Konsep Perawat Gigi
-
Upload
riskha-febriani-hapsari -
Category
Documents
-
view
345 -
download
8
description
Transcript of Konsep Perawat Gigi
Konsep Perawat Gigi
1. Pendekatan Pasien
Pendekatan pasien ini sangat penting karena sebagai seorang perawat gigi harus
dapat melakukan pendekatan yang cukup intim dengan pasien guna membina
hubungan saling percaya dan mempermudah kelancaran proses pengobatan kepada
pasien. Pendekatan pasien ini juga berfungsi untuk mengurangi hambatan psikologis
yang ada pada pasien,karena kondisi psikologis pada pasien sangat berperan cukup
besar dalam kesembuhan pasien tersebut
Pendekatan pasien ini juga penting mengingat pasien yang datang itu terdiri dari
bermacam-macam sifat,diantaranya adalah pasien yang memiliki isolasi sosial.Karena
itu seorang perawat gigi harus mendekati nya dengan cara Membina hubungan saling
percaya, membantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial, membantu pasien
mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang
lain, dan mengajarkan pasien berkenalan
Seorang perawat gigi juga harus melakukan pendekatan spiritual dengan pasien
karena seorang perawat profesional harus mampu memberikan pelayanan kesehatan
kepada klien dengan memperhatikan kebutuhan dasar manusia (KDM), dan mampu
memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual yang komprehensif
yang ditujukan kepada individu, kelompok, dan masyarakat. Selain itu parawat yang
profesional harus memiliki visi transendental .
Visi transendental adalah sebuah cita-cita dan harapan suatu profesi dimana semua
aktivitas, pengabdian, dan tujuan hidupnya tidak hanya beriorientasi kesuksesan dunia
tetapi sampai akhirat. Bahkan kesuksesan akhirat menjadi prioritas dibanding
kesejahteraanya yang fana,sementara,sebentar diibaratkan seperti sebuah titik.
Sedangkan kehidupan akhirat berlangsung selamanya seperti garis tak berujung.
Aspek spritual merupakan salah satu aspek yang paling penting yang perlu
diperhatikan oleh perawat, karena itu perawat dituntut harus mampu dalam
membingbing pasien melaksanakan ibadahnya kepada tuhan. Melalui ibadah pasien
mendapatkan ketenangan jiwa, pencerahan, dan rasa nyaman.
2. Pendekatan Pemecahan Masalah
Pendekatan pemecahan masalah dilakukan melalui proses Analisa,yang terdiri dari :
1) Tahapan Anamnesa
A.Cara Pengumpulan Data
Wawancara atau Anamnesa
Wawancara adalah menanyakan atau membuat tanya-jawab yang berkaitan dengan
masalah yang dihadapi oleh klien, biasa juga disebut dengan anamnesa. Wawancara
berlangsung untuk menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang
dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan.
Tujuan dari wawancara adalah untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan
dan masalah keperawatan klien, serta untuk menjalin hubungan antara perawat
dengan klien. Selain itu wawancara juga bertujuan untuk membantu klien
memperoleh informasi dan berpartisipasi dalam identifikasi masalah dan tujuan
keperawatan, serta membantu perawat untuk menentukan investigasi lebih lanjut
selama tahap pengajian.
Semua interaksi perawat dengan klien adalah berdasarkan komunikasi.
Komunikasi keperawatan adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan
kemampuan skill komunikasi dan interaksi. Komunikasi keperawatan biasanya
digunakan untuk memperoleh riwayat keperawatan. Istilah komunikasi terapeutik
adalah suatu teknik yang berusaha untuk mengajak klien dan keluarga untuk
bertukar pikiran dan perasaan. Teknik tersebut mencakup ketrampilan secara verbal
maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.
