digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user RUANG PUBLIK...
Transcript of digilib.uns.ac.id/Konsep... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user RUANG PUBLIK...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
RUANG PUBLIK KREATIF DI JAKARTA
DENGAN PENDEKATAN FOLDING ARCHITECTURE
TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai
Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Universitas Sebelas Maret
Disusun Oleh:
HARRI MULYANTO
I0205075
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
RUANG PUBLIK KREATIF DI JAKARTA
Dengan Pendekatan Folding Architecture
ABSTRAK
Setiap orang memiliki sisi kreatif. Kreativitas memberikan warna bagi
kehidupan individu seseorang mauaupun kehidupan individu disekitarnya. Dalam
mengekspresiskan sisi kreatif seseorang diperlukan suatu wadah. Ruang Publik
sebagai wadah masyarakat bertemu dan bersosialisasi memberikan banyak
manfaat warga kota. Individu-individu masyarakat kota sebagai pengguna ruang
publik dapat menggunakan ruang publik sebagai tempat mengekspresikan dirinya.
Ruang public kreatif sebagai wadah kreatifitas masyarakat di Indonesia pada
umumnya dan kota Jakarta pada khususnya memberikan fasilitas bagi masyarakat
baik sebagai fungsi ruang publik secara umum dan fasilitas kreatif bagi para
pelaku seni dan masyarakat sekitar. Wadah ini nantinya menjadi tempat
pengembangan kreativitas dan pengenalan seni bagi masyarakat.
Jakarta sebagai kota besar di Indonesia menjadi tempat dari segala pusat
kegiatan. Jakarta sebagai kota besar seharusnya dipenuhi oleh ruang-ruang publik.
Dalam hiruk pikuknya kota Jakarta, masyarakat Jakarta membutuhkan sebuah
wadah untuk bisa merelaksasikan hidupnya dari aktifitas yang sibuk. Selain
sebagai wadah berkumpul dan bersosialisasi ruang publik Jakarta juga bermanfaat
terhadap ekosistem kota.. Ruang publik kreatif Jakarta berusaha mewujudkan
semua itu dalam keterbatasan lahan di Jakarta. Folding Architecture sebagai
metode desain diterapkan untuk mengakomodasi permasalah dalam perancangan.
Berupaya menciptakan perpaduan yang halus antara banguanan fasilitas kreatif
dengan plasa,taman, dan lingkungan sekitar.
Kata kunci: Ruang publik, kreatif, Jakarta, folding architecture
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
CREATIVE PUBLIC SPACE IN JAKARTA
With Folding Architecture Approach
ABSTRACT
Everyone has a creative side. Creativity gives the color of one's individual
life and the lives of individuals around. . In the creative side mengekspresiskan
someone needed a place. Public space as a place to meet people and socialize
provides many benefits citizens. Individuals as users of urban public space can
use public space as a place to express themselves. Creative public space as a
place for creative people in Indonesia in general and in particular the Jakarta
city provide facilities for the community both as a function of public space in
general and creative facilities for performers and community around. This facility
will be a place of creativity development and introduction of art to society.
Jakarta as Indonesia's big cities become places of all center activities.
Jakarta as a great city should be met by the public spaces. In the hustle and bustle
of the city of Jakarta, the Jakarta needs a place to relax from the activities of a
busy life. In addition to gather place and socialize as a public space is also
beneficial to the ecosystem of Jakarta city. Jakarta creative public space trying to
realize all of that in the limited space in Jakarta. Folding Architecture as a design
method is applied to accommodate problems in the design. Attempting to create a
subtle blend of creative facility buildings with plazas, parks, and environment.
Key words: Public space, creative, Jakarta, folding architecture
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Pengertian Judul ……………………………………………………………… 1
B. Latar Belakang ……………………………………………………………….. 1
C. Permasalah dan Persoalan
B.1 Permasalahan …………………………………………………………….. 4
B.2 Persoalan …………………………………………………………………. 4
D. Tujuan dan Sasaran
C.1 Tujuan ……………………………………………………………………. 4
C.2 Sasaran …………………………………………………………………… 4
E. Lingkup dan Batasan Perencanaan dan Perancangan
E.1 Lingkup Perencanaan dan Perancangan …………………………………. 5
E.2 Batasan Perencanaan dan Perancangan ………………………………….. 5
F. Metode Perencanaan dan Perancangan
F.1 Pengumpulan Data ……………………………………………………….. 5
Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Ucapan Terima Kasih
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Lampiran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
F.2 Analisa Data ……………………………………………………………... 6
F.3 Merumuskan Konsep …………………………………………………….. 6
G. Sistematika Penulisan ……………………………………………………………. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Ruang Publik
A.1 Pengertian Ruang Publik ………………………………………………... 9
A.2 Fungsi dan Peran Ruang Publik …………………………………………. 9
A.3 Karakteristik Ruang Publik ……………………………………………… 10
B. Ruang Terbuka Hijau
B.1 Pengertian Ruang Terbuka Hijau ………………………………………… 13
B.2 Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau ………………………………………… 13
B.3 Fungsi Ruang Terbuka Hijau …………………………………………….. 14
B.4 Karakteristik Ruang Terbuka Hijau ……………………………………… 15
C. Kegiatan Kreatif di Ruang Publik ……………………………………………. 16
D. Folding Arsitektur
D.1 Sejarah Singkat Folding Arsitektur ……………………………………… 19
D.2 Folding Sebagai Metode Generatif Dalam Desain Arsitektur …………… 20
E. Preseden
E.1 Yokohama Port Terminal ………………………………………………… 25
E.2 Agora Theatre ……………………………………………………………. 27
E.3 Minicity Theme Park Building Antalya …………………………………. 28
F. Hubungan Ruang Publik Kreatif, Folding Arsitektur dan Kota Jakarta ……… 29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III LOKASI PERANCANGAN
A. Tinjauan Kota Jakarta Sebagai Lokasi Perancangan
A.1 Keadaan Geografis dan Klimatologis …………………………………… 33
A.2 Batasan dan Potensi Kota Jakarta ……………………………………….. 34
A.3 Rencana Pemanfaatan Ruang Kota Jakarta ……………………………… 36
A.4 Regulasi Kebutuhan Fasilitas Umum di Kota Jakarta …………………... 37
A.5 Kebijakan Ruang Publik Jakarta ………………………………………… 38
A.6 Kebijakan Ruang Terbuka Hijau Jakarta ………………………………... 39
B. Jakarta Sebagai Lokasi Ruang Publik Kreatif
B.1 Latar Belakang Pemilihan Lokasi Site ………………………………….. 40
B.2 Proses Pemlihan Site ……………………………………………………. 40
BAB IV ANALISA PENDEKATAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
A. Analisa Peruangan
A.1 Analisa Kegiatan ………………………………………………………... 41
A.2 Analisa Pola Kegiatan ………………………………… ……………….. 42
A.3 Analisa Kebutuhan Ruang ……………………………………………… 45
A.4 Analisa Besaran Ruang …………………………………………………. 47
B. Analisa Site
B.1 Analisa Penentuan Lokasi …………………………………………….. 53
B.2 Analisa Pengolahan Tapak ……………………………………………. 56
C. Analisa Tampilan Bangunan
C.1 Analisa Bentuk Bangunan………………………………………………. 62
C.2 Analisa Warna Bangunan ……………………………………………... . 68
D. Analisa Sistem Bangunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D.1 Analisa Struktur Bangunan ……………………………………………. 69
D.2 Analisa Bahan Bangunan ……………………………………………… 75
D.3 Analisa Pencahayaan …………………………………………………... 76
D.4 Analisa Penghawaan …………………………………………………... 79
D.5 Analisa Utilitas ………………………………………………………… 79
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
A. Konsep Peruangan
A.1 Konsep Kegiatan ………………………………………………………... 89
A.2 Konsep Besaran dan Kebutuhan ruang ..................................................... 89
B. Konsep Lokasi dan Site Terpilih …………………………………………….. 92
C. Konsep Tampilan Banguanan
B.1 Konsep Bentuk Bangunan ………………………………………………. 96
B.3 Konsep Warna Bangunan ………………………………………………. 96
D. Konsep Sistem Bangunan
D.1 Konsep Struktur Bangunan ……………………………………………… 97
D.2 Konsep Bahan Bangunan ………………………………………………... 97
D.3 Konsep Pencahayaan ……………………………………………………. 97
D.4 Konsep Penghawaan ……………………………………………………. 98
D.5 Konsep Utilitas ………………………………………………………….. 98
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Kebutuhan ruang 48
Tabel 4.2 Besaran ruang 52
Tabel 4.3 Rekapitulasi besaran ruang 53
Tabel 4.4 Persyaratan pemilihan site 55
Tabel 4.5 Mengenai system pemadaman dan bahan yang digunakan 87
Tabel 5.1 Kebutuhan dan besaran ruang 90
Tabel 5.2 Kebutuhan dan besaran ruang 90
Tabel 5.3 Kebutuhan dan besaran ruang 90
Tabel 5.4 Kebutuhan dan besaran ruang 90
Tabel 5.5 Rekapitulasi kebutuhan besaran ruang 91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Hunting Kota Tua 18
Gambar 2.2 Latihan music klasik di Taman Suropati 18
Gambar 2.3 Proses transformasi folding 21
Gambar 2.4 Algoritma dalam Folding 22
Gambar 2.5 Hubungan ruang akibat pelipatan 23
Gambar 2.6 Diagram spasial,structural dan organisasional dari proses folding
24
Gambar 2.7 Eksterior dan interior Yokohama Port Terminal 26
Gambar 2.8 Eksterior dan Interior Agora Theatre 28
Gambar 2.9 Eksterior dan Interior Minicity Theme Park Building Antalya 29
Gambar 3.1 Peta wilayah jakarta 33
Gambar 4.1 Peta Rencana Struktur dan Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta 54
Gambar 4.2 Folding phase 63
Gambar 4.3 Tahapan pelipatan 64
Gambar 4.4 Tahapan pelipatan pertama 64
Gambar 4.5 Tahapan pelipatan kedua 65
Gambar 4.6 Tahapan pelipatan ketiga 65
Gambar 4.7 Tahapan pelipatan keempat 66
Gambar 4.8 Hasil dari proses evaluasi 67
Gambar 4.9 Padu padan warna primer pada interior Agora Theater 69
Gambar 4.10 Warna natural pembentuk struktur pada Minicity Theme Park Antalya
69
Gambar 4.11 Bagian lipatan yang digunakan sebagai struktur 70
Gambar 4.12 Penerapan shear wall sebagai hasil dari sebuah lipatan 71
Gambar 4.13 Bagian atap menggunakan struktur tertentu 71
Gambar 4.14 Analisa lipatan kertas yang digunakan sebagai struktur atap 72
Gambar 4.15 Penerapan folding plate pada struktur atap pada Yokohama Port Terminal
72
Gambar 4.16 Bentuk struktur yang diusulkan oleh FOA 73
Gambar 4.17 Jenis sambungan dan proses penyambungan dengan paku HILTI
73
Gambar 4.18 Bentuk rangka folded plate 74
Gambar 4.19 Proses fabrikasi dan perakitan pada site 74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4.20 Beton sebagai bahan pembentuk struktur 75
Gambar 4.21 Baja dan kaca sebagai dinding bangunan 75
Gambar 4.22 Penerapan kayu pada permukaan bangunan 76
Gambar 4.23 Lampu taman berbentuk ranting pohon 77
Gambar 4.24 Lampu LED pada permukaan plasa 77
Gambar 4.25 Bangku taman dengan lampu 78
Gambar 4.26 Penggunaan dinding kaca 78
Gambar 4.27 Void akibat dari hasil pelipatan 79
Gambar 4.28 Skema analisa jaringan listrik 80
Gambar 4.29 Skema analisa jaringan komunikasi 81
Gambar 4.30 Skema analisa aliran air bersih artesis 82
Gambar 4.31 Skema analisa aliran air bersih PDAM 82
Gambar 4.32 Skema analisa aliran air kotor cair 83
Gambar 4.33 Skema analisa aliran air kotor lemak 83
Gambar 4.34 Skema analisa aliran air kotor padat 83
Gambar 4.35 Skema analisa system sanitasi air hujan 84
Gambar 4.36 Skema pembuangan sampah 84
Gambar 4.37 Skema pembuangan sampah 85
Gambar 4.38 Skema analisa system CCTV 85
Gambar 4.39 Bagan system penanggulangan bahaya kebakaran 88
Gambar 5.1 Site 92
Gambar 5.2 Skema system air bersih 99
Gambar 5.3 Skema system air kotor pada bangunan 99
Gambar 5.4 Skema konsep system pencahayaan 100
Gambar 5.5 Skema sumber listrik dari PLN 100
Gambar 5.6 Skema sumber listrik dari genset 100
Gambar 5.7 Skema sumber listrik gabungan dari PLN dan genset 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN JUDUL
Ruang Publik Kreatif Di Jakarta Dengan Pendekatan Folding Architecture
memiliki penjelasan sebagai berikut:
“Ruang dalam suatu kawasan yang di pakai masyarakat Jakarta untuk
melakukan kegiatan bersosialisasi dan juga berfungsi sebagai ruang kreatif dalam
upaya mewujudkan program Pemprov DKI “Kota Kreatif Jakarta Punya” dengan
pendekatan metode lipatan-lipatan kertas untuk mendapatkan bentuk massa bangunan.
B. LATAR BELAKANG
Jakarta belum dapat memenuhi kebutuhan akan ruang publik,Sebagai
perbandingan Jakarta hanya mampu menerapkan rasio yang terkait dengan pelayanan
fasilitas olahraga outdoor sebesar 0.55m2/penduduk, sedangkan kota-kota di Jepang
adalah 5m2/penduduk. Disisi lain kondisi ruang publik yang ada di Jakarta tidak
terawat dan berubah fungsi, misalnya secara fisik tersedia, namun masyarakat tidak
dapat memanfaatkannya dengan baik dan leluasa, baik itu karena alasan keamanan
maupun kenyamanan, misalnya karena menjadi tempat berkumpulnya para pelaku
kriminal.
Disisi lain Kota Jakarta juga memerlukan kecukupan ruang terbuka hijau
(RTH), karena luasan RTH di Jakarta belum memenuhi luasan ideal RTH sebuah
kota sebesar 30% dari luas wilayahnya. Sementara itu, luas RTH di lapangan
diperkirakan hanya mencapai 9,04 persen. Keadaan ini diperburuk dengan ketidak
konsistenan dan ketidak profesionalan pemerintah dalam pengelolaan dan penanganan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
RTH. Pemprov DKI tidak berdaya mengembalikan fungsi RTH yang berubah
menjadi Plaza Senayan, Hotel Mulia. Padahal ruang terbuka hijau memberikan
memberikan manfaat yang besar terhadap kota terutama manfaat ekologis.
Ruang public Jakarta memiliki nilai positif dan negative akan keberadaannya.
Nilai positifnya yaitu taman Suropati digunakan akan sebagai tempat berkumpul
untuk berlatih music, dan kawasan Kota Tua yang digunakan objek foto bagi para
fotografer. Nilai negatif yaitu kawasan monas sering digunakan para pemuda dan
pemudi untuk berpacaran dan banyaknya ruang-ruang public yang digunakan untuk
para PKL. Muncul juga fenomena para seniman ingin memamerkan karyanya di
ruang publik, karena dapat secara langsung menyampaikan pesan dari karya tersebut
kepada masyarakat. Ruang public kreatif harus dapat menginspirasi penggunanya
melahirkan ide-ide kreatif dan mampu menjadi tempat dipamerkan hasil-hasil karya
kreatif sehingga mendapatkan apresiasi langsung dari masyarakat
Pada tanggal 13 Maret 2010 Jakarta mencanangkan diri sebagai Kota Kreatif.
Hal ini ditandai dengan adanya acara ‘Kota Kreatif Jakarta Punya’ yg diadakan di
Museum Fatahillah Jakarta. Harapannya ialah semakin banyak ruang kreatif di ruang
publik Jakarta. Program ruang kreatif membuka wawasan warga Jakarta tentang ruang
kreatif dan memperluas pemahaman terhadap apa yang disebut panggung, kanvas,
atau layer. Intinya, menyadarkan khalayak bahwa menjadi kreatif itu penting dan
menampilkan hasil karya itu tak harus di panggung konvensional yang selama ini kita
kenal.
Melihat dari permasalahan yang diutarakan diatas bahwa Kota Jakarta
kekurangan ruang public, ruang terbuka hijau dan fasilitas pendukung ruang public
dalam upaya menjadikan ruang public menjadi ruang kreatif. Perlu lahan yang luas
untuk memenuhi kebutuhan tersebut namun terkendala akan keterbatasan lahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Bagaimana bila semua kebutuhan itu terintegrasi menjadi satu, sebuah ruang public
serta fasilitas pendukungnya juga berperan sebagai ruang terbuka hijau.
Mengintegrasikan kebutuhan ruang public dan ruang terbuka hijau di Jakarta dengan
kondisi lahan yang terbatas tentu memerlukan pendekatan tertentu dalam proses
perencanaannya. Folding architecture sebagai salah satu metode desain mencoba
menjawab hal tersebut. Dalam folding architecture pengaruh yang ditimbulkan adalah
pengintegrasian segala perbedaan, kekomplesitasan serta perpecahan yang ada baik
dalam hal kontekstual maupun secara konseptual.
