Konsep Pedoman Koefisien Aliran (2014 10 06)

23
Kerangka Daftar Isi Konsep Pedoman Penentuan Nilai Koefisien Aliran Tahunan Untuk Berbagai Jenis Penutupan Lahan di Beberapa DAS DAFTAR ISI .............................................. PRAKATA ........................................... PENDAHULUAN .............................................. 1. RUANG LINGKUP.............................................. 2. ACUAN NORMATIF............................................. 3. ISTILAH DAN DEFINISI....................................... 4. DATA DAN PERSYARATAN....................................... 4.1. Data ...................................... 4.1.1. Data Karakteristik DAS ....................... 4.1.2. Data Hujan ................................... 4.1.3. Data Debit / Aliran sungai ................... 4.1.4. Data Morfologi Sungai ........................ 4.1.5. Data Tutupan Lahan ........................... 4.2. Persyaratan ......................................... 4.2.1. Data .................................. 4.2.2. Pengujian Data ............................... 4.2.3. Penentuan Metode Perhitungan (Memadai atau tidak memadai)............................................. 5. PERHITUNGAN NILAI KOEFISIEN ALIRAN......................... 5.1. Harian ........................................... 5.2. Bulanan ............................................ 5.3. Tahunan .............................................. LAMPIRAN ..............................................

description

Hidrologi

Transcript of Konsep Pedoman Koefisien Aliran (2014 10 06)

Page 1: Konsep Pedoman Koefisien Aliran (2014 10 06)

Kerangka Daftar Isi Konsep Pedoman Penentuan Nilai Koefisien Aliran Tahunan Untuk

Berbagai Jenis Penutupan Lahan di Beberapa DAS

DAFTAR ISI ...................................................................................................

PRAKATA .................................................................................................

PENDAHULUAN ...................................................................................................

1. RUANG LINGKUP.................................................................................................

2. ACUAN NORMATIF...............................................................................................

3. ISTILAH DAN DEFINISI.........................................................................................

4. DATA DAN PERSYARATAN.................................................................................

4.1. Data ...........................................................................................

4.1.1. Data Karakteristik DAS ..............................................................................

4.1.2. Data Hujan .................................................................................................

4.1.3. Data Debit / Aliran sungai ..........................................................................

4.1.4. Data Morfologi Sungai ...............................................................................

4.1.5. Data Tutupan Lahan ..................................................................................

4.2. Persyaratan ...............................................................................................

4.2.1. Data ...............................................................................................

4.2.2. Pengujian Data ..........................................................................................

4.2.3. Penentuan Metode Perhitungan (Memadai atau tidak memadai)..............

5. PERHITUNGAN NILAI KOEFISIEN ALIRAN.........................................................

5.1. Harian ..................................................................................................

5.2. Bulanan ..................................................................................................

5.3. Tahunan ...................................................................................................

LAMPIRAN ...................................................................................................

Page 2: Konsep Pedoman Koefisien Aliran (2014 10 06)

PENDAHULUAN

Saat ini parameter-parameter model, koefisien, formula, metode dan teknologi yang

berkaitan dengan sumber daya air dominan memakai hasil penelitian di luar negeri yang

kondisinya berbeda dengan Indonesia. Oleh karena itu ketelitian dalam melakukan

analisa sumber daya air sangat bergantung dari metode, pendekatan dan parameter

model yang digunakan.

Perubahan tata guna lahan berdampak pada perubahan karakteristik hidrologi yaitu

peningkatan debit maksimum, penurunan debit minimum dan peningkatan kadar sedimen,

sejauh mana perubahan yang terjadi pada berbagai kondisi karakteristik spasial dan

temporal dapat diselidiki menggunakan Metode yang tertuang dalam pedoman ini.

Diharapkan pedoman ini dapat membantu memberikan gambaran tentang hubungan

antara perubahan penutup lahan dan perubahan iklim terhadap besarnya jumlah

kekurangan air pada waktu musim kemarau, kejadian banjir, kerusakan bangunan air dan

penurunan umur layan waduk.

1. RUANG LINGKUP

Pedoman Penentuan Nilai Koefisien Aliran Tahunan Untuk Berbagai Jenis Penutup Lahan

di Beberapa DAS meliputi hal-hal berikut:

1. Analisis dan Verifikasi Koefisien aliran di DAS Mikro dan DAS Makro

2. Analisis dan Verifikasi Hubungan Hujan-Erosi-Aliran Sedimentasi

2. ACUAN NORMATIF

Pd ?