Teknik verbal meliputi pertanyaan terbuka atau tertutup, menggali jawaban dan
memvalidasi respon klien. Teknik non verbal meliputi : mendengarkan secara aktif,
diam, sentuhan dan konta mata. Mendengarkan secara aktif merupakan suatu hal
yang penting dalam pengumpulan data, tetapi juga merupakan sesuatu hal yang sulit
dipelajari.
B.Tahapan wawancara / komunikasi :
a.Persiapan
Sebelum melaukan komunikasi dengan klien, perawat harus melakukan persiapan
dengan membaca status klien. Perawat diharapkan tidak mempunyai prasangka
buruk kepada klien, karena akan mengganggu dalam membina hubungan saling
percaya dengan klien.
Jika klien belum bersedia untuk berkomunikasi, perawat tidak boleh memaksa atau
memberi kesempatan kepada klien kapan mereka sanggup. Pengaturan posisi duduk
dan teknik yang akan digunakan dalam wawancara harus disusun sedemikian rupa
guna memperlancar wawancara.
b.Pembukaan atau perkenalan
Langkah pertama perawat dalam mengawali wawancara adalah dengan
memperkenalkan diri : nama, status, tujuan wawancara, waktu yang diperlukan dan
faktor-faktor yang menjadi pokok pembicaraan. Perawat perlu memberikan
informasi kepada klien mengenai data yang terkumpul dan akan disimpan dimana,
bagaimana menyimpannya dan siapa saja yang boleh mengetahuinya.
c.Isi / tahap kerja
Selama tahap kerja dalam wawancara, perawat memfokuskan arah pembicaraan
pada masalah khusus yang ingin diketahui. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
•Fokus wawancara adalah klien.
•Mendengarkan dengan penuh perhatian.
•Menanyakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien.
•Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien.
•Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup tepat pada waktunya.
•Bila perlu diam, untuk memberikan kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaannya.
•Sentuhan teraputik, bila diperlukan dan memungkinan.
d.Terminasi
Perawat mempersiapkan untuk penutupan wawancara. Untuk itu klien harus
mengetahui kapan wawancara dan tujuan dari wawancara pada awal perkenalan,
sehingga diharapkan pada akhir wawancara perawat dan klien mampu menilai
keberhasilan dan dapat mengambil kesimpulan bersama. Jika diperlukan, perawat
perlu membuat perjanjian lagi untuk pertemuan berikutnya.
C.Jenis Anamnesis
Ada 2 jenis anamnesis yang umum dilakukan, yakni Autoanamnesis dan
Alloanamnesis atau Heteroanamnesis. Pada umumnya anamnesis dilakukan dengan
tehnik autoanamnesis yaitu anamnesis yang dilakukan langsung terhadap pasiennya.
Pasien sendirilah yang menjawab semua pertanyaan dokter dan menceritakan
permasalahannya. Ini adalah cara anamnesis terbaik karena pasien sendirilah yang
paling tepat untuk menceritakan apa yang sesungguhnya dia rasakan.
Meskipun demikian dalam prakteknya tidak selalu autoanamnesis dapat dilakukan.
Pada pasien yang tidak sadar, sangat lemah atau sangat sakit untuk menjawab
pertanyaan, atau pada pasien anak-anak, maka perlu orang lain untuk menceritakan
permasalahnnya. Anamnesis yang didapat dari informasi orag lain ini disebut
Alloanamnesis atau Heteroanamnesis. Tidak jarang dalam praktek sehari-hari
anamnesis dilakukan bersama-sama auto dan alloanamnesis.
2) Intervensi
A. PENGERTIAN INTERVENSI PERAWAT
Intervensi perawat adalah respon perawat terhadap kebutuhan perawatan kesehatan dan diagnnosa keperawatan klien. Tipe intervensi ini adalah “Suatu tindakan autonomi berdasarkan rasional ilmiah yang dilakukan untuk kepentingan klien dalam cara yang diprediksi yang berhubungan dengan diagnosa keperawatan dan tujuan klien”. (Bulechek & McCloskey, 1994).
