Konsep Portofolio Alternatif Reksa Dana Alokasi pada ... · PDF fileinternal seperti tingkat...

8

Transcript of Konsep Portofolio Alternatif Reksa Dana Alokasi pada ... · PDF fileinternal seperti tingkat...

Konsep Portofolio Alternatif Reksa Dana Alokasi pada portofolio

Dalam beberapa bulan ke depan, ketidakpastian tentang QE tapering masih akan mempengaruhi sentimen investor serta penentuan pilihan aset investasi di tengah fluktuasi pasar finansial global. Yang membebani investor bukan saja ketidakpastian akan kapan

dimulainya QE tapering, tetapi juga proses, jangka waktu dan kapan akan berakhirnya program tersebut. Untuk proyeksi ekonomi global jangka panjang, perbaikan ekonomi, walaupun masih rapuh, akan terus berlanjut pada ekonomi negara-negara maju seperti Zona Eropa dan AS. Dengan pertumbuhan ekonomi global yang akan membaik, pertumbuhan laba emiten di tahun 2014 diekspektasi akan lebih baik dan dapat mendorong bursa saham berbagai negara untuk mencapai level yang lebih tinggi. Di tahun 2013 ini, beberapa bursa saham seperti AS dan Jerman sudah mencapai tingkat tertinggi baru karena didorong oleh laporan laba emiten yang juga tumbuh baik.

1 | Market Perspective | Desember 2013

Kekhawatiran tentang QE tapering masih mendominasi

Sejak bulan Mei, pelaku pasar terpaku pada spekulasi tentang QE tapering, menurut hasil survei dari 912 investor global yang dilakukan oleh Barclays antara tanggal 15-22 November lalu. 40% dari investor percaya bahwa pengurangan stimulus oleh the Fed merupakan risiko yang paling penting yang akan dihadapi pasar finansial dalam kurun waktu 12 bulan mendatang. Investor juga mengestimasi QE tapering baru akan dilakukan di bulan Maret 2014. 34% dari responden berekspektasi the Fed akan menaikkan suku bunga di Q2-2015 sedangkan 50% berekspektasi suku bunga masih akan ditahan lebih lama lagi. 47% dari respon berekspektasi tingkat imbal hasil UST 10 tahun akan berkisar antara 2,5-3% di kuartal depan. Mengenai aset alokasi, ekuitas dinilai mempunyai prospek terbaik, dengan 59% responden menyatakan mereka percaya ekuitas akan memberikan kinerja yang terbaik dalam 3 bulan mendatang. Sebaliknya, antusiasme akan komoditas dan obligasi berkurang. Hasil survei juga

Pemulihan dinegara maju masih belum cukup kuatPerlambatan laju ekonomi negara berkembang akan menekan pemulihan ekonomi global, sedangkan pada saat yang sama, pertumbuhan negara maju pun belum terlalu kuat untuk menyokong pertumbuhan global. Sehingga, Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2013 menjadi 2,7% dan tahun 2014 menjadi 3,6%. Di bulan Mei, OECD berekspektasi ekonomi global akan tumbuh 3,1% tahun ini dan 4% tahun depan. OECD menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi India menjadi 3,4% tahun ini dan 5,1% tahun 2014, dari sebelumnya masing-asing di 5,7% dan 6,6%. Pertumbuhan Brazil juga diturunkan menjadi 2,5% tahun ini dan 2,2% tahun depan, dari sebelumnya masing-masing 2,9% dan 3,5%. Untuk pertumbuhan AS, OECD tetap memprediksi pertumbuhan akan berada di level 1,7% dan 2,9 % untuk tahun 2013 dan selanjutnya. Jepang diekspektasi akan tumbuh 1,8% dan 1,5% tahun depannya. OECD memperingatkan Jepang untuk menjalankan rencana konsolidasi fiskal karena tingkat hutang pemerintah sudah menembus 230% dari GDP dan supaya dapat mencapai surplus di tahun 2020 nanti. Untuk wilayah Eropa, OECD masih memproyeksikan kontraksi 0,4% di tahun ini tetapi akan tumbuh 1% di tahun 2014. OECD menilai pertumbuhan antara negara Eropa masih tidak merata karena tingginya tingkat pengangguran kaum muda serta lemahnya tingkat inflasi. Untuk pertama kalinya, OECD juga memberikan proyeksi pertumbuhan tahun 2015. Di mana, diekspektasi ekonomi global akan tumbuh 3,9%, AS tumbuh 3,4%, Zona Eropa tumbuh 1,6%, Jepang 1% dan China 7,5%. Di bulan Oktober lalu, International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi negara-negara maju Asia akan berada di kisaran 6,5% di tahun 2014 dibandingkan pertumbuhan negara maju di level 2%.

GLOBAL OUTLOOK

mengindikasikan adanya kelanjutan untuk rotasi aset alokasi dari obligasi atau kas ke ekuitas yang mengindikasikan sentimen positif pada investor.

What is the important risk to financial markets over the next 12 months?

Sumber: Barclays Research

45%

40%

35%

30%

25%

20%

15%

10%

5%

0%a renewed

worsing of the euro area tensions

a reductionpolicy stimulus

by the fed

a de-anchoringof inflation

expectations

Weak growthin china/EM

a substantialdeterioration in

the pace ofdeveloped markets

growthQ3 Q4

geo-politicaldevelopments

other

Nasabah yang terhormat,

Perjalanan 2013 yang penuh warna akan segera berakhir dan memulai tahun yang baru. Sebentar lagi Anda dan keluarga tentunya akan merasakan suasana akhir tahun yang meriah dan musim liburan yang telah Anda nantikan sepanjang tahun. Sebagai pribadi yang sukses dan professional Anda layak menerima waktu yang berkualitas bersama keluarga Anda.