SNI ?

3. ISTILAH DAN DEFINISI

3.1

DAS makro

DAS diluar DAS Cimanuk yang meliputi DAS Serayu, Bengawan Solo dan Brantas

3.2

DAS mikro

DAS Citarum hulu yang meliputi Sub DAS Citeupus, CIharus dan Cimanyar

3.3

demplot

Suatu tempat dimana tanaman dikembang biakkan secara vegetatif atau generatif

3.4

Page 3: Konsep Pedoman Koefisien Aliran (2014 10 06)

erosi

peristiwa pengikisan tanah, sedimen, batuan, dan pertikel lain, akibat angin, air atau

es dan kerekteristik hujan.

3.5

hidrograf

grafik yang menggambarkan hubungan antara unsur-unsur aliran (tinggi dan debit)

dengan waktu (stage hydrograph, ducharge hydrograph).

3.6

koefisien aliran

sebagai nisbah antara laju puncak aliran permukaan terhadap intensitas hujan.

3.7

rating curve

suatu kurva yang menyajikan data tinggi muka air (m) versus debit aliran (m3/s)

3.8

sedimentasi

proses pengendapan material hasil erosi air, angin, gelombang laut dan gletsyer

4. DATA DAN PERSYARATAN

Koefisien limpasan adalah rasio jumlah limpasan terhadap jumlah curah hujan, dimana

nilainya tergantung pada tekstur tanah, kemiringan lahan, dan jenis penutupan lahan.

Pada daerah aliran sungai (DAS) berhutan dengan tekstur tanah liat berpasir, nilai

koefisien limpasan berkisar antara 0.10 - 0.30. Pada lahan pertanian dengan tekstur

tanah yang sama, nilai koefisien limpasan adalah 0.30 – 0.50 (Prastowo, 2003).

Koefisien limpasan dapat dikategorikan berdasarkan koefisien aliran tahunan yang dapat

dipakai sebagai petunjuk kehilangan air dari sistem DAS, serta koefisien aliran sesaat

yang merupakan perbandingan antara aliran sesaat yang disebabkan oleh curah hujan

penyebabnya. Koefisien limpasan tahunan selama beberapa kurun waktu tertentu dapat

menggambarkan kondisi suatu DAS terhadap masukan air hujan yang responnya dapat

menjadi gambaran kesehatan suatu DAS ditinjau dari aspek tata air.

Koefisien limpasan dapat ditentukan dengan metode rasional. Metoda rasional

menyatakan bahwa puncak limpasan pada suatu DAS akan diperoleh pada intensitas

hujan maksimum yang lamanya sama dengan waktu konsentrasi (Tc). Waktu konsentrasi

adalah lamanya waktu yang diperlukan untuk pengaliran air dari yang paling ujung dari

suatu DAS sampai ke outlet. Apabila lama hujannya kurang dari waktu konsentrasi, maka

intensitasnya kemungkinan lebih besar akan tetapi luas DAS yang memberikan kontribusi

terhadap debit akan lebih kecil dari total luas DAS (A). Apabila lama waktu hujan lebih

Page 4: Konsep Pedoman Koefisien Aliran (2014 10 06)

besar dari waktu konsentrasi maka luas areal sama dengan total luas DAS (A) tetapi

intensitasnya kurang dari intensitas hujan pada lama hujan sama dengan Tc.

Q=C.i.A......................(3)

C = Q/ (i.A).................(4)

C= Q/ Vol.Hujan.........(5)

dimana Q : puncak limpasan (L3T-1); C : koefisien limpasan ( 0 < C <1); i : intensitas hujan

maksimum dengan lama hujan sama dengan waktu konsentrasi (L.T-1); A: luas DAS (L2).

Dalam satuan khusus di mana i dalam mm/jam; A dalam hektar dan Q dalam m/det,

maka rumus tersebut dinyatakan:

C= Q0 .0028 . i . A ...................(6)

Angka koefisien limpasan berkisar antara 0 sampai 1. Angka 0 menunjukan bahwa

semua air hujan terdistribusi menjadi air intersepsi dan terutama infiltrasi. Sedangkan nilai

limpasan sama dengan 1 menunjukan bahwa semua air hujan mengalir sebagai limpasan

(run-off).