Secara kontekstual folding digunakan untuk mengatasi keterbatasan lahan
dalam upaya mewujudkan sebuah ruang public kreatif yang juga berperan sebagai
ruang terbuka hijau dengan menjalin antara ruang dan permukaaan, mencoba
keduanya dapat mengalir dengan halus dari bangunan ke bagian lainnya ruang
digunakan sebagai fasilitas pendukung ruang public kreatif dan permukaan digunakan
sebagai taman dan plaza/square. Secara konseptual folding digunakan untuk
mewujudkan sebuah ruang public yang menginspirasi. Folding architecture bersifat
experimental sehingga menghasilkan bentuk-bentuk arsitektural yang baru dan tidak
biasa. Bentukan ruang public kreatif yang tidak biasa ini dapat menginspirasi
penggunanya untuk melahirkan gagasan atau ide-ide kreatif.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Kota Jakarta memerlukan
ruang public kreatif yang dapat memenuhi kebutuhan akan ruang public dan ruang
terbuka hijau di Jakarta, serta berfungsi sebagai ruang kreatif bagi masyarakat kota
Jakarta dalam upaya mewujudkan program Pemprov DKI “Kota Kreatif Jakarta
Punya”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
C. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN
C.1. Permasalahan
Mewujudkan ruang publik yang juga berfungsi sebagai ruang terbuka hijau
di Jakarta yang dapat mengakomodasi kegiatan kreatif dengan pendekatan
desain folding architecture.
C.2. Persoalan
a. Sistem peruangan yang dapat mendukung proses kegiatan agar dapat berfungsi
maksimal.
b. Penentuan lokasi site yang tepat untuk mendukung fungsi Ruang Publik
Kreatif sebagai ruang kreatif dan ruang terbuka hijau.
c. Mendapatkan bentukan fasad yang diperoleh dari proses folding
d. Sirkulasi antar bagian ruang public kreatif yang saling terhubung.
D. TUJUAN DAN SASARAN
D.1. Tujuan
Mewujudkan konsep perencanaan dan perancangan bangunan Ruang Publik
Kreatif di Jakarta dengan pendekatan Folding architecture sebagai ruang kreatif
dan juga mampu mendukung proporsi ruang terbuka hijau di Jakarta.
D.2 Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai adalah tersusunnya suatu landasan program
perencanaan dan perancangan Ruang Publik Kreatif di Jakarta.
a. Mendapatkan program ruang yang optimal sehingga dapat menampung
seluruh kegiatan yang ada di dalamnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
b. Penentuan lokasi yang sesuai untuk Ruang Publik Kreatif dan tata kota
Jakarta.
c. Konsep tampilan bangunan dengan mengaplikasikan prinsip desain folding
architecture.
E. LINGKUP dan BATASAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
E.1 Lingkup Perencanaan dan Perancangan
· Pembahasan disesuaikan dengan materi data yang diperoleh dan hal ini
menjadi kriteria dalam menentukan bentuk fisik bangunan, tata ruang,
persyaratannya dan besaran tiap ruang yang direncanakan.
· Pembahasan lain disesuaikan dengan tujuan dan sasaran yang telah
disebutkan di atas.
E.2 Batasan Perencanaan dan Perancangan
· Pembahasan dibatasi pada proses pemecahan permasalahan arsitektural yang
akan menjadi faktor penentu perumusan konsep perencanaan dan
perancangan “‘Ruang Publik Kreatif di Jakarta Dengan Pendekatan Folding
Architecture”.
F. METODE PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Untuk lebih memudahkan, metode pembahasan dibagi menjadi beberapa
tahap. Berikut adalah tahapan-tahapan yang dilakukan:
F.1 Pengumpulan Data
· Pengumpulan data-data tentang ruang public dan ruang terbuka hijau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
· Pengumpulan data-data tentang bangunan penunjang ruang public kreatif
seperti galeri, teater, restaurant, bar & shop.
· Pengumpulan data-data tentang Folding architecture, baik itu teori maupun
preseden bangunannya.
F.2. Analisa Data
· Menentukan macam kegiatan di ruang public
· Mengidentifikasi syarat-syarat khusus tentang bangunan ruang public kreatif
kemudian dihubungkan dengan hasil analisa kegiatan pada ruang publk
kreatif.
· Mengidentifikasi tentang kriteria-kriteria Folding architecture melalui
pengolahan teori dan preseden.
F.3. Merumuskan Konsep
· Merumuskan sintesa dari hasil korelasi antara komponen pembahasan dan
outputnya sehingga diperoleh konsep perencanaan dan perancangan yang
nantinya akan dipakai sebagai acuan /pedoman desain ‘Ruang Publik Kreatif
di Jakarta Dengan Pendekatan Folding Architecture”.
G. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB 1 PENDAHULUAN
Mengemukakan latar belakang masalah, permasalahan dan
persoalan, tujuan dan sasaran pembahasan, lingkup pembahasan,
metoda pembahasan, dan sistematika penulisan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DATA
· Tinjauan pustaka tentang ruang publik (Public Space Urban Space :The
Dimension of Urban Design,Finding Lost Space:Theories of Urban Design,
Urban Space), ruang terbuka hijau (Public Space, UU No.26/2007) dan
folding architecture (Folding Architecture: Spatial Structural and
Organizational Diagrams)
· Berbagai Data yang akan ditinjau mengenai kondisi ruang publik
di Jakarta yang berkaitan dengan kegiatan kreatif masyarakat
Jakarta.
BAB III LOKASI PERENCANAAN
Meninjau perspektif kota (luas, potensi dan fungsi kota,
perencanaan umum tata ruang kota), meninjau kondisi ruang public
Jakarta dan komunitas-komunitas yang ada didalamnya yang menjadi
target desain bangunan (potensi, apresiasi masyarakat, fasilitas dan
sarana) , pemilihan site.
BAB IV ANALISA PENDEKATAN PERENCANAAN DAN
PERANCANGAN
Meliputi analisa makro dan mikro dengan penjabaran analisa
non fisik yang termasuk didalamnya: pelaku, jenis dan pengelompokan
kegiatan, proses kegiatan, kebutuhan dan program ruang dan organisasi
ruang serta analisa fisik yang termasuk didalamnya: kriteria
pengolahan tapak, kriteria bentuk ruang dan bangunan,. dan kriteria
struktur, dan utilitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Mensintesakan konsep perencanaan dan perancangan yang
merupakan hasil akhir dari analisis yang selanjutnya ditransformasikan
dalam wujud desain fisik bangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bagian ini membahas tentang ruang Publik, ruang terbuka hjau,kreativitas di ruang
public dan folding architecture serta presedennya terkait dengan ruang public.
A. RUANG PUBLIK
A.1. Pengertian Ruang Publik
Ruang publik adalah ruang dalam suatu kawasan yang di pakai masyarakat
penghuninya untuk melakukan kegiatan kontak publik ( Whyte dalam Carmona dkk.
2003)1. Ruang publik dapat berbentuk cluster maupun linier dalam ruang terbuka
maupun tertutup. Beberapa contoh ruang publik antara lain : plaza,square, atrium,
pedestrian.
A.2. Fungsi dan Peran Ruang Publik
Selain sebagai ruang bertemu, berinteraksi, serta wadah berkegiatan sosial
lainnya, ruang publik juga memiliki fungsi lain yang terkadang tidak disadari dan
akhirnya sering diabaikan. Padahal, manfaatnya dapat memberi keuntungan yang
dapat memajukan kualitas hidup masyarakat atau komunitas yang tinggal di sekitar
ruang publik tersebut. Salah satunya yaitu jika sebuah ruang publik dimanfaatkan,
dijaga, dan diatur secara kreatif sesungguhnya dapat menjadi bisnis yang
menguntungkan
Kemudian ada teori-teori mengenai kependudukan (citizenship) yang banyak
berkembang dalam mendefinisikan dan memahami peran sebuah ruang publik.
1 Carmona dkk. 2003, Public Space Urban Space :The Dimension of Urban Design, Architectural Press London
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Graham Murdock (1999) dalam Rights and Representations; public discourse and
cultural citizenship, in J. Gipsrud (ed) Television and Common Knowledge (London,
Routledge, hal. 11-12), mengemukakan sebuah teori dan mengidentifikasi apa yang ia
lihat sebagai empat hak yang timbul dari kehadiran sebuah ruang publik2:
· Hak mendapatkan informasi; menciptakan kemampuan untuk mengakses
informasi seluas-luasnya mengenai aktivitas akan meluaskan pilihan dalam
berkegiatan..
· Hak mendapatkan pengalaman; menyediakan akses untuk menyampaikan
representasi invidual maupun pengalaman sosial.
· Hak mendapatkan pengetahuan; Ruang publik harus menjamin akses
menuju ‘kunci perdebatan dan argumen’.
· Hak untuk berpartisipasi; mencakup kemampuan berbicara tentang hidup
dan aspirasi dan didengar oleh orang lain.
A.3. Karakteristik Ruang Publik
Menurut sifatnya, ruang publik terbagi menjadi dua3 :
· Ruang Publik Terbuka
Bentuk dasar ruang terbuka selalu terletak di luar massa bangunan.
Dapat dimanfaatkan dan dipergunakan oleh setiap orang Memberi kesempatan
untuk bermacam-macam kegiatan (multifungsi). Contoh ruang publik terbuka
antara lain : jalan, jalur pedestrian, taman lingkungan, plaza, lapangan olah
raga, taman kota, taman rekreasi, dan lain-lain.
2 http://www.liac.org.nz/cms/imagelibrary/100108.doc (Brian Pauling, The ‘Enclosing’ Public Space,2007) 3 Rustam Hakim, Hardi Utomo, Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap (Jakarta, 2003), hal. 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Ruang publik terbuka tentunya memiliki peran penting terhadap
perkembangan sosial masyarakatnya. Hadirnya suatu ruang publik akan
memberi dampak pada kehidupan sehari-hari warga yang menggunakannya
untuk berkegiatan.
Beberapa fungsi ruang terbuka yaitu4 :
o Fungsi sosial; sebagai tempat berkomunikasi atau bersosialisasi, tempat
bermain dan berolah raga, tempat untuk mendapatkan udara segar, tempat
menunggu kegiatan lain.
o Fungsi ekologis; untuk memperlunak arsitektur bangunan, menyerap air
hujan, pencegah banjir, menyegarkan udara, memperbaiki iklim mikro
dengan mereduksi panas dan polusi, memelihara dan menjaga
keseimbangan ekosistem.
· Ruang Publik Tertutup
Pengertian ruang publik tertutup tidak selamanya dapat didefinisikan
sama dengan pendefinisian ruang publik secara umum. Bangunan-bangunan
pemerintah seperti perpustakaan umum dan bangunan lain yang sejenis juga
termasuk ruang publik. Namun, tidak semua bangunan milik negara dapat
didefinisikan seperti itu. Beberapa taman, mal, ruang tunggu, dan lainnya
tutup ketika malam hari. Sehingga secara umum, terutama pada waktu
tertentu, tempat-tempat seperti itu tidak dapat dikatakan dapat digunakan
untuk kepentingan publik (public use)5.
4 Rob Krier, Urban Space (New York, 1979) 5 http://en.wikipedia.org/wiki/Public_space
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Suatu ruang publik yang berhasil merupakan ruang publik yang responsif
terhadap kebutuhan penggunanya. Ruang publik yang dapat memenuhi kebutuhan
penggunanya cenderung hidup dan dimanfaatkan secara intensif. Menurut Roger
Trancik6, pada ruang publik yang merupakan hardscape (ruang buatan manusia), ada
tiga faktor yang penting dalam desainnya:
· Ketertutupan (sense of enclosure) ; faktor yang mendefnisikan batas dari
suatu ruang.
· Permukaan ; Faktor ini menjadi elemen estetika dalam suatu ruang atau
mempunyai fungsi tertentu.
· Focal point ; faktor yang memudahkan orientasi dan juga turut
mendefinisikan ruang.
Ruang publik yang baik mempunyai ciri-ciri dimana ruang tersebut hidup
digunakan secara intensif oleh penggunanya. Ruang tersebut tanggap terhadap
kebutuhan penggunanya sehingga termanfaatkan dengan baik. Ruang publik yang
baik seharusnya juga turut menciptakan partisipasi komunitas7. Partisipasi komunitas
menghubungkan komunitas dengan ruang publik, menciptakan rasa memiliki dan
akhirnya turut menunjang keberhasilan ruang publik itu sendiri.
Ada beberapa sebab mengapa ruang publik tidak digunakan8, beberapa
diantaranya:
· Kekurangan tempat untuk duduk atau beristirahat
· Fasilitas yang tidak berfungsi
· Path yang ada tidak menuju daerah dimana orang mau menuju
· Dominasi oleh kendaraan
6 Trancik, Roger, Finding Lost Space : Theories of Urban Design, New York : Van Nostrand Reinhold,1986 7 Francis, Mark, Urban Open Space , Designing for User Needs, Washington : Island Press, 2003 8 Francis, Mark, Urban Open Space , Designing for User Needs, Washington : Island Press, 2003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
· Tembok kosong atau daerah mati disekitar place
· Perberhentian transit yang lokasinya tidak sesuai
· Tidak ada kegiatan apa apa disana
B. RUANG TERBUKA HIJAU
B.1 Pengertian Ruang Terbuka Hijau
Ruang terbuka hijau adalah ruang yang didominasi oleh lingkungan alami di
luar maupun di dalam kota, dalam bentuk taman, halaman, areal rekreasi kota dan
jalur hijau (Trancik, 1986; 61)
Ruang-ruang di dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk
area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur yang dalam
penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan yang
berfungsi sebagai kawasan pertamanan kota, hutan kota, rekreasi kota, kegiatan Olah
Raga, pemakaman, pertanian, jalur hijau dan kawasan hijau pekarangan (Inmendagri
no.14/1988).
B.2. Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau
Klasifikasi ruang terbuka hijau berdasarkan pada kepentingan pengelolaannya
adalah sebagai berikut :
· Kawasan Hijau Pertamanan Kota, berupa sebidang tanah yang sekelilingnya
ditata secara teratur dan artistik, ditanami pohon pelindung, semak/perdu,
tanaman penutup tanah serta memiliki fungsi relaksasi.Termaktub dalam
penjelasan UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang pasal 29 (ayat 1, 2 dan 3):
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
· Kawasan Hijau Hutan Kota, yaitu ruang terbuka hijau dengan fungsi utama
sebagai hutan raya.
· Kawasan Hijau Rekreasi Kota, sebagai sarana rekreasi dalam kota yang
memanfaatkan ruang terbuka hijau.
· Kawasan Hijau kegiatan Olahraga, tergolong ruang terbuka hijau area lapangan,
yaitu lapangan, lahan datar atau pelataran yang cukup luas. Bentuk dari ruang
terbuka ini yaitu lapangan olahraga, stadion, lintasan lari atau lapangan golf.
· Kawasan Hijau Pemakaman.
· Kawasan Hijau Pertanian, tergolong ruang terbuka hijau areal produktif, yaitu
lahan sawah dan tegalan yang masih ada di kota yang menghasilkan padi,
sayuran, palawija, tanaman hias dan buah-buahan.
· Kawasan Jalur Hijau, yang terdiri dari jalur hijau sepanjang jalan, taman di
persimpangan jalan, taman pulau jalan dan sejenisnya.
· Kawasan Hijau Pekarangan, yaitu halaman rumah di kawasan perumahan,
perkantoran, perdagangan dan kawasan industri.
Sementara klasifikasi RTH menurut Inmendagri No.14 tahun 1988,
yaitu: taman kota, lapangan olahraga, kawasan hutan kota, jalur hijau kota,
perkuburan, pekarangan, dan RTH produktif.
B.3. Fungsi Ruang Terbuka HIjau
Keberadaan ruang terbuka hijau (RTH)di setiap kota memiliki tiga
fungsi penting yaitu:
· Ekologis : dapat meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir,
mengurangi polusi udara dan pengatur iklim mikro.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
· sosial-ekonomi : untuk memberikan fungsi sebagai ruang interaksi sosial,
sarana rekreasi dan sebagai tetenger (landmark) kota
· evakuasi : berfungsi antara lain untuk tempat pengungsian saat terjadi
bencana
B.4. Karakteristik Ruang Terbuka Hijau
Menurut Stephen Carr dan kawan-kawan ada beberapa tipe ruang
terbuka hijau. Tipe tersebut masing-masing mempunyai karakteristik yang
berbeda, yaitu:9
· Central park
Dibangun dan diatur sebagai bagian dari sistem ruang terbuka kota,
ruang terbuka untuk kepentingan seluruh kota, kadang dilokasikan dekat
dengan pusat kota.
· Downtown park
Taman hijau kota dengan rumput dan pohon berlokasi di daerah kota,
dapat berupa taman tradisional, historik atau baru.
· Commons
Daerah hijau luas, hanya daerah padang rumput untuk kegunaan umum
sekarang dipergunakan untuk kegiatan diwaktu luang.
· Neigborhood park
Ruang terbuka dibangun di lingkungan perumahan, dibangun dan
diatur sebagai bagian dari sistem ruang terbuka kota atau sebagai bagian dari
pembangunan perumahan baru, meliputi taman bermain, lapangan olahraga,
dll.
9 Carr et all, Public Space (Cambridge University Press, 1992)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
· Mini park
Taman kota yang kecil, diabatasi oleh bangunan, meliputi air mancur
atau elemen-elemen air sebagai pelengkap.
· Community park
Taman lingkungan yang dirancang, dibangun atau diatur oleh
penduduk lokal pada lahan kosong. Meliputi viewing garden, play area dan
community garden. Kadang kala di bangun di lahan privat, dan tidak secara
resmi dipandang sebagai bagian sistem ruang terbuka kota, bahkan mudah
diserang untuk ditiadakan oleh pengguna lain seperti pembangunan hunian
dan komersial.
· Greenways dan Parkways
Daerah alam dan ruang rekreasi yang dihubungkan oleh pedestrian dan
jalan sepeda.
Sedangkan menurut F.C van Rooden ruang terbuka hijau kota dapat disusun menurut
empat katergori penting atau hirarki tata ruang kota yang berbeda dalam dimensi, jarak
dan kemungkinan penggunanya, yaitu:10
· House block Greenspace
Daerah hijau dengan luasan 50-5000 m2 pada area maksimum 1-50 m dari rumah dan
terletak di lingkungan tempat tinggal.. Yang termasuk dalam kategori ini Communal
Gardens, taman bermain dan taman umum kecil.
