kami di saat Khadijah masih

hidup.

Di antara kamarnya dan mihrab tempatnya biasa menjadi imam, ada sebuah

jalan yang selalu Rasulullah SAW lintasi setiap hari ketika shalat. Beliau sangat

mencintai sebidang tanah ini karena di situlah tempat yang selalu dilewatinya

menuju Allah dan penghibur hatinya (shalat). Bahkan karena kecintaannya

tersebut, sampai-sampainya memuliakan dan mengagungkan tempat tersebut

melalui sebuah sabdanya, “jalan yang membujur antara rumahku dan mimbarku

ini merupakan salah satu taman di antara taman-taman surge”. (Muttafaqun’alaih)

Page 122: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

112

BAB III

PENERAPAN KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK

ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA MENURUT AJARAN

RASULULLAH SAW

A. Pemberian Reward dalam Mendidik Anak yang diajarkan Rasulullah

SAW

Reward atau hadiah memiliki pengaruh yang sangat besar dalam

menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang. Hadiah merupakan bukti cinta dan

kejernihan hati. Di dalam hadiah terdapat nilai penghargaan dan penghormatan.

Oleh karena itu, nabi menerima hadiah, baik dari orang muslim atau orang kafir.

Nabi menerima dari wanita, sebagaimana beliau menerimanya dari laki-laki.

Beliau juga menganjurkan umatnya agar saling memberi hadiah.1

Nabi SAW menganjurkan memberi hadiah walaupun sedikit. Maksudnya

adalah nabi menganjurkan orang tua agar memberikan hadiah kepada anaknya dan

bermurah hati dengan sesuatu yang mudah. Walaupun hadiah yang diberikan

hanya sedikit itu lebih baik daripada tidak memberi. Hadiah merupakan bukti

adanya cinta. Dalam hadits juga dianjurkan bagi yang diberi hadiah untuk

menerima hadiah, walaupun sedikit. Itu merupakan bukti penghargaan orang yang

diberi hadiah kepada orang yang memberi hadiah.2

1 Syaikh Musthafa Al-Adawy, Fikih Akhlak, ( Jakarta: Qisthi Press, 2009), hal.42

2 Ibid, hal.44

Page 123: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

113

1. Bentuk –bentuk Penghargaan

Adapun bentuk penghargaan yaitu:3

a). Penghargan secara materi

Anak memiliki tabiat menyukai hadiah. Biasanya mereka begitu ingin

mendapaatkannya. Karena itu, layak kiranya jika orang tua memberikan apa yang

mereka sukai ini pada kesempatan tertentu. Anak yang rajin, berakhlak baik,

melaksanakan kewajiban shalat atau perbuatan baik lainnya, kemudian

mendapatkan hadiah, akan merasa gembira dan puas dengan apa yang

didapatkannya.

b). Doa

Semestinya pula orang tua memberikan motivasi kepada anak yang rajin,

beradab atau rajin menegakkan shalat dengan mendoakannya, misalnya “Semoga

Allah SWT memberikan taufik kepadamu, mudah-mudahan masa depanmu cerah”

Kepada anak yang biasa lalai atau berperilaku jelek, orang tua bisa

mendoakannya, misalnya “Semoga Allah SWT memperbaiki dirimu dan memberi

petunjuk kepadamu”

c). Menganggap diri kita bagian dari mereka

Bila orang tua memberikan penghargaan pada anak-anak yang memiliki

kelebihan, bisa pula dengan menyatakan bahwa orang tua merupakan bagian dari

anak. Ini akan menjadi penghargaan besar bagi anak.

3 Muhammad Suwaid, Mendidik Anak Bersama Nabi SAW, ( Solo: Pustaka Arafah, 2003),

hal. 75-78

Page 124: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

114

d). Pujian

Sewajarnya sebagai orang tua memuji anak bila melihatnya berperilaku baik

atau bersungguh-sungguh. Orang tua bisa mengatakan, misalnya, “Bagus, semoga

Allah SWT memberikan berkah kepadamu!” atau “Memang anak yang paling

baik!” ataupun ucapan-ucapan baik yang sejenis. Ucapan ini akan memotivasi

anak, menguatkan jiwanya, juga memberikan pengaruh yang sangat baik dalam

dirinya. Hal ini akan mendorongnya untuk mencintai orang yang mendidiknya.

Terbuka pula pikirannya untuk terus belajar.

Di samping itu, dalam waktu yang sama akan memotivasi anak lain untuk

mencontoh si anak yang di puji dalam adab, perilaku, atau kesungguhannya, agar

memperoleh pujian pula. Ini lebih baik daripada memberikan hukuman fisik

kepada mereka.

Para orang tua memberi pujian kepada anak mereka dengan sewajarnya.

Namun kita jarang sekali memikirkan tentang pemberian pujian secara wajar

tersebut, walaupun kita tahu pasti bahwa memberi pujian itu baik, dan bagi

kebanyakan orang, memberi pujian itu mudah saja. Apa yang terbaik bagi anaknya

adalah mudah baginya sebagai orang tua. Jika orang tua memuji anaknya, berarti

orang tua membangun perasaan percaya diri pada anak, suatu perasaan yang

tertanam dalam jiwa bahwa dirinya adalah anak yang memiliki kemampuan.

Kesemuanya itu akan menentukan keberhasilan hidup anak di kemudian hari.4

4 Jacob Azzerad, Membangun Masa Depan Anak, ( Bandung: Nusamedia, 2005), hal. 89-90

Page 125: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

115

Orang tua tidak perlu memberi pujian kepada anak tujuh kali sehari karena,

sebagaimana yang telah dikatakan jika orang tua memuji anak terlalu banyak,

orang tua mungkin justru akan menghambat perkembangan, yang dinamakan

harga diri anak, atau akan menghambat kemampuan anak dalam mengetahui, tanpa

di beritahu sebelumnya, bahwa ia melakukan sesuatu dengan baik. Selain itu orang

tua juga akan menciptakan ketergantungan yang berlebihan pada anak terhadap

kata-kata persetujuan dari luar.5

Pada awalnya, anak memerlukan pujian lebih banyak, pujian tulus terhadap

perilakunya yang biasa. Pemberian pujian seharusnya tidak lama diberikan

kepadanya, yaitu sebelum anak memerlukan sedikit pujian, karena kita mencoba

untuk menyiapkan anak menuju dunia luar, di mana pujian tidak akan sering

diberikan kepadanya, bahkan kepada hal-hal sebenarnya perlu mendapat pujian

sekalipun.6

Orang tua atau pendidik yang menjadi teladan bagi anak adalah yang pada

saat bertemu atau tidak dengan anak senantiasa berperilaku yang taat terhadap

nilai-nilai moral. Dengan demikian, mereka senantiasa patut dicontoh karena tidak

sekedar memberi contoh. Orang tua atau pendidik yang mampu berperilaku seperti

di atas telah menyadari bahwa perilakunya yang tidak sekedar memberi contoh.

Orang tua atau pendidik yang mampu berperilaku seperti diatas telah menyadari

bahwa perilakunya yang tidak disadari untuk dicontohkan, oleh anak dapat

5 Ibid, hal.90

6 Ibid, hal.90

Page 126: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

116

dijadikan bahan imitasi dan identifikasi. Artinya, anak sadar untuk menjadikan

bahan imitasi dan identifikasi perilaku orang tua atau pendidik yang oleh pendidik

atau orang tua tidak disadari sebagai bantuan bagi anak-anak.7

Derajat ketidakpatuhan anak terhadap aturan-aturan yang dibuat orang tua

membuat perbedaan pengambilan keputusan orang tua dalam menghukumnya.

