KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep...

195
KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CIANJUR, KABUPATEN CIANJUR PROVINSI JAWA BARAT RACHMAT MULYANA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

Transcript of KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep...

Page 1: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN

LINGKUNGAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CIANJUR, KABUPATEN CIANJUR

PROVINSI JAWA BARAT

RACHMAT MULYANA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2009

Page 2: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat

dan Berwawasan Lingkungan di Daerah Aliran Sungai Cianjur, Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Februari 2009

Rachmat Mulyana NIM P062030031

Page 3: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

ABSTRACT

Landuse change from paddy field, dryland, mixed garden and forest into settlement and growth settlement uncontrolled in watershed cause in decreasing environment quality. The purpose of the research was to (1) analyze the settlement pattern; (2) analyze the settlement need and lifestyle (3) evaluate land suitability for settlement, and (4) formulate of health and sustainability settlement criteria. This research was conducted in June 2006 - Mei 2007 at 12 setllements in Cianjur watershed, West Java. Standard Statistic, Quality Function Deployment and GIS was used as a tool to analyze data. The result showed that: (1) settlements in the upper stream of Cianjur watershed has character the following as: settlement with medium size, the density of building is dense and included linear-1 settlement. In the middle stream of Cianjur watershed has character as follows: size small-medium and medium settlement, density of building is loose with linear-2 and streetplan settlements. Settlement in the downstream has character as small-medium and medium size, density of building is loose and dense with linear-1type; (2) the need of community to settlement product was strength of building construction, the price of sell, clean water available, and security system. The lifestyle of community in three zones used septic tank to manage their domestic sewage. At mostly the upper stream and the down stream area, respondents manage their garbage by burning, usually by open dumping. They usually used the piling site to plant crop, that representing sustainable management practices; (3) land suitability for settlement S1, S2, S3 covered 813 ha (10.9%) ,4 406.1 ha (59%), and 1 184.6 ha (15.9%) respectively. On the other hand, N1 suitability was found in the area of Mount Gede Pangrango and its surrounding. N1 area covered 1 063.5 ha (14.2%); and (4) The health and sustainability settlement criteria are: (a) located on land suitability for settlement very suitanable; (b) the settlement pattern agree with zone of watershed; (c) scaffolding construction has air and light circulation of 0.35% and 10% from floor wide, space wide of individual 9 m2, used the local material, and building coverage agree with zone of watershed; (d) available clean water, garbage management system, simple of waste management, and canal of close drainage. The community in Cianjur watershed has conserve the culture of local architecture. Keywords: land suitability, lifestyle, settlement, settlement pattern, watershed

Page 4: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

RINGKASAN RACHMAT MULYANA. Konsep Permukiman Sehat dan Berwawasan Lingkungan di Daerah Aliran Sungai Cianjur, Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh HADI S. ALIKODRA, HADI SUSILO ARIFIN dan LILIK BUDI PRASETYO.

Daerah Aliran Sungai (DAS) Cianjur merupakan salah satu DAS di wilayah Bopunjur, tepatnya berada di wilayah Kabupaten Cianjur. DAS Cianjur yang terletak pada ketinggian antara 265 m dpl sampai dengan 2 950 m dpl merupakan salah satu sentra produksi pangan di wilayah Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Bencana longsor, banjir dan kekeringan yang terjadi di wilayah DAS Cianjur disebabkan oleh perubahan penggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan didominasi oleh perubahan lahan sawah, tegalan, kebun campuran dan hutan menjadi lahan permukiman. Pertumbuhan permukiman selama tiga tahun terakhir ini secara nasional mengalami peningkatan, namun penyediaan rumah belum sepenuhnya terpenuhi. Kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaan mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk pola permukiman sporadis dengan tingkat kepadatan yang tinggi. Permukiman tumbuh dan berkembang tanpa memperhatikan tingkat kesesuaian lahan baik secara biofisik, sosial maupun ekonomi. Perkembangan kebutuhan akan permukiman telah mengalami pergeseran menjadi suatu trend gaya hidup. Tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis pola sebaran permukiman di wilayah hulu, tengah, hilir DAS Cianjur; (2) menganalisis spesifikasi kebutuhan dan gaya hidup masyarakat terhadap permukiman di wilayah hulu, tengah, hilir DAS Cianjur; (3) mengevaluasi kesesuaian lahan permukiman di daerah hulu, tengah, dan hilir DAS Cianjur; dan (4) merumuskan kriteria permukiman sehat berwawasan lingkungan.

Penelitian ini berlokasi di kawasan permukiman DAS Cianjur yang terletak di Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi berdasarkan pada perkembangan di zona hulu DAS Cianjur yang telah banyak mengalami perubahan penggunaan lahan dari lahan pertanian dan hutan ke lahan permukiman. Zona DAS hulu mengalami perkembangan ekonomi yang sangat pesat dan merupakan daerah tujuan wisata. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni 2006 sampai Mei 2007.

Penelitian ini terdiri dari empat kajian. Kajian pertama tentang pola permukiman. Populasi adalah permukiman di DAS Cianjur. Penentuan sampel dilakukan dengan metoda multi stage sampling (Adib, 2006). Metode ini menggunakan dua langkah yaitu membuat daftar dan menentukan sampel. Melalui skema ini peneliti memilih sampel dalam kelompok area (desa) di masing-masing zona DAS. Selanjutnya dipilih empat kampung dari setiap cluster utama dalam area wilayah yang lebih kecil (secara acak), dan menentukan jumlah unsur sampel dari setiap kampung sebanyak 15 rumah, sehingga jumlah total sampel sebanyak 180 rumah dan rumah tangga penghuni. Data diperoleh survai lapangan dan wawancara mendalam. Data yang dikumpulkan berupa data kependudukan (jumlah penduduk dalam kampung, dan jumlah anggota rumah tangga), spesifikasi konstruksi bangunan rumah (jenis kontruksi bangunan, elemen ruang, luas bangunan, dan bahan bangunan), prasarana dan sarana lingkungan

Page 5: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

permukiman, ukuran permukiman diukur berdasarkan jumlah rumah dan penduduk, kepadatan bangunan rumah diukur berdasarkan jarak antara rumah-rumah, tipe permukiman dilihat dari susunan tata letak bangunan, dan jumlah permukiman. Analisis data kependudukan, spesifikasi konstruksi bangunan, dan prasarana dan sarana lingkungan permukiman dianalisis dengan SPSS versi 13. Data ukuran, tingkat kepadatan, dan tipe permukiman akan dianalisis berdasarkan kriteria dari masing-masing sub variabel pada aspek bentuk permukiman (Vander Zee, 1986).

Kajian kedua tentang spesifikasi kebutuhan dan gaya hidup masyarakat terhadap permukiman. Kajian ini menggunakan pendekatan Quality Function Deployment (QFD). Pengumpulan data diawali dengan penentuan atribut-atribut primer bagi konsumen berdasarkan bentuk, fungsi, dan nilai. Masing-masing atribut primer ini memiliki beberapa atribut sekunder. Data dikumpulkan menggunakan dua teknik yaitu: (1) wawancara dengan sales people dan konsumen ahli; dan (2) focus group ukuran kecil (Gargione, 1999). Focus group terdiri dari agent real estate, arsitek, engineer, pembeli potensial, dan pemilik.

Kajian ketiga tentang evaluasi kesesuaian lahan permukiman di DAS Cianjur ditinjau dari aspek bio-fisik, sosial, dan ekonomi. Pengumpulan data dilakukan melalui lembaga atau instansi terkait dan survai langsung. Data yang dikumpulkan meliputi: (1) bio-fisik terdiri atas kemiringan lereng, elevasi, curah hujan, kepekaan tanah terhadap erosi, kedalaman efektif, kedalaman air tanah, penutupan lahan, bahaya banjir dan bahaya letusan gunung; (2) sosial terdiri atas besar anggota rumah tangga, dan tingkat pendidikan; dan (3) ekonomi terdiri atas tingkat pendapatan. Tahapan pengolahan dan analisis data meliputi: (1) penyiapan Peta Tematik; (2) pengklasifikasian citra; (3) pembangkitan parameter-parameter meliputi pembagian setiap parameter kedalam beberapa kelas dan diberi skor mulai dari kelas yang berpengaruh hingga kelas yang tidak berpengaruh. Setiap kelas akan memperoleh nilai akhir yang merupakan hasil perkalian antara skor kelas tersebut dengan bobot dari parameter dimana kelas tersebut berada. Penentuan kriteria, pemberian bobot dan skor ditentukan berdasarkan studi kepustakaan. Proses pemberian bobot dan skor dilakukan melalui pendekatan indeks overlay model untuk memperoleh urutan kelas kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian lahan ditentukan berdasarkan hasil perkalian antara bobot dan skor dari masing-masing parameter. Kelas kesesuaian lahan dibedakan pada 4 kelas yaitu: sangat sesuai, cukup sesuai, sesuai marginal dan tidak sesuai; dan (4) proses tumpangsusun. Tahap pertama adalah menumpangsusunkan dari setiap parameter kesesuaian lahan permukiman sehingga menghasikan peta kesesuaian lahan permukiman (KLKim-1). Peta KLKim-1 selanjutnya ditumpangsusunkan dengan peta-peta yang menjadi constrain dalam kesesuaian lahan permukiman sehingga menghasilkan peta kesesuaian lahan permukiman berwawasan lingkungan (KLKim-bwl). Peta KLKim-bwl digunakan untuk mengevaluasi kondisi eksisting permukiman yaitu dengan menumpangsusunkan antara peta penggunaan lahan hasil interprestasi citra landsat dengan peta KLKim-bwl.

Kajian keempat tentang perumusan kriteria permukiman sehat dan berwawasan lingkungan. Perumuskan kriteria didasarkan pada hasil tiga kajian sebelumnya yaitu: pola permukiman, spesifikasi kebutuhan masyarakat terhadap permukiman, dan kesesuaian lahan permukiman.

Page 6: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Perkembangan permukiman di zona DAS hulu secara umum selalu mengalami peningkatan dan cenderung berkembang secara memusat disepanjang jalur jalan regional dengan membentuk kawasan permukiman perdesaan. Permukiman di zona tengah dan hilir berkembang mengikuti pola jalan yang ada dan membentuk kawasan perkotaan. Pola permukiman tertata wilayah DAS Cianjur memiliki keteraturan bentuk secara fisik. Pola permukiman tidak tertata di wilayah DAS Cianjur cenderung berkelompok membentuk perkampungan yang letaknya tidak jauh dari jalan dan sumber air seperti sungai.

Permukiman di zona hulu DAS Cianjur sebagian besar (75%) memiliki karakter: permukiman ukuran sedang, kepadatan bangunan padat dan termasuk tipe linier-1. Di zona tengah memiliki karakter: permukiman ukuran kecil-sedang (50%) dan sedang (50%), kepadatan bangunan jarang dengan tipe streetplan dan linier-2. Di zona hilir memiliki karakter: permukiman ukuran kecil-sedang dan sedang, kepadatan bangunan jarang dan rapat dengan tipe linier-1. Permukiman tidak tertata di zona hulu memiliki karakteristik: (1) bangunan rumah terdiri dari rumah dengan konstruksi panggung (51.7%); (2) rata-rata luas rumah 47.1 m2; (3) luas rata-rata RTH 32.8 m2; dan (4) bahan bangunan sebagian besar menggunakan dinding tembok 46.7%, lantai papan 28.8%, dan plapond bilik 51.7%. Permukiman tidak tertata di zona tengah memiliki karakteristik: (1) bangunan rumah terdiri dari rumah dengan konstruksi permanen (93.3%); (2) rata-rata luas rumah 69.4 m2; (3) luas rata-rata RTH 21.5 m2; dan (4) bahan bangunan sebagian besar menggunakan dinding tembok 93.3%, lantai keramik 73.3%, dan plapond triplek 51.7%. Permukiman tidak tertata di zona hilir memiliki karakteristik: (1) bangunan rumah terdiri dari rumah dengan konstruksi panggung (53.3%); (2) rata-rata luas rumah 40.8 m2; (3) luas rata-rata RTH 19.9 m2; dan (4) bahan bangunan sebagian besar menggunakan dinding bilik 45%, lantai bilik 33.3%, dan plapond bilik 55%.

Gaya hidup sebagian besar masyarakat dalam pengelolaan lingkungan permukiman adalah: (1) di zona hulu dan hilir dalam pengelolaan sampah masih bersifat individual dengan cara penanganan dibakar di pekarangan rumah dan dibuang ke selokan atau sungai, sedangkan di zona tengah penanganan sampah dilakukan oleh petugas kebersihan dan diangkut ke TPA; (2) sebagian besar masyarakat di hulu menggunakan air bersih untuk keperluan minum dan MCK berasal dari mata air (75%), di tengah PDAM (75%), di hilir sumur gali (100%); dan (3)masyarakat di hulu, tengah dan hilir sebagian besar membuang limbah padat dan cair yang berasal dari kamar mandi ke septiktank.

Atribut harapan konsumen sebagai atribut primer terhadap produk permukiman tertata yaitu: kekokohan konstruksi bangunan, harga jual, ketersediaan air bersih, dan sistem keamanan. Aspek teknik produksi permukiman tertata yang perlu disempurnakan dalam rangka meningkatkan kepuasan pembeli rumah berturut-turut mulai dari prioritas pertama adalah: (1) desain konstruksi rumah dan rencana tapak; (2) pengerjaan konstruksi; (3) pengadaan bahan bangunan; (4) sistem kegiatan pemasaran; (5) pengerjaan infrastruktur dan fasum-fasos; (6) proses pematangan lahan permukiman.

Luas lahan di wilayah DAS Cianjur yang dievaluasi sebesar 7 476.2 ha. Hasil evaluasi kesesuaian lahan menunjukkan bahwa kesesuaian lahan untuk permukiman (KLKim-1) didominasi oleh kelas kesesuaian lahan cukup sesuai sebesar 59%, sesuai marginal 29.7%, sangat sesuai 10.9%, dan tidak sesuai 0.4%.

Page 7: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Hasil analisis kesesuaian lahan untuk permukiman setelah dilakukan tumpangsusun antara peta kesesuaian lahan untuk permukiman (KLKim-1) dengan peta-peta yang menjadi constrain menunjukkan bahwa terjadi pergeseran kelas kesesuaian lahan di zona DAS hulu yaitu kelas kesesuaian lahan S3 (sesuai marginal) menjadi kelas N1 (tidak sesuai) sebesar 1 033.1 ha sehingga total luas lahan permukiman yang tidak sesuai sebesar 1 063.4 ha.

Permukiman sehat dan berwawasan lingkungan (SEBERLING) di zona DAS hulu yang menempati lahan pada kelas kesesuaian lahan sangat sesuai memiliki kriteria sebagai berikut: (1) pola permukiman memiliki karakteristik yaitu: ukuran permukiman kecil-sedang, kepadatan bangunan jarang, dan tipe permukiman plaza; (2) bangunan rumah memiliki karakteristik yaitu: rumah panggung, memiliki lubang sirkulasi udara minimum sebesar 0.35% dari luas lantai dan lubang cahaya sebesar 10% dari luas lantai, memenuhi ukuran kebutuhan ruang minimum perorang sebesar 9 m2, menggunakan bahan bangunan lokal; Koefisien dasar bangunan (KDB) sebesar 15%; (3) permukiman memiliki sarana: air bersih, sistem pengelolaan sampah skala kampung, MCK umum yang dilengkapi dengan unit pengolahan limbah sederhana berupa septiktank dan bak resapan, dan saluran drainase tertutup untuk menyalurkan air buangan MCK umum dan rumah ke selokan atau sungai.

Permukiman SEBERLING di zona DAS tengah yang menempati lahan pada kelas kesesuaian lahan sangat sesuai memiliki kriteria sebagai berikut: (1) pola permukiman memiliki karakteristik yaitu: ukuran permukiman sedang, kepadatan bangunan jarang, dan tipe permukiman plaza atau streetplan; (2) bangunan rumah memiliki karakteristik yaitu: jenis konstruksi rumah panggung atau permanen, memiliki lubang sirkulasi udara minimum sebesar 0.35% dari luas lantai dan lubang cahaya sebesar 10% dari luas lantai, memenuhi ukuran kebutuhan ruang minimum perorang sebesar 9 m2, menggunakan sebagian besar bahan bangunan lokal, KDB sebesar 20%; (3) permukiman memiliki: sarana air bersih, sistem pengelolaan sampah pada skala kampung, sarana MCK yang dilengkapi dengan unit pengolahan limbah sederhana berupa septiktank dan bak resapan air dan saluran drainase tertutup.

Permukiman SEBERLING di zona DAS hilir yang menempati lahan pada kelas kesesuaian lahan sangat sesuai memiliki kriteria sebagai berikut: (1) pola permukiman memiliki karakteristik yaitu: ukuran permukiman sedang, kepadatan bangunan jarang, dan tipe permukiman plaza atau streetplan; (2) bangunan rumah memiliki karakteristik yaitu: jenis konstruksi rumah panggung atau permanen, memiliki lubang sirkulasi udara minimum sebesar 0.35% dari luas lantai dan lubang cahaya sebesar 10% dari luas lantai, luas rumah memenuhi ukuran kebutuhan ruang minimum perorang sebesar 9 m2, menggunakan sebagian besar bahan bangunan lokal, dan KDB sebesar 30%; (3) permukiman memiliki sarana: air bersih, sistem pengelolaan sampah, MCK yang dilengkapi dengan unit pengolahan limbah sederhana berupa septiktank dan bak resapan air dan saluran drainase tertutup.

Konsep permukiman SEBERLING merupakan perwujudan dari tiga aspek dalam konsep lingkungan yaitu ekologi, sosial, dan ekonomi yang dipadukan dengan permukiman.

Kata kunci: DAS, gaya hidup, kesesuaian lahan, permukiman, pola permukiman

Page 8: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

@ Hak cipta milik IPB, tahun 2009 Hak cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber :

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

Page 9: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN

LINGKUNGAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CIANJUR, KABUPATEN CIANJUR

PROVINSI JAWA BARAT

RACHMAT MULYANA

Disertasi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor pada Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2009

Page 10: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Penguji pada Ujian Tertutup : Dr.Ir. Rinekso Sukmadi Penguji pada Ujian Terbuka : 1. Dr.Ir. Ruchyat Deni Djaka Permana, M.Eng

2. Dr.Ir. Aris Munandar, MS.

Page 11: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk
Page 12: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah permukiman dengan judul “Konsep Permukiman Sehat dan Berwawasan Lingkungan di Daerah Aliran Sungai Cianjur, Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat”.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Hadi S. Alikodra, M.S., Bapak Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S. dan Bapak Dr. Ir.Lilik Budi Prasetyo, M.Sc. sebagai pembimbing. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dirjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional atas dukungan beasiswa BPPS selama tiga tahun dan Hibah Penelitian Tim Pascasarjana (HPTP) angkatan IV tahun 2006 – 2008 dengan tema ”Harmonisasi Pembangunan Pertanian Berbasis DAS pada Lanskap Desa - Kota Kawasan Bogor-Puncak-Cianjur (Bopunjur)” atas dukungan dana penelitian.

Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Dr.Ir.Soekmana Soma (Departemen Pekerjaan Umum) dan Prof. Dr.Ir. Wahyu Qamara Munigsjah yang telah meluangkan waktunya berdiskusi dengan penulis; Bapak Uus selaku staf Lab Penginderaan Jauh Fakultas Kehutanan yang telah membantu dalam analisis data spasial. Ucapan terimakasih kepada Tim peneliti HPTP (Prof.Dr.Ir.Hadi Susilo Arifin, MS., Dr.Ir. Aris Munandar, MS., dan Dr.Ir. Nurhayati HSA); Tim Peneliti Pekarangan Departemen Arsitektur Lanskap dengan Rural Development Institute (Prof.Dr.Ir.Hadi Susilo Arifin, MS., Prof.Dr.Ir. Wahju Qamara Munigsjah, Dr.Ir. Aris Munandar, MS., Dr.Ir. Nurhayati HSA, Dr.Ir. Tati Budiarti, MS., Ir. Qodarian Pramukanto, MSc dan Ir. Kaswanto, MSi) yang telah memberikan pengalaman yang berharga; staf pengajar; staf administrasi PSL dan pascasarjana IPB serta teman-teman seperjuangan.

Terimakasih yang tak terhingga kepada ayahanda Oman Noerdin (alm), ibunda Suwarsih (almh), Teh Nani, Kang Asep, Teh Euis, Kang Dedi, Teh Doto, Teh Engkar dan Teh Eti atas kasih sayang, doa dan pengertian yang tulus selama penulis menyelesaikan disertasi ini. Kepada isteri Dr. Esi Emilia, MSi dan anak-anak tercinta Gania, Gyanca, Ghalda, Geraldr terimakasih atas pengorbanan, pengertian, kesabaran, doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2009 Rachmat Mulyana

Page 13: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 12 Oktober 1968 dari pasangan Oman Noerdin dan Suwarsih. Penulis merupakan putra bungsu dari delapan bersaudara. Pendidikan Dasar penulis tempuh di SDN Cipayung 2, SMPN Cisarua, dan STMN Bogor. Tahun 1987 penulis lulus dari STMN dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IKIP Padang pada Fakultas Pendidikan Teknik dan Kejuruan, Jurusan Teknik Bangunan melalui jalur PMDK. Setahun menjelang lulus, penulis mendapatkan beasiswa ikatan dinas dan pada tahun 1993 penulis ditempatkan di IKIP Medan sebagai staf pengajar pada jurusan yang sama.

Tahun 1995 sampai 1996 penulis mengikuti program Pra Pasca di IPB dan pada tahun 1996 diterima di Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan pada Program Pascasarjana IPB dan menamatkannya pada tahun 1998. Kesempatan untuk melanjutkan ke program doktor pada program studi dan pada perguruan tinggi yang sama diperoleh pada tahun 2003 dengan beasiswa dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

Tahun 2006 sampai 2008 penulis mengikuti Hibah Penelitian Tim Pascasarjana dengan judul: Harmonisasi Pembangunan Pertanian Berbasis DAS pada Lanskap Desa-Kota Kawasan Bogor Puncak Cianjur. Pada tahun 2006 penulis juga terlibat dalam penelitian pekarangan se Jawa berjudul: Homestead Plot Sample Survay: Java kerjasama antara Departemen Arsitektur Lanskap IPB dengan Rural Development Institute (RDI) Seattle, USA.

Karya ilmiah berupa poster berjudul “Karakteristik, bentuk dan perilaku penghuni permukiman di DAS Cianjur, Jawa Barat” telah disajikan pada Symposium of JSPS Core University Program in Applied Biosciences 28-29 February 2008, di University of Tokyo, Jepang. Satu buah artikel telah diterbitkan pada jurnal EMAS Volume 17 No. 3 periode Agustus 2007 dengan judul “Karakteristik bangunan rumah dan bentuk permukiman di wilayah DAS Cianjur, Jawa Barat”. Karya-karya ilmiah tersebut merupakan bagian dari program doktor penulis.

Page 14: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL....................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. vi

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................... vii

I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1 1.2 Perumusan Masalah ....................................................................................... 3 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4 1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 5 1.5 Kerangka Pemikiran....................................................................................... 5 1.6 Novelty........................................................................................................... 8

II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 10 2.1 Permukiman ................................................................................................... 10 2.2 Gaya Hidup Pengelolaan Lingkungan Permukiman...................................... 29 2.3 Konsep Evaluasi dan Kesesuaian Lahan........................................................ 30 2.4 Daerah Aliran Sungai (DAS) ......................................................................... 36 2.5 Kebijakan ....................................................................................................... 41 2.6 Sistem Informasi Geografis (SIG) ................................................................. 45 III BAHAN DAN METODE ..................................................................................... 52 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 52 3.2 Bahan dan Alat Penelitian.............................................................................. 53 3.3 Rancangan Penelitian..................................................................................... 53 3.3.1 Kajian Analisis Pola Sebaran Permukiman di Wilayah DAS Cianjur.. 53 3.3.2 Kajian Spesifikasi Kebutuhan dan Gaya Hidup Masyarakat terhadap Permukiman di DAS Cianjur ................................................. 56 3.3.3 Kajian Evaluasi Kesesuaian Lahan Permukiman di DAS Cianjur ....... 58 3.3.4 Merumuskan Kriteria Permukiman Sehat dan Berwawasan Lingkungan Berbasis DAS ................................................................... 68 IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 71 4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian ................................................................... 71 4.1.1 Karakteristik Geografi ........................................................................... 71 4.1.2 Karakteristik Topografi.......................................................................... 73 4.1.3 Karakteristik Iklim ................................................................................. 73 4.1.4 Karakteristik Hidrogeologi .................................................................... 74 4.1.5 Karakteristik Tanah................................................................................ 79 4.1.6 Karakteristik Daerah Rawan Bencana ................................................... 79 4.1.7 Penggunaan Lahan Aktual ..................................................................... 82 4.1.8 Karakteristik Sosial Ekonomi dan Kependudukan ................................ 82 4.2 Pola Sebaran Permukiman .............................................................................. 84

Page 15: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

4.2.1 Ukuran Permukiman .............................................................................. 84 4.2.2 Kepadatan Bangunan ............................................................................. 85 4.2.3 Tipe Permukiman................................................................................... 87 4.2.4 Karakteristik Permukiman Tidak Tertata............................................... 88 4.2.5 Karakteristik Permukiman Tertata ......................................................... 96 4.3 Spesifikasi Kebutuhan dan Gaya Hidup Masyarakat terhadap Permukiman . 97 4.3.1 Karakteristik Gaya Hidup Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan Permukiman ...................................................................... 97 4.3.2 Gaya Hidup Konsumen dalam Memilih Permukiman .......................... 101 4.3.3 Penilaian Kinerja Kualitas Produk Permukiman Tertata ....................... 107 4.4 Kesesuaian Lahan Permukiman...................................................................... 115 4.4.1 Kesesuaian Lahan Permukiman (KLKim-1) ......................................... 115 4.4.2 Kesesuaian Lahan Permukiman dengan Constrain (KLKim-bwl) .......... 117 4.4.3 Penyediaan Lahan dan Kesesuaian Lahan Permukiman........................ 119 4.4.4 Penyebaran Permukiman Existing pada Kesesuaian Lahan Permukiman (KLKim-bwl)...................................................................... 122 4.5 Rumusan Kriteria Permukiman Sehat dan Berwawasan Lingkungan ............ 128 4.5.1 Kriteria Permukiman SEBERLING pada Lahan Sangat Sesuai............ 129 4.5.2 Kriteria Permukiman SEBERLING pada Lahan Cukup Sesuai ............ 135 4.5.3 Kriteria Permukiman SEBERLING pada Lahan Sesuai Marginal ........ 141 4.6 Konsep Permukiman Sehat dan Berwawasan Lingkungan............................. 147 V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................. 151 5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 151 5.2 Saran ............................................................................................................... 152 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 153

LAMPIRAN................................................................................................................ 163

Page 16: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Kebutuhan luas minimum bangunan dan lahan untuk rumah sederhana sehat (Rs Sehat)....................................................................................................... 16

2 Kelas kesesuaian lahan ........................................................................................... 31

3 Hubungan antara kualitas dan karakteristik lahan yang dipakai pada metode evaluasi lahan........................................................................................................... 32

4 Kriteria kesesuaian lahan untuk pembuatan gedung tanpa ruang bawah tanah........ 33

5 Klasifikasi tanah unified dan kesesuaian sebagai subgrade untuk pembuatan jalan dan pondasi ................................................................................... 34

6 Klasifikasi keberlanjutan untuk permukiman .......................................................... 35

7 Kriteria pada masing-masing subvariabel bentuk permukiman................................. 55

8 Skor parameter kemiringan lereng dalam kesesuaian lahan permukiman............... 61

9 Skor parameter elevasi dalam kesesuaian lahan permukiman .................................. 62

10 Skor parameter curah hujan dalam kesesuaian lahan permukiman .......................... 62

11 Skor parameter kedalaman efektif tanah dalam kesesuaian lahan permukiman .............................................................................................................. 63

12 Skor parameter kepekaan erosi dalam kesesuaian lahan permukiman ..................... 63

13 Skor parameter kedalaman air tanah dalam kesesuaian lahan permukiman............. 64

14 Skor parameter penutupan lahan dalam kesesuaian lahan permukiman................... 64

15 Skor parameter bahaya letusan gunung merapi dalam kesesuaian lahan permukiman .............................................................................................................. 65

16 Skor parameter bahaya banjir dalam kesesuaian lahan permukiman ....................... 65

17 Skor parameter pendapatan (PDRB) dalam kesesuaian lahan permukiman............. 66

18 Skor parameter jumlah anggota keluarga dalam kesesuaian lahan permukiman .............................................................................................................. 67

19 Skor parameter tingkat pendidikan dalam kesesuaian lahan permukiman .............. 67

20 Klasifikasi kesesuaian lahan permukiman ................................................................ 68

21 Pembobotan parameter untuk kesesuian lahan permukiman .................................... 69

22 Persentase luas wilayah DAS Cianjur terhadap luas administratif ........................ 71

23 Data iklim DAS Cianjur tahun 2005 - 2007 ........................................................... 74

24 Hidrogeologi DAS Cianjur ..................................................................................... 75

Page 17: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

25 Ukuran permukiman ............................................................................................... 85

26 Tipe kepadatan bangunan ....................................................................................... 86

27 Jenis konstruksi rumah responden .......................................................................... 89

28 Rata-rata luas per-orang penghuni rumah di DAS Cianjur..................................... 91

29 Kelengkapan elemen ruang..................................................................................... 92

30 Jumlah rumah menurut luas lantai .......................................................................... 92

31 Tingkat penghunian rumah di DAS Cianjur ........................................................... 93

32 Sistem pengelolaan dan penanganan sampah ......................................................... 98

33 Sumber air minum, kamar mandi pribadi dan MCK umum ................................... 99

34 Tempat pembuangan limbah padat dan cair ........................................................... 100

35 Fasilitas umum di permukiman............................................................................... 100

36 Kegiatan pertemuan warga permukiman ................................................................ 101

37 Jenis kebutuhan konsumen permukiman ................................................................ 102

38 Persentase tingkat kepuasan terhadap bentuk permukiman tertata......................... 105

39 Persentase faktor terpenting dalam memilih rumah................................................ 106

40 Atribut kebutuhan konsumen permukiman tertata.................................................. 108

41 Ukuran tangki septiktank dan frekuensi pengurasan .............................................. 114

42 Luas lahan berdasarkan kelas kesesuaian lahan permukiman di wilayah DAS Cianjur............................................................................................................ 116

43 Luas lahan pada kelas kesesuaian lahan permukiman(KLKim- bwl) ....................... 120

44 Luas permukiman existing pada kesesuaian lahan permukiman ............................ 123

45 Lahan-lahan yang dilarang dibangun menurut masyarakat Sunda ......................... 125

46 Bentuk rehabilitasi yang diusulkan ......................................................................... 128

47 Kriteria permukiman sehat berwawasan lingkungan pada kesesuaian lahan permukiman sangat sesuai ...................................................................................... 132

48 Kriteria permukiman sehat berwawasan lingkungan pada kesesuaian lahan permukiman cukup sesuai....................................................................................... 139

49 Kriteria permukiman sehat berwawasan lingkungan pada kesesuaian lahanpermukiman sesuai marginal........................................................................... 145

Page 18: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

DAFTAR GAMBAR Halaman

1 Kerangka pemikiran konsep permukimann sehat dan berwawasan lingkungan berbasis DAS............................................................... 9

2 Komponen-komponen dari tapak rumah atau perkarangan rumah..................... 11

3 Kelompok-kelompok dan Komplek dari rumah-rumah atau perkarangan rumah.............................................................................................. 11

4 Konsep Recharge-reuse sumberdaya air dalam DAS......................................... 40

5 Contoh representasi objek titik untuk data posisi rumah .................................... 46

6 Contoh representasi objek garis untuk data lokasi jalan dan atributnya ............. 46

7 Contoh representasi objek poligon untuk data landuse ...................................... 47

8 Lokasi penelitian ................................................................................................. 52

9 Lokasi Kecamatan di kawasan DAS Cianjur menurut ketinggian...................... 54

10 Rumah Kualitas................................................................................................... 57

11 Tahapan tumpang susun analisis kesesuaian lahan permukiman........................ 70

12 Peta Batas Kecamatan dalam Wilayah DAS Cianjur.......................................... 72

13 Peta kelas elevasi DAS Cianjur .......................................................................... 76

14 Peta kelas kemiringan lereng DAS Cianjur ........................................................ 77

15 Peta curah hujan DAS Cianjur ............................................................................ 78

16 Peta jenis tanah DAS Cianjur ............................................................................ 80

17 Peta rawan letusan gunung di DAS Cianjur ....................................................... 81

18 Peta penggunaan lahan di DAS Cianjur.............................................................. 83

19 Persentase tipe permukiman di wilayah DAS Cianjur........................................ 87

20 Persentase penggunaan bahan dinding................................................................ 94

21 Persentase penggunaan bahan lantai ................................................................... 95

22 Persentase penggunaan bahan plapond............................................................... 95

23 Sumur resapan air pada pekarangan rumah ...................................................... 104

24 Kebutuhan konsumen, prioritas dan analisis competitive benchmaking.......... 109

25 Rumah kualitas permukiman tertata di DAS Cianjur ....................................... 111

26 Peta kesesuaian lahan permukiman (KLKim-1) ............................................... 118

27 Peta kesesuaian lahan permukiman (KLKim-bwl) ............................................. 121

28 Peta penyebaran permukiman existing pada kesesuaian lahan permukiman (KLKim-bwl) ................................................................................. 124

29 Skema konsep permukiman sehat dan berwawasan lingkungan ...................... 147

Page 19: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Beberapa hasil penelitian permukiman dan DAS ........................................ 163

2 Lahan yang diusulkan dapat dikonversi........................................................ 168

3 Kuesioner kebutuhan dan gaya hidup penghuni permukiman...................... 170

Page 20: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dewasa ini sumberdaya alam dan lingkungan telah menjadi barang langka

akibat tingkat eksploitasi yang berlebihan dan kurang memperhatikan aspek

keberlanjutan (Wahyudin 2005). Meskipun secara ekonomi dapat meningkatkan

nilai jual, namun di sisi lain menimbulkan ancaman kerugian ekologi yang jauh

lebih besar, seperti hilangnya lahan, banjir tahunan yang semakin besar dan

meluas, erosi, tanah longsor, sedimentasi sungai dan danau, serta kelangkaan air

(Mawardi 2008). Peningkatan jumlah permukiman merupakan faktor yang

memiliki keterkaitan erat dengan kerusakan lingkungan.

Pertumbuhan permukiman selama tiga tahun terakhir ini secara nasional

mengalami peningkatan. Hal ini terlihat pada angka rata-rata kebutuhan rumah

secara nasional yang masih tinggi pertahunnya yaitu sebesar 800 000 unit. Tahun

2001 tercatat sebesar 1 110 000 unit, tahun 2004 sebanyak 1 150 633 unit dan

tahun 2007 sebesar 1 227 000 unit (Witoelar 2001; Shaphira 2008). Di sisi lain

penyediaan rumah belum terpenuhi, sehingga setiap tahun terjadi kekurangan

rumah. Secara kumulatif rumah yang belum terpenuhi sampai tahun 2001

sebanyak 4.3 juta unit, tahun 2004 sebanyak 5.3 juta unit dan tahun 2007

sebanyak 7.4 juta unit (Sugandhy 2002; Shaphira 2008). Di wilayah Kabupaten

Cianjur backlog sebanyak 122 413 unit (Bappeda Kabupaten Cianjur 2006).

Kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaan permukiman

mengakibatkan: 1) terjadinya perubahan penggunaan lahan dari lahan pertanian

dan hutan menjadi permukiman, dan 2) munculnya rumah-rumah secara tidak

teratur membentuk pola permukiman sporadis dengan tingkat kepadatan yang

tinggi. Pola permukiman yang sporadis menyebabkan menurunnya kualitas

permukiman seperti peningkatan jumlah rumah tidak layak huni mencapai 14.5

juta unit dan kawasan kumuh mencapai 47 500 hektar tersebar di lebih 10 000

lokasi (Kirmanto 2002). Perubahan penggunaan lahan dari lahan pertanian dan

hutan menjadi lahan permukiman di wilayah DAS menyebabkan terjadi degradasi

DAS berupa lahan gundul, tanah kritis, erosi pada lereng-lereng curam yang

digunakan untuk pertanian maupun permukiman (Edi 2007).

Page 21: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Daerah Aliran Sungai (DAS) Cianjur merupakan salah satu DAS di wilayah

Bopunjur, tepatnya berada di wilayah Kabupaten Cianjur. DAS Cianjur yang

terletak pada ketinggian antara 265 m dpl sampai dengan 2 950 m dpl merupakan

salah satu sentra produksi pangan di wilayah Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Zona

hulu DAS Cianjur mengalami perkembangan pesat dari segi pembangunan fisik

maupun ekonomi karena merupakan wilayah pengembangan wisata. Hasil

penelitian Syartinilia (2001) menemukan bahwa pertumbuhan pesat permukiman

dan perumahan baru di zona DAS hulu disebabkan oleh kecenderungan tingkat

urbanisasi yang tinggi. Perkembangan tersebut mengakibatkan terjadinya

perubahan penggunaan lahan di zona hulu DAS Cianjur. Perubahan penggunaan

lahan didominasi oleh perubahan lahan sawah, tegalan, kebun campuran dan

hutan menjadi permukiman tipe menengah hingga mewah serta villa. Di sisi lain,

pertumbuhan permukiman perdesaan yang cenderung tidak terkendali

mengakibatkan bentuk, ukuran dan tingkat kepadatan permukiman yang tidak

layak dari segi kesehatan maupun ekologis.

Perubahan penggunaan lahan tersebut juga mengakibatkan berkurangnya

jumlah dan jenis tanaman yang berfungsi sebagai media untuk meresapkan air.

Hasil penelitian Arifin (1998) menemukan bahwa tingkat urbanisasi

mengakibatkan penurunan ukuran luas pekarangan, penurunan spesies tanaman

non ornamental dan penurunan pada stratifikasi struktur tanaman. Berkuranganya

luas pekarangan dan stratifikasi struktur tanaman mengakibatkan berkuranganya

lahan dan media untuk meresapakan air. Hal ini mengakibatkan terganggunya

sistem tata air berupa meningkatnya aliran permukaan dan menurunnya

permukaan air tanah sebagai akibat meluasnya lahan kedap air (Sabar, 2001).

DAS Cianjur merupakan DAS lokal, secara administratif berada di wilayah

Kabupaten Cianjur. Kabupaten Cianjur merupakan satu wilayah yang termasuk

kawasan Jabodetabek-Punjur. Kawasan Jabodetabek-Punjur dikategorikan sebagai

“kawasan tertentu” dalam Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 2008 tentang

RTRWN. “Kawasan tertentu” pengelolaannya menjadi satu kesatuan integral,

yang diwujudkan dalam pola pemanfaatan ruang kawasan baik berupa kawasan

lindung maupun kawasan budidaya dan struktur ruang kawasan (Akil 2002;

Haeruman 2002). Berdasarkan hal tersebut menurut Alikodra (2004) sebaiknya

Page 22: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

satuan manajemen “kawasan tertentu” harus didasarkan atas pertimbangan satuan

daerah aliran sungai. Sehubungan dengan itu penelitian ini berbasis DAS yang

merupakan satu kesatuan ekosistem hulu, tengah dan hilir.

Berbagai kajian wilayah menyebutkan bahwa penyelamatan DAS dari

bahaya erosi, banjir dan kekeringan menjadi amat penting bagi kesejahteraan

penduduk di sekitarnya (Haeruman 2002). Salah satu bentuk usaha yang

dikembangkan untuk menyelamatkan DAS ke arah pencegahan erosi yaitu

melalui penataan permukiman (Basso et al. 2000). Penataan permukiman skala

DAS diperlukan mengingat satuan DAS memadukan satu kesatuan ekosistem

yang memiliki keterkaitan secara biofisik antara zona hulu, tengah dan hilir. Oleh

karena itu diperlukan suatu penelitian tentang pencegahan kerusakan lingkungan

melalui penataan arahan lokasi pengembangan permukiman sesuai dengan tingkat

kesesuaian lahan untuk permukiman. Sehubungan dengan itu, penelitian ini

diharapkan akan dapat menjawab permasalahan sebagai berikut: (1) bagaimana

pola sebaran permukiman di zona hulu, tengah, hilir DAS Cianjur, (2) bagaimana

spesifikasi kebutuhan dan gaya hidup masyarakat terhadap kualitas permukiman

di zona hulu, tengah, dan hilir DAS Cianjur?, (3) bagaimana kesesuaian lahan

permukiman di zona hulu, tengah, dan hilir DAS Cianjur ?, dan (4) bagaimana

kriteria permukiman sehat berwawasan lingkungan?

1.2 Perumusan Masalah

Kebutuhan rumah sejalan dengan perkembangan pertambahan jumlah

penduduk, yang mana peningkatan jumlah penduduk akan berdampak pada

peningkatan kebutuhan rumah. Pembangunan permukiman merupakan solusi

sekaligus prioritas pemerintah dalam upaya memenuhi kebutuhan pokok

masyarakat. Hal ini berdampak pada alih fungsi lahan yang terus-menerus

dilakukan guna memenuhi kebutuhan lahan untuk lokasi pembangunan

permukiman. Alih fungsi lahan baik dari lahan pertanian, perkebunan maupun

hutan menjadi lahan permukiman akan berdampak negatif terhadap lingkungan,

apalagi proses alih fungsi lahan tersebut tidak memperhatikan tingkat kesesuaian

lahannya.

Page 23: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Perkembangan permukiman yang cenderung tidak memperhatikan tingkat

kesesuaian lahan berdampak pada kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan

yang terjadi diantaranya adalah terganggunya sistem tata air. Ketika turun hujan

akan mudah banjir dan ketika musim kemarau terjadi kekeringan. Kerusakan

lingkungan juga dapat terjadi sebagai akibat pola perkembangan permukiman

yang melebihi daya dukung lingkungan seperti tingkat kepadatan, ukuran dan

bentuk permukiman.

Agenda permukiman yang dicanangkan secara global adalah perumahan

yang layak dan permukiman yang berkelanjutan. Agenda tersebut, sepenuhnya

belum diimplementasikan oleh para stakeholder sehingga pembangunan

permukiman memiliki kecenderungan berdampak negatif terhadap lingkungan.

Oleh sebab itu perlu dibangun kesepahaman antara masyarakat selaku pengguna

dan penghuni permukiman dan para stakeholder, khususnya para developer

sebagai penyedia permukiman.

Pembangunan permukiman seharusnya tidak hanya berorientasi pada aspek

ekonomi, tetapi juga ekologi dan sosial (Camant 2001) dengan demikian akan

terbentuk suatu kawasan permukiman berkelanjutan. Permukiman berkelanjutan

akan memiliki karakter: (1) layak dari segi kesehatan; (2) hubungan sosial

penghuni yang harmonis; (3) dan serasi dengan alam. Masalah dalam penelitian

ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1) Bagaimana pola sebaran permukiman di zona hulu, tengah, hilir DAS Cianjur

2) Bagaimana spesifikasi kebutuhan dan gaya hidup masyarakat terhadap

kualitas permukiman di zona hulu, tengah, hilir DAS Cianjur ?

3) Bagaimana kesesuaian lahan permukiman di zona hulu, tengah, dan hilir DAS

Cianjur ?

4) Bagaimana kriteria permukiman sehat berwawasan lingkungan?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk membangun konsep

permukiman sehat dan berwawasan lingkungan yang berbasis DAS. Secara

khusus bertujuan untuk:

Page 24: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

1) Menganalisis pola sebaran permukiman di zona hulu, tengah, hilir DAS

Cianjur

2) Menganalisis spesifikasi kebutuhan dan gaya hidup masyarakat terhadap

permukiman di zona hulu, tengah, hilir DAS Cianjur

3) Mengevaluasi kesesuaian lahan permukiman di zona hulu, tengah, dan hilir

DAS Cianjur

4) Merumuskan kriteria permukiman sehat berwawasan lingkungan

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat untuk :

1) Pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam membangun kriteria

permukiman sehat berwawasan lingkungan.

2) Pengembangan akademis bagi peneliti khususnya dan ilmuwan yang konsen

terhadap pengembangan permukiman.

3) Masyarakat, pengembang (developer) dan pemerintah daerah dalam

pengembangan permukiman yang sehat dan berwawasan lingkungan

1.5 Kerangka Pemikiran

Peningkatan kebutuhan rumah sejalan dengan pertumbuhan jumlah

penduduk. Pertumbuhan kebutuhan rumah terus mengalami kenaikan dan

kebutuhan tersebut setiap tahunnya belum dapat sepenuhnya terpenuhi. Hal ini

mengakibatkan terjadinya: (1) ketidakteraturan pola permukiman; (2) perubahan

dinamika trend kebutuhan; dan (3) permukiman tumbuh dan berkembang secara

sporadis tanpa memperhatikan tingkat kesesuaian lahannya.

Permukiman yang ada tumbuh dan berkembang secara sporadis dengan pola

yang tidak teratur di sepanjang sungai atau jalan. Permukiman berkembang tanpa

pola sehingga menimbulkan rumah-rumah tumbuh berhimpitan tanpa pekarangan

dengan tingkat kepadatan yang tinggi. Permukiman dengan tingkat kepadatan

yang tinggi memiliki kecenderungan tidak memenuhi syarat kesehatan karena

keterbatasan pola sirkulasi udara dan cahaya yang dibutuhkan dan sistem drainase

yang buruk. Kondisi ini memicu terjadinya permukiman kumuh yang tidak

memenuhi syarat kesehatan dan lingkungan.

Page 25: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Pertumbuhan kebutuhan permukiman juga berpengaruh pada perubahan

dinamika trend kebutuhan dan gaya hidup dari segi desain rumah, pemilihan

lokasi, dan nuansa lingkungan permukiman. Perubahan trend dipengaruhi

gencarnya media elektronik maupun cetak yang mengekspos iklan-iklan tentang

permukiman. Permukiman dengan berbagai nuasa ditawarkan dalam menarik

minat konsumen sehingga pertumbuhan permukiman dengan berbagai desain dan

nuansa arsitekur ke “barat-baratan” menjamur tidak hanya di wilayah perkotaaan,

pinggiran kota, tetapi sudah sampai ke wilayah perdesaan bahkan sampai ke

wilayah perbukitan atau pegunungan. Perubahan trend kebutuhan rumah dengan

nuasa arsitektur ke “barat-baratan”, akan menimbulkan degradasi budaya baik

dari segi arsitektur lokal dan gaya hidup.

Permukiman yang ada tumbuh dan berkembang pada lahan-lahan pertanian

yang potensial hingga merambah dipinggiran perbukitan dan hutan. Permukiman

tumbuh dan berkembang tanpa memperhatikan tingkat kesesuaian lahan.

Kesesuaian lahan permukiman menunjukkan sesuai tidaknya lahan yang akan

digunakan untuk permukiman baik dari segi keamanan, kenyamanan, dan

kesehatan bagi penghuni berdasarkan beberapa parameter kesesuaian lahan untuk

permukiman. Kesesuaian lahan permukiman berhubungan erat dengan kondisi

lahan yang akan dialihfungsikan. Kondisi lahan yang akan dialihfungsikan

menjadi lahan untuk permukiman memiliki pengaruh yang berbeda untuk masing-

masing tata guna lahan, sehingga diperlukan perlakuan yang berbeda untuk

masing-masing kondisi lahan tersebut. Permukiman yang tidak memperhatikan

tingkat kesesuaian lahan akan menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan.

Permukiman yang tumbuh dan berkembang pada lahan-lahan tidak sesuai

dan memiliki kecenderungan tumbuh dan berkembang secara tidak teratur

membentuk permukiman kumuh yang tidak layak dari kesehatan serta terjadinya

perubahan trend kebutuhan rumah yang mengarah pada degradasi budaya,

mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan yang

terjadi dari aspek ekologi yaitu terganggunya sistem tata air di wilayah DAS

berupa terjadinya longsor, banjir dan kekeringan. Kerusakan lingkungan dari

aspek sosial dan budaya berupa perubahan perilaku gaya hidup masyarakat baik

dalam pengelolaan lingkungan maupun dalam hubungannya dengan pemenuhan

Page 26: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

kebutuhan permukiman. Guna meminimalkan kerusakan lingkungan yang terjadi

di wilayah DAS diperlukan kajian yang terpadu dari segi pola permukiman, trend

gaya hidup masyarakat dalam pengelolaan lingkungan permukiman, dan

kesesuaian lahan untuk permukiman.

Kajian pola permukiman ditujukan guna melihat kondisi permukiman

existing di wilayah DAS. Unit permukiman yang ditinjau adalah kampung yang

meliputi aspek ukuran permukiman, kepadatan bangunan, dan tipe permukiman

(Van der Zee 1986) pada masing-masing zona DAS. Ukuran permukiman

mengkaji tentang kapasitas kampung dalam hal jumlah rumah dan penghuninya.

Kepadatan bangunan mengkaji tingkat kepadatan bangunan rumah dalam satu

wilayah kampung. Tipe permukiman mengkaji posisi-posisi rumah dalam satu

wilayah kampung. Berdasarkan kajian ini akan dirumuskan pola permukiman

yang sehat dan berwawasan lingkungan pada masing-masing sub DAS.

Kajian spesifikasi kebutuhan masyarakat terhadap kualitas permukiman

diperlukan guna menganalisis perilaku dan gaya hidup masyarakat dalam

pengelolaan lingkungan permukiman maupun dalam pemilihan kualitas

permukiman. Perilaku masyarakat dalam pengelolaan lingkungan meliputi

pengelolaan sampah, limbah padat dan cair, serta pemamfaatan sumberdaya alam

berupa air bersih, air sungai, dan bahan bangunan untuk kebutuhan permukiman.

Gaya hidup masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan permukiman

didasarkan pada kajian tentang pemilihan, penampilan dan penataan rumah (Yoga

2007) meliputi: bentuk bangunan, keamanan, dan kebersihan. Analisis yang

digunakan pada kajian ini adalah quality function deployment dan SPSS.