Intervensi ini tidak membutuhkan supervisi atau arahan dari orang lain. Sebagai contoh, intervensi untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi yang adekuat atau aktivitas kehidupan sehari – hari yang berhubungan dengan higiene adalah tindakan keperawatan mandiri.
Intervensi perawat tidak membutuhkan instruksi dokter atau profesi lainnya. Dokter seringkali dalam instruksi tertulisnya mencakup intervensi keperawatan mandiri. Namun demikian berdasarkan undang – undang praktik keperawatan di sebagian besar negara bagian, tindakan keperawatan yang berkaitan dengan aktivitas kehidupan sehari – hari, penyuluhan kesehatan, promosi kesehatan, dan konseling berada dalam domain praktik keperawatan.
Tujuan intervensi adalah sebagai pengantar untuk mengatur atau mendesain tindakan
perawatan berdasarkan respon klien terhadap masalah kesehatannya, dengan sasaran
mencegah, menghilangkan atau meminimalkan penyebab yang mempengaruhi status
kesehatan tersebut.
a.Tujuan dokumentasi tahap perencanaan:
• Sebagai kerangka kerja dalam implementasi keperawatan.
• Merupakan inti dokumentasi keperawatan yang berorientasi pada masalah.
• Sebagai referensi dalam melakukan modifikasi rencana keperawatan.
• Sarana komunikasi tim keperawatan dalam pendelegasian tugas/instruksi
keperawatan.
• Sebagai landasan ilmiah yang logis dan sistematis dalam mengerjakan asuhan
keperawatan kepada pasien.
• Agar semua rencana tindakan dapat dipilih disesuaikan kondisi klien sehingga
efektif.
B. JENIS INTERVENSI KEPERAWATAN
Perencanaan dan tindakan keperawatan adalah tahap dalam proses keperawatan berdasarkan
masalah actual dari klien. Maksud dokumentasi adalah menemukan secara tepat sebagai
gambaran intervensi keperawatan yang meliputi :
1. Intervensi terapeutik
Tindakan terapeutik adalah askep yang langsung sesuai keadaan klien. Rencana keperawatan
yng lebih dari satu harus di kerjakan sungguh-sungguh sesuai prioritas masalah dalam
diagnosa keperawatan.
2. Intervensi pemantapan/ observasi
Proses ini membutuhkan ketajaman observasi perawat termasuk keterampilan mengevaluasi
yang tepat. Program yang lebih efektif sangat menentukan kesehatan klien.
Perawat harus lebih melihat perkembangan yang baik dan buruk dari klien seperti:
Mengobservasi tanda-tanda vital
Diagnosa Keperawatan
Tindakan Keperawatan (Terapeutik)
Therapi Medic
Ketidak efektifan bersihan jalan nafas
Cemas
Mengatur posisi
Mengajarkan tehnik batuk
Mengajarkan kegiatan untuk mengurangi stress
Mengatur lingkungan yang aman dan nyaman
Mengurangi pergerakan
Mengatur pemberian Oksigen
Memeriksa sputum
Infus cairan elektrolit sesuai BB
D. KOMPONEN DOKUMENTASI INTERVENSI KEPERAWATAN
Dokumentasi intervensi Mengidentifikasi mengapa sesuatu terjadi terhadap klien, apa
yang terjadi, kapan, bagaimana, dan siapa yang melakukan intervensi :
Why : Harus dijelaskan alasan tindakan harus dilaksanakan dan data yang ada dari hasil
dokumentasi pengkajian dan diagnosa keperawatan.
What : Ditulis secara jelas, ringkas dari pengobatan atau tindakan dalam bentuk action verb.
When : Mengandung aspek yang penting dari dokumentasi intervensi. Pencatatan pada waktu
pelaksanaan intervensi sangat penting dalam hal pertanggung jawaban hukum dan efektifitas
tertentu.
