Konsep Pendidikan Kesehatan

26
2.1. Konsep Pendidikan Kesehatan 2.1.1. Definisi Pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatann untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial serta mampu mengenal dan mewujudkan aspirasinya dalam mengubah atau mengatasi lingkungannya (Notoatmodjo, 2007). Pendidikan kesehatan adalah sejumlah pengalaman yang pengaruh menguntungkan secara kebiasaan, sikap dan pengetahuan yang ada hubungan dengan kesehatan perorangan, masayarakat dan bangsa yang semuanya dipersiapkan dalam rangka mempermudah diterimanya secara sukarela perilaku yang akan meningkatkan dan memelihara kesehatan (Effendi, 1997). Dari definisi di atas dapat disimpulkan pendidikan kesehatan adalah suatu proses untuk mempengaruhi individu, keluarga, masyarakat untuk melakukan perilaku hidup sehat sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan yang optimal. 2.1.2. Tujuan Pendidikan Kesehatan Tujuan dilakukan pendidikan kesehatan adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan secara fisik, mental dan sosial sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial (UU.Kesehatan no 23, 1992) Mubarak (2009) menjelaskan tujuan pendidikan kesehatan adalah individu mampu menerapkan masalah dan kebutuhannya sendiri, mampu memahami apa yang