Dinamika ekonomi global beserta dengan fluktuasinya selalu menjadi hal yang menarik untuk diikuti dari waktu ke waktu. Dunia investasi semakin penuh dengan tantangan baru yang akan siap dihadapi di tahun 2014 nanti.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri, memasuki fase konsolidasi tahun ini dikarenakan ketatnya kondisi likuiditas global serta beban defisit transaksi berjalan. Meski demikian, secara struktur ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi domestik masih relatif solid dan menjanjikan dibandingkan dengan negara lainnya di Asia. Peran diversifikasi dan pemilihan asset investasi akan menjadi semakin penting untuk menjaga stabilitas pertumbuhan investasi Anda.

Akhir kata, atas nama manajemen dan karyawan Commonwealth Bank Indonesia, saya beserta jajaran direksi dan eksekutif Commonwealth Bank, mengucapkan Selamat Hari Raya Natal, bagi Anda yang merayakan dan Selamat Tahun Baru 2014 membawa sukses selalu bagi kita semua

Salam hangat,Ian WhiteheadDirector of Retail and Business Banking

Apakah di bulan Desember akan ada Santa Claus rally?Data ekonomi Indonesia yang dilaporkan di bulan November menunjukkan proses restrukturisasi ekonomi yang terus berlanjut. Tingkat inflasi pada bulan November naik tipis menjadi 8,37% YoY dari 8,32% YoY pada bulan Oktober karena pelemahan rupiah dan kenaikan tarif listrik. Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangan sebesar USD50 juta pada Oktober setelah sempat defisit USD660 juta pada September. Ini menjadi indikasi positif bagi neraca transaksi berjalan Indonesia yang diestimasi masih akan mengalami defisit untuk kuartal IV 2013. Ekspor naik 2,6% YoY menjadi USD15,72 miliar sedangkan impor turun 8,9% YoY menjadi USD1,67 miliar tetapi naik 1,1% dari September.

Perbaikan makroekonomi Indonesia masih belum cukup untuk menarik likuiditas investor asing, di mana pada bulan November masih mencatat net sell USD-336,5 juta di pasar saham domestik.

Pergerakan Indeks IHSG

Pemulihan di Zona Eropa yang masih rapuh

Bursa Indonesia kembali memasuki fase konsolidasi di bulan November 2013 dengan mencatat penurunan -5,6% ke level 4256,436. Kekhawatiran tentang dimulainya aktivitas QE tapering di bulan Desember maupun Januari 2014 memberikan kesempatan investor

untuk berinvestasi kembali di level yang lebih rendah memanfaatkan potensi fluktuasi yang akan terjadi. Perbaikan kondisi makro ekonomi Indonesia di mata investor merupakan indikator positif, tetapi masih belum cukup untuk menarik kembali aliran dana investasi yang keluar pada saat awal kekhawatiran mengenai QE tapering. Rendahnya likuditas juga kemungkinan akan membatasi dampak dari window dressing di bulan Desember ini. Walaupun kinerja bursa Indonesia relatif rendah tahun ini, secara fundamental jangka panjang Indonesia masih memiliki prospek pertumbuhan yang solid. Karena fluktuasi pasar diekspektasi masih akan terjadi dalam jangka pendek, investor dengan horison waktu jangka panjang dapat mengambil kesempatan untuk mengakumulasi investasi pada valuasi yang rendah.

2 | Market Perspective | Desember 2013

LOCAL OUTLOOK

Defensif jangka pendek, lebih positif untuk jangka panjangKekhawatiran mengenai QE tapering di bulan Mei lalu mendorong aliran dana investasi keluar dari negara berkembang dengan defisit neraca transaksi berjalan yang besar seperti Indonesia dan India. Tetapi selama bulan September, di mana sentimen global mulai lebih stabil, Indonesia mengambil kesempatan untuk memperbaiki masalah-masalah internal seperti tingkat inflasi tinggi, menaikkan BI rate, defisit neraca perdagangan, defisit neraca transaksi berjalan, di mana semua langkah ini positif di mata investor asing. Tahun depan, pertumbuhan ekonomi diekspektasi akan melambat dan tingkat inflasi akan kembali menurun, yang kemudian akan memberikan ruang bagi BI untuk menurunkan suku bunga. Dalam jangka pendek, risiko fluktuasi masih besar tetapi untuk jangka menengah panjang, prospek berinvestasi di Indonesia masih tetap konstruktif dengan antisipasi kondisi ekonomi sudah membaik dan valuasi aset-aset investasi juga sudah terkoreksi merefleksikan risiko-risiko yang ada baik untuk pasar obligasi maupun saham.

Data PMI Zona Eropa dari Markit Economics, yang mencakup komponen untuk industri manufaktur dan jasa, melemah di bulan November menjadi 51,7 dari level sebelumnya 51,9 di bulan Oktober dan 52,2 di bulan September lalu. Di bulan November, data PMI negara lain seperti AS, Inggris dan Jepang dan juga negara di luar wilayah Eropa (Inggris, Swiss, Denmark dan swedia) sebaliknya menunjukkan perbaikan. Penurunan

Data ekonomi AS yang terus menunjukkan pemulihan yang sehat kembali menimbulkan spekulasi bahwa program QE tapering dapat dimulai lebih awal. Meskipun baik bursa saham maupun pasar obligasi sudah terkoreksi ke level yang menarik, selera risiko investor masih tertahan karena investor lebih defensif dan mengantisipasi kemungkinan adanya koreksi tajam seperti periode Mei-September 2013 lalu.

Di bulan November, pergerakan indeks relatif stagnan dan cenderung negatif karena ketatnya likuiditas, dengan rata-rata nilai perdagangan di bulan November hanya IDR4,1 triliun yaitu 18% di bawah nilai rata-rata YTD di IDR5,1 triliun. Di mata investor asing, atraktivitas berinvestasi di

Indonesia menurun dengan pelemahan rupiah yang signifikan semenjak awal tahun 2013.

