KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah...

41
KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah Penafsiran Syaikh Abdullah al-Harari dalam Kitab Bughyah at- Thālib li Maʿrifati al-ʿIlmi ad-Dīnī al-Wājib) Tesis Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama (M.Ag) Oleh: Abdul Syakur NIM: 212410514 KONSENTRASI ULUMUL QUR’AN DAN ULUMUL HADITS PROGRAM STUDI ILMU AGAMA ISLAM PASCA SARJANA MAGISTER INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA 2017 M / 1438 H

Transcript of KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah...

Page 1: KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/27/3/212410514...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul KONSEP PENAFSIRAN

KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’

(Telaah Penafsiran Syaikh Abdullah al-Harari dalam Kitab Bughyah at-

Thālib li Maʿrifati al-ʿIlmi ad-Dīnī al-Wājib)

Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama

(M.Ag)

Oleh:

Abdul Syakur

NIM: 212410514

KONSENTRASI ULUMUL QUR’AN DAN ULUMUL HADITS

PROGRAM STUDI ILMU AGAMA ISLAM

PASCA SARJANA MAGISTER

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ)

JAKARTA

2017 M / 1438 H

Page 2: KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/27/3/212410514...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul KONSEP PENAFSIRAN

i

KONSEP PENAFSIRAN ’ISHMAH AL-ANBIYĀ’

(Telaah Penafsiran Syaikh Abdullah al-Harari dalam Kitab Bughyah at-

Thālib li Ma’rifati al-’Ilmi ad-Dīnī al-Wājib)

Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama

(M.Ag)

Oleh:

Abdul Syakur

NIM: 212410514

Pembimbing:

Prof. Dr. H. Artani Hasbi, MA

Dr. H. M. Azizan Fitriana, MA

KONSENTRASI ULUMUL QUR’AN DAN ULUMUL HADITS

PROGRAM STUDI ILMU AGAMA ISLAM

PASCA SARJANA MAGISTER

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ)

JAKARTA

2017 M / 1438 H

Page 3: KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/27/3/212410514...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul KONSEP PENAFSIRAN

ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis dengan judul KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah Penafsiran

Syaikh Abdullah al-Harari dalam Kitab Bughyah at-Thālib li Maʿrifati al-ʿIlmi ad-Dīnī

al-Wājib) yang disusun oleh Abdul Syakur dengan Nomor Induk Mahasiswa 212410514

telah melalui proses bimbingan dengan baik dan dinilai oleh pembimbing telah

memenuhi syarat ilmiah untuk diujikan di sidang munaqasyah.

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. H. Artani Hasbi, MA Dr. H. M. Azizan Fitriana, MA

Tanggal : Tanggal :

Page 4: KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/27/3/212410514...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul KONSEP PENAFSIRAN

iii

PERNYATAAN PENULIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Abdul Syakur

NIM : 212410514

Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 04 Februari 1985

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa tesis dengan judul

“KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’, dalam Kitab

Bughyah at-Thālib li Maʿrifati al-ʿIlmi ad-Dīnī al-Wājib” adalah benar –

benar hasil karya saya kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan.

Apabila di dalamnya terdapat kesalahan dan kekeliruan, maka sepenuhnya

menjadi tanggung jawab saya. Selain itu apabila terdapat plagiasi yang dapat

berakibat diberikan sanksi berupa penvabutan gelar oleh Institut Ilmu Al-

Qur’an (IIQ) Jakarta, maka saya siap menanggung resikonya.

Jakarta, 1 Rabiul Akhir 1438

20 Desember 2017 M

Abdul Syakur

Page 5: KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/27/3/212410514...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul KONSEP PENAFSIRAN

iv

LEMBAR PENGESAHAN

Tesis dengan judul “KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-

ANBIYĀ’, (telaah penafsiran Syaikh Abdullah al-Harari dalam Kitab

Bughyah at-Thālib li Maʿrifati al-ʿIlmi ad-Dīnī al-Wājib)” yang disusun

oleh Abdul Syakur dengan nomor induk Mahasiswa 212410514 telah

diujikan dalam sidang munaqasyah Program PascasarjanaInstitut Ilmu Al-

Qur’an (IIQ) Jakarta pada tanggal 18 Agustus 2017.Tesis tersebut telah

diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Agama

(M.Ag) dalam bidang Ilmu Al-Qur’an danTafsir.

Jakarta, 1 Rabiul Akhir 1438

20 Desember 2017 M

DirekturPascasarjana

InstitutIlmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta

Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA

Tim Penguji Ttd Tanggal

Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA ( ) ( ) Ketua Sidang

Dr. H. Muhammad Azizan Fitriana, M.Ag ( ) ( ) Sekretaris

Prof. H. Hamdani Anwar ( ) ( ) Penguji I

Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA ( ) ( )

Penguji II

Prof. Dr. H. ArtaniHasbi, MA ( ) ( )

Pembimbing I

Dr. H. M. AzizanFitriana, MA ( ) ( )

Pembimbing II

Page 6: KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/27/3/212410514...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul KONSEP PENAFSIRAN

v

MOTTO

تعلم فإن العلم زين لأهله

وفضل وعنوان لكل محامدBelajarlah kalian!!! Karena sesungguhnya ilmu pengetahuan itu jadi perhiasannya orang-orang

yang berilmu

dan juga ilmu itu bisa menjadi kelebihan serta jadi tanda-tanda bagi setiap perkara yang terpuji

وكن مستفيدا كل يوم زيادة

من العلم واسبح في بحور الفوائدDan setiap hari hendaklah kamu berusaha agar bisa berhasil menambah ilmu pengetahuan

dan berenanglah di atas lautan berbagai faidah

لايزال المرء عالما ما طلب العلم

جهلفإذا ظن أنه قد علم فقد Seseorang dikatakan pintar selama ia mau terus belajar.

begitu ia sudah merasa pintar, saat itulah ia menjadi bodoh.

Page 7: KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/27/3/212410514...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul KONSEP PENAFSIRAN

vi

TRANSLITERASI

Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad yang

satu ke abjad yang lain/ dalam penulisan tesis di IIQ transliterasi Arab-Latin

mengacu pada berikut ini:

1. Konsonan

أ a ط th

ب b ظ zh

ت t ع ʿ

ث ts غ gh

ج j ف f

ح h ق q

خ kh ك k

د d ل l

ذ dz م m

ر r ن n

ز z و w

س s ه h

ش sy ء ‟

ص sh ي y

ض dh 2. Vokal

Vokal tunggal vokal panjang vokal rangkap

Fathah : a أ : ā ي... : ai

Kasrah : i ي : ī و... : au

Page 8: KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/27/3/212410514...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul KONSEP PENAFSIRAN

vii

Dhammah : u و : ū

3. Kata sandang

a. Kata sandang yang diikuti alif lam )ال( qamariyah.

Kata sandang yang diikuti oleh alif lam ) ال ( qamariyah di

transliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh:

Al-Madinah : المدينة Al-Baqarah : البقرة

b. Kata sandang yang diikuti oleh alif lam ) ال ( syamsiyah.Kata

sandang yang diikuti oleh alif lam )ال( qamariyah di transliterasikan

sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan

bunyinya. Contoh:

as-Sayyidah : السيدة ar-rajul : الرجل

ad-Dārimī : الدارمي asy-syams: الشمس

c. Syaddah (Tasydid)

Syaddah (Tasydid) dalam system aksara Arab digunakan lambing ) _ (,

sedangkan untuk alih aksara dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan

cara menggandakan huruf yang bertanda tasydîd. Atur ini berlaku

secara umum, baik tasydîd yang berada ditengah kata, diakhir kata

maupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-

huruf syamsiyah. Contoh:

الل اب ن م آ : Âmannâ billâhi اء ه ف الس ن م آ : Âmana as-

Sufahâ‟

ن ي ذ ال ن إ : Inna al-ladzîna ع ك الر و : wa ar-rukka‟i

d. Ta Marbûthah )ة(

Ta Marbûthah )ة( apabila berdiri sendiri, waqaf atas diikuti oleh kata

sifat (na’at), maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi huruf “h”.

contoh:

Page 9: KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/27/3/212410514...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul KONSEP PENAFSIRAN

viii

ا ة د ئ ف ل : al-Af‟idatu ة ي م ل س ل ا ة ع ام ل ا : al-Jamiʿah al-

Islāmiyyah.

Sedangkan ta marbūthah ) ة ( yang diikuti atau disambungkan (di-

washal) dengan kata benda (isim), maka dialih aksarakan menjadi huruf

“t”. Contoh:

ة ب اص ن ة ل ام ع : ʿĀmilatun Nāshibah. ا ىر ب لك ا ة ي ل : al-„Āyat

al-Kubrā

e. Huruf Kapital

System penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan tetapi

apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan yang

disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan awal

kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan lain-lain.

Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam alih aksara ini,

seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan ketentuan

lainnya. Adapun untuk nama diri yang diawali dengan kata sandang,

maka huruf yang ditulis kapital adalah awal nama diri, bukan kata

sandangnya. Contoh: „Ali Hasan al-Âridh, al-„Asqallânî, al-Farmawî

dan seterusnya. Khusus untuk penulisan kata al-Qur‟an dan nama-nama

surahnya menggunakan huruf kapital. Contoh: Al-Qur‟an, Al-Baqarah,

Al-Fâtihah dan seterusnya.

Page 10: KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/27/3/212410514...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul KONSEP PENAFSIRAN

ix

Bismillāhirrahmānirrahīm

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat Allah

SWT., yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta kekuatan lahir

dan batin sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis yang berjudul

“KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’, dalam Kitab Bughyah at-

Thālib li Maʿrifati al-ʿIlmi ad-Dīnī al-Wājib” telah selesai ditulis

sebagaimana mestinya. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan

kepada Nabi akhir zaman, Rasulullah Muhammad SAW., yang telah

menunjukkan kepada kita semua jalan terang menuju ridha Allah SWT.,

begitu juga kepada keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Selanjutnya, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini tidak

sedikit hambatan dan kesulitan yang dihadapi, namun berkat bantuan dan

motivasi serta bimbingan yang tidak ternilai dari berbagai pihak, akhirnya

penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-

tingginya kepada yang terhormat:

1. Rektor Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, Prof. Dr. Hj. Huzaemah

Tahido Yanggo, MA atas segala fasilitas dan ilmu pengetahuan yang

diberikan kepada kami.

2. Direktur Program Pascasarjana IIQ Jakarta, Dr. KH. Ahmad Munif

Suratmaputra, MA atas kesempatan untuk mengikuti pendidikan pada

program pascasarjana (S2) IIQ Jakarta.

3. Selaku pembimbing I, Prof. Dr. H. Artani Hasbi, MA yang telah sabar

dan memberikan ilmu serta arahan yang sangat berharga dalam

penulisan tesis ini.

4. Selaku pembimbing II, Dr. H. M. Azizan Fitriana, MA yang juga

telah meluangkan waktu, memberikan masukan dan arahan pada

penulisan tesis ini.

5. Seluruh dosen Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, khususnya para

dosen pada konsentrasi „ulum al-Qur‟an dan „ulum al-Hadits, atas

ilmu yang luar biasa yang telah disapaikan kepada kami sehingga

memudahkan kami dalam penulisan tesis ini.

6. Seluruh civitas akademika dan perpustakaan Institut Ilmu Al-Qur‟an

(IIQ) Jakarta, khususnya Ibu Siti Shofiah atas informasi-informasinya

yang sangat membantu kami.

7. Kedua orang tua tercinta yang mulia Ibu Hj. Azizah dan yang mulia

Bapak H. Achmad Syukri Zaini atas segalanya, yang tidak mungkin

penulsi sebutkan satu-persatu. Hanya Allah yang mampu membalas

Page 11: KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/27/3/212410514...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul KONSEP PENAFSIRAN

x

segalanya. Dengan segala hormat dan cinta, penulis berdo‟a semoga

merrikan kesehataeka berdua selalu dalam limpahan rahmat Allah

SWT., dan diberikan kesehatan untuk selalu berusaha menjadi hamba-

hamba terbaikdihadapan Tuhannya.