Para orang tua bisa langsung mengambil tindakan jika anak berbuat sesuatu secara

berulang meskipun kita sudah mengingatkannya. Walaupun demikian, orang tua

tidak diperkenankan untuk bersikap dan berperilaku kasar terhadap anak. Orang

tua harus bisa membuat anak berubah perilakunya hanya lewat bahasa dan

tindakan yang mendidik.8

Anak adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang dititipkan kepada orang

tuanya sebagai amanah. Allah SWT menganugerahkan bermacam-macam perilaku

kepada anak. 9

Anak adalah aset terbesar yang dimiliki umat, dan orang tua adalah orang

yang diamanati menjaga dan mengelola kekayaan ini. Meski anak pada dasarnya

dilahirkan dengan membawa fitrah keimanan dan tauhid, namun orang tualah yang

berperan meluruskannya di jalan Islam atau menyimpangkannya ke jalan

kesyirikan dan kekafiran.10

7 Moh Shochib, Pola Asuh Orang Tua, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.124

8 Hardi Darmawan dkk, Jurus Jitu Mendidik Anak, ( Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2011),

hal. 193 9 Abdullah Muhammad Ash Shubbi, Seni Mendidik dan Mengatasi Masalah Perilaku Anak

Secara Alami, ( Jakarta: Pustaka Al-Fadhilah, 2010), hal. 2 10

Mahmud Muhammad Al-Jauhari, Membangun Keluarga Qur’ani, ( Jakarta: Sinar Grafika

Offset, 2005), hal.224

Page 127: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

117

Sebelum mendapat pendidikan formal dan nonfromal di sekolah dan di

tengah masyarakat, anak-anak sudah terdidik secara informal di lingkugan rumah

dan keluarga sehingga corak perilakunya pun sangat di tentukan oleh orang

tuanya.11

Peran orang tua menjaga, mendidik, dan mengasuh anak sangat penting.

Sebagai modal dasar pertumbuhan otaknya menjadi optimal sehingga mudah

berinteraksi dengan lingkungannya. Pendidikan yang disuguhkan kepada anak

sangat bermanfaat agar mapu berinteraksi dan menghadapi kehidupan yang baru.

Mendidik dan mengasuh anak bukanlah seperti halnya pendidikan yang didapati di

bangku sekolah yang mempunyai kurikulum dan peraturan tertentu. 12

Dalam Islam, orang tua atau keluarga merupakan institusi sosial terpenting

dalam membentuk generasi dan keturunan yang baik. Orang tua dalam keluarga

selanjutnya memiliki peranan strategis dalam membentuk anak yang baik dan jauh

dari keburukan. Kesalehan orang tua dengan kata lain, sangat dituntut dalam

membentuk keturunan (anak-anak yang baik).

Keutuhan orang tua (ayah dan ibu) dalam sebuah keluarga sangat dibutuhkan

dalam membantu anak untuk memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin

diri. Keluarga yang utuh memberikan peluang besar bagi anak untuk membangun

kepercayaan terhadap kedua orang tuanya, yang merupakan unsur esensial dalam

membantu anak untuk memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri.

11

Ibid, hal.224 12

Abdullah Muhammad Ash-Shubbi., Op.Cit., hal.2

Page 128: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

118

Kepercayaan dari orang tua yang dirasakan oleh anak akan mengakibatkan arahan,

bimbingan , dan bantuan orang tua yang diberikan kepada anak akan menyatu dan

memudahkan anak untuk menangkap makna dari upaya yang dilakukan.13

Keluarga dikatakan “utuh”, apabila disamping lengkap anggota, juga

dirasakan lengkap oleh anggotanya tertutama anak-anaknya. Jika dalam keluarga

terjadi kesenjangan hubungan, perlu di imbangi dengan kualitas dan intensitas

hubungan sehingga ketidakadaan ayah atau ibu di rumah tetap dirasakan

kehadirannya dan dihayati secara psikologis. Ini diperlukan agar pengaruh,

arahan, bimbingan , dan sistem nilai yang direalisasikan orang tua senantiasa tetap

di hormati, mewarnaai sikap dan pola perilaku anak-anaknya.14

Keluarga seimbang adalah keluarga yang di tandai oleh keharmonisan

hubungan (realisi) antara ayah dengan ibu, ayah dengan anak, serta ibu dengan

anak. Dalam keluarga ini orang tua bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Setiap

anggota keluarga saling menghormati dan saling memberi tanpa harus diminta.

Orang tua sebagai koordinator keluarga harus berperilaku proaktif. Jika anak

menentang otoritas, segera ditertibkan karena di dalam keluarga terdapat aturan-

aturan dan harapan-harapan. Anak-anak merasa aman, walaupun tidak selalu

disadari. Di antara anggota keluarga saling mendengarkan jika bicara bersama,

13

Moh Shochib, Pola Asuh Orang Tua, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal. 18 14

Ibid, hal.18

Page 129: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

119

melalui teladan dan dorongan orang tua. Setiap masalah dihadapi dan diupayakan

untuk dipecahkan bersama.15

Keluarga adalah sebuah institusi yang terbentuk karena ikatan perkawinan.

Pengertian keluarga juga dapat ditinjau dari dimensi hubungan darah dan

hubungan sosial.16

Keluarga dalam dimensi hubungan darah, dapat dibedakan

menjadi keluarga besar dan keluarga inti. Sedangkan pengertian keluarga dalam

dimensi hubungan sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan yang diikat oleh

adanya saling berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi antara satu

dengan lainnya, walaupun di antara mereka terdapat hubungan darah. Dalam

pengertian pedagogis, keluarga adalah satu persekutuan hidup yang dijalin oleh

kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan

pernikahan, yang bermaksud untuk saling menyempurnakan diri.

Keluarga adalah kelompok primer yang paling penting dalam masyarakat.17

Keluarga merupakan sebuah group yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan

wanita, perhubungan itu sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan

membesarkan anak-anak. Jadi keluarga dalam bentuk yang murni merupakan satu

kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak yang belum dewasa.

Seperti halnya sekolah, keluarga memiliki arti penting bagi perkembangan

nilai kehidupan pada anak. Namun, dengan segala kehasannya keluarga memiliki

15

Ibid, hal. 19 16

Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga, (

Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hal. 16 17

Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal. 221

Page 130: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

120

corak pendidikan yang berbeda dari sekolah. Di dalam keluarga, pendidikan

berjalan bukan atas dasar tatanan ketentuan yang di formalkan melainkan tumbuh

dari kesadaran moral sejati antar orang tua dan anak. Karena itu dapat dikatakan

bahwa pendidikan nilai di keluarga di bangun bukan atas dasar rasional melainkan

beralas sumbu pada ikatan emosional kodrati. Ciri-ciri ini dapat menjadi petunjuk

adanya perbedaan intensitas pendidikan nilai antara yang dilakukan orang tua

kepada anaknya dengan di lakukan guru kepada siswanya.18

Dalam mendidik anak orang tua harus memberikan kepada anaknya berupa

kasih sayang dan mengajarkan mereka konsep-konsep luhur untuk mengasihi,

mencintai dan menyayangi. Hak tertinggi yang terletak dipundak orang tua

terhadap anaknya adalah hak ketakwaan. Sewaktu anak mencapai usia 7 tahun ia

wajib mempelajari pelaksanaan shalat secara benar. Dan orang tua wajib

memberikan motivasi kepadanya dengan memberikan hadiah atau penghargaan.