· Quarter Greenspace
Daerah hijau dengan luas 5000 m2 – 4 ha terletak dalam radius 100-500 m dari
rumah. Yang termasuk kategori quarter park, lapangan olahraga dan taman umum
10 Garret Eckbo, Urban Landscape Design, McGraw-Hill, 1963.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
yang lebih besar.
· District Greenspace
Daerah hijau dengan luasan sampai 8 ha sering di kunjungi orang karenanya terletak
dalam jarak yang dekat dengan lokasi pemukiman. Elemen-elemen terdiri dari
padang rumput untuk rekreasi umum, lapangan bermain, lapangan olahraga, taman
bunga dan mungkin juga disediakan restoran.
· Town Greenspace
Town park dikunjungi oleh warga kota dan kadang oleh penduduk yang berada di
kawasan pinggir kota. Biasanya merupakan daerah yang sangat luas, mecakup luasan
20-200 ha. Orang yang mengunjungi daerah ini biasanya melungkan waktu yang
lebih lama, biasanya setengah hari maupun seharian.
C. KEGIATAN KREATIF DI RUANG PUBLIK
Dari fungsinya, ruang publik merupakan ruang yang mampu menampung
kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan dan aktivitas bersama, umumnya dalam
ruangan terbuka, memungkinkan terjadinya pertemuan antarmanusia untuk saling
berinteraksi, melakukan kegiatan bersama-sama, dan sejumlah aktivitas lainnya.
Sebuah interaksi antar pengguna ruang public atau terhadap ruang public itu sendiri
memunculkan suatu proses kreatif. Menurut Utami Munandar (1999)11 salah satu
factor terjadinya proses kreatif yaitu factor pendorong (press) yang dapat berasal dari
diri sendiri maupun lingkungan. Lingkungan yang dimaksud disini adalah ruang
public yang mampu menginspirasi dan menstimulus penggunanya untuk melakukan
hal yang produktif dalam suatu proses kreatif. Namun tidak semua ruang public tidak
dapat di gunakan sebagai tempat proses pembentukan produktivitas atau ide-ide
kreatif masyarakat.
11 Munandar, Utami, 1999. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT Penerbit Rineka Cipta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Menurut Adi Panuntun12, salah satu pelopor atau penggagas lahirnya kawasan
Kota Tua sebagai sebuah ruang kreatif bagi masyarakat Jakarta, ruang kreatif tidak
sebatas pemaknaan pada ruang publik, melainkan lebih pada pemaknaan atas sebuah
ruang publik.
Ruang publik harus mampu merangsang proses-proses pembentukan
produktivitas atau ide-ide kreatif masyarakat yang berinteraksi di dalam ruang-ruang
kreatif tersebut. Sebuah ruang publik, lanjut Adi, setidaknya harus memiliki sejumlah
kriteria, yakni kemampuan ruang atau kawasan tersebut berkarya dan mampu
mengilhami atau menginspirasi lahirnya sebuah gagasan atau ide-ide kreativitas baru.
Selain itu, ruang kreatif tersebut mampu menjadi tempat dipamerkannya hasil-hasil
karya kreatif sehingga mendapatkan apresiasi langsung dari masyarakat.Contohnya
taman Suropati digunakan akan sebagai tempat berkumpul untuk berlatih music, dan
kawasan Kota Tua yang digunakan objek foto bagi para fotografer.
Beberapa waktu lalu di Taman Museum Fatahillah diadakan sebuah acara
pemutaran video 3d . Malam itu, fasade Museum Fatahillah disulap menjadi big
screen dari pemutaran video 3D. Ini disebut Video Mapping. Tujuan utama acara ini
tak lain adalah untuk mengusung misi Pemprov DKI merevitalisasi Kawasan Kota
12 http://bataviase.co.id/node/138273
Gambar 2.1 Hunting foto di Kota Tua. Sumber : google.com
Gambar 2.2 Latihan music klasik di Taman Suropati
Sumber : google.com
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Tua sebagai kawasan industri kreatif. Pertunjukan yang baru pertama kali
dipertunjukkan di Indonesia ini terselenggara atas kerja sama Pemprov DKI Jakarta
dengan British Council dan Kamar Dagang dan Industri (KADIN). Harapannya ialah
semakin banyak ruang kreatif di ruang publik Jakarta. Sesuai dengan program
Pemprov DKI Kota Kreatif Jakarta Punya yang mencoba menjadikan kota Jakarta
sebagai kota kreatif seperti kota Liverpool.
D. FOLDING ARCHITECTURE
D.1 Sejarah singkat Folding Architecture
Isu tentang folding architecture berawal dari tulisan Greg Lynn pada
Architectural Design: Folding In Architecture pada tahun 1993. Tulisan ini didasarkan
pada beberapa esay dan proyek oleh beberapa grup arsitek yang mencari logika
formal alternatif hingga kontradiktif tentang dekontruksi. Greg Lynn dalam esainya
yang berjudul Architectural Curvilineary – The Folded, The Pliant and The Supple13
mengungkapkan pendapatnya. Folding merupakan sebuah respon penemuan arsitektur
terhadap kompleksitas, perbedaan, serta keragaman antara konteks formal dengan
kultural. Secara etimologi, folding dihubungkan dengan ‘pliancy’ (sesuatu yang liat),
dan secara umum, arsitektur dari ‘the fold’ dihubungkan dengan teori kulinari
Selain tu, Peter Eisenman pun mengungkapkan pendapatnya mengenai
folding14. Menurutnya , the fold bukan hanya sebuah penggerak formal, tetapi juga
cara untuk unfolding lingkungan social baru dari yang telah ada sebelumnya. The fold
berfungsi sebagai pembatas dari gerakan social, cultural, ekonomi dan fisik untuk
menghasilkan interaksi antara struktur yang meliputinya terhadap lingkungannya. 13 Greg Lynn, “Architecture Curvilinearity, the Folded, the Pliant and the Supple”, Folding in Architecture, Architectural Design Ed. Rev. 2004 14 www.transientdesigns.net/articles/The%20Fold%20in%20Organisations.pdf
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Pengaruh yang ditimbulkan folding adalah pengintegrasian segala perbedaan,
kekompleksitasan serta perpecahan yang ada, baik dalam hal kontekstual maupun
secara konseptual.
D.2. Folding sebagai metode generatif dalam desain arsitektur
“Folding as a gemeratif process in architectural design is essentially
expremental agnostic, non-linear and bottom up’15 . Folding berpotensi menghasilkan
ruang yang dapat digunakan sebagai strategi yang generatif untuk mengantarkan
kepada tren baru pada struktur organisasi yang ada. Sequence dalam proses
transformasi generatif mempengaruhi hasil dari obyek yang dirancang.
Berdasarkan kedinamisan bentuk serta kefleksibelannya, fungsi dari folding
tersebut dapat diartikan sebagai generator perancangan dengan fase-fase transisi.
Empat fase perancangan tersebut adalah:
a. Materi dan Fungsi
Kertas digunakan sebagai alat untuk melakukan metode ini karena
mudah dilipat sehingga lebih bermassa dan dapat berdiri dengan
strukturnya sendiri. Transformasi selembar kertas ke dalam keadaan yang
lebih bermassa, melalui sebuah perlakuan dan mempertahankan kesatuan
dari material tersebut.Perlakuan tersebut bersifat intuitif,
melipat/membuka, menekan, meremas,melipit, merobek, memutar,
memuntir, menarik, membungkus, melilit, menusuk,menggantung,
memampatkan, mengikat, dan lain sebagainya. Transformasi tersebut
disebut juga sebagai diagram dalam usaha pengaktualisasian bentuk.
15 Sophia Vyzoviti, 2003, Folding Architecture: Spatial Structural and Organizational Diagrams, BIS Publishers, hal:8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
b. Algoritme
Sebagai materi yang dinamis, kertas memiliki potensi untuk
dieksplorasi. Sehabis diberikan perlakuan, materi ini juga memperlihatkan
suatu bekas dan bekasnya itu merupakan sebuah hasil pemetaan dari proses
yang telah dilakukan. Perlakuan yang repetitif pada pelipatan kertas
memberikan suatu tanda dari respon yang intuitif ke dalam teknik utama,
seperti: triangulas, melipat dengan tingkatan bersusun, melipat pada lipatan,
membentuk pola seperti carikan, kurva-kurva spline, spiral, dan berkelok-
kelok16. Transformasi generatif pada kertas lipat dapat disusun dalam
sebuah sequence dan sangat bergantung pada kesuksesan dalam proses
hasil transformasi. Sequence generatif, beragam teknik, pembukaan lipatan,
pemetaan transformasi, rencana yang terarah dan penerapannya dilakukan
sebagai definisi dari algoritma pada kertas lipat. Pengulangan ini menjadi
dokumentasi dan membutuhkan notasi sebagai kelengkapan instruksi
dengan waktu sebagai variabelnya.
16 Sophia Vyzoviti, 2003, Folding Architecture: Spatial Structural and Organizational Diagrams, BIS Publishers, hal:9
Gambar 2.3 Proses transformasi folding.
Sumber : Sophia Vyzoviti, 2003, Folding Architecture: Spatial Structural and Organizational Diagrams, BIS Publishers, hal:20&26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
c. Diagram Spasial, Struktural, dan Organisasional
Selama proses transformasi terdapat ruang-ruang yang kemudian
muncul akibat penambahan volume pada kertas. Pemetaan pada pelipatan
kertas sebagai sebuah diagram spasial membutuhkan suatu abstraksi dari
hubungan spasialnya. Hal-hal yang berkaitan dengan topologi sangat
krusial untuk menggambarkan kemunculan/keberadaan ruang sebagai hasil
dari pelipatan kertas; proximity (kedekatan); separation (pemisahan);
spatial succesion (pergantian spasial); enclosured (pembatasan); serta
contiguity (keterhubungan)17. Tahap ini dimaksudkan untuk mengamati dan
membentuk ruang diantara lipatan sebagai ruang yang aktual. Bukan hanya
17 Sophia Vyzoviti, 2003, Folding Architecture: Spatial Structural and Organizational Diagrams, BIS Publishers, hal:10
Gambar 2.4 Algoritma dalam folding
Sumber : Sophia Vyzoviti, 2003, Folding Architecture: Spatial Structural and Organizational Diagrams, BIS Publishers, hal:54-55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
sebagai ruang virtual yang nantinya akan terbangun ataupun bentukan
geometris yang abstrak, namun lebih ke bagaimana mengakomodasi ruang
dalam program-progam yang diinginkan. Sebuah ruang yang halus, yang
nantinya akan dapat diperhitungkan lebih lanjut.
d. Protipe Arsitektur
Dalam desain yang dikembangkan melalui proses folding,
obyek bukan hal utama yang harus diraih. Namun, bagaimana caranya kita
tahu dan mengenal suatu cara, material, serta mengembangkan proses
pencarian spasial, struktural, dan pengorganisasian suatu desain menuju
sebuah hasil akhir keterbangunan.
Tahap ini dimaksudkan untuk menyertakan kelengkapan arsitektural
ke dalam diagram yang mengenalkan material, program, serta konteksnya.
Kemudian kelengkapan arsitektural tersebut dapat kita kenal sebagai
diagram spasial, struktural, atau organisasional, dan proses ini pun nantinya
dapat dijadikan sebagai strategi dalam mengatur kekompleksitasan dengan
mengintegrasikan elemen-elemen yang terbagi-bagi ke dalam suatu
Gambar 2.5 Hubungan ruang akibat pelipatan Sumber : Sophia Vyzoviti, 2003, Folding Architecture: Spatial
Structural and Organizational Diagrams, BIS Publishers, hal:81&101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
kesinambungan.
Proses folding pun tidak sama satu dengan yang lainnya. Dengan jenis
perlakuan yang sama, hasil bentuk akhir dari sebuah objek akan berbeda. Begitupun
Gambar 2.6 Diagram spasial,structural dan organisasional dari proses folding
Sumber : Sophia Vyzoviti, 2003, Folding Architecture: Spatial Structural and Organizational Diagrams, BIS Publishers, hal:118
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
dengan pertukaran tahap pengerjaannya, obyek yang akan dihasilkan juga akan
berbeda. Intuisi sangat diandalkan dalam pengerjaannya.
Folding dapat dikaitkan terhadap arsitektur. Folding memperhatikan
keterhubungan obyek terhadap konteksnya, baik terhadap site atau kondisi sekitarnya.
Selain itu, Folding memperhatikan juga kesatuan antara obyek yang terbangun
terhadap hal- hal yang ingin diakomodasinya, seperti kesatuan antara pengunjung
dengan program yang dihasilkan.
E. PRESEDEN
E.1. Yokohama Port Terminal
Yokohama Port Terminal dirancang oleh Foreign Office Architect pada tahun
1995 dan digunakan untuk umum pada tahun 2002, dengan konsepnya yang brilian
yaitu dengan menggunakan self-supporting steel structure yang dibangun seperti
sebuah kapal laut, yang mana mampu mengintegrasikan antara penumpang/pengguna
terminal dengan kumpulan komunitas publik dalam satu kesatuan.
Foreign Office Architects mencoba menghasilkan bentuk baru dalam dunia
arsitektur. Pada Yokohama Port Terminal, arsitektur yang dihasilkan adalah dengan
bentukan yang naik dan bergelombang dari permukaan tanah, dan kemudian berubah
dengan membengkokannya dengan puntiran-puntiran halus seperti operasi plastik
diatas permukaan bumi. Building become landscape and landscape building,man and
nature in one indivisible embrace.
Foreign Office Architects mencoba menghasilkan bentuk baru dalam dunia
arsitektur. Pada Yokohama Port Terminal, arsitektur yang dihasilkan adalah dengan
bentukan yang naik dan bergelombang dari permukaan tanah, dan kemudian berubah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
dengan membengkokannya dengan puntiran-puntiran halus seperti operasi plastik
diatas permukaan bumi. Building become landscape and landscape building,man and
nature in one indivisible embrace.
Pada bangunan ini, FOA berusaha untuk menjalin antara ruang dan
permukaan, mencoba keduanya dapat mengalir dengan halus dari bangunan ke bagian
lainnya. Artikulasi yang dihasilkan dari sistem sirkulasi dengan menggunakan sistem
folding ini menghasilkan dua kualitas spasial yang berbeda, yaitu kontinuitas antara
eksterior dengan interiornya, serta kontinuitas antara perbedaan ketinggian pada
bangunan ini.
Preseden ini dapat di gunakan sebagai rujukan bagaimana mengintegrasikan
dua hal menjadi satu yaitu mengintegrasikan ruang public kreatif dengan ruang
terbuka hijau. Caranya dengan menjalin ruang dan permukaan sehingga menghasilkan
kontinuitas antara exterior dan interior serta sirkulasi yang kontinu untuk
Gambar 2.7 Eksterior dan Interior Yokohama Port terminal
Sumber : http://www.arcspace.com/architects/foreign_office/yokohama/yokohama_index.h
tml
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
mengakomodasi fungsi olohraga yaitu sebagai jogging track.
E.2. Agora Theatre
Agora Theatre berlokasi di area Agoraweg, Lelystad, Netherland pada area
seluas 2.925 meter persegi. Luas bangunannya sendiri adalah 7.000 meter persegi,
dirancang oleh UN Studio. Alokasi program utama pada bangunan ini adalah teater
dengan dua buah aula dan sebuah ruangan multifungsi. Program lain yang
diakomodasi adalah restoran dan bar.
Desain dari teater ini mengeksplor integritas antara teater seni dengan media
baru terhadap bentuk-bentuk sculpture. Pada teater ini, drama dan penampilan tidak
harus dilakukan di atas panggung ataupun pada sore hari, tetapi dibebaskan pada
urban experience. Arsitek utama dari bangunan ini adalah Ben Van Berkel dan Gerard
Loozekkot. Mereka mendapatkan bentuk dari teater ini dengan mengintegrasikan
konsep teater sebagai tempat untuk pergerakan, bermain, beratraksi terhadap struktur
bangunan tersebut, yang merepresentasikan selimut luar yang unik, garis-garis tegas
dan kaku, pencahayaan yang inovatif, dan penggunaan warna yang menarik.
Pada bangunan ini, kontinuitas dilihat dari bagaimana bangunan itu dapat
berdiri.Tiap elemen-elemen permukaan yang membentuk kulit bangunan terbentuk
atas potongan-potongan yang disambung menjadi satu sehingga terlihat menjadi satu
bagian utuh. Bangunan ini pun terlihat seolah-olah ditanam pada sitenya.
Preseden ini dapat di gunakan sebagai rujukan bagaimana ruang public dapat
digunakan sebagai tempat bermain maupun kanvas bagi proses kreatif di ruang public
kreatif. Bentukan dan warna yang atraktif dapat menjadi inspirasi bagi para
pengunjung ruang public kreatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
E.3. Minicity Theme Park Building Antalya
Bangunan ini berlokasi di Istanbul, Turkey dirancang oleh arsitek Emre
Arolat. Masalah utama dari desain ini adalah dikotomi antara ruang luar dan ruang
dalam yang timbul atas permintaan klien, ketika hubungan antara representasi dan
realitas menjadi masalah yaitu ketika taman sebagai perhatian yang utama bagi
pengunjung dan menjadikannya monument landmark, dan disisi lain model yang
dipamerkan didalam tidak dapat terlihat dari luar. Sebuah muka bangunan yang
memanjang disisi selatan memisahkan taman agar tidak terlihat dari area public.
Dinding belakang area dalam ruangan, yang kadang-kadang menjadi teras
dengan menjadi robek di beberapa tempat, memungkinkan permeabilitas visual.