8. Istri tercinta Qoyyimah, S.Pd.i yang bersedia bersabar menerima

segala keluhan penulis dan memberikan motivasi untuk

menyelesaikan penulisan tesis ini. Semoga Allah SWT., selalu

merahmati hidupnya.

9. Teman-teman IIQ kelas konsentrasi „ulum Al-Qur‟an dan „Ulum al-

Hadits atas kebersamaannya selama ini yang indah. Kepada sahabat-

sahabat penulis Asror, Abduh, Fiadi dan Luthfi yang mau berbagi

baik dalam suka maupun duka.

10. Semua teman-teman, kerabat penulis yang tidak mampu penulis

sebutkan satu-persatu yang telah berkontribusi.

Atas kebaikan yang telah mereka berikan kepada penulis, semoga

Allah SWT., membalas mereka dengan balasan terbaik di dunia dan di

akhirat.

Mengutip sebuah pepatah yang mengatakan taka da gading yang tak

retak, begitu juga penulisan tesis ini tidak luput dari kekurangan. Oleh karena

itu penulis mohon kritik dan saran dari pembaca maupun peneliti selanjutnya.

Akhirnya penulis berharap agar tulisan kecil ini bisa bermanfaat bagi

pembacanya.

Page 12: KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/27/3/212410514...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul KONSEP PENAFSIRAN

xi

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM …………………………………..……………………...i

PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………………………ii

SURAT PERNYATAAN ……………………………..…………………...iii

LEMBAR PENGESAHAN ….………………………………………….…iv

MOTTO ……………………………………………………………………..v

TRANSLITERASI ….……………………………………………………..vi

KATA PENGANTAR ….……………………………………………….…ix

DAFTAR ISI …………….…………………………………………………xi

ABSTRAK ……………….……………………………………………......xiii

BAB I: PENDAHULUAN …….……………………………………………1

A. LatarBelakangMasalah ………………………...…...……….1

1. IdentifikasiMasalah ...............................………..…....……6

2. PembatasanMasalah ………………………...……………7

3. PerumusanMasalah…………….………………….......…..7

B. TujuaPenelitian ...…..………………………………….....…..7

C. KegunaanPenelitian …..……………………………......….…8

D. TinjauanKepustakaan ………………………………....….....8

E. MetodePenelitian ..………….……………………….…...….10

F. KerangkaTeori ………………………………………….…...13

G. SistematikaPenulisan ………………..……………………...16

BAB II: BIOGRAFI SYEKH ABDULLAH AL-HARARI …………….17

A. BiografiBeliaudanPotretKehidupannya …………………...17

B. Guru-guru danMurid-muridSyekh Abdullah al-Harari …19

C. Karya-karyaIlmiahSyekh Abdullah al-Harari ….…….......22

BAB III: DEFINISI MA’SHŪM…………………………………..….…...27

A. MenurutSyaikh Abdullah al-Harari …………………….....27

B. MenurutparaMufassirdanUlamalainnya ………...…….…33

BAB IV: ANALISA PANDANGAN SYAIKH ABDULLAH AL-

HARARI DAN PARA MUFASSIR TENTANG KONSEP

PENAFSIRAN ‘ISHMAH AL-ANBIYĀ’……. …………….79

A. Nabi Adam a.s ……………….................................................82

B. Nabi Ibrahim a.s………..………………….………….…......91

C. NabiAyyuba.s ………………………….…...….…….…......109

D. Nabi Muhammad SAW ………………...……..………..…112

E. Konsepma’shūmmenurutSyekh Abdullah al-Hararri ......123

F. Analisapenulisterhadapkonsepkema’shūmandariSyekh

Abdullah al-harari …………………………………………145

BAB V :PENUTUP …………….…………………………………….…..156

A. KESIMPULAN ….…………………………………………156

B. SARAN .…………………………………………………….157

Page 13: KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/27/3/212410514...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul KONSEP PENAFSIRAN

xii

DAFTAR PUSTAKA ...………………………………………………….158

CURRICULUM VITAE ………………………………………………...164

Page 14: KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/27/3/212410514...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul KONSEP PENAFSIRAN

xiii

A B S T R A K

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap secara mendalam

penafsiran Syaikh Abdullah al-Harari terhadap „Ishmah al-Anbiyā‟ tentang

kema‟shūman para Nabi dalam Kitab Bughyah at-Thālib li Ma‟rifati al-„Ilmi

ad-Dīnī al-Wājib. Syaikh Abdullah al-Harari adalah seorang alim, panutan

para muhaqqiq, rujukan dan pemuka ulama. Beliau adalah salah satu ulama

ahlussunnah terkemuka, tidak jarang orang-orang yang tidak suka dengan

beliau, kemudian memojokkan nama Syaikh Abdullah al-Harari bahkan

dengan membuat berita-berita bohong yang amat jauh dari fakta. Barangkali

nama beliau tidak sesohor ulama ahlussunnah lainnya yang telah masyhur di

kalangan kita. Akan tetapi di timur tengah beliau amat masyhur. Kitab ini

mencakup ruang yang begitu luas dan mudah dipahami bagi para pembaca.

Kema’shuman para Nabi di dalam Al-Qur’an sangatlah banyak. Maka

untuk mengetahui penafsiran Syaikh Abdullah al-Harari terhadap‟Ishmah al-

Anbiyā‟ tentang kema‟shūman para Nabi, penulis memfokuskan pada empat

Nabi, yakni Nabi Adam a.s., Nabi Ibrahim a.s., Nabi Ayyuba.s., dan Nabi

Muhammad SAW. Para Nabi yang empat ini dipilih karena para Nabi inilah

yang memiliki pembahasan yang banyak dikalangan para mufassirīn dan

terdapat pemahaman yang tidak sesuai dengan sifat yang dimiliki oleh

seorang Nabi. Penelitian ini berusaha mengkaji, meneliti, menelaah dan

memahami pandangan Syaikh Abdullah al-Harari tentang ma‟shūm dengan

merujuk kepada karya-karya tafsir dan karya tafsir beliau yang terkait dengan

kema‟shūman. Penelitian ini kemudian dipadukan dengan metode

deskriptifanalitis, yaitu penelitian yang tidak hanya terbatas pada

pengumpulan dan penyusunan data namun juga meliputi usaha klarifikasi

data, analisa data daninterpretasitentangarti data yang diperoleh sehingga

dapat menghasilkan gambaran yang utuh dan menyeluruh dari penafsiran

Syaikh Abdullah al-Harari terhadap‟Ishmah al-Anbiyā‟ tentang kema‟shūman

para Nabi dan Rasul dalam Kitab Bughyah at-Thālib li Ma‟rifati al-„Ilmi ad-

Dīnī al-Wājib.

Hasil penelitian ini memberikan fakta bahwa penafsiran Syaikh

Abdullah al-Harari atas kema‟shūman para Nabi banyak mencounter

pendapat-pendapat yang menyimpang atau tidak sesuai dengan prilaku yang

dimiliki oleh seorang Nabi. Diantaranya adalah terdapat cerita-cerita

israiliyyat yang sudah tersebar dimasyarakat luas pada zaman ini.

Page 15: KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/27/3/212410514...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul KONSEP PENAFSIRAN

xiv

Page 16: KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/27/3/212410514...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul KONSEP PENAFSIRAN

xv

Page 17: KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/27/3/212410514...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul KONSEP PENAFSIRAN

xvi

A B S T R A C T

The purpose of this research is to reveal the depth tafsir of Syaikh

abdullah al-Harari to ‟ishmah al-Anbiyā‟ it is the concept of prophets

maʿshūm in the book of “Bughyah at-Thālib li Ma‟rifati al-„Ilmi ad-Dīnī al-

Wājib.”Syaikh Abdullah al-Harari was a scholar the muhaqqiq‟s role model.

He is one of the well known ahlussunnah schollars often those who do not

like to him, then got name Syaikh Abdullah al-Harari even with make news

think that far from the fact. Perhaps she did not name sesohor clergy

ahlussunnah another that was famous among we. But in the middle east he is

famous. The book it includes space is so vast and understandable for readers.

There are so many discussion about the concept of prophets

ma‟shūmin Al-Qur’an, so that the writer focused the discussions about

ma‟shūmon four prophets, they are Adam a.s., Abraham a.s., Ayyuba.s. and

Muhammad SAW. These prophets ma‟shūm discussions were choosen

because of there are so many arguments among scholars about the right

nature of prophets. This research tries to reveal the concept of ma‟shūm

according to Abdullah al-Harari through his books interpretation’s about

ma‟shūm. This research then integrated with the method descriptive

analytical, namely research that not only limited when the and the

formulation of data but also includes clarification data business, data analysis

and interpretation of about what it means the data collected so that it can

produce the picture intact and thorough of interpretation Syaikh Abdullah al-

Harari to to‟ishmah al-Anbiyā‟it is the concept of prophets ma‟shūm in the

book of “Bughyah at-Thālib li Ma‟rifati al-„Ilmi ad-Dīnī al-Wājib.”

The research will prove that Abdullah al-Harari Interpretation about

ma‟shūm encounter the untrue interpretation’s about the nature of prophets.

There are stories of them are isrā‟īliyyāt who has spread in the community

wider at these days.

Page 18: KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/27/3/212410514...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul KONSEP PENAFSIRAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di kalangan para ahli tafsir status Nabi dan Rasul dianggap sebagai

ma‟shūm atau „ishmah.1Artinya para Nabi dan Rasul terhindar dari perbuatan

dosa besar dan kecil, terhindar dari melakukan perbuatan keji dan mungkar.

Tiada seorangpun dari mereka yang melanggar perintah Allah SWT., mereka

senantiasa berada dalam peliharaan Allah SWT., dan tidak pernah melakukan

dosa yang akan mengantarkan mereka mendapat hukuman dari Allah SWT.,

ini memberi pemahaman bahwa status kerasulan dan kenabian sangat identik

dengan orisinalitas wahyu atau khabar yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul

tersebut.2sebagai amanah yang diberikan oleh Allah SWT., kepada mereka.

Namun demikiankema‟shūmanpara Nabi dan Rasul masih

menimbulkan banyak perdebatan di kalangan para ulama itu sendiri.Diantara

mereka ada yang mengatakan kema‟shūman Nabi dan Rasul berlaku

semenjak dilahirkan sampai akhir wafatnya, ada juga yang berpendapat

bahwa kema‟shūman tersebut berlaku ketika diangkat menjadi

Nabi.3Mengapa para Nabi dan Rasul disebut ma‟shūm?Ini menandakan

bahwa para Nabi dan Rasul di tempatkan Allah SWT., sebagai pembawa

risalah dan sebagai suri tauladan yang baik dan sempurna bagi seluruh

manusia.

اللركذورخلا مو لي ا وواللجر ي انكن مل ةنسحةوس أالللو سرف م كلانكد قل.اري ثك

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah SAW., itu suri

tauladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap

rahmat Allah SWT., dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak

menyebut Allah SWT.”(QS. Al-Ahzab/33: 21).

Para Nabi dan Rasul identik dengan 4 sifat.4 Muhammad ibn

Khalifah ibn Ali at-Tamīmi dalam kitabnya yang berjudul “Huqūqun an-

1Syekh Abdullāh al-Harari, “ad-Dalīl al-Qawīm „alā ash-Shirāthil Mustaqīm”,

(Suriah: Dar al-Masyāri‟, 2009) hlm. 336. Lihat juga DR. Muhammad ibn Khalīfah ibn „Ali

at-Tamīmi, “Huqūq an-Nabiyyi shallallāhu „alaihi wa sallam „alā Ummatihi fī dhaw‟i al-

Kitāb wa as-Sunnah”, (Riyadh: Maktabah adhwa‟u as-Salaf, 1997), juz. 1. hlm.128. 2 Syekh Abdullah al-Harari, “„Umdah ar-Rāghib fī Mukhtashar Bughyah ath-

Thālib”, (Suriah: Dar al-Masyāri‟, 2008) hlm. 74. 3Syekh Abdullah al-Harari, “Bughyah ath-Thālib li ma‟rifati al-„Ilmi al-Wājib”,

(Suriah: Dar al-Masyāri‟, 2004). 4Yaitu shiddīq, amānah, tablīgh, fathānah.Lihat Syekh Abdullah al-Harari,

“Bughyah ath-Thālib li ma‟rifati al-„Ilmi al-Wājib”, (Suriah: Dar al-Masyāri‟, 2004) Hlm.