description

a

Transcript of Konsep Pendidikan Kesehatan

2.1. Konsep Pendidikan Kesehatan2.1.1. DefinisiPendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatann untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial serta mampu mengenal dan mewujudkan aspirasinya dalam mengubah atau mengatasi lingkungannya (Notoatmodjo, 2007). Pendidikan kesehatan adalah sejumlah pengalaman yang pengaruh menguntungkan secara kebiasaan, sikap dan pengetahuan yang ada hubungan dengan kesehatan perorangan, masayarakat dan bangsa yang semuanya dipersiapkan dalam rangka mempermudah diterimanya secara sukarela perilaku yang akan meningkatkan dan memelihara kesehatan (Effendi, 1997). Dari definisi di atas dapat disimpulkan pendidikan kesehatan adalah suatu proses untuk mempengaruhi individu, keluarga, masyarakat untuk melakukan perilaku hidup sehat sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan yang optimal.2.1.2. Tujuan Pendidikan KesehatanTujuan dilakukan pendidikan kesehatan adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan secara fisik, mental dan sosial sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial (UU.Kesehatan no 23, 1992) Mubarak (2009) menjelaskan tujuan pendidikan kesehatan adalah individu mampu menerapkan masalah dan kebutuhannya sendiri, mampu memahami apa yang dilakukan terhadap masalahnya, dengan sumber daya yang ada padanya dan mampu memutuskan kegiatan yang tepat untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu tujuan pendidikan kesehatan dapat disimpulkan tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat serta peran aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.2.1.3. Metode dan Media Pendidikan Kesehatan2.1.3.1. MetodeUntuk mencapai tujuan pendidikan kesehatan yang diinginkan maka diperlukan berbagai metode pendidikan kesehatan. Metode pendidikan kesehatan yang dikemukan oleh Notoatmodjo ( 2007) adalah :a. Metode pendidikan kesehatan individu, pada metode ini digunakan untuk membina perilaku baru kepada suatu perubahan perilaku. Pendekatan ini dilakukan karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan perilaku tersebut. Cara pendekatan yang digunakan adalah bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling) .Cara ini dilakukan dengan mengadakan interview atau wawancara antara petugas kesehatan dan individu untuk menggali informasi tentang apa yang diketahui ,atau perilaku yang sudah diadopsi, atau memerluhkan penyuluhan yang lebih mendalam lagi. Akibat kontak yang intensif antara individu dan petugas kesehatan sehingga secara sukarela berdasarkan kesadaran individu mengubah perilaku menjadi perilaku kesehatan.b. Metode pendidikan kelompok, metode ini diberikan dengan jumlah sasaran yang membutuhkan pendidikan kesehatan lebih dari 1 orang. Jumlah sasaran yang menerima pendidikan kesehatan kurang dari 15 orang disebut kelompok kecil dan sebaliknya lebih dari 15 orang termasuk didalam kelomook besar. Metode pendidikan kesehatan yang digunakan dalam kelompok kecil adalah diskusi kelompok, curah pendapat (brain storming) memainkan peran (role play) sedangkan untuk kelompok yang besar metode yang digunakan seperti ceramah ataupun seminar.c. Metode pendidikan massa sangat sesuai untuk mengkomunikasikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat karena bersifat umum. Metode ini sesuai untuk pendekatan massa yaitu ceramah umum (public speaking), pidato atau diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik tv maupun radio, tulisan dimajalah atau koran.2.1.3.2. Media Pendidikan kesehatanMedia sebagai alat bantu dalam menyampaikan penyuluhan kesehatan sangat bervariasi antara lain leaflet, fild chart (lembar balik), flim dan vidio, slide, transparansi OHP, dan papan tulis. Setiap media mempunyai keunggulan dan kelemahan tersendiri yang dapat dipilih oleh petugas kesehatan sesuai dengan tujuan yang di inginkan. 2.1.4. Hubungan status kesehatan, perilaku dan pendidikan kesehatanMenurut Green (1980) perilaku individu dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu perdisposisi (predisposing factor), faktor pemungkin (enabling factor) dan faktor penguat (reinforcing factors).a. Faktor Predisposisi (Predisposing factor), merupakan faktor pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaanmasyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut oleh masyarakat serta tingkat pendidikan, dan sosial ekonomi masyarakat yang mempengaruhi perilaku masyarakat terhadap pendidikan kesehatan yang diberikanb. Faktor Pemungkin (enabling factor) merupakan faktor sarana dan fasilitas yang mendukung kesehatan masyarakat atau ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, ketersediaan makanan yang bergizi, termasuk puskesmas, poliklinik, rumah sakit, posyandu , praktek dokterc. Faktor Penguat (reforcing factors) merupakan sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama,sikap dan perilaku para petugas kesehatan, undang-undang maupun peraturan dari pusat sampai kedaerah terkait dengan kesehatan.Blum dalam Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa derajat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan.2.1.5. Perubahan perilaku kesehatan.Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makluk hidup) yang bersangkutan (Notoatmodjo,2007). Menurut Skiner (1938) perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Menurut Notoatmodjo (2007) membagi perilaku manusia kedalam 3(tiga) domain yaitu Kognitif (cognitive), Afektif (affective) dan psikomotorik (psychomotor). Dalam perkembangan selanjutnya Bloom memodifikasi cognitive menjadi pengetahuan untuk dapat mengukurnya.2.1.5.1. Pengetahuan (Knowledge)a. Definisi pengetahuanPengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia yakni indra penglihatan,pendengaran,penciuman,rasa dan raba. Pengetahuan adalah faktor yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007)b. Tingkat pengetahuan dalam domain kognitifAda 6 (enam) tingkatan pengetahuan dalam domain kognitif menurut Notoatmodjo (2007) adalah tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.1 ).Tahu (Know)Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain, menyebutkan atau menyatakan, mendefinisikan dan sebagainya.2). Memahami (Comprehension)Adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Kata kerja untuk mengukur pemahaman seseorang seperti menyebutkan contoh, menjelaskan, menyimpulkan, meramalkan terhadap obyek yang dipelajari. 3).Aplikasi (Aplication) Adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya) Misalnya bisa menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan. 4).Analisis (Analysis) Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi. Kata kerja untuk mengukur kemampuan ini adalah dapat membedakan, mengelompokkan, menggambarkan, memisahkan dan sebagainya.5). Sintesis (Synthesis) Adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang sudah ada. Kata kerja untuk kemampuan ini dapat merencanakan, dapat meringkas dan sebagainya.6). Evaluasi (Evaluation) Adalah kemapuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhapa materi atau obyek