How : Tindakan dilaksanakan dalam penambahan pencatatan yang lebih detail. Misalnya, “
miring kanan atau kiri dengan bantuan perawat.” Menandakan suatu prinsip ilmiah dan
rasional dari rencana tindakan. Metode ini akan bisa meningkatkan dalam upaya-upaya
penggunaan prosedur keperawatan yng tepat.
Who : siapa yang melaksanakan intervensi harus selalu dituliskan pada dokumnetasi serta
tanda tangan sebagai pertanggung jawaban.
Intervensi yang memerlukan suatu dokumentasi khusus
Ada dua dokumentasi yang memerlukan pendokumentasian khusus yaitu :
1. Prosedur invasive
Tindakan invasive merupakan bagian yang penting dari proses keperawatan, Karena
memerlukan pengetahuan tentang IPTEK yang tinggi. Untuk itu pengetahuan lanjutan
diperlukan dalam upaya meningkatkan tanggung jawab dalam pemberian intervensi.
Misalnya perawat memberikan transfusi, kemoterapi, memasang kateter. Tindakan tersebut
diatas akan membawa resiko yang tinggi pada klien terhadap komplikasi, yang tentunya perlu
informed consent sebelum tindakan di laksanakan.
2. Intervensi mendidik klien
Perawat berperan penting dalam mengenal kebutuhan belajar klien dalam rencana mendidik
klien dan memelihara laporan kegiatannya.
Rencana tindakan keperawatan meliputi :
1) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan harus merupakan prioritas utama untuk merawat klien. Hal tersebut
harus menyangkut langsung kearah situasi yang mengancam kehidupan klien.
2) Kriteria hasil
Setiap diagnosa keperawatan harus mempunyai sedikitnya satu kriteria hasil. Kriteria hasil
dapat diukur dengan tujuan yang diharapkan yang mencerminkan masalah klien.
3) Rencana tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan adalah memperoleh tanggung jawab mandiri, khususnya oleh perawat
yang dikerjakan bersama dengan perintah medis berdasarkan masalah klien dan bantuan yang
diterima klien adalah hasil yang diharapkan. Masing-masing masalah klien dan hasil yang
diharapkan didapatkan paling sedikit dua rencana tindakan.
E. PERANAN DOKUMENTASI INTERVENSI
Pentingnya dokumentasi rencana asuhan keperawatan, yaitu :
a) Berisikan informasi yang penting dan jelas.
b) Sebagai alat komunikasi antara perawat dan perawat.
c) Memudahkan melaksanakan masalah keperawatan yang berkelanjutan.
d) Dokumentasi yang ekslusif untuk pencatatan hasil yang diharapkan untuk pasien.
F. KRITERIA INTERVENSI KEPERAWATAN
Kriteria perencanaan harus mencakup:
a. Perumusan tujuan
- Berfokus pada masyarakat
- Jelas dan singkat
- Dapat diukur dan diobservasi
- Realistis
- Ada target waktu
- Melibatkan peran serta masyarakat.
b. Rencana tindakan
- Tetapkan tehnik dan prosedur yang akan digunakan.
- Mengarah pada tujuan yang akan dicapai.
- Realistis
- Disusun berurutan dan ada rasionalnya.
c. Kriteria hasil
- Menggunakan kata kerja yang tepat.
- Dapat dimodifikasi dan Spesifik.
G. Contoh IntervensiContoh kasus : Pasien A datang ke RS mengatakan bahwa sudah lima hari tidak bisa BAB. Pasien tersebut jarang minum dan makan sayur. TD 140 / 90 mmHg, suhu 38,7 °C, dan denyut nadinya 100 x / menit.
Intervensi :Hari /Tanggal
No Dx Tujuan Intervensi TTD /Nama
Selasa,20 – 9 – 11
Tujuan: Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama 1x24 jam. Diharapkan Pasien mampu BABDengan normal
a. - Menganjurkan makan makanan berserat.b. - Menganjurkan banyak minum air.c. - Kolaborasi pemberian analgetik.d. - Mengukur TTV.