Demikian pula halnya dengan ibadah puasa.19

Mendidik anak seharusnya dikuasai orang tua, maka orang tua hendaknya

lebih memiliki kreasi untuk mengembangkan dan mencari alternatif yang paling

baik. Karena mendidik itu merupakan seni maka, beberapa hal cocok untuk orang

tertentu tetapi ketika diterapkan untuk orang lain menjadi tidak cocok lagi.20

18

Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai, ( Bandung: Alfabetha, 2013), hal. 95 19

Husain Mazhahiri, Pintar Mendidik Anak, ( Jakarta: Lentera Basritama, 2003), hal. 25 20

Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014),

hal. 305

Page 131: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

121

2. Cara Menerapkan atau Mengaplikasikan Reward (Hadiah /

Ganjaran)

Berbagai macam cara yang dapat dilakukan dalam memberikan hadiah atau

ganjaran antara lain:21

a). Ekspresi Verbal / Pujian yang Indah

Penggunaan tekhnik ini dilakukan oleh Rasulullah SAW ketika memuji

cucunya, al-Hasan dan al-Husein yang menunggangi punggungnya seraya beliau

berkata, “sebaik-baik unta adalah unta kalian, dan sebaik-baik penunggang adalah

kalian”. (H.R.Ath-Thabrani dari Jabir ra). Oleh karenanya orang tua diharapkan

mengikuti makna-makna dalam rangka memberi ganjaran atau pujian yang akan

bermanfaat dan lebih menarik perhatian. Ganjaran-ganjaran yang diberikan dengan

mudah terhadap suatu perbuatan akan menghilangkan akibat-akibat yang tidak

baik.

b). Imbalan Materi / Hadiah

Tidak sedikit anak-anak yang termotivasi dengan pemberian hadiah. Cara ini

bukan hanya menunjukkan perasaan cinta, tetapi juga dapat menarik cinta dari si

anak, terutama apabila hal itu tidak diduga. Rasulullah SAW telah mengajarkan

hal tersebut dengan mengatakan, “Saling memberi hadiahlah kalian niscaya kalian

saling mencintai”. Beliau tidak mengatakan, “Saling memberi hadiahlah kalian,

niscaya kalian akan saling mencintai”. Tidak dengan kata akan. Jadi hasilnya

21

Syaiful Hadi, Pintar Mendidik Anak Ala Rasulullah SAW, (Jakarta: Kalam Mulia, 2015),

hal. 67

Page 132: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

122

muncul secara tepat dalam menarik perasan cinta. Setiap orang tua mengetahui apa

yang disukai dan diharapkan oleh anaknya, sehingga hadiah yang diberikan dapat

berbeda-beda sesuai dengan kondisi dan keadaan anaknya.

c). Menyayanginya

Di antara perasan-perasaan mulia yang Allah titipkan pada hati kedua orang

tua adalah perasan sayang, ramah, dan lemah lembut terhadapnya. Ia merupakan

perasaan yang mulia yang memiliki dampak yang paling utama dan pengaruh yang

sangat besar dalam mendidik, menyiapkan, dan membentuk anak. Hati yang tidak

memiliki kasih sayang akan memiliki kekerasan yang tercela. Diketahui bahwa

sifat-sifat yang huruk ini akan menimbulkan reaksi pada anak-anak berupa

kebencian mereka terhadap ayah dan ibunya. Kasih sayang itu harus diberikan

kepada anak-anak. Anak tidak boleh dihukum ketika melakukan kesalahan seperti

tindakan terhadap orang dewasa. Karena, orang dewasa dapat membedakan antara

yang benar dengan yang salah. Sedangkan anak tidak demikian, jadi, yang menjadi

prinsip ketika berinteraksi dengan anak adalah kelembutan, kasih sayang, dan

keramahan.

d). Memandang dan Tersenyum kepada Anak

Hal ini terkadang dianggap sepele, padahal ia menunjukkan cinta dan kasih

sayaang, sebagaimana juga dapat menunjukkan hukuman apabila pandangan yang

diberikan adalah pandangan yang tajam disertai muka yang masam. Karena itu,

pandangan yang lembut disertai dengan senyuman dapat menambah kecintaan

anak terhadap orang tua. Pandangan sering pula menjadi menjadi sebab kebencian

Page 133: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

123

anak terhadap orangtuanya apabila mereka bermuka masam terhadapnya tanpa

sebab yang jelas dan menyangkanya sebagai kewibawaan. Senyuman merupakan

sedekah sebagaimana dikatakan oleh Nabi SAW, “Tersenyumnya engkau terhadap

saudaramu adalah sedekah”. Senyuman sama sekali bukan suatu beban yang

memberatkannya, tetapi ia mempunyai pengaruh yang sangat kuat, ketika

berbicara dengan anak-anak hendaknya seorang ayah membagi pandangannya

secara merata kepada mereka semua, sehingga mereka mendengarkannya dengan

perasaan cinta dan kasih sayang serta tidak membenci pembicaraannya.

B. Pemberian Punishment dalam Mendidik Anak yang diajarkan

Rasulullah SAW

Menghukum anak yang sudah baligh, baik laki-laki maupun perempuan,

memang disyariatkan oleh Islam. Seorang manusia dalam berbagai fase

kehidupannya cenderung menerjang kejahatan dan melanggar dosa. Itu wajar,

karena sesungguhnya kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata.22

Orang tua tidak hanya menghukum anak lewat bahasa verbal saja, terkadang

juga harus menghukum anak dengan suatu perbuatan nyata. Pengambilan tindakan

oleh orang tua jika permasalahan tidak bisa diselesaikan lewat bahasa non formal.

Biasanya orang melakukan hal ini jika kesal atau terpaksa karena kesalahan yang

dibuat anak untuk memecahkan permasalahan. Dalam contoh ini, orang tua tidak

22

Syaikh M Jamaluddin Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, ( Jakarta: Pustaka

Al-Kautsar, 2007), hal. 132

Page 134: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

124

besikap keras terhadap anak, mereka hanya membuat sindiran bahasa dan perilaku

agar anak mengetahui kesalahannya.23

Tidak ada anak yang berbuat salah sama halnya dengan orang tua. Pada saat

anak berbuat salah orang tua harus memberi hukuman pada anak, tetapi hukuman

mendidiklah yang harus diterapkan. Sebagai orang tua diharapkan lebih santun

dalam bersantun manakala si anak berbuat salah. Salah satu strategi yang dapat

digunakan adalah memberi hukuman dengan alternatif. Dengan cara ini orang tua

memberikan pilihan sikap dan perilaku pada anak. Dengan alternatif juga, kesan

memaksakan kehendak pada anak dapat diturunkan kadarnya.

1. Bentuk Hukuman yang Memberi Alternatif

Bentuk hukuman dengan memberi alternatif yang dapat diterapkan sebagai

berikut:24

a). Tunjukkan ketidaksetujuan tanpa menyerang pribadi

Menghukum anak dengan cara ini perlu hati hati karena salah pilihan kata

akan berakibat fatal bagi perkembangan jiwa anak. Jika ini terjadi anak akan

meniru perilaku orang tuanya. Banyak kita temui dimasyarakat orang tua tidak

bisa mengontrol emosinya sehingga mereka mengekspesikan kemarahan mereka

lewat kata-kata kasar dan disertai dengan penyerangan pribadi anak. Hal ini harus

dihindari para orang tua.

23

Hadi Darmawan dkk., Op. Cit., hal.194 24

Ibid, 190.