Menurut Rogers dalam Notoatmodjo (2007) sebelum seseorang berperilaku yang baru didalam diri orang tersebut terjadi proses secara berurutan yaitu kesadaran(Awereness) orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (obyek) terlebih dahulu.Yang kedua Interest yaitu orang mulai tertarik pada stimulus. Ketiga evaluasi (menimbang-nimbang) baik tidaknya stimulus tersebut terhadap dirinya. Kelima trial orang telah mulai mencoba perilaku baru dan adoption dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuanAda beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu faktor internal dan faktor eksternal.. Faktor internal yang berasal dari diri orang tersebut dan faktor eksternal seperti pendidikan, paparan media masa, status ekonomi, hubungan sosial dan pengalaman individu.Tingkat pendidikan sebagai faktor eksternal akan mempengaruhi seseorang dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datangnya dari luar atau rangsangan yang diberikan sehingga dapat mengambil keputusan yang sesuai tentang kesehatan. Berikutnya adalah paparan media masa baik cetak maupun elektronik. Paparan media akan memberikan informasi kesehatan yang dapat diterima oleh masyarakat sehingga masyarakat mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan.Faktor eksternal yang ketiga adalah status ekonomi. Status ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakatan tentang kesehatan. Keluarga dengan ekonomi yang baik dengan mudah memenuhi kebutuhan pokoknya dan kebutuhan akan informasi kesehatan dibandingkan dengan keluarga dengan status ekonomi yang rendah.Faktor eksternal yang terakhir adalah hubungan sosial dan pengalaman individu mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang masalah kesehatan. Kemampuan individu berinteraksi dengan lingkungannya dan pengalamam yang diperoleh dari lingkungan kehidupan akan menambah pengetahuan individu tersebut.2.1.5.2. Sikapa. DefinisiSikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek (Notoatmodjo, 2007). Sikap adalah derajat efek positif atau efek negatif terhadap suatu obyek psikologis (Mueller, 1992) Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah kepribadian seseorang yang mempengaruhinya dalam bertindak dan bertingkah laku.

b. Komponen pokok sikapAlport dalam Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 (tiga) komponen pokok yaitu pertama kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu obyek. Kedua kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek dan ketiga adalah kecendrungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama-sama menbentuk sikap yang utuh. Dalam menentukan sikap yang utuh ini komponen keyakinan dan emosi memegang peranan yang penting.c. Tingkatan sikapMenurut Notoatmodjo (2007) sikap terdiri dari 4 (empat) tingkatan sikap yaitu 1). Menerima (Receiving).Menerima adalah suatu proses dimana individu atau orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek) misalnya sikap ibu terhadap perawatan diare pada anaknya dapat dari kesediaan dan perhatian ibu terhadap penyuluhan kesehatan tentang diare.2). Merespon (Responding).Merespon merupakan kemampuan untuk memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Dengan menyelesaikan tugas yang diberikan berarti orang menerima ide tersebut. 3). Menghargai (Valuing)Menghargai adalah mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. Misalnya seorang ibu yang mengajak orang lain untuk mendiskusikan anaknya yang mengalami diare adalah suatu bukti bahwa ibu tersebut mempunyai sikap yang positif terhadap penyakit diare yang dialami anaknya.

4). Bertanggung jawab (Responsible) Bertanggung jawab merupakan sikao yang paling tinggi atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko.2.1.5.3. Praktik/ tindakan (Practice).Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan seperti fasilitas dan dukungan (support) dari pihak lain. Praktik mempunyai 4 (empat) tingkatan yaitu:a. Persepsi (Perseption)Persepsi adalah kemampuan untuk mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. Misalnya seorang ibu dapat memilih makanan yang bergizi tinggi bagi anak balitanya.b. Respon Terpimpin (Guided Response)Respon terpimpin yaitu apabila seseorang atau subyek dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh. Misalnya seorang ibu dapat melakukan 7 (tujuh) langkah cara mencuci tangan dengan benarc. Mekanisme (Mecanism)Mekanisme adalah jika seseorang dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan. d. Adopsi (Adoption)).Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik artinya sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut atau tindakan perilaku yang berkualitas. Misalnya ibu dapat melakukan 7 (tujuh) langkah cara mencuci tangan yang benar pada setiap saat sebelum dan sesudah melakukan sesuatu terhadap anaknya.Perubahan perilaku seseorang dapat dilihat dari perubahan pengetahuan, sikap dan tindakannya.