Berikut adalah contoh hasil perhitungan nilai koefisien aliran untuk wilayah DAS

Bengawan Solo yang menggunakan data dari pos Jurug, Paseban, dan Kauman.

Tabel 1 Hasil Analisa koefisien aliran bulanan rata-rata DAS Bengawan Solo

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

1 Jurang Gempal 0.49 0.81 0.79 0.73 0.94 0.26 0.20 0.00 0.34 0.00 0.24 0.56

2 Jurug 0.83 0.91 0.70 0.71 0.68 0.73 0.08 0.28 0.45 0.44 0.49 0.68

3 Paseban 0.68 0.75 0.89 0.71 0.94 0.49 0.00 0.00 0.36 0.42 0.45 0.70

4 Ngrukun 0.94 0.61 0.78 0.71 0.86 0.63 0.31 0.16 0.48 0.32 0.44 0.78

5 Kauman 0.85 0.84 0.99 0.76 0.83 0.67 0.23 0.05 0.27 0.37 0.47 0.78

Sumber : Data Debit dan Data Hujan Tahun 1990 - 2013 (Puslitbang Pengairan)

Koefisien Run OffSub DASNo

Gambar 1 Koefisien aliran rata-rata bulanan DAS Bengawan Solo

4.1 DATA

Besarnya koefisien aliran untuk daerah aliran sungai (DAS) dihitung berdasarkan rata-rata

bulanan debit yang mengalir di outlet demplot dibagi dengan rata-rata curah hujan hasil

Page 5: Konsep Pedoman Koefisien Aliran (2014 10 06)

pengamatan aktual. Koefisien aliran didasarkan pada perbandingan antara besarnya

aliran dan besarnya curah hujan rata-rata tersebut khususnya pada bulan-bulan yang

curah hujannya cukup besar. Pada bulan-bulan kering tidak dimasukkan dalam

perhitungan karena perhitungan koefisien aliran permukaan yang dilakukan adalah untuk

mengetahui berapa porsi hujan yang menjadi aliran. Untuk bulan-bulan kering, terlihat

masih ada aliran, bila diperhitungkan maka koefisien alirannya dapat melebihi 1.0 padahal

curah hujan hampir tidak ada. Hal ini disebabkan oleh pengaruh dari air tanah yang keluar

sebagai baseflow. Untuk mengetahui koefisien aliran suatu DAS, maka dibutuhkan data-

data pendukung seperti data karakteristik DAS, hujan, debit / aliran sungai, morfologi

sungai dan tutupan lahan.

4.1.1 DATA KARAKTERISTIK DAS

Karakteristik DAS yang dibutuhkan dalam perhitungan debit banjir :

1) Karakteristik topografi DAS adalah bentuk dan ukuran DAS, kemiringan lereng, dan

umumnya ditentukan dari peta topografi.

2) Karakteristik geologi dan tanah DAS meliputi:

a) Jenis batuan;

b) Penyebaran jenis batuan dan luas batuan;

c) Sifat fisik batuan;

d) Keseragaman dari jenis batuan;

e) Tekstur dan struktur tanah;

3) Karakteristik tata guna lahan, yaitu luas dan jenis tata guna tanah yang sangat

berpengaruh terhadap koefisien aliran dan kapasitas infiltrasi.

Dengan karakteristik DAS yang berbeda-beda, maka nilai koefisien limpasan untuk

masing-masing DAS akan berbeda pula. Berikut adalah nilai koefisien aliran untuk

berbagai macam tutupan:

Tabel 2 Koefisien Aliran PermukaanKondisi Daerah Pengaliran dan Sungai Koefisien Limpasan

4.2 Daerah pegunungan yang curam4.3 Daerah pegunungan tersier4.4 Tanah bergelombang dan hutan4.5 Tanah dataran yang ditanami4.6 Persawahan yang diairi4.7 Sungai di daerah pegunungan4.8 Sungai kecil di dataran4.9 Sungai besar yang lebih dari setengah daerah

pengalirannya terdiri dari daratan

0,75 – 0,900,70 – 0,800,50 – 0,750,45 – 0,600,70 – 0,800,75 – 0,850,45 – 0,750,50 – 0,75

Page 6: Konsep Pedoman Koefisien Aliran (2014 10 06)

Informasi tataguna lahan sangat berguna untuk menganalisa seberapa besar perubahan

tutupan lahan yang terjadi dari kurun waktu ke waktu. Perubahan tersebut dapat

dikorelasikan dengan koefisien aliran yang akan dihasilkan. Selain itu, perubahan tutupan

lahan juga mempengaruhi tingginya tingkat erosi dan sedimentasi pada suatu DAS.