Kajian kesesuaian lahan permukiman dibangun berdasarkan konsep

permukiman berwawasan lingkungan yaitu dengan memperhatikan aspek ekologi,

ekonomi dan sosial (Camant 2001). Aspek ekologi dibangun berdasarkan

beberapa parameter biofisik yaitu: kemiringan lereng, elevasi, curah hujan,

kepekaan tanah terhadap erosi, kedalaman efektif, kedalaman air tanah, penutupan

lahan, bahaya banjir dan bahaya letusan gunung (Van der Zee 1990; Basso et.al

2000; Sugiarti 2000; Kelarestaghi 2003; Sani 2006; Hardjowigeno 2007; dan

Ritung dkk 2007;). Aspek sosial terdiri atas besar keluarga, dan tingkat

pendidikan (BKKBN 2002; Susanto 1997); dan aspek ekonomi yaitu tingkat

Page 27: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

pendapatan berupa PDRB perkapita (Rustiandi 2007). Kajian ini dianalisis

menggunakan GIS untuk memetakan tingkat kesesuaian lahan permukiman

diwilayah DAS.

Berdasarkan ketiga kajian tersebut, selanjutnya dibangun rumusan kriteria

permukiman sehat berwawasan lingkungan untuk masing-masing zona DAS.

Rumusan kriteria ini merupakan bentuk hubungan antara kelas kesesuaian lahan

permukiman pada masing-masing zona DAS dengan pola permukiman dan

perilaku atau gaya hidup masyarakat dalam pengelolaan permukiman. Rumusan

kriteria permukiman sehat berwawasan lingkungan selanjutnya dijadikan dasar

dalam menyusun konsep permukiman sehat berwawasan lingkungan (Gambar 1).

1.6 Novelty

Kajian terhadap permukiman telah banyak dilakukan baik di wilayah

perkotaan maupun perdesaaan. Kajian yang sudah dilakukan tersebut bersifat luas

dalam ruang lingkup wilayah administratif. Penelitian ini mengkaji permukiman

di zona DAS hulu, tengah dan hilir yang merupakan satu kesatuan ekosistem DAS.

Sehubungan dengan itu, pembaharuan (novelty) dalam penelitian ini adalah

konsep permukiman sehat dan berwawasan lingkungan berbasis DAS yang

dibangun berdasarkan tools evaluasi kesesuaian lahan untuk permukiman, pola

permukiman, dan spesifikasi kebutuhan serta gaya hidup masyarakat dalam

pengelolaan permukiman.

Page 28: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Peningkatan kebutuhan

rumah

Ketidakteraturan Pola permukiman

Dinamika trend kebutuhan

Permukiman berada pada lahan tidak

sesuai

Spesifikasi kebutuhan penghuni permukiman -Gaya Hidup pengelolaan lingkungan Permukiman -Gaya Hidup Memilih Permukiman

Kriteria Permukiman

sehat berwawasan lingkungan

Kerusakan lingkungan Di wilayah

DAS

Gambar 1 Kerangka pemikiran konsep permukiman sehat dan berwawasan lingkungan

Pola permukiman -Ukuran Permukiman-Kepadatan Bangunan -Tipe Permukiman

Kesesuaian lahan permukiman: -Biofisik -Ekonomi -Sosial

Konsep Permukiman

Sehat Berwawasan Lingkungan

Van der Zee & SPSS

GIS

Quality Function Devlopment & SPSS

9

Page 29: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Permukiman

2.1.1 Konsep Permukiman

Pengertian dasar permukiman dalam Undang-Undang No.4 tahun 1992

adalah sebagai suatu kelompok yang memiliki fungsi lingkungan tempat hunian

yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan. Menurut Koestoer

(1995) batasan permukiman adalah terkait erat dengan konsep lingkungan hidup

dan penataan ruang. Permukiman adalah area tanah yang digunakan sebagai

lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang

mendukung peri kehidupan dan merupakan bagian dari lingkungan hidup di luar

kawasaan lindung baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan.

Parwata (2004) menyatakan bahwa permukiman adalah suatu tempat bermukim

manusia yang telah disiapkan secara matang dan menunjukkan suatu tujuan yang

jelas, sehingga memberikan kenyamanan kepada penghuninya. Permukiman

(Settlement) merupakan suatu proses seseorang mencapai dan menetap pada suatu

daerah (Van der Zee 1986). Kegunaan dari sebuah permukiman adalah tidak

hanya untuk menyediakan tempat tinggal dan melindungi tempat bekerja tetapi

juga menyediakan fasilitas untuk pelayanan, komunikasi, pendidikan dan rekreasi.

Menurut Parwata (2004) permukiman terdiri dari: (1) isi, yaitu manusia

sendiri maupun masyarakat; dan (2) wadah, yaitu fisik hunian yang terdiri dari

alam dan elemen-elemen buatan manusia. Dua elemen permukiman tersebut,

selanjutnya dapat dibagi ke dalam lima elemen yaitu: (1) alam yang meliputi:

topografi, geologi, tanah, air, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan iklim; (2) manusia

yang meliputi: kebutuhan biologi (ruang,udara, temperatur, dsb), perasaan dan

persepsi, kebutuhan emosional, dan nilai moral; (3) masyarakat yang meliputi:

kepadatan dan komposisi penduduk, kelompok sosial, kebudayaan,

pengembangan ekonomi, pendidikan, hukum dan administrasi; (4) fisik bangunan

yang meliputi: rumah, pelayanan masyarakat (sekolah, rumah sakit, dsb), fasilitas

rekreasi, pusat perbelanjaan dan pemerintahan, industri, kesehatan, hukum dan

administrasi; dan (5) jaringan (net work) yang meliputi: sistem jaringan air bersih,

Page 30: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

sistem jaringan listrik, sistem transportasi, sistem komunikasi, sistem manajemen

kepemilikan, drainase dan air kotor, dan tata letak fisik.

2.1.2 Bentuk-bentuk Permukiman

Sebuah permukiman terbentuk dari komponen-komponen dasar yaitu: (1)

rumah-rumah dan tanah beserta rumah; (2) tanah kapling rumah dan ruang tanah

beserta rumah; dan (3) tapak rumah dan perkarangan rumah (Gambar 2).

Kapling rumah atau ruang perkarangan Rumah Kebun Tanah dan Kebun Tanah dan Rumah rumah

a.Tanah kapling rumah atau b.Rumah dan struktur c. Perkarangan rumah ruang perkarangan lainnya

Gambar 2 Komponen-komponen dari tapak rumah atau perkarangan rumah (Sumber: Van der zee 1986)

Perkarangan rumah atau tempat-tempat rumah biasanya disusun dalam

kelompok-kelompok yang homogen dalam segi bentuk, fungsi, ukuran, asal mula

dan susunan spasial. Dua atau lebih kelompok-kelompok dapat membentuk

sebuah komplek (Gambar 3). Bentuk dari permukiman dinyatakan dalam bentuk

tempat dan bentuk perencanaan tanah. Perencanaan tanah dibentuk oleh

kelompok-kelompok dan komplek-komplek dari tempat rumah dan perkarangan

rumah.

a. Rumah-rumah tunggal b.Kelompok-kelompok c. Komplek rumah-rumah dan perkarangan rumah rumah dan perkarangan dan perkarangan rumah rumah Gambar 3 Kelompok-kelompok dan komplek dari rumah-rumah atau

perkarangan rumah (Sumber: Van der zee 1986)

Page 31: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

2.1.3 Konsep Perumahan

Budihardjo (1998) membedakan antara rumah dan perumahan. Rumah

adalah suatu bangunan dimana manusia tinggal dan melangsungkan

kehidupannya. Disamping itu juga rumah merupakan tempat dimana

berlangsungnya proses sosialisasi pada saat seorang individu diperkenalkan

kepada norma dan adat kebiasaan yang berlaku didalam suatu masyarakat. Secara

umum rumah memiliki kegunaan sebagai: (1) tempat berlindung yaitu melindungi

penghuninya dari pengaruh luar seperti hujan, sinar matahari, binatang, dan

sebagainya; (2) tempat pembinaan dan kegiatan keluarga sebagai tempat yang

aman dan nyaman untuk melakukan berbagai kegiatan bersama, membina

kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga (Sukamto 2004).

Perumahan merupakan daerah dimana terdapat sekelompok rumah. Setiap

perumahan memiliki sistem nilai dan kebiasaan yang berlaku bagi setiap

warganya. Sistem nilai tersebut berbeda antara satu perumahan dengan perumahan

lainnya. Perumahan sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia adalah

pengejawatahan diri manusia, baik bersifat pribadi maupun dalam satu kesatuan

dan kebersamaan dengan lingkungan alamnya (Sutrisna 1996). Dalam kaitan ini,

alam dengan unsur utamanya tanah sebagai tempat tinggal dan sekaligus sarana

yang memberikan kehidupan, menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk

kelestarian dan pengembangan dirinya setelah melalui pengolahan sesuai dengan

fungsinya bagi manusia. Lebih lanjut Mills (1987) menyatakan bahwa perumahan

tidak hanya sekedar tempat berlindung tetapi juga merupakan sebidang lahan

tempat tinggal dengan pelayanan yang ada di lokasi tersebut (air bersih, listrik,

telepon, tempat sampah dan lain-lain) dan kemudahan yang memungkinkan ke

pelayanan di luar lokasi (pendidikan, pusat kesehatan dan sebagainya) tempat

bekerja dan fasilitas lainnya. Secara luas perumahan adalah elemen penting dari

pertumbuhan kesejahteraan dan ekonomi.

Kaidah perencanaan kawasan perumahan yang harus mendapat perhatian

dan pertimbangan (Silas 2001), yaitu: (1) penggunaan lahan yang efisien – efektif

dan terkait dengan kegiatan ekonomi dalam arti luas; (2) orientasi bangunan perlu

memperhatikan arah angin disamping posisi dan pergerakan matahari. Jalan dan

lorong terutama disearahkan dengan arah aliran angin sebagai koridor angin yang

Page 32: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

menjaga kesejukan lingkungan; (3) jalan mobil hanya disediakan sebatas

kebutuhan nyata untuk keamanan dan keadaan darurat. Parkir mobil sebaiknya

terpusat sehingga jalan/lorong dapat dijadikan sebagai taman komunal; (4)

Tersedia fasilitas perumahan yang diadakan dan diselenggarakan secara komunal,

termasuk ruang terbuka hijau serta rekreasi memakai akses utama melalui berjalan

kaki dari perumahan yang ada. Sistem sarana dan prasarana harus terkait dengan

system kota yang lebih besar; dan (5) ada penghijauan dan badan air yang cukup

serta menyebar untuk menjaga mutu dan keajegan iklim mikro yang baik. Ini

perlu sebagai kompensasi dari perumahan warga berpendapatan rendah yang

cenderung dengan kepadatan tinggi.

Lebih lanjut menurut Silas (2001), kaidah yang mendasar yang perlu

diperhatikan dalam perencanaan rumah adalah: (1) ada fleksibilitas penataan

ruang, utamanya bagi masyarakat berpenghasilan rendah; 2) memilih bahan

bangunan yang mudah diperoleh di daerah setempat dan sudah akrab digunakan

oleh warga dengan kesulitan konstruksi yang mudah diatasi oleh keahlian

setempat; (3) penataan ruang yang dilakukan fleksibel dan multi guna serta tidak

terkotak-kotak kecil, berguna untuk menjamin kedinamisan gerak dan berbagai

aktivitas lain dari penghuni serta untuk memberi keleluasaan aliran udara dan

cahaya yang tinggi; dan (4) tampilan bangunan harus serasi dengan tampilan

bangunan yang lazim di sekitarnya. Prinsip bangunan tropis dengan teritis yang

lebar, teduh dan angin mudah lewat serta tidak tempias oleh terpaan hujan lebat

merupakan dasar yang harus diperhatikan secara sungguh-sungguh. Perlu

memberi muatan local yang diambil dari prinsip unsur arsitektur tradisional

setempat.

Batasan mengenai tipe rumah dalam pedoman pembangunan perumahan dan

permukiman sesuai dengan Keputusan Menpera No.4/KPTS/BKP4N/1995 tentang

klasifikasi rumah tidak bersusun terdiri dari karakteristik fisik dan non fisik.

Karakteristik fisik/ bangunan rumah, yaitu sebagai berikut:

1) Rumah sangat sederhana (RSS) adalah rumah tidak bersusun yang pada tahap

awalnya menggunakan bahan bangunan berkualitas sangat sederhana dan

dilengkapi dengan prasarana lingkungan, fasilitas umum dan fasilitas sosial.

Page 33: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

2) Rumah sederhana (RS) adalah rumah tidak bersusun dengan luas lantai

bangunan tidak lebih dari 70 m2 yang dibangun dengan luas kavling 54 m2

sampai dengan 200 m2 dan biaya pembangunan per m2 tidak melebihi dari

harga per m2 tertinggi untuk pembangunan rumah di atas tipe C yang berlaku,

yang meliputi rumah sampai dengan tipe besar, rumah sederhana dan kavling

siap bangun.

3) Rumah menengah adalah bangunan tidak bersusun dengan luas lantai

bangunan diatas 70 m2 sampai dengan 150 m2 dengan luas kavling 200 m2

sampai dengan 600 m2 dan atau biaya pembangunan per m2 di atas harga

satuan per m2 tertinggi untuk pembangunan perumahan dinas kelas C sampai

kelas A yang berlaku.

4) Rumah mewah adalah rumah yang dibangun di atas tanah dengan luas kavling

antara 600 m2 sampai 2000 m2 dan atau biaya pembangunan per m2 diatas

harga satuan per m2 tertinggi untuk pembangunan perumahan dinas kelas A

yang berlaku.

Karakteristik non fisik/bangunan pada umumnya meliputi: (1) penyediaan

fasilitas umum (seperti saluran air minum, listrik, telepon, pelayanan kesehatan,

jalan yang memadai); (2) komposisi sosial ekonomi (tingkat pendapatan,

pendidikan, dan sebagainya); dan (3) komposisi demografi (kepadatan penduduk,

kepadatan bangunan).

2.1.4 Pola Penyebaran Pembangunan Perumahan dan Permukiman

Pola penyebaran pembangunan perumahan dan permukiman di wilayah desa

kota menurut Koestoer (1995), pembentukkannya berakar dari pola campuran

antara ciri perkotaan dan perdesaan. Ada perbedaan mendasar pola pembangunan

permukiman di perkotaan dan perdesaan. Wilayah permukiman di perkotaan

sering disebut sebagai daerah perumahan, memiliki keteraturan bentuk secara

fisik. Artinya sebagian besar rumah menghadap secara teratur ke arah kerangka

jalan yang ada dan sebagian besar terdiri dari bangunan permanen, berdinding

tembok dan dilengkapi dengan penerangan listrik. Kerangka jalannyapun ditata

secara bertingkat mulai dari jalan raya, penghubung hingga jalan lingkungan atau

lokal.

Page 34: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Karakteristik kawasan permukiman penduduk perdesaan ditandai terutama

oleh ketidakteraturan bentuk fisik rumah. Pola permukimannya cenderung

berkelompok membentuk perkampungan yang letaknya tidak jauh dari sumber air,

misalnya sungai. Pola permukiman perdesaan masih sangat tradisional banyak

mengikuti pola bentuk sungai, karena sungai disamping sebagai sumber

kehidupan sehari-hari juga berfungsi sebagai jalur transportasi antar wilayah.

Perumahan di tepi kota (desa dekat dengan kota) membentuk pola yang

spesifik di wilayah desa kota. Pada saat pengaruh perumahan kota menjangkau

wilayah ini, pola permukiman cenderung lebih teratur dari pola sebelumnya.

Selanjutnya pembangunan jalan di wilayah perbatasan kota banyak

mempengaruhi perubahan pola penggunaan lahan dan pada gilirannya

permukiman perdesaan berubah menjadi pola campuran. Ada bagian kelompok

perumahan yang tertata baik menurut kerangka jalan baru yang terbentuk, tetapi

dibagian lain masih ada pula yang tetap berpola seperti sediakala yang tidak

teratur dengan bangunan semi permanen.

2.1.5 Rumah Sehat dan Berwawasan Lingkungan

2.1.5.1 Rumah Sehat

Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang vital,

disamping kebutuhan sandang dan pangan. Menurut World Health Organization

(WHO), rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung,

dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan

sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu (Komisi WHO Mengenai

Kesehatan dan Lingkungan 2001). Sejalan dengan itu, maka rumah sehat

didefinisikan sebagai bangunan tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai

sarana pembinaan keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik,

mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara

produktif. Keberadaan perumahan yang sehat, aman, serasi, teratur sangat

diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik (Keman

2005).

Page 35: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Lebih lanjut menurut Sukamto (2004) rumah harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut:

1) Memenuhi segi kesehatan

(1) Memiliki penerangan dan peranginan yang cukup

(2) Memiliki sarana penyediaan air bersih

(3) Memiliki sarana pengaturan pembuangan air limbah

(4) Dinding dan lantai tidak lembab

(5) Tidak terpengaruh oleh gangguan pencemaran seperti bau, rembesan air

kotor, udara kotor

2) Memenuhi segi kekuatan bangunan

3) Memenuhi segi kenyamanan

(1) Tersedia ruang yang cukup

(2) Ukuran ruang sesuai dengan kebutuhan, minimal 9 m2 per orang dengan

ketinggian minimal 2,80 m. Salah satu contoh kebutuhan luas minimum

untuk rumah sederhana sehat adalah 27 m2 (Tabel 1).

Tabel 1 Kebutuhan luas minimum bangunan dan lahan untuk rumah sederhana sehat

Luas (m2) untuk 3 jiwa Luas (m2) untuk 4 jiwa

Lahan Luas

Standar Per jiwa (m2 ) Unit

Rumah Min Efektif Ideal

Unit Rumah Mi

n Efekti

f Ideal

(Ambang batas) 7,2

21,6 60 72– 90 200 28,8 60 72-90 200

(Indonesia) 9,0

27,0 60 72-90 200 36,0 60 72-90 200

(Internasional) 12,0

36,0 60 - - 48,0 60 -- --

(Sumber: Kantor Kementerian Permukiman dan Prasarana Wilayah 2002)

(3) Penataan ruang yang serasi

(4) Dekorasi dan warna yang sesuai

(5) Penghijauan di pekarangan rumah

4) Dapat terjangkau

Sehubungan dengan itu, standar kebutuhan ruang untuk rumah sehat adalah

12 m2 per orang (18 m 2 untuk dua orang, 27 m2 untuk tiga orang dan seterusnya).

Pada Repelita VI dan PJPT II diharapkan dapat meningkat menjadi 14 m2. Dalam

Page 36: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

kaitannya dengan standar rumah sehat, menurut Mangunwijaya (1994) diperlukan

guna memenuhi kenyamanan fisik dan kenyamanan psikologis penghuni.

Kenyamanan fisik dimaksudkan sebagai kenyamanan yang menyangkut segi-segi

fisik biologis manusia yang secara hakiki memerlukan perlindungan terhadap

gangguan alam, cuaca dan makhluk-makhluk lain. Sedangkan kenyamanan

psikologis merupakan sesuatu yang diakibatkan oleh faktor-faktor sosial.

Perumahan sehat merupakan konsep dari perumahan sebagai faktor yang

dapat meningkatkan standar kesehatan penghuninya. Konsep tersebut melibatkan

pendekatan sosiologis dan teknis pengelolaan faktor risiko dan berorientasi pada

lokasi, bangunan, kualifikasi, adaptasi, manajemen, penggunaan dan pemeliharaan

rumah dan lingkungan di sekitarnya, serta mencakup unsur apakah rumah tersebut

memiliki penyediaan air minum dan sarana yang memadai untuk memasak,

mencuci, menyimpan makanan, serta pembuangan kotoran manusia maupun

limbah lainnya (Komisi WHO mengenai Kesehatan dan Lingkungan 2001).

Menurut American Public Health Association (APHA) rumah dikatakan

sehat apabila : (1) memenuhi kebutuhan fisik dasar seperti temperatur lebih

rendah dari udara di luar rumah, penerangan yang memadai, ventilasi yang

nyaman, dan kebisingan 45-55 dB.A.; (2) memenuhi kebutuhan kejiwaan; (3)

melindungi penghuninya dari penularan penyakit menular yaitu memiliki

penyediaan air bersih, sarana pembuangan sampah dan saluran pembuangan air

limbah yang saniter dan memenuhi syarat kesehatan; serta (4) melindungi

penghuninya dari kemungkinan terjadinya kecelakaan dan bahaya kebakaran,

seperti fondasi rumah yang kokoh, tangga yang tidak curam, bahaya kebakaran

karena arus pendek listrik, keracunan, bahkan dari ancaman kecelakaan lalu lintas

(Sanropie 1992; Azwar 1996).

Komponen yang harus dimiliki rumah sehat (Ditjen Cipta Karya 1997)

adalah: (1) fondasi yang kuat untuk meneruskan beban bangunan ke tanah dasar

sehingga memberi kestabilan bangunan dan merupakan konstruksi penghubung

antara bangunan dengan tanah; (2) lantai kedap air dan tidak lembab, tinggi

minimum 10 cm dari pekarangan dan 25 cm dari badan jalan, bahan kedap air,

untuk rumah panggung dapat terbuat dari papan atau anyaman bambu; (3)

memiliki jendela dan pintu yang berfungsi sebagai ventilasi dan masuknya sinar

Page 37: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

matahari dengan luas minimum 10% luas lantai; (4)dinding rumah kedap air yang

berfungsi untuk mendukung atau menyangga atap, menahan angin dan air hujan,

melindungi dari panas dan debu dari luar, serta menjaga kerahasiaan ( privacy)

penghuninya; (5) langit-langit untuk menahan dan menyerap panas terik matahari,

minimum 2,4 m dari lantai, bisa dari bahan papan, anyaman bambu, tripleks atau

gipsum; serta (6) atap rumah yang berfungsi sebagai penahan panas sinar matahari

serta melindungi masuknya debu, angin dan air hujan

Perumahan sehat harus memenuhi syarat kesehatan lingkungan, ketertiban,

keserasian lingkungan, prasarana dan sarana, serta keamanan. Persyaratan tersebut

di antaranya:

1) Memenuhi segi kesehatan lingkungan

Artinya komponen-komponen perumahan yang mempengaruhi kesehatan

masyarakat hendaknya dilengkapi sesuai dengan kebutuhan, seperti: (1)

penyediaan prasarana lingkungan; (2) penyediaan fasilitas lingkungan; (3)

pengamanan lingkungan terhadap pencemaran.

2) Memenuhi segi ketertiban

Perumahan akan berada pada kondisi aman dan tertib, apabila: (1) mematuhi

peraturan tata letak bangunan dan perumahan agar terhindar dari berbagai

bencana seperti kebakaran dan longsor; dan (2) dilengkapi dengan penerangan

jalan yang cukup dan warga bertanggungjawab terhadap pemeliharaannya.

3) Memperhatikan keserasian lingkungan

Untuk dapat tinggal dengan aman dan nyaman dalam suatu perumahan, perlu

diusahakan hal-hal sebagai berikut: (1) melestarikan pohon pelindung dan

taman untuk menguatkan tanah dan penyimpanan air dan penyegaran udara

serta memberikan pemandangan indah; (2) memberi penerangan alami dan

buatan yang mencukupi; (3) mengatur tata letak perumahan sehingga cukup

serasi; (4) cukup jauh jaraknya dengan komplek industri yang mengeluarkan

banyak asap kotor dan mengandung racun atau debu atau dapat

menyakibatkan pencemaran udara atau air dan tanah; dan (5) cukup jauh dari

tempat-tempat yang dapat mengganggu kesehatan, kesejahteraan dan moral

masyarakat.

Page 38: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

4) Terpenuhi sarana lingkungan yang lengkap sesuai dengan jumlah dan

kebutuhan penduduknya: (1) fasilitas keagamaan; (2) fasilitas kesehatan; (3)

fasilitas ekonomi; (4) fasilitas pendidikan; (5) fasilitas sosial; (6) fasilitas

keamanan; dan (7) fasilitas rekreasi.

5) Terpenuhi prasarana lingkungan yang lengkap sesuai dengan jumlah dan

kebutuhan penduduknya: (1) jaringan jalan dan jembatan; (2) sistem

pemberian air minum atau air bersih; (3) jaringan listrik; (4) jaringan telepon;

(5) sitem pembuangan air hujan (saluran terbuka atau tertutup dan air kotor

atau limbah rumah tangga); dan (6) sistem pengangkutan dan pembuangan

sampah dan kotoran lainnya.

6) Adanya pengamanan lingkungan terhadap pencemaran seperti pemeliharaan

sumber-sumber air bersih, usaha untuk konservasi air, pencegahan banjir,

pembuangan sampah dan limbah yang mengganggu (Sukamto 2004).

Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut

Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 829/Menkes/SK/VII/1999

meliputi parameter sebagai berikut :

1) Lokasi

(1) Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai,

aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan

sebagainya;

(2) Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah

atau bekas tambang;

(3) Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti

jalur pendaratan penerbangan.

2) Kualitas udara

Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan

gas beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut :

(1) Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi;

(2) Debu dengan diameter kurang dari 10 g/m3 maksimum 150g/m3;

(3) Gas SO2 maksimum 0,10 ppm;

(4) Debu maksimum 350 mm3/m2 per hari.

Page 39: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

3) Kebisingan dan getaran

(1) Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A;

(2) Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik .

4) Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman

(1) Kandungan timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg

(2) Kandungan arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg

(3) Kandungan cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg

(4) Kandungan benzo(a)pyrene maksimum 1 mg/kg

5) Prasarana dan sarana lingkungan

(1) Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan

konstruksi yang aman dari kecelakaan;

(2) Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor

penyakit;

(3) Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak

mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan

kaki dan penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman,

lampu penerangan jalan tidak menyilaukan mata;

(4) Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang

memenuhi persyaratan kesehatan;

(5) Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi

persyaratan kesehatan;

(6) Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat

kesehatan;

(7) Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat

kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dan lain sebagainya;

(8) Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya;

(9) Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi

kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan keracunan.

6) Vektor penyakit

(1) Indeks lalat harus memenuhi syarat;

(2) Indeks jentik nyamuk dibawah 5%.

Page 40: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

7) Penghijauan

Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung

dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam.

2.1.5.2 Rumah Berwawasan Lingkungan

Pergeseran fungsi rumah yang tidak hanya sekedar sebagai tempat

berlindung tetapi juga sebagai tempat bersosialisasi antar keluarga, istirahat

dengan nuansa kenyamanan, menemukan inspirasi dan berkreasi, dan memperoleh

nuasa alami. Kebutuhan memperoleh nilai dan fungsi lebih dari sebuah rumah,

membuat perkembangan perumahan menuju ke arah pembangunan nuansa

ekologis. Guna mewujudkan pembangunan secara ekologis harus memperhatikan

arsitektur dari tiga tingkatan, yaitu: perencanaan secara ekologis, pembangunan

kesehatan manusia dan lingkungan, dan bahan bangunan yang sehat (Frick dan

Suskiyatno 1998).

Pembangunan secara ekologis berarti pemanfaatan prinsip-prinsip ekologis

pada perencanaan lingkungan buatan. Pada pembangunan biasa seluruh gedung

berfungsi sebagai sistem yang memintas, yang mengurangi kualitas lingkungan.

Akan tetapi, baik rumah maupun pedesaan harus dianggap sebagai ekosistem yang

berhubungan erat pada hukum alam.

Pembangunan rumah atau tempat tinggal sebagai kebutuhan kehidupan

manusia dalam hubungan timbal balik dengan lingkungan alamnya dinamakan

arsitektur ekologis atau eko-arsitektur. Eko-arsitektur mengandung dimensi

seperti waktu, lingkungan alam, sosio-kultural, ruang, dan teknik bangunan.

Menurut Frick dan Suskiyatno (1998) perencanaan eko-arsitektur berpedoman

pada alam sebagai polanya, sehingga suatu perencanaan harus memenuhi

persyaratan berikut ini:

1) Penyesuaian pada lingkungan alam

2) Menghemat sumber energi yang tidak dapat diperbarui dan mengirit

penggunaan energi.

3) Memelihara sumber lingkungan (udara, tanah, dan air)

4) Memelihara dan memperbaiki peredaran alam

Page 41: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

5) Mengurangi ketergantungan pada sistem pusat energi (listrik, air) dan limbah

(air limbah, sampah).

6) Penghuni ikut serta secara aktif pada perencanaan pembangunan dan

pemeliharaan perumahan.

7) Tempat kerja dan permukiman dekat

8) Kemungkinan penghuni menghasilkan sendiri kebutuhannya sehari-hari

9) Menggunakan teknologi sederhana.

Reintegrasi kebiasaan kehidupan yang makin lama makin terpisah-pisah

(permukiman, produksi, konsumsi, hiburan, dan peristirahatan) pada permukiman

atau daerah perumahan harus ditingkatkan. Akibat reintegrasi tersebut di atas

adalah perkembangan baru, dalam tata kemasyarakatan maupun dalam

perencanaan ruang.

Nuansa ekologis dari sebuah hunian mulai dikembangkan dari mulai unit

desain rumah (ecohousing), kawasan perumahan sampai pada suatu desa

berwawasan lingkungan (ecovillage). Ecohousing atau cohousing merupakan

suatu istilah yang diciptakan oleh dua arsitek Amerika, yaitu Kathryn Mc Camant

dan Charles Durret guna menjelaskan sebuah rencana perumahan yang

dikembangkan di Denmark kurang lebih 30 tahun yang lalu dan sekarang semakin

banyak diadopsi di seluruh Eropa dan Amerika Utara. Pengembangan dan

pengelolaan tempat tinggal dilakukan oleh mereka sendiri yang merupakan

kombinasi anatomi dari rumah tinggal pribadi dengan keuntungan hidup

bermasyarakat.

Gambaran nilai dari sebuah cohousing adalah rumah tinggal individu

didesain untuk diisi sendiri, namun demikian selain setiap rumah memiliki dapur,

kamar mandi dan area kehidupan sendiri tetapi juga memiliki fasilitas umum luas

dan khusus untuk makan malam boleh memilih pada rumah umum (Mc Camant

and Durret 2001). Cohousing adalah sebuah bentuk perumahan atas dasar

kerjasama atau semi kolektif. Mereka khas terdiri dari 20 -30 kelompok rumah

kota.

Ecovillage pada dasarnya merupakan sebuah usaha modern untuk dapat

hidup dalam suatu keharmonisan dengan alam dan dan dengan lainnya (Gibellini

2001). Ecovillage adalah gambaran dari permukiman manusia seutuhnya yang

Page 42: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

mana tidak membahayakan segala aktivitas manusia yang terintegrasi ke dalam

dunia alami, yang didukung oleh pengembangan kesehatan manusia dan dapat

terus berlanjut sampai masa depan yang tak terbatas (Mc Camant dan Durret

2001).

Ecovillage menggunakan teknologi energi terbaharui, bangunan bernuansa

ekologi dan didesain skala manusia untuk mengurangi eksploitasi sumberdaya

alam, fasilitas kepercayaan masyarakat sendiri dan meningkatkan kualitas hidup.

Sebuah ecovillage didesain dalam keharmonisan dengan bioregion sebagai

pengganti teknik landscape untuk mendesain tanaman yang baik. Didasari

pemikiran bioregion, permukiman berkelanjutan direncanakan terdiri dari

ketersediaan air, kemampuan mengolah limbah, generate power dan kemudahan

(akses) ketempat bekerja dan pelayanan (Gibellini 2001).

Ecovillage, apakah di perkotaan atau di perdesaan merupakan suatu usaha

bersama-sama untuk membawa beberapa alat untuk hidup berkelanjutan yang

mana sekarang sebagian besar tersedia untuk kita. Tantangannya adalah

menggabungkan menjadi sebuah keseluruhan, membangun lingkungan daerah,

mata pencaharian, ekologi, proses pengambilan keputusan pribadi dan kelompok.

Ecovillage dalam lingkungan perkotaan merupakan sebuah blok bangunan alami

ke arah eco-cities.

Mc Camant dan Durret (2001) mendeskripsikan sebuah permukiman

berkelanjutan melalui gambaran pada tiga sektor yaitu lingkungan, sosial dan

ekonomi. Gambaran lingkungan dari sebuah permukiman berkelanjutan

merupakan suatu lingkungan ekologi yang berkualitas tinggi dan menarik, yang

dapat dilihat dari penggabungan arsitektur fisik lingkungan berkelanjutan dan

teknologi serta desain lanskap berkelanjutan. Gambaran sosial dari sebuah

permukiman berkelanjutan adalah perencanaan yang melihat kebutuhan dari

kelompok umur muda, menengah dan tua, sehingga tercipta kampung antar

generasi. Mencoba untuk menyeimbangkan kebutuhan individu dan masyarakat

dengan cara membuat keduanya tumbuh subur.

Gambaran sektor ekonomi dari sebuah permukiman berkelanjutan, menurut

Mc Camant dan Durret (2001) merupakan penggunaan karakter perkampungan

perkotaan (urban villages). Urban villages adalah konsep perencanaan yang

Page 43: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

berasal dari kota bebas mobil. Dasar ide ini adalah untuk penambahan kepadatan

di sekitar pusat-pusat trasportasi, dan untuk menggunakan campuran yang

memiliki rumah dekat toko dan kantor. Ini memperbaiki kemudahan untuk

mencapai dan mengurangi penggunaan mobil. Secara umum mendorong berjalan

kaki dan memperbaiki fasilitas pejalan kaki oleh pembangunan jalur hijau.

Terdapat lima prinsip utama dari konsep perumahan dan permukiman yang

berwawasan lingkungan yang harus dikembangkan sesuai dengan kondisi awal

yang ada, yaitu: (1) mempertahankan dan memperkaya ekosistem yang ada; (2)

penggunaan energi yang minimal; (3) pengendalian limbah dan pencemaran; (4)

menjaga kelanjutan sistem sosial budaya lokal; dan (5) peningkatan pemahaman

konsep lingkungan (Kantor Kementerian Lingkungan Hidup 2004). Menurut Silas

(2001), rumah yang berkelanjutan harus memenuhi lima syarat dasar yang dapat

dinikmati oleh penghuni saat ini dan yang akan datang, yaitu:

1) Mendukung peningkatan mutu produktivitas kehidupan penghuni baik secara

social, ekonomi, dan politik. Artinya setiap anggota penghuni terinpirasi untuk

melakukan tugasnya lebih baik;

2) Tidak menimbulkan gangguan lingkungan dalam bentuk apapun sejak

pembangunan, pemanfaatan dan kelak bila harus dimusnahkan. Ukuran yang

dapat digunakan terhadap gangguan yang terjadi terhadap lingkungan adalah

efektivitas konsumsi energi;

3) Mendukung peningkatan mobilitas kesejahteran penghuninya secara fisik dan

spiritual. Berarti penghuni mengalami terus peningkatan mutu kehidupan fisik

dan spiritual;

4) Menjaga keseimbangan antara perkembangan fisik rumah dengan mobilitas

social ekonomi penghuninya. Pada awalnya keadaan fisik rumah lebih tinggi

dari keadaan non fisik, namun ini berbalik setelah penghuni mapan di rumah

tersebut; dan

5) Membuka peran penghuni atau pemilik yang besar dalam pengambilan

keputusan terhadap proses pengembangan rumah dan rukun warga tempat ia

berinteraksi dengan tetangga.

Page 44: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

2.1.5.3 Beberapa Hasil Penelitian Permukiman

Beberapa hasil penelitian permukiman dan perumahan yang telah dilakukan

mengenai kepuasaan hunian, model permukiman perkotaan, perkembangan

permukiman, konsep dasar pencegahan kejahatan melalui perancangan

lingkungan perumahan secara umum menemukan bahwa ketersediaan fasilitas

umum dan sosial terutama tempat rekreasi masih terbatas dan masih rendahnya

tingkat keamanan. Hasil-hasil penelitian tentang permukiman dapat dilihat pada

Tabel 7. Hasil penelitian Koebel et al. (1999) pada 8 lokasi perumahan dan

apartemen dengan jumlah responden sebanyak 621 mengenai tingkat kepuasan

penghuni terhadap pemeliharaan dan pengeloaan beberapa fasilitas hunian,

menemukan bahwa yang memiliki rating rendah adalah pengelolaan keamanan,

dan keterbatasan sarana rekreasi di lingkungan perumahan.

Aurelia (2002) melakukan penelitian tentang hubungan antara harga

penjualan dan karakteristik perumahan (living area, jumlah ruangan, umur, jarak

dari daerah lanskap, dan lain-lain) menggunakan bentuk linier, logaritma, dan

timbal balik. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel utama yang

mempengaruhi harga adalah living area dari tempat tinggal. Variabel lain secara

statistik signifikan adalah ukuran balkon, jumlah kamar mandi, umur bangunan,

keberadaan elevator, dan keberadaan gudang kecil. Model timbal-balik

menunjukkan bahwa living area minimum adalah 48 m2 (sebuah studio, sebuah

kantor atau apartemen kecil perkotaan). Variabel lingkungan yaitu jarak dari

daerah hijau mempengaruhi harga rumah.

Kobayashi (2004) mengembangkan model bentuk permukiman perkotaan

dengan melihat tingkat perkembangan jenis bangunan (rumah, toko, pabrik,

kantor dll.), tahun pembangunan, luas lantai, jenis struktur dan bahan bangunan

untuk menganalisis tingkat emisi yang ditimbulkan dengan menggunakan formula

Life-Cycle-Emission. Hasil penelitian ini memperoleh suatu model permukiman

perkotaaan yang dibangun berdasarkan kesepakatan antara masyarakat dan pihak-

pihak terkait tentang pola bentuk permukiman.

Yu Zhou (2004) melakukan penelitian untuk melihat tingkat perkembangan

permukiman dari tahun 1990 – 2000 di empat kota di China yaitu: Beijing, Tianjin,

Shanghai, dan Chongqing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi

Page 45: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

perkembangan pesat baik secara fisik (kondisi perumahan, fasilitas, ukuran rumah)

maupun sosial (tata aturan penghunian).

Astuti (2005) meneliti tentang tingkat kriminal atau kejahatan yang terjadi di

lingkungan perumahan di tiga kota besar yaitu: Bandung, Medan dan Jakarta.

Hasil penelitian ini memperoleh suatu konsep dasar pencegahan kejahatan

melalui perancangan lingkung perumahan.

2.1.6 Konsep Arsitektur dan Konstruksi Bangunan Tradisional Sunda

Pada umumnya konsep arsitektur tradisional menempatkan unsur alam

sebagai konsep dasar rancangannya. Sebaliknya di dalam arsitektur modern aspek

manusia berdiri sebagai pusat segalanya atau sebagai titik sentral. Dalam pikiran

mitologis atau mitis manusia masih menghayati diri tenggelam bersama seluruh

alam dan dunia gaib (Loupias 2005). Sebagian besar konsep dasar bangunan

arsitektur tradisional bersumber dari alam yang digambarkan melalui mitos-mitos,

kepercayaan atau agama. Refleksi kekuatan di luar manusia tersebut acapkali

diwujudkan dalam berbagai hal, misalnya dalam wujud bangunan, penataan

kawasan maupun penggunaan elemen dekorasi. Berdasarkan pengamatan selama

ini bentuk atau gaya arsitektur bangunan di beberapa suku tiada lain sebagai

refleksi terhadap fenomena alam ketimbang aspek fungsional.

Secara umum konsep dasar rancangan arsitektur tradisional masyarakat

Sunda adalah menyatu dengan alam. Alam merupakan sebuah potensi atau

kekuatan yang mesti dihormati serta dimanfaatkan secara tepat di dalam

kehidupan sehari-hari. Ungkapan rasa hormat tersebut tercermin pada sebutan

bumi bagi alam yang menunjukan pula bahwa alam adalah tempat tinggal bagi

masyarakat Sunda karena istilah bumi juga digunakan untuk menyebut secara

halus rumah atau tempat tinggal orang Sunda.

Konsep tersebut disiratkan pada kepercayaan masyarakat setempat terhadap

"agama" karuhun urang (nenek moyang kita) yaitu sebuah bentuk sinkretisme

antara agama Hindu dan ajaran Islam. Kepercayaan masyarakat terhadap lima

pamali (lima larangan atau tabu) yang dua diantaranya melarang menambah

jumlah bangunan serta memelihara binatang berkaki empat kecuali kucing

ternyata sangat efektif didalam menjaga kelestarian kompleks dengan

lingkungannya. Hal ini diperlihatkan dengan bentuk bangunan yang sederhana.

Page 46: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Sedangkan wujud interaksi dengan alam diperlihatkan pada konsep menempatkan

bangunan-bangunan tersebut yang membujur dari timur ke barat dengan cara

mengikuti pola peredaran Matahari. Tidak berusaha menentang sifat-sifat alam

semesta. Dampaknya sinar tidak langsung menerpa ruangan didalamnya sehingga

sirkulasi suhu dan cahaya di dalam ruangan berubah secara alamiah (Loupias

2005).

Masyarakat Sunda dalam membina lingkungannya cenderung menitik-

beratkan sisi-sisi ekologis seharusnya dapat menyadarkan kita lebih awal bahwa

arsitektur Sunda memiliki cakupan yang lebih luas daripada sekedar bentuk atap.

Mungkin ada kelompok budaya yang aspek bentukannya sedemikian menonjol

sehingga melalui satu aspek saja sudah cukup untuk 'berteriak'. Arsitektur di Tatar

Sunda nampaknya lebih condong untuk integratif, paduan dari banyak

unsurnyalah yang akan menampilkan jati dirinya, bukan hanya dari satu unsur saja.

Struktur arsitektural kampung sudah baku, bahkan secara visual mungkin tidak

bisa kita bedakan dengan kampung-kampung agak ke pedalaman masa ini. Unsur-

unsur terpenting kampung adalah: (1) rumah adat (bumi ageung) yang kemudian

bergeser fungsi menjadi langgar atau mesjid, namun tetap merupakan pusat

kegiatan masyarakatnya; (2) rumah keluarga batih, yaitu kediaman sepasang

suami isteri dengan anak-anak lelaki yang belum aqil-balik dan anak perempuan

yang belum kawin, ditambah beberapa kerabat-darah terdekat; dan (3) bangunan

penyimpanan dan pengolahan padi, yaitu leuit dan saung lisung kolektif (Loupias

2005). Mungkin masih ada bangunan-bangunan lain seperti rumah huma,

bangunan penjagaan dan lain-lain tetapi tidak merupakan unsur yang tipikal.

Mungkin orientasi bangunan masih menaati sisa-sisa pemujaan kesuburan dengan

mengutamakan arahan-arahan Timur-Barat.

Bangunan berdiri di atas batu penyangga atau disebut tatapakan (tempat

bertumpu atau penyangga) yang diletakan pada setiap pojok serta bagian

konstruksi yang menahan beban cukup besar. Dengan cara demikian posisi lantai

tidak langsung bersentuhan dengan permukaan tanah sehingga udara lembab dari

tanah maupun debu dapat dihindarkan. Bagian lantai yang dibuat dari palupuh

yakni lembaran bambu hasil cercahan atau tumbukan yang menyatu saling

mengikat. Hasil cercahan tersebut membentuk celah-celah memanjang tidak

Page 47: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

beraturan yang berfungsi sebagai ventilasi udara dari bawah serta dapat digunakan

untuk membuang debu di atas lantai.

Dinding terbuat dari anyaman bambu yang disebut bilik berfungsi sebagai

penutup bangunan maupun penyekat ruangan. Bilik tersebut memiliki lubang-

lubang kecil seperti "pori-pori" yang juga berfungsi sebagai ventilasi untuk

menyalurkan udara maupun cahaya dari luar ruangan atau sebaliknya. Dengan

demikian suhu di dalam ruangan selalu terjaga secara alami sesuai dengan kondisi

cuaca alam di luar. Disamping itu pun tidak perlu mengandalkan cahaya yang

masuk sepenuhnya melalui jendela. Sebenarnya pola bangunan dan penggunaan

bahan-bahan alami merupakan hal yang lazim di kalangan Masyarakat Sunda atau

masyarakat tradisional lainnya. Pada bangunan prototipe suhunan julang ngapak

daun pintunya juga menggunakan anyaman bambu yang disebut sarigsig

(anyaman) sedangkan bangunan lainnya sudah menggunakan daun pintu dari kayu.

Keistimewaan dari teknik sarigsig tersebut bisa melihat dari dalam ke keluar

tetapi yang dari luar tidak dapat menembus ke dalam. Udara segar dari luar pun

masih bisa mengalir melalui celah-celah sarigsig tersebut (Loupias 2005).

Bentuk atap atau suhunan bangunan berupa suhunan jolopong (membujur,

tergolek lurus) dengan atap dari genting atau bentuk suhunan julang ngapak

(burung Julang sedang mengepakan sayap) dengan bahan ijuk (Loupias 2005).

Bentuk suhunan jolopong dianggap sebagai bentuk atap paling tua. Hal ini

dikaitkan dengan bentuk atap bangunan saung (dangau) yang sudah dikenal sejak

lama oleh masyarakat tradisional.

Bentuk suhunan jolopong juga menyiratkan status sosial masyarakatnya

yang berasal dari golongan bawah, sederhana, berpikiran praktis serta

menggambarkan nilai-nilai yang dijunjungnya, antara lain membangun hubungan

secara horizontal sesama manusia. Dalam Ajaran Islam hubungan sesama manusia

termasuk salah satu ajaran utamanya. Coba bandingkan dengan bentuk atap

bangunan arsitektur modern yang bervariatif, kompleks, rumit dan sekaligus

sebagai tanda atau "teks" yang dapat dibaca mengenai status sosial dan citra

pemilik atau penghuninya.

Bentuk suhunan julang ngapak memiliki empat bidang, dua diantaranya

disusun seperti halnya suhunan jolopong. Hanya pada suhunan julang ngapak

Page 48: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

terdapat atap tambahan di kedua sisinya, di depan dan di belakang dengan

kemiringan yang lebih landai yang disebut leang-leang. Pada suhunan julang

ngapak atapnya menggunakan anyaman ijuk. Di kedua ujung atasnya diikat

dengan teknik capit hurang (jepitan udang). Menurut arsitek Belanda Maclaine

Pont, suhunan julang ngapak termasuk gaya arsitektur Sunda besar yang

bercirikan bentuk atap yang mencuat di kedua ujungnya dan adanya tameng-

tameng yang menggantung di depannya (Loupias 2005).

2.2. Gaya Hidup Pengelolaan Lingkungan Permukiman

Gaya hidup merupakan cara hidup atau gaya kehidupan yang direfleksikan

dengan tingkah laku dan nilai-nilai dari individu atau kelompok (Garman 1991).

Menurut Vander Zanden (1984) gaya hidup adalah pola kehidupan sekelompok

orang secara keseluruhan yang berkembang untuk memenuhi kebutuhan biologis,

sosial dan emosional mereka. Gaya hidup merupakan hasil penyaringan dari

serentetan interaksi sosial, budaya dan lingkungan. Gaya hidup adalah pola atau

cara dimana orng hidup dan menghabiskan waktu serta uang (Engel, Blackwell

dan Miniard 1994). Beberapa hal yang termasuk gaya hidup diantaranya adalah

memilih desain bangunan rumah dan mengelola rumah beserta lingkungannya.

Gaya hidup, rumah, dan lingkungan merupakan tiga kata serangkai yang

saling berkaitan erat dan sangat menentukan dalam pemilihan, penampilan, dan

penataan rumah. Penawaran berbagai gaya rumah sering kali dipengaruhi trend

baik rumah bergaya alami, modern, kontemporer, mediterania, futuristik, maupun

country, yang akan mempengaruhi tampilan suasana permukiman, bentuk rumah,

jenis bahan bangunan, cat, keramik, perabotan, dan bentuk taman.

Perubahan gaya hidup dalam memilih desain rumah selalu sejalan dengan

trend karya arsitektur bangunan yang sedang semaraknya dipromosikan oleh para

pengembang permukiman. Ditengah krisis ekonomi, lingkungan, dan energi saat

ini telah mendorong berbagai kalangan (arsitek, arsitek lanskap, desain interior,

dan produsen bahan bangunan) untuk mengubah desain bangunan rumah ke arah

membangun yang berkelanjutan dan ramah lingkungan (Joga 2007).

Bangunan dirancang dan dibangun hemat energi (minimalisasi listrik untuk

penerangan dan pengondisi udara di siang hari) sesuai iklim tropis. Rumah

Page 49: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

dibangun sesuai dengan kebutuhan utama penghuni rumah. Volume bangunan

dijaga agar biaya pembangunan dan perawatan dapat dihemat. Perbandingan

koefisien dasar bangunan (KDB, 50-70 %) dan koefisien dasar hijau (KDH, 30-50

%) yang seimbang diharapkan mampu mewujudkan hunian ideal dan sehat.

Perilaku gaya hidup dalam pengelolaan lingkungan permukiman seperti: (1)

mengoptimalan bahan dan teknologi lokal yang sudah teruji akan menghemat

biaya pelaksanaan dan perawatan; (2) membudayakan pemakaian hemat air dan

memaksimalkan lahan hijau sebagai sumur resapan air (kebutuhan dan suplai air

bersih terjaga seimbang); dan (3) mengolah limbah air kotor, septik tank, dan

sampah secara kolektif, terpadu, dan tuntas.

2.3. Konsep Evaluasi dan Kesesuaian Lahan

Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk

tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji

(Ritung et al. 2007). Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan atau

arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan. Kesesuaian lahan adalah

tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan

tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah

diadakan perbaikan (kesesuaian lahan potensial).

Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat

biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut diberikan masukan-

masukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Kesesuaian lahan potensial

merupakan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha

perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan terlantar

atau tidak produktif, atau lahan pertanian yang produktivitasnya kurang

memuaskan tetapi masih memungkinkan untuk dapat ditingkatkan bila

komoditasnya diganti dengan tanaman yang lebih sesuai.

2.3.1 Klasifikasi kesesuaian lahan

Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka FAO (1976) dapat

dibedakan menurut tingkatannya, yaitu tingkat ordo, kelas, sub kelas dan unit.