Page 19: KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/27/3/212410514...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul KONSEP PENAFSIRAN

2

Nabiyyi shallallāhu ʿalaihi wa sallam ʿalā ummatihi fi shaw‟i al-Kitāb wa

sunnah”, berkata bahwa ma‟shûm menurut bahasa memiliki beberapa makna

diantaranya adalah al-Manʿu, al-Hifzh, al-Qilādah, al-Habl, as-sabāb.5

Kata maʿshum itu sendiri tidak ada dalam Al-Qur‟an, namun kata

tsulātsi-nya sama dengan maʿshūm ada dalam Al-Qur‟an. Allah SWT

berfirman:

الر هي أآي أمغ ل ب لو سا ب مفل عف ت ل ن إوكب ر ن مكي لإلزن ا الل وووتالسرتغ ل ا(78)ني رافلكا مو لقيا ده ي لالل ون إاسالن نمكمصع ي

“Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu

kepadamu. Jika engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti

engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan allah memelihara

engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi

petunjuk kepada orang-orang kafir.” (QS. al-Mā‟idah/5: 67).

اءا نمن مصع ي لبجلىإي آوسالقمحرن مل إالل ورم أن ممو لي ا ماصعلالقلم

مهن ي ب لاحو و اا ا نمانكفجلم

قرغ لم (54)ي “Anaknya menjawab: “Aku akan mencari perlindungan ke gunung

yang dapat memeliharaku dari air bah!” Nuh berkata: tidak ada yang

melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha

Penyayang”. Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya,

maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang

ditenggelamkan.”(QS. Hūd/11: 43).

نو ديلو ةح رم كبادرأو اأءو سم كبادرأن إالل ونم م كمصع ي ي ذاال ذن مل ق (78ا)ري صنلاو ي لوالل ونو دن م م ل

65. Lihat juga Syekh Abdullah al-Harari, “„Umdah ar-Rāghib fī Mukhtashar Bughyah ath-

Thālib”, (Suriah: Dar al-Masyāri‟, 2008) hlm. 71. Lihat juga Muhammad Fakhruddin al-

Bantani, “Ilmu Tauhid Dasar”, (Jakarta: al-„Asyīrah asy-Syāfi‟iyyah, tt), hlm. 40. Lihat juga

al-„Allamah Syekh Thāhir al-Jazāiri, “al-Jawāhiru al-Kalāmiyah fī īdhāhi al-„Aqīdah al-

Islāmiyyah”, tt, hlm. 13. Lihat Syekh Muhammad Nawawi al-Jawi, “syarh tījaan ad-

Darūri”, tt.hlm. 63-68. Lihat juga Ahmad ibn Hajar al-Buthami al-Bun‟ili, “al-„Aqāid as-

Salafiyyah bi adillatihā an-Naqliyyah wal „aqliyyah”, (Qatar: Dar al-Kutub al-Qithriyyah,

1994), Cet. 1, Juz 1, hlm. 312-317. 5Muhammad ibn Khalīfah ibn Ali at-Tamīmi, “Huqūqun an-Nabiyyi shallallāhu

„alaihi wa sallam „alā ummatihi fi shaw‟i al-Kitāb wa sunnah”, (Riyadh: Maktabah

adhwa‟us salaf, 1997), bab. 1, wujūb al-Īman bi an-Nabiyyi shallāhu „alaihi wa sallam wa

thā‟athi wa atbā‟ī as-Sunnatih, hlm. 129.

Page 20: KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/27/3/212410514...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul KONSEP PENAFSIRAN

3

“Katakanlah: “Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir)

Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki

rahmat untuk dirimu?” Dan orang-orang munafik itu tidak

memperoleh bagi mereka pelindung dan penolong selain Allah.” (QS.

al-Ahzāb/33: 17).

Maka diharuskan bagi kita untuk meyakinkan bahwa para Nabi dan

Rasul itu adalah manusia yang paling sempurna dalam penampilan, akal,

kekuatan berfikir, kecerdasan dan pembawaan wahyu yang diutus pada

zamannya. Kalau saja para Rasul itu tidak sesuai dengas sifat sifatnya (tidak

maʿshūm) maka mustahil manusia akan menerima dan mengakuinya.6 Sifat

sifat itu merupakan satu hujjah bagi mereka agar apa yang disampaikan bisa

diterima dengan baik.

و....مو لىق عمي اىرب اإاىني اآت نت ج حكل تو “Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk

menghadapi kaumnya…” (QS. al-An‟ām/6: 83).

Dilihat dari beberapa riwayat tentang perilaku para Nabi dan Rasul

terdapat indikasi bahwa diantara mereka (para Nabi) ada yang terjerumus

dalam perbuatan maksiat.Nabi Adam a.s., misalnya disinyalir melakukan

kesalahan yaitu memakan buah terlarang.Padahal perbuatan yang dilakukan

Nabi Adam itu diingatkan oleh Allah SWT., dalam Al-Qur‟an.

هذاىبرق ت لاومتئ شثي حداغارهن ملكوةن لا كجو زوتن أن كاس ماآدينال ق ومالالظ نمناو كتف ةرجالش (46)ي

“Dan Kami berfirman: “Hai anak Adam diamilah oleh kamu dan

istrimu surge ini dan makanlah makanan-makanannya yang banyak

lagi baik dimana saja yang kamu sukai dan janganlah kamu dekati

pohon ini yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang

lalim.” (QS. al-Baqarah/2: 35).

Banyak dalil yang menunjukkan bahwa para Nabi dan Rasul pernah

berbuat kesalahan.Namun jika kita perhatikan setiap dalil yang menunjukkan

6 Syekh Muhammad Miyarah al-Maliki telah berkata dalam kitabnya “ad-Dar ats-

Tsamin” bahwa tercegah bagi para Nabi dan Rasul mempunyai sifat lemahnya pikiran akan

tetpi wajib bagi mereka sempurna akalnya, pintar, cerdas dan kuat akal pikiran. Lihat Syekh

Abdullah al-Harari, “Umdah ar-Rāghib fī Mukhtashar Bughyah ath-Thālib”, (Suriah: Dar al-

Masyāri‟, 2008), hlm. 73

Page 21: KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/27/3/212410514...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul KONSEP PENAFSIRAN

4

para Nabi dan Rasul berbuat kesalahan selalu digandengkan dengan taubat

dan rujū‟nya mereka.Nabi Adam dan istrinya.Allah SWT berfirman:

(34)ني راسلا نمن نو كنالنح ر ت اونلر فغ ت لن إاونسفن أنام لظانب رالق“Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri

kami sendiri dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi

rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang

yang merugi.” (QS. al-Aʿrāf/7: 23).

Begitu juga Nabi Nuh a.s., Allah SWT berfirman:

نم ن كأن ح ر ت ول ر فغ ت ل إومل وعبل سي المكلأس أن أكبذو عأن إب رالق (58)ني راسلا

“Nuh berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada

Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada

mengetahui (hakikat) nya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi

ampun kepadaku dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku,

niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Hūd

ayat 47).

Dan kisah Nabi Daud yang Allah ceritakan di dalam Al-Qur‟an. Allah

SWT berfirman:

نإكتجع ن الؤسبكملظد قلالق ب غب يلاءطللا نم اي ثكن إوواجعلى م هضع يوو ن آمني ذال ل إضع ىب لع الص لمعا ىملي لقواتالوا اهن ت ف ان أدو اودن ظوم او عاكرر خووب ررفغ ت اس ف نس حىوفل زلاندن عولن إوكلذولنار فغ(ف 35)بناأا (36)آبم

“Daud berkata: “Sesungguhnya dia telah berbuat zhālim kepadamu

dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada

kambingnya. Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang

berserikat itu sebahagian mereka berbuat zhālim kepada sebahagian

yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal

yang shaleh dan amat sedikitlah mereka ini”. Dan Daud mengetahui

bahwa Kami mengujinya, maka ia meminta ampunan kepada

Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat (24) Maka kami

ampuni baginya keshalehannya itu dan sesungguhnya dia mempunyai

kedudukan dekat pada sisi kami dan tempat kembali yang baik (25).”

(QS. Shād/38: 24-25).

Page 22: KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/27/3/212410514...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul KONSEP PENAFSIRAN

5

Ada sebuah hadits yang menunjukkan bahwa Rasulullah SAW., tidak

terlepas dari kesalahan.Sebagaimana terdapat dalam riwayat dari „Aisyah.7

ن ,عةاببلب أناب ةدب عن ,عي عزو لا نععي كوناثد ,حامشىناب اللدب عن ثد حمل سووي لعالللى صب الن ن ,أةشائعن ل,عفو ن ناب ةور ف ن اف,عسيناب للى”.ملع أال مر ش،وتل ماعمر شن مكبذو عأن !إم هلل ا:وائعدف لو قي (ملس ماهو)ر.ملع أال مر شن مو:”ةايورف و

“Telah menceritakan kepada kami Abdullah ibn Hisyam, telah

menceritakan kepada kami Waki‟ dari al-auza‟I dari „Ubdah ibn Abi

Lubabah dari Hilal ibn Yassaf dari fawrah ibn Naufal dari Aisyah,

bahwasanya Nabi Muhammad SAW., berkata di dalam do‟anya: “Ya

Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari keburukan

yang telah aku perbuat, dari keburukan yang tidak aku ketahui.”

Ahmad ibn Muhammad ash-Shāwi al-Maliki w. 1241 H, dalam

kitabnya yang berjudul “tafsīr ash-Shāwī, mengatakan sesungguhnya yang

terjadi pada diri Nabi Adam a.s., adalah “Sirrul Qadar”, pada zhahirnya

dilarang tapi tidak pada batinnya. Karena Nabiyallah Adam a.s., pada

batinnya adalah di perintah, terlebih utama dari pada kisahnya Nabi Khidir

a.s., beserta Nabi Musa a.s., yang lebih-lebih bahwa mereka itu adalah para

Nabi. Sedangkan Imam Ibnu al-„Araby mengatakan jika sekiranya aku berada

di tempatnya Nabi Adam a.s., niscaya aku memakan pohon itu dengan

sempurna karena didalam memakannya itu terletak kebaikan yang

banyak.8Charles Darwin dalam teorinya mengatakan manusia dan kera

berasal dari satu nenek moyang yang sama.9Dan dikisahkan Nabi Ibrahim

didalam Al-Qur‟ān. Allah SWT berfirman:

لفلآا ب حألالقلفاأم لف ب رذاىالقباكو كأىرلي الل وي لعن اجم لف (87)ي “Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang

(lalu) dia berkata: “Inilah Tuhanku” tetapi tatkala bintang itu

tenggelam, dia berkata: “Saya tidak suka kepada yang

tenggelam.”(QS. al-An‟ām/6: 76).

7Abu al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, “Shahīh Muslim”,

(Riyadh: baitul afkar ād-Dauliyyah, 1998), Kitab adz-Dzikri wa ad-Du‟ā, bab at-Ta‟āwwudz

min syarri mā, no. 2716 hlm. 1089. 8Ahmad ibn Muhammad as-Shawi al-Maliki, “Tafsīr ash-Shāwy, juz. 1, h. 22

9Charles Darwin, “The Descent of man”, 1871.

Page 23: KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/27/3/212410514...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul KONSEP PENAFSIRAN

6

bahwa beliau telah melakukan pencarian siapa Tuhan sebenarnya.