Cabang pada samping barat terlepas dari tanah. Tempat dimana interior dan exterior
terbagi dan tidak terbagi.
Preseden ini dapat di gunakan sebagai rujukan bagaimana sebuah ruang luar
dan ruang dalam dapat terjalin menjadi satu. Dimana terlihat kontinuitas antara ruang
Gambar 2.8 Eksterior dan Interior Agora theatre
Sumber : http://www.arcspace.com/architects/un/lelystad2/lelystad2.html
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
public kreatif dengan kondisi sekitarnya.
F. HUBUNGAN RUANG PUBLIK KREATIF,FOLDING ARSITEKTUR, DAN KOTA
JAKARTA
Folding arsitektur sebagai salah satu metode desain dalam arsitektur
digunakan untuk mengakomodir tuntutan desain sebuah ruang public kreatif di Jakarta
karena:
· Menurut Eisenman folding berfungsi sebagai pembatas bagi gerakan social,
cultural, ekonomi dan fisik menghasilkan interaksi antara struktur yang
meliputinya terhadap lingkungannya, Hal ini dapat di hubungkan dengan
masyarakat Jakarta yang multicultural dan dinamis. Latar belakang pengguna
Gambar 2.9 Eksterior dan Interior Minicity Theme Park Building Antalya
Sumber : http://www.emrearolat.com/2004/01/03/minicity-theme-park-building-istanbul-
turkey-2004/
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
ruang public kreatif di batasi namun tetap menghasilkan interaksi antara pengguna
yaitu kegiatan kreatif.
· Pengaruh folding arsitektur adalah pengintegrasian segala perbedaan,
kekomplesitasan serta perpecahan yang ada baik dalam hal kontekstual maupun
secara konseptual. Perbedaan yang dimaksud adalah tujuan pengguna untuk datang
ke ruang public kreatif dan macam kegiatan yang diwadahi dalam ruang public
tersebut namun tetap dalam satu kegiatan utama yaitu kegiatan kreatif.
· Folding arsitektur digunakan untuk mengatasi keterbatasan lahan di Jakarta, Ruang
public kreatif dan Ruang terbuka hijau di integrasikan menjadi satu dengan
menjalin ruang dan permukaan.Mencoba mengalirkan keduanya secara halus dari
bangunan (fasilitas ruang public kreatif) ke bagian lainnya (taman dan
plaza/square).
· Folding arsitektur dapat dikategorikan sebagai prakarya arsitektur, ini sesuai
dengan sesuatu yang dihasilkan dari sebuah proses kreatif yaitu produk kreatif.
· Folding arsitektur bersifat experimental sehingga menghasilkan bentuk-bentuk
arsitektural yang baru dan tidak biasa. Bentukan ruang public kreatif yang tidak
biasa ini dapat menginspirasi penggunanya untuk melahirkan gagasan atau ide-ide
kreatif.
RESUME:
RUANG PUBLIK · Ruang publik adalah ruang dalam suatu kawasan yang di pakai masyarakat
penghuninya untuk melakukan kegiatan kontak public, Contohnya yaitu
plaza,square, atrium, pedestrian.
· Selain sebagai tempat berkumpul ruang public juga memliki keuntungan bisnis
bila dikelola secara kreatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
· Ruang public di bagi menjadi dua yaitu rruang public terbuka dan tertutup.
· Faktor penting dalam desain ruang public adalah ketertutupan, permukaan dan
focal point.
· Ada beberapa sebab mengapa ruang public tidak digunakan yaitu path yg tidak
baik, dominasi oleh kendaraan, tidak ada kegiatan apa-apa disana, dan fasilitas
yang tidak berfungsi.
RUANG TERBUKA HIJAU · Ruang terbuka hijau (RTH) adalah ruang yang didominasi oleh lingkungan alami
di luar maupun di dalam kota, dalam bentuk taman, halaman, areal rekreasi kota
dan jalur hijau.
· Menurut kepentingan pengelolaannya RTH terbagi atas kawasan hijau
pertamanan kota,hutan kota,rekreasi kota,kegiatan
olahraga,pemakaman,pertanian, jalur hijau dan pekarangan
· RTH memiliki tiga fungsi penting yaitu fungsi ekologis,social-ekonomi, dan
evakuasi.
· Menurut karakteristiknya RTH terdiri dari central park, downtown park,
commons,neighborhood park, mini park, community park, greenways dan
parkways.
KEGIATAN KREATIF DI RUANG PUBLIK · Ruang public dapat memunculkan proses kreatif bagi penggunanya dan factor
yang mempengaruhi proses kreatif yaitu press yang berkaitan dengan lingkungan
ruang public.
· Ruang kreatif tidak sebatas pemaknaan pada ruang public, melainkan lebih pada
pemaknaan atas sebuah ruang public.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
· Ruang public kreatif harus mampu menginspirasi penggunanya, menjadi tempat
dipamerkannya karya sehingga mendapatkan apresiasi langsung dari masyarakat.
FOLDING ARSITEKTUR · Isu tentang folding arsitektur berawal dari tulisa Greg Lyn pada Architectural
Design: Folding in Architecture pada tahun 1993
· Pengaruh yang ditimbulkan folding adalah pengintegrasian segala perbedaan,
kekompleksitasan serta perpecahan yang ada, baik dalam hal kontekstual maupun
secara konseptual.
· Folding arsitektur terdiri dari empat fase transisi yaitu materi dan fungsi,
algoritme, diagram spasial, structural dan organisasional dan prototype arsitektur.
· Materi dan fungsi terkait proses pelipatan kertas yang digunakan sebagai media
folding.
· Algoritme terkait dengan tahap-tahap pelipatan dengan waktu sebagai
variabelnya.
· Diagram spasial,structural dan organisasional terkait dengan ruang yang
terbentuk akibat pelipatan dan hubungannya dengan ruang lainnya.
· Prototype arsitektur terkait dengan diagram yang mengenalakan material,
program serta konteksnya yang digunakan sebagai strategi dalam mengatur
kekompleksitasan dengan mengintegrasikan elemen-elemen yang terbagi-bagi ke
dalam suatu kesinambungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
BAB 1II
LOKASI PERANCANGAN
A. TINJAUAN KOTA JAKARTA SEBAGAI LOKASI PERANCANGAN
A.1. Keadaan Geografis dan Klimatologis
Luas wilayah DKI
Jakarta 662.33 km2
termasuk wilayah daratan
Kepulauan Seribu yang
tersebar di Teluk Jakarta.
Wilayah Jakarta terletak
pada 60 12’ Lintang selatan
dan 1060 48’ Bujur Timur.
Dilihat dari keadaan topografi, pada dasarnya wilayah DKI Jakarta dapat
dikategorikan sebagai daerah datar. Seluruh daratan terdiri dari endapan pleistocene,
dimana permukaannya terdapat pada +50 meter di bawah permukaan tanah yang ada.
Kekuatan tanah di wilayah DKI Jakarta mengikuti pola yang sama, dimana
pencapaian lapisan tanah keras (untuk tujuan pembangunan) di wilayah bagian utara
baru terdapat pada kedalaman 10–25 meter. Sedangkan makin ke selatan permukaan
tanah keras semakin dangkal, sekitar 8–15 meter. Wilayah Jakarta dilewati oleh
sungai-sungai baik alami maupun buatan, dan dilalui oleh angin musim barat dan
angin musim timur sesuai dengan pergantian musim tahunan.
Gambar 3.1 Peta Wilayah Jakarta
Sumber: BPS tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
A.2 Batasan dan Potensi Kota Jakarta
Batas wilayah kota DKI Jakarta adalah:
Sebeleah selatan : Kabupaten Bogor, Depok
Sebelah utara : Laut Jawa
Sebelah barat : Kabupaten Tangerang
Sebelah timur : Kabupaten Bekasi
Kota Jakarta mempunyai potensi yang cukup besar dalam bidang budaya,
pariwisata dan perdagangan, dan secara umum potensi kota Jakarta saat ini
digambarkan sebagai berikut:
1. Sosio Kependudukan
Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang begitu pesat, yang diikuti
pula dengan adanya pertumbuhan ekonomi dan bisnis yang semakin maju, maka
pendapatan perkapita masyarakat akan meningkat.
Jakarta sebagai pusat segala macam kegiatan, baik yang berskala nasional,
regional maupun lokal, tidak terlepas dari hal tersebut. Jakarta mempunyai tingkat
laju pertumbuhan penduduk terhitung antara tahun 2000-2010 sebesar 1,4 persen
serta pertumbuhan ekonomi dan bisnis sebesar 6,5 persen pada tahun 2010 dan 6,7
persen dari tahun 2010 saja1. Semakin maju tingkat kehidupan masyarakat, maka
mereka semakin menuntut adanya kelengkapan pada fasilitas untuk memenuhi
aktivitas kehidupan sehari-hari, seperti kebutuhan fasilitas informasi, transportasi,
hiburan, rekreasi, dan sebagainya. Sementara semakin maju tingkat kehidupannya
semakin besar pula tuntutan akan fasilitas-fasilitas tersebut.
1 Biro Pusat Statistik, Statistik Wilayah DKI Jakarta, 2007
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
2. Sosial dan Budaya
Jakarta dengan masyarakat yang multicultural memiliki potensi akan hal
keberagaman budaya. Berbagai macam komunitas muncul di kota Jakarta seperti
komunitas seni Salihara dan Utan Kayu, komunitas urban sejenis Parkour,Fixie,
dan skateboard di Gelora Bung Karno dan Komunitas music di taman Suropati dan
Kemayoran. Komunitas-komunitas ini merupakan potensi kreatif dari kota Jakarta
dan memberikan warna tersendiri bagi kehidupan warga Jakarta. Baru-baru ini kota
Jakarta menyelenggarakan sebuah acara yang bertajuk Jakarta Biennale: Maximum
City. Acara ini merupakan sebuah merupakan sebuah respon dari komunitas-
komunitas yang ada di Jakarta terutama komunitas seni tentang kota Jakarta yang
mereka ungkapkan dalam sebuah karya yang ditampilkan dalam ruang-ruang
public di kota Jakarta seperti di taman Ayodya,taman Menteng, dan bundaran HI.
Pada tahun 2010 lalu Pemprov DKI Jakarta mencanangkan suatu program
yaitu “Kota Kreatif Jakarta Punya”. Program ini bertujuan untuk menambah ruang
kreatif di ruang-ruang public Jakarta. Selain itu program ini juga membuka
wawasan warga Jakarta tentang ruang kreatif yaitu mengajak warga Jakarta bahwa
kreatif itu penting dan menampilkan karya tidak harus di panggung konvensional
yang selama ini kita kenal.
3. Sarana dan Prasarana
Sebagian besar penyediaan prasarana dasar kota saat ini belum mampu
menjangkau seluruh wilayah kota. Kebutuhan akan listrik telah cukup mampu
menjangkau seluruh wilayah kota. Saat ini telah dilakukan penambahan kapasitas
dan peningkatan pelayanan dengan bantuan pemerintah dan pihak luar. Sementara
dari segitransportasi, akses menuju beberapa bagian utama kota sudah dapat
dicapai deng,an TransJakarta atau Busway.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
A.3 Rencana Pemanfaatan Ruang Kota Jakarta
Di dalam wilayah DKI Jakarta dilakukan pembagian wilayah untuk
pengembangan kota dan kepulauan sebagai zona-zona perencanaan. Berdasarkan
analisa mengenai kondisi alam, antara lain sosial dan ekonomi penduduk, serta
dengan memperhatikan pula aspek batas-batas wilayah kecamatan maupun kelurahan
yang ada, maka wilayah DKI Jakarta dibagi menjadi 3 Wilayah Pengembangan (WP)
utama, yaitu2 :
a. Wilayah Pengembangan (WP) Utara terdiri atas:
1. WP Kepulauan Seribu (WP-KS), dengan kebijakan meningkatkan
kegiatan pariwisata, kualitas kehidupan masyarakat nelayan.
2. WP Pantai Utara (WP-PU), dengan kebijakan meliputi:
a) Pantai Lama :
1) Meningkatkan dan melestarikan kualitas lingkungan Jakarta
Utara
2) Mempertahankan permukiman nelayan
3) Mengembangkan fungsi pelabuhan dan perniagaan
b) Pantai Baru: melalui pengembangan reklamasi yang terpisah secara
fisik dari pantai lama dengan kegiatan utama jasa dan perdagangan
berskala internasional, perumahan, pelabuhan serta pariwisata.
b. Wilayah Pengembangan (WP) Tengah terdiri dari :
1. WP Tengah Pusat (WP-TP), dengan kebijakan pengembangan yang
diarahkan untuk pusat pemerintahan, pusat kegiatan perdagangan dan
jasa serta permukiman intensitas tinggi.
2 Rencana Umum Tata Ruang Kota DKI Jakarta, Jakarta 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
2. WP Tengah Barat (WP-TB) dengan kebijakan pengembangan untuk
permukiman yang ditunjang dengan pengembangan Sentra Primer
Baru Barat.
3. WP Tengah Timur (WP-TT), dengan kebijakan pengembangan untuk
pusat industry/pergudangan serta permukiman yang ditunjang dengan
pengembangan Sentre Primer Baru Timur.
c. Wilayah Pengembangan (WP) Selatan terdiri atas:
1. WP Selatan Utara (WP-SU) dengan kebijakan untuk pengembangan
kawasan permukiman dengan intensitas ruang sedang sampai tinggi.
2. WP Selatan Selatan (WP-SS) dengan kebijakan pengembangan
permukiman secara terbatas dengan penerapan Koefisien Dasar
Bangunan rendah untuk mempertahankan fungsinya sebagai kawasan
resapan air.
A.4 Regulasi Kebutuhan Fasilitas Umum di Kota Jakarta
Rencana distribusi fasilitas umum merupakan arahan tingkat/hierarki pelayanan
setiap jenis kegiatan kota yang secara khusus dicerminkan dalam besaran radius
pelayanan, ruang kota, maupun dalam wilayah pelayanan yang lebih luas, sedangkan
rencana pengalokasian fasilitas pelayanan secara bertahap diarahkan pada pusat-pusat
lingkungan sesuai dengan hierarki pelayanan.
Dasar pertimbangan penyusunan distribusi fasilitas umum adalah:
· Penduduk sebagai subyek dan obyek pelayanan kegiatan kota
· Aspek kependudukan yang dipertimbangkan meliputi jumlah, distribusi dan
kepadatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
· Skala pelayanan kegiatan kota, menyangkut pengaturan hierarki pelayanan setiap
kegiatan
· Lokasi yang berkaitan dengan pengalokasian fasilitas berdasarkan pertimbangan
radius pelayanan dalam ruang kota secara keseluruhan
Rencana pengembangan kawasan bangunan fasilitas umum di DKI Jakarta
ditentukan sebagai berikut:
· Mengembangkan fasilitas perdagangan terutama untuk pasar tradisional sesuai
kebutuhan dan jangkauan pelayanannya
· Mengembangkan kawasan multifungsional bertaraf internasional secara terpadu di
kawasan ekonomi prospektif. Pengembangan terbesar meliputi Kawasan Niaga
Terpadu Sudirman, Kawasan Segitiga Kuningan dan Casablanca
· Membatasi pengembangan perkantoran, perdagangan, dan jasa di sepanjang jalan
arteri di luar kawasan ekonomi prospektif
· Prosentase luas kawasan bangunan umum disesuaikan dengan kebutuhan dan
rencana pengembangan Setiap Wilayah Pengembangan (SWP) dan wilayah
Kotamadya yang telah ditentukan, seperti misalnya pada wilayah Kotamadya
Jakarta Selatan, ditargetkan pengembangan bangunan fasilitas umum sebesar
1,69% dari luas DKI Jakarta
A.5 Kebijakan ruang public Jakarta
Berdasarkan rencana tata ruang wilayah DKI Jakarta 2030 kebijakan tentang
ruang public disusun untuk mewujudkan budaya kota yang tertata dan terkendali
yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
· Menyediakan fasilitas yang memadai dan layak secara fungsional dan
estetika.
· Mengembangkan proporsi yang seimbang antara massa bangunan dengan
ruang public.
· Sesuai dengan prinsip pengembangan Traffic Oriented Develepment
(TOD) yaitu pendekatan desain dengan mengutamakan kenyamanan
kehidupan pada ruang public dan pusat lingkungan serta
mempertahankan ruang terbuka hijau.
A.6 Kebijakan ruang terbuka hijau Jakarta
Kebijakan tentang RTH Jakarta tecantum dalam rencana tata ruang
wilayah Jakarta 2030 yaitu:
· Meningkatkan kuantitas dan kualitas RTH serta mempertahankan
ketersediaan RTH yang ada.
· Memfungsikan kembali ruang dan kawasan yang berpotensi dan/atau
peruntukan sebagai RTH.
· Menerapkan inovasi penyediaan RTH budi daya.
· Melibatkan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha
dalam penyediaan, peningkatan kualitas, dan pemeliharaan RTH privat
dan public.
· Mengembangkan RTH privat melalui peningkatan peranserta masyarakat
di lahan halaman rumah,kebon,halaman kantor,gedung, dan industry
yang memiliki potensi dikembangkan menjadi RTH.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
B. JAKARTA SEBAGAI LOKASI RUANG PUBLIK KREATIF
B.1 Latar Belakang Pemilihan Lokasi Site
Jakarta dengan arealnya yang luas dan sebagai pusat pemerintahan dan
perekonomian, lebih menerima segala perbedaan juga akses dalam pencapaian segala
fasilitas lebih mudah dibanding kota lain. Tersedianya sarana dan prasarana
menempatkan Ruang Publik Kreatif di Jakarta, namun sebagai fungsinya sebagai ruang
public dan ruang kreatif, ada beberapa alasan lain:
· Banyaknya komunitas yang ada di Jakarta dan memerlukan tempat untuk
mengekspresikan kreatifitasnya
· Mengubah paradigma bahwa Mall bukanlah ruang public.