Ordo adalah keadaan kesesuaian lahan secara global. Pada tingkat ordo kesesuaian

lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S=suitable) dan lahan yang

Page 50: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

tidak sesuai (N=not suitable). Kelas adalah keadaan tingkat kesesuaian dalam

tingkat ordo. Kelas kesesuaian lahan berdasarkan tingkat detail data yang tersedia

pada masing-masing skala pemetaan dibedakan menjadi:

(1) Pemetaan tingkat semi detail (skala 1:25.000-1:50.000) pada tingkat kelas,

lahan yang tergolong ordo sesuai (S) dibedakan ke dalam tiga kelas, yaitu:

lahan sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan sesuai marginal (S3).

Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak sesuai (N) tidak dibedakan ke

dalam kelas-kelas.

(2) Pemetaan tingkat tinjau (skala 1:100.000-1:250.000) pada tingkat kelas

dibedakan atas kelas sesuai (S), sesuai bersyarat (CS) dan tidak sesuai (N).

Tabel 2 Kelas kesesuaian lahan

Kesesuaian Lahan

Deskripsi

Kelas S1 (Sangat sesuai)

Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembatas bersifat minor dan tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan secara nyata.

Kelas S2 (Cukup sesuai)

Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan (input). Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani sendiri.

Kelas S3 (Sesuai

marginal)

Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, dan faktor pembatas ini akan sangat berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak daripada lahan yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu adanya bantuan atau intervensi pemerintah atau pihak swasta.

Kelas N (Tidak sesuai)

Lahan mempunyai faktor pembatas yang sangat berat dan atau sulit diatasi.

Sumber: Hardjowigeno (2007)

Sub kelas adalah keadaan tingkatan dalam kelas kesesuaian lahan. Kelas

kesesuaian lahan dibedakan menjadi sub kelas berdasarkan kualitas dan

karakteristik lahan (sifat-sifat tanah dan lingkungan fisik lainnya) yang menjadi

faktor pembatas terberat. Unit adalah keadaan tingkatan dalam subkelas

kesesuaian lahan yang didasarkan pada sifat tambahan yang berpengaruh dalam

pengelolaannya. Dalam praktek evaluasi lahan, kesesuaian lahan pada kategori

unit ini jarang digunakan. Berbagai sistem evaluasi lahan dilakukan dengan

menggunakan pendekatan yang berbeda seperti sistem perkalian parameter, sistem

Page 51: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

penjumlahan parameter dan sistem pencocokan (matching) antara kualitas lahan

dan karakteristik lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman.

2.3.2 Kualitas dan Karakteristik Lahan

Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau attribute yang bersifat

kompleks dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan

(performance) yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan

tertentu dan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan (land

characteristics). Kualitas lahan ada yang bisa diestimasi atau diukur secara

langsung di lapangan, tetapi pada umumnya ditetapkan berdasarkan karakteristik

lahan (FAO 1976).

Karakteristik lahan mencakup faktor-faktor lahan yang dapat diukur atau

ditaksir besarnya seperti: lereng, curah hujan, tekstur tanah, air tersedia, dan

sebagainya (Hardjowigeno 2007). Satu jenis karakteristik lahan dapat berpengaruh

terhadap lebih dari satu jenis kualitas lahan, misalnya tekstur tanah dapat

berpengaruh terhadap tersedianya air, mudah tidaknya tanah diolah, dan kepekaan

erosi. Hubungan antara kualitas dan karakteristik lahan diberikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Hubungan antara kualitas dan karakteristik lahan yang dipakai pada metode evaluasi lahan Kualitas Lahan Karakteristik Lahan Temperatur (tc) Temperatur rata -rata (oC)

Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm), Kelembaban (%), Lamanya Bulan kering (bln)

Ketersediaan oksigen (oa) Drainase Keadaan media perakaran (rc)

Tekstur, Bahan kasar (%), Kedalaman tanah (cm)

Gambut Ketebalan (cm), Ketebalan (cm) jika ada sisipan bahan mineral/pengkayaan, Kematangan

Retensi hara (nr) KTK liat (cmol/kg), Kejenuhan basa (%), pH C- Organik (%)

Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%) Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) Bahaya erosi (eh) Lereng (%), Bahaya erosi Bahaya banjir (fh) Genangan Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%), Singkapan batuan (%) H2O

Sumber: Djaenudin et al. (2003).

Page 52: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

2.3.3 Kesesuaian Lahan untuk Permukiman dan Bangunan

Pekerjaan-pekerjaan untuk permukiman dan bangunan serta dalam bidang

engineering secara umum dilakukan diatas tanah, maka sifat-sifat tanah perlu

mendapat perhatian. Sifat-sifat tanah tersebut antara lain adalah klasifikasi tanah

berdasarkan atas besar butir dan sifat rheologi, potensi mengembang dan

mengkerut tanah, tata air atau drainase tanah, tebal tanah sampai hamparan batuan,

kepekaan erosi, bahaya banjir, lereng, daya menyangga tanah, potensi terjadinya

korosi, lapisan organik, mudah tidaknya tanah digali, dan sebagainya

(Hardjowigeno 2007). Hardjowigeno (2007) menyebutkan beberapa parameter

sifat tanah yang menjadi kriteria kesesuaian lahan untuk tempat tinggal dengan

maksimum tiga lantai tanpa ruang bawah tanah (Tabel 4).

Tabel 4 Kriteria kesesuaian lahan untuk pembuatan gedung tanpa

ruang bawah tanah Kesesuaian Lahan No Sifat Tanah Baik Sedang Buruk

1. 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Subsiden total (cm) Banjir Air Tanah (cm) Potensi Kembang Kerut Kelas Unified*) Lereng Kedalaman hamparan batuan (cm)

- Keras - Lunak

Kedalaman padas keras (cm) - Tebal - Tipis

Batu/kerikil (>7.5 cm)**) (% berat) Longsor

- Tanpa

> 75 cm Rendah (<0.03)

- < 8%

> 100 > 50

> 100 > 50 < 25

-

- Tanpa

45 - 75 cm Sedang

(0.03-0.09) -

8 - 15%

50 - 100 < 50

50 - 100

< 50 25 - 50

-

> 30 Jarang - sering

< 45 cm Tinggi (>0.09)

- > 15%

< 50

-

< 50 -

> 50 Ada

Keterangan: *) Lapisan paling tebal antara 25 – 100 cm dari permukaan tanah **)Rata-rata yang dibobotkan dari pemukaan sampai kedalaman 100 cm

1) Besar Butir dan Sifat Rheologi

Sifat rheologi yang penting dalam bidang bangunan adalah batas cair atau

batas mengalir (liquid limit) dan indeks plastisitas. Batas cair atau batas mengalir

adalah kadar air terbanyak yang dapat ditahan tanah bila tanah dibuat pasta. Bila

air lebih banyak maka (pasta) tanah akan mengalir bersama air. Bila tanah yang

jenuh air itu dikeringkan maka kadar air terus berkurang sehingga tanah menjadi

Page 53: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

tidak plastis lagi. Kadar air dimana tanah mulai tidak plastis lagi disebut batas

plastis. Menurut sistem unified, tanah diklasifikasikan berdasarkan atas sebaran

besar butir fraksi tanah berukuran kurang dari 75 mm, plastisitas, batas cair dan

kandungan bahan organik (Tabel 5).

2) Potensi Mengembang dan Mengkerut

Tanah mengandung mineral liat yang mudah mengembang bila basah dan

mengkerut bila kering disebut vertisol atau grumusol. Tanah ini mengandung

mineral liat tipe 2:1 yang tinggi sehingga dimusim kemarau terjadilah retakan

selebar 25 cm atau lebih. Jenis tanah ini dapat menyebabkan pondasi dan dinding-

dinding bangunan menjadi retak-retak (Jumikis 1962). Di sisi lain dapat pula

menyebabkan lantai bagian tengah terangkat dan retak pada tembok bangunan.

Tabel 5 Klasifikasi tanah unified dan kesesuaian sebagai subgrade untuk pembuatan jalan dan pondasi

Simbol Deskripsi Tingkat Kesesuaian GW Kerikil dengan besar butir tersebar rata atau tersusun

baik Sangat baik

GP Kerikil dengan besar butir tidak tersebar rata atau tersusun buruk

Sangat baik

GM Kerikil dengan hampir seluruh bahan halus terdiri dari debu

Baik

GC Kerikil dengan hampir seluruh bahan halus adalah liat Baik SW Pasir dengan besar butir tersusun baik Baik SP Pasir dengan besar butir tersusun buruk Baik – cukup baik SM Pasir dengan hampir seluruh bahan halus adalah debu Cukup baik SC Pasir dengan hampir seluruh bahan halus adalah liat Cukup baik – kurang baik ML Debu dengan batas cair rendah yaitu > 50% berat Kurang baik MH Debu dengan batas cair tinggi yaitu < 50% berat Cukup baik – kurang baik

CL Liat dengan batas cair rendah (> 50% berat) Cukup baik – kurang baik CH Liat dengan batas cair tinggi (< 50% berat) Kurang baik OL Liat dan debu berbahan organik cukup tinggi dengan

batas cair kurang dari 50% berat Kurang baik

OH Liat dan debu berbahan organik cukup tinggi dengan batas cair lebih dari 50% berat

Buruk

PT Tanah gambut Tidak sesuai Sumber: Hardjowigeno 2007

3) Tata Air Tanah

Tata air tanah yang buruk kemungkinan dapat minimbulkan kerusakan-

kerusakan terhadap konstruksi di bawah tanah atau genangan air. Tata air tanah ini

berhubungan dengan drainase tanah, permeabilitas, dan dalamnya air tanah

(Hardjowigeno 2007).

Page 54: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

4) Tebal Tanah Sampai ke Hamparan Batuan

Adanya hamparan batuan sampai kedalaman 2 meter atau kurang dapat

dilihat penyebarannya dalam peta tanah. Hal ini membantu dalam rencana

pembuatan bangunan yang memerlukan penggalian tanah yang tidak terlalu dalam.

Bila tanah menurut geologinya diperkirakan mudah longsor, maka kesesuaian

lahannya untuk rumah menjadi buruk.

5) Kepekaan Erosi

Lereng adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan tanah

terhadap erosi. Disamping itu, sifat-sifat tanah yang mempengaruhi daya kohesi

tanah (kandungan liat, debu, bahan organik, dan sebagainya) juga besar

pengaruhnya terhadap kepekaan erosi.

6) Lereng

Curamnya lereng merupakan faktor yang menentukan dalam kegiatan-

kegiatan yang perlu dilakukan untuk meratakan tanah tersebut. Hal ini akan

menentukan banyaknya tanah yang harus digali diatas lereng dan ditimbunkan ke

bagian bawah lereng.

7) Kemungkinan Terjadinya Korosi

Bangunan dari beton kadang menjadi rusak pada tanah yang sangat masam,

sedang bangunan yang dibuat dari baja mengalami korosi pada tanah yang sangat

banyak mengandung garam ataupun yang sangat masam.

Sehubungan dengan kelayakan lahan permukiman, Van der zee (1990)

membuat klasifikasi kelayakan lokasi permukiman dengan mengacu pada

indikator keberlanjutan untuk permukiman (Tabel 6).

Tabel 6 Klasifikasi keberlanjutan untuk permukiman Syarat-syarat Kelas Keberlanjutan Kualitas tempat

S1 S2 S3 S4 Ketersediaan air minum 1 km 1 – 2 km 2 km Tidak tersedia Kemiringan lereng 10% 10 -15% 15 -20% 20% Kekuatan tanah Form Sedang Sedang terurai Terurai Saluran air Saluran baik Saluran sedang Kurang baik Rawa Banjir Tidak banjir Sedang Kadang-

kadang Rutin banjir

Topografi Datar Sedang Tidak datar dan berbukit-bukit

Batu besar dan muncul ke permukaan

Tidak ada Sedang Banyak Berbatu-batu

(Sumber : Van der Zee 1990)

Page 55: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

2.4 Daerah Aliran Sungai (DAS)

Daerah aliran sungai (DAS) adalah sebuah kawasan yang dibatasi oleh

pemisah topografis yang menampung, menyimpan dan mengalirkan curah hujan

yang jatuh di atasnya ke sungai utama yang bermuara ke danau atau lautan.

Pemisah topografi adalah punggung bukit dan pemisah bawah berupa batuan

(Manan 1983). Sheng (1968) mendefinisikan DAS sebagai suatu kawasan yang

mengalirkan air yang jatuh di atasnya ke dalam suatu sistem aliran sungai yang

mengalir dari hulu menuju ke muara atau tempat-tempat tertentu. Tempat tertentu

tersebut antara lain dapat berupa danau atau lautan. Oleh karena itu batas

ekosistem suatu DAS dapat ditentukan berdasarkan perilaku dari aliran airnya.

Kawasan tersebut dipisahkan dengan kawasan lainnya oleh pemisah topografi. Di

Amerika Serikat daerah bersistem sungai-sungai biasa disebut “watershed”

sedangkan di Inggris disebut “cathchment areas of river basin”. Dalam istilah

pembangunan biasanya disebut river basin development apabila berkaitan dengan

pembangunan bendungan dan sistem irigasi, dan watershed apabila berkaitan

dengan pembangunan yang berkaitan dengan penatagunaan tanah, perlindungan

terhadap erosi dan pengelolaan bentang alam (Haeruman 2002).

2.4.1 DAS sebagai Suatu Kesatuan Ekosistem

DAS sebagai suatu ekosistem, dimana unsur organisme dan lingkungan

biofisik serta unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan di dalamnya terdapat

keseimbangan inflow dan outflow dari material dan energi. Ekosistem DAS

terutama DAS bagian hulu merupakan bagian yang penting karena mempunyai

fungsi perlindungan terhadap keseluruhan bagian DAS, seperti fungsi tata air,

sehingga perencanaan DAS bagian hulu seringkali menjadi fokus perhatian

mengingat bagian hulu dan hilir mempunyai keterkaitan biofisik melalui daur

hidrologi (Pasaribu 1999).

Kegiatan perubahan penggunaan lahan dan atau pembuatan bangunan

konservasi yang dilaksanakan di daerah hulu dapat memberikan dampak di daerah

hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi debit air dan tranpor sedimen serta

material terlarut lainnya. Adanya bentuk keterkaitan daerah hulu-hilir seperti

tersebut di atas, maka kondisi DAS dapat digunakan sebagai satuan unit

perencanaan sumberdaya alam.

Page 56: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

2.4.2 Unsur-unsur DAS

Menurut Soerjono (1978) DAS merupakan suatu ekosistem yang terdiri dari

berbagai komponen dan unsur, dimana unsur-unsur utamanya adalah vegetasi,

tanah, air dan manusia dengan segala upaya yang dilakukan di daerah tersebut.

Vegetasi merupakan salah satu komponen biotik dalam ekosistem daerah aliran

sungai yang berfungsi sebagai pelindung bumi terhadap hampasan air hujan,

hembusan angin, dan teriknya sinar matahari. Selain itu, vegetasi juga berfungsi

menahan untuk sementara titik air, pengatur kelembaban dan suhu udara di

sekitarnya dan juga sebagai tempat berlindungnya atau niche jasad-jasad hidup.

Fungsi lain dari vegetasi adalah sebagai penghasil berbagai ragam kebutuhan bagi

kehidupan manusia berupa buah, kayu, akar, daun, getah dan sebagainya.

Menurut Suhara (1991) fungsi utama vegetasi adalah mengatur tata air dan

melindungi tanah. Perlindungan ini berlangsung dengan cara: (1) melindungi

tanah terhadap daya perusak butir-butir hujan yang jatuh; (2) melindungi tanah

terhadap daya perusak aliran air di atas permukaan tanah; dan (3) memperbaiki

kapasitas infiltrasi tanah dan daya absorpsi air.

Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri dari fase padat, cair

dan gas serta mempunyai sifat dinamis. Sebagai produk alami yang heterogen dan

dinamis, maka sifat dan perilaku tanah berbeda dari satu tempat dengan tempat

lain, dan berubah dari waktu ke waktu, bahkan dalam suatu luasan yang relatif

kecilpun. Pada DAS, tanah selain berfungsi sebagai media tempat tumbuhnya

vegetasi juga berfungsi sebagai pengatur tata air (Wiersum 1979).

Peranan tanah dalam mengatur tata air tergantung pada tingkat kemampuan

tanah untuk meresapan air yang tergantung pada kapasitas infiltrasi dan

permeabilitas tanah. Makin besar air yang dapat diserap dan masuk ke dalam

profil tanah persatuan waktu, sehingga tata air menjadi lebih baik dan sekaligus

erosi yang mungkin terjadi dapat dikurangi. Sifat-sifat tanah yang paling

menentukan dan berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap

pengaturan tata air dan erosi pada suatu DAS adalah tekstur, struktur, kedalaman

tanah, sifat lapisan bawah, bahan organik dan tingkat kesuburan tanah (Arsyad,

1983).

Page 57: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

2.4.3 DAS Sebagai Satuan Unit Perencanaan dan Pengelolaan Sumberdaya

Pengelolaan DAS berarti pengelolaan vegetasi, tanah, dan air dalam suatu

DAS dengan tujuan untuk dapat menghasilkan produk air untuk kepentingan

pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perindustrian dan masyarakat yaitu

untuk air minum, irigasi dan industri, tenaga listrik dan rekreasi (Manan 1977).

Menurut Sheng (1968) pengelolaan DAS merupakan pengelolaan lahan untuk

produk air dengan kuantitas optimum, pengaturan produk air dan stabilitas tanah

yang maksimum.

Pengelolaan DAS haruslah berorientasi kepada segi-segi konservasi tanah

dan air dengan titik berat pada peningkatan kesejahteraan masyarakat yang dapat

dirasakan oleh segenap lapisan masyarakat (Alrasyid dan Samingan 1980). Hasil

akhir dari pengelolaan DAS adalah kondisi tata air wilayah DAS. Pencerminan

atau ukuran kondisi tata air tersebut adalah penyediaan air yang cukup sepanjang

waktu, baik kuantitas maupun kualitas.

Lebih lanjut menurut Hufschmidt (1985) dengan berorientasi pada hasil fisik

yang ingin dicapai, maka pengelolaan DAS dapat dianggap sebagai suatu sistem

dengan input manajemen dan input alam untuk menghasilkan barang dan jasa

yang dibutuhkan, baik di tempat maupun di luarnya. Ditinjau dari segi ekonomi,

sistem pengelolaan DAS tidak lain adalah suatu bentuk dari proses produksi

dengan biaya ekonomi untuk penggunaan input manajemen (tenaga, bahan, energi,

peralatan dan keahlian manajemen) dan input alam (tanah, air, ekosistem dan

iklim) serta hasil ekonomi yaitu nilai dari outputnya.

Menurut Pasaribu (1999) dalam pelaksanaan pengelolaan DAS akan

bertumpu pada aktivitas-aktivitas yang berdimensi biofisik seperti pengendalian

erosi, penghutanan kembali lahan-lahan kritis, pengelolaan lahan pertanian

konservatif, serta berdimensi kelembagaan seperti insentif dan peraturan-

peraturan yang berkaitan dengan bidang ekonomi.

Dimensi sosial dalam pengelolaan DAS lebih diarahkan pada pemahaman

kondisi sosial budaya setempat dan menggunakan kondisi tersebut sebagai

pertimbangan untuk merencanakan strategi aktivitas pengelolaan DAS yang

berdaya guna tinggi serta efektif. Keseluruhan rangkaian kegiatan tersebut masih

dalam kerangka kerja yang mengarah pada usaha-usaha tercapainya

Page 58: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan manusia dengan kemampuan

sumberdaya alam untuk mendukung kebutuhan manusia tersebut secara lestari.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka DAS dapat dimanfaatkan secara

penuh dan pengembangan ekosistem daerah hulu dapat dilaksanakan sesuai

dengan kaidah-kaidah preservasi, reservasi, dan konservasi (Pasaribu 1999).

Pelaksanaan pengelolaan DAS pada umumnya melalui empat upaya pokok, yaitu:

(1) pengelolaan tanah melalui usaha konservasi tanah dalam arti luas; (2)

pengelolaan sumberdaya air melalui usaha pengembangan sumberdaya air; (3)

pengelolaan hutan; dan (4) pembinaan kegiatan manusia dalam pemanfaatan

sumberdaya alam melalui usaha penerangan dan penyuluhan (Syahrir 2002).

(1) Pengelolaan air di Hulu DAS

Konservasi secara natural dan artifisial mutlak dilakukan di seluruh wilayah

permukaan DAS. Terdapat dua tuntutan untuk wilayah hulu dalam hal penyediaan

air yaitu untuk mensuplai kebutuhan pertanian dan untuk memasok air di wilayah

hilir. Masalahnya untuk wilayah ini adalah akses terhadap infrastruktur, teknologi

dan dana yang diterima sangat terbatas, dibandingkan wilayah hilir. Perlu dicari

formula untuk meningkatkan penyediaan air tanah melalui pengembangan panen

hujan dan aliran permukaan dengan teknologi sederhana, murah dan dampaknya

dapat dinikmati langsung oleh orang yang melakukannya sehingga mudah

disosialisasikan kepada masyarakat.

Cara sederhana yang dapat dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan air

di DAS adalah dengan pembuatan dam parit linier dalam kaskade dipilih sebagai

model untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air DAS baik yang berasal dari

aliran permukaan maupun aliran dasar. Pengembangan konsep penggunaan

kembali sumberdaya air diperlukan untuk memaksimalkan nilai tambah air

sekaligus meminimalkan resiko pertanian. Pada saluran utama, air yang terdapat

di wilayah hulu akan ditampung oleh “reservoir” (dam parit) di wilayah hulu, air

tersebut digunakan untuk irigasi di petakan di bawahnya. Kemudian air yang

keluar dari “outlet” petakan dan limpasan dari “spillway” dam parit di wilayah

hulu akan ditampung untuk mengisi (recharge) damp parit berikutnya yang

terdapat di saluran utama di hilir untuk kemudian dengan mekanisme yang sama

didistribusikan ke petakan (reuse) di bawahnya dan seterusnya.

Page 59: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Berdasarkan estimasi curah hujan dan aliran permukaan yang dapat dipanen

dan jumlah defisit air untuk kondisi wilayah tersebut, maka dimensi dam parit

ditetapkan berdasarkan volume atau daya tampung sungai dan tinggi genangannya.

Posisi dam parit ditetapkan dengan memperhitungkan tiga hal: (1) kapasitas

tampung air maksimalnya, (2) kemudahan distribusi air untuk suplemen irigasi,

dan (3) biaya yang paling efisien. Berdasarkan informasi luas dan letak derah

irigasi yang direncanakan, maka dapat dihitung total kebutuhan irigasi wilayah

tersebut, sehingga bisa ditentukan luas mikro DAS dan jumlah serta lokasi dam

parit yang akan dibangun (Gambar 4).

Gambar 4 Konsep recharge-reuse sumberdaya air dalam DAS

(Sumber: Irianto 2002)

(2) Pengelolaan air di Hilir DAS

Menekan banjir di wilayah hilir dapat dilakukan melalui dua cara: (1)

mengurangi volume aliran permukaan dari hulu dan tengah melalui panen hujan

dan aliran permukaan; dan (2) membangun saluran drainase yang cukup memadai

di hilir untuk mengalirkan kelebihan aliran permukaan ke laut. Konsep ini

termasuk didalamnya transfer air dari DAS basah ke DAS yang relatif kering.

Sedangkan penanggulangan kekeringan dapat difokuskan melalui peningkatan

penambahan cadangan air tanah pada musim hujan untuk menambah pasokan air

pada musim kemarau melalui irigasi suplemeter.

Keterangan: Reservoir

Outlet

Page 60: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Penelitian tentang DAS yang terdapat kaitannya dengan permukiman telah

dilakukan oleh Da Costa, dan Cintra (1999), Basso, et al. (2000), Basnyat,F. et al.

(2000), dan Frint, H. et al. (2003) dengan metode overlay menggunakan GIS.

Beberapa penelitian ini secara umum menunjukkan bahwa: (1) kehadiran

permukiman berdampak pada distribusi dan kelimpahan spesies liar, serta

penyumbang kuat dari konsentrasi nitrat pada aliran sungai; (2) peta-peta

penggunaan lahan; (3) peta drainase; (4) peta erosi; (5) peta kemiringan; dan (6)

peta potensi fisik.

2.5 Kebijakan

2.5.1 Kebijakan Perumahan dan Permukiman

Beberapa landasan awal yang dijadikan pedoman dalam menyusun

kebijakan perumahan dan permukiman adalah Undang-Undang Pokok Agraria

No.5 tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok-pokok agraria, Undang-Undang

No. 4 tahun 1982 tentang lingkungan hidup, Undang-Undang No.24 tahun 1992

tentang penataan ruang dan Undang-Undang No. 4 tahun 1992 tentang perumahan

dan permukiman. Pembangunan perumahan pada dasarnya adalah bagian integral

dari pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Undang-Undang Pokok Agraria No.5 tahun 1960 menjamin perlindungan

hak-hak atas tanah yang dimiliki pemilik tanah, dalam pelepasan hak atas tanah

didasarkan pada asas kesepakatan, memberikan landasan bagi setiap kegiatan

pembangunan di bidang perumahan dan permukiman untuk terjaminnya kepastian

dan ketertiban hukum tentang penggunaan dan pemanfaatan tanah. Aturan tentang

pembangunan perumahan dan permukiman selanjutnya diatur dalam Undang-

undang Nomor 4 Tahun 1982 yang memberikan landasan bagi kewajiban

melakukan pemantauan dan pengelolaan lingkungan perumahan dan permukiman,

sejalan dengan kewajiban setiap orang atau badan yang melakukan kegiatan

pembangunan rumah atau perumahan untuk memenuhi persyaratan teknis,

ekologis, dan administratif.

Guna melaksanakan pembangunan tersebut terdapat tiga isu yang harus

dihadapi, yaitu: (1) isu kesenjangan, baik kesenjangan antar unit perumahan antar

Page 61: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

kota, antar kota dan perdesaam, antar pulau, antar kelompok masyarakat, maupun

antar individu; (2) isu lingkungan, terjadi sebagai akibat pembangunan perumahan

yang kurang terencana sehingga menimbulkan kerusakan lingkungan seperti

banjir, penurunan muka tanah, meningkatnya suhu udara, penyempitan daerah

resapan, hubungan sosial yang tidak harmonis; dan (3) isu manajemen

pembangunan, yaitu adanya kesepakatan dalam agenda 21, hasil KTT bumi Rio

de Janeiro dan rekomendasi serta hasil Konperensi Habitat II tahun 1996 yang

menekankan perlunya pertimbangan keterbatasan sumberdaya alam,

pembangunan berkesinambungan, kelestarian lingkungan dan dorongan untuk

menerapkan pembangunan yang bertumpu kepada masyarakat (Departeman

Kimpraswil 2000).

Kebijakan perumahan yang akan ditetapkan didasarkan pada prinsip-prinsip

sebagai berikut:

1) Pembangunan perumahan dan permukiman diprioritaskan untuk pemenuhan

kebutuhan dasar bagi golongan terbesar masyarakat;

2) Perumahan dan permukiman pada dasarnya adalah tanggungjawab masyarakat,

namun pemenuhannya menjadi tanggung jawab bersama antara masyarakat

dan pemerintah; dan

3) Pembangunan perumahan dan permukiman harus mengacu kepada prinsip-

prinsip pembangunan berkelanjutan, melalui rencana tata ruang wilayah yang

dinamis, responsif dan transparan serta penata-gunaan tanah, air dan udara

untuk mencapai kelayakan sebagai hunian baik diperkotaan maupun perdesaan

(Departeman Kimpraswil, 2000).

Sehubungan dengan hal tersebut, terdapat enam kebijakan perumahan dan

permukiman yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Departemen

Permukiman dan Pengembangan Wilayah, yaitu: (1) pembangunan perumahan

dan permukiman yang layak dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat

dengan mengutamakan masyarakat berpenghasilan rendah; (2) pembangunan

perumahan dan permukiman yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan,

dalam rangka pembangunan perkotaan dan perdesaan yang seimbang menuju

terbentuknya sistem permukiman nasional yang mantap; (3) pemberdayaan

masyarakat dan peningkatan peran serta para petaruh dalam pembangunan

Page 62: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

perumahan permukiman; (4) pemantapan kelembagaan dan pola pengelolaan

pembangunan perumahan dan permukiman secara terpadu; (5) pengembangan

sumber-sumber dan sistem pembiayaan perumahan dan permukiman; dan 6)

pengembangan peraturan per undang-undangan bidang perumahan dan

permukiman (Departeman Kimpraswil 2000).

Gerakan Nasional Pengembangan Sejuta Rumah (GN-PSR) dilatarbelakangi

oleh keadaan perumahan dan permukiman di Indonesia yang jauh tertinggal baik

dari segi kuantitas maupun kualitas, seperti terjadinya backlog sampai dengan

tahun 2003 sebesar 5.93 juta unit rumah, pertambahan kebutuhan tahunan rumah

sebesar 800.000 unit, rumah tidak layak huni 1 juta unit, dan permukiman kumuh

seluas 47.500 ha yang tersebar di lebih 10.000 lokasi.

Tujuan GN-PSR adalah untuk: (1) menggalang peran dan potensi para

pelaku pembangunan perumahan dan permukiman melalui strategi kemitraan

yang sinergis untuk mempercepat upaya pemenuhan kebutuhan perumahan yang

layak huni; (2) memantapkan sistem nasional dalam penyelenggaraan perumahan

dan permukiman dengan mengedepankan strategi pemampuan (enabling strategy);

dan (3) meningkatkan aksesibilitas masyarkat berpenghasilan rendah terhadap

sumberdaya pembangunan perumahan dan permukiman seperti: tanah,

pembiayaan perumahan, kelembagaan, prasarana dan sarana dasar lingkungan.

Sasaran fisik dari GN-PSR tahun 2004 adalah pembangunan rumah

sebanyak 1.014.480 unit yang meliputi: (1) Kredit Pemilikan Rumah (KPR)

Rumah Sederhana Sehat (RSH) bersubsidi sebanyak 200.000 unit dengan laju

peningkatan 7.5% pertahun sampai dengan tahun 2020; (2) rumah susun

sederhana sewa atau milik sebanyak 14.480 unit dengan laju peningkatan sebesar

7.5% pertahun sampai dengan tahun 2020; dan (3) perumahan swadaya sebanyak

600.000 unit dengan 2.5% pertahun sampai dengan tahun 2020; dan perbaikan

rumah tidak layak huni sebanyak 200.000 unit 15% pertahun sampai dengan

tahun 2020 (Shaphira 2008).

Ssa 2.5.2 Kebijakan DAS

Keberadaan DAS secara yuridis formal tertuang dalam Peraturan Pemerintah

N0. 33 Tahun 1970 tentang Perencanaan Hutan. Batasan DAS dalam PP tersebut

adalah suatu daerah tertentu yang dibentuk dan sifat alamnya sedemikian rupa

Page 63: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

sehingga berfungsi untuk menampung air yang berasal dari curah hujan dan

sumber air lainnya, penyimpanan serta pengalirannya dihimpun dan ditata

berdasarkan hukum alam sekelilingnya demi keseimbangan daerah tersebut

(Syahrir 2002).

Pengelolaan DAS sebagai bagian dari pembangunan wilayah sampai saat ini

masih menghadapi berbagai masalah yang kompleks dan saling terkait.

Permasalahan tersebut antara lain terjadinya erosi, banjir, kekeringan, masih

belum adanya keterpaduan antar sektor, antar instansi dan kesadaran masyarakat

yang rendah tentang pelestarian manfaat sumber daya alam.

Kebijakan dasar dalam pengelolaan DAS sebagaimana tercantum dalam

Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: 52/Kpts-II/2001 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Pengelolaan DAS adalah sebagai berikut:

1) Pengelolaan DAS dilakukan secara holistik, terencana dan berkelanjutan guna

memenuhi kebutuhan baik untuk kehidupan maupun penghidupan dan

menjaga kelestarian lingkungan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat

sesuai UUD 1945 Pasal 33 ayat (3);

2) Pengelolaan DAS dilakukan secara desentralisasi dengan pendekatan DAS

sebagai satuan wilayah pengelolaaan;

3) Pengelolaan DAS dilaksanakan berdasar prinsip partisipasi dan konsultasi

masyarakat pada tiap tingkat untuk mendorong tumbuhnya komitmen bersama

antar pihak berkepentingan (stakeholders);

4) Pengelolaan DAS memerlukan kondisi yang memungkinkan partisipasi

masyarakat guna mengurangi secara bertahap beban Pemerintah dalam

pengelolaan DAS;

5) Masyarakat yang memperoleh manfaat atas pengelolaan DAS secara bertahap

(baik secara langsung maupun tak langsung) wajib menanggung biaya

pengelolaan berdasar prinsip kecukupan dana cost recovery; dan

6) Sasaran wilayah Pengelolaan DAS adalah wilayah DAS secara utuh sebagai

satu kesatuan ekosistem.

DAS dan wilayah sungai tidaklah pernah mempunyai batas yang bertepatan

dengan batas-batas wilayah administrasi. Menurut Keputusan Menteri kehutanan

Page 64: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

No. 52/Kpts-II/2001, DAS diklasifikasikan menurut hamparan wilayah dan fungsi

strategisnya sebagai berikut:

1) DAS lokal: terletak secara utuh berada di satu daerah kabupaten atau kota, dan

atau DAS yang secara potensial hanya dimanfaatkan oleh satu daerah

kabupaten atau kota;

2) DAS regional: letaknya secara geografis melewati lebih dari satu daerah

kabupaten atau kota; dan atau DAS yang secara potensial dimanfaatkan oleh

lebih dari satu daerah kabupaten atau kota; dan atau DAS lokal yang atas

usulan pemerintah kabupaten atau kota yang bersangkutan, dan hasil penilaian

ditetapkan untuk didayagunakan (dikembangkan dan dikelola) oleh

pemerintah provinsi, dan atau DAS yang secara potensial bersifat strategis

bagi pembangunan regional; dan

3) DAS nasional: letaknya secara geografis melewati lebih dari satu daerah

propinsi, dan atau DAS yang secara potensial dimanfaatkan oleh lebih dari

satu daerah provinsi, dan atau DAS regional yang atas usulan pemerintah

provinsi yang bersangkutan, dan hasil penilaian ditetapkan untuk

didayagunakan (dikembangkan dan dikelola) oleh pemerintah pusat, dan atau

DAS yang secara potensial bersifat strategis bagi pembangunan nasional.

2.6 Sistem Informasi Geografis (SIG)

Geographic information system (GIS) atau sistem informasi geografis (SIG)

adalah suatu sistem yang dirancang untuk bekerja dengan data yang mereferensi

pada koordinat geografi atau spasial dan juga non spasial (Star 1990). SIG

merupakan sistem basis data dengan kemampuan spesifik untuk data spasial dan

non spasial, dan juga dapat melakukan operasi data. Sistem informasi geografis

berdasarkan operasinya dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu: (1) SIG

secara manual, yang beroperasi memanfaatkan peta cetak (kertas/transparan),

bersifat data analog, dan (2) SIG secara terkomputer atau SIG otomatis (prinsip

kerjanya sudah dengan menggunakan komputer sehingga datanya adalah data

digital (Barus dan Wiradisastra 2000).

Pada SIG terdapat dua macam data yaitu data spasial dan data atribut. Data

spasial disajikan dalam bentuk titik, garis dan area. Data atribut sering

diketegorikan sebagai data non spasial, karena peranannya tidak menunjukkan

Page 65: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

posisinya akan tetapi lebih menunjukkan penjelasan mengenai objek atau bersifat

identitas. Data atribut dapat dinyatakan menjadi empat bentuk yaitu nominal,

ordinal, interval dan ratio. Titik adalah representasi grafis yang paling sederhana

untuk suatu objek. Representasi ini tidak memiliki dimensi tetapi dapat

diidentifikasi di atas peta dan dapat ditampilkan pada layar monitor dengan

menggunakan simbol-simbol. Sudut proverty suatu batas (poligon) juga

merupakan titik, sebagaimana telah umum juga digunakan untuk penggambaran

sudut-sudut persil dan bangunan. Pada skala besar bangunan akan ditampilkan

sebagai poligon, sementara pada skala kecil akan ditampilkan sebagai titik.

•1

3 9 • 6 • • •4

•2 •5

Gambar 5 Contoh representasi objek titik untuk data posisi rumah

(Sumber: Prahasta 2007)

Garis adalah bentuk linier yang akan menghubungkan paling sedikit dua titik

dan digunakan untuk merepresentasikan objek-objek satu dimensi. Batas-batas

poligon merupakan garis-garis, demikian pula dengan jaringan listrik, komunikasi,

pipa air minum, saluran buangan, dan utiliti lainnya. Di sisi lain, entity jalan dan

sungai dapat direpresentasikan baik sebagai garis maupun poligon, tergantung

skala petanya.

Gambar 6 Contoh representasi objek garis untuk data lokasi jalan dan atributnya (Sumber: Prahasta 2007)

ID Nama Kode Pos 4 Jl.Jakarta 990102 2 Jl.Cipaganti 990281 3 Jl.Cinangka 992722 5 Jl.Karang 995733

7 7 2 6 5 8 3 1 4

Page 66: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Poligon digunakan untuk merepresentasikan objek-objek dua dimensi. Suatu

danau, batas propinsi, batas kota, batas-batas persil tanah milik adalah tipe-tipe

entity yang pada umumnya direpresentasikan sebagai poligon. Tetapi representasi

ini bergantung pada skala tampilan petanya (titik atau poligon). Suatu poligon

paling sedikit dibatasi oleh tiga garis yang saling terhubung diantara ketiga titik

tersebut. Di dalam basis data, semua bentuk area dua dimensi akan

direpresentasikan oleh bentuk poligon.

Gambar 7 Contoh representasi objek poligon untuk data landuse

(Sumber: Prahasta 2007)

SIG terdiri dari empat komponen dasar, yaitu: (1) masukan data, komponen

pengubah data yang ada menjadi data yang dapat digunakan oleh SIG, kegiatan ini

biasanya membutuhkan waktu dan ketepatan; (2) manajemen data; (3) manipulasi

dan analisis; dan (4) keluaran, bentuk hasil SIG sangat beragam kualitas,

kecepatan dan kemudahannya baik dalam bentuk hardcopy maupun softcopy

(Aronoff, 1991).

Metode SIG, environmental mapping approach menurut Mehta (1998) yang

digunakan saat analisis spasial sangat tergantung pada komponen apa yang dipilih

dalam pemetaan. Sangat penting komponen-komponen yang dipilih tersebut

merupakan parameter yang akan memberikan hasil pada evaluasi tapak. Proses

penentuan parameter tersebutlah yang merupakan bagian penting sehingga hasil

keseluruhan proses yang dihasilkan akan seperti yang diharapkan. Kemampuan

SIG dapat juga dikenali dari fungsi-fungsi analisis yang dapat dilakukannya.

Secara umum, terdapat dua jenis fungsi analisis, yaitu fungsi analisis spasial dan

fungsi analisis atribut. Fungsi analisis spasial meliputi:

ID Nama Luas (Ha) 3 Sawah 100 2 Kebun 120 5 Hutan 112 1 Permukiman 121

4 1

3 5 2

Page 67: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

(1) Klasifikasi

Fungsi ini mengklasifikasikan kembali suatu data spasial (atau atribut)

menjadi data spasial yang baru dengan menggunakan kriteria tertentu. Contoh,

dengan menggunakan data spasial topografi, dapat diturunkan data spasial

kemiringan yang dinyatakan dalam persentase nilai-nilai kemiringan. Nilai-

nilai persentase kemiringan ini dapat diklasifikasikan hingga menjadi data

spasial baru yang dapat digunakan untuk merancang perencanaan

pengembangan wilayah. Sebagai contoh, kriteria yang digunakan adalah 0-

14% untuk permukiman, 15-29% pertanian dan perkebunan, 30-44% hutan,

dan 45% ke atas untuk hutan lindung dan taman nasional.

(2) Network

Fungsi ini merujuk data spasial titik-titk atau garis-garis sebagai suatu jaringan

yang tidak terpisahkan. Fungsi ini sering digunakan didalam bidang-bidang

transportasi dan utility, misalnya aplikasi jaringan kabel listrik, komunikasi

telepon, pipa minyak dan gas, air minum, saluran pembuangan.

(3) Overlay

Fungsi ini menghasilkan data spasial baru dari minimal dua data spasial yang

menjadi masukkannya.

(4) Buffering

Fungsi ini menghasilkan data spasial baru yang berbentuk poligon atau zone

dengan jarak tertentu dari data spasial yang menjadi masukkannya. Data

spasial titik akan menghasilkan data spasial baru yang berupa lingkaran-

lingkaran yang mengelilingi titik-titik pusatnya.

(5) Tiga dimensi analisis

Fungsi ini terdiri dari sub-sub fungsi yang berhubungan dengan presentasi

data spasial dalam ruang tiga dimensi. Fungsi analisis spasial ini banyak

menggunakan fungsi interpolasi.

(6) Digital Image Processing

Fungsi ini dimiliki oleh perangkat SIG yang berbasiskan raster. Karena data

spasial permukaan bumi banyak didapat dari perekaman data satelit yang

berformat raster, maka banyak SIG raster yang juga dilengkapi dengan fungsi

analisis ini.

Page 68: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

2.6.1 Interprestasi Citra

Menurut Este dan Simonett (1975) interpretasi citra merupakan perbuatan

mengkaji foto udara atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi obyek dan

menilai arti pentingnya obyek tersebut. Jadi di dalam interpretasi citra, penafsir

mengkaji citra dan berupaya mengenali obyek melalui tahapan kegiatan, yaitu:

deteksi, identifikasi, dan analisis. Setelah mengalami tahapan tersebut, citra dapat

diterjemahkan dan digunakan ke dalam berbagai kepentingan seperti dalam:

geografi, geologi, lingkungan hidup dan sebagainya.

Deteksi adalah usaha penyadapan data secara global baik yang tampak

maupun yang tidak tampak. Di dalam deteksi ditentukan ada tidaknya suatu

obyek. Identifikasi adalah kegiatan untuk mengenali obyek yang tergambar pada

citra yang dapat dikenali berdasarkan ciri yang terekam oleh sensor dengan alat

stereoskop. Terdapat 3 ciri utama dalam mengenali objek (Este dan Simonett

1975) yaitu:

1. Ciri spektral

Ciri spektral adalah ciri yang dihasilkan oleh interaksi antara tenaga

elektromagnetik dengan obyek. Ciri spektral dinyatakan dengan rona dan

warna. Rona adalah tingkat kegelapan atau kecerahan obyek pada citra.

Adapun faktor yang mempengaruhi rona adalah:

a. Karakteristik obyek (permukaan kasar atau halus)

b. Bahan yang digunakan (jenis film yang digunakan).

c. Pemrosesan emulsi (diproses dengan hasil redup, setengah redup dan gelap).

d. Keadaan cuaca (cerah/mendung).

e. Letak obyek (pada lintang rendah atau tinggi).

f. Waktu pemotretan (penyinaran pada bulan Juni atau Desember).

2. Ciri spasial

Ciri spasial adalah ciri yang terkait dengan ruang yang meliputi:

a. Tekstur adalah frekwensi perubahan rona pada citra. Biasa dinyatakan;

kasar, sedang dan halus. Misalnya hutan bertekstur kasar, belukar

bertekstur sedang dan semak bertekstur halus.

Page 69: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

b. Bentuk adalah gambar yang mudah dikenali. Contoh gedung sekolah pada

umumnya berbentuk huruf I, L dan U atau persegi panjang, gunung api

misalnya berbentuk kerucut.

c. Ukuran adalah ciri obyek berupa jarak, luas, tinggi lereng dan volume.

Ukuran obyek pada citra berupa skala. Contoh lapangan olah raga sepak

bola d icirikan oleh bentuk (segi empat) dan ukuran yang tetap, yakni sekitar

(80 – 100 m).

d. Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai banyak obyek

bentukkan manusia dan beberapa obyek alamiah. Contoh pola aliran sungai

menandai struktur biologis. Pola aliran trellis menandai struktur lipatan.

Permukiman transmigrasi dikenali dengan pola yang teratur, yaitu ukuran

rumah yang jaraknya seragam, dan selalu menghadap ke jalan. Kebun karet,

kebun kelapa, kebun kopi mudah dibedakan dengan hutan atau vegetasi

lainnya dengan polanya yang teratur, yaitu dari pola serta jarak tanamnya.

e. Situs adalah letak suatu obyek terhadap obyek lain di sekitarnya. Contoh:

permukiman pada umumnya memanjang pada pinggir beting pantai, tanggul

alam atau sepanjang tepi jalan. Juga persawahan, banyak terdapat di daerah

dataran rendah, dan sebagainya.

f. Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau obyek yang berada di

daerah gelap. Bayangan juga dapat merupakan kunci pengenalan yang

penting dari beberapa obyek yang justru dengan adanya bayangan menjadi

lebih jelas. Contoh: lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya

bayangan, begitu juga cerobong asap dan menara, tampak lebih jelas dengan

adanya bayangan. Foto-foto yang sangat condong biasanya memperlihatkan

bayangan obyek yang tergambar dengan jelas.

g. Asosiasi adalah keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek lainnya.

Contoh stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api yang

jumlahnya lebih dari satu (bercabang).

3. Ciri Temporal

Ciri temporal adalah ciri yang terkait dengan benda pada saat perekaman,

misalnya; rekaman sungai musim hujan tampak cerah, sedang pada musim

kemarau tampak gelap.

Page 70: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Penilaian atas fungsi obyek dan kaitan antar obyek dengan cara

menginterpretasi dan menganalisis citra yang hasilnya berupa klasifikasi yang

menuju ke arah teorisasi dan akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari penilaian

tersebut. Pada tahapan ini interpretasi dilakukan oleh seorang yang sangat ahli

pada bidangnya, karena hasilnya sangat tergantung pada kemampuan menafsir

citra. Menurut Prof. Dr. Sutanto, pada dasarnya interpretasi citra terdiri dari dua

kegiatan utama, yaitu perekaman data dari citra dan penggunaan data tersebut

untuk tujuan tertentu. Perekaman data dari citra berupa pengenalan obyek dan

unsur yang tergambar pada citra serta penyajiannya ke dalam bentuk tabel, grafik

atau peta tematik. Urutan kegiatan dimulai dari:

a. menguraikan atau memisahkan obyek yang rona atau warnanya berbeda;

b. ditarik garis batas atau delineasi bagi obyek yang rona dan warnanya sama

c. setiap obyek dikenali berdasarkan karakteristik spasial dan unsur temporalnya

d. Obyek yang sudah dikenali, diklasifikasi sesuai dengan tujuan interpretasinya

e. Digambarkan ke dalam peta kerja atau peta sementara

f. Guna menjaga ketelitian dan kebenarannya dilakukan pengecekan medan

(lapangan)

g. Interpretasi akhir adalah pengkajian atas pola atau susunan keruangan (obyek);

dan dipergunakan sesuai tujuannya.

Untuk penelitian murni, kajiannya diarahkan pada penyusunan teori, dan

analisisnya digunakan untuk penginderaan jauh, sedangkan untuk penelitian

terapan, data yang diperoleh dari citra digunakan untuk analisis dalam bidang

tertentu. Dalam menginterpretasi citra, pengenalan obyek merupakan bagian yang

sangat penting, karena tanpa pengenalan identitas dan jenis obyek, maka obyek

yang tergambar pada citra tidak mungkin dianalisis. Prinsip pengenalan obyek

pada citra didasarkan pada penyelidikkan karakteristiknya pada citra.

Karakteristik yang tergambar pada citra dan digunakan untuk mengenali obyek

disebut unsur interpretasi citra.

Page 71: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berbasis DAS. Penelitian dilakukan pada wilayah-wilayah yang

berada pada satu daerah aliran sungai. DAS tidak mengenal batas-batas

administrasi oleh karena itu pengelolaannya lebih alami menjadi satu kesatuan

ekosistem mulai dari hulu, tengah dan hilir. Penelitian ini berlokasi di kawasan

permukiman DAS Cianjur di wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (Gambar 8).

DAS Cianjur yang terletak pada ketinggian antara 265 m dpl sampai dengan 2 950

m dpl telah banyak mengalami perubahan penggunaan lahan dari lahan pertanian

dan hutan ke lahan permukiman. Permukiman tumbuh dan menyebar mulai dari

ketinggian 265 m dpl sampai 1 250 m dpl (Sukri 2004), terutama terjadi di zona

hulu DAS Cianjur yang mengalami perkembangan ekonomi pesat dan merupakan

daerah tujuan wisata. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni 2006 sampai Mei 2007.

Gambar 8 Lokasi penelitian

Provinsi Jawa Barat

DAS Cianjur

Page 72: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: Peta rupa bumi

Indonesia tahun 1999 lembar Cipanas, Cugenang dan Cianjur skala 1 : 25.000

produksi BAKOSURTANAL, Peta rupa bumi digital tahun 1999 lembar Cipanas,

Cugenang dan Cianjur skala 1 : 25.000 produksi BAKOSURTANAL, citra

landsat ETM tahun 2006 PPLH IPB, peta tanah DAS Cianjur skala 1 : 50.000

produksi Pusat Penelitian Tanah (PPT), peta geologi lembar Cianjur skala 1 :

100.000 produksi Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (PPPG), peta

kawasan kawan bencana Kabupaten Cianjur skala 1 : 225 000 Dinas Cipta Karya,

peta kepekaan tanah terhadap erosi Kabupaten Cianjur skala 1 : 225 000 Dinas

Cipta Karya, peta kedalaman efektif Kabupaten Cianjur skala 1 : 225 000 Dinas

Cipta Karya dan data curah hujan tahun 2004.

Alat yang digunakan dalam penelitiaan ini berupa: alat tulis, kamera

digital, global positioning system (GPS), roll meter, scanner, kuesioner. komputer,

software Acr View versi 3.2 dengan full extension dan Map info Profesional 7.0,

dan criterium decision plus versi student.

3.3 Rancangan Penelitian

Penelitian ini meliputi empat kajian, yaitu: (1) pola penyebaran permukiman;

(2) spesifikasi kebutuhan dan gaya hidup masyarakat terhadap kualitas

permukiman; (3) evaluasi kesesuaian lahan permukiman; dan (4) rumusan kriteria

permukiman sehat dan berwawasan lingkungan.

3.3.1 Kajian analisis pola sebaran permukiman di wilayah DAS Cianjur

Kajian ini bertujuan untuk menganalisis pola sebaran permukiman di

wilayah hulu, tengah, dan hilir DAS Cianjur ditinjau dari aspek: 1) bentuk

permukiman dan 2) tingkat penyebaran permukiman.