3) Dokumentasi
A. Pengertian Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan. Dokumentasi keperawatan merupakan bukti tertulis dari kegiatan
yang telah dilakukan oleh perawat (Priharjo, 1995 dalam Hariyati, 2007). Dokumentasi
keperawatan menggambarkan keadaan perkembangan pasien, mencatat asuhan
keperawatan yang telah diberikan, dan mencatat riwayat kesehatan untuk masa yang akan
datang.
Dokumentasi keperawatan adalah informasi tertulis tentang status dan perkembangan
kondisi klien serta semua kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat
(Fisbach, 1991, Carpenito, 1991).
Pendokumentasian merupakan laporan secara tertulis atau bentuk tetap lainnya yang
menyajikan fakta yang otentik dan benar dari suatu kejadian tindakan, pernyataan
transaksi atau prosedur. Pelaporan merupakan Pembicaraan atau tulisan informasi di
antara staf pemberi perawatan dan mengkonfirmasikan informasi tertentu pada kelompok
klien yang berhubungan dengan keperawatan
B. Manfaat dan Pentingnya Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi Keperawatan mempunyai makna yang penting dilihat dari berbagai aspek :
1. Hukum
Semua catatan tentang informasi klien merupakan dokumentasi yang resmi yang
bernilai hukum. Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan profesi
keperawatan, dimana perawat sebagai pemberi jasa dan klien sebagai pengguna jasa
maka dokumentasi sangat diperlukan. Dokumentasi dapat dijadikan barang bukti di
pengadilan. Oleh karena itu data di identifikasi secara lengkap, jelas dan objektif dan
ditandatangani oleh perawat, nama jelas, tanggal, perlunya penulisan dengan jelas
agar tidak menimbulkan salah interpretasi.
2. Jaminan Mutu
Pencatatan data klien yang lengkap dan akurat akan memberikan kemudahan bagi
perawat dalam membantu menyelesaikan masalah klien. Selain itu untuk mengetahui
sejauh mana masalah klien dapat diatasi dan seberapa jauh masalah baru dapat di
identifikasi dan di monitor melalui catatan yang akurat, hal ini akan membantu
meningkatkan mutu keperawatan.
3. Komunikasi
Dokumentasi keperawatan merupakan alat perekam terhadap masalah yang berkaitan
dengan klien. Perawat atau tenaga kesehatan lain akan bisa melihat catatan yang ada
dan sebagai alat komunikasi yang dijadikan pedoman dalam asuhan keperawatan
4. Keuangan
Dokumentasi dapat menjadi acuan pertimbangan biaya perawatan klien, dengan
dokumentasi perawatan dinilai tindakan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
tingkat ketergantungan klien.
5. Pendidikan
Dokumentasi keperawatan berisi riwayat perkembangan klien dari masuk rumah sakit
sampai dengan pasien pulang. Perkembangan pasien merupakan bahan pembelajaran
yang efektif bagi mahasiswa atau profesi keperawatan.
6. Penelitian
Data yang terdapat dalam dokumentasi keperawatan mengandung informasi yang
dapat menjadi bahan atau obyek riset dan pengembangan profesi keperawatan.
7. Akreditasi
Melalui dokumentasi keperawatan dilihat sejauh mana peran dan fungsi keperawatan.
Tingkat keberhasilan pemberian asuhan keperawatan guna pembinaan dan
pengembangan lebih lanjut. Pendokumentasian yang profesional akan meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan.
C. Tahapan Pendokumentasian
1. Pengkajian
Format pengkajian keperawatan berisikan pengkajian awal perawat terhadap klien
yang baru masuk ke ruangan. Pengkajian dibuat berdasarkan wawancara langsung
klien dan keluarga serta pemeriksaan fisik head to toe.