· Mewujudkan mimpi kota yang baik yaitu kota yang mampu mengajak
masyarakatnya untuk berkegiatan diluar rumah.
B.2 Proses Pemlihan Site
Tujuan dari pemilihan site ini adalah untuk mendapatkan lokasi terbaik dan ideal
bagi berdirinya Ruang Publik Kreatif dengan beberapa dasar pertimbangan yang antara
lain:
· Persyaratan fisik tentang ruang public dan sarana pameran dan pertunjukan
· Sesuai dengan rencana pemanfaatan ruang kota Jakarta
· Dekat dengn pemukiman
· Mudah dalam pencapaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
BAB IV
ANALISA PENDEKATAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Pada bab ini membahas mengenai analisa baik dalam hal programming
maupun arsitektural untuk mendapatkan konsep yang diinginkan dengan landasan
tinjauan teori yang telah dibahas pada bab sebelumnya.
A. ANALISA PERUANGAN
Analisa peruangan merupakan analisa perencanaan dan perancangan
bangunan dengan cara mengelompokkan pelaku, pola kegiatan pelaku,kebutuhan
ruang tiap pelaku, persyaratan tiap ruang, serta besaran ruang yang dibutuhkan tiap
pelaku. Gubahan masa dan bentuk bangunan merupakan target utama dalam
perancangan bangunan Ruang Publik Kreatif di Jakarta. Oleh karenanya analisa
peruangan yang akan dilakukan harus mengikuti bentuk dari bangunan itu
sendiri. Sehingga beberapa analisa ruangan merupakan sebuah ide awal yang
diselaraskan dengan bentuk bangunan dan besaran ruangan yang diperoleh
merupakan besaran minimal.
Dalam penentuan analisa peruangan disesuaikan dengan fungsi Ruang publik
kreatif sebagai ruang publik secara umum dan ruang untuk berkegiatan kreatif .
Sebagai ruang publik yang mampu memfasilitasi kegiatan kreatif didalamnya maka
diperlukan suatu program acara untuk menjaga keberlangsungan kegiatan kreatif dan
menarik masyarakat melakukan kegiatan kreatif di dalamnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
A.1 Analisa Kegiatan
Analisa kegiatan didasari oleh dua pertimbangan, diantaranya:
1. Pelaku kegiatan
a. Masyarakat umum
Pelaku yang menggunakan ruang public kreatif sebagai tempat berekreasi,
berolahraga dan berkegiatan kreatif di area tersebut.
b. Seniman dan curator
Seniman: sebagai pelaku yang memamerkan karyanya dan juga
memberikan pelatihan tentang proses-proses kreatif
Kurator: sebagai pelaku yang mengurasi karya dari seniman atau
masyarakat yang ingin menampilkan karyanya dan juga sebagai pemandu
dalam pameran.
c. Pengelola
Pelaku yang bertugas mengelola gedung baik dalam hal perawatan hingga
memogram berbagai acara di ruang public kreatif
2. Jenis kegiatan yang ditampung
Ruang Publik Kreatif mewadahi beberapa aktivitas atau kegiatan yang
dapat dikelompokan menjadi beberapa kelompok kegiatan yaitu:
a. Kegiatan utama
· Kegiatan berekreasi dan berolahraga
Kegiatan ini merupakan fungsi ruang public kreatif secara
umum, bersosialisasi maupun melepas penat dari kehidupan sehari-
hari.
· Kegiatan Pameran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Kegiatan ini merupakan upaya menjadikan ruang publik
menjadi ruang kreatif dengan menyediakan fasilitas untuk
memamerkan karya dari hasil proses kreatif yang terjadi pada ruang
publik yang terkait dengan seni rupa.
· Kegiatan Pertunjukan dan pemutaran film
Seperti kegiatan pameran, kegiatan ini mewadahi kegiatan
kreatif yang terkait dengan seni pertunjukan.
· Kegiatan studio dan workshop
Kegiatan ini bertujuan untuk mengajak masyarakat berkegiatan
kreatif di ruang publik yaitu pelatihan dan sarana bagi para seniman
untuk memperkenalkan pada masyarakat proses penciptaan karya seni.
b. Kegiatan pengelola
Kegiatan ini mencakup kegiatan perawatan, mengelola administrasi
dan memogram acara pada ruang publik kreatif untuk mengajak
masyarakat untuk berkegiatan kreatif di ruang publik.
c. Kegiatan penunjang.
Kegiatan ini mencakup kegiatan yang terkait dengan area komersil
yatiu makan/minum dan juga berbelanja.
A.2 Analisa Pola Kegiatan
Setelah mengetahui macam dan pelaku kegiatan pada Ruang Publik
Kreatif maka untuk mendapatkan kebutuhan dan besaran ruang yang
diinginkan melalui tahap analisa pola kegiatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Analisa pola kegiatan pada Ruang Publik Kreatif didasarkan pada:
1. Fungsi sebagai ruang publik dan ruang kreatif
2. Pelaku kegiatan
3. Jenis kegiatan
· Pola Kegiatan pengunjung taman dan plasa
· Pola Kegiatan seniman dan curator pada pertunjukan dan pemutaran film
· Pola kegiatan seniman dan curator pada pameran
· Pola kegiatan penonton pertunjukan
Pulang
Parkir
Berekreasi
Berolahraga
Makan/minum
Datang
Pulang
Parkir
Datang Menunggu/ persiapan
Dokumentasi
Mementaskan Pertunjukan
Memutar Film
Memberi Informasi
Diskusi dan Evaluasi Hasil
Pulang
Parkir
Datang
Persiapan Memandu pengunjung
Pulang
Parkir
Datang Bertanya/mendapatkan
informasi
Menunggu
Menonton pertunjukan/ Pemutaran film
Respon/tanggapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
· Pola kegiatan pengunjung pameran · Pola Kegiatan seniman dan curator pada workshop
· Pola kegiatan peserta studio workshop
· Pola kegiatan pengelolaan
Pulang
Parkir
Datang Bertanya/mendapatkan informasi
Melihat karya seni/literatur
Pulang
Parkir
Datang
Persiapan
Memberikan informasi
Memandu praktek membuat karya seni
Bertanya/mendapatkan informasi
Diskusi dan evaluasi
Pulang
Parkir
Datang
Mendaftar
Bertanya/mendapatkan informasi
Praktek membuat karya seni
Melihat karya seni/literatur
Diskusi dan evaluasi
Pulang
Parkir
Datang
Mengatur administrasi
Mengelola kelancaran program
Menerima tamu/memberi informasi
Memelihara koleksi karya Seni/literatur
Evaluasi Rutin
Penyelesaian maslah
Dokumentasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
A.3 Analisa kebutuhan ruang
Dasar Pertimbangan
a. Pelaku kegiatan dalam ruangan;
b.Kegiatan yang terjadi;
c. Jenis, sifat, tuntutan kegiatan yang ditampung
Kelompok Kegiatan
Macam Kegiatan Pelaku Kegiatan
Kebutuhan Ruang
1 2 3 4 A. Kegiatan Utama 1. Kegiatan
Rekreasi/ Olahraga
- Parkir - Berekreasi - Berolahraga - makan/minum - metabolisme
Pengunjung
- area parkir - plasa/square - taman
- lavatory
2. Kegiatan Pameran
- Parkir - Menitipkan barang bawaan - Bertanya - Menonton pameran - metabolisme
Pengunjung - area parkir - penitipan barang - front desk - ruang pameran - lavatory
- parkir
- memeriksa dokumen/objek pamer - memandu dan memberi informasi - metabolism - ibadah
Kurator - area parkir - kantor kuratorial - ruang pameran - lavatory - mushola
- parkir
- memeriksa dokumen/objek pamer - menurunkan/memuat barang - mengelola kegiatan pameran - metabolisme - ibadah
Pengelola - area parkir - ruang pameran - loading dock - ruang pameran - lavatory - mushola
3. Kegiatan Pertunjukan/ Pameran film
- parkir - bertanya - mendaftar/membeli tiket - menonton pertunjukan - menonton pemutaran film - diskusi dan evaluasi - metabolisme
Pengunjung - area parkir - front desk
- amphiteater terbuka - r.audio visual - - lavatory
- parkir - mempersiapkan
pertunjukan/pemutaran film - briefing - pertunjukan pementasan seni - pemutaran film
Pementas/kru film/seniman
- area parkir - r.persiapan
- amphiteater terbuka - r.audio visual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
- diskusi dan evaluasi - menyimpan peralatan - lavatory
- gudang - lavatory
4. Kegiatan Studio dan workshop
- parkir - persiapan studio workshop - memberikan pelajaran - praktek
- menyimpan alat - metabolism - ibadah
Seniman dan kurator
- area parkir - kantor kuratorial - r.studio workshop
- gudang alat - lavatory - mushola
- parkir - mendaftar - persiapan studio workshop - menitipkan barang bawaan - mengikuti kelas teori - mengikuti pelatihan praktek - diskusi dan evaluasi - menyimpan alat - metabolisme
Pengunjung/ peserta
workshop
- area parkir - front desk - r.persiapan - r.locker - r,studio workshop
- gudang - lavatory
B. Kegiatan Penunjang
Coffe shop - parkir - memesan makanan dan minuman - menikmati makanan - berkumpul,diskusi,memberi
informasi - membayar pesanan - metabolisme
Pengunjung dan
seniman
- area parkir - retail coffe shop - area duduk
- kasir - lavatory
Art shop - parkir - bertanya dan melihat-lihat koleksi - membeli koleksi - metabolisme
Pengunjung
- area parkir - retail shop - kasir - lavatory
C. Kegiatan Pengelola
- parkir - aktivitas direktur
- keg. wakil direktur - keg.sekretariat dan tata usaha
- keg. administrasi dan keuangan
- keg. manajemen program - keg, manajemen keamanan dan
perawatan - komputerisasi data/arsip - rapat - menyiapkan konsumsi untuk
pengelola
- area parkir - r.direktur utama - r.tamu - r.wakil direktur - r.sekretariat dan tata
usaha - r.manajer
administrasi keu - r.staf administrasi
keu - r. manajer program - r. manajer keamanan
dan perawatan - r. koor. dan staf
keamanan - r.koor dan staf
perawatan dan rmh tangga
- r.arsip - r.rapat - dapur/pantry
- mushola
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
- ibadah - metabolisme - keg.penerimaan - keg.perawatan bangunan
- keg.pengoperasian utilitas
bangunan
- keg.pengamanan
- lavatory - parkir - gudang alat
kebersihan - r.genset - r.trafo - r.panel listrik - r.mesin ac - r.pompa - Tangki air - gudang - r.kontrol
A.4 Analisa besaran ruang
Penentuan besaran ruang yang dilakukan dengan pertimbangan/acuan sebagai
berikut::
· Perhitungan standard (literatur)
- Architects data, Ernerst Neufert (NAD)
- Time Saver Standart for Building Type, Joseph de Chiara & John Callender
(TSS)
- Building, Planning and Design Standard (BPDS)
- New Metric Handbook (NMH)
- Mechanical and Electrical Equipment for Buildings (MEE)
· Perhitungan studi ruang (PHS), yaitu perkiraan kebutuhan ruang dengan
pertimbangan:
- Kapasitas pemakai
- Peralatan pendukung
- Flow
Tabel 4.1 Tabel kebutuhan ruang
Sumber : Analisa penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
- Kenyamanan pemakai
· Asumsi
· Studi kasus/ Studi banding (SB)
Disamping itu sebagai dasar pertimbangan penentuan besarnya sirkulasi/flow gerak
yang dibutuhkan masing-masing ruang, dengan pertimbangan aktivitas dalam ruang
dengan dimensi alat gerak yang digunakan serta flow gerak atas dasar tujuan
tuntutan dan karakter kegiatan, ditentukan sebagai berikut (Architects data, Ernerst
Neufert):
· 5%-10% = standart minimum
· 20% = kebutuhan keleluasaan sirkulasi
· 30% = tuntutan kenyamanan fisik
· 40 % = tuntutan kenyamanan psikologis
· 50% = Tuntutan spesifik kegiatan
· 70%-100%= Keterkaitan dengan banyak kegiatan
Proses penentuan besaran ruang yaitu sebagai berikut:
a. Area kegiatan utama
NAMA RUANG
PENDEKATAN JUMLAH/ KAPASITAS
KETERANGAN PERHITUNGAN
TOTAL
Taman Asumsi Di kategori kan quarter Greenspace dengan luas 5000m2-4 ha
9000 m2
Plasa SB Studi banding dengan plaza museum fatahilah
3300 m2
Entrance/lobby NAD 75 orang Dihitung dari 5% dari ruang pamer
5% x 1500 Flow 30%
97,5 m2
Reception & Information
NAD 5,5 m2/org
3 orang Penempatan @ 1 org utk tiap ruang-ruang utama
3 x 5,5 Flow 20%
19.5 m2
Ruang Pamer Asumsi 1 unit Studi banding dengan ruang pamer Selasar Sunaryo Art Space
1500 m2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Ruang audio visual
NMH Seat
0,4-0.6 m2/org Stage
100-200 m2
400 orang 400 x 0,4 + stage 100
m2
Flow 30%
338 m2
Amphiteater SB 1 unit Studi banding dengan Selasar Sunaryo Art Space
300 300 m2
Ruang persiapan Asumsi 1 unit Dihitung 5% dari total ruang pamer
5% x 1500 Flow 5%
80 m2
R,Penitipan barang
NAD 1 unit Kapasitas 1 org staf, lemari/rak penyimpanan utk ± 20 org
20 m2
Flow 20% 24 m2
Ruang mekanikal
SB 1 unit Dihitung 25% dari ruang audio visual
25% x 338 84,5 m2
Toilet umum NMH Pria: 21-30 org
4 WC 4 urinoir
2 wastafel Wanita: 21-30 org
4 WC 4 wastafel
4 x 1,80 4 x 0,40 2 x 0,54
4 x 1,80 4 x 0,54
9,88 m2 9,36 m2
Gudang barang koleksi
SB 1 unit Dihitung setengah luasan ruang persiapan
40 40 m2
Gudang alat SB 1 unit Dihitung setengah luasan ruang persiapan
40 40 m2
Kantor curator dan staf ahli
Asumsi 1 unit, 3 orang Kuator = 1 org Staf ahli = 2 org
50 m2
Luas = 14.913,24 m2
b. Unit kegiatan komersial
NAMA RUANG
PENDEKATAN JUMLAH/ KAPASITAS
KETERANGAN PERHITUNGAN
TOTAL
Art shop SB 1 unit Studi banding dengan art shop galeri Salihara
60 m2
Area duduk food shop
NAD 1,3-1,9 m2/org
150 orang Estimasi tersedia 30-40 meja @ 4 orang
150 x 1,9 Flow 40%
399 m2
R.counter kasir NAD 5,5 m2/org
1 unit, 2 orang 2 staf penjaga kasir, 1 org utk art shop, 1 org utk coffe shop
2 x 5,5 Flow 10%
12 m2
Dapur & bar PHS 1 unit Studi banding dengan McDonald’s Cafe
50 50 m2
Gudang kering PHS 1 unit Setengah dari luasan dapur & bar
25 25 m2
Gudang basah PHS 1 unit Setengah dari luasan dapur & bar
25 25 m2
R. manager commercial area
NAD 1 unit Ruang kerja untuk 1 org manager dengan kegiatan pengelolaan area komersil
25 Flow 20%
30 m2
R. staff commercial area
PHS 1 unit Dihitung 10% dari total luasan area coffe shop
10% x 399 39,9 m2
Toilet+locker NAD 2 unit, unit Dihitung masing-masing 2 x 26,6 53,2 m2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
karyawan pria & wanita setengah dari luasan ruang kerja staf
Toilet umum NMH Pria: 21-30 org
2 WC 2 urinoir
2 wastafel Wanita: 21-30 org
2 WC 2 wastafel
2 x 1,80 2 x 0,40 2 x 0,54
2 x 1,80 2 x 0,54
5,48m2
4,68m2
Luas = 704,26 m2
c. Area kegiatan Pengelolaan
NAMA RUANG
PENDEKATAN JUMLAH/ KAPASITAS
KETERANGAN PERHITUNGAN
TOTAL
Ruang tamu.front desk
PHS 30 30 m2
R.direktur NAD 15-36 m2/org
1 unit, I orang Diperuntukan bagi 1 orang direktur utama
35 Flow 30%
45,5 m2
R.wakil direktur NAD 15-36 m2/org
1 unit, 1 orang Diperuntukan bagi 1 org kegiatan managerial
30 Flow 20%
36,m2
R.sekretaris NAD 8-12 m2/org
1 unit, 2 orang Diperuntukan bagi 1 org sekretaris utama& 1 org asisten
2 x 10 Flow 20%
24 m2
R.manager administrasi &keuangan
NAD 8-12 m2/org
1 unit, 1 orang Diperuntukan bagi 1 org pengelola bagian administrasi
12 Flow 20%
14,4 m2
R.staf administrasi& keuangan
NAD 5,5 m2/org
1 unit,3 orang Diperuntukan bagi 1 org coordinator& 2 org staff
3 x 5,5 Flow 20%
19,8 m2
R.manajer program
NAD 8-12 m2/org
1 unit, 1 orang Diperuntukan bagi 1 org pengelola program kegiatan utama
12 Flow 20%
14,4 m2
R.manajer keamanan& perawatan
NAD 8-12 m2/org
1 orang Diperuntukan bagi 1 org pengelola keamanan dan perawatan fasilitas
12 Flow 20%
14,4 m2
R.rapat NAD 1,5-2 m2/org
10 orang Dihitung tiap unit bidang di wakili oleh 1-2 org
10 x 2 Flow 20%
24 m2
R.arsip PHS 1 unit Dihitung setengah dari luasan ruang rapat
50% x 12 m2
R.istirahat NMH 6 x 8,2 m2/org
14 orang Dihitung perwakilan dari tiap unit bidang dihitung kecuali Direksi
14 x (6 x 8,2) Flow 20%
59 m2
Pantry BPDS 14% dari R. Makan
1 unit 14% x 49,2 6,89m2
Gudang PHS 1 unit Disamakan dengan luasan pantry
6,89m2
Toilet umum NMH Pria: 21-30 org
2 WC 2 urinoir
2 wastafel Wanita: 21-30 org
2 WC 2 wastafel
2 x 1,80 2 x 0,40 2 x 0,54
2 x 1,80 2 x 0,54
5,48m2
4,68m2
Luas = 317,44 m2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
d. Area kegiatan servis
NAMA RUANG
PENDEKATAN JUMLAH/ KAPASITAS
KETERANGAN PERHITUNGAN
TOTAL
R,panel dan trafo Asumsi 1 unit 20 20 m2 R.genset Asumsi 1 unit 40 40 m2 R.pompa Asumsi 1 unit 50 50 m2 R.mesin ac Asumsi 1 unit 48 48 m2 R.keamanan (CCTV)
Asumsi 1 unit 20 20 m2
Toilet+locker karyawan
NAD 2 unit, unit pria&wanita
Disamakan dengan area toilet dan locker karyawan di commercial area
53,2 m2 53,2 m2
Dapur+kantin SB 1 unit Studi Banding area kantin Plaza Senayan
60 60m2
Gudang PHS 1 unit Dihitung 1/3 dari area dapur+kantin
1/3 x 60m2 20m2
Loading dock NAD 30m2/mobil
1unit, 2 mobil
2x30m2 Flow 50%
90m2
Mushola Asumsi 1 unit 40 40m2 Area parkir NHM 25 mobil
100 motor
2 bus
Standar 1 parkir mobil = 2.5 x 4.5 =
11.25 m2 11,25 x 25=
281,2 Sirkulasi100% =281,2m2 Total = 562,4
Standar 1
parkir motor = 0.7 x 1.5 =
1.05 m2 1,05 x 100 =
105 m2 Sirkulasi 50%
= 52,5 m2 Total =
157,5 m2
2 minibus @ 28 m2 = 56
m2 Flow 100% =
56 m2 Total = 112
m2
562,4 m2 157,5 m2 112 m2
Luas = 1273,1 m2
Rekapitulasi besaran ruang
Tabel 4.3 Tabel besaran ruang
Sumber : Analisa penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Jumlah luas bangunan 2613,24 m2+704,26 m2+317,44 m2+441,2 m2
total 4076,14 m2
Jumlah area parkir 831,9 m2 Jumlah taman dan Plaza 12300 m2 Sirkulasi 30% luas bangunan 1222,84 m2 Sirkulasi 50% luas bangunan 415,95 m2 LUAS TOTAL 18846,83 m2
Dari besaran ruang yang didapat dari analisa merupakan besaran minimal.