Saat menyaksikan bintang, Ibrahim mengira itulah tuhannya.Demikian pula

saat melihat bulan pada malam hari dan matahari di siang hari, Ibrahim

mengira itulah tuhannya.Namun, ketika pada waktu-waktu tertentu, bintang,

bulan, dan matahari itu tenggelam, Ibrahim mengeluh dan mencari

Tuhan yang menciptakan bintang, bulan, dan matahari.Hal ini

mengasumsikan bahwa Nabi saja masih mencari Tuhan sedangkan beliau

adalah utusan Allah SWT.

Kesalahpahaman dalam mengartikan sebuah kemaʿshūman,

khususnya yang bertalian dengan masalah aqidah, konsekuensinya bisa fatal,

akan menjerumuskan seseorang pada kemusyrikan dan menyesatkan jalannya

menuju kebahagiaan di akhirat. kemaʿshūman ini masih sangat rancu

dipahami oleh sebagian masyarakat, sehingga penjelasan dan penjabaran

tentang kemaʿshūman ini sangaturgent.

Dikalangan masyarakat tertentu, berkembang pendapat bahwa Kisah

Nabi Ayyūba.s.pun demikian, dikatakan bahwa beliau ketika ditimpa

musibah berupa penyakit yang sangat parah selama 18 tahun. Hartanya

lenyap, keluarganya pun meninggalkanya, sebagian orang berasumsi ketika

belatung yang memakan tubuh Nabi Ayyūb itu berjatuhan, diambil dan

dikembalikan ditempat semula oleh Nabi Ayyūb a.s. dan berkata:

.كقزري لذا كقز ر ن مي لكب رةقو لام يBerbicara mengenai kemaʿshūman ini, banyak persepsi yang

mengemuka dikalangan para ulama salaf maupun ulama khalaf, upaya

penelusuran kema‟shūman para Nabi dan Rasul tentu tidaklah mudah,

berbagai macam pendapat yang muncul dari kalangan ulama sunni atau ada

kemungkinan diipengaruhi oleh golongan yang lain, diantaranya bisa

menghilangkan kewibawaan dan kehormatan para Nabi dan Rasul itu sendiri.

Maka dari itu penelitian ini diarahkan untuk mengungkap hal ihwal

kemaʿshūman para Nabi dan Rasul dari berbagai kalangan ulama, khususnya

ulama Sunni yaitu Syekh Abdullāh al-Harari, agar tidak terjadi kekeliruan

dalam memahami kema‟shūman para Nabi dan Rasul itu sendiri.

B. Identifikasi Masalah

Judul penelitian ini adalah konsep penafsiran „ishmah al-Anbiyā‟:

telaah penafsiran Syaikh Abdullah al-Harari dalam Kitab Bughyah at-Thālib

li Maʿrifati al-‟Ilmi al-Wājib, kajian tentang kemaʿshūman para Nabi sudah

banyak dibahas oleh para mufassir maupun ulama-ulama lainnya dan sudah

menjadi kajian khusus.Akan tetapi berdasarkan uraian latar belakang masalah

yang telah penulis paparkan diatas maka dapat di dentifikasi beberapa

masalah sebagai berikut:

Page 24: KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/27/3/212410514...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul KONSEP PENAFSIRAN

7

1. Kurangnya kemampuan kaum muslimin memahami kemaʿshūman

para Nabi dan Rasul.

2. Minimnya informasi yang di jelaskan para ulama sunni mengenai

konsep kemaʿshūman.

3. Terjadi kesalah pahaman mengenai masalah kemaʿshūman para Nabi

dan Rasul yang berakibat fatal terhadap aqidah kaum muslimin.

4. Terdapat riwayat-riwayat yang di pengaruhi oleh Isrāilīyyāt yang

tidak sesuai dengan jati diri Nabi dan Rasul dalam masalah

kemaʿshūman ini.

Hal inilah yang akan penulis teliti tentang teori kemaʿshūman secara

khusus dan lebih mendalam dari sudut pandang Syaikh Abdullah al-Harari

dalam karyanya KitabBughyah at-Thālib li Maʿrifati al-‟Ilmi al-Wājib.

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini tidak bermaksud untuk mengkaji semua permasalahan

yang ditemukan diatas.Di samping itu, aspek ini diambil sebagai fokus

pembahasan, karena sebagian besar dari kitab-kitab atau buku-buku sekarang

ini lebih banyak menimbulkan perdebatan.

Mengingat persoalan mengenai konsep kemaʿshūman para Nabi dan

Rasul sangat luas dan untuk memperoleh uraian yang lebih fokus dan

mendalam, maka tema di atas dibatasi hanya pada pembahasan:

a. Pandangan Syekh Abdullah al-Harari mengenai konsep

kemaʿshūmanpara Nabi dan Rasul dan Perbedaan pandangan konsep

kemaʿshūmandikalangan ulama Sunni dan ulama mufassir lainnya.

b. Pemaparan berbagai macam pendapat dari mufassir Sunni dan ulama

tafsir lainnya dari pengaruh dari riwayat-riwayat Isrā‟īliyyat karena

ini erat kaitannya dengan aqidah kaum muslimin.

D. Perumusan Masalah

Oleh karena itu untuk memperdalam pembahasannya, maka perlu

adanya batasan masalah dari sekian masalah yang ada. Dengan demikian agar

tesis ini lebih praktis dan operasional, maka masalah-masalah pokok yang

akan dibahas dalam tesis ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana kemaʿshūmanpara Nabi dan Rasul menurut Syekh

Abdullāh al-Harari?

2. Apakah ada kesamaan pendapat antara Syekh Abdullah al-Harari

dengan para ulama Sunni dan ulama mufassir lainnya?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dibuat di atas, maka

penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

Page 25: KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/27/3/212410514...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul KONSEP PENAFSIRAN

8

1. Mengetahui secara mendalam konsep kemaʿshūman para Nabi dan Rasul

menurut Syekh Abdullāh al-Harari dalam KitabBughyah at-Thālib li

Maʿrifati al-‟Ilmi al-Wājib.

2. Mengetahui seberapa jauh beberapa pemikiran dari berbagai sudut

pandang yang mempengaruhi kaum muslimin tentang kemaʿshūmanyang

dapat menggeser nilai-nilai aqidah kaum muslimin.

F. Kegunaan Penelitian

Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah:

1. Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengetahuan guna

membantu memberikan solusi dalam perdebatan seputar kemaʿshūman

para Nabi dan Rasul dan juga sebagai bahan acuan (referensi) bagi

mahasiswa/i yang ingin membahas lebihjauh mengenai tema penelitian ini

ataupun tema-tema lain yang berkaitan dengannya.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah cakrawala pengetahuan yang

berkaitan dengan kajian-kajian Al-Qur‟an, terutama bagi mahasiswa

jurusan Ulumul Qur‟an dan Hadits dan umumnya bagi seluruh lapisan

masyarakat yang berminat mendalami keilmuan al-Qur‟an.

3. Diharapkan dapat menjawab persoalan-persoalan seputar

kemaʿshūmandimasyarakat, karena mengingat masih ada masyarakat yang

meyakini kisah-kisah yang datang dari riwayat Isrā‟īliyyat dan riwayat-

riwayat yang melenceng dari kesucian para Nabi dan Rasul.

4. Sebagai bagian dari kontribusi akademis dan dapat menambah khazanah

keilmuan di lingkungan IIQ (Institut Ilmu Al-Qur‟an) Jakarta, khususnya

tentang kajian kemaʿshūmanpara Nabi dan Rasul.

5. Dapat memperluas wawasan pemikiran umat Islam dan

meningkatkankeimanan dan keikhlasan dalam beribadah dan beramal

shaleh kepada Allah SWT., dan menambah kecintaan kita kepada Para

Nabi dan Rasul.

G. Tinjauan Kepustakaan

Dialog antara ilmu pengetahuan dan agama sudah cukup banyak

dilakukan oleh para ilmuwan. Demikian juga, penelitian tentang

kema‟shuman sudah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti

terdahulu.Namun penelitian khusus tentang kema‟shūman oleh Syaikh

Abdullah al-Harari dalam Kitab Bughyah at-Thālib li Maʿrifati al-ʿIlmi al-

Wājib, sejauh yang penulis ketahui, masih belum ada. Tulisan-tulisan yang

ada mempunyai objek bahasan yang sama dengan tokoh yang berbeda dalam

penafsiran ayat-ayat kemaʿshūman secara umum. Buku-buku dan kitab-kitab

yang ditulis yang berhubungan dengan kemaʿshūman itu diantaranya adalah:

- Tafsīr Al-Qur‟an al-ʿAzhīm yang lebih dikenal dengan Tafsīr Ibn

Katsīr Karya Imad al-Din Abu Fidā‟Ismā`īl al-Hâfizh, yang terkenal

Page 26: KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/27/3/212410514...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul KONSEP PENAFSIRAN

9

dengan nama Ibn Katsīr (w.774 H.) Tafsir ini dipilih karena ia

merupakan tafsir bi al-Ma‟tsûr10

dan banyak keterangan hadits yang

dikutip sehingga sangat membantu dalam memahami al-Qur‟an.

- Tafsīr Jāmi‟ al-Bayān fī Tafsīr Al-Qur‟an, karya Ibnu Jarīr al-

Thabari, kitab tafsir ini dipergunakan karena tempat kembalinya

ulama tafsir. Tafsirnya itu menyatakan keluasan ilmunya dan

ketinggian penyelidikannya.

- al-Mīzān fīTafsīr Al-Qur‟an, karya Muhammad Husein al-

Thabathaba‟i.

- Tafsīr ash-Shāwī „alā Tafsīr al-Jalālaīn karya Ahmad ibn

Muhammad ash-Shawi al-Maliki.

- Tafsīr Mujāhid karya Abu al-Hajjaj Ibn Jabr al-Qurasyi al-Makhzumi.

- Tafsīr al-Nahrul Mad karya Abu Hayyan al-Andalusi, al-Jami‟ li

Ahkam Al-Qur'an karya al-Imam al-Qurtubi.

Dari berbagai karya dan penelitian yang penulis kemukakan di atas,

terlihat bahwa penelitian ini melihat sisi yang berbeda dengan berbagai karya

dan penelitian terdahulu.Karya dan penelitian yang ada banyak menyoroti

aspek kema‟shūman.Sedangkan dalam penelitian ini penulis mencoba untuk

mengkaji pemikiran dan penafsiran Syaikh Abdullah al-Harari dalam hal ini

berkaitan tentang konsep penafsiran „ishmah al-Anbiyā‟ dalam Kitab

Bughyah at-Thālib li Maʿrifati al-ʿIlmi al-Wājib.

Adapun penelitian yang pernah membahas tentang kema‟shūman,

sejauh pengetahuan penulis juga cukup banyak, akan tetapi semuanya

meneliti masalah yang berbeda dengan masalah yang akan diteliti penulis.

Secara ringkas, perbandingan antara penelitian terdahulu dengan penelitian

yang akan dilakukan oleh penulis, dapat digambarkan dalam table berikut:

NO Nama / Lembaga /

Bentuk / Tahun

Judul Masalah yang

Diteliti

1 Jurnal 2 September

2013

Kajian Utama syi‟ah

Dan kemaʿshūman

Para Imam

Definisi dan

maʿshūmmenurut

Ahussunnah

2 Jurnal Ushuluddin /

1997 Konsep ʿIsmah Nabi

Muhammad SAW.,

Dalam Al-Qur‟an

Definisi ʿismah,

konsep „ismah

dalam Al-Qur‟an

10

Al-Tafsir bi al-Ma'tsūr adalah rangkaian keterangan yang terdapat dalam al-

Qur'an, Sunnahatau kata-kata sahabat sebagai keterangan atau penjelasan maksud dari

Firman Allah, dalam hal ini penafsiran al-Qur'an dengan al-Qur'an, penafsiran al-Qur'an

dengan al-Sunnah atau penafsiran al-Qur'an dengan Atsar yang timbul dari kalangan

Shahabat. . Lihat Muhammad Husin al-Dzahabi, al-Tafsir wa al-Mufassirun (ttp: Dar al-

Syirkah, tth) h. 237

Page 27: KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/27/3/212410514...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul KONSEP PENAFSIRAN

10

3 Artikel 8 Maret

2017 ʿIsmah Makna ʿismah para

Nabi dan

kemaʿshūman para

Imam dan

4 Buku Rasulullah Insan

Yang Terpelihara

karya Syaikh

Muhammad bin

Ibrahim Abdel Baes

Al-Husaini Al-

Kettany

Penjelasan

mendalam tentang

ʿismah, pergaulan

para Nabi dari segi

kehidupannya

sehari-hari

5 Ensiklopedi /

Tahun 1988 /

halaman 97

Ensiklopedia Imam

Syafi‟I Karya Prof.