Format pengkajian diisi dalam bentuk narasi dan atau check list. Pengkajian
memberikan data dasar dalam menyusun rencana asuhan. Format diiisi dengan data
mentah bukan hasil analisa atau kesimpulan.
2. Perencanaan
Perencanaan dibuat oleh ketua tim berdasarkan hasil analisa data pasien. Format yang
diisi dalam bentuk kolom. Rencana keperawatan yang dibuat mengacu pada standar
rencana keperawatan dan memuat diagnosa keperawatan, tujuan, kriteria evaluasi, dan
intervensi keperawatan
3. Implementasi dan Evaluasi
Merupakan pencatatan tentang semua tindakan keperawatan (mandiri maupun
kolaboratif) dan aktivitas yang dilakukan untuk dan bersama klien. Tidak hanya
menuliskan tindakan yang dilakukan tetapi juga respon klien terhadap intervensi yang
dilakukan, sehingga saat menuliskan implementasi juga melakukan evaluasi
4. Catatan Perkembangan
Format catatan perkembangan keperawatan berisikan informasi tentang catatan
perkembangan kondisi kesehatan klien setiap hari berdasakan rencana keperawatan
yang telah dibuat. Formatnya dalam Bentuk SOAP dan berisi narasi. Secara narasi,
penulisan diawali dengan diagnosa keperawatan, dilengkapi dengan pernyataan
subyektif dan obyektif, serta perencanaan lebih lanjut.
Format SOAP terdiri dari:
S ( Subyektif) : Keluhan klien dan atau keluarga
O (Obyektif) : Apa yg diamati, didengar, disentuh, dicium, diukur
A (Analisa) : Kesimpulan perawat tentang kondisi klien
P (Perencanaan) : Tindakan yg ditetapkan untuk menyelesaikan masalah
Perawat juga dapat membuat dokumentasi mengenai pentingnya menjaga kesehatan mulut
beserta cara-caranya untuk menunjang kesehatan pasien.
3. Praktek Mandiri
Permenkes No 58 tahun 2012 merupakan perubahan dari ketentuan sebelumnya. Dengan
diberlakukannya Permenkes No 58 tahun 2012, dinyatakan tidak belaku lagi ketentuan
mengenai perawat gigi sebelumnya yaitu Keputusan Menteri Kesehatan No.
378/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar profesi Perawat Gigi. Pada Kepmenkes No.
378/Menkes/SK/III/2007 yang sudah dinyatakan tidak berlaku, kompetensi perawat gigi
terdiri atas:
1. Manajemen
2. Pengawasan Penularan Penyakit (Cross Infection Control)
3. Pemeliharaan dan Penggunaan Peralatan
4. Peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit gigi dan mulut
5. Perlindungan Khusus
6. Tindakan Asuhan Keperawatan di Klinik:
7. Rujukan
8. Peneliti
9. Hukum dan perundang - undangan
10. Asisten dokter gigi
11. Asisten Dokter Gigi Spesialis
12. Sikap
Pada Kepmenkes tersebut tindakan Asuhan Keperawatan di Klinik yang dapat dilakukan perawat gigi meliputi:
- Pencabutan gigi sulung dengan topikal anaesthesi dan infiltrasi anaesthesi.
- Pencabutan gigi tetap akar tunggal dengan infiltrasi anaesthesi.
- Preparasi kavitas dan penumpatan (gigi sulung dan gigi tetap pada satu/dua permukaan menggunakan amalgam, silikat,dsb).
- Preparasi kavitas dengan excavator dan penumpatan dengan ART.
- Pertolongan pertama (first aid/relief pain) trepanasi gigi gangraen dengan periapikal absces
Namun ada beberapa perawat gigi yang menjalankan praktik diluar kompetensinya sebagai
perawat gigi, Kesalahan perawat gigi yang memungkinkan bisa terjadi adalah pada tindakan
dalam tugas-tugas mandiri dan atau tugas kolaborasi serta tugas-tugas yang merupakan
pendelegasian wewenang.