1) Metode Pengumpulan Data

Populasi adalah permukiman di DAS Cianjur. DAS Cianjur mencakup 33 desa

yang terletak di enam wilayah kecamatan yaitu Pacet, Cugenang, Cianjur,

Karang Tengah, Sukaluyu, dan Cilaku (Gambar 9). Penentuan sampel

dilakukan dengan metoda multi stage sampling (Adib 2006).

Page 73: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Metode ini mulai dengan menentukan unit yang terbesar dan dilanjutkan

dengan yang lebih kecil. Metode ini menggunakan dua langkah dasar, yaitu

membuat daftar dan menentukan sampel. Melalui skema ini peneliti memilih

sampel dalam kelompok area (desa) di zona DAS, kemudian memilih empat

kampung dari setiap cluster utama dalam area wilayah yang lebih kecil (secara

acak), dan menentukan jumlah unsur sampel dari setiap kampung sebanyak 15

rumah, sehingga jumlah total sampel sebanyak 180 rumah dan keluarga

penghuni. Data diperoleh survai lapangan dan wawancara mendalam.

2) Jenis Data

Data yang dikumpulkan berupa data kependudukan (jumlah penduduk dalam

kampung, dan jumlah penghuni dalam rumah tangga), spesifikasi konstruksi

bangunan rumah (jenis kontruksi bangunan, elemen ruang, luas bangunan,

250

500

750

125

100

Gambar 9 Lokasi Kecamatan di Kawasan DAS Cianjur Menurut Ketinggian

Pacet

Cugenang

Cianjur

Cilaku

Karang

Tengah

Sukaluyu

Ket

ingg

ian

(m)

Hul

Hili

24.98 Km

Tengah

Page 74: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

dan bahan bangunan), prasarana dan sarana lingkungan permukiman, ukuran

permukiman diukur berdasarkan jumlah rumah dan penduduk, kepadatan

bangunan rumah diukur berdasarkan jarak antara rumah-rumah, tipe

permukiman dilihat dari susunan tata letak bangunan, dan jumlah

permukiman.

3) Analisis Data

Data kependudukan, spesifikasi konstruksi bangunan, dan prasarana dan

sarana lingkungan permukiman dianalisis dengan SPSS versi 13. Data ukuran,

tingkat kepadatan, dan tipe permukiman akan dianalisis berdasarkan kriteria

dari masing-masing sub variabel pada aspek bentuk permukiman. Kriteria

untuk aspek bentuk permukiman seperti tercantum pada Tabel 7.

Tabel 7 Kriteria pada masing-masing subvariabel bentuk permukiman

No Subvariabel dari aspek bentuk Permukiman

Kriteria

1. Ukuran Permukiman -Permukiman tunggal -Permukiman kecil -Permukiman kecil-sedang -Permukiman sedang -Permukiman besar -Permukiman sangat besar

Satu rumah 2 – 20 rumah Sampai dengan 500 penduduk Sampai dengan 2000 penduduk 2000 – 5000 penduduk Lebih dari 5000 penduduk

2. Kepadatan Bangunan -Sangat jarang -Jarang -Padat -Sangat padat -Padat kompak

Pekarangan rumah berjauhan Pekarangan rumah bersentuhan tetapi letak rumah tidak bersentuhan Jarak antar rumah kecil (0.5 - 1 m) Rumah kurang lebih menutupi jalan (lebar jalan 0.5 – 1 m), dinding-dinding rumah saling bersentuhan satu sama lain (tidak ada jarak antar rumah) Tidak ada ruang terbuka dalam sebuah blok bangunan

3. Tipe Permukiman -Tipe linear -Tipe Plaza -Tipe permukiman dengan pengaturan area atau streetplan

Posisi rumah berjajar linier Posisi rumah diatur mengelilingi sebuah ruang bersama Rumah-rumah diatur dalam posisi beraturan atau direncanakan streetplan dalam suatu wilayah.

(Sumber : Van der Zee 1986)

Page 75: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

3.3.2 Kajian Spesifikasi Kebutuhan dan Gaya hidup Masyarakat terhadap Permukiman di DAS Cianjur

Kajian mengenai spesifikasi keinginan dan kebutuhan masyarakat

(konsumen permukiman) terhadap bentuk, fungsi dan nilai (Gifford,1997) dari

permukiman yang berada di wilayah hulu, tengah, dan hilir DAS Cianjur

bertujuan untuk mengindentifikasi keinginan dan kebutuhan masyarakat terhadap

kualitas permukiman. Kajian ini menggunakan pendekatan quality function

deployment (QFD). Pendekatan ini, memungkinkan para pengembang untuk

merancang dan mengembangkan produk permukiman sesuai dengan apa yang

diinginkan konsumen dan sekaligus dapat mempertinggi daya saing produk.

1) Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data diawali dengan penentuan atribut-atribut primer bagi

konsumen berdasarkan bentuk, fungsi, dan nilai. Masing-masing atribut

primer ini memiliki beberapa atribut sekunder. Data dikumpulkan

menggunakan dua teknik. Pertama, melalui wawancara dengan 1) salespeople

(pemasaran real estate) yang memiliki hubungan kuat dengan pembeli dan

pengguna, dan 2) konsumen ahli. Kedua, melalui focus group ukuran kecil

(Gargione 1999) untuk mendapatkan informasi melalui pertanyaan dan

benchmarking antara kawasan permukiman yang berbeda agar ditemukan

kesukaan, ketidaksukaan, trends, dan pendapat tentang kesamaan. Focus

group terdiri dari agent real estate, arsitek, engineer, pembeli potensial, dan

pemilik.

2) Proses QFD dan Analisis Data

Proses QFD secara keseluruhan terdiri atas 4 fase matrik perencanaan yang

saling berhubungan. Matrik pada fase pertama disebut house of quality

(HOQ). HOQ (Gambar 10) adalah matrik perencanaan produk yang

menggambarkan kebutuhan konsumen, target perusahaan dan evaluasi produk

pesaing (Goetsch 2000). Harapan konsumen selanjutnya diterjemahkan ke

dalam karakteristik teknik (technical response) yang didasarkan pada empat

aspek dalam perusahaan: sistem, sarana, sumberdaya manusia, dan aspek lain-

lain. Selanjutnya menentukan hubungan antara customer requirement dengan

technical response. Hubungan ini dapat dinyatakan dengan menggunakan

Page 76: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

lambang-lambang tertentu untuk menyatakan kekuatan hubungan. Lambang

dan nilai atau bobot yang digunakan adalah: = 10 (melambangkan

hubungan kuat); ³ = 5 (melambangkan hubungan sedang); dan = 1

(melambangkan hubungan lemah). Untuk menentukan technical response

mana yang harus didahulukan untuk dikembangkan lebih lanjut

Bob

ot K

onve

rsi

Peng

adaa

n b

ahan

baku

Des

ain

Site

pla

n

Des

ain

arsi

tekt

ur

Peng

erja

an k

onst

ruks

i

Peng

elol

aan

PT. A

PT.B

PT.C

Targ

et d

an R

asio

Konst. Bangunan

Luas lahan

Bahan Bangunan

Gaya arsitektur

RTH

Bentuk

Terjangkau

Kesehatan

Ekologis

Fungsi

Keamanan

Kebersamaan

Har

apan

Pel

angg

an

Nilai

Estetika

Kawasan Permukiman (PT. A)

Kawasan Permukiman (PT.B)

Kawasan Permukiman (PT.C)

Nilai (Tingkat Kepentingan)

Nilai Relatif

Gambar 10 Rumah kualitas

(Sumber: Goetsch 2000)

(mendapat prioritas utama) sebagai tindakan untuk meningkatkan kepuasan

konsumen, maka dilakukan perhitungan tingkat kepentingan dan kepentingan

relatif. Tingkat kepentingan adalah suatu ukuran yang menunjukkan

: Kuat (10) ³ : Sedang (5) : Lemah (1) ++ : Kuat positif + : positif -- : Kuat negatif

if

Page 77: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

technical response mana yang harus diutamakan dengan melihat hubungan

antara dan tingkat kepentingan konsumen. Kepentingan relatif adalah nilai

dari tingkat kepentingan yang dinyatakan dalam persen kumulatif. Perhitungan

tingkat kepentingan dan kepentingan relatif adalah sebagai berikut (Marimin,

2004):

Nilai tingkat kepentingan = ∑ (tingkat kepentingan yang berhubungan dengan karakteristik teknik X nilai hubungan) Nilai kepentingan relatif = Nilai tingkat kepentingan Jumlah total nilai tingkat kepentingan

Matrik yang terbentuk dari hubungan keterkaitan ini disebut dengan matrik

korelasi, dan pada matrik HOQ terletak pada bagian atas yang disebut dengan

roof. Hubungan keterkaitan yang ada serta lambang yang digunakan pada

umumnya sebagai berikut: Hubungan kuat positif (++), Hubungan positif (+),

Hubungan negatif (-), dan Hubungan kuat negatif (--). Sesuai dengan bagian-

bagian dari matrik rumah kualitas, selanjutnya akan tersusun matrik rumah

kualitas secara lengkap.

3.3.3 Kajian Evaluasi Kesesuaian Lahan Permukiman di DAS Cianjur

Kajian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menganalisis kesesuaian lahan

permukiman di DAS Cianjur (hulu, tengah dan hilir) ditinjau dari aspek bio-fisik,

sosial, dan ekonomi.

1) Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui lembaga atau instansi terkait, yaitu :

BAKOSURTANAL, PPT, BMG, PPPG, BAPPEDA, PPLH IPB, Dinas Cipta

Karya, kantor pemda tingkat kecamatan dan desa, Biro Pusat Statistik dan

survai langsung.

Page 78: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

2) Jenis Data

Data yang dikumpulkan dalam kajian ini meliputi data: (1) bio-fisik yang

terdiri atas kemiringan lereng, elevasi, curah hujan, kepekaan tanah terhadap

erosi, kedalaman efektif, kedalaman air tanah, penutupan lahan, bahaya banjir

dan bahaya letusan gunung; (2) sosial terdiri atas besar anggota rumah tangga,

dan tingkat pendidikan; dan (3) ekonomi yaitu tingkat pendapatan wilayah

berupa PDRB per kapita .

3) Tahapan Pengolahan dan Analisis Data

a. Penyiapan Peta Tematik

Peta-peta yang belum dijitasi disiapkan dengan proyeksi geografis yang

sama, sedangkan peta yang sudah didijitasi tetapi dalam format berbeda

dilakukan konversi, sehingga diperoleh peta tematik dijital dengan

proyeksi peta yang seragam dan siap untuk ditumpangsusunkan.

b. Pengklasifikasian Citra

Peta dijital penggunaan lahan yang digunakan adalah berupa citra landsat

ETM Tahun 2006. Pengklasifikasian diawali dengan persiapan citra

landsat ETM tahun 2006, peta topografi Kabupaten Cianjur. Koreksi

geometrik dilakukan dengan menggunakan arcview extension image

analyst. Citra dikoreksi berdasarkan peta sungai dan jalan Kabupaten

Cianjur. Setelah kesalahan RMS hasil koreksi bernilai < 0.1, citra

kemudian dimasukkan dalam database dengan format erdas image.

Peningkatan tampilan citra melalui warna, kontras, dan tepian dilakukan

secara visual. Citra ditampilkan pada layar monitor komputer dengan

model warna RGB (red green blue) atau kombinasi 5-4-2 karena

merupakan tampilan untuk identifikasi secara visual serta model HIS (hue

intensity saturation). Tampilan RGB sangat baik untuk identifikasi

penutupan lahan, karena tampilan merupakan warna primer yang masing-

masing memiliki kisaran nilai 0-255 dan campuran ketiganya (CMY –

cyan magenta yellow). Pada tampilan model HIS, citra ditampilkan pada

nilai optimal. Penajaman kontras dan tepi pada citra dilakukan agar

pengidentifikasian dapat dilakukan dengan lebih mudah. Tampilan yang

Page 79: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

102

sudah mengalami perubahan yang lebih baik dimasukkan dalam database

dengan format erdas image kembali.

Penentuan daerah contoh dalam citra dilakukan berdasarkan nilai warna

pada raster contoh tertentu. Setiap daerah raster contoh memiliki warna

yang khusus (minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi).

Pemilihan dan penentuan daerah contoh diusahakan mencakup seluruh tipe

penggunaan lahan yang ada pada citra, agar tidak terjadi pemaksaan

pengklasifikasian. Pemilihan dan penentuan lokasi daerah contoh juga

memperhatikan pengaruh posisi lereng dan naungan pada citra karena

lokasi berelevasi beragam.

c. Pembangkitan Parameter-parameter

Pada kajian ini, dilakukan analisa data berdasarkan data yang tersedia

dengan memperhatikan faktor ekologi (biofisik), ekonomi dan sosial yang

mempengaruhi kesesuaian lahan permukiman. Kriteria yang digunakan

untuk menetapkan suatu lahan menjadi lahan permukiman adalah

menggunakan beberapa parameter lahan yang dianggap berpengaruh

terhadap tingkat kesesuaian lahan.

Setiap parameter dibagi dalam beberapa kelas (yang disesuaikan dengan

kondisi daerah penelitian) diberi skor mulai dari kelas yang berpengaruh

hingga kelas yang tidak berpengaruh. Setiap kelas akan memperoleh nilai

akhir yang merupakan hasil perkalian antara skor kelas tersebut dengan

bobot dari parameter dimana kelas tersebut berada. Penentuan kriteria,

pemberian bobot dan skor ditentukan berdasarkan studi kepustakaan.

Proses pemberian bobot dan skor dilakukan melalui pendekatan indeks

overlay model untuk memperoleh urutan kelas kesesuaian lahan. Model ini

mengharuskan setiap coverage diberi bobot dan setiap kelas dalam satu

coverage diberi nilai.

Setiap parameter lahan memiliki kelas. Masing-masing kelas tersebut

selanjutnya diberi skor. Kelas-kelas dalam sebuah parameter yang

memberikan berpengaruh buruk terhadap permukiman baik dari segi

kekuatan konstruksi, kenyamanan hunian dan keamanan dari ancaman

bencana alam seperti tanah longsor dan banjir, diberi skor rendah. Berikut

Page 80: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

103

ini deskripsi dan skor dari masing-masing kelas pada setiap parameter

kesesuaian lahan.

a) Kemiringan Lereng

Faktor kemiringan lereng merupakan faktor kunci dalam pemicu longsor.

Daerah dengan kemiringan lereng yang curam akan cenderung menjadi

kritis jika tidak dilakukan penanganan yang mengikuti kaidah konservasi

sehingga akan mengancam kestabilan lahan permukiman. Pembangunan

permukiman pada tanah dengan lereng yang curam akan membutuhkan

lebih banyak biaya. Hubungan antara kemiringan lereng dengan fungsi

hidrologis adalah bahwa semakin kecil kemiringan lereng akan semakin

memperbesar kemungkinan air hujan untuk meresap kedalam tanah, hal ini

dikarenakan semakin kecilnya air hujan yang menjadi air permukaan.

Disamping itu aliran air pada daerah datar, cenderung lebih lambat

dibandingkan dengan daerah curam, sehingga kemungkinan terjadinya

erosi juga kecil. Dengan demikian pengaruh daerah dengan lereng datar

terhadap kemungkinan timbulnya gangguan kestabilan lahan permukiman

semakin kecil, sehingga semakin datar kemiringan lereng, maka nilai

skornya semakin besar (Tabel 8).

Tabel 8 Skor parameter kemiringan lereng dalam kesesuaian lahan permukiman

Kelas Besaran/Deskripsi Skor a. Datar b. Landai c. Agak Curam d. Curam

< 10 % 10 – 15 % 16 – 20 % > 20 %

4 3 2 1

Sumber: Van der Zee 1990

b) Elevasi

Ketinggian tempat berkaitan erat dengan temperatur dan radiasi matahari.

Semakin tinggi tempat di atas permukaan laut, maka temperatur semakin

menurun (Ritung dkk. 2007). Demikian pula dengan radiasi matahari

cenderung menurun dengan semakin tinggi dari permukaan laut. Oleh

sebab itu ketinggian tempat berpengaruh terhadap tingkat kenyamanan

Page 81: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

104

dari penghuni rumah. Ketinggian tempat dapat dikelaskan sesuai tingkat

kenyamanan dan keamanan penghuni (Tabel 9).

Tabel 9 Skor parameter elevasi dalam kesesuaian lahan permukiman Kelas Skor

<500 m dpl 500-749 m dpl 750-1000 m dpl >1000 m dpl

4 3 2 1

Sumber: Ritung dkk. 2007

c) Curah Hujan

Curah hujan berpengaruh terhadap kondisi lingkungan permukiman, jika

curah hujan rendah maka akan berpengaruh terhadap ketersediaan air di

wilayah permukiman terutama wilayah yang menggunakan air tanah

sebagai sumber air bersih dan jika curah hujan tinggi maka berpengaruh

terhadap kestabilan lahan permukiman terutama ancaman terhadap bahaya

longsor (Kelarestaghi, 2003; Sani, 2006).

Tabel 10 Skor parameter curah hujan dalam kesesuaian lahan Permukiman

Kelas Besaran/Deskripsi Skor Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

< 1000 mm 1000 – 1750 mm 1750 – 2500 mm > 2500 mm

2 3 4 3

Sumber: Kelarestaghi (2003); Sani (2006)

d) Kedalaman Efektif Tanah

Kedalaman efektif adalah kedalaman yang diukur dari permukaan tanah

sampai lapisan impermeabel, pasir, kerikil, batu atau plintit (Hardjowigeno,

2007). Kedalaman efektif mempengaruhi drainase dan ciri fisik tanah.

Tanah-tanah dengan kedalaman efektif dalam akan mempunyai aerasi dan

drainase yang baik. Kedalaman efektif juga berpengaruh terhadap jenis

pondasi yang akan digunakan dalam pembuatan bangunan rumah dalam

lingkungan permukiman.

Page 82: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

105

Tabel 11 Skor parameter kedalaman efektif tanah dalam kesesuaian lahan permukiman

Kelas Besaran/Deskripsi Skor Dalam Sedang Dangkal Sangat dangkal

> 90 cm 60 – 90 cm 30 – 60 cm

< 30 cm

4 3 2 1

Sumber: Hardjowigeno, 2007

e) Kepekaan terhadap Erosi

Kepekaan tanah terhadap erosi dipengaruhi oleh faktor kemiringan lereng

dan sifat-sifat tanah yang mempengaruhi daya kohesi tanah seperti

kandungan liat, debu, bahan organik (Hardjowigeno, 2007). Sifat-sifat ini

kadang-kadang berbeda untuk masing-masing horison tanah sehingga

kepekaan erosi dari masing-masing lapisan berbeda. Tingkat kepekaan

tanah terhadap erosi mempengaruhi kestabilan lahan permukiman. Tanah

semakin peka terhadap erosi, maka lahan permukiman semakin tidak

stabil..

Tabel 12 Skor parameter kepekaan erosi dalam kesesuaian lahan permukiman

Kelas Besaran/Deskripsi Skor Tidak peka Agak peka Peka Sangat peka

Tanah tahan terhadap erosi Tanah cukup tahan terhadap erosi Tanah tidak tahan terhadap erosi Tanah sangat tidak tahan terhadap erosi

4 3 2 1

Sumber: Hardjowigeno, 2007

f) Ketersediaan Air Tanah (Kedalaman Air Tanah)

Fluktuasi air yang baik adalah memiliki kedalaman air tanah yang sedang.

Fluktuasi air berpengaruh terhadap kondisi lingkungan, jika air tanahnya

dangkal maka keadaan di atasnya lembab dan jika air tanahnya dalam

maka keadaan di atasnya gersang (Sani 2006). Hal ini dapat

mempengaruhi bangunan dan kesehatan penduduk yang tinggal di atas

lahan tersebut.

Page 83: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

106

Tabel 13 Skor parameter kedalaman air tanah dalam kesesuaian lahan permukiman

Kelas Besaran/Deskripsi Skor Dangkal Sedang Dalam

< 5 m 5 – 10 m > 10 m

2 4 2

Sumber: Sani 2006.

g) Penutupan Lahan

Faktor kondisi penutupan lahan, sangat berpengaruh terhadap kondisi

hidrologis khususnya dalam DAS. Suatu lahan dengan penutupan lahan

yang baik memiliki kemampuan meredam energi kinetis hujan, sehingga

memperkecil terjadinya erosi percik (splash erosion), memperkecil

koefisien aliran sehingga mempertinggi kemungkinan penyerapan air

hujan, khususnya pada lahan dengan solum tebal (sponge effect).

Disamping itu kondisi penutupan lahan yang baik juga berpengaruh

terhadap kenyamanan huni dan ketersediaan air di lingkungan

permukiman.

Tabel 14 Skor parameter penutupan lahan dalam kesesuaian lahan permukiman

Kelas Besaran/ Deskripsi Skor Sangat Baik Baik Sedang Buruk

> 30 % 20 – 30 % 10 – 20 % < 10 %

4 3 2 1

Sumber: Ritung dkk., 2007

h) Bahaya Letusan Gunung Merapi

Bahaya atau ancaman letusan gunung merapi mempengaruhi tingkat

kesehatan dan keamanan penghuni permukiman. Lokasi permukiman yang

ideal hendaknya terbebas dari bahaya letusan gunung. Sesuai dengan

kondisi geografis, wilayah DAS Cianjur sangat berpotensi untuk terjadinya

bencana alam yang berkaitan dengan kegeologian seperti bahaya letusan

gunung api yang berasal dari Gunung Gede. Daerah bahaya letusan

diklasifikasikan menjadi 4 kelas yaitu: 1) daerah bahaya beradius 5 km

dari pusat erupsinya, yaitu daerah yang dapat terlanda aliran lava panas,

Page 84: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

107

lemparan bongkahan atau awan panas; 2) daerah waspada beradius 5-10

km dari pusat erupsinya adalah daerah yang akan terkena abu, pasir dan

kerikil, daerah aliran lahar dan hujan debu; 3) daerah aliran lahar dan

hujan debu dengan jarak kira-kira 10-15 km dari pusat erupsinya, dan 4)

daerah bebas bencana berjarak > 15 km(Bappeda Kabupaten Cianjur,

2006).

Tabel 15 Skor parameter bahaya letusan gunung merapi dalam kesesuaian lahan permukiman

Kelas Besar Deskripsi SkorBebas Bahaya Bahaya 3 Bahaya 2 Bahaya 1

Daerah bebas bahaya letusan gunung merapi Daerah aliran lahar dan hujan debu radius 15 km Daerah yang akan terkena debu, pasir dan kerikil, aliran lahar dan hujan debu radius 10 km Daerah yang dapat terlanda aliran larva panas, lemparan bongkahan atau awan panas dalam radius 5 km

4 3 2 1

Sumber: Bappeda Kabupaten Cianjur, 2006

i) Bahaya Banjir

Bahaya banjir merupakan parameter yang penting dalam menentukan

kesesuaian lahan untuk permukiman karena bahaya banjir dapat

mempengaruhi tingkat kenyamanan, kesehatan dan keamanan penghuni

permukiman. Lokasi atau lahan permukiman seharusnya terbebas dari

ancaman banjir. Wilayah DAS Cianjur secara keseluruhan memiliki

kategori wilayah yang terbebas banjir, sehingga parameter bahaya banjir

tidak digunakan dalam evaluasi kesesuaian lahan permukiman.

Tabel 16 Skor parameter bahaya banjir dalam kesesuaian lahan permukiman

Kelas Besaran/ Deskripsi Skor Tidak banjir Jarang Sering Rutin banjir

Dalam periode satu tahun tanah tidak pernah tertutup banjir untuk waktu lebih dari 24 jam Dalam periode kurang dari satu bulan baniir yang terjadi lebih dari 24 jam terjadinya tidak teratur Selama waktu 2 – 5 bulan dalam setahun, secara teratur selalu dilanda banjir yang lamanya lebih dari 24 jam Selama waktu enam bulan atau lebih tanah selalu dilanda banjir secara rutin lamannya lebih dari 24 jam.

4 3 2 1

Sumber: Hardjowigeno 2007; Van der Zee 1990

Page 85: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

108

j) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per Kapita

Produk domestik regional bruto (PDRB) dapat dikatakan sebagai ukuran

produktifitas wilayah yang paling umum dan paling diterima secara luas

sebagai standar ukuran pembangunan dalam skala wilayah dan negara

(Rustiandi, 2007). Produk domestik regional bruto (PDRB) per kapita

dapat memberikan gambaran terhadap tingkat kesejahteraan ekonomi

masyarakat yaitu dengan mengasumsikan tingkat pendapatan dengan

PDRB per kapita yang diperoleh dari nilai PDRB dibandingkan dengan

jumlah penduduk pertengahan tahun. Jika PDRB per kapita di suatu

daerah cukup tinggi dapat mencerminkan tingkat pendapatan yang tinggi,

sehingga tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat dapat dikatakan

makmur, dan sebaliknya jika PDRB per kapita rendah dapat

menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat rendah (BPS, 2005).

Tabel 17 Skor parameter pendapatan (PDRB) per kapita dalam kesesuaian lahan permukiman

Kelas Besaran/ Deskripsi Skor Tinggi Menengah Sedang Rendah

> Rp. 8 juta Rp. 6 – 8 juta Rp. 4 – 6 juta Rp. < 4 juta

4 3 2 1

Sumber: BPS 2005; Rustiandi 2007

k) Besar Anggota Rumah Tangga

Besar anggota rumah tangga merupakan jumlah anggota rumah tangga

yang tinggal dalam satu pengelolaan sumberdaya keluarga. Anggota

rumah tangga terdiri dari bapak, ibu, anak dan anggota yang lainnya.

Berdasarkan kriteria norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dibagi

kedalam tiga kelompok yaitu keluarga kecil, keluarga sedang dan keluarga

besar. Keluarga kecil terdiri dari bapak, ibu dan maksimal dua orang anak

(≤ 4), keluarga sedang terdiri dari 5-6 orang dan keluarga besar yang

terdiri dari lebih dari 7 orang. Besar anggota rumah tangga berkaitan

dengan jumlah kebutuhan ruang yang diperlukan pada rumah, sehingga

berpengaruh pada tingkat kenyamanan hunian.

Page 86: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

109

Tabel 18 Skor parameter jumlah anggota rumah tangga dalam kesesuaian lahan permukiman

Kelas Besaran/Deskripsi Skor Keluarga kecil Keluarga sedang Keluarga besar

≤ 4 Orang 5 – 6 Orang ≥ 7 Orang

4 3 2

Sumber: BKKBN 2002

l) Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan bisa menggambarkan kemampuan kognitif dan

pengetahuan yang dipunyai seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan

formal maka semakin luas tingkat pengetahuan seseorang (Susanto, 1997).

Dengan tingkat pendidikan yang memadai, seseorang dapat melakukan

pengelolaan pemukiman lebih baik.

Tabel 19 Skor parameter tingkat pendidikan dalam kesesuaian lahan permukiman

Kelas Besaran/ Deskripsi Skor Tinggi Menengah Atas Menengah Pertama Dasar

Perguruan tinggi SLTA SLTP SD

4 3 2 1

Sumber: Susanto 1997

d. Klasifikasi Kesesuaian Lahan Permukiman

Kelas kesesuaian lahan ditentukan berdasarkan hasil perkalian antara

bobot dan skor yang diterima oleh masing-masing parameter. Semakin

tinggi jumlah nilainya maka kesesuaian lahannya juga semakin besar atau

sangat sesuai. Kelas kesesuaian lahan dibedakan pada empat kelas yaitu:

sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai marginal (S3) dan tidak

sesuai (N1). Adapun pengkelasan dari tingkat kesesuaian lahan dapat

dilihat pada Tabel 20.

Kelas kesesuaian lahan pada Tabel 20 dibedakan berdasarkan kisaran nilai

indeks kesesuaiannya. Untuk mendapatkan nilai selang indeks pada setiap

kelas kesesuaian ditentukan dengan cara membagi selang antara empat

Page 87: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

110

bagian yang sama dari selisih nilai indeks tumpangsusun tertinggi dengan

nilai indeks tumpangsusun terendah yang diperoleh. Tabel 21 berikut ini

menunjukkan bobot dari masing-masing aspek dan parameter yang

digunakan dalam mengevaluasi kesesuaian lahan permukiman.

Tabel 20 Klasifikasi kesesuaian lahan permukiman

Klasifikasi Kesesuaian Lahan Permukiman Klasifikasi Total Nilai Sangat Sesuai Cukup Sesuai Sesuai Marginal Tidak Sesuai

334 – 401 266 – 333 198 – 265 130 - 197

e. Proses Tumpang Susun (overlay)

Untuk menentukkan pemetaan suatu kawasan yang sesuai dan tidak sesuai

bagi pengembangan lahan permukiman dilakukan operasi tumpangsusun

menggunakan Arc View 3.2. Tumpangsusun pertama adalah menumpang

susunkan dari setiap parameter yang digunakan sebagai kriteria kesesuaian

lahan permukiman sehingga menghasikan peta kesesuaian lahan

permukiman (KLKim-1). Peta KLKim-1 selanjutnya ditumpangsusunkan

dengan peta-peta yang menjadi constrain dalam kesesuaian lahan

permukiman sehingga menghasilkan peta kesesuaian lahan permukiman

berwawasan lingkungan (KLKim-bwl). Peta KLKim-bwl digunakan untuk

mengevaluasi kondisi eksisting permukiman yaitu dengan

menumpangsusunkan antara peta penggunaan lahan hasil interprestasi citra

landsat dan peta KLKim-bwl (Gambar 11).

3.3.4 Rumusan kriteria Permukiman Sehat dan Berwawasan Lingkungan

Kajian ini bertujuan untuk merumuskan kriteria yang jelas tentang

permukiman sehat dan berwawasan lingkungan. Perumuskan kriteria didasarkan

pada hasil tiga kajian sebelumnya yaitu: pola sebaran permukiman, spesifikasi

kebutuhan masyarakat terhadap permukiman, dan kesesuaian lahan permukiman.

Perumusan kriteria menggunakan matriks yang menggambarkan hubungan antara

kelas kesesuaian lahan, pola permukiman dan spesifikasi kebutuhan dan gaya

hidup masyarakat dalam pengelolaa permukiman pada masing-masing sub DAS.

Page 88: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Tabel 21 Pembobotan parameter untuk kesesuian lahan permukiman

Biofisik (Bobot 85 ) Kemiringan

Lereng (Bobot 15)

Elevasi (Bobot 5 ) Curah Hujan (Bobot 10)

Kedalaman Efektif

(Bobot 10)

Kedalaman Air Tanah

(Bobot 15)

Kepekaan Erosi (Bobot 15)

Penutupan Lahan (Bobot 5)

Bahaya Letusan Gunung

(Bobot 10) Kelas Skor Kelas Skor Kelas Skor Kelas Skor Kelas Skor Kelas Skor Kelas Skor Kelas Skor

< 10

4

<500

4 <1000 2 > 90 4 <5 2 Tidak peka 4 > 30 4 Bebas 4

10 – 15

3

500-749

3 1000-1750

3 61 - 90

3 5 - 10

4 Agak peka

3 20 - 30

3 Bahaya 3 3

16 – 20

2

750-1000 2 1750 -2500

4 30 - 60

2 >10

2 Peka

2 10 – 19

2 Bahaya 2 2

> 20

1 >1000 1 >2500 3 < 30 1 Sangat peka 1 < 10 1 Bahaya 1 1

Sosial (Bobot 10) Jumlah Anggota Rumah Tangga

(Bobot 5)

Tingkat Pendidikan (Bobot 5)

Kelas Skor Kelas Skor < 4 4 PT 4

5 – 6 3 SLTA 3 > 7 2 SLTP 2

SD 1

Sumber: Modifikasi dari Van der Zee (1990); Susanto (1997); Basso et al. (2000); Sugiarti (2000); BKKBN (2002); Kelarestaghi (2003); Bappeda Kabupaten Cianjur (2006); Sani (2006); Hardjowigeno (2007); Ritung dkk (2007); Rustiandi (2007).

Ekonomi (Bobot 5) Tingkat Pendapatan PDRB

(Bobot 5) Kelas Skor > 8 jt 4

6,1 – 8 jt 3

4 – 6 jt 2 < 4 jt 1

69

Page 89: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

112

Peta Tingkat Pendapatan (Rp) Bobot (5)

Kelas Skor > 8 jt 6 – 8 jt 4 – 6 jt < 4 jt

4 3 2 1

Overlay

SOSIAL (BobotPeta Jumlah Keluarga

(Org) Bobot (5) Kelas Skor < 4 5 – 6 > 7

4 3 2

Peta Kesesuaian Lahan Permukiman

Peta Tingkat Pendidikan Bobot (5)

Kelas Skor PT SLTA SLTP SD

4 3 2 1

Peta Permukiman Existing di

DAS Cianjur

EKONOMI (Bobot

Peta Evaluasi Penyebaran permukiman Berdasarkan Kesesuaian

l h P ki

Peta Kelas Kemiringan lereng (%) Bobot ( 15)

Kelas Besaran (%) Skor Datar Landai Agak curam Curam

< 10 10 – 15 16 – 20 > 20

4 3 2 1

Klasifikasi Kesesuaian Lahan Klasifikasi Total Nilai Sangat Sesuai Cukup Sesuai Sesuai Marginal Tidak Sesuai

334 – 401 266 – 333 198 – 265 130 - 197

Gambar 11 Tahapan tumpang susun analisis kesesuaian lahan permukiman

70

Peta Konstrain: Lereng, Elevasi, Kepekaan erosi, Bahaya Letusan Gunung

Peta Kesesuaian Lahan Permukiman (KLKim-

Peta Kedalaman Air (m) Bobot (15)

Kelas Skor <5 5 - 10 > 10

2 4 2

Peta Curah Hujan (mm/thn) Bobot (10)

Kelas Skor <1000 1000-1750 1750-2500 >2500

2 3 4 3

Peta Landcover (%) Bobot (5)

Kelas Skor > 30 20 - 30 10 - 20 < 10

4 3 2 1

Peta Kepekaan Erosi Bobot (15)

Kelas Skor Tidak peka Agak peka Peka Sangat peka

4 3 2 1

Peta Kelas Elevasi (m dpl) Bobot (5)

Kelas Skor <500 500-749 750-1000 >1000

4 3 2 1

Peta Bahaya Letusan Gunung (Km) Bobot (10)

Kelas Skor Bebas Bahaya 3 Bahaya 2 Bahaya 1

4 3 2 1

Peta Kedalaman Efektif (cm) Bobot (10)

Kelas Skor > 90 60 - 90 30 - 60 < 30

4 3 2 1

BIOFISIK (Bobot 85)

Page 90: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Karakteristik Geografi

Daerah Aliran Sungai (DAS) Cianjur secara geografis terletak diantara

106o25’00” BT – 107o 14’30” BT dan 06 o45’35” LS – 06o50’40” LS (Gambar

12), letaknya berbatasan dengan puncak dan punggungan Gunung Gede

Pangrango di bagian barat, Waduk Cirata di bagian timur, perbukitan Gunung

Geulis dibagian utara, Gunung Puntang di bagian selatan. DAS Cianjur terdiri

dari sungai utama (Sungai Cianjur) dengan beberapa anak sungai (Cigadog,

Cianjur Leutik, Cibeureum, dan Cikukulu) yang bermuara pada sungai utama.

Wilayah DAS Cianjur memiliki luas sebesar 7 467.2 ha yang meliputi 6

kecamatan, yang terdiri dari 27 desa dan 6 kelurahan termasuk dalam wilayah

Kabupaten Cianjur dengan deliniasi wilayah seperti tercantum pada Tabel 22.

Secara administratif Kabupaten Cianjur memiliki luas sebesar 350 148.8 ha yang

terbagi dalam 30 kecamatan, yang terdiri dari 342 desa dan 6 kelurahan. Luas

Tabel 22 Persentase luas wilayah DAS Cianjur terhadap luas administratif

Zona DAS Desa Kecamatan

Luas Administratif

(Ha)

Luas Wilayah

DAS (Ha)

Persentase Luas DAS terhadap

Administratif (%)

Pacet Ciputri, Ciherang 4 760.0 1 029.6 21.6

Hulu Cugenang Galudra,Sukamulya,

Nyalindung, Cibeureum, Gasol, Mangunkerta, Cijendil, Sukamanah

7 819.0 2 318.1 29.6

Cianjur Mekarsari, Limbangansari, Sukamaju, Sawahgede, Muka, Solok Pandan, Sayang, Bojong Herang, Pamoyanan

3 177.5 1 085.5 34.2

Tengah Karang Tengah

Sabandar, Sukamanah, Sindangasih, Langensari, Sukasari, Maleber,Bojong, Babakan Caringin, Hegarmanah

4 914.0 1 876.0 38.2

Cilaku Munjul 5 367.5 356.9 6.6Hilir Sukaluyu Salajambe, Tanjungsari,

Sukasirna, Babakansari 4 772.5 801.1 16.8

Total 30 810.5 7 467.2 24.2

Page 91: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Gambar 12 Peta batas kecamatan dalam wilayah DAS Cianjur (Sumber: PPLH IPB 2006) 72

Page 92: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

wilayah DAS Cianjur sebesar 24.2 % dari luas wilayah adminitratif tingkat

kecamatan (30 810.5 ha) dan hanya 2.1% dari luas total wilayah administrasi

Kabupaten Cianjur. DAS Cianjur merupakan DAS lokal yang berada di wilayah

Kabupaten Cianjur, sehingga lebih mudahkan bagi pemerintah daerah dalam

pengelolaan dan pelestarian fungsi-fungsi DAS.

4.1.2 Karakteristik Topografi

Kawasan hulu DAS Cianjur meliputi areal seluas 3 111.8 ha yang

merupakan daerah pegunungan dan perbukitan terletak pada ketinggian antara 750

m sampai 2 950 m (Gambar 13). Bagian tengah DAS Cianjur meliputi areal seluas

3 245.9 ha dengan variasi ketinggian antara 340 m sampai 750 m dpl. Bagian hilir

DAS Cianjur memiliki areal seluas 1 109.9 ha dengan variasi ketinggian antara

265 m sampai 340 m dpl. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan ketinggian

wilayah DAS Cianjur sebagian besar (58.3%) memiliki potensi sebagai areal

permukiman.

Kemiringan lereng pada DAS Cianjur secara umum didominasi dengan

kemiringan lereng 0 – 3% yang mencakup luasan sebesar 4 192.1 ha atau 56.1%

dari luas total DAS (Gambar 14). Kemiringan lereng > 45% atau curam sekali

hanya memiliki areal seluas 133 ha atau 1.8% yang terletak pada lereng volkan

atau perbukitan. Kemiringan lereng 3 – 8% atau agak landai seluas 1 176.4 ha

(15.7%), 8 – 15% atau landai 677.7 ha (9.1%), 15 – 24% agak curam 380 ha

(5.1%) dan 24 – 45% atau curam 907.9 ha (12.2%). Kondisi ini menunjukkan

bahwa berdasarkan kemiringan lereng wilayah DAS Cianjur sebagian besar

(71.8%) memiliki potensi untuk pembangunan permukiman karena memiliki

kemiringan lereng potensial 3 - 8 % (Masykur 2006).

4.1.3 Karakteristik Iklim

Secara umum berdasarkan klasifikasi iklim Koppen DAS Cianjur termasuk

ke dalam tipe iklim Af, yaitu merupakan daerah iklim hujan tropis, selalu basah,

hujan setiap bulan lebih dari 60 mm (Gambar 15). Kondisi iklim DAS Cianjur

selama kurun waktu tiga tahun terakhir ini (2005 s/d 2007) secara umum adalah:

1) kelembaban udara rata-rata berkisar antara 84% sampai 87 %; 2) rata - rata

Page 93: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

suhu bulanan terdingin adalah 170C, sedangkan rata-rata suhu bulanan terpanas

adalah 25.70C, 3) rata-rata curah hujan bulan berkisar antara 193 mm sampai

275.9 mm, dan 4) hari hujan berkisar antara 164.2 hari/tahun sampai 205

hari/tahun (Tabel 23). Kondisi iklim ini menunjukkan bahwa wilayah DAS

Cianjur memiliki daya tarik sebagai wilayah pembangunan permukiman karena

memiliki tingkat kenyamanan.

Tabel 23 Data iklim DAS Cianjur Tahun 2005 - 2007

Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Bulan Suhu

(0C)

Kelembab- an Udara

(%)

Curah Hujan (mm)

Suhu (0C)

Kelembab- an Udara

(%)

Curah Hujan (mm)

Suhu (0C)

Kelembab- an Udara

(%)

Curah Hujan (mm)

Januari 20.2 89 377.8 20.0 92 414 24.0 86 196 Februari 20.2 90 583.2 20.1 92 412 20.0 91 330 Maret 20.3 89 410.2 20.3 92 105 20.1 89 338 April 20.3 86 225.9 20.4 92 319 28.0 88 320 Mei 20.8 85 231.0 20.7 91 139 20.9 86 217 Juni 20.4 87 195.7 20.0 92 106 20.4 86 145 Juli 19.9 85 147.3 19.6 92 44 20.3 81 12 Agustus 20.1 84 113.3 19.4 89 30 20.4 78 70 September 19.9 85 131.7 21.1 78 9 21.0 76 108 Oktober 21.1 85 219.4 21.8 78 109 21.3 81 337 Nopember 21.5 85 365.9 22.2 83 220 21.6 82 438 Desember 20.5 91 308.8 21.2 88 403 20.8 87 417 Rata-rata 20.4 87 275.9 20.6 88 193 19.2 84 244

(Sumber: BMG, 2007)

4.1.4 Karakteristik Hidrogeologi

Wilayah DAS Cianjur secara umum didominasi oleh produk-produk bahan

vulkanik muda yaitu formasi qyg, qyl, dan qyc (Tabel 24). Formasi qyg yang

terbentuk dari breksi dan lahar dari Gunung Gede Pangarango menyebar luas

mulai dari puncak gunung sampai ke dataran DAS. Formasi qyl yang dibentuk

oleh lava dijumpai pada sebagian kecil puncak Gunung Gede. Sementara, formasi

qyc yang ditemukan sebagai bukit-bukit kecil di dataran bagian tengah sampai

hilir DAS atau di sekitar daerah Kecamatan Cianjur sampai Sukaluyu, terbentuk

dari batuan aluvial andesit bercampur pasir vulkanik dan tufa. Formasi qot yang

merupakan produk vulkanik tertua mencakup breksi dan lava hanya dijumpai di

bagian utara DAS Cianjur yaitu Pegunungan Geulis. Hal ini menunjukkan bahwa

Page 94: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

secara geologi wilayah DAS Cianjur merupakan wilayah rawan bencana letusan

gunung. Pada bagian hulu DAS Cianjur terdapat empat sungai, yaitu

Ciherang, Cianjur leutik, Cigadog, dan Cianjur. Keempat sungai tersebut

bergabung menjadi satu (Sungai Cianjur) di Kampung Babakan Pos Kuta wetan

Desa Mangunkerta Kecamatan Cugenang. Di wilayah zona DAS tengah terdapat

Sungai Cikululu yang bergabung dengan sungai Cianjur di Desa Pamoyanan

Kecamatan Cianjur, namun kembali bercabang dua di Kampung Deungkeng Desa

Langensari Kecamatan Karang Tengah menjadi Sungai Cianjur dan Ciheulang.

Selanjutnya pada zona DAS hilir Sungai Cianjur bermuara ke Sungai Cilaku,

sementara Sungai Ciheulang bermuara ke Sungai Cisokan.

Tabel 24 Hidrogeologi DAS Cianjur

Kode Deskripsi Geologi Air Permukaan Air Tanah Mata Air

Qyg Breksi dan lahar dari G. Gede Pangrango. Tersebar dari puncak sampai kaki gunung dan daerah dataran.

Air permukaan pada badan gunung sulit dijangkau, terdapat pada lembah sungai yang dalam. Pada kaki gunung, anak-anak sungai agak mudah dijangkau. Di bagian dataran, air sungai sangat mudah diakses dan digunakan

Pada badan gunung, air tanah sangat dalam. Pada kaki gunung, muka air tanah bebas 3-4 m, air tanah dalam tidak diketahui. Pada bagian dataran, air tanah bebas bervariasi dari 0.5-5 m, air tanah tak bebas > 30 m

Pada badan gunung, mata air dijumpai di lereng-lereng. Di kaki gunung, beberapa mata air ditemui di lembah sungai. Di bagian dataran, mata air sangat jarang, kecuali pada beberapa lembah sungai

Qyl Lava muda dari G. Gede Pangrango. Terdapat di bagian atas gunung.

Air permukaan pada kawasan gunung sulit dijangkau, berada pada lembah-lembah sungai yang dalam

Air tanah sangat dalam.

Mata air-mata air pada lereng gunung

Qyc Bongkahan batuan aluvial andesit bercampur dengan pasir vulkanik dan tufa.

- Air tanah dalam jarang ditemui.

-

Qot Breksi dan lava dari produk-produk vulkanik tertua.

Dalam lembah-lembah sungai kecil yang dalam

Jarang (sangat dalam) Tidak teramati

Sumber: Peta Geologi Lembar Cianjur, Jawa Barat 1972. Peta Geologi Lingkungan Lembar Cianjur, Jawa Barat 1993.

Kondisi air permukaan terkait erat dengan keberadaan sungai-sungai yang

mengalir dan kondisi curah hujan sepanjang tahun. Air sungai dimanfaatkan oleh

masyarakat yang bermukim di sekitar DAS untuk keperluan pertanian, mandi,

Page 95: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Gambar 13 Peta kelas elevasi DAS Cianjur (Sumber: PPLH IPB 2006)

76

Page 96: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Gambar 14 Peta kelas kemiringan lereng DAS Cianjur (Sumber: PPLH IPB 2006)

77

Page 97: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Gambar 15 Peta curah hujan DAS Cianjur (Sumber: Dinas Cipta Karya Kabupaten Cianjur 2005)

78

Page 98: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

cuci, dan kakus. Mata air umumnya berada pada ketinggian 400 – 1 000 m

dpl,yang biasanya dimanfaatkan oleh masyarakat di zona hulu. Masyarakat di

zona tengah dan hilir DAS biasanya memperoleh air bersih dengan memanfaatkan

air tanah dengan kedalaman antara 4 sampai 8 m.

4.1.5 Karakteristik Tanah

Secara umum DAS Cianjur terdiri dari 5 jenis tanah dengan luasan

bervariasi (Gambar 16). Tanah latosol coklat mendominasi luasan yaitu sebesar 3

617.5 ha atau 48.4% dari luas total DAS yang membentang dari hulu hingga

tengah. Bagian tengah dan hilir DAS berturut-turut didominasi oleh tanah latosol

coklat dan aluvial coklat kekelabuan (ACK). Asosiasi aluvial kelabu dan aluvial

coklat kekelabuan (AK-ACK) dan asosiasi andosol coklat dan regosol coklat (AC-

RC) berturut-turut masing-masing hanya terdapat di hilir (1.9%) dan hulu (22.2%)

DAS Cianjur. Berdasarkan jenis tanah yang ada diwilayah DAS Cianjur yaitu

latosol (memiliki kepekaan erosi agak peka), aluvial (memiliki kepekaan erosi

tidak peka), dan regosol (memiliki kepekaan erosi sangat peka) maka hanya

sebagian kecil wilayah DAS Cianjur potensial untuk pengembangan permukiman.

4.1.6 Karakteristik Daerah Rawan Bencana

Sesuai dengan kondisi geografis, wilayah DAS Cianjur sangat berpotensi

terjadinya bencana alam yang berkaitan dengan kegeologian seperti bahaya

letusan gunung api yang berasal dari Gunung Gede (Bappeda Kabupaten Cianjur

2006). Berdasarkan hal tersebut, dapat diidentifikasi wilayah-wilayah di DAS

Cianjur yang rawan terhadap bencana letusan gunung api yaitu untuk wilayah

yang termasuk kelompok daerah bahaya meliputi Kecamatan Pacet dan

Cugenang dan Cianjur, sedangkan kelompok daerah waspada meliputi Kecamatan

Cianjur, Karang Tengah, Cilaku dan Sukaluyu (Gambar 17). Kondisi ini

menunjukkan bahwa wilayah DAS Cianjur terutama sub DAS hulu merupakan

wilayah yang kurang aman untuk pengembangan permukiman.

Page 99: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Gambar 16 Peta jenis tanah DAS Cianjur (Sumber: PPLH IPB 2006)

80

Page 100: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Gambar 17 Peta rawan letusan gunung di DAS Cianjur (Sumber: Bappeda Kabupaten Cianjur 2006)

81

PETA RAWAN LETUSAN GUNUNG Daerah Aliran Sungai Cianjur

KABUPATEN CIANJUR

Page 101: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

4.1.7 Penggunaan Lahan Aktual

Penggunaan lahan di DAS Cianjur hasil interprestasi citra landsat tahun

2006, secara umum terdiri dari hutan lahan kering sekunder, hutan tanaman

industri, perkebunan, permukiman, pertanian lahan kering bercampur semak,

sawah, semak atau belukar, dan tanah terbuka (Gambar 18). Penggunaan lahan

yang mendominasi adalah sawah seluas 2 729.8 ha atau 36.6%, permukiman

seluas 2 058 ha atau 27.6%, dan pertanian lahan kering seluas 1 211.7 ha atau

16.2% sementara itu luas hutan lahan kering hanya 539.5 ha atau 7.2%.

Rendahnya persentase hutan lindung di bagian hulu DAS Cianjur disebabkan

telah terjadi alih fungsi lahan menjadi lahan pertanian dan permukiman.

Pertumbuhan permukiman di wilayah ini bersifat skipping, yaitu memanfaatkan

lahan yang masih baru (dari hutan, pertanian lahan basah dan kering) dengan

bertitik tolak pada pemandangan indah. Hal ini dapat merusak stuktur tata ruang

yang direncanakan dengan menggunakan lahan yang bukan diperuntukan bagi

pengembangan perumahan dan permukiman.