Page 135: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

125

Menunjukkan ketidaksetujuan tanpa menyerang pribadi anak adalah pilihan

hukuman yang dapat digunakan oleh orang tua. Dalam konteks ini, sebaiknya

orang tua menggunakan alternatif jawaban dengan menggunakan kata-kata bila,

jika, atau, kalau pada kalimat ketidaksetujuan tersebut.

b). Nyatakan harapan orang tua (ekspektasi)

Cara menyatakan harapan orang tua dalam menghukum anak yaitu

pernyataan harapan dalam sebuah kalimat bermaksud agar anak mengetahui

bahwa orang tua ingin agar anak melakukan sesuatu lebih baik. Pernyatan harapan

ini juga harus menggunakan kata yang bermakna pemberian alternatif jawaban.

c). Tunjukkan kepada anak-anak bagaimana memelihara sesuatu

Orang tua harus menyadari bahwa tidak semua anak dapat memelihara

sesuatu dengan baik. Anak yang ceroboh cenderung tidak hati-hati dalam

memelihara sesuatu barang. Orang tua perlu selalu mengingatkan hal itu. Namun

demikian, jika anak melakukan suatu kesalahan , orang tua hendaknya

menghukum anak dengan menunjukkan kepada anak bagaimana memelihara

sesuatu. Ini dapat dikatakan suatu hukuman terselubung. Hanya lewat sebuah

kalimat yang disertai alternatif jawaban (bila, jika dan kalau), ekspresi baik, dan

nada suara yang rendah, anak dibuat merasa bersalah.

d). Berikan pilihan

Menghukum anak dengan cara mendidik perlu dipahami dan dilakukan oleh

para orang tua. Pemberian pilihan hukuman adalah salah satu trik orang tua dalam

mendidik anak. Pilihan yang digunakan harus disesuaikan dengan kesalahan,

Page 136: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

126

permasalahan, dan karakteristik anak. Meskipun sebuah hukuman , orang tua

sebaiknya lebih bijak membuat pilihan yang akan dijatuhkan pada anak. Dalam

tips ini, orang tua harus menggunakan pilihan kata kalau, bila, dan jika.

Sebailiknya, orang tua hendaknya menjauhi bentuk-bentuk hukuman fisik,

karena ini membahayakan, baik bagi diri si anak ataupun bagi diri sendiri. Selain

itu juga mebuang-buang waktu. Terkadang malah si anak mendapat mudarat

karena pukulan yang mengenainya, yang membuahkan ketakutan si anak pada

orang tua.

2. Bentuk-bentuk Hukuman yang dilarang yaitu:

a). Tamparan

Tamparan atau pukulan di wajah bisa mengenai mata atau telinga. Bahkan

kadang menyebabkan rusaknya salah satu indera.

b). Caci makian

Caci makian justru akan membuat anak semakin jauh dan menyimpang.

Bahkan bisa jadi nantinya membuat si anak semakin senang berbuat dosa. Anak

juga akan “belajar” mencaci maki, lalu dipraktikkan di hadapan teman sekolahnya

atau saudaranya. Orang tualah yang bertanggung jawab bila terjadi demikian.

c). Memukul saat emosi meluap

Abu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu pernah mengisahkan, “Aku pernah

mencambuk budaku. Tiba-tiba kudengar suara di belaakangku, “ketahuilah, wahai

Abu Mas’ud!” namun aku tak bisa memahami ucapan itu karena emosi. Ketika

mendekat, tahulah aku, ternyata itu suara Raslulullah SAW. beliau mengatakan,

Page 137: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

127

“ketahuilah, wahai Abu Mas’ud!” segera kulemparkan cambuk di tanganku.

Beliau pun berkata, “ketahuilah, wahai Abu Mas’ud! Sesungguhnya Allah lebih

mampu meberikan hukuman kepadamu daripada budak ini!”

d). Menendang

Kadang tendangan mengenai organ tubuh yang penting sehingga

membahayakan jiwa anak. Pertanggungjawaban pun dituntut. Akhirnya

kesudahannya hanyalah penyesalan di saat tak ada gunanya lagi penyesalan,

sementara orang tua tahu bahwa menendang itu bukan perangai manusia.

e). Kemurkaan

Orang tua harus bisa mengendalikan emosi dan memahami kekhasan masa

kanak-kanak, sehingga orang tua bisa memaklumi segala tingkah anak. Orang tua

pun harus ingat, bagaimana tingkah orang tua semasa kanak-kanak dulu yang

mungkin malah lebih jelek lagi. Dengan begitu, amarah pun akan reda dan orang

tua akan bisa menahan diri. Jangan menghukum anak ketika amarah memuncak

agar tidak menyakiti si anak.

3. Bentuk –bentuk hukuman yang mendidik yaitu:

a). Nasihat dan Bimbingan

Ini merupakan metode dasar dalam mendiddik dan mengajari anak yang

tidak dapat ditinggalkan. Metode ini telah ditempuh oleh sang pendidik yang

agung (Rasulullah SAW) terhadap anak-anak kecil maupun orang dewasa.

Penerapan metode ini pada anak-anak dilakukan oleh Rasulullah SAW ketika

melihat seorang anak yang tangannya menjelajahi makanan yang terhidang saat

Page 138: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

128

itu. Tidak ada seorang pun yang mengatakan metode ini hanya memberikan

pengaruh yang minim pada anak-anak.

b). Wajah Masam

Kadang kala boleh pula sebagai orang tua menunjukkan wajah masam pada

c). Teguran Keras

Biasanya bila orang tua menegur dengan keras anak yang berbuat salah,

anak akan berhenti berbuat kessalahan dan duduk kembali dengan penuh adab.

Metode ini diterapkan pula oleh Rassulullah SAW saat melihat seseorang yang

menggiring unta hadyu ( hewan kurban bagi jamaah haji) dalam perjalannya

berhaji dan tidak mau menungganginya. Beliau mengatakan, “Tunggangi hewan

itu!” orang itu menyangka bahwa hewan hadyu tidak boleh ditunggangi, hingga ia

pun menjawab, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ini hewan hadyu!” setelah dua

atau tiga kali, akhirnya beliau menghardiknya, “Tunggangi hewan itu! Celaka

kamu!”

d). Memalingkan Wajah

Ketika anak berbohong, memaksa meminta sesuatu yang tidak layak, atau

berbuat kesaalahan yang lain, boleh sebagai orang tua memalingkan wajah dari si

anak, agar si anak tahu kemarahan orang tua dan menghentikan perbuatannya.

e). Mendiamkan

Boleh pula sebagai orang tua mendiamkan (tidak berbicara dengan) anak

yang melakukan kesalahan seperti meninggalkan shalat, menonton film, aatau

perbuatan-perbuatan yang tidak beradab lain. Paling lama waktunya tiga hari.

Page 139: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

129

f). Cercaan

Jika anak melakukan kesalahan yang besar, sebagai orang tua boleh

mencercanya bila nasihat dan bimbingan tidak lagi berpengaruh.

g). Duduk Qurfusha’

Anak yang malas atau bandel bisa dihukum dengan menyuruhnya duduk

qurfusha’ sambil mengangkat kedua tangannya ke atas. Posisi seperti ini akan

membuatnya capai dan menjadi hukuman baginya. Ini jauh lebih baik daripada

kita memukulnya dengan tangan atau tongkat.

h). Pukulan Ringan

Bila metode lain tidak membuahkan hasil, kita boleh memukul dengan

pukulan ringan, terutama ketika memerintahkan mereka menunaikan shalat jika

telah berumur sepuluh tahun.