Syaikh Abdul Ghani

Abdul Khaliq (guru

Besar Universitas

Al-Azhar, Kairo)

Dasar-dasar Syi‟ah

dan „ismah

Sepanjang telaah penulis belum ada penelitian ilmiyah ataupun tesis

di Perguruan Tinggi manapun yang secara khusus mengkaji masalah

kema‟shūmandalam pandangan mufassirîn dan khususnya menurut Syekh

Abdullah al-Harari.

Dengan demikian, pada penelitian ini penulis berupaya mengungkap

bagaimana konsep Abdullah al-Harari dalam masalah Kemaʿshūman, terlepas

dari pengaruh dan pendapat aliran pemikiran teologi yang ada.

H. Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, karena studi tentang

karya seorang tokoh memang merupakan bagian dari penelitian

kualitatif.Salah satu kelebihan studi tentang tokoh adalah sifatnya yang in-

depth (mendalam) dan tidak out depth (melebar), karena studi tokoh

memfokuskan diri pada satu orang tertentu pada bidang tertentu sebagai unit

analisis.11

Dalam proses pengumpulan data, penelitian kualitatif banyak

tergantung kepada peneliti itu sendiri, berbeda dengan penelitian kuantitatif

yang proses pengumpulan datanya dapat menggunakan angket atau melalui

jasa orang lain dalam pengumpulannya. Hal ini sebagaimana yang dinyatakan

oleh Lexi J. Moleong bahwa pencari tahu ilmiah dalam pengumpulan data

11

Studi tokoh merupakan kajian sistematis terhadap pemikiran atau gagasan seorang

pemikir, keseluruhannya atau sebagian. Lihat Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh

Pemikiran Islam, (Jakarta: Istiqamah Press, 2006), h. 7. Lihat juga: Arief Furchan dan Agus

Maimun, Studi Tokoh: Metode Penelitian Mengenai Tokoh, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

20050, h. 18-19.

Page 28: KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/27/3/212410514...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul KONSEP PENAFSIRAN

11

dalam penelitian kualitatif lebih banyak tergantung pada peneliti sebagai

pengumpul data.12

1. Sumber data

Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan dan diperoleh

adalah data kepustakaan yang mencakup:

a. Sumber-sumber primer atau sumber yang paling utama yaitu

KitabBughyah at-Thālib li Maʿrifati al-ʿIlmi al-Wājib karya Syaikh

Abdullah al-Harari.

b. Sumber-sumber sekunder, yaitu sumber-sumber yang banyak

berkaitan dengan tema inti yang akan dibicarakan dalam penelitian

ini. Sumber-sumber sekunder yang bisa dipergunakan dalam

penelitian ini, meliputi karya yang membahas langsung tentang

biografi dan pemikiran Syaikh Abdullah al-Harari sendiri maupun

dari karya para ulama yang membahas tentang kema‟shūmanpara

Nabi dan Rasul.seperti:

- „Ishmah al-Anbiyā‟ karya Imam Fakhruddin ar-rāzi. Kitab ini

tersusun secara sistematis menjelaskan tentang kema‟shūman

disertai dengan kisah-kisah yang terkandung didalamnya akan

tetapi hal ini belum sepenuhnya menjawab menjawab permaslahan

tentang kema‟shūmanini.

- Kitab al-Jawāhiru al-Kalāmiyah fī īdhāhi al-„Aqīdah al-

Islāmiyyah yang disusun secara lengkap dan sistematis oleh al-

„Allāmah Syekh Thāhir al-Jazāiri, kitab ini memaparkan aqidah

tauhid dasar bagi kaum muslimin. Semua Kitab-kitab ini tidak

membicarakan masalah Kema‟shūman secara utuh, bahkan

kajiannya bersifat parsial.

- Kitab al-„Aqāid as-Salafiyyah bi adillatihā an-Naqliyyah wal

„aqliyyah karya Ahmad ibn Hajar al-Buthami al-Ban‟ali kitab ini

sama dengan kitab diatas yaitu memaparkan aqidah tauhid tetapi

tidak membicarakan masalah kema‟shumansecara utuh.

- Kitab Huqūqun an-Nabiyyi shallallāhu „alaihi wa sallam „alā

ummatihi fi shaw‟i al-Kitāb wa sunnah karya Muhammad ibn

Khalīfah ibn Ali at-Tamīmi. Kitab ini termasuk kitab yang

beraliran ahlussunnah wal-jama‟ah.

2. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data penelitian, penulis menggunakan metode

dokumentasi yang diterapkan untuk menggali data-data yang berkenaan

12

Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda

Karya, 2002), h. 19.

Page 29: KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/27/3/212410514...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul KONSEP PENAFSIRAN

12

telaah biografis tentang Syaikh Abdullah al-Harari dan pemikirannya dalam

Kitab Bughyah at-Thālib li Ma‟rifati al-‟Ilmi al-Wājib serta telaah konseptual

penafsiran ayat-ayat kema‟shūmandari para mufassir.

3. Metode Analisa Data

Hasil penelitian dan data yang diperoleh, analisa dengan metode

deskriptif13

analitis14

yakni penelitian yang berusaha untuk menuturkan

pemecahamanmasalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan

subyek/obyek penelitian, pada saatsekarang berdasarkan fakta-fakta yang

tampak atau sebagaimana adanya.15

Hal inidirasakan lebih tepat untuk

dipergunakan dalam penelitian ini, karena tidak hanya terbatas pada

pengumpulan dan penyusunan data namun juga meliputi usaha klasifikasi

data, analisa data dan interpretasi tentang arti data yang diperoleh sehingga

dapat menghasilkan gambaran yang utuh dan menyeluruh.16

Deskriptif analitisyakni analitis dalam pengertian historis

danfilosofis.Sebagai suatu analisa filosofis terhadap seorang tokoh yang

hiduppada suatu zaman yang lalu,17

maka secara metodologis pendekatan

yang penulis gunakan adalah pendekatan sejarah (historical approach),18

yang mengungkap hubungan seorang tokoh dengan masyarakat, sifat, watak

pemikiran dan ide seorang tokoh.19

pendekatan sejarah (historical approach)

digunakan untuk memahami pemikiran Syaikh Abdullah al-Harari tentang

penafsiran ayat-ayat ‟ishmah al-Anbiyā‟, utamanya tentang konsep

kema‟shūman para Nabi dan Rasul. Secara aplikatif, ayat-ayat kema‟shūman

para Nabi dan Rasul yang akan disoroti adalah surah Al-Baqarah/2: 35, Al-

An‟ām ayat 74-79, Al-Anbiyā‟/21: 83-84 dan At-Taubah/9: 84.Ayat-ayat

tersebut dipilih sebagai bahan kajian karena secara tersurat

13

Deskriptif adalah bersifat menggambarkan apa adanya, lihat, Departemen

Pendidikan Nasioanal, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), cet.

Ke 3, h. 258. 14

Analitis adalah penguraian Sesutu pokok atas berbagai bagiannya dan

penelaahanbagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang

tepat dan pemahaman arti keseluruhan, atau juga mengandung pengertian penjabaran

sesudah dikaji sebaik baiknya. Lihat, Departemen Pendidikan Nasioanal, Kamus Besar

Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 2005), cet. Ke 3, h. 43. 15

Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah

MadaUniversity Press, 2003), h. 63. 16

Winarno Surakhmad, “Dasar dan teknik Research, (Bandung: Tarsito, 1978),

hlm. 131 17

Anton Bakker dan Achmad Charris Zubeir, Metodologi Penelitian Filsafat,

(Yogyakarta: Kanisius, 1990), h. 61. 18

Syahrin Harahap, Penuntun Penulisan Karya Ilmiah Studi Tokoh Dalam Bidang

Pemikiran Islam, (Medan: IAIN Press, 1995), h. 18. 19

M. Nizar, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), h. 62.

Page 30: KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/27/3/212410514...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul KONSEP PENAFSIRAN

13

menginformasikan hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan

kema‟shūman para Nabi dan Rasul secara jelas.

Adapun dalam penulisan tesis ini, penulis menggunakan buku

“Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi”, Institut Ilmu al-Qur‟an

(IIQ), Jakarta, cetakan ke-2, Mei 2011.

I. Kerangka Teori

Kema‟shumanadalah terjemah dari kata „ishmah dalam bahasa Arab,

berasal dari kata „ashama ( مصع ).Imam Ibnu Qutaibah rahimahullah berkata,

„ashama ( مصع ) artinya mana‟a, darinya muncul kata „ishmah ( ةمص عل ا ) dalam

agama, yaitu terjaga dari kemakshiatan.20

Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia kata “ma‟shūm” diartikan: “terpelihara dari dosa dan kesalahan,

bebas dari dosa dan kesalahan”.21

Sedangkan didalam kamus Al-Munawwir, hal.939. Dinukil dari

Lisanul „Arab dikatakan bahwa:

انلسال باحصالق وعن مل ابرلعا ملكف ةمص عل ا": أدهب عاللةمص ع، ن : 0اهقوووعن :مماص ع،ومصع ،ي ومصعالق،ي وقبو ي ام ومصع ي

“Pengarang buku kamus Lisānul „Arab mengatakan: al-„Ishmah

dalam bahasa Arab berarti Al-Man‟u (pencegahan), dan

perlindungan Allah untuk hamba-Nya supaya terhindar dari hal yang

bisa menjerumuskannya atau menghancurkanya. Dikatakan dalam

bahasa Arab: “Ashamahu, Ya‟shimuhu, „Ishman” arinya “Mana‟ahu

wa Waqāhu” (mencegahnya dan melindunginya).“

Kata ma‟shum itu sendiri tidak ada dalam Al-Qur‟an, namun kata

tsulātsi-nya sama dengan ma‟shūm ada dalam Al-Qur‟an QS. Al-Mā‟idah

ayat 67, QS.Hūd ayat 43 dan QS Al-Ahzāb ayat 17.

Dapat dilihat pada QS.Al-Mâ‟idah ayat 67, QS.Hūd ayat 43 dan

QS.Al-Ahzâb ayat 17, bahwa kata ”‟ashama” dipakai dengan

pengertian memelihara atau melindungi dari bahaya atau gangguan atau

bencana yang lebih bersifat secara fisik.Dengan demikian

pengertian “ma‟shūm” adalah yang dilindungi atau dipelihara dari

bahaya/gangguan/bencana bukan yang tidak berbuat salah.Jadi, apakah

20

Imam ibnu Qutaibah, “at-Taqrîb”, juz.1, h. 324.Dinukil dari kitab Naskh Aqidah

al-Imam Ma‟shūm, h. 3. 21

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus

Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), edisi III,

http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/

Page 31: KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/27/3/212410514...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul KONSEP PENAFSIRAN

14

Nabi Muhammad itu “ma‟shūm”? Maka jawabanya adalah ya, karena sesuai

dengan surah Al-Māidah ayat 67.22

Maka diharuskan bagi kita untuk meyakinkan bahwa para rasul itu

adalah manusia yang paling sempurna dalam penampilan, akal, kekuatan

berfikir, kecerdasan dan pembawaan wahyu yang diutus pada zamannya.