4.1.8 Karakteristik Sosial Ekonomi dan Kependudukan

Secara administratif penduduk Kabupaten Cianjur pada akhir tahun 2005

adalah 2 098 644 jiwa (570 047 KK) yang terdiri dari 1 069 408 jiwa laki-laki dan

1 029 236 jiwa perempuan dengan laju pertumbuhan sebesar 1.96% dari tahun

sebelumnya (Bappeda Kabupaten Cianjur 2006). Berdasarkan tingkat penyebaran-

nya, penduduk terkosentrasi di wilayah Cianjur utara sebesar 65% dengan

kepadatan antara 594.20 jiwa/km2 sampai 3 073 68 jiwa/km2, Cianjur tengah

19.62% dengan kepadatan antara 253.90 jiwa/km2 sampai 628.95 jiwa/km2 dan

Cianjur selatan 15.38% dengan kepadatan antara 180.75 jiwa/km2 sampai 253.95

jiwa/km2. Wilayah Cianjur utara yang memiliki tingkat kepadatan penduduk yang

tinggi merupakan wilayah DAS Cianjur, oleh karena itu kebutuhan terhadap

permukiman akan tinggi.

Sehubungan dengan program pemerintah Kabupaten Cianjur yang terus

melakukan pengembangan ke wilayah utara Cianjur karena dinilai memiliki

berbagai potensi wisata maka kecenderungan DAS Cianjur bagian hulu akan

Page 102: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

6°51

' 6°51'

6°48

' 6°48'

6°45

' 6°45'

10 7°0 0 '

10 7°0 0 '

10 7°3 '

10 7°3 '

10 7°6 '

10 7°6 '

10 7°9 '

10 7°9 '

10 7°1 2 '

10 7°1 2 '

P ETAPEN G G UN AAN LAHAN TAH U N 20 06

D AS C IAN JU RKAB UP ATEN C IAN JU R

N

Lokas i P eneli tian2 0 2 4 Kilo m e te rs

Tu tu p a n L a h an :H u tan L a ha n K e rin g S ek u n de rH u tan T a n am a n Ind u s tri (H T I)P erkebuna nP erm u k im anP er tan ia n lahan ke rin g be rca m pu r d gn sem a kS aw ahS em a k /B e lu ka rTa n a h Te rb u ka

B ata s D A S

Gambar 18 Peta penggunaan lahan DAS Cianjur (Sumber: PPLH IPB 2006)

83

Page 103: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

menerima tekanan berupa kebutuhan ruang hunian, villa, sarana prasaran wisata.

Oleh karena itu potensi alih fungsi lahan dari lahan pertanian lahan kering, semak

belukar, dan lahan terbuka menjadi pemukiman, villa, sarana prasaran wisata akan

terjadi. Hal ini sejalan dengan pendapat Silas (2007) bahwa pertumbuhan

permukiman tersebut dipicu oleh suatu proses pergeseran permukiman yang

disebabkan oleh mekanisme pasar, sehingga akan terjadi perpindahan orang yang

semula tinggal dalam kota ke rumahnya di pinggiran atau luar kota.

4.2 Pola Sebaran Permukiman

Pola penyebaran pembangunan permukiman tertata dan permukiman tidak

tertata di wilayah desa dan kota pembentukkannya berakar dari pola campuran

antara ciri perkotaan dan perdesaan. Kawasan permukiman perkotaan di wilayah

DAS Cianjur sebagian besar berada di wilayah bagian tengah DAS Cianjur.

Kawasan permukiman perkotaan merupakan Kecamatan-kecamatan yang pada

saat ini merupakan konsentrasi kegiatan penduduk dengan indikasi jumlah

penduduk yang besar (Bappeda Kabupaten Cianjur, 2005) seperti Kecamatan

Pacet (Zona DAS hulu), Cianjur, dan Karang Tengah (Zona DAS tengah).

Pola permukiman tertata wilayah DAS Cianjur memiliki keteraturan bentuk

secara fisik. Artinya sebagian besar rumah menghadap secara teratur ke arah

kerangka jalan yang ada dan sebagian besar terdiri dari bangunan permanen,

berdinding tembok dan dilengkapi dengan penerangan listrik. Hal ini sejalan

dengan pendapat Koestoer (1995) yang menyatakan bahwa bangunan rumah di

lingkungan permukiman tertata secara teratur menghadap jalan dengan kerangka

jalan tertata secara bertingkat mulai dari jalan raya, penghubung hingga jalan

lingkungan atau lokal. Pola permukiman tidak tertata di wilayah DAS Cianjur

cenderung berkelompok membentuk perkampungan yang letaknya tidak jauh dari

sumber air seperti sungai dan jalan.

4.2.1 Ukuran Permukiman

Tabel 25 menunjukkan bahwa ukuran permukiman yang berada di

wilayah DAS Cianjur sebagian besar tergolong ke dalam permukiman sedang

dengan jumlah penduduk antara 500 sampai dengan 2000 jiwa. Selebihnya

tergolong dalam permukiman kecil-sedang dengan jumlah penduduk kurang dari

Page 104: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

500 jiwa dan jumlah rumah lebih dari 20 unit (Van der Zee 1986). Ukuran

permukiman di bagian hulu didominasi oleh permukiman sedang dengan jumlah

rumah rata-rata 196 unit, sedangkan di bagian tengah dan hilir komposisi ukuran

permukiman kecil-sedang dan sedang berimbang dengan jumlah rumah rata-rata

untuk permukiman kecil-sedang 49 unit di bagian tengah dan 53 unit di bagian

hilir, sementara permukiman sedang di bagian tengah dan hilir masing-masing

dengan jumlah rumah rata-rata sebanyak 416 unit dan 193 unit.

Tabel 25 Ukuran permukiman Kriteria Ukuran

Permukiman Persentase Zona DAS Kampung Jumlah

Penduduk Jumlah Rumah

Golongan ukuran

Permukiman Sedang Kecil-Sedang

Sarongge girang 922 190 Sedang Cibeureum Kidul 928 152 Sedang Galudra Tengah 865 245 Sedang

Hulu

Burangkeng 465 102 Kecil-Sedang

25 8.32

Perum Buniwangi 260 50 Kecil-Sedang Sayang 1210 464 Sedang Perum Maleber 1105 368 Sedang

Tengah

Golebag Dua 216 49 Kecil-Sedang

16.67 16.67

Pasir Peucang 142 32 Kecil-Sedang Pasir Goong 312 74 Kecil-Sedang Kamiran 826 198 Sedang

Hilir

Cibakung 600 188 Sedang

16.67 16.67

Total 58.34 41.66

Tabel 25 menjelaskan bahwa jumlah penduduk rata-rata yang mendiami

permukiman setingkat kampung yang berada di wilayah hulu DAS Cianjur (795

jiwa) lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk rata-rata yang di wilayah

tengah (741 jiwa) maupun hilir (470 jiwa). Hal ini disebabkan zona DAS hulu

memiliki: (1) potensi wisata menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat yang

berada di bagian tengah dan hilir maupun warga yang berasal dari luar kawasan

DAS untuk pindah ke zona DAS hulu, (2) kondisi iklim (suhu) yang memberikan

tingkat kenyamanan yang lebih, (3) kemudahan memperoleh air bersih dan (4)

fasilitas infrastruktur berupa jalan yang menghubungkan antar kampung, desa,

kecamatan hingga ke ibukota kabupaten.

4.2.2 Kepadatan Bangunan

Bangunan rumah di wilayah DAS Cianjur sebagian besar (50%) memiliki

tipe kepadatan bangunan yang padat (Tabel 26). Kepadatan bangunan dicirikan

Page 105: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

salah satunya oleh jarak antara bangunan rumah yang kecil yaitu berkisar antara

setengah sampai satu meter. Permukiman di zona DAS hulu didominasi oleh

permukiman dengan tipe kepadatan bangunan yang padat, di zona DAS tengah

didominasi oleh permukiman dengan tipe kepadatan bangunan jarang, dan di zona

DAS hilir terdapat dua tipe kepadatan bangunan yaitu jarang dan padat.

Tabel 26 Tipe kepadatan bangunan

Persentase Zona DAS

Unit Permukiman (Kampung)

Tipe kepadatan Bangunan Sangat Padat Padat Jarang

Sarongge Girang Padat Cibeureum Kidul Sangat padat Galudra Tengah Padat

Hulu

Burangkeng Padat

8.3 25 -

Perum Buniwangi Jarang Sayang Sangat Padat Perum Maleber Jarang

Tengah

Golebag Dua Padat

8.3 8.3 16.7

Pasir Peucang Jarang Pasir Goong Jarang Kamiran Padat

Hilir

Cibakung Padat

- 16.7 16.7

Total 16.6 50 33.4

Dominasi tipe bangunan padat di zona DAS hulu Cianjur disebabkan karena

kepemilikan lahan untuk bangunan rumah diperoleh secara turun-terumun

(warisan) pada satu lokasi lahan dengan luasan terbatas, yang mengakibatkan

lahan warisan seluruhnya digunakan untuk membangun rumah. Faktor lain yang

menyebabkan kepadatan bangunan adalah terjadinya fregmentasi seperti yang

diungkapkan Kuswartojo (2005) bahwa pemilikan lahan karena pewarisan atau

pelepasan hak sedikit demi sedikit untuk keperluan konsumsi atau maksimalisasi

penggunaan lahan dengan konstruksi kualitas rendah membuat persil permukiman

terus mengecil dan permukiman pun menjadi padat, sehingga jarak antar

bangunan rumah sangat kecil atau bahkan jarak atap hanya setengah meter.

Kondisi ini mengakibatkan terbatasnya sarana infrastruktur sebagaimana yang

diungkapkan oleh Sastra (2006) bahwa tingginya kepadatan bangunan

mengakibatkan minimnya lahan yang tersedia bagi sarana infrastuktur, yang

menyebabkan rendahnya kualitas suatu lingkungan permukiman.

Page 106: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

4.2.3 Tipe Permukiman

Permukiman secara umum memiliki tiga tipe yaitu linier, plaza, dan

streetplan (Van der Zee 1986). Permukiman di wilayah DAS Cianjur memiliki

dua tipe yaitu tipe linier dan streetplan. Tipe permukiman linier dibagi dalam dua

kategori yaitu linier-1 dan linier-2 (Gambar 19). Permukiman tipe linier-1 adalah

permukiman yang memiliki beberapa kelompok rumah dengan posisi rumah

berjajar linier sepanjang jalan setapak dengan lebar setengah sampai satu meter

dan jalan desa dengan lebar tiga sampai empat meter. Permukiman tipe linier-2

adalah permukiman yang memiliki beberapa kelompok rumah dengan posisi

rumah berjajar linier sepanjang jalan lingkungan atau gang dengan lebar satu

meter dan jalan desa dengan lebar lima meter.

Tipe permukiman linier memiliki kecenderungan bentuk susunan rumah

yang tidak teratur, jarak antar rumah yang kecil, dan pekarangan rumah yang

terbatas. Permukiman streetplan memiliki kecenderungan bentuk susunan rumah

yang teratur menghadap jalan dengan kerangka jalan tertata secara bertingkat

mulai dari jalan raya, penghubung hingga jalan lingkungan atau lokal (Koestoer

1995).

0102030405060708090

100

Pers

enta

se (%

)

Hulu Tengah Hilir

Linier-1 Linier-2 Streetplan

Gambar 19 Persentase tipe permukiman di wilayah DAS Cianjur

Sebagian besar tipe permukiman di zona DAS bagian hulu adalah tipe

linier-1, zona tengah DAS terdiri dua tipe permukiman yaitu tipe streetplan dan

linier-2. Permukiman di zona DAS hilir seluruhnya memiliki tipe permukiman

Page 107: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

linier-1. Antar unit permukiman (Kampung) dihubungkan dengan jalan desa,

sedangkan dalam lingkungan kampung itu sendiri mobilitas penghuni hanya

melalui jalan selebar setengah sampai satu meter yang dibangun dengan swadaya

masyarakat. Posisi bangunan rumah yang tidak teratur secara berkelompok

menghadap kearah jalan baik jalan desa maupun jalan lingkungan.

4.2.4 Karakteristik Permukiman Tidak Tertata

Kampung merupakan unit terkecil dari suatu permukiman. Luas kampung

yang menjadi sampel berkisar antara 1.6 ha sampai dengan 20.8 ha dengan luas

rata-rata sebesar sembilan ha. Rata-rata luas kampung di zona DAS hulu lebih

kecil jika dibandingkan dengan luas kampung di tengah dan hilir. Hal ini

disebabkan oleh kondisi topografi wilayah hulu yang berbukit dengan tingkat

kemiringan yang cukup bervariasi, sehingga luasan wilayah kampung terbatas dan

cenderung posisi kampung menyebar dengan luasan kecil.

Komposisi jenis konstruksi rumah responden di lingkungan permukiman

tidak tertata di DAS Cianjur terdiri dari rumah permanen, rumah panggung, dan

rumah semi permanen (Tabel 27). Jenis konstruksi rumah yang banyak digunakan

oleh sebagian besar masyarakat di zona hulu (51.7%) dan hilir (53.3%) adalah

rumah panggung. Persentase jenis konstruksi rumah yang digunakan oleh

masyarakat di wilayah Kabupaten Cianjur adalah : rumah permanen 66.3%; semi

permanen 25.4%; dan rumah panggung 8.3% (Bappeda Kabupaten Cianjur 2006).

Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat di wilayah DAS Cianjur sebagian besar

masih menggunakan Arsitektur Tradisional Sunda dalam membangun rumah

dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di wilayah Kabupaten Cianjur.

Tabel 27 Jenis konstruksi rumah responden

Jenis Konstruksi (%)

Zona DAS

Permanen

Semi Permanen

Panggung

Hulu 38.3 10.0 51.7 Tengah 93.3 5.0 1.7 Hilir 43.3 3.3 53.3

Keterangan: n=60 pada masing-masing lokasi

Page 108: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Rumah panggung dengan arsitektur tradisional Sunda banyak ditemui di

DAS bagian hulu dan hilir. Secara umum konsep dasar rancangan arsitektur

tradisional masyarakat Sunda adalah menyatu dengan alam. Menurut budaya

masyarakat Sunda, alam merupakan sebuah potensi atau kekuatan yang mesti

dihormati serta dimanfaatkan secara tepat di dalam kehidupan sehari-hari

(Loupias 2005). Dominasi keberadaan rumah panggung di wilayah DAS Cianjur

merupakan bentuk kearifan lokal masyarakat Sunda dalam melestarikan budaya.

Rumah panggung dirancang dengan konsep menyatu dengan alam sehingga

dalam penggunaan bahan bangunan menggunakan bahan lokal. Perilaku

masyarakat ini mencerminkan budaya masyarakat yang tidak bergantung pada

sumberdaya berasal dari luar dan kesadaran akan penggunaan energi untuk

transportasi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Kobayashi (2006) bahwa

penggunaan bahan bangunan lokal akan memperpanjang jangka waktu pemakaian

bangunan dan menguntungkan dari segi kalkulasi energi. Di DAS bagian hulu

keberadaan rumah panggung dikarenakan ketersediaan bahan bangunan untuk

konstruksi rumah tersebut cukup banyak, terutama kayu dan bambu.

Rumah panggung dengan arsitektur tradisional Sunda memiliki keunggulan

yaitu: 1) rumah panggung memiliki koefisien dasar bangunan yang rendah, artinya

bahwa lahan dibawah rumah panggung dapat berfungsi sebagai areal untuk

meresapkan air; 2) rumah panggung terhindar dari udara lembab dari tanah

maupun debu; dan 3) rumah panggung lebih tahan terhadap bencana alam

terutama gempa bumi.

Bangunan rumah panggung di Jawa Barat dibedakan menurut bentuk atap

dan pintu masuk (Depdikbud 1984). Konstruksi rumah panggung berdasarkan

bentuk atap terdiri dari enam tipe yaitu: suhunan jolopong, tagog anjing, badak

heuay, parahu kumureb, jubleg nangkub, dan julang ngapak. Konstruksi rumah

panggung berdasarkan pintu masuk terdiri dari dua tipe yaitu: rumah buka palayu

dan buka pongpok. Rumah panggung pada zona hulu dan hilir DAS Cianjur

banyak mempergunakan tipe suhunan jolopong, parahu kumureb, dan julang

ngapak.

Rumah panggung pada umumnya memiliki susunan ruangan yaitu: tepas

(teras), pangkeng (kamar), tengah imah (ruang tengah), goah (ruang tempat

Page 109: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

menyimpan padi), dan pawon (dapur). Sistem pembagian ruangan didasarkan

pada pandangan masyarakat tentang kedudukan dan fungsi masing-masing

anggota keluarga penghuni. Pembagian didasarkan pada tiga daerah yang terpisah

(daerah wanita, daerah laki-laki, dan daerah netral). Dapur dan goah merupakan

ruangan untuk wanita. Ruangan depan adalah ruangan untuk laki-laki. Tengah

imah merupakan ruangan netral yang digunakan untuk wanita dan laki-laki baik

orang tua maupun anak-anak.

Konstruksi rumah panggung memiliki bagian-bagian menurut fungsinya.

Bagian-bagian rumah terdiri dari: golodog, kolong, tatapakan, tihang, palupuh,

dinding, pintu, jendela jalosi, ampig, lalangit, suhunan, pananggeuy, lincar,

darurung, paneer, saroja, balandar, kuda-kuda, usuk, ereng, pamikul, pangheret.

Golodog merupakan tangga rumah yang terbuat dari kayu atau bambu. Fungsinya

sebagai penghubung lantai dengan tanah. Kolong merupakan ruangan yang

terdapat di bawah lantai rumah, tingginya 0.5 – 0,8 m di atas permukaan tanah.

Konstruksi rumah panggung dengan arsitektur tradisional Sunda berdiri di

atas batu penyangga atau disebut tatapakan (tempat bertumpu atau penyangga)

yang diletakan pada setiap pojok serta bagian konstruksi yang menahan beban

cukup besar. Di atas tatapakan diletakkan tihang yang berfungsi sebagai

penyangga atap bangunan. Tihang dibuat dari kayu ukuran 15 x 15 cm untuk

tihang-tihang utama, sedangkan untuk tihang-tihang tambahan dibuat dengan

ukuran yang lebih kecil.

Bagian lantai dibuat dari papan atau palupuh (lembaran bambu hasil

cercahan atau tumbukan yang menyatu saling mengikat). Hasil cercahan tersebut

membentuk celah-celah memanjang tidak beraturan yang berfungsi sebagai

ventilasi udara dari bawah serta dapat digunakan untuk membuang debu di atas

lantai. Konstruksi lantai yang tidak langsung bersentuhan dengan permukaan

tanah memberikan fungsi kenyamanan huni yaitu rumah akan terhindar dari udara

lembab yang berasal dari tanah maupun debu.

Dinding sebagian besar terbuat dari anyaman bambu yang disebut bilik

berfungsi sebagai penutup bangunan maupun penyekat ruangan. Bilik tersebut

memiliki lubang-lubang kecil seperti "pori-pori" yang berfungsi sebagai ventilasi.

Hal ini sejalan dengan pendapat Loupias (2005) bahwa lubang-lubang kecil pada

Page 110: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

bilik berfungsi untuk menyalurkan udara maupun cahaya dari luar ruangan atau

sebaliknya, sehingga suhu di dalam ruangan selalu terjaga secara alami sesuai

dengan kondisi cuaca alam di luar. Kondisi ini tidak perlu mengandalkan cahaya

yang masuk sepenuhnya melalui jendela.

Lalangit merupakan bagian konstruksi yang menempel pada dasar rangka

atap. Lalangit terbuat dari bambu yang dianyam atau papan kayu. Selanjutnya

bagian bangunan yang paling atas yaitu atap. Konstruksi atap rumah panggung

terdiri dari: suhunan, balandar, kuda-kuda, usuk, ereng, pamikul, pangheret, dan

sisiku. Pembuatan rumah panggung biasanya dilakukan dengan tradisi gotong

royong oleh masyarakat dilingkungan kampung.

Rata-rata luas rumah di hulu, tengah dan hilir DAS Cianjur masing-masing

berturut-turut adalah 47.1 m2, 69.4 m2 dan 40.8 m2 (Tabel 28). Hasil uji beda

menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) rata-rata luas rumah antara

hulu, tengah dan di hilir.

Tabel 28 Rata-rata luas per-orang penghuni rumah di DAS Cianjur

Zona DAS Rata-rata Luas Rumah (m2 )

Rata-rata jumlah penghuni

Rata-rata luas perjiwa

Hulu 47.1 4.6 10.2 Tengah 69.4 4.7 14.8 Hilir 40.8 4.9 8.3

Berdasarkan tingkat kebutuhan ruang minimum per-orang sesuai dengan

standar ukuran kebutuhan ruang minimum yang dikeluarkan oleh Menteri

Kimpraswil tahun 2002, maka ukuran kebutuhan ruang minimum untuk rumah

yang berada di wilayah hilir (luas rata-rata 40.8 m2) dengan rata-rata jumlah

penghuni sebesar 4.9 jiwa dapat dikategorikan tidak memenuhi standar minimum

ukuran kebutuhan ruang per-orang sebesar 9 m2. Hal tersebut akan mempengaruhi

tingkat kenyamanan dan keleluasan bergerak dari penghuni sebagaimana

diungkapkan oleh Sarwono (1992) bahwa keluasan ruang yang ada akan

mempengaruhi tingkat kemudahan tingkah laku dari para penghuninya.

Kelengkapan elemen ruang yang dimiliki rumah responden di hulu, tengah

maupun hilir DAS sebagian besar memiliki kelengkapan ruang yang standar yaitu

ruang tamu, kamar tidur, dapur, kamar mandi, dan WC (Tabel 29). Kelengkapan

Page 111: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

elemen ruang dalam rumah akan berpengaruh pada tingkat kenyamanan,

kesehatan dan tingkah laku penghuni yang disebabkan tidak terpenuhinya fungsi-

fungsi ruangan. Hal ini diungkapkan oleh Sastra (2006) bahwa sebuah rumah

harus dapat memungkinkan orang beristirahat, memasak, makan, berkumpul

dengan keluarga dan sebagainya.

Tabel 29 Kelengkapan elemen ruang

Kelengkapan Ruang Sangat Lengkap Standar Kurang dari standar Zona DAS

% % % Hulu 8.3 55 36.7 Tengah 16.7 61.7 21.7 Hilir 13.3 46.7 40

Hasil uji beda menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang nyata (p<0.05)

kepemilikan ruang tidur, dapur, kamar mandi, dan WC di hulu, tengah dan hilir.

Elemen ruang yang cukup banyak tidak dimiliki baik di hulu maupun hilir DAS

adalah kamar mandi dan WC. Perbedaan tersebut disebabkan oleh status sosial

ekonomi masyarakat. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Jiaming (2005) di

Shangai bahwa tipe tempat tinggal termasuk kelengkapan elemen ruang

berhubungan dengan tingkat pendapatan perkapita.

Luas lantai rumah di wilayah DAS Cianjur bervariasi dari luasan < 20 m2

sampai > 150 m2. Di bagian hulu, tengah dan hilir didominasi oleh rumah dengan

luas lantai antara 20 – 49 m2 (Tabel 30). Rumah dengan luas lantai > 150 m2

hanya dijumpai di bagian tengah DAS yaitu di lingkungan permukiman tertata.

Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat di hulu dan hilir

lebih rendah dibandingkan dengan masyarakat yang berada di sub DAS tengah.

Tabel 30 Jumlah rumah menurut luas lantai

Luas Lantai (m2) < 20 20-49 50-99 100-149 >150 Zona DAS % % % % %

Hulu 3.3 58.3 33.3 5.0 Tengah 60 23.3 6.7 10.0 Hilir 1.7 83.3 11.7 3.3 Total 1.7 67.2 22.8 5.0 3.3

Page 112: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Secara umum occupancy rate (tingkat penghunian) rumah di wilayah DAS

Cianjur sebesar 121.1%. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan rumah yang

ada belum bisa menampung kebutuhan masyarakat akan rumah (Dinas Cipta

Karya 2005).

Tingkat penghunian yang paling besar terdapat di zona DAS tengah

mencapai 126.7% (Tabel 31). Hal ini disebabkan wilayah zona DAS tengah

merupakan wilayah perkotaan dengan tingkat ketersediaan rumah lebih kecil dari

jumlah kepala keluarga yang ada sehingga berdampak pada tingkat hunian yang

melebihi 100%. Tingkat hunian yang melebihi 100% berdampak pada tingkat

kenyamanan, hubungan sosial dan kecenderungan memicu terjadinya konflik

keluarga sebagaimana diungkapkan Sarwono (1992) bahwa keluasan ruang akan

mempengaruhi tingkat kenyamanan dan perilaku penghuninya.

Tabel 31 Tingkat penghunian rumah di DAS Cianjur

Jumlah KK dalam Satu Rumah Tingkat Penghunian Zona DAS

1 2 3 4 % Hulu 51 12 9 120 Tengah 49 14 9 4 126.7 Hilir 52 14 4 120

Rumah di wilayah DAS Cianjur separuhnya memiliki RTH berupa taman di

halaman rumah. Luas rata-rata RTH di bagian hulu, tengah dan hilir masing-

masing berturut-turut sebesar 32.8 m2, 21.5 m2, dan 19.9 m2. Kecilnya luasan

RTH di bagian hilir disebabkan: (1) lahan untuk rumah rata-rata diperoleh dari

warisan orang tua, sehingga luas areal lahan yang dibagikan terbatas hanya untuk

bangunan rumah, dan (2) jumlah anggota rumah tangga yang cukup besar yaitu

rata-rata 4.9 jiwa/rumah, sehingga diperlukan penambahan ruang. Hal ini sejalan

dengan pendapat Kuswartojo (2005) bahwa pemilikan lahan karena pewarisan

akan terjadi pelepasan hak sedikit demi sedikit untuk keperluan konsumsi atau

maksimalisasi penggunaan lahan dengan konstruksi bangunan rumah. Kondisi

pekarangan yang sempit akan memicu terjadinya ”heat island” (titik-titik panas)

pada kawasan permukiman. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Kobayashi

(2006) yang melakukan pengukuran gas emisi CO2 di sektor permukiman

Page 113: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

perkotaan di kota Nihonmatsu Jepang dengan melakukan pengukuran emisi CO2

dari bahan bangunan, aktivitas keluarga, dan transportasi.

Berdasarkan jenis bahan bangunan yang digunakan pada bangunan rumah

di wilayah DAS Cianjur, sebagian besar telah memiliki komponen rumah sehat

(Ditjen Ciptakarya 1997). Komponen rumah sehat tersebut seperti pondasi,

dinding, lantai, plapond dan atap. Hasil uji beda menunjukkan adanya perbedaan

(p<0.05) dalam penggunaan bahan dinding, lantai, plapond di hulu, tengah dan

hilir DAS Cianjur. Bahan dinding yang banyak digunakan oleh sebagian besar

masyarakat di zona hulu (46.7%) dan tengah (93.3%) adalah tembok , sedangkan

di zona hilir sebagian besar (45%) menggunakan bilik. (Gambar 20).

05

101520253035404550

Hulu

Pers

enta

se P

engg

unaa

n

Tembok BilikPapan-bilik Tembok-bilikPapan

0102030405060708090

100

Tengah

Pers

enta

se P

engg

unaa

n

Tembok BilikPapan-bilik Tembok-bilik

05

101520253035404550

Hilir

Pers

enta

se P

engg

unaa

n

Tembok BilikPapan-bilik Tembok-bilik

Gambar 20 Persentase penggunaan bahan dinding

Penggunaan bahan lantai di zona hulu, tengah, dan hilir masing-masing

secara berturut-turut didominasi oleh adalah papan 28.8%, keramik 73.3% dan

bilik 33.3% (Gambar 21). Sementara itu untuk bahan plapond di zona DAS hulu,

tengah dan hilir masing-masing sebagian besar secara berturut-turut menggunakan

bilik 51.7%, triplek 51.7% dan bilik 55% (Gambar 22). Hal ini menunjukkan

bahwa masyarakat yang tinggal di zona DAS hulu dan hilir masih melestarikan

tradisi penggunaan bahan bangunan lokal dibandingkan dengan masyarakat yang

tinggal di zona DAS tengah.

Bahan untuk penutup atap untuk seluruh wilayah DAS dari hulu hingga

hilir sebagian besar (100%) menggunakan genteng. Dominasi penggunaan bahan

genteng sebagai bahan penutup atap tersebut disebabkan oleh ketersediaan

Page 114: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

genteng mudah didapat, harga yang relatif lebih murah dan memberikan

kenyamanan bagi penghuninya. Hal ini sejalan dengan pendapat Frick (1996)

0

5

10

15

20

25

30

Hulu

Pers

enta

se P

engg

unaa

n

Keramik SemenPapan BilikBambu dibelah

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Tengah

Pers

enta

se P

engg

unaa

n

Keramik SemenPapan Bilik

0

5

10

15

20

25

30

35

Hilir

Pers

enta

se P

engg

unaa

n

Keramik SemenPapan BilikBambu dibelah

Gambar 21 Persentase penggunaan bahan lantai

0

10

20

30

40

50

60

Hulu

Pers

enta

se P

engg

unaa

n

Enternit TriplekBilik Bambu

0

10

20

30

40

50

60

Tengah

Pers

enta

se P

engg

unaa

n

Enternit Triplek Bilik

0

10

20

30

40

50

60

Hilir

Pers

enta

se P

engg

unaa

n

Enternit Triplek Bilik

Gambar 22 Persentase penggunaan bahan plapond

bahwa dari segi kenyamanan, atap genteng dapat membuat suhu udara ruangan

lebih sejuk dan tidak menimbulkan kebisinginan di waktu hujan.

Berdasarkan dominasi jenis bahan bangunan yang digunakan pada masing-

masing konstruksi bangunan yaitu bahan bangunan dari sumber bahan mentah

lokal, maka hal ini mencerminkan bahwa masyarakat di wilayah DAS Cianjur

masih memelihara tradisi lokal dalam pembangunan rumah. Hal ini sejalan

dengan pendapat Frick (1996) bahwa penggunaan bahan bangunan dari sumber

Page 115: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

bahan mentah lokal menunjukkan identitas penghuni yang tidak tergantung dari

luar dan kesadaran akan penggunaan energi transportasi yang menyebabkan

pencemaran lingkungan hidup. Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian

Kobayashi (2006) tentang emisi CO2 dari bahan bangunan yaitu jika bahan

bangunan yang digunakan sesuai dengan kondisi sumber daya setempat, maka

bangunan akan terpakai dalam jangka waktu yang panjang dan menguntungkan

dari segi kalkulasi energi, karena meminimalkan jarak transportasi dan

ketergantungan atas teknologi tinggi.

4.2.5 Karakteristik Permukiman Tertata

Permukiman tertata di wilayah DAS Cianjur keberadaannya menyebar

mulai dari wilayah hulu sampai hilir. Di wilayah hulu lebih didominasi oleh

permukiman tertata berkelas mewah berupa villa-villa. Permukiman tertata di

wilayah tengah dan hilir terdiri dari permukiman berkelas menengah ke bawah

mulai dari tipe 22/60 hingga 100/120.

Secara umum permukiman tertata di wilayah DAS Cianjur tidak berada

pada : 1) kawasan lindung dengan kemiringan > 40 %, 2) daerah rawan banjir

namun berada pada : 1) bantaran sungai atau sempadan sungai terutama di

Kelurahan Sayang, 2) daerah rawan bencana letusan Gunung Gede meliputi

permukiman tertata di kiri kanan jalan nasional Cianjur-Pacet mulai dari

Kecamatan Cugenang sampai Kecamatan Pacet., dan 3) daerah waspada letusan

gunung api, aliran lava, awan panas dan lahar terutama di sekitar permukiman

tertata yang berada di sekitar alur sungai dan anak sungai mulai dari Kecamatan

Cugenang dan Pacet. Hal ini disebabkan oleh kecenderungan lokasi permukiman

tertata yang memerlukan pemandangan indah dan nuansa dekat dengan alam

sebagai daya tarik.

Luas lahan yang sudah dikeluarkan izinnya untuk permukiman tertata

selama periode tahun 1988 sampai dengan 2002 di wilayah Kabupaten Cianjur

sebesar 2 653.40 ha atau 62.4 % dari luas lahan total yang dizinkan sebesar

4 249.35 ha (Dinas Cipta Karya 2005). Luas lahan untuk permukiman tertata di

wilayah DAS Cianjur yang sudah dikeluarkan izinnya terbesar terdapat di bagian

hulu yaitu di Kecamatan Pacet sebesar 1 675.84 ha atau 39.4 %.

Page 116: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Luas permukiman tertata di Kabupaten Cianjur yang termasuk dalam

kawasan budidaya adalah 925.65 ha atau 0.9% (BPN Kabupaten Cianjur 2007).

Berdasarkan arahan tata ruang kabupaten Cianjur tahun 2005 - 2015, luas

peruntukan lahan permukiman tertata untuk masing-masing kecamatan yang

termasuk wilayah DAS Cianjur adalah Pacet (2 043 ha), Cugenang (1 703 ha),

Cianjur (2 150 ha), Cilaku (1 693 ha), Karang tengah (1 993 ha), dan Sukaluyu

(1 373 ha). Sehubungan dengan itu diperlukan konversi lahan guna mencukupi

kebutuhan masyarakat akan permukiman tertata. Persediaan lahan untuk wilayah

Pacet adalah tegalan dan kebun campuran, wilayah Cugenang, Cianjur, Cilaku,

Karang Tengah adalah lahan sawah dan kebun campuran, sedangkan untuk

wilayah Sukaluyu tersedia lahan sawah, kebun campuran dan tegalan (BPN

Kabupaten Cianjur 2007). Hal ini menunjukkan bahwa akan terjadi pengurangan

lahan pertanian yang mengancam ketersediaan pangan di wilayah Kabupaten

Cianjur.

4.3 Spesifikasi Kebutuhan dan Gaya Hidup Masyarakat Terhadap Permukiman

4.3.1 Karakteristik Gaya Hidup Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan Permukiman

Gaya hidup merupakan cara hidup atau gaya kehidupan yang direfleksikan

dengan tingkah laku dan nilai-nilai dari individu atau kelompok (Garman 1991).

Gaya hidup merupakan hasil penyaringan dari serentetan interaksi sosial, budaya

dan lingkungan. Beberapa hal yang termasuk gaya hidup diantaranya adalah

mengelola rumah beserta lingkungannya.

Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Karena

setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Jenis sampah,

sangat tergantung dari jenis material konsumsi. Pengelolaan sampah tidak bisa

lepas dari gaya hidup masyarakat. Jumlah penduduk dan gaya hidup sangat

berpengaruh pada volume sampah. Secara umum di lingkungan permukiman DAS

Cianjur tidak memiliki fasilitas tempat pembuangan sampah, sehingga pola

pengelolaan sampah yang dilakukan masyarakat sebagian besar masih bersifat

individual dengan cara penanganan dibakar di pekarangan rumah dan dibuang ke

Page 117: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

selokan atau sungai (Tabel 32). Penanganan semacam ini, dalam jangka waktu

lama akan mengakibatkan tingkat pencemaran udara dan air permukaan akan

semakin tinggi. Sejalan dengan hal tersebut Soma (2007) merekomendasikan

model pengelolaan sampah secara mandiri untuk skala lingkungan terutama di

lingkungan permukiman tidak tertata. Model ini terdesentralisasi di setiap

lingkungan permukiman (satu RW) dengan jumlah rumah antara 300 – 500.

Unit sampah dari masing-masing rumah terlebih dahulu dilakukan pemilahan

antara sampah organik dan non organik. Hal ini didukung pendapat Pahlano (2005)

bahwa sistem pengelolaan sampah ini berhasil membuat lingkungan bersih dan

nyaman, disamping itu sampah baik organik maupun non-organik dapat bernilai

ekonomi, namun dalam hal ini memang gaya hidup seperti disiplin dan

keteraturan masyarakat sangat diperlukan.

Sistem pengelolaan dan penanganan sampah dengan cara dikumpulkan dan

diangkut oleh petugas kebersihan hanya terjadi pada dua kawasan permukiman

tertata dan satu permukiman tidak tertata di zona DAS tengah yang berada di

kawasan perkotaan. Petugas kebersihan dari Dinas Ciptakarya mengangkut

sampah ke TPS atau TPA. TPA berlokasi di Kecamatan Cibeber, yaitu TPA Pasir

Bungur dengan luas areal sebesar 12 Ha dengan sistem open dumping.

Tabel 32 Sistem pengelolaan dan penanganan sampah

Pengelolaan Sampah Penanganan Sampah Zona DAS Individual

(%) Petugas

Kebersihan (%) Dibakar

(%) Dibuang ke selokan (%)

Diangkut ke TPS/TPA (%)

Hulu 100 - 50 50 - Tengah 25 75 25 - 75 Hilir 100 - 100 - -

Keterangan: Total sampel 12 kampung

Sumber air bersih untuk keperluan minum dan Mandi Cuci Kakus (MCK)

diperoleh masyarakat di wilayah DAS Cianjur sebagian besar dari sumur gali

dengan kedalaman bervariasi antara tiga sampai delapan meter, sedangkan sumber

air untuk MCK umum diperoleh sebagian besar dari mata air (Tabel 33). MCK

umum di lingkungan permukiman tidak tertata yang memanfaatkan air selokan

atau sungai sebagai sumber air untuk keperluan mandi, cuci, dan kakus tidak

memenuhi syarat dari segi kesehatan dan mengurangi tingkat pemanfaatan air di

Page 118: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

bagian hilir. Hal ini sejalan dengan pendapat Soemirat (1996) jika sungai

digunakan untuk mengalirkan air buangan, maka akan terjadi pengurangan

manfaat air untuk di daerah hilirnya. Masyarakat di hilir terkena dampak berupa

keterbatasan dalam memanfaatkan air karena kondisi air sudah tercemar.

Permukiman tidak tertata yang berada di zona hulu DAS sebagian besar

memperoleh air bersih untuk keperluan minum dan MCK dari mata air. Sistem

pengambilan dan pendistribusian air menggunakan bak-bak penampung, antar bak

penampung dihubungkan dengan pipa pvc, sedangkan pendistribusian air dari bak

penampungan ke rumah-rumah menggunakan selang plastik. Sumber air minum

dan MCK pribadi di zona DAS tengah sebagian besar diperoleh dari PDAM

sedangkan untuk MCK umum diperoleh dari mata air dan selokan atau sungai.

Sumber air minum dan MCK pribadi di zona DAS hilir diperoleh dari sumur gali

sedangkan untuk MCK diperoleh dari mata air dan selokan atau sungai.

Tabel 33 Sumber air minum, kamar mandi pribadi, dan MCK umum

Sumber Air Minum dan MCK Pribadi Sumber Air MCK Umum

Zona DAS Mata Air (%)

Sumur Gali (%)

PDAM (%)

Mata Air (%)

Sumur Gali (%)

Sungai (%)

Hulu 75 25 - 75 25 - Tengah - 25 75 50 - 50 Hilir - 100 - 50 - 50

Tabel 34 menunjukkan sebagian besar permukiman di wilayah DAS

Cianjur membuang limbah padat dan cair yang berasal dari kamar mandi ke

septiktank. Namun sebaliknya untuk limbah yang berasal dari MCK umum dan

dapur sebagian besar dibuang ke selokan. Hasil wawancara lebih lanjut terungkap

bahwa pembuangan limbah padat maupun cair baik yang berasal dari kamar

mandi pribadi, MCK umum maupun dapur ke selokan disebabkan oleh akses

selokan lebih mudah dan dari segi biaya lebih murah. Perilaku masyarakat

membuang limbah padat dan cair ke selokan atau sungai akan mengakibatkan

terjadinya pencemaran air permukaan. Hal ini sejalan dengan pendapat

Reksohadiprodjo (1992) bahwa dengan semakin padatnya penduduk di suatu

daerah, maka pencemaran air permukaan tidak bisa dihindari. Perilaku

Page 119: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

masyarakat tersebut akan dapat membahayakan kesehatan seperti timbulnya

penyakit disentri, tipus, dan kolera.

Tabel 34 Tempat pembuangan limbah padat dan cair

Sumber Limbah KM Pribadi MCK Umum Dapur

Zona DAS Septiktank

%

Selokan/Sungai

%

Septiktank %

Selokan/Sungai

%

Kolam %

Selokan/Sungai

%

Saluran Drainase Terbuka

%

Hulu 100 - 25 75 - 100 - Tengah 50 50 - 100 - 50 50 Hilir 100 - - 75 25 100 -

Fasilitas umum yang dimiliki permukiman di wilayah DAS Cianjur

berturut-turut sebagai berikut : mesjid dan poskamling, MCK, TPU, posyandu dan

kantor RW. Keberadaan ruang terbuka hijau (RTH), balai pertemuan, dan tempat

rekreasi hanya terdapat pada satu permukiman di zona DAS tengah (Tabel

35).Hal ini menunjukkan bahwa hanya permukiman di zona DAS tengah yang

memiliki fasilitas umum yang memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan

Kepmenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999 bahwa permukiman sehat harus

memiliki prasarana dan sarana lingkungan yang lengkap seperti taman bermain,

tempat rekreasi, pengelolaan sampah, dan penghijauan.

Tabel 35 Fasilitas umum di permukiman

Fasilitas Umum Ruang terbuka

hijau

Balai per-

temu-an

Mesjid Sarana olah-raga

Tempat pemakaman umum

Pos-yandu

MCK umum

Pos kamling

Kantor RW

Tempat rekreasi

Zona DAS

% % % % % % % % % % Hulu - - 100 - 50 - 100 100 - - Tengah 25 25 100 75 50 50 50 100 50 25 Hilir - - 100 25 50 - 100 100 - -

Pertemuan warga masyarakat di lingkungan permukiman mencerminkan

budaya kebersamaan dalam membangun fasilitas umum dan fasilitas sosial.

Masyarakat yang bermukim di wilayah DAS Cianjur sebagian besar melakukan

pertemuan warga secara tidak rutin yaitu jika akan ada kegiatan seperti kegiatan

keagaman dan peringatan hari kemerdekaan. Namun demikian di zona tengah dan

hilir DAS Cianjur terjadi variasi waktu pertemuan warga yaitu : sebulan sekali,

tiga bulan sekali dan enam bulan sekali (Tabel 36). Pertemuan warga di dilakukan

Page 120: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

dengan tujuan untuk menjalin silahturahmi dan membangun fasum dan fasos yang

dibutuhkan oleh warga. Kegiatan pertemuan yang dilakukan di mesjid, madrasah,

sekolah, dan balai pertemuan akan membahas prioritas pembangunan fasum atau

fasos dan sistem pendanaannya.

Kelembagaan yang ada di lingkungan permukiman setingkat kampung

tidak terbatas hanya rukun tetangga (RT) dan rukun kampung (RK) atau rukun

warga (RW) akan tetapi ada kelembagaan bersifat non formal yang dibentuk

berdasarkan kebutuhan dan kesepakatan warga masyarakat. Keberadaan lembaga

non formal tersebut didasari dengan tujuan awal untuk pengadaan fasilitas dan

pembangunan dilingkungan perkampungan seperti : mesjid, mushala, TPU, jalan

lingkungan, sarana olahraga, MCK umum dan pengadaan air bersih.

Tabel 36 Kegiatan pertemuan warga permukiman

Waktu Pertemuan Rutin Tidak Rutin

Sebulan sekali

Tiga Bulan sekali

Enam Bulan Sekali

Bila ada kegiatan

Zona DAS

% % % % Hulu - - - 100 Tengah - 50 25 25 Hilir 25 25 - 50

Jenis lembaga non formal yang dibentuk berupa panitia pembangunan.

Masing-masing panitia pembangunan memiliki cara-cara tertentu dalam

menggalang dana diantaranya melalui pembayaran listrik secara kolektif, zakat

qorim dari hasil pertanian, sumbangan sukarela, dan gotong royong pengadaan

bahan bangunan. Melalui cara-cara tersebut ternyata cukup efektif sehingga

kesinambungan pembangunan fasilitas dilingkungan permukiman terutama

permukiman tidak tertata dapat berjalan.

4.3.2 Gaya Hidup Konsumen Dalam Memilih Permukiman 4.3.2.1 Kebutuhan Konsumen Permukiman

Gaya hidup, rumah, dan lingkungan merupakan tiga kata serangkai yang

saling berkaitan erat dan sangat menentukan dalam pemilihan, penampilan, dan

penataan rumah (Yoga 2007). Penawaran berbagai gaya rumah sering kali

dipengaruhi trend baik rumah bergaya alami, modern, kontemporer, mediterania,

Page 121: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

futuristik, maupun country, yang akan mempengaruhi tampilan suasana

perumahan, bentuk rumah, jenis bahan bangunan, cat, keramik, perabotan, dan

bentuk taman.

Kebutuhan masyarakat sebagai konsumen permukiman meliputi bentuk

secara fisik yang terdiri dari: 1) bangunan rumah (konstruksi,luas, bahan

bangunan, desain), 2) pekarangan, 3) keamanan, dan 4) kebersihan. Sehubungan

dengan kebutuhan tersebut, masyarakat sebagai konsumen akan memiliki

kecenderungan untuk mendapatkan yang lebih baik menurut standar yang

dipahaminya.

Bentuk konstruksi rumah yang diinginkan oleh semua responden adalah

bangunan permanen dengan gaya arsitektur modern. Luas tanah atau lahan yang

dianggap ideal untuk rumah oleh sebagian besar responden baik di hulu (73.3%),

tengah (60%), maupun hilir (66.7%) adalah 120 m2 (Tabel 37). Luas tanah

tersebut dianggap cukup ideal dikarenakan: 1) harga jual tanah di lingkungan

permukiman tertata jauh lebih tinggi dibandingkan harga di sekitarnya, 2)

sebahagian besar konsumen permukiman tertata memiliki jumlah anggota rumah

tangga yang kecil yaitu tiga sampai empat orang dengan status ekonomi yang

berada pada level menengah ke bawah. Pada luas tanah 120 m2 sebagian besar

responden menginginkan luas bangunan minimal 36 m2 dan sisanya untuk

pekarangan. Pekarangan tersebut dibutuhkan untuk difungsikan sebagai ruang

bermain anak, taman, dan jemur pakaian.

Tabel 37 Jenis kebutuhan konsumen permukiman Kebutuhan Konsumen (%)

Jenis Konst.

Luas Tanah

Luas Bgn Pondasi Dinding Lantai Plapond Atap Pagar

Zona Das

Permanen 120m2 36m2 Batukali Batubata Keramik Triplek Gipsum Genteng Tembok Besi

Hulu 100 73.3 86.7 100 100 93.3 86.7 - 100 80 - Tengah 100 60 73.3 100 100 86.7 - 66.7 60 - 46.7 Hilir 100 66.7 60 100 100 100 53.3 - 66.7 46.7 -

Penggunaan bahan bangunan yang sesuai dengan lokasi hunian dan tepat

sesuai dengan fungsinya, maka akan dapat memberikan tingkat kenyamanan yang

lebih. Jenis bahan bangunan yang diinginkan responden di wilayah DAS Cianjur

sesuai dengan elemen konstruksi bangunan rumah dapat dilihat pada Tabel 43

Pondasi sebagai salah satu elemen konstruksi bangunan yang berfungsi untuk

Page 122: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

menahan beban di atasnya (lantai, dinding, plapond dan atap) dan

menyalurkannya secara merata ke tanah keras di bawahnya. Untuk elemen ini,

seluruh responden menginginkan batu kali sebagai bahannya. Demikian juga

dengan dinding, seluruh responden menginginkan penggunaan batu bata sebagai

bahan pembuat dinding, karena batu bata dinilai lebih kuat dari bahan pembuat

dinding lainnya seperti batako.

Bahan untuk lantai yang diinginkan oleh sebagian besar responden di hulu

(93.3%), tengah (86.7%) dan hilir (100%) adalah keramik. Pemilihan keramik ini

didasarkan pada pertimbangan yaitu : 1) mudah pemeliharaan, 2) banyak pilihan

warna dan motif, dan 3) lebih tahan lama. Bahan plapond yang diinginkan oleh

sebagian besar responden di hulu (86.7%) dan hilir (53.3%) adalah triplek, dengan

alasan harga lebih murah dan pemasangan lebih mudah. Bahan penutup atap yang

diinginkan oleh sebagian besar responden di hulu (100%), tengah (60%) dan hilir

(66.7%) adalah genteng. Dominasi penggunaan genteng disebabkan oleh

kemudahan untuk mendapatkanya dan memberikan kenyamanan karena dapat

menyerap panas.

Pagar merupakan aksesoris rumah yang berfungsi selain sebagai pembatas

juga untuk keamanan. Sebagian besar responden menyatakan memerlukan pagar

untuk alasan keamanan. Jenis bahan untuk pagar yang diinginkan oleh sebagian

besar konsumen adalah tembok (Tabel 37). Lebih lanjut dengan alasan keamanan,

sebagian besar responden memerlukan pemasangan teralis untuk rumahnya. Hal

ini sependapat dengan hasil penelitian yang dilakukan Astuti (2005) tentang

perencanaan dan perancangan untuk pengamanan kawasan perumahan kota dari

tindak kriminal di empat kawasan perumahan di Bandung yang menemukan

bahwa kondisi lingkungan menuntut untuk menciptakan batas-batas kepemilikan

yang jelas dengan cara pembuatan pagar, sehingga orang asing merasa tidak

nyaman berada di lingkungan tersebut, yang dapat mengurangi dan mencegah

terjadinya kegiatan kejahatan.

Seluruh responden menginginkan pihak pengembang untuk melengkapi

sumur resapan air (SRA) pada setiap rumah yang dipasarkan sesuai dengan

tipenya. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Mulyana (1998) di kawasan

Puncak tentang penentuan tipe konstruksi sumur resapan air yang menemukan

Page 123: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

konstruksi SRA akan efektif berfungsi apabila sesuai dengan tipe rumah,

karakteristik fisik dan sosial ekonomi masyarakat. SRA sangat diperlukan pada

kawasan permukiman tertata sebagai kompensasi alih fungsi lahan, yang

berfungsi untuk menyeimbangkan kembali sistem tata air. SRA dapat

ditempatkan di pekarangan rumah (Gambar 23).