Kondisi semacam ini, dianggap merupakan suatu kewajaran dan kelaziman, bahkan dampak
etis akibat dari tindakan yang dilakukan diabaikan. Sehingga dengan leluasa perawat gigi
membuka peluang bisnis/praktek kedokteran gigi yang semestinya bukan grey area
kompetensi perawat gigi.
Akibat dari tindakan perawat gigi, maka akan berdampak etis sebagai berikut :
1. Ketidakadilan : karena ada profesi lain yang dirugikan.
2. Kerisauan sosial : dengan munculnya bentuk mall praktik yang dilakukan perawat gigi
3. Pelemahan peraturan dan sanksi : dengan tidak adanya tindakan dan sanksi atas tindakan
yang dilakukan, maka dianggap peraturan tidak dapat berfungsi dengan benar.
4. Kolaborasi dengan Dokter / Dokter Gigi
Dalam pelaksanaannya, dokter gigi tidak dapat menjalankan sendiri tugas pokok dan
fungsinya dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat,
melainkan harus bermitra kerja dengan perawat gigi.
Masalah yang timbul saat ini adalah pertama : Keterbatasan jumlah dokter gigi yang bekerja
di pelayanan kesehatan di Indonesia dengan ratio terhadap penduduk 1 : 21.500, dimana ideal
ratio 1 : 2000 dan itupun penyebarannya tidak merata. Kedua : tugas ganda dokter gigi selain
sebagai penangung jawab pelayanan kesehatan gigi dan mulut juga sebagai pejabat struktural
yang menyita perhatian dan konsentrasi lebih dalam pelaksanaannya. Sehingga seringkali
tugas pokok dan fungsinya tidak dapat dilaksanakan dengan baik, sementara pelayanan di
masyarakat harus berjalan dengan baik. Untuk mengatasi hal tersebut, dokter gigi akan
melimpahkan tugas dan wewenangnya kepada perawat gigi sebagai mitra kerjanya.
Tugas limpah yang diberikan oleh dokter gigi kepada perawat gigi kadang tidak jelas,
sehingga perawat gigi harus menyelesaikan semua tugas dokter gigi di Puskesmas sebagai
pemberi pelayanan, walaupun yang dilakukan oleh perawat gigi bukan kompetensi dan
kewenangannya. Akan tetapi hal tersebut berjalan sebagai sesuatu yang wajar dan biasa tanpa
memperhatikan dampak etika dan hukum.
Secara singkat atau garis besar Perawat gigi adalah seorang petugas yang membantu
pekerjaaan dokter gigi selama melakukan tugas pelayanannya.
Peran dan fungsi atau tugas dan wewenang : sesuai namanya sebagai asisten atau pembantu
dokter gigi, selain membantu pelaksanaan pekerjaan dokter gigi di klinik atau tempat
pelayanan praktek, perawat gigi juga dididik untuk menguasai pengetahuan mengenai
kesehatan gigi termasuk semua jenis alat dan perlengkapannya,sehingga dalam
berkolaborasi,seorang perawat gigi harus bisa mengetahui apa saja alat yang akan digunakan
dalam pengobatan selanjutnya tanpa harus menunggu instruksi dari dokter gigi. Digunakan
pada pengobatan selanjutnya agar praktek selanjutnya dapat berjalan dengan lancar.
Perawat gigi juga bertugas mensterilkan alat dan bahan yang digunakan dalam praktek
pengobatan selanjutnya untu
Perawat gigi juga punya kemampuan dan kewenangan melakukan sebagian pekerjaan dokter
gigi, seperti tugas yang menyangkut upaya pendidikan kesehatan gigi (dental health
education), pembersihan dan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, penambalan dan
pencabutan gigi sederhana