Kalau saja para Rasul itu tidak sesuai dengas sifat sifatnya (tidak ma‟shūm)

maka mustahil manusia akan menerima dan mengakuinya.23

Sifat sifat itu

merupakan satu hujjah bagi mereka agar apa yang disampaikan bisa diterima

dengan baik.

....ومو ق لىعمي اىرب اإىناي آت ناتج حكل تو “Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk

menghadapi kaumnya.” (QS. al-An‟ām/6: 83).

Pengertian “ma‟shūm” menurut istilah sebagaimana yang

disampaikan oleh Thaba-thabai berkata, “Yang kami maksud dengan „ishmah

adalah adanya sesuatu pada diri seorang ma‟shūm yang mencegah terjadinya

sesuatu yang tidak dibenarkan, seperti berbuat kesalahan atau maksiat.”24

Imam Ali As-Shabuni di dalam bukunya an-Nubuwah wa al-Anbiyâ‟

mendefinisikan “‟Ismah adalah penjagaan Allah SWT., kepada para Nabi

dan Rasul-Nya dari melakukan perbuatan dosa dan maksiat, dan dari

melakukan hal yang munkar dan haram. „Ismah berlaku untuk semua Nabi

dan Rasul, sebagai kemulian yang diberikan oleh kepada mereka dan sebagai

pembeda antara mereka dengan manusia biasa.”25

Menurut penulis definisi ini

mencangkup pendapat di atas.

Menurut ahlussunnah wal jama‟ah, kema‟shūman adalah sifat para

Nabi, yaitu mereka semua terjaga dari kesalahandalam menyampaikan

agama.Mereka juga terjaga dari dosa-dosa besar.Adapun dosa-dosa kecil,

lupa atau keliru, maka para Nabi terkadang mengalaminya.Dan jika mereka

berbuat kesalahan, maka Allah SWT., segera meluruskannya.

Para ulama yang tergabung dalam al-Lajnah ad-Dâ‟imah lil buhuts

al-„ilmiyyah wal ifta‟ (lembaga tetap untuk penelitian Ilmiyyah dan fatwa)

Kerajaan Saudi Arabia menyatakan: “para Nabi dan Rasul terkadang berbuat

22

Nabi Muhammad itu dilindungi oleh Allah dari gangguan manusia. 23

Syekh Muhammad Miyarah al-Maliki telah berkata dalam kitabnya “ad-Dar ats-

Tsamin” bahwa tercegah bagi para Nabi dan Rasul mempunyai sifat lemahnya pikiran akan

tetpi wajib bagi mereka sempurna akalnya, pintar, cerdas dan kuat akal pikiran. Lihat Syekh

Abdullah al-Harari, “Umdah ar-Rāghib fī Mukhtashar Bughyah ath-Thālib”, (Suriah: Dar al-

Masyāri‟, 2008), hlm. 73 24

Allamah Thaba-thabai, al-Mizan, jil. 2, hal. 134. 25

Muhammad Ali al-Shobuni, Al-Nubuwah Wa Al-Anbiya, cet ke-3 ( Damaskus:

Maktabah al-Ghozali, 1985) h. 54

Page 32: KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/27/3/212410514...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul KONSEP PENAFSIRAN

15

kesalahan, tetapi Allah SWT., tidak membiarkan mereka dalam kesalahan

mereka, bahkan Allah menjelaskan kesalahan mereka kepada mereka, karena

kasih saying-Nya kepada mereka dan umatnya, dan Allah memaafkan

ketergelinciran mereka serta menerima taubat mereka, karena karunia dan

rahmat dari-Nya, dan Allah Maha Pengampun dan Pengasih.”26

Ahlus Sunnah menetapkan sifat ma‟shūmini hanya untuk para Nabi,

bukan untuk manusia selainnya.Karena manusia selain Nabi sangat banyak

berbuat kesalahan. Nabi SAW., bersabda:

:القمل سووي لعالللى صب الن ن أسنأثي داحضي أي ذمر الت دن عن مركذوواءط خمآدناب ل ك ائط ال ري خ، غوي فال.قنو اب و الت ي ي دن عوى.وبي ر::حذىوىهدناس إن إف.حي حص ،ببا لا نب دي زناثد ،حعي نمنب دح أاثند اا دعس منب ي لعناثد ح حي لاىلبة عةدتاقاثند ، وسنأن ، ةدعس منب ي لع.عمناب والث،قي دلا حالص ن عوبدرفن ة،ي دعس مناب ي لعن أيىوتاب رغ،وي (يذمر الت اهو)ر 38.ةدتاق

“Imam at-Tirmidzi dan juga hadits Anas disebutkan bahwa Nabi

Muhammad SAW., bersabda: “Setiap manusia pasti banyak berbuat

salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang yang

sering bertaubat”, hadits ini gharīb, padahal menurutku hadits ini

shahīh, karena sesungguhnya sanadnya itu adalah telah menceritakan

kepada kami Ahmad ibn Manī‟, telah menceritakan kepada kami Ali

ibn Mas‟adah al-Bāhilī, telah menceritakan kepada kami Qatādah

dari Anas dan Ali ibn Mas‟adah haditsnya baik, telah berkata

kepadanya oleh ibn Ma‟īn, hadits ini gharīb karena Ali ibn Mas‟adah

menyendiri dari Qatādah.”

Dari pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulanbahwa Ma‟shūm

adalah terpeliharanya seseorang dari dosa, sifat ini hanya dimiliki oleh para

26

Fatawa Lajnah ad-Dâ‟imah lil buhuts al-„ilmiyyah wal ifta‟, juz.3, h. 264, fatwa

no. 6290. 27

Muhammad bin „Isa Abu „Isa at-Tirmidzi as-Salami, “al-jâmi‟ ash-Shahîh Sunan

at-Tirmidzi, (Beirut: Dar Ihyâ‟ at-Turâts al-„Arabi, tt), juz 4. H. 659. Lihat juga Abu Bakar

Muhammad bin Abi Ishaq Ibrahim bin Ya‟kub al-Kalâbâdzî al-Bukhari, “Bahru al-Fawâ‟id

al-Masyhûr bi Ma‟ânî al-akhbâr”, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1999 M/1420 H), bab.

Yaqûlu law lam tadznabû lajâ‟a Allahu bi Qawmin, juz. 1, h. 366. Lihat juga Ibnu al-

Qaththan al-Fasi Abu al-Hasan „Ali bin Muhammad bin Abdul Malik, “Bayân al-Wahm wa

al-Îhâm fî Kitâb al-Ahkâm”, (Riyadh: Dar Thayyibah, 1997 M/1418 H), bab. qâla al-Îmânu

fî al-Qalb wa al-Islâm mâ, juz. 5, h. 414.

Page 33: KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/27/3/212410514...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul KONSEP PENAFSIRAN

16

Nabi dan Rasul.Para Nabi akan dipelihara oleh Allah dari melakukan

perbuatan keji dan mungkar. Tiada seorangpun dari mereka yang melanggar

perintah Allah, karena Allah telah memerintahkan kepada manusia agar

meneladani Nabi yang telah menyerukan suri teladan yang baik dan

sempurna bagi seluruh manusia. Mereka senantiasa berada dalam peliharaan

Allah dan tidak pernah melakukan dosa yang akan mengantarkan mereka

mendapat hukuman dari Allah.

J. Sistemtika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang utuh dan terpadu, maka penulisan

tesis ini dilakukan dengan membaginya ke dalam lima bab, pada setiap bab

terdiri atas beberapa sub-bab. masing-masing bab diusahakan memiliki kaitan

yang erat satu sama lainnya.

Sistematika penulisan tesis ini disusun sebagai berikut:

Bab pertama, pendahuluan, meliputi latar belakang masalah untuk

memberikan penjelasan secara akademik mengapa penelitian ini perlu

dilakukan dan apa yang melatar belakanginya. Kemudian rumusan masalah

yang dimaksudkan untuk mempertegas pokok-pokok masalah yang akan

diteliti agar lebih terfokus. Setelah itu, dilanjutkan dengan tujuan dan

kegunaan penelitian untuk menguraikan pentingnya penelitian ini. Sedangkan

kajian pustaka, untuk memberikan gambaran tentang letak kebaruan

penelitian ini bila dibandingkan penelitian-penelitian yang telah ada.

Kemudian kerangka teoritik yang dilanjutkan dengan metode penelitian

untuk mensistematiskan metode dan langkah-langkah penelitian

dimaksudkan untuk menjelaskan bagaimana cara yang dipergunakan penulis

dalam penelitian ini. Dan terakhir sistematika pembahasan.

Bab kedua, membahas biografi Syekh Abdullāh al-Harari, meliputi

biografi singkat dan potret kehidupan awal, karya-karya, guru dan murid-

muridnya.

Bab ketiga, memaparkan pengertian kema‟shūman dalam perspektif

friksi-friksi yang ada didalam mufassir Sunni khususnya menurut Syekh

Abdullāh al-Harari dan ulama-ulama tafsir lainnya.Agar dapat memberikan

pemahaman yang menyeluruh berkenaan dengan pandangan mufassir Sunni

terhadap konsep kema‟shūman”.

Bab keempat, mengadakan analisa terhadap pandangan para ulama

Sunni tentang konsep kema‟shūman para Nabi dan Rasul.Bagian ini

merupakan analisa penyusun untuk mengetahui isi dan substansi pandangan

para mufassir Sunni tentang kema‟shūman para Nabi dan Rasul dan juga

menurut Syekh Abdullāh al-Harari.

Bab kelima, merupakan penutup yang berisikan kesimpulan, saran-

saran, daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

Page 34: KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/27/3/212410514...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul KONSEP PENAFSIRAN

156

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melalui kajian yang relatif panjang tentang konsep ma’shūm

dalam Al-Qur’an atas menurut pemikiran Syekh Abdullah al-Harari, serta

pemahaman para ulama terhadap ayat-ayat tersebut, dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Menurut Syaikh Abdullah al-Harari: Kema’shūman para Nabi dan Rasul

tidak akan terkoyak karena Nabi Muhammad SAW., maupun para Nabi

yang lainnya, yaitu ma’shūm dari kekufuran, ma’shūm dari dosa2 besar

dan ma’shūm dari dosa-dosa kecil yang menunjukkan rendahnya jiwa

pelaku, baik sebelum diangkat menjadi Nabi maupun setelah diangkat

setelah menjadi Nabi.

Para Nabi dan Rasul terjaga dari kekufuran, dosa-dosa besar, dosa-dosa

kecil yang menunjukkan rendahnya jiwa pelakunya seperti mencuri

meskipun satu biji anggur, seperti melihat curi-curi pandang terhadap

perempuan ajnabiyyah, perempuan yang bukan istrinya dengan syahwat,

seperti juga munculnya keinginan di hati niat untuk berzina. Itu jelas sifat

yang hina, rendah. Semua ini para nabi terjaga dari 3 macam dosa ini, baik

sebelum diangkat menjadi nabi maupun diangkat setelah menjadi nabi.

Begitu juga telah dijelaskan bahwa dosa-dosa kecil yang tidak

menunjukkan rendahnya jiwa pelakunya itu mungkin saja dan sah-sah saja

seandainya dilakukan oleh seorang Nabi, namun akan langsung

mendapatkan peringatan dari Allah SWT., dan langsung bertaubat

sebelum ada orang yang mengikutinya untuk melakukan hal yang sama,

seperti maksiat yang dilakukan oleh Nabi Adam a.s., memakan dari buah

yang diharamkan oleh Allah SWT. Dosa yang beliau lakukan ini bukan

kekufuran, bukan kemusyrikan, bukan dosa besar, bukan dosa kecil yang

menunjukkan rendahnya jiwa pelakunya melainkan dosa kecil yang tidak

menunjukkan rendahnya jiwa pelakunya.

2. Para mufassir berpendapat bahwa Nabi harus ma’shūm pada tahap

pengamalan hukum-hukum agama yang terbukti dalam melaksanakan

semua tugas dan kewajiban serta meninggalkan semua yang haram, dosa

dan perbuatan yang buruk. Sebab mereka adalah figur yang sempurna

dalam agama. Dengan pengamalan itu mereka bisa mengajak umat kepada

perbuatan yang baik dan menjauhi perbuatan yang buruk. Seandainya para

Nabi tidak ma’shūm, bagaimana mungkin mereka dapat memikul

kepemimpinan umat dan mengajak kepada kebajikan.