Gambar 23 Sumur resapan air pada pekarangan rumah (Sumber: PU Cipta Karya 2003)

4.3.2.2 Tingkat Kepuasan Konsumen Permukiman Tertata

Bentuk arsitektur rumah yang ditawarkan atau dipasarkan oleh pengembang

berskala menengah kebawah di wilayah DAS Cianjur bernuansa modern. Tabel 44

menunjukkan bahwa konsumen di wilayah sub DAS hulu, tengah dan hilir

sebagian besar menyatakan ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diberikan

pihak pengembang masing-masing 46.7%, 60%, dan 100%.

Ketidakpuasan disebabkan oleh dua hal yaitu: 1) pihak pengembang tidak

memberikan respon yang baik apabila proses akad kredit telah disetujui antara

konsumen, pihak pengembang dan bank pemberi kredit. Artinya bahwa setelah

proses akad kredit, terdapat tenggang waktu 100 hari yang diberikan oleh

pengembang kepada konsumen untuk mengajukan keberatan terhadap kualitas

bangunan seperti kerusakan komponen bangunan dan fasilitas lain. Ketika

keberatan diajukan oleh konsumen, pihak pengembang lambat dalam merespon,

sehingga bagi konsumen yang memerlukan rumahnya untuk cepat dihuni harus

mengeluarkan biaya tambahan untuk memperbaiki kerusakan; dan 2) pihak

pengembang menaikkan uang muka secara sepihak. Dalam hal ini konsumen

Page 124: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

perumahan dirugikan karena ketika konsumen akan membatalkan pembelian

rumah dengan alasan tersebut, konsumen merasa kesulitan untuk menarik kembali

angsuran uang muka pertama sehingga dengan pertimbangan tersebut konsumen

akhirnya menyetujui kenaikkan yang diajukan pihak pengembang.

Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Yoeti (2000) bahwa

ketidakpuasaan konsumen disebabkan oleh: 1) performance lebih kecil

expectation, yang berarti bentuk pelayanan yang diterima kurang baik karena

harapan konsumen tidak terpenuhi, dan 2) performance sama dengan expectation,

yang berarti pelayanan yang diterima biasa saja. Berdasarkan kedua kategori

tersebut, maka ketidakpuasan konsumen dapat disebabkan oleh tingkat pelayanan

yang diberikan oleh pihak pengembang tidak bisa memenuhi keinginan dan

harapan konsumen.

Tabel 38 Persentase tingkat kepuasan terhadap bentuk permukiman tertata Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Zona

DAS Atribut Kepuasan

Permukiman tertata (%) (%) (%) (%) Gaya Arsitektur - 100 - - Tata ruang 66.7 33.3 - - Hulu Site plan - 100 - - Fasilitas - - 100 - Keamanan 100 - - - Pelayanan - 20 46.7 33.3 Gaya Arsitektur 100 - - - Tata ruang 100 - - - Tengah Site plan 100 - - - Fasilitas - 6.7 93.3 - Keamanan 20 - 13.3 66.7 Pelayanan - - 60 40 Gaya Arsitektur 73.3 26.7 - - Tata ruang 46.7 53.3 - - Hilir Site plan 66.7 33.3 - - Fasilitas - 80 20 - Keamanan - - 100 - Pelayanan - - 100 -

Keterangan: n = 45

Terdapat beberapa faktor yang dianggap sangat penting bagi konsumen

permukiman tertata dalam memilih dan memutuskan untuk membeli rumah, yaitu:

1) lokasi, 2) fasilitas air, listrik, dan telepon, 3) harga terjangkau dan 4) sistem

keamanan (Tabel 39). Sebagian besar responden di zona hulu (73.3%), zona

tengah (86.7%), dan zona hilir (73.3%) menyatakan bahwa lokasi merupakan

indikator yang sangat penting dalam memilih permukiman tertata. Lokasi rumah

Page 125: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

yang strategis, kemudahan aksesibilitas dan transportasi dari dan ke tempat tujuan

akan sangat membantu dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Demikian juga

dengan faktor harga sebagian besar responden di hulu (73.3%), tengah (86.7%),

dan hilir (73.3%) menyatakan sangat penting sebagai faktor yang menjadi

pertimbangan utama dalam memilih dan memutuskan untuk membeli rumah.

Keamanan merupakan faktor yang dianggap sangat penting oleh sebagian

besar responden di hulu (60%), tengah (73.3%), dan hilir (60%) dalam memilih

suatu kawasan permukiman. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Paccione

(1999) bahwa keamanan merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat

dalam suatu kawasan permukiman. Pendapat Paccione (1999) tersebut lebih

dispesifikkan lagi oleh Sastra (2006) bahwa faktor keamanan meliputi rancangan

rumah yang harus memenuhi persyaratan keamanan yaitu kokoh, kuat ,dan

mampu melindungi aktivitas penghuni didalamnya.

Tabel 39 Persentase faktor terpenting dalam memilih rumah

Zona DAS

Tingkat Kepentingan

(%) Lokasi Desain

Ruang Terbuka

Hijau

Balai pertemu-

an

Fasilitas air dan listrik

Pengelola-an

lingkung-an

Sistem keaman-

an

Tempat rekreasi

Harga Ter-

jangkau

Sangat tidak penting - 6.7 - 20.0 - - - 26.7 -

Hulu Tidak penting - 26.7 13.3 26.7 - - - 40.0 - Penting 26.7 66.7 86.7 53.3 13.3 93.3 40.0 33.3 26.7

Sangat penting 73.3 - - - 86.7 6.7 60.0 - 73.3

Sangat tidak penting - 6.7 - 6.7 - - - 13.3 -

Tengah Tidak penting - 33.3 20.0 66.7 - - - 46.7 - Penting 13.3 60.0 80.0 26.7 26.7 73.3 26.7 40.0 13.3

Sangat penting 86.7 - - - 73.3 26.7 73.3 86.7

Sangat tidak penting - 26.7 - 26.7 - - - 26.7 -

Hilir Tidak penting - 26.7 6.7 66.7 - - - 40.0 - Penting 26.7 46.7 93.3 6.7 26.7 93.3 40.0 33.3 26.7

Sangat penting 73.3 - - - 73.3 6.7 60.0 - 73.3

Faktor yang dianggap penting oleh responden dalam pemilihan rumah

diantaranya adalah ruang terbuka hijau (RTH) dan pengelolaan lingkungan. RTH

dan ruang terbuka hijau pekarangan (RTHP) merupakan bagian penting yang

menjadi bahan pertimbangan bagi sebagian besar konsumen di hulu (86.7%),

tengah (80%), dan hilir (93.3%) dalam memilih dan membeli rumah dalam suatu

Page 126: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

kawasan permukiman tertata. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

Aurelia (2002) yang meneliti tentang hubungan antara harga penjualan dengan

karakteristik perumahan dengan responden konsumen real estate sebanyak 810,

yang menemukan bahwa faktor lingkungan yaitu kedekatan ke daerah hijau,

ukuran dan keberadaan atau ketidakadaan pemandangan kebun atau taman publik

mempengaruhi minat konsumen walaupun berbanding lurus dengan harga. Hal

tersebut juga didukung oleh hasil penelitian Bolitzer et al. (2000) di Portland yang

menemukan bahwa keberadaan ruang terbuka hijau dilingkungan perumahan akan

berpengaruh terhadap nilai jual perumahan.

Sebagian besar responden di hulu (93.3%), tengah (73.3%) maupun hilir

(93.3%) menganggap penting terhadap pengelolaan lingkungan yaitu pengelolaan

air limbah dan sampah. Sistem saluran air di lingkungan permukiman tertata telah

direncanakan sejak dari awal sebelum pengerjaan konstruksi bangunan rumah.

Namun tidak memperhatikan aspek lingkungan, karena air limbah bekas mandi

dan cuci dibuang langsung ke saluran air, sehingga saluran air akan tercemar yang

dapat membahayakan penghuni. Hal ini sejalan dengan pendapat Esti (1991)

bahwa air bekas limbah dari kamar mandi dan tempat cuci seharusnya tidak

langsung dibuang ke saluran air tetapi terlebih dahulu disalurkan ke bak

penampung untuk proses pengolahan.

4.3.3 Penilaian Kinerja Kualitas Produk Permukiman Tertata

Green consumer pada akhir-akhir ini muncul sebagai upaya perlindungan

terhadap kondisi lingkungan yang semakin lama semakin menurun kualitasnya.

Hal tersebut mendorong pihak industri untuk mempertimbangkan dampak

lingkungan yang diakibatkan oleh setiap aktifitasnya (Puji dkk. 2004). Produk

yang sukses adalah produk yang mampu memberi manfaat sesuai dengan yang

dipersepsikan oleh konsumen, sehingga perlu untuk mempertimbangkan kualitas

produk berdasarkan kebutuhan dan keinginan konsumen yang sekarang mulai

mengarah pada produk yang ramah lingkungan.

4.3.3.1 Kebutuhan Konsumen dan Prioritas Kebutuhan

Kebutuhan dan harapan konsumen dijabarkan melalui atribut-atribut

kualitas berdasarkan tiga parameter utama sebagaimana yang dikembangkan

Page 127: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Dammann (2004) dalam enviromental indicator for building (EIFOB) yaitu:

konstruksi, fungsi dan estetika. Berdasarkan hasil brainstorming dengan

salespeople dan konsumen ahli telah diidentifikasi sebanyak 11 atribut harapan

konsumen sebagai atribut primer terhadap produk permukiman tertata yaitu : 1)

konstruksi bangunan, 2) bahan bangunan, 3) luas lahan, 4) terjangkau, 5)

kesehatan, 6) keamanan, 7) fasum-fasos, 8) ekologis, 9) gaya arsitektur, 10)

desain siteplan, dan 11) desain ruang terbuka hijau pekarangan. Selanjutnya dari

11 atribut primer, dalam focus group discussion (FGD) berkembang sehingga

diperoleh 21 atribut sekunder (Tabel 40) yang menjadi kebutuhan dan keinginan

konsumen permukiman tertata dalam memilih produk permukiman tertata yang

sehat dan berwawasan lingkungan (Kimseberling).

Tabel 40 Atribut kebutuhan konsumen permukiman tertata Primer Sekunder

Konstruksi bangunan Kokoh dan kuat Bahan bangunan Sesuai SNI

Sesuai standar min untuk setiap tipe Luas lahan > Standar min untuk setiap tipe Harga kredit atau tunai Terjangkau Aksesibilitas (Angkutan umum) Air bersih Kesehatan Ventilasi udara dan cahaya Sistem keamanan bersama Keamanan Sistem cluster + satpam Taman dan tempat bermain anak Sarana olahraga Sarana beribadah Bale pertemuan

Fasum-fasos

Jalan Pengelolaan sampah Pengelolaan limbah KM/dapur

Ekologis

Sumur resapan air Gaya arsitektur Gaya arsitektur Desain siteplan Siteplan kawasan Desan RTHP Desain RTHP

Selanjutnya fokus grup di wawancarai setelah mendapat informasi tentang

kondisi proyek permukiman tertata yang meliputi: spesifikasi bahan bangunan,

siteplan, desain arsitektur, harga, sistem kepemilikan, fasum-fasos, dan bank

pemberi kredit. Setelah benchmarking antara proyek saat ini dan proyek pesaing,

memungkinkan untuk membuat penilaian tingkat kepentingan dari masing-masing

atribut (Gambar 24). Fokus grup dapat mengevaluasi perbedaan aspek dari desain

saat ini dan membandingkannya dengan proyek-proyek pesaing atau berdasarkan

Page 128: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

pengalaman sebelumnya. Untuk tujuan ini, nilai yang digunakan antara 1 sampai 5

(terburuk – terbaik). Gambar 24 merupakan bagian dari matriks rumah kualitas

yang memberikan kejelasan mengenai hubungan antara persyaratan konsumen,

penilaian konsumen, dan tingkat kepuasaan konsumen.

Perbandingan antar Pesaing Consumen Rating

Atribut Persyaratan Konsumen

Tingkat K

epentingan

Peru

mah

an

Gad

ing

Asr

i

Peru

mah

an

Mek

arsa

ri R

egen

cy

Peru

mah

an

Pano

ram

a

Cia

njur

1 2 3 4 5

Kons.Bgn Kokoh dan kuat 5 3 4 3 ●

Bhn. Bgn Sesuai SNI 4 3 3 3 ●

Sesuai std.min untuk setiap tipe 2 3 3 3 ● Luas Lahan

> std.min untuk setiap tipe 4 0 0 0

Harga kredit atau tunai 5 3 3 2 ● Terjangkau

Aksesibilitas (Angkutan umum) 4 3 3 3 ●

Air bersih 5 4 3 2 ● Kesehatan Ventilasi udara dan cahaya 4 2 2 2 ●

Sistem keamanan bersama 2 2 2 2 ● Keamanan

Sistem cluster + satpam 5 2 4 3 ●

Taman dan tempat bermain anak 4 1 3 2 ●

Sarana olahraga 4 3 3 4 ●

Sarana beribadah 4 2 3 2 ●

Bale pertemuan 3 0 0 0 ●

Fasum-fasos

Jalan 5 3 3 3 ●

Pengelolaan sampah 4 1 2 2 ●

Pengelolaan limbah KM/dapur 3 1 1 1 Ekologis

Sumur resapan air 2 0 0 0

Gaya arsitektur 4 4 4 4 ●

Siteplan kawasan 3 4 3 4 ● Estetika

Desain RTH 3 2 3 2 ●

Gambar 24 Kebutuhan konsumen dan analisis competitive benchmarking

4.3.3.2 Persyaratan Konsumen (Customer Requirement)

Berdasarkan rumah kualitas (Gambar 25) diketahui bahwa dari beberapa

atribut harapan pelanggan yakni kekokohan konstruksi bangunan, sistem

keamanan, taman bermain, sarana ibadah, dan desain RTH ternyata nilai atribut

Permukiman Mekarsari Regensi selalu lebih tinggi dibandingkan dengan

Permukiman Gading Asri dan Graha Panorama Cianjur. Hal ini menunjukkan

Page 129: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

bahwa permukiman tertata Mekarsari Regensi kualitasnya lebih baik

dibandingkan dengan dua permukiman tertata pesaingnya. Walaupun demikian,

dari atribut kualitas bahan bangunan, luas lahan, keterjangkauan angkutan umum,

ventilasi udara dan cahaya, jalan, dan gaya arsitektur, ketiga kawasan

permukiman tertata tersebut memiliki kualitas yang sudah sama.

Selanjutnya berdasarkan atribut-atribut yang memiliki tingkat kepentingan

yang tinggi yaitu: kekokohan konstruksi bangunan, harga jual, ketersediaan air

bersih, dan sistem keamanan, ternyata harga jual rumah di permukiman tertata

Graha Panorama jauh lebih tinggi dibandingkan harga jual rumah di dua

permukiman tertata lainnya untuk tipe 30/72 (luas bangunan 30 m2 dengan luas

tanah sebesar 72 m2). Tingginya harga jual rumah di Graha Panorama Cianjur

disebabkan harga lahan di lokasi Graha Panorama Cianjur lebih tinggi jika

dibandingkan dengan harga lahan di kedua lokasi pesaingnya.

Atribut dengan tingkat kepentingan yang menempati urutan kedua adalah

terdiri dari: bahan bangunan, keterjangkauan angkutan umum, ventilasi udara dan

cahaya, taman dan tempat bermain, sarana olahraga, sarana ibadah, pengelolaan

sampah, dan gaya arsitektur. Berdasarkan bobot terpenting urutan kedua ini,

permukiman tertata Mekarsari Regensi memiliki keunggulan dari segi

kelengkapan fasilitas umum dan fasilitas sosial yaitu berupa taman bermain dan

sarana ibadah dibandingkan dengan produk yang dihasilkan oleh dua permukiman

tertata lainnya. Namun dari segi fasilitas olahraga sedikit lebih rendah

dibandingkan dengan yang dimiliki oleh Graha Panorama Cianjur. Pada bobot

atribut terpenting urutan kedua yang memiliki kualitas yang sama antara ketiga

kawasan permukiman tertata tersebut adalah: kualitas bahan bangunan, ventilasi

udara dan cahaya, dan aksesibilitas angkutan umum.

Kualitas ventilasi udara dan cahaya mencerminkan tingkat kesehatan dan

kenyamanan rumah sebagai tempat tinggal. Oleh karena itu ventilasi udara dan

cahaya harus memenuhi syarat minimum sebagaimana yang disebutkan dalam

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006. Udara akan sangat

berpengaruh dalam menentukan kenyamanan pada bangunan rumah. Kenyamanan

akan memberikan kesegaran terhadap penghuni dan terciptanya rumah yang sehat,

Page 130: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

++ + +

++ +

++ ++ ++ +

+ + + +

Ting

kat K

epen

tinga

n

Des

ain

Site

pla

n &

K

onst

ruks

i

Pem

atan

gan

laha

n Pe

ngad

aan

baha

n

Peng

erja

an

infr

astu

ktur

, fas

um

Peng

erja

an

Kon

stru

ksi

Keg

iata

n Pe

mas

aran

Peru

m G

adin

g A

sri

Peru

m M

ekar

sari

R.

Peru

m P

anor

ama

C.

Targ

et

Ras

io

KBG Kokoh dan kuat 5 ³ 3 4 3 5 1.2

BBG Sesuai SNI 4 ³ ³ 3 3 3 4 1.3 Sesuai std.min untuk setiap tipe 2 ³ 3 3 3 5 1.7

LLN >std.min untuk setiap tipe 2 ³ 0 0 0 4 0

Harga kredit atau tunai 5 ³ ³ 3 3 2 4 1.3 TJK Aksesibilitas (Angkutan

umum) 4 ³ 3 3 3 5 1.7

Air bersih 5 ³ 4 3 2 5 1.2 KES

Ventilasi udara dan cahaya 4 ³ 3 3 3 4 1.3 Sistem keamanan bersama 2 1 1 2 3 1.5

KEA Sistem cluster + satpam 5 2 4 3 5 1.2 Taman dan tempat bermain anak 4 ³ 1 3 2 4 1.3

Sarana olahraga 4 ³ ³ 3 3 4 4 1.3

Sarana beribadah 4 ³ ³ 2 3 2 4 1.3

Bale pertemuan 4 ³ 0 0 0 3 0

FNF

Jalan 3 ³ ³ 3 3 3 5 1.7

Pengelolaan sampah 4 ³ ³ 1 2 2 4 2

Pengelolaan limbah KM/dapur 3 ³ 2 2 1 4 2 EKO

Sumur resapan air 2 ³ 0 0 0 3 0

Gaya arsitektur 4 ³ ³ ³ 4 4 4 5 1.2

Siteplan kawasan 3 ³ 4 3 4 4 1 EST

Desain RTH 3 2 3 2 4 1.3 Kawasan Permukiman Gading Asri 5 4 4 3 4 4 Kawasan Permukiman Mekarsari Regency 5 4 4 3 4 4 Kawasan Permukiman Panorama Cianjur 5 4 4 4 4 3 Nilai (Tingkat Kepentingan) 496 55 129 101 151 114 Nilai Relatif 0.47 0.05 0.12 0.10 0.15 0.11

Keterangan : KBG=Konstruksi bangunan; BBG=Bahan bangunan; LLN=Luas lahan; TJK=Terjangkau; KES=Kesehatan; KEA=Keamanan; FNF=Fasum dan Fasos; EKO=Ekologis; EST=Estetika

= Kuat (10); ³ = Sedang (5); = Lemah (1); ++ = Kuat positip; + = Positip

Gambar 25 Rumah kualitas permukiman tertata di DAS Cianjur

Page 131: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

apabila terjadi pengaliran atau penggantian udara secara kontinyu melalui ruangan

dan lubang-lubang pada bidang pembatas dinding atau partisi sebagai ventilasi.

Guna memperoleh kesegaran udara dalam ruangan dengan cara penghawaan

alami, maka dapat dilakukan dengan memberikan atau membuat ventilasi silang

dengan ketentuan yaitu: 1) lubang penghawaan minimal 5% dari luas lantai

ruangan, 2) udara yang masuk tidak berasal dari asap dapur atau bau kamar

mandi/WC. Ventilasi cahaya juga harus memenuhi persyaratan minimum

diantaranya yaitu: 1) lubang cahaya minimum sepersepuluh dari luas lantai

ruangan, dan 2) sinar matahari langsung dapat masuk dalam ruangan minimum 1

jam setiap hari.

4.3.3.3 Persyaratan Teknik

Beberapa aspek teknik produksi permukiman tertata yang perlu

disempurnakan dalam rangka meningkatkan kepuasan pembeli rumah berturut-

turut mulai dari prioritas pertama adalah: (1) desain konstruksi rumah dan siteplan;

(2) pengerjaan konstruksi; (3) pengadaan bahan bangunan; (4) sistem kegiatan

pemasaran; (5) pengerjaan infrastruktur dan fasum-fasos; (6) proses pematangan

lahan. Peningkatan kualitas menurut Gasperz (1997) akan memberikan dampak

positif kepada perusahaan yaitu: (1) dampak terhadap biaya produksi; dan (2)

dampak terhadap pendapatan.

Dampak terhadap biaya produksi terjadi melalui proses pembuatan produk

yang memiliki derajat kesesuaian yang tinggi terhadap standar-standar sehingga

bebas dari kemungkinan kerusakan atau cacat. Dengan demikian proses produksi

yang memperhatikan kualitas akan menghasilkan produk berkualitas yang bebas

dari kerusakan. Hal ini akan menghindarkan terjadinya pemborosan dan

inefisiensi sehingga ongkos produksi per unit akan menjadi rendah yang pada

gilirannya akan membuat harga produk menjadi lebih kompetitif.

Dampak terhadap peningkatan pendapatan terjadi melalui peningkatan

penjualan atas produk berkualitas yang berharga kompetitif. Produk-produk

permukiman tertata berkualitas yang dibuat melalui suatu proses yang berkualitas

akan memiliki sejumlah keistimewaan yang mampu meningkatkan kepuasan

konsumen atas penggunaan produk tersebut. Setiap konsumen akan

Page 132: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

memaksimumkan kepuasan dalam betuk pembeliaan produk, sehingga hanya

produk-produk yang berkualitas tinggi dengan harga yang kompetitif yang akan

dipilih oleh konsumen. Keadaan tersebut mampu meningkatkan penjualan dari

produk-produk, yang akan meningkatkan pangsa pasar, sehingga pada akhirnya

akan meningkatkan pendapatan perusahaan.

Pembahasan selanjutnya difokuskan pada upaya peningkatan desain

konstruksi rumah dan siteplan, pengerjaan konstruksi, dan pengadaan bahan

bangunan sebagai program penyempurnaan proses produksi yang menempati

prioritas pertama hingga ketiga berdasarkan nilai tingkat kepentingan. Desain

konstruksi rumah dan siteplan memiliki tingkat kepentingan yang paling tinggi

dengan nilai 496 dan nilai relatif 0.47 (Gambar 25). Dalam kaitannya dengan

perbaikan mutu desain konstruksi rumah dan siteplan tidak terlepas target pasar

atau konsumen yang menjadi sasaran pasar, karena berhubungan dengan harga

jual.

Pengerjaan konstruksi memiliki nilai tingkat kepentingan sebesar 151 dan

nilai relatif 0.15 menempati prioritas kedua dalam upaya penyempurnaan teknis

produksi permukiman tertata. Pengerjaan permukiman tertata mulai dari tahapan

pematangan lahan (cut and fill), pengerjaan sarana dan prasarana lingkungan

(jalan, saluran drainase, RTH dan lainnya), sampai tahap pengerjaan konstruksi

rumah dilakukan melalui proses tender atau penunjukkan langsung oleh developer

terhadap kontraktor sebagai rekanan kerja. Masing-masing sub pekerjaan

dikerjakan oleh satu kontraktor. Jadi kualitas rumah beserta sarana dan

prasarananya sangat tergantung pada kualitas kontraktor, namun tidak terlepas

dari peran developer sebagai pemberi proyek dan sekaligus dalam hal ini sebagai

konsultan. Sehubungan dengan itu, yang perlu diperbaiki adalah manajemen

pengawasan yang dilakukan pihak pengembang dalam hal ini devisi teknik

terhadap kualitas pekerjaan kontraktor.

Pengadaan bahan merupakan prioritas ketiga untuk disempurnakan dalam

proses produksi permukiman tertata dengan nilai tingkat kepentingan sebesar 129

dan nilai relatif sebesar 0.12. Pengadaan bahan menyangkut jenis bahan, kualitas

bahan, dan transportasi pengangkutan. Bahan bangunan sebagai material

Page 133: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

sebaiknya mempergunakan bahan bangunan lokal yang terdapat disekitar proyek

permukiman tertata.

4.3.3.4 Prioritas Teknik, Benchmarks dan Target

Di antara berbagai atribut harapan pelanggan, angka rasio antara target

dengan kinerja permukiman tertata di wilayah DAS Cianjur yang tertinggi

mencapai angka rasio 2 (Gambar 25) yaitu terdapat pada atribut pengelolaan

sampah dan pengelola limbah kamar mandi dan dapur. Guna memenuhi

kebutuhan pasar maka diperlukan upaya perbaikan dengan skala prioritas utama

terhadap kualitas pengelolaan sampah dan pengelola limbah kamar mandi dan

dapur yang dilakukan oleh masing-masing pengembang di wilayah DAS Cianjur

yaitu melalui pengadaan dan pembangunan fasilitas pengelolaan sampah sejalan

dan unit pengolahan limbah dari kakus berupa septiktank dan bidang resapannya.

Ukuran septiktank dapat dibuat sesuai dengan jumlah penghuni dan frekuensi

pengurasan (Tabel 41).

Tabel 41 Ukuran tangki septiktank dan frekuensi pengurasan

Ukuran Septiktank dan Frekuensi Pengurasan

2 tahun 3 tahun No Jumlah pemakai (orang) Panjang

(m) Lebar (m)

Tinggi (m)

Panjang (m)

Lebar (m)

Tinggi (m)

1 5 1.6 0.8 1.3 1.7 0.85 1.3 2 10 2.2 1.1 1.4 2.3 1.15 1.4 3 15 2.6 1.3 1.5 2.75 1.35 1.4 4 20 3 1.5 1.5 3.25 1.60 1.5 5 25 3.25 1.65 1.6 3.50 1.75 1.6

Sumber: Sukamto 2004

4.3.3.5 Matrik Teknik Korelasi

Matrik teknik korelasi digunakan untuk mengidentifikasi dimana technical

requirement saling mendukung atau saling mengganggu satu dengan yang lainnya

(Marimin 2004). Matrik ini merupakan atap dari rumah kualitas yang

menggambarkan keterkaitan antara karakteristik proses produksi yang satu dengan

yang lainnya. Keterkaitan itu dapat berupa hubungan kuat positip (++) dan kuat

(+).

Page 134: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Atribut-atribut technical requirement yang memiliki hubungan kuat positif

adalah : 1) desain konstruksi rumah dan siteplan dengan pengadaan bahan, 2)

desain konstruksi rumah dan siteplan dengan pengerjaan infrastruktur, fasum dan

fasos, 3) desain konstruksi rumah dan rencana tapak siteplan dengan kegiatan

pemasaran, 4) pematangan lahan dengan pengerjaan infrastruktur, fasum dan fasos,

5) pengadaan bahan bangunan dengan pengerjaan konstruksi (Gambar 25).

Hubungan tersebut menunjukkan bahwa apabila salah satu atribut mengalami

perubahan (naik atau turun) maka akan berdampak kuat pada proses perubahan

(kenaikan atau penurunan) yang berkaitan tersebut.

Selanjutnya atribut-atribut technical requirement yang mempunyai

hubungan positif yaitu : 1) desain konstruksi dan siteplan dengan pematangan

lahan, 2) desain konstruksi dan siteplan dengan pengerjaan konstruksi, 3)

pematangan lahan pengerjaan konstruksi, 4) pematangan lahan dengan kegiatan

pemasaran, 5) pengadaan bahan dengan pengerjaan infrastruktur, fasum dan fasos,

6) pengerjaan infrastruktur, fasum dan fasos, dengan pengerjaan konstruksi, 7)

pengerjaan infrastruktur, fasum dan fasos dengan kegiatan pemasaran, 8)

pengerjaan konstruksi dengan kegiatan pemasaran. Hal ini menunjukkan bahwa

antara proses atribut satu dengan proses lain yang berkaitan memiliki keterkaitan

yang saling berpengaruh kuat.

4.4 Kesesuaian Lahan Permukiman

4.4.1 Kesesuaian Lahan Permukiman (KLKim-1)

Wilayah DAS Cianjur yang dievaluasi seluas 7 476. 2 ha. Hasil evaluasi

kesesuaian lahan untuk permukiman menunjukkan bahwa kesesuaian lahan untuk

permukiman (KLKim-1) penduduk di wilayah DAS Cianjur didominasi oleh kelas

kesesuaian lahan S2 (cukup sesuai) seluas 4 406.1 ha atau 59% selebihnya adalah

kelas kesesuaian S3 (sesuai marginal) 2 217.7 ha atau 29.7%, kelas kesesuaian S1

(sangat sesuai) seluas 813 ha atau 10.9%, dan kelas kesesuaian N1 (tidak sesuai)

seluas 30.4 ha atau 0.4% (Tabel 42). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian kecil

(10.9%) wilayah DAS Cianjur berpotensi untuk pengembangan permukiman.

Page 135: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Tabel 42 Luas lahan berdasarkan kelas kesesuaian lahan permukiman di wilayah DAS Cianjur

Kesesuaian Lahan Permukiman (Ha) Zona DAS Kecamatan Nama Desa Sangat

Sesuai Cukup Sesuai

Sesuai Marginal

Tidak Sesuai

Ciputri - 95.5 625.6 10.5 Pacet Ciherang - 44.6 253.1 0.5 Galudra - 223.6 163.3 0.2 Sukamulya - 46.3 386.5 6.2 Nyalindung - 15.5 402.2 13.0 Cibeureum - 257.0 123.3 - Mangunkerta 2.0 269.7 53.5 - Cijendil 0.5 16.1 0.0 -

Cugenang

Sukamanah 20.2 82.2 - -

Hulu (3111.1

ha)

Sub Total 22.7 1050.6 2007.4 30.4 Cugenang Gasol 140.2 96.3 - -

Mekarsari 87.0 34.1 - - Limbangansari 27.7 122.9 - - Sawah Gede - 31.5 - - Bojong Herang 21.7 138.2 - - Pamoyanan - 118.7 - - Solok Pandan 28.1 82.7 - - Sayang 73.6 282.7 - - Sukamaju - 31.8 - -

Cianjur

Muka - 4.8 - - Karang tengah Sabandar 3.3 - - - Cilaku Munjul 21.4 335.5 - - Karang tengah Sukamanah - 431.4 - -

Bojong 0.0 - - - Sindang Asih 33.1 279.7 - - Maleber 198.4 13.6 - - Langen Sari 280.3 15.1 -

Karang tengah

Sukasari 58.9 225.8 0.4 -

Tengah (3219

ha)

Sub Total 693.4 2510.0 15.6 - Sukaluyu Babakan Sari - 8.1 189.3 -

Karang tengah Babakan Caringin 96.9 211.1 0.7 - Tanjung Sari - 329.4 1.1 - Selajambe - 266.1 3.6 - Sukasirna - 3.4 - -

Sukaluyu

Hegarmanah - 27.3 - -

Hilir (1137.1

ha)

Sub Total 96.9 845.5 194.7 - Total 813.0 4406.1 2217.7 30.4

Kesesuaian lahan permukiman di zona DAS hulu, tengah dan hilir masing-

masing secara berturut-turut didominasi oleh kelas sesuai marginal seluas 2 007.4

ha, cukup sesuai seluas 2 510 ha, dan cukup sesuai seluas 845.5 ha. Adapun

Page 136: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

penyebaran kelas kesesuaian lahan untuk permukiman disajikan pada Gambar 26.

Lahan yang tidak sesuai untuk permukiman secara administratif berada di lima

desa di wilayah Kecamatan Pacet dan Cugenang dan secara ekologis berada di

wilayah DAS Cianjur bagian hulu. Dominasi kelas tidak sesuai pada sebagian

besar desa di zona DAS hulu disebabkan kondisi topografi wilayah yang berada

pada kemiringan lereng > 20%, ketinggian > 1000 m dpl dan curah hujan > 2000

mm/tahun. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Sekeon (2005) tentang

kesesuaian lahan bangunan dengan pendekatan geo-environmental evaluation di

Kabupaten Bogor, bahwa kesesuaian lahan bangunan berada di daerah-daerah

yang memiliki kemiringan lahan relatif datar.

Kondisi lahan tersebut termasuk lahan yang kritis untuk permukiman

sebagaimana yang diungkapkan oleh Sani (2006) bahwa salah satu ciri-ciri lahan

kritis untuk permukiman adalah memiliki kemiringan lereng curam sehingga tidak

layak dari segi kenyamanan hunian dan keamanan penghuni permukiman, karena

akan rentan terhadap gerakan longsor. Hal ini sejalan dengan pendapat Edi (2007)

bahwa telah terjadi degradasi DAS berupa lahan gundul, tanah kritis, erosi pada

lereng-lereng curam yang digunakan untuk permukiman. Hasil ini didukung oleh

hasil penelitian Esmali (2003) dan Kelarestaghi (2003) di Iran bahwa faktor-

faktor yang memicu gerakan longsor adalah faktor litologi, kelerengan,

penggunaan lahan, faktor jalan, presipitasi, ketinggian di atas permukaan laut,

arah lereng (aspect), presipitasi, jarak dari jalan, dan jarak dari patahan atau sesar.

4.4.2 Kesesuaian Lahan Permukiman dengan Constrain (KLKim-bwl)

Permukiman merupakan area tanah yang digunakan sebagai lingkungan

tempat tinggal dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan, sehingga

kondisi permukiman tidak hanya dapat memberikan nuasa kenyamanan penghuni

tetapi juga keamanan penghuni dari bahaya atau ancaman bencana alam sesuai

dengan pendapat Sani (2006). Oleh karena itu kesesuaian lahan untuk

permukiman perlu mempertimbangkan faktor-faktor fisik yang lebih spesifik dan

dominan berpengaruh pada kestabilan dan keberlanjutan lahan permukiman.

Sehubungan dengan itu, diperlukan parameter-parameter constrain sebagai

pembatas utama dalam menentukan kesesuaian lahan permukiman.

Page 137: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

2 0 2 4 Kilom etersLokasi P enelitian

N

P ETAKES ESU AIAN LAH AN PER MU K IM AN

D AS C IAN JU RK AB UP ATEN C IAN JU R

Cip utri

Mu njul

Ga lud ra

Sayang

Gasol

Sukamulya

Nya lin du ng

Sukamanah

Cib eureu m

Cih erang

SukasariMa leb er

Tanjun g Sari

Sela jambe

Sind an gas ih

Mang un kerta

Lang en Sari

Limb ar

Bab akan Carin gin

Buh eran g

Bab akan Sari

Mekarsari

Pam oyan an

Solo k Pan dan

Sukamaju

Saw ah gede

Cijedil

Heg armanahMu ka

Sab and ar

Sukasirna

Bojon g

6°51

' 6°51'

6°48

' 6°48'

6°45

' 6°45'

107°00 '

107°00 '

107°3 '

107°3 '

107°6 '

107°6 '

107°9 '

107°9 '

107°12 '

107°12 '

Sunga i

Ja lan

Batas Desa

Batas DA S

Kesesuaian Lahan P ermuk iman :Sanga t Sesua i

Cukup Sesua i

Sesua i Marg ina l

Tidak Sesua i

Keterangan:

Gambar 26 Peta kesesuaian lahan permukiman (KLKim-1)

118

Page 138: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Parameter constrain yang digunakan dalam penelitian ini meliputi

kemiringan lereng > 15% (Esmali 2003; Hadiwigeno 2007; Kelarestaghi

2003; Sani 2006; dan Van der Zee 1990), elevasi > 1000 (Esmali 2003 dan

Kelarestaghi 2003), kepekaaan tanah terhadap erosi sangat peka

(Hadiwigeno 2007 dan Sani 2006) dan bahaya terhadap letusan Gunung

Gede. Melalui parameter constrain ini, akan terwujud kesesuaian lahan

permukiman yang berwawasan lingkungan (KLKim-bwl).

Hasil analisis kesesuaian lahan untuk permukiman setelah dilakukan

tumpang susun antara peta kesesuaian lahan untuk permukiman (KLKim-1)

dengan peta-peta yang menjadi constrain (peta kemiringan lereng, elevasi,

kepekaan tanah terhadap erosi dan bahaya letusan gunung) menunjukkan

bahwa terjadi pergeseran kelas kesesuaian lahan di zona DAS hulu yaitu

kelas kesesuaian lahan S3 (sesuai marginal) menjadi kelas N1 (tidak sesuai)

sebesar 1 033.1 ha sehingga total luas lahan permukiman yang tidak sesuai

sebesar 1 063.5 ha (Tabel 43).

Lahan yang tidak sesuai untuk permukiman seluas 1 063.5 ha berada

di wilayah Desa Ciputri, Ciherang, Galudra, Sukamulya, Nyalindung,

Cibeureum, dan Mangunkerta (Gambar 27). Posisi wilayah tersebut berada

pada elevasi lebih dari 1000 m dpl dengan kemiringan lereng > 15%, dan

curah hujan yang tinggi > 2500 – 3000 mm/tahun, maka seharusnya lahan

tersebut diperuntukan untuk fungsi konservasi yaitu sebagai kawasan

lindung. Hal ini sejalan dengan konsep Rencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN) bahwa daerah pegunungan yang curam dan memiliki

curah hujan yang tinggi dijadikan kawasan dengan fungsi lindung. Hal

tersebut didukung Keputusan Presiden No. 54 tahun 2008 yang menyatakan

bahwa zona hulu DAS Cianjur terutama wilayah Kecamatan Pacet dan

Cugenang merupakan kawasan kritis lingkungan, sehingga diperlukan

upaya konservasi.

4.4.3 Penyediaan Lahan dan Kesesuaian Lahan Permukiman

Kebutuhan lahan untuk permukiman sejalan dengan pertambahan jumlah

penduduk sehingga konversi lahan untuk permukiman akan terus terjadi.

Page 139: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Wilayah DAS Cianjur sebagian besar berpotensi untuk dikonversi menjadi

lahan permukiman sesuai dengan kelas kesesuaian lahan untuk permukiman

yaitu sangat sesuai seluas 813 ha dan cukup sesuai seluas 4 406.1 ha.

Tabel 43 Luas lahan pada kelas kesesuaian lahan permukiman

(KLKim- bwl)

Kesesuaian Lahan Permukiman (Ha) Zona DAS Kecamatan Nama Desa Sangat

Sesuai Cukup Sesuai

Sesuai Marginal

Tidak Sesuai

Ciputri 95.5 474.6 161.4 Pacet Ciherang 44.6 228.9 24.7 Galudra 223.6 45.1 118.4 Sukamulya 46.3 20.4 372.3 Nyalindung 15.5 39.6 375.6 Cibeureum 257.0 123.1 0.1 Mangunkerta 2.0 269.7 42.6 11.0 Cijendil 0.5 16.1 0.0

Cugenang

Sukamanah 20.2 82.2

Hulu (3111.1

ha)

Sub Total 22.7 1050.6 974.3 1063.5 Cugenang Gasol 140.2 96.3

Mekarsari 87.0 34.1 Limbangansari 27.7 122.9 Sawah Gede 31.5 Bojong Herang 21.7 138.2 Pamoyanan 118.7 Solok Pandan 28.1 82.7 Sayang 73.6 282.7 Sukamaju 31.8

Cianjur

Muka 4.8 Karang Tengah Sabandar 3.3 Cilaku Munjul 21.4 335.5

Sukamanah 431.4 Bojong 0.0 Sindang Asih 33.1 279.7 Maleber 198.4 13.6 Langen Sari 280.3 15.1

Karang tengah Sukasari 58.9 225.8 0.4

Tengah (3219

ha)

Sub Total 693.4 2510.0 15.6 Sukaluyu Babakan Sari 8.1 189.3 Karang tengah Babakan

Caringin 96.9 211.1 0.7 Tanjung Sari 329.4 1.1 Selajambe 266.1 3.6 Sukasirna 3.4

Sukaluyu

Hegarmanah 27.3

Hilir (1137.1

ha)

Sub Total 96.9 845.5 194.7 Total 813.0 4406.1 1184.6 1063.5

Page 140: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Sunga i

Ja lan

Batas Desa

Batas DA S

Kesesuaian Lahan P ermuk im an :Sanga t Sesua i

Cukup Sesua i

Sesua i M arg ina l

Tidak S esua i

K ete rangan :

Cip utri

Mu njul

Galud ra

Sayang

Gasol

Sukam ulya

Nyalin du ng

Sukam anah

Cib eureu m

Cih erang

SukasariMaleb er

Tanjun g Sar i

Sela jam be

Sind an gas ih

Mang un ker ta

Lang en Sari

Lim b ar

Bab akan Carin gin

Buh eran g

Bab akan Sar i

Mekarsari

Pam oyan an

Solo k Pan dan

Sukam aju

Saw ah gede

Cijedil

Heg arm anahMu ka

Sab and ar

Sukasirna

Bojon g

P ETAKES ESU AIAN LAH AN PER M U K IM AN

D AS C IAN JU RK AB UP ATEN C IAN JU R

N

Lokas i P enelitian2 0 2 4 Kilom ete rs

Cip utri

Mu njul

Galud ra

Sayang

Gasol

Sukam ulya

Nyalin du ng

Sukam anah

Cib eureu m

Cih erang

SukasariMaleb er

Tanjun g Sar i

Sela jam be

Sind an gas ih

Mang un ker ta

Lang en Sari

Lim b ar

Bab akan Carin gin

Buh eran g

Bab akan Sar i

Mekarsari

Pam oyan an

Solo k Pan dan

Sukam aju

Saw ah gede

Cijedil

Heg arm anahMu ka

Sab and ar

Sukasirna

Bojon g

6°51

' 6°51'6°

48' 6°48'

6°45

' 6°45'

107°00 '

107°00 '

107°3 '

107°3 '

107°6 '

107°6 '

107°9 '

107°9 '

107°12 '

107°12 '

Gambar 27 Peta kesesuaian lahan permukiman (KLKim-bwl)

121

Page 141: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Konversi lahan untuk permukiman perlu mempertimbangkan aspek luas

hutan dan ketersediaan ruang terbuka hijau. Undang-undang No 41 tahun 1999

tentang Kehutanan mensyaratkan bahwa dalam satu wilayah minimal 30 persen

dialokasikan untuk hutan, selanjutnya dalam Undang-undang Penataan Ruang No

26 tahun 2007 pasal 29 mensyaratkan ketersediaan RTH minimal 30 persen.

Berdasarkan pertimbangan kedua aspek diatas, maka lahan-lahan yang dapat

dikonversi menjadi lahan permukiman di wilayah DAS Cianjur adalah lahan

semak belukar, tanah terbuka, pertanian lahan kering bercampur semak dan

sebagian kecil sawah.

Luas lahan yang dapat dikonversi berjumlah 916.3 ha (Lampiran 2). Lahan

yang dapat dikonversi menjadi permukiman sebagian besar (92.6%) berada di

zona DAS tengah, selebihnya berturut-turut di zona hilir dan zona hulu sebesar

7.3% dan 0.1%. Berdasarkan luas lahan yang dapat dikonversi tersebut, wilayah

DAS Cianjur akan tetap memiliki hutan seluas 842.2 ha dan sawah seluas 2 318

ha.

4.4.4 Penyebaran Permukiman Existing pada Kesesuaian Lahan Permukiman (KLKim-bwl)

Wilayah DAS Cianjur yang memiliki luas sebesar 7 476. 2 ha. Berdasarkan

Peta penggunaan lahan hasil interprestasi citra landsat tahun 2006 menunjukkan

bahwa lahan yang dipergunakan untuk permukiman memiliki luasan pada urutan

kedua yaitu sebesar 2 058.1 ha setelah lahan sawah seluas 2 729.6 ha. Hal ini

akan mengakibatkan kecilnya tingkat resapan air hujan dan memperbesar aliran

permukaan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sinukaban (2001) bahwa luasan

permukiman berkontribusi besar terhadap kemungkinan timbulnya bahaya banjir,

seperti yang terjadi di wilayah DAS Ciliwung yang mana berdasarkan luas

permukiman dan nilai koefisien limpasan daerah permukiman adalah yang

terbesar memberikan kontribusi terhadap banjir Ciliwung.

Hasil tumpangsusun penyebaran permukiman eksisting dengan kesesuaian

lahan permukiman (KLKim-bwl) menunjukkan bahwa penyebaran lokasi

permukiman eksisting mendominasi kesesuaian lahan permukiman kelas S2

(cukup sesuai) seluas 1 644 ha atau 79.9 % yaitu berada hampir di seluruh desa

di wilayah DAS Cianjur (Tabel 44). Lokasi permukiman eksisting yang berada

Page 142: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

pada lahan dengan kelas kesesuaian lahan N1 (tidak sesuai) seluas 8.3 ha atau

0.4% dari luas total permukiman yang berada di wilayah DAS Cianjur.

Permukiman tersebut berada pada zona DAS hulu yaitu di Desa Ciputri dan

Ciherang Kecamatan Pacet serta Desa Galudra dan Nyalindung Kecamatan

Cugenang (Gambar 28).

Tabel 44 Luas permukiman eksisting pada kesesuaian lahan permukiman

Kesesuaian Lahan Permukiman (Ha) Zona DAS Kecamatan Nama Desa Sangat

Sesuai Cukup Sesuai

Sesuai Marginal

Tidak Sesuai

Ciputri 32.8 41.1 4.1 Pacet Ciherang 10.0 58.0 2.0 Galudra 19.0 0.3 Sukamulya 0.9 1.3 Nyalindung 1.1 0.8 2.0 Cibeureum 51.3 0.3 Mangunkerta 0.2 18.3 0.2 Cijendil

Hulu Cugenang

Sukamanah 0.2 16.8 Sub Total 0.4 150.2 101.8 8.3

Cugenang Gasol 5.1 2.7 Mekarsari 5.9 3.2 Limbangansari 13.9 31.7 Sawah Gede 30.8 Bojong Herang 18.1 99.3 Pamoyanan 70.5 Solok Pandan 28.1 82.7 Sayang 40.6 210.9 Sukamaju 7.3

Cianjur

Muka 4.4 Karang Tengah Sabandar 2.6 Cilaku Munjul 5.6 122.3

Sukamanah 139.1 Bojong 0.0 Sindang Asih 22.0 101.0 Maleber 48.9 3.2 Langen Sari 70.9 2.4

Tengah

Karang tengah Karang tengah Sukasari 34.1 59.8 0.2

Sub Total 225.1 1039.9 2.7 Sukaluyu Babakan Sari 1.4 24.0

Karang tengah Babakan Caringin

48.7 77.6 0.0 Tanjung Sari 156.8 0.1 Selajambe 203.0 3.0 Sukasirna 1.1

Hilir

Sukaluyu

Hegarmanah 13.9 Sub Total 48.7 453.9 27.1 Total 274.2 1644.0 131.6 8.3

Page 143: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Cip utri

Mu njul

Ga lud ra

Sayang

Gasol

Sukam ulya

Nyalin du ng

Sukamanah

Cib eureu m

Cih erang

SukasariMaleb er

Tanjun g Sar i

Sela jam be

Sind an gasih

Mang un kerta

Lang en Sari

Lim b ar

Bab akan Carin gin

Buh eran g

Bab akan Sar i

Mekarsari

Pam oyan an

Solo k Pan dan

Sukamaju

Saw ah gede

Cijedil

Heg armanahMu ka

Sab and ar

Sukasirna

Bojon g

2 0 2 4 Kilom etersLokasi P enelitian

N

P ETAKES ESU AIAN LAH AN PER MU K IM AN

D AN PER M U K IM AN EXISTIN GD AS C IAN JU R

K AB UP ATEN C IAN JU R

6°51

' 6°51'6°

48' 6°48'

6°45

' 6°45'

107°00 '

107°00 '

107°3 '

107°3 '

107°6 '

107°6 '

107°9 '

107°9 '

107°12 '

107°12 '

Pertan ian lahan kering bercam pur dgn sem ak

Sunga iJalanBa tas D esaBa tas D A S

Kesesua ian Lahan P erm ukim an:Sangat Sesua iCukup S esua iSesua i Marg ina lTidak S esua i

Tutupan Lahan:Hutan Lahan K ering S ekunderHutan Tanam an Industri (H TI)PerkebunanPerm ukim an

Saw ahSem ak/B eluka rTanah Te rbuka

Ke terangan :

Gambar 28 Peta penyebaran permukiman existing pada kesesuaian lahan permukiman (KLKim-bwl)

124

Page 144: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Keempat lokasi permukiman tersebut berada pada lahan dengan

kemiringan lereng > 15%, elevasi antara 1000 – 1200 m dpl dengan sifat tanah

yang sangat peka terhadap erosi dan berada pada ring I bahaya letusan Gunung

Gede, sehingga permukiman tersebut sangat rentan terhadap bahaya longsor dan

bencana alam. Oleh karena itu keberadaan permukiman tersebut tidak memenuhi

persyaratan kesehatan sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan

(Kepmenkes) No. 829/ Menkes/ SK /VII /1999 bahwa salah satu syarat kesehatan

perumahan dan lingkungan pemukiman adalah lokasinya tidak terletak pada

daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar, tanah longsor,

gelombang tsunami, dan daerah gempa.

Sehubungan dengan penggunaan lahan untuk permukiman, sebenarnya

masyarakat Sunda memiliki kearifan lokal berupa larangan membangun pada

lahan-lahan tertentu (Tabel 45). Menurut budaya Masyarakat Sunda terdapat

sepuluh jenis lahan yang dilarang untuk dijadikan tempat permukiman. Lahan-

lahan tersebut dilarang untuk dibangun diantaranya dengan alasan teknologi

konstruksi dan sanitasi. Lahan yang dilarang dibangun dengan alasan teknologi

konstruksi adalah: 1) catang nonggeng; 2) garenggengan; 3) dangdang wariyan;

dan 4) lemah laki. Selanjutnya karena alasan sanitasi adalah: 1)hunyur; dan 2)

jaryan.