Hukuman digunakan hanya untuk kesalahan yang serius. Adapun kategori

hukuman yaitu:25

1. Hukuman yang paling baik ialah yang tidak sering diberikan.

2. Hukuman yang paling baik ialah yang dilakukan dengan segera.

3. Hukuman yang paling baik ialah yang paling singkat.

Jika orang tua atau pendidik dalam memberikan hukuman dengan memukul

ini berakibat buruk pada anak, ini bisa melukai anak. Akan halnya memukul dada

dan perut, juga dilarang karena mengakibatkan bahaya besar yang terkadang

mengakibatkan kematian. Dan biasanya orang tua kalau sedang menghukum

25

Jacob Azzerad., Op.Cit., hal. 220

Page 140: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

130

anaknya masih dalam keadaan emosi. Sehingga anak jiwanya akan tertekan jika

hukuman itu terlalu keras (trauma). Sementara kelemahan adalah apabila hukuman

diberikan tidak efektif, maka akan timbul beberapa kelemahan antara lain:26

1. Akan membangkitkan suasana rusuh, takut dan kurang percaya diri

2. Anak akan selalu merasa sempit hati, bersifat pemalas, serta akan

menyebabkan ia akan suka berdusta ( karena takut dihukum)

3. Mengurangi keberanian anak untuk bertindak .

Kelebihan anak ketika merasakan bahwa orang tua–setelah menurunkan

hukuman-berbuat baik kepadanya, beramah tamah, berlemah lembut dan bermanis

muka. Disamping anak tidak menginginkan dengan hukuman itu kecuali mendidik

dan memperbaikinya, maka tidak mungkin anak merasa sempit jiwanya, dan

menyimpang akhlaknya. Tetapi ia akan menanggapi perlakuan baik menunaikan

haknya dan berjalan di jalan orang-oranag yang betakwa dan bersama-sama

kelompok orang-orang pilihan.

Pendekatan hukuman yang dinilai memiliki kelebihan apabila dijalankan

dengan benar, yaitu:27

1. Hukuman akan menjadi perbaikan-perbaikan terhadap kesalahan anak.

2. Anak tidak lagi melakukan kesalahan yang sama.

3. Merasakan akibat perbuatannya sehingga ia akan menghormati dirinya.

26

Fariadi Ruslan, Menyelami Nasihat Lukman Al-Hakim, ( Hidayah Voume 8 Edisi 87,

2008), hal. 303 27

Ibid, 307

Page 141: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

131

Keluarga merupakan pendidik moral yang utama bagi anak-anak. Orang tua

adalah guru moral pertama anak-anak, pemberi pengaruh yang paling dapat

berpengaruh lama: anak-anak berganti guru setiap tahunnya, tetapi mereka

memiliki satu orang tua sepanjang masa pertumbuhannya. Hubungan orang tua

dan anaknya juga mengandung signifikansi emosional khusus, yang bisa

menyebabkan anak merasa dicintai dan berharga atau sebaliknya merasa tidak

dicintai dan tidak berharga. Terakhir, orang tua berada pada posisi sebagai

pengajar moralitas yang merupakan bagian dari pandangan dunia yang lebih luas

yang menawarkan sebuah visi kehidupan dan alasan utama untuk menjalani

kehidupan yang bermoral.28

1. Peran Ayah dalam Mendidik Anak

a). Keutamaan Mendidik Anak Bagi Seorang Ayah

Tugas mendidik anak adalah tanggung jawab atau tugas utama para istri.

Tugas ayah atau suami adalah bekerja. Jadilah para ayah sibuk di luar rumah,

tanpa memperdulikan proses pendidikan anak-anak mereka. Apabila terjadi suatu

hal yang buruk pada sang buah hati, maka ibu adalah pihak pertama yang harus

bertanggung jawab karena dianggap tidak mampu “mengurus” rumah tangga dan

anak-anak.29

28

Thomas Lickona, Pendidikan Karakter Panduan Lengkap, ( Bandung: Nusa Media,

2008), hal.42 29

Ayu Agus Rianti, Cara Rasulullah SAW Mendidik Anak, ( Jakarta: Gramedia, 2016),hal.

4

Page 142: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

132

Semakin parahnya tingkat kenakalan (bahkan kriminal) yang dilakukan para

remaja, menurut para ahli disebabkan oleh kurangnya figur ayah dalam kehidupan

mereka. Boleh jadi secara karier, para ayah berhasil mencapai puncak prestasi.

Namun, apa arti semua itu, jika di balik kesuksesan tersebut mereka gagal dalam

mendidik keluarga. Rumah, mobil, emas, dan segala hal yang sifatnya duniawi

tidak akan bermanfaat di akhirat nanti. Kecuali, jika kita menggunakan semua hal

tersebut di jalan Allah. Doa anak yang saleh atau salehah lah yang menyelamatkan

kita kelak di hadapan Allah Azza Wa Jalla.

Selama ruh masih bersemayam dalam jasad, tidak ada kata terlambat untuk

melakukan kebaikan. Mulailah dari yang mudah, mulailah saat ini, dan jangan

pernah menundanya. Selagi Allah SWT memberikan kita kesempatan untuk

beribadah di dunia, maka selayaknya kita bermujahadah (bersungguh-sungguh)

untuk menjadi seorang ayah yang taat kepada Allah dan Rasulnya. Segera tunaikan

kewajiban sebagai orang tua agar selamat dunia akhirat.

b). Kewajiban Seorang Ayah dalam Islam

Islam sebagai agama yang sempurna, mengatur semua aspek kehidupan

manusia dalam hal mendidik anak. Alangkah baiknya, jika calon suami dan istri

menyiapkan mental dan spiritual (keimanan) sebaik-baiknya, agar kelak dapat

mendidik anak-anaknya sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW.30

30

Ibid, hal. 5

Page 143: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

133

Dalam hal ini Ayah (orang tua) dapat melakukan tahapan-tahapan sebagai

berikut:31

1). Diajari tata cara membaca kalimat tauhid. Jika anak sudah mulai

berbicara, hendaknya anak dituntun untuk melafadzkan Laa ilaaha illallah

Muhammadur Rasulullah.

2). Menanamkan cinta kepada Allah dan Rasulnya sejak masih kecil. Orang

tua dapat memulainya dengan menceritakan kisah-kisah yang penuh hikmah

kepada anak. Selain itu, membiasakan anak bershalawat ibrahimiyah juga patut

dilakukan.

3). Mengajarkan bacaan atau ayat Al-Qur’an kepada anak. Pada tahap awal,

dimulai dengan mengajarkan surat-surat pendek. Kemudian, dilanjutkan dengan

surat-surat panjang dan surat-surat yang lebih panjang lagi.

4). Membiasakan anak untuk melakukan shalat ketika usianya mencapai 7

tahun. Ingat, bukan mewajibkan, namun membiasakan. Karena pada fase anak-

anak bukanlah masa yang tepat untuk membebani mereka dengan kewajiban.

Tahap tersebut merupakan masa persiapan, latihan, dan pembiasaan agar kelak jika

sudah berusia baligh, anak bisa mengemban beban (kewajiban) sebagai seorang

muslim.

5). Mendidik anak untuk berakhlak Islam, serta memberikan pengertian

tentang hal-hal yang dihalalkan dan diharamkan.