Secara garis besar terdapat kesamaan penafsiran para mufassir dengan

penafsiran Syekh Abdullah al-Harari yaitu bahwa para Nabi dan Rasul

wajib memiliki sifat ma’shūm.

Page 35: KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/27/3/212410514...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul KONSEP PENAFSIRAN

157

3. Saran-saran

Setelah penulis memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan

ma’shūm, selanjutnya penulis akan memberikan saran sebagai berikut:

1. Penulis hanya mengkaji masalah ma’shūm ini menurut salah seorang

ulama ahlussunnah dari kalangan ulama modern yang sudah barang tentu

jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan ada

peneliti-peneliti lain yang mengkaji masalah ma’shūm ini.

2. Upaya untuk mendapatkan pemahaman yang pas dalam Al-Qur’an

tidaklah mudah, masih diperlukan banyak hal, terutama masih

diperlukannya penelitian-penelitian khusus yang menyangkut tema-tema

dalam Al-Qur’an.

3. Meskipun adanya perbedaan pendapat mengenai ma’shūm ini, terutama

dikalangan para mufassirin, maka perlu dikaji kembali ayat-ayat yang

berbicara tentang ma’shūm dalam kitab-kitab tafsir yang ada. Sehingga

lebih luas lagi di dalam memahami ma’shūm ini.

4. Begitu pentingnya pemahaman ma’shūm ini sehingga perlu adanya kitab-

kitab dan buku-buku lainnya, khususnya bagi pemerhati studi tafsir. Akan

tetapi langkanya literatur yang terrsedia, maka kepada pihak yang

berwenang diharapkan agar melakukan pengadaan kitab-kitab yang lebih

banyak dan buku-buku lainnya untuk mempermudah proses pemahaman

para mahasiswa dan mayarakat luas terhadap kitab-kitab tafsir dan ilmu-

ilmu lainnya agar tidak terjebak dalam pemahaman yang keliru.

Page 36: KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/27/3/212410514...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul KONSEP PENAFSIRAN

158

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah ibn Ismail ibn Ibrahim ibn Mughirah al-Ju‟fiy al-Bukhari, “al-

Jāmi‟u ash-Shahīh”, Madinah: Dar Thūq an-Najāh, tt.

_____,“Shahīh Al-Bukhāri, Dar Thuk al-najah, 1422H.

Abdullah ba‟alawi al-Haddad, “An-Nashaih ad-Dīniyyah wa al-Washāyā al-

Īmāniyyah”, Indonesia: Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyyah, tt.

Abdullah Ibn Abdurrahman Abu Muhammad ad-Darimi, “Sunan ad-

Dārimī”, Beirut: Dar al-Kutub al-„Arabi, 1407.

Abdul „Aziz ibn Abdullah ibn Baz, “Majmū‟ Fatāwā al-„Allāmah Abdul

„Aziz ibn Baz”, http://www.alifta.com: tt.

Abdul al-Qahir al-Baghdadi,Abu Manshur,“Kitab Ushul ad-Din”, Beirut:

Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah, 1981 M/1401 H.

Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh, “Fathul Majīd”, Beirut: Maktabah Dar

Al-Bayan, 1982 M / 1402 H.

Abdurrahman Bin Abdul Ghaffar, “Al-Mawāqif”, Beirut: Dar Al-Jil, 1997.

Abu „Abdullah Muhammad ibn Ahmad ibn „Utsman Adz-Dzahabi, “Mīzānul

I‟tidāl”, Beirut: Dar Al-Ma‟rifah, tt.

Abu „Abdullah Isma‟il ibn Ibrahim Al-Hamami Al-Bukhari, “At-Tārīkhul

Kabīr Lil Bukhārī”, Beirut: Dar Al-Kutub Al-„Ilmiyyah, tt.

Abu Abdillah Muhammad Ibn Yazid al-Qazwīnī, “Ibnu Mājah”, Riyadh:

Dar Ihya al-Kutub al-„Ilmiyyah, tt.

Abu „Abdullah Al-Hākim An-Naisābūrī, “Al-Mustadrak „Ala Ash-

Shahīhaīn”, Beirut: Dar Al-Fikr, tt.

Abu Abdullah Muhammad ibn Ahmad ibn Abu Bakar al-Qurthubi, “al-

Jāmi‟u li ahkām Al-Qurān”, jilid 15, h. 18.

Abu al-Fidā‟ Isma‟il ibn Umar ibn Katsir al-Qurasyi ad-Dimasyqi, “Tafsīr

Al-Qur‟ān Al-„Azhīm”,Kairo: Dar Thayyibah, 1999 M / 1420 H.

Abu al-Hasan „Ali bin Muhammad bin Abdul Malik,Ibnu al-Qaththan al-

Fasi, “Bayân al-Wahm wa al-Îhâm fî Kitâb al-Ahkâm”, Riyadh: Dar

Thayyibah, 1997 M/1418 H.

Abu al-Husain Muslim ibn al-Hajjāj al-Qusyairi an-Naisāburi, “Shahīh

Muslim”, (Riyadh: baitul afkār ad-Dauliyyah, 1998.

Abu „Isa at-Tirmidzi as-Salami, Muhammad bin „Isa,“al-jâmi‟ ash-Shahîh

Sunan at-Tirmidzi”, Beirut: Dar Ihyâ‟ at-Turâts al-„Arabi, tt.

Abu Ishaq Ibrahim bin Ya‟kub al-Kalâbâdzî al-Bukhari,Abu Bakar

Muhammad, “Bahru al-Fawâ‟id al-Masyhûr bi Ma‟ânî al-akhbâr”,

Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1999 M/1420 H.

Abu al-Qasim Abdul Karim Ibn Huzan al-Qusyairi an-Naisaburi, “Ar-

Risalah al-Qusyairiyyah fi „Ilmi at-Tashawwuf”, Beirut: al-Maktabah

al-„Ashriyyah, 2001 M/1421 H.

Page 37: KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/27/3/212410514...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul KONSEP PENAFSIRAN

159

Abu Ja‟far Muhammad Ibn Jarir ath-Thabari, “Tafsir ath-Thabari”, Kairo:

Maktabah Ibnu Taimiyyah, tt.

Abu Abdullah ibn Ismail ibn Ibrahim ibn Mughirah al-Ju‟fiy al-Bukhari, “al-

Jāmi‟u ash-Shahīh”, h. 100, juz. 2.

Abu al-Hajjaj Ibn Jabr al-Qurasyi al-Makhzumi , “Tafsir Mujahid”, Beirut:

Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah, 2005.

„Adhuddin al-Iji‟,“Al-Mawāfiq fi „Ilm al-Kalām”, Beirut: „Alam al-Kutub, tt

Ahmad Ibn „Ali Ibn Hajar Syihabuddin Al-„Asqalani Asy-Syafi‟I, “Tahdzīb

At-Tahdzīb”, Beirut: Muassasah Ar-Risalah, tt.

Ahmad ibn Muhammad as-Shawi al-Maliki, “Tafsīr ash-Shāwy”, Beirut:

Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah, tt.

Ahmad ibn Muhammad ash-Shawi al-Maliki, “Hâsyiyah al-„Allâmah ash-

Shâwi „alâ Tafsîr al-Jalâlaîn”, Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah, tt.

Ahmad ibn Hajar al-Busthami al-Bun‟ili, “al-„Aqāid as-Salafiyyah bi

adillatihā an-Naqliyyah wal „aqliyyah”, Qatar: Dar al-Kutub al-

Qithriyyah, 1994.

Al-„Aini al-Hanafi, Badruddin,“„Umdah al-Qârî Syarh Shahîh al-Bukhârî,

Beirut; Dar al-Kutub al-„ilmiyyah, tt.

Al-Amidi, Ali ,“Al-Ihkam”, Beirut: al-Maktab al-Islami, tt.

An-Nabhani,Taqiyuddin,“Asy-Syakhsiyyah al-Islāmiyyah”, Beirut: Dar al-

Ummah, 2003 M/1423 H.

Ali al-Shabuni, Muhammad, “Al-Nubuwwah Wa al-Anbiyā‟”, Damaskus:

Maktabah al-Ghazali, 1985.

_____,“Membela Nabi”, Jakarta: Gema Insani Press, 1992, penerjemah:

As‟ad Yasin, 131 halaman.

„Ali bin Khalaf bin „Abdul Malik bin Bathâl al-Bakrî,Abu al-Hasan,“Syarh

Shahîh al-Bukhârî li ibn Bathâl”, Riyadh: Maktabah ar-Rusyd, 2003

M/1423 H.

Ali Bin Ahmad Ibnu Hazm, “Al-Fīshâl Fî Al-Milâl Wa Al-Ahwâ‟ Wa Al-

Nihâl”, Kairo: Maktabah al-Khanaji, tt.

Al-Asyqar,Umar Sulaiman,“Kisah-kisah Shahih dalam Al-Qur‟an dan

Sunnah, diterjemahkan oleh: Tim Pustaka ELBA.

_____,“Al-Rusul Wa Al-Risālāt”, Kairo : Maktabah Wahbah, 2003.

Azra,Azyumardi,“Ensiklopedi Islam”, Jakarta: PT. Ichtiar Baru, 2005.

Bakker, Anton dan Charris Zubeir,Ahmad,“Metodologi Penelitian Filsafat”,

Yogyakarta: Kanisius, 1990.

Charles Darwin, “The Descent of man”, 1871.

Departemen Pendidikan Nasioanal, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”,

Jakarta: Balai Pustaka, 2005.

Fakhruddīn al-Bantani, “Ilmu Tauhid Dasar”, Jakarta: al-„Āsyirah asy-

Syafī‟iyyah, tt.

Page 38: KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/27/3/212410514...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul KONSEP PENAFSIRAN

160

Fatawa Lajnah ad-Dâ‟imah lil buhuts al-„ilmiyyah wal ifta‟, juz.3, fatwa no.

6290.

Al-Farmawi, Abd al-Hayy,“Metode Tafsir Maudhu‟i: Suatu Pengantar,

terjemahan: Suryan A. Jamrah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

1996

Furi,Al-Mubarak,“Shafiyyu Ar-Rahmân, Al-Rahîqu Al-makhtûm”, Beirut:

Dar Hilal, 2004.

Al-Harari, Abdullāh,“ad-Dalīl al-Qawīm „ala ash-Shirāthil Mustaqīm”,

Suriah: Dar al-Masyāri‟, 2009.

_____,“„Umdah ar-Rāghib fii Mukhtashar Bughyah ath-Thālib”,Suriah: Dar

al-Masyāri‟, 2008.

_____,“Bughyah ath-Thālib li ma‟rifati al-„Ilmi al-Wājib”, Suriah: Dar al-

Masyāri‟, 2004.

_____,“Ad-Dalīl asy-Syar‟I „alā itsbāt al-„Ishyān man qatalahum „Ali min

shabiyyīn aw tābi‟iyyīn”, Beirut: Dar al-Masyari‟, 2004.

_____,“Mukhtashar „Abdullāh al-Harari al-kāfil bi „ilmi ad-Dīn adh-

Dharūrī”, Beirut: Dar al-Masyāri‟, 1999.

_____,“Ad-Durah al-Bahiyyah fīhilli al-Fāzh al-„Aqīdah ath-Thahawiyyah”,

Beirut: Dar al-Masyāri‟, 1998.

_____,“Asy-Syarh al-Qawīm fī halli al-Fāzh ash-Shirāth al-Mustaqīm”,

Beirut:Dar al-Masyāri‟, 2004 M/1425 H.

_____,“Ar-Rāwaih az-Zakiyyah fī maulidi khairi al-Bariyyah shallallāhu

„alaihi wa sallam”, Beirut: Dar al-Masyari‟, 2009.