Dari sisi pasar obligasi, porsi kepemilikan Investor asing pada bulan November dan Oktober stabil di level 32,3%, tetapi naik dari 31,7% di bulan September. Masuknya inflow asing yang cukup deras ke pasar obligasi tidak diikuti dengan kinerja obligasi pemerintah Indonesia yang seimbang sehingga mungkin dapat menekan momentum inflow yang masuk. Investor juga mengantisipasi langkah Bank Indonesia yang masih akan memperketat kebijakan moneternya pada 2014 dan kecenderungan Indonesia untuk melelang lebih banyak obligasi di awal tahun depan.

ini menunjukkan rapuhnya pemulihan Zona Eropa di bulan November, walaupun Zona Eropa sudah tidak lagi menyusut seperti di awal tahun. Hasil survei ini mengindikasikan ekonomi Zona Eropa mungkin akan tumbuh hanya 0,2% di kuartal empat. Untuk sektor manufaktur, dilaporkan meningkat dari level 51,3 di bulan Oktober menjadi 51,6. Yang menjadi tekanan yaitu penurunan di sektor jasa yang melemah dari 52,2 di bulan September menjadi 51,2 di bulan November.

Data menunjukkan adanya perbedaan kondisi yang signifikan antara kondisi di Jerman dan wilayah Eropa lainnya seperti Perancis dan Italia. Sentimen bisnis cukup positif di Jerman sedangkan tingkat keyakinan di wilayah Eropa lainnya membaik tetapi masih rendah. Manufaktur PMI untuk Jerman membaik dari level 51,1 di bulan September menjadi 52,7 di bulan November. Indeks sektor jasa mencatat pemulihan signifikan selama periode yang sama dengan meningkat 2 poin ke level 55,7. Di sisi lain, Spanyol masih terus mencatat pemulihan dengan indeks sektor jasanya naik dari 49,7 menjadi 51,5.

Nov-10 Nov-11 Nov-12 Nov-13May-11 May-12 May-13

Inflation worries ease...Inflation. % (left); FX reserves in USDbn (right)

FX reserves CPI Core CPI

Sumber: the Bloomberg Professional TM service, Credit Suisse

Sumber: Bloomberg

10.09.08.07.06.05.04.03.02.0

130.0

120.0

110.0

100.0

90.0

JCI Index

Last Price 4198.219High on 05/20/13 5214.976Average 4597.120Low on 08/27/13 3967.842

5200

4800

5000

4600

4400

4000

10B5B

12/05/2012 12/05/2013

4196.219

02.917B

Correction because

of Taper Fear

Delay Taper

Rally

Low Volume

62.5

60.0

57.5

55.0

50.0

47.5

45.001-12 01-1305-12 05-1309-12 09-1303-12 03-1307-12 07-1311-12 11-13

UK UKEuro area Japan

Sumber: Datastream, Markit, SG Cross Asset Research/Economics

PMIs composite: the euro area is lagging the global improvement

65

60

55

50

45

40

35

302010 2011 2012 2013

Germany

Italy France

Euro area Spain

Sumber: Datastream, Markit, SG Cross Asset Research/Economics

Services PMIs in the euro area

AUD telah melemah sekitar 4% semenjak pemotongan suku bunga pada awal November lalu. Penurunan juga dipengaruhi oleh pernyataan dari Glenn Stevens mengenai kemungkinan intervensi dari RBA terhadap pergerakan AUD/USD. Di awal Desember 2013 RBA memutuskan untuk tidak merubah cash rate di level 2,50% menganggap kebijakan moneter saat ini masih akomodatif dan kondusif. Faktor positif yang mendukung untuk penguatan AUD adalah sektor manufaktur China yang masih dalam posisi ekspansi.

Secara technical, AUD/USD telah membentuk tren turun dengan target di level 0,8960 sebagai support level yang kuat. Diperkirakan AUD/USD masih berpotensi untuk turun pada bulan Desember ini dengan rentang harga 0,8960 – 0,9330.

3 | Market Perspective | Desember 2013

Kendala utama yang sedang dihadapi oleh zona Eropa adalah rendahnya tingkat inflasi di Eropa, sehingga memaksa ECB untuk menurunkan suku

Di awal Desember 2013 GBP telah mengalami kenaikan sebesar 7,4% dalam 6 bulan terakhir. Beberapa faktor yang mendukung kenaikan tersebut adalah indeks manufaktur Inggris yang naik dari 56,5 ke 58,4 di atas prediksi pasar dan kenaikan harga perumahan di Inggris membuat pada bulan November 2013, membuat beredarnya spekulasi di pasar, BOE akan segera menaikan suku bunga GBP.

Secara technical, GBP/USD memiliki pola bullish yang kuat. Diperkirakan GBP/USD akan bergerak dalam rentang 1,6080 – 1,6500 dengan kecenderungan naik atau stabil di level tinggi.

Kenaikan data indeks manufaktur di China, Eropa, dan Inggris menandakan menurunnya risiko di pasar. Hal ini adalah salah satu penyebab utama para pelaku pasar kembali mengalokasikan dana pada aset-aset berisiko tinggi dari safe haven currency seiring dengan membaiknya kondisi pasar.

JPY sebagai salah satu currency safe haven terkena imbas dari aksi tersebut. Pelemahan JPY terhadap 16 mata uang lainnya diharapkan dapat terus mendukung sektor ekspor di Jepang. Gubernur BOJ pun menambahkan akan mempertahankan kebijakan moneter tetap akomodatif sampai target inflasi 2% tercapai.

Diperkirakan, USD/JPY akan bergerak dengan rentang harga 101,50 – 104,30 dengan kecenderungan pelemahan pada JPY.

ANALISA VALAS

Data – data indikator ketenagakerjaan di AS masih menjadi fokus utama pada kondisi pasar saat ini. Pasalnya hal ini akan menjadi pertimbangan utama The Fed dalam pengambilan keputusan prihal pengurangan QE. Membaiknya data sektor ketenagakerjaan di AS akan berdampak pada penguatan USD terhadap mata uang lainnya. Dalam rangka menjaga likuiditas stabilitas USD di pasar, the Fed tengah mempersiapkan reverse repurchase agreement. Diperkirakan program-program tersebut akan membuat fluktuasi harga valas tetap tinggi dan memberikan peluang-peluang yang menarik

*Data di atas hanya bersifat indikatif dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kondisi pasar.