Terlihat bahwa setiap parameter tersebut saling berkaitan satu sama lain.

Selain dipengaruhi oleh penggunaan lahan, hujan, dan kemiringan lereng, jenis tanah

juga merupakan salah satu faktor yang penting dalam tingkat erosi dalam suatu DAS.

Jenis tanah bila dihubungkan dengan sifat tanah yaitu sifat fisik tanah dan kandungan

bahan organik akan menentukan tinggi rendahnya erodibilitas tanah. Jenis tanah yang

memiliki kandungan bahan organik yang tinggi seperti andisol dan aluvial memiliki tingkat

erodibilitas rendah. Sedangkan tanah yang memiliki erodibilitas tinggi seperti grumusol

yang mengandung kandungan debu dan pasir akan mudah tererosi. Andosol adalah jenis

tanah yang terdapat dilereng gunung api, karena terbentuknya berasal dari bahan induk

abu gunung api. Meskipun jenis tanahnya tergolong mengandung banyak bahan organik

dan tidak mudah tererosi.

4.1.2 DATA HUJAN

Curah hujan / presipitasi adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah selama periode

tertentu yang diukur dengan satuan milimeter. Presipitasi merupakan faktor utama yang

mengendalikan proses daur hidrologi di suatu wilayah DAS. Di Indonesia, pola hujan

terbagi menjadi tiga yaitu pola hujan moonsonal, ekuatorial dan lokal. Pola hujan suatu

wilayah DAS sangat penting diketahui untuk menentukan hujan puncak yang merupakan

waktu dimana debit tertinggi sering terjadi. Data yang digunakan dalam analisis

perhitungan koefisien aliran adalah tinggi curah hujan rata-rata, intensitas hujan dengan

berbagai durasi curah hujan, jaringan stasiun hujan dan periode pencatatan curah hujan.

4.1.3 DATA DEBIT / ALIRAN SUNGAI

Debit aliran adalah jumlah air yang mengalir dalam satuan volume per waktu. Debit

adalah satuan besaran air yang keluar dari Daerah Aliran Sungai (DAS). Satuan debit

yang digunakan adalah meter kubir per detik (m3/s). Debit aliran adalah laju aliran air

(dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan

waktu. Secara matematis, debit dapat diketahui dengan cara sebagai berikut:

Q=A∗V

dengan :

Q = laju volume aliran (m3/detik)

A = luas penampang melintang alur sungai (m2)adalah kecepatan rata-rata

v = penampang melintang alur sungai (m/detik)

Page 7: Konsep Pedoman Koefisien Aliran (2014 10 06)

Hal-hal berikut ini adalah yang mempengaruhi debit air:

1. Intensitas hujan.

2. Pengundulan Hutan

3. Pengalihan hutan menjadi lahan pertanian

4. Intersepsi

5. Evaporasi dan Transpirasi

Data debit sungai dengan menggunakan hasil pengukuran luas penampang basah dan

kecepatan aliran umumnya telah direkap dan diformulasikan dalam suatu persamaan dan

kurva tinggi muka air-debit aliran sungai atau lebih dikenal dengan istilah rating cuve yang

senantiasa dikoreksi untuk setiap kurun waktu atau peristiwa tertentu. Dengan rating

curve yang dibentuk, maka debit aliran dapat dimonitor dan dievaluasi sesuai dengan

tinggi muka airnya, sehingga neraca air suatu kawasan dapat diketahui sebagai bentuk

pendekatan potensi sumber daya air.

4.1.4 DATA MORFOLOGI SUNGAI

Data morfologi sungai yang berkaitan dengan perhitungan koefisien aliran yaitu :

1) Geometri sungai, meliputi panjang, lebar, kemiringan, ketinggian, dan kekasaran alur

dan palung sungai;

2) Bangunan sungai yang dapat digunakan sebagai sarana perhitungan debit banjir,

seperti bendung dan cek dam.

4.1.5 DATA TUTUPAN LAHAN

Dalam menganalisis koefisien aliran sangat dibutuhkan data tutupan lahan wilayah DAS.