_____,“Nushrah at-Ta‟aqqub al-Hatsits „alā man thā‟ana fīmā shahha min

al-Hadits”, Beirut: Dar al-Masyari‟, 2001 M/1422 H.

_____,“Risālah fī buthlān da‟wā awliyāti an-Nūr al-Muhammadī”, Beirut:

Dar al-Masyari‟, 2001 M/1422 H.

_____,“Sharīh al-Bayān fī ar-Raddi „alā man khālafa Al-Qur‟ān”, Beirut:

Dar al-Masyari‟, tt.

_____,“Asy-Syarh al-Qawīm fī halli al-Fāzh ash-Shirāth al-Mustaqīm”,

Beirut: Dar al-Masyari‟, tt.

_____,“Al-Maqālatu as-Sunniyyah fī kasyfi dhalālāt ahmad ibn Taimiyyah”,

Beirut: Dar al-Masyari‟, tt.

Harahap, Syahrin,“Penuntun Penulisan Karya Ilmiah Studi Tokoh Dalam

Bidang Pemikiran Islam”, Medan: IAIN Press, 1995.

Al-Harwi, Ali, “Syarh Al-Syifā‟”, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah 1421H.

Husein bin Mas‟ud al-Baghawi, “Syarh Sunnah lil Imam al-Baghawi”,

Beirut: al-Maktab al-Islami, 1983 M/1403 H.

Ibnu Hajar, Ahmad Bin Ali, “Fath Al-Bāri Syarh Shāhih Al-Bukhāri”,

Beirut: dar al-makrifah, thn. 1379 H.

Ibn Khaldun. Abd al-Rahman b. Khaldun al-Maghribi, “Muqaddimah Ibn

Khaldūn”, Beirut: Dar Maktabah al-Hayat, 1968.

Page 39: KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/27/3/212410514...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul KONSEP PENAFSIRAN

161

Ibnu Taimiyah,Ahmad Bin Abdussalam,“Minhaj Al-Sunnah Al-

Nabawiyah”,Jamiah Al-Imam Muhammad Ibnu Saud, 1986.

_____,“Majmu Fatâwâ”, Madinah: Majma al-Malik, 1995.

_____,“Qā‟idah al-Jalīlah fi at-Tawassuli wa al-Wasīlah, www.rabee.net:

Maktabah al-Furqan, 2001 M / 1422 H.

Ibrahim bin Musa bin Muhammad al-Lakhami al-Ghurnathi asy-Syathibi,

“al-Muwâfaqât”, Riyadh: Dar Ibn „Affan, 1997 M/1417 H.

Imāduddīn Abi al-Fada‟ Ismāīl ibn Katsīr ad-Dimasyqī, “Tafsīr Al-Qur‟ān

Al-„Azhīm”, tt.

Al-Imam al-Qurtubi, “al-Jāmi‟ li Ahkām Al-Qur'an”, Beirut: Mu‟assasah ar-

Risalah, 2006 M/1327 H.

„Imad ad-Din Abu al-Fida‟ Isma‟il Ibn Katsir al-Qurasyi ad-

Dimasyqi, “Qishahs al-Anbiyā‟”, Kairo: Dar ath-Thaba‟ah wa an-

Nasyr al-Islamiyyah, 1997 M/1417 H.

„Iyadh, Imam al-Qadli, “Asy-Syifa‟ bi ta‟rifi huqūqi al-Mushtafā”, Beirut:

Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah, 2005.

Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi, “Al-Qur‟an al-Karīm bi ar-

Rasmi al-„Utsmāni wa bihāmisyihi Tafsīr al-Imamaīn al-Jalīlaini”,

Dar Ibn Katsir, tt.

Jalaluddin Abdurrahman ibn Abu Bakar As-Suyuthi, “Ad-Dībāj „alā

ShāhīhMuslim Bin Al-Hajjaj”, Saudi Arabia: Dar Ibn „Affan, 1992.

_____,““Tafsīr al-Jalālaīn”,Beirut: Dar Ibn Katsir, tt.

Mazlan Ibrahim & Ahmed Kamel Mohamad, “Israiliyyat dalam Kitab Tafsir

Anwar Baidhawi”, Selangor: Jabatan Usuluddin dan Falsafah Fakulti

Pengajian Islam, Universiti Kebangsaan Malaysia, 2004.

Miqdad, Fadhil,“Irsyâd al-Thâlibin ilâ Nahj al-Mustarsyidīn”, Beirut: Dar

al-Kutub al-„ilmiyyah, tt.

Muhammad Bin Muhammad al-Zubaidi, “Taj al-„Arus”,Dar hidayah, tt.

Muhammad bin Shalih bin Muhammad al-„Utaimin, “Majmû‟ Fatâwâ wa

Rasâ‟il”, Beirut: Dar al-Masyari‟, tt.

Muhammad ibn Khalīfah ibn „Ali at-Tamīmi, “Huqūq an-Nabiyyi

shallallāhu „alaihi wa sallam „alā Ummatihī fī dhaw‟i al-Kitāb wa as-

Sunnah”, Riyadh: Maktabah adhwa‟u as-Salaf, 1997.

Muhammad Nashiruddin Al-Bani, “Shahīh Al-Jāmi‟ Ash-Shaghīr”, Riyadh:

Maktabah al-Ma‟arif, tt.

Muhammad ibn Futuh Al-Humaidi, “Al-Jam‟u Bayna Ash-Shahīhaini”,

Riyadh: Dar ibn Hazm, tt.

Muhammad Ali ash-Shâbuny, “An-Nubuwwah Wa al-Anbiyâ‟”, Beirut; Dar

al-Kutub al-„Ilmiyyah, tt.

Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghalib al-âmalî Abu Ja‟far ath-

Thabari, “Jâmi‟ al-Bayân fî ta‟wîl Al-Qur‟ân”, Beirut: Mu‟assasah

Risalah, 2000 M/1420 H.

Page 40: KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/27/3/212410514...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul KONSEP PENAFSIRAN

162

Muhammad bin Futuh al-Humaidî, “Al-Jam‟u baina ash-Shahîhaini al-

Bukhâri wa Muslim”, Beirut: Dar an-Nasyr, 2002 M/1423 H.

Muhammad bin Muhammad Abu Syuhbah ,“Al-Isrā‟īliyyāt wa al-Maudhu‟āt

fī Kutub at-Tafsīr”, Cairo: Maktabah as-Sunnah, 407 H.

Muhammad Labil, Ahmad, “Hakikat Nubuwwah”, Singapura: Pustaka

Nasional, 1985.

Muhammad Nashir,al-Albani,“al-Hadits Hujjatun bi nafsihi fi al-„aqā‟idwa

al-Ahkam, Riyadh: Maktabah al-Ma‟arif, 2005 M/1425 H.

Muhammad Ibn Yazid Abu Abdillah al-Qazwini, “ Sunan Ibn Mājah”,

Beirut: Dar al-Fikr, tt.

Muhammad Husain adz-Dzahabi, “Al-Isrā‟īliyyāt fīat-Tafsīr wa al-Hadīts”,

Kairo: Maktabah Wahbah, 1990.

Muhyiddīn yahya ibn syaraf ibn Murī ibn Hasan ibn Husein ibn Hizām an-

Nawawī, “Shahīh Muslim bi syarh an-Nawawī”, Kairo: al-

Mishriyyah, 1929.

Muhyi as-Sunnah al-Husein bin Mas‟ud al-Baghawi, “al-Anwâr fî Syamâ‟il

an-Nabi al-Mukhtâr”, Beirut: Dar al-Baidhâ, 1989 M/1409 H.

Nawawi al-Jāwi, Muhammad“syarh tījān ad-Darūri”, tt.

Nawawi,Hadari, “Metode Penelitian Bidang Sosial”, Yogyakarta: Gajah

Mada University Press, 2003.

Nayif,Ali, “Al-Nubuwah Wa Al-Anbiya Fi Al-Qur‟an Wa Al-Sunnah”, Mesir

: Dar Al-Hadis 2004.

Nizar, Muhammad, “Metodologi Penelitian”, Jakarta: Ghalia Indonesia,

1988.

ar-Rāzi, Fakhruddīn, “„Ishmah al-Anbiyā‟”, Kairo: Maktabah ats-Tsaqāfah

ad-Dīniyyah, 1986.

Al-Sa‟di , Muhammad Ibn Nashir, “Taisīru Al-Karīm Al-Rahmān Fī Tafsīr

Kalāmi Al-Mannān”, Beirut: Muassasah Al-Risalah, 2000.

Syeikh bin Baz, “Majmū‟ Fatāwā wa Rasāil”, tt.

Surakhmad, Winarno,“Dasar dan teknik Research, Bandung: Tarsito, 1978.

Thāhir al-Jazāiri, “al-Jawāhiru al-Kalāmiyah fii īdhāhi al-„Aqīdah al-

Islāmiyyah”, tt.

_____,“Al-Adzkâr an-Nawawiyyah”, Indonesia: Dar Ihya al-Kutub al-

„Arabiyyah, tt.

_____,“Al-Majmû‟ Syarh an-Nawawi”, Jeddah: Maktabah al-Irsyad, tt.

Taqiyyuddin ahmad Ibn Taymiyyah al-Harrani, “Majmū‟ah al-Fatāwā”, Dar

al-Wafa, tt.

Taqiyyyuddin ahmad Ibn Taymiyyah al-Harrani, “Majmu‟ah ar-Rasail wa

al-Masā‟il”, Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah, 1992 M/1412 H.

Ath-Thabari, Ibnu Jarir,“jāmi‟ al-Bayān fī tafsir al-Qur‟an”, Beirut: Dar al-

Fikr, 1988.

Page 41: KONSEP PENAFSIRAN ʿISHMAH AL-ANBIYĀ’ (Telaah ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/27/3/212410514...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul KONSEP PENAFSIRAN

163

Al-Rāzi,Fakhruddin, “Ismah Al-Anbiyā‟”,Kairo: Maktabah Tsaqofah

Diniyah, 1986.

Ar-Riāsah al-„Āmmah li Irādati al-Buhūts al-„Ilmiyyah wal Iftā wa ad-

Da‟wah wa al-Irsyād, “Majallah al-Buhūts al-Islāmiyyah”,

http://www.alifta.com: al-Buhūts al-Irsyād wal Iftā, tt.

Sa‟id bin „Ali Wahab al-Qahthani, “Hishnu al-Muslim min adzkâr al-Kitâb

wa as-Sunnah”, Saudi Arabia: Wizârah asy-Syu‟ûn al-Islâmiyyah

wal alwqâf wa ad-Da‟wah wa al-Irsyâd, 1409 H.

Shalih bin Abdillah bin Humaid, “Nadhrah an-Na‟îm fî makârim al-Akhlâq

ar-rasûl al-Karîm Shallallâhu „Alaihi wa Sallam”, Jeddah: Dar al-

Wasilah, tt.

Taqiyyuddin abu al-Abbas Ahmad ibn Abdul Halim ibn Taimiyyah al-

Harrani, “Majmū‟ al-Fatāwā, http://www.al-islam.com: Dar al-

Wafa‟, 2005 M / 1426 H.

Tim UIN Syarif Hidayatullah, “Ensiklopedi Islam”, Jakarta: PT. Ichtiar Baru

Van Hoeve, 2005.

Al-Qari al-Hanafi,„Ali,“Syarh Kitāb al-Fiqh al-Akbar”, Beirut: Dar al-Kutub

al-„Ilmiyyah, 1995Azh-Zhahiri, Ibnu Hazm, “Al-Fīshāl fī al-Milal wal

Ahwā‟ wa an-Nihal”, Beirut: Ibnu Mandur, Muhammad, “Lisān al-

Arab”, Beirut: Dar Shodir, 1414H.

Yahya bin Syaraf an-Nawawi,Muhyiddin Abi Zakariyya,“Riyadh ash-

Shâlihîn”, Kairo: Dar Ihya al-Kutub al-„Ilmiyyah, 1918 M/1236 H.