USD/IDR EUR/USD GBP/USD AUD/USD USD/JPY

Entry Point

Profit Taking

Cut Loss

USD/IDR

EUR/USD

GBP/USD

USD/JPY

AUD/USD

bunga pada bulan November lalu menjadi 0,25%. Diharapkan dengan diturunkannya suku bunga EUR, pertumbuhan di zona Eropa bisa bertumbuh lebih cepat.

Diperkirakan EUR/USD pada bulan Desember 2013 akan cenderung bergerak dalam rentang 1,3320 – 1,3700 dengan kecenderungan turun.

RECOMMENDATION

Data neraca perdagangan Indonesia pada bulan Oktober 2013, secara tidak terduga mengalami surplus sebesar USD42,4 juta. Hal ini disebabkan oleh naiknya ekspor sebesar 2,3% dan turunnya impor sebesar 9,4%. Perbaikan di sisi neraca perdagangan membuat IDR menguat sesaat menyentuh level 11,700 per USD. Namun, perlu diperhatikan neraca perdagangan tahun berjalan semenjak Januari 2013 masih dalam posisi defisit sebesar USD6,37 miliar. Beberapa risiko yang bisa mempengaruhi USD/IDR antara lain dari rencana AS untuk melakukan pengurangan QE, harga komoditas, dan fundamental ekonomi Indonesia (neraca perdagangan dan inflasi). BI akan terus memantau pergerakan USD/IDR, namun pergerakan USD/IDR akan relatif searah dengan fundamental ekonomi Indonesia

Diperkirakan USD/IDR akan bergerak dalam rentang 11,700 – 12,150 per USD pada bulan Desember 2013 ini dengan kecenderungan naik

Expected buying level 11.650 - 11.700 1.3320 - 1.3380 1.6000 - 1.6080 0.8900 - 0.8950 101.50 - 102.00

Expected selling level 12.000 - 12.150 1.3750 - 1.3800 1.6450 - 1.6500 0.9380 - 0.9420 104.20 - 104.50

Long profit taking @ 12.000 and above 1.3625 and above 1.6300 and above 0.9220 and above 103.80 and above

Short profit taking @ 11.700 and below 1.3500 and below 1.6200 and below 0.9080 and below 102.00 and below

Long cut loss @ 11.500 - 11.550 1.3175 - 1.3225 1.5800 - 1.5850 0.8750 - 0.8800 100.00 - 100.50

Short cut loss @ 12.300 - 12.350 1.3875 - 1.3925 1.6600 - 1.6650 0.9550 - 0.9600 105.25 - 107.75

4 | Market Perspective | Desember 2013

Dalam beberapa bulan terakhir, repatriasi dana investor dari negara-negara berkembang kembali ke negara-negara maju (terutama AS) terus berlanjut, seiring dengan kekhawatiran akan berakhirnya era kebijakan ekonomi longgar oleh bank sentral AS (the Fed) yang dimulai dengan memangkas pembelian bulanan US Treasury dan obligasi berbasis KPR di AS (QE Taper). Investor mengantisipasi hal tersebut dengan melakukan penjualan agresif pada US Treasury dan mengakibatkan terjadinya kenaikan signifikan pada imbal hasil yang diberikan oleh US Treasury. Hal ini tentunya mempengaruhi ekspektasi investor akan kinerja imbal hasil aset-aset berisiko lainnya, dikarenakan US Treasury adalah indikator utama yang digunakan oleh investor global sebagai ukuran imbal hasil aset bebas risiko.

Kenaikan dalam imbal hasil yang diberikan oleh US Treasury tentunya akan meningkatkan ekspektasi investor akan imbal hasil aset-aset berisiko tinggi (seperti pasar saham dan obligasi negara-negara berkembang) yang menyebabkan valuasi pasar saham dan obligasi di level saat ini dipandang relatif mahal oleh investor, dikarenakan tidak memberikan imbal hasil yang cukup tinggi secara relatif apabila dibandingkan dengan US Treasury dan premi risiko yang berlaku. Sebagaimana terlihat pada grafik, investor dapat melihat korelasi yang positif (pergerakan dengan arah yang sama) diantara pergerakan harga US Treasury dengan nilai tukar, pasar saham, dan pasar obligasi negara-negara berkembang sebagai indikator aset berisiko tinggi.

Hal ini menjelaskan mengapa program QE Taper memberikan dampak negatif bagi pasar saham dan obligasi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Menilik dampak spesifik pada pasar modal domestik, investor dapat melihat bahwa semenjak Ben Bernanke mengumumkan rencana untuk melakukan QE Taper di bulan Mei 2013, penarikan dana investor asing secara signifikan terjadi khususnya di pasar saham domestik. Total dana investor asing yang membukukan penjualan bersih semenjak periode tersebut hingga tanggal 6 Desember 2013 mencapai USD3,4 milliar atau 49,75% dari total dana investor asing yang melakukan pembelian bersih semenjak awal tahun 2010 (pada saat program QE pertama kali diumumkan).

Yang menarik adalah investor asing masih membukukan pembelian bersih terhadap obligasi pemerintah domestik pada periode tersebut, meskipun melakukan aksi jual agresif pada pasar saham.

COMMINSIGHT

Pasar kembali mengalami turbulensi setelah data-data ekonomi Amerika Serikat memberikan indikasi kuat bagi investor bahwa the Federal Reserve akan mulai melakukan program QE Tapering pada pertemuan di pertengahan bulan Desember ini. Sebagaimana

terlihat pada grafik di bawah, data pertumbuhan ekonomi AS untuk periode Q3 2013 dilaporkan mencapai level 3,6% (sebelumnya di level 2,8%) serta tingkat pengangguran di bulan November kembali mengalami penurunan ke level 7% (sebelumnya 7,3%). Kedua data ini kembali memicu spekulasi investor bahwa pasar modal negara-negara berkembang masih akan mengalami penarikan likuiditas dalam skala besar seiring dengan meningkatnya imbal hasil aset bebas risiko (obligasi pemerintah AS – US Treasury) dikarenakan program QE Tapering.

COMMINSIGHT

MARKET REVIEw NOVEMBER 2013

Laju pertumbuhan ekonomi AS pada periode Q3 2013 (histogram putih) bertumbuh di level 3,6%, sementara tingkat pengangguran (garis merah) terus mengalami penurunan ke level 7% (November 2013). Hal ini memberikan indikasi kuat akan dilakukannya program QE taper di bulan Desember 2013.

Korelasi yang positif (pergerakan dengan arah yang sama) diantara pergerakan harga US Treasury (sebagai indikator aset bebas risiko) dengan nilai tukar, pasar saham, dan pasar obligasi negara-negara berkembang sebagai indikator aset berisiko

Pergerakan aliran dana investor asing pada pasar saham dan obligasi domestik beserta tingkat cadangan devisa per November 2013 – pemerintah masih memiliki cadangan devisa yang cukup untuk mengendalikan stabilitas pasar modal

2010-2012

6,98213,543

-3,473,87 1,898

97,000

120,000

100,000

80,000

60,000

40,000

20,000

0

-20,0001 Mei - 6 Desember 2013

Equity Bonds

FX Reserves

Sumber: Bloomberg, PT Bank Commonwealth

Sumber: Bloomberg, as of 9 December 2013

102

100

98

96

94

92

90

US 10-year Treasury bond price and emerging market assets

105

100

95

90

85

80

Sumber: CLSA, Bloomberg

US 10Y Treasury futuresJP Morgan EM Currency IndexiShares EM Bonds ETF (RHS)iShares EM Equities ETF (RHS)

(1/1/13 = 100) (1/1/13 = 100)

Jan

13

May

13

Mar

13

Jul 1

3

Sep

13

Feb

13

Jun

13

Apr

13

Aug

13

Oct

13

1/31 3/31 5/31 7/31 9/30 11/30

Dec 2013

94/30 6/30 8/31 10/312/28

1D 3D 1M 6M YTD 1Y 5Y Max DailyLocal CCY12/31/2012 12/09/2013 11) Compare

Security/Study

7.80

7.70

7.60

7.50

7.40

Last PriceGDP CQOQ Index (R1) 3.6 +1.1EHUPUS Index- on 9/30/13 (L1) 7.30 -.27NFP TCH Index (R2) 203.00 +3.00

7.30

350

250

150

100

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

300

3.6

203.00

1. Greece Equities 56.3%

2. Greece Govt Bonds 54.7%

3. Ireland Equities 39.1%

4. US Equities 27.7%

5. Japan Equities 26.5%

6. Spain Equities 25.7%

7. Switzerland Equities 25.6%

8. Germany Equities 25.2%

9. France Equities 24.0%

10. Global Equity Index 20.5%

11. Italy Equities 18.3%

12. UK Equities 16.2%

13. Spain Govt Bonds 14.2%

14. Ireland Govt Bonds 13.7%

15. Portugal Equities 12.6%

16. Portugal Govt Bonds 12.0%

17. Hong Kong Equities 10.0%

18. Australia Equities 9.8%

19. Italy Govt Bonds 9.8%

20. Poland Equities 9.2%

21. Israel Equities 8.9%

22. Taiwan Equities 6.9%

23 Canada Equities 6.4%

5 | Market Perspective | Desember 2013

Lantas kemanakah likuiditas dari pasar modal negara-negara berkembang tersebut mengalir? Tahun 2013 secara umum adalah tahun yang penuh kejutan bagi investor. Indeks saham maupun pasar obligasi negara-negara berkembang yang selama beberapa tahun terakhir ini selalu memberikan kinerja yang lebih baik dibandingkan indeks saham maupun pasar obligasi negara-negara maju, di tahun 2013 ini justru mengalami situasi yang kontradiktif. Dalam situasi pasar seperti inilah investor umumnya baru menyadari pentingnya melakukan diversifikasi aset investasi.

Tahun 2013 merupakan sebuah tahun yang memiliki tema ‘The Great Rotation’ dimana aset-aset investasi yang selama beberapa tahun terakhir memiliki kinerja yang buruk, di tahun ini melonjak dan menempati urutan puncak aset-aset yang memiliki kinerja terbaik di tahun 2013.

Salah satu tema utama di tahun 2014 adalah menguatnya nilai tukar USD diakibatkan repatriasi dana kembali ke AS akibat rencana QE Taper yang dilakukan oleh the Fed. Indikator akan hal ini dapat dilihat dari pelemahan harga emas yang mencapai lebih dari 20% di tahun 2013 ini.

Pelemahan harga emas yang melampaui 20% secara tahunan, umumnya menjadi awal dimulainya era penguatan USD, apabila dilihat secara historis selama 30 tahun terakhir. Pelemahan komoditas emas dengan nominal melampaui 20% secara tahunan hanya terjadi 3 kali (1981, 1997, 2013) selama 30 tahun terakhir.

Menyikapi kondisi di atas, pada akhirnya investor akan sampai pada satu kesimpulan, yaitu likuiditas pada sistem finansial global akan mengalami penurunan di tahun 2014. Ditambah lagi dengan kondisi ekonomi domestik yang masih melemah akibat defisit transaksi berjalan yang masih tinggi serta ketidakpastian akibat pemilu 2014, apakah kita harus bersikap pesimis menghadapi tahun 2014? Investor dapat belajar dari krisis-krisis yang terjadi selama 15 tahun terakhir, serta salah satu hal yang sangat krusial di tahun 2013 adalah mempelajari krisis Yunani yang terjadi di tahun 2011.

Pada tabel di atas, kita dapat melihat bahwa sebuah negara seperti Yunani yang mengalami pelemahan tajam dalam sistem finansial dan ekonomi di tahun 2011, hingga harus diselamatkan oleh negara-negara Uni Eropa, justru indeks saham dan pasar obligasinya mengalami kenaikan signifikan di tahun 2012 & 2013 dan bahkan menjadi aset yang menghasilkan kinerja terbaik di tahun 2012 & 2013. Perlu diketahui bahwa obligasi pemerintah Yunani sempat mengalami penurunan rating kredit hingga mencapai level SD (Selective Default – telah dianggap gagal bayar). Namun investor jangka panjang yang mengincar valuasi rendah dengan memperhatikan aspek fundamental dengan cermat, tetap melakukan investasi dan malah membuahkan hasil yang luar biasa dalam 2 tahun terakhir, meskipun hal ini tidak terlepas dari dana bantuan yang terus menerus dikucurkan oleh negara-negara Uni Eropa. Hal yang perlu diperhatikan dengan seksama disini adalah, negara seperti Yunani yang mengalami keterpurukan yang sangat dalam akibat krisis hutang yang luar biasa, pasar saham dan obligasinya mampu bangkit dengan cepat serta kembali memperoleh kepercayaan dari investor.

Ekonomi Indonesia memang mengalami perlambatan, namun secara pertumbuhan ekonomi kita masih tetap mampu bertumbuh di atas rata-rata ekonomi global. Perlu dicatat bahwa pelemahan nilai tukar IDR yang saat ini terus terjadi adalah bagian dari upaya pemerintah untuk menekan laju impor dan mendorong kinerja ekspor dalam rangka mengurangi defisit transaksi berjalan. Kita perlu mencermati juga bahwa laju inflasi telah mulai melambat serta profitabilitas emiten yang telah berangsur-angsur pulih sebagai katalis positif di tahun 2014. Sebagai salah satu acuan, investor juga dapat melihat bagaimana pasar modal bereaksi dalam krisis-krisis yang terjadi selama 15 tahun terakhir.

Amat menarik untuk disimak bahwa hampir setiap periode kriris dimana investor jatuh dalam pesimisme yang dalam, ternyata IHSG cenderung mengalami pemulihan lebih cepat dari ekspektasi investor. Terlebih apabila kita menyadari bahwa fundamental ekonomi makro domestik saat ini relatif lebih baik dibandingkan krisis-krisis sebelumnya, serta respon pemerintah yang cenderung aktif dan agresif.

Pergerakan harga emas selama 30 tahun terakhir sebagai indikator pergerakan nilai USD

Kinerja pasar saham dan obligasi global di tahun 2012 & 2013

Real Estate

Equities

Dollar

Developed Markets

US Assets

Value Stocks

Small

High Yield

Cyclicals

Commodities

Bonds

Gold

Emerging Markets

China Assets

Growth Stocks

Large

Investment Grade

Defensives

2012-13 Winners

Year to date (2013) Past year (2012)

2012-13 Losers

Sumber: BofA Merrill Lynch Global Investment Strategy

Sumber: Bloomberg, Bank of America Merrill Lynch

Sumber: BofA Merrill Lynch Global Investment Strategy, Bloomberg

1981 = -33%

USD Index menguat 39,33% 3 tahun setelah 1981

USD Index menguat 10,23% 3 tahun setelah 1997

1997 = -21%2013 = -27%

130%

80%

60%

40%

20%

0%

-20%

-40%

‘68 ‘80 ‘92 ‘04‘74 ‘66 ‘98 ‘10‘71 ‘63 ‘95 ‘07‘77 ‘69 ‘01 ‘11

1. Greece Govt Bonds 126.6%

2. Greece Equities 69.0%

3. Ireland Equities 50.0%

4. Germany Equities 37.6%

5. Spain Equities 36.8%

6. France Equities 35.0%

7. Japan Equities 34.5%

8. Switzerland Equities 32.6%

9. US Equities 31.9%

10. Italy Equities 28.1%

11. Global Equity Index 26.8%

12. Portugal Govt Bonds 25.7%

13. Portugal Equities 25.3%

14. UK Equities 22.5%

15. Spain Govt Bonds 22.1%

16. Poland Equities 22.0%

17. Ireland Govt Bonds 17.9%

18. Australia Equities 17.2%

19. Korea Equities 16.0%

20. Taiwan Equities 15.9%

21. Italy Govt Bonds 15.9%

22. China Equities 15.4%

23 Hong Kong Equities 14.3%

24. Singapore Equities 12.7%

25. Russia Equities 11.6%

6 | Market Perspective | Desember 2013

Indikator risiko makro mengalami peningkatan dibandingkan akhir bulan Oktober 2013 (0,3040 VS 0,2540) meskipun masih mengindikasikan selera risiko investor yang cenderung meningkat terhadap aset-aset berisiko tinggi (masih berada di bawah level rata-rata 10 tahun terakhir). Kekhawatiran akan dilakukannya QE Taper pada pertemuan bank sentral AS di pertengahan bulan Desember 2013 menjadi pemicu utama dari melemahnya pergerakan pasar saham domestik dalam beberapa pekan terakhir.

Apabila diamati dalam 6 bulan terakhir, dengan kondisi suku bunga acuan meningkat, pelemahan nilai tukar rupiah, serta meningkatnya harga BBM, sebagaimana kita lihat pada grafik di bawah, sektor properti, industri dasar, perbankan, dan konsumer merupakan sektor-sektor yang secara kinerja terkena dampak paling negatif dibandingkan sektor lainnya. Hal ini tentunya wajar mengingat kenaikan suku bunga pinjaman, kenaikan biaya produksi, semuanya memberikan dampak pada penurunan profitabilitas emiten di sektor-sektor tersebut.

Sebaliknya, bagi emiten-emiten yang memiliki pendapatan dalam mata uang USD, justru diuntungkan dengan menguatnya USD terhadap Rupiah dan mendorong sektor perkebunan dan pertambangan menjadi sektor dengan kinerja terbaik pada periode tersebut.

Menutup tahun 2013 ini, kami kembali mempertahankan alokasi netral terhadap reksa dana saham dan instrumen obligasi pemerintah. Tentunya hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan ketidakpastian dari rencana QE Taper di pertengahan Desember 2013 ini serta potensi kemelut kebijakan fiskal dan moneter di AS pada bulan Januari dan Februari 2014 nanti. Fokus kami mengarah pada reksa dana saham dengan strategi investasi bottom up dengan diversifikasi yang menyeluruh tanpa berfokus pada sektor tertentu untuk menghindari fluktuasi, dengan memberikan alokasi 40% pada reksa dana jenis ini. Sementara sebagai pendorong tambahan kinerja portofolio investor, alternatif yang dapat dipertimbangkan oleh investor adalah reksa dana dengan fokus pada sektor infrastruktur dikarenakan karakteristik defensif yang telah teruji selama periode krisis serta potensi meningkatnya pendapatan emiten dikarenakan hal ini akan terus menjadi prioritas pemerintah di masa yang akan datang.

Sebagai alternatif lainnya bagi investor, reksa dana saham dengan kapitalisasi kecil dan menengah namun memiliki fleksibilitas untuk berinvestasi pada saham-saham berkapitalisasi besar seperti Batavia Dana Saham Optimal dapat dijadikan pertimbangan. Pemilihan pada emiten-emiten yang memiliki risiko paling minimal terhadap iklim penurunan profitabilitas seperti saat ini juga menjadi salah satu keunggulan dari reksa dana ini.

Pergerakan IHSG – 3 krisis dalam 15 tahun terakhir beserta masa pemulihannya. dapat dilihat bahwa masa pemulihan semakin pendek diakibatkan kondisi fundamental ekonomi makro yang semakin membaik

Indikator risiko makro global – 0,3040 (rata-rata 10 tahun terakhir : 0,4359

Kinerja sektor-sektor IHSG selama 6 bulan terakhir (semenjak awal periode Bearish) – sektor pertambangan dan perkebunan memimpin dikarenakan unsur pendapatan dalam USD (diuntungkan oleh pelemahan nilai tukar IDR)

Kenaikan IHSG dari level terendah yang dicapai pada saat krisis hingga level tertinggi berikutnya, sebuah potensi dari investasi yang dihasilkan dari konsep value investing

Peak 740 8-Jul-97

Bottom 256 21-Sep-98 -65%

Recovery 742 1-Dec-04 1563 days

IHSG Level Date Drawdown Recovery period

1998-ASIA CRISIS-USD/IDR PEAK @16,650 (BI mid rate-Bloomberg)

Peak 2830 9-Jan-08

Bottom 1111 28-Oct-08 -61%

Recovery 2880 6-Apr-10 354 days

Level Date Drawdown Recovery period

2003-GLOBAL FINANCIAL CRISIS-USD/IDR PEAK @12,650 (BI mid rate-Bloomberg)

Peak 4193 1-Aug-11

Bottom 3269 4-Oct-11 -22%

Recovery 4215 3-Apr-12 128 days

Level Date Drawdown Recovery period

2011-EUROPE CRISIS-USD/IDR PEAK @9,204 (BI mid rate-Bloomberg)

Peak 5214 20-May-13

Bottom 3976 27-Aug-13 -24%

Recovery ? 27-Nov-11 64 days

Level Date Drawdown Recovery period

2013-QE TAPER & BAD CRISIS-USD/IDR PEAK @11,765 (BI mid rate-Bloomberg)

Sumber: Bloomberg, PT Bank Commonwealth

Sumber: Bloomberg, PT Bank Commonwealth

Sumber: Bloomberg, 9 December 2013

Sumber: Bloomberg, 1 November 2013

CrisisReturn from

bottom level tothe new peak

Bullish Period

1998

2008

2011

494%

277%

60%

1926 days

686 days

410 days

All Group Performances 1) Jakarta agricultural iDX

2) Jakarta Mining inDEX

3) Jakarta infra util trans

4) Jakarta Misc inDustriEs

5) Jakarta consuMEr gooDs

6) Jakarta financE inDEX

7) Jakarta trD, svc & invMt

8) Jakarta basic inD & chEM

9) Jakarta cnstr prp rl Est

-3.27

6.29

-7.70

index: Jci

return: -13.51

start Date End Date

6/7/13 - 12/9/13

-9.10

-13.19

-14.17

-18.23

-15.07

-33.41

11)compare Mov. avgs:

MRI CITI 0.3010 -.0730 -- / -- SSBHAt 12/6 Op 0.3040 Hi 0.3040 Lo 0.3040 Prev 0.3770

MRI CITI Index12/10/20031D 1M 1Y 5Y Max Daily3D 6M YtD

12/09/2010 Bid Price L1security/study Event

2004 2006 2009 20112005 20082007 2010 2012 2013

Bid Price 0.3040High on 09/22/11 0.9940Average 0.4357Low on 01/11/10 0.0110

Aug 31

1.0000

0.800

0.600

0.400

0.200

0.000

0.3040

7 | Market Perspective | Desember 2013

Core Portfolio Panin SRC Moderate Fund 50%

Fixed Income Long duration Indon 35/42/43 10%

Fixed Income Medium duration Indon 21/22/23 New 40%

Core Portfolio BNP Paribas Pesona Syariah 40% Manulife Dana Saham Schroder Dana Istimewa Shroder 90 Equity Plus

Growth Portfolio BNP Paribas Infrastruktur Plus 10% Batavia Dana Saham Optimal

Fixed Income Medium to Long duration First State Indonesia Bond Fund 25% FR68 / FR65 / FR58

Fixed Income Short duration Danareksa Melati Platinum Rupiah 25% Schroder Dana Andalan 2 FR66 / 63

Portfolio IDR December 2013*

Portfolio USD December 2013*

Konsep Portofolio Alternatif Reksa Dana Alokasi pada portofolio

Konsep Portofolio Alternatif Reksa Dana Alokasi pada portofolio

facebook.com/CommbankID

twitter.com/Commbank_ID

www.commbank.co.id

DISCLAIMERKecuali dinyatakan lain, semua data bersumber dari berita media massa, dan tidak diterbitkan oleh PT Bank Commonwealth (PTBC). PTBC harus dijamin untuk dibebaskan dari tanggung jawab, termasuk tetapi tidak terbatas pada penuntutan hukum oleh pihak ketiga. PTBC beserta direkturnya, karyawannya dan perwakilannya dalam Lampiran ini selanjutnya bersama-sama disebut sebagai “Grup” “Laporan ini diterbitkan semata-mata untuk tujuan informasi dan tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu ajakan atau penawaran untuk membeli efek atau instrumen keuangan. Laporan ini telah disusun tanpa mempertimbangkan tujuan, situasi keuangan dan kapasitas untuk menanggung kerugian, pengetahuan, pengalaman atau kebutuhan orang-orang tertentu yang mungkin menerima laporan ini. Tidak ada anggota dari Grup yang melakukan atau harus melakukan penilaian kelayakan atau penyesuaian laporan untuk penerima laporan ini yang karenanya tidak mendapatkan manfaat dari perlindungan peraturan dalam hal ini. Laporan ini bukan nasihat atau petunjuk. Semua penerima laporan ini harus, sebelum bertindak atas dasar informasi dalam laporan ini, mempertimbangkan kewajaran/kelayakan dan kesesuaian informasi, dengan memperhatikan tujuan-tujuan mereka sendiri, situasi keuangan dan kebutuhan, dan, jika perlu mencari profesional yang tepat, memperhatikan kondisi valuta asing atau nasihat keuangan tentang isi laporan ini sebelum membuat keputusan investasi. Kami percaya bahwa informasi dalam laporan ini adalah benar dan setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang cukup telah diadakan atau dibuat, berdasarkan informasi yang tersedia pada saat kompilasi, tetapi tidak ada pernyataan atau jaminan, baik tersurat maupun tersirat, yang dibuat atau disediakan untuk akurasi, kehandalan atau kelengkapan setiap pernyataan yang dibuat dalam laporan ini. Setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang ditetapkan dalam laporan ini dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan dan mungkin berbeda atau bertentangan dengan, kesimpulan pendapat atau rekomendasi yang diungkapkan oleh Grup di tempat lain. Kami tidak berkewajiban untuk, dan tidak,memberitahukan perkembangan terkini atau terus mengikuti informasi terkini yang terdapat dalam laporan ini. Grup tidak menerima tanggung jawab untuk setiap kerugian atau kerusakan yang timbul akibat dari penggunaan seluruh atau setiap bagian dari laporan ini. Setiap penilaian, proyeksi dan prakiraan yang terkandung dalam laporan ini didasarkan pada sejumlah asumsi dan perkiraan dan tunduk pada kontinjensi dan ketidakpastian. Asumsi dan perkiraan yang berbeda dapat mengakibatkan hasil material yang berbeda pula. Grup tidak mewakili atau menja-min bahwa salah satu proyeksi penilaian atau prakiraan, atau salah satu dasar asumsi atau perkiraan, akan dipenuhi. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk kinerja masa depan Grup tidak menjamin kinerja dari produk investasi atau pembayaran kembali modal dengan produk yang didistribusikan oleh PTBC. Investasi dalam produk ini bukan merupakan simpanan atau kewajiban lainnya dari Grup atau anak perusahaannya dan setiap jenis produk investasi memiliki risiko investasi termasuk hilangnya pendapatan dan modal yang diinvestasikan. Contoh yang digunakan dalam komunikasi ini hanya untuk ilustrasi. Semua materi yang disajikan dalam laporan ini, kecuali bila ditentukan lain, berada di bawah hak cipta Grup. Tak satu pun dari materi, maupun isinya, maupun salinannya, dapat diubah dengan cara apapun, ditransmisikan ke, disalin atau didistribusikan kepada pihak lain, tanpa izin tertulis dari perusahaan terkait yang menjadi bagian dalam Grup. Grup, berikut agennya, asosiasinya dan kliennya memiliki atau telah memiliki posisi panjang atau pendek pada efek atau instrumen keuangan lainnya yang disebut di sini, dan dapat setiap saat melakukan pembelian dan/atau penjualan terhadap kepentingan atau surat berharga dalam kapasitasnya sebagai prinsipal atau agen, termasuk menjual atau membeli dari klien atas dasar pokok dan dapat terlibat dalam transaksi yang tidak konsisten dengan laporan ini. Silahkan melihat website kami di www.commbank.co.id untuk informasi lebih lanjut. Jika Anda ingin berbicara dengan seseorang mengenai instrumen keuangan yang dijelaskan dalam laporan ini, silakan hubungi kami hubungi Call Centre kami di 5000 30 atau email kami di [email protected].

*Subject to disclaimer

Sumber: Bloomberg, Infovesta, Wealth Management Services PTBC

Kinerja YTD per tanggal 28 November 2013

-20 -15 -10 -5 0 5 10

batavia Dana saham agro

schroder Dana prestasi

schroder Dana istimewa

bnp paribas pesona syariah

indeks harga saham gabungan

schroder 90 plus Equity fund

bnp paribas infrastruktur plus

Manulife syariah sektoral amanah

schroder Dana prestasi plus

Manulife Dana saham

first state Dividend Yield fund

indoequity sectoral fund

Manulife saham andalan

bnp paribas Ekuitas

bnp paribas pesona

bnp paribas star

bnp paribas solaris

Danareksa Mawar konsumer 10

Danareksa Mawar fokus 10

Mandiri investa Ekuitas Dinamis

batavia Dana saham agro

Mandiri investa atraktif

Mandiri investa atraktif syariah

Manulife greater indonesia fund

Manulife saham sMc plus

Penting untuk diketahui investor bahwa pemilihan reksa dana harus disesuaikan dengan profil risiko, dan investor tidak disarankan untuk melakukan pengambilan keputusan investasi yang tidak sesuai dengan profil risiko masing-masing.

Reksa dana saham merupakan suatu instrumen investasi yang memiliki fluktuasi tinggi dan tingkat risiko yang relatif tinggi apabila dibandingkan dengan instrumen kas dan pasar uang. Investasi pada reksa dana saham memerlukan horison waktu jangka panjang untuk meminimalisir fluktuasi serta potensi imbal hasil yang lebih optimal.

Ekonomi Indonesia mengalami perlambatan, namun secara pertumbuhan ekonomi kita masih tetap

mampu bertumbuh di atas rata-rata ekonomi global. Pelemahan nilai tukar IDR adalah bagian dari upaya

pemerintah untuk menekan laju impor dan mendorong kinerja ekspor dalam rangka mengurangi defisit

transaksi berjalan.