31

Ibid, hal.7-8

Page 144: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

134

2. Peran Ibu dalam Mendidik Anak

Meskipun tugas mendidik anak adalah tanggung jawab ayah, namun ibu

merupakan sekolah pertama bagi anak-anaknya. Melalui seorang ibulah anak-

anaknya banyak belajar. Dibandingkan ayah, ibulah yang paling banyak

menghabiskan waktu bersama anak-anak, karena tugas utama seoranag ibu adalah

menyusui dan mengasuh anak.32

Pengasuhan merupakan hak kaum perempuan. Oleh karena itu, seorang ibu

lebih utama mengasuh anaknya dibandingkan seorang ayah. Perempuan yang

diberi tanggung jawab mengasuh anak disyaratkan bisa memberi pendidikan dan

pengajaran terhadap anak dalam masalah etika, agama, dan budi pekerti, serta

mampu menjaga dan memperhatikan kesehatan dan gizi anak.33

Untuk para ibu yang menginginkan anak- anaknya menjadi generasi Qur’ani,

hendaknya melakukan hal-hal berikut ini:34

a). Menyusui selama 2 tahun

b). Senantiasa mendoakan kebaikan untuk anak-anak kita, karena doa

seorang ibu adalah doa yang maqbul.

c). Mengajarkan anak-anak untuk selalu berdoa setiap saat, sehingga

tertanam rasa takut dan harap hanya kepada Allah SWT.

d). Mengajarkan al-Qur’an, akhlakul karimah, sesuai tuntunan Rasulullah

SAW.

32

Ibid, hal. 23 33

Ibid, hal. 24 34

Ibid, hal. 29-30

Page 145: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

135

e). Menjaga anak-anak dari pengaruh buruk televisi, internet, dan media

lainnya yang dapat merusak fisik dan mental mereka.

f). Memberi makanan yang bergizi dan menjaga kebersihan serta kesehatan

anak-anak

g). Perbanyak waktu bersama anak-anak, agar terjalin kedekatan antara ibu

dan anak-anak. Jika hubungan ibu dan anak memiliki ikatan bathin yang kuat,

maka akan lebih mudah untuk mendidik serta mengarahkan mereka.

Keluarga dalam hal ini adalah satu-satunya lingkungan yang mampu

mendidik anak-anak menjadi sosok muslim yang saleh. Keluarga adalah lahan

istimewa untuk menanamkan perasaan cinta kepada Allah dan Rasul, juga

perasaan cinta kasih dan gotong royong. Dari keluarga yang saleh inilah kelak

terbangun sebuah masyarakat muslim yang bersolidaritas dan berlandaskan serta

altruisme (perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri

sendiri) yang melenyapkan segala faktor pemicu konflik dan ketegangan.35

Pendidikan dalam keluarga memiliki pengaruh besar yang tidak tertandingi

oleh pengaruh organisasi sosial manapun dalam pembentukan dan

penggemblengan kepribadian, khususnya pada masa anak-anak.36

Selain itu, peranan keluarga dalam meningkatkan kemampuan olah pikir

anak tidak dapat dipungkiri. Kemampuan dasar berpikir anak banyak dibentuk

dalam keluarga. Apalagi kalau orang tua memiliki perhatian yang cukup besar

35

Mahmud Muhammad Al-Jauhari., Op.Cit., hal.20 36

Ibid, hal.20

Page 146: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

136

terhadap hal tersebut. Peranan seperti ini memiliki arti bahwa pengembangan

intelektual seperti melatih berpikir logis, analitis, kritis, dan rasional, tidak hanya

berlangsung dalam lingkungan akademis di sekolah, meskipun pada kenyataannya

sekolah berperan lebih besar dalam pencerdasan anak.37

Begitu pula jika seorang anak menampakkan kecenderungan memberikan

perhatian kepada orang lain. Maka orang tua harus memotivasinya dan

mengembangkan naluri ini kepadanya. Bila seorang anak memberikan pelayannan

atau bantuan tertentu kepada tetangganya atau kerabat dan kawannya, maka wajib

bagi kita memberikan semangat atas kecenderungan ini, dengan menyodorkan

hadiah yang pantas baginya. Bila seorang puteri telah mencapai usia 9 tahun (usia

baligh dan taklif), dan seorang putera telah mencapai usia baligh dan taklif,

hendaknya perangai takwa mendalam pada eksistensinya dan hadir dalam

perilakunya.38

Sifat ketakwaan ini tidak mungkin berpindah kepada anak, kecuali melalui

lingkungan keluarga dan berpengaruh langsung orang tua, yang menanamkan

nilai-nilai keagamaan pada jiwa anak dengan mendidik mereka mengenal ma’ad

(hari kebangkitan) serta takut kepada Allah SWT. Selanjutnya diantara hak-hak

anak juga adalah adab (sopan santun). Orang yang tidak menghias dirinya dengan

adab yang baik, akan terisolir dari masyarakat dan dikeluarkan dari lingkup

hubungan-hubungannya yang wajar. Dan orang yang terisolir dari masyarakat,

37

Thomas Lickona., Op.Cit., hal. 96-97 38

Ibid, hal.25

Page 147: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

137

hidupnya menjadi persemayan kejahatan, karena ia tumbuh pada lingkaran yang

mendorongnya menuju kejahatan dan penyelewengan.39

Sungguh, orang tua mempunyai peranan mendasar dalam mendidik anak

hingga pada persoalan sekecil-kecilnya. Lantaran itu, orang tua harus mengajarkan

kepada anak cara berbicara, duduk, memandang makan, dan berhubungan dengan

orang lain di rumah, di sekolah, dan di masyarakat.

Anak-anak sebagai tanaman mulia yang sedang tumbuh, akan meniru garis

kedua orang tua mereka dalam hal-hal yang besar maupun yang kecil. Orang tua

bagaikan bagi anaknya. Perumpamaan anak adalah bagaikan kamera yang tidak

bekerja kecuali mengambil gambar yang dikehendakinya.40

Panutan atau teladan adalah orang tua terbaik bagi seorang anak yang masih

berada dalam fase proses kematangan jiwa dan akalnya. Karena itulah, orang tua

sedapat mungkin harus bisa menjadi seorang panutan yang baik lahir dan bathin

bagi anaknya.41

Keluarga bertanggung jawab mendidik anak-anak dengan benar dalam

kriteria yang benar, dan jauh dari penyimpangan. Rasa kasih dan sayang pada anak

memiliki hubungan paling besar pada komposisi individu-individu yang benar.

Anak-anak tidak siap menerima segala nasihat atau bimbingan kecuali ada

semacam rasa cinta yang tulus di antara anggota keluarga.