BAB 3KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

Bab ini akan menguraikan tentang kerangka konsep penelitian, hipotesis penelitian dan definisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian.3.1. Kerangka Konsep

Post testPre testKerangka konsep penelitian adalah landasan berfikir untuk melakukan penelitian berdasarkan tinjauan pustaka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pendidikan kesehatan tentang perawatan diare sebagai variabel independen dengan kemampuan ibu yang akan dinilai pengetahuan, sikap dan keterampilan ibu dalam merawat area perineal sebagai variabel dependen. Skema kerangka konsep penelitian sebagai berikut :.

Variabel IndependenVariabel dependen

Kemampuan ibu : Pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam merawat area perineal anak balita dengan diareIbu yang merawat anak dengan diareKemampuan ibu : Pengetahuan Sikap & Keterampilan ibu dalam merawat area perineal anak balitadengan diarePendidikan Kesehatan tentang Perawatan diare pada anak balita

Variabel PerancuUsia IbuTingkat pendidikanPengalaman ibu merawat anak balita dengan diarePernah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang perawatan diarePengalaman ibu dalam merawat area perineal anak balita dengan diare

3.2. Hipotesis3.1.1. Menurut variabel-variabel yang diteliti maka hipotesis mayor penelitian ini 3.2. Hipotesis

3.2 Hipotesis dalam penelitian ini adalah3.2.1. Ada peningkatan kemampuan ibu dalam merawat area perineal pada kelompok ibu-ibu yang diberi pendidikan kesehatan tentang perawatan diare pada anak balita (kelompok intervensi) dibandingkan dengan kelompok ibu-ibu yang tidak diberikan penndidikan kesehatan tentang perawatan diare pada anak balita (kelompok kontrol)3.2.2. Ada perbedaan yang significan pengetahuan, sikap dan keterampilan kelompok ibu-ibu yang diberi pendidikan kesehatan tentang perawatan diare (kelompok intervensi) dibandingkan dengan kelompok ibu ibu yang tidak diberikan pendidikan kesehatan (kelompok kontrol).3.2.3. Ada perbedaan yang significan pengetahuan,sikap dan keterampilan ibu antara pre test dan post test pada kelompok ibu ibu ysng diberi pendidikan kesehatan (kelompok intervensi) dan kelompok ibu-ibu yang tidak diberikan pendidikan kesehatan (kelompok kontrol).3.2.4. Ada hubungan yang significan antara karakteristik ibu dan kemampuan ibu dalam merawat area perineal anak balita dengan diare.

3.3. Definisi Operasional

NoVariabelDefinisiOperasionalCara UkurAlatUkurHasilUkur Skala

Variabel Independen

1PendidikanKesehatan tentang perawatan diare pada anak balitaProses pemberian informasi tentang perawatan diare pada anak balita yang dapat dilaksanaakan oleh ibu (keluarga)Membagi Responden menjadi 2 kelompok yaitu kelompok yang tidak diberikan pendidikan kesehatan dan kelompok yang diberikan pendidikan kesehatanMedia pembelajaran lembar balik perawatan anak balita dengan diare0 = tidak diberikan pendidikan kesehatan1 = kelompok yang diberikan pendidikan kesehatanOrdinal

Variabel Dependen

2PengetahuanSegala sesuatu yang diketahui oleh ibu tentang perawatan diare dan perawatan area peineal pada anak balita yang mengalami diareKuesionerKusioner pengetahuan tentang perawatan diare dan perawatan atea perineal pada anak balita dengan diareSkor pengetahuan dengan rentang 0 100

Pengetahuan baik skor 76 Pengetahuan cukup 56 75 Pengetahuan yang kurang skor < 56Ordinal