Besaran ruang tersebut dapat berubah tergantung proses pembentukan ruang dari
proses folding.
B. ANALISA SITE
B.1 Analisa Penentuan Site
Tujuan : Mendapatkan lokasi yang tepat untuk Ruang Publik Kreatif
Dasar Pertimbangan:
· Sesuai dengan Rancangan Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) yang
difungsikan sebagai zona fasilitas umum dan perencanaan ruang terbuka
hijau
· Dekat dengn pemukiman
· Berada pada kawasan potensial terhadap keberadaan bangunan Ruang
Publik Kreatif sebagai bangunan fasilitas umum
· Mudah dijangkau dengan berbagai macam transportasi darat
· Kelengkapan sistem utilitas kota sebagai jaringan pendukung kegiatan
bangunan
Tabel 4.3
Tabel rekapitulasi besaran ruang
Sumber : Analisa pnulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Gambar 4.1 Peta Rencana Struktur dan Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta
Sumber : Dinas Tata Kota
Dari RUTRK yang terlihat pada gambar sebagian besar wilayah Jakarta terdiri dari
titik area yang dipusatkan sebagai kegiatan utama. Penempatan lokasi Ruang Publik
Kreatif akan disesuaikan dengan syarat pemilihan berdasarkan fungsi bangunan dengan
RUTRK yang ada. Dari pertimbangan kedua hal tersebut, di dapat dua lokasi yang
sesuai dengan kebutuhan bangunan. Dua lokasi tersebut diantaranya:
Kriteria Bobot Alternative I Alternative II · Letaknya strategis (dapat diakses dengan mudah) · Dekat dengan embrio tempat berkumpul
masyarakat · Berada dekat dengan pemukiman · Dekat dengan fasilitas umum lainnya (fasilitas
2 2 2
3 2
2 2
3 3
3 3
ALTERNATIF 2 Jalan H. Benyamin Sueb, Kemayoran Jakarta Pusat
ALTERNATIF 1 Jalan Kemang Raya, Kemang
Jakarta Selatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
pendidikan,kelengkapan utilitas, dll) · Lahan yang cukup, sehingga dapat mewadahi
setiap kegiatan Ruang Publik Kreatif
1 1 2
10 14 Keterangan Bobot Keterangan Nilai
2 : Menentukan 3 : Sangat Baik 1 : Kurang Menentukan 2 : Baik 1 : Kurang Baik
Kesimpulan:
Dari hasil analisa pendekatan lokasi yang sesuai dengan pertimbangan diatas berada
pada alternatif 1 yaitu di kawasan Kemayoran Jalan H.Benyamin Sueb
Beberapa potensi sebagai pendukung Ruang Publik Kreatif, diantaranya adalah :
· Terletak di kawasan yang strategis dengan suasana yang tidak terlalu ramai
· Terletak dekat dengan kawasan berkumpul para masyarakat disekitar mesjid
akbar kemayoran.
· Tidak banyak polusi udara
· Mudah dijangkau
· Dekat dengan fasilitas umum (Pom Bensin, kantor polisi, area bisnis, dll)
Dengan adanya beberapa potensi disekitar site ini, diharapkan mampu menunjang
keberadaaan Ruang Publik Kreatif yang direncanakan.
B.2 Analisa Pengolahan Site
a. Analisa Klimatologis
1) Dasar pertimbangan :
- arah datang sinar matahari
- arah angin
- pemecahan masalah akibat iklim terhadap bangunan
Tabel 4.4. perbandingan site terpilih
Sumber : Analisa penulis
Tabel 4.4 Tabel persyaratan pemilihan site
Sumber : Analisa pnulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
2) Kondisi site :
a) Analisa
Masalah yang berhubungan dengan iklim mempunyai beberapa
altematif pemecahan masalah dengan pertimbangan sebagai berikut :
· Bukaan
Biasanya berhubungan dengan dimana seharusnya diletakkan bukaan
untuk menangkap sinar matahari kedalam bangunan ataupun
bukaan bagi angin sebagai penghawaan alami.
· Barrier
Barrier atau penghalang dapat berupa sebagai vegetasi ataupun
bangunan dan pagar yang didesain sebaik mungkin sebagai
penghalang sinar matahari ataupun angin yang merugikan
bangunan dan kegiatan di dalamnya.
· Material
Material lebih difungsikan sebagai pemecahan masalah bangunan
dengan sinar matahari, dimana ia berperan sebagai filter sinar dan
mengurangi kesilauan (glare) dalam bangunan.
Matahari Bagian yang menerima
sinar matahari terbanyak ada pada sisi timur
Angin Pergerakan udara terbesar
barasal dari arah jalan raya, namun pada bagian lain masih mendapatkan
angin yang cukup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
b) Hasil analisa
· Sinar matahari
- Timur
Karena merupakan sinar yang dibutuhkan, maka pada sisi
timur bangunan perlu diberikan bukaan untuk menangkap
sinar matahari untuk mendukung kegiatan di dalamnya.
- Barat
Sinar dihindari dengan mempertahankan pohon existing yang
ada atau bentuk-bentuk penutup dinding yang sedemikian rupa.
sedikit bukaan pada bangunan dan juga penggunaan material
yang tidak menyerap sinar matahari dan mengurangi efek silau.
· Bentuk Bangunan
Bentuk bangunan dibuat memanjang dan untuk memaksimalkan area
bangunan yang menghadap ke arah timur dan selatan, sehingga
dapat metode cross ventilation (penghawaan alami) dapat berjalan
maksimal
· Orientasi Bangunan
- Orientasi bangunan terhadap sinar matahari yang paling cocok
dan menguntungkan adalah memanjang dari arah utara ke
selatan, bukaan dimaksimalkan pada bagian fasade selatan dan
timur bangunan sehingga cahaya tetap dapat dimanfaatkan
tanpa menimbulkan dampak silau dan panas yang berlebihan.
- Sebagian orientasi bangunan terhadap angin mengikuti bentuk
site yang ada untuk menangkap aliran udara yang pada
umumnya mengalir dari arah barat laut sedangkan bagian
lain tetap memanjang ke arah timur dan barat. Aliran udara
masih bisa ditangkap dengan desain yang baik namun sinar
matahari merupakan hal yang tidak bisa dikondisikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
b. Analisa View
1) Dasar pertimbangan :
- Orientasi dimaksudkan sebagai pengarah atau penunjuk terhadap kegiatan
yang ada pada bangunan
- View meupakan point of interest yang akan didesain pada sebuah bangunan
- View bisa didapatkan dari arah dalam maupun luar bangunan
- Letak site dan sirkulasi memegang peranan dalam penentuan view
bangunan
2) Kondisi eksisting :
3) Analisa :
- View to site terbesar berasal dari jalan Casa
- Karena posisi sebelah barat site tertutup pohon maka view to site dari
jalan H. Benyamin Sueb kearah selatan tidak lebih besar dari Jalan Casa.
4) Hasil analisa :
- Orientasi utama bangunan diarahkan ke Jalan Casa sebagai jalan utama
untuk menarik pengunjung.
- Pada sisi sebelah barat site dengan kondisi pohon yang sudah ada,
lansekap ditata sedemikian rupa agar view dari sisi ini dapat menarik bagi
yang pengunjung yang melintasinya.
View in Karena berada pada 2 jalan
utama yang lebar , maka view in terbesar berada
pada bagian barat sebelah utara
Bagian timur sebelah selatan masih memiliki view
yang cukup besar.
Merupakan jalan utama View in sangat kecil karena
terhalang pohon
Merupakan jalan kampung. View in tidak terlalu besar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
c. Analisa Pencapaian
1) Dasar pertimbangan :
- penentuan ME (main entrance) dan SE (second entrance)
- sirkulasi yang mudah, aman dan nyaman
- kondisi, arus kendaraan dan potensi jalan
2) Analisa
-
- Dari kondisi eksisting tersebut, dengan pertimbangan jumlah arus
transportasi yang melalui Jalan Casa maka letak ME akan lebih efektif
diletakkan di depan. Sedangkan jalur SE diletakkan disamping yaitu jalan
Apron (bagian utara sebelah timur) demi kenyamanan sirkulasi pengelola.
3) Hasil analisa
- ME diletakkan pada Jalan Casa karena lebih potensial dan lebih mudah
dicapai.
- SE diletakkan di jalan Apron karena cukup nyaman bagi pengelola untuk
bermanuver dan tidak terlalu ramai.
Side Entrance Jalan Apron merupakan jalan kampung Sehingga sangat
dimungkinkan digunakan sebagai Side Entrance.
Main Entrance Jalan Casa yang merupakan jalan utama menuju site dan
cukup lebar. Maka sangat dimungkinkan digunakan
sebagai Main Entrance.
ME
SE
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
d. Analisa Kebisingan
1) Dasar Pertimbangan :
- Penentuan zona publik dan servis
- Penempatan area outdoor dan area indoor
2) Kondisi eksisting :
3) Analisa
- Pemberian vegetasi ditekankan pada usaha untuk mereduksi kebisingan
dari perempatan, sehingga tidak mengganggu aktivitas di dalam
bangunan.
- Pemberian vegetasi selain sebagai barrier kebisingan juga untuk elemen
estetika.
- Peletakan ruangan yang menjauhi pusat kebisingan terbesar
4) Hasil analisa
- Penambahan pohon perdu setinggi 1,5 m sebagai penambah peredam
noise pada bagian sekeliling tapak.
- Bangunan diposisikan lebih utara untuk menjauhi kebisingan.
- Mempertahankan pohon existing pada sisi barat site sebagai barrie terhadap
kebisingan
Karena noise terkecil berada pada bagian barat, maka area untuk ruangan tertutup diposisikan
pada bagian barat site
Noise Noise terbesar berada pada sebelah Selatan. Akan lebih
efektif jika digunakan sebagai area outdoor, bukan
ruangan/indoor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
e. Analisa Sirkulasi
1) Dasar Pertimbangan :
- Pola kegiatan
- Hubungan antar ruang
- Pengaruh folding
2) Analisa
- Pengaruh dari folding adalah kontinuitas yang berarti sirkulasi yang
dirancang dalam ruang public kreatif bersifat menerus.
- Setiap ruangan berhubungan langsung dengan ruang terbuka (roof
garden dan plasa)
- Fungsi bangunan sebagai ruang public memperhatikan keselamatan dalam
hal evakuasi ketika terjadi bencana
3) Hasil analisa
- Kesan terbuka tercapai dari sirkulasi yang bersifat menerus serta
menghasilkan kontinuitas antara eksterior dan interior dan perbedaan
ketinggian pada bangunan.
- Sirkulasi menggunakan ramp untuk menimbulkan kesan menyatu antar
ruangan
- Jalur sirkulasi dalam bangunan mempermudah proses evakuasi ketika
terjadi bencana dengan menerapkan pintu yang terbuka.
f. Analisa Zoning
1) Dasar pertimbangan :
- Hasil dari analisa makro (pengolahan tapak) yang disesuaikan dengan
konsep bangunan yang ingin diterapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
2) Kondisi Eksisting :
3) Analisa
- ME di posisikan
- sebagai pintu utama masuknya area.
- Zona publik diletakkan di bagian depan site, yaitu di dekat ME.
- Zona servis yaitu zona untuk pengelola diletakkan di dekat SE.
4) Hasil analisa
- Zona publik diletakkan di bagian selatan sebagai area untuk outdoor ,
taman, dan plasa.
- Zona privat berada di bagian utara sebagai area untuk massa utama.
- Zona servis berada di bagian timur atau utara sebagai area pengelola.
C. ANALISA TAMPILAN BANGUNAN
B.1 Analisa Bentuk Bangunan
Ruang Publik Kreatif yang digunakan sebagai fasilitas umum masyarakat
memiliki bentukan massa bangunan dengan pertimbangan sebagai berikut:
· menciptakan perpaduan yang halus antara plasa sebagai area terbuka dengan
bangunan sebagai fasilitas kegiatan kreatif dan lingkungan sekitarnya
Semi Area semi publik merupakan
area transisi. Dapat dipergunakan sebagai area outdoor atau area indoor
dengan tingkat sirkulasi tinggi
Publik Sesuai dengan analisa
sebelumnya, maka area publik lebih sesuai jika diletakkan
pada bagian selatan site, dekat dengan Main Entrance
Privat Sesuai dengan analisa sebelumnya, maka area privat akan
lebih sesuai jika diletakkan pada bagian utara site.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Gambar 4.2 Folding phase
Sumber : Analisa penulis
· Integritas antar bagian dari Ruang Publik Kreatif untuk menunjang kegiatan
yang diwadahi
Dari berbagai pertimbangan tersebut maka bentukan massa bangunan
merupakan “single mass”
Bentuk massa bangunan yang berupa single mass didapatkan dengan
menggunakan metode tertentu. Dalam proses metode yang diterapkan
mempertimbangkan beberapa hal-hal yaitu:
1. Program ruang yang diwadahi dalam Ruang Publik Kreatif
2. Pola kegiatan dan sirkulasi pengguna dalam Ruang Publik Kreatif
3. Kondisi site
Metode yang dgunakan dalam mendapatkan bentuk bangunan yaitu metode
folding.
Dalam proses Folding yang dilakukan untuk mendapatkan bentukan massa
bangunan melalui 4 fase yaitu:
· Persiapan
Proses ini terkait dengan pengaktualisasian bentuk. Media kertas digunakan
karena mudah dilipat. Transformasi selembar kertas kedalam keadaan yang
lebih bermassa dilakukan melalui perlakuan melipat/membuka, menekan,
meremas, melipit, merobek, memutar, memuntir, menarik dan sebagainya.
`
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Gambar 4.3 Tahapan pelipatan
Sumber : Analisa penulis
Gambar 4.4 Tahapan pelipatan pertama Sumber : Analisa penulis
· Eksplorasi
Proses ini terkait dengan dengan tahap pelipatan pada kertas dengan
waktu sebagai variabelnya.
1. Dada area 1, lipatan kertas membentuk ruang pameran dengan
tambahan lipatan untuk menyatukan dengan area taman. Lipatan pada
kanan kiri area 1 berfungsi sebagai struktur.
LIPATAN YANG BERFUNGSI SEBAGAI STRUKTUR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Pada area 2, lipatan kertas membentuk ruang audio visual. hasil dari
lipatan membentuk kemiringan pada atap dengan tujuan sebagai area
duduk yang mengarah langsung ke ampiteater terbuka
3. Pada area 3, lipatan kertas membentuk ruang pengelola dan servis.
lipatan pada area ini berhubungan dengan hasil dari lipatan
sebelumnya yang menghasilkan kemiringan tertentu sehingga area 3
dapat dibuat menjadi 2 lantai
Gambar 4.5 Tahapan pelipatan kedua Sumber : Analisa penulis
Gambar Tahapan pelipatan ketiga Sumber :
ada area 2, lipatan kertas membentuk ruang audio visual. hasil dari
lipatan membentuk kemiringan pada atap dengan tujuan sebagai area
duduk yang mengarah langsung ke ampiteater terbuka.
ada area 3, lipatan kertas membentuk ruang pengelola dan servis.
lipatan pada area ini berhubungan dengan hasil dari lipatan
sebelumnya yang menghasilkan kemiringan tertentu sehingga area 3
dibuat menjadi 2 lantai.