39

Ibid, hal.26 40

Ibid, hal.28 41

Syaikh M Jamaluddin Mahfuzh., Op. Cit., hal. 227

Page 148: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

138

Anak sebagai tanaman yang tumbuh, sehingga peran pendidik atau orang tua

adalah sebagai tukang kebun, dan sekolah merupakan rumah kaca dimana anak

tumbuh dan matang sesuai dengan pola pertumbuhannya yang wajar. Sebagai

tukang kebun berkewajiban untuk menyirami, memupuk, merawat, dan

memelihara terhadap tanaman yang ada dalam kebun. Ilustrasi itu menggambarkan

bahwa sebagai orang tua ataupun pendidik. haruslah melaksanakan proses

pendidikan agar mampu meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak

didik. Suatu konsekuensi alami dari pertumbuhan dan kematangan ibarat pohon,

banyak miripnya dengan mekarnya bunga dalam kondisi yang tepat. Dapat

dikatakan, bahwa apa yang akan terjadi pada anak tergantung pada pertumbuhan

secara wajar dan lingkungan yang memberikan perawatan. Adapun pertumbuhan

yang dialami adalah kegiatan bermain dan kesiapan atau proses kematangan. Isi

dan proses belajar terkandung dalam kekuatan bermain dan materi serta aktivitas

dirancang untuk kegiatan bermain yang menyenangkan dan membahayakan.42

Pada masa anak-anak umumnya yang siap untuk belajar adalah melalui

motivasi dan bermain. Hal itu menunjukkan bahwa anak-anak akan siap untuk

dikembangkan keterampilannya apabila telah mencapai suatu tingkatan dimana

mereka dapat mengambil keuntungan dari suatu instruksi yang tepat. Setiap anak

mempunyai jadwal kematangan berbeda dan merupakan faktor bawaan. Masing-

masing anak berbeda waktunya, maka sebaiknya orang tua tidak memaksa anak

untuk belajar sesuatu apabila belum siap atau matang. Apabila anak belum siap

42

Mansur., Op. Cit., hal. 3-4

Page 149: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

139

belajar menunjukkan bahwa anak itu belum matang, proses yang alami belum

terjadi. Oleh karena itu orang tua hendaknya selalu memberi motivasi dalam

kegiatan bermain untuk mengembangkan keterampilan anak.43

4. Cara Mengaplikasikan Hukuman

Prinsip pokok dalam mengaplikasikan pemberian hukuman, yaitu bahwa

hukuman adalah jalan yang terakhir dan harus dilakukan secara terbatas dan tidak

menyakiti anak. Tujuan utama dari pendekatan umum ini adalah untuk

menyadarkan anak dari kesalahan-kesalahan yang dilakukannya.

a. Melalui Teguran Langsung

Umar bin Abi Salamah r.a berkata,”Dulu aku pernah menjadi pembantu di

rumah Rasulullah SAW. Ketika makan, biasanya aku mengulurkan tanganku ke

berbagai penjuru. Melihat itu beliau berkata, “Hai ghulam, bacalah basmallah,

makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah apa yang ada di dekatmu”.

1). Rasulullah SAW senatiasa menyempatkan untuk makan bersama anak-

anak. Cara tersebut akan memperat keterikatan batin antara orang tua

dengan anak. Dengan begitu, dapat diluruskan kembali berbagai

kekeliruan yang mereka lakukan melalui dialog terbuka dan diskusi.

Alangkah baiknya jika orang tua berkumpul dengan anak-anaknya ketika

makan bersama, sehingga mereka merasakan pentingnya peran kedua

orang tua. Hal ini juga dapat mempermudah meresapnya segala nasihat

43

Ibid, hal.4

Page 150: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

140

oranag tua kepada anak-anaknya, baik itu nasihat dalam hal perilaku,

keimanan, atau pendidikan.

2). Waktu yang beliau pilih pun sangat tepat. Beliau segera menegur ketika

kekeliruan Umr bin Abi Salamah itu terjadi berulang-ulang sebelum

kebiasaan tersebut menjadi kebiasaan sehari –hari. Jika dibiarkan,

kekeliruan akan sulit diluruskan. Kalaupun dapat, kita membutuhkan

waktu dan tenaga yang lebih banyak lagi. Karenanya, mengacu pada

metode Rasulullah SAW di atas, maka kebiasaan jelek anak harus segera

mungkin diluruskan.

3). Sebagai seorang pendidik, Rasulullah SAW memanggil anak dengan

panggilan yang menyenangkan, seperti “wahai ghulam”. Abu

Salamahpun menyenangi panggilan tersebut. Cara tersebut cukup efektif

menarik perhatian anak sehingga mereka tidak kesulitan menerima

nasihat. Ironisnya sekarang ini, jika melihat kekeliruan anak-anaknya,

para orang tua marah besar sambil memanggil dengan sejelek-jelek nama

b. Melalui Sindiran

Mengatasi kesalahan anak melalui sindiran dapat menjaga wibawa anak

dimata teman-temannya, sehingga anak tidak rendah diri. Hal itu mengisyaratkan

bahwa upaya meluruskan kesalahaan anak jangan dilakukan dengan cara

menjatuhkan mentalnya karena itu dapat menimbulkan berbagai kelainan mental.

Selanjtnya ketika orang tua memperbaiki kesalahan anak melalui sindiran,

diharapkan tali kasih dan rasa percaya diri akan membentang di antara mereka.

Page 151: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

141

Orang tua merasakan ketenangan dan kerelaan hati tatkala meluruskan kesalahan

sang anak , tanpa harus menyebutkan kesalahaan sang anak tersebut dihadapan

orang banyak.

c. Melalui Pemukulan

Cara mengatasi kekeliruan yang cukup besar di antaranya melalui

pemukulaan yang tidak berbekas. Namun, anehnya, saat ini banyak orang yang

menentang teori tersebut dengan dalih, teori semacam itu tidak

berperikemanusiaan, atau merupakan teori kuno. Padahal, Allah SWT, Sang

Pencipta alam raya, manusia, dan jin, Maha Mengetahui akan kemaslahatan urusan

dunia dan akhirat. Namun “memukul” jangan diartikan sebagai tindakan pukul-

memukul. Dalam cara itu terdapat kode etik secara syar’i yang dapat

melindunginya diantaranya”

1). Orang tua tidak boleh memukul kecuali jika seluruh sarana peringatan

dan ancaman tidak mempan lagi.

2). Tidak boleh memukul dalam keadaan sangat marah karena dikhawatirkan

membahayakan diri anak.

3). Pemukulan tidak boleh pada tempat-tempat yang berbahaya, seperti

kepala, dada, perut, atau muka. Hal ini mengacu pada sabda Rasululla

SAW, “Jika salah seorang dari kamu memukul, maka jauhilah muka”.

(HR.Abu Daud)

4). Disarankan agar pukulan tidak terlalu keras dan tidak menyakitkan.

Sasarannya adalah kedua tangan atau kedua kaki dengan alat pukul yang

Page 152: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

142

lunak (tidak keras). Selain itu, hendaknya pukulan-pukulan itu dimulai

dari hitungan satu sampai tiga jika si anak belum baligh. Tetapi, jika

sudah menginjak masa remaja, sementara orang tua melihat bahwa

pukulannya tadi tidak membuat jera si anak, dia boleh menambahnya

lagi sampai hitungan kesepuluh.

5). Jika kesalahan itu baru pertama kali dilakukan, si aanak harus diberi

kesempatan sampai bertaubat dari perbuatannya.

6). Hukuman harus dilakukan oleh orang tua, tidak boleh diwakilkan kepada

orang lain, agar terhindar dari kedengkian dan perselisihan.

7). Orang tua harus dapat menepati waktu yang sudah ditetapkan untuk

mulai memukul, yaitu langsung ketika anak melakukan kesalahan. Tidak

dibenarkan, apabila orang tua memukul orang bersalah setelah berselang

dua hari dari perbuatan salahnya. Keterlambatan pemukulan sampai hari

kedua ini hampir tidak ada gunanya sama sekali

8). Jika orang tua melihat bahwa dengan cara memukul masih belum

membuahkan hasil yang diinginkan, orang tua tidak boleh

meneruskannya dan harus mencari jalan pemecahan yang lain.

Page 153: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

143

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan analisa bab sebelumnya maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

Dalam memberikan reward tidaklah harus selalu memberikan barang-barang

yang mahal. Dengan kalimat pujian saja, anak sudah merasa senang. Misalnya

ketika mereka mendapatkan nilai baik saat ulangan maka berikan kalimat pujian

yang memotivasi mereka agar mempertahankan nilai bai tersebut. Namun tidak

ada salahnya jika memberikan anak reward berupa barang-batrang. Asalkan

barang tersebut benar-benar sudah dibutuhkannya.

Ketika anak melakukan kesalahan maka jangan langsung dimarahi, karena

hal ini bisa menyebabkaan anak tertekan, secara psikologis. Oleh sebab itu berilah

pengertian dan menasehati anak dengan baik ketika anak melakukan kesalahan itu

dengan kata yang lembut, meskipun sebagai orang tua merasa kesal, karena anak

juga masih dalam tahap perkembangan sehingga si anak masih dalam tahap

belajar. Jika dimarahi terus bisa membuat perkembangan psikis anak jadi tidak

normal.