Tabel 45 Lahan-lahan yang dilarang dibangun menurut Masyarakat Sunda

No Lahan Larangan (tidak layak huni) Karakteristik Lahan

1 Lebak atau lurah Lantai jurang atau tanah rendah, terlindung dari pandangan dan sinar matahari.

2 Rancak Lahan yang dikurung oleh batu-batu besar sehingga sulit dihampiri 3 Catang nunggang Sepetak lahan yang di tengahnya dipisahkan oleh suatu selokan

atau ngarai namun dihubungkan melalui suatu jembatan alami dari cadas atau karang

4 Catang nonggeng Lahan yang keletakannya pada lereng yang curam 5 Garunggungan Lahan membukit kecil 6 Garengggengan Lahan yang kering permukaannya tetapi dibawahnya berlumpur 7 Dangdang wariyan Lahan yang legok di tengah dan kedap air sehingga menggenang 8 Hunyur Bukit kecil 9 Lemah laki Lahan berbentuk dinding curam 10 Jaryan Lahan tempat pembuangan sampah

Sumber: Atja dan Danasasmita 1981

Sejalan dengan larangan tersebut, menurut Atja dan Danasasmita (1981)

terdapat beberapa alasan berkenan secara teknologi konstruksi tidak

Page 145: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

memungkinkan dibangun yaitu: 1) masyarakat Sunda sebagai masyarakat agraris

dan demokratis, lahan-lahan sempit semacam itu tidak memungkinkan adanya

keadilan dalam pengkaplingannya. Sebagian akan memperoleh keuntungan jauh

lebih besar daripada sebagian besar kelompoknya. Sehingga mengakibatkan

pertikaian yang sangat dihindari oleh masyarakat agaris dan menimbulkan

kecemburuan sosial; 2) memerlukan tenaga, bahan dan waktu jauh lebih besar

untuk dapat membangun pada lahan-lahan semacam itu, sehingga akan terjadi

pemborosan. Pemborosan untuk satu pribadi atau kelompok atas tanggungan

banyak pribadi lain dalam suatu masyarakat yang demokratis adalah dosa; dan 3)

tidak mungkin diperoleh dalam luasan yang cukup untuk permukiman atau

kampung pada lahan berbukit.

Keberadaan permukiman penduduk pada saat ini di lahan yang tidak sesuai

untuk permukiman terutama di wilayah zona DAS hulu memerlukan perhatian

dan pengelolaan sesuai dengan fungsi zona DAS hulu sebagai fungsi konservasi.

Hal ini sesuai dengan pendapat Sinukaban (2001) bahwa di kawasan permukiman

perlu ditekan nilai koefisien limpasan menjadi serendah mungkin. Penurunan

koefisien limpasan dapat dilakukan dengan membuat pedoman dalam menerapkan

agar air hujan di setiap rumah atau bangunan tidak dialirkan ke selokan, tetapi

diresap ke dalam tanah atau ke dalam sumur resapan. Masyarakat penghuni

permukiman secara khusus perlu didorong untuk menerapan sistem insentif

rehabilitasi lahan dalam melakukan upaya memperbaiki atau mengembalikan

fungsi lahan sesuai peruntukkannya, sebagaimana yang diungkapkan oleh Putro et

al. (2003) bahwa insentif rehabilitasi lahan diperlukan untuk memotivasi

masyarakat untuk melakukan tindakan yang bertujuan memperbaiki pengelolaan

DAS melalui rehabilitasi lahan.

Sistem insentif rehabilitasi lahan harus didukung dengan upaya pembatasan

pertumbuhan permukiman diwilayah yang tidak sesuai peruntukannya melalui

pengendalian pemanfaatan ruang. Rencana pemanfaatan ruang untuk permukiman

menurut RTRW Kabupaten Cianjur tahun 2005 -2015 adalah seluas 48 437 ha

yang dikembangkan pada kawasan dengan kriteria sebagai berikut: 1) kemiringan

lahan < 15%; 2) ketersediaan air terjamin; 3) aksesibilitas baik; 4) tidak berada

pada wilayah rawan bencana; 5) dekat dengan pusat kegiatan. Wilayah DAS

Page 146: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Cianjur yang memiliki kriteria seperti disebutkan dalam RTRW berada diwilayah

sub DAS tengah dan hilir. Sehubungan dengan itu, Jika Pemda Kabupaten Cianjur

konsisten terhadap arahan pengembangan permukiman sesuai dengan RTRW,

maka tidak akan terjadi konversi lahan pada zona DAS hulu. Karena wilayah DAS

Cianjur menurut hasil pemetaaan kesesuaian lahan permukiman (KLKim-bwl)

sebagian besar atau seluas 1 899.1 ha (61%) tidak direkomendasikan sebagai

lahan untuk pengembangan permukiman.

Undang-undang Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 menyebutkan bahwa

pengendalian pemanfaatan ruang dapat dilakukan melalui pemberian insentif dan

disinsentif. Bentuk pemberian insentif perlu mempertimbangkan aspek

kepemilikan lahan dan bangunan, karena permukiman eksisting yang berada pada

lahan tidak sesuai terdiri dari bangunan rumah penduduk asli dan bangunan villa

yang dimiliki oleh bukan penduduk asli. Sehubungan dengan itu, terdapat dua

langkah dapat ditempuh yaitu :

1. Bagi masyarakat pemilik bangunan dan lahan yang merupakan penduduk asli

dapat diberikan insentif berbasis pemberdayaan untuk mengadopsi teknik-

teknik pengelolaan permukiman ramah lingkungan.

2. Bagi pemilik bangunan dan lahan yang bukan penduduk asli perlu ditegakkan

peraturan tentang: 1) pajak lingkungan atas manfaat yang diperolehnya, dan 2)

keharusan untuk melakukan upaya rehabilitasi sebagai mengkompensasi atas

kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh kesalahan dalam penggunaan

lahan.

Beberapa bentuk insentif dan disinsentif yang diusulkan untuk diterapkan

sebagai usaha untuk meminimalkan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat

penggunaan lahan tidak sesuai untuk permukiman, yang sudah terlanjur

digunakan dapat direhabilitasi. Bentuk insentif yang diberikan berupa penyuluhan

berbasis pemberdayaan masyarakat sebagai penghuni permukiman. Melalui jalur

ini penghuni permukiman diberikan pengetahuan tentang-teknik konservasi tanah

dan air dengan skala pengelolaan pada unit permukiman yaitu berupa

pemanfaatan ruang terbuka hijau permukiman (RTHKim), ruang terbuka hijau

pekarangan (RTHP), dan pengelolaan limbah (Tabel 46).

Page 147: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Tabel 46 Bentuk rehabilitasi yang diusulkan Bentuk Rehabilitasi Berbasis Pemberdayaan Penghuni Permukiman

No Jenis Teknik Pengelolaan/konservasi Fungsi/Manfaat

1 Insentif Penyuluhan: RTHKim Pemanfaatan

pekarangan (RTHP) dengan tanaman multistrata

Pengolahan limbah

Konservasi dan sosial Konservasi dan ekonomi Mengurangi bahaya erosi Mengurangi aliran air permukaan Meresapkan air Mengurangi dampak pencemaran lingkungan

2 Disinsentif Pajak lingkungan

Kompensasi penyimpangan penggunaan lahan

Sumber: Modifikasi dari Putro et al. 2003; dan UU RI No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Ruang terbuka hijau permukiman (RTHKim) dalam wilayah DAS

dirancang multifungsi untuk fungsi konservasi dan sosial. Keberadaan RTHKim

pada setiap unit perkampungan di wilayah DAS akan sangat membantu fungsi

konservasi terutama di zona DAS hulu sebagai daerah tangkapan air dan sebagai

tempat bersosialisasi antara warga. Ruang terbuka hijau pekarangan (RTHP)

diarahkan untuk memiliki multifungsi yaitu fungsi konservasi dan ekonomi.

Sesuai dengan hasil penelitian Arifin (1998), luas pekarangan minimum yang bisa

ditanami berbagai serata tanaman adalah 100 m2. Pekarangan dengan luas 100 m2

akan dapat memberikan manfaat bagi kepentingan konservasi dan memberikan

kontribusi bagi pemilik atau masyarakat dari segi ekonomi.

4.5 Rumusan Kriteria Permukiman Sehat Berwawasan Lingkungan

Kriteria permukiman sehat berwawasan lingkungan dibangun berdasarkan

hasil tiga kajian dalam penelitian ini yaitu pola permukiman, spesifikasi

kebutuhan dan gaya hidup masyarakat dalam pengelolaan permukiman, serta

kesesuaian lahan permukiman. Kriteria ini dibangun dengan mempertimbangkan

aspek teknis meliputi kenyamanan, keamanan penghuni permukiman dan

keselarasan antara permukiman dan fungsi dari masing-masing zona DAS.

Permukiman yang berada di wilayah DAS harus mampu mengkompensasi

fungsi-fungsi DAS dari hulu hingga hilir, sehingga keberadaan permukiman tidak

mengganggu terhadap fungsi DAS. DAS bagian hulu mempunyai fungsi

perlindungan terhadap keseluruhan DAS yaitu perlindungan dari segi fungsi tata

Page 148: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

air. DAS bagian tengah dan hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai

yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan

ekonomi.

Kriteria permukiman sehat berwawasan lingkungan (SEBERLING) terdiri

dari: 1) pola permukiman pada masing-masing kelas kesesuaian lahan

permukiman yang meliputi ukuran, tingkat kepadatan dan tipe permukiman; dan 2)

spesifikasi bangunan rumah sehat secara teknis, ekologis dan ekonomis pada

masing-masing kelas kesesuaian lahan permukiman yang meliputi jenis konstruksi

rumah, pengelolaan sampah, limbah cair dan padat, dan pemanfaatan pekarangan.

Matrik hubungan antara kelas kesesuaian lahan permukiman (sangat sesuai, cukup

sesuai dan sesuai marginal) dengan pola permukiman dan spesifikasi bangunan

rumah yang selanjutnya menjadi kriteria permukiman SEBERLING untuk

masing-masing zona DAS.

4.5.1 Kriteria Permukiman SEBERLING pada Lahan Sangat Sesuai

Kriteria permukiman SEBERLING pada kelas kesesuaian lahan

permukiman sangat sesuai untuk masing-masing zona DAS dapat dilihat pada

Tabel 47. Permukiman SEBERLING di zona DAS hulu memiliki kriteria sebagai

berikut:

1. Ukuran permukiman kecil-sedang artinya bahwa dalam satu kampung jumlah

penduduk maksimal 500 orang atau jumlah rumah tidak lebih dari 100 unit .

2. Kepadatan bangunan jarang artinya bangunan rumah memiliki pekarangan dan

setiap rumah letaknya dipisahkan atau dibatasi oleh pekarangan. Hal ini

dimaksudkan untuk mengoptimalkan potensi lingkungan yang dapat

dimanfaatkan berupa sinar matahari, vegetasi, aliran angin dengan baik

sehingga bangunan memenuhi syarat kesehatan dan ekologis.

3. Permukiman memiliki tipe plaza artinya bangunan rumah dalam posisi

mengelilingi ruang bersama atau ruang terbuka hijau permukiman (RTHKim).

RTHKim berfungsi untuk konservasi terutama sebagai areal tangkapan air dan

tempat bersosialisasi antara warga penghuni permukiman.

4. Bangunan rumah dengan konstruksi rumah panggung. Penggunaan konstruksi

rumah panggung berdasarkan pertimbangan secara teknis dan ekologis bahwa

Page 149: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

rumah panggung memiliki beberapa keunggulan seperti: building converage

yang rendah, tahan terhadap gempa bumi, dan menggunakan bahan bangunan

lokal, sehingga fungsi konservasi di wilayah hulu dapat terpenuhi.

5. Bangunan rumah memiliki lubang sirkulasi udara minimum sebesar 0.35%

dari luas lantai dan lubang cahaya sebesar 10% dari luas lantai guna

memenuhi kesegaran udara dan kenyamanan bagi penghuni.

6. Bangunan rumah memiliki ukuran kebutuhan ruang minimum perorang

sebesar 9 m2 guna memenuhi tingkat kenyaman dan keleluasan bergerak bagi

penghuninya.

7. Bangunan rumah menggunakan bahan bangunan lokal guna meminimalkan

penggunaan energi akibat transportasi pengangkutan bahan dan menjaga

kelestarian bahan bangunan lokal seperti bambu, dan bilik.

8. Penggunaan lahan untuk bangunan rumah maksimal seluas 10% dan 90%

digunakan untuk ruang terbuka hijau pekarangan (RTHP). RTHP berfungsi

untuk areal konservasi dan menambah pendapatan masyarakat.

9. Ketersediaan air bersih di lingkungan Permukiman. Ketersediaan air bersih

merupakan salah satu persyaratan kesehatan permukiman dan lingkungannya.

Kebutuhan air bersih di lingkungan permukiman di wilayah hulu terpenuhi

melalui mata air.

10. Permukiman memiliki sarana pengelolaan sampah, limbah padat dan cair dari

MCK umum, dan saluran drainase.

a. Pengelolaan sampah diarahkan pada pengelolaan skala lingkungan

kampung atau RW. Sampah dari terlebih dahulu dilakukan pemilahan

antara sampah organik dan non organik Model pengelolaan ini akan

memberikan keuntungan bagi masyarakat dari hasil produksi kompos.

b. MCK umum dilengkapi dengan sarana pengolahan limbah yaitu (1)

limbah padat diolah melalui septiktank dan resapan; (2) limbah cair diolah

melalui unit pengolahan limbah sederhana.

c. Air hasil pengolahan disalurkan melalui saluran drainase tertutup ke

sungai atau selokan.

Page 150: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Permukiman SEBERLING di zona DAS tengah yang menempati lahan

pada kelas kesesuaian lahan sangat sesuai memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Ukuran permukiman sedang artinya bahwa dalam satu kampung jumlah

penduduk maksimal 2000 orang atau jumlah rumah tidak lebih dari 400 unit,

yang dilengkapi dengan RTH Kim.

2. Kepadatan bangunan jarang artinya bangunan rumah memiliki pekarangan dan

setiap rumah letaknya dipisahkan atau dibatasi oleh pekarangan.

3. Permukiman memiliki tipe plaza atau streetplan artinya bangunan rumah

dalam posisi mengelilingi ruang bersama atau posisi rumah ditata secara

beraturan.

4. Bangunan rumah memiliki jenis konstruksi rumah panggung, semi permanen

atau permanen.

5. Bangunan rumah memiliki lubang sirkulasi udara dan cahaya minimum

sebesar 0.35% dan lubang cahaya sebesar 10% dari luas lantai guna memenuhi

pola pertukaran udara dan cahaya pada ruangan rumah.

6. Bangunan rumah memiliki ukuran kebutuhan ruang minimum perorang

sebesar 9 m2 guna memenuhi tingkat kenyaman dan keleluasan bergerak bagi

penghuninya.

7. Bangunan rumah sebagian besar menggunakan bahan bangunan lokal guna

meminimalkan penggunaan energi akibat transportasi pengangkutan bahan.

8. Bangunan rumah memiliki luas bangunan maksimal sebesar 20% dan 80%

digunakan untuk ruang terbuka hijau pekarangan (RTHP). RTHP berfungsi

untuk areal konservasi dan menambah pendapatan masyarakat.

9. Ketersediaan air bersih di lingkungan Permukiman cukup tersedia dan

memenuhi kebutuhan penghuni. Sumber air bersih berasal dari mata air atau

sumur gali.

10. Permukiman memiliki sarana pengelolaan sampah, limbah padat dan cair dari

MCK umum, dan saluran drainase.

a. Pengelolaan sampah diarahkan pada pengelolaan skala lingkungan

kampung atau RW. Sampah dari terlebih dahulu dilakukan pemilahan

antara sampah organik dan non organik Model pengelolaan ini akan

memberikan keuntungan bagi masyarakat dari hasil produksi kompos.

Page 151: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Tabel 47 Kriteria permukiman sehat berwawasan lingkungan pada kesesuaian lahan permukiman sangat sesuai Kesesuaian Lahan

Permukiman Pola Permukiman Kebutuhan dan Keinginan Masyarakat

Kelas Kesesuaian

Lahan

Zona DAS Bentuk Permukiman Kriteria Elemen Rumah/Permukiman

Kriteria

Hulu 1.Ukuran Permukiman 2.Kepadatan Bangunan 3.Tipe Permukiman

Kecil-sedang Jarang Linier & Plaza

1.Bangunan Rumah: - Jenis konstruksi - Sirkulasi udara&cahaya - Luas minimum - Bahan bangunan - Luas Bangunan/Pekarangan 2. Permukiman/Kampung -Ketersedian air bersih -Pengelolaan lingkungan -Sampah -Limbah KM+dapur

Panggung Minimal luas 0.35% dan 10% luas lantai 9 m2 perpenghuni Bahan lokal KDB maksimum 10% Mata air, sumur gali Pengelolaan skala Kampung Unit pengolahan limbah sederhana (Septik tank dan bidang resapan) Sangat Sesuai

Tengah 1.Ukuran Permukiman 2.Kepadatan Bangunan 3.Tipe Permukiman

Sedang Jarang Linier & Streetplan

1.Bangunan Rumah: - Jenis konstruksi - Sirkulasi udara&cahaya - Luas minimum - Bahan bangunan - Luas Bangunan/Pekarangan 2. Permukiman/Kampung -Ketersedian air bersih -Pengelolaan lingkungan -Sampah -Limbah KM+dapur -Resapan

Panggung dan semi permanen Minimal luas 0.35% dan 10% luas lantai 9 m2 perpenghuni Bahan lokal KDB maksimum 20% Mata air dan sumur gali Pengelolaan skala Kampung Unit pengolahan limbah sederhana (Septik tank dan bidang resapan)

132

Page 152: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Lanjutan Tabel 47 Kesesuaian Lahan

Permukiman Pola Permukiman Kebutuhan dan Keinginan Masyarakat

Kelas Kesesuaian

Lahan

Zona DAS Bentuk Permukiman Kriteria Elemen Rumah/Permukiman Kriteria

Sangat Sesuai Hilir

1.Ukuran Permukiman 2.Kepadatan Bangunan 3.Tipe Permukiman

Sedang Jarang Linier & Streetplan

1.Bangunan Rumah: - Jenis konstruksi - Sirkulasi udara&cahaya - Luas minimum - Bahan bangunan - Luas Bangunan/Pekarangan 2. Permukiman/Kampung -Ketersedian air bersih -Pengelolaan lingkungan -Sampah -Limbah KM+dapur -Resapan

Panggung, semi permanen dan Permanen Minimal luas 0.35% dan 10% luas lantai 9 m2 perpenghuni Bahan lokal KDB maksimum 30% Sumur gali Pengelolaan skala Kampung Unit pengolahan limbah sederhana (Septik tank dan bidang resapan)

133

Page 153: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

b. MCK umum dilengkapi dengan sarana pengolahan limbah yaitu (1)

limbah padat diolah melalui septiktank dan resapan; (2) limbah cair diolah

melalui unit pengolahan limbah sederhana.

c. Air hasil pengolahan disalurkan melalui saluran drainase tertutup ke sungai

atau selokan.

Permukiman SEBERLING di zona DAS hilir yang menempati lahan pada

kelas kesesuaian lahan sangat sesuai memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Ukuran permukiman sedang artinya bahwa dalam satu kampung jumlah

penduduk maksimal 2000 orang atau jumlah rumah tidak lebih dari 400 unit,

yang dilengkapi dengan RTH Kim.

2. Kepadatan bangunan jarang artinya bangunan rumah memiliki pekarangan dan

setiap rumah letaknya dipisahkan atau dibatasi oleh pekarangan.

3. Permukiman memiliki tipe plaza atau streetplan artinya bangunan rumah

dalam posisi mengelilingi ruang bersama atau posisi rumah ditata secara

beraturan.

4. Bangunan rumah memiliki jenis konstruksi rumah panggung, semi permanen

atau permanen.

5. Bangunan rumah memiliki lubang sirkulasi udara dan cahaya minimum

sebesar 0.35% dan lubang cahaya sebesar 10% dari luas lantai guna memenuhi

pola pertukaran udara dan cahaya pada ruangan rumah.

6. Bangunan rumah memiliki ukuran kebutuhan ruang minimum perorang

sebesar 9 m2 guna memenuhi tingkat kenyaman dan keleluasan bergerak bagi

penghuninya.

7. Bangunan rumah menggunakan sebagian besar bahan bangunan lokal guna

meminimalkan penggunaan energi akibat transportasi pengangkutan bahan.

8. Bangunan rumah memiliki luas bangunan maksimal sebesar 30% dan 70%

digunakan untuk ruang terbuka hijau pekarangan (RTHP). RTHP berfungsi

untuk areal konservasi dan menambah pendapatan masyarakat.

9. Ketersediaan air bersih di lingkungan Permukiman cukup tersedia dan

memenuhi kebutuhan penghuni. Sumber air bersih berasal dari sumur gali atau

PDAM.

Page 154: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

10. Permukiman memiliki sarana pengelolaan sampah, limbah padat dan cair dari

MCK umum, dan saluran drainase.

a. Pengelolaan sampah diarahkan pada pengelolaan skala lingkungan

kampung atau RW. Sampah dari terlebih dahulu dilakukan pemilahan

antara sampah organik dan non organik Model pengelolaan ini akan

memberikan keuntungan bagi masyarakat dari hasil produksi kompos.

b. MCK umum dilengkapi dengan sarana pengolahan limbah yaitu (1)

limbah padat diolah melalui septiktank dan resapan; (2) limbah cair diolah

melalui unit pengolahan limbah sederhana.

c. Air hasil pengolahan disalurkan melalui saluran drainase tertutup ke

sungai atau selokan.

4.5.2 Kriteria Permukiman SEBERLING pada Lahan Cukup Sesuai

Tabel 48 menunjukkan kriteria permukiman SEBERLING yang menempati

lahan pada kelas kesesuaian cukup sesuai. Permukiman SEBERLING di zona

DAS hulu memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Ukuran permukiman kecil artinya bahwa dalam satu kampung jumlah rumah

tidak lebih dari 20 unit yang ditujukan guna mendukung kemudahan penghuni

dalam bekerja di lahan pertanian dengan tipe permukiman berkelompok

membentuk plaza yang dilengkapi RTH kim di pusatnya.

2. Kepadatan bangunan jarang artinya bangunan rumah memiliki pekarangan dan

setiap rumah letaknya dipisahkan atau dibatasi oleh pekarangan.

3. Permukiman memiliki tipe plaza artinya bangunan rumah dalam posisi

mengelilingi ruang bersama atau ruang terbuka hijau permukiman (RTHKim).

RTHKim berfungsi untuk konservasi terutama sebagai areal tangkapan air dan

tempat bersosialisasi antara warga penghuni permukiman.

4. Bangunan rumah dengan konstruksi rumah panggung. Konstruksi rumah

panggung digunakan pada lahan dengan kelas kesesuaian cukup sesuai dengan

pertimbangan untuk keamanan penghuni dan memperbesar fungsi resapan air.

5. Bangunan rumah memiliki lubang sirkulasi udara dan cahaya minimum

sebesar 0.35% dan lubang cahaya sebesar 10% dari luas lantai guna memenuhi

pola pertukaran udara dan cahaya pada ruangan rumah.

Page 155: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

6. Bangunan rumah memiliki ukuran kebutuhan ruang minimum perorang

sebesar 9 m2 guna memenuhi tingkat kenyaman dan keleluasan bergerak bagi

penghuninya.

7. Bangunan rumah/permukiman menggunakan bahan bangunan lokal guna

meminimalkan penggunaan energi akibat transportasi pengangkutan bahan

dan menjaga kelestarian bahan bangunan lokal seperti bambu, dan bilik.

8. Bangunan rumah memiliki luas bangunan maksimal sebesar 15% dan 85%

digunakan untuk ruang terbuka hijau pekarangan (RTHP). RTHP berfungsi

untuk areal konservasi dan menambah pendapatan masyarakat.

9. Ketersediaan air bersih di lingkungan Permukiman. Ketersediaan air bersih

merupakan salah satu persyaratan kesehatan permukiman dan lingkungannya.

Kebutuhan air bersih di lingkungan permukiman di wilayah hulu terpenuhi

melalui mata air.

10. Permukiman memiliki sarana pengelolaan sampah, limbah padat dan cair dari

MCK umum, dan saluran drainase.

a. Pengelolaan sampah diarahkan pada pengelolaan skala lingkungan

kampung atau RW. Sampah dari terlebih dahulu dilakukan pemilahan

antara sampah organik dan non organik Model pengelolaan ini akan

memberikan keuntungan bagi masyarakat dari hasil produksi kompos.

b. MCK umum dilengkapi dengan sarana pengolahan limbah yaitu (1)

limbah padat diolah melalui septiktank dan resapan; (2) limbah cair diolah

melalui unit pengolahan limbah sederhana.

c. Air hasil pengolahan disalurkan melalui saluran drainase tertutup ke

sungai atau selokan.

Permukiman SEBERLING di zona DAS tengah yang menempati lahan

pada kelas kesesuaian lahan cukup sesuai memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Ukuran permukiman kecil artinya bahwa dalam satu kampung jumlah rumah

tidak lebih dari 20 unit yang ditujukan guna mendukung kemudahan penghuni

dalam bekerja di lahan pertanian dengan tipe permukiman berkelompok

membentuk plaza yang dilengkapi RTH kim di pusatnya.

2. Kepadatan bangunan jarang artinya bangunan rumah memiliki pekarangan dan

setiap rumah letaknya dipisahkan atau dibatasi oleh pekarangan.

Page 156: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

3. Permukiman memiliki tipe plaza artinya bangunan rumah dalam posisi

mengelilingi ruang bersama atau ruang terbuka hijau permukiman (RTHKim).

RTHKim berfungsi untuk konservasi terutama sebagai areal tangkapan air dan

tempat bersosialisasi antara warga penghuni permukiman.

4. Bangunan rumah dengan konstruksi rumah panggung atau semi permanen.

Konstruksi rumah panggung dan semi permanen digunakan pada lahan dengan

kelas kesesuaian cukup sesuai dengan pertimbangan untuk keamanan

penghuni dan memperbesar fungsi resapan air.

5. Bangunan rumah memiliki lubang sirkulasi udara dan cahaya minimum

sebesar 0.35% dan lubang cahaya sebesar 10% dari luas lantai guna memenuhi

pola pertukaran udara dan cahaya pada ruangan rumah.

6. Bangunan rumah memiliki ukuran kebutuhan ruang minimum perorang

sebesar 9 m2 guna memenuhi tingkat kenyaman dan keleluasan bergerak bagi

penghuninya.

7. Bangunan rumah menggunakan bahan bangunan lokal guna meminimalkan

penggunaan energi akibat transportasi pengangkutan bahan dan menjaga

kelestarian bahan bangunan lokal seperti bambu dan bilik.

8. Bangunan rumah memiliki luas bangunan maksimal sebesar 15% dan 85%

digunakan untuk ruang terbuka hijau pekarangan (RTHP). RTHP berfungsi

untuk areal konservasi dan menambah pendapatan masyarakat.

9. Ketersediaan air bersih di lingkungan Permukiman. Ketersediaan air bersih

merupakan salah satu persyaratan kesehatan permukiman dan lingkungannya.

Kebutuhan air bersih di lingkungan permukiman di wilayah tengah terpenuhi

melalui sumur gali atau mata air.

10. Permukiman memiliki sarana pengelolaan sampah, limbah padat dan cair dari

MCK umum, dan saluran drainase.

a. Pengelolaan sampah diarahkan pada pengelolaan skala lingkungan

kampung atau RW. Sampah dari terlebih dahulu dilakukan pemilahan

antara sampah organik dan non organik Model pengelolaan ini akan

memberikan keuntungan bagi masyarakat dari hasil produksi kompos.

Page 157: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

b. MCK umum dilengkapi dengan sarana pengolahan limbah yaitu (1)

limbah padat diolah melalui septiktank dan resapan; (2) limbah cair diolah

melalui unit pengolahan limbah sederhana.

c. Air hasil pengolahan disalurkan melalui saluran drainase tertutup ke

sungai atau selokan.

Permukiman SEBERLING di zona DAS hilir yang menempati lahan pada

kelas kesesuaian lahan cukup sesuai memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Ukuran permukiman kecil artinya bahwa dalam satu kampung jumlah rumah

tidak lebih dari 20 unit yang ditujukan guna mendukung kemudahan penghuni

dalam bekerja di lahan pertanian dengan tipe permukiman berkelompok

membentuk plaza yang dilengkapi RTH kim di pusatnya.

2. Kepadatan bangunan jarang artinya bangunan rumah memiliki pekarangan dan

setiap rumah letaknya dipisahkan atau dibatasi oleh pekarangan.

3. Permukiman memiliki tipe plaza artinya bangunan rumah dalam posisi

mengelilingi ruang bersama atau ruang terbuka hijau permukiman (RTHKim).

RTHKim berfungsi untuk konservasi terutama sebagai areal tangkapan air dan

tempat bersosialisasi antara warga penghuni permukiman.

4. Bangunan rumah dengan konstruksi rumah panggung atau semi permanen.

5. Bangunan rumah memiliki lubang sirkulasi udara dan cahaya minimum

sebesar 0.35% dan lubang cahaya sebesar 10% dari luas lantai guna memenuhi

pola pertukaran udara dan cahaya pada ruangan rumah.

6. Bangunan rumah memiliki ukuran kebutuhan ruang minimum perorang

sebesar 9 m2 guna memenuhi tingkat kenyaman dan keleluasan bergerak bagi

penghuninya.

7. Bangunan rumah menggunakan bahan bangunan lokal guna meminimalkan

penggunaan energi akibat transportasi pengangkutan bahan dan menjaga

kelestarian bahan bangunan lokal.

8. Bangunan rumah memiliki luas bangunan maksimal sebesar 15% dan 85%

digunakan untuk ruang terbuka hijau pekarangan (RTHP). RTHP berfungsi

untuk areal konservasi dan menambah pendapatan masyarakat.

9. Ketersediaan air bersih di lingkungan Permukiman. Ketersediaan air bersih

merupakan salah satu persyaratan kesehatan permukiman dan lingkungannya.

Page 158: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Tabel 48 Kriteria permukiman sehat berwawasan lingkungan pada kesesuaian lahan permukiman cukup sesuai Kesesuaian Lahan

Permukiman Pola Permukiman Kebutuhan dan Keinginan Masyarakat

Kelas Kesesuaian

Lahan

Zona DAS Bentuk Permukiman Kriteria Elemen Rumah/Permukiman Kriteria

Hulu 1.Ukuran Permukiman 2.Kepadatan Bangunan 3.Tipe Permukiman

Kecil Jarang Streetplan & Plaza

1.Bangunan Rumah: - Jenis konstruksi - Sirkulasi udara&cahaya - Luas minimum - Bahan bangunan - Luas Bangunan/Pekarangan 2. Permukiman/Kampung -Ketersedian air bersih -Pengelolaan lingkungan -Sampah -Limbah KM+dapur

Panggung Minimal luas 0.35% dan 10% luas lantai 9 m2 perpenghuni Bahan lokal KDB maksimum 10% Mata air, sumur gali Pengelolaan skala Kampung Unit pengolahan limbah sederhana (Septik tank dan bidang resapan)

Cukup Sesuai Tengah 1.Ukuran Permukiman 2.Kepadatan Bangunan 3.Tipe Permukiman

Kecil - Sedang Jarang Streetplan & Plaza

1.Bangunan Rumah: - Jenis konstruksi - Sirkulasi udara&cahaya - Luas minimum - Bahan bangunan - Luas Bangunan/Pekarangan 2. Permukiman/Kampung -Ketersedian air bersih -Pengelolaan lingkungan -Sampah -Limbah KM+dapur

Panggung dan semi permanen Minimal luas 0.35% dan 10% luas lantai 9 m2 perpenghuni Bahan lokal KDB maksimum 15% Mata air dan sumur gali Pengelolaan skala Kampung Unit pengolahan limbah sederhana (Septik tank dan bidang resapan)

139

Page 159: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Lanjutan Tabel 48

Kesesuaian Lahan Permukiman

Pola Permukiman Kebutuhan dan Keinginan Masyarakat

Kelas Kesesuaian

Lahan

Zona DAS Bentuk Permukiman Kriteria Elemen Rumah/Permukiman Kriteria

Cukup Sesuai Hilir

1.Ukuran Permukiman 2.Kepadatan Bangunan 3.Tipe Permukiman

Kecil - Sedang Jarang Streetplan & Plaza

1.Bangunan Rumah: - Jenis konstruksi - Sirkulasi udara&cahaya - Luas minimum - Bahan bangunan - Luas Bangunan/Pekarangan 2. Permukiman/Kampung -Ketersedian air bersih -Pengelolaan lingkungan -Sampah -Limbah KM+dapur

Panggung dan semi permanen Minimal luas 0.35% dan 10% luas lantai 9 m2 perpenghuni Bahan lokal KDB maksimum 20% Sumur gali dan PDAM Pengelolaan skala Kampung Unit pengolahan limbah sederhana (Septik tank dan bidang resapan)

140

Page 160: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Kebutuhan air bersih di lingkungan permukiman di wilayah hilir terpenuhi

melalui sumur gali atau PDAM.

10. Permukiman memiliki sarana pengelolaan sampah, limbah padat dan cair dari

MCK umum, dan saluran drainase.

a. Pengelolaan sampah diarahkan pada pengelolaan skala lingkungan

kampung atau RW. Sampah dari terlebih dahulu dilakukan pemilahan

antara sampah organik dan non organik Model pengelolaan ini akan

memberikan keuntungan bagi masyarakat dari hasil produksi kompos.

b. MCK umum dilengkapi dengan sarana pengolahan limbah yaitu (1)

limbah padat diolah melalui septiktank dan resapan; (2) limbah cair diolah

melalui unit pengolahan limbah sederhana.

c. Air hasil pengolahan disalurkan melalui saluran drainase tertutup ke

sungai atau selokan.

4.5.3 Kriteria Permukiman SEBERLING pada Lahan Sesuai Marginal

Tabel 49 menunjukkan beberapa kriteria permukiman SEBERLING yang

berada pada lahan dengan kelas kesesuaian sesuai marginal. Permukiman

SEBERLING di zona DAS hulu memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Ukuran permukiman kecil artinya bahwa dalam satu permukiman terdiri dari

20 unit rumah yang ditujukan guna mendukung kemudahan penghuni dalam

bekerja di lahan pertanian.

2. Kepadatan bangunan sangat jarang artinya letak bangunan rumah dan

pekarangan satu dengan lainnya berjauhan. Diantara pekarangan rumah yang

satu dengan lainnya terdapat kebun.

3. Permukiman memiliki tipe linier artinya posisi bangunan rumah berjajar linier.

4. Bangunan rumah dengan jenis konstruksi rumah panggung. Rumah panggung

merupakan arsitektur tradisional sunda yang secara teknis dan ekologis

memiliki beberapa keunggulan seperti: building converage yang rendah, tahan

terhadap gempa bumi, dan menggunakan bahan bangunan lokal.

5. Bangunan rumah memiliki lubang sirkulasi udara dan cahaya minimum

sebesar 0.35% dari luas lantai dan lubang cahaya sebesar 10% dari luas lantai

Page 161: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

6. Bangunan rumah memenuhi ukuran kebutuhan ruang minimum perorang

sebesar 9 m2.

7. Bangunan rumah menggunakan bahan bangunan lokal seperti bambu dan bilik

guna meminimalkan penggunaan energi akibat transportasi pengangkutan

bahan dan menjaga kelestarian bahan bangunan lokal.

8. Bangunan rumah memiliki luas bangunan maksimal sebesar 5% dan 95%

digunakan untuk ruang terbuka hijau pekarangan (RTHP). RTHP berfungsi

untuk areal konservasi dan menambah pendapatan masyarakat.

9. Ketersediaan air bersih di lingkungan permukiman memenuhi kebutuhan

penghuni. Sumber air bersih di lingkungan permukiman berasal dari mata air.

10. Permukiman memiliki sarana pengelolaan sampah, limbah padat dan cair dari

MCK umum, dan saluran drainase.

a. Pengelolaan sampah diarahkan pada pengelolaan skala lingkungan

kampung atau RW. Sampah dari terlebih dahulu dilakukan pemilahan

antara sampah organik dan non organik Model pengelolaan ini akan

memberikan keuntungan bagi masyarakat dari hasil produksi kompos.

b. MCK umum dilengkapi dengan sarana pengolahan limbah yaitu (1)

limbah padat diolah melalui septiktank dan resapan; (2) limbah cair diolah

melalui unit pengolahan limbah sederhana.

c. Air hasil pengolahan disalurkan melalui saluran drainase tertutup ke

sungai atau selokan.

Permukiman SEBERLING di zona DAS tengah yang menempati lahan

pada kelas kesesuaian lahan sesuai marginal memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Ukuran permukiman kecil artinya bahwa dalam satu permukiman terdiri dari

20 unit rumah.

2. Kepadatan bangunan sangat jarang artinya letak bangunan rumah dan

pekarangan satu dengan lainnya berjauhan.

3. Permukiman memiliki tipe linier artinya posisi bangunan rumah berjajar linier.

4. Bangunan rumah memiliki jenis konstruksi rumah panggung.

5. Bangunan rumah memiliki lubang sirkulasi udara dan cahaya minimum

sebesar 0.35% dan lubang cahaya sebesar 10% dari luas lantai.

Page 162: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

6. Bangunan rumah memenuhi ukuran kebutuhan ruang minimum perorang

sebesar 9 m2.

7. Bangunan rumah menggunakan bahan bangunan lokal

8. Bangunan rumah memiliki luas bangunan maksimal sebesar 10% dan 90%

digunakan untuk ruang terbuka hijau pekarangan (RTHP). RTHP berfungsi

untuk areal konservasi dan menambah pendapatan masyarakat.

9. Ketersediaan air bersih di lingkungan permukiman memenuhi kebutuhan

penghuni. Sumber air bersih di lingkungan permukiman berasal dari mata air

atau sumur gali.

10. Permukiman memiliki sarana pengelolaan sampah, limbah padat dan cair dari

MCK umum, dan saluran drainase.

a. Pengelolaan sampah diarahkan pada pengelolaan skala lingkungan

kampung atau RW. Sampah dari terlebih dahulu dilakukan pemilahan

antara sampah organik dan non organik Model pengelolaan ini akan

memberikan keuntungan bagi masyarakat dari hasil produksi kompos.

b. MCK umum dilengkapi dengan sarana pengolahan limbah yaitu (1)

limbah padat diolah melalui septiktank dan resapan; (2) limbah cair diolah

melalui unit pengolahan limbah sederhana.

c. Air hasil pengolahan disalurkan melalui saluran drainase tertutup ke

sungai atau selokan.

Permukiman SEBERLING di zona DAS hilir yang menempati lahan pada

kelas kesesuaian lahan sesuai marginal memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Ukuran permukiman kecil artinya bahwa dalam satu permukiman terdiri dari

20 unit rumah.

2. Kepadatan bangunan sangat jarang artinya letak bangunan rumah dan

pekarangan satu dengan lainnya berjauhan.

3. Permukiman memiliki tipe linier artinya posisi bangunan rumah berjajar linier.

4. Bangunan rumah memiliki jenis konstruksi rumah panggung.

5. Bangunan rumah memiliki lubang sirkulasi udara dan cahaya minimum

sebesar 0.35% dan lubang cahaya sebesar 10% dari luas lantai

6. Bangunan rumah memenuhi ukuran kebutuhan ruang minimum perorang

sebesar 9 m2.

Page 163: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

7. Bangunan rumah menggunakan bahan bangunan lokal seperti bambu dan bilik

guna meminimalkan penggunaan energi akibat transportasi pengangkutan

bahan dan menjaga kelestarian bahan bangunan lokal.

8. Bangunan rumah memiliki luas bangunan maksimal sebesar 15% dan 85%

digunakan untuk ruang terbuka hijau pekarangan (RTHP). RTHP berfungsi

untuk areal konservasi dan menambah pendapatan masyarakat.

9. Ketersediaan air bersih di lingkungan permukiman memenuhi kebutuhan

penghuni. Sumber air bersih di lingkungan permukiman berasal dari sumur

gali atau PDAM.

10. Permukiman memiliki sarana pengelolaan sampah, limbah padat dan cair dari

MCK umum, dan saluran drainase.

a. Pengelolaan sampah diarahkan pada pengelolaan skala lingkungan

kampung atau RW. Sampah dari terlebih dahulu dilakukan pemilahan

antara sampah organik dan non organik Model pengelolaan ini akan

memberikan keuntungan bagi masyarakat dari hasil produksi kompos.

b. MCK umum dilengkapi dengan sarana pengolahan limbah yaitu (1)

limbah padat diolah melalui septiktank dan resapan; (2) limbah cair diolah

melalui unit pengolahan limbah sederhana.

c. Air hasil pengolahan disalurkan melalui saluran drainase tertutup ke

sungai atau selokan.

4.6 Konsep Permukiman Sehat dan Berwawasan Lingkungan

Konsep permukiman sehat dan berwawasan lingkungan dibangun

menggunakan pendekatan teori ilmu lingkungan (Soerjani 1987) dan permukiman

berkelanjutan (Camant 2001; Silas 2001). Teori ilmu lingkungan memadukan tiga

aspek yaitu ekologi, ekonomi, dan sosial. Pembangunan permukiman

berkelanjutan merupakan penggabungan arsitektur fisik lingkungan, teknologi dan

desain lanskap berkelanjutan berupa efisiensi penggunaan energi, efisiensi

penggunaan lahan, efisisensi penggunaan material, penggunaan teknologi dan

material baru, dan manajemen limbah.

Page 164: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Tabel 49 Kriteria permukiman sehat berwawasan lingkungan pada kesesuaian lahan permukiman sesuai marginal Kelayakan Lahan

Permukiman Pola Permukiman Kebutuhan dan Keinginan Masyarakat

Kelas Kesesuaian

Lahan

Zona DAS Bentuk Permukiman Kriteria Elemen Rumah/Permukiman Kriteria

Hulu 1.Ukuran Permukiman 2.Kepadatan Bangunan 3.Tipe Permukiman

Kecil Sangat Jarang Linier

1.Bangunan Rumah: - Jenis konstruksi - Sirkulasi udara&cahaya - Luas minimum - Bahan bangunan - Luas Bangunan/Pekarangan 2. Permukiman/Kampung -Ketersedian air bersih -Pengelolaan lingkungan -Sampah -Limbah KM+dapur

Panggung Minimal luas 0.35% dan 10% luas lantai 9 m2 perpenghuni Bahan lokal KDB maksimum 5% Mata air Pengelolaan skala Kampung Unit pengolahan limbah sederhana (Septik tank dan bidang resapan)

Sesuai Marginal Tengah 1.Ukuran Permukiman 2.Kepadatan Bangunan 3.Tipe Permukiman

Kecil Sangat Jarang Linier

1.Bangunan Rumah: - Jenis konstruksi - Sirkulasi udara&cahaya - Luas minimum - Bahan bangunan - Luas Bangunan/Pekarangan 2. Permukiman/Kampung -Ketersedian air bersih -Pengelolaan lingkungan -Sampah -Limbah KM+dapur

Panggung Minimal luas 0.35% dan 10% luas lantai 9 m2 perpenghuni Bahan lokal KDB maksimum 10% Sumur gali dan PDAM Pengelolaan skala Kampung Unit pengolahan limbah sederhana (Septik tank dan bidang resapan)

145

Page 165: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Lanjutan Tabel 49

Kesesuaian Lahan Permukiman Pola Permukiman Kebutuhan dan Keinginan Masyarakat

Kelas Kesesuaian

Lahan

Zona DAS Bentuk Permukiman Kriteria Elemen Rumah/Permukiman Kriteria

Sesuai Marginal Hilir

1.Ukuran Permukiman 2.Kepadatan Bangunan 3.Tipe Permukiman

Kecil Sangat Jarang Linier

1.Bangunan Rumah: - Jenis konstruksi - Sirkulasi udara&cahaya - Luas minimum - Bahan bangunan - Luas Bangunan/Pekarangan 2. Permukiman/Kampung -Ketersedian air bersih -Pengelolaan lingkungan -Sampah -Limbah KM+dapur

Panggung Minimal luas 0.35% dan 10% luas lantai 9 m2 perpenghuni Bahan lokal KDB maksimum 15% Sumur gali dan PDAM Pengelolaan skala Kampung Unit pengolahan limbah sederhana (Septik tank dan bidang resapan)

146

Page 166: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Konsep permukiman SEBERLING merupakan perpaduan antara aspek

ekologi, ekonomi, sosial dalam bidang permukiman (Gambar 29). Aspek ekologi

dari permukiman SEBERLING merupakan perpaduan antara: (1) kesesuaian

lahan permukiman berwawasan lingkungan yang dibangun berdasarkan parameter

ekologi, ekonomi, dan sosial; (2) pola permukiman berwawasan lingkungan

terdiri dari ukuran, tipe kepadatan bangunan, dan tipe permukiman; (3) elemen

rumah yang memenuhi persyaratan kesehatan dan lingkungan ; dan (4) sarana

pengelolaan permukiman yang berwawasan lingkungan. Selanjutnya aspek

ekologi dalam konsep permukiman SEBERLING dijabarkan dalam bentuk

kriteria pada masing-masing zona DAS, dengan demikian konsep permukiman

SEBERLING ini merupakan satu kesatuan ekosistem yang memiliki keterkaitan

secara biofisik.

Konsep Permukiman SEBERLING di zona DAS hulu yang menempati

lahan pada kelas kesesuaian lahan sangat sesuai memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Pola permukiman di zona DAS hulu harus memiliki karakteristik sebagai

berikut: 1) Ukuran permukiman kecil-sedang; 2) Kepadatan bangunan jarang;

3) tipe permukiman plaza.

2. Bangunan rumah memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) jenis konstruksi

rumah panggung; 2) rumah memiliki lubang sirkulasi udara minimum sebesar

Konsep Permukiman SEBERLING

Gambar 29 Skema konsep permukiman sehat dan berwawasan lingkungan

Ekologi Ekonomi

Sosial

Konsep

Page 167: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

0.35% dari luas lantai dan lubang cahaya sebesar 10% dari luas lantai; 3)

rumah memiliki ukuran kebutuhan ruang minimum perorang sebesar 9 m2; 4)

rumah menggunakan bahan bangunan lokal; 5) penggunaan lahan untuk

bangunan rumah maksimal seluas 15% dan 85% digunakan untuk ruang

terbuka hijau pekarangan.

3. Permukiman harus memiliki sarana pengelolaan lingkungan yang meliputi: 1)

ketersediaan air bersih di lingkungan permukiman terpenuhi melalui mata air;

2) sarana pengelolaan sampah; 3) sarana MCK umum yang dilengkapi dengan

unit pengolahan limbah sederhana berupa septiktank dan bak resapan; dan 4)

saluran drainase tertutup untuk menyalurkan air buangan MCK umum dan

rumah ke selokan atau sungai.

Permukiman SEBERLING di zona DAS tengah yang menempati lahan

pada kelas kesesuaian lahan sangat sesuai memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Pola permukiman di zona DAS tengah memiliki karakteristik sebagai berikut:

1)Ukuran permukiman sedang; 2) Kepadatan bangunan jarang; 3) tipe

permukiman memiliki tipe plaza atau streetplan;

2. Bangunan rumah memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) jenis konstruksi

rumah panggung atau permanen; 2) rumah memiliki lubang sirkulasi udara

minimum sebesar 0.35% dari luas lantai dan lubang cahaya sebesar 10% dari

luas lantai; 3) rumah memenuhi ukuran kebutuhan ruang minimum perorang

sebesar 9 m2; 4) rumah menggunakan sebagian besar bahan bangunan lokal; 5)

penggunaan lahan untuk bangunan rumah maksimal seluas 20% dan 80%

digunakan untuk ruang terbuka hijau pekarangan;

3. Permukiman harus memiliki sarana pengelolaan lingkungan yang meliputi: 1)

air bersih di lingkungan permukiman cukup tersedia dan memenuhi kebutuhan

penghuni. Sumber air bersih berasal dari mata air atau sumur gali; 2)

pengelolaan sampah pada skala kampung; 3) sarana MCK yang dilengkapi

dengan unit pengolahan limbah sederhana berupa septiktank dan bak resapan

air; 4) saluran drainase tertutup.

Permukiman SEBERLING di zona DAS hilir yang menempati lahan pada

kelas kesesuaian lahan sangat sesuai memiliki kriteria sebagai berikut:

Page 168: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

1. Pola permukiman di zona DAS hilir memiliki karakteristik sebagai berikut: 1)

ukuran permukiman sedang; 2) Kepadatan bangunan jarang; 3) tipe

permukiman plaza atau streetplan.

2. Bangunan rumah memiliki karakteristik sebagai berikut: 1)jenis konstruksi

rumah panggung atau permanen; 2) rumah memiliki lubang sirkulasi udara

minimum sebesar 0.35% dari luas lantai dan lubang cahaya sebesar 10% dari

luas lantai; 3) luas rumah memenuhi ukuran kebutuhan ruang minimum

perorang sebesar 9 m2; 4) rumah menggunakan sebagian besar bahan

bangunan lokal; 5) penggunaan lahan untuk bangunan rumah maksimum

seluas 40% dan 60% digunakan untuk ruang terbuka hijau pekarangan.

3. Permukiman memiliki sarana pengelolaan lingkungan yang meliputi: 1)

ketersediaan air bersih cukup tersedia dan memenuhi kebutuhan penghuni,

sumber air bersih berasal dari sumur gali atau PDAM; 2) sarana pengelolaan

sampah; 3) sarana MCK yang dilengkapi dengan unit pengolahan limbah

sederhana berupa septiktank dan bak resapan air; 4) saluran drainase tertutup.

Aspek sosial dari permukiman SEBERLING adalah berupa kelembagaan

masyarakat dalam mengelola lingkungan di wilayah DAS Kelembagaan

komunitas dibangun berdasarkan kondisi masyarakat yang tinggal di wilayah

DAS. Kelembagaan bisa bersifat formal atau informal tergantung pada kebutuhan

dan ruang lingkupnya. Kelembagaan ini berada pada setiap unit permukiman

terkecil yaitu kampung untuk masing-masing zona DAS. Lembaga ini yang akan

merencanakan pembangunan fasilitas umum dan sosial dilingkungan permukiman

yang bertumpu pada karakter dari masing-masing wilayahnya, sehingga lembaga

ini dapat menjadi sarana dalam mengimplementasikan aturan pembangunan yang

berbasis DAS. Selain itu lembaga ini salah satu fungsinya adalah mengelola dana

subsidi keberlanjutan (SKL).