Tutupan lahan sangat mempengaruhi jumlah aliran yang terjadi pada suatu lahan. Berikut

adalah salah satu contoh tutupan lahan untuk wilayah DAS Cimanuk.

Tabel 3 Luas Penggunaan Lahan DAS CimanukNo. Penggunaan Lahan Luas (Km2) %1 Pemukiman 416,5194 11,142 Area Terisi Air 32,5883 0,873 Gedung 0,4035 0,014 Hutan 382,9386 10,255 Hutan Rawa 0,0518 0,006 Industri 4,9892 0,138 Pasir Laut 1,5439 0,049 Penggaraman 8,4395 0,23

10 Perkebunan/ Kebun 482,8904 12,9211 Rawa 0,4394 0,01

Page 8: Konsep Pedoman Koefisien Aliran (2014 10 06)

No. Penggunaan Lahan Luas (Km2) %12 Rumput/Tanah Kosong 19,0537 0,5113 Sawah Irigasi 655,4789 17,5414 Sawah Tadah Hujan 484,4251 12,9615 Semak Belukar 539,7081 14,4416 Tambak/ Empang 60,7891 1,6317 Tanah Berbatu 2,3012 0,0618 Tegalan/ Ladang 644,0725 17,23

Tabel 4 Tataguna Lahan Daerah Aliran Sungai Ciharus–Ciharus Tonggoh

1994 1997 2001 2005 2010

1 Ladang / Tegalan 0.576

2 Kebun/Perkebunan 1.193 1.193 1.193 1.193

3 Sawah 0.022 0.022 0.022 0.022

4 Semak Belukar 0.639

No Jenis LahanLuas Lahan (km2)

Tahun

Tabel 5 Tataguna Lahan Daerah Aliran Sungai Ciharus – Ciharus Tonggoh (%)

1994 1997 2001 2005 2010

1 Ladang / Tegalan 47.407

2 Kebun/Perkebunan 98.189 98.189 98.189 98.189

3 Sawah 1.811 1.811 1.811 1.811

4 Semak Belukar 52.593

No Jenis LahanLuas Lahan (%)

Tahun

4.2 PERSYARATAN

4.2.1 DATA

Dalam melakukan perhitungan suatu parameter, data yang digunakan harus sesuai

dengan persyaratan, agar menghasilkan sebuah nilai parameter yang baik sehingga

mewakili kondisi sebenarnya. Apabila data yang digunakan tidak sesuai dengan

persyaratan, seperti data curah hujan yang digunakan tidak merata diseluruh demplot.

Maka nilai curah hujan tidak dapat mewakili jumlah air yang jatuh ke permukaan tanah.

Indikasinya akan terlihat pada hasil perhitungan koefisien aliran.

Beberapa persyaratan dalam penggunaan data hidrologi dalam perhitungan koefisien

aliran adalah:

a. Data curah hujan harus mewakili seluruh DAS yang dijadikan objek

b. Pengukuran debit harus memadai agar menghasilkan rating curve yang baik

4.2.2 PENGUJIAN DATA

Page 9: Konsep Pedoman Koefisien Aliran (2014 10 06)

Pengujian data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang digunakan sangat baik

untuk digunakan untuk perhitungan atau tidak. Pengujian yang dilakukan terhadap data

yang akan digunakan terdiri dari tiga metode yaitu pengujian konsistensi, pengujian

outlier, pengujian trend dan pengujian homogenitas. Data yang tidak lolos pengujian tidak

akan disertakan untuk analisis.

a. Pengujian konsistensi

Pengujian konsistensi dilakukan untuk melihat perubahan pada data (umumnya dipakai

untuk data debit), jika data tersebut mengikuti 1 garis lurus maka data tersebut konsisten

dan dapat dipakai untuk analisis selanjutnya.

b. Pengujian outlier

Pemeriksaan data outlier adalah data yang menyimpang cukup jauh dari trend

kelompoknya. Keberadaan data outlier biasanya mengganggu pemilihan jenis distribusi

suatu sampel data sehingga data perlu dihapus dari data yang digunakan dalam analisis.

Data outlier bawah dapat langsung dibuang namun data outlier atas harus

dipertimbangkan dengan dibandingkan data hujan atau banjir historis dan informasi hujan

atau banjir di stasiun terdekatnya. Pengujian metode ini menetapkan ambang bawah XL

dan ambang atas XH sebagai berikut.