3SikapReaksi atau respon ibu terhadap perawatan area perineal pada anak balita dengan diareKuesionerKuesioner sikap tentang perawatan area perineal pada anak balita dengan diareSkor sikap dengan rentang 0 100Sikap positiff = skor yang diperoleh > MeanSikap negative = skor yang diperoleh < MeanOrdinal

4KeterampilanTindakan yang dilakukan ibu terhadap perawatan area perineal pada anak balita dengan diareLembaran observasiObservasi dilakukan 1 kali dalam sehari selama 3 hari berturut-turut terhadap keterampilan ibu dalam merawat area perineal anak balita dengan diareSkor keterampilan dengan rentang 0-100

Keterampilan baik bila skor > 80 %Keterampilan kurang skor < 80%Ordinal

Variabel Perancu

5Usia Ibu

Lama hidup ibu dalam tahun yang dihitung sejak lahir sampai berulang tahun.Kuesioner yang di isi oleh ibuMenghitung dari tanggal dan tahun lahir ibu sampai ibu berulang tahunDalam tahunInterval

6Tingkat Pendidikan IbuPendidikan formal terakhir ibu dan dinyatakan lulusKuesioner yang di isi oleh ibu Kuesioner yang di isi oleh ibu tentang pendidikan formal ibu1. Pendidkan dasar : SD2. Pendidkan SLTP3. Pendidikan SLTA4. Pendidikan Tinggi : Diploma dan SarjanaOrdinal

7Pengalaman ibu merawat anak balita dengan diareJawaban yang diberikan oleh ibu tentang pengalaman merawat anak balita dengan diareKuesionerBerdasarkan kuesioner yang di isi oleh ibu tentang pengalaman merawat anak dengan diare0 : Tidak berpengalaman

1 : mempunyai pengalamanOrdinal

8Mendapatkan pendidikan kesehatan dengan perawatan diarePenjelasan yang diberikan ibu tentang pernah mendapatkan pendidikan kesehatan perawatan diare pada anak balitaKuesionerBerdasarkan kuesioner yang di isi oleh ibu tentang pernah mendapatkan pendidikan kesehatan perawatan diare pada anak balita0 : Tidak pernah

1 : Pernah mendapatkan pendidikan kesehatanOrdinal

9Pengalaman ibu merawat area perineal anak balita dengan diareJawaban yang diberikan ibu tentang pengalaman ibu merawat area perineal anak balita dengan diareKuesionerBerdasarkan kuesioner yang di isi oleh ibu tentang pengalaman merawat area perineal anak diare0 : Tidak berpengalaman

1 : Mempunyai pengalamanOrdinal

BAB 4METODE PENELITIAN

Bab ini akan menguraikan tentang desain penelitian, populasi dan sampel, tempat dan waktu penelitian, etika penelitian, alat pengumpulan data, prosedur pengumpulan data, pengolahan dan analisa data.

4.1. Desain PenelitianJenis penelitian ini adalah kuantittatif dengan menggunakan design quasi eksperimen atau eksperimen semu yaitu penelitian yang menguji suatu intervensi pada sekelompok subjek dengan atau tanpa kelompok pembanding tetapi tidak dilakukan randomisasi untuk memasukkan subyek kedalam kelompok perlakuan atau kontrol (Dharma, 2011) Pendekatan yang digunakan adalah pre test and post test control group design. Desain penelitian pre test and post test control group dapat dilihat pada skema sebagai berikut :

Pre test Intervensi Post testKelompok Intervensi Kelompok KontrolKeterangan:R1: Responden kelompok intervensiR2: Responden Kelompok kontrol01: Pre test pada kedua kelompok sebelum dilakukan intervensi02: Post test pada kedua kelompok setelah dilakukan intervensiX1: Kelompok yang diberikan pendidikan kesehatanX0: Kelompok kontrol dengan memberikan booklet.

R1 : 01 X1 02 R2 : 01 X0 02

Skema 4.1. Desain Penelitian Quasi Experimen dengan Pre test and post test control group design . Sumberr : Dharma, 2011.