Cara menerapkan konsep reaward atau hadiah dalam mendidik anak di

lingkungan keluarga yang diajarkan Rasulullah SAW yaitu dengan cara pujian

yang indah, imbalan materi atau hadiah, menyayangi anak, memandang dan

tersenyum kepada anak.

Page 154: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

144

Cara mengaplikasikan hukuman dalam mendidik anak di lingkungan

keluarga yang diajarkan Rasulullah SAW yaitu dengan cara melalui teguran

langsung, melalui sindiran dan melalui pemukulan.

B. Saran

Diharapkan kepada orang tua ketika Reward dan Punishment diberikan pada

anak itu agar mereka dapat berubah menjadi lebih baik. Oleh karena itu

perhatikanlah efek yang akan timbul. Reward dan Punishment di terapkan dengan

harapan anak akan bertambah baik dan menjauh dari tingkah yang buruk.

Diharapkan kepada orang tua agar bijaksana dalam mendidik anak serta

dapat menjadi contoh suri tauladan yang baik pada anak tetap berlandasakan pada

Al-Qur’an, hadits dan sunnah yang telah di ajarkan Rasulullah SAW dalam

mendidik anak. Serta diharapkan pada anak agar bisa berlaku sopan dan bertutur

kata lembut kepada orang tua.

Page 155: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Ayu Rianti. 2016. Cara Rasulullah SAW Mendidik Anak. Jakarta:

Gramedia.

Ahmadi, Abu. 2009. Psokologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Andri, Franc Yanuarita. 2004. Rahasia Otak dan Kecerdasan Anak. Yogyakarta:

Teranova Book.

Annur, Saipul. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Palembang: Rafah Press.

Atmaja, Purwa Perwira. 2012. Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Baru.

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Azzerad, Jacob. 2005. Membangun Masa Depan Anak. Bandung: Nusamedia.

Bahri, Syaiful Djamarah. 2005. Pola Komunikasi Orang Tua & Anak dalam

Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.

Bahri, Syaiful Djamarah. 2014. Pola Komunikasi Orang Tua & Anak dalam

Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.

Danim, Sudarwan. 2011. Pengantar Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Darmawan, Hardi. 2011. Jurus Jitu Mendidik Anak. Jakarta: Pustaaka Sinar

Harapan.

Departemen Agama RI. 2014. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung:

Diponegoro.

Elmubarok, Zaim. 2013. Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta.

Fathi, Aidil Abdillah. 2012. Membangun Masa Depan Anak. Solo: Pustaka

Arafah.

Hadi, Syaiful. 2015. Pintar Mendidik Anak Ala Rasulullah SAW. Jakarta: Kalam

Mulia.

Hasbullah. 2013. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Iriana, Fristiana. 2016. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Parana Ilmu.

Page 156: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

Istadi, Irawati. 2005. Mendidik dengan Cinta. Jakarta: Pustaka Inti.

J, Lexy Moleong. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Lestari, Sri. 2012. Psikologi Keluarga. Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik

dalam Keluarga. Jakarta: Prenada Media Group.

Lickona, Thomas. 2008. Pendidikan Karakter Panduan Lengkap. Bandung: Nusa

Media.

Kardjono, Moehari. 2008. Mempersiapkan Generasi Cerdas. Jakarta: Qisthi Press.

Kosim, Muhammad. 2008. Antara Reward dan Punishment. Padang:Ekspress

Rubrik Artikel.

M, Syaikh Jamaluddin. 2007. Psikologi Anak dan Remaja Muslim. Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar.

M, Kadar Yusuf. 2013. Tafsir Tarbawi. Jakarta: Sinar Grafika Offset.

Mansur. 2014. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Marzuki. 2015. Pendidikan Karakter Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Mas’ud Abdurrahman. 2006. Reward dan Punishment dalam Pendidikan Islam.

Jurnal Media.

Mazhahiri, Husain. 2003. Pintar Mendidik Anak. Jakarta: Basritama.

Muhammad, Abdullah Ash-Shubbi. 2010. Seni Mendidik dan Mengatasi Masalah

Perilaku Anak Secara Alami. Jakarta: Pustaka Al-Fadhilah.

Mustafa, Syaikh Al-Adawy. 2009. Fiqih Akhlak. Jakarta: Qisthi Press.

Nashih, Abdullah Ulwan. 2005. Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam.

Semarang: Asy-Syifa.

Purwanto, Ngalim. 2011. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Page 157: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

Ruslan, Fariadi. 2008. Menyelami Nasihat Lukman Al-Hakim. Hidayah Volume 8

Edisi 87.

Rusmaini. 2011. Ilmu Pendidikan. Palembang: Grafika Telindo Press.

Rusmaini. 2013. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Felicha.

Schohib, Moch. 2005. Pola Asuh Orang Tua. Jakarta: Rineka Cipta.

Sharif, Baqir Al-Qarashi. 2005. Seni Mendidik Islami. Jakarta: Pustaka Zahra.

Sugiono. 2016. Metodologi Penelitian Kuantitaif Kualitatif R & D. Bandung:

Alfabeta.

Surya, Mohammad. 2010. Landasan Pendidikan Menjadi Guru Yang

Baik.Bandung: Ghalia Indonesia.

Suwaid, Muhammad. 2003. Mendidik Anak Bersama Nabi SAW. Solo: Pustaka

Arafah.

Syamsi, Hasan Basya. 2010. Cara Jitu Mendidik Anak. Jakarta: Zikrul Hakim.

Tafsir, Ahmad. 2011. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Tholhah, Muhammad Hasan,. 2005. Islam & Masalah Sumber Daya Manusia.

Jakarta: Lantabora Press.

Tim Penyusun. 2014. Pedoman Penyusunan dan Penulisan Skripsi Program

Sarjana Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Raden

Fatah. Palembang: IAIN Press.

Ulfatmi.2011. Keluarga Sakinah dalam Perspektif Islam.Jakarta: Kementrian

Agama RI.

Wahab, Rohmalina. 2014. Psikologi Agama. Palembang: Grafika Pelindo Press.

Winarko, Jarot. 2012. Mendidik Anak. Banten: Happy Holly Kids.

Zainudin. 2007. Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali. Jakarta: Bumi Aksara.

Zuhdiyah. 2012. Psikologi Agama. Yogyakarta: Pustaka Felicha.

Page 158: KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK …eprints.radenfatah.ac.id/940/1/MEGAWATI SAFITRI 12210159.pdf · KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENDIDIK ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA

Online

Dwi Hastuti Pungkasari. Diakses pada tanggal 22 Juni 2016. Konsep Reward dan

Punishment dalam Teori Pembelajaran Behavioristik dan Relevansinya dengan

Pendidikan Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. (Online). http:

//digilib.uin-suka.ac.id//11238/2/BAB I, IV, DAFTAR PUSTAKA.pdf.,

Fitri Nuria Rivah. Di akses pada tanggal 17 Juli 2016. Konsep Pendidikan Agama

Islam Untuk Anak dalam Keluarga Muslim. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(Online). http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2638/1/FIT

RI%20NURIA%20RIVAH FITK.pdf.

Sucipto. Diakses pada tanggal 22 Juni 2016, hal.40.Konsep Pendidikan Karakter

Anak dalam Keluarga.UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. (Online).http://digilib.ui

nsuka.ac.id/10336/1/BAB%20I,%20IV,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf.