Konsep Polugri

10
Berbeda dengan pandangan Neo-realis, Morgenthau menilai bahwa negara-negara masih dianggap memiliki tujuan dan aspirasi politik luar negeri dan tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh distribusi kekuasaan pada struktur internasional. Menurutnya, negara masih memiuliki contextual imperative yang sering dihubungkan dengan posisi geografis, sejarah, ekonomi, dan politik. Hal-hal tersebut dianggapnya sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi politik luar negeri. Holsti sebagai penerus realisme klasik berpandangan bahwa selain dipengaruhi struktur sistem internasional, strategi umum politik luar negeri suatu negara dipengaruhi oleh sifat dari keadaan domestik dan kebutuhan ekonomi. Juga faktor lokasi geografis, ciri- ciri topografi, dan potensi alam merupakan variable yag mempengaruhi pilihan orientasi politik luar negeri. Lebih lanjut menurut Holsti, sebagai aktor, negara memliki tujuan-tujuan, aspirasi, kebutuhan sikap, pilihan dan

description

Konsep polugri

Transcript of Konsep Polugri

Berbeda dengan pandangan Neo-realis, Morgenthau menilai bahwa negara-negara

masih dianggap memiliki tujuan dan aspirasi politik luar negeri dan tidak sepenuhnya

dipengaruhi oleh distribusi kekuasaan pada struktur internasional. Menurutnya,

negara masih memiuliki contextual imperative yang sering dihubungkan dengan

posisi geografis, sejarah, ekonomi, dan politik. Hal-hal tersebut dianggapnya sebagai

faktor-faktor yang mempengaruhi politik luar negeri.

Holsti sebagai penerus realisme klasik berpandangan bahwa selain dipengaruhi

struktur sistem internasional, strategi umum politik luar negeri suatu negara

dipengaruhi oleh sifat dari keadaan domestik dan kebutuhan ekonomi. Juga faktor

lokasi geografis, ciri-ciri topografi, dan potensi alam merupakan variable yag

mempengaruhi pilihan orientasi politik luar negeri. Lebih lanjut menurut Holsti,

sebagai aktor, negara memliki tujuan-tujuan, aspirasi, kebutuhan sikap, pilihan dan

tindakan yang dipengaruhi atau terbentuk oleh struktur kekuatan dan distribusi

kekuasaan dalam politik internasional

(abubakar eby hara, hal 39-40)

Dalam mempelajari politik luar negeri, pengertian dasar yang harus kita pahami

adalah politik luar negeri pada dasarnya merupakan “action theory”, atau

kebijaksanaan suatu negara yang ditujukan ke negara lain untuk mencapai suatu

kepentingan tertentu. Secara umum politik luar negeri (foreign policy) merupakan

suatu perangkat formula nilai, sikap, arah serta sasaran untuk mempertahankan,

mengamankan, dan memajukan kepentingan nasonal di dalam percaturan dunia

internasional. Suatu komitmen yang merupakan strategi dasar untuk mencapai tujuan

baik dalam konteks dalam negeri maupun luar negeri serta sekaligus menentukan

keterlibatan suatu negara di dalam isu internasional atau lingkungan sekitarnya.

(anak agung, hal 47)

Konsep politik luar negeri merupakan konsep yang kompleks dikarenakan tidak

hanya meliputi aspek eksternal, namun juga aspek dalam negeri dari suatu negara.

Karenanya studi politik luar negeri berada pada intersection antara aspek dalam

negeri (domestik) dan internasional (eksternal)

(anak agung, hal 48)

Rosenau mengatakan bahwa politik luar negeri memiliki pengertian sebagai upaya

suatu negara melalui keseluruhan sikap dan aktivitasnya untuk mengatasi dan

memperoleh keuntungan dari lingkungan eksternalnya. Politik luar negeri

menurutnya ditujukan untuk memelihara dan mempertahankan kelangsungan hidup

suatu negara. Lebih lanjut, Rosenau menggambarkan fenomena yang luas dalam

politik luar negeri mencakup kehidupan internal (internal life) dan kebutuhan

eksternal (external needs) seperti aspirasi, atribut nasional, kebudayaan, konflik,

kapabilitas, institusi, dan aktivitas rutin yang ditujukan untuk mencapai dan

memelihara identitas sosial, hukum, dan geografi suatu negara sebagai negara-

bangsa.

(anak agung, hal 49)

Konsepsi politik luar negeri dapat dijelaskan dalam tiga hal, yakni:

1. Politik luar negeri sebagai sekumpulan orientasi (as a cluster of orientation)

merupakan pedoman bagi pembuat kebijakan untuk mengahadapi kondisi

eksternal yang menuntut pembuatan kebijakan dan tindakan berdasarkan

orientasi tersebut. Orientasi ini terdiri dari sikap, persepsi, dan nilai yang

dijabarkan dari pengalaman sejarah dan keadaan strategis yang menetukan

posisi negara dalam politik internasional.

2. Politik luar negeri sebagai seperangkat komitmen dan rencana untuk bertindak

(as a set of commitments to and plan for action) yang dalam hal ini berupa

rencana dan komitmen konkrit untuk membina dan mempertahankan situasi

lingkungan eksternal yang konsisten dengan orientasi politik luar negeri.

Rencana tindakan ini termasuk tujuan yang spesifik serta alat atau cara untuk

mencapainya. Rencana tindak ini akan memberikan bentuk dan pedoman pada

masing-masing perilaku negara seperti tindakan yang ditujukan dalam situasi

yang berlangsung lama, tindakan yang ditujukan pada negara-negara tertentu,

tindakan yang ditujukan pada isu-isu khusus maupun tindakan yang ditujukan

pada sasaran umum lainnya.

3. Politik luar negeri sebagai bentuk perilaku atau aksi (as a form of behaviour)

yang berada dalam tingkat empiris berupa langkah nyata yang diambil suatu

negara berdasarkan kejadian dan situasi di lingkungan eksternal. Dimana

langkah-langkah tersebut dilakukan berdasarkan orientasi umum yang dianut

serta dikembangkan berdasarkan komitmen dan sasaran yang spesifik.

(Anak agung, hal 54-55)

Dalam pengertian luas, politik luar negeri adalah pola perilaku yang diwujudkan oleh

suatu negara sewaktu memperjuangkan kepentingannya dalam hubungannya dengan

negara lain. Politik luar negeri berkaitan dengan proses pengambilan keputusan yang

mengikuti serangkaian tindakan khusus.

(Carlton Clymer Rodee dkk, Pengantar Ilmu Politik Cet. ke 10, 2013, Jakarta: PT.

Rajagrafindo Persada, hal. 499)

Salah satu prinsip yang mendasari pemilihan tujuan politik luar negeri adalah

meningkatkan kepentingan ekonomi. Hal ini didasari oleh kewajiban pemerintah

dalam menjaga dan meningkatkan kemakmuran negara.

(Carlton Clymer Rodee dkk, Pengantar Ilmu Politik Cet. ke 10, 2013, Jakarta: PT.

Rajagrafindo Persada, hal. 502)

Sifat dan kondisi ekonomi suatu negara yang kuat merupakan prototip menuju

pelaksanaan politik luar negeri yang terpadu dimana industrialisasi, perdagangan dan

penanaman modal menjadi unsur penting dalam pelaksanaan orientasi politik luar

negeri suatu negara. Hasil perdagangan luar negeri akan memenuhi kebutuhan dalam

negeri sekaligus mengisi neraca perdagangan yang menguntungkan.

(Carlton Clymer Rodee dkk, Pengantar Ilmu Politik Cet. ke 10, 2013, Jakarta: PT.

Rajagrafindo Persada, hal. 508)

Salah satu sarana dan taktik dalam pelaksanaan politik luar negeri adalah melalui

politis legal dan ekonomi keuangan. Politis legal dilakukan melalui jalan

perundingan-perundingan yang sah dan diakui. Alat-alat ekonomi keuangan

merupakan instrumen dan cara pelaksanaan politik luar negeri yang khas semisal

dengan cara penaikan atau penurunan rintangan-rintangan biaya, kebijakan kartel,

barter, penanaman modal langsung ataupun politik dagang ekspor-impor.

(Carlton Clymer Rodee dkk, Pengantar Ilmu Politik Cet. ke 10, 2013, Jakarta: PT.

Rajagrafindo Persada, hal. 532)

Neo-realis memandang bahwa politik luar negeri suatu negara terutama dibentuk oleh

kedudukannya dalam sistem internasional dan khususnya oleh kemampuan realatif

kekuatan materialnya

(Handbook, hal. 692-693)

Dua unsur utama dalam politik luar negeri adalah sebagai berikut:

1. Tujuan nasional (national objectives)

2. Sarana (means) untuk mencapai tujuan tersebut

(anthonius, hal 179)

Hal-hal seperti ini dapat dikatakan bahwasanya national interest suatu negara tidak

lagi berfokus kepada masalah pertahanan dan keamanan melainkan semua aspek

kehidupan (Breuning, 2007 : 6).

Breuning, menjelaskan bahwasanya kebijakan luar negeri atau foreign policy tersebut

diartikan sebagai sebuah petunjuk untuk mengetahui bagaimana sifat dari negara-

negara yang lain dalam lingkup internasional, dengan kata lain kebijakan luar negeri

suatu negara merupakan pantulan dari sifat negara itu sendiri (Breuning, 2007 : 5).

(Breuning, Marijke, 2007, Foreign Policy Analysis: A Comparative Introduction,

New York: Palgrave MacMillan)