65
Gambar 4.6 Tahapan pelipatan ketiga Sumber : Analisa penulis
ada area 2, lipatan kertas membentuk ruang audio visual. hasil dari
lipatan membentuk kemiringan pada atap dengan tujuan sebagai area
ada area 3, lipatan kertas membentuk ruang pengelola dan servis.
lipatan pada area ini berhubungan dengan hasil dari lipatan
sebelumnya yang menghasilkan kemiringan tertentu sehingga area 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Pada area 4, lipatan kertas membentuk food court dengan dengan
tambahan lipatan pada 2 sisi yang berfungsi untuk
area tempat duduk ampiteater terbuka dan menyatukan kondisi
lingkungan yg ada di sebelahnya
· Evaluasi
Tahap ini dimaksudkan untuk mengamati dan membentuk ruang diantara
lipatan sebagai ruang yang a
program-program yang diinginkan.
terbentuk seperti kedekatan, pemisahan, pergantian sapasial,
dan keterhubungan
Gambar 4.7 Tahapan pelipatan keempat Sumber : Analisa penulis
ada area 4, lipatan kertas membentuk food court dengan dengan
tambahan lipatan pada 2 sisi yang berfungsi untuk sebagai struktur,
area tempat duduk ampiteater terbuka dan menyatukan kondisi
lingkungan yg ada di sebelahnya.
dimaksudkan untuk mengamati dan membentuk ruang diantara
lipatan sebagai ruang yang aktual untuk mengakomodasi ruang dalam
program yang diinginkan. Hubungan antara ruang-ruang
terbentuk seperti kedekatan, pemisahan, pergantian sapasial, pembatasan
dan keterhubungan.
LIPATAN YANG BERFUNGSI SEBAGAI STRUKTUR
Ampiteater terbuka
66
ada area 4, lipatan kertas membentuk food court dengan dengan
sebagai struktur,
area tempat duduk ampiteater terbuka dan menyatukan kondisi
dimaksudkan untuk mengamati dan membentuk ruang diantara
tual untuk mengakomodasi ruang dalam
ruang yang
pembatasan
LIPATAN YANG BERFUNGSI SEBAGAI STRUKTUR
Ampiteater terbuka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Gambar 4.8 Hasil dari proses evaluasi Sumber : Analisa penulis
Pemotongan kembali dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan view dari ruang pameran dan lobby ke arah ampiteater terbuka dan pepohonan
Hasil dari pemotongan kertas untuk mendapatkan view ke ampiteater
hasil dari pemotongan kertas untuk mendapatkan view pepohonan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
· Aktualisasi bentuk arsitektural
Proses ini mengaktualisasikan bentukan yang tercipta dari proses folding
kedalam hal-hal yg berkaitan dengan arsitektural seperti dimensi,
struktur,material.
B.2 Analisa Warna Bangunan
Dasar pertimbangan yang dipakai dalam pemilihan warna bangunan pada
yaitu:
· Eksterior
- Bahan material yang digunakan
- Struktur yang diterapkan pada bangunan ini
- Warna landskap
· Interior
- Kesan ekspresif
- Karakter kegiatan yang diwadahi
Pada eksterior warna bangunan disesuaikan dengan bahan yang digunakan
untuk struktur bangunan yang digunakan untuk mendapatkan kesan natural. Pada
interior penggunaan warna yang dipakai adalah warna dasar yaitu warna primer,
sekunder dan tersier, yang susunanya diatur sedemikian rupa sehingga mampu
memberi kesan warna yang mencolok pada bagian bangunan tertentu sehingga
kesan ekspresif dapat terwujud.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
D. ANALISA SISTEM BANGUNAN
C.1 Analisa Struktur Bangunan
Untuk struktur bangunan yang digunakan mempertimbangkan berbagai aspek
yaitu:
· Bentuk yang tercipta dari proses folding memerlukan penyelesaian struktur
tertentu
· Penggunaan atap bangunan yang luas sebagai taman harus mampu menopang
beban bila ada kegiatan diatasnya
· Bentuk permukaan yang saling terhubung antara plasa dan taman yang berada
di permukaan atap
Untuk mengkomodasi berbagai aspek tersebut analisa pemilihan struktur yang
di gunakan yaitu:
Gambar 4.9 Padu padan warna primer,sekunder dan tersier pada
interior agora teater Sumber : http://www.wayfaring.info
Gambar 4.10 Warna natural bahan pembentuk struktur pada
minicity theme partk antalya Sumber http://www.emrearolat.com
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Gambar 4.11 Bagian lipatan yang digunakan sebagai struktur
Sumber : Analisa penulis
· Sub Struktur
Footplat
Penggunaan pondasi footplat mampu mendukung bangunan
berlantai banyak maupun sedikit, cocok untuk jenis tanah yang tidak
terlalu keras, tidak perlu menggali tanah terlalu dalam.
· Super Struktur
Bentuk bangunan merupakan hasil dar proses folding. Lipatan-lipatan yang
tercipta dari proses tersebut dapat berfungsi sebagai struktur penopang
bangunan.
Dari gambar diatas terlihat bahwa struktur yg sesuai dengan bentuk dari
lipatan adalah struktur shear wall. Keuntungan dari penggunaan struktur ini
LIPATAN YANG BERFUNGSI SEBAGAI STRUKTUR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yaitu mudah dalam pelaksanaan dan ekonomis serta memungkinkan bentuk
bentuk yang aktraktif.
· Upper Struktur
Pemilihan upper struktur membutuhkan syarat
- Atap yang luas yang berfungsi taman
- Mampu menahan beban
- Karena mengatapi sebuah ruangan yang luas dan maka
mampu digunakan untuk bentang
Gambar 4.13
Bagian atap menggunakan struktur tertentu Sumber : Analisa penulis
yaitu mudah dalam pelaksanaan dan ekonomis serta memungkinkan bentuk
bentuk yang aktraktif.
struktur membutuhkan syarat tertentu yaitu:
Atap yang luas yang berfungsi taman
Mampu menahan beban diatasnya
Karena mengatapi sebuah ruangan yang luas dan maka
mampu digunakan untuk bentang lebar
Gambar 4.12 Penerapan shear wall struktur sebagai hasil dari
sebuah lipatan Sumber http://www.emrearolat.com
Bentang atap yang luas harus mampu menopang beban bila ada kegiatan diatasnya.
71
yaitu mudah dalam pelaksanaan dan ekonomis serta memungkinkan bentuk-
Karena mengatapi sebuah ruangan yang luas dan maka harus
Bentang atap yang luas harus mampu menopang beban bila ada kegiatan diatasnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Gambar 4.14 Analisa lipatan kertas yang digunakan sebagai struktur atap
Sumber : labs.teague.com/?p=728
Folding selain sebagai metode pencarian bentuk dapat digunakan juga untuk
menyelesaikan permasalahan struktur yang akan diterapkan pada atap bangunan ini
sehingga memungkinkan untuk meminimalkan penggunaan kolom.
Dalam kasus struktur pada Yokohama Port Terminal, FOA selaku biro
konsultan mengajukan sebuah struktur yang digunakan pada atap bangunan
berupa sebuah struktur folded plate. Dengan bentukan struktur sebagai berikut:
Gambar 4.15 Penerapan folding plate pada struktur atap pada
Yokohama Port Terminal Sumber http://www.emrearolat.com
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
dalam proses selanjutnya konsultan struktur menemukan kendala
bagaimana menghubungkan folded plate tersebut dengan balok. Solusinya
adalah menggunakan system paku HILTI yaitu paku yang ditembakkan
dengan diameter 4,5mm dalam proses penyambungan antara folded plate dan
balok.
Gambar 4.16 Bentuk struktur yang diusulkan oleh FOA
Sumber http://www25.big.or.jp/~k_wat/yokohama/estruc.htm
Gambar 4.17 Jenis sambungan dan prose penyambungan dengan paku HILTI
Sumber http://www25.big.or.jp/~k_wat/yokohama/estruc.htm
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Gambar 4.18 Bentuk rangka folded plate
Sumber: http://www25.big.or.jp/~k_wat/yokohama/estruc.htm
Gambar 4.19 Proses fabrikasi dan perakitan pada site
Sumber: http://www25.big.or.jp/~k_wat/yokohama/estruc.htm
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
C.2 Analisa Bahan Bangunan
Bahan bangunan yang digunakan harus sesuai dengan tuntutan desain yaitu
mempetimbangkan struktur yang akan digunakan dan kesan yang ingin didapat dari
penggunaan bahan tersebut.Bahan yang digunkan adalah bahan-bahan fabrikasi
seperti:
· Beton : penggunaanya lebih banyak di pakai pada struktur utama bangunan.
Penggunaan beton diharapkan mampu memberikan kesan kekakuan dan
kekuatan.
· Baja dan kaca : dipakai sebagai dinding untuk menimbulkan kesan luas antar
ruangan dan terbuka
Gambar 4.20 Beton sebagai bahan pembentuk struktur
Sumber http://www.emrearolat.com
Gambar 4.21 Baja dan kaca sebagai dinding bangunan
Sumber http://www.arcspace.com
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
· Kayu : Penggunaan kayu diharapkan mampu memberikan kesan alami,
ketenagan, kesejukan pada bangunan ini.
C.3 Analisa Pencahayaan
Untuk pencahayaan yang digunakan mempertimbangkan berbagai aspek yaitu:
· Jenis kegiatan
· Kondisi ruang (terbuka dan tertutup)
1. Eksterior
a. Lampu taman
Pada area plasa dan taman penerangan pada malam hari menggunakan
lampu taman. Dengan bentuk lampu taman yang menyerupai ranting
pohon memberikan keserasian antara kondisi sekitar dengan elemen
eksterior.
Gambar 4.22 Penerapan kayu pada permukaan bangunan
Sumber http://www.arcspace.com
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
b. LED Ground light
Pada area plasa penerangan menggunakan led ground light bertujuan
untuk memberikan aksen pada plasa pada malam hari.
c. Bench light
Selain sebagai tempat duduk, bangku taman juga difungsikan sebagai
penerang pada area luar.
Gambar 4.23 Lampu taman berbentuk ranting pohon
Sumber http://www.archdaily.com
Gambar 4.24 Lampu LED pada permukaan plasa Sumber http://www.iluminare-led.ro
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
2. Interior
a. Dinding Kaca
Penggunaan dinding sangat diperlukan. Sebab pada bagian
ruangan tertentu seperti ruang pameran dan sejenisnya yang berada di
dalam bangunan, membutuhkan pencahayaan yang maksimal. Selain itu
pengaplikasian dinding yang digabungkan dengan penutup bangunan
lain (seperti beton baja, dan kayu) diharapkan mampu memberikan
kesan luas.
Gambar 4.26 Penggunaan dinding kaca
Sumber http://www.emrearolat.com
Gambar 4.25 Bangku taman dengan lampu
Sumber http://www.rhsblog.co.uk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
C.4 Analisa Penghawaan
Void yang terbentuk pada bagian tertentu bangunan yang merupakan hasil
dari proses folding yang menghubungkan antara ruang luar dan ruang dalam,
memberikan penghawaan alami yang cukup bagi ruang-ruang dalam bangunan. Hal
in juga untuk mengurangi penggunaan penghawaan buatan pada bangunan.
Penghawaan buatan hanya di gunakan pada ruang yang memang membutuhkan
persyaratan tertentu seperti persyaratan akustik ruang.
C.5 Analisa Utilitas
Dalam proses analisa utilitas yang terkait denagan pemasangan perlu
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
· bentukan dari proses folding harus tetap sesuai dengan karakternya
· bentuk bangunan
· struktur yang digunakan.
Gambar 4.27 Void akibat hasil dari pelipatan Sumber: www.arcspace.com
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
1. ME (listrik, telepon)
· Jaringan Listrik
Dasar pertimbangan:
- Kelancaran distribusi listrik
- Efisiensi sumber daya
Sumber listrik utama adalah berasal dari PLN yang didukung oleh
genset. Apabila terjadi kerusakan pada pendistribusian listrik dari PLN, maka
akan diganti dengan menggunakan sistem standby emergency power (SEB)
dari genset. Instalasi listrik di dalam bangunan secara umum dibagi 2 jenis,
yaitu:
a. Instalasi untuk penerang
Instalasi yang mendistribusikan energi listrik untuk seluruh
jaringan peralatan penerangan baik di dalam maupun di luar bangunan.
b. Instalasi untuk power
Instalasi yang mendistribusikan listrik untuk alat-alat elektronik
lainnya seperti lift, AC, pompa dan sebagainya.
PLN
Genset
Panel utama
Panel skunder
Distribusi
Distribusi
Meteran
Panel skunder
Gambar 4.28 Skema Analisa Jaringan Listrik
Sumber : Poerbo, 1995:56.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
· Jaringan Komunikasi
Dasar pertimbangan:
- Kemudahan, kecepatan dan kejelasan informasi intern maupun ekstern
- Ekonomis dalam perawatan
- Sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan perkembangan teknologi
informasi
Sistem komunikasi yang digunakan adalah :
a. Sistem intercom/telepon PABX (Private Automatic Branch Exchange)
Merupakan sistem komunikasi yang menghubungkan antar ruang-ruang
dalam bangunan.
b. Jaringan internet
c. Jaringan telepon PT. Telkom
Dalam jaringan telepon, terbagi menjadi beberapa line sehingga mungkin
digunakan lebih dari satu hubungan pembicaraan.
d. Pengeras suara : untuk memberi informasi kepada pengunjung di dalam
ataupun di luar bangunan.
Proses pemasangan instalasi listrik disesuaikan dengan bentuk yang
tercipta dari folding. Bentuk yang dinamis memerlukan perlakuan yang khusus
dalam proses pemasangan instalasi
PT. Telkom Panel Kontrol Telepon Lokal
Faks Operator
SLJJ/SLI
Gambar 4.29 Skema Analisa Jaringan Komunikasi
Sumber: Analisa penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
2. Sanitasi (air bersih, air kotor, air hujan)
· Air bersih
a. Sumber air sumur artesis.
Air bersih dari sumur artesis ditampung di bak penampung dan
disalurkan dengan saluran perpipaan untuk menjangkau titik-titik
pendistribusian, misal wc umum, fire hidrant ke bangunan-bangunan.
b. PDAM
Sumber air bersih ini disediakan oleh perusahaan air minum
setempat.
· Air Kotor
Sistem pengolahan air kotor dan drainase diarahkan untuk menghindari
pencemaran lingkungan bagi penduduk setempat.
Pompa
Sumur dalam
Ground Water Tank Pompa
Upper tank
distribusi
Gambar 4.30 Skema analisa Aliran Air Bersih Artesis
Sumber: Materi Perkuliahan S.K.B.G 3, 2004
Ground reservoir
Meteran
PAM
Pompa
Tangki atas
Distribusi
Gambar 4.31 Skema Analisa Aliran Air Bersih PDAM
Sumber: Materi Perkuliahan S.K.B.G 3, 2004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
a. Air kotor dari kamar mandi
b. Air kotor dari dapur
c. Air kotor dari WC
· Air hujan
Pembuangan air hujan melalui saluran-saluran terbuka maupun
tertutup. Untuk saluran horisontal dilakukan dengan pengolahan kemiringan
tanah. Dan untuk membantu penyerapan ke dalam tanah dapat digunakan
lapangan rumput di sekitar bangunan.
Bak Kontrol
Kamar Mandi
Bak Pengendapan
T. pengolahan limbah
Gambar 4.32 Skema Analisa Aliran Air Kotor Cair
Sumber: Materi Perkuliahan S.K.B.G 3, 2004
Penangkap lemak
Air dapur
Peresapan
Riol
Gambar 4.33 Skema Analisa Aliran Air Kotor Lemak
Sumber: Materi Perkuliahan S.K.B.G 3, 2004
Riol Peresapan septictank WC
Gambar 4.34 Skema Analisa Aliran Air Kotor Padat
Sumber: Materi Perkuliahan S.K.B.G 3, 2004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Gambar 4.35 Skema Analisa Sistem Sanitasi Air Hujan
Sumber: Analisa penulis
Air hujan dari atap
Pipa Vertikal Sumur
Resapan
Air hujan sekitar site
Bak kontrol Selokan
Gambar 4.36 Skema Pembuangan Sampah
Sumber: Materi Perkuliahan S.K.B.G 3, 2004
3. Sampah
Pengelolaan sampah dilakukan dengan memisahkan sampah yang
masih bisa didaur ulang dan sampah yang tidak bisa didaur ulang. Hal ini
bertujuan untuk menghindari pembuangan sampah yang dapat merusak
lingkungan dengan cara memisahkannya dan ditempatkan secara terpisah dari
sampah-sampah lain yang memungkinkan bisa ditangani lebih lanjut sebelum
dibuang.
Sistem pembuangan sampah dengan cara mengumpulkan sampah lalu
dilakukan pemisahan sampah pada bangunan yang dilakukan oleh petugas
· Sampah dari kegiatan umum
Tempat
Petugas
Shaft sampah
Ruang sampah
Mobil sampah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Gambar 4.37 Skema Pembuangan Sampah
Sumber: Materi Perkuliahan S.K.B.G 3, 2004
Gambar 4.38 Skema Analisa Sistem CCTV Sumber: Poerbo, 1995:160.