XH = exp (X+ Kn S)

XL = exp (X - Kn S)

dengan

XH = nilai ambang atas

XL = nilai ambang bawah

X = nilai rata-rata dari logaritma sampel data

Kn = besaran yang tergantung pada jumlah sampel data disajikan pada Tabel 2

S = simpangan baku dari logaritma sampel data

n = jumlah sampel data

Berikut adalah contoh perhitungannya.

Contoh Pengujian Outlier untuk Hujan Harian Maksimum di Pos Hujan Wonorejo - Luwu

Timur

iData Data Terurut

Y = LN X(Y - Yrata-

rata)(Y - Yrata-

rata)^2(mm) (mm)

1 86 215 5.371 0.747 0.557

2 82 202 5.308 0.684 0.468

Page 10: Konsep Pedoman Koefisien Aliran (2014 10 06)

iData Data Terurut

Y = LN X(Y - Yrata-

rata)(Y - Yrata-

rata)^2(mm) (mm)

3 70 162 5.088 0.463 0.215

4 76 158 5.063 0.438 0.192

5 86 156 5.050 0.426 0.181

6 128 145 4.977 0.353 0.124

7 124 128 4.852 0.228 0.052

8 86 125 4.828 0.204 0.042

9 93 124 4.820 0.196 0.038

10 215 120 4.787 0.163 0.027

11 65 111 4.710 0.085 0.007

12 102 108 4.682 0.058 0.003

13 107 107 4.673 0.049 0.002

14 104 105 4.654 0.030 0.001

15 79 105 4.654 0.030 0.001

16 82 104 4.644 0.020 0.000

17 93 102 4.625 0.001 0.000

18 92 98 4.585 -0.039 0.002

19 74 93 4.533 -0.092 0.008

20 105 93 4.533 -0.092 0.008

21 162 93 4.533 -0.092 0.008

22 158 92 4.522 -0.102 0.010

23 55 92 4.522 -0.102 0.010

24 92 89 4.489 -0.135 0.018

25 125 86 4.454 -0.170 0.029

26 156 86 4.454 -0.170 0.029

27 202 86 4.454 -0.170 0.029

28 145 82 4.407 -0.217 0.047

29 111 82 4.407 -0.217 0.047

30 93 79 4.369 -0.255 0.065

31 78 78 4.357 -0.267 0.072

32 105 76 4.331 -0.293 0.086

33 98 74 4.304 -0.320 0.102

34 89 70 4.248 -0.376 0.141

35 120 65 4.174 -0.450 0.202

36 108 55 4.007 -0.617 0.380

Sum 3.208

AVERAGE 106.8333 4.624 0.000 0.089 0.092

STD. DEVIASI 0.298 0.303

N 36

AVERAGE 106.833

MAX 215 YH = Yrata + Kn* Sy = 5.423

MIN 15.4 YL = Yrata - Kn* Sy = 3.825

Kn 2.639

XH 226.5643mm, lebih besar dari hujan harian maksimum yang pernah terjadi, tidak ada outlier max

XL 45.8422mm, lebih kecil dari hujan harian minimum yang pernah terjadi, tidak ada outlier minimum

Page 11: Konsep Pedoman Koefisien Aliran (2014 10 06)

Pengujian outlier dimaksudkan untuk melihat ada tidaknya pencilan data terkecil atau

terbesar, jika terdapat pencilan dari data yang diuji tersebut maka pencilan dibuang dan

tidak dimasukan ke dalam analisis

c. Pengujian trend

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah data memiliki trend atau tidak.

Langkah pengerjaannya, yaitu:

a. Susun data dan diberi angka urut (Kyi)

b. Kemudian urutkan data dari nilai terbesar hingga terkecil (Kyi mengikuti)

c. Beri angka berurut (Kxi)

d. Hitung nilai D = Kxi-Kyi

e. D2

f. ß = ∑ D2

g. Rsp=1− 6∗ßn∗(n2−1)

h. t t=Rsp√ n−21−Rsp2

i. Perhatikan tabel batas pengujian berikut ini:

Batasan untuk Pengujianv 0.025 0.9754 -2.78 2.785 -2.57 2.57

Page 12: Konsep Pedoman Koefisien Aliran (2014 10 06)

Batasan untuk Pengujian6 -2.54 2.547 -2.36 2.368 -2.31 2.319 -2.26 2.26

10 -2.23 2.2311 -2.2 2.212 -2.18 2.1814 -2.14 2.1416 -2.12 2.1218 -2.1 2.120 -2.09 2.0924 -2.06 2.0630 -2.04 2.0440 -2.02 2.0260 -2 2

100 -1.98 1.98160 -1.97 1.97

Tak Terhingga -1.96 1.96

d. Pengujian homogenitas

Pengujian homogenitas digunakan untuk mengetahui distribusi data hujan suatu

stasiun penakar hujan dengan stasiun terdekatnya. Hal ini digunakan untuk

mengetahui data yang dianggap tidak mungkin terjadi pada suatu wilayah.

Metode perhitungannya sangat sederhana, yaitu: mengurutkan data hujan maksimum

dari tahun x sampai xn. Selanjutnya data tersebut dikumulatifkan dengan tahun

sebelumnya. Setelah itu, buat hubungan antara data kumulatif stasiun A dengan

stasiun B.

TahunPengujian Homogenitas    Leuwidaun Ciharus Kumulatif

    Leuwidaun Ciharus2011 - 4 219 315.8 139 1282011 - 5 173 214.4 312 342.42011 - 6 41 0 353 342.42011 - 7 27 0 380 342.42011 - 8 0 0 380 342.42011 - 9 0 0 380 342.42011 - 10 49 263.2 429 605.62011 - 11 372 410 801 1015.62011 - 12 318 351.3 1119 1366.92012 - 1 353.5 331.3 1472.5 1698.22012 - 2 211.5 439.2 1684 2137.42012 - 3 241 241.2 1925 2378.62012 - 4 309 497.8 2234 2876.42012 - 5 125 157.2 2359 3033.62012 - 6 32 42.4 2391 30762012 - 7 0 0 2391 30762012 - 8 0 0 2391 3076

TahunPengujian Homogenitas    Leuwidaun Ciharus Kumulatif

Page 13: Konsep Pedoman Koefisien Aliran (2014 10 06)

    Leuwidaun Ciharus2012 - 9 0 24.3 2391 3100.32012 - 10 128 206.2 2519 3306.52012 - 11 244 455.5 2763 37622012 - 12 547 410.5 3310 4172.52013 - 1 279.3 577.3 3589.3 4749.82013 - 2 227 369.4 3816.3 5119.22013 - 3 294.5 320.7 4110.8 5439.92013 - 4 403 625.6 4513.8 6065.52013 - 5 168 369.1 4681.8 6434.62013 - 6 108 127.8 4789.8 6562.42013 - 7 199 317.1 4988.8 6879.52013 - 8 1 38 4989.8 6917.52013 - 9 40 114.1 5029.8 7031.62013 - 10 80 156.2 5109.8 7187.82013 - 11 116 145.1 5225.8 7332.92014 - 1 147 210 5372.8 7542.92014 - 2 138 304.9 5510.8 7847.82014 - 3 544 569.7 6054.8 8417.52014 - 4 104 415.8 6158.8 8833.3

4.2.3 PENENTUAN METODE PERHITUNGAN (MEMADAI ATAU TIDAK MEMADAI)

Page 14: Konsep Pedoman Koefisien Aliran (2014 10 06)

4.2.4 LAMPIRAN PERHITUNGAN

5 PERHITUNGAN NILAI KOEFISIEN ALIRAN

Untuk perhitungan koefisien aliran, rumus umum yang digunakan adalah C= QI∗A

,

dimana Q adalah debit rata-rata (m3/s), I adalah tebal hujan (m3) dan A adalah luas DAS

(m2). Hal yang harus diperhatikan adalah satuan yang digunakan saat proses perhitungan

dilakukan. Berikut adalah Skema perhitungan nilai C untuk harian, bulanan dan tahunan.

Dimana :

T : Perioda

A : Luas Catchment Area (Km2)

Qi : Debit ke i (m3/det)

BFi : Base Flow ke i (m3/det)

5.1 Jam-jaman

Page 15: Konsep Pedoman Koefisien Aliran (2014 10 06)

C=3.6A

∑i=1

n

(Qi−BFiRi )Dimana :

Qi : Debit aliran jam ke i (m3/det)

BFi : Debit BaseFlow jam Ke i (m3/det)

Ri : Hujan Jam ke i (mm)

A : Luas DAS (Km2)

C : Koefisien Aliran Jam-jaman

5.2 Harian

Page 16: Konsep Pedoman Koefisien Aliran (2014 10 06)

C=84.6A

∑i=1

365

(Qi−BFiRi )Dimana :

Qi : Debit harian tanggal ke i (m3/det)

BFi : BaseFlow harian tanggal Ke i (m3/det)

Ri : Hujan rata-rata das pada tanggal ke i (mm)

A : Luas DAS (Km2)

C : Koefisien Aliran harian

5.3 Bulanan

Page 17: Konsep Pedoman Koefisien Aliran (2014 10 06)

C=84.6A

∑i=1

12TQi−TBFi

Ri

Dimana :

TQi : Total Debit Bulanan pada bulan ke i (m3/det)

TBFi : Total BaseFlow Bulanan pada bulan ke i (m3/det)

Ri : Total Hujan bulanan rata-rata das pada bulan ke i (mm)

A : Luas DAS (Km2)

C : Koefisien Aliran Bulanan

Contoh :

- Plot debit bulanan selama tahun tersedia

- Hitung total base flow bulanan.

- Jumlahkan data debit bulanan selama tahun tersedia

- Hitung direct runoff dengan cara, [total debit bulanan – total base flow bulanan

selama tahun tersedia]

- Cbulanan=[ Volume direct runoff / Volume hujan]

- Tahapan tersebut dilakukan untuk beberapa tahun berbeda

Berikut adalah tabel resume perhitungan koefisien run off tahunan

Page 18: Konsep Pedoman Koefisien Aliran (2014 10 06)

Bulan R (mm) Q (m3/det) BF (m3/det) Q-BF (m3/det) Vol R (m3) Vol Q (m3) C

Jan - 2011 125 1041.04 884.12 156.92 57,075,000 13,557,888 0.24Feb - 2011 128 1022.95 825.16 197.79 58,444,800 17,089,056 0.29Mar - 2011 264 1146.22 874.51 271.71 120,542,400 23,475,744 0.19Apr - 2011 219 1208.86 945.3 263.56 99,995,400 22,771,584 0.23

May - 2011 173 1187.15 812.82 374.33 78,991,800 32,342,112 0.41Jun - 2011 41 569.36 391.5 177.86 18,720,600 15,367,104 0.82Jul - 2011 27 547.15 403.93 143.22 12,328,200 12,374,208 1.00

Aug - 2011 0 417.23 367.97 49.26 - 4,256,064 -Sep - 2011 0 367.06 348 19.06 - 1,646,784 -Oct - 2011 49 468.05 319.3 148.75 22,373,400 12,852,000 0.57Nov - 2011 372 821.15 506.1 315.05 169,855,200 27,220,320 0.16Dec - 2011 318 854.42 522.66 331.76 145,198,800 28,664,064 0.20Jan - 2012 353.5 2003.06 1001.61 1001.45 161,408,100 86,525,280 0.54Feb - 2012 211.5 1203.62 413.54 790.08 96,570,900 68,262,912 0.71Mar - 2012 241 1173.15 542.5 630.65 110,040,600 54,488,160 0.50Apr - 2012 309 1141.25 781.2 360.05 141,089,400 31,108,320 0.22

May - 2012 125 955.08 521.42 433.66 57,075,000 37,468,224 0.66Jun - 2012 32 427.42 216 211.42 14,611,200 18,266,688 1.25Jul - 2012 0 278.96 191.27 87.69 - 7,576,416 -

Aug - 2012 0 340.46 255.13 85.33 - 7,372,512 -Sep - 2012 0 301.49 234.3 67.19 - 5,805,216 -Oct - 2012 128 376.27 212.35 163.92 58,444,800 14,162,688 0.24Nov - 2012 244 1225.15 520.8 704.35 111,410,400 60,855,840 0.55Dec - 2012 547 2434.41 1571.7 862.71 249,760,200 74,538,144 0.30

Perlu ada keterangan untuk bulan kering

5.4 Tahunan

C=84.6A

∑i=1

nQiRi

Dimana :

Qi : Total Debit Tahunan pada tahun ke i (m3/det)

Ri : Total Hujan tahunan rata-rata das pada tahun ke i (mm)

A : Luas DAS (Km2)

C : Koefisien Aliran Tahunan