Aspek ekonomi dari permukiman SEBERLING adalah berupa subsidi

keberlanjutan yaitu pemanfaatan dan pengelolaan dana kompensasi dalam

penggunaan lahan. Subsidi Keberlanjutan (SKL) merupakan dana kompensasi

pemanfaatan lahan untuk permukiman dari masyarakat yang berada pada satu

DAS. Secara ekosistem zona DAS memiliki keterkaitan secara biofisik sehingga

Page 169: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

segala bentuk pengelolaan permukiman pada satu zona akan berpengaruh pada

zona lainnya.

Perilaku pengelolaan dan pemanfaatan lahan untuk permukiman perlu

diberikan kompensasi. Bentuk kompensasi pengelolaan dapat didasarkan pada

prinsip user pays principle atau polluter pays principle. Melalui kedua prinsip

tersebut diharapkan keterkaitan zona hulu, tengah, dan hilir menjadi satu kesatuan

perilaku yang saling menjaga, memelihara, dan melestarikan fungsi DAS.

Perilaku pengelolaan lingkungan permukiman yang positif di zona hulu akan

didukung oleh zona tengah dan hilir, begitu juga sebaliknya.

Page 170: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Pola permukiman di zona DAS hulu dan hilir berkembang mengikuti pola

jalan dan membentuk kawasan permukiman perdesaan, sedangkan

permukiman di zona tengah berkembang mengikuti pola jalan yang

membentuk kawasan perkotaan.

2. Dominasi keberadaan rumah panggung di zona hulu dan hilir menunjukkan

bahwa masyarakat di wilayah DAS Cianjur masih melestarikan budaya

arsitektur lokal.

3. Atribut primer harapan konsumen terhadap produk permukiman tertata yang

memiliki tingkat kepentingan tinggi yaitu: kekokohan konstruksi bangunan,

harga jual, ketersediaan air bersih, dan sistem keamanan.

4. Kesesuaian lahan permukiman di zona DAS hulu didominasi kelas tidak

sesuai seluas 1 063.5 ha. Zona DAS tengah dan hilir didominasi kelas cukup

sesuai masing-masing seluas 2 510 ha dan 845.5 ha. Zona DAS tengah dan

hilir memungkinkan untuk pengembangan permukiman namun perlu

dibarengi dengan penataan lingkungan permukiman.

5. Penyebaran lokasi permukiman eksisting pada lahan yang tidak sesuai seluas

8.3 ha atau 0.4% seluruhnya berada pada empat desa di zona DAS hulu.

Permukiman eksisting tersebut sebagian besar merupakan permukiman tertata

yang memanfaatkan pemandangan sebagai daya tarik.

6. Rumusan kriteria permukiman sehat dan berwawasan lingkungan dibangun

berdasarkan pola permukiman, spesifikasi kebutuhan masyarakat, dan

kesesuaian lahan permukiman.

7. Konsep permukiman SEBERLING merupakan perwujudan dari tiga aspek

dalam konsep lingkungan yaitu ekologi, sosial, dan ekonomi yang dipadukan

dengan permukiman.

Page 171: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

5.2 Saran

Agar konsep yang dihasilkan dari penelitian ini dapat diimplementasikan

maka disarankan:

1. Bagi pemerintah daerah dan pengembang permukiman dalam pengadaan

permukiman hendaknya menggunakan rumah panggung dengan desain

arsitektur tradisional tipe suhunan jolopong, parahu kumureb, dan julang

ngapak karena memiliki keunggulan dari segi kenyamanan, keamanan, ramah

lingkungan dan kelestarian budaya lokal.

2. Bagi pemerintah daerah dalam penataan ruang khususnya untuk penataan

lahan permukiman hendaknya mempertimbangkan aspek kesesuaian lahan

untuk permukiman dengan memperhatikan aspek biofisik, ekonomi dan sosial.

3. Arah pengembangan permukiman di wilayah DAS Cianjur hendaknya

diarahkan untuk pembangunan dengan kepadatan rendah ke arah timur tepat di

zona DAS hilir yang disertai upaya untuk mempertahankan fungsi resapan air.

4. Bagi pemerintah dan pengembang permukiman dalam penyediaan

permukiman hendaknya memperhatikan rumusan kriteria permukiman sehat

dan berwawasan lingkungan agar keberadaan permukiman serasi dengan alam.

Page 172: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

DAFTAR PUSTAKA

Adib A,A. 2006. Problematika Penentuan Sampel Dalam Penelitian Bidang

Perumahan dan Permukiman. Jurnal Dimensi Teknik Arsitektur Vol.34, No.2 Desember 2006: 138-146

Akil, S. 2002. Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN).

Makalah pada Workshop Pengembangan Konsep Bioregion sebagai Dasar Pengelolaan Kawasan Secara Berkelanjutan; Caringin-Bogor,4-5 Nopember 2002.

Alikodra, H.S. 2004. Bumi Makin Panas Banjir Makin Luas: Menyibak Tragedi

Kehancuran Hutan. Bandung: Nuansa. Alrasyid, H. dan Samingan, T. 1980. Pendekatan Pemecahan Masalah

kerusakan Sumberdaya Tanah dan Air Daerah Aliran Sungai Dipandang dari Segi Ekologi. Bogor: Lembaga Penelitian Hutan.

Amril, S. 1994. Data Arsitek . Jakarta: Erlangga. Anonim. 1997. Rumah dan Lingkungan Pemukiman Sehat . Jakarta : Ditjen Cipta

Karya Departemen Pekerjaan Umum R.I. Arifin, H.S. 1998. Effects of Urbanization on the Vegetation Structure of the

Home Gardens in West Java, Indonesia. Japan J.Trop.Agric. 42(2): 94-102. Aronoff, S. 1991. Geographic Information Systems: A Management Perspective.

Otawa: WDL Publications. Arsyad, S. 1983. Pengawetan Tanah dan Air. Bogor: Departemen Ilmu-ilmu

Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Astuti. 2005. Perencanaan dan Perancangan untuk Pengamanan Kawasan

Perumahan Kota dari Tindak Kriminal. Makalah pada Kolokium dan Open House: Meningkatkan Kualitas Infrastruktur Bidang Permukiman Melalui Pengembangan Teknologi Tepat Guna ; Bandung,8-9 Desember 2005.

Atja dan Danasasmita. 1981. Klasifikasi Lahan pada Masyarakat Sunda kuno. http:// www.iis. u-tokyo.ac.jp/~fujimori/lsai/ssk0001.html [10 September 2008]

Bappeda Kabupaten Cianjur. 2005. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Cianjur 2005-2015. Cianjur: Bappeda.

Bappeda Kabupaten Cianjur. 2006. Monografi Regional Kabupaten Cianjur 2001-

2005. Cianjur: Bappeda.

Page 173: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Basnyat, P., L.D. Tecter, B.G. Lockaby, and K.M. Flynn. 2000. The use of remote Sensing and GIS in Watershed level Analyses of non-point Source Pollution Problems. J Forest Ecology and Management 128: 65-73.

Barus, B dan U.S. Wiradisastra. 2000. Sistem Informasi Geografis: Sarana

Manajemen Sumberdaya. Bogor: Lab Penginderaan Jauh dan Kartografi, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, IPB.

Basso, F., E. Bove, S. Dumontet, A. Ferrara, M. Pisante, G. Quaranta, and M.

Taberner. 2000. Evaluating environmental sensitivity at the basin scale through the use of geographic information system and remotely sensed data: an example covering the Agri basin (Southern Italy). J Catena 40: 19-35.

Bolitzer, B., Netusil, NR. 2000. The impact of open spaces on property values in

Portland, Oregon. J Environmental Management 59 (3): 185 -193.

[BMG] Badan Meteorologi dan Geofisika. 2007. Data Curah Hujan.Bogor: Stasiun Darmaga

[BPN] Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Cianjur. 2007. Data Potensi

Wilayah Kabupaten Cianjur. Cianjur: Kantor Pertanahan Kabupaten Cianjur [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur. 2005. Produk Domestik Regional

Bruto Kabupaten Cianjur Per Kecamatan Tahun 2001-2005. Cianjur: Bappeda dan BPS.

Budihardjo.1998. Sejumlah Masalah Permukiman Kota. Jakarta: PT. Alumni. Camant, K., dan C. Durret. 2001. Principles of Cohousing. East Bay Express.

http://www.eastbayexpress.com/issue/feature.html.[15 Agustus 2005]. Da Costa, S.M.F dan J.P Cintra. 1999. Environmental analysis of metropolitan

areas in Brazil. J Photogrammetry & Remote Sensing 54: 41- 49. Dammann, S. 2004. Environmetal Indicators for Buildings.Denmark: By Og

Byg, Statens Byggeforskningsinstitut dbur, Danish Building and Urban Research.

Dardak, H. 2007. Pembangunan Infrastruktur Secara Terpadu dan Berkelanjutan

Berbasis Penataan Ruang. Jakarta: Direktur Jenderal penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum.

Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. 2000. Kebijakan dan Strategi

Pengembangan Permukiman. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengembangan Permukiman.

Page 174: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Dinas Cipta Karya. 2005. Rencana Pengembangan dan Pembangunan Perumahan Permukiman Daerah (RP4D) Wilayah Pengembangan Utara Kabupaten Cianjur. Cianjur: Dinas Cipta Karya Kabupaten Cianjur.

Ditjen Ciptakarya. 1997. Pedoman Rumah Sederhana Sehat. Jakarta:

Djaenudin, D., Marwan H., Subagyo H., dan A. Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis

untuk Komoditas Pertanian Edisi Pertama tahun 2003, ISBN 979-9474-25-6. Bogor: Balai Penelitian Tanah Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.

Edi, E. 2007. Kajian Model Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu.

Jakarta: Direktorat Kehutanan dan Konservasi Sumberdaya Air. Esmali, A. dan H. Ahmadi. 2003. Using GIS and Remote Sensing in Mass

Movement Hazard Zonation – A Case Study in Germichay Watershed, Ardebil, Iran. Map Asia Conference 2003

Esti, H.S. 1991. Panduan Air dan Sanitasi. Jakarta: Pusat Informasi Wanita

dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation

[FAO] Food Agriculture Organization. 1976. A Framework for land Evaluation.

Rome: Soil Bull Frick, H. dan Suskiyatno. 1998. Dasar-dasar Eko-Arsitektur, Konsep arsitektur

berwawasan lingkungan serta kualitas konstruksi dan bahan bangunan untuk rumah sehat dan dampaknya atas kesehatan manusia. Yogyakarta: Kanisius.

Gargione. 1999.Using Quality Function Deployment (QFD) in the Design phase

of an Apartement Construction Project. Proceeding IGLC-7; 26-28 July 1999. USA: Universitas of California, Berkeley, CA.

Garman, E.T.1991. Consumer Economic Issues In America. Boston: Houghton

Miffin Company. Gaspersz, V. 2001. Analisa Unit Peningkatan Kualitas. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama. Gaspersz, V. 1997. Manajemen Kualitas. Penerapan Konsep-konsep Kualitas

dalam Manajemen Bisnis Total. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Gibellini, L. 2001. The Challenge of Sustainability DZHB44 Subdivision For

People & Environmet : Subdivision Based on the Concepts of Ecovillage & Cohousing. Paper presented to the 14 th Annual Ingenium Conference 14-17 June 2001. Rotorua.

Page 175: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Gifford. R. 1997. Environmental Psychology. USA : Allyn and Bacon. Haeruman, H. 2002. Pengelolaan Ekosistem Kawasan Pegunungan Sebagai suatu

Bioregion yang penting. Makalah pada Workshop Pengembangan Konsep Bioregion sebagai Dasar Pengelolaan Kawasan Secara Berkelanjutan; Caringin-Bogor,4-5 Nopember 2002.

Hardjowigeno, S. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan & Perencanaan Tataguna

Lahan.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Harimurti. 1999. Interprestasi Foto Udara Digital pada Layar Monitor. [skripsi].

Jurusan Tanah Fakultas Pertanian IPB, Bogor. Haryadi, R. 5 Juni 2005. Mari Menyelamatkan Air Tanah di Pekarangan.

Kompas:11. Hollander, E. 2001. Community under Construction The Triumph and Trial of

the Cohousing Movement.http://www.eastbayexpress.com/issue/ feature.html. [15 Agustus 2005].

Hufschmidt, M. 1985. A Conceptual Framework for Analysis of Watershed

Management Activities. Environment and Policy Institute. Honolulu: East West Center.

Irianto, G. 2002. Karakteristik Pola Jaringan DAS Cilliwung dan Modifikasinya

dalam Mendukung Pengelolaan Bopunjur. Makalah pada Workshop Pengembangan Konsep Bioregion sebagai Dasar Pengelolaan Kawasan Secara Berkelanjutan; Caringin-Bogor, 4-5 Nopember 2002.

Jiaming, S., and X. Chen. 2005. Personal Global Connection and Differensiasi

New Resident in Shangai. J International 3(2): 301 – 319. Joga, N. 2003. Memilih Rumah Sehat Sederhana. http:www.kompas.com/kompas -cetak/0307/25/rumah/439645.htm

Joga, N. 2007. Memilih Rumah Sehat Lingkungan. http://123design. wordpress com /2007/08/25/memilih-rumah-sesuai-gaya-hidup/ [10 September 2008]

Kantor Menteri Negara Perumahan Rakyat RI. 1987. Pembangunan Perumahan. Jakarta: Bagian Hubungan Masyarakat Kantor Menpera.

Kelarestaghi, A. 2003. Landslide hazard zonation in Shirin Rood Drainage Basin

with using GIS, Sari, Iran. Map Asia Conference 2003 Keman, S. 2005. Kesehatan Perumahan dan Lingkungan Permukiman. J

Kesehatan Lingkungan, 2 (1):29-42.

Page 176: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Kementerian Lingkungan Hidup. 2004. Panduan Penyusunan Amdal Kegiatan Pembangunan Permukiman Terpadu. Jakarta: Kantor KLH.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2006. Informasi Banjir dan Tanah longsor.

http://www.menlh.go.id/banjir/longsor/tabellongsor.html [15 Februari 2006] [Kepmenhut] Keputusan Menteri Kehutanan RI No. 52/Kpts-II/2001 tentang

Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Jakarta : Departemen Kehutanan R.I.

[Kepmenkes] Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999

tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan. Jakarta : Departemen Kesehatan R.I.

[Kepmenkes] Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002

tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Jakarta : Departemen Kesehatan R.I.

Kirmanto, J.2002. Pembangunan Perumahan dan Permukiman Yang Berwawasan

Lingkungan Strategis dalam Pencegahan Banjir di Perkotaan. Makalah disampaikan pada Seminar Peduli Banjir “Forest”; Jakarta Tanggal 25 Maret 2002.

Kobayashi, H. 2006. Pengukuran Emisi CO2 di Sektor Permukiman Perkotaan

(Pendekatan secara Makro). National Institute for Land and Infrastructure Management. http://sim.nilim.go.jp/GE [26 Nopember 2007].

Koebel, C.T., M.S. Cavell, E. Etuk, and M. Bradshaw. 1999. Resident

Satisfaction Survey - Roanoke Housing Authority. Virginia: Center for Housing Research Virginia Tech.

Koestoer, R.H. 1995. Perspektif Lingkungan Desa Kota: Teori dan Kasus.

Jakarta: Universitas Indonesia Press. Komarudin. 1997. Menelusuri Pembangunan Perumahan dan Permukiman.

Yayasan Real Estate Indonesia. Jakarta: PT. Rakasindo. Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan . 2001. Di dalam : Kusnanto

H, Editor. Planet Kita Kesehatan Kita.. Yogyakarta : Gajah Mada University Press, p. 279.

Krieger J and Higgins DL. 2002. Housing and Health : Time Again for Public

Action. Am J Public Health 92:5, 758-759. Kuswartojo, T 2005. Perumahan dan Permukiman di Indonesia. Bandung: ITB. Loupias. 2005. Kampung Pulo Wujud Arsitektur Tradisional Sunda.

http://www.pikiran rakyat.com/cetak [15 Agustus 2005].

Page 177: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Manan, S. 1983. Pengaruh Hutan dan Management Daerah Aliran Sungai. Bogor:

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Mangunwijaya, Y.B. 1994. Fisika Bangunan. Jakarta: Djambatan. Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk.

Jakarta: PT.Grasindo Masykur. 2006. Karakteristik Permukiman Dualistik dan Tingkat Keberhasilan

Penghunian. [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Mawardi, M. 2008. Kerusakan Lingkungan dan Cara Pandang Manusia tentang Alam.http://www.muhammadiyah.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=1009&Itemid=9 [23 Januari 2009].

Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah. 2002. Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (Rs SEHAT). Jakarta: Kantor Kimpraswil.

Mills, Edwin S. 1987. Handbook of Regional and Urban Economics. Netherland:

Elsevier Science Publishers. Mukono HJ.(2000). Prinsip dasar Kesehatan Lingkungan . Surabaya : Airlangga

University Press. Mulyana, R., H.S.Alikodra, H.S. Arifin, dan L.B. Prasetyo. 2007. Karakteristik

Bangunan Rumah dan Bentuk Permukiman di Wilayah DAS Cianjur, Jawa Barat. Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17 (3): 213-225.

Mulyana, R., H.S. Alikodra, H.S. Arifin, dan L.B. Prasetyo. 2008.

Characterisctics, Forms and Behaviors of Settlement Inhabitant in Cianjur Watershed, West Java. Poster Presentation Prosceeding of the final Seminar on Toward Harmonization between Development and Environment Conservation in Biological Production, 28-29 February 2008 The University of Tokyo, Japan.

Mulyana, R. 1998. Penentuan Tipe Konstruksi Sumur Resapan Air Berdasarkan

Sifat-sifat Fisik Tanah dan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Kawasan Puncak. .[tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor

Muslim, E. 2003. Quality Function Deployment (QFD) Peningkatan kualitas penanganan surat PT. Pos Indonesia. J Teknologi 2(17) : 100 -107.

Paccione, M.1990. Urban Liveability: A Review. Urban Geography 11(1): 1-30 Pahlano, D. 2005. Pengelolaan Sampah Ramah Lingkungan. http: // pahlano .

multiply. com/reviews /item/12 [10 September 2008].

Page 178: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Panudju, B. 1999. Pengadaan Rumah Kota dengan Peran Serta Masyarakat

Berpenghasilan Rendah . Bandung : PenerbitAlumni.

Pasaribu, H.S. 1999. DAS sebagai Satuan Perencanaan Terpadu Dalam Kaitannya dengan Pengembangan Wilayah dan Pengembangan Sektoral Berbasiskan Konservasi Tanah dan Air. Seminar Sehari PERSAKI ”DAS sebagai Satuan Perencaaan Terpadu dalam Pengelolaan Sumberdaya Air”; Jakarta: 21 Desember 1999.

[Permenkes] Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/Menkes/SK/VIII/1990

tentang Pemantauan Kualitas Air Minum, Air Bersih, Air Kolam Renang dan Air Pemandian Umum. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Prahasta, E. 2007. Tutorial ArcView. Bandung: Informatika [PU] Departemen Pekerjaan Umum Cipta Karya. 2003. Sumur Resapan Air.

http://www.pu.go.id/publik/ ciptakarya/html/ind/resapan-htm Puji A.S., Udisubakti C., M..Suef. 2004. Evaluasi Konsep Produk dengan

Pendekatan Green Quality Function Deployment II. J Teknik Industri 6(2): 156 – 168.

Putro, H. R., M. B. Saleh, Hendrayanto, I. Ichwandi, Sudaryanto. 2003. Sistem

Insentif Rehabilitasi Lahan dalam Kerangka Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.

Reksohadiprodjo, S. 1992. Ekonomi Lingkungan. Yogyakarta: BPFE.

Ritung, S., Wahyunto, Agus F dan Hidayat H. 2007. Panduan Kesesuaian Lahan dengan Contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Barat.Bogor: Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre.

Rustiandi, E., Saefulhakim S dan Panuju, D. 2007. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Sabar, A. 2001. Kajian Pengaruh Alih Fungsi Lahan Terhadap Debit Aliran di DAS Ciliwung-Kawasan Bopunjur dengan Pendekatan indeks Konservasi. http://digilib.itb.ac.id/go.php?id=jbptitbpp-gdl-grey-2001-arwin-1252-das. [12 Nopember 2005].

Saaty, T.L. 1999. Pengambilan Keputusan Bagi para Pemimpin : Proses Hirarki

Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Presindo.

Sani, M. 2006. Penyebab Terjadinya Tanah Longsor. http://bumiindonesia. Word

press. com/2006/10/15/mengetahui-longsor [26 Januari 2007]

Page 179: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Sanropie D. 1992. Pedoman Bidang Studi Perencanaan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Jakarta : Departemen Kesehatan R.I.

Sarwono. 1992. Psikologi Lingkungan. Jakarta: Grasindo Sastra, M.S. 2006. Perencanaan dan Pengembangan Perumahan. Yogyakarta:

Andi. Sebayang, M. 2002. Klasifikasi Tutupan Lahan Menggunakan Data Citra Landsat

Thematic Mapper (Studi Kasus di Kotamadya Surabaya). Jurnal Natur Indonesia 5(1): 41-49

Sekeon, E.A. 2005. Studi Kesesuaian Lahan Bangunan dengan Pendekatan Geo-

Environmental Evaluation di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Senn CL. 1980. Housing and The Residential Environment in Environmental

Health, 2nd Ed, Purdom PW (Ed ). New York: Academic Press, pp 521-550

Shaphira. 2008. Rumah untuk Rakyat. http://shaphira.multiply.com/journal /item/98.[10 Juni 2008].

Sheng, T.C. 1968. Concepts of Watershed Management. Lecture Notes for Forest Training Course in Watershed Management and Soil Conservation. Jamaica: UNDP/FAO.

Silas, J. 2001. Perjalanan Panjang Perumahan di Indonesia dalam dan Sekitar

Abad XX. http://www.indie-indonesia.nI/content/documents/papers-urban %20 history/johan%20silas.pdf. [6 Nopember 2005].

Sinukaban, N. 2001. Menjinakkan Ciliwung untuk Mengamankan Jakarta. http: //

64.203.71.11/ kompas - cetak/ 0501/ 29/ metro/ 1526575.htm.[10 September 2008]

Soegiyanto. 1998. Bangunan di Indonesia dengan Iklim Tropis ditinjau dari

Aspek Fisik Bangunan. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Soemirat, S.J. 1996. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press. Soerjani, M. 1987. Lingkungan: Sumberdaya Alam dan Kependudukan dalam

Pembangunan. Jakarta: UI Press. Soerjono, R. 1978. Kegiatan dan Masalah Kehutanan dalam DAS. Prosiding

Pertemuan Diskusi Pengelolaan DAS DITSI, Jakarta. Soma, S. 2007. Analisis Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Bogor: IPB Press.

Page 180: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Soma, S. 2004. Utang Lingkungan. Bogor: IPB Press. Srilestari, N.R.2005. Permukiman Liar? Arsitektur Permukiman Spontan Studi

Kasus: Permukiman Liar di Malang dan Sumenep Jawa Timur. J Dimensi Teknik Arsitektur 33(1): 125 – 130.

Star, J. and J. Estes. 1990. Geographic Information Systems an Introduction. New Jersey: Prentice Hall.

Sugandhy, A. 2002. Upaya Pemantapan Kebijakan dan Strategi Nasional

Perumahan dan Permukiman. Makalah pada Lokakarya Nasional Perumahan dan Permukiman; Jakarta, 29 Oktober 2002.

Sugiarti, D.G. Bengen, dan R. Dahuri. 2000. Analisis Kebijakan Pemanfaatan

Ruang Wilayah Pesisir di Kota Pasuruan Jawa Timur. J Pesisir & Lautan 6(2): 1-18.

Suhara, O. 1991. Studi Perencanaan Penggunaan Lahan Pertanian Terpadu dan

Kaitannya dengan Upaya Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. [disertasi]. Bogor: Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Sukri. 2004. Aplikasi Sistem Informasi Geografi (SIG) dalam Mempelajari Pola

Sebaran Permukiman, Studi Kasus di DAS Cianjur Kabupaten Cianjur Jawa Barat.[tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Sukamto. 2004. Rumah dan Lingkungan Sehat : Pegangan untuk kader dan

pendamping masyarakat. Yogyakarta: Yayasan Griya Mandiri.

Susanto, D. 1997. Dinamika Perilaku dan Kebiasaan Makan. Jakarta: Pra Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI.

Sutopo. 2003. Menguak Kerusakan DAS di Indonesia. http://www.kompas.co.id/ Kompas-cetak/0308/24/fokus/503619.htm [6 Nopember 2005].

Sutrisna, D. 1996. Struktur Sosial Rekayasa Di Lingkungan Perumahan, Pola Hunian Berimbang.[tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Syahrir. 2002. Pendekatan Pengelolaan DAS untuk Pengamanan Sumber Air

Jabotabek. Makalah pada Workshop Pengembangan Konsep Bioregional sebagai Dasar Pengelolaan Kawasan yang Berkelanjutan; Caringin Bogor, 4-5 Nopermber 2002.

Syartinilia. 2001. Karakteristik Pemukiman di DAS Ciliwung Bagian Tengah,

Kota Bogor Jawa Barat.[tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Page 181: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Undang-Undang RI No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman. Jakarta : Departemen Kesehatan R.I.

Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Jakarta : Departemen

Kesehatan R.I.

Undang-Undang RI No. 27 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Jakarta : Menteri Hukum dan HAM R.I.

Van der Zee. 1986. Human Settlement Analysis. Enshede Netherlands: International Institute for Aerospace Survey and Earth Science (ITC).

Van der Zee. 1990. Aspects of Settlement, Infratructure and Population in Land Evaluation. Enshede Netherlands: International Institute for Aerospace Survey and Earth Science (ITC).

Wahyudin Y. 2005. Pelibatan Masyarakat Menanggulangi Kerusakan Pesisir dan Laut. WARTA Pesisir dan Laut Edisi Nomor 01/Th.VI/2005.

WHO SEARO .1986. Environmental Health Aspects of Industrial and Residential

Area. Regional Health Papers No. 11 . New Delhi : WHO Regional Office for South East Asia.

Wiersum, E.F. 1979. Introduction to Principles of Forest Hydrology and Erosion

with Special Reference to Indonesia. Bandung: Institute of Ecology, Padjadjaran University.

Witoelar, E. 2001. Visi Perumahan dan Permukiman ditengah Krisis Ekonomi.

Jakarta: Kementerian Permukiman dan Prasarana Wilayah. Yu, Z. 2004. Heterogeneity and dynamics in China’s emerging urban housing

market: two sides of a success story from the late 1990s. J Habitat International. www.elsevier.com/locate/habitatint

Page 182: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

LAMPIRAN

Page 183: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Lampiran 1 Beberapa Hasil Penelitian Permukiman dan DAS

Metode No (1)

Nama Peneliti (2) Sampel Parameter dan Analisis Data

Hasil (6)

1 Koebel et al. (1999)

Lokasi: 8 perumahan Sampel: 621 responden

-Pemeliharaan fasilitas fisik (tempat mencuci, rekreasi, parkir) -Pemeliharaan pelayanan utilitas (listrik, air panas, AC) -Pemeliharaan apartemen, Manajemen pelayanan konsumen -Pengumpulan data: kuesioner didesain menggunakan kode data 1 (buruk) dan 2 (baik) -Analisis: Excel (frekuensi, rata-rata, kelas tingkat kepuasan konsumen

Tingkat kepuasan konsumen perumahan atau apartemen Rating parameter dari masing-masing variabel: -Rating tertinggi: air panas (pemeliharaan utilitas) -Rating terendah: keamanan dan pemeliharaan fasilitas umum milik bersama, dan ketersediaan fasilitas rekreasi.

2 Aurelia, BM. (2002)

Sampel: konsumen real estate sebanyak 810 tempat tinggal.

-Parameter: Faktor konvensional yang menentukan harga perumahan (ukuran, jumlah ruangan, umur, dan lain-lain), dan faktor lingkungan kedekatan ke daerah hijau, ukuran dan keberadaan atau ketidakadaan pemandangan kebun atau taman publik. -Hubungan antara harga penjualan dan karakteristik perumahan (living area, jumlah ruangan, umur, jarak dari daerah lanskap, dan lain-lain) menggunakan bentuk linier, logaritma, dan timbal balik.

-Variabel utama yang mempengaruhi harga adalah living area dari tempat tinggal. Variabel lain secara statistik signifikan adalah ukuran balkon, jumlah kamar mandi, umur bangunan, keberadaan elevator, dan keberadaan gudang kecil. -Model timbal-balik menunjukkan bahwa living area minimum adalah 48 m2 (sebuah studio, sebuah kantor atau apartemen kecil perkotaan). -Variabel lingkungan, hanya jarak dari daerah hijau yang signifikan (setiap 100 m lebih jauh dari sebuah daerah hijau berarti sebuah penurunan kira-kira sebesar 300,000 pesetas (€1800) pada harga perumahan.

3 Kobayashi (2004)

Lokasi: kota Nihonmatsu

-Jenis bangunan (rumah, toko, pabrik, kantor dll.) -Tahun pembangunan - Luas lantai, jenis struktur dan bahan bangunan -Analisis: formula Life-Cycle-Emission

Model bentuk permukiman perkotaan: -Bentuk permukiman perkotaan - Sistem Perbaikan/penggantian bangunan - Kesepakatan antara masyarakat dan pihak-pihak terkait tentang pola bentuk permukiman

Page 184: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Metode No (1)

Nama Peneliti (2) Sampel Parameter dan Analisis Data

Hasil (6)

4 Zhou You (2004)

Lokasi: Beijing, Tianjin, Shangha, dan Chongqing Municipality,

-Parameter: Bahan bangunan, metode pembangunan, fasilitas perumahan, tata aturan penghunian, kepadatan rumah, dan kepemilikan rumah -Teknik pengumpulan data: survai

-Terdapat perbedaan kualitas bangunan pada keempat kota. Tiga bahan bangunan yang umum digunakan di China: (1) beton dan baja, (2) batu dan bata merah,dan (3) kayu, bambu, dan kaca -Pembangunan rumah dilakukan sendiri -Terdapat perbedaan signifikan tentang ketersediaan failitas perumahan. -Peningkatan secara signifikan pada kondisi perumahan, fasilitas, tata aturan penghunian, ukuran rumah pada dekade 1990 – 2000.

5 Astuti (2005) Lokasi: Perumahan di kota Bandung, Medan dan Jakarta Sampel sebanyak 100 rumah / KK yang disebar pada 3 lokasi. Lokasi 1 = 40 KK, lokasi 2 = 30 KK, lokasi 3 = 30 KK.

Parameter: komponen bangunan dan lingkungan Jenis data: data sekunder dalam bentuk statistik, peta, Teknik survei: behavioral mapping (pemetaan perilaku) yang dikembangkan oleh Juelson (1970). Pengumpulan data: observasi, kuesioner dan wawancara. Metoda analisa data: -Studi generik, yaitu mengetahui bentuk dasar melalui tapak, denah, tampak, peletakan. -Content analysis mencakup tahap identifikasi, tahap induksi, tahap interpretasi, dan tahap

Konsep dasar pencegahan kejahatan melalui perancangan lingkung perumahan.

6 Sun Jiaming dan Xiangming Chen (2005)

-Personal global connection -Faktor globalisasi memberikan kontribusi terhadap differensiasi tempat tinggal -Pendapatan perkapita berhubungan dengan tipe tempat tinggal -Terdapat korelasi signifikan antara umur, tingkat pendidikan, pendapatan dan personal global connection dengan differensiasi tempat tinggal

Page 185: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Metode No (1)

Nama Peneliti (2) Sampel Parameter dan Analisis Data

Hasil (6)

7 Niniek Srilestari (2005)

Permukiman liar di Malang dan Sumenep

-Parameter: Arsitektur permukiman spontan -Bentuk permukiman spontan lebih beradaptasi lingkungan dan memiliki karakter berorentasi ke dalam/interior.

8 Da Costa, dan Cintra (1999)

-Peta elevasi dan kemiringan (peta topograpi dibagi dalam sel 500x500m. -Elaborasi peta erosi tanah (peta tanah dibagi dalam sel dan kelas) -Peta drainase dan kesesuaian lahan untuk perkotaan -Peta potensi fisik (overlay dengan peraturan yang ada) -Peta penggunaan lahan perkotaan (dioverlaykan dgn potensi fisik)

-Peta drainase 161 km2, -Peta erosi (Klasifikasi erosi tinggi 398.3 km2, erosi sedang139.2 km2, tidak beresiko erosi 6.7 km2 ). -Peta kemiringan -Peta potensi fisik

9 Basso, et.all (2000)

-Parameter: kualitas tanah (kedalaman tanah, rocks fragment cover, drainase, kemiringan); kualitas iklim( aspek, curah hujan, aridity indek); kualitas vegetasi (resiko kebakaran, pencegahan erosi, daya tahan thd kemarau); kualitas pengelolan(indek ketuaan, indek penggunaan, illiteracy indek, indek kemuduran) -Environmental Sensitive (ES) ditaksir dengan kumpulan lapisan-lapisan tematik digunakan GIS -Penskoran untuk parameter (skor 1:kondisi baik; skor 2: kondisi buruk)

-menilai tingkat perbedaan ES pada skala DAS dapat dinilai oleh analisis hubungan antara indikator lapangan dan ES. -Pengurangan tingkat respirasi dan microbial C biomass, microbial biomass N, berisi bahan organik tanah serupa dengan peningkatan ES.(r:0.69 biomass C; r:0.82 biomass N; r: 0.84 bahan organik tanah; dan r:0.73 aktivitas respirasi)

10 Basnyat,F. Et.all (2000)

-Tahap 1 (analisis kualitas air.Data satelit digital, foto, data digital tanah, data digital elevation model (DEM) dan data digital geologi dibuat dan dianalisis; delineasi sungai; dan klasifikasi penggunaan /penutupan lahan). -Tahap 2 (Delineasi zona penyangga: Riparian buffer delineation equation/RBDE, Philips (1989a);seleksi zona referensi; zona penyumbang; hubungan kualitas air dan penggunaan/penutupan lahan) -Model sederhana dikembangkan untuk menaksir potensi aliran nutrien dari ekosistem pinggir sungai

-Kualitas air (kandungan bahan kimia) berbeda untuk setiap sungai -Hubungan yang sangat signifikan antara penggunaan lahan dan tingkat nitrat. -Tempat tinggal/perkotaan/daerah terbangun diidentifikasi sebagai penyumbang kuat dari konsentrasi nitrat, yang kedua adalah kebun buah-buahan.

Page 186: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Metode No

(1) Nama Peneliti

(2) Sampel Parameter dan Analisis Data

Hasil (6)

11 Frint, H. Et.all (2003)

-Pengumpulan data (selama musim kemarau;di sungai Angwa,Manyame, Kadzi; metode: pendekatan lintasan dan jejak kaki dicatat). Kategori jejak kaki (< 48 jam: baru; < 7 hari: sedang; dan > hari lama). -Analisis spasial menggunakan GIS Arc view 3.2 termasuk modul vektor dan raster) -Analisis statistik model logistik: (hubungan karakteristik lahan pertanian dan kehadiran spesies), analisis regresi (pengaruh karakteristik lahan produksi terhadap jumlah individu spesies)

-Spesies yang muncul pada masing-masing sungai: Angwa 22, Kadzi 18, dan Manyame 15. - Semua karakteristik lahan produksi mempunyai dampak pada distribusi dan kelimpahan spesies liar. Kelimpahan spesies, log (keragaman biologi) berkurang dengan pening-katan daerah lahan produksi di tiga sungai (Manyame: n = 60; R2 = 0.72; p < 0.0001; F = 97.585, Angwa: n = 144; R2 = 0.88; p < 0.0001; F = 1220.237 dan Kadzi: n = 96; R2 = 0.91; p < 0.0001; F = 605.421)

12 Erwin Hardika Putra (2006)

Lokasi: DAS Tondano Sulawesi Utara.

- Estimasi daerah rawan longsor Analisis: teknik overlay dan skoring dengan bantuan software GIS. -Model perhitungan dalam estimasi daerah rawan longsor dilakukan dengan menggunakan raster based processing pada software ArcView 3.3, dengan ekstension 3d Analyst, Spatial Analyst, Grid Analyst. -Model estimasi daerah rawan longsor dibangun dengan Model Builder menggunakan metode Arithmatic Overlay Analysis

Peta estimasi daerah rawan longsor

13 Gargione, 1999

Lokasi: Apartemen di wilayah Kota Brazil Sampel: Salespeople, konsumen ahli

Pengumpulan data: -interview -FGD Analisis Data: QFD

Desain konstruksi apartemen

Page 187: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Metode No

(1) Nama Peneliti

(2) Sampel Parameter dan Analisis Data

Hasil (6)

14 Boy,N.M., Sunaryo dan Joice, R.M. (2003)

-Penentuan kriteria melalui jurnal,artikel,hasil seminar, wawancara. -Kriteria terdiri dari kualitas, harga, pe-ngiriman, pelayanan, kemampuan keuangan, kemampuan teknik, dan kemampuan manajemen -Penyusunan hirarki menggunakan metode AHP -Pembobotan parsial dihitung menggunakan Expert choice dari Decision Software, inc.

-Bobot masing-masing kriteria adalah kualitas 0.364, pengiriman 0.205, kemampuan teknik 0.103, sedangkan harga, pelayanan, kemampuan mana-jemen memiliki bobot kurang dari 0.1 -Hirarki penilaian kinerja pemasok

15 Erlida,M dan Gunawan,S.(2003)

Sampel 242 pelanggan

-Penentuan atribut berdasarkan 4P(Product, Price, Place, dan Promotion) -Pengumpulan data dengan kuesioner untuk mengidentifikasi harapan pelanggan. -Harapan pelanggan diterjemahkan ke dalam karakteristik teknik (sistem, sarana, SDM dan aspek lain) -Menentukan hubungan antara customer requirement dengan technical response menggunakan nilai atau bobot (1,3,9) -Perhitungan absolute dan relative importance -Pembentukan matrik korelasi

-Pelanggan menghendaki perbaikan dan peningkatan kualitas pelayanan PT.Pos Indonesia dalam segi kecepatan, keamanan, ketepatan waktu, komunikasi petugas, kecepatan pelayanan,kombinasi harga kemudahan mencapai tempat pelayanan dan jangkauan lokasi tujuan pengiriman.

16 Puji Astuti S, et all. (2004)

Sampel : 2 jenis merk lampu

Analisis data: metode Analitic Hierarchy Process, Green QFD II dan untuk mengevaluasi konsep produk digunakan matriks Concept Comparison House (CCH)

konsep lampu terbaik dan karakteristik lampu yang berkualitas, ramah lingkungan dan biaya rendah

Page 188: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Lampiran 2 Lahan yang dapat dikonversi untuk penyediaan permukiman

Sangat Sesuai Cukup Sesuai Zona DAS

Kecamatan

Nama Desa Dapat

Konversi Tidak

DiKonversi Permukiman

Existing Dapat

Konversi Tidak

DiKonversi Permukiman

Existing Ciputri 1.3 61.4 32.8Pacet

Ciherang 34.6 10.0Galudra 204.6 19.0Sukamulya 45.4 0.9Nyalindung 14.5 1.1Cibeureum 205.7 51.3Mangunkerta 1.9 0.2 251.4 18.3Cijendil 0.5 16.1

Hulu

Cugenang Sukamanah 20.0 0.2 65.4 16.8

Sub Total 22.4 0.4 1.3 899.0 150.2Cugenang Gasol 12.9 122.2 5.1 14.4 81.9 2.7

Mekarsari 81.1 5.9 30.9 3.2Limbangansari 13.8 13.9 91.2 31.7Sawah Gede 0.7 30.8Bojong Herang 3.6 18.1 38.9 99.3Pamoyanan 48.2 70.5Solok Pandan 28.1 82.7Sayang 32.9 40.6 71.8 210.9Sukamaju 24.6 7.3

Cianjur Muka 0.4 4.4

Tengah Karang Tengah Sabandar 0.7 2.6

Page 189: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Sangat Sesuai

Cukup Sesuai

Zona DAS Kecamatan Nama Desa Dapat

Konversi Tidak

DiKonversi Permukiman

Existing Dapat

Konversi Tidak

DiKonversi Permukiman

Existing Cilaku Munjul 15.9 5.6 12.3 200.9 122.3

Sukamanah 264.3 27.9 139.1Bojong 0.0 0.0 Sindang Asih 11.0 22.0 178.7 101.0Maleber 149.5 48.9 10.4 3.2Langen Sari 209.4 70.9

Karang tengah Sukasari 24.8 34.1 166.0 59.8

Sub Total 251.2 217.1 225.1 597.3 875.7 1039.9

Sukaluyu Babakan Sari 6.7 1.4

Karang tengah Babakan Caringin 48.2 48.7 133.5 77.6Tanjung Sari 172.6 156.8Selajambe 3.4 59.7 203.0Sukasirna 1.7 0.6 1.1

Sukaluyu Hegarmanah 13.4 13.9

Hilir Sub Total 48.2 48.7 18.4 373.1 453.9Total 299.4 239.5 274.2 617.0 2145.2 1644.0

Page 190: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

NOMOR RESPONDEN

KUESIONER KEBUTUHAN DAN GAYA HIDUP

PENGHUNI PERMUKIMAN

Lampiran 3 K

uesioner kebutuhan dan kepuasan penghuni perumahan

Page 191: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Bagian I. Posisi Responden

1. Nomor Responden

2. Kecamatan

3. Desa

4. Kampung/Perumahan

5. Posisi dari DAS Cianjur Hulu Tengah Hilir

6. Ukuran luas bangunan rumah ........................... m2

7. Ukuran luas rumah dan pekarangan (Luas Tanah) ........................... m2

8. Koordinat GPS Timur : Selatan:

Bagian II. Identitas Responden

Pekerjaan 1= Petani 2= Buruh 3= Pedagang 4= PNS 5= Karyawan Swasta 6= Lainnya

Pendapatan Nama Responden Jumlah anggota

keluarga* 1= Satu 2= Dua 3= Tiga 4= Empat 5= Lainnya

Usia Agama 1= Islam 2= Kristen 3= Hindu 4= Budha 5= Lainnya

Pendidikan 1= SD 2= SMP 3= SMU 4= PT 5= Lainnya

Utama Sampingan Suami Istri 8 9 10 11 12 13 14 15 16

*Petunjuk pengisian : isikan angka 1 sampai 4 sesuai dengan pilihan saudara pada setiap kolom pertanyaan, kecuali jika pilihan pada kode 5 sebutkan.

Page 192: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

Bagian III. Kebutuhan Penghuni Perumahan A. Bentuk (FORM)

17. Dalam memilih rumah, apa yang menjadi patokan utama anda: 1=Desain bangunan, 2=Konstruksi bangunan, 3=Luas lahan, 4=Lokasi rumah 5=Lainnya ....................

18. Bagaimana bentuk konstruksi rumah yang Anda inginkan? 1=Semi permanen, 2=Permanen 19. Menurut anda berapa luas lahan yang ideal untuk suatu rumah? 1=60 m2, 2=90 m2, 3=100 m2, 4=120 m2, 5=Lainnya ..........

20. Menurut anda, apakah keberadaan halaman rumah (didepan/belakang/samping rumah) diperlukan? 1=Ya, 2=Tidak

21. Menurut anda, apakah keberadaan halaman depan rumah diperlukan? 1=Ya, 2=Tidak. Jika Ya, lanjut ke no.22, jika tidak ke 23

22. Menurut anda berapa ukuran halaman depan rumah yang dibutuhkan baik untuk taman maupun tempat bermain anak? a. 1=2 x 2 m, 2=3 x 3 m, 3=3 x 5 m, 4=Lainnya .................

23. Halaman depan rumah, anda butuhkan untuk keperluaan apa? (pilihan bisa lebih dari satu) 1=Taman, 2=Bermain anak, 3=Penyimpanan kendaraan, 4=Jemur pakaian, 5=Berternak, 6=Lainnya ............

24. Menurut anda, apakah kualitas bahan bangunan perlu diperhatikan dalam membangun rumah? 1=Ya, 2=Tidak

25. Bahan bangunan apa yang Anda inginkan untuk masing-masing konstruksi bangunan rumah: Pondasi

1=Batu kali 2=Beton 3=Batu bata 4=Lainnya

Dinding 1=Batu bata 2=Bambu/bilik 3=Batako 4=Kayu, 5=Lainnya

Lantai 1=Tanah 2=Semen 3=Keramik 4=Kayu, 5=Lainnya

Plapond 1=Triplek 2=Asbes/enternit 3=Gipsum 4=Kayu, 5=Lainnya

Penutup Atap 1=Genteng 2=Seng 3=Asbes 4= Sirap, 5=Lainnya

25a 25b 25c 25d 25e

26. Bahan bangunan yang Anda gunakan berasal darimana? 1=Produk lokal, 2=Produk pabrik dalam negeri, 3=Produk luar negeri, 4=Lainnya .......................................

Page 193: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

27. Gaya arsitektur apa yang Anda inginkan untuk rumah anda? 1=Tradisional, 2= Modern, 3=Barat, 4=Lainnya …………………..

28. Jika yang Anda inginkan gaya arsitektur tradisional, dari daerah/suku mana gaya arsitektur tersebut? 1=Sunda, 2=Jawa, 3=Bali, 4=Batak, 5=Minang, 6=Lainnya ……………………..

29.Jika yang Anda inginkan gaya arsitektur barat, dari negara mana gaya arsitektur tersebut? 1=Jepang, 2=Amerika, 3=Eropa, 4=Lainnya ...........................

30. Apakah menurut Anda di rumah perlu ada tempat sampah ? 1=Ya, 2=Tidak. Jika Ya, lanjut ke no.31, jika tidak ke no.32 31. Dimana menurut Anda sebaiknya diletakkan? 1=Di halaman depan, 2=Di halaman belakang, 3=Di dapur, 4=Di dapur dan di halaman depan, 5=Di dapur dan di halaman belakang

32. Apakah menurut Anda, sebuah rumah perlu dipagar ? 1=Ya, 2=Tidak. Jika Ya, lanjut ke no.33, jika tidak ke no.34 Alasan : ......................................................................................................

33. Pagar yang Anda inginkan terbuat dari bahan apa ? 1=Tembok, 2=Kayu, 3=Tanaman, 4=Lainnya ...................

34. Apakah menurut Anda, rumah terutama jendela perlu diberi teralis besi? 1=Ya, 2=Tidak Alasan : ......................................................................................................

35. Menurut Anda, apakah setiap rumah perlu sumur resapan? 1=Ya, 2=Tidak Bagian IV. Kepuasan Tempat Tinggal dan Lingkungan Perumahan A. Personal (Faktor Demografi) 37. Bagaimana penglibatan peran sosial penghuni dalam pemeliharaan dan perbaikan lingkungan perumahan oleh Developer?

Peran sosial Penghuni* Baik sekali Baik Kurang baik Buruk

Penglibatan penghuni dalam pegelolaan lingkungan perumahan Penglibatan penghuni dalam penyediaan fasilitas umum dan sosial

*Berikan tanda (√) pada kolom yang sesuai dengan pendapat Bapak/Ibu/Saudara

Page 194: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

B. Fisik Perumahan 38. Seberapa penting faktor-faktor berikut ini bagi anda dalam memilih atau membeli rumah?

Faktor Yang dipertimbangkan dalam Memilih atau Membeli Rumah

Lokasi strategis

Desain Rumah

Ruang Terbuka

Hijau

Balai Pertemuan

(Club house)

Fasilitas air, listrik,telep

on

Pengelolaan Lingkungan

(Sampah,Saluran air, Sumur resapan air)

Sistem Keamanan

Tempat Rekreasi

Harga Terjangkau

Sangat tidak penting Tidak penting Penting Sangat penting

39.Bagaimana dengan kualitas dari masing-masing fasilitas umum dan fasilitas sosial yang ada di perumahan anda? Kualitas Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial

Tempat Beribadah

Jalan Sistem Keamanan

Ruang Terbuka Hijau (taman)

Tempat Rekreasi Air Telepon Listrik Pembuangan

Sampah Balai Pertemuan (Club

house) Mesjid Gereja Baik sekali Baik Kurang baik Buruk

40.Nyatakan tingkat kepuasaan anda pada masing-masing pernyataan berikut ini:

Setuju Kurang setuju Tidak setuju Ragu-ragu

Saya merasa puas dengan penampilan gaya arsitektur di perumahan ini Saya merasa puas dengan tata ruang di lingkungan perumahan ini Saya merasa puas dengan desain penataan ruang rumahnya Saya merasa puas dengan fasilitas yang ada di lingkungan perumahan ini Saya merasa puas dengan pelayanan yang diberikan pengelola perumahan ini Saya merasa puas dengan sistem keamanan di lingkungan perumahan ini

Page 195: KONSEP PERMUKIMAN SEHAT DAN BERWAWASAN … · Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konsep Permukiman Sehat ... mengakibatkan munculnya rumah-rumah secara tidak teratur membentuk

C. Sosial dan Budaya 41. Bagaimana kondisi hubungan sosial dan budaya antar sesama penghuni dilingkungan Bapak/Ibu/Saudara ? Kondisi Hubungan Sosial dan Budaya Baik Sekali Baik Kurang Baik Buruk Hubungan dan Interaksi sosial Penghuni Hubungan ketetanggaan antar penghuni di lingkungan perumahan ini? Interaksi penghuni antar blok di lingkungan perumahan ini? Hubungan penghuni antar penganut agama lain? Hubungan penghuni antar tipe rumah Hubungan antar penghuni dengan warga di sekitar atau di luar perumahan

42. Bagaimana peran para stakeholder dalam segala bentuk kegiatan guna memajukan lingkungan perumahan Bapak/Ibu/Saudara? Peran Stakeholder Sangat

Berperan Cukup

BerperanKurang

Berperan Tidak

BerperanPeran tokoh masyarakat Peran Ketua RT dan RW Peran Developer Peran warga Peran Dinas/Instansi terkait

Terima Kasih Rachmat Mulyana Mhs.Pascasarjana IPB HP. 085216705180

Perumahan Griya Darmaga Asri Blok C1-9 Ciampea Bogor