· Sampah dari lingkungan dalam site
4. Sistem Pengamanan Bangunan
· Sistem CCTV
Sistem pengamanan bangunan dilakukan untuk menghindari tindak kejahatan
yang terjadi dalam bangunan yang dapat membahayakan dan merugikan
pengguna bangunan. Sistem yang digunakan adalah sistem CCTV yaitu sistem
keamanan yang dapat memonitor tempat – tempat yang diinginkan melalui
ruang security.
· Sistem Penanggulangan Bahaya Kebakaran
Peristiwa kebakaran merupakan bahaya yang sering terjadi pada bangunan,
Untuk mengantisipasi dan mengatasinya, perlu disediakan sistem pencegahan
bahaya kebakaran dalam bangunan. Beberapa sistem pemadaman dan bahan
yang dipergunakan dijelaskan pada tabel berikut :
Kelas, sistem dan bahan untuk pemadaman kebakaran.
Petugas kebersihan
Tempat sampah
Bak sampah Mobil sampah
Power
Monitor
Central security Call button
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Kelas
Kebakara
n
Sistem
pemadam
an
Bahan pemadaman
Air Foam
(busa)
CO2 CTF-
BT
Powder
Dry
Chemical
Kelas A;
kayu, karet,
tekstil, dll
Pendingin
an,
penguraia
n, isolasi
Baik Boleh Boleh Boleh Boleh
Kelas B;
bensin, cat,
minyak, dll
Isolasi Bahaya Baik Baik Boleh Boleh
Kelas C;
listrik dan
atau mesin-
mesin
Isolasi Bahaya Bahaya Baik Boleh Baik
Kelas D;
logam
Isolasi,
pendingin
an
Bahaya Bahaya Boleh Bahaya Baik
BCF = Bromide, Chlorine, Fluorine adalah jenis gas Halon
Bahan pemadam api CO2 = Carbon dioxida
Sistem pemadaman meliputi :
Penguraian = pemisahan / menjauhkan benda-benda yang mudah terbakar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Pendinginan = penyemprotan air pada benda-benda yang terbakar
Isolasi = dengan cara menyemprotkan CO2
Blasting effect system = pemberian tekanan yang tinggi sekaligus menyerap
O2 dengan menggunakan bahan peledak
Prosentase CO2 yang diperlukan untuk ruang dengan pemadaman otomatis
Tingkat
bahaya
Prosentase
CO2
Volume CO2 Berat CO2 / m3
Berbahaya 40% 40% x volume
ruang
0,8 kg
Cukup
berbahaya
30% 30% x volume
ruang
0,6 kg
Cara kerja yang dipilih untuk diterapkan pada Ruang Publik Kreatif adalah
sistem semi otomatis untuk ruang-ruang pengelola dan pameran, mengingat
pentingnya dokumen-dokumen dan karya-karya seni yang terdapat pada
ruang-ruang tersebut. Hal ini akan merugikan apabila sistem pemadaman
otomatis dengan splinker air langsung dipakai tanpa melihat dulu seberapa
besar kebakaran yang terjadi. Untuk itu pula tetap disediakan tabung-tabung
gas CO2 dengan tujuan ketika digabung dengan sistem semi otomatis, manusia
bisa mengambil keputusan apakah kebakaran yang terjadi masih bisa
dikendalikan dengan tabung CO2 atau tidak.
Tabel 4.5. Mengenai sistem pemadaman dan bahan yang digunakan
Sumber : Poerbo, 1995.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
· Sistem Penangkal Petir
Dasar pertimbangan :
- Penangkal petir mempunyai kemampuan tinggi untuk melindungi
bangunan dari sambaran petir.
- Sistem penangkal petir tidak menimbulkan efek elekrifikasi/ flash over
pada saat penangkal tersebut mengalirkan arus ke grounding sistem.
- Pemasangan penangkal petir tidak mengganggu fasad bangunan.
Sistem penangkal petir pada terdiri dari:
· Sistem franklin, Prinsip kerja melindungi isi dari kerucut, dimana jari-jari
dan alasnya sama dengan tinggi kerucut. Sistem ini untuk bangunan
dengan luasan atap yang relatif luas dirasa kurang efektif dan efisien.
· Sistem faraday, Sistem ini menggunakan jaringan tiang-tiang kecil yang
dipasang di atas atap. Tinggi tiang tidak lebih dari 60cm. Sistem ini lebih
efektif dibanding sistem franklin.
· Sistem Thomas, Sistem ini menggunakan alat berbentuk payung setinggi
50 cm yang dipasang di atas atap dan diisolasi agar tidak mengalirkan
listrik kedalam bangunan.
Sistem penangkal petir yang terpilih adalah Sistem faraday
Gambar 4.39 Bagan sistem penanggulangan bahaya kebakaran.
Sumber : Rahmat, 2000.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
BAB V
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Konsep dasar yang digunakan pada perancangan Ruang Publik Kreatif ini meliputi konsep
peruangan,konsep tampilan bangunan, konsep system bangunann dan konsep lokasi dan site
terpilih..
A. KONSEP PERUANGAN
A.1 Konsep Kegiatan
Konsep kegiatan bangunan yang ada pada bangunan Ruang Publik kreatif
diantaranya:
a. Kegiatan utama
· Kegiatan berekreasi dan berolahraga
· Kegiatan Pameran
· Kegiatan Pertunjukan dan pemutaran film
· Kegiatan studio dan workshop
b. Kegiatan pengelola
c. Kegiatan penunjang.
A.2 Konsep Besaran dan Kebutuhan ruang
Berikut ini besaran masing-masing ruang berdasarkan kelompok kegiatannya :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
1.Area kegiatan utama
NAMA RUANG
JUMLAH/ KAPASITAS
LUAS
Taman 9000 m2
Plasa 3300 m2
Entrance/lobby 75 orang 97,5 m2 Reception & Information 3 orang 19,5 m2 Ruang Pamer 1 unit 1500 m2 Ruang audio visual 400 orang 338 m2
Amphiteater 1 unit 300 m2 Ruang persiapan 1 unit 80 m2
R,Penitipan barang 1 unit 24 m2
Ruang mekanikal 1 unit 84,5 m2 Toilet umum 19,24 m2
Gudang barang koleksi 1 unit 40 m2
Gudang alat 1 unit 40 m2 Kantor curator dan staf ahli 1 unit, 3 orang 50 m2 TOTAl 14.913,24 m2
2. Unit Kegiatan Komersil
NAMA RUANG
JUMLAH/ KAPASITAS
LUAS
Art shop 1 unit 60 m2 Area duduk food shop 150 orang 399 m2 R.counter kasir 1 unit, 2 orang 12 m2
Dapur & bar 1 unit 50 m2 Gudang kering 1 unit 25 m2
Gudang basah 1 unit 25 m2 R. manager commercial area 1 unit 30 m2 R. staff commercial area 1 unit 39,9 m2 Toilet+locker karyawan 2 unit, unit pria
& wanita 53,2 m2
Toilet umum 10,16 m2
TOTAl 704,26 m2
3. Area kegiatan Pengelolaan
NAMA RUANG
JUMLAH/ KAPASITAS
LUAS
Ruang tamu.front desk 30 m2 R.direktur 1 unit, I orang 45,5 m2
R.wakil direktur 1 unit, 1 orang 36,m2 R.sekretaris 1 unit, 2 orang 24 m2
Tabel 5.1 Tabel kebutuhan dan besaran ruang
Sumber : Analisa penulis
Tabel 5.2 Tabel kebutuhan dan besaran ruang
Sumber : Analisa penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
R.manager administrasi &keuangan
1 unit, 1 orang 14,4 m2
R.staf administrasi& keuangan 1 unit,3 orang 19,8 m2
R.manajer program 1 unit, 1 orang 14,4 m2 R.manajer keamanan& perawatan
1 orang 14,4 m2
R.rapat 10 orang 24 m2 R.arsip 1 unit 12 m2 R.istirahat 14 orang 59 m2 Pantry 1 unit 6,89m2
Gudang 1 unit 6,89m2 Toilet umum 10,16 m2 TOTAl 317,44 m2
4. Area kegiatan servis
NAMA RUANG
JUMLAH/ KAPASITAS
TOTAL
R,panel dan trafo 1 unit 20 m2 R.genset 1 unit 40 m2 R.pompa 1 unit 50 m2 R.mesin ac 1 unit 48 m2 R.keamanan (CCTV) 1 unit 20 m2 Toilet+locker karyawan 2 unit, unit
pria&wanita 53,2 m2
Dapur+kantin 1 unit 60m2 Gudang 1 unit 20m2
Loading dock 1unit, 2 mobil 90m2 Mushola 1 unit 40m2 Area parkir 25 mobil
100 motor 2 bus
562,4 m2 157,5 m2
112 m2 TOTAl 1273,1 m2
Rekapitulasi besaran ruang
Jumlah luas bangunan 2613,24 m2+704,26 m2+317,44 m2+441,2 m2
total 4076,14 m2
Jumlah area parkir 831,9 m2 Jumlah taman dan Plaza 12300 m2 Sirkulasi 30% luas bangunan 1222,84 m2 Sirkulasi 50% luas bangunan 415,95 m2 LUAS TOTAL 18846,83 m2
Tabel 5.3 Tabel kebutuhan dan besaran ruang
Sumber : Analisa penulis
Tabel 5.4
Tabel kebutuhan dan besaran ruang
Sumber : Analisa penulis
Tabel 5.5 Rekapitulasi kebutuhan besaran ruang
Sumber : Analisa penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
B. KONSEP LOKASI DAN SITE TERPILIH
Menurut hasil analisa dan pertimbangan yang telah dilakukan pada bab
sebelumnya, maka site terpilih yang cocok untuk mendirikan Ruang Publik Kreatif Di
Jakarta adalah di kawasan Kemayoran tepatnya di Jln. H.Benyamin Sueb. Salah satu
alasannya adalah letaknya strategis dan letaknya dekat dengan pusat keramaian kota
dan pemukiman penduduk
1. Batas – batas site terpilih adalah sebagai berikut :
§ Sebelah Utara : Pemukiman
§ Sebelah Timur : Jl. Apron & Kantor polisi
§ Sebelah Selatan : Jl. Casa & Pemukiman
§ Sebelah Barat : Jl. H. Benyamin Sueb
2. Luasan Site
Gambar 5.1 Site
Sumber : Dokumen pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
§ Luasan site : 16.000 m2
§ Building Coverage : 40 %
§ Lahan yang boleh didirikan bangunan : 16.000 x 40 %
: 6.400 m2
3. Hasil Pengolahan Site
a. Klimatologis
Menempatkan bukaan pada sisi timur site untuk mendapatkan sinar
matahari yang dibutuhkan.
Meletakkan sedikit bukaan pada bangunan dan juga
penggunaan material yang tidak menyerap sinar
matahari dan mengurangi efek silau.
Mempertahankan kondisi eksisting yang ada untuk
menghindari sinar matahari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
b. View
c. Pencapaian
Arah orientasi bangunan menuju jalan
casa untuk menarik perhatian pengunjung.
Penataan landscape yang sudah ada untuk
memperindah dan menarik bagi pengunjung yang
melintasinya.
SITE
MAIN ENTRANCE
SIDE ENTRANCE
in out
in
out
Main Entrance diletakkan di jalan Casa yang merupakan jalan utama menuju site dan
cukup lebar.
Side entrance diletakkan di jalan
Apron yang merupakan jalan
kampung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
d. Kebisingan
e. Sirkulasi
Penambahan perdu setinggi 1,5 meter di sekeliling
site sebagai penambah
peredam noise.
Mempertahankan perdu yang sudah ada sebelumnya
sebagai peredam.
Massa bangunan diposisikan lebih ke utara untuk menghindari kebisingan.
PLASA BANGUNAN
TAMAN
Sirkulasi menerus dari plasa ke taman lalu ke bangunan atau dari plasa ke bangunan lalu ke taman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
f. Zoning
C. KONSEP TAMPILAN BANGUNAN
C.1 Konsep Bentuk Bangunan
· Bentuk massa bangunan merupakan single mass
· Metode yang digunakan untuk mendapatkan bentukan bangunan yaitu
metode folding architecture.
· Dalam proses mendapatkan bentuk bangunan melalui empat fase yaitu:
- Persiapan
Tahap ini merupakan sebuah fase perkenalan tentang cara pelipatan
dan bahan yang digunakan dalam proses folding
- Eksplorasi
Zona privat berada di
bagian utara sebagai area untuk massa
utama.
Zona publik diletakkan di
bagian selatan sebagai area untuk
outdoor , taman, dan plasa.
Zona servis berada di bagian timur atau utara
sebagai area pengelola.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Tahap mendapatkan bentuk sesuai dengan konsep bentuk bangunan
berupa single mass dengan setiap bagian yang terhubung dengan
bagian lainnya.
- Evaluasi
Tahap ini merupakan tahap penilaian hasil tahap sebelumnya untuk
melihat apakah bentuk yang didapatkan sudah sesuai dengan konsep
bentuk bangunan yang diterapkan.
- Aktualisasi bentuk arsitektur
Merupakan tahap dimana dari bentuk yang didapatkan diterjemahkan
kedalam suatu dimensi dan proporsi serta pemilihan material dan
struktur yang diterapkan pada bangunan.
C.2 Konsep Warna Bangunan
Warna yang digunakan pada eksterior menggunakan warna natural dari bahan
yang digunakan pada struktur bangunan. Sedangkan pada interior warna yang
digunakan yaitu padu padan warna primer,sekunder dan tersier.
D. KONSEP SISTEM BANGUNAN
D.1 Konsep Struktur Bangunan
Pemilihan struktur yang akan digunakan akan di jelaskan pada transformasi
desain karena sangat terkait dengan bentuk yang tercipta dari proses folding. Secara
umum struktur yang digunakan sebelum terkait dengan bentuk yang tercipta yaitu:
1. Upper
Menggunakan struktur folded plate yang memungkinkan untuk meminimalkan
penggunaan kolom.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
2. Super struktur
Struktur yang digunakan berupa shear wall sesuai dengan bentukan yang
dihasilkan dari proses folding.
3. Sub struktur menggunkan pondasi footplat
D.2 Konsep Bahan Bangunan
Bahan bangunan yang digunakan yaitu beton sebagai bahan pembentuk
struktur utama. Baja dan kaca sebagai struktur pemisah antar ruang dalam bangunan
dan kayu sebagai elemen penutup pada permukaan dan interior bangunan.
D.3 Konsep Pencahayaaan
Pada area plasa dan taman penerangan menggunakan lampu taman,led groud
light dan bench light. Penggunaan dinding kaca di tempatkan pada ruang pamer untuk
memenuhi kebutuhan pencahayaan pada ruang tersebut.
D.4 Konsep Penghawaan
Void yang terbentuk pada bangunan menjadi sumber penghawaan alami bagi
ruangan. Penghawaan buatan digunakan pada ruang audio visual dan pengelola
karena memerlukan persyaratan khusus.
D.5 Konsep Utilitas
Pada bangunan ruang public kreatif ini konsep mengekspos system utilitas
diterapkan pada jaringan listrik dan jaringan pengaman terhadap kebakaran
Konsep Utilitas yang digunakan bangunan Ruang Publik Kreatif adalah:
1. Konsep Pengamanan Terhadap Kebakaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Sistem yang digunakan adalah:
· Sistem fire alarm
· Sistem sprinkler gas
· Tangga darurat
· Fire estinguisher
· Outdoor hydrant
2. Konsep Pengamanan Bahaya Petir
Sistem penangkal petir yang digunakan pada bangunan adalah
sistem faraday, dengan prinsip kerja tiang yang dipasang pada puncak
atap dan dihubungkan dengan kawat menuju ground. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penangkal petir adalah :
· Tiang penangkal diletakkan di bagian-bagian teritinggi bangunan
· Seluruh bidang atas bangunan arus dapat terlindungi
· Penangkal petir menggunakan bahan yang dapat menghantarkan
muatan listrik ke dalam ground
3. Konsep Penyediaan Air Bersih
Sistem yang digunakan adalah sistem up feed dimana air dipompakan
dari bawah langsung ke outlet.
Pompa
Sumur dalam
Ground Water Tank Pompa distribusi
PDAM
Gambar 5.2 Skema sistem air bersih Sumber : Analisa Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
4. Konsep Jaringan Air Kotor
Sistem jaringan air kotor dibagi menjadi dua bagian, yaitu
jaringan air kotor padat (tinja & lavatory) dan jaringan air kotor cair (air
hujan, roof garden, wastafel, t. wudlu, kolam renang dan dapur). Air
kotor padat disalurkan ke Septictank kemudian ke peresapan, sedangkan
air kotor cair dikumpulkan di Water treatment untuk di olah kembali
sehingga bisa digunakan untuk perawatan roof garden.
5. Konsep Penyediaan Listrik
Digunakan genset dan baterai yang bekerja secara otomatis ketika
aliran PLN mati. Sumber listrik digunakan untuk kebutuhan menjalankan
AC, lift, ruang monitor keamanan.
Gambar 5.3 Skema sistem air kotor pada bangunan.
Sumber : Rahmat, 2000.
Gambar 5.4 Skema konsep sistem Pencahayaan
Sumber:Analisa Penulis
Sinar matahari
Pencahayaan alami, menggunakan
cahaya matahari
Pencahayaan artifisial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
· PLN
· Genset
· Gabungan
keterangan :
.. ATS (Automatic Transfer Switch), adalah alat yang mentransfer aliran listrik secara
otomatis
dari PLN ke generator, sehingga kemudian Generator berfungsi sebagai PLN.
.. EMD (Electrical Main Distribution), merupakan pusat pendistribusian aliran listrik
yang ada.
Gambar 5.5 Skema sumber listrik dari PLN
Sumber: Poerbo, 1995:56.
Bagan 5.6 Skema sumber listrik dari genset
Sumber: Poerbo, 1995:56.
Gambar 5.7 Skema sumber listrik gabungan dari PLN dan genzet
Sumber: Poerbo